Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

LA ODE ARDINO B1G122001


SOLIHIN B1G122012
SELFIANA B1G122008
HAMRIANI B1G122004

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

PRODI DIII TEKNIK GIGI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Makalah K3

(Kesehatan danKeselamatan Kerja). Makalah ini berisikan tentang pengertian K3

menurut beberapa ahli, dasar hukum K3, penyebab terjadinya kecelakaan, sumber-

sumber bahaya di tempat kerja, alat pelindung diri dan bahaya-bahaya di tempat

kerja.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh

sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi penyempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat

menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca, sehingga penulis dapat

memperbaiki bentuk ataupun isi makalah yang telah di buat.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang

khususnya pembaca dan semoga Allah SWT. senantiasa meridhai segala urusan

kami. Aamin.

Makassar, 07 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...............................................................................................1


KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).................................................. 3


2.1.1 Pengertian.......................................................................................... 3

2.1.2 Tujuan K3 ......................................................................................... 5

2.1.3 Sasaran K3 ........................................................................................ 5

2.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3 .............................. 5

2.1.5 Hambatan dari Penerapan K3............................................................ 5

2.2 Peraturan Perundang-Undangan LK3....................................................... 6


2.2.1 Undang-Undang ................................................................................ 6

2.2.2 Peraturan Pemerintah ........................................................................ 6

2.2.3 Peraturan Menteri .............................................................................. 7

2.3 Tujuan dan Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) .................. 9
2.4 Jenis keselamatan kerja .......................................................................... 10
2.5 Perlengkapan dan Alat Pelindung Diri (APD) ....................................... 11
2.6 Perlengkapan dan Alat-Alat Keselamatan .............................................. 12
2.6.1 Kacamata ......................................................................................... 12

2.6.2 Sepatu .............................................................................................. 13

2.6.3 Sarung Tangan ................................................................................ 13

ii
2.6.4 Helm Pengaman .............................................................................. 14

2.7 Pedoman Penanganan K3 Pencegahan dan Pengendalian Bahaya di


Tempat Kerja..................................................................................................... 14
2.8 Pencegahan dan Pengendalian Bahaya ................................................... 15
2.9 Penataan Tempat Kerja .......................................................................... 17
2.10 Penataan Tempat Kerja yang Buruk ....................................................... 18
2.11 Bahaya-Bahaya di Tempat Kerja............................................................ 21
2.12 Keterampilan yang di Butuhkan dalam Melaporkan Bahaya-Bahaya di
Tempat Kerja..................................................................................................... 23
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 27

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27


3.2 Saran ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

iii
1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu hal yang sangat

perlu diperhatikan dalam sebuah pekerjaan, terutama pekerjaan yang dapat

menimbulkan bahaya. Penggunaan K3 sering digunakan untuk menjaga kesehatan

dan keselamatan para pekerja itu sendiri seperti terhadap pekerjaan dibidang

kontruksi bangunan, proyek besar, proyek listrik maupun pekerjaan yang dapat

menimbulkan bahaya lainnya.

Sistem dalam K3 terdiri dari beberapa aturan yang telah diatur oleh

undang-undang seperti Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja adalah Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan khususnyaParagraf 5 Tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi: Setiap pekerja/buruh

mempunyai hak untuk memperolahperlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Pasal 86 ayat 2: Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pasal 87: Setiap perusahaan wajib menerapkan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan

Sistem Manajemen Perusahaan.

Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang

mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya

mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk

1
2

mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi

berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional

yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah, sehingga masyarakat

bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan dalam penulisan ini yaitu “Apa

itu K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)” ?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam penulisan ini yaitu ;

1. Ingin mengatahui apa itu K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

2. Ingin mengatahui dasar hukum dalam K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja)

3. Ingin mengatahui Tujuan dan Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3)

4. Ingin mengatahui Pedoman Penanganan K3 Pencegahan dan Pengendalian

Bahaya di Tempat Kerja

5. Ingin mengatahui Penataan Tempat Kerja

6. Ingin mengatahui Bahaya-Bahaya di Tempat Kerja

1.4 Manfaat Penulisan

1. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;

2. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;

3. Memperoleh kepuasan intelektual;

4. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan tentang K3


2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

2.1.1 Pengertian

Pengertian K3 adalah bidang yang berhubungan dengan keselamatan,

kesehatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja pada sebuah institusi ataupun

lokasi proyek. Pengertian K3 secara keilmuan; K3 merupakan ilmu pengetahuan

dan penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja. Pengertian K3 secara filosofis; suatu upaya yang dilakukan untuk

memastikan keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja pada

khususnya, dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budaya

menuju masyarkat adil dan makmur.

Pengertian K3 Menurut Para Ahli :

Agar memudahkan kita dalam memahami apa arti K3, maka kita dapat merujuk

pada pendapat beberapa ahli. Berikut ini adalah pengertian K3 (Keamanan,

Kesehatan, dan Keselamatan Kerja) menurut para ahli:

1. Mathis dan Jackson

Menurut Mathis dan Jackson pengertian K3 adalah kegiatan yang menjamin

terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental

melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan

tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku,

baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.

2. Ardana

3
4

Menurut Ardana, pengertian K3 adalah upaya perlindungan yang ditujukan

agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat

dan sehat sehingga setiap sumber produksi bisa digunakan secara aman dan

efisien.

3. Flippo

Menurut Flippo arti K3 adalah pendekatan yang menentukan standar yang

menyeluruh dan spesifik, penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek

perusahaan di tempat kerja dan pelaksanaannya melalui surat panggilan, denda,

dan sanksi lain.

4. Hadiningrum

Menurut Hadiningrum pengertian K3 adalah pengawasan terhadap SDM,

mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja

tidak mengalami kecelakaan.

5. Widodo

Menurut Widodo, definisi K3 adalah bidang yang berhubungan dengan

kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah

institusi maupun lokasi proyek.

6. World Health Organization (WHO)

Menurut WHO pengertian K3 adalah upaya yang bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang

setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap

gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;


5

perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang

merugikan kesehatan.

2.1.2 Tujuan K3

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di

tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

4. Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja

2.1.3 Sasaran K3

1. Menjamin keselamatan pekerja

2. Menjamin keamanan alat yang digunakan

3. Menjamin proses produksi yang aman dan lancar

2.1.4 Norma-Norma yang Harus Dipahami dalam K3

1. Aturan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja

2. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja

3. Resiko kecelakaan dan penyakit kerja

Tujuan norma-norma : agar terjadi keseimbangan dari pihak perusahaan dapat

menjamin keselamatan pekerja.

2.1.5 Hambatan dari Penerapan K3

1. Hambatan dari sisi pekerja/ masyarakat :

 Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar

 Banyak pekerja tidak menuntut jaminan k3 karena SDM yang masih rendah.
6

2. Hambatan dari sisi perusahaan:

Perusahaan yang biasanya lebih menekankan biaya produksi atau operasional

dan meningkatkan efisiensi pekerja untuk menghasilkan keuntungan yang

sebesar-besarnya

2.2 Peraturan Perundang-Undangan LK3

2.2.1 Undang-Undang

1. Undang-Undang Uap tahun 1930 (Stoom Ordonnantie)

 Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

 Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.

 Adanya bahaya kerja di tempat itu.

2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

2.2.2 Peraturan Pemerintah

1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).

 Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

 Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.

 Adanya bahaya kerja di tempat itu.

2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran,

Penyimpanan dan Peredaran Pestisida.

3. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan

Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan.


7

4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada

Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

2.2.3 Peraturan Menteri

1. Permenakertranskop RI No 1 Tahun 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes

Bagi Dokter Perusahaan.

2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu.

3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta

Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli

Keselamatan Kerja.

4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 tentang Kewajiban Latihan Hygienen

Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Paramedis

Perusahaan.

5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada

Konstruksi Bangunan.

6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga

Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan

Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit

Akibat Kerja.

9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 tentang Bejana Tekan.

10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 tentang Kualifikasi Juru Las.


8

11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga

Kerja.

12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Otomatis.

13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pemakaian Asbes.

14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi.

15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.

16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.

 Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang

atau lebih.

 Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang

tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar

akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio

aktif .

17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 tentang Kualifikasi dan Syarat- syarat

Operator Pesawat Uap.

18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 tentang Kualifikasi dan Syarat- syarat

Operator Keran Angkat.

19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi- instalasi

Penyalur Petir.

20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan

Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


9

21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan

Kesehatan Bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Dari Paket Jaminan

Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan

Kecelakaan.

25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan

tata Kerja Dokter Penasehat.

26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.

2.3 Tujuan dan Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Secara umum Tujuan K3 adalah sebagai berikut :

1. Mencegah terjadinya kecelakaan

2. Mencegah agar kecelakaan yang serupa tidak terulang kembali (repeated

accident ) .

3. Menjamin pekerjaan dapat mengembangkan potensinya sesuai harkat dan

martabatnya sebagai manusia

Dalam Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja

tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,


10

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk

tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya

kecelakaan. Pada intinya undang undang menyediakan kerangka kerja untuk

meningkatkan standart keselamatan dan kesehatan kerja, dan mengurangi

kecelakaan ,akibat kerja serta penyebaran penyakit. Sasaran undang-undang

tersebut adalah:

1. Untuk menjaga kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan tiap orang pada

saat bekerja.

2. Untuk melindungi setiap orang saat bekerja terhadap resiko pada

keselamatan dan kesehatannya.

3. Untuk membantu menjaga keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja.

4. Untuk mengurangi tiap sumber yang beresiko pada kesehatan, keselamatan

dan kesejahteraan orang saat bekerja.

5. Untuk menyediakan kebutuhan pegawai dan perusahaan serta asosiasi yang

mewakili pegawai dan perusahaan dalam merumuskan dan mewujudkan

standar keselamatan dan kesehatan kerja.

2.4 Jenis keselamatan kerja

1. Keselamatan kerja dalam industri (Industrial Safety)

2. KeseIamatan kerja di pertambangan (Mining Safety)

3. Keselamatan kerja dalam bangunan (Building & Construction Safety)

4. Keselamatan kerja lalu lintas (Trafic Safety)


11

5. Keselamatan kerja penerbangan (Flight Safety)

6. Keselamatan kerja kereta api (Railway Safety)

7. Keselamatan kerja di rumah (Home Safety)

8. Keselamatan kerja di kantor (Office Safety)

2.5 Perlengkapan dan Alat Pelindung Diri (APD)

Peralatan perlindungan diri mungkin dipandang sebagai usaha terakhir dan

hanya dipertimbangkan saat pemeriksaan sebagai langkah pengendaiian yang

sesuai. PeraIalatan perlindungan diri meletakkan tanggungjawab kembali pada

setiap pegawai.

Penggunaan peralatan perlindungan diri sering kali dilihat sebagai barang.

yang murah untuk melindungi para pekerja. Meskipun demikian Iangkah

pengendalian ini memiliki beberapa masalah dan biasanya diakibatkan

perlindungan pekerja yang tidak memadai. Ada beberapa alasan untuk hal itu:

1. Peralatan perlindungan diri mungkin tidak nyaman untuk dipakai karena itu

sering kali kesulitan mendapatkan pekerja yang memakainya.

2. Peralatan perlindungan diri harus cocok dengan pribadi pekerja, bila terjadi

sebaliknya itu akan menjadi tidak tepat dikenakan dan gagal melindungi

pemakainya.

3. Orang yang bertanggung jawab untuk memilih Peralatan perlindungan diri

hanya memiliki sedikit atau tidak memilih pengetahuan pentingnya batasbatas

penggunaan alat tersebut.

4. Pemeliharaan standart sering tidak baik menjadikan peralatan perlindungan diri

tidak dapat dipakai.


12

2.6 Perlengkapan dan Alat-Alat Keselamatan

2.6.1 Kacamata

Gunakan kacamata yang sesuai dengan pekerjaan yang anda tangani,

misalnya untuk pekerjaan las diperlukan kacamata dengan kaca yang dapat

manyaring sinar las, kacamata renang digunakan untuk melindungi mata dari air

dan zat berbahaya yang terkandung di dalam air. Adapun kacamata yang digunakan

dalam sebuah pekerjaan yang sesuai dengan K3 adalah seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 1

Gambar 1. Kacamata Pelindung


13

2.6.2 Sepatu

Gunakan sepatu yang dapat melindungi kaki dari berat yang

menimpa kaki, paku atau benda tajam lain, benda pijar, dan asam yang

mungkin terinjak. Sepatu untuk pekerja listrik harus berbahan nonkonduktor, tanpa

paku logam. Sepatu safety yang digunakan dalam sebuah

pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sepatu Pelindung

2.6.3 Sarung Tangan

Gunakan sarung tangan yang tidak menghalangi gerak jari dan

tangan. PilIih sarung tangan dengan bahan yang sesuai dengan jenis

pekerjaan yang ditangani, misalnya sarung tangan untuk melindungi diri

dari tusukan atau sayatan, bahan kimia berbahaya, panas, sengatan listrik

atau radiasi tertentu, berbeda bahannya. Perbedaan bahan yang digunakan

tersebut tergantung pemakaian dimana dan untuk apa, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut ini yaitu sarung tangan anti radiasi

listrik dan sarung tangan biasa.


14

Gambar 3. Sarung Tangan

2.6.4 Helm Pengaman

Gunakan helm yang dapat melindungi kepala dari tertimpa benda

jatuh atau benda lain yang bergerak, tetapi tetap ringan.Helm yang

digunakan dalam sebuah pekerjaan sudah teruji kekuatannya dan

ketahanan terhadap jejatuhan yang bisa berakibat fatal. Helm yang sudah

terstandarisasi salah satunya dapat dilihat pada Gambar 4

Gambar 2.4 Helm Pengaman

2.7 Pedoman Penanganan K3 Pencegahan dan Pengendalian Bahaya di

Tempat Kerja

Prinsip pencegahan dan pengendalian bahaya di tempat kerja dapat di

rincikan dalam 4 bagian yaitu:

1. Antisipasi
15

2. Identifikasi

3. Penilaian dan evaluasi

4. Pengendalian Terjadinya luka dan sakit di tempat kerja

Sakit dan luka dapat dicegah dengan menjalankan praktek manajemen

yang baik dan bertanggung jawab serta tetap komitmen dalam menjalankan

manjemen K3.

Adapun terjadinya kecelakaan kerja pada sebuah proyek atau

pekerjaan dipicu dari berbagai hal seperti berikut ini:

1. Kurangnya komitmen untuk mengatur keselamatan dan kesehatan kerja

dan kurangnya pengertian tentang besarnya manfaat keselamatan dan

kesehatan keija

2. Tempat kerja, lokasi pabrik., dan peralatan yang tidak aman.

3. Pegawai yang jarang dan kurang terlatih.

4. Rendahnya komunikasi, supervise, dan instruksi.

2.8 Pencegahan dan Pengendalian Bahaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melindungi para pekerja dari

bahaya di tempat kerja. Sebagian besar kecelakaan ditempat kerja sebenarnya dapat

dicegah dengan menggunakan beberapa prinsip berikut ini:

1. Mengurangi penyebab bahaya. Contohnya adalah: menghilangkan bahan kimia

berbahaya dalam proses pekerjaan.

2. MenghiIangkan suara mesin dari tempat kerja agar pekerja dapat melakukan

pekerjaan dengan tenang.


16

3. Mengganti bahan berbahaya. Contohnya adalah: menggunakan pembersih yang

tidak mudah terbakar. Menggunakan peralatan hidrolik dan pneumatik sebagai

pengganti alat listrik, alat vakum pembersih sebagai pengganti sikat penghilang

karat. Menggunakan alat pengangkat sebagai pengganti cara manual.

4. Mengendalikan sumber bahaya. Jika bahaya tidak dapat dikurangi atau

digantikan cara terbaik berikutnya adalah dengan mengendalikan sumber

bahaya tersebut.

5. Melakukan kerja yang aman. Banyak variasi untuk memperkenalkan prosedur

yang aman untuk meyakinkan para pekerja sehat dan aman termasuk :

 Membeli polisi asuransi untuk keamanan

 Melatih para pegawai

 Mengadakan pemutaran jadwal kerja

 Langkah khusus pencegahan pada bahan kimia dan proses kerja yang

berbahaya

 Sistem kerja untuk meyakinkan keamanan para pekerja sebagai contoh:

sistem untuk ijin kerja, prosedur penguncian dan sebagainya.

6. Antisipasi. Bila organisasi melakukan persiapan menghadapi peristiwa yang

tidak diharapkan seperti kecelakaan ditempat kerja, kebakaran, kebocoran zat

kimia atau ancaman bom dampak dari peristiwa tersebut dapat

diperkecil.Peristiwa itu tidak murni karena kecelakaan yang tidak terduga tetapi

karena enggan atau tidak mau mengantisipasi atau mempersiapkan diri.


17

2.9 Penataan Tempat Kerja

Penataan tempat kerja merupakan suatu hal yang penting dilakukan agar

dapat mencegah kecelakaan kerja dan timbulnya penyakit. Penataan tempat kerja

berarti semua area kerja dan area penyimpanan harus bersih, rapi, dan teratur.

Menyingkirkan barang barang dan peralatan yang tidak penting atau tidak terpakai.

Ciri ciri penataan tempat kerja yang buruk:

1) Pencahayaan yang minim, kotor dan tidak rapi.15

2) Bahan-bahan peralatan dan sisa bahan terletak dilantai dan bangku kerja.

3) Antar mesin tidak terdapat tempat yang cukup untuk berjalan.

Ketidakbersihan dan ketidakrapian mungkin dapat diterima secara normal

dalam tempat kerja akan tetapi yang dibutuhkan bukan hal yang seperti itu. Setiap

individu pada tempat kerja harus berperan serta dalammengembangkan dan

menjaga penataan tempat kerja yang sistematis. Penataan yang bagus

memungkinkan bagi setiap pekerja dapat mencurahkan perhatiannya pada

pekerjaan yang diberikan secara penuh.

Terdapat 3 persyaratan utama untuk penataan tempat kerja yang baik,

yaitu sebagai berikut ini:

1) Lay out yang sesuai dan penataan peralatan dan fasilitas yang baik.

2) Penanganan dan penyimpanan material yang benar.

3) Kebersihan dan kerapian.

Untuk menentukan area kerja harus diperiksa apa yang harus dikerjakan

untuk menyediakan ruang kerja yang cukup luas dan sesuai dengan kebutuhan dan

tempat yang cukup untuk penyimpanan seluruh peralatan dan bahan/material dan
18

menyediakan fasilitas yang tepat untuk pemindahan material. Seluruh mesin-mesin,

bangku-bangku kerja dan perlengkapan lain harus diatur untuk memberikan ruang

pergerakan yang cukup bagi pekerja dan peralatan-peralatan portabelnya. Seluruh

barang yang tidak berguna harus disingkirkan. Material dan peralatan portable

harus hanya disimpan diruang penyimpanan.

2.10 Penataan Tempat Kerja yang Buruk

Penataan tempat kerja yang buruk ditampakkan dari beberapa aspek berikut

ini yaitu:

1. Tidak terpenuhinya standart lay out tempat kerja dan standart peralatan,

2. Penataan ulang yang tidak sah,

3. Peralatan tidak terletak pada tempat yang telah ditentukan pada

4. perencanaan yang sudah disetujui,

5. Peralatan yang rusak atau usang,

6. Peralatan portabel yang berceceran,

7. Kebocoran dari bahan berbahaya seperti kebocoran gas,

8. Tumpukan barang yang tidak stabil,

9. Jalan kerja yang kacau,

10. Kurangnya tanda peringatan terhadap bahaya listrik,

11. Peralatan yang terbebani secara berlebihan,

12. Peralatan pengganti atau darurat,

13. Lantai dan dinding yang kotor,

14. Pencahayaan yang kurang,

15. Peralatan kotor yang tidak perlu,


19

16. Kamar kecil yang kotor,

17. Tidak terdapat poster tentang prosedur keselamatan kerja,

18. Sampah dan sisa-sisa potongan bahaya, dan

19. Bahaya benda-benda yang menonjol keluar.

Masalah yang biasanya timbul pada hal penyimpanan adalah tidak

cukupnya tempat atau ruang untuk meletakkan barang-barang. Pada beberapa

instansi masalah ini dapat diatasi dengan menambah rak-rak peralatan dan material.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan pada sistem penyimpanan barang:

1. Penyimpanan material harus direncanakan terlebih dahulu.

2. Barang-barang yang sering digunakan diletakkan pada tempat yang terdekat

dengan pekerja dan barang yang lebih berat ditaruh pada ketinggian yang

sesuai.

3. Alarm, lampu penerangan: saklar dan kontrol panel, peralatan P3K dan fasilitas

cuci semuanya ini harus berfungsi dengan baik.

4. Alat pemadam kebakaran harus mudah dicapai/didapatkan.

5. Jalan keluar masuk kerja harus bebas hambatan.

6. Tabung-tabung yang berisi cairan, gas yang mudah temakar atau beracun

disimpan didalam bangunan yang terpisah dan harus mematuhi aturan.

Kemudian terdapat pula perlengkapan dan alat-alat keselamatan dalam sebuah

instansi:

1. Alat pemadam kebakaran

Alat-alat pemadam kebakaran dan penanggulangan kebakaran terdiri dari dua

jenis:
20

a) Terpasang tetap di tempat

 Pemancar air otomatis

 Pompa air

 Pipa-pipa dan selang untuk aliran air

 Alat pemadam kebakaran dengan bahan kering Co2 atau busa

b) Dapat bergerak atau dibawa

Alat ini seharusnya tetap tersedia di setiap instansi bahkan rumah tangga.

Pemasangan alat hendaknya di tempat yang paling mungkin terjadi

kebakaran, tetapi tidak terlalu dekat dengan tempat kebakaran dan mudah

dijangkau saat terjadi kebakaran.

 Hydrant dan APAR

 Kotak P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan).

Seharusnya dalam sebuah instansi besar maupun rumah tangga harus

terdapat kotak P3K yang berfungsi untuk pertolongan pertama jika

terjadi kecelakaan. Peletakan kotak P3K pun harus pada tempat yang

terjangkau.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat mengikuti praktek-praktek kerja

yang aman adalah:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran jika terjadi kebakaran

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian lain yang berbahaya


21

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik

8. maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

10. Menyelenggarakan udara yang cukup, suhu dan kelembaban udara yang

baik

11. Memelihara kebersihan dan kerapian tempat kerja

12. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja20

13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan dan penyimpanan barang

15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

16. Menyesuaikan dan mempergunakan pengamanan pada pekerjaan yang

berbahaya.

17. Waktu Mengikuti praktek-praktek kerja yang aman harus teliti, cermat, dan

untuk seluruh kegiatan tersebut harus taat asas terhadap prosedur dan

undang undang yang berlaku, serta ketentuan yang sudah ditetapkan

termasuk memastikan prosedur standar.

2.11 Bahaya-Bahaya di Tempat Kerja

Terdapat beberapa bahaya yang ditumbulkan pada saat bekerja. Hal tersebut

juga dipicu oleh keadaan di tempat kerja. Berikut ini merupakan beberapa bahaya

yang ditumbulkan di tempat kerja:

1. Fisik
22

Yang termasuk dalam bahaya fisik adalah: suara, getaran, penerangan, listrik,

panas dan dingin, debu yang mengganggu, api/ ledakan mesin gerinda, ruang

kerja.

2. Kimia

Yang termasuk dalam bahaya dari bahan kimia adalah: gas, debu, asap, uap dan

cairan.

3. Radiasi

Bahaya yang ditimbulkan dari adanya radiasi suatu alat merupakan pemicu

terjadinya kecelakaan kerja. Adapun bentuk radiasi adalah: radiaso Microvawe,

infra merah, ultra violet, laser ( nano ionisasi ), dan sinar X, sinar gamma (

ionisasi ).

4. Psikologi

Pergantian kerja, beban pekerjaan, kesepakatan dengan masyarakat, godaan,

perbedaan, perlakuan yang berbahaya, suara frekuensi rendah yang konstan.

5. Biologis

Infeksi, bakteri dan virus seperti hepatitis merupakan bahaya yang timbul secara

biologis. Contoh dari ancaman bahaya di tempat kerja adalah sebagai berikut:

a) Keadaan darurat (kecelakaan kerja)

b) Kebakaran dan kontaminan asap

c) Bangunan roboh atau ledakan

d) Kehilangan tenaga (tenaga listrik, AC, pemanas)

e) Kerusakan air (kerusakan pipa)

f) Pelepasan bahan beracun


23

g) Bencana alam gerakan bumi (seperti gempa bumi dan longsor)

h) Kerusakan badai (seperti salju, es, dan banjir)

i) Intervensi manusia : Sabotage Vandalism

2.12 Keterampilan yang di Butuhkan dalam Melaporkan Bahaya-Bahaya di

Tempat Kerja

Hal yang perlu diperhatikan pada saat melaporkan bahaya-bahaya di tempat

kerja adalah dapat mengenali/mengetahui jenis-jenis bahaya dan melaporkan

bahaya di tempat kerja kepada orang yang tepat. Sikap Kerja yang harus dilakukan

waktu melaporkan bahaya-bahaya di tempat kerja. Waktu mengikuti melaporkan

bahaya-bahaya di tempat kerja harus teliti, cermat dan untuk seluruh kegiatan

tersebut harus taat asas terhadap prosedur, serta ketentuan yang sudah ditetapkan

termasuk memastikan prosedur standar.

1) Tata cara pelaporan kecelakaan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kebakaran dan prosedur

pengungsian keadaan darurat tidak dapat dianggap enteng. Anda tidak dapat

menunggu terjadinya masalah dan kemudian baru memutuskan bagaimana

menanganinya.Berdasarkan tempat kerja anda kembangkan prosedur dan

tetapkan petugas sebagai ahli pertolongan pertama, pengawas kebakaran,

perwakilan keselamatan dan kesehatan kerja dan Iainnya.Yakinkan anda

mengetahui prosedur yang tepat untuk tempat kerja anda, dan siapa yang

ditunjuk sebagai petugas. Berikut merupakan langkah cara pelaporan jika

terjadi kecelakaan:

a) Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang


24

b) terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya.

c) Kewajiban melaporkan berlaku bagi pengurus atau pengusaha yang

d) telah dan yang belum mengikutsertakan pekerjaannya ke dalam

e) program jaminan sosial tenaga keija

f) wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Departemen

g) Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam.

h) Penyampaian laporan dapat dilakukan secara lisan sebelum dilaporkan

secara tertulis.

2) Prosedur pelaksanaan darurat

Pelaksanaan prosedur darurat dan pelatihan karyawan dan pengetahuan

tentang prosedur ini merupakanbagian penting dan kontrol fisik. administrasi.

Prosedur ini harus didokumentasikan secara jelas, mudahdiakses (termasuk

salinan disimpan off-site pada kejadian bencana), dan diperbarui secara berkala.

Unsur administrasi prosedur darurat harus mencakup sebagai berikut:

a) Prosedur shutdown sistem darurat

b) Prosedur evakuasi Pelatihan karyawan, program kesadaran, keterampilan

secara periodic

c) Tes secara periodik terhadap peralatan dan sistem

3) Evakuasi

Evakuasi adalah kegiatan memindath korban dari lokasi kecelakaan

ketempat lain yang lebih aman dengan cara-cara yang sederhana di lakukan dl

daerah-daerah yang sulit dijangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong


25

harus melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama peljalanan. Cara

pengangkutan korban:

a) Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual

Pada umumnya digunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban

cedera ringan, dianjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang.

b) Pengangkutan dengan alat (tandu). Rangkaian pemindahan korban:

 Persiapan

 pengangkatan korban ke atas tandu,

 pemberian selimut pada korban

 Tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cedera.

c) Prinsip Pengangkatan korban dangan tandu:

 Pengangkatan korban, harus secara efektif dan efisien dengan dua

langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban

serapat mungkin dengan tubuh korban.

 Sikap mengangkat. Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk

menghindari cedera.

 Posisi siap angkat dan jalan. Biasanya posisi kaki korban berada di

depan dan kepala Iebih tingi dari kaki.

d) Keterampilan yang dibutuhkan dalam mengikuti prosedur-prosedur darurat.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat mengikuti prosedurprosedur darurat

adalah:

 Menghubungi personil yang tepat dan Iayanan darurat jika terjadi

kecelakaan di tempat kerja kepada orang yang tepat


26

 Melaksanakan prosedur pada kondisi darurat jika tejadi kecelakaan di

tempat kerja.

 Mengikuti prosedur evakuasi dalam keadaan darurat jika terjadi

kecelakaan di tempat kerja


3 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Keselamatan Kerja merupakan aspek paling penting pada pekerjaan.

2. Penggunaan alat pelindung diri dapat melindungi seluruh atau sebagian

tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan

kerja, dan mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

3.2 Saran

1. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih

merasa aman dan nyaman.

2. Perusahaan dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasikan program

K3 untuk meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang

nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.

27
4 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Pengertian K3 Secara Umum, Tujuan, Prinsip, Ruang Lingkup,

Jenis K3. https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-k3.html.

Hasibuan, Malayu S.P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,

Jakarta : Bumi Aksara, h. 188.

Hebbi Ilma Adzim, Dasar-dasar K3, 2020. Diakses dari situs :

https://www.google.com/amp/s/sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot

.com/2013/10/sy arat-syarat-k3-keselamatan-dan.html.

Ramli, Soehatman. Sistem Proteksi Kebakaran. FKM UI: Departemen K3,2005.

Riswan Dwi Djamiko, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Yoyakarta:CV. Budi

Utama, 2006), h.1

Kementrian Ketenagakerjaan RI. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan

Produktivitas, Direktorat Bina Standarisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja.

28

Anda mungkin juga menyukai