Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERILAKU K3 DAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

TUGAS MATA KULIAH K3


SEMESTER GENAP 2021/2022

Dibimbing oleh:
Bapak Prof. Dr. Djoko Kustono, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok F / 6:

1. Muhammad Denis Satria 210512520012


2. Muhammad Prima Putra P. 210512520010
3. Mukhammad Fery Kurniawan 210512520047

PRODI D3 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
K3 dan Etika Profesi yang membahas “Perilaku K3 dan Alat Pelindung Diri”, Insyaallah dengan
baik dan tepat waktu.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah dan agar kami
dapat memahami lebih jelas tentang Perilaku K3 dan Alat Pelindung Diri (APD). Dengan
dibuatnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan kita semua, bagi pembaca pada
umumnya dan kami sebagai penyusun pada khususnya. Makalah yang kami buat memang jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan.

Malang, 26 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
I.1. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
I.2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................1
I.3. TUJUAN...........................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1. Perilaku K3......................................................................................................................................2
2.2. Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2010........................................................3
2.3. Daftar Alat Pelindung K3 Beserta Fungsinya...................................................................................4
2.4 Safety Culture (Budaya K3)..............................................................................................................6
2.5. Behavior Based Safety......................................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................................8
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya
kecelakaan kerja pada area kerja. Penggunaan alat pelindung diri seringkali dianggap tidak
penting ataupun remeh oleh para pekerja, terutama pada pekerja yang bekerja pada area yang
berbahaya. Padahal penggunaan alat pelindung diri ini sangat penting dan berpengaruh terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja pekerja. Kedisiplinan para pekerja dalam mengunakan alat
pelindung diri tergolong masih rendah sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja yang dapat
membahayakan pekerja cukup besar.
Sedangkan, Perilaku K3 sendiri Perilaku diterjemahkan dari kata bahasa Inggris “behavior” dan
kata tersebut sering dipergunakan dalam bahasa sehari-hari, namun seringkali pengertian
perilaku ditafsirkan secara berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Perilaku juga sering
diartikan sebagai tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain dan lingkungan disekitarnya, atau bagaimana manusia beradaptasi terhadap
lingkungannya. Perilaku, pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang ditampikan
seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku keselamatan
adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan faktor-faktor keselamatan kerja. Kata
Kunci : Perilaku K3 dan Alat Pelindung Diri (APD).
I.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Perilaku K3?
2. Adakah ada Undang – Undang yang mengatur Perilaku K3? Undang – Undang nomor
berapakah, yang mengatur tentang hal tersebut?
3. Apa yang dimaksud dari Alat Pelindung Diri (APD?
4. Bagaimana konsep, prinsip serta penerapan Budaya K3?
5. Apa itu Jenis – jenis Behavior dan Unsave Behavior?

I.3. TUJUAN
1. Mengetahui tentang apa itu Perilaku K3
2. Mengetahui Undang – Undang yang mengatur tentang Alat Pelindung Diri (APD)
3. Mengetahui yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD)
4. Mengetahui Konsep, Prinsip, dan Penerapan Budaya K3
5. Mengetahui Jenis - Jenis Behavior dan Unsave Behavior

1
6.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perilaku K3
Perilaku dalam K3 adalah segala aktifitas atau tindakan yang dapat dilihat atau diamati orang
lain. Contoh, pekerja yang melakukan aktifitas produksi, berjalan, menyebrang, naik tangga,
duduk, berlari, memakai APD dalam bekerja, dan lain-lain, semua itu merupakan perilaku
seseorang. Dalam program BBS tentu saja yang menjadi target adalah perilaku-perilaku tidak
aman yang harus diubah. Misalnya naik tangga tanpa memegang hand rail, menyebrang di
sembarang tempat, berjalan di jalur forklift, posisi duduk yang tidak ergonomis, memotong jalur
proses produksi, bekerja tidak sesuai SOP, dsb.
Karena tujuan Perilaku K3 adalah untuk melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan ditempat
kerja yang meliputi:

1. Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan untuk


kesejahteraannya;
2. Melindungi lingkungan dari kerusakan akibat pencemaran;
3. Melindungi keselamatan alat atau sumber produksi seperti permesinan, bahan baku,
dll.;
4. Kelancaran produksi dan meningkatkan efisiensi kerja;
5. Melindungi pekerja dari kemungkinan buruk karena kecerobohan kerja;
6. Mengurangi angka kematian pekerja;
7. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit lain yang diakibatkan sesama
pekerja;
8. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental;
9. Mengontrol semua resiko dan potensi kecelakaan yang menghasilkan kecelakaan dan
kerusakan;
10. Mencegah kecelakaan;
11. Menghindari kerugian harta benda dan nyawa;
12. Menghindari kerugian perusahaan.

Jadi pada dasarnya prinsip dari Perilaku K3 adalah:


1. Mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal,

2. Mencegah kecelakaan dengan kerja sama tim yang baik,

3. Pengamanan fisik dan perlindungan pribadi maupun tamu.

3
2.2. Permen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2010
Yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang mampu
melindungi individu dengan cara menutup sebagian atau seluruh tubuh sehingga terhindar dari
bahaya di tempat kerja.
Undang – Undang No.1 Tahun 1970
1. Pasal 3 ayat (1) butir f:
“Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk……………
memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja…”
2. Pasal 9 ayat (1) butir c:
“Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang Alat-
alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.”
3. Pasal 12 butir b:
“Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk……………
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan…”
4. Pasal 14 butirb:
“Pengurus diwajibkan… Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan
Kerja…”
Permenakertrans No. Per:01/MEN/1981
1. Pasal 4 ayat 3: “Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan penggunanya oleh tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.”
2. Pasal 5 ayat 2: “Tenaga kerja harus memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
untuk pencegahan penyakit akibat kerja.”
Permenakertrans No. Per:08/MEN/VII/2010
1. Pasal 4 ayat 1:
“APD wajib digunakan di tempat kerja di mana: dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan
mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran, atau peledakan;
2. Pasal 5

4
“Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.”

Tujuan Diperlukannya Alat Pelindung Diri K3


Seperti yang disebutkan, alat pelindung K3 adalah alat yang mengisolasi sebagian atau seluruh
bagian tubuh dari potensi bahaya. Jika dijabarkan lebih rinci, maka tujuan dari penggunaan APD
antara lain sebagai berikut.
1. Melindungi tenaga kerja dari potensi risiko bahaya K3.
2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
2.3. Daftar Alat Pelindung K3 Beserta Fungsinya
Berdasarkan Permenakertrans No. Per:08/MEN/VII/2010, berikut adalah beberapa jenis alat
pelindung K3 berikut fungsinya.
A. Alat Pelindung Kepala

Fungsinya adalah untuk melindungi kepala dari terpukul, terantuk, kejatuhan atau
benturan dengan benda keras atau tajam. Pelindung kepala juga melindungi dari paparan
radiasi panas, mikroorganisme, percikan bahan kimia, dan suhu ekstrem.

Perlengkapan yang termasuk di dalamnya adalah helm pengaman (safety helmet),


pengaman rambut, tudung kepala, dan lain-lain.

B. Alat Pelindung Mata dan Muka

Fungsinya adalah untuk melindungi mata dan wajah agar tidak terpapar secara langsung
terhadap bahan kimia berbahaya. Di samping itu, alat ini juga melindungi terhadap
paparan partikel yang ada di air dan udara serta percikan benda panas dan uap panas.

Alat pelindung mata dan muka juga mampu memberi perlindungan dari benturan benda
keras atau tajam, pancaran cahaya, serta radiasi gelombang elektromagnetik.

Perlengkapan yang termasuk di dalamnya adalah tameng muka (face shield), kacamata
pengaman (spectacles), masker selam, goggles, full face masker dan tameng muka.

C. Alat Pelindung Telinga

5
Fungsinya adalah untuk melindungi telinga dari kebisingan atau tekanan. Perlengkapan
yang termasuk di dalamnya adalah penutup telinga (ear muff) dan sumbat telinga (ear
plug).

D. Alat Pelindung Pernapasan Beserta Kelengkapannya

Alat ini bekerja dengan cara menyalurkan udara bersih atau menyaring polusi agar tidak
masuk ke dalam sistem pernapasan. Fungsinya adalah untuk melindungi organ
pernapasan dari mikroorganisme, bahan kimia, debu, kabut (aerosol), asap, uap, gas, dan
sebagainya.

Perlengkapan yang termasuk di dalamnya adalah respirator, masker, kanister, katrit, Re-
breather, Air Hose Mask Respirator, Airline respirator, tangki selam, dll.

E. Alat Pelindung Tangan

Fungsinya adalah untuk memberi perlindungan pada tangan dan jari-jari agar terhindar
dari pajanan langsung terhadap api, suhu panas maupun dingin, dan radiasi
(elektromagnetik maupun radiasi mengion).

Di samping itu, alat pelindung tangan juga dapat melindungi dari paparan bahan kimia,
arus listrik, pukulan, benturan, risiko tergores. Fungsi lainnya yaitu mencegah infeksi zat
patogen (bakteri, virus) dan jasad renik.

Perlengkapan yang termasuk di dalamnya adalah sarung tangan yang terbuat dari kulit,
logam, karet, kain kanvas atau kain berlapis, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

F. Alat Pelindung Kaki

Fungsinya adalah untuk melindungi kaki dari terkena cairan panas atau dingin, uap
panas, suhu yang ekstrem, serta bahan kimia berbahaya dan jasad renik. Di samping itu,
pelindung kaki dapat memberi perlindungan terhadap risiko tertusuk benda tajam,
tertimpa benda berat, dan tergelincir.

Perlengkapan yang termasuk alat pelindung kaki adalah sepatu keselamatan pada
pekerjaan industri, peleburan, konstruksi bangunan, dan pengecoran logam.

Sepatu keselamatan juga diperlukan untuk pekerjaan yang berpotensi menimbulkan


bahaya dan peledakan. Mereka yang bekerja di tempat yang licin atau basah, berisiko
bahan kimia dan jasad renik, dan bahaya binatang juga perlu mengenakan alat pelindung
kaki.

6
G. Pakaian Pelindung

Fungsinya adalah untuk memberi perlindungan terhadap sebagian atau seluruh bagian
tubuh dari bahaya paparan api dan benda panas, temperatur panas atau dingin yang
ekstrem, cairan dan logam panas dan uap panas.
2.6 Safety Culture (Budaya K3)
Safety Culture atau Budaya K3 yaitu sikap yang mengutamakan nilai- niai kesehatan dan
keselamatan kerja ditandai dengan dipatuhinya kebijakan atau peraturan yang berlaku oleh
semua anggota organisasi. Upaya keselamatan pasien (KP) diawali dengan penerapan budaya
keselamatan (KP).
Istilah budaya K3 pertama kali muncul saat bencana Chernobyl terjadi di Tahun 1986.
Kecelakaan reaktor nuklir yang menyebabkan isotop radioaktif dalam jumlah besar tersebar ke
atmosfer di seluruh Kawasan Uni Soviet bagian Barat dan Eropa. Dalam laporan bencana
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl tersebut kecelakaan kebocoran nuklir diakibatkan
oleh kegagalan dalam uji keselamatan. Insiden ini pada akhirnya meningkatkan perhatian
mengenai budaya keamanan di dunia.
Menurut International Nuclear Safety Advisory Group (INSAG) budaya keselamatan
merupakan gabungan dari karakteristik dan sikap dalam organisasi dan individu serta merupakan
integrasi dari perilaku, sikap, persepsi yang keluarannya berupa performansi yang nantinya dapat
menggerakkan organisasi.
Penerapan budaya K3 tidak hanya didorong melalui penerapan sistem Manajemen K3
(SMK3) berdasarkan Peraturan Pemerintah no 50 tahun 2012 saja, namun standar SMK3
berdasarkan ISO 45001:2018.
Standar ISO 45001:2018 juga meenempatkan penera[an budaya K3 secara khusus dalam
klausul 5.4. yang mana di dalamnya mempersyaratkan bahwa organisasi harus menetapkan,
menerapkan dan memelihara proses-proses konsultasi dan partisipasi pekerja di semua tingkatan
dan fungsi yang berlaku, dan, apabila ada, perwakilan pekerja, dalam pengembangan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kinerja dan tindakan perbaikan SMK3.
Dengan keterlibatan pekerja di seluruh level dan fungsi, maka tanggung jawab K3 akan
dilakukan oleh semua pihak. Persyaratan baru inilah yang nantinya akan membawa perusahaan
yang menerapkan ISO 45001:2018 perlahan menanamkan budaya K3.
Pendekatan budaya keselamatan dimulai dari level manajemen ke level yang lebih rendah
(top-down approach), sementara pendekatan perilaku keselamatan dimulai dari level bawah ke
level atas (bottom-up approach). Keberhasilan kedua pendekatan tersebut bergantung pada ada
tidaknya perubahan pada tata nilai dasar dari organisasi, itikad, dan asumsi tentang keselamatan
di tempat kerja. DeJoy (2005) mengusulkan metode pendekatan terintegrasi antara pendekatan
budaya keselamatan dan perilaku keselamatan. Pendekatan budaya keselamatan lebih bersifat
komprehensif namun kurang memberikan solusi pada masalah keselamatan yang spesifik. Disisi

7
lain,pendekatan perilaku lebih bersifat spesifik dalam menyelesaikan masalah keselamatan
namun kurang komprehensif.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa kombinasi pendekatan kedua metode ini akan saling
melengkapi dan menghasilkan perubahan yang lebih komprehensif sekaligus menyelesaikan
masalah-masalah keselamatan yang spesifik. Model pendekatan terintegrasi yang diusulkan
sangat baik dan dapat diterima secara konsep (DeJoy, 2005).
2.7. Behavior Based Safety
Salah satu program yang paling banyak digunakan untuk memperbaiki perilaku pekerja
adalah behavior-based safety. Behavior-based safety atau lebih dikenal dengan singkatan BBS
adalah suatu pendekatan yang bersifat proaktif dalam meningkatkan kinerja K3, dan sistem ini
juga memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya kecelakaan serta dapat mengukur
perilaku aman dan tidak aman di tempat kerja. Sistem ini juga memberikan kesempatan kepada
setiap individu untuk berbagi informasi mengenai kinerja K3 dan umpan balik terhadap rekan-
rekan kerja mereka, mendorong keterlibatan pekerja dalam semua aktifitas K3, meningkatkan
kesadaran pribadi akan K3, memperbaiki presepsi terhadap resiko dan mengarahkan konsep
berpikir pada pencegahan kecelakaan (IET, 2007).
Program BBS adalah merupakan program perbaikan kontinu yang melibatkan manajemen dan
pekerja. Ada lima program yang harus dijalan secara kontinu dalam BBS, yaitu :

1. Observasi, diskusi dan umpan balik dari pekerja di lingkungan kerja. Program ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya guna mengetahui
perilaku aman dan tidak aman dari pekerja.

2. Melakukan komunikasi dengan semua pekerja sebagai bentuk pembelajaran


berdasarkan informasi yang diperoleh dari program pertama.

3. Membuat program perencanaan implementasi BBS berdasarkan masukan dan data


yang diperoleh dari program pertama.

4. Implementasi perbaikan dan berbagi pembelajaran antar organisasi.

5. Training dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan


presepsi terhadap resiko, membina individu untuk melakukan pekerjaan sesuai
dengan standar dan menguji dampak perilaku.

8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Alat pelindung diri atau APD sangat penting dan diperlukan oleh pegawai, karyawan,
enginering, administratif atau siapapun yang memiliki risiko kecelakaan ataupun bahaya dalam
bekerja. Oleh karena itu APD harus benar-benar dipelajari dan dipahami baik dalam
penggunaannya ataupun pemeliharaannya agar APD bias berfungsi dengan baik. Berikut
pembahasan mengenai alat pelindung diri:
1. Alat perlindungan diri merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi risiko akibat
kecelakaan, bukan menghilangkan kecelakaan itu sendiri.
2. Alat perlindungan diri dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.
3. Alat perlindungan diri harus sesuai dengan jenis kegiatan dan tempat pekerjaan.
4. Alat perlindungan diri harus selalu dirawat agar dapat digunakan sesuai dengan
ketentuan.

3.2 Saran
1. Setiap pekerja sebaiknya menggunakan alat pelindung diri.
2. Penyuluhan tentang alat pelindung diri kepada semua masyarakat agar dapat mengurangi
angka kecelakaan.
3. Penggunaan alat pelindung diri sebaiknya sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.
4. Pemantauan terhadap alat pelindung diri harus rutin dilakukan, agar dalam penggunaan
lebih optimal.
Serta, sebaiknya siapapun itu yang bekerja pada suatu proyek apapun itu perlu menerapkan
prinsip perilaku K3.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://indonesiasafetycenter.org/contoh-budaya-k3-yang-dapat-di-terapkan-di-perusahaan/
http://eprints.polsri.ac.id/3108/6/BAB%20V.PDF
http://ners-binahusada.blogspot.com/2011/10/alat-pelindung-diri-APD.html
https://blog.ruparupa.id/alat-pelindung-diri-kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3
https://healthsafetyprotection.com/tag/alat-pelindung-diri/
https://fatkhan.web.id/perilaku-k3/

10

Anda mungkin juga menyukai