DI SUSUN OLEH :
Kelompok 5 (Kotaraja)
Nama Anggota :
1. Ega Widya Narto (20170711014201)
2. Hanna Olga Anoga (2019072014008)(Non reguler)
3. Rahayu Putri Dewanty(20170711014117)
4. Sindhi Ayu Patinggi (20170711014165)
5. Thia Levionita Bembe(20170711014163)
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas mata kuliah program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
laporan mengenai program K3 pada usaha bengkel las. Kami berharap laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini
dari awal hingga akhir.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................7
A. Kesimpulan ...............................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dewasa ini telah menjadi suatu hal
yang harus dilaksanakan di tempat kerja. Upaya K3 dimaksudkan untuk
melindungi pekerja, mencegah kecelakaan dan munculnya gangguan kesehatan
terhadap aktivitas pekerjaan, seperti tertuang dalam Undang-Undang (UU) No 1
tahun 1970. Peraturan Pemerintah (PP) No 50 tahun 2012 pasal 7, menyebutkan
bahwa perlunya kebijakan mengenai tinjauan awal terkait kondisi K3, salah
satunya dengan mengidentifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko. Upaya mengidentifikasi potensi bahaya, menilai, dan mengendalikan
potensi risiko bahaya merupakan konsep dari manajemen risiko.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2012 jumlah tenaga kerja
sebanyak 112,8 juta orang, dengan 42,1 juta orang bekerja pada sektor kegiatan
formal dan 70,7 juta orang bekerja pada sektor kegiatan informal. Melihat
banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor kegiatan informal, maka manajemen
risiko perlu dilakukan terutama untuk aktivitas pekerjaan yang memiliki potensi
risiko di sektor usaha tersebut. Terlebih sektor kegiatan informal seperti usaha
bengkel las yang memiliki aktivitas pengelasan berpotensi menimbulkan risiko
keracunan uap logam, (Sum a’mur, 1976:144). Usaha bengkel las yang memiliki
aktivitas gerinda, mengandung berbagai jenis energi seperti energi mekanis, fisik,
dan listrik. Energi-energi tersebut dapat menimbulkan cedera, suara dan getaran
yang keras, serta energi panas dan percikan bunga api yang dapat menimbulkan
kecelakaan dan kerusakan, (Ramli, 2011:64).
Bengkel las merupakan bengkel yang melayani konstruksi besi dan
sejenisnya, biasanya berupa pagar/pintu besi, teralis pengaman/teralis jendela,
tangga, kanopi, rangka atap dan lain-lain. Proses kegiatan yang dilakukan di
bengkel las berdasarkan hasil observasi adalah pemotongan besi dan
penyambungan besi sesuai bentuk yang diinginkan menggunakan mesin las.
Kecelakaan kerja pada pekerja las umumnya disebabkan karena kurang hati-
hati pada pengerjaan las, pemakaian alat pelindung diri yang kurang benar,
pengaturan lingkungan yang tidak tepat. Untuk menghindari kecelakaan
tersebutperlu diperlukan adanya pengetahuan yang baik terhadap pemakaian alat
pelindung diri dan mengetahui tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan faktor-
faktor terjadinya kecelakaan kerja.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)?
2. Apa pengertian pengelasan?
3. Apa saja jenis-jenis pengelasan?
4. Apa saja bahaya dalam pengelasan?
5. Usaha apa yang diambil ?
6. Bagaimana alur kerja/proses kerjanya?
7. Apa permasalahan di tempat kerja yang berhubungan dengan K3?
8. Program apa yang diajukan?
9. Alasan apa dalam pemilihan kegiatan?
10. Bagaimana bentuk kegiatannya?
11. Apa hasil akhir yang ingin dicapai?
12. Apa rencana kegiatannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Untuk mengetahui pengertian pengelasan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pengelasan
4. Untuk mengetahui bahaya dalam pengelasan
5. Untuk mengetahui nama usaha yang ingin diambil
6. Untuk mengetahui alur kerja/proses kerjanya
7. Untuk mengetahui permasalahan di tempat kerja yang berhubungan dengan
K3
8. Untuk mengetahui program yang diajukan
9. Untuk mengetahui alasan pemilihan kegiatan
10. Untuk mengetahui bentuk kegiatan
11. Untuk mengetahui hasil akhir yang ingin dicapai
12. Untuk mengetahui rencana kegiatan
BAB II
PEMBAHASAN
C. Jenis-jenis Pengelasan
Jenis-Jenis Pengelasan Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan terbagi
menjadi dua antara lain (Bintoro, 1999) :
a. Las Oksi Asetilen
Las oksi asetilen merupakan proses pengelasan secara manual dengan
pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai
mencair oleh nyala gas asetilen melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2
dengan atau tanpa logam pengisi. Pembakaran gas C2H2 oleh oksigen (O2)
dapat menghasilkan suhu yang sangat sangat tinggi sehingga dapat
mencairkan logam.Gas asetilen merupakan salah satu jenis gas yang sangat
mudah terbakar dibawah pengaruh suhu dan tekanan.Gas asetilen disimpan di
dalam suatu tabung yang mampu menahan tekanan kerja.
Bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh gas asetilen antara lain:
1. Polimerisasi, peristiwa ini akan menyebabkan suhu gas meningkat jauh
lebih tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini akan terjadi
pada suhu 300°C, jika berada pada tekanan 1 atm. Oleh sebab itu, gas
asetilen tidak boleh disimpan atau digunakan pada suhu diatas 300°C.
2. Disosiasi, yaitu adanya panas yang ditimbulkan oleh proses pembentukan
zat-zat. Disosiasi terjadi pada suhu 600°C jika berada pada tekanan 1 atm
atau 530°C jika tekanan 3 atm. Jika terjadi disosiasi maka tekanan gas
meningkat dan hal ini sangat membahayaka karena bisa menimbulkan
ledakan.
b. Las listrik
Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan
mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda
yang akan disambung. Elektroda-elektroda yang dialiri listrik digunakan
untuk menekan benda kerja dengan tekanan yang cukup.Penyambungan dua
buah logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan
dengan busur nyala listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada
bidang-bidang sentuhan akan menimbulkan panas dan berguna untuk
mencairkan permukaan yang akan disambung.
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala
busur listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara
ujung-ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat
menentukan terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin
mudah terjadi loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa
tegangan yang tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh
manusia hanya mampu menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain
penggunaan arus dan tegangan yang bisa membahayakan operator, nyala
busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet dan sinar infra merah yang
berinteraksi sangat tinggi.Pancaran atau radiasi dari sinar tersebut sangat
membahayakan mata maupun kulit manusia (Bintoro, 1999).
K. Rencana kegiatan
I. Tujuan Dan Sasaran
a. Tujuan
1. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
bengkel las dan aman bagi lingkungan sekitar kerja bengkel sehingga proses
pelayanan berjalan dengan baik dan lancar
2. Tujuan khusus
- Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya informasi K3
dengan melibatkan semua karyawan, dan pimpinan perusahaan
- Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3 bengkel las
- Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan, kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
- Terlindungnya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK
b. Sasaran
- Pengelola usaha bengkel LAS/ pimpinan
- Karyawan bengkel las
(kali)
I Pelayanan Kesehatan Kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan Insidentil 100%
sebelum bekerja, pemeriksaan
berkala, dan pemeriksaan kesehatan
khusus bagi karyawan las
b. Menyediakan makanan sehat Setiap hari 100%
II Penggembangan Manajemen Tanggap
Darurat
a. Inventarisasi tempat-tempat yang 1x 100%
beresiko
b. Membuat rambu-rambu tanda khusus 1x 100%
c. Menyediakan APAR 1x 100%
d. Melakukan pengecekkan alat/ mesin- 1x 100%
mesin las
III Penggembanggan Program Limbah Padat,
Cair, Dan Gas
a. Penyediaan fasilitas untuk 365 100%
penangganan limbah padat, cair dan
gas
IV Penggembangan Pengendalian Bahaya
a. Pengendalian teknik. Menghilangkan 1x 100%
bahaya yang ada seperti
menggunakan alat yang lebih aman
dan melakukan modifikasi ventilasi
ruangan
b. Pengendalian administrative 100%
b. P3K (obat-obatan)
VI Pemantauan Lingkungan Kerja
I
a. Maaping lingkungan tempat kerja 1x 100%
(area/tempat kerja yang dianggap
beresiko), area yang sudah
dilaksanakan program k3 dan
mendokumentasikan pelaksanaan
program
b. Menjaga kebersihan area kerja 100%
Jadwal Kegiatan : mulai dilaksanakan program k3 di perbengkelan las 28
juni 2020
1 Penyiapan RK3K
Pertemuan
keselamatan
C Pelatihan k3 Org 3 3.000.000 9.000.000
4 Personil k3
6 Rambu-rambu k3
A. Kesimpulan
1. Menurut Depnaker RI (2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
segala daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka
mencegah, mengurangi, dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan
dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian
bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan
melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kecelakaan kerja :
a. Situasi kerja
b. Kesalahan orang
c. Tindakan tidak aman
d. Kecelakaan
e. Cedera/kerusakan
3. Menurut Deutsce Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksankan dalam keadaan, dijelaskan lebih
lanjut bahwa las adalah sesuatu proses dimana bahan dan jenis yang sama
digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui
ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan (Suharno,
2008).
4. Jenis-Jenis Pengelasan Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan
terbagi menjadi dua antara lain (Bintoro, 1999) :
a. Las oksi asitilen
b. Las listrik
5. Beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto
dan Okumura, 2004) antara lain :
a. Cahaya dan sinar yang berbahaya Selama proses pengelasan akan timbul
cahaya dan sinar yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain
yang ada di sekitar pengelasan.
b. Arus listrik yang berbahaya
c. Debu dan gas dalam asap las
d. Bahaya kebakaran
e. Bahaya jatuh
6. Nama usaha : Usaha bengkel las
7. Alur kerja/proses kerja bengkel las :
a. Membersihkan bahan yang akan dilas.
b. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan.
c. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas.
d. Sesudah bahan siap untuk dilas, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda
pada bahan yang akan dilas.
e. Jarak di antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangatlah
memengaruhi kualitas pengelasan.
f. Dengan memakai masker pelindung atau kacamata las, anda bisa
memperhatikan sisi elektroda yang telah mencair yang menyatukan di
antara dua bahan yang dilas itu. Perlahan-lahan gerakkan elektroda ke
sepanjang ruang yang dilas.
g. Hasil yang baik waktu proses pengelasan bisa dilihat kala permukaan yang
dilas berupa seperti gelombang rapat serta teratur menutup sempurna sisi
yang dilas.
h. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan
memakai palu.
8. Permasalahan di tempat kerja yang berhubungan dengan K3 :
a. Para pekerja las tidak memakai APD saat bekerja.
b. Menggunakan peralatan yang salah dan/atau cara penggunaannya yang
keliru.
c. Setiap harinya para pekerja bengkel las kebayakan menggunakan sikap
atau posisi jongkok yang terkadang membungkuk bagian belakang badan
yang memiliki dengan waktu terkadang lama, yang membuat tubuh merasa
lelah.
9. Program yang diajukan :
a. Pengendalian
b. Meningkatkan derajat kesehatan kerja tenaga kerja/pemantauan kesehatan
c. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan K3 pada pekerja ditempat kerja
d. Pengadaan alat pelindung diri dan alat p3k
e. Pengembangan manajemen tanggap darurat
f. Pengembangan program limbah padat, cair dan gas
g. Pemantauan lingkungan kerja
10. Alasan pemilihan kegiatan :
1. Mengadakan APD karena dalam melakukan
pengelasan saat berbahaya bagi karyawan dan masih banyak pekerja las
yang tidak mempunyai perlengkapan APD yang lengkap.
2. Melakukan pelatihan K3 karena banyak
karyawan belum mengerti cara pengendalian bahaya di tempat kerja di
bengkel las, dan tidak mengetahui pentingnya APD.
3. Untuk bisa meminimalisir PAK dan KAK
yang terjadi di bengkel las maka dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala
juga pada karyawan las dan melakukan pengendalian teknis dan
administratif.
11. Bentuk kegiatan :
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan penyuluhan tentang
pentingnya penerapan K3 yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi bahkan
menihilkan resiko terjadinya kecelakaan kerja (Zero Accident) dan penggunaan
alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja bengkel las.
12. Hasil akhir yang ingin dicapai :
a. Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif, sehingga
pekerjaan berjalan baik.
b. Terpenuhi syarat-syarat k3 di lingkungan bengkel perlasan.
c. Terlindungnya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK di
lingkungan bengkel perlasan.
13. Rencana kegiatan :
1. Pelayanan kesehatan kerja
2. Pengembangan manajemen tanggap darurat
3. Pengembangan program limbah padat, cair dan gas
4. Pengembangan pengendalian bahaya
5. Pengembangan SDM K3 pekerja las
6. Pengadaan alat pelindung diri dan alat p3k
7. Pemantauan lingkungan kerja
DAFTAR PUSTAKA