Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN

“Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada Usaha Bengkel Las”

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 5 (Kotaraja)
Nama Anggota :
1. Ega Widya Narto (20170711014201)
2. Hanna Olga Anoga (2019072014008)(Non reguler)
3. Rahayu Putri Dewanty(20170711014117)
4. Sindhi Ayu Patinggi (20170711014165)
5. Thia Levionita Bembe(20170711014163)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas mata kuliah program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
laporan mengenai program K3 pada usaha bengkel las. Kami berharap laporan
ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini
dari awal hingga akhir.

Jayapura, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................7

A. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)....................................7


B. Pengertian pengelasan...............................................................................8
C. Jenis-jenis pengelasan................................................................................9
D. Permasalahan di tempat kerja....................................................................9
E. Bahaya dalam pengelasan..........................................................................10
F. Nama usaha yang diambil..........................................................................13
G. Alur kerja/proses kerja...............................................................................13
H. Program yang diajukan..............................................................................16
I. Alasan pemilihan kegiatan.........................................................................19
J. Bentuk kegiatan.........................................................................................20
K. Hasil akhir yang ingin dicapai...................................................................20
L. Rencana kegiatan.......................................................................................20

BAB III PENUTUP.........................................................................................27

A. Kesimpulan ...............................................................................................27

Daftar Pustaka ...............................................................................................31

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dewasa ini telah menjadi suatu hal
yang harus dilaksanakan di tempat kerja. Upaya K3 dimaksudkan untuk
melindungi pekerja, mencegah kecelakaan dan munculnya gangguan kesehatan
terhadap aktivitas pekerjaan, seperti tertuang dalam Undang-Undang (UU) No 1
tahun 1970. Peraturan Pemerintah (PP) No 50 tahun 2012 pasal 7, menyebutkan
bahwa perlunya kebijakan mengenai tinjauan awal terkait kondisi K3, salah
satunya dengan mengidentifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko. Upaya mengidentifikasi potensi bahaya, menilai, dan mengendalikan
potensi risiko bahaya merupakan konsep dari manajemen risiko.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2012 jumlah tenaga kerja
sebanyak 112,8 juta orang, dengan 42,1 juta orang bekerja pada sektor kegiatan
formal dan 70,7 juta orang bekerja pada sektor kegiatan informal. Melihat
banyaknya jumlah tenaga kerja di sektor kegiatan informal, maka manajemen
risiko perlu dilakukan terutama untuk aktivitas pekerjaan yang memiliki potensi
risiko di sektor usaha tersebut. Terlebih sektor kegiatan informal seperti usaha
bengkel las yang memiliki aktivitas pengelasan berpotensi menimbulkan risiko
keracunan uap logam, (Sum a’mur, 1976:144). Usaha bengkel las yang memiliki
aktivitas gerinda, mengandung berbagai jenis energi seperti energi mekanis, fisik,
dan listrik. Energi-energi tersebut dapat menimbulkan cedera, suara dan getaran
yang keras, serta energi panas dan percikan bunga api yang dapat menimbulkan
kecelakaan dan kerusakan, (Ramli, 2011:64).
Bengkel las merupakan bengkel yang melayani konstruksi besi dan
sejenisnya, biasanya berupa pagar/pintu besi, teralis pengaman/teralis jendela,
tangga, kanopi, rangka atap dan lain-lain. Proses kegiatan yang dilakukan di
bengkel las berdasarkan hasil observasi adalah pemotongan besi dan
penyambungan besi sesuai bentuk yang diinginkan menggunakan mesin las.
Kecelakaan kerja pada pekerja las umumnya disebabkan karena kurang hati-
hati pada pengerjaan las, pemakaian alat pelindung diri yang kurang benar,
pengaturan lingkungan yang tidak tepat. Untuk menghindari kecelakaan
tersebutperlu diperlukan adanya pengetahuan yang baik terhadap pemakaian alat
pelindung diri dan mengetahui tindakan-tindakan yang bisa menyebabkan faktor-
faktor terjadinya kecelakaan kerja.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)?
2. Apa pengertian pengelasan?
3. Apa saja jenis-jenis pengelasan?
4. Apa saja bahaya dalam pengelasan?
5. Usaha apa yang diambil ?
6. Bagaimana alur kerja/proses kerjanya?
7. Apa permasalahan di tempat kerja yang berhubungan dengan K3?
8. Program apa yang diajukan?
9. Alasan apa dalam pemilihan kegiatan?
10. Bagaimana bentuk kegiatannya?
11. Apa hasil akhir yang ingin dicapai?
12. Apa rencana kegiatannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Untuk mengetahui pengertian pengelasan
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pengelasan
4. Untuk mengetahui bahaya dalam pengelasan
5. Untuk mengetahui nama usaha yang ingin diambil
6. Untuk mengetahui alur kerja/proses kerjanya
7. Untuk mengetahui permasalahan di tempat kerja yang berhubungan dengan
K3
8. Untuk mengetahui program yang diajukan
9. Untuk mengetahui alasan pemilihan kegiatan
10. Untuk mengetahui bentuk kegiatan
11. Untuk mengetahui hasil akhir yang ingin dicapai
12. Untuk mengetahui rencana kegiatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan (safety) mempunyai arti keadaan terbebas dari celaka (accident)
ataupun hampir celaka (near miss acccident). Upaya kesehatan kerja adalah upaya
penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
pekerja lain  di sekelilingnya, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang
optimal. 
Kesehatan kerja merupakan hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan.Kesehatan kerja tidak hanya menyangkut hubungan antara efek
lingkungan kerja misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain, tetapi
hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuannya untuk
melakukan tugas yang harus dikerjakannya. Tujuan utama kesehatan kerja adalah
mencegah timbulnya gangguan kesehatan  daripada mengobatinya (Suma’mur,
2009).
Menurut Depnaker RI (2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
segala daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah,
mengurangi, dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui
langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian bahaya dengan
menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan
perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Nama Usaha : Bengkel Las


Perbengkelan las merupakan suatu tempat bekerja yang bergerak dibidang
sector informal yang berlangsung tiap hari.
Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang
dilaksankan dalam keadaan, dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah sesuatu
proses dimana bahan dan jenis yang sama digabungkan menjadi satu sehingga
terbentuk suatu sambungan melalui ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian
panas dan tekanan (Suharno, 2008).
Menurut penemuan-penemuan benda bersejarah, dapat diketahui bahwa 
teknik penyambungan logam telah diketahui sejak dari zaman prasejarah,
misalnya pembrasingan logam paduan emas tembaga dan pematrian timbal-timah,
menurut keterangan telah diketahui dan dipraktekkan dalam rentang waktu antara
tahun 4000 sampai 3000 SM dan diduga sumber panas  berasal dari pembakaran
kayu dan arang. Pada abad ke 19 teknologi pengelasan berkembang dengan pesat
karena telah dipergunakannya sumber energi listrik (Suharno, 2008).

C. Jenis-jenis Pengelasan
Jenis-Jenis Pengelasan  Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan terbagi
menjadi dua antara lain (Bintoro, 1999) :
a. Las Oksi Asetilen
Las oksi asetilen merupakan proses pengelasan secara manual dengan
pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai
mencair oleh nyala gas asetilen melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2
dengan atau tanpa logam pengisi. Pembakaran gas C2H2 oleh oksigen (O2)
dapat menghasilkan suhu yang sangat sangat tinggi sehingga dapat
mencairkan logam.Gas asetilen merupakan salah satu jenis gas yang sangat
mudah terbakar dibawah pengaruh suhu dan tekanan.Gas asetilen disimpan di
dalam suatu tabung yang mampu menahan tekanan kerja.
Bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh gas asetilen antara lain:
1. Polimerisasi, peristiwa ini akan menyebabkan suhu gas meningkat jauh
lebih tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Polimerisasi ini akan terjadi
pada suhu 300°C, jika berada pada tekanan 1 atm. Oleh sebab itu, gas
asetilen tidak boleh disimpan atau digunakan pada suhu diatas 300°C.
2. Disosiasi, yaitu adanya panas yang ditimbulkan oleh proses pembentukan
zat-zat. Disosiasi terjadi pada suhu 600°C jika berada pada tekanan 1 atm
atau 530°C jika tekanan 3 atm. Jika terjadi disosiasi maka tekanan gas
meningkat dan hal ini sangat membahayaka karena bisa menimbulkan
ledakan.
b. Las listrik 
Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan
mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda
yang akan disambung. Elektroda-elektroda yang dialiri listrik digunakan
untuk menekan benda kerja dengan tekanan yang cukup.Penyambungan dua
buah logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan atau pencairan
dengan busur nyala listrik. Tahanan yang ditimbulkan oleh arus listrik pada
bidang-bidang sentuhan akan menimbulkan panas dan berguna untuk
mencairkan permukaan yang akan disambung. 
Bahaya pada las listrik yaitu, loncatan bunga api yang terjadi pada nyala
busur listrik karena adanya potensial tegangan atau beda tegangan antara
ujung-ujung elektroda dan benda kerja. Tegangan yang digunakan sangat
menentukan terjadinya loncatan bunga api, semakin besar tegangan semakin
mudah terjadi loncatan bunga api listrik. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa
tegangan yang tinggi akan membahayakan operator las, karena tubuh
manusia hanya mampu menderita tegangan listrik sekitar 42 volt. Selain
penggunaan arus dan tegangan yang bisa membahayakan operator, nyala
busur listrik juga memancarkan sinar ultra violet dan sinar infra merah yang
berinteraksi sangat tinggi.Pancaran atau radiasi dari sinar tersebut sangat
membahayakan mata maupun kulit manusia (Bintoro, 1999).

D. Alur kerja/ proses kerja :


Bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional dalam sebuah
bengkel,contohnya :
1. Membersihkan bahan yang akan dilas. Pakai palu untuk membersihkan kerak
pada permukaan ruangan yang akan dilas. Gunakan sikat baja untuk hasil
yang optimal.
2. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan. Baik itu
memakai meja kerja atau hanya menempatkannya di lantai. Mengatur
kerapatan di antara dua bahan. Pakai klem bila diperlukan.
3. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas.
Tambahkan elektroda pada panel penjepit elektroda di mesin las. Pasang
kemiringan elektroda sesuaikan dengan urutan bahan. Umumnya sudah ada
tempat khusus kemiringan elektroda pada tang penjepit elektroda.
4. Sesudah bahan siap untuk di las, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda
pada bahan yang akan dilas.
5. Jarak di antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangatlah
memengaruhi kualitas pengelasan. Bila jarak begitu jauh, akan muncul
percikan seperti hujan bintik-bintik api. Proses pengelasanpun tidak prima.
Bila jarak begitu dekat, api tidak menyala dengan sempurna. Serta tidak ada
cukup jarak untuk tempat lelehan elektroda. Jarak yang baik ialah
seperdelapan dari tebal elektroda.
6. Dengan memakai masker pelindung atau kacamata las, anda bisa
memperhatikan sisi elektroda yang telah mencair yang menyatukan di antara
dua bahan yang dilas itu. Perlahan-lahan gerakkan elektroda ke sepanjang
ruang yang dilas.
7. Hasil yang baik waktu proses pengelasan bisa dilihat kala permukaan yang
dilas berupa seperti gelombang rapat serta teratur menutup sempurna sisi
yang dilas.
8. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan
memakai palu. Periksa kembali apakah ada sisi yang belum sempurna. Bila
belum sempurna, ulangilah sisi yang belum tersatukan dengan baik tersebut .
Pada beberapa kasus, bahan yang telah dilas harus di gerinda bila pengelasan
tidak sempurna. Tetapi bila tidak fatal, kita cukup mengelas sisi yang belum
terlas dengan sempurna itu.

E. Permasalahan di tempat kerja yang berhubungan dengan k3


Lingkungan sekitar bengkel las sangat tidak tersusun rapi, besi-besi berserakan
dimana-mana sehingga sangat memungkinkan banyak kecelakaan kerja yang
akan terjadi, seperti tertimpa besi, kaki terinjak besi,dll.
1. Para pekerja las tidak memakai APD saat bekerja di
karenakan :
- APD yang digunakan tidak cocok atau tidak nyaman saat dipakai
- Ketidaktahuan pekerja harus memakai APD
- Tidak memiliki waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya
menghabiskan waktu dan merepotkan
- Pekerja sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak akan
celaka
- Lupa kalau harus memakai APD
2. Menggunakan peralatan kerja yang salah dan/atau
cara penggunaannya yang keliru Kesalahan ini juga termasuk sering terjadi di
tempat kerja las. Baik pekerja lama atau baru suka menggunakan peralatan
kerja yang tidak tepat sesuai peruntukan pekerjaannya atau menggunakan
peralatan kerja yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru. Akibatnya,
kecelakaan yang tidak terduga-duga atau kerusakan dan cacat pada pekerja,
hasil pekerjaan, atau kerusakan pada alat tersebut sangat mungkin terjadi.
Kebiasaan ini biasanya disebabkan kurangnya pengetahuan pekerja,
pengalaman pekerja, dan kurangnya pengawasan.
3. Setiap harinya para pekerja bengkel las kebayakan
menggunakan sikap atau posisi jongkok yang terkadang membungkuk bagian
belakang badan yang memiliki dengan waktu terkadang lama, yang membuat
tubuh merasa lelah.

F. Bahaya Dalam Pengelasan


Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak hati-hati
terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah. Beberapa
risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto dan Okumura,
2004) antara lain :
a. Cahaya dan sinar yang berbahaya Selama proses pengelasan akan timbul
cahaya dan sinar yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain yang
ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat
atau cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah. 
- Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi
sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan
kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-
akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam
kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya
rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.
- Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan
kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera
menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan menjadi sakit. Rasa
lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.
- Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini
lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa.
Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas,
yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit
kornea, presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.
b. Arus listrik yang berbahaya
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya
arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya
dengan besar arus adalah sebagai berikut:
- Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
- Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
- Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
- Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang
lain.
- Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.
- Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.
c. Debu dan gas dalam asap las.
Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm sampai dengan 3
µm. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan
elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam
debu asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam
pengelasan busur listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida
magnesium (MgO). Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas
karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas
nitrogen dioksida (NO2).
d. Bahaya kebakaran.
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan
dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat
kertas dan bahan lainnya  yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat
terjadi karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan
yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik
karena isolasi yang rusak.
e. Bahaya Jatuh.
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan
selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka
ringan ataupun  berat bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus
diperhatikan.
f. Kebisingan
Kebisingan berasal dari putaran mata pisau mesi cutting dalam tahap
pemotongan, putaran mata gerindra saat penghalusan dan pengamplasan,
kontak elektroda dengan besi pada pegelasan.Kebisingan dapat menimbulkan
dampak berupa gangguan komunikasi, rasa tidak nyaman, gangguan dan
penurunan fungsi pendengaran serta kecelakaan kerja. Hasil analisis bahaya
ini berada pada tingkat risiko very high untuk basic risk. Rekomendasi
pengendalian yang diberikan adalah mengganti peralatan/ metode
mempergunakan alat yang memiliki pemajanan bising rendah, memasang
komponen alat dengan kencang, peralatan yang bising harus selalu pada
kondisi baik, maintenance alat secara rutin, rotasi pekerja, pengaturan jam
kerja, penyuluhan terkait bahaya bising, dan menggunakan earplug.
g. Percikan api
Percikan api berasal dari gesekan benda berputar dengan besi yang terdapat
pada aktivitas pemotongan menggunakan mesi cutting dan alat gerindra pada
aktifitas penghalusan. Percikan api juga di hasilkan saat kegiatan pengelasan
akibat kontak elektroda dengan besi yang di las. Percikan api dapat
menimbulkan sengatan rasa panas pada kulit dan bisa mengalami luka bakar.
h. Uap kimia
Bahaya uap bahan kimia terdapat pada aktifitas pendempulan dan pewarnaan.
Saat menempul terdapat factor resiko terhirupnya uap dempul dan hardener
yang di oleskan ke sambungan tiner dan clear jika terhirup dapat
menyebabkan iritasi hidung dan mata (pusing, gangguan koordinasi,
kebingunggan, kerusakan mata dan kerusakan paru).
i. Dari sisi ergonomic
Bahaya ergonomi yang terdapat dalam aktivitas pekerjaan di Bengkel Las AW
berupa faktor risiko aktivitas penggunaan tangan dan postur janggal.
1. Aktivitas penggunaan tangan terdapat pada
pengoperasian peralatan tangan yakni mesin cutting, gerinda tangan,
proses kerja mengamplas, mendempul, dan pengecatan. Gerakan tangan
berulang dan berlebih dapat menyebabkan lelah pada otot tangan dan
CTDs.
2. Postur kerja janggal adalah membungkuk,
menunduk, dan melipat kaki. Postur tersebut terdapat pada seluruh
aktivitas pekerjaan. Postur janggal dapat menyebabkan lelah otot kaki dan
tulang belakang tubuh serta gangguan otot/ tulang belakang.

G. Program yang di ajukan


1. Pengendalian
a. teknik
Menghilangkan bahaya yang ada kemungkinan bahaya mengenai pekerja,
seperti menggunakan alat yang lebih aman dan memodifikasikan ventilasi
di dalam ruangan bengkel las
b. Pengendalian administratif
- Membatasi waktu kontak antar pekerja servis dengan bahaya, seperti
memberikan jarak yang cukup
- Pemberian istirahat yang cukup
- Meningkatkan kebersihan dan keselamatan pekerja
2. Meningkatkan derajat kesehatan kerja tenaga kerja/pemantauan kesehatan
- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala pada pekerja
- Menyediakan kantin tenga kerja menydiakan mkanan sehat dengan
menggunakan jasa catering
3. Melaksanakan pendidikan dan Pelatihan k3 pada pekerja ditempat kerja
Setiap pekerja harus dibekali pelatihan tindakan kesehatan dan keselamatan
kerja termasuk berperan dan bekerja sesuai dengan porsi dan bidang
pekerjaanya
4. Pengadaan alat pelindung diri dan alat p3K
5. Pengembangan manajemen tanggap darurat :
a. Inventarisasi tempat-tempat yang beresiko
b. Membuat rambu-rambu tanda khusus
c. Menyediakan APAR
d. Melakukan pengecekkan alat/mesin-mesin las
6. Pengembangan program limbah padat, cair, dan gas :
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan limbah padat, cair dan gas
7. Pemantauan lingkungan kerja :
a. Maaping lingkungan tempat kerja (area/tempat kerja yang dianggap
beresiko), area yang sudah dilaksanakan program K3 dan
mendokumentasikan pelaksanaan program
b. Menjaga kebersihan area kerja

Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Proses Pengelasan


Demi keamanan dan kesehatan tubuh, operator las harus memakai alat-alat
yang mampu melindungi tubuh dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat
pengelasan. Perlengkapan tersebut antara lain (Bintoro, 1999):
- Pelindung muka
Bentuk dan pelindung muka ada beberapa macam tetapi secara prinsip
pelindung muka mempunyai fungsi yang sama, yaitu melindungi mata dan
muka dari pancaran sinar las dan percikan bunga api. Pelindung muka
mempunyai kacamata yang terbuat dari bahan tembus pandang yang
berwarna sangat gelap dan hanya mampu ditembus oleh sinar las.Kacamata
ini berfungsi melihat benda kerja yang dilas dengan mengurangi intensitas
cahaya yang masuk ke mata.
- Kacamata bening
Untuk membersihkan torak atau untuk proses finishing misalnya
penggerindaan, mata perlu perlindungan, tetapi tidak dengan pelindung
muka las. Mata tidak mampu melihat benda kerja karena kacamata yang
berada pada pelindung muka sangat gelap. Oleh karena itu, diperlukan
kacamata bening yang mampu digunakan untuk melihat benda kerja dan
sangat ringan sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.
- Masker wajah
Masker berfungsi untuk menyediakan udara segar yang akan dihirup oleh
sistem pernapasan manusia. Masker digunakan untuk pengelasan ruangan
yang sistem sirkulasi udaranya tidak baik. Karena proses pengelasan akan
menghasilkan gas-gas yang membahayakan sistem pernapasan jika dihirup
dalam jumlah besar. Jika gas hasil pengelasan tidak segera dialirkan ke luar
ruangan maka akan dihirup oleh operator.
- Pakaian las
Pakaian ini berfungsi untuk melindungi tubuh dari percikan bunga api dan
pancaran sinar las. Pakaian las terbuat dari bahan yang lemas sehingga tidak
membatasi gerak si pemakai.Selain bahan pakaian yang digunakan lemas,
juga harus ringan, tidak mudah terbakar, dan mampu menahan panas atau
bersifat isolator.Model lengan dan celana dibuat panjang agar mampu
melindungi seluruh tubuh dengan baik.
- Pelindung badan (apron)
Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan dari
percikan bunga api dan pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi
maka pada bagian badan perlu dilindungi sperti halnya pada bagian muka,
karena baju las yang digunakan belum mampu sepenuhnya melindungi kulit
dan organ tubuh pada bagian dada.
- Sarung tangan
Kontak dengan panas dan listrik sering terjadi yaitu melewati kedua tangan,
contoh: penggantian elektroda atau memegang sebagian dari benda kerja
yang memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan. Untuk
melindungi tangan dari panas dan listrik maka operator las harus
menggunakan sarung tangan, karena mempunyai sifat mampu menjadi
isolator panas dan listrik (mampu menahan panas dan tidak menghantarkan
listrik).
- Sepatu las
Sepatu las dapat melindungi telapak dan jari-jari kaki kemungkinan
tergencet benda keras, benda panas atau sengatan listrik. Dengan memakai
sepatu las bebarti tidak ada aliran arus listrik dari mesin las ke ground
(tanah) melewati tubuh kita, karena bahan sepatu berfungsi sebagai isolator
listrik.

H. Alasan pemilihan kegiatan


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Resiko kecelakaan serta
penyakit akibat kerja sering terjadi karena program K3 tidak berjalan dengan baik.
Hal ini dapat berdampak pada tingkat produktivitas tenaga kerja. Pada umumnya
kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan kerja.
Kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan
peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Kecelakaan dan kondisi kerja yang
tidak aman berakibat pada luka-luka pada pekerja, penyakit, cacat, bahkan
kematian dan juga hilangnya efisiensi dan produktivitas pekerja dan perusahaan.
Alasan pemilihan kegiatan adalah :
1. Mengadakan APD karena dalam melakukan
pengelasan saat berbahaya bagi karyawan dan masih banyak pekerja las yang
tidak mempunyai perlengkapan APD yang lengkap.
2. Melakukan pelatihan K3 karena banyak karyawan
belum mengerti cara pengendalian bahaya di tempat kerja di bengkel las, dan
tidak mengetahui pentingnya APD.
3. Untuk bisa meminimalisir PAK dan KAK yang
terjadi di bengkel las maka dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala juga
pada karyawan las dan melakukan pengendalian teknis dan administratif.
I. Bentuk kegiatan
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan penyuluhan tentang
pentingnya penerapan K3 yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi bahkan
menihilkan resiko terjadinya kecelakaan kerja (Zero Accident) dan penggunaan
alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja bengkel las. Penyuluhan ini dilakukan
karena masih kurangnya pengetahuan dasar tentang teknik mengelas yang baik
dan benar serta pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja karena
minimnya penggunaan alat pelindung diri (APD) pada saat melakukan
pemotongan besi dan pada saat pengelasan serta pada saat merakit menjadi suatu
produk. Bila kita ketahui bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD) saat
penting untuk melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja terutama
dampak dari radiasi sinar dari elektroda yang lama kelamaan akan mempengaruhi
penglihatan serta penggunaan masker untuk melindungi hidung dari debu
potongan besi di bengkel pengelasan.

J. Hasil akhir yang inigin dicapai


a. Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif, sehingga
pekerjaan berjalan baik.
b. Terpenuhi syarat-syarat k3 di lingkungan bengkel perlasan.
c. Terlindungnya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK di
lingkungan bengkel perlasan.

K. Rencana kegiatan
I. Tujuan Dan Sasaran
a. Tujuan
1. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
bengkel las dan aman bagi lingkungan sekitar kerja bengkel sehingga proses
pelayanan berjalan dengan baik dan lancar
2. Tujuan khusus
- Mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnya informasi K3
dengan melibatkan semua karyawan, dan pimpinan perusahaan
- Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3 bengkel las
- Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan, kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi
- Terlindungnya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK
b. Sasaran
- Pengelola usaha bengkel LAS/ pimpinan
- Karyawan bengkel las

II. PROGRAM, KEBIJAKAN, LANGKAH DAN STRATEGIS


PELAKSANAAN K3RS

A. Program K3 Perusahaan Bengkel Las

Program K3 bengkel las yang harus di terapkan adalah :

No Jenis Rencana Program Pencapaian Sasaran


Tahun 2020 Target

(kali)
I Pelayanan Kesehatan Kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan Insidentil 100%
sebelum bekerja, pemeriksaan
berkala, dan pemeriksaan kesehatan
khusus bagi karyawan las
b. Menyediakan makanan sehat Setiap hari 100%
II Penggembangan Manajemen Tanggap
Darurat
a. Inventarisasi tempat-tempat yang 1x 100%
beresiko
b. Membuat rambu-rambu tanda khusus 1x 100%
c. Menyediakan APAR 1x 100%
d. Melakukan pengecekkan alat/ mesin- 1x 100%
mesin las
III Penggembanggan Program Limbah Padat,
Cair, Dan Gas
a. Penyediaan fasilitas untuk 365 100%
penangganan limbah padat, cair dan
gas
IV Penggembangan Pengendalian Bahaya
a. Pengendalian teknik. Menghilangkan 1x 100%
bahaya yang ada seperti
menggunakan alat yang lebih aman
dan melakukan modifikasi ventilasi
ruangan
b. Pengendalian administrative 100%

- Pemberian istirahat yang cukup pada


karyawan

- Meningkatkan kebersihan dan


keselamatan pekerja
V Penggembanggan SDM K3 Pekerja Las
a. Pelatihan umum K3 perusahaan la Insidentil 100%
b. Pelatihan internal perusahaan las bagi Insidentil 100%
seluruh personel
VI Penggadaan Alat Pelindung Diri dan P3K
a. Pelindung muka, kacamata bening, 1x 100%
masker wajah, pakaian las, pelindung
badan (apron), sarung tangan, sepatu
las

b. P3K (obat-obatan)
VI Pemantauan Lingkungan Kerja
I
a. Maaping lingkungan tempat kerja 1x 100%
(area/tempat kerja yang dianggap
beresiko), area yang sudah
dilaksanakan program k3 dan
mendokumentasikan pelaksanaan
program
b. Menjaga kebersihan area kerja 100%
Jadwal Kegiatan : mulai dilaksanakan program k3 di perbengkelan las 28
juni 2020

B. Kebijakan PelaksanaanK3 bengkel Las


Agar penerapan K3 bengkel las dapat dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku,
maka perlu disusun hal-hal berikut ini :
a. Membuat kebijakan tertulis dari pimpinan bengkel las
b. Menyediakan Organisasi K3RS
c. Melakukan sosialisasi K3RS pada seluruh karyawan bengkel las
d. Membudayakan perilakuK3 pada perusahaan bengkel las
e. Meningkatkan SDM yang profesional dalam bidang K3 di masing-masing
unit kerja di bengkel las
f. Meningkatkan Sistem InformasiK3 di perusahaan bengkel las

C. Langkah dan Strategi PelaksanaanK3 di bengkel las


a. Advokasi ke pimpinan perusahaan bengkel las, Sosialisasi dan
pembudayaanK3;
b. Menyusun kebijakan K3 yang ditetapkan oleh Pimpinan perusahaan
bengkel las;
c. Membentuk OrganisasiK3 bengkel las;
d. PerencanaanK3sesuaiStandarK3;
e. Menyusunpedoman,petunjukteknisdanSOP-K3 perusahaan;
f. Melaksanakan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
perusahaan bengkel las;
g. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan ProgramK3 perusahaan bengkel las;
h. Melakukan Internal Audit Program K3 perusahaan dengan
menggunakan instrumen penilaian sendiri (self assessment).
III. PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENCATATAN DAN PELAPORAN,
PENINJAUAN ULANG MANAJEMEN (EVALUASI)
A. Pembinaan danPengawasan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang. Pembinaan
dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh pemimpin perusahaan bengkel las.
Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain dengan melalui pelatihan
,penyuluhan ,bimbingan teknis dan temu konsultasi danlain-lain.
Pengawasan pelaksanaan Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di perusahaan
bengke las dibedakan dalam dua macam, yakni pengawasan internal, yang
dilakukan oleh pimpinan langsung perusahaan lasyang bersangkutan,dan
pengawasan eksternal,yang dilakukan oleh penanggung jawab k3 di perusaahaan
bengkel las setempat, sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
B. Pencatatan danPelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan K3 secara
tertulis dari masing-masing unit kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3 benkel las
secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi K3 bengkel las, yang
dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh organisasi K3 bengkel las,
keDirektur/ pimpinan perusahaan bengkel las dan unit teknis terkait di perusahaan
bengkel las (Penanggungjawab/Pengelola Program KesehatanKerja).
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah menghimpun
dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3, mendokumentasikan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan K3; mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3, dan
menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
Pelaporan terdiri dari; pelaporan berkala (bulanan, semester, dan tahunan)
dilakukan sesuai dengan jadwaal yang telah ditetapkan dan pelaporan
sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat
kejadian atau terjadi kasus yang berkaitan dengan K3.
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan k3 adalah mencatat dan
melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yang tercakup di dalam :
1. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan kesehatan lingkungan
perusahaan bengkel las
2. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya penanggulangan dan
tindak lanjutnya.
C. Peninjauan Ulang Manajemen (Evaluasi)
Tinjauan manajemen fokus terhadap keseluruhan kinerja sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja dengan memperhatikan :
1. Kesesuaian sistem manajemen k3 terhadap operasional dan aktivitas bengkel
2. Kecukupan pemenuhan penerapan sistem manajemen k3 terhadap kebijakan
k3 bengkel las
3. Keefektifan penyelesaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta
hasil-hasil lain
Hal-hal yang dapat di jadikan acuan dalam melaksanakan tinjauan manajemen
antara lain :
a. Laporan keadaan darurat (termasuk kejadian serta
pelatihan/simulasi/pengujian tanggap darurat
b. Survey kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan k3 di tempat kerja
c. Statistik insiden kerja (termasuk kecelakaan kerja dan penyakit akaibat kerja)
d. Hasil-hasil inspeksi
e. Hasil dan rekomendasi pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat
kerja bengkel las.
IV. RENCANA ANGGARAN BIAYA K3 PERUSAHAAN BENGKEL
LAS

No Uraian Sat Vol Harga Total Harga


Satuan

1 Penyiapan RK3K

A Instrusi kerja, izin Set 3 500.000 1.5000


kerja

B Pembuatan kartu Lmbr 12 5000 50.000


identitas

2 Sosialisasi dan promosi K3

A Keselamatan radiasi Org 12 - -


k3

B Pengarahan Org 12 15.000 180.000

Pertemuan
keselamatan
C Pelatihan k3 Org 3 3.000.000 9.000.000

Simulasi k3 12 50.000 600.000

Spanduk Lbr 1 350.000 350.000

Poster 1 150.000 150.000

Papan informasi k3 Buah 1 1.300.000 1.300.000

3 Alat Pelindung Diri

A Topi pelindung Buah 25.000 300.000

B Pelindung mata Psng 15.000 180.000


12
C Masker full face Buah 125.000 1.500.000

D Pakaian las Buah

E Pelindung badan Buah

F Sarung tangan Buah

G Sepatu las Buah

4 Personil k3

A Ahli k3 umum org 1 5.500.000 5.500.000

B Anggota p2k3 2 4.000.000 8.000.000

5 Asuransi dan perizinan

A Teknis/ karyawan 12 12 100.000 1.2000

B Personil k3 4 150.000 600.000

C Perolehan sertifikat Buah 2 2.5000 5.000.000


terlaksananya k3

6 Rambu-rambu k3

A Berupa papan Buah 2 100.000 200.000

B Berupa bendera 1 75.000 75.000

Total perbengkelan las 35.695.000


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Depnaker RI (2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
segala daya dan upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka
mencegah, mengurangi, dan menanggulangi terjadinya kecelakaan dan
dampaknya melalui langkah-langkah identifikasi, analisa, dan pengendalian
bahaya dengan menerapkan sistem pengendalian bahaya secara tepat dan
melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya kecelakaan kerja :
a. Situasi kerja
b. Kesalahan orang
c. Tindakan tidak aman
d. Kecelakaan
e. Cedera/kerusakan
3. Menurut Deutsce Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksankan dalam keadaan, dijelaskan lebih
lanjut bahwa las adalah sesuatu proses dimana bahan dan jenis yang sama
digabungkan menjadi satu sehingga terbentuk suatu sambungan melalui
ikatan kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dan tekanan (Suharno,
2008).
4. Jenis-Jenis Pengelasan  Berdasarkan proses pengelasan, maka pengelasan
terbagi menjadi dua antara lain (Bintoro, 1999) :
a. Las oksi asitilen
b. Las listrik
5. Beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto
dan Okumura, 2004) antara lain :
a. Cahaya dan sinar yang berbahaya Selama proses pengelasan akan timbul
cahaya dan sinar yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain
yang ada di sekitar pengelasan.
b. Arus listrik yang berbahaya
c. Debu dan gas dalam asap las
d. Bahaya kebakaran
e. Bahaya jatuh
6. Nama usaha : Usaha bengkel las
7. Alur kerja/proses kerja bengkel las :
a. Membersihkan bahan yang akan dilas.
b. Tempatkan bahan yang akan dilas pada tempat yang sudah disiapkan.
c. Tempatkan masa mesin las pada salah satu sisi bahan yang akan dilas.
d. Sesudah bahan siap untuk dilas, perlahan-lahan dekatkan ujung elektroda
pada bahan yang akan dilas.
e. Jarak di antara ujung elektroda dengan bahan yang akan dilas sangatlah
memengaruhi kualitas pengelasan.
f. Dengan memakai masker pelindung atau kacamata las, anda bisa
memperhatikan sisi elektroda yang telah mencair yang menyatukan di
antara dua bahan yang dilas itu. Perlahan-lahan gerakkan elektroda ke
sepanjang ruang yang dilas.
g. Hasil yang baik waktu proses pengelasan bisa dilihat kala permukaan yang
dilas berupa seperti gelombang rapat serta teratur menutup sempurna sisi
yang dilas.
h. Sesudah selesai, bersihkan kerak yang menutupi sisi yang dilas dengan
memakai palu.
8. Permasalahan di tempat kerja yang berhubungan dengan K3 :
a. Para pekerja las tidak memakai APD saat bekerja.
b. Menggunakan peralatan yang salah dan/atau cara penggunaannya yang
keliru.
c. Setiap harinya para pekerja bengkel las kebayakan menggunakan sikap
atau posisi jongkok yang terkadang membungkuk bagian belakang badan
yang memiliki dengan waktu terkadang lama, yang membuat tubuh merasa
lelah.
9. Program yang diajukan :
a. Pengendalian
b. Meningkatkan derajat kesehatan kerja tenaga kerja/pemantauan kesehatan
c. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan K3 pada pekerja ditempat kerja
d. Pengadaan alat pelindung diri dan alat p3k
e. Pengembangan manajemen tanggap darurat
f. Pengembangan program limbah padat, cair dan gas
g. Pemantauan lingkungan kerja
10. Alasan pemilihan kegiatan :
1. Mengadakan APD karena dalam melakukan
pengelasan saat berbahaya bagi karyawan dan masih banyak pekerja las
yang tidak mempunyai perlengkapan APD yang lengkap.
2. Melakukan pelatihan K3 karena banyak
karyawan belum mengerti cara pengendalian bahaya di tempat kerja di
bengkel las, dan tidak mengetahui pentingnya APD.
3. Untuk bisa meminimalisir PAK dan KAK
yang terjadi di bengkel las maka dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala
juga pada karyawan las dan melakukan pengendalian teknis dan
administratif.
11. Bentuk kegiatan :
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan penyuluhan tentang
pentingnya penerapan K3 yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi bahkan
menihilkan resiko terjadinya kecelakaan kerja (Zero Accident) dan penggunaan
alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja bengkel las.
12. Hasil akhir yang ingin dicapai :
a. Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif, sehingga
pekerjaan berjalan baik.
b. Terpenuhi syarat-syarat k3 di lingkungan bengkel perlasan.
c. Terlindungnya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK di
lingkungan bengkel perlasan.
13. Rencana kegiatan :
1. Pelayanan kesehatan kerja
2. Pengembangan manajemen tanggap darurat
3. Pengembangan program limbah padat, cair dan gas
4. Pengembangan pengendalian bahaya
5. Pengembangan SDM K3 pekerja las
6. Pengadaan alat pelindung diri dan alat p3k
7. Pemantauan lingkungan kerja
DAFTAR PUSTAKA

Simamora Genjer Dody. 2012. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pengelasan. Diakses : Online : 26 Juli 2020.
https://www.academia.edu/9348129/Keselamatan_and_Kesehatan_Kerja_K
3_Pengelasan

Sandy Rocky. 2014. K3 Dalam Pengelasan. Diakses : Online : 27 Juli 2020.


https://www.scribd.com/doc/241977318/K3-dalam-Pengelasan-pdf

Widiyani Aprilia. 2012. Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pada Aktivitas Pembuatan Produk Di Bengkel Las AW Jakarta Selatan.
Diakses : Online : 27 Juli 2020. http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-
08/S45336-Aprilia%20Widiyani

Anda mungkin juga menyukai