Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN SKILL LAPANGAN

MONITORING DAN EVALUASI INDUSTRI INFORMAL PERCETAKAN


BATU BATA
DI DESA GUDANG TENGAH KECAMATAN SUNGAI TABUK

Oleh

KELOMPOK 3

Muhammad Khalilur Rahman I1A115225


Ibnu Setyo Wardani I1A115216
Alpinah I1A115204
Nur Kiki Azelia I1A115233
Pebriyanti Karolina I1A115237
Putri Sofia Dewi I1A115238
Wini Triana I1A115021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2018
LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3) SEKTOR INFORMAL PEKERJA BATU
BATA DI RT.04 DESA GUDANG TENGAH KECAMATAN SUNGAI
TABUK KABUPATEN BANJAR

Oleh

KELOMPOK 3

Muhammad Khalilur Rahman I1A115225


Ibnu Setyo Wardani I1A115216
Alpinah I1A115204
Nur Kiki Azelia I1A115233
Pebriyanti Karolina I1A115237
Putri Sofia Dewi I1A115238
Wini Triana I1A115021

Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh :

Banjarbaru, 29 November 2018

Koordinator Mata Kuliah Pembimbing Laporan


K3 Sektor Informal

Lenie Marlinae, SKM, MKL Dian Rosadi, SKM, MPH


NIP. 19770412 200501 2 002 NIK. 1990. 2015. 2. 171

Mengetahui,
Ketua PSKM FK ULM

Fauzie Rahman, SKM, MPH


NIP. 19860421 200812 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan Industri Sektor
Informal dengan baik dan tepat waktu. Meskipun masih terdapat banyak
kekurangan didalamnya.
Penyusun pun juga berterimakasih kepada dosen Pembimbing kelompok 3
bapak Dian Rosadi SKM, MPH, yang telah membimbing kami dalam proses
penyusunan laporan.
Harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya.
Namun, kami juga menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran serta kritik yang
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan bagi penulis untuk penyusunan
laporan ini dikemudian hari. Sekian kata yang dapat disampaikan, mohon maaf jika
terdapat salah kata yang kurang berkenan dihati pembaca dalam penulisan laporan
ini.

Banjarbaru, 29 November 2018

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar .......................................................................................... iii
Daftar Isi.................................................................................................... iv
Daftar Tabel .............................................................................................. v
Daftar Lampiran ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 7
B. Tujuan Kegiatan ............................................................................ 8
C. Manfaat Kegiatan .......................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sektor Informal ............................................................................ 11
B. Ergonomi ....................................................................................... 12
C. Alat Pelindung Diri ....................................................................... 13
D. Monitoring dan Evaluasi ............................................................... 19
BAB III HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN INTERVENSI
A. Analisis Mendalam........................................................................ 22
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Penerapan Isi Rambu-Rambu Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
Yang Terpasang Pada Saat Bekerja Saat Monitoring Dan Evaluasi
Pertama ................................................................................................ 8
3.1 Mengetahui Ada Rambu-Rambu Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja Yang Terpasang ....................................................................... 24
3.2 Mengetahui jumlah rambu-rambu kesehatan dan keselamatan
kerja yang terpasang ............................................................................. 24
3.3 Pengetahuan isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja
yang terpasang ...................................................................................... 25
3.4 Pemahaman isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja
yang terpasang ...................................................................................... 26
3.5 Penerapan isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja
yang terpasang pada saat bekerja ...................................................... 26
3.6 Pengatahuan tujuan pemasangan rambu-rambu kesehatan dan
keselamatan kerja yang terpasang pada saat bekerja............................ 27
3.7 Pengatahuan manfaat pemasangan rambu-rambu kesehatan dan
keselamatan kerja yang terpasang pada saat bekerja............................ 28
3.8 Pengetahuan lambang rambu penggunaan sarung tangan .................... 28
3.9 Pengetahuan Lambang Rambu Penggunaan Sepatu Pada Saat
Bekerja ................................................................................................. 29
3.10 Pengetahuan lambang rambu penggunaan masker pada saat
bekerja .................................................................................................. 29

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Absensi Kegiatan


Lampiran 2. Contoh kuesioner Monev
Lampiran 3. Dokumentasi

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan
Diberbagai industri masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara
manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang benar.
Manual handling didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang berkaitan dengan
mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, mambawa atau
memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan dan atau dengan
pengerahan seluruh badan (1).
Pekerja batu bata bekerja pada setiap hari, dengan rata-rata waktu kerja ±8
jam perharinya. Dalam seharinya satu pekerja mampu menghasilkan ±1000
buah batu bata. Pada tahap pembakaran batu bata yang memerlukan waktu 2-4
hari pekerja harus selalu menunggu ditempat tersebut, dan dari pembakaran
tersebut menimbulkan asap sehingga pekerja memiliki risiko untuk terjadinya
sesak nafas dan pedih di mata. Saat pembakaran pekerja juga tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD) masker (2).
Setiap pekerja memiliki tugasnya masing-masing seperti laki-laki hanya
melakukan pengangkutan tanah, menyusun bata yang sudah di jemur untuk di
bakar dan membakar batu bata. Pada saat pengangkutan tanah banyak pekerja
yang mengeluh sering terinjak binatang bercangkang dan terinjak benda tajam
yang membuat kaki pekerja terluka di karenakan pekerja tidak memakai sepatu
untuk melindungi kaki saat bekerja. Alasan pekerja tidak menggunakan sepatu
adalah takut licin karena kondisi alam di dekat area bekerja berdekatan dengan
sungai membuat tanah di area pekerja menjadi licin hal ini pun membuat
pekerja yang tidak berhati-hati terkadang mengalami kecelakaan kerja
terpeleset yang sangat merugikan bagi pekerja sendiri karena dapat
menghilangkan hari kerja selama 2 minggu menurut pekerja.
Penerapan isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang pada saat bekerja saat monitoring dan evaluasi pertama yang
kelompok 3 lakukan sete;ah pemasangan spanduk di RT 4 Gudang Tengah :

7
Post-test Jumlah
Kuisioner (Orang)
No. Ya Tidak Kadang-
Kadang
1. Penerapan isi
rambu-rambu
kesehatan dan 0 6 11 17
keselamatan kerja
yang terpasang
Persentase (%) 0 35.2 64.8 100

Setelah kelompok 3 melakukan program promosi kesehatan dengan


menggunakan spanduk di dapatkan masih sedikitnya pekerja batu bata yang
menerapkan isi dari rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang.
Karena hal ini, mahasiswa kesehatan masyarakat melakukan monitoring
dan evaluasi pada program promosi kesehatan dengan menggunakan spanduk
untuk mengingatkan kepada pekerja batu bata untuk menggunakan APD saat
bekerja, menggunakan teknik ergonomi yang benar dalam mengangkat beban
dan menggunakan alat bantu ketika mengangkat beban dan selalu waspada saat
bekerja di area licin yang sudah di laksanakan di RT4 Desa Gudang Tengah.
B. Tujuan Kegiatan
a. Umum
Diharapkan angka penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja pada
pekerja batu bata di RT4 Desa Gudang Tengah menurun setelah diberikan
promosi kesehatan tentang APD, teknik ergonomi dan alat bantu
mengangkat beban.
b. Khusus
Melakukan monitoring dan evalusi pada pekerja batubata setelah
diberikan promosi kesehatan tentang melakukan pekerjaan menggunakan
APD, menggunakan teknik ergonomi yang benar, menggunakan alat bantu
ketika mengangkat beban dan waspada saat bekerja di area licin diharapkan
pekerja batu bata RT4 Desa Gudang Tengah menggunakan APD saat
bekerja, menggunakan teknik ergonomi yang benar, menggunakan alat
bantu ketika mengangkat beban dan waspada saat bekerja di area licin

8
diharapkan pekerja batu bata RT4 Desa Gudang Tengah mengetahui dan
melakukan pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
C. Manfaat Kegiatan
a. Mahasiswa
Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dasar mahasiswa dalam
melakukan komunikasi kesehatan yang efektif, mendapatkan pengalaman
langsung dalam melakukan kegiatan yang bersinggungan langsung dengan
masyarakat, memberikan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuannya serta
memberikan gambaran kepada pekerja batu bata RT4 Desa Gudang Tengah
tentang melakukan pekerjaan menggunakan APD, menggunakan teknik
ergonomi yang benar, menggunakan alat bantu ketika mengangkat beban dan
waspada saat bekerja di area licin. Selain itu juga sebagai proses pembelajaran
bagi mahasiswa dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan
menerapkan praktik kegiatan promosi kesehatan.
b. Pekerja Batu Bata RT4 Desa Gudang Tengah
Memperoleh bantuan baik dalam bidang pencegahan dan upaya
peningkatan derajat kesehatan sesuai topik yang disampaikan. Menambah
pengetahuan dan wawasan tentang tentang melakukan pekerjaan
menggunakan APD, menggunakan teknik ergonomi yang benar,
menggunakan alat bantu ketika mengangkat beban dan waspada saat bekerja
di area licin melalui media promosi yang dipasang, dan mengetahui
permasalahan kesehatan yang terjadi dengan cara yang efektif dan aplikatif
untuk mengatasi masalah tersebut. Sehingga mereka dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari yang akan berdampak pada kesehatan diri
sendiri dan lingkungan sekitar.
c. Program Studi Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kesehatan Masyarakat dapat mengembangkan kerjasama
dan menjalin kemitraan yang baik dengan desa sasaran dalam
mengaplikasikan teori dari mata kuliah Program Promosi Evaluasi K3,
sehingga dapat menjadi faktor pendukung dalam evaluasi proses belajar

9
mengajar dan sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat serta
pengembangan penelitian kesehatan.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sektor Informal Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja, (K3) adalah suatu upaya
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat - tempat kerja
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan,
kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
“Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.” Berdasarkan Pengertian
K3 diatas, kita dapat menarik kesimpulan mengenal peran K3, Peran K3 ini
antara lain sebagai berikut : a. Setiap Tenaga Kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional. b.
Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin keselamatannya c.
Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien. d. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada tindakan
antisipasi dari perusahaan.(3).
Peningkatan tenaga kerja terjadi pada baik industri formal maupun industri
informal. Peningkatan ini terjadi pada pada 2016 angkatan kerja berjumlah 120
juta dan mengalami peningkatan pada 2017 yang pada tahun 2017 berjumlah
124 juta orang, sebagian besar pekerja berada di sektor informal dengan jumlah
72,67 juta orang pada 2017 (4).
Sektor informal adalah perusahaan non direktori (PND) dan rumah tangga
(RT) dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang. Sektor informal
mempunyai ciri-ciri khusus antara lain bekerja pada diri sendiri, bersifat usaha
keluarga, jam kerja dan gaji tidak teratur, pekerjaan sering dilakukan di rumah,
tidak ada bantuan pemerintah dan sering tidak berbadan hukum. Kelompok

11
pekerja informal ada yang terorganisir dan ada yang tidak terorganisir.
Kelompok terorganisir adalah sekumpulan pekerja informal yang
melakukan/memiliki pekerjaan sama bergabung dalam suatu kelompok yang
memiliki kepengurusan (5).
Kesehatan dan Keselamatan kerja pada sector informal yaitu suatu upaya
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat - tempat kerja
untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan,
kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi
pada skala industry informal yang tidak memiliki landasan hukum tetap.

B. Ergonomi di Sektor Informal K3


Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan mereka. 1. Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme
terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada
sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yaitu rangsangan
(Ensiklopedi Amerika). Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo 2004
menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme
yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomic adalah : a. Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi
dan kepuasan kerja. b. Meningkatkan kesejahteraan social melalui peningkatan
kualitas kontak social, mengelola dan mengoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan social baik selama kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif. c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai
aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap system
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang
tinggi (3).
Ergonomi pada sector informal yaitu bagamana perilaku berkerj yang baik
dan benar pada industry skala kecil yang bersifat kekeluargaan yang mana hal

12
tersebut perlu dilakukan agar pekerja yang berada pada industry informal dapat
berkerja secara aman dan nyaman dan selamat.

C. Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. APD yang dipakai tenaga kerja dimaksudkan untuk menekan
atau mengurangi risiko masalah kecelakaan akibat kerja. Kecelakaan kerja
dapat menimbulkan kerugian bahkan korban jiwa atau cedera (7).
Pekerja sektor informal juga berhak mendapat perlindungan agar terhindar
dari penyakit akibat kerja atau terjadinya kecelakaan kerja, karena disetiap
tempat kerja terdapat bahaya/resiko yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dan kecelakaan yang berakibat kecacatan dan kematian.
Perlindungan tenaga kerja dari bahaya/ kecelakaan dan penyakit akibat kerja
maupun lingkungan kerja dapat mengacu pada Undang Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, pasal 86 dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1 disebutkan bahwa
“Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Pasal 86 ayat 2 menyebutkan bahwa
“Untuk melindungi keselamatan Pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja
yang optimal diselenggarakan Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja” (8).
Hubley (2002 dalam Notoatmodjo, 2005) mengatakan bahwa
pemberdayaan kesehatan (health empowerment), melek (sadar) kesehatan
(health literacy) dan promosi kesehatan (health promotion) merupakan
kerangka pendekatan yang komprehensif. Pemberdayaan dilakukan dengan
peningkatan kemampuan menolong diri sendiri dan rasa percaya diri (self
efficacy) untuk menggunakan kemampuannya melalui pendayagunaan potensi
lingkungan (8).
Angka kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia terus meningkat setiap
tahun. Penyebab kecelakaan kerja selain bahaya (hazard) yang berasal dari
bahan dan lingkungan kerja, pekerja informal juga tidak memiliki kesadaran

13
akan bahaya di lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe environment). Hal
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan (health literacy) tentang metode
kerja, lingkungan kerja yang memenuhi standar kesehatan dan keamanan
bekerja (8).
Faktor pekerja menjadi hal utama yang harus diperhatikan dalam hal
kecelakaan kerja ini. Tindakan tidak aman salah satunya disebabkan oleh
kemampuan konsentrasi yang menurun selama melakukan pekerjaan. Faktor
konsentrasi pada bidang industri, harus selalu dipertahankan untuk menjaga
keselamatan kerja. Konsentrasi optimal dapat tercapai jika lingkungan kerja
sesuai dengan situasi kondisi fisik pekerja. Kondisi kerja dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain beban kerja, suhu lingkungan kerja dan lama pekerjaan
tersebut dilakukan (9).
Adapun jenis dan fungsi alat pelindung diri (APD) menurut Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 8 Tahun 2010 tentang Alat
Pelindung Diri, antara lain (10):
1. Alat pelindung kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda
tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh
radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro
organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari
helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dan lain-lain.
2. Alat pelindung mata dan muka
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan
benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Jenis alat
pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),

14
goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan
kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
3. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat
pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga
(ear muff).
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat
pelindung yang berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara
menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan
kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap,
asap, gas/ fume, dan sebagainya. Jenis alat pelindung pernapasan dan
perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit, kanister, Re-
breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine=Air Hose Mask
Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater
Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus
(SCBA), dan emergency breathing apparatus.
5. Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus
listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen
(virus, bakteri) dan jasad renik. Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung
tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berpelapis,
karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
6. Alat pelindung kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan
kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir. Jenis Pelindung kaki berupa

15
sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri,
kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya
listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik,
dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
7. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau
seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang
ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia,
cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen
dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan
jamur. Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek
(Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian
atau seluruh bagian badan.
8. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar
tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja
berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun
tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak
membentur lantai dasar. Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari
sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali
pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun
(decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
9. Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi
tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.
Jenis pelampung terdiri dari jaket keselamatan (life jacket), rompi
keselamatan (life vest), rompi pengatur keterapungan (Buoyancy Control
Device).

16
Manakala seorang pekerja sektor informal maupun formal bekerja,
kesehatan dan keselamatan kinerjanya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya (11):
1. Beban pekerjaan, baik berupa beban fisik, mental dan sosial, termasuk juga
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya dan lain-lain.
2. Kapasitas pekerja, banyak tergantung pada tingkat pendidikan, tingkat
keterampilan, kebugaran jasmani, standar fisik, asupan gizi dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja seperti faktor cuaca, listrik, radiasi, kimia, biologi
maupun faktor psiko-sosial seperti interaksi antar pekerja, atasan dan
bawahan, pekerja dengan masyarakat dan lain-lain.
Alat pelindung diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
dari potensi bahaya ditempat kerja. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/buruh. Dalam pasal 4 ayat 1 PER.08/MEN/VII/2010 disebutkan APD
wajib digunakan ditempat kerja di mana (12):
1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas,
peralatan, atau instalasi yang berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran, atau peledakan.
2. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau
disimpan barang atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, korosif,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau bersuhu rendah.
3. Dikerjakan perbaikan, pembangunan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran, rumah, gedung, atau bangunan lainnya termasuk bangunan
perairan saliran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau
dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
4. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan
hutan, pengelolaan kayu, atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan,
dan lapangan kesehatan.
5. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas, minyak,
panas bumi atau mineral lainnya, baik di permukaan, di dalam bumi, atau di
dasar perairan.

17
6. Dilakukan pengangkutan barang, binatang, atau manusia, baik didarat,
melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air, maupun udara.
7. Dikerjakan bongkar muatan barang di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun,
bandarudara dan gudang.
8. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.
9. Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
10. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah.
11. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, terjatuh,
terlempar benda, hanyut, atau terpelanting.
12. Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas, tangki, sumur, atau lubang.
13. Terdapat atau menyebar suhu, debu, kelembaban, kotoran, api, asap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran
14. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan, sampah atau limbah.
15. Dilakukan pemancaran, penyinaran, atau penerimaan telekomunikasi radio,
televisi, telepon atau radar.
16. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan, atau riset yang
menggunakan alat teknis.
17. Dibangkitkan, diubaah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak, atau air.
18. Dilakukan rekreasi yang menggunakan alat listrik atau mekanik.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) di industri sektor informal berbeda-
beda sesuai dengan tipe dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Penetapan
penggunaan APD berdasarkan analisis faktor risiko yang mungkin diterima oleh
pekerja. Ada beberapa APD standar yang banyak di gunakan disetiap pekerjaan
yakni masker, handscone atau sarung tangan, serta safety shoes (12).

D. Monitoring dan Evaluasi


1. Monitoring
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, disebutkan
bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama

18
suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu,
dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari
hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil
keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan tersebut
diperlukan seandainya hasil pengamatan menunjukkan adanya hal atau
kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan semula. Monitoring
dilaksanakan dengan maksud agar proyek dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek
pada setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin proyek
menyempurnakan rencana operasional proyek dan mengambil tindakan
korektif tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (13).
Monitoring adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai
kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan
berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui
waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu.
Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan
bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke
waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu. Monitoring
menyediakan data dasar untuk menjawab permasalahan, sedangkan evaluasi
adalah memposisikan data-data tersebut agar dapat digunakan dan
diharapkan memberikan nilai tambah. Evaluasi adalah mempelajari
kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah, rekomendasi yang harus
dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak
dapat dilakukan karena tidak memiliki data dasar untuk dilakukan analisis,
dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu
Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring (14).
Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu: (1)
menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3)
menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan
rencana. Monitoring berkaitan erat dengan evaluasi, karena evaluasi

19
memerlukan hasil dari monitoring yang digunakan dalam melihat kontribusi
program yang berjalan untuk dievaluasi (15).
2. Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata evaluation yang artinya suatu upaya untuk
menentukan nilai atau jumlah. Kata-kata yang terkandung di dalam defenisi
tersebut pun menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara
hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat
dipertanggung jawabkan. Evaluasi dilaksanakan untuk menyediakan
informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan. Evaluasi
lebih luas ruang lingkupnya dari pada penilaian. Sedangkan penilaian lebih
terfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari lingkup
tersebut (14).
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi,
efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan objektif. Soekartawi
(1999) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program
atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau
proyek yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (16).
Suchman dalam Arikunto dan Jabar memandang, evaluasi sebagai
sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Defenisi lain
dikemukakan oleh Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar mengatakan
bahwa, evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan
pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan
dalam menentukan alternatif keputusan (17).
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Sudjana dalam
Dimyati dan Mudjiono, dengan batasan sebagai proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Lebih lanjut Arifin mengatakan, evaluasi adalah suatu proses bukan suatu
hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas
sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan

20
untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Hal yang
senada juga disampaikan oleh Purwanto, Kegiatan evaluasi merupakan
proses yang sistematis. Evaluasi merupakan kegiatan yang terencanadan
dilakuakan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan
kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan
merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program
berlangsung dan pada akhir program setelah program itu selesai (14).
Menurut Kelsey dan Hearne (1955), evaluasi program bermanfaat
antara lain untuk: 1) Menguji secara berkala pelaksanaan program, yang
mengarahkan perbaikan kegiatan yang berkelanjutan, 2) Membantu
memperjelas manfaat yang penting dan tujuan-tujuan khusus program serta
memperjelas dan mengukur sampai seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu
tercapai, 3) Menjadi pengukur keefektifan metode pelatihan, 4)
Menyediakan data dan informasi tentang situasi pedesaan yang penting
untuk perencanaan program selanjutnya, dan 5) Menyediakan bukti tentang
nilai atau pentingnya program (18).

21
BAB III
ANALISIS MENDALAM

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, disebutkan bahwa


monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan
atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar
semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut
dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang
diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan
menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan
semula. Monitoring dilaksanakan dengan maksud agar proyek dapat mencapai
tujuan secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola
proyek pada setiap tingkatan. Umpan balik ini memungkinkan pemimpin proyek
menyempurnakan rencana operasional proyek dan mengambil tindakan korektif
tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan (19).
Untuk mengetahui ketepatan antara pelaksanaan dengan perencanaan program
maka dilakukan monitoring dan evaluasi. Pengumpulan data atau informasi dalam
monitoring dimaksudkan untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya dalam
pelaksanaan program yang dipantau. Sasaran monitoring adalah kelangsungan
program dan kompohnen-komponen program yang mencakup input, proses, output
dan outcome (20).
Monitoring K3 lingkungan kerja adalah serangkaian kegiatan pengawasan dari
semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan atas
pemenuhan pelaksanaan perturan perundang-undang atas 7 objek pengawasan
lingkungan kerja. Tujuan monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang
pelaksanaan program sebagai umpan balik bagi para pengelola dan pelaksana
program. Tujuan monitoring K3: a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat
kecelakaan kerja. b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan
kerja. c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja
merasa aman dalam bekerja. d. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.

22
e. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. f.
Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur
alat semakin lama (20).
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi,
efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai serta sistematis dan objektif. Soekartawi (1999) mengemukakan
bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat
pencapaian hasil kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan (21).
Monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan pada kegiatan intervensi ini
adalah monitoring dan evaluasi jangka panjang. Monitoring dan evaluasi jangka
panjang ini dilaksanakan 6 bulan setelah pelaksanaan kegiatan intervensi berupa
promosi kesehatan. Monitoring dan evaluasi tersebut dilakukan dengan cara
pengisian kuisioner oleh responden atau pekerja percetakan batu-bata tradisional
yang akan didampingi oleh mahasiswa. Tujuan dari monitoring dan evaluasi ini
untuk mengetahui sejauh mana peningkatan ataupun penurunan pengetahuan
mengenai menggunakan APD saat bekerja, menggunakan teknik ergonomi yang
benar, menggunakan alat bantu ketika mengangkat beban dan waspada saat bekerja
di area licin, mengetahui dan melakukan pencegahan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja.
Indikator dari peningkatan pengetahuan warga responden atau pekerja terkait
mengenai menggunakan APD saat bekerja, menggunakan teknik ergonomi yang
benar, menggunakan alat bantu ketika mengangkat beban dan waspada saat bekerja
di area licin, mengetahui dan melakukan pencegahan penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja diukur dari besarnya perubahan hasil post test monev jangka
pendek (Monev 1) dibandingkan dengan hasil post test monev jangka panjang
(Monev 2).
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kami dilapangan maka didapatkan
hasil sebagai berikut :

23
Tabel 3.1 Mengetahui ada rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang
Monev 1 Monev 2 Jumlah
No. Kuisioner
Ya Tidak Ya Tidak (Orang)
1. Mengetahui
ada rambu-
rambu
kesehatan dan 17 12 15 14 29
keselamatan
kerja yang
terpasang
Persentase (%) 58.6 41.4 51.7 48.3 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.1 diatas dapat kita ketahui jumlah yang mengetahui ada
rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang pada saat monev 1
yaitu, 17 orang (58.6%) menjawab mengetahui dan 12 orang (41.4%) menjawab
belum mengetahui. Pada saat monev 2 yang mengetahui ada rambu-rambu
kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang berjumlah 15 orang (51.7%) dan
yang masih belum mengetahui berjumlah 14 orang (48.3%). Berdasarkan hal
tersebut dapat kita lihat perbedaan antara monev 1 dan monev 2, terdapat penurunan
yang mengetahui yang sebelumnya sebanyak 17 orang (58.6 %), menjadi 15 orang
(51.7%). Penurunan ini terjadi disebabkan terdapat 1 safety sign yang sudah tidak
terpasang dikarenakan rusak.
Tabel 3.2 Mengetahui jumlah rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang
Kuisioner Monev 2 Jumlah (Orang)
No.
1 2 3
1. Mengetahui
jumlah rambu-
rambu kesehatan
3 10 2 15
dan keselamatan
kerja yang
terpasang
Persentase (%) 20 66.6 13.4 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat kita ketahui ada 3 orang (20 %) yang
menjawab hanya 1 rambu yang terpasang, 10 orang (66.6%) yang menjawab 2 yang
terpasang dan 2 orang (13.4%) yang menjawab 3 rambu yang terpasang. Pada saat

24
kegiatan intervensi rambu yang kami pasang berjumlah 3 buah rambu. Pada saat
kegiatan monev 2 ini dilaksanakan hanya tersisa 2 rambu dikarenakan rusak.
Perbedaan pengetahuan jumlah ini juga dapat disebabkan karena perbedaan jalan
yang para pekerja ambil pada saat menuju ke tempat kerjanya, tetapi berdasarkan
observasi kami dilapangan, tata letak pemasangan yang kami lakukan sudah cukup
strategis untuk dapat dilihat semua pekerja wilayah RT. 4.
Berdasarkan hasil kuisioner nomor 1 dapat kita ketahui pada saat monev 2
hanya 15 orang yang mengetahui ada rambu-rambu kesehatan dan keselamatan
kerja yang terpasang, secara otomatis mereka yang tidak mengetahui rambu
terpasang, tidak mengetahui isi dari rambu-rambu yang terpasang. Berdasarkan
hasil monev 2 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Pengetahuan isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang
Kuisioner Monev 2 Jumlah (Orang)
No.
Benar Salah
1. Mengetahui isi
rambu-rambu
kesehatan dan
15 0 15
keselamatan
kerja yang
terpasang
Persentase (%) 100 0 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdsarkan tabel 3.3 diatas dapat kita ketahui yang telah mengetahui isi dalam
rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang dengan benar
sebanyak 15 orang (100 %) dan tidak ada yang menjawab salah (0 %). Isi dari
rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang telah kami pasang berisi
tentang ajakan menggunakan alat pelindung diri (contoh: masker, pelindung kaki)
dan melakukan pekerjaan sesuai ergonomi. Berdasarkan hal tersebut dapat kita
ketahui tidak terjadi perubahan yang signifikan antara monev 1 dan monev 2.

25
Tabel 3.4 Pemahaman isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang
Kuisioner Monev 2 Jumlah (Orang)
No.
Ya Tidak
1. Memahami isi
rambu-rambu
kesehatan dan
15 0 15
keselamatan
kerja yang
terpasang
Persentase (%) 100 0 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.4 diatas dapat kita ketahui yang telah memahami isi dari
rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang berjumlah 15 orang
(100%) dan tidak ada yang belum memahami (0%). Sebelumnya pada monev 1
diketahui bahwa yang memahami isi rambu-rambu k3 berjumlah 13 orang (76.5%)
dan yang belum memahami berjumlah 4 orang (23.5%). Berdasarkan hal tersebut
dapat kita ketahui terjadi peningkatan antara monev 1 dan monev 2 mengenai
pemahaman isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang. Hal
ini dapat terjadi karena banyaknya frekuensi mereka membaca rambu-rambu k3
yang terpasang selama kurang lebih 6 bulan ini.
Tabel 3.5 Penerapan isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang pada saat bekerja
Monev 2 Jumlah
Kuisioner (Orang)
No. Ya Tidak Kadang-
Kadang
1. Penerapan isi
rambu-rambu
kesehatan dan
0 4 11 15
keselamatan
kerja yang
terpasang
Persentase (%) 0 26.7 73.3 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.5 diatas dapat kita ketahui yang telah menerapkan isi dari
rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang yaitu, yang
menerapkannya kadang-kadang berjumlah 11 orang (73.3%) dan yang tidak
menerapkan berjumlah 4 orang (26.7%). Sebelumnya pada monev 1, yang

26
menerapkannya kadang-kadang berjumlah 11 orang (64.8%) dan yang tidak
menerapkan berjumlah 6 orang (35.2%). Penerapan isi dari rambu-rambu kesehatan
dan keselamatan kerja yang terpasang ini tidak bisa langsung diterapkan oleh para
pekerja secara keseluruhan, tetapi sudah ada kemajuan karena mereka telah
menerapkannya walaupun tidak secara konsisten. Pada hal ini dapat kita lihat tidak
terjadi perubahan yang signifikan antara monev 1 dan monev 2 mengenai penerapan
isi rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang. Dari hal tersebut
juga dapat kita ketahui bahwa pengetahuan pekerja, tidak mempengaruhi sikap
secara signifikan karena sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Pengetahuan
seseorang berpengaruh terhadap respon tentang bahaya sekitar, manfaat dan fungsi
alat, dan prosedur dalam melaksanakan pekerjaan, sedangkan sikap seseorang akan
mempengaruhi perilaku terutama dalam hal ini perilaku kesehatan. Westerman dan
Donoghue menyatakan bahwa cara pengembangan pengetahuan dan sikap yang
diperlukan seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya secara memadai
adalah dengan melakukan pelatihan yang rutin (22).
Tabel 3.6 Pengatahuan tujuan pemasangan rambu-rambu kesehatan dan
keselamatan kerja yang terpasang pada saat bekerja
Kuisioner Post-test Jumlah (Orang)
No.
Benar Salah
1. Mengetahui
tujuan
pemasangan
rambu-rambu 14 1 15
kesehatan dan
keselamatan kerja
yang terpasang
Persentase (%) 93.3 6.7 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.6 diatas dapat kita ketahui yang telah mengetahui tujuan
dari pemasangan rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang
dengan benar sebanyak 14 orang (93.3%) dan yang belum mengetahui sebanyak 1
orang (6.7%). Sebelumnya pada monev 1 yang menjawab dengan benar sebanyak
12 orang (70.6%) dan yang belum mengetahui sebanyak 5 orang (29.4%). Tujuan

27
dari pemasangan rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja sebenarnya
hampir sama dengan isi rambu-rambu tersebut yaitu, untuk mengajak menggunakan
alat pelindung diri dan melakukan pekerjaan sesuai ergonomi. Berdasarkan hal
tersebut dapat kita ketahui terjadi peningkatan antara monev 1 dan monev 2
mengenai tujuan pemasangan rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang.
Tabel 3.7 Pengatahuan manfaat pemasangan rambu-rambu kesehatan dan
keselamatan kerja yang terpasang pada saat bekerja
Monev 1 Monev 2 Jumlah
No. Kuisioner
Benar Salah Benar Salah (Orang)
1. Mengetahui
manfaat
pemasangan
rambu-rambu 27 2 28 1 29
kesehatan dan
keselamatan
kerja
Persentase (%) 93.1 6.9 96.6 3.4 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.7 diatas dapat kita ketahui yang telah mengetahui manfaat
dari pemasangan rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang
pada monev 1 dengan benar sebanyak 27 orang (93.1%) dan yang salah sebanyak
2 orang (6.9%), sedangkan pada monev 2, sebanyak 28 orang (96.6%) menjawab
dengan benar dan 1 orang (3.4%) dengan jawaban yang salah. Pada hal tersebut
dapat kita lihat peningkatan pengetahuan antara monev 1 dan monev 2 dengan 1
orang menjawab dengan salah.
Tabel 3.8 Pengetahuan lambang rambu penggunaan sarung tangan
Monev 1 Monev 2 Jumlah
No. Kuisioner
Benar Salah Benar Salah (Orang)
1. Mengetahui
lambang
rambu 26 3 28 1 29
penggunaan
sarung tangan
Persentase (%) 89.7 10.3 96.6 3.4 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.8 diatas dapat kita ketahui yang telah mengetahui lambang
rambu penggunaan sarung tangan pada monev 1 dengan benar sebanyak 26 orang

28
(89.7%) dan yang salah sebanyak 3 orang (10.3%), sedangkan pada monev 2,
sebanyak 28 orang (96.6%) menjawab dengan benar dan 1 orang (3.4%) dengan
jawaban yang salah. Pada hal tersebut dapat kita lihat peningkatan pengetahuan
antara monev 1 dan monev 2 dengan 2 orang menjawab dengan benar.
Tabel 3.9 Pengetahuan Lambang Rambu Penggunaan Sepatu Pada Saat Bekerja
Monev 1 Monev 2 Jumlah
No. Kuisioner
Benar Salah Benar Salah (Orang)
1. Mengetahui
lambang
rambu 29 0 29 0 29
penggunaan
sepatu
Persentase (%) 100 0 100 0 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.9 diatas dapat kita ketahui yang telah mengetahui lambang
rambu penggunaan sepatu pada saat bekerja pada monev 1 dengan benar sebanyak
29 orang (100%) dan tidak ada yang salah (0%), sedangkan pada monev 2, juga
terjadi hal yang sama yaitu semua menjawab dengan benar sebanyak 29 orang
(100%). Pada hal tersebut dapat kita lihat tidak terjadi perubahan pengetahuan
antara monev 1 dan monev 2.
Tabel 3.10 Pengetahuan lambang rambu penggunaan masker pada saat bekerja
Monev 1 Monev 2 Jumlah
No. Kuisioner
Benar Salah Benar Salah (Orang)
1. Mengetahui
lambang
rambu 19 10 28 1 29
penggunaan
sepatu
Persentase (%) 65.5 34.5 96.6 3.4 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 3.10 diatas dapat kita ketahui yang telah mengetahui
lambang rambu penggunaan masker pada saat bekerja pada monev 1 dengan benar
sebanyak 19 orang (65.5%) dan yang salah sebanyak 10 orang (34.5%), sedangkan
pada monev 2, sebanyak 28 orang (96.6%) menjawab dengan benar dan 1 orang
(3.4%) dengan jawaban yang salah. Pada hal tersebut dapat kita lihat peningkatan
pengetahuan yang signifikan antara monev 1 dan monev 2 dengan menyisakan 1
orang yang belum menjawab dengan benar.

29
30
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi jangka panjang (monev 2)
setelah dilakukan intervensi promosi kesehatan dan keselamatan kerja yang telah
dilakukan pada industri sektor informal percetakan batu bata di Desa Gudang
Tengah RT 4 Sungai Tabuk diketahui bahwa, sebanyak 58,6% (17 orang) pekerja
pada monev 1 mengetahui adanya pemasangan rambu-rambu K3, sedangkan pada
monev 2 terjadi penurunan yakni 48,3% (15 orang) pekerja yang mengetahui
adanya rambu-rambu tersebut. Hal ini dikarenakan pada monev 2 terdapat satu
rambu-rambu yang rusak. Dari hasil monev 2 yakni 15 orang pekerja yang
mengetahui adanya pemasangan rambu-rambu, diketahui pula tingkat pengetahuan
dan pemahaman akan isi rambu-rambu K3 yang telah dipasang sebesar 100%, akan
tetapi pada penerapan isi rambu-rambu yakni penggunaan masker, sepatu, sarung
tangan, masih sebanyak 73,3% (kadang-kadang) menerapkan.
Penerapan isi dari rambu-rambu kesehatan dan keselamatan kerja yang
terpasang ini tidak bisa langsung diterapkan oleh para pekerja secara keseluruhan,
tetapi sudah ada kemajuan karena mereka telah menerapkannya walaupun tidak
secara konsisten. Pada hal ini dapat kita lihat tidak terjadi perubahan yang
signifikan antara monev 1 dan monev 2 mengenai penerapan isi rambu-rambu
kesehatan dan keselamatan kerja yang terpasang. Dari hal tersebut juga dapat kita
ketahui bahwa pengetahuan pekerja, tidak mempengaruhi sikap secara signifikan
karena sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

31
DAFTAR PUSTAKA
1. Heru Subaris Kasjono, Yamtana, Dian Intan Pandini. Faktor Risiko Manual
Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pembuat Batu Bata. Jurnal
Kesehatan. 2017; 8(2) : 202-212.
2. Billy Harnaldo Putra, Rifka Afriani. Kajian Hubungan Masa Kerja,
Pengetahuan, Kebiasaan Merokok, Dan Penggunaan Masker Dengan Gejala
Penyakit Ispa Pada Pekerja Pabrik Batu Bata Manggis Gantiang Bukittinggi.
Human Care Journal. 2017; 2(2) : 48-54.
3. Naingolan PA, Samsir,i Iwan nauli daulay. Analisis Quality Service Layout
Terhadap Humanistik Effect (study kasus pada Rumah Sakit Umum Nusalima
Pekanbaru). JOM FEKON. 2014;1(2).
4. Badan Pusat Statistik. (2017). Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
menurut Lapangan Pekerjaan Utama 1986 – 2017. Diakses dari Badan Pusat
Statistik website : https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/970/penduduk-
15-tahun-ke-atas-yang-bekerjamenurut-lapangan-pekerjaan-utama-1986---
2017.html).
5. Yusida, H., Suwandi, T.,Yusuf, A. Dan Sholihah,Q. Kepedulian Aktif Untuk K3
Sektor Informal. Banjarmasin. PT Grafika Wangi Kalimantan. 2017.
6. Naingolan PA, Samsir,i Iwan nauli daulay. Analisis Quality Service Layout
Terhadap Humanistik Effect (study kasus pada Rumah Sakit Umum Nusalima
Pekanbaru). JOM FEKON. 2014;1(2).
7. Sumekar A. Analisis pengetahuan, sikap, dan perilaku penggunaan alat
pelindung diri (apd) pada perajin perak di industri perak “x” yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 2015; 8(1): 374-381.
8. Yusida H, dkk. Kepedulian aktif untuk k3 sektor informal. Buku K3. Banjarbaru:
Grafika Wangi Kalimantan. 2017.
9. Rusdjijati R, dkk. Model perlindungan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja
sektor informal melalui kolaborasi pos ukk dengan bank sampah mandiri.
Simposium Nasional Teknologi Terapan. ISSN: 2339- 028X. 2016; 1-10.
10. Permenakertrans RI Nomor 8 Tahun 2010. Alat Pelindung Diri. 2010.

32
11. Wirosardjono, S. Pengertian, Batasan, dan Masalah Sektor Informal. Jakarta:
Prisma. 1985.
12. Jaya, A., dkk. Buku Pos Upaya Kesehatan Kerja. Departemen Kesehatan RI.
2006.
13. Deptan. Sistem monitoring dan evaluasi proyek-proyek pembangunan pertanian
dan pedesaan. Jakarta: Departemen Pertanian Badan Pendidikan, Latihan dan
Penyuluhan Pertanian Jakarta. 1989.
14. Dimyati & Mudjiono. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
15. Winardi J. Manajemen prilaku organisasi. Jakarta: Prenada Media Group. 2014.
16. Fauziah NR. Evaluasi program pendampingan kelompok tani oleh lsm pada
usaha tani sayuran organik. [Skripsi]. Program Studi Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. 2016.
17. Arikunto S & Jabar SA. Evaluasi program pendidikan pedoman praktis bagi
mahasiswa dan praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
18. Kelsey LD, Hearne CC. Cooperative extension work, comstock publishing
associates. Ithaca. 1955.
19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006.
20. Zuhdi Kumara.Evaluasi Penerapan Program Kesehatan Dan Keselmatan Kerja
Pg Madukismo.2018. Jurnal UII. 1(1): 1-28.
21. Gunawan.,dkk. Impelemntasi monitoring dan evaluasi proses les-son study di
FKIP Surabaya. Didaktis, 2015. 15(1) : 1-116.
22. Afianto, Shendi N.,dkk. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
tindakan pekerja dalam bekerja sesuai safety sign boards yang terpasang. Artikel
Ilmiah Mahasiswa, 2016. 1(2) : 1-6.

33
DOKUMENTASI KEGIATAN

34

Anda mungkin juga menyukai