Anda di halaman 1dari 3

Lembur atau sering disebut dengan Overtime (OT) merupakan istilah yang dipakai

untuk bekerja melebihi waktu kerja yang telah ditentukan oleh Undang-undang atau
peraturan Pemerintah di negara bersangkutan.

Lembur atau Overtime perlu direncanakan dengan baik sehingga tidak merugikan
perusahaan, hal ini dikarenakan Biaya Lembur pasti lebih tinggi dari Biaya waktu
Kerja biasanya.

Oleh karena itu, Pengetahuan tentang “Cara Menghitung Lembur” menjadi sangat
penting untuk membantu Manajemen dalam merencanakan Jadwal dan Kapasitas
Produksi yang sesuai dengan anggaran operasional produksi dan untuk
menghindari hal-hal yang dapat merugikan Perusahaan dan Karyawan.

Penyebab terjadinya lembur (Overtime) bisa dikarenakan oleh :

1. Adanya pesanan (order) yang melebihi Kapasitas produksi pada Waktu Kerja
Normal, sehingga diperlukan Jam tambahan.
2. Kurangnya Tenaga Kerja yang menyebabkan Tenaga kerja lainnya harus
mengerjakan pekerjaan yang lebih untuk menutupi kekurangan tersebut.
3. Adanya Kerusakan Mesin atau peralatan Produksi maupun permasalahan
lainnya yang mengganggu kelancaran produksi.
4. Kekurangan Material pada saat Waktu Produksi sehingga diperlukan waktu
kerja lebih untuk menutupi kekurangan jumlah produksi saat Material tiba.
5. Rendahnya Produktivitas kerja.

Di Republik Indonesia, Jam Kerja seorang karyawan diatur dalam UU No. 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan khususnya pada Pasal 77 ayat 1 dengan bunyi
sebagai berikut :

1. 7 (tujuh) Jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
2. 8 (delapan) Jam 1 (hari) dan 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Perhitungan Overtime (Lembur) juga diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi dengan No. KEP.102/MEN/VI/2004. Dalam Pasal 8 yang mengatur
perhitungan upah lembur bulan mengatakan :

1. Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan.


2. Cara menghitung upah sejam adalah 1/173 kali upah sebulan.
Rata-rata perusahaan yang bergerak dibidang perakitan elektronik meng-adopsi
sistem upah bulanan, sehingga yang perlu kita ketahui adalah cara menghitung
upah lembur dengan sistem upah bulanan.

Cara perhitungan upah kerja lembur berdasarkan Pasal 11 sebagai berikut :

Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja :

 untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu
setengah) kali upah sejam;
 untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2(dua)
kali upah sejam.

Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur
resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu maka :

 perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua)
kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam dan jam
lembur kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah sejam.
 apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah
lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam
3(tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat) kali
upah sejam.

Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur
resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu,
maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua)
kali upah sejam, jam kesembilan dibayar 3(tiga) kali upah sejam dan jam kesepuluh
dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.

Mengapa harus dibagi 173?

173 adalah Rata-rata Jam Kerja dalam sebulan, berikut ini cara perhitungannya :

Jam Kerja per Minggu : 40 Jam


Jumlah minggu dalam setahun : 52 minggu
Jadi Jam kerja per tahun : 2080 Jam (40 x 52)
Rata-rata Jam Kerja per bulan : 173 (2080 Jam/12 bulan)
Contoh Kasus I

Seorang Operator produksi dengan gaji bulanan Rp. 3.000.000,00 diminta oleh
perusahaan melakukan Lembur (overtime) pada hari kerja biasa (contohnya Hari
Senin) selama 4 Jam. Berapakah upah lembur yang harus dibayar oleh perusahaan ?

Upah Lembur per Jam : Rp. 17.341 (Rp. 3.000.0000 / 173)


Jam Pertama : Rp. 26.011 (Rp. 17.341 x 1,5)
Jam Kedua : Rp. 34.682 (Rp. 17.341 x 2)
Jam Ketiga : Rp. 34.682 (Rp. 17.341 x 2)
Jam Keempat : Rp. 34.682 (Rp. 17.341 x 2)
Total : Rp. 130.057,-

Jadi Perusahaan yang bersangkutan harus membayar upah lembur


sebanyak Rp. 130.057kepada operator tersebut.

Contoh Kasus II

Seorang Operator produksi dengan gaji bulanan Rp. 3.000.000,00 diminta oleh
perusahaan melakukan Lembur (overtime) pada hari minggu selama 8 Jam.
Berapakah upah lembur yang harus dibayar oleh perusahaan ?

Upah Lembur per Jam : Rp. 17.341 (Rp. 3.000.000 / 173)


Jam Pertama sampai Jam ketujuh : Rp. 242.774 (Rp. 17.341 x 2 x 7)
Jam kedelapan : Rp. 52.023 (Rp. 17.341 x 3)
Total : Rp. 294.797,-

Jadi Perusahaan yang bersangkutan harus membayar upah lembur


sebanyak Rp.294.797,- kepada operator tersebut.

Anda mungkin juga menyukai