KONSEP DASAR K3
SEHAT, KESEHATAN KERJA, RISIKO DAN HAZARD DALAM
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN (SOMATIK, PERILAKU,
LINGKUNGAN, ERGONOMIK, PENGORGANISASIAN PEKERJAAN,
BUDAYA KERJA)
Nama Kelompok
1. BELLA RARA WAHYUDI (P27820820 009)
2. FEBRIYAN ARIYADI (P27820820 018)
3. IS NANING TIYAS N. S. SKM (P27820820 027)
4. PUTRI ALVIANITA (P27820820 043)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Dasar K3: Sehat, Kesehatan Kerja, Risiko Dan Hazard Dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan (Somatik, Perilaku, Lingkungan, Ergonomik,
Pengorganisasian Pekerjaan, Budaya Kerja)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas ibu Dr. Siti Nur Kholifah, M.Kep, Sp.Kom pada mata kuliah Keselamatan
Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Siti Nur Kholifah,
M.Kep, Sp.Kom selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar K3 dalam penerapan asuhan keperawatan
1
2
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar
penyebab kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia
yaitu sebesar 88%. Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan
properti/aset/barang dan 2% faktor lain-lain.
3
4
2.1.1 Syarat K3
Syarat-syarat Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di
tempat kerja tertuang dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga). Pada pasal tersebut disebutkan 18
(delapan belas) syarat penerapan keselamatan kerja di tempat kerja di
antaranya sebagai berikut:
1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K Kecelakaan Kerja.
6. Memberi APD (Alat Pelindung Diri) pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan &
getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara& proses kerja
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang,
tanaman & barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan &
penyimpanan barang
17. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang
resikonya bertambah tinggi.
5
2.2 Sehat
2.2.1 Definisi Sehat
Definisi Sehat menurut UU No. 23 Tahun 1992 dan dimuat lagi pada
UU No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif
secara sosial dan ekonomi.
Menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
2.2.2 Komponen Sehat
1. Sehat jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata
bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidur nyenyak, dan
seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat mental
Sehat mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain
dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat”.
Atribut seseorang yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai
berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah
menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan
menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
6
b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak
mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap
kebutuhan emosi orang lain
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut,
cemburu, benci serta dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah
secara cerdik dan bijaksana.
3. Kesejahteraan sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau Negara
sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan, dan tingkat
kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki,
kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman
damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan
masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai
kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4. Sehat spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh
WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Setiap individu perlu mendapatkan pendidikan formal maupun informal,
kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan music, siraman
rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa
yang dinamis dan tidak monoton.
2.2.3 Kesehatan Kerja
1. Definisi
Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah
antara pekerjaan dan kesehatan. Ilmu tidak hanya menyangkut hubungan
antara efek lingkungan kerja dengan kesehatan pekerja, tetapi hubungan
antara status kesehatan pekerja dengan kemampuan untuk melakukan
tugas yang harus dikerjakan.
2. Tujuan
ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan,
7
a. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan social, sehingga upaya
penempatan kerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan
pengalaman, ketermapilan, motivasi dan lainnya.
b. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan,
keteramapilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan
sebagianya.
c. Lingkungan kerja sebagai bebna tambahan, baik berupa factor fisik,
kimia, biologi, ergonomic, maupun aspek psikososial
6. Berbagai potensial bahaya kesehatan dan kemungkinan dampaknya
antara lain ;
a. Faktor mesin / perlatan: Cidera, kecelakaan kerja
b. Faktor Psikologik dan beban kerja: gangguan musculo skeletal,
low back pain, kelelahan.
c. Faktor fisik : nois induced hearing loss, gangguan neuro vascular, efek
radiasi
d. Faktor kimia : intoksikasi, alergi, kangker.
5. Explosive
Adalah zat yang mudah meledak (misal
campuran hidrogen dan oksigen) apabila terkena
gesekan, benturan, panas, atau kontak dengan api.
Terdapat di lab kimia dan pertamina
6. Flammable
Adalah zat - zat yang mudah terbakar, terdapat di
lab, kimia, SPBU.
7. Radioaktif
10
8. Harmfull Iritant
Adalah zat (misal kloroform) mempunyai sifat
peka terhadap tubuh manusia, dapat membakar kulit,
selaput lendir, membuat kulit kehilangan pigmen,
melepuh atau mengganggu pernapasan.
9. Toxic/Beracun
Adalah suatu zat/ bahan yang berbahaya (misal
mercury, sianida) yang dapat menimbulkan kecelakaan,
sakit, bahkan kematian jika tertelan, terhirup, atau
terserap melalui permukaan kulit.
10. Radiasi Sinar Laser
Sangat berbahaya apabila mengenai mata
a. Fisik :
Bising > tuli, Getaran (vibrasi) > gangguan pendengaran, Suhu
ekstrim dingin > hiportemia, Radiasi > karsinogenik,
b. Biologi : AIDS, Hepatitis A/B/C, TBC
c. Kimia :
Larutan korosif > asam sulfida, karbon monoksida, kerusakan kulit,
gas sianida, uap logam
4 Ergonomik
Terkait dgn kondisi pekerjaan dan peralatan yang digunakan oleh
pekerja termasuk work-station. Contohnya : duduk terlalu lama, berdiri
terlalu lama, pemakaian sepatu hak tinggi yang lama
5 Pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja
Stress kerja, pekerjaan menumpuk, pekerja single, fasilitas tidak
memadai
12
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
“Tertular Pasien, 4 Perawat RSUD Klungkung Positif Covid-19”
Sebanyak lima perawat di RSUD Klungkung, Bali, terkonfirmasi positif
Covid-19. Direktur RSUD Klungkung, Nyoman Kesuma menduga, 4 perawat
tertular saat menangani pasien Covid-19. Mulai dari kebutuhan dasar pasien
seperti makan, minum, mandi, buang air kecil/besar dan sebagainya dibantu
oleh perawat. Kesuma mengatakan, empat perawat yang tertular dari pasien
ini kemungkinan karena kelelahan. Sebab, mereka bertugas selama enam jam
merawat pasien Covid-19 dengan gejala berat dan kritis. Sementara, satu
perawat lainnya tertular di lingkungan keluarganya.
3.2 Analisis
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa management ruangan kurang
memperhatikan kondisi perawat di ruang ICU. Seperti yang diketahui
bahwa perawat yang merawat pasien Covid-19 menggunakan APD
lengkap, seperti Baju Hazmat, Kacamata Goggles, sepatu boot anti air,
handcoon berlapis-lapis, masker N95, masker medis berlapis-lapis, Face
Shield, penutup sepatu dan Apron.
Berbeda halnya dengan APD yang digunakan pada saat menangani pasien
gangguan pernafasan lainnya, seperti TB paru yang minimal menggunakan
masker N95. Banyak perawat yang mengeluhkan bahwa menggunakan
APD lengkap sangat tidak nyaman karena terasa sulit untuk bernafas dan
panas. Selain itu, perawat dituntut untuk selalu menggunakan APD
lengkap ketika bekerja di ruang ICU selama 6 jam. Sehingga hal ini dapat
menyebabkan risiko besar terjadinya penularan penyakit Covid-19 karena
kelelehan dan penurunan kekebalan tubuh perawat.
13
14
4.1 Kesimpulan
Kecelakaan dapat terjadi melalui hubungan mata-rantai sebab-akibat dari
beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan,
sehingga menimbulkan kecelakaan kerja (cedera ataupun penyakit akibat
kerja / PAK) serta beberapa kerugian lainnya. Terdapat faktor-faktor
penyebab kecelakaan kerja antara lain : somatik, perilaku, lingkungan,
ergonomik dan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja. Faktor-faktor
tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan kerja terhadap tenaga medis dan
pasien. Dalam hal ini perlu bagi tenaga medis untuk lebih memperhatikan
prinsip K3dalam melakukan asuhan keperawatan baik untuk diri sendiri
maupun pasien. Selain itu, bantuan dan dukungan dari pihak rumah sakit atau
penyedia lapangan kerja juga sangat dibutuhkan dalam menjaga kesehatan
dan keselamatan bagi pekerja.
4.2 Saran
1. Perawat mengetahui pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja guna
melindungi diri dari risiko bahaya yang dapat terjadi ketika memberikan
asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini guna menciptakan pelayanan
asuhan keperawatan yang baik dan tepat sesuai dengan prosedur yang
tersedia.
2. Bagi perawat yang khususnya bekerja di ruang penyakit menular sangat
disarankan untuk selalu menjaga kebersihan diri, menjaga sistem
kekebalan tubuh dan juga selalu menerapkan protokol kesehatan yang
berlaku di setiap ruangan.
3. Dalam mencegah penularan penyakit menular, perawat sangat dianjurkan
untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
prosedur/SOP yang berlaku di ruangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17