Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN K3 HASIL PENINJAUAN PROYEK

REKONSTRUKSI STRUKTUR JALAN

DISUSUN OLEH :

ANGELIN TRINITA TANGDIPAYUK 19.023.22.201.151

ZULKIFLI 19.023.22.201.064

FADLY BOKONG 19.023.22.201.170

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO

2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Semoga ini dapat di gunakan sebagai acuan untuk bahan
pembelajaran, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca dalam profesi bidang teknik
sipil.

Harapan kami tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan dalam bentuk maupun isi dari tugas
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Tugas ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan bagi para pembaca untuk memberi
masukkan-masukkan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas ini.

Palopo, 10 Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH ...............................................................................................
1.3 TUJUAN DAN SASARAN ...........................................................................................

BAB II TINJAUAN LITERATUR ...................................................................................

2.1 TEORI TENTANG K3 ..................................................................................................

2.2 UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR TENTANG K3 .......................................

2.3 PERATURAN DAN REGULASI K3 ............................................................................

2.4 STANDAR K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI ........................................................

BAB III GAMBARAN UMUM.........................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................................

4.1 PROSEDUR PEKERJAAN .................................................................................

4.2 POTENSI BAHAYA PEKERJAAN ...................................................................

4.3 PEMENUHAN STANDAR PROSEDUR PEKERJAAN ...................................

BAB V PENUTUP .............................................................................................................

5.1 KESIMPULAN ..............................................................................................................


ABSTRAK

Paper ini meninjau aspek kesehetan dan keselamatan kerja pada proyek atau pekerjaan
Rekonstruksi Struktur Jalan Di Kota Palopo Kabupaten Luwu Kecamatan Wara Barat. Fokus
utamanya adalah pada pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Paper ini merupakan tugas mata
kuliah K3 dan undang-undang perburuhan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Industri konstruksi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini berkembang pesat dengan
semakin meningkatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia (Rosmayanti, 2018). Hal ini
harus didukung dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkompeten dan pengawasan
terhadap pekerja yang baik. Angka kecelakaan kerja di sektor konstruksi paling tinggi
dibanding dengan kecelakaan kerja di bidang lainnya (Rochmi, 2016). Dengan demikian
perlu adanya pemahaman pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
pekerjaan mereka..
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi yang selanjutnya disingkat K3
Konstruksi adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
pada pekerjaan konstruksi (Permen PU Nomor 05/PRT/M/2014).
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga, tidak terencana, dan tidak
diharapkan yang terjadi di tempat kerja serta dapat mengakibatkan luka, sakit bahkan
meninggal dunia. Kejadian ini dapat menimbulkan kerugian pada manusia, barang maupun
lingkungan sekitar. Penyebab kecelakaan ini umumnya dipicu oleh kurangnya pendidikan di
sektor konstruksi (Rochmi, 2016). Permasalahan yang terjadi juga masih sama yaitu
rendahnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di dalam proyek. Selama ini
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dianggap sebagai beban biaya bukan
sebagai investasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
 Apa potensi bahaya tiap item pekerjaan yang dikerjakan?
 Bagaimana prosedur pekerjaannya?
 Apakah prosedur pekerjaan memenuhi standar atau tidak, dan bagaimana
rekomendasinya?
1.3 TUJUAN DAN SASARAN
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah, sebagai berikut :
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah K3 dan UU Perburuhan
 Menambah wawasan teori pembaca mengenai apa itu K3 dan UU Perburuhan
Adapun sasaran pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
 Dosen pengajar untuk mata kuliah K3 dan Perburuhan
 Para mahasiswa terkhusus mahasiswa program studi teknik sipil
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan dasar dari suatu area permukiman (Fisu, 2018).

Pemenuhan sarana dan prasarana tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan permukiman,
namun juga dapat meningkatkan perekonomian penduduk (Fisu, 2020)

2.1 TEORI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Menurut Undang-Undang keselamatan kerja dalam dokumen Binwasnaker


Kemenakertrans RI Nomer 1 tahun 1970 secara etimologi mengatatakan bahwa keselamatan
dan kesehatan kerja adalah memberikan upaya perlindungan agar tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat, sehat dan sumber produksi dapat dipakai atau
dioperasikan secara aman dan efisien. Secara hakiki keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan upaya pemikiran serta penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya.

Berdasarkan pengertian umum, Keselamatan dan kesehatan kerja telah banyak


diketahui sebagai salah satu persyaratan dalam melaksanakan tugas, dan suatu bentuk faktor
hak asasi manusia. Dipandang dari aspek keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan,
kebakaran peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja (Kuswana, 2014).

2.1.1 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keadaan terhindar dari akan bahaya selama melakukan
pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama
melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan
lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. (Buntarto, 2015).

Sedangkan merurut Sucipto (2014), keselamatan kerja merupakan suatu usaha dan
upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan.
2.1.2 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani rohani maupun sosial
dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum (Buntarto, 2015).
Sedangkan menurut Kurniawidjaja (2010) kesehatan kerja merupakan upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat fisik, kesejahteraan sosial dan mental semua
pekerja yang setinggi-tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
kondisi pekerja, melindungi pekerja dari faktor resiko pekerjaan yang merugikan kesehatan.
Tiga alasan pokok mengapa suatu organisasi atau perusahaan melaksanakan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut:
1. Diwajibakan oleh perundang-undangan

2. Pemenuhan hak asasi manusia

3. Pertimbangan ekonomi

2.1.3 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Mangkunegara (2013) Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
 Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik fisik,
psikologis dan sosial.
 Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif
mungkin.
 Agar semua produksi dipelihara keamanannya.
 Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi terhadap
pegawai.
 Meningkatnya akan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
 Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau
kondisi kerja.
 Setiap pegawai akan merasa aman dan terlindungi dalam melakukan pekerjaan.

Sedangkan menurut S.Gotto (2002) adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja
adalah sebagai berikut :
 Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
 Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
 Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien.

2.1.4 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan kerja, termasuk
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang
terjadi didalam perjalanan ke dan dari tempat kerja. Secara umum, terjadinya
kecelakaan disebabkan oleh faktor fisik dan manusia. Faktor fisik, misalnya kondisi-
kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman, lantai licin, pencahayaan kurang, silau,
dan sebagainya. Sedangkan faktor manusia, misalnya perilaku pekerja yang tidak
memenuhi keselamatan, karena kelelahan, rasa kantuk, kelelahan dan sebagainya.
(Buntarto, 2015)
Menurut Sucipto (2014) pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh tiga faktor
yaitu faktor manusia, pekerjaan dan faktor lingkungan ditempat kerja.
1. Faktor Manusia
 Umur, mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan
akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi
untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan golongan umur muda.
 Tingkat pendidikan, pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola pikir
seseorang dalam menghadapi pekerjaan yang dipercaya kepadanya, selain itu
pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap pelatihan
yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan keselamatan kerja.
 Pengalaman kerja, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan akibat kerja. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara
dalam seluk-beluk pekerjaannya.
2. Faktor Pekerjaan
 Giliran kerja (shift), giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu 24jam.
Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran yaitu
ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift.
 Jenis (Unit) pekerjaan, mempunyai pengaruh besar terhadap terjadinya resiko
kecelakaan akibat kerja.

2.1.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja


Sucipto (2014) Berpendapat bahwa untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah
penting di perhatikannya “Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja pada hakekatnya
adalah usaha manusia dalam melindungi hidupnya dan yang berhubungan dengan itu,
dengan melakukan tindakan preventif dan pengaman terhadap terjadinya kecelakaan
kerja ketika kita sedang bekerja.
Kecelakaankecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan hal berikut, yakni peraturan
perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada
umumnya, perencananaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan,
pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,
supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.
Sedangkan menurut Gotto (2002) pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja Penga resiko bahaya di tempat kerja
merupakan basis informasi yang berhubungan dengan banayaknya dan tingkat jenis
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja.
 Pelaksanaa SOP (Standar Operasional Prosedur) secara benar ditempat kerja Standar
Operasioanal Prosedur adalah pedoman kerja yang harus dipatuhi dan dilakukan
dengan benar dan berurutan sesuai intruksi yang tercantum dalam SOP, perlakuan
yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan
dan kecelakaan.
 Pengendalian faktor di tempat kerja Sumber pencemaran dan faktor bahaya sangat
ditentukan olehn proses produksi yang ada. Dengan mengukur tingkat resiko bahaya
yang terjadi, maka dapat diperkirakan pengendalian yang mungkin dapat mengurangi
resiko bahaya kecelakaan.
 Peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja Tenaga kerja
adalah sumber daya utama dalam proses produksi yang harus dilindungi, untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan perlu memberikan pengetahuan
kepada tenaga kerja tentang pentingnya pelakasanaan keselamatan kerja saat
melakukan aktivitas kerja agar mereka dapat melaksanakan budaya keselamatan kerja
ditempat kerja.
 Pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja Banyak sekali faktor
bahaya yang ditemui ditempat kerja, pada kondisi tertentu tenaga kerja atau
pengunjung tidak menyadari adanya faktor bahaya yang ada ditempat kerja.
2.2 UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR TENTANG K3
Landasan hukum penerapan K3 Layaknya sebuah program, maka program kesehatan
dan keselamatan kerja di perusahaan harus memiliki landasan hokum yang kuat. Ada
banyak dasar hukum yang sering menjadi acuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja antara lain:
 Undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 “setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan”. Pengertiannya adalah bahwa yang dimaksud dengan
pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi dan memungkinkan tenaga kerja
tetap sehat dan selamat sehingga dapat hidup dengan layak sesuai martabat manusia.
 Undang-undang (uu) no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja undang-undang ini
memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan keselamatan kerja, syarat keselamatan
kerja, pengawasan, pembinaan tentang kecelakaan, kewajiban dan hak tenaga kerja,
kewajiban memasuki tempat kerja, kewajiban pengurus dan ketentuan penutup
(ancaman pidana) dan lain-lain.
 UU no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan khususnya alinea 5 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja, pasal 86 dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1: setiap
pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja. Pasal 86 ayat 2: untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja. Pasal 87: setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan. Peraturan menteri tenaga kerja ri no. Per05/MEN/1996
tentang sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja. Permenakertrans ini
adalah landasan pedoman penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja (SMK3), mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.
 Peraturan pemerintah (pp) no. 50 tahun 2012 tentang sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja.
2.3 PERATURAN DAN REGULASI K3
Salah satu hak mendasar bagi pekerja di Indonesia yang wajib dimiliki adalah
perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Pelaksanaan K3 bertujuan
memerikan perlindungan bagi pekerja agar sehat, selamat, produktif, dan terhindar dari
kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Kesehatan kerja menjadi bagian tak terpisahkan dari K3, tercermin dalam berbagai
Undang-undang (UU). Baik dalam UU mengenai keselamatan kerja, UU mengenai
ketenagakerjaan, maupun UU mengenai kesehatan.
Oleh karena itu, dalam rangka memberikan perlindungan kepada pekerja dan setiap
orang selain pekerja yang berada di tempat kerja agar sehat, selamat, dan produktif perlu
dilakukan upaya kesehatan kerja secara terpadu dan menyeluruh sesuai regulasi yang
berlaku.
Rilis pada tanggal 26 Desember 2019, pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi
terbaru tentang kesehatan kerja. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 88 Tahun 2019.
PP ini terbit dengan beberapa alasan yang salah satunya untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 164 ayat (5) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dalam PP ini menjelaskan bahwa perusahaan wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Penyelenggaraan kesehatan kerja tersebut mencakup berbagai upaya, di antaranya:
 Pencegahan penyakit
 Peningkatan kesehatan
 Penanganan penyakit
 Pemulihan kesehatan.
Berbagai upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan pekerjaan.
Upaya kesehatan kerja ini berlaku bagi setiap orang yang berada di tempat kerja.

2.4 Standar K3 Pada Proyek Konstruksi

Dalam pekerjaan kontruksi atau proyek merupakan salah satu sektor industri yang
memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Dengan kompleksitas pelaksanaan proyek
kontruksi yang melibatkan pekerja, peralatan kerja dan material yang berjumlah dan
berukuran besar merupakan sumber terjadinya kecelakaan kerja. Maka dari itu, untuk
terlindung dari kecelakaan tersebut setipa pekerja wajib memakai perlengkapan K3
proyek dalam bekerja pada industri proyek.

Saat bekerja di kontruksi pasti membutuhkan serangkaian peralatan khusus untuk


melindungi dari resiko kecelakaan yang terjadi. Pada kasus umum yang banyak terjadi
karena mengabaikan penggunaan perlengkapan k3 proyek saat bekerja, kecelakaan
tersebut didominasi oleh pekerja yang tidak punya pengalaman sama sekali, jadi
kebanyakan mereka tidak mematuhi prosedur keselamatan dan kurang peduli dengan
keamanan dan keselamatan mereka. Berikut adalah penjelasan beberapa perlengkapan
k3 proyek yang sudah sesuai dengan standart kesehatan.

 Helm Keselamatan Untuk Kepala

Safety helmet atau helm keselamatan ini berfungsi untuk melindungi kepala dari
terjadinya resiko kecelakaan pada kepala kita, seperti melindungi dari benturan,
pukulan atau kejatuhan beda berat atau tajam dari udara. Selain itu helm ini juga
bisa melindungi kepala kita dari panas matahari, percikan api atau bahan kimia
dan suhu ekstrim. Biasanya untuk beberapa pekerjaan dengan resiko yang rendah
hanya memakai topi atau penutup kepala saja untuk pelindung.

 Safety Belt

Sabuk keselamatan berfungsi untuk membatasi gerak pekerja agar tidak mudah
terjatuh atau terlepas dari posisi semua yang diinginkan. Sabuk dan tali
keselamatan ini terdiri dari harness, lanyard, safety rope, dan sabuk lainnya yang
digunakan secara bersamaan dengan beberapa alat safety lainnya seperti,
karabiner, rope clamp, decender, dan lain-lain. Dari beberapa pekerjaan
mengharuskan pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya seperti
posisi miring dan memasuki rongga yang sempit dan bahkan posisi di ketinggian.

 Sepatu Pelindung

Fungsi dari sepatu pelindung untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat , seperti tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin,
ketumpahan uap panas, bahan kimia yang merusak kulit ataupun bahkan
permukaan yang licin sekalipun. Jika Anda memiliki sepatu safety lebih
berkualitas maka dijamin pemakaiannya akan lebih taham lama dan mmiliki
tingkat keawetan lebih baik dalam jangka panjang sekalipun. Banyak pilihan
berbagai sepatu safety sesuai dengan kebutuhan Anda sudah tersedia, sepatu
antislip, antipanas, anti bahan kimia, antilistrik dll.

 Sepatu Boot

Sepatu boot ini fungsinya untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat saat bekerja dalam proyek. Dan bahkan bisa melindungi kaki dari
tusukan benda tajam, tertumpah bahan kimia, uap panas, dan cairan panas maupun
dingin. Sepatu ini yang berbahan keras jadi bisa dipakai saat di permukaan licin
dan perlindungan sepatu boot ini lebih maksimal daripada sepatu safety dengan
ukuran yang lebih tinggi sehingga bisa melindungi kaki sampai ke lutut.

 Masker Pelindung Pernafasan

Masker ini berfungsi untuk melindungi organ pernapasan kita terutama pada paru-
paru, dengan cara menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme, paartikel
debu kecil dan besar, aerosol, uap, asap ataupun gas kimia, jadi jika sudah
memakai masker ini udara yang dihirup ke dalam tubuh akan menjadi bersih dan
sehat. Masker pelindung tersebut terdiri dari berbagai jenis yaitu respirator, katrir,
kanister, tangki selam, dan regulator dan alat bantu pernafasan.

 Penutup Telinga

Penutup ini terdiri dari penyumbat telinga atau ear plug dan penutup telinga atau
ear muff, fungsinya untuk melindungi telinga dari kebisingan suara mesin atau
alat kontraktor lainnya.

 Kacamata safety

Kacamata ini berfungsi sebagai alat pelindung untuk melindungi mata dari
paparan partikel debu yang melayang diudara. Selain itu bisa juga unutk
melindungi paparan sinar matahari langsung ke mata, serta melindungi benturan
benda keras dan tajam. Jenis kacamata ini antara lain, spectacles atau googgles.

 Sarung Tangan
Yang berfungsi sebagai meindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas atau
dingin, bahan kimia, benturan, pukulan ataupun tergores benda tajam. Material
sarung tangan ini beragam jenis, ada yang terbuat dari kain, karet, logam, kanvas,
kulit, dan lain-lain.

 Face Shield

Pelindung wajah ini berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia
yang berbahaya, partikel yang melayang di udara,percikan api, uap panas, dan
tahan benturan ataupun pukulan benda keras, yang terdiri dari tameng muka,
masker selam,dan full face masker.

 Pelampung Air

Alat ini digunakan oleh proyektor saat bekerja diatas air agar terhindar dari
bahaya tenggelam, yang terdiri dari life jacket, life vest, atau bouyancy control
device untuk mengatur daya apung. Dan pada saat pemakaian harus diperhatikan
kodisinya serta masa pemakaian.
BAB III

GAMBARAN UMUM

 Nama pekerjaan : Rekonstruksi Atau Peningkatan Kapasitas


Struktur Jalan (Khusus Kota) Paket 1 (Jl.
Battang Raya)
 Lokasi : Kecamatan Wara Barat
 Anggaran : Rp 3.216.690.000,-
 Pelaksana : CV.MUSTIKA MITRA SELARAS
 Sumber Dana : Dana Alokasi Khusus (DAK)
 Waktu Pelaksanaan : 180 (Seratus Delapan Puluh Hari Kalender)
 Item pekerjaan : Pemetaan, pembersihan lahan, pembentukan,
pemadatan, pondasi, hotmix, finishing dan
marka jalan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PROSEDUR PEKERJAAN


Berikut adalah tahapan-tahapan pembangunan jalan yang di lakukan :

 Pemetaan

Pada tahapan ini dilakukan pengukuran pada badan jalan agar bisa dikerjakan
sesuai dengan yang telah diukur sebelumnya

 Pembersihan

Setelah tahapan pemetaan telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah


melakukan pembersihan pada bagian badan jalan, dikarenakan setiap jalan
biasanya memiliki beragam kondisi yang mungkin sudah ditumbuhi rumput
ataupun semak belukar atau mungkin jalan yang berlumpur, terkadang pada
tahapan ini akan memakan waktu cukup lama

 Pembentukan

Setelah selesai dilakukan pembersihan total pada tempat yang akan dilakukan
pengaspalan langkah berikutnya adalah melakukan pembentukan pada badan
jalan, hal ini dilakukan agar bentuk, tinggi serta belokan jalan sesuai dengan yang
telah dirancang sebelumnya

 Pemadatan

Langkah selanjutnya dalam proses ini adaah pemadatan jalan, untuk proses ini
dibutuhkan sebuah alat yang digunakan untuk proses pemadatan.

 Pondasi

Pada pekerjaan pondasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

- Pondasi bagian bawah

Pada proses ini dibutuhkan material berupa batu yang kemudian


dipadatkan dengan menggunakan alat pemadatan atau alat tandem roller
- Pondasi bagian atas

Setelah selesai membuat pondasi bawah sudah pasti langkah selanjutnya


membuat pondasi atas dengan material Aspal yang telah dibuat.

 Hotmix

Setelah pondasi dibuat dan kuat langkah selanjutnya adalah membuat proses
pengaspalan jalan dengan Hotmix menggunakan material yang sesuai
kesepakatan, biasanya kami menggunakan Material jenis ATB atau DC
permukaan langkah selanjutnya adalah membuat penghamparan material aspal
menggunakan asphal hotmix. untuk proses pengaspalan jalan penghamparan ini
dibutuhkan sebuah mesin menggunakan Tandem Roller atau mungkin mesin
lainnya

 Finishing

Setelah dilakukan pemadatan tahapan selanjutnya adalah dilakukan perataan. ini


adalah langkah terakhir dalam proses tahapan pengaspalan hotmix. adapun
langkah selanjutnya adalah langkah untuk marka jalan sebagai tahapan akhir
dalam proses pembuatan aspal

 Marka Jalan

Jalan yang telah dibuat dan dibaguskan biasanya diperlukan sebuah marka jalan.
Nah, inilah tahapan dalam membuat pengaspalan jalan yang dihasilkan dari awal
sampai akhir tahapan.

4.2 POTENSI BAHAYA

Dalam pekerjaannya, terutama saat di lapangan, seorang surveyor terkadang berada


dalam lingkungan yang ekstrim dan rentan terhadap bahaya. Oleh karena itu, penting bagi
seorang surveyor untuk sadar akan beberapa bahaya ini dan mengambil langkah
pencegahan.

 Keamanan surveyor pada zona konstruksi dan jalan

Salah satu kondisi yang biasa dihadapi seorang surveyor adalah tatkala
melakukan pengukuran atau prosedur pekerjaan lainnya di jalan raya atau tempat
yang berhubungan dengan jalan raya tersebut. Di tempat tersebut, banyak
kendaraan yang melaju dengan cepat sehingga besar resiko terjadinya kecelakaan
saat bekerja. Tempat bekerja lain yang rawan insiden adalah area konstruksi. Di
area ini, banyak alat-alat berat yang sangat berbahaya, diperparah dengan
buruknya kondisi pendengaran akibat kebisingan dan rendahnya daya penglihatan
mata, baik karena adanya debu maupun halangan lainnya, semuanya ini
disebabkan oleh

Langkah keamanan yang dapat diambil untuk mengatasi situasi ini adalah
dengan melakukan perencanaan yang matang. Sebisa mungkin hindari melakukan
pengukuran di area-area yang rawan. Jika hal ini tidak bisa dihindari, maka rompi
safety berwarna orange fluorescent (bercahaya saat disorot lampu) sebaiknya
selalu digunakan. Bahan dengan warna yang sama juga sebaiknya dipasang pada
perlengkapan survey sehingga lebih kelihatan.

Pada beberapa kondisi, seperti survey yang dilakukan di pinggir jalan, dapat
digunakan cones atau barikade di sekitar tempat pengukuran untuk memberikan
tanda kepada para pengguna jalan.

 Keamanan surveyor pada kondisi lainnya

Kondisi berbahaya lain yang mungkin dihadapi surveyor adalah terkait


masalah cuaca, seperti ekspos berlebihan terhadap cahaya matahari. Cahaya
matahari dapat menyebabkan beberapa masalah serius seperti kanker kulit,
memerahnya kulit, dehidrasi, dan heatstroke (kondisi demam akibat kepanasan).
Langkah pencegahan yang dapat diambil adalah dengan mengkonsumsi banyak
cairan, dan menggunakan topi dan sunscreen. Bahkan pada hari sangat panas,
pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan dihentikan pada siang hari.

Saat melakukan survey di alam liar, ada hal-hal yang perlu diwaspadai seperti
binatang liar, ular dan serangga beracun, dan tumbuhan beracun. Seorang
surveyor juga perlu untuk memiliki pengetahuan akan bahaya-bahaya yang
diperkirakan akan ditemui di area survey. Langkah pencegahan yang dapat
dilakukan untuk masalah ini adalah dengan memakai pakaian dan sepatu boot
yang protektif.
Selain bahaya-bahaya yang telah disebutkan di atas, masih banyak bahaya-
bahaya lain yang tidak dapat disebutkan, maka perlu untuk selalu waspada akan
bahaya yang akan dihadapi dan selalu mengikuti standar keamanan. Salah satu hal
esensial yang harus dibawa oleh surveyor adalah perlengkapan P3K yang
mencakup antiseptik, perban dan perlengkapan lainnya untuk mengobati
kecelakaan yang minor. Sebuah tim survey juga perlu dilengkap dengan telepon
tanpa kabel untuk situasi yang serius dan nomor-nomor darurat sudah disimpan
untuk siap digunakan kapan saja.

4.3 PEMENUHAN STANDAR PROSEDUR PEKERJAAN

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan di lokasi, prosedur pekerjaan yang dilakukan oleh
para pekerja-pekerja di tempat pekerjaan rekonstruksi jalan dapat kami nyatakan bahwa
memenuhi standar yang ditetapkan.

Tahapan-tahapan pekerjaan dilakukan dengan baik dan benar sesuai prosedurnya. Para
pekerja menggunakan standar keselamatan yang telah ditetapkan, seperti memakai helm
proyek, menggunakan sepatu boot atau sepatu yang safety, memakai sarung tangan dan
menggunakan rompi safety.

Berikut dokumentasi berupa foto yang sempat kami dapatkan saat berada di lokasi pekerjaan
jalan :
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya untuk mendapatkan


suasana bekerja yang aman, nyaman dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas
setinggi-tingginya. Maka dari itu, K3 mutlak dilaksakan pada setiap jenis bidang pekerjaan
tanpa terkecuali. Terutama bagi tenaga kerja atau pekerja konstruksi, selain memiliki hak dan
kewajian terdapat juga keputusan menteri bagi tenaga kerja ini. Bagi para pekerja konstruksi,
tidak sedikit angka kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Sehingga
mereka berhak mendapatkan fasilitas kerja yang memadai dan memenuhi standar untuk
mendapatkan tenaga kerja yang berstatus kesehatan optimal, semangat kerja tinggi serta
efisien dan produktif.

Para pekerja yang melakukan pekerjaan rekontruksi jalan di Kecamatan Wara Barat,
tepatnya di Jl.Battang Raya ini melakukan prosedur atau tahapan pengerjaan dengan cukup
baik dan dilengkapi dengan beberapa perlengkapan yang telah sesuai dengan standar K3
konstruksi. Lingkungan kerja pun terlihat cukup baik sehingga resiko potensi bahaya yang
mungkin terjadi dapat di minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

Fisu, A. A., & Didiharyono, D. (2020, April). Economic & Financial Feasibility Analysis of
Tarakan Fishery Industrial Estate Masterplan. In IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science (Vol. 469, No. 1, p. 012002). IOP Publishing.

Fisu, A. A., & Marzaman, L. U. (2018). Pemetaan Partisipatif Kampung Pesisir Kelurahan
Tallo Kota Makassar. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 22-28.

FISU, A. A., Suti, M., Dani, A. A. H., Angreyani, A. D., Amruh, A., Fisu, A. R., & Wekke, I.
S. (2022). Work Accident Risk at Hospital Construction Environment. IEOM Conference
Proceedings ISSN / E-ISSN: 2169-8767: Proceedings of the International Conference on
Industrial Engineering and Operations Management. Paper link
http://www.ieomsociety.org/china2021/papers/135.pdf

Fisu, A. A. (2019). Tinjauan Kecelakaan lalu Lintas Antar Wilayah Pada Jalan Trans Provinsi
Sulawesi Selatan. PENA TEKNIK: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Teknik, 4(1), 53-65.

Anda mungkin juga menyukai