Anda di halaman 1dari 18

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi”

Disusun Oleh

Kelompok 1 :

ALVI NASDI (2020210002)


BOHARI ASTRA (2020210009)
ARIFAL FITRAH (2020210008)
JEFRIANDI (2016210020)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul
“Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi” pada mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Kerja.

Adapun tujuan dari penyusunan tugas ini guna untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diampu oleh Ibuk Wenda Nofera, M. Sc.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Padang, 15 Februari 2023

Kelompok 1 ( Satu)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................................4
2.1 Pengertian K3 Konstruksi...........................................................................................4
2.1.1Istilah-Istilah yang Ditemui Dalam Dunia Kerja................................................4
2.1.2 Jenis-Jenis Bahaya Dalam K3........................................................................5
2.2 Tujuan K3 Konstruksi.............................................................................................5

2.3 Prinsip K3 Dalam Konstruksi.......................................................................................6


2.4 Proyek Konstruksi........................................................................................................6
2.4.1 Jenis Bahaya Konstruksi...................................................................................8
2.4.2 Sebab Kecelakaan Konstruksi...........................................................................9
2.5 Penerapan K3 di Proyek Konstruksi...........................................................................11
2.6 Alat Pelindung Diri.....................................................................................................12
...........................................................................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................14
3.2 Saran.........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jasa bidang konstruksi menjadi sektor bisnis dengan risiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Sektor tersebut melakukan berbagai aktivitas dengan melibatkan aspek konstruksi, baik itu
perubahan maupun perbaikan. Kegiatan tersebut termasuk pembuatan jembatan,
pembangunan rumah, gudang, dan gedung, serta proses pengaspalan atau menghaluskan jalan,
penghancuran, penggalian, atau juga pengecatan dalam skala yang besar.
Artinya, para pekerja konstruksi sudah pasti berperan serta dalam berbagai aktivitas yang
bisa membuat mereka berhadapan dengan risiko kecelakaan kerja yang cukup serius. Tak
hanya itu, para pekerja di bidang konstruksi juga rentan mengalami kecelakaan kerja. Inilah
mengapa, perusahaan yang bergerak di sektor konstruksi harus menerapkan Sistem
Manajemen K3 sebaik mungkin.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi atau bisa disebut K3 Konstruksi adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan
konstruksi. Aspek keamanan pada pekerjaan konstruksi sangatlah penting bagi kelancaran
sebuah proses proyek. Hal ini sangat fokus dan tertuju pada kesehatan dan keselamatan tenaga
pekerjanya. Dengan sangat mempertimbangkan aspek dan faktor para pekerja, nantinya akan
membantu sebuah proses berjalan dan bekerja dengan baik.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan terlepas dari sistem
ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya
sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan kesehatan kerja menentukan
produktivitas suatu pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap pekerjaan. Maka dari
itu, keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang harus di perhatikan
oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh sistem pekerjaannya.
Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban melainkan suatu

1
kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan. Perusahaan perlu
melaksanakan program keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat
menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai faktor yang menyebabkan kecelakan di
tempat kerja diantaranya: kurangnya perawatan terhadap perlengkapan kerja, peralatan kerja
dan perlengkapan kerja yang tidak tersedia ataupun tak layak pakai .
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO) 2,78 juta tenaga kerja
meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sekitar 86,3% dari
kematian ini diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan 13, 7% di akibatkan oleh kecelakaan
kerja (Hämäläinen, P. ., Takala, J. ., & Boon Kiat, 2017). Data dari BPJS ketenagakerjaan
pada tahun 2017 jumlah angka kecelakaan kerja di tempat kerja sebanyak 123.041 kasus, dan
pada tahun 2018 mencapai 173.105 kasus. Angka ini menunjukan peningkatan kecelakaan di
tempat kerja (BPJS Ketenagakerjaan, 2019) Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor
dengan proporsi kecelakaan kerja yang tinggi. Sektor manufaktur mencakup beberapa
industry seperti industri tekstil, industri elektrik, industri konsumsi dan industri kimia.
Industri – industri tersebut menimbulkan berbagai bahaya keselamatan dan kesehatan kerja
bagi pekerja selama melakukan kegiatan atau proses pekerjaan.
Jumlah kecelakaan yang terjadi secara umum 80-85% disebabkan oleh faktor manusia,
yaitu (Unsafe Action). Unsafe Action, yaitu tindakan yang salah dalam bekerja atau tidak
sesuai dengan yang telah ditentukan (Human Eror), biasanya terjadi karena ketidak
seimbangan fisik tenaga kerja dan kurangnya pendidikan. Serta 20% disebabkan oleh Unsafe
condition. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja serta meningkatkan kualitas tenaga kerja (Tarwaka, 2015).
Menurut Undang-Undang RI No. 13 tahun 2003, menyatakan bahwa mempekerjakan
tenaga kerja berarti wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan,
keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja. Berbagai upaya dilakukan
perusahaan untuk melindungi pekerjanya dari bahaya kecelaakan kerja. Alat Pelindung Diri
(APD) merupakan salah satu upaya untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009)
Perusahaan yang menyediakan APD tidak menjamin setiap pekerja akan menggunakan APD
yang diberikan. Penggunaan APD tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang
menjadi alasan pekerja untuk tidak memakainya. Adapun faktor pendorong menurut

2
Lewrence Green, 1980 dalam(Notoadmojo, 2007), yang dapat mempengaruhi penggunaan
APD antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai – nilai dan tradisi atau budaya.
Konstruksi bangunan gedung memiliki pekerjaan yang kompleks dibandingkan konstruksi
lainnya. Bangunan gedung terdiri dari kelompok pekerjaan struktur, arsitektur, mekanikal dan
elektrikal, plumbing, interior, landscape, dan pekerjaan tambahan lainnya. Berdasarkan
penelitian Setiawan, (2014) jumlah kecelakaan kerja konstruksi yang paling sering terjadi dari
tahun 2005 sampai tahun 2015 adalah terjatuh, tersengat listrik dan tertimpa. Penelitian Sari
(2016) dan Abryandoko (2018) memperoleh risiko K3 berupa tanah longsor, terkena benda
tajam, terjatuh dari tempat tinggi, dan tersengat aliran listrik. Risiko lain berupa tenaga kerja
yang mengalami sakit akibat kerja berupa gangguan sistem pernafasan (Purba et al., 2015).
Risiko paling fatal adalah terjadinya kematian (Astiti, 2015).

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan K3 Konstruksi?
2. Apa tujuan dari K3 Konstruksi?
3. Bagaimana prinsip dasar penerapan K3?
4. Apa yang dimaksud dengan proyek konstruksi?
5. Bagaimana penerapan K3 di proyek konstruksi?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui maksud dari K3 Konstruksi.
2. Mengetahui tujuan dari K3 Konstruksi.
3. Mengetahui prinsip dasar dari K3.
4. Mengetahui maksud dari proyek konstruksi.
5. Mengetahui penerapan K3 di proyek konstruksi.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian K3 Konstruksi

Jika dilihat secara umum, K3 Konstruksi merupakan suatu himbauan atau regulasi yang
dipakai untuk memberikan informasi kepada para karyawan yang berkaitan dengan keamanan,
keselamatan, dan kesehatan di lingkungan kerja. Tentunya, diharapkan terciptanya situasi
perusahaan yang nyaman dan aman, terutama bagi para karyawan. Keamanan pada bisnis
konstruksi menjadi aspek yang sangat penting agar tercipta suasana proyek yang aman.
Tentunya, hal tersebut berfokus pada keselamatan dan kesehatan para pekerja. Pasalnya, tenaga
kerja yang senantiasa terjaga kesehatannya dan terjamin keselamatannya selama bekerja akan
membuat mereka loyal dan lebih produktif. Alhasil, proses operasional perusahaan pun menjadi
lebih maksimal.
K3 konstruksi berdasarkan pendapat ahli terbagi menjadi dua sudut pandang, yaitu keilmuan
dan filosofi. Apabila dilihat dari sudut pandang keilmuan, simbol K3 konstruksi diartikan
sebagai salah satu upaya atau cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai
kondisi yang berkaitan kecelakaan kerja. Selain itu, simbol tersebut juga berperan untuk
mencegah terjadinya masalah kesehatan karena pekerjaan, kebakaran, peledakan, pencemaran di
lingkungan, dan hal lainnya. Sementara itu, simbol dari K3 konstruksi menjadi tanda sebuah
pemikiran maupun upaya yang dilakukan untuk menjamin kesempurnaan maupun kebutuhan
aspek jasmani maupun rohani para tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan agar para pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan lebih maksimal.

2.1.1 Istilah-Istilah yang Ditemui Dalam Dunia Kerja


a. Harzard adalah suatu keadaan yng dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit dan
kerusakan yang menghambat kemampuan pekerja.
b. Danger/ bahaya adalah tingkat bahaya suatu kondisi yang dapat mengakibatkan peluang
bahaya yang mulai tampak sehingga mengakibatkan memunculkan suatu tindakan.
c. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
d. Incident adalah memunculnya kejadian yang bahaya yang dapat mengadakan kontak
dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.

4
e. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai dengan adanya korban atau kerugian baik
manusia maupun peralatan.
2.1.2 Jenis-Jenis Bahaya Dalam K3
Dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Jenis kimia
Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia berbahaya.
Contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia, uap bahan kimia dan gas bahan kimia.
2) Jenis fisika
- Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin.
- keadaan yang sangat bising.
- keadaan udara yang tidak normal.

Contoh: Kerusakan pendengaran dan Suatu suhu tubuh yang tidak normal

3) Jenis proyek/ pekerjaan


- Pencahayaan atau penerangan yang kurang.
- Bahaya dari pengangkutan barang.
- Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.

Contoh:

- Kerusakan penglihatan
- Pemindahan barang yang tidak hati-hat sehingga melukai pekerja
- Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai pekerja

2.1 Tujuan K3 Konstruksi


Pada sebuah bidang kerja yakni konstruksi, K3 atau sebuah keamanan konstruksi terpusat
pada berbagai atau segala hal yang memberikan pengaruh pada aspek lainnya. Mulai dari suatu
kondisi keselamatan, keamanan, dan kesehatan bagi setiap pekerjanya. Bahkan lingkungan
kerjanya pun juga sangat berpengaruh terhadap proses pelaksanaan proyek. Dengan terciptanya
sebuah tanda atau aturan K3 bukanlah tanpa sebab. Keberadaan rambu K3 konstruksi ini
memiliki banyak peranan penting. Yang mana sangat berfokus pada kelancaran dan keselamatan
selama proses pekerjaan proyek. Seperti yang telah tertulis pada UU No.1 Tahun 1970. 

5
Yang mana didalam aturan tersebut membahas seputar keselamatan tenaga kerja. Telah
dibahas secara rinci mulai dari syarat K3 hingga tujuannya. Inilah beberapa tujuan dari adanya
rambu K3, diantaranya : 

1. Berguna untuk mencegah, mengurangi, dan memadamkan berbagai risiko kecelakaan,


kebakaran, bahkan hingga peledakan. 
2. Memberikan petunjuk atau kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri sewaktu
terjadi keadaan darurat.
3. Mampu memberikan sebuah pertolongan dan sebagai alat perlindungan saat terjadi
sebuah kecelakaan atau keadaan darurat lainnya. 
4. Mengendalikan sebuah penyebarluasan suhu, debu, kotoran, angin, suara, getaran, dan
masih banyak faktor atau benda lainnya. 
5. Mampu mengendalikan timbulnya sebuah penyakit akibat kerja, entah fisik hingga
psikis. 
6. Dapat digunakan sebagai penyelenggara penyegaran udara, suhu, dan kelembaban. 
7. Mampu memperoleh sebuah penerangan yang sangat cukup saat keadaan darurat. 
8. Berguna untuk mengamankan dan memberikan kelancaran untuk proses evakuasi
keadaan darurat, bahkan dapat digunakan untuk memelihara bangunan. 
9. Mendapatkan sebuah keserasian antara pekerja dengan lingkungannya dan
memelihara kebersihan yang ada. 
10. Dapat menyesuaikan dan menyempurnakan berbagai pengaman kerja. 

2.2 Prinsip Kerja K3 Konstruksi


Dalam penerapan K3 di sebuah proyek konstruksi diperlukan untuk memperhatikan
beberapa faktor dalam proses kinerja konstruksi. Bahkan saat pelaksanaannya harus diketahui
dan menerapkan beberapa prinsip kerja yang sesuai dengan K3. Inilah beberapa faktor dan
prinsip kerja yang wajib untuk diterapkan, antara lain :
1. Kelengkapan Administrasi
Pada setiap pelaksanaan konstruksi, tentunya wajib untuk memiliki administrasi dan bahkan
harus sudah melengkapi surat-menyuratnya. Mulai dari pendaftaran proyek pada departemen
kerja setempat. Melakukan pendaftaran dan pembayaran untuk asuransi tenaga kerja dan
asuransi lainnya. 

6
Kemudian memiliki surat izin dengan adanya penggunaan jalan atau fasilitas umum lainnya.
Selain itu, memiliki surat keterangan dalam penggunaan alat berat. Dan bahkan wajib untuk
memberitahukan kepada pemerintah dan instansi setempat dengan adanya proses konstruksi. 

2. Menyusun Safety Plan

Prinsip selanjutnya yang wajib Anda perhatikan adalah safety plan. Rencana tersebut
merupakan salah satu rencana dalam pelaksanaan K3. Yang mana bertujuan agar nantinya
sebuah proyek konstruksi tersebut dalam berjalan dengan lancar. Dan diharapkan dapat aman
dan tercegah dari adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 

Dengan memperhatikan faktor tersebut dapat menciptakan sebuah produktivitas kinerja yang
sangat tinggi. Umumnya, safety plan ini meliputi pembukaan tentang gambaran proyek dan
pokok perhatian dalam K3. Kemudian ada risiko kecelakaan dan pencegahannya. Adanya tata
cara pengoperasian peralatan dengan baik dan yang terakhir adalah alamat instansi terkait. 

3. Pelaksanaan dan Pelatihan K3

Dan yang terakhir adalah pelaksanaan serta pelatihan K3. Untuk kegiatan K3 ini meliputi
safety plan yang mana kerjasama akan terjalin dengan instansi terkait. Selanjutnya untuk
pengawasan K3 ini meliputi safety patrol, safety supervisor, dan safety meeting. Yang mana
setiap unsur tersebut mempunyai peranan dan tugasnya masing-masing. 

Mulai dari mengawasi kegiatan dan pelaksanaan dalam proses konstruksi. Kemudian
mengendalikan proses berjalannya K3 dengan benar dan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Dan yang terakhir adalah untuk membahas berbagai hasil laporan dari safety
patroli dan safety supervisor. 

2.3 Proyek Konstruksi

Menurut Soeharto (1995), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu
dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan tegas.
Banyak kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek konstruksi
menimbulkan banyak permasalahan yang bersifat kompleks. Proyek konstruksi memilik ciri-ciri
pokok proyek antara lain, (Soeharto, Imam, 1995) :

7
1. Memiliki tujuan yang khusus produk akhir atau hasil kerja akhir

2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan

3. Bersifat sementara, dalam artian umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan
akhir ditentukan dengan jelas

4. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek
berlangsung.

Tiga karakteristik proyek konstruksi adalah :

1. Proyek bersifat unik, keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi
rangkaian kegiatan yang sama persis, proyek bersifat sementara, dan selalu melibatkan grup
pekerja yang berbeda-beda.

2. Membutuhkan sumber daya (resources), setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber


daya dalam penyelesaiannya, yaitu pekerja dan “sesuatu” (uang, mesin, metoda, material).
Pengorganisasian semua sumber daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Dalam
kenyataannya, mengorganisasikan pekerja lebih sulit dibandingkan sumber daya lainnya.
Apalagi pengetahuan yang dipelajari seorang bangunan, computer science, construction
management. Untuk itu seorang manajer proyek secara tidak langsung membutuhkan
pengetahuan tentang teori kepemimpinan yang harus ia pelajari sendiri

3. Membutuhkan organisasi, setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di mana di


dalamnya terlibat sejumlah individu dengan ragam keahlian, ketertarikan, kepribadian, dan
juga ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh manajer proyek adalah
menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2.4.1 Jenis Bahaya Konstruksi

1. Physical Hazards
Atau faktor kimia yang berupa kekeringan, suhu, cahaya, getaran radiasi
2.    Chemical Hazards
Atau faktor kimia yang dapat berupa bentuk padat, cair dan gas.
3.    Electrical Hazards
Atau bahaya sengatan listrik, kebakaran karena listrik karena banyaknya instalasi listrik

8
yang bersifat sementara dan kadang kadang tidak terkendali
4.    Mechanical Hazards
Atau bahaya kecelakaan yang diakibatkan oleh peralatan kerja tangan, mesin / pesawat
sampai kepada alat berat
5.    Physiological Hazards
Atau yang berkaitan dengan aspek kerja, pekerjaan yang monoton yang membuat
kejenuhan, lokasi tempat kerja yang sangat terpencil sehingga membuat kebosanan dll.
7.    Biological Hazards
Yang disebabkan oleh serangga, bakteri, virus, parasit, dll.

2.4.2 Sebab Kecelakaan Konstruksi

1. Faktor Manusia

- Kecelakaan konstruksi pada proyek infrastruktur terjadi disebabkan karena rendahnya


kualitas sumber daya manusia (SDM). Selain itu, pembangunan yang masih dilakukan
secara sektoral juga ikut berkontribusi terhadap maraknya kecelakaan konstruksi. Guru
Besar Universitas Pelita Harapan (UPH) Manlian Ronald A Simanjuntak mengungkapkan
hal itu. Saya cermati ada dua hal (penyebab) kecelakaan konstruksi akhir-akhir ini,
lemahnya kualitas SDM. Pada segmen SDM, budaya konstruksi Indonesia dinilai lemah
karena para pekerja kurang ketelitian, kurang kompeten, kurang waspada, dan tidak tekun.
Kedua, kecelakaan konstruksi terjadi karena pembangunan proyek infrastruktur masih
sektoral. Dia melihat, pembangunan proyek infrastruktur bagus dilakukan pada satu
daerah. Namun, saat melibatkan lintas daerah, baik antar-provinsi, antar-kabupaten/kota
dinilai tidak mudah karena terbentur dengan banyak aturan masing-masing wilayah. Hal ini
karena belum ada aturan yang dapat menyinergikan dua belah pihak di daerah. Oelh karena
itu, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) mendatang diharapkan dapat
menyinergikan pembangunan tersebut. Manlian mencontohkan, terdapat pembangunan
jembatan melintas dari daerah A dan daerah B yang selama ini.
- dikendalikan oleh pemda masing-masing. Namun, ke depannya pembangunan jembatan
tersebut harus saling bersinergi karena melintasi dua daerah. Dengan demikian, peran
LPJK masa mendatang diharapkan dapat mencegah terjadinya kecelakaan atau kegagalan
konstruksi.

9
Pencegahan :

- Pemilihan Tenaga Kerja


- Pelatihan sebelum mulai kerja
- Pembinaan dan pengawasan selama kegiatan berlangsung
2. Faktor Lingkungan
- Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang berlebihan dapat
mengakibatkan terganggunya konsentrasi pekerja.
- Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja, sehingga menurunkan efektivitas
kerja.
- Cuaca (panas, hujan)
Pencegahan:
- Dianjurkannya menggunakan penutup telinga dan masker pada pekerja.
3. Faktor Teknis
- Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat berat,
penggalian, pembangunan, pengangkutan dan sebagainya.
- Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak memenuhi standar keselamatan
(substandards condition).
Pencegahan:
- Perencanaan Kerja yang baik
- Pemeliharaan dan perawatan peralatan
- Pengawasan dan pengujian peralatan kerja
- Penggunaan metoda dan teknik konstruksi yang aman
- Penerapan Sistim Manajemen Mutu

2.4 Penerapan K3 di Proyek Konstruksi

1.   Melakukan Identifikasi

10
Tahapan ini dilakukan dengan mengenali adanya potensi bahaya polusi atau semua
aktivitas konstruksi yang hendak dilakukan. Caranya yaitu dengan membuat peta atau
gambaran besar tentang semua hal yang memungkinkan menjadi bahaya berdasarkan area
atau bidang kerja setiap karyawan.

2.   Melakukan Evaluasi

Tahapan berikutnya yaitu evaluasi, dilakukan dengan menilai semua kemungkinan risiko
bahaya untuk membuat skala kepentingan berdasarkan dengan peringkat hazard atau hazard
rating K3 tidak melekat pada budaya tempat kerja – mereka secara aktif dibina dan dipelihara
melalui komitmen terhadap akuntabilitas dan perilaku sehari-harinya. Dengan hanya
menyalahkan seseorang dalam menanggapi insiden individu, organisasi mungkin gagal untuk
mengatasi faktor eksternal seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) dan pelatihan praktik
terbaik – serta keyakinan yang mendasari yang membentuk budaya organisasi.

Sebaliknya, berfokus pada menumbuhkan pola pikir keselamatan di antara karyawan dapat
memberdayakan semua karyawan untuk menegakkan dan meningkatkan perilaku K3 karyawan
secara keseluruhan dalam aktivitas sehari-hari mereka..

1. Melakukan Pengembangan Strategi

             Tahapan selanjutnya adalah pengembangan strategi yang dilakukan dengan menyusun


atau mengembangkan strategi yang berkaitan dengan prosedur pengendalian sekaligus
pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang berdasarkan data dari langkah identifikasi dan
penilaian. Caranya yaitu dengan menentukan konsep keselamatan kerja yang lebih akurat.

1. Melakukan Penerapan
                   Selanjutnya yaitu menyusun rencana kerja dan menerapkan semua bentuk
pengendalian risiko kecelakaan kerja sebaik mungkin. Para pemimpin juga dapat memberikan

11
Pengakuan melalui penghargaan di bidang K3 bagi mereka yang secara konsisten
memperjuangkan upaya dan keberhasilan dalam menerapkan perilaku K3. Misalnya, jika seorang
anggota tim teknik secara konsisten mengambil tanggung jawab untuk mengikuti protokol
keselamatan dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, seorang pemimpin
dapat menyampaikan pujian publik. Dengan menerima penguatan positif, karyawan lebih mampu
menyelaraskan diri dengan tujuan organisasi secara keseluruhan dan menjadi contoh bagi orang
lain

1. Melakukan Monitoring
                     Setelah tahapan implementasi dilakukan, tim K3 tetap perlu melakukan pemantauan
guna mengetahui sejauh mana implementasi K3 berhasil dilakukan. Salah satu aktivitasnya yaitu
dengan inspeksi maupun audit internal sesuai dengan keadaan lingkungan kerja.

2.5 Alat Pelindung Diri

           Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) Alat Pelindung Diri
(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau
penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik
yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya(OSHA, 2009) Alat
pelindung diri (APD) mempunyai peran penting terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
Dalam pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting
sebagai pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, perlu dilakukan upaya-upaya
perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis, dan medis dalam mewujudkan
kesejahteraan tenaga kerja. terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat,
kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses produksi,
kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua pihak serta berdampak kepada
perekonomian nasional (Anizar, 2009)

             Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiridan orang di sekelilingnya. Adapun bentuk peralatan dari
alat pelindung:

a) Safety helmet

12
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat melukai kepala.
b) Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi.
c) Penutup telinga
Berfungsi sebagai penutu telinga ketika bekerja di tempat yang bising.
d) Kaca mata pengamanan
Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.
e) Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.
f) Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya kurang
bagus.
g) Safety Shoes.
Berfungsi mengurangi dampak dan menghindarkan terlukanya jari-jari kaki dari
hantaman,tusukan atau timpaan benda yang berat dan keras pada saat terjadi kecelakaan kerja.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

13
         Jika dilihat secara umum, K3 Konstruksi merupakan suatu himbauan atau regulasi yang
dipakai untuk memberikan informasi kepada para karyawan yang berkaitan dengan keamanan,
keselamatan, dan kesehatan di lingkungan kerja.

       Sementara itu, simbol dari K3 konstruksi menjadi tanda sebuah pemikiran maupun upaya
yang dilakukan untuk menjamin kesempurnaan maupun kebutuhan aspek jasmani maupun rohani
para tenaga kerja.

3.2 Saran
1. Perusahaan harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3 untuk meningkatkan dukungan
pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga meningkatkan komitmen pekerja
terhadap perusahaan.
2. Program K3 harus lebih ditingkatkan lagi supaya para pekerja lebih merasa aman dan
nyaman.
3. Memberikan penyuluhan sesering mungkin dengan mengumpulkan seluruh pekerja sehingga
bisa mengarahkan serta mengingatkan mengenai bahaya kecelakaan proyek serta himbauan
supaya untuk berhati-hati dalam bekerja.
4. Menaruh semua perlengkapan serta peralatan proyek dengan rapi serta aman dan tidak
berserakan

DAFTAR PUSTAKA

14
Anonim, 2013. Modul K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) dan Hukum.
Balikpapan: Program Studi Teknik Sipil.

https://mutuinstitute.com/post/apa-itu-k3-konstruksi/ (24 Februari 2023)

https://indonesiasafetycenter.org/meningkatkan-k3-tempat-kerja-melalui-safety-accountability-
safety-leadership-dan-behaviour-based-safety/

https://synergysolusi.com/indonesia/berita-terbaru/tips-k3-konstruksi-untuk-mencegah-
kecelakaan-kerja

http://eprints.uad.ac.id/20929/2/KP_1700029251_ISILAPORAN.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai