Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan kontribusi penting


dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua negara di dunia,
termasuk Indonesia, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta
(Kadin, 2002). Perkembangan industri konstruksi yang pesat selain memberikan
manfaat juga menimbulkan resiko. Industri konstruksi memiliki resiko cukup besar
dimana industri ini dapat dikatakan paling rentan terhadap kecelakaan kerja.
Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan
menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan
proyek.

Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan


untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan
bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek (Ervianto, 2005). Kewajiban
untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaanperusahaan
besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari
15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan
Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh
masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban
biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan
untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3,
besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa
masalah K3 tidak selayaknya diabaikan (Warta Ekonomi, 2 juni 2006).

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia


masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka
kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z Iksan mengatakan, setiap tahun terjadi
96.000 kasus kecelakaan kerja. Dari jumlah ini, sebagian besar kecelakaan kerja
terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor Industri
manufaktur (Suara Karya, 2010). Kecelakaan kerja pada proyek konstruksi akan
menimbulkan hal yang sangat merugikan yaitu, berupa kerugian ekonomis serta
dapat pula mengakibatkan kerugian pada tenaga kerja yang bersangkutan. Dari hal
tersebut maka diperlukanadanya peraturan yang melindungi tenaga kerja.
Sebagaimana dituangkan dalam Tap MPR No. 11/MPR/1993 yang menyatakan
bahwa : Perlindungan tenaga kerja meliputi hak berserikat dan berunding bersama,
keselamatan dan kesehatan kerja, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian
dan syarat-syarat kerja lainnya, perlu dikembangkan secara terpadu dan bertahap
dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan moneter, kesiapan sektor terkait,
kondisi pemberian lapangan kerja dan kemampuan tenaga kerja. Faktor faktor
keselamatan dan kesehatan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja dari sebuah
proyek, sehingga harus diperhatikan dengan sungguh sungguh. Pengabaian faktor
tersebut terbukti mengakibatkan tingginya tingkat kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi. Sehingga akan menambah biaya asuransi tenaga kerja dan
mempengaruhi kinerja proyek (Richard H. Clough, 1986). Kinerja adalah prestasi
kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai
sumberdaya manusia persatuan periode yang diberikan padanya (Mangkunegara,
2004).

Kinerja yang baik sangat diharapkan bagi setiap perusahaan karena kinerja
merupakan tolak ukur dalam mengadakan perbandingan antara apa yang
diharapkan dengan kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang telah
dipercayakan kepada seseorang (Nia Indriasari, 2008). Dari pernyataan tersebut
dapat dilihat bahwa kecelakaan kerja/insiden akibat kerja kerap terjadi terutama
pada lingkup jasa konstruksi. Kecelakaan maupun insiden yang tidak diinginkan
dapat menyebabkan cedera, gangguan produktivitas pekerja akibat hilangnya jam
kerja dan menurunnya kinerja pekerja konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap
kinerja pekerja konstruksi pada proyek pembangunan

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut :

1. Bagaimana pentingnya asuransi tenaga kerja kepada pekerja konstruksi?

2. Apa saja yang didapat dari asuransi tersebut?

1.3 Tujuan.

Mengetahui betapa pentingnya asuransi tenaga kerja bagi jasa konstruksi.


Bab II

Tinjuan Pustaka

 2.1 Pengertian K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu:
 Secara FilosofisSuatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dankesemp
urnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja padakhususnya dan masyarakat p
ada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adl dan ma
kmur.
 Secara KeilmuanIlmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegahkemu
ngkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.2 Tujuan K3
Tujuan dari k3:
 Melindungi kesehatan, keamanan dan keselamatan dari tenagakerja.
 Meningkatkan efisiensi kerja.
 Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
 Memperoleh hasil yang sempurna dalam mencegah terjadinyakecelakaan k
erja
2.3 Istilah-istilah yang Ditemui dalam Dunia Kerja
 
1. Harzard adalah suatu keadaan yng dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit dan 
kerusakan yang menghambat kemampuan
2. Danger/ bahaya adalah tingkat bahaya suatu kondisi yang dapatmengakibatkan pel
uang bahaya yang mulai tampak sehinggamengakibatkan memunculkan suatu tind
akan.
3. Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalamsiklus tertentu.
4. Incident adalah memunculnya kejadian yang bahaya yang dapatmengadakan konta
k dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
5. Accident adalah kejadan bahaya yang disertai dengan adanyakorban atau kerugian baik m
anusia maupun peralatan.

2.4 Peraturan tentang K3 Proyek Konstruksi
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu 
melalui UU No. 1 Tahun 1970Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada 
tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentangKetenagakerjaan. Undang undang ini me
ncakup berbagai hal dalam perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenagake
rja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.Aspek ketenagakerjaan dalam hal 
K3 pada bidang konstruksi,diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER0
1/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. 

Peraturan ini mencakup ketentuanketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja se
cara umummaupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebihditujukan untuk konstr
uksi bangunan, sedangkan untuk jeniskonstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. 
Disamping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan inisangat minim yaitu senilai s
eratus ribu rupiah.Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertranstersebut, pemerinta
h menerbitkan Surat Keputusan Bersama MenteriPekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Ke
p.174/MEN/1986-
104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja padaTempat Kegiatan Konstruksi. Pedo
man yang selanjutnya disingkatsebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman yang dap
atdianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia. PedomanK3 Konstruksi ini cukup komp
rehensif, namun terkadang sulitdimengerti karena menggunakan istilahistilah yang tidak umumdigun
akan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yangmemadai. Kekurangankekurangan terseb
ut tentunya sangatmenghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapatmenimbulkan perbed
aan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas konstruksi.

Pedoman K3 Konstruksi selama hampir dua puluh tahun masihmenjadi pedoman yang berlak
u. Baru pada tahun 2004, DepartemenPermukiman dan Prasarana Wilayah, yang kini dikenal sebagai
Departemen Pekerjaan Umum, mulai memperbarui pedoman ini,dengan dikeluarkannya KepMen Ki
mpraswil No. 384/KPTS/M/2004Tentang Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja padaTe
mpat Kegiatan Konstruksi Bendungan. ”Pedoman Teknis K3Bendungan” yang baru ini khusus ditujuk
an untuk proyek konstruksi bendungan, sedangkan untuk jenisjenis proyek konstruksi lainnyaseperti 
jalan, jembatan, dan bagunan gedung, belum dibuat pedomanyang lebih baru.

 Namun, apabila dilihat dari cakupan isinya, PedomanTeknis K3 untuk bendungan tersebut sebenarn
ya dapat digunakan pulauntuk jenisjenis proyek konstruksi lainnya. ”Pedoman Teknis K3Bendungan” 
juga mencakup daftar berbagai penyakit akibat kerja yangharus dilaporkan.Bila dibandingkan dengan 
standar K3 untuk jasa konstruksi diAmerika Serikat misalnya, (OSHA, 29 CFR Part 1926), Occupational
Safety and Health Administration (OSHA), sebuah badan khusus di bawah Departemen Tenaga Kerja 
yang mengeluarkan pedoman K3termasuk untuk bidang konstrusksi, memperbaharui peraturan K3n
yasecara berkala (setiap tahun). Peraturan atau pedoman teknis tersebut juga sangat komprehensif 
dan mendetail. Hal lain yang dapat dicontohadalah penerbitan brosurbrosur penjelasan untuk menja
wab secaraspesifik berbagai isu utama yang muncul dalam pelaksanaan pedomanteknis di lapangan. 
Pedoman yang dibuat dengan tujuan untuktercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan han
ya sekedarsebagai aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan danmengakomodasi ma
sukan-masukan dari pengalaman pelaku konstruksidi lapangan. Dengan demikian, pelaku konstruksi 
akan secara sadarmengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan kesehatan kerjanyasendiri.
 

2.5 Jenis Bahaya Konstruksi.

 TerbenturKecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak didugaditabrak atau dit
ampar sesuatu yang bergerak. Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, b
enda asing material.
 MembenturKecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerakterkena at
au bersentuhan dengan beberapa objek. Contohnya:terkena sudut atau bagian yan
g tajam, menabrak pipa-pipa.
 Terperangkap (caught in, caught on, caught between)Contoh dari caught in ad
alah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki pekerja tersangkut diantara papan-
papan yang patah di lantai.Contoh dari caught on adalah kecelakaan yang tim
bul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat. Sedangkan contoh dari caught 
between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja ters
angkut bagian mesin yang bergerak.
 Jatuh dari ketinggianKecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebihtinggi 
ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya: jatuh dari tanggaatau atap.
 Jatuh dari ketinggian yang samaBeberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali b
erupatergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
 Pekerjaan yang terlalu beratKecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang
dilakukan pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik bendaatau material yang dilak
ukan diluar batas kemampuan.
 Terkena aliran listrikLuka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhanangg
ota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandunglistrik.
 TerbakarKondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalamikontak dengan perci
kan bunga api, atau dengan zat kimia yang panas.

2.6  Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Penanganan masalah kecelakaan kerja juga didukung oleh adanya UU No. 3/1992 tentang Ja
minan Sosial Tenaga Kerja. Berdasarkan UU ini, jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) adalah perlin
dungan bagi tenaga kerjadalam bentuk santunan uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat dari suatu peristiwa ataukeadaan yang dialami o
leh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, tua dan meninggal dunia. Jamsostek 
kemudian diatur lebih lanjutmelalui PP No. 14/1993 mengenai penyelenggaraan jamsostek di Indone
sia.Kemudian, PP ini diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER05/MEN/1993
, yang menunjuk PT. ASTEK (sekarang menjadi PT.Jamsostek), sebagai sebuah badan (satusatunya) p
enyelenggara jamsosteksecara nasional.Sebagai penyelenggara asuransi jamsostek, PT. Jamsostek ju
gamerupakan suatu badan yang mencatat kasuskasus kecelakaan kerjatermasuk pada proyekproyek 
konstruksi melalui pelaporan klaim asusransisetiap kecelakaakerja terjadi. Melalui Keputusan Mente
ri Tenaga Kerja No.KEP196/MEN/1999, berbagai aspek penyelenggaraan program jamsostekdiatur se
cara khusus untuk para tenaga kerja harian lepas, borongan,dan perjanjian kerja waktu tertentu, pad
a sektor jasa konstruksi. Karena pekerjasektor jasa konstruksi sebagian besar berstatus harian lepas 
dan borongan,maka KepMen ini sangat membantu nasib mereka. Para pengguna jasa wajibmengikut
sertakan pekerjapekerja lepas ini dalam dua jenis program jamsostek yaitu jaminan kecelakaan kerja 
dan jaminan kematian. Apabilamereka bekerja lebih dari 3 bulan, pekerja lepas ini berhak untuk ikut 
sertadalam dua program tambahan lainnya yaitu program jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaa
n kesehatan.Khusus mengenai aspek kesehatan kerja diatur melalui Keppres No.22/1993. Dalam Kep
pres ini, terdapat 31 jenis penyakit yang diakui untukmungkin timbul karena hubungan kerja. Setiap t
enaga kerja yang menderitasalah satu penyakit ini berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik p
adasaat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir(sampai maksimal 3 t
ahun). 

Pada umumnya, penyakitpenyakit tersebutadalah sebagai akibat terkena bahan kimia yang b
eracun yang berasal darimaterial konstruksi yang apabila terkena dalam waktu yang cukup lama dap
atmengakibatkan penyakit yang serius. Penyakit yang mungkin timbul jugatermasuk kelainan pende
ngaran akibat kebisingan kegiatan konstruksi, sertakelainan otot, tulang dan persendian yang sering 
terjadi pada pekerjakonstruksi yang terlibat dalam proses pengangkutan material berbobot dan beru
lang, dan penggunaan peralatan konstruksi yang kurang ergonomis.Dengan demikian, perlindungan t
enaga kerja dalam bentuk jamsosteksecara legal dapat dikatakan memadai. Namun, besarnya pemb
ayaran jaminantersebut sering kali tidak memadai. Sebagai contoh, biayabiaya transportasidan pera
watan di rumah sakit akibat kecelakaan kerja yang sudah tidak sesuailagi dengan tingginya kenaikan 
harga yang terjadi pada saat ini.
BAB IIl

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Dan Penjelasan Asuransi

Pekerja konstruksi adalah salah satu bidang pekerjaan yang cukup berisiko. Oleh karena itu
asuransi bagi pekerja konstruksi diperlukan untuk setiap proyek konstruksi. Dalam banyak kasus, itu
adalah persyaratan untuk memiliki semacam cakupan khusus untuk diberikan. Adapun secara luas,
asuransi konstruksi dapat menyediakan perlindungan untuk material, risiko, bencana alam,
karyawan, dan bahkan bisnis konstruksi itu sendiri. Namun, industri asuransi bersama dengan
industri konstruksi selalu mencari solusi untuk memahami dan menyediakan cakupan terbaru dari
setiap situasi tunggal dan unik. Ada banyak contoh dimana pemilik properti atau pengembang
proyek akan meminta kita untuk memenuhi persyaratan dengan menyediakan fasilitas asuransi agar
dapat berpartisipasi dalam proses penawaran atau tender proyek mereka. Karena dengan adanya
asuransi, maka kredibilitas perusahaan konstruksi akan meningkat.

Cakupan asuransi untuk pekerja konstruksi biasanya bertanggung jawab dalam pembangun
yang baik dan dapat melindungi dari cedera, kecelakaan, atau kerusakan properti yang diderita saat
bekerja. Selain itu, ada kemungkinan pekerja konstruksi dapat secara tidak sengaja merusak material
dan alat penanganan yang salah di dalam proses pembangunan properti, atau saat proses renovasi
sedang berlangsung.

Pentingnya asuransi dalam industri konstruksi memang sangat luas cakupannya. Karena
industri konstruksi berfokus pada tugas kontraktor, subkontraktor, dan pekerja yang bersatu untuk
menyediakan produk akhir bagi klien. Produk itu dapat mencakup konstruksi struktur bangunan
baru, memperbaiki struktur saat ini, atau membuat jalan baru atau jalan setapak untuk perjalanan
pejalan kaki atau kendaraan. Dengan begitu banyak permainan yang dimainkan pada waktu tertentu
selama proyek, ada potensi untuk terjadi kesalahan dan di situlah asuransi industri konstruksi ikut
berperan.

3.2 Pentingnya asuransi pekerja konstruksi

Pentingnya asuransi pekerja konstruksi harus benar-benar dipahami oleh para kontraktor. 
Bahkan hal ini sudah diatur dalam hukum dan merupakan kewajiban perusahaan untuk memberikan
asuransi. Pada aturan hukum tersebut menjadi dasar bahwa perusahaan harus mendaftarkan
pekerjanya untuk mendapatkan asuransi. Pada kasus ini tentunya perusahaan jasa konstruksi.
Apalagi pekerjaan di bidang konstruksi ini menjadi pekerjaan yang risiko kecelakaan kerjanya tinggi.
Tentunya bagi para pengusaha jasa konstruksi untuk bisa membangun konstruksi semacam gedung-
gedung tinggi harus ditunjang dengan pekerjanya yang handal. Sedangkan di sisi pekerja, untuk bisa
bekerja dengan tenang dan maksimal tentu mereka harus merasa aman karena sudah ada yang
melindungi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.

Asuransi pekerja konstruksi ini menjadi suatu acuan bagi kedua pihak yaitu pengusaha dan
pekerjanya. Misalnya saja saat menawarkan pekerjaan di bidang jasa konstruksi jika perusahaan
memasukkan adanya asuransi maka itu akan lebih menarik peminat. Sedangkan di sisi pencari kerja
tentu ingin mencari pekerjaan yang terbaik. Selain melihat besaran gaji biasanya mereka akan
mencari yang ada asuransinya juga. Nah maka dari itu pentingnya asuransi pekerja konstruksi harus
dipahami oleh pengusaha jasa konstruksi.
3.3 Manfaat Asuransi

Manfaat yang bisa didapatkan dari asuransi pekerja konstruksi antara lain:

 Perlindungan terhadap cedera bagi pekerja

Setiap pekerjaan di bidang konstruksi menghadirkan risiko yang berbeda. Tidak hanya untuk
kontraktor, tetapi juga untuk para pekerjanya. Kecelakaan memang bisa terjadi, tidak peduli
seberapa hati-hati kita. Perlindungan umum yang bisa didapatkan salah satunya adalah perlindungan
dari cedera. Seperti yang sudah diketahui bahwa pekerja konstruksi memiliki risiko pekerjaan yang
sangat tinggi dan berbahaya. Misalnya saja pekerjaan di ketinggian, di atas gedung, menara listrik,
menggunakan alat berat, potensi untuk terluka pasti ada. Dengan perusahaan jasa konstruksi
memahami pentingnya asuransi pekerja konstruksi maka risiko risiko kecelakaan kerja yang terjadi
pada tempat kerjanya bisa ditutupi secara finansial.

 Perlindungan dana pensiun

Bagi para pekerja konstruksi memang sangat jarang yang bisa mendapatkan dana pensiun. Karena
kebanyakan mereka hanyalah pekerja dengan kontrak. Tapi dengan asuransi pekerja konstruksi ini
para pekerja bisa memiliki dana pensiun jika keluar dari perusahaan jasa konstruksi ini dan dengan
aturan yang berlaku di perusahaan tersebut. Dana pensiun ini bisa didapatkan jika kita resign dari
perusahaan tentunya dengan syarat-syarat tertentu atau sudah masanya pensiun. Usia memasuki
pensiun juga tergantung kebijakan masing-masing perusahaan.

 Perlindungan santunan kematian

Bagi para pekerja yang didaftarkan asuransi oleh perusahaannya maka saat terjadi risiko kematian
maka akan mendapatkan santunan dari asuransi. Meskipun bukan karena kecelakaan kerja, pekerja
yang meninggal dunia tetap bisa mendapatkan santunan kematian. Asalkan penyebab kematiannya
bukan karena melanggar hukum ya.

 Perlindungan aset bagi perusahaan

Bagi perusahaan yang memiliki asuransi untuk pekerja konstruksinya maka itu berarti melindungi
aset perusahaan. Misalnya saja ada kecelakaan kerja di tempat konstruksi maka asuransi dengan
cepat akan membayar ganti rugi kepada pekerja itu dan bukan perusahaannya. Perusahaan juga
tidak perlu keluar biaya banyak karena semua di-cover oleh asuransi.

 Penarik minat calon pekerja

Adanya asuransi membuat para calon pekerja yang akan bekerja di perusahaan jasa konstruksi
membuat peminatnya menjadi lebih banyak. Sekarang para calon pekerja sudah paham pentingnya
asuransi pekerja konstruksi suatu saat nanti. Jadi memiliki perusahaan yang menawarkan asuransi
bagi pekerja konstruksi adalah hal terbaik.
3.4 Jenis-jenis asuransi
 BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Ketenagakerjaan mengharapkan agar semua proyek entah itu besar maupun kecil yang
belum mendaftarkan pekerjanya ke BPJS ketenagakerjaan untuk segera mendaftarkannya.
Jika ada perjanjian kerja antara desa dan pemilik proyek, berapapun nilai proyeknya maka
harus mendaftar ke BPJS Ketenagakerjaan. Untuk asuransi milik pemerintah ini asuransinya
cukup mudah yaitu 0,24 % dari nilai 0-100 juta. Selebih dari nilai itu maka akan menurun.
Jadi semua risiko kecelakaan pekerja konstruksi dan jaminan kematiannya sudah ditanggung
oleh BPJS Ketenagakerjaan selama pelaksanaan proyek.

Bagi para pengusaha jasa konstruksi yang mengerjakan proyek-proyek seperti proyek
yang didanai oleh APBD, atas Dana Internasional, APBD dan proyek swasta harus segera
mendaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan. Cara mendaftarkan peserta BPJS Ketenagakerjaan
adalah kontraktor harus mengisi formulir pendaftaran kepesertaan Jasa konstruksi yang bisa
didapatkan di kantor BPJS Ketenagakerjaan setempat setidaknya satu minggu sebelum
memulai proyek tersebut. Ini juga harus dilengkapi dengan Surat Perintah Kerja (SPK) atau
bisa juga dengan Surat Perjanjian Pemborong (SPP). Di dalam SPK harus ada penjelasan
mengenai detail pekerjaan, jenis pekerjaan, pihak yang memberikan pemborongan pekerjaan
serta pihak yang menerima pemborongan pekerjaan. Termasuk dilampirkan mengenai detail
data karyawan yang terlibat dalam penyelesaian pekerjaan.

Nah selain asuransi pemerintah BPJS Ketenagakerjaan ada juga produk asuransi
swasta yang bisa melindungi proyek konstruksi beserta alat dan pekerja konstruksinya.
Asuransi ini sering disebut sebagai asuransi konstruksi. Meskipun asuransi konstruksi ini
utamanya melindungi proyek itu sendiri tapi bisa diperluas jaminannya kepada pekerja
konstruksinya.

 Adira Insurance
Polis ini termasuk dalam kelompok EAR (Erection All Risk) yaitu asuransi yang
menjamin risiko dalam pemasangan mesin-mesin. Ada banyak jaminan ganti rugi yang
ditanggung oleh asuransi ini seperti tabrakan, kebakaran, pencurian dan kejadian karena
cuaca. Perluasan jaminan asuransi ini juga meliputi kerusuhan, kecelakaan diri bagi pekerja
serta ganti rugi untuk pihak ketiga yang merasa dirugikan.

 Asuransi Sinar Mas


Selain memiliki asuransi kesehatan, kecelakaan dan perjalanan, asuransi Sinar mas
juga memiliki asuransi konstruksi. Polisnya menjamin kelompok EAR, CAR dan Surety
Bond. Dengan memiliki asuransi ini pengusaha jasa kontraktor tidak saja melindungi
proyeknya saja tapi juga manusia yang bekerja didalamnya.

 Asuransi ACA
Asuransi konstruksi dari ACA menjamin pekerja dari risiko-risiko pekerjaan
berbahaya mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai akhir pekerjaan, alat dan mesin proyek,
beserta biaya-biayanya. Jaminan yang ditanggung oleh asuransi ini antara lain kerugian
akibat dari bencana alam, kebakaran, ledakan, pencurian termasuk pencurian dengan paksa,
kelalaian pekerja, kurang cakapnya pekerja dan penggunaan bahan yang keliru.
BAB IV

KESIMPULAN

Mengerti akan pentingnya asuransi pekerja konstruksi adalah pekerjaan yang


gampang untuk para pengusaha jasa konstruksi. Jika ingin proyek mereka lancar dan tanpa
kendala akan lebih baik untuk mengantisipasi segala risiko yang mungkin terjadi pada
proyeknya maupun pekerjanya. Jadi lindungi pekerja karena itu adalah hak yang wajib
diberikan oleh para pemberi kerja.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/6339019/Makalah_k3
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.cekaja.com/info/pentingnya-asuransi-pekerja-
konstruksi&ved=2ahUKEwin5ZDg3OXxAhXI8HMBHe_LAoMQFnoECCoQAQ&usg=AO
vVaw1seYLo1NfRRnJexQYiPozg&cshid=1626375001816

Anda mungkin juga menyukai