Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

REGULASI K3

UNIVERSITAS BINA MANDIRI


GORONTALO

DISUSUN OLEH

MEIRLY RETESSYA
NPM : 2520231003

FAKULTAS TEKNIK PRODI SIPIL


UNIVERSITAS BINA MANDIRI
GORONTALO
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga dengan makalah ini dapat di gunakan sebagai
acuan untuk bahan pembelajaran, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca
dalam profesi bidang teknik sipil.
Harapan saya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki kesalahan dalam bentuk maupun isi
dari makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini mungkin masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki masih kurang. Oleh karena itu, saya harapkan bagi para pembaca untuk
memberi masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan........................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN LITERATUR..........................................................................3

A. Teori Tentang K3............................................................................................ 3


B. UUD yang berkaitan dengan K3.....................................................................5
C. Peraturan dan regulasi K3...............................................................................5
D. Standar K3 pada proyek konstruksi.................................................................6
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................... 7

A. Jenis-jenis pekerjaan dan Resiko kecelakaan Kerja........................................7

BAB IV KESIMPULAN........................................................................................... 10

A. Kesimpulan...................................................................................................... 10
B. Saran................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan.


Dalam melaksanakan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak
yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja
dan lingkungan. Untuk itu Kegiatan konstruksi harus dikelola dengan
memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang berlaku.
Bahaya yang paling sering terjadi di proyek konstruksi adalah : jatuh dari
ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, dan tertimpa benda yang jatuh.
Jatuh dari ketinggian adalah penyebab utama kecelakaan kerja dalam
industri konstruksi. Menurut buku OSHA (29 CFR), tindakan perlindungan
agar tidak jatuh meliputi : pembuatan landasan untuk berpijak yang kuat, jalan
setapak yang cukup lebar, dibuatkan pagar di sisi pinggiran . Perlindungan
juga diperlukan ketika karyawan yang berisiko untuk jatuh ke peralatan
berbahaya.
Tertimpa benda yang jatuh adalah kejadian kecelakaan kerja yang ke tiga.
Tidak seorangpun diperbolehkan untuk menyeberang di bawah atau berdiri di
bawah peralatan loading, semua pekerja seharusnya berada pada jarak yang
aman, disamping itu ada ketidak disiplinan dalam pemakaian pelindung
kepala.
Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan dasar dari suatu area
permukiman (Fisu, 2018). Pemenuhan sarana dan prasarana tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan permukiman, namun juga dapat meningkatkan
perekonomian penduduk (Fisu, 2020)

iii
B. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dalam pengamatan ini yaitu:


1. Untuk mengamati pekerjaan yang dilakukan dilokasi, apakah
menggunakan APD atau tidak
2. Mengetahui pelaksanaan prosedur K3 pada pekerjaan kosntruksi bangunan

C. Rumusan Masalah
 Bagaimana pelaksanaan prosedur K3 pada pekerjaan konstuksi
bangunan

4
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Teori Tentang K3

K3 (Keselamtan dan Kesehatan Kerja) saat ini menjadi sebuah hal yang cukup
familiar dalam dunia kerja. Namun belum semua orang mengetahui pengertian K3
sebenarnya. Berikut adalah beberapa pengertian K3 menurut ILO (International
Labour Organization) dan beberapa ahli :

1. ILO (International Labour Organization)

Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan


fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.

2. Mangkunegara (2002)

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.

5
3. Suma’mur (2001)

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana


kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan.

4. Simanjuntak (1994)

Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko


kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.

5. Mathis dan Jackson (2002)

Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik


seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk
pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

6. Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

7. Jackson (1999)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi


fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja
yang disediakan oleh perusahaan.

6
B. UUD yang berkaitan dengan K3

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja


2. Undang-undang No. 2 Tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja
3. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
5. Instruksi Menaker RI No. 5 Tahun 1996 Tentang Pengawasan dan Pembinaan
K3 pada Kegiatan Konstruksi Bangunan
6. Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang SMK3 (Sistem Manajemen K3
7. UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
8. Permen PU No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum
9. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
10. Permen PU No. 9 Tahun 2008 tentang Pedoman SMK3
11. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
KEP.174_MEN_1986 No.104_KPTS_1986 Tentang K3 di Tempat Kegiatan
Konstruksi
12. Permenakertrans No. 1 Tahun 1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan
13. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
14. Permen PUPR02-2018.

C. Peraturan dan regulasi K3

 Undang-undang RI No. 23 pasal 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Dalam peraturan dan perundangan K3 ini, meliputi tentang:

1. Kesehatan Kerja diselenggarakan dengan tujuan supaya semua pekerja


sehat, sehingga tak membahayakan dirinya sendiri serta masyarakat yang
ada di sekelilingnya. Dengan begitu, produktivitas kerja yang diperoleh
dapat optimal sejalan terhadap program perlindungan pekerja yang dituju.

7
2. Kesehatan Kerja, yakni meliputi pencegahan penyakit yang diakibatkan
oleh pekerjaan, pelayanan kesehatan kerja, serta syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

D. Standar K3 pada proyek konstruksi

 Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras
selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
 Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin
atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
 Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
 Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah
tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
 Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.
 Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaanyang
berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising,
misalnya pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis pekerjaan dan Resiko kecelakaan Kerja

1. Pekerjaan Kolom Lantai 2

Pada tahap pekerjaan ini pekerja belum memahami metode kerja yang sesuai
dengan keselamatan kerja seperti bekerja pada area ketinggian dan pekerjaan
kolom tidak menggunakan perancah sebagai pijakan. Dimana hal ini dapat
menimbulkan pekerja terjatuh dari ketinggian dan tentunya pekerja di haruskan
untuk menggunakan alat pelindung seperti helem, kaos tangan dan sepatu yang
tujuannya untuk menghindarkan pekerja dari kemungkinan-kemungkinan
kecelakaan kerja yang akan terjadi.

Pada pekerjaan ini belum memenuhi standar K3 dimana pada pekerjaan ini
pekerja nampak tidak menggunakan alat APD berupa sepatu, kaos tangan.
Diharapkan pekerja tetap menggunakan APD pada saat di area konstruksi terlebih
saat melakukan pekerjaan.

9
2. Pekerjaan Pengecoran

Pada umumnya pekerjaan pengecoran yaitu penuangan beton segar ke area


bekisting yang telah diberi tulangan. Sebelum memasuki pekerjaan pengecoran
tersebut, dilakukan pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap.
Pada pekerjaan ini pekerja terpapar beton terlalu lama namun tidak menggunakan
APD yang lengkap sehingga dapat iritasi kulit yang menyebabkan penyakit akibat
kerja, seperti pada gambar di atas tidak menggunakan sarung tangan dan sepatu.

Pada pekerjaan ini belum memenuhi standar K3 dimana pada pekerjaan ini
pekerja nampak tidak menggunakan alat APD berupa sepatu, kaos tangan dan
helm. Diharapkan pekerja tetap menggunakan APD pada saat di area konstruksi
terlebih saat melakukan pekerjaan, guna untuk menghindarkan pekerja dari
kemungkinan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerja di lokasi
konstruksi.

10
3. Pekerjaan Pembesian

Seperti pada umumnya pekerjaan pembesian merupakan pembuatan tulangan


besi/baja yang menggunakan batang besi/baja sebagai material utamanya. Dalam proses
pembuatan suatu bangunan, pekerjaan pembesian terdiri dari dari beberapa tahapan.
Setiap tahapan pada pekerjaan pembesian ini harus benar-benar diperhatikan.
Pengerjaan yang asal-asalan akan mengakibatkan kualitas ketahanan yang rendah pada
sebuah bangunan. Proses pengerjaan pembesian juga harus didukung dengan peralatan
yang memadai agar hasilnya maksimal. Pada pekerjaan ini pekerja tidak menggunakan
alat pelindung yang memadai seperti kaos tangan, sepatu dan helm yang apabila
pekerja tidak menggunakan alat pelindung maka bias menyebabkan terjadinya
kecelakaan yang tidak di inginkan.

Pada pekerjaan pembesian ini belum memenuhi standar K3 dimana pada


pekerjaan ini pekerja nampak tidak menggunakan alat APD berupa kaos tangan dan
alat pelindung lainnya. Diharapkan pekerja tetap menggunakan APD pada saat di area
konstruksi terlebih saat melakukan pekerjaan, guna untuk menghindarkan pekerja dari
kemungkinan kecelakaan kerja pada pekerja di lokasi konstruksi.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur


dengan berbagai aturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam pekerjaan
kosntruksi agar pekerjaan konstruksi berjalan dengan baik tanpa menimbulkan bahaya.
Prosedur K3 juga telah memberikan langkah-langkah dalam mencegah dan menangani
bahaya dan kecelakaan dalam proyek kosntruksi.

B. Saran

Untuk kelancaran pekerjaan konstruksi, perlu adanya penerapan prosedur K3


dalam setiap pekerjaan kosntruksi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dalih S.A. dan Oja Sutiarno. Keselamatan Kerja Da/am Tata/aksana Bengke/, Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. Jakarta, 1982.

Departemen Pekerjaan Umum, Keselamatan Kerja, Modul Pelatihan, Puslatjakons, Jakarta.

Fisu, A. A., & Didiharyono, D. (2020, April). Economic Financial Feasibility Analysis
of Tarakan Fishery Industrial Estate Masterplan. In IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science (Vol. 469, No. 1, p. 012002&). IOP Publishing.

Fisu, A. A., & Marzaman, L. U. (2018). Pemetaan Partisipatif Kampung Pesisir


Kelurahan Tallo Kota Makassar. To Maega: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 22- 28.

FISU, A. A., Suti, M., Dani, A. A. H., Angreyani, A. D., Amruh, A., Fisu, A. R., & Wekke,
I. S. (2022). Work Accident Risk at Hospital Construction Environment.
IEOM Conference Proceedings ISSN / E-ISSN: 2169-8767: Proceedings of the
International Conference on Industrial Engineering and Operations Management. Paper
link http://www.ieomsociety.org/china2021/papers/135.pdf
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:30Iatqy3xdAJ:lecturer.ppns.
ac.id/mades/wp-content/uploads/sites/58/2020/03/STANDARD-KODE- PERATURAN-
PERUNDANGAN-K3.pdf+&cd=17&hl=id&ct=clnk&gl=id

Undang-undang No. 1 Tahun 1951 tentang Kerja

Undang-undang No. 2 Tahun 1952 tentang Kecelakaan Kerja

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

13

Anda mungkin juga menyukai