Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)


DAN PERSYARATAN
GAMBAR PROYEKSI BANGUNAN

Disusun oleh :
Dinda Fatimah Azzahra
Kelas : XI DPIB 1
Absen : 10
SMKN 1 ADIWERNA
Tahun ajaran 2021/2022

Jalan Raya 2, Pesarean, Adiwerna, Pekuncen, Pesarean, Kec. Adiwerna, Tegal,


Jawa Tengah 16320

Daftar Isi
Bab I PENDAHULUAN :

1
A. Latar belakang...................................................................................................................3

B. Tujuan Umum....................................................................................................................4

C. Tujuan Khusus...................................................................................................................5

Bab II PEMBAHASAN :

A. Prosedur Keselamatan dan Lingkungan

1. Pengertian K3..............................................................................................................6

2. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

konstruksi dan utilitas gedung....................................................................................6

3. Prosedur K3 Menggambar utilitas gedung.................................................................7

4. Pelaksanaan K3 Menggambar utilitas gedung...........................................................10

B. Persyaratan Gambar Proyeksi Bangunan

1. Pengertian Proyeksi..................................................................................................15

2. Proyeksi Isometri......................................................................................................15

3. Proyeksi Ortogonal...................................................................................................15

4. Persyaratan Gambar Proyeksi..................................................................................16

Bab III PENUTUP :

A. Kesimpulan...................................................................................................................18

B. Saran.............................................................................................................................18

BAB 1

PENDAHULUAN

2
I.A. Latar Belakang

Kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu penyebab
terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Risiko kegagalan (risk of failures)
selalu ada pada setiap aktifitas pekerjaan dan saat kecelakaan kerja (workaccident) terjadi,
seberapa pun kecilnya, dapat mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin
dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi
dampaknya. Secara historis peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) di
Indonesia telah ada sejak pemerintahan Hindia Belanda. Setelah jaman kemerdekaan dan
diberlakukannya Undang-undang Dasar 1945, maka beberapa peraturan termasuk peraturan
keselamatan kerja yang pada saat itu berlaku yaitu Veiligheids Reglement telah dicabut dan
diganti dengan Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970.

Setiap kecelakaan pasti selalu ada penyebabnya, kelalaian perusahaan yang hanya
memusatkan diri pada keuntungan merupakan penyebab besar terjadinya kecelakaan kerja.
Minimnya pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagian besar
disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan
beban biaya perusahaan, padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi/santunan untuk
korban kecelakaan kerja lebih kecil dibandingkan keuntungan.

Sektor konstruksi merupakan penyumbang kecelakaan tertinggi, yakni 31,9% dari total
kecelakaan yang terjadi berjenis kasus antara lain jatuh dari ketinggian 26%, terbentur 12%,
dan tertimpa alat 9%, maka semua proyek pembangunan konstruksi harusla ditingkatkan
pengawasannya, agar angka kecelakaan kerja di bidang konstruksi dapat diminimalisir.

Pembangunan gedung gedung berlantai seperti sebuah kantor pusat atau perusahaan tertentu
akan terus berlanjut seiring perkembangan zaman dan teknologi karena peluang bisnis yang
berkembang dapat memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat dan menekan laju
pengangguran, serta dapat menaikkan sektor ekonomi di Indonesia.

Pada saat pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana-sarana seperti membuka tempat


perusahaan ini pada khususnya yang melibatkan empat unsur dalam proses interaksinya antara
lain: people, equipment, materials, environment (PEME) secara otomatis dapat mengundang

3
terjadinya kecelakaan kerja pada proses pembangunan gedung tersebut, pembangunan sarana
tersebut diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di lokasi kerja dimana masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini juga merupakan
bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek konstruksi.

I.B. Tujuan Umum

Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan dan
kesehatan kerja ditempat bekerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah, mengurangi kecelakaan, dan
penyakit berkelanjutan akibat kerja.

I.C. Tujuan Khusus

Tujuan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah mengurangi risiko K3 yang
berpotensi mengakibatkan kerugian baik dalam perihal finansial maupun citra dari perusahaan
itu sendiri, mengetahui bagaimana kecelakaan terjadi juga berguna dalam arti mengidentifikasi
jenis kegagalan atau kesalahan apa saja yang biasanya menyebabkan kecelakaan, sehingga
tindakan dapat diambil untuk mengatasi kegagalan tersebut sebelum ada kesempatan untuk
terjadi, oleh karena itu dengan berkurangnya risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
diharapkan dapat mengurangi dampak kecelakaan pada areakerja serta meningkatkan
keuntungan organisasi dari sisi kesehatan maupun sisi keselamatan karyawan/pekerja dalam
melakukan pekerjaan di tempat kerjanya sesuai ekspektasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

II. A. Prosedur Keselamatan Kerja dan Lingkungan

A.1. Pengertian dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
Keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah instansi maupun lokal proyek.

A.2. Peraturan perundangan undangan yang mengatur tentang konstruksi utilitas


gedung

Peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan bangunan gedung yaitu sebagai
berikut.

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang peraturan


pelaksanaan dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung.

5
2. Presiden Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017
tentang arsitektur.

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
19/Prt/M/2018 tentang penyelenggaraan izin mendirikan bangunan, gedung, dan sertifikat laik
fungsi bangunan gedung melalui pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
22/PRT/M/2018 tentang pembangunan bangunan gedung negara.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang keselamatan
kesehatan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

A.3. Prosedur K3 Menggambar Konstruksi dan Utilitas Gedung

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar konstruksi dan utilitas
gedung (dalam penyelesaian pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan komputer) tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu sebagai berikut.

1. Mengatur Posisi Duduk

Posisi duduk yang baik dan benar diantaranya :

a. Posisi kaki jangan bersila, usahakan kaki kiri sedikit maju kedepan, sedangkan kaki kanan
sedikit mundur ke belakang. Kedua kaki tidak sejajar atau ditekuk (lutut bersilangan) karena
akan berakibat cepat pegal.

b. Posisi tangan diletakkan pada posisi pengetikan yang benar (sistem 10 jari).

c. Posisi badan tidak membungkuk dan usahakan tegak dan rileks. Jangan terlalu tegang karena
mengakibatkan pinggang terasa tidak nyaman, dan cepat merasa lelah.

d. Usahakan pandangan mata tertuju pada naskah yang akan diketik. Jangan terus menerus
melihat monitor karena akan mengakibatkan mata cepat lelah, bahkan dapat menggangu
kesehatan mata.

6
e. Usahakan menggunakan kursi yang nyaman ketika dipakai seperti kursi yang terdapat
sandaran punggung serta sikunya.

Posisi duduk juga berhubungan dengan meja dan kursi komputer yang digunakan maka yang
perlu diperhatikan hal sebagai berikut

•Mengatur dan memilih meja komputer

a. Meja dilengkapi dengan tempat sandaran kaki (foot rest).

b. Pada bagian bawah meja diberi ruang agar kaki bebas bergerak.

c. Tinggi meja komputer sekitar 55—75 cm (disesuaikan dengan ukuran kursinya dan tinggi
operatornya).

d. Letakkan tempat keyboard dan mouse pada meja serta mudah dijangkau.

e. Meja komputer stabil/tidak mudah bergoyang.

•Mengatur dan memilih kursi

a. Kursi fleksibel yang dapat mengikuti lekuk punggung sandaran, serta tingginya dapat diatur.

b. Tinggi kursi disesuaikan dengan kaki agar kaki tidak menggantung ketika duduk.

c. Kursi sebaiknya diberi roda sehingga mudah ketika digerakkan.

2. Mengatur Jarak Pandang Mata

Jarak pandang mata ke layar monitor usahakan tidak terlalu jauh atau terlalu dekat karena dapat
menyebabkan mata menjadi cepat lelah. Pengaturan jarak pandang mata yang tepat akan
membuat nyaman saat bekerja serta dapat menjaga kesehatan mata. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengaturan jarak pandangan mata ke layar monitor yaitu :

Sumber : Konstruksi dan Utilitas Gedung/Oediyaningsih//PT Kuantum Buku Sejahtera

a. Usahakan letak monitor sejajar dengan pandangan mata.

7
b. Jangan terus-menerus melihat pada layar monitor, alihkan pandangan pada teks, naskah atau
papan keyboard. Hal ini dapat mengurangi kelelahan mata serta mencegah timbulnya iritasi
mata.

c. Atur jarak pandang antara mata dan monitor sekitar 46—47 cm.

d. Atur ketajaman (contrast) dan terang (brightness) pada monitor.

e. Atur jarak badan dengan monitor sekitar satu lengan.

f. Atur posisi monitor dan keyboard agar lurus dengan pandangan.

g. Hindari pencahayaan yang menyilaukan mata atau sebaliknya.

3. Mengatur Monitor

Monitor yang baik adalah monitor yang memiliki radiasi kecil dan membutuhkan daya listrik
yang kecil. Jenis monitor LCD lebih baik dibandingkan jenis CRT. Monitor jenis LCD (Liquid
Crystal Display) memiliki efek radiasi pancaran yang rendah dan tidak menimbulkan kelelahan
pada mata. Selain itu, menggunakan daya listrik yang lebih kecil dibandingkan dengan layar
monitor jenis CRT. Namun, harga monitor ini masih sangat mahal dibandingkan dengan monitor
biasa (CRT). Seandainya menggunakan monitor jenis CRT, sebaiknya menggunakan Screen
Filter yang akan mengurangi radiasi yang ditimbulkan oleh monitor tersebut.Adanya pemutusan
arus listrik yang mendadak dari PLN atau tanpa kesengajaan power-off tertekan memungkinkan
data yang telah disusun menjadi hilang karena belum sempat menyimpannya. Oleh karena itu,
diperlukan UPS (Uninterruptable Power Supply).

Sumber : Konstruksi dan Utilitas Gedung/Oediyaningsih//PT Kuantum Buku Sejahtera

Dengan UPS, arus listrik masih dapat mengalir ke komputer untuk beberapa saat sehingga
kesempatan untuk menyelamatkan data masih ada. Selain itu, kerusakan perangkat komputer
dapat diminamalisir.

A.4. Pelaksanaan K3 Proses Menggambar Konstruksi dan Utilitas Gedung

Dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi harus diperhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja sehingga peran teknologi dalam kehidupan manusia menjadi sumber

8
pemecahan masalah. Keberadaan komputer sangat mendukung penyelesaian pekerjaan yang
membutuhkan waktu cepat dan hasil yang baik.Aplikasi komputer yang multifungsi, seperti
pengolahan kata, angka, gambar, media presentasi, perhitungan statistik, multimedia, dan
sebagainya mengharuskan pemakai komputer mengetahui syarat-syarat Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dalam menggunakan komputer. Kesehatan berhubungan dengan
pengguna komputer, sedangkan keselamatan kerja berhubungan dengan pengguna dan perangkat
komputer yang digunakan. Jika syarat-syarat K3 dipenuhi, kesehatan akan lebih terjamin.
Perangkat komputer akan lebih awet/tahan lama dan hasil yang dicapai akan lebih baik.Beberapa
hal yang berkaitan dengan K3 sebagai berikut :

1. Pengaturan Tempat Kerja

Pengaturan tempat kerja mengatur tempat kerja seperti posisi dokumen, telepon, dan mouse
sangat penting untuk mencegah cidera otot.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menata tempat kerja sebagai berikut.

Sumber : Konstruksi dan Utilitas Gedung/Oediyaningsih//PT Kuantum Buku Sejahtera

a. Atur meja agar sesuai dengan posisi tubuh kita sehingga nyaman dalam bekerja. Apabila meja
terlalu pendek dapat ditinggikan dan apabila terlalu tinggi, kursi yang harus dinaikkan.

b. Apabila sering menerima telepon, dekatkan telepon agar mudah diraih oleh tangan kita. Selain
itu, dalam hal ini disarankan menggunakan earphone karena menerima telepon dengan menjepit
gagang telepon antara telinga dan pundak, dapat berakibat gangguan otot leher.

c. Jika sering membaca file/naskah letakkan sedekat mungkin dengan monitor, menyalin naskah
dengan sering melihat ke kiri atau ke kanan yang terlalu jauh dari monitor dapat mempercepat
kelelahan di leher.

2. Pengaturan Kursi
Kursi merupakan komponen penting dalam ergonomi bekerja di depan komputer. Beberapa hal
prinsip umum untuk kursi ergonomi sebagai berikut.

9
a. Lima roda pada kaki agar kursi stabil dan mudah digerakkan.
b. Posisi kursi (seat pan) dapat dinaikkan dan diturunkan.

c. Pelindung punggung untuk melindungi punggung bagian atas dan bawah yang posisinya dapat
diatur.

d. Pelindung lengan yang dapat dinaikkan dan diturunkan.

Sumber : Konstruksi dan Utilitas Gedung/Oediyaningsih//PT Kuantum Buku Sejahtera

3. Keyboard dan Mouse

Posisi yang salah dalam pemakaian keyboard dan mouse dapat berakibat Carpal Tunnel
Syndrome (CTS). Beberapa hal yang harus diperhatikan agar terhindar dari masalah tersebut
disajikan sebagai berikut.

a. Usahakan posisi keyboard lurus dengan lengan agar terasa nyaman saat bekerja. Penggunaan
rak untuk keyboard disarankan yang dapat diatur agar posisi

keyboard menyesuaikan dengan tangan.


b. Saat mengetik, tangan geser ke kiri atau ke kanan sehingga posisi jari tetap
lurus. Jangan paksa jari-jari meraih tombol huruf yang jauh sehingga posisi
tangan tidak lurus.
c. Letakkan mouse sedekat mungkin dengan keyboard.
d. Untuk menggerakkan mouse, pastikan posisi tangan tetap lurus, lalu gunakan pergelangan
tangan saat menggerakkan mouse.

4. Monitor

Posisi yang salah dalam mengatur monitor dapat menyebabkan mata cepat lelah dan rasa nyeri
pada leher. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan monitor disajikan sebagai

10
berikut.
a. Letakkan monitor dan keyboard tepat di depan pekerja.

b. Tinggi monitor diatur sedikit di bawah mata kita, monitor yang terlalu tinggi atau rendah akan
menyebabkan nyeri pada leher dan pundak.

Sumber : Konstruksi dan Utilitas Gedung/Oediyaningsih//PT Kuantum Buku Sejahtera

c. Jarak antara monitor dan pekerja sepanjang tangan (45—50 cm). Posisi monitor yang terlalu
dekat dapat menyebabkan mata cepat lelah.

d. Sudut monitor mengarah ke mata untuk menghindari sinar lampu yang silau.

e. Apabila menggunakan kacamata baca (bifocal, progresive), turu monitor lebih rendah dengan
mengarahkan kepala ke atas bagi pengguna kacamata baca (bifocal/progressive) agar tidak
menyebabkan nyeri pada leher.

f. Apabila menyalin dokumen, letakkan dokumen tersebut di dekat monitor atau di bawah
monitor untuk mengurangi nyeri pada leher karena terlalu banyak menoleh.

5. Istirahat Sejenak (Break)

Bekerja di depan komputer tidak banyak melibatkan gerakan tubuh. Selain itu, dalam waktu
yang lama dapat menyebabkan nyeri otot. Untuk menghindarinya, disarankan setelah 1 jam
bekerja di depan komputer istirahat sejenak 5–10 menit, dan melakukan peregangan otot.

6. Letak Kabel Komputer.

Meletakkan kabel yang benar yaitu sebagai berikut.

a. Kabel dihindarkan dari air agar tidak korsleting listrik.

b. Kabel tidak menutupi bagian komputer yang bergerak seperti kipas pendingin processor.

Sumber : Konstruksi dan Utilitas Gedung/Oediyaningsih//PT Kuantum Buku Sejahtera

11
c. Atur kabel agar terurai secara rapi.
7. Penggunaan CPU (Central Processing Unit)
Hal yang perlu diperhatikan dalam meletakkan CPU sebagai berikut.

a. Tidak bersentuhan langsung dengan tangan basah.

b. Jangan meletakkan CPU tepat di bawah AC (Air Conditioner)  karena air tetesan AC dapat
merusak CPU

c. Buka Cassing CPU secara berkala untuk membersihkan debu yang ada pada CPU/kipas
pendingin CPU.

Sumber : Konstruksi dan Utilitas Gedung/Oediyaningsih//PT Kuantum Buku Sejahtera

II.B. Persyaratan Gambar Proyeksi Bangunan

B.1. Pengertian proyeksi

12
proyeksi adalah gambar suatu benda yang dibuat rata (mendatar) atau berupa garis pada bidang
datar.

B.2. Proyeksi Isometri

Proyeksi isometrik adalah metode untuk merepresentasikan objek tiga dimensi secara visual dalam
dua dimensi pada gambar teknik dan gambar teknik. Ini adalah proyeksi aksonometrik di mana tiga
sumbu koordinat tampak sama-sama dipendekkan dan sudut antara keduanya adalah 120 derajat.

B.3. Proyeksi Ortogonal

Gambar proyeksi ortogonal yang lazim digunakan ada dua cara yaitu cara Eropa dan Amerika.
Pada cara Eropa mempergunakan tiga bidang proyeksi saling berpotongan tegak lurus satu sama
lain dimana benda yang diproyeksikan berada diantara ketiga bidang tersebut. Sedangkan cara
Amerika menggunakan enam bidang proyeksi yaitu benda dipandang dari enam sisi.

Perpotongan di antara tiga bidang proyeksi cara Eropa akan membentuk sebuah ruangan yang
disebut dengan ruang nyata. Bidang bidang proyeksi tersebut adalah :

1. Bidang mendatar, disebut bidang proyeksi 1 (benda di lihat dari atas).

2. Bidang tegak, disebut bidang proyeksi 2 (benda di lihat dari arah depan)

3. Bidang samping, disebut bidang proyeksi 3 (benda di lihat dari arah samping)

B.4. Persyaratan Gambar Proyeksi

a. Proyeksi isometri

Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara isometri atau untuk
memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan proyeksi isometri, maka perlu
diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk menampilkan suatau gambar

dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat proyeksi tersebut sebagai berikut :

1). Ciri pada sumbu

13
– Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.

– Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.

2). Ciri pada ukurannya

Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang digambarnya.

b. Proyeksi Dimetri

Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang perlu diketahui, ciri dan
ketentuan tersebut antara lain :

1) Ciri pada sumbu

Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai sudut 40°.

2) Ketentuan ukuran

Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan
pada sumbu z = 1 : 1

c. Proyeksi Trimetri

1) Ciri pada sumbu

Penggunaan proyeksi dimetri ternyata dirasakan banyak terjadi distorsi, oleh karena itu ukuran
kedua rusuk/sumbu salah

satunya (rusuk panjang) perlu dipendekkan.

2) Ketentuan Ukuran

Perbandingan yang sering digunakan adalah 10:9:5 atau 6:5:4.

14
BAB III

PENUTUP

III.A. KESIMPULAN

Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan telah diatur


dengan berbagaiaturan yang secara jelas memberikan batasan-batasan dalam
pekerjaan kosntruksi agar pekerjaankonstruksi berjalan dengan baik tanpa
menimbulkan bahaya. Prosedur K3 juga telah memberikanlangkah-langkah dalam
mencegah dan menangani bahaya dan kecelakaan dalam proyekkosntruksi.

III.B. SARAN

Untuk kelancaran pekerjaan konstruksi, perlu adanya penerapan prosedur K3


dalam setiap pekerjaan kosntruksi.

Terimakasih.

15

Anda mungkin juga menyukai