K3 KONSTRUKSI
Bismillahirrohmanirrohiim
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan K3
Kontruksi di RS Al Islam Bandung dapat selesai disusun. Panduan ini merupakan
panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam rangka memberikan pelayanan
kepada karyawan, pasien dan keluarga pasien di Rumah Sakit. Tidak luput
penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan Panduan K3 Kontruksi di
RS Al Islam Bandung.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN............................................................................................................1
II. DEFINISI..........................................................................................................................3
B. Pengendalian Infeksi.............................................................................................16
C. Kualitas Udara.......................................................................................................20
D. Sistem Utilitas.......................................................................................................20
E. Kebisingan.............................................................................................................21
F. Getaran..................................................................................................................22
H. Pelayanan Kedaruratan..........................................................................................23
ii
DAFTAR TABEL
iii
PANDUAN K3 KONSTRUKSI
A. PENDAHULUAN
Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dari
operasional rumah sakit. Pekerjaan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan beberapa
kegiatan pemeliharaan maupun perbaikan memiliki potensi yang dapat memberikan
dampak pada proses perawatan pasien di lingkungan Rumah Sakit. Sehingga untuk
meminimalisir risiko yang ada di Rumah Sakit perlu adanya proses penilaian risiko pra-
konstruksi atau sebelum konstruksi tersebut berlangsung.
Upaya pengendalian kecelakaan pembangunan dan renovasi harus memperhatikan
berbagai unsur. Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa pembangunan
dan renovasi adalah : Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Pemerintah
No. 29/2000 Pasal 30 ayat (1), demikian juga dengan Pedoman Teknis K3 Konstruksi
Bangunan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1980 dan Pedoman
Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi dalam SKB Menteri Tenaga Kerja dan
Menteri Pekerjaan Umum No. 174/ MEN/1986 dan 104/KPTS/1986.
Penilaian risiko pra-konstruksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang
bisa timbul dari kegiatan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan lain sebagainya yang
berdampak pada pelayanan di Rumah Sakit dan mengembangkan strategi mitigasi risiko
untuk meminimalkan risiko. Elemen penilaian yang harus dipertimbangkan dalam proses
ini termasuk :
a. Keselamatan Keamanan Konstruksi
b. Pengendalian Infeksi (ICRA)
c. Kualitas Udara
d. Utilitas
1
e. Kebisingan
f. Getaran
g. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
h. Pelayanan Kedaruratan
i. Risiko-risiko lain yang memengaruhi perawatan, penyembuhan, dan
pelayanan.
2
B. DEFINISI
1. K3 Konstruksi adalah aktivitas kesehatan dan keselamatan kerja yang berhubungan
dengan seluruh tahapan yang dilakukan pada pekerjaan konstruksi bangunan yang
berpotensi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
2. Sarana bangunan adalah peralatan yang digunakan selama proses konstruksi dan
terpasang pada gedung tempat kerja.
3. Perancah bangunan adalah bangunan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-
bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan
4. Kontraktor adalah pelaksana pekerjaan konstruksi
5. Tahapan pekerjaan konstruksi bangunan yang menggunakan bahan-bahan semen,
pasir, batu belah, batang besi ulir, dan lain-lain.
6. Pekerjaan konstruksi baja adalah Tahapan pekerjaan konstruksi bangunan yang
menggunakan bahan-bahan konstruksi baja, rangka, baut mur, penjelasan baja.
7. Pekerjaan penggalian yaitu tahapan pekerjaan konstruksi bangunan pada tanah,
pekerjaan tanah, seperti galian, sumuran, parit dan timbunan
8. Pekerjaan pondasi yaitu tahapan pekerjaan konstruksi bangunan untuk membuat
bagian-bagian struktur yang memikul beban struktur untuk sampai ketanah
9. PCRA (Pre-Construction Risk Assesment) adalah rangkaian proses identifikasi
penilaian risiko yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi, renovasi,
pemeliharaan, pembongkaran, dan kegiatan lainnya terkait bangunan.
10. ICRA (Infection Control Risk Assessment) Bangunan adalah rangkaian proses untuk
meminimalkan risiko infeksi yang ditransmisikan melalui udara maupun melaui air
yang terkontaminasi selama dilakukannya konstruksi, renovasi dan kegiatan
maintenance gedung rumah sakit.
3
C. RUANG LINGKUP
D. Ruang lingkup K3 kontruksi bangunan meliputi:
1. Aspek K3 pekerjaan penggalian
2. Aspek K3 pekerjaan pondasi
3. Aspek K3 pekerjaan konstruksi beton
4. Aspek K3 pekerjaan konstruksi baja
5. Aspek K3 pekerjaan pembongkaran
4
Selanjutnya Rumah Sakit mengambil tindakan berdasarkan pengkajian penilaian
risiko pra-konstruksi untuk meminimalisasi risiko saat proses pembongkaran,
konstruksi, dan renovasi, serta Rumah Sakit memastikan bahwa kepatuhan kontraktor
dipantai, ditegakkan, dan didokumentasikan.
5
G. TATA LAKSANA
Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, maka
para pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis kesehatan dan
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:
6
i. Dilarang bekerja di atas tanah yang lepas apabila kemiringannya terlalu terjal
untuk mendapatkan tempat berpijak yang aman.
j. Apabila tanah tidak menjamin tempat berpijak yang aman, harus disediakan
konstruksi penyangga yangcukup.
k. Tanpa konstruksi penyangga yang cukup dilarang menggali tanah di bagian
bawah
l. Sejauh mungkin diusahakan agar galian-galian bebas dari air.
8
e. Bila pekerjaan menggunakan semen, kapur dan bahan-bahan lain yang
berdebu atau menggunakan mesin penghancur atau penghalus yang digunakan
pada tempat yang tertutup:
1) Ruangan harus berventilasi yangcukup
2) Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah debu-debu
berterbangan
f. Beton tidak boleh mengandung material yang dapat mempengaruhi
keadaannya, melemahkan atau merusakkan besi.
g. Selama pengeceron papan acuan dan penumpunya harus dicegah terhadap
kerusakan.
h. Bila beton mulai mengeras, maka harus dilindungi terhadap arus air yang
mengalirkan bahan-bahan kimia dan getaran
i. Tidak boleh meletakkan beban diatas beton yang sedang mengeras
9
f. Sewaktu bagian konstruksi baja sedang dididirikan, daerah yang di bawah
tempat kerja tersebut harus dijaga atau dipagari
g. Peralatan yang memadai dan cocok (memenuhi syarat) harus dipakai untuk
menaikkan/menurunkan bagian-bagian konstruksi baja.
h. Bagian-bagian konstruksi baja tidak boleh ditarik dengan paksa sewaktu
diangkat, jika dilakukan maka dapat menimbulkan bahaya
13
Tombol pintu buka dan pintu tutup;
Tombol permintaan lantai pemberhentian.
Tombol bel alarm dan tanda bahaya;
Intercom komunikasi dua arah.
16) Penerangan buatan di bawah lantai kereta, kecuali telah tersedia
penerangan pada lekuk dasar ruang luncur.
17) Petunjuk posisi kereta pada lantai tertentu.
14
C. Tata laksana PCRA (Pre Construction Risk Assesment)
15
D. AREA YANG DISYARATKAN DALAM PENGKAJIAN PRA KONSTRUKSI
A. Keselamatan dan Keamanan
Pada saat dilakukan pekerjaan konstruksi atau renovasi, seluruh area sekitar
diharapkan tetap dalam kondisi aman. Akses-akses yang diperlukan untuk
keselamatan tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti jalur evakuasi yang
tidak terhalang, adanya pembatasan area kerja dan sebagainya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan terkait keselamatan dan keamanan diantaranya adalah:
1. Memiliki jalur keluar yang aman
2. Memiliki potensi bahaya yang mempengaruhi akses jalur keluar aman yang
telah ditentukan
3. Kegiatan proyek dapat berdampak pada sistem deteksi kebakaran
4. kegiatan proyek memiliki tambahan fasilitas atau peralatan pemadaman
kebakaran yang tersedia di area proyek
5. Pemilik proyek menjamin sudah pernah melakukan pelatihan/simulasi
penanggulangan kebakaran
6. Memiliki tempat penyimpanan khusus untuk Bahan Berbahaya dan Beracun
7. Proyek membutuhkan partisi tahan asap sementara dan partisi tersebut harus
bebas asap dan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar
8. Pemilik proyek akan melakukan peningkatan terhadap inspeksi dan
pengawasan bahaya terhadap aktifitas proyek
9. Terdapat media informasi terkait standar keselamatan dan kesehatan kerja
yang tertempel di area proyek
B. Pengendalian Infeksi
Pekerjaan konstruksi di area pelayanan berpotensi menimbulkan infeksi bila tidak
ditangani dengan baik. Pengendalian infeksi yang dimaksud dengan menggunakan
ICRA (Infection Control Risk Assessment). ICRA adalah alat yang digunakan untuk
menilai seberapa besar potensi infeksi yang mungkin dapat terjadi pada saat proses
konstruksi atau renovasi berlangsung, dari hal yang sederhana seperti penggantian
ubin hingga proses konstruksi yang berat seperti merombak ruangan rawat inap. Dari
hasil penilaian tersebut nantinya pemangku kebijakan di rumah sakit dapat menilai
tindakan apa saja yang dierlukan dalam melakukan pencegahan dari dampak buruk
yang mungkin terjadi. Mendapatkan penilaian ICRA bisa dibantu dengan
menggunakan matriks ICRA. Dalam hal ini, komite K3 akan bekerjasama dengan
16
Komite PPI untuk melakukan asesmen risiko terkait penyebaran infeksi yang
mungkin timbul akibat proses konstruksi. Berikut pengelompokan tipe konstruksi:
TIPE KONSTRUKSI
Proses Inspeksi (non-invasif). Termasuk kegiatan yang tidak
menghasilkan debu atau pekerjaan yang tidak memerlukan
pemotongan dinding, pengeboran, pengamplasan atau akses ke
langit-langit selain untuk inspeksi visual seperti:
a. Memindahkan plafon untuk inspeksi visual (batasan < 50 m2)
b. Pengecatan (bukan pengamplasan)
c. Pekerjaan jaringan elektrik
TIPE A
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara pipa air ≤ 15 menit di
area tertentu)
e. Perbaikan pipa kecil tanpa solder dan bor
f. Kerja dengan kebutuhan listrik kecil
g. Perbaikan Hardware pintu dan jendela
h. Perbaikan penggantian
17
TIPE KONSTRUKSI
Setiap pekerjaan yang menghasilkan tingkat debu dengan jumlah
sedang - banyak. Dan setiap pekerjaan yang membutuhkan
pembongkaran atau penghapusan komponen bangunan tetap atau
rakitan, pekerjaan dengan perekat, cat, pelarut, pengencer dan
pembersih yang kuat, pekerjaan yang mengambil lebih dari satu shift
(8 jam perhari) untuk menyelesaikan. Termasuk, jenis pekerjaan :
a. Pengamplasan dinding untuk pengecatan dinding
b. Pembongkaran ubin pada lantai dan langit – langit ruangan
TIPE C dengan luas 20% dari total luas
c. Pembangunan dinding, lantai dan langit – langit yang baru
d. Pekerjaan elektrik diatas langit – langit (minor) dan pekerjaan
pemasangan kabel (mayor).
e. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air 30 – 60 menit
di lebih dari 1 area perawatan)
f. Setiap pekerjaan pengeboran dengan waktu yang lama
Setiap proses pengelasan atau pemotongan di ruang area
perawatan
Kegiatan yang menghasilkan banyak debu dan termasuk juga
kegiatan pembongkaran besar / re-konstruksi serta konstruksi mayor.
Termasuk pekerjaan :
a. Kegiatan yang membutuhkan pekerjaan shift berturut – turut
(lebih dari 1 sift)
b. Membutuhkan pembongkaran berat
TIPE D
c. Memindahkan seluruh area langit – langit / plafon
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air > 1 jam dan
dilebih dari 1 area perawatan pasien)
e. Pembongkaran Major
f. Konstruksi mayor yang membutuhkan waktu selama beberapa
hari
g. Konstruksi baru
18
Tabel 2 Area Konstruksi Bedasarkan Tingkat Risiko
19
Tipe dan Group Pekerjaan Konstruksi digunakan untuk menetapkan kelas risiko dan
memutuskan upaya penanganan
Tabel 3 Kelas Risiko
C. Kualitas Udara
Kualitas udara yang baik adalah udara yang tidak mengandung debu melebihi nilai
ambang batas, tidak ada polutan dan tidak berbau. Cara menilai kapasitas udara adalah
dengan melakukan uji kualitas udara. Melakukan uji kualitas udara dengan cara
mengukur kadar debu di ruangan yang berdampak pada proses renovasi. Pengujian
kadar debu tersebut menggunakan alat bernama Low Volume Air Sampler (LVS). Nilai
ambang batas dari kadar debu di ruangan adalah kadar debu (particulate matter) yang
berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam
tidak melebihi 150 g/m2, dan tidak mengandung debu asbes. Selain itu kualitas udara
dinilai dengan udara yang tidak berbau terutama bebas dari H2S dan amoniak.
D. Sistem Utilitas
Sistem utilitas merupakan hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan suatu proses
konstruksi maupun renovasi. Hal-hal yang termasuk dalam system utilitas adalah:
1. Ketersediaan air
2. Saluran irigasi
3. Sistem drainase pada atap
4. Ketersediaan listrik
5. Ketersediaan sumber listrik alternative
6. Sistem ventilasi
20
7. Oksigen
8. Gas medis
9. Vakum gas medis
Sistem utilitas yang terdapat pada proses konstruksi maupun renovasi bisa saja
mengalami hambatan atau kendala, sehingga dalam PCRA akan dilakukan penilaian
bagaimana upaya untuk memenuhi ketersediaan fasilitas fisik tersebut apabila poin-
poin dalam system utilitas yang telah disebutkan diatas mengalami hambatan atau
masalah.
E. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber pada alat-alat
proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Bising dapat menyebabkan berbagai ganguan baik pada
tenaga staf, pasien, maupun penunggu pasien, seperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Pendengaran akan terganggu apabila
seseorang terpapar secara terus menerus terhadap bising diatas 85 db selama 8 jam
sehari dan 40 jam per minggu tanpa menggunakan alat pelindung diri. Untuk
melakukan pengukuran kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang
bernama sound level meter. Berdasarkan hasil penilaian kebisingan, maka akan
didapatkan tindakan mitigasi atau pengendalian sehingga nilai risiko pajanan
kebisingan akan berkurang. Berikut nilai ambang batas kebisingan:
F. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik
dari kedudukan seimbangnya. Getaran terjadi apabila mesin atau alat yang digunakan
dijalankan oleh motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Apabila dalam proses
konstruksi menggunakan mesin yang digerakkan oleh motor ataupun menggunakan
alat berat, maka hal ini akan berpotensi menimbulkan getaran. Berdasarkan jenis
pajanannya, getaran dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Getaran pada seluruh badan (whole body fibration)
2. Getaran pada tangan dan lengan (hand and arm vibration)
22
G. Bahan Berbahaya dan Beracun
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifatnya dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dan
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Sedangkan limbah B3 adalah buangan yang dihasilkan dari
suatu proses produkdi atau pemakaian B3. Dalam PCRA persyaratan mengenai B3,
diantaranya:
1. Setiap B3 yang digunakan pada saat pekerjaan renovasi harus memiliki MSDS
2. Tempat penyimpanan B3 harus terpisah dari bahan lain, dan almari penyimpanan
harus terbuat dari bahan yang tahan api
3. Dalam menyimpan B3, sebaiknya melakukan penyimpanan B3 sesuai dengan
kategori tiap-tiap karakteristik B3
4. Khusus bahan B3 dengan tabung silinder bertekanan sebaiknya menggunakan troli
atau rantai untuk pengamanan tabung
5. Setiap B3 yang digunakan pada saat pekerjaan renovasi harus berlabel. Label yang
dimaksud adalah simbol karakteristik B3
6. Apabila terdapat B3 yang dalam penggunaannya harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), maka APD tersebut harus tersedia di dekat tempat
penyimpanaan B3
7. Pada tempat penyimpanan B3 harus memiliki sistem tanggap darurat terhadap
paparan B3. Sistem tanggap darurat yang dimaksud diantaranya: eye wash, body
shower, kotak P3K yang minimla berisi perban steril, iodine, antiseptik, plester,
gunting, dan spill kit untuk menangani tumpahan B3.
8. Pembuangan limbah B3 dipisahkan dari limbah domestik lainnya
H. Pelayanan Kedaruratan
Keadaan darurat adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan, baik karena faktor alam dan faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
23
lingkungan, kerugian aset atau properti, dan dampak psikologis. Pelayanan
kedaruratan yang dimaksud adalah upaya dari pihak kontraktor dalam menghadapi
keadaan darurat. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam hal ini adalah:
1. Terdapat sistem tanggap darurat yang mumpuni, sehingga dapat diterapkan pada
saat terjadi keadaan darurat
2. Terdapat jalur evakuasi atau jalur keluar aman pada saat terjadi keadaan darurat
minimal 2 akses, dan dapat dipastikan jalur tersebut tidak terhalang oleh apapun
3. Terdapat pengawasan, pemeliharaan dan pengujian sistem tanggap darurat yang
ada di area konstruksi
4. Terdapat similasi dalam penanganan keadaan darurat dan kebakaran
5. Terdapat fasilitas untuk memadamkan kebakaran yang mumpuni di area
konstruksi
6. terdapat pengawas, pemeliharaan dan pengujian fasilitas untuk memadamkan
kebakaran yang ada di area konstruksi
7. Terdapat pengawasan terhadap pekerjaan yang dapat menimbulkan panas atau
percikan api
8. Semua hal-hal yang berkaitan dengan upaya penanganan keadaan darurat harus
disosialisasikan secara terus menerus kepada seluruh pekerja di area konstruksi.
Dapat berupa kegiatan rapat rutin dan safety talk/briefing untuk pekerja, dan lain
sebagainya
25
J. DOKUMENTASI, MONITORING DAN EVALUASI
Pencatatan atau dokumentasi dalam kegiatan K3 konstuksi dilakukan oleh Komite K3 RS.
Komite K3RS akan melakukan monitoring ke area konstruksi dengan melakukan
pengumpulan data data dan pengukuran atas ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan
dalam kebijakan ini. Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari proses
konstruksi terkait dengan factor kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan hasil
monitoring akan digunakan sebagai bahan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk menilai
efektifitas kebijakan ini dapat diterapkan dan menilai kebutuhan perbaikan dari hasil
monitoring rutin.
Evaluasi juga digunakan untuk menilai keberhasilan rekomendasi berdasarkan temuan
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi berdasarkan monitoring secara berkala.
Pencatatan evaluasi dituliskan dalam bentuk laporan kegiatan. Laporan proses monitoring
dan evaluasi yang telah didokumentasikan akan disampaikan kepada:
1. Direktur
2. Tim Teknis Rumah Sakit
3. Tim PPK Rumah Sakit
4. Konsultan Pelaksana
5. Kontraktor Pelaksana
6. Konsultan Pengawas
26
LAMPIRAN
Pre-Construction Risk Assessment (PCRA) Lampiran 1
Rumah Sakit Al Islam Bandung
Komite Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
I. IDENTITAS PEKERJAAN
Nama Pekerjaan :
Gedung :
Lantai :
No. Kamar/ Ruang :
Tipe Konstruksi: Jenis :
A/B/C/D (Konstruksi/Renovasi/Pembongkaran)
Tingkat Risiko: Kelas Pengendalian :
Rendah/Sedang/Tinggi/Sangat Tinggi I / II / III / IV
ELEMEN PENILAIAN RISIKO
Tipe dan Group Pekerjaan Konstruksi digunakan untuk menetapkan kelas risiko
dan memutuskan upaya penanganan
Risk Level Type A Type B Type C Type D
Group 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
Group 2 Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Group 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
Group 4 Kelas III Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV
Pembagian kelas risiko dan upaya penanganan/pengendalian risiko
Kelas I
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. PCM (Pre Construction 1. Melakukan pekerjaan 1. Membersihkan area
Meeting) untuk dengan meminimalisir konstruksi dari sisa
mengkomunikasikan adanya debu selama material atau
langkah pekerjaan secara konstruksi berjalan pembongkaran
detail 2. Segera menutup kembali 2. Menghilangkan debu
2. Menutup lokasi proyek plafon atau langit – yang masih tersisa
dengan pembatas langit setelah dilakukan selama proses konstruksi
sehingga menghindari pembongkaran sebelum meninggalkan
kontaminasi debu 3. Akses keluar masuk area konstruksi
3. Memberi tanda pekerja bebas dari puing
petunjuk / peringatan – puing bangunan
yang jelas 4. Alat angkut material
4. Rute transportasi barang harus tertutup
bersih tidak dekat 5. Pintu keluar masuk
dengan material yang proyek selalu tertutup
terkontaminasi 6. Mempertahankan
lingkungan pekerjaan
tetap kering
7. Memastikan barang –
barang yang mendukung
pertumbuhan kuman
tidak digunakan
Kelas II
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. PCM (Pre Construction 1. Ketika sedang proses 1. Mengelap permukaan
Meeting) untuk pemotongan, semprotkan dengan desinfektan.
mengkomunikasikan sedikit air agar debu 2. Membersihkan
langkah pekerjaan secara tidak berterbangan permukaan dengan kain
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
detail 2. Ketika mengangkut pel basah atau vacuum
2. Menutup pintu, jendela material dan sampah sisa sebelum meninggalkan
dan ventilasi yang tidak pembangunan area konstruksi
digunakan untuk menggunakan container 3. Membuka kembali
menghindari debu yang tertutup ventilasi, jendela dan
3. Menutup lokasi proyek 3. Segera menutup kembali pintu yang sebelumnya
dengan pembatas plafon atau langit – tertutup
sehingga menghindari langit setelah dilakukan
kontaminasi debu pembongkaran
4. Menyediakan filtrasi 4. Akses keluar masuk
pada local exhaust pekerja bebas dari puing
5. Menggunakan isolasi – puing bangunan
system HVAC di area 5. Pintu keluar masuk
konstruksi untuk proyek selalu tertutup
mencegah kontaminasi 6. Bagian kebersihan, harus
pada sistem salurannya melakukan pembersihan
6. memasang unit udara lebih sering disekitar
negative portable, yang area yang
harus dioperasikan berdekatandengan area
selama masa konstruksi konstruksi
7. memperhatikan akses 7. Memonitoring filter
untuk pekerja proyek selama konstruksi
dengan material dan sisa berlangsung
pembongkaran,
sebaiknya dibedakan
8. membedakan akses
antara pekerja proyek
dengan pasien dan
pekerja rumah sakit
9. Memberi tanda
petunjuk / peringatan
yang jelas
10. Rute transportasi barang
bersih tidak dekat
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
dengan material yang
terkontaminasi
………………………………………………………………………
………………………………...
1.
2.
3.
4.
5.
E. Penilaian Lingkungan
pekererjaan selsai?
_______________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Jika Iya,
_____________________
siapa yang bertanggungjawab akan hal tersebut ?
_____________________________________________________________________
proyek
Apakah ada kebutuhan khusus yang dibutuhkan untuk membersihkan area
setiap harinya?
________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_________________________
saja daftar kebutuhan khusus tersebut ?
_____________________________________________________________________
1. Terdapat pagar pembatas proyek dengan area perawatan di RS. Pagar pembatas
dipasang setinggi minimal 2 m dengan bahan tahan lama.
2. Terpasang rambu-rambu dan signage berupa :
a. Papan nama proyek
b. Simbol dan lambang K3
c. Tanda larangan merokok
3. Lokasi proyek, minimal mempunyai 2 akses utama keluar yang mudah teridentifikasi
sebagai jalur evakuasi dan pintu keluar masuk area proyek.
4. Terdapat akses pasien sementara yang memadai selama proses konstruksi berlangsung.
5. Area proyek harus menerapkan 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).
6. Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek.
7. Terdapat kamar mandi sementara untuk pekerja proyek.
8. Pekerja konstruksi dapat teridentifikasi (ID card/seragam) dan menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai dan disediakan oleh kontraktor pelaksana.
9. APD yang digunakan di lokasi proyek minimal helm proyek, ear plug, sepatu safety dan
sarung tangan.
10. Kontraktor menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) yang siap digunakan di
lokasi proyek.
11. Kontraktor menyediakan kotak P3K yang memadai dan siap digunakan (minimal
tersedia perban steril, iodin, antiseptik, plester, gunting).
12. Proyek diharapkan memiliki kegiatan rapat rutin dan safety talk/briefing untuk pekerja.
13. Kontraktor memastikan keamanan sumber listrik yang digunakan dalam proses
konstruksi.
14. Area RS bebas dari asap rokok dan api.
15. Pengukuran fisik pada area proyek dan lingkungan sekitar proyek sesuai dengan
persyaratan :
a. Kebisingan melebihi nilai ambang batas (NAB: 85 dB).
b. Getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan
tangan pekerja tidak melebihi 4m/det2.
c. Getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh tidak
melebihi 0,5 m/det2.
d. Kandungan debu maksimal di dalam udara area lokasi proyek dan lingkungan
sekitarnya tiidak melebihi 0,5 mg/m3.
16. Pada proyek yang menggunakan B3 (bahan berbahaya dan beracun) harus melakukan
pengelolaan B3 sesuai dengan standard prosedur operasional sebagai berikut :
a. Tempat penyimpanan B3 harus terpisah dari bahan lain dan dirancang sesuai
karakteristik B3 dan diidentifikasi sesuai jenis dan karakteristiknya.
b. Tempat penyimpanan B3 wajib dilengkapi sistem tanggap darurat.
c. B3 yang disimpan harus memiliki MSDS (material safety data sheet).
d. Apabila kegiatan proyek memiliki limbah B3, maka tempat pembuangannya harus
terpisah dari limbah lain dan berkoordinasi dengan bagian sanitasi.
e. Apabila proyek menggunakan B3 atau menghasilkan limbah B3 wajib melapor ke
Komite K3RS.
17. Kontraktor pelaksana melakukan sosialisasi pada seluruh pekerja proyek mengenai :
a. Prosedur evakuasi pada saat terjadi bencana.
b. Lokasi APAR.
c. Lokasi titik kumpul aman.
d. Prosedur penanggulangan kebakaran.
e. Kode-kode emergensi yang diterapkan RS :
1) Kode Merah / Red Code : Kebakaran
2) Kode Orange / Orange Code : Gempa
3) Kode Hijau / Green Code : Evakuasi
4) Kode Biru / Blue Code : Henti Jantung
5) Kode Merah Muda / Pink Code : Penculikan Bayi
6) Kode Hitam / Black Code : Ancaman Bom
7) Kode Cokelat / Brown Code : Tumpahan B3 (Bahan Berbahaya Dan Beracun)
8) Kode Abu / Grey Code : Gangguan Keamanan
18. Bangunan yang direnovasi sesuai standard K3 antara lain:
a. Setiap bangunan mempunyai minimal 2 akses keluar sebagai jalur evakuasi.
b. Kamar mandi sesuai dengan ketentuan, pintu harus mengarah / mengayun keluar,
terdapat handrail dan dilengkapi dengan nurse call.
c. Setiap stop kontak dilengkapi dengan proteksi (child protection) minimal di area anak
– anak .
d. Bangunan dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran seperti instalasi fire alarm,
smoke detector, hydran, sprinkler.
e. Instalasi gas medis mudah teridentifikasi, terdapat penandaan pada valve dan box
panel harus terdapat sistem penguncian.
19. Kontraktor wajib melaporkan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ke
Komite K3RS.
Bandung, …………………………..
BAIK SANGAT
BAIK KURANG
NO HAL YANG DINILAI SEKALI KURANG
(3) (2)
(4) (1)
1. Kepatuhan terhadap penggunaan ID Card
2. Komitmen terhadap penyediaan APD
3. Kepatuhan terhadap penggunaan APD
Keaktifan menjaga kebersihan
4.
lapangan/area proyek
5. Kepatuhan terhadap rambu-rambu K3
Kepatuhan terhadap penyediaan alat
6.
proteksi kebakaran
Konsistensi pelaporan insiden/kecelakaan
7. kerja (kecelakaan berat maupun ringan)
kepada petugas K3RS
Kemauan dalam melaksanakan perbaikan
8.
sesuai anjuran
TOTAL NILAI
NILAI = (TOTAL NILAI/32)x100
AKHIR =
Catatan:
………………………………………...…… ………………………………………...……
CHECKLIST INSPEKSI K3 PADA
RENOVASI DAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG
PRE CONSTRUCTION
No Obyek Ya Tdk N/A Keterangan
.
1. Kontraktor memiliki data lengkap setiap
pekerja serta sistem kerjanya.
2. Semua pekerja harian lepas / borongan telah
mendapat perlindungan jaminan kesehatan (pada
pekerjaan dengan jangka waktu minimal 6 bln).
3. Proyek mempunyai petugas K3 yang
bersertifikat.
4. Setiap bangunan mempunyai minimal 2 akses
keluar utama sebagai jalur evakuasi.
5. Pintu tangga darurat dapat tertutup rapat (dengan
door closer, arah ayun menuju tangga darurat).
6. Kamar mandi dilengkapi dengan :
Pintu ke arah luar
Hand rail
Nurse call
7. Stop contact dilengkapi dengan proteksi (child
protection)
8. Bangunan dilengkapi dengan sistem
proteksi kebakaran :
• Instalasi fire alarm
• Instalasi smoke detector
• Sprinkler
Hydran gedung / luar gedung
9. Lain – lain :
Evaluasi :
Evaluasi :
…………………………………...…… …………………………………………