Anda di halaman 1dari 55

PANDUAN

K3 KONSTRUKSI

KOMITE KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG


Jln. Soekarno Hatta No. 644 Bandung
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan K3
Kontruksi di RS Al Islam Bandung dapat selesai disusun. Panduan ini merupakan
panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam rangka memberikan pelayanan
kepada karyawan, pasien dan keluarga pasien di Rumah Sakit. Tidak luput
penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan Panduan K3 Kontruksi di
RS Al Islam Bandung.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Bandung, Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN............................................................................................................1

II. DEFINISI..........................................................................................................................3

III. RUANG LINGKUP..........................................................................................................4

A. Ruang lingkup K3 kontruksi bangunan meliputi:...................................................4

B. Ruang lingkup sarana bangunan meliputi:..............................................................4

C. Penilaian risiko sebelum proses pembangunan dan (PCRA) dan pengendalian


infeksi untuk pekerjaan kontruksi dan renovasi (ICRA).........................................4

IV. TATA LAKSANA............................................................................................................6

A. Tata laksana K3 kontruksi bangunan meliputi:.......................................................6

B. Tata laksana sarana bangunan meliputi:................................................................10

C. Tata laksana PCRA (Pre Construction Risk Assesment)......................................15

V. AREA YANG DISYARATKAN DALAM PENGKAJIAN PRA KONSTRUKSI......16

A. Keselamatan dan Keamanan.................................................................................16

B. Pengendalian Infeksi.............................................................................................16

C. Kualitas Udara.......................................................................................................20

D. Sistem Utilitas.......................................................................................................20

E. Kebisingan.............................................................................................................21

F. Getaran..................................................................................................................22

G. Bahan Berbahaya dan Beracun.............................................................................23

H. Pelayanan Kedaruratan..........................................................................................23

I. Risiko-risiko lain yang memengaruhi perawatan, penyembuhan, dan pelayanan 24

VI. DOKUMENTASI, MONITORING DAN EVALUASI.................................................26

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tipe Konstruksi...........................................................................................................17


Tabel 2 Area Konstruksi Bedasarkan Tingkat Risiko..............................................................19
Tabel 3 Kelas Risiko................................................................................................................20
Tabel 4 Nilai Ambang Batas Kebisingan.................................................................................21
Tabel 5 Nilai Ambang Batas Pajanan Getaran.........................................................................22

iii
PANDUAN K3 KONSTRUKSI

A. PENDAHULUAN
Proses pembangunan dan renovasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dari
operasional rumah sakit. Pekerjaan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan beberapa
kegiatan pemeliharaan maupun perbaikan memiliki potensi yang dapat memberikan
dampak pada proses perawatan pasien di lingkungan Rumah Sakit. Sehingga untuk
meminimalisir risiko yang ada di Rumah Sakit perlu adanya proses penilaian risiko pra-
konstruksi atau sebelum konstruksi tersebut berlangsung.
Upaya pengendalian kecelakaan pembangunan dan renovasi harus memperhatikan
berbagai unsur. Dasar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di jasa pembangunan
dan renovasi adalah : Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Pemerintah
No. 29/2000 Pasal 30 ayat (1), demikian juga dengan Pedoman Teknis K3 Konstruksi
Bangunan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 1 Tahun 1980 dan Pedoman
Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi dalam SKB Menteri Tenaga Kerja dan
Menteri Pekerjaan Umum No. 174/ MEN/1986 dan 104/KPTS/1986.

Walaupun keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kegiatan pembangunan dan


renovasi telah didukung, oleh peraturan dan perundang-undangan, standar nasional
maupun internasional lainnya, namun kecelakaan di bidang konstruksi tetap tinggi. Untuk
itu, diperlukan panduan Penilaian risiko pembangunan dan renovasi (Pre-constuction risk
assessment/PCRA) agar pengerjaan pembangunan dan renovasi dapat berlangsung tanpa
menimbulkan bahaya terhadap pasien, staf maupun pengunjung.

Penilaian risiko pra-konstruksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang
bisa timbul dari kegiatan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan lain sebagainya yang
berdampak pada pelayanan di Rumah Sakit dan mengembangkan strategi mitigasi risiko
untuk meminimalkan risiko. Elemen penilaian yang harus dipertimbangkan dalam proses
ini termasuk :
a. Keselamatan Keamanan Konstruksi
b. Pengendalian Infeksi (ICRA)
c. Kualitas Udara
d. Utilitas
1
e. Kebisingan
f. Getaran
g. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
h. Pelayanan Kedaruratan
i. Risiko-risiko lain yang memengaruhi perawatan, penyembuhan, dan
pelayanan.

2
B. DEFINISI
1. K3 Konstruksi adalah aktivitas kesehatan dan keselamatan kerja yang berhubungan
dengan seluruh tahapan yang dilakukan pada pekerjaan konstruksi bangunan yang
berpotensi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
2. Sarana bangunan adalah peralatan yang digunakan selama proses konstruksi dan
terpasang pada gedung tempat kerja.
3. Perancah bangunan adalah bangunan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-
bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan
4. Kontraktor adalah pelaksana pekerjaan konstruksi
5. Tahapan pekerjaan konstruksi bangunan yang menggunakan bahan-bahan semen,
pasir, batu belah, batang besi ulir, dan lain-lain.
6. Pekerjaan konstruksi baja adalah Tahapan pekerjaan konstruksi bangunan yang
menggunakan bahan-bahan konstruksi baja, rangka, baut mur, penjelasan baja.
7. Pekerjaan penggalian yaitu tahapan pekerjaan konstruksi bangunan pada tanah,
pekerjaan tanah, seperti galian, sumuran, parit dan timbunan
8. Pekerjaan pondasi yaitu tahapan pekerjaan konstruksi bangunan untuk membuat
bagian-bagian struktur yang memikul beban struktur untuk sampai ketanah
9. PCRA (Pre-Construction Risk Assesment) adalah rangkaian proses identifikasi
penilaian risiko yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi, renovasi,
pemeliharaan, pembongkaran, dan kegiatan lainnya terkait bangunan.
10. ICRA (Infection Control Risk Assessment) Bangunan adalah rangkaian proses untuk
meminimalkan risiko infeksi yang ditransmisikan melalui udara maupun melaui air
yang terkontaminasi selama dilakukannya konstruksi, renovasi dan kegiatan
maintenance gedung rumah sakit.

3
C. RUANG LINGKUP
D. Ruang lingkup K3 kontruksi bangunan meliputi:
1. Aspek K3 pekerjaan penggalian
2. Aspek K3 pekerjaan pondasi
3. Aspek K3 pekerjaan konstruksi beton
4. Aspek K3 pekerjaan konstruksi baja
5. Aspek K3 pekerjaan pembongkaran

E. Ruang lingkup sarana bangunan meliputi:


1. Aspek K3 perancah bangunan
2. AspekK3 pekerjaan plumbing
3. Aspek K3 peralatan bangunan

F. Penilaian risiko sebelum proses pembangunan dan (PCRA) dan pengendalian


infeksi untuk pekerjaan kontruksi dan renovasi (ICRA)
Penilaian pra-konstruksi dilakukan pada saat Rumah Sakit merencanakan proses
pembongkaran, konstruksi, atau renovasi pada gedung lama/baru, baik itu berupa
pekerjaan yang di lelangkan ataupun pekerjaan swakelola dari pihak ketiga. Langkah
awal dari seluruh kegiatan adalah mengidentifikasi elemen penilaian yang digunakan
untuk menilai proses pra-konstruksi. Pada akhir proses penilaian risiko akan
menghasilkan rekomendasi mitigasi risiko (RMR). RMR ini akan ditinjau oleh
individu atau pihak yang menyelesaikan pekerjaan dan akan menjadi bagian dari
dokumentasi proyek. Penanggungjawab dalam melakukan proses penilaian risiko pra-
konstruksi ini adalah :
a. Tim Perencana
b. Tim Pengawas
c. Tim Pelaksana
d. Tim Teknis (PSPPRS)
e. Tim Sanitasi/Kesehatan lingkungan
f. Tim K3
g. Tim PPI
h. Tim Keamanan
i. Unit Kerja terkait dimana dilakukan renovasi/ pembangunan

4
Selanjutnya Rumah Sakit mengambil tindakan berdasarkan pengkajian penilaian
risiko pra-konstruksi untuk meminimalisasi risiko saat proses pembongkaran,
konstruksi, dan renovasi, serta Rumah Sakit memastikan bahwa kepatuhan kontraktor
dipantai, ditegakkan, dan didokumentasikan.

5
G. TATA LAKSANA
Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, maka
para pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis kesehatan dan
keselamatan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:

A. Tata laksana K3 kontruksi bangunan meliputi:


1. Tata Laksana Aspek K3 pekerjaan penggalian
Ketentuan umum:
a. Sebelum penggalian pada setiap tempat dimulai, stabilitas tanah harus di uji
terlebih dahulu oleh tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus
b. Sebelum pekerjaan penggalian di mulai para pekerja wajib menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet,
safetyglass.
c. Sebelum pekerjaan dimulai pada setiap tempat galian, maka pemberi kerja
harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala instalasi di bawah
tanah seperti saluran pembuangan, pipa gas, pipa air dan konduktor listrik
yang dapat menimbulkan bahaya selama pekerjaan berlangsung.
d. Apabila perlu untuk mencegah terjadinya kecelakaan, maka sebelum
penggalian di mulai gas, air, listrik dan prasarana umum lainnya harus
dimatikan atau diputuskan alirannya terlebih dahulu.
e. Apabila pipa bawah tanah, konduktor dan sebagainya tidak dapat dipindahkan
atau diputuskan alirannya, maka benda tersebut harus di pagari, di tarik ke atas
atau dilindungi
f. Apabila diperlukan untuk mencegah bahaya, tanah harus dibersihkan dari
pohon-pohon, batu-batu besar dan rintangan-rintangan lainnya sebelum
penggalian dimulai.
g. Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti:
1) Setelah pekerjaan terputus yang melebihi satu hari lamanya
2) Setelah runtuhan/longsoran tanah yang tidak terduga
3) Setelah ada kerusakan yangberarti pada konstruksi penyangga
4) Setelah hujan lebat
h. Jalan keluar masuk yang aman harus disediakan di setiap tempat dimana orang
bekerja di tempat galian.

6
i. Dilarang bekerja di atas tanah yang lepas apabila kemiringannya terlalu terjal
untuk mendapatkan tempat berpijak yang aman.
j. Apabila tanah tidak menjamin tempat berpijak yang aman, harus disediakan
konstruksi penyangga yangcukup.
k. Tanpa konstruksi penyangga yang cukup dilarang menggali tanah di bagian
bawah
l. Sejauh mungkin diusahakan agar galian-galian bebas dari air.

2. Tata Laksana Aspek K3 Pekerjaan Pondasi


a. Sebelum pekerjaan pondasi di mulai para pekerja wajib menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet, safety
glass.
b. Mesin pemancang harus di tumpu oleh dasar yang kuat seperti balok kayu
yang berat, bantalan beton atau pondasi penguat lainnya
c. Bila diperlukan untuk mencegah bahaya, mesin pemancang harus diberi tali
atau rantai secukupnya
d. Mesin pemancang tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik
e. Bila 2 buah mesin pemancang digunakan pada satu tempat, maka jarak antara
mesin-mesin tersebut tidak boleh kurang dari panjang kakinya yang
terpanjang.
f. Fasilitas untuk mencapai lantai kerja (paltform) dan roda penggerak (pulley)
pada ujung atas harus berupa tangga yang memenuhi persyaratan.
g. Lantai kerja dan tempat kerja operatornya harus terlindungi dari cuaca
h. Kerekan pada mesin pancang harus sesuai dengan persyaratan
i. Bila pemancangan harus dilakukan miring, maka:
1) Harus diberi pengimbangan yangsesuai
2) Instrumen yang memiringkan harus dilindungi terhadap kemungkinan
tergelincir
j. Saluran uap atau udara harus terbuat dari pipa baja atau semacamnya
k. Sambungan pipa (hose) uap atau udara untuk palu pancang harus terikat kuat
pada palu pancang untuk menghindari gerakan menyabet bila sambungan
putus.
l. Pipa uap atau udara untuk palu pancang harus terikat kuat pada palu pancang
untuk menghindari gerakan menyabet bila sambungan putus.
7
m. Roda penggerak pada mesin pancang harus di beri pengaman untuk mencegah
seseorang terjerembab ke dalamnya
n. Tindakan pencegahan yang cukup harus diambil dengan memasang sanggurdi
atau cara lain, hal ini dimaksudkan untuk mencegah tali keluar dari pulley atau
dari roda kerekan
o. Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah alat pemukul pancang
(hammer) meleset dari sasarannya yaitu tiang pancang
p. Bila perlu, tiang-tiang pancang yang panjang dan turap baja yang berat harus
diamankan supaya tidak jatuh.

3. Tata Laksana Aspek K3 Pekerjaan Beton


a. Sebelum pekerjaan beton di mulai para pekerja wajib menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet,
safetyglass.
b. Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas
lainnya harus didasarkan pada gambar rencana:
1) Mencakup spesifikasi besi baja dan beton serta bahan-bahan lain yang
dipakai, termasuk cara-cara teknis yang aman untuk penempatan
danpengerjaan
2) Menunjukkan tipe, kekuatan dan pengaturan bagian yang menumpu
gayamuatan
3) Dilengkapidenganperhitungankekuatanatapdanstrukturberat lainnya yang
dibuat dengan bahan-bahanprefabricated.
c. Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan
pembangunan, termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton
menurutwaktunya.
d. Para pekerja yang mengerjakan pekerjaan beton harus:
1) Memakai baju kerja yang pas, sarung tangan, helm, kaca mata pengaman
dan sepatu yang cocok, bila perlu untukmencegah bahaya dipakai alat
pelindung pernafasan(respirator)
2) Badan harus tertutupsebanyakmungkin
3) Mencegah semen dan beton bersentuhankulit
4) Sering dicuci dan diberi salep yang sesuai pada bagian tubuh yangterbuka

8
e. Bila pekerjaan menggunakan semen, kapur dan bahan-bahan lain yang
berdebu atau menggunakan mesin penghancur atau penghalus yang digunakan
pada tempat yang tertutup:
1) Ruangan harus berventilasi yangcukup
2) Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah debu-debu
berterbangan
f. Beton tidak boleh mengandung material yang dapat mempengaruhi
keadaannya, melemahkan atau merusakkan besi.
g. Selama pengeceron papan acuan dan penumpunya harus dicegah terhadap
kerusakan.
h. Bila beton mulai mengeras, maka harus dilindungi terhadap arus air yang
mengalirkan bahan-bahan kimia dan getaran
i. Tidak boleh meletakkan beban diatas beton yang sedang mengeras

4. Tata Laksana Aspek K3 Pekerjaan Konstruksi Baja


a. Sebelum pekerjaan konstruksi baja di mulai para pekerja wajib menggunakan
alat pelindung diri (APD) yang dipersyaratkan yaitu safety shoes, helmet,
safetyglass.
b. Di upayakan agar keselamatan dari para pekerja konstruksi baja di jamin cara-
cara yang layak dengan penyediaan dan pemakaian:
1) Tangga
2) Gang
3) Peralatan kerja tetap
4) Pelataran kerja (platform) baik pengangkut, kursi pengawas dan alat-alat
lain yang digantung pada alat pengangkut
5) Jala (jaring) pengaman penahan orang jatuh atau pelataran
c. Bangunan konstruksi baja tidak boleh dikerjakan sewaktu ada angin kencang
atau dalam keadaan licin
d. Jika diperlukan untuk mencegah bahaya, bagian-bagian konstruksi baja harus
dilengkapi dengan peralatan untuk perancah gantung, tali pengaman atau
sabuk pengaman dan cara-cara pengaman yang lain
e. Bagian-bagian konstruksi baja yang harus dipasang pada tempat sangat tinggi,
agar di sahakan supaya perakitannya dilakukan di atas tanah.

9
f. Sewaktu bagian konstruksi baja sedang dididirikan, daerah yang di bawah
tempat kerja tersebut harus dijaga atau dipagari
g. Peralatan yang memadai dan cocok (memenuhi syarat) harus dipakai untuk
menaikkan/menurunkan bagian-bagian konstruksi baja.
h. Bagian-bagian konstruksi baja tidak boleh ditarik dengan paksa sewaktu
diangkat, jika dilakukan maka dapat menimbulkan bahaya

B. Tata laksana sarana bangunan meliputi:


1. Tata Laksana Aspek K3 perancah bangunan
a. Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan
secara aman diketinggian
b. Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh :
1) Pengawas yang ahli dan bertanggungjawab
2) Orang-orang yang ahli
c. Perancah harus di hitung dengan faktor pengaman (faktor safety) sebesar 4
kali beban maksimal
d. Perancah harus di beri tangga pengaman untuk tempat berjalan dan lain-lain
fasilitas yang aman.
e. Perancah harus cukup diberi penguat (braced)
f. Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke bangunan dengan sistem jepit
yang kuat dengan jarak tertentu.
g. Perancah tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang tertinggi, karena dapat
membahayakan kestabilan dan kekuatannya
h. Pemeriksaan dan pemeliharaan perancah:
1) Setiap bentuk perancah harus diperiksa sebelumnya oleh orang yang
berwenang untuk meyakinkan:
a) Dalam kondisi yang stabil
b) Bahan yang dipakai tidak rusak
c) Cukup baik untuk digunakan, dan
d) Sudah diberi pengaman
2) Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang
3) Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali kalau
hal ini tetap menjamin keselamatan
i. Penggunaan perancah:
10
1) Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan kepada perancah
2) Bila perlu untuk mencegah bahaya, muatan yang diangkat naik
dikendalikan dengan tali yang dikaitkan ke muatan, untuk mencegah
muatan beradu denganperancah
3) Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata, untuk mencegah
bahaya dan menjaga keseimbangan
4) Dalam penggunaan perancah harus dijaga bahwa beban atau gaya muatan
tidak boleh melebihi kapasitas yang ditentukan (over loaded)
5) Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan bahan-bahan kecuali
bahan yang segera dipakai
6) Tenaga kerja tidak boleh bekerja di dekat bangunan perancah sewaktu
angin kencang.
7) Untuk menjaga kerusakan, bahan-bahan perancah harus dipasang dengan
hati-hati
j. Pelataran tempat kerja perancah (platform) :
1) Semua perancah dimana tenaga kerja berada harus dilengkapi dengan
platform untuk bekerja
2) Bagian-bagian dari peralatan untuk bekerja tidak boleh di tunjang oleh
batu bata, pipa-pipa bahan bongkaran, atau bahan- bahan lain yang tidak
semestinya
3) Pelataran tempat bekerja tidak boleh digunakan sebelum betul-betul selesai
dan diberi pengaman yang baik
4) Pelataran harus paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi
dinding bangunan
5) Pelataran harus cukup lebar dan kuat sesuai dengan pemakaian, pada
setiap bagian harus tidak terhalang dan minimal selebar 60 cm.
6) Setiap pelataran tempat bekerja di atas 2m dari tanah, harus dipasang
papan yang rapat.

2. Tata Laksana Aspek K3 pekerjaan plumbing


a. Pekerjaan plumbing merupakan pekerjaan yang terkait dengan pendistribusian
air.
b. Saat pendistribusian air ke tempat-tempat yang dikehendaki sebaiknya dengan
menggunakan tekanan yang cukup
11
c. Setiap instalasi plumbing yang digunakan harus memiliki pengesahan
penggunaan instalasi
d. Setiap instalasi plumbing harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sesuai
dengan ketentuan.

3. Tata Laksana Aspek K3 peralatan bangunan


a. Tata Laksana Aspek K3 Lift Barang dan Lift Orang
1) Mesin dan konstruksinya harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
yang berlaku.
2) Apabila lift akan bergerak, rem membuka dengan tenaga magnet listrik
dan harus dapat memberhentikan mesin secara otomatis pada saat arus
listrik putus.
3) Mesin harus dilengkapi dengan rem yang bekerja dengan tenaga pegas.
4) Bangunan kamar mesin harus kuat, bebas air dan dibuat dari bahan tahan
api sekurang-kurangnya 1 (satu) jam.
5) Luas kamar mesin harus sekurang-kurangnya 1,5 (satu koma lima) kali
dari luas ruang luncur dan tinggi sekurang-kurangnya 2,2 (dua koma dua)
meter kecuali
6) Untuk lift perumahan atau rumah tinggal. Kamar mesin harus mempunyai
penerangan dan ventilasi yang cukup sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
7) Kamar mesin harus dilengkapi jalan masuk dengan membuka arah ke luar
dan dapat dikunci serta tahan api sekurang-kurangnya 1 (satu) jam serta
mempunyai ukuran pintu sekurang-kurangnya lebar 0,7 (nol koma tujuh)
meter dan tinggi 2 (dua) meter.
8) Mesin, alat pengendali kerja dan peti hubung bagi listrik harus dipasang
dalam kamar mesin.
9) Setiap kamar mesin harus dilengkapi dengan alat pemadam api ringan
jenis kering dengan kapasitas sekurang-kurangnya 5 (lima) kg.
10) Tali baja penarik bobot imbang dan governor harus kuat, luwes, tidak
boleh terdapat sambungan dan semua utas tali seragam dari satu sumber
yang sama.
11) Tali baja harus mempunyai angka faktor keamanan untuk kecepatan lift
sebagai berikut:
12
a) 20 (dua puluh) meter per menit sampai dengan 59 (lima puluh
sembilan) meter per menit sekurang-kurangnya 8 (delapan) kali
kapasitas angkut yang diijinkan.
b) 59 (lima puluh sembilan) meter per menit sampai dengan 90 (sembilan
puluh) meter per menit sekurang-kurangnya 9,5 (sembilan koma lima)
kali kapasitas angkut yang diijinkan.
c) 105 (seratus lima) meter per menit sampai dengan 180 (seratus delapan
puluh) meter per menit sekurang-kurangnya 10,5 (sepuluh koma lima)
kali kapasitas angkut yang diijinkan.
d) 210 (dua ratus sepuluh) meter per menit sampai dengan 300 (tiga ratus)
meter per menit sekurang-kurangnya 11,5 (sebelas koma lima) kali
kapasitas angkut yang diijinkan.
e) 300 (tiga ratus) meter per menit atau lebih sekurang-kurangnya 12 (dua
belas) kali kapasitas angkut yang diijinkan.
12) Garis tengah tali baja penarik kereta dan bobot imbang harus sekurang-
kurangnya10 (sepuluh) mm, kecuali untuk lift pelayan.
13) Tali penarik kereta dan bobot imbang tidak boleh digunakan rantai.
14) Lift tarikan gulung harus menggunakan sekurang-kurangnya 2 (dua) tali
baja penarik, dan lift tarikan gesek sekurang-kurangnya 3 (tiga) tali baja
kecuali untuk lift pelayan
15) Selain peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kereta lift harus
dilengkapi dengan:
a) Ventilasi dan penerangan sekurang-kurangnya 2 (dua) buah lampu
yang dihubungkan parallel dan memenuhi syarat keselamatan dan
kesehatan kerja;
b) Tombol tekan atau saklar atau peralatan yang sejenis di atas atap kereta
untuk penerangan, menghentikan ataumenjalankan lift;
c) Lampu penerangan darurat
d) Panel operasi yang memuat:
 Nama pembuat atau merk dagang kecuali jika diatur sendiri;
 Kapasitas beban maksimal dalam satuan kg atau orang;
 Rambu dilarang merokok dan petunjuk lainnya bagi pemakai;
 Indikasi beban lebih dengan tulisan dan signal visual;

13
 Tombol pintu buka dan pintu tutup;
 Tombol permintaan lantai pemberhentian.
 Tombol bel alarm dan tanda bahaya;
 Intercom komunikasi dua arah.
16) Penerangan buatan di bawah lantai kereta, kecuali telah tersedia
penerangan pada lekuk dasar ruang luncur.
17) Petunjuk posisi kereta pada lantai tertentu.

b. Tata Laksana Aspek K3 Instalasi Listrik


Instalasi listrik harus memenuhi PUIL, 2000

c. Tata Laksana Aspek K3 Instalasi Penyalur Petir


1) Susunan sarana penyalur petir terdiri dari penerima, penghantar
penurunan, elektroda bumi termasuk perlengkapan lainnya yang
merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan
menyalurkan kebumi
2) Sebelum instalasi penyalur petir dipasang, maka harus mengajukan
permohonan pengesahan keDisnakerTrans
3) Pemasangan instalasi penyalur petir di tempat kerja harus dilaksanakan
oleh instalatir yang telah memiliki surat izin operasi
4) Melakukan pengujian instalasi ke pengawas ketenagakerjaan

14
C. Tata laksana PCRA (Pre Construction Risk Assesment)

1. Perencanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan program yang berlaku.


2. Inisiasi untuk melakukan PCRA dari tim konstruksi/pimpinan proyek/bidang yang
bertanggung jawab untuk proyek
3. Penentuan vendor/pelaksana proyek
4. Melakukan rapat koordinasi PCRA dengan tim terkait, unit kerja tempat
terjadinya konstruksi dan pelaksana proyek
5. Dokumen PCRA diserahkan kepada direktur untuk meminta persetujuan dan/atau
rekomendasi.
6. Pelaksanaan proyek dengan pengawasan dan monitoring dari penanggung jawab
proyek dan Tim PCRA.
7. Setelah proyek selesai laporan PCRA diserahkan kepada direktur.

15
D. AREA YANG DISYARATKAN DALAM PENGKAJIAN PRA KONSTRUKSI
A. Keselamatan dan Keamanan
Pada saat dilakukan pekerjaan konstruksi atau renovasi, seluruh area sekitar
diharapkan tetap dalam kondisi aman. Akses-akses yang diperlukan untuk
keselamatan tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti jalur evakuasi yang
tidak terhalang, adanya pembatasan area kerja dan sebagainya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan terkait keselamatan dan keamanan diantaranya adalah:
1. Memiliki jalur keluar yang aman
2. Memiliki potensi bahaya yang mempengaruhi akses jalur keluar aman yang
telah ditentukan
3. Kegiatan proyek dapat berdampak pada sistem deteksi kebakaran
4. kegiatan proyek memiliki tambahan fasilitas atau peralatan pemadaman
kebakaran yang tersedia di area proyek
5. Pemilik proyek menjamin sudah pernah melakukan pelatihan/simulasi
penanggulangan kebakaran
6. Memiliki tempat penyimpanan khusus untuk Bahan Berbahaya dan Beracun
7. Proyek membutuhkan partisi tahan asap sementara dan partisi tersebut harus
bebas asap dan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar
8. Pemilik proyek akan melakukan peningkatan terhadap inspeksi dan
pengawasan bahaya terhadap aktifitas proyek
9. Terdapat media informasi terkait standar keselamatan dan kesehatan kerja
yang tertempel di area proyek

B. Pengendalian Infeksi
Pekerjaan konstruksi di area pelayanan berpotensi menimbulkan infeksi bila tidak
ditangani dengan baik. Pengendalian infeksi yang dimaksud dengan menggunakan
ICRA (Infection Control Risk Assessment). ICRA adalah alat yang digunakan untuk
menilai seberapa besar potensi infeksi yang mungkin dapat terjadi pada saat proses
konstruksi atau renovasi berlangsung, dari hal yang sederhana seperti penggantian
ubin hingga proses konstruksi yang berat seperti merombak ruangan rawat inap. Dari
hasil penilaian tersebut nantinya pemangku kebijakan di rumah sakit dapat menilai
tindakan apa saja yang dierlukan dalam melakukan pencegahan dari dampak buruk
yang mungkin terjadi. Mendapatkan penilaian ICRA bisa dibantu dengan
menggunakan matriks ICRA. Dalam hal ini, komite K3 akan bekerjasama dengan
16
Komite PPI untuk melakukan asesmen risiko terkait penyebaran infeksi yang
mungkin timbul akibat proses konstruksi. Berikut pengelompokan tipe konstruksi:

Tabel 1 Tipe Konstruksi

TIPE KONSTRUKSI
Proses Inspeksi (non-invasif). Termasuk kegiatan yang tidak
menghasilkan debu atau pekerjaan yang tidak memerlukan
pemotongan dinding, pengeboran, pengamplasan atau akses ke
langit-langit selain untuk inspeksi visual seperti:
a. Memindahkan plafon untuk inspeksi visual (batasan < 50 m2)
b. Pengecatan (bukan pengamplasan)
c. Pekerjaan jaringan elektrik
TIPE A
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara pipa air ≤ 15 menit di
area tertentu)
e. Perbaikan pipa kecil tanpa solder dan bor
f. Kerja dengan kebutuhan listrik kecil
g. Perbaikan Hardware pintu dan jendela
h. Perbaikan penggantian

Pekejaan dengan skala kecil, kegiatan durasi pendek, yang hanya


akan membuat debu minimal.Termasuk, namun tidak terbatas pada :
a. Pemasangan instalasi telepon dan jaringan komputer
b. Melakukan pembongkaran dinding atau langit – langit dimana
debu masih dapat dikontrol
c. Memperbaiki area kecil pada dinding
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air ≤ 30 menit
TIPE B
dilebih dari 1 area perawatan)
e. Maksimal 4 plafon pengganti genteng dalam 50 kaki persegi
f. Melakukan pemotongan/pengelasan dengan durasi pendek,
pengeboran, atau pengamplasan dari daerah yang sangat kecil di
mana dapat menciptakan debu kecil dan dapat dikendalikan
g. Perbaikan mekanik kecil.

17
TIPE KONSTRUKSI
Setiap pekerjaan yang menghasilkan tingkat debu dengan jumlah
sedang - banyak. Dan setiap pekerjaan yang membutuhkan
pembongkaran atau penghapusan komponen bangunan tetap atau
rakitan, pekerjaan dengan perekat, cat, pelarut, pengencer dan
pembersih yang kuat, pekerjaan yang mengambil lebih dari satu shift
(8 jam perhari) untuk menyelesaikan. Termasuk, jenis pekerjaan :
a. Pengamplasan dinding untuk pengecatan dinding
b. Pembongkaran ubin pada lantai dan langit – langit ruangan
TIPE C dengan luas 20% dari total luas
c. Pembangunan dinding, lantai dan langit – langit yang baru
d. Pekerjaan elektrik diatas langit – langit (minor) dan pekerjaan
pemasangan kabel (mayor).
e. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air 30 – 60 menit
di lebih dari 1 area perawatan)
f. Setiap pekerjaan pengeboran dengan waktu yang lama
Setiap proses pengelasan atau pemotongan di ruang area
perawatan
Kegiatan yang menghasilkan banyak debu dan termasuk juga
kegiatan pembongkaran besar / re-konstruksi serta konstruksi mayor.
Termasuk pekerjaan :
a. Kegiatan yang membutuhkan pekerjaan shift berturut – turut
(lebih dari 1 sift)
b. Membutuhkan pembongkaran berat
TIPE D
c. Memindahkan seluruh area langit – langit / plafon
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air > 1 jam dan
dilebih dari 1 area perawatan pasien)
e. Pembongkaran Major
f. Konstruksi mayor yang membutuhkan waktu selama beberapa
hari
g. Konstruksi baru

18
Tabel 2 Area Konstruksi Bedasarkan Tingkat Risiko

AREA KONSTRUKSI BEDASARKAN TINGKAT RISIKO


GROUP 1 – Risiko GROUP 2 - Risiko GROUP 3 –Risiko GROUP 4 - Risiko
Rendah Medium Medium-tinggi tertinggi
a. Area a. Unit perawatan a. IGD - Kamar a. Kamar Operasi
Perkantoran, pasien tidak Jenazah b. ICU/PICU/NICU
lobi, koridor terdaftar di b. Onkologi c. ICCU/HCCU
non-pasien Grup 3 atau 4 c. IPAL & TPS d. Cath. Laboratorium
b. Support Facility b. Lobi & Koridor d. Laboratorium e. CSSD
(misal : Ruang Perawatan e. Unit f. VK
Mesin, Ruang Pasien Hemodialisis g. Ruang perawatan
Housekeeping, c. Dapur f. Endocsopy pasien
Area Umum, Pengolahan g. Ruang Anak immunocompromised
dll) makanan h. Ruang h. R. Isolasi
c. Ruang Tunggu d. Area Laundry & Neonatus i. Ruang Kemoterapi
Pasien Linen Kotor i. Ruang Geriatri j. Ruang Tindakan gigi
d. Area perawatan e. Klinik Rawat j. Ruang k. Daerah lain di mana
Non-pasien Jalan (Kecuali Fisioterapi prosedur bedah
yang tidak onkologi dan k. High Care Unit invasif dapat
termasuk dalam bedah) l. Farmasi dilakukan
Grup 2, 3 atau f. Ruang m. Ruang
4. Pendaftaran perawatan
g. PSPPRS Surgical
h. Rehab Medik n. Ruang
i. Unit Radiologi, perawatan
Diagnostik & Medical
MCU

19
Tipe dan Group Pekerjaan Konstruksi digunakan untuk menetapkan kelas risiko dan
memutuskan upaya penanganan
Tabel 3 Kelas Risiko

Risk Level Type A Type B Type C Type D


Group 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
Group 2 Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Group 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
Group 4 Kelas III Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV

C. Kualitas Udara
Kualitas udara yang baik adalah udara yang tidak mengandung debu melebihi nilai
ambang batas, tidak ada polutan dan tidak berbau. Cara menilai kapasitas udara adalah
dengan melakukan uji kualitas udara. Melakukan uji kualitas udara dengan cara
mengukur kadar debu di ruangan yang berdampak pada proses renovasi. Pengujian
kadar debu tersebut menggunakan alat bernama Low Volume Air Sampler (LVS). Nilai
ambang batas dari kadar debu di ruangan adalah kadar debu (particulate matter) yang
berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam
tidak melebihi 150 g/m2, dan tidak mengandung debu asbes. Selain itu kualitas udara
dinilai dengan udara yang tidak berbau terutama bebas dari H2S dan amoniak.

D. Sistem Utilitas
Sistem utilitas merupakan hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan suatu proses
konstruksi maupun renovasi. Hal-hal yang termasuk dalam system utilitas adalah:
1. Ketersediaan air
2. Saluran irigasi
3. Sistem drainase pada atap
4. Ketersediaan listrik
5. Ketersediaan sumber listrik alternative
6. Sistem ventilasi

20
7. Oksigen
8. Gas medis
9. Vakum gas medis
Sistem utilitas yang terdapat pada proses konstruksi maupun renovasi bisa saja
mengalami hambatan atau kendala, sehingga dalam PCRA akan dilakukan penilaian
bagaimana upaya untuk memenuhi ketersediaan fasilitas fisik tersebut apabila poin-
poin dalam system utilitas yang telah disebutkan diatas mengalami hambatan atau
masalah.

E. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber pada alat-alat
proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Bising dapat menyebabkan berbagai ganguan baik pada
tenaga staf, pasien, maupun penunggu pasien, seperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Pendengaran akan terganggu apabila
seseorang terpapar secara terus menerus terhadap bising diatas 85 db selama 8 jam
sehari dan 40 jam per minggu tanpa menggunakan alat pelindung diri. Untuk
melakukan pengukuran kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang
bernama sound level meter. Berdasarkan hasil penilaian kebisingan, maka akan
didapatkan tindakan mitigasi atau pengendalian sehingga nilai risiko pajanan
kebisingan akan berkurang. Berikut nilai ambang batas kebisingan:

Tabel 4 Nilai Ambang Batas Kebisingan

NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN


Waktu pajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dbA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
21
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Waktu pajanan per hari Intensitas kebisingan dalam dbA
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139

F. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik
dari kedudukan seimbangnya. Getaran terjadi apabila mesin atau alat yang digunakan
dijalankan oleh motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Apabila dalam proses
konstruksi menggunakan mesin yang digerakkan oleh motor ataupun menggunakan
alat berat, maka hal ini akan berpotensi menimbulkan getaran. Berdasarkan jenis
pajanannya, getaran dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Getaran pada seluruh badan (whole body fibration)
2. Getaran pada tangan dan lengan (hand and arm vibration)

Pengaruh buruk akibat getaran, diantaranya:


1. Menggangu kenyamanan pekerja, pasien, maupun penunggu pasien
2. Mempercepat timbulnya kelelahan
3. Menimbulkan gangguan kesehatan
Nilai ambang batas pajanan getaran yang diperkenankan adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Nilai Ambang Batas Pajanan Getaran

Jumlah waktu pemajanan Nilai percepatan pada frekuensi dominan


per hari kerja meter per detik kuadrat gram
(m/det )
2

4 jam dan kurang dari 8 4 0,40


jam
2 jam dan kurang dari 4 6 0,61
jam
1 jam dan kurang dari 2 8 0,81
jam
Kurang dari 1 jam 12 1,22

22
G. Bahan Berbahaya dan Beracun
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifatnya dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dan
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lainnya. Sedangkan limbah B3 adalah buangan yang dihasilkan dari
suatu proses produkdi atau pemakaian B3. Dalam PCRA persyaratan mengenai B3,
diantaranya:
1. Setiap B3 yang digunakan pada saat pekerjaan renovasi harus memiliki MSDS
2. Tempat penyimpanan B3 harus terpisah dari bahan lain, dan almari penyimpanan
harus terbuat dari bahan yang tahan api
3. Dalam menyimpan B3, sebaiknya melakukan penyimpanan B3 sesuai dengan
kategori tiap-tiap karakteristik B3
4. Khusus bahan B3 dengan tabung silinder bertekanan sebaiknya menggunakan troli
atau rantai untuk pengamanan tabung
5. Setiap B3 yang digunakan pada saat pekerjaan renovasi harus berlabel. Label yang
dimaksud adalah simbol karakteristik B3
6. Apabila terdapat B3 yang dalam penggunaannya harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), maka APD tersebut harus tersedia di dekat tempat
penyimpanaan B3
7. Pada tempat penyimpanan B3 harus memiliki sistem tanggap darurat terhadap
paparan B3. Sistem tanggap darurat yang dimaksud diantaranya: eye wash, body
shower, kotak P3K yang minimla berisi perban steril, iodine, antiseptik, plester,
gunting, dan spill kit untuk menangani tumpahan B3.
8. Pembuangan limbah B3 dipisahkan dari limbah domestik lainnya

H. Pelayanan Kedaruratan
Keadaan darurat adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan, baik karena faktor alam dan faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

23
lingkungan, kerugian aset atau properti, dan dampak psikologis. Pelayanan
kedaruratan yang dimaksud adalah upaya dari pihak kontraktor dalam menghadapi
keadaan darurat. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam hal ini adalah:
1. Terdapat sistem tanggap darurat yang mumpuni, sehingga dapat diterapkan pada
saat terjadi keadaan darurat
2. Terdapat jalur evakuasi atau jalur keluar aman pada saat terjadi keadaan darurat
minimal 2 akses, dan dapat dipastikan jalur tersebut tidak terhalang oleh apapun
3. Terdapat pengawasan, pemeliharaan dan pengujian sistem tanggap darurat yang
ada di area konstruksi
4. Terdapat similasi dalam penanganan keadaan darurat dan kebakaran
5. Terdapat fasilitas untuk memadamkan kebakaran yang mumpuni di area
konstruksi
6. terdapat pengawas, pemeliharaan dan pengujian fasilitas untuk memadamkan
kebakaran yang ada di area konstruksi
7. Terdapat pengawasan terhadap pekerjaan yang dapat menimbulkan panas atau
percikan api
8. Semua hal-hal yang berkaitan dengan upaya penanganan keadaan darurat harus
disosialisasikan secara terus menerus kepada seluruh pekerja di area konstruksi.
Dapat berupa kegiatan rapat rutin dan safety talk/briefing untuk pekerja, dan lain
sebagainya

I. Risiko-risiko lain yang memengaruhi perawatan, penyembuhan, dan pelayanan


Selain hal-hal diatas yang perlu diperhatikan selama proses konstruksi berlangsung
diantaranya:
1. Pihak kontraktor bertanggung jawab untuk kebersihan proyek setiap harinya,
sehingga ketika pekerjaan selesai pihak kontraktor harus membersihkan area
proyek
2. Dalam lokasi konstruksi juga harus menerapkan sistem 5R, yaitu: Ringkas, Rapi,
Resik, Rawat, dan Rajin.
3. Pihak kontraktor bertanggung jawab untuk keamanan proyek termasuk menjaga
keamanan jalur keluar masuk kendaraan proyek
4. Terpasang papan informasi yang jelas berisi keterangan dari kegiatan konstruksi,
berupa:
24
a. Papan nama proyek
b. Simbol dan lambing K3
c. Tanda larangan merokok
d. Tanda yang tidak berkepentingan dilarang masuk
5. Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek (Direksi Keet)
6. Pekerja konstruksi menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan
bahaya pekerjaannya dan disediakan oleh kontraktor pelaksana.
7. Semua pekerja konstruksi tidak terkecuali pekerja harian lepas atau borongan
telah mendapat perlindungan Jaminan Kesehatan (pada pekerjaan dengan jangka
waktu 6 bulan)
8. Pihak pelaksana memiliki data lengkap setiap pekerja konstruksi serta sistem
kerjanya dan memastikan setiap pekerja dapat teridentifikasi dengan mudah
9. Terdapat pagar pembatas proyek dengan area perawatan di rumah sakit. Pagar
dipasang setinggi 2 meter dengan bahan yang tidak mudah rusak.
10. Area proyek dan Rumah Sakit bebas dari asap dan punting rokok
11. Apabila pihak pelaksana menggunakan alat berat selama proses konstruksi
berlangsung, alat berat tersebut harus memiliki ijin operasional dari instansi
terkait dan operator harus memiliki lisensi khusus penggunaan alat berat sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
12. Pihak pelaksana atau pengawas memberikan laporan tentang kegiatan K3 dan
kejadian kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang terjadi di area konstruksi
13. Pelaksana konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan gangguan yang
mungkin ditimbulkan terhadap lingkungan pada masa pelaksanaan konstruksi

25
J. DOKUMENTASI, MONITORING DAN EVALUASI
Pencatatan atau dokumentasi dalam kegiatan K3 konstuksi dilakukan oleh Komite K3 RS.
Komite K3RS akan melakukan monitoring ke area konstruksi dengan melakukan
pengumpulan data data dan pengukuran atas ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan
dalam kebijakan ini. Monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari proses
konstruksi terkait dengan factor kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan hasil
monitoring akan digunakan sebagai bahan evaluasi. Evaluasi digunakan untuk menilai
efektifitas kebijakan ini dapat diterapkan dan menilai kebutuhan perbaikan dari hasil
monitoring rutin.
Evaluasi juga digunakan untuk menilai keberhasilan rekomendasi berdasarkan temuan
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi berdasarkan monitoring secara berkala.
Pencatatan evaluasi dituliskan dalam bentuk laporan kegiatan. Laporan proses monitoring
dan evaluasi yang telah didokumentasikan akan disampaikan kepada:
1. Direktur
2. Tim Teknis Rumah Sakit
3. Tim PPK Rumah Sakit
4. Konsultan Pelaksana
5. Kontraktor Pelaksana
6. Konsultan Pengawas

26
LAMPIRAN
Pre-Construction Risk Assessment (PCRA) Lampiran 1
Rumah Sakit Al Islam Bandung
Komite Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

I. IDENTITAS PEKERJAAN

Nama Pekerjaan :

Waktu Pelaksanaan : Konsultan Perencana :

Tenaga Kerja : Kontraktor Pelaksana :

No Dokumen : Konsultan Pengawas :

II. LOKASI PEKERJAAN

Gedung :
Lantai :
No. Kamar/ Ruang :
Tipe Konstruksi: Jenis :
A/B/C/D (Konstruksi/Renovasi/Pembongkaran)
Tingkat Risiko: Kelas Pengendalian :
Rendah/Sedang/Tinggi/Sangat Tinggi I / II / III / IV
ELEMEN PENILAIAN RISIKO

A. Keselamatan Keamanan Konstruksi


Harap tinjau masing-masing kategori berikut ini yang sesuai dan menunjukkan apakah
kategori tersebut berlaku untuk lingkup pekerjaan yang direncanakan.
Elemen Penilaian Identifikasi langkah-langkah
No
Keselamatan Keamanan Konstruksi sementara yang harus diambil
1. Jalur Keluar Aman Ya Tidak
Apakah proyek memiliki jalur keluar aman ?
minimal 2 jalur keluar aman
3. Jalur Keluar Aman Ya Tidak
Apakah proyek memiliki potensi bahaya yang
mempengaruhi akses jalur keluar aman yang
telah ditentukan ?
5. Jalur Keluar Aman Ya Tidak
Apakah jalur keluar aman proyek dapat
digunakan oleh orang lain selain pekerja
konstruksi ?
7. Pencegahan Kebakaran Ya Tidak
Apakah kegiatan proyek dapat berdampak
pada sistem deteksi kebakaran rumah sakit?
9. Pencegahan Kebakaran Ya Tidak
Apakah kegiatan proyek dapat memberikan
dampak terhadap sistem penanggulangan
kebakaran di rumah sakit?
11. Pencegahan Kebakaran Ya Tidak
Apakah kegiatan proyek memiliki tambahan
fasilitas atau peralatan pemadaman kebakaran
yang tersedia di area proyek ?
13. Pelatihan Penanggulangan Kebakaran Ya Tidak
Apakah pemilik proyek mengharuskan seluruh
staf untuk mendapatkan pelatihan mengenai
langkah pemadaman kebakaran?
15. Pelatihan Penanggulangan Kebakaran Ya Tidak
Apakah pemilik proyek menjamin sudah
pernah melakukan pelatihan/simulasi
penanggulangan kebakaran ?
17. Bahan Berbahaya Beracun Ya Tidak
Apakah proyek memiliki tempat penyimpanan
khusus untuk Bahan Berbahaya dan Beracun ?
19. Kompartemen Ya Tidak
Apakah proyek membutuhkan partisi tahan
asap sementara ? Partisi tersebut harus bebas
Elemen Penilaian Identifikasi langkah-langkah
No
Keselamatan Keamanan Konstruksi sementara yang harus diambil
asap dan terbuat dari material yang tidak
mudah terbakar
21. Dampak Terhadap Struktur Bangunan Ya Tidak
Akankah aktifitas proyek akan mempengaruhi
struktur bangunan rumah sakit dan berdampak
pada proteksi kebakaran seperti pintu dan
dinding ?
23. Pengawasan Terhadap Potensi Bahaya Ya Tidak
Akankah pemilik proyek akan melakukan
peningkatan terhadap inspeksi dan
pengawasan bahaya terhadap aktifitas proyek
Frekuensi berkala:
_____Harian
_____Mingguan
_____Bulanan
25. Hot Work Ya Tidak
Apakah terdapat pekerjaan yang dapat
menimbulkan panas dan percikan api selama
proses proyek berlangsung ?
27. Area Posting Ya Tidak
Apakah terdapat media informasi terkait
standar keselamatan dan kesehatan kerja yang
tertempel di area proyek ?
B. Pengendalian Infeksi dan Kualitas Udara
TIPE KONSTRUKSI
Proses Inspeksi (non-invasif). Termasuk kegiatan yang tidak menghasilkan
debu atau pekerjaan yang tidak memerlukan pemotongan dinding,
pengeboran, pengamplasan atau akses ke langit-langit selain untuk inspeksi
visual seperti:
i. Memindahkan plafon untuk inspeksi visual (batasan < 50 m2)
j. Pengecatan (bukan pengamplasan)
TIPE A k. Pekerjaan jaringan elektrik
l. Pekerjaan pipa air (memutus sementara pipa air ≤ 15 menit di area
tertentu)
m. Perbaikan pipa kecil tanpa solder dan bor
n. Kerja dengan kebutuhan listrik kecil
o. Perbaikan Hardware pintu dan jendela
p. Perbaikan penggantian
TIPE B Pekejaan dengan skala kecil, kegiatan durasi pendek, yang hanya akan
membuat debu minimal.Termasuk, namun tidak terbatas pada :
h. Pemasangan instalasi telepon dan jaringan komputer
i. Melakukan pembongkaran dinding atau langit – langit dimana debu
masih dapat dikontrol
j. Memperbaiki area kecil pada dinding
k. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air ≤ 30 menit dilebih
dari 1 area perawatan)
l. Maksimal 4 plafon pengganti genteng dalam 50 kaki persegi

m. Melakukan pemotongan/pengelasan dengan durasi

pendek, pengeboran, atau pengamplasan dari daerah yang sangat kecil


di mana dapat menciptakan debu kecil dan dapat dikendalikan
TIPE KONSTRUKSI

n. Perbaikan mekanik kecil.

Setiap pekerjaan yang menghasilkan tingkat debu dengan jumlah sedang -


banyak. Dan setiap pekerjaan yang membutuhkan pembongkaran atau
penghapusan komponen bangunan tetap atau rakitan, pekerjaan dengan
perekat, cat, pelarut, pengencer dan pembersih yang kuat, pekerjaan yang
mengambil lebih dari satu shift (8 jam perhari) untuk menyelesaikan.
Termasuk, jenis pekerjaan :
g. Pengamplasan dinding untuk pengecatan dinding
h. Pembongkaran ubin pada lantai dan langit – langit ruangan dengan luas
TIPE C
20% dari total luas
i. Pembangunan dinding, lantai dan langit – langit yang baru
j. Pekerjaan elektrik diatas langit – langit (minor) dan pekerjaan
pemasangan kabel (mayor).
k. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air 30 – 60 menit di lebih
dari 1 area perawatan)
l. Setiap pekerjaan pengeboran dengan waktu yang lama
Setiap proses pengelasan atau pemotongan di ruang area perawatan
Kegiatan yang menghasilkan banyak debu dan termasuk juga kegiatan
pembongkaran besar / re-konstruksi serta konstruksi mayor. Termasuk
pekerjaan :
h. Kegiatan yang membutuhkan pekerjaan shift berturut – turut (lebih dari
1 sift)
TIPE D i. Membutuhkan pembongkaran berat
j. Memindahkan seluruh area langit – langit / plafon
k. Pekerjaan pipa air (memutus sementara suplai air > 1 jam dan dilebih
dari 1 area perawatan pasien)
l. Pembongkaran Major
m. Konstruksi mayor yang membutuhkan waktu selama beberapa hari
n. Konstruksi baru

AREA KONSTRUKSI BEDASARKAN TINGKAT RISIKO


GROUP 1 – Risiko GROUP 2 - Risiko GROUP 3 –Risiko GROUP 4 - Risiko
Rendah Medium Medium-tinggi tertinggi
e. Area j. Unit perawatan o. IGD - Kamar l. Kamar Operasi
Perkantoran, pasien tidak Jenazah m. ICU/PICU/NICU
lobi, koridor terdaftar di Grup p. Onkologi n. ICCU/HCCU
non-pasien 3 atau 4 q. IPAL & TPS o. Cath. Laboratorium
f. Support Facility k. Lobi & Koridor r. Laboratorium p. CSSD
(misal : Ruang Perawatan s. Unit q. VK
Mesin, Ruang Pasien Hemodialisis r. Ruang perawatan
Housekeeping, l. Dapur t. Endocsopy pasien
Area Umum, Pengolahan u. Ruang Anak immunocompromised
dll) makanan v. Ruang s. R. Isolasi
g. Ruang Tunggu m. Area Laundry & Neonatus t. Ruang Kemoterapi
Pasien Linen Kotor w. Ruang Geriatri u. Ruang Tindakan gigi
h. Area perawatan n. Klinik Rawat x. Ruang v. Daerah lain di mana
Non-pasien Jalan (Kecuali Fisioterapi prosedur bedah
yang tidak onkologi dan y. High Care Unit invasif dapat
termasuk dalam bedah) z. Farmasi dilakukan
Grup 2, 3 atau o. Ruang aa. Ruang
4. Pendaftaran perawatan
p. PSPPRS Surgical
q. Rehab Medik bb. Ruang
r. Unit Radiologi, perawatan
Diagnostik & Medical
MCU

Tipe dan Group Pekerjaan Konstruksi digunakan untuk menetapkan kelas risiko
dan memutuskan upaya penanganan
Risk Level Type A Type B Type C Type D
Group 1 Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV
Group 2 Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Group 3 Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV
Group 4 Kelas III Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV
Pembagian kelas risiko dan upaya penanganan/pengendalian risiko

Kelas I
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. PCM (Pre Construction 1. Melakukan pekerjaan 1. Membersihkan area
Meeting) untuk dengan meminimalisir konstruksi dari sisa
mengkomunikasikan adanya debu selama material atau
langkah pekerjaan secara konstruksi berjalan pembongkaran
detail 2. Segera menutup kembali 2. Menghilangkan debu
2. Menutup lokasi proyek plafon atau langit – yang masih tersisa
dengan pembatas langit setelah dilakukan selama proses konstruksi
sehingga menghindari pembongkaran sebelum meninggalkan
kontaminasi debu 3. Akses keluar masuk area konstruksi
3. Memberi tanda pekerja bebas dari puing
petunjuk / peringatan – puing bangunan
yang jelas 4. Alat angkut material
4. Rute transportasi barang harus tertutup
bersih tidak dekat 5. Pintu keluar masuk
dengan material yang proyek selalu tertutup
terkontaminasi 6. Mempertahankan
lingkungan pekerjaan
tetap kering
7. Memastikan barang –
barang yang mendukung
pertumbuhan kuman
tidak digunakan

Kelas II
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. PCM (Pre Construction 1. Ketika sedang proses 1. Mengelap permukaan
Meeting) untuk pemotongan, semprotkan dengan desinfektan.
mengkomunikasikan sedikit air agar debu 2. Membersihkan
langkah pekerjaan secara tidak berterbangan permukaan dengan kain
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
detail 2. Ketika mengangkut pel basah atau vacuum
2. Menutup pintu, jendela material dan sampah sisa sebelum meninggalkan
dan ventilasi yang tidak pembangunan area konstruksi
digunakan untuk menggunakan container 3. Membuka kembali
menghindari debu yang tertutup ventilasi, jendela dan
3. Menutup lokasi proyek 3. Segera menutup kembali pintu yang sebelumnya
dengan pembatas plafon atau langit – tertutup
sehingga menghindari langit setelah dilakukan
kontaminasi debu pembongkaran
4. Menyediakan filtrasi 4. Akses keluar masuk
pada local exhaust pekerja bebas dari puing
5. Menggunakan isolasi – puing bangunan
system HVAC di area 5. Pintu keluar masuk
konstruksi untuk proyek selalu tertutup
mencegah kontaminasi 6. Bagian kebersihan, harus
pada sistem salurannya melakukan pembersihan
6. memasang unit udara lebih sering disekitar
negative portable, yang area yang
harus dioperasikan berdekatandengan area
selama masa konstruksi konstruksi
7. memperhatikan akses 7. Memonitoring filter
untuk pekerja proyek selama konstruksi
dengan material dan sisa berlangsung
pembongkaran,
sebaiknya dibedakan
8. membedakan akses
antara pekerja proyek
dengan pasien dan
pekerja rumah sakit
9. Memberi tanda
petunjuk / peringatan
yang jelas
10. Rute transportasi barang
bersih tidak dekat
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
dengan material yang
terkontaminasi

Kelas III (Tambahan dari kelas I dan II)


PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan
Saat Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung
1. PCM (Pre Construction 1. Ketika sedang proses 1. Sistem ventilasi harus
Meeting) untuk pemotongan, semprotkan dibersihkan setelah
mengkomunikasikan sedikit air agar debu tidak konstruksi selesai
langkah pekerjaan secara berterbangan 2. Mengalirkan air di
detail 2. Udara didalam gedung yang area konstruksi dan
2. Menutup pintu, jendela dilakukan renovasi akan sekitarnya sebelum
dan ventilasi yang tidak disirkulasikan keluar secara ditempati
digunakan untuk berkala dengan sistem 3. Mengecek ulang suhu
menghindari debu HEPA Filter sebelum ditempati
3. Menutup lokasi proyek 3. Ada sumber listrik alternatif 4. Jangan melepas
dengan pembatas yang dapat digunakan penghalang debu
minimal 2 lapis atau apabila terjadi listrik mati terlebih dahulu
menggunakan papan 4. Kontraktor wajib sebelum pekerjaan
hingga langit-langit mengirimkan lembar kerja proyek selesai dan
sehingga menghindari ICRA, daftar kontrol dan dilakukan
kontaminasi debu kontak informasi di tempat pembersihan area
4. Menyediakan filtrasi kerja proyek secara
pada local exhaust 5. Mempertahankan tekanan menyeluruh dan siap
5. Membuat isolasi system udara negatif di tempat kerja untuk digunakan.
HVAC di area konstruksi minimal 0,01 "WG 5. Meninjau ulang
untuk mencegah 6. Ketika mengangkut material kondisi area proyek
kontaminasi pada system dan sampah sisa dengan Tim PPI
salurannya pembangunan menggunakan sebelum melepas
6. memasang unit udara container yang tertutup pengahalang debu
negative portable, yang 7. Akses keluar masuk pekerja 6. Melepaskan
harus dioperasikan bebas dari puing-puing penghalang debu
selama masa konstruksi bangunan dengan hati-hati untuk
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan
Saat Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung
7. memperhatikan akses 8. Frekuensi penggantian filter meminimalkan debu
untuk pekerja proyek udara ditingkatkan dan kotoran dari
dengan material dan sisa 9. Pintu keluar masuk proyek pekerjaan konstruksi
pembongkaran, selalu tertutup
sebaiknya dibedakan 10. Segera menutup kembali
8. Membedakan akses plafon atau langit-langit
antara pekerja proyek setelah dilakukan
dengan pasien dan pembongkaran
pekerja rumah sakit 11. Bagian kebersihan, harus
9. Memberi tanda melakukan pembersihan
petunjuk / peringatan lebih sering disekitar area
yang jelas yang berdekatandengan area
10. Rute transportasi barang konstruksi
bersih tidak dekat dengan 12. Membersihkan sampah sisa
material yang konstruksi sebelum
terkontaminasi meninggalkan area
11. Terdapat anteroom konstruksi
13. Melakukan monitoring
tekanan negative di area
konstruksi dan
mendokumentasikan setiap
hari
14. Melakukan pemeriksaan
terhadap pengahalang debu
setiap hari dan
mendokumentasikan
hasilnya
15. Sistem ventilasi yang baru
harus dilindungi dari debu
konstruksi sampai pekerjaan
konstruksi selesai

Kelas IV (Tambahan dari kelas I, II dan III)


PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan
Saat Pekerjaan Selesai
Berlangsung Berlangsung
1. Memberikan fasilitas
anteroom dan meminta
untuk setaip pekerja
yang masuk dan keluar
area proyek melewati
anteroom. Anteroom
tersebut berguna untuk
sebagai ruang antara area
proyek dengan area non
proyek, atau daerah
sekitar proyek
2. Pekerja konstruksi akan
membersihkan area
anteroom sebelum
pekerjaan konstruksi
diserah terimakan ke
pihak rumah sakit
3. Pekerja menggunakan
apron atau baju khusus
ketika memasuki area
proyek dan melepasnya
ketika menggialkan area
proyek
4. Setiap pekerja yang
masuk area proyek wajib
menggunakan penutup
sepatu.

C. Kerusakan Utilitas dan Dampak


Selama kegiatan proyek adalah salah satu dari kemungkinan berikut yang akan terganggu
atau terkena dampak di area manapun di luar area kerja?
Ya Tdk NA
   Ketersediaan Air Water Supply
   Saluran Irigasi
   Sistem drainase atap
   Ketersediaan listrik
   Ketersediaan sumber listrik alternatif
   Sistem Ventilasi
   Oxygen
   Gas Medis
   Vakum Gas Medis
   Gas Medis Lainnya ; Tidak ada
   Nomor kamar yang katup springker yang melayani daerah tersebut

………………………………………………………………………
………………………………...

Apabila ada beberapa yang mengalami gangguan, mohon dijelaskan langkah-langkah


yang harus diambil untuk mengurangi dampak dari gangguan tersebut
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
___________________________________________________________________
Tuliskan tindakan pencegahan yang akan dilakukan untuk memastikan bila terjadi
gangguan yang tidak diinginkan terjadi
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
___________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
D. Penilaian Kebisingan dan Getaran
Tuliskan setiap kegiatan yang akan menghasilkan kebisingan dan/atau getaran yang
cenderung mengganggu:

No. Aktifitas Waktu dan Durasi Stategi Mitigasi

1.
2.
3.
4.
5.
E. Penilaian Lingkungan

 Siapa yang bertanggungjawab setaip hari untuk kebersihan di area proyek?


_____________________________________________________________________

 Apakah setiap hari dilakukan pembersihan di lokasi proyek sebelum

pekererjaan selsai?
_______________________________________________________________
_____________________________________________________________________

 Jika Iya,

_____________________
siapa yang bertanggungjawab akan hal tersebut ?

_____________________________________________________________________


proyek
Apakah ada kebutuhan khusus yang dibutuhkan untuk membersihkan area

setiap harinya?
________________________________________________________
_____________________________________________________________________

 Jika Iya, Apa

_________________________
saja daftar kebutuhan khusus tersebut ?

_____________________________________________________________________

Pihak Kontraktor, Ketua Komite K3RS


(.....................................................) (.....................................................)
Lampiran 2
KOMITE KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
RUMAH SAKIT AL - ISLAM BANDUNG
Jl. Soekarno Hatta No.644 Bandung
PERNYATAAN IJIN PEKERJAAN DAN TAAT KESELAMATAN KERJA
A. INFORMASI PEKERJAAN
Nama Pekerjaan : PJ Vendor :
Lokasi Pekerjaan : Identitas Vendor :
Nama Pekerja :  RSAI Alamat Vendor :
 Vendor : No. Tlp/HP :
B. KLASIFIKASI PEKERJAAN
 Pembangunan  Renovasi  Pekerjaan Listrik  Pekerjaan dgn  Lain-lain
Ketinggian ……………………………
C. KESELAMATAN KERJA
No. Aktivitas Potensi Bahaya Langkah Aman Pekerjaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
D. PERALATAN KESELAMATAN
Alat Pelindung Diri Perlengkapan Keselamatan dan Darurat
[ ]Helm [ ]Masker Kain [ ]Sepatu Keselamatan [ ]Pemadam Api (APAR, Karung Goni / Selimut Basah)
[ ]Earplug/Earmuff [ ]Masker Kimia [ ]Sepatu Boots [ ]Barikode (Garis Tanda Bahaya)
[ ]Kacamata [ ]Sarung Tangan Katun [ ]Sabuk Keselamatan [ ]Rambu / Tanda Keselamatan
[ ]Goggle [ ]Sarung Tangan Karet [ ]Full Body Harness [ ]Jaring / Tali Keselamatan
[ ]Tameng Muka [ ]Sarung Tangan Las [ ]Cover all [ ]Radio Telekomunikasi / HT
[ ]Apron [ ]Sarung Tangan Kulit [ ]Lainnya : [ ]Lainnya
* seluruh peralatan keselamatan yang disyaratkan harus disiapkan sebelum memulai pekerjaan dan diperiksa oleh petugas K3RS
E. VALIDASI IJIN KERJA
1. Telah mengikuti pengarahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan dengan ini menyatakan telah memahami dan akan
mentaati semua peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta kewajiban keselamatan kerja yang berlaku di proyek.
2. Bertanggung jawab atas keselamatan setiap karyawan / pekerja di bawah pengawasan saya.
3. Bersedia melaporkan apabila terjadi kecelakaan kerja selama kegiatan proyek berlangsung.
4. Apabila terjadi pelanggaran, maka saya bersedia ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS Al Islam Bandung.
Izin Diberikan Izin Dibatalkan
Mulai Jam : Mulai Jam :
Sampai Jam : Sampai Jam :
Disiapkan Pemohon Tanda Tangan Disiapkan Pemohon Tanda Tangan
Nama : Nama :
Tanggal : Tanggal :
Diperiksa K3RS Tanda Tangan Diperiksa K3RS Tanda Tangan
Nama : Nama :
Tanggal : Tanggal :
Diperiksa PPI Tanda Tangan Diperiksa PPI Tanda Tangan
Nama : Nama :
Tanggal : Tanggal :
Mengetahui Ketua Komite Tanda Tangan Mengetahui Ketua Komite Tanda Tangan
Nama : Nama :
Tanggal : Tanggal :
Persyaratan K3 pada saat proses pembongkaran, renovasi dan konstruksi /
pembangunan gedung :

1. Terdapat pagar pembatas proyek dengan area perawatan di RS. Pagar pembatas
dipasang setinggi minimal 2 m dengan bahan tahan lama.
2. Terpasang rambu-rambu dan signage berupa :
a. Papan nama proyek
b. Simbol dan lambang K3
c. Tanda larangan merokok
3. Lokasi proyek, minimal mempunyai 2 akses utama keluar yang mudah teridentifikasi
sebagai jalur evakuasi dan pintu keluar masuk area proyek.
4. Terdapat akses pasien sementara yang memadai selama proses konstruksi berlangsung.
5. Area proyek harus menerapkan 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).
6. Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek.
7. Terdapat kamar mandi sementara untuk pekerja proyek.
8. Pekerja konstruksi dapat teridentifikasi (ID card/seragam) dan menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai dan disediakan oleh kontraktor pelaksana.
9. APD yang digunakan di lokasi proyek minimal helm proyek, ear plug, sepatu safety dan
sarung tangan.
10. Kontraktor menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) yang siap digunakan di
lokasi proyek.
11. Kontraktor menyediakan kotak P3K yang memadai dan siap digunakan (minimal
tersedia perban steril, iodin, antiseptik, plester, gunting).
12. Proyek diharapkan memiliki kegiatan rapat rutin dan safety talk/briefing untuk pekerja.
13. Kontraktor memastikan keamanan sumber listrik yang digunakan dalam proses
konstruksi.
14. Area RS bebas dari asap rokok dan api.
15. Pengukuran fisik pada area proyek dan lingkungan sekitar proyek sesuai dengan
persyaratan :
a. Kebisingan melebihi nilai ambang batas (NAB: 85 dB).
b. Getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan
tangan pekerja tidak melebihi 4m/det2.
c. Getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh tidak
melebihi 0,5 m/det2.
d. Kandungan debu maksimal di dalam udara area lokasi proyek dan lingkungan
sekitarnya tiidak melebihi 0,5 mg/m3.
16. Pada proyek yang menggunakan B3 (bahan berbahaya dan beracun) harus melakukan
pengelolaan B3 sesuai dengan standard prosedur operasional sebagai berikut :
a. Tempat penyimpanan B3 harus terpisah dari bahan lain dan dirancang sesuai
karakteristik B3 dan diidentifikasi sesuai jenis dan karakteristiknya.
b. Tempat penyimpanan B3 wajib dilengkapi sistem tanggap darurat.
c. B3 yang disimpan harus memiliki MSDS (material safety data sheet).
d. Apabila kegiatan proyek memiliki limbah B3, maka tempat pembuangannya harus
terpisah dari limbah lain dan berkoordinasi dengan bagian sanitasi.
e. Apabila proyek menggunakan B3 atau menghasilkan limbah B3 wajib melapor ke
Komite K3RS.
17. Kontraktor pelaksana melakukan sosialisasi pada seluruh pekerja proyek mengenai :
a. Prosedur evakuasi pada saat terjadi bencana.
b. Lokasi APAR.
c. Lokasi titik kumpul aman.
d. Prosedur penanggulangan kebakaran.
e. Kode-kode emergensi yang diterapkan RS :
1) Kode Merah / Red Code : Kebakaran
2) Kode Orange / Orange Code : Gempa
3) Kode Hijau / Green Code : Evakuasi
4) Kode Biru / Blue Code : Henti Jantung
5) Kode Merah Muda / Pink Code : Penculikan Bayi
6) Kode Hitam / Black Code : Ancaman Bom
7) Kode Cokelat / Brown Code : Tumpahan B3 (Bahan Berbahaya Dan Beracun)
8) Kode Abu / Grey Code : Gangguan Keamanan
18. Bangunan yang direnovasi sesuai standard K3 antara lain:
a. Setiap bangunan mempunyai minimal 2 akses keluar sebagai jalur evakuasi.
b. Kamar mandi sesuai dengan ketentuan, pintu harus mengarah / mengayun keluar,
terdapat handrail dan dilengkapi dengan nurse call.
c. Setiap stop kontak dilengkapi dengan proteksi (child protection) minimal di area anak
– anak .
d. Bangunan dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran seperti instalasi fire alarm,
smoke detector, hydran, sprinkler.
e. Instalasi gas medis mudah teridentifikasi, terdapat penandaan pada valve dan box
panel harus terdapat sistem penguncian.
19. Kontraktor wajib melaporkan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ke
Komite K3RS.

Bandung, …………………………..

Pihak Pelaksana Pihak Perencana Ketua K3RS

……………………………. ……………………………. …………………………….


Lampiran 3

KOMITE KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


RUMAH SAKIT AL - ISLAM BANDUNG
Jl. Soekarno Hatta No.644 Bandung

PENILAIAN KINERJA K3 KONSTRUKSI

Nama Vendor : TANGGAL EVALUASI:


Bidang
:
Pekerjaan
Nama Proyek :

BAIK SANGAT
BAIK KURANG
NO HAL YANG DINILAI SEKALI KURANG
(3) (2)
(4) (1)
1. Kepatuhan terhadap penggunaan ID Card
2. Komitmen terhadap penyediaan APD
3. Kepatuhan terhadap penggunaan APD
Keaktifan menjaga kebersihan
4.
lapangan/area proyek
5. Kepatuhan terhadap rambu-rambu K3
Kepatuhan terhadap penyediaan alat
6.
proteksi kebakaran
Konsistensi pelaporan insiden/kecelakaan
7. kerja (kecelakaan berat maupun ringan)
kepada petugas K3RS
Kemauan dalam melaksanakan perbaikan
8.
sesuai anjuran
TOTAL NILAI
NILAI = (TOTAL NILAI/32)x100
AKHIR =

Catatan:

Pihak proyek (Kontraktor) Diperiksa oleh: Komite K3RS

………………………………………...…… ………………………………………...……
CHECKLIST INSPEKSI K3 PADA
RENOVASI DAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG
PRE CONSTRUCTION
No Obyek Ya Tdk N/A Keterangan
.
1. Kontraktor memiliki data lengkap setiap
pekerja serta sistem kerjanya.
2. Semua pekerja harian lepas / borongan telah
mendapat perlindungan jaminan kesehatan (pada
pekerjaan dengan jangka waktu minimal 6 bln).
3. Proyek mempunyai petugas K3 yang
bersertifikat.
4. Setiap bangunan mempunyai minimal 2 akses
keluar utama sebagai jalur evakuasi.
5. Pintu tangga darurat dapat tertutup rapat (dengan
door closer, arah ayun menuju tangga darurat).
6. Kamar mandi dilengkapi dengan :
 Pintu ke arah luar
 Hand rail
 Nurse call
7. Stop contact dilengkapi dengan proteksi (child
protection)
8. Bangunan dilengkapi dengan sistem
proteksi kebakaran :
• Instalasi fire alarm
• Instalasi smoke detector
• Sprinkler
 Hydran gedung / luar gedung
9. Lain – lain :

Evaluasi :

Saran – saran : Target Penyelesaian :

Disetujui, Tanggal pemeriksaan :


Pihak proyek (Kontraktor) Diperiksa oleh: Komite K3RS
………………………………………... ……………………………………………
…… …

CHECKLIST INSPEKSI K3 PADA


RENOVASI DAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG
CONSTRUCTION
No Obyek Ya Tdk N/A Keterangan
.
1. Semua pekerja harian lepas / borongan telah
mendapat perlindungan jaminan kesehatan
(pada pekerjaan dengan jangka waktu minimal 6
bln).
2. Proyek mempunyai petugas K3 yang
bersertifikat.
3. Proyek memiliki kegiatan – kegiatan :
• Rapat rutin.
• Safety talk / briefing.
4. Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek.
5. Terdapat pagar pembatas proyek dengan area RS.
Pagar berupa seng / bahan lain yang tahan lama,
aman dan mampu menghalangi debu/material
proyek. Dipasang tinggi min 2 m.
6. Terdapat jalan dan pintu keluar masuk proyek
yang jelas dan tidak terhalang.
7. Terpasang rambu – rambu dan signage sebagai
berikut :
• Papan nama proyek.
• Simbol dan lambang K3.
• Tanda larangan merokok.
• Yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
8. Pekerja konstruksi dapat teridentifiikasi.
9. Area proyek bersih, tertata dan tidak menghalangi
proyek yang jelas dan tidak terhalang akses
pekerja.
10. Area proyek dan RS bebas dari asap dan puntung
rokok.
11. Kontraktor menyediakan APD sesuai jenis
pekerjaan dan jumlah pekerja.
12. Pekerja menggunakan APD sesuai jenis
pekerjaannya.
13. Kontraktor pelaksana menyediakan APAR
yang siap digunakan di lokasi proyek.
14. Kebisingan tidak melebihi nilai ambang batas
(NAB) yang berlaku (85 dB).
15. Tersedia kotak P3K yang memadai dan siap
pakai. Minimal tersedia perban steril, iodin,
antiseptik, plester, gunting.
16. Bahan berbahya dan beracun (B3) yang
digunakan di proyek disimpan secara terpisah dan
digunakan sesuai MSDS.
17. Pelaksana memberikan laporan tentang kegiatan
K3 di konstruksi.
18. Lain – lain :

Evaluasi :

Saran – saran : Target Penyelesaian :

Disetujui, Tanggal pemeriksaan :


Pihak proyek (Kontraktor) Diperiksa oleh: Komite K3RS

…………………………………...…… …………………………………………

Anda mungkin juga menyukai