PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menggunaan Pesawat uap,
pesawat tenaga dan produksi , pesawat angkat & angkut, atau menggunakan bahan kimia
berbahaya , atau disana terdapat proses produksi yang berdampak terhadap kondisi
lingkungan kerja dimana apabila lingkungan kerja tersebut tidak dikelola dengan baik
maka tempat kerja tersebut akan menjadi tidak, sehat, tidak bersih atau tidak nyaman.
Tempat kerja yang tidak sehat, tidak bersih dan tidak nyaman dapat mengakibatkan
timbulnya penyakit akibat kerja ( occupational desease ) yang tidak dikehendaki oleh
semua pihak dan berdampak negatif terhadap produktivitas kerja. Sebaliknya, tempat
kerja yang bersih, sehat dan nyaman akan dapat meningkatkan gairah kerja dan para
akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi,
faktor ergonomi, faktor fisiologi, dan faktor psikologi.
Peran AK3 Umum dalam pencegahan PAK kaitannya dengan pemantauan dan
pengendalian lingkungan kerja Kerja amat menentukan berhasil atau tidaknya pengusaha
/ pengurus dan tenaga kerja secara bersama-sama untuk mewujudkan tempat kerja yang
yang bersih, sehat dan nyaman dimaksud.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
C. RUANG LINGKUP
Yang akan dipelajari dalam pembelajaran ini sbb :
1. Dasar Hukum pengawasan K3 bidang lingkungan kerja.
2. Pengertian kebisingan, iklim kerja / ISBB, getaran, radiasi UV, gelombang elektro
magnetik, UV, NAB, bahan kimia berbahaya dan NAK.
3. NAB faktor fisika di tempat kerja , pemantauan dan pengendaliannya.
4. NAB faktor kimia diudara lingkungan kerja, pemantauan dan pe
ngendaliannya.
5. Standar penerangan di tempat kerja , pengukuran dan metode perbaikannya.
BAB II
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN
A. DASAR HUKUM
Dasar hukum pengawasan K3 bidang K3 lingkungan kerja sebagai berikut ;
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang No.3 tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan
internasional No.120 mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.
3. Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran,
penyimpanan dan penggunaan pestisida.
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. Tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersian,serta penerangan dalam tempat kerja.
B. PENGERTIAN
1. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.
2. Iklim kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara
dan anas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dan tubuh tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaan.
4. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda dan media dengan arah bolak-balik
dari kedudukan keseimbangannya.
5. Radiasi UV
Radiasi UV adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 180
nanometer sampai 400 nanometer.
1. Kebisingan
Kebisingan di tempat kerja pada umumnya bersumber dari suara mesin, transmisi atau
proses produksi lainnya.
Kebisingan selain menimbulkan gangguan konsentrasi dalam bekerja, gangguan
komunikasi dalam bekerja juga dapat menimbulkan ketulian.
Pengukuran kebisingan di tempat kerja dapat menggunakan Sound level meter atau
Noise Dosimeter
Jika administration control tersebut diatas juga tidak bisa dilakukan mungkin
berhubung karena kesulitan untuk melakukan sistim rotasi bagi pekerja yang
bersangkutan kaitannya dengan keahlian yang dibutuhkan oleh masing-masing
bagian dan sebagainya, maka metode pengendalian terakhir yang wajib dilakukan
adalah pengurus wajib menyediakan ear muff atau ear plug ( pilih yang mana yang
lebih efektif serta efisien ).
2. Tekanan panas
Di negara - negara tropis seperti Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand, Philipina
dan lain-lain, masalah iklim kerja yang banyak di hadapi di tempat-tempat kerja
ialah tekanan panas ( heat stress ).
Tekanan panas yang melebihi NAB dapat terjadi disebabkan karena cuaca, adanya
sumber panas pada proses produksi misalnya adanya tanur, dapur pemasak, Boiler,
Bejana Uap, heat exchanger dsb.
Setelah diperoleh angka pengukuran, maka kemudian kita bandingkan dengan standar
yang tertera dalam lampiran I Kepmenaker No. Kep. 51/Men/1999.
Cara mengatasi tekanan panas yang berlebihan, dapat dilakukan dengen metode
engineering control, sebagai contoh ; dengan cara memperbaiki sistem ventilasi,
tetapi manakala masih kurang berhasil maka perlu dilakukan pengaturan waktu
pemajanan dengan cara rotasi dsb.
Berikut ini ditunjukkan beberapa sket sistem ventilasi alam dan ventilasi buatan yang
dapat dipilih untuk diterapkan dalam upaya mengurangi tekanan panas di ruangan
tempat kerja.
4. Radiasi sinar UV
Di tempat tempat kerja yang menggunakan dapur pembakar, tanur peleburan logam
atau terdapat pengelasan dengan busur listrik akan terjadi pemajanan radiasi UV
terhadap para pekerja yang berada didekatnya. Radiasi UV yang memajan melebihi
batas pada seseroang pekerja akan dapat mengakibatkan radang selaput mata
( conjunctivitis photoclectrtica ).
Untuk mengetahui secara pasti berapa mW/cm2 radiasi UV yang memajan pekerja,
maka perlu dilakukan pengukuran dengan UV Radiometer sebagaimana ditunjukkan
gambar di bawah ini.
Apabila masih kurang berhasil karena setelah dilakukan pengukuran kembali ternyata
masih melebihi NAB, maka perusahaan wajib menyediakan masker yang sesuai bagi
para pekerja yang bersangkutan.
1. Gas di udara lingkungan kerja
Pada perusahaan-perusahaan tertentu, berhubung karena menggunnakan bahan kimia
tertentu, atau proses tertentu maka di udara lingkungan kerjanya mengandung gas-
gas tertentu yang apabila melebihi nilai ambang batas akan dapat berdampak negatif
terhadap kesehatan pekerja.
Hasil pengujian selanjutnya dibandingkan dengan NAB yang tertera pada Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang NAB faktor kimia diudara
lingkungan kerja , apabila hasil pengukuran lebih besar maka berarti melebihi NAB.
Pengendalian yang perlu dilakukan kemudian adalah apabila substitusi atau eliminasi
tidak mungkin bisa dilakukan yaitu dengan metode engineering control sebagai contoh
pemasangan exhausfan dan pengendalian yang terakhir adalah pemakaian respirator
yang sesuai.
Berikut ini contoh klasifikasi dari bahan kimia dan simbol bahaya yang sesuai yang
dipakai di negara Masyarakat Eropa.
c. Pengurus wajib menyampaikan daftar nama, sifat dan kuantitas bahan kimia di
tempat kerja ke Disnaker setempat guna penetapan kategori potensi bahaya
perusahaan atau industri yang bersangkutan.
b. Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya < NAK
wajib memiliki petugas K3 kimia sekurang-kurangnya 1 orang apabila sistem
kerja non shift dan sekurang-kurangnya 3 orang apabila sistem kerja shift.
Pemeriksaan dan Pengujian fakor kimia tersebut dapat dilakukan oleh PJK3 atau
instansi yang berwenang, yang kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam
melakukan pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
Pemeriksaan dan pengujian instalasi tersebut dapat dilakukan oleh PJK3 atau instansi
yang berwenang, yang kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
Jangan sampai ada tenaga kerja yang akan melakukan pengelolan pestisida apabila ;
a. Dalam keadaan mabuk
b. Mempunyai kekurangan - kekurangan lain baik fisik maupun mental yang
mungkin dapat membahayakan.
c. Terdapat luka atau mempunyai penyakit kulit pada anggota badan yang
kemungkinan dapat terkena oleh pestisida kecuali apabila dapat dilakukan
tindakan perlindungan.
d. Wanita hamil dan menyusui.
6. Peralatan
a. Semua peralatan yang digunakan untuk mengelola pestisida harus memenuhi
persyaratan K3. Apabila akan dilakukan perbaikan harus dibersihkan pada
tempat khusus sehingga peralatan tersebut bebas dari pestisida.
b. Alat - alat yang dipergunakan untuk mempersiapkan, memakai dan mencampur
pestisida tidak boleh dipakai untuk keperluan lain dan diberi tanda yang jelas
untuk membedakannya.
7. Pencampuran pestisida
a. Persiapan dan pencampuran pestisida harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
kontaminasi terhadap tenaga kerja dapat dihindarkan.
b. Selama pencampuran pestisida tidak boleh ditinggalkan dan harus selalu ada
petugas yang mengawasi.
8. Wadah pestisida
a. Wadah pestisida harus kuat, tidak mudah pecah, bocor, robek atau bereaksi
dengan isinya dan selalu dalam keadaan tertutup rapat.
b. Wadah pestisida harus diberi label yang mencantumkan keterangan-keterangan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangn yang beraku.
c. Wadah pestisida yang sudah kosong harus segera dimusnakan atau dibersihkan
dengan cara aman sesuai bentuk dan sifat pestisida.
d. Pemusnahan wadah pestisida harus dilakukan dengan cara yang tidak
membahayakan tenaga kerja dan lingkungan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
6. Gudang penyimpanan
Gudang tempat penyimpanan pestisida harus memenuhi syarat sebagai berikut ;
a. Lokasi gudang harus terpisah dari aktifitas umum dan tidak terkena banjir dan
lantai gudang harus miring.
b. Dinding dan latai gudang harus kuat dan mudah dibersihkan.
c. Pintu ditutup rapat dan diberi tanda peringatan atau tulisan atau gambar.
d. Selalu dikunci apabila tidak ada kegiatan.
e. Tidak boleh disimpan bersama-sama bahan-bahan lain.
f. Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup dan suhu memenuhi ketentuan yang
berlaku.
g. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran sesuai kebutuhan yang berlaku.
h. Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan yang berlaku terhadap
kemungkinan bahaya peledakan.
10. Limbah
a. Pemusnahan pestisida harus dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan
tenaga kerja dan lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kemudian
Pengurus harus menyampaikan berita acara pemusnahan pestisida ke Disnaker.
b. Air limbah yang akan dibuang dari tepat kerja harus ;
1). Memenuhi ketentuan yang berlaku.
2). Diawasi terus menerus , sehingga dapat dijamin bahwa setiap saat diketahui
mutu air yang akan dibuang.
5. Sistem ventilasi
Untuk mengurangi konsentrasi debu asbes di udara lingkungan kerja setiap ruang
kerja wajib dipasang ventilasi yang sesuai agar debu asbes yang terkandung di udara
lingkungan kerja berada dibawah NAB.
Alat ventilasi tersebut harus selalu dihidupkan pada waktu proses produksi berjalan
dan dilakukan perawatan sebagaimana mestinya agar terus dapat berfungsi dengan
baik dan dilakukan pemeriksaan minimal sekali setiap 3 bulan dan hasil pemeriksaan
tersebut dicatat dan disimpan untuk waktu minimal 3 tahun.
G. CONFINED SPACES
Selain itu masih terdapat beberapa bahaya lainnya seperti ; terjadinya ofyigen
defisiensi, atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, suhu yang extrem,
kebisingan, terjatuh, kejatuhan benda keras dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.
Sistem komunikasi internal untuk menyampaikan informasi pada saat mereka bekerja
baik itu berupa tertulis, bahasa isyarat serta peralatan komunikasi yang lain sangat
dibutuhkan dalam kegiatan ketiga unsur tersebut.
1. Faktor Ergonomi
Di dalam PMP No.7 Tahun 1964 diatur bahwa tiap pekerja yang bekerjanya harus
dalam posisi berdiri terus menerus atau jongkok terus-menerus harus disediakan
tempat duduk untuk istirahat duduk pada waktu-waktu terentu.
Dari sudut pandang fisiologis, suatu pekerjaan yang terlalu berat, monoton dan tidak
memenuhi syarat ergonomis, juga akan dapat menimbulkan kecelakaan fisik dan
mental.
3. Faktor psychologis
Penyakit akibat kerja yang disebabkan karena faktor kejiwaan dapat disebebkan oleh
pandangan seseroang terhadap pekerjaannya maupun hubungan kerja dengan orang
lain seperti atasan kelompok kerja atau bawahan, atau pekerjaan yang diluar batas
kemampuannya. Pendangan seseorang terhadap pekerjaan sangat mempengaruhi
jiwanya, misalnya pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan tidak sesuai dengan
cita-citanya, pekerjaan yang membosankan dsb.
Perusahaan yang kondisi lingkungan kerjanya demikian bersih , sehat dan nyaman tidak
saja meningkatkan performance perusahaan itu sendiri di depan publik, tetapi pada
umumnya juga merupakan kebanggaan tersendiri serta dapat meningkatkan gairah bekerja
bagi para pekerjanya.
Secara haris besar, kebersihan dan kesehatan tempat kerja secara visual dapat diketahui
melalui beberapa parameter sbb :
a. Cubic space tiap ruang kerja.
b. Ruang gerak untuk setiap pekerja.
c. Penyediaan Jumlah toilet yang cukup dan kebersihannya serta penyediaan air bersih di
dalamnya.
d. Penyediaan wastafel yang cukup dengan penyediaan air bersih
yang memadai.
e. Penyediaan tempat cuci tangan/muka yang bersih dengan penye-
diaan air bersih yang cukup.
f. Tersedia Ruang ganti pakaian yang bersih, luas dan berventilasi serta penerangan baik,
dan locker bagi pekerja yang memang pekerjaannya menuntut harus ganti pakaian
kerja.
g. Ruang istirahat yang berventilasi dan berpenerangan baik bagi pekerja wanita.
h. Bagian bangunan ; meliputi lantai, tangga, dinding, eternit dan atap selalu dalam
keadaan bersih dan rapi.
h. Selokan air dalam keadaan bersih, dan selokan yang melintas di
halaman perusahaan tertutup dengan kisi-kisi besi yang kuat dan rapi.
i. Limbah padat maupun cair dikumpulkan pada tempat pembua-
ngan dengan tanpa menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lingkungan kerja
maupun lingkungan.
Sesuai tugas dan wewenangnya, AK3U di perusahaan dalam rangka upaya mewujudkan
tempat kerja yang bersih sehat dan nyaman maka secara rutin AK3 didampingi oleh
anggota P2K3 lainnya yang berkompeten, perlu melakukan inspeksi internal dalam
rangka upaya perbaikannya.
1. Di suatu ruangan produksi di perusahaan saudara bertugas, disitu terdapat 4 orang pekerja
yang semuanya tiap hari kerja bekerja denga beban kerja sedang. Dalam satu hari bekerja
8 jam sehari termasuk jumlah istirahat riil sehari jam. Dari hasil pengukuran pegawai
teknis Balai K3 dilaporkan ISBB = 30O C.
Apakah tekanan panas yang memajan 4 pekerja tersebut telah melebihi NAB ? jelaskan.
2. Salah satu pengendalian tekanan panas di tempat kerja tersebut adalah dengan menerapkan
metode enginneering control. Sebutkan contoh metode engineering control untuk
mengarasi tekanan panas pada soal No. 1 tersebut diatas.
3. Pada ruang Genset di perusahan sudara bekerja terletak jauh dari ruang produksi dan ruang
kantor, sehingga suaranya tidak begitu terdengar. Tetapi kebisingan di dalam ruang
genset tersebut mencapai 910 C, sedangkan operatir Genset bekerja 8 jam sehari.
Selaku AK3 diperusahaan tersebut, apa lanbgkah nyata yang akan saudara ambil untuk
mengatasi kasus tersebut.
4. Pada ruang dapur peleburan logam di perusahaan sudara, dari hasil pengukuran ternyata
sinar UV yang memajan operator dapur tersebut = 0,4 mW/Cm, sedangkan Ia bekerja 8
jam sehari.
Jelaskan, apakah sinar UV yang memajan operator tersebut telah melebihi, dan jika
melebihi NAB apakah isi usulan saudara kepada Ketua PK3 atas saudara.
6. Pada suatu ruang kantor administrasi di tempat saudara bertugas dari hasil pengukuran
pada pagi hari dengan lampu-lampu penerangan yang ada di ruangan tersebut semua
dinyalakan, ternyata intensitas penerangannya = 200 Lux.
Jelaskan, apakah inetensitas penerangannya sudah cukup ? kalau belum apa saran saudara
kepada Ketua PK3 ?
7. Pada suatu ruang produksi pabrik tepung gandum dimana disana terdapat sekitar 10 orang
bekerja tanpa memakai masker, padahal dari hasil pengukuran dilaporkan bahwa
konsentrasi debu gandum di ruangan tersebut = 10 mg/M3.
Jelaskan, apakah konsentrasi debu tersebut telah melebihi NAB, dan jika telah melebihi
NAB , apa isi saran saudara selaku AK3 di perusahaan tersebut kepada Ketua P2K3.
8. Pada pabrik pengolahan karet alam, disana digunakan NH3 ( gas Amonia ) dalam proses
pengolahannya. Dari hasil pengukuran di ruang produksi dimana disana terdapat sekitar
20 orang bekerja, ternyata konsentrasi NH3 di udara lingkungan kerja tersebut = 30
mg/M3.
Jelaskan, apakah telah melebihi NAB dan apa isi saran saudara selaku AK3U di
perusahaan tersebut kepada Ketua P2K3.
10.Perusahaaan Perkebunan Kelapa Sawit PT.A memiliki lahan kelapa sawit seluas 20.000
hektar dimana pohonnya sedang berumur 10 tahun sehingga sedang banyak memerlukan
pestisida untuk membasmi pohon liar baik yang berdaun runcin ataupun bulat.
Perusahaan tersebut memilih Gramaxon dan Paracol untuk membasmi tanaman liar
tersebut, dan telah memperoleh Izin pemakaian dari Menteri Pertanian atau pejabat yang
ditunjuknya.
Pestisida disimpan di Gudang yang letaknya 0,8 Km dari Pabrik CPO di area perusahaan
tersebut.
Selaku AK3 di perusahaan tersebut, apa isi saran saudara kepada Ketua PK3 dan atau
pekerja yang bekerja dengan pestisida di perusahaan tersebut, khususnya berkaitan dengan
;
a. K3 yang perlu diperhatikan khususnya di gudang pestisida.
b. Alat pelindung diri pekerja yang bekerja dengan pestisida.
c. Pemusnahan wadah
d. Pakaian kerja penyemprot pekerja yang bekerja dengan pestisida.
11. Di pabrik ban PT.B, memiliki pekerja wanita 50 orang, pekerja pria berjumlah 200
orang, memproduksi ban mobil, ban sepeda motor dan ban sepeda , hanya satu shift
perhari kerja. 20 % dari jumlah pekerja pria bertugas di bagian pekerjaan yang
mengharuskan ganti memakai pakaian kerja (wirpak). Jumlah toilet locker masih
sangat kurang.
Sebagai AK3U di perusahaan tersebut, apa isi usul saudara kepada Ketua P2K3
khususnya mengenai ;
a. Jumlah minimal toilet yang harus disediakan bagi pekerja wanita.
b. Jumlah minimal toilet yang harus disediakan bagi pekerja pria.
c. Jumlah locker yang harus disediakan di ruang ganti pakaian.
13. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentanhg asbes dan poyensi bahaya yang diakibatkan
debu asbes.
14. Jelaskan apa yang saudara ketahui dengan confined space dan apa
Potensi bahaya apa yang terkandung didalamnya.
BAB V
PENUTUP
Modul ini dibuat secara singkat dan padat , namun peserta dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran ini, dengan membaca referensi-referensi
lainnya terutama referensi yang tertera pada daftar pustaka modul ini.
--oo0oo--
DAFTAR PUSTAKA
4. JICA, Material for training Industrial Safety and Health Inspection, 1991, Tokyo.
7. Badan Standarisasi Nasional, Pengukuran Iklim Kerja ( Panas ) dengan parameter Indeks
suhu basah dan bola, 2004, Jakarta.
8. Badan Standarisasi Nasional, Pengukuran percepatan getaran pada tangan, 2004, Jakata.
9. Badan Standarisasi Nasional, Pengukuran radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja, 2004,
Jakarta.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
...............,.......................
AK3U,
KESIMPULAN :
...........................................................
........................................................... ( .......................)
........................................................... SKP No...........
FORMULIR PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR FISIKA DI
TEMPAT KERJA
Untuk di Ruangan/Bagian : ...................................
======================================================
A. TEKANAN PANAS
1. Sumber panas : .................................................................
2. ISBB dari hasil pengukuran : .........0 C.
3. Pengukuran ISBB dilakukan oleh : ......................................
4. Tanggal pengukuran terakhir : ....................................
5. Jumlah jam pemajanan per hari : ..........Jam
6. Beban kerja Pekerja : Ringan / Sedang / Berat.
7. Metode Pengendalian yang telah dilakukan : .................................
B. KEBISINGAN
1. Sumber keisingan : ......................................................
2. Intensitas hasil pengukuran : ........dBA.
3. Prenguran dilaksanakan oleh : ............................................
4. Tanggal Pengukuran terakhir : ............................................
5. Jumlah Jam pemajanan per hari : .........jam
6. Metode pengendalian yang telah dilakukan : ................................
KESIMPULAN : ................,...........
............................................. AK3U,
.............................................
............................................. (.........................)
SKP No.............
KESIMPULAN : ..............,...............
.............................................................. AK3U,
..............................................................
.............................................................
.............................................................. (.......................)
SKP No. ............
Catatan : Jika debu atau gas berbahaya yang diukur lebih dari satu macam, maka formulir
ini dapat digandakan sesuai kebutuhan tsb.