Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menggunaan Pesawat uap,
pesawat tenaga dan produksi , pesawat angkat & angkut, atau menggunakan bahan kimia
berbahaya , atau disana terdapat proses produksi yang berdampak terhadap kondisi
lingkungan kerja dimana apabila lingkungan kerja tersebut tidak dikelola dengan baik
maka tempat kerja tersebut akan menjadi tidak, sehat, tidak bersih atau tidak nyaman.

Tempat kerja yang tidak sehat, tidak bersih dan tidak nyaman dapat mengakibatkan
timbulnya penyakit akibat kerja ( occupational desease ) yang tidak dikehendaki oleh
semua pihak dan berdampak negatif terhadap produktivitas kerja. Sebaliknya, tempat
kerja yang bersih, sehat dan nyaman akan dapat meningkatkan gairah kerja dan para
akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh faktor fisika, faktor kimia, faktor biologi,
faktor ergonomi, faktor fisiologi, dan faktor psikologi.

Sesuai dengan peraturan perundangan K3 yang berlaku, pemantauan dan pengendalian


lingkungan kerja harus dilakukan di setiap tempat kerja dalam rangka terwujudnya
tempat kerja yang sehat, bersih dan nyaman serta tercegahnya kemungkinan timbulnya
penyakit akibat kerja ( PAK) .

Peran AK3 Umum dalam pencegahan PAK kaitannya dengan pemantauan dan
pengendalian lingkungan kerja Kerja amat menentukan berhasil atau tidaknya pengusaha
/ pengurus dan tenaga kerja secara bersama-sama untuk mewujudkan tempat kerja yang
yang bersih, sehat dan nyaman dimaksud.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan AK3 Umum ini diharapkan
memahami K3 Lingkungan Kerja.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 1


2. Tujuan Pembelajaran khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan AK3 Umum ini diharapkan
mampu ;

a. Menyebutkan dasar hukum pengawasan K3 bid. Lingkungan Kerja.


b.Menyebutkan pengertian ; kebisingan, Iklim kerja/index suhu basah bola (ISBB) ,
getaran, radiasi ultra violet ( UV) , gelombang elektro magnetik, Nilai Ambang
Batas ( NAB), bahan kimia berbahaya dan dan Nilai Ambang Kuantitas ( NAK).
c. Menjelaskan NAB Faktor Fisika di tempat kerja serta metode pemantauan dan
pengendaliannya.
d. Menjelaskan standar penerangan di tempat kerja serta metode pemantauan dan
perbaikannya.
e. Menjelaskan NAB Faktor Kimia di udara lingkungan kerja serta metode
pemantauan dan pengendaliannya.
f. Menjelaskan pengelolaan K3 pada penggunaan bahan kimia di tempat kerja,
termasuk pestisida.
g. Menjelaskan pengelolaan K3 pada penggunaan asbes di tempat kerja.
h. Menjelaskan mengenai Confined space
i. Menjelaskan syarat-syarat kebersihan di tempat kerja.
j. Menjelaskan mengenai faktor Ergonomi.
k. Menjelaskan mengenai faktor psikologi kerja.
l. Menjelaskan mengenau faktor fisiologi kerja.

C. RUANG LINGKUP
Yang akan dipelajari dalam pembelajaran ini sbb :
1. Dasar Hukum pengawasan K3 bidang lingkungan kerja.
2. Pengertian kebisingan, iklim kerja / ISBB, getaran, radiasi UV, gelombang elektro
magnetik, UV, NAB, bahan kimia berbahaya dan NAK.
3. NAB faktor fisika di tempat kerja , pemantauan dan pengendaliannya.
4. NAB faktor kimia diudara lingkungan kerja, pemantauan dan pe
ngendaliannya.
5. Standar penerangan di tempat kerja , pengukuran dan metode perbaikannya.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 2


6. Pengelolaan K3 pada penggunaan bahan kimia di tempat kerja, termasuk pestisida.
7. Pengelolaan K3 ada penggunaan asbes di tempat kerja.
8. Confined space
9. Syarat-syarat kebersihan di tempat kerja.
10.Mengenai faktor ergonomi
11.Mengenai faktor biologis
12.Mengenai faktor psikologis

BAB II
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN

A. DASAR HUKUM
Dasar hukum pengawasan K3 bidang K3 lingkungan kerja sebagai berikut ;
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang No.3 tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan
internasional No.120 mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor.
3. Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran,
penyimpanan dan penggunaan pestisida.
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. Tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersian,serta penerangan dalam tempat kerja.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 3


5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03/Men/1985 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pemakaian asbes.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.03/Men/1986 tentang syarat-syarat
keseamatan dan kesehatan di tempat kerja yang mengelola pestisida.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 52/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di tempat kerja.
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.187/Men/1999 tentang penggunaan bahan
kimia di tempat kerja.
9. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.01/Men/1979 tentang Nilai Ambang Batas
faktor kimia di udara lingkungan kerja.

B. PENGERTIAN
1. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.

2. Iklim kerja
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara
dan anas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dan tubuh tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaan.

3. Index suhu basah dan bola


Index suhu basah dan bola ( Wet Bulb Globe Temperatur Index ) yang disingkat
ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.

4. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda dan media dengan arah bolak-balik
dari kedudukan keseimbangannya.

5. Radiasi UV
Radiasi UV adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 180
nanometer sampai 400 nanometer.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 4


6. Gelombang elektromagnetik
Radiasi frekwensi radio dan gelombang mikro ( microwave) adalah radiasi
elektromagnetik dengan frekwensi 30 Kilo Hertz sampai 300 Giga Hertz.

7. Nilai ambang batas


Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga
kerja tanpa mengakibatkan penyakit dan gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

8. Bahan kimia berbahaya


Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran
yang berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi berbahaya terhadap
tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

9. Nilai Ambang Kuantitas


Nilai Ambang Kuantitas yang selanjutnya disebut NAK adalah standar kuantitas
bahan kimia berbahaya untuk menetapkan potensi bahaya bahan kimia tempat kerja.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 5


BAB III
POKOK BAHASAN

A. FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

1. Kebisingan
Kebisingan di tempat kerja pada umumnya bersumber dari suara mesin, transmisi atau
proses produksi lainnya.
Kebisingan selain menimbulkan gangguan konsentrasi dalam bekerja, gangguan
komunikasi dalam bekerja juga dapat menimbulkan ketulian.
Pengukuran kebisingan di tempat kerja dapat menggunakan Sound level meter atau
Noise Dosimeter

Gbr. 1 Sound level meter

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 6


Gbr.2. Dosimeter
Selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan lampiran II Kepmenaker
No.Kep.51/Men/1999.
Apabila ternyata telah melebihi batas, maka AK3U perlu mengusulkan di dalam rapat
P2K3 untuk segera dilakukan pengendaliannya melalui metode engineering control,
misalkan memasang mufller tambahan, memasang isolasi, penggantian komponen
yang telah terlalu longgar spelingnya, atau pengaturan jarak ( distance ).

Seandainya tidak mungkin dilakukan pengendalian atau dapat dilakukan pengendalian


tetapi setelah diukur ternyata masih melebihi 85 dB, maka perlu di usulkan untuk
dilakukan “administration control” dengan cara mengurangi jam pemajanan dengan
berpedoman pada lampiran II Kemenaker tersebut diatas.

Jika administration control tersebut diatas juga tidak bisa dilakukan mungkin
berhubung karena kesulitan untuk melakukan sistim rotasi bagi pekerja yang
bersangkutan kaitannya dengan keahlian yang dibutuhkan oleh masing-masing
bagian dan sebagainya, maka metode pengendalian terakhir yang wajib dilakukan
adalah pengurus wajib menyediakan ear muff atau ear plug ( pilih yang mana yang
lebih efektif serta efisien ).

2. Tekanan panas
Di negara - negara tropis seperti Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand, Philipina
dan lain-lain, masalah iklim kerja yang banyak di hadapi di tempat-tempat kerja
ialah tekanan panas ( heat stress ).

Tekanan panas yang melebihi NAB dapat terjadi disebabkan karena cuaca, adanya
sumber panas pada proses produksi misalnya adanya tanur, dapur pemasak, Boiler,
Bejana Uap, heat exchanger dsb.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 7


Tekanan panas yang memajan pekerja hingga melebihi batas dapat mengakibatkan
kejang akibat panas, pingsan atau dapat mempercepat kelelahan kerja.
Untuk mengukur tekanan panas dapat dilakukan dengan menggunakan “ heat stress
aparatuss “, sebagaimana yang ditunjukkan gambar dibawah ini.

Gbr.3. Heat stress aparatus

Setelah diperoleh angka pengukuran, maka kemudian kita bandingkan dengan standar
yang tertera dalam lampiran I Kepmenaker No. Kep. 51/Men/1999.
Cara mengatasi tekanan panas yang berlebihan, dapat dilakukan dengen metode
engineering control, sebagai contoh ; dengan cara memperbaiki sistem ventilasi,
tetapi manakala masih kurang berhasil maka perlu dilakukan pengaturan waktu
pemajanan dengan cara rotasi dsb.
Berikut ini ditunjukkan beberapa sket sistem ventilasi alam dan ventilasi buatan yang
dapat dipilih untuk diterapkan dalam upaya mengurangi tekanan panas di ruangan
tempat kerja.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 8


Gbr. 4. Beberapa contoh sistem ventilasi
3. Getaran
Di perusahaan-perusahaan kadangkala ada pekerja yang lengan atau tangannya
sewaktu mengoperasikan alat kerja bergetar demikian hebat, sebagai contoh
pekerja pengeras jalan, pekerja bagian mesin bor dsb.
Getaran yang memajan tangan/lengan pekerja hingga melebihi batas setiap hari kerja,
dapat mengakibatkan gangguan terhadap tulang sendi serta gangguan syaraf dan
pembuluh darah.
Untuk mengukur getaran tersebut dapat menggunakan “ Human Vibration meter.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 9


Gbr.4. Human Vibration meter

Hasil pengukuran tersebut selanjutnya bandingkan dengan standar sebagaimana tertera


pada lampiran III Kepmenaker No.Kep.51/Men/1988.
Apabila ternyata angka hasil pengukuran lebih besar dari standar yang tertera pada
Lampiran III Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999 ( dalam satuan m/det2 ), maka
perlu dilakukan pengendalian dengan metode engineering control, sebagai misal
penggantian bantalan mesin yang telah terlalu keras, penggantian komponen-
komponen yang sudah terlalu longgar karene spelingnya sudah terlalu lebar,
mengencangkan baut-baut yang telah longgar dsb.
Tetapi seandainya ternyata hanya sedikit berhasil menurunkan getaran namun getaran
yang memajan lengan/tangan pekerja masih melebihi batas maka metode yang
disarankan dilakukan adalah dengan mengurangi waktu jam pemajanan dengan cara
rotasi.

4. Radiasi sinar UV
Di tempat tempat kerja yang menggunakan dapur pembakar, tanur peleburan logam
atau terdapat pengelasan dengan busur listrik akan terjadi pemajanan radiasi UV
terhadap para pekerja yang berada didekatnya. Radiasi UV yang memajan melebihi
batas pada seseroang pekerja akan dapat mengakibatkan radang selaput mata
( conjunctivitis photoclectrtica ).
Untuk mengetahui secara pasti berapa mW/cm2 radiasi UV yang memajan pekerja,
maka perlu dilakukan pengukuran dengan UV Radiometer sebagaimana ditunjukkan
gambar di bawah ini.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 10


Gbr.6. UV Radiometer

Hasil pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dengan lampiran IV Kemenaker


No.Kep.51/Men/1999. Jika hasil pengkuran lebih besar dari yang diperkenankan
maka pengurus perlu melakukan pengendalian berupa metode engineering control ,
sebagai contoh ; pemasangan shielding atau pengaturan distance, tetapi kalau belum
berhasil maka disarankan untuk menerapkan metode administration control berupa
pengaturan waktu pemajanan jika memungkinkan, tetapi kalau belum berhasil juga
maka pengurus wajib menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja yang
bersangkutan yaitu shield face atau kacamata gelap dan apron dari kulit.

B. PENERANGAN DI TEMPAT KERJA


Pada tempat-tempat kerja yang penerangannya tidak memenuhi syarat dapat
mengakibatkan kelelahan pada mata pekerja, kecelakaan kerja dan berdampak negatif
terhadap performancenya dan produktivitas kerja.
Kriteria penerangan yang memenuhi syarat ; tidak berkedip, tidak menyilaukan,tidak
berasap , tidak menimbulkan panas yang berlebihan , tidak menimbulkan bayangan
kontras, Pencahayaannya merata dan intensitas pencahayaannya cukup.
Untuk mengukur intensitas penerangan dapat menggunakan “ Lux meter “

Gbr. 7. Lux meter


Selanjutnya intensitas penerangan hasil pengukuran dari masing-masing titik pengukuran
dilakukan pencatatan dan dibandingkan dengan intensitas penerangan minimal yang harus

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 11


dipenuhi di tempat kerja sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan sebagaimana yang telah
ditetapkan pada PMP No.7 Tahun 1964.
Apabila ternyata intensitas hasil pengukuran lebih kecil dari intensitas penerangan hasil
pengukuran, maka penerangan di tempat kerja tersebut perlu dilakukan perbaikan melalui
cara menambah jumlah lampu, mengganti lampu dengan lampu yang lumennya lebih
besar dan memperluas jendela.

C FAKTOR KIMIA DIUDARA LINGKUNGAN KERJA


1. Debu di udara lingkungan kerja
Konsentrasi debu yang melebihi batas diudara lingkungan kerja juga dapat
mengakibatkan penyakit akibat kerja apabila tidak dilakukan pengendaliannya secara
tepat.
Untuk mengetahui secara pasti berapa mg/m3 konsentrasi debu diudara lingkungan
kerja , perlu dilakukan pengambilan sampel debu tersebut dengan menggunakan dust
sampler dan selanjutnya hasil sampling diuji di laboratorium dengan analitic balance
dsb.

Gbr. 8. Dust sampler

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 12


Gbr. 9. Analitic balance

Angka yang diperoleh dari hasil penimbangan tersebut selanjutnya dibandingkan


dengan angka NAB yang tertera dalam lampiran Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
No.SE.01/Men/1997 , sesuai jenis debu yang bersangkutan.
Apabila ternyata angka hasil pengukuran lebih besar dari NAB yang tercantum dalam
Surat Edaran tersebut diatas maka berarti telah melebihi NAB dan perlu dilakukan
pengendaliannya.

Apabila substitusi bahan kecil kemungkinannya untuk dilakukan, maka setelah


diketahui sumber pencemarnya, metode pengendalian pada tahap awal yang perlu
dilakukan adalah metode engineering control, sebagai contoh pemasangan dust
collector, Cyclone dan sebagainya tentu yang sesuai dengan kondisi tempat kerja,
sumbernya serta jenis debunya.

Apabila masih kurang berhasil karena setelah dilakukan pengukuran kembali ternyata
masih melebihi NAB, maka perusahaan wajib menyediakan masker yang sesuai bagi
para pekerja yang bersangkutan.
1. Gas di udara lingkungan kerja
Pada perusahaan-perusahaan tertentu, berhubung karena menggunnakan bahan kimia
tertentu, atau proses tertentu maka di udara lingkungan kerjanya mengandung gas-
gas tertentu yang apabila melebihi nilai ambang batas akan dapat berdampak negatif
terhadap kesehatan pekerja.

Untuk mengukur konsentrasi gas berbahaya di udara lingkungan kerja dapat


menggunakan “ gas monitor “. Untuk gas-gas tertentu harus dilakukan sampling
dengan menggunakan impinger dan selanjutnya dilakukan pengujiannya di
laboratorium.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 13


Gbr. 10. Gas monitor

Hasil pengujian selanjutnya dibandingkan dengan NAB yang tertera pada Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang NAB faktor kimia diudara
lingkungan kerja , apabila hasil pengukuran lebih besar maka berarti melebihi NAB.
Pengendalian yang perlu dilakukan kemudian adalah apabila substitusi atau eliminasi
tidak mungkin bisa dilakukan yaitu dengan metode engineering control sebagai contoh
pemasangan exhausfan dan pengendalian yang terakhir adalah pemakaian respirator
yang sesuai.

D. K3 PADA PENGGUNAAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA


1. Jenis bahan kimia
Jenis-jenis bahan kimia di tempat kerja dan berapa Ton atau Kg Nilai ambang
kuantitasnya ( NAK ), sebagaimana yang tertera dalam Lampiran Kepmenaker
No.Kep.187/Men/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat
kerja.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 14


Bahan kimia berbahaya mempunyai sifat ; ada yang mudah meledak, mudah menyala
atau terbakar, oksidator, racun, karsinogenik, iritasi, sensitivitas, teratogenik,
mutagenik atau korosif. Cara bahan kimia masuk ke dalam tubuh ( route of entry )
dapat melalui pernapasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit.

2. Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan


Pengaruh negatif bahan kimia terhadap kesehatan yaitu dapat terjadi
iritasi,menimbulkan alergi, menyebabkan sulit bernafas menimbulkan keracunan
sistemik, menyebabkan kanker , menyebabkan kerusakan / kelainan janin ,
menyebabkan pneomokoniosis atau efek bius.

3. Persyaratan K3 berupa lembar /Dokumen tertulis.


Apabila di perusahaan menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi bahan
kimia di tempat kerja, maka pengusaha wajib melakukan menyediakan lembar-
lembar tertulis sbb ;

a. Lembar data keselamatan kerja bahan ( LDKB), meliputi keterangan sbb ;


1). identitas bahan dan perusahaan.
2). komposisi bahan
3). identitas bahaya
4). tindakan P3K
5). tindakan penanggulangan kebakaran
6). tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
7). penyimpanan dan penanganan bahan.
8). pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
9). sifat fisika dan kimia.
10).stabilitas dan reaktifitas bahan.
11).informasi toksikologi.
12).informasi ekologi.
13).pembuangan limbah.
14).pengangkutan bahan.
15).informasi peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
16).informasi lain yang diperlukan.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 15


b. label harus diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja dan
Pengawas Ketenagakerjaan, yang isinya meliputi keterangan sebagai berikut ;
1). nama produk
2). Identitas bahaya
3). tanda bahaya dan artinya
4). uraian risiko dan penanggulangannya.
5). Uraian risiko dan penanggulangannya.
6). Tindakan pencegahan.
7). Instruksi dalam hal terkena dan terpapar.
8). Instruksi kebakaran.
9). Instruksi tumpahan dan bocoran.
10). Instruksi pengisian dan penyimpanan.
11). referensi.
12). nama, alamat dan nomor telpon pabrik pembuat dan atau distributor.

Berikut ini contoh klasifikasi dari bahan kimia dan simbol bahaya yang sesuai yang
dipakai di negara Masyarakat Eropa.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 16


Gbr.7. Contoh klasifikasi dari bahan kimia dan
simbol bahaya

c. Pengurus wajib menyampaikan daftar nama, sifat dan kuantitas bahan kimia di
tempat kerja ke Disnaker setempat guna penetapan kategori potensi bahaya
perusahaan atau industri yang bersangkutan.

d. Perusahaan yang dikategorikan mempunyai bahaya besar wajib membuat


dokumen pengendalian bahaya besar dan disampaikan ke Disnaker setempat
untuk diteliti dan disetujui sebagai acuan pengawasan pelaksanaan K3 di tempat
kerja. Dokumen tersebut sekurang-kurangnya memuat ;
1). Identitas bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.
2). kegiatan teknis , rancang bangun , konstruksi, pemilihan bahan kimia serta
pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.
3). kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja.
4). Prosedur kerja aman.

4. Petugas K3 dan Ahli K3 Kimia.


a. Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan
melebihi NAK wajib memiliki petugas K3 Kimia sekurang-kurangnya 2 orang
apabila sistem kerja non shift dan sekurang-kurangnya 5 orang apabila sistem
kerja shift. Selain itu harus memiliki sekurang-kurangnya ahli K3 kimia.

b. Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya < NAK
wajib memiliki petugas K3 kimia sekurang-kurangnya 1 orang apabila sistem
kerja non shift dan sekurang-kurangnya 3 orang apabila sistem kerja shift.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 17


5. Pemeriksaan dan pengujian faktor kimia di tempat kerja
a). Perusahaan yang dikatagorikan mempunyai bahaya besar wajib melakukan
pemeriksaan dan pengujian faktor kimia di tempat kerja sekurang-kurangnya 6
bulan sekali.
b). Perusahaan yang dikatagorikan mempunyai bahaya menengah wajib
melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia di tempat kerja sekurang-
kurangnya sekali setahun.

Pemeriksaan dan Pengujian fakor kimia tersebut dapat dilakukan oleh PJK3 atau
instansi yang berwenang, yang kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam
melakukan pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

6. Pemeriksaan dan pengujian instalasi di tempat kerja


a). Perusahaan yang dikatagorikan mempunyai bahaya besar wajib melakukan
pemeriksaan dan pengujian instalasi di tempat kerja sekurang-kurangnya 2 tahun
sekali.
b). Perusahaan yang dikatagorikan mempunyai bahaya menengah wajib melakukan
pemeriksaan dan pengujian instalasi di tempat kerja sekurang-kurangnya 3
tahun sekali.

Pemeriksaan dan pengujian instalasi tersebut dapat dilakukan oleh PJK3 atau instansi
yang berwenang, yang kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan
pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

7. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja


Perusahaan yang dikatagorikan mempunyai bahaya besar atau bahaya menengah
wajib melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sekurang-kurangnya satu
tahun sekali.

E. K3 PADA PENGGUNAAN BAHAN KIMIA KHUSUSNYA PESTISIDA

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 18


1. Yang dimaksud dengan pestisida
Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk ;
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman /
bagian-bagian tanaman dan hasil-hasil tanaman.
b. Memberantas rerumputan.
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
d. Mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
tidak termasuk pupuk, hewan piaraan dan ternak.
e. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
f. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah dan air.

2. Izin menggunakan pestisida


Setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan pestisida yang tidak didaftar
dan atau memperoleh izin Menteri pertanian.
Izin sementara atau izin percobaan diberikan untuk jangka waktu satu tahun,
sedangkan izin tetap diberikan untuk jangka waktu lima tahun dan dalam jangka
waktu itu dapat ditinjau kembali atau dicabut apabila dianggap perlu karena
pengaruh samping yang tidak diinginkan.
2. Team antar Departemen / Instansi
Peredaran dan penyimpanan pestisida diatur oleh Menteri Perdagangan atas usul
Menteri Pertanian. Hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung
menyangkut keselamatan dan kesehatan manusia diatur oleh Menteri Kesehatan dan
Menteri Tenaga Kerja sesuai dengan bidang dan wewenang masing-masing.

Pemeriksaan konstruksi ruang penyimpanan, cara penyimpanan, keselamatan dan


kesehatan kerja, pembukuan, pengeluaran, mutu label, pembungkus dan residu
menjadi wewenang setiap pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian untuk
melaksanakan tugas tersebut.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 19


Dari ketentuan tersebut maka didaerah kita kenal Pengawas Pestisida yang dimana
Kartu Pengawas tersebut dikeluarkan oleh Menteri Pertanian. Pengawas pestisida
ini ada yang berada di Deptan, Depnaker,dan Depkes.

4. Tenaga Kerja yang dipekerjakan pengelola pestisida


Tenaga kerja yang boleh dipekerjakan mengelola pestisida harus memenuhi syarat-
syarat sbb ;
a. telah berumur 18 tahun keatas.
b. Telah menjalani pemeriksaan kesehatan dokter pemeriksa.
c. Telah mendapat penjelasan serta latihan mengenai cara pengelolaan
pestisida ,serta pengetahuan tentang bahaya-bahaya pencegahannya dan cara
pemberian P3K apabila terjadi keracunan.

Selanjutnya kepada tenaga kerja yang dipekerjakan mengelola pestisida, perlu


diberikan pemahaman sbb ;
a. tidak boleh mengalami pemaparan lebih dari 5 jam sehari dan 30 jam seminggu.
b. Memakai APD yang terdiri dari ; pakaian kerja. sepatu laras tinggi, sarung
tangan ( jenis water proff ), kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan
c. Dalam menyemprotkan pestisida tidak boleh menggunakan pestisida dalam
bentuk debu.

Jangan sampai ada tenaga kerja yang akan melakukan pengelolan pestisida apabila ;
a. Dalam keadaan mabuk
b. Mempunyai kekurangan - kekurangan lain baik fisik maupun mental yang
mungkin dapat membahayakan.
c. Terdapat luka atau mempunyai penyakit kulit pada anggota badan yang
kemungkinan dapat terkena oleh pestisida kecuali apabila dapat dilakukan
tindakan perlindungan.
d. Wanita hamil dan menyusui.

5. Penyediaan fasilitas oleh Pengurus


Pengurus harus menyediakan fasilitas kepada tenaga kerja yang mengelola pestisida
, yaitu meliputi ;

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 20


a. fasilitas untuk merawat, mencuci serta binatu pakaian kerja.
b. Alat pelindung diri.
c. Tempat penyimpanan pakaian kerja dan APD yang terpisah dari tempat
penyimpanan pakaian sehari-hari.
d. Air, sabun, handuk dan tempat mandi.
e. fasilitas untuk makan dan minum yang letaknya aman.
f. fasilitas pelayanan kesehatan kerja.

6. Peralatan
a. Semua peralatan yang digunakan untuk mengelola pestisida harus memenuhi
persyaratan K3. Apabila akan dilakukan perbaikan harus dibersihkan pada
tempat khusus sehingga peralatan tersebut bebas dari pestisida.
b. Alat - alat yang dipergunakan untuk mempersiapkan, memakai dan mencampur
pestisida tidak boleh dipakai untuk keperluan lain dan diberi tanda yang jelas
untuk membedakannya.

7. Pencampuran pestisida
a. Persiapan dan pencampuran pestisida harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
kontaminasi terhadap tenaga kerja dapat dihindarkan.
b. Selama pencampuran pestisida tidak boleh ditinggalkan dan harus selalu ada
petugas yang mengawasi.

8. Wadah pestisida
a. Wadah pestisida harus kuat, tidak mudah pecah, bocor, robek atau bereaksi
dengan isinya dan selalu dalam keadaan tertutup rapat.
b. Wadah pestisida harus diberi label yang mencantumkan keterangan-keterangan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangn yang beraku.
c. Wadah pestisida yang sudah kosong harus segera dimusnakan atau dibersihkan
dengan cara aman sesuai bentuk dan sifat pestisida.
d. Pemusnahan wadah pestisida harus dilakukan dengan cara yang tidak
membahayakan tenaga kerja dan lingkungan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

9. Kebersihan dan kesehatan tempat kerja

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 21


a. Tempat kerja harus selalu bersih, bebas dari ceceran bahan pestisida maupun
bahan kimia berbahaya lainnya.
b. Kadar pestisida di tempat kerja tidak boleh melebihi NAB.
c. Pada tempat mengelola pestisida harus dipasang deteksi dan alarm, ventilasi, dan
instalasi pemadam kebakaran.
d. Proses produksi harus dilakukan secara tertutup dan tidak terjamin tidak bocor.

6. Gudang penyimpanan
Gudang tempat penyimpanan pestisida harus memenuhi syarat sebagai berikut ;
a. Lokasi gudang harus terpisah dari aktifitas umum dan tidak terkena banjir dan
lantai gudang harus miring.
b. Dinding dan latai gudang harus kuat dan mudah dibersihkan.
c. Pintu ditutup rapat dan diberi tanda peringatan atau tulisan atau gambar.
d. Selalu dikunci apabila tidak ada kegiatan.
e. Tidak boleh disimpan bersama-sama bahan-bahan lain.
f. Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup dan suhu memenuhi ketentuan yang
berlaku.
g. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran sesuai kebutuhan yang berlaku.
h. Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan yang berlaku terhadap
kemungkinan bahaya peledakan.

10. Limbah
a. Pemusnahan pestisida harus dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan
tenaga kerja dan lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kemudian
Pengurus harus menyampaikan berita acara pemusnahan pestisida ke Disnaker.
b. Air limbah yang akan dibuang dari tepat kerja harus ;
1). Memenuhi ketentuan yang berlaku.
2). Diawasi terus menerus , sehingga dapat dijamin bahwa setiap saat diketahui
mutu air yang akan dibuang.

11. Kode, tanda-tanda peringatan dan gambar APD


a. Setiap bahan harus dilakukan secara umum diberi kode secara jelas sehingga
mudah dibedakan dengan bahan-bahan yang lain.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 22


b. Pada tempat - tempat kerja harus dipasang tanda - tanda peringatan tentang
bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan dengan cara yang sederhana dan mudah
dimengerti serta jelas dan mudah dibaca.
c. Pada tempat kerja tertentu harus dipasang gambar APD yang wajib dipakai.

12. Pemeriksaan kesehatan


Tenaga kerja dimana terdapat pestisida harus ;
a. mendapatkan pemeriksaan kesehatan berkala satu kali dalam setahun.
b. mendaparkan pemeriksaan khusus sekurang - kurangnya 1(satu) kali dalam enam
bulan, dilakukan sesuai dengan jenis pestisida yang digunakan.

F. K3 PADA PEMAKAIAN ASBES

1. Potensi bahaya debu asbes


Industri asbes ada di beberapa tempat di Indonesia dan pemakaiannya semakin meluas
dalam pembangunan fisik saat ini.
Asbes adalah serat yang belum terikat oleh semen atau bahan lain dan merupakan
bahan pembangunan dan bahan pembuat alat. Debu asbes yang terkandung diudara
lingkungan kerja dapat membahayakan pekerja, terutama terhadap orang yang
secara langsung terlibat dalam proses produksi yang mengunakan bahan asbes
tersebut.
Dari beberapa referensi, apabila debu asbes terhirup kedalam para-paru pekerja maka
dapat menimbulkan penyakit yang disebut asbestosis.

2. Ketentuan yang bersifat administratif


Pengurus dari perusahaan pengguna asbes wajib memberitahukan secara tertulis
kepada Kepala Disnaker setempat , dengan menjelaskan proses produksi, jenis asbes
yang dipakai , barang jadi dan kegiatan-kegiatannya selambat-lambatnya 14 hari
sebelum dimulai.
Pengurus juga wajib memberikan sebuah buku petunjuk yang secara teperinci
menjelaskan mengenai bahaya-bahayan yang berhubungan dengan asbes dan cara-
cara pengendaliannya.
Selain itu, pengurus wajib memberikan penerangan atau informasi yang diminta oleh
Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang mengadakan inspeksi ke perusahaan ybs.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 23


3. Pengendalian asbes di tempat kerja
Pengurus wajib melakukan pengendalian terhadap debu asbes yang terkandung di
udara lingkungan kerja antara lain minimal 3 bulan sekali melakukan pengukuran
konsentrasi debu asbes di udara lingkungan kerja. Untuk pengukuran tersebut
perusahaan dapat bekerja sama dengan Balai K3/ Balai Hyperkes atau PJK3 atau
Laboratorium lainnya yang telah mendapat Surat Keterangan Penunjukan
/Pengesahan dari Menteri Tenaga Kerja.

4. Alat Pelindung Diri ( APD )


Menurut UU No.1 Tahun 1970, menjadi kewajiban pengurus untuk menyediakan APD
dan menjadi kewajiban pekerja untuk memakai APD yang diharuskan.
Apabila dari hasil pengukuran menjunjukkan bahwa konsentrasi debu asbes di udara
lingkungan kerja ternyata telah melebihi NAB, maka pengurus wajib menyediakan
respirator khusus APD khusus lainnya, dan pekerja wajib memakaianya.
APD dan pakaian kerja yang telah dipakai pekerja yang berhubungan dengan asbes
tersebut dilarang dipakai oleh pekerja yang lain kecuali sudah dibersihkan.
Apabila APD terjadi kerusakan pekerja wajib segera melaporkan kepada pengurus
guna tindak lanjutnya.
Pakaian-pakaian kerja yang telah dipakai itu harus dibersihkan dan disimpan di locker
pekerja masing-masing yang terdapat di ruang ganti pakaian.
Pembersihan pakaian kerja hendaknya dilakukan di tempat kerja, namun apabila
dilakukan ke tukang binatu maka pakaian kerja yang dikirim ke binatu harus
dibasahi terlebih dahulu dengan dimasukkan ke tempat yang kedap air disertai label
“pakaian mengandung asbes“.

5. Sistem ventilasi
Untuk mengurangi konsentrasi debu asbes di udara lingkungan kerja setiap ruang
kerja wajib dipasang ventilasi yang sesuai agar debu asbes yang terkandung di udara
lingkungan kerja berada dibawah NAB.
Alat ventilasi tersebut harus selalu dihidupkan pada waktu proses produksi berjalan
dan dilakukan perawatan sebagaimana mestinya agar terus dapat berfungsi dengan
baik dan dilakukan pemeriksaan minimal sekali setiap 3 bulan dan hasil pemeriksaan
tersebut dicatat dan disimpan untuk waktu minimal 3 tahun.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 24


6. Kebersihan Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja pada perusahaan pemakai produksi atau pemakai asbes wajib
memperhatikan agar kebersihan di tempat-tempat selalu terpelihara, meliputi sbb ;
a. Kantong-kantong dust colector yang telah penuh dengan debu-debu asbes harus
ditempatkan pada tempat yang tertutup untuk menghindari penyebaran debu
asbes.
b. Pembungkus atau kantong yang digunakan untuk tempat asbes harus tidak dapat
ditembus debu asbes, dan pembungkus atau kantong asbes yang telah digunakan
harus dibuang sedemian rupa sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.
c. Semua wadah yang mengandung asbes atau samoah asbes harus diberi tanda
dengan tulisan Bahan asbes tidak boleh dihirup “kecuali yang telah terikat
dengan semen atau dengan bahan lainnya.
d. Sampah asbes harus dibuang dengan jalan menyebarkan secara merata di tanah
kemudian di timbun tanah paling sedikit setebal 25 Cm atau dengan cara lain
yang dibenarkan.
e. Mesin-mesin atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus
diusahan selalu bersih dan bebas dari akumulasi debu asbes.

7. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja


Pekerja yang menangani asbes harus diperiksa kesehatannya kepada dokter yang
berwenang minimal sekali setiap tahun. Termasuk pemeriksaan paru dengan X-Ray,
pengujian kimia dan test fungsi paru-paru.
Pengurus wajib menyampaikan laporan hasil pemeriksaan tersebut kepada Kepala
Disnaker setempat paling lambat 2 bulan sesudah dilakukan pemeriksaan tersebut.
Dokter pemeriksa wajib segera memberikan laporan atas hasil pemeriksaan dan
menyebutkan nama-nama pekerja yang terkena penyakit akibat pemakaian asbes
disertai petunjuk tindakan lebih lanjut untuk kesehatannya kepada pengurus guna
tindak lanjutnya.

G. CONFINED SPACES

1. Potensi bahaya pada confied spaces

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 25


Seperti yang telah diketahui bersama, ruang terbatas (confides space) mempunyai
risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja di dalamnya. Disana
terkandung beberapa sumber bahaya baik yang berasal dari bahan kimia yang
mengandung racun atau mudah terbakar dalam bentuk padatan, cairan, gas, uap,
asap, debu dan sebagainya.

Selain itu masih terdapat beberapa bahaya lainnya seperti ; terjadinya ofyigen
defisiensi, atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan, suhu yang extrem,
kebisingan, terjatuh, kejatuhan benda keras dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

2. Beberapa contoh Confined space dan kegiatan


Di lapangan banyak kita temua pekerjaan yang membutuhkan masuknya sebagian
ataupun seluruh anggota badan ke dalam ruang terbatas. Confined space ini pada
umumnya tidak dirancang sebagai tempat kerja normal/biasa dan memiliki area
berbahaya untuk masuk kedalamnya, misalnya antara lain ; Bejana tekan, Ketel Uap,
Bejana Uap, Pengap, Tangki timbun Jaringan perpipaan, Silo, dsb.
Macam-macam pekerjaan yang menyebabkan pekerja masuk ke dalam ruang terbatas
tersebut antara lain ; pencucian( cleaning), perawatan, inspeksi, perbaikan,
modifikasi, pelapisan ( cloating) tindakan penyelamatan serta jenis pekerjaan lainnya
sehingga orang yang masuk serta harus dilengkapi dengan izin masuk ruang terbatas.

2. Pembagian tugas bagi Personil


Untuk dapat dilaksanakan pekerjaan dalam ruang terbatas, pengurus perusahaan
harus menunjuk orang-orang yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas
yang mengandung risiko tersebut yaitu ;

a. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( AK3)


AK3 dimaksud harus memiliki otoritas dalam penandatanganan izin masuk ruang
terbatas, dari sisi K3 nya berhak melarang / menyetop pekerjaan yang sedang
berlangsung apabila diketemukan indikasi tidak aman dalam ruang terbatas
tersebut walaupun izin masuk telah diterbitkan sebelumnya.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 26


Izin masuk tertulis tersebut dapat ditandatangani setelah dilakukan pemeriksaan
oleh penilik area, Ahli K3 serta representatip entrance yang akan masuk ruang
terbatas itu.
Ada beberapa jenis izin masuk ruang terbatas ,tergantung dari jenis kegiatan
yang akan dilakukan dalam ruang terbatas tersebut, yaitu ;
1). Izin pekerjaan yang tidak menimbulkan api/cold work permit.
2). Izin masuk ruang terbatas confined space entry.
3). Izin pekerjaan panas ( hot work permit ).
4). Izin pemutusan aliran listrik (electrical clearance )
5). Izin pemakaian X –ray atau gamma-ray.

b. Man hole man


Man hole man dimaksud harus yang sudah memiliki kompetensi khusus tentang
bekerja di ruang terbatas. Mereka bertugas khusus menjaga lobang masuk/
keluar selama ada pekerja melakukan kegiatan dalam ruang terbatas tersebut,
dimana tugas utamanya adalah ;
1). Melarang setiap orang masuk dalam ruang terbatas sebelum surat izin masuk
dikeluarkan.
2). Meyakinkan bahwa izin masuk sudah berjalan sesuai dengan prosedur serta
memperhatikan ketentuan khusus yang tercantum dalam izin masuk
tersebut.
3). Mencatat setiap orang yang akan masuk ruang terbatas beserta peralatan yang
dibawa masuk meyakinkan tidak ada orang/barang yang tertinggal ketika
keluar kecuali yang memang harus dipasang di dalam.
4). Melakukan komunikasi yang efektif dengan petugas yang masuk selama
mereka bekerja di dalam.
5). Siap minta bantuan kepada pihak lain bila dierlukan termasuk panggilan
emergensy baik itu terjadi di dalam mauun berasal dari luar ruang terbatas.
6). Selama ada orang di dalam ruang terbatas, petugas man hole tidak boleh
meninggalkan tugasnya, kecuali ada yang menggantikan, nama pengganti
juga harus dituliskan dalam surat izin masuk.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 27


d. Petugas utama
Petugas utama ( Entrance) adalah pekerja yang akan masuk untuk melakukan
aktivitas di dalam ruang terbatas, petugas ini harus memiliki pengetahuan khusus
tentang ruang terbatas antara lain mengenai ; bahaya dan sumbernya yang
mungkin bisa terjadi serta mengerti cara-cara menyelamatkan diri maupun minta
pertolongan apabila ada sumber bahaya yang mengancam kecelamatannya
selama berada di dalam ruang terbatas tersebut. Petugas utama ini bisa Pemilik
area, manager, petugas K3, bagian perawatan , kontraktor dan pekarja lainnya.
Jika seseorang tersebut sebagai entrance, mereka tidak berhak untuk
menandatangani work permit saat itu.

Sistem komunikasi internal untuk menyampaikan informasi pada saat mereka bekerja
baik itu berupa tertulis, bahasa isyarat serta peralatan komunikasi yang lain sangat
dibutuhkan dalam kegiatan ketiga unsur tersebut.

3. Persiapan sebelum pekerjaan dimulai


Persiapan yang perlu dilakukan sebelum di mulainya kegiatan dalam ruang
terbatas ,meliputi sbb ;
a. Pelatihan secara berulang bagi pekerja yang akan diberi izin
masuk.
b. Terpenuhinya syarat kesehatan bagi personil.
c. Pengisolasian guna mengamankan para pekerja di dalam ruang terbatas supaya
terbebas dari sumber-sumber bahaya yang berasal dari instalasi yang masih aktif
terpasang. Log out dan tag out perlu dipasang sedemikian rupa.
d. Identifikasi sumber bahaya berkaitan dengan konsentrasi gas yang berasal dari
luar dan dalam, melalui pengamatan dan pengukuran. Blowing harus dilakukan
untuk menghilangkan uap didalamnya jika dari hasil pengukuran ternya masih
ada uap , gas atau fume didalamnya.
e. Sistem ventilasi / suply oksigen.
f. Penyediaan alat pelindung diri meliputi ; Safety Helmet, Cap lamp, Sweet bend,
Safety hardness, protective cloching, sarung tangan, senter, safety shoes, anti
spark shoes, respiratory, tripot.

1. Selama kegiatan berlangsung

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 28


Selama pekerjaan dalam ruang terbatas berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan
sbb ;
a. Kecukupan oksygen untuk pernafasan selalu terjamin cukup,
dengan sistem ventilasi, exhaust fan dan penyaluran udara.
b. Adalah dilarang untuk menyalurkan oksigen murni karena dapat mengakibatkan
kebakaran ledakan.
c. Bila batas wakti izin bekerja telah habis sedangak pekerjaan di dalam ruang terbatas
belum selesai, dapat diperpanjang abapila yang berwenang telah menyatakan
bahwa keadaan aman untuk periode waktu selanjutnya.
d. Selama itu pula petugas man hole tidak boleh meninggalkan tempat.
e. Semua kegiatan tersebut diatas harus diawasi secara seksama, dan komunikasi
antara petugas jaga dengan orang yang bekerja di dalam ruang terbatas berjalan
dengan baik.

2. Tindakan penyelamatan ( Rescue )


Sebelum kecelakaan kerja terjadi dalam ruang terbatas, persiapan penyelamatan dan
kesediaan peralatan P3K adalah sangat penting sebagai antisipasi yang cepat dan
tepat, namun ini bukan hal yang mudah mengingat confined space pada umumnya
memiliki pintu masuk yang sempit sedangkan jumlah anggota tim penyelamat harus
lebih banyak dari jumlah orang yang bekerja dalam ruang terbatas tsb.
Sumber-sumber yang akan membantu dalam tindakan penyelamatan tersebut antara
lain sbb ;
a. MSDS
b. Petugas dari bagian K3
c. Pemasok peralatan keselamatan
d. Pemasok instrumen / unit pendeteksi gas.
e. Ahli K3 dan institusi K3
f. Pengawas Ketenagakerjaan/K3 Disnaker setempat.
g. Konsultan

H. FAKTOR ERGONOMI, BIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS

1. Faktor Ergonomi

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 29


Penyakit akibat kerja karena faktor ergonomi ( faal kerja ) yaitu penyakit karena cara
kerja yang salah ataupun penggunaan alat-alat kerja yang tidak sesuai dengan kondisi
fisik.
Sikap kerja yang salah dapat menimbulkan gangguan atau cedera pada tulang punggung
maupun sendi-sendi sedangkan penggunaan alat yang tidak sesuai akan menimbulkan
rasa lelah dalam bekereja dan kadang-kadang menimbulkan kelainan pertumbuhan
tulah-tulang sehingga terjadi perubahan bantuk tubuh.

Di dalam PMP No.7 Tahun 1964 diatur bahwa tiap pekerja yang bekerjanya harus
dalam posisi berdiri terus menerus atau jongkok terus-menerus harus disediakan
tempat duduk untuk istirahat duduk pada waktu-waktu terentu.

Dari sudut pandang fisiologis, suatu pekerjaan yang terlalu berat, monoton dan tidak
memenuhi syarat ergonomis, juga akan dapat menimbulkan kecelakaan fisik dan
mental.

2. Faktor Biologis ( Hayati )


Faktor bilologis juga merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan
timbulnya penyakit akibat kerja. Yang termasuk golongan hayati ini meliputi ; kuman-
kuman, virus-virus,jamur/cendawan, cacing, serangga dan tumbuh-tumbuhan yang
berasal dari bahan proses produksi lingkungan kerja, misalnya pada pabrik-pabrik bir
/ roti yang menggunakan proses peragian, pabrik textil yang menggunakan buku
domba dsb.
Penyakit yang timbul dapat merupakan luka gigitan, sengatan, penyakit-penyalit alergie
maupun penyakit infeksi.

3. Faktor psychologis
Penyakit akibat kerja yang disebabkan karena faktor kejiwaan dapat disebebkan oleh
pandangan seseroang terhadap pekerjaannya maupun hubungan kerja dengan orang
lain seperti atasan kelompok kerja atau bawahan, atau pekerjaan yang diluar batas
kemampuannya. Pendangan seseorang terhadap pekerjaan sangat mempengaruhi
jiwanya, misalnya pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan tidak sesuai dengan
cita-citanya, pekerjaan yang membosankan dsb.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 30


I. KEBERSIHAN DAN KESEHATAN TEMPAT KERJA

Perusahaan yang kondisi lingkungan kerjanya demikian bersih , sehat dan nyaman tidak
saja meningkatkan performance perusahaan itu sendiri di depan publik, tetapi pada
umumnya juga merupakan kebanggaan tersendiri serta dapat meningkatkan gairah bekerja
bagi para pekerjanya.
Secara haris besar, kebersihan dan kesehatan tempat kerja secara visual dapat diketahui
melalui beberapa parameter sbb :
a. Cubic space tiap ruang kerja.
b. Ruang gerak untuk setiap pekerja.
c. Penyediaan Jumlah toilet yang cukup dan kebersihannya serta penyediaan air bersih di
dalamnya.
d. Penyediaan wastafel yang cukup dengan penyediaan air bersih
yang memadai.
e. Penyediaan tempat cuci tangan/muka yang bersih dengan penye-
diaan air bersih yang cukup.
f. Tersedia Ruang ganti pakaian yang bersih, luas dan berventilasi serta penerangan baik,
dan locker bagi pekerja yang memang pekerjaannya menuntut harus ganti pakaian
kerja.
g. Ruang istirahat yang berventilasi dan berpenerangan baik bagi pekerja wanita.
h. Bagian bangunan ; meliputi lantai, tangga, dinding, eternit dan atap selalu dalam
keadaan bersih dan rapi.
h. Selokan air dalam keadaan bersih, dan selokan yang melintas di
halaman perusahaan tertutup dengan kisi-kisi besi yang kuat dan rapi.
i. Limbah padat maupun cair dikumpulkan pada tempat pembua-
ngan dengan tanpa menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lingkungan kerja
maupun lingkungan.

J. PEMERIKSAAN RUTIN INTERNAL

Sesuai tugas dan wewenangnya, AK3U di perusahaan dalam rangka upaya mewujudkan
tempat kerja yang bersih sehat dan nyaman maka secara rutin AK3 didampingi oleh
anggota P2K3 lainnya yang berkompeten, perlu melakukan inspeksi internal dalam
rangka upaya perbaikannya.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 31


BAB IV
SOAL LATIHAN

1. Di suatu ruangan produksi di perusahaan saudara bertugas, disitu terdapat 4 orang pekerja
yang semuanya tiap hari kerja bekerja denga beban kerja sedang. Dalam satu hari bekerja
8 jam sehari termasuk jumlah istirahat riil sehari jam. Dari hasil pengukuran pegawai
teknis Balai K3 dilaporkan ISBB = 30O C.
Apakah tekanan panas yang memajan 4 pekerja tersebut telah melebihi NAB ? jelaskan.

2. Salah satu pengendalian tekanan panas di tempat kerja tersebut adalah dengan menerapkan
metode enginneering control. Sebutkan contoh metode engineering control untuk
mengarasi tekanan panas pada soal No. 1 tersebut diatas.

3. Pada ruang Genset di perusahan sudara bekerja terletak jauh dari ruang produksi dan ruang
kantor, sehingga suaranya tidak begitu terdengar. Tetapi kebisingan di dalam ruang
genset tersebut mencapai 910 C, sedangkan operatir Genset bekerja 8 jam sehari.
Selaku AK3 diperusahaan tersebut, apa lanbgkah nyata yang akan saudara ambil untuk
mengatasi kasus tersebut.

4. Pada ruang dapur peleburan logam di perusahaan sudara, dari hasil pengukuran ternyata
sinar UV yang memajan operator dapur tersebut = 0,4 mW/Cm, sedangkan Ia bekerja 8
jam sehari.
Jelaskan, apakah sinar UV yang memajan operator tersebut telah melebihi, dan jika
melebihi NAB apakah isi usulan saudara kepada Ketua PK3 atas saudara.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 32


5. Pada perusahaan saudara bekerja, sedang dilakukan penggalian jalan aspal pada jalan
utama masuk halaman perusahaan karena akan dilakukan pemasangan beberapa tiang
pembatas jalan yang terbuat dari pipa besi. Pekerja tersebut bekerja totalnya 6 jam
perhari, dimana dari hasil pengukuran ternyata getaran yang memajan tangan pekerja
tersebut = 8 m/det2.
Jelaskan, apakah pekerja tersebut telah terpajan getaran melebihi NAB, dan bagaimana
metode pengendaliannya yang efektif dan efisien ?

6. Pada suatu ruang kantor administrasi di tempat saudara bertugas dari hasil pengukuran
pada pagi hari dengan lampu-lampu penerangan yang ada di ruangan tersebut semua
dinyalakan, ternyata intensitas penerangannya = 200 Lux.
Jelaskan, apakah inetensitas penerangannya sudah cukup ? kalau belum apa saran saudara
kepada Ketua PK3 ?

7. Pada suatu ruang produksi pabrik tepung gandum dimana disana terdapat sekitar 10 orang
bekerja tanpa memakai masker, padahal dari hasil pengukuran dilaporkan bahwa
konsentrasi debu gandum di ruangan tersebut = 10 mg/M3.
Jelaskan, apakah konsentrasi debu tersebut telah melebihi NAB, dan jika telah melebihi
NAB , apa isi saran saudara selaku AK3 di perusahaan tersebut kepada Ketua P2K3.

8. Pada pabrik pengolahan karet alam, disana digunakan NH3 ( gas Amonia ) dalam proses
pengolahannya. Dari hasil pengukuran di ruang produksi dimana disana terdapat sekitar
20 orang bekerja, ternyata konsentrasi NH3 di udara lingkungan kerja tersebut = 30
mg/M3.
Jelaskan, apakah telah melebihi NAB dan apa isi saran saudara selaku AK3U di
perusahaan tersebut kepada Ketua P2K3.

9. Sebutkan kewajiban pengurus/perusahaan dibidang K3 apabila perusahaan dimana


saudara bertugas menyimpan Chlorine ( HCL) sebanyak 50 Ton untuk dipakai sendiri, dan
jika stock berkurang separohnya langsung dikirim kembali oleh suplier HCL tsb. dengan
maksud tidak kehabisan stok.
Sebagai AK3U di perusahaan tersebut apa saran saudara kepada pimpinan/Ketua P2K3
dan atau pekerja khususnya berkaitan dengan;
a. Petugas K3 Kimia.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 33


b. AK3 Kimia
c. Pengujian faktor kimia diudara lingkungan kerja dan pemeriksaan-
pengujian instalasi.
d. LDKB dan Label.
e. Pemeriksaan berkala kesehatan tenaga kerja.
f. Alat Peilndung diri.

10.Perusahaaan Perkebunan Kelapa Sawit PT.A memiliki lahan kelapa sawit seluas 20.000
hektar dimana pohonnya sedang berumur 10 tahun sehingga sedang banyak memerlukan
pestisida untuk membasmi pohon liar baik yang berdaun runcin ataupun bulat.
Perusahaan tersebut memilih Gramaxon dan Paracol untuk membasmi tanaman liar
tersebut, dan telah memperoleh Izin pemakaian dari Menteri Pertanian atau pejabat yang
ditunjuknya.
Pestisida disimpan di Gudang yang letaknya 0,8 Km dari Pabrik CPO di area perusahaan
tersebut.

Selaku AK3 di perusahaan tersebut, apa isi saran saudara kepada Ketua PK3 dan atau
pekerja yang bekerja dengan pestisida di perusahaan tersebut, khususnya berkaitan dengan
;
a. K3 yang perlu diperhatikan khususnya di gudang pestisida.
b. Alat pelindung diri pekerja yang bekerja dengan pestisida.
c. Pemusnahan wadah
d. Pakaian kerja penyemprot pekerja yang bekerja dengan pestisida.

11. Di pabrik ban PT.B, memiliki pekerja wanita 50 orang, pekerja pria berjumlah 200
orang, memproduksi ban mobil, ban sepeda motor dan ban sepeda , hanya satu shift
perhari kerja. 20 % dari jumlah pekerja pria bertugas di bagian pekerjaan yang
mengharuskan ganti memakai pakaian kerja (wirpak). Jumlah toilet locker masih
sangat kurang.
Sebagai AK3U di perusahaan tersebut, apa isi usul saudara kepada Ketua P2K3
khususnya mengenai ;
a. Jumlah minimal toilet yang harus disediakan bagi pekerja wanita.
b. Jumlah minimal toilet yang harus disediakan bagi pekerja pria.
c. Jumlah locker yang harus disediakan di ruang ganti pakaian.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 34


12. Di perusahaan tersebut soal No.11, dari hasil pengujian Balai K3 / Balai Hyperkes /
Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Lingkungan Kerja / PJK3 dilaporkan bahwa
pencahayaan di salah satu ruang kantor administrasi masih sangat kurang.
Jelaskan, mestinya minimal berapa lux intensitas pencahayaan di ruang kantor tersebut
dan bagaimana way aoutnya agar intensitasnya cukup.

13. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentanhg asbes dan poyensi bahaya yang diakibatkan
debu asbes.

14. Jelaskan apa yang saudara ketahui dengan confined space dan apa
Potensi bahaya apa yang terkandung didalamnya.

BAB V
PENUTUP

Modul ini dibuat secara singkat dan padat , namun peserta dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran ini, dengan membaca referensi-referensi
lainnya terutama referensi yang tertera pada daftar pustaka modul ini.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 35


Diharapkan para peserta pelatihan AK3U ini mencoba menjawab soal-soal latihan yang ada
pada Bab IV Modul ini, sehingga contens yang ada dalam modul ini semakin dapat dipahami
secara mendalam yang kemudian pengembangannya sesuai kebutuhan tufas dilapangan
sebagaimana batas wewenang AK3U yang tekah diatur dalam peraturan perundang-undangan
K3.

--oo0oo--

DAFTAR PUSTAKA

1. Depnakertrans RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, 2004, Jakarta.

2. Zukmiar Yanri, Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja,


2002, Asean Oshnet, Jakarta.

3. Depnakertrans Himpunan Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Kesehatan


Kerja, 1983, Jakarta.

4. JICA, Material for training Industrial Safety and Health Inspection, 1991, Tokyo.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 36


5. Occuational Healt and Safety Training Center, Material for training Safety Officer, 2002,
Singapore.

6. Yoopat dkk. Heat Stress and Physical Workload , Cergo Internasional,


1999, Thailand.

7. Badan Standarisasi Nasional, Pengukuran Iklim Kerja ( Panas ) dengan parameter Indeks
suhu basah dan bola, 2004, Jakarta.

8. Badan Standarisasi Nasional, Pengukuran percepatan getaran pada tangan, 2004, Jakata.

9. Badan Standarisasi Nasional, Pengukuran radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja, 2004,
Jakarta.

10.Badan Standarisasi Nasional, Pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja, 2004,


Jakarta.

LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Formulir pemeriksaan penerangan, kebersihan dan kesehatan tempat kerja.

2. Formulir pemantauan dan pengendalian faktor fisika di tempat


kerja.

3. Formulir pemantauan dan pengendalian faktor kimia di udara lingkungan kerja.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 37


FORMULIR PEMERIKSAAN PENERANGAN, KEBERSIHAN DAN KESEHATAN
TEMPAT KERJA

A. PENERANGAN DI RUANG / BAGIAN : . . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .
1. Pencahayaan merata : Ya / Tdk
2. Pencahayaan tidak menimbulkan panas yg berlebihan: Ya / Tdk
3. Pencahayaan tidak berkedip-kedip : Ya / Tdk
4. Pencahayaan tidak menimbulkan bayangan kontras : Ya /Tdk
5. Pencahayaan tidak menyilaikan : Ya / Tdk
6. Pencahayaan tidak menimbulkan asap : Ya / Tdk
7. Telah dilakukan dengan Lux Meter : Sudah / belum
8. Dari hasil pengukuran oleh .........................................: ........Lux.
9. Intensitas pencahayaan cukup : Ya / Tidak.

B. CUBIC SPACE DAN RUANG GERAK PEKERJA DI RUANG / BAGIAN ;

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 38


.................................................. ..
1. Cubic ruangan kerja cukup : Ya / Tidak
2. Ruang gerak tiap pekerja cukup : Ya / Tidak

C. PEMENUHAN SYARAT KEBERSIHAN DAN KESEHATAN TEMPAT KERJA


SECARA UMUM.

1. Ruang istirahat bagi pekerja wanita : Tersedia / tidak


2. Ruang ganti pakaian & locker : Tersedia cukup / Tdk
3 Toilet bagi pekerja wanita dan persediaan air bersih : Cukup/Tdk
4.Toilet bagi pekerja pria dan persediaan air bersih : Cukup/Tdk
5.Tempat cuci tangan & muka dan persediaan air bersih : Cukup/Tdk
6. Penampungan sampah tidak menganggu pekerja : Ya / Tdk
7. Penampungan limbah cair tdk mengganggu pekerja : Ya / Tdk
8. Secara umum bangunan perusahaan bersih : Ya / Tdk
9. Selokan di halaman perusahaan sdh ditutup dan aman : Ya / Tdk

...............,.......................
AK3U,
KESIMPULAN :
...........................................................
........................................................... ( .......................)
........................................................... SKP No...........
FORMULIR PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR FISIKA DI
TEMPAT KERJA
Untuk di Ruangan/Bagian : ...................................
======================================================
A. TEKANAN PANAS
1. Sumber panas : .................................................................
2. ISBB dari hasil pengukuran : .........0 C.
3. Pengukuran ISBB dilakukan oleh : ......................................
4. Tanggal pengukuran terakhir : ....................................
5. Jumlah jam pemajanan per hari : ..........Jam
6. Beban kerja Pekerja : Ringan / Sedang / Berat.
7. Metode Pengendalian yang telah dilakukan : .................................

B. KEBISINGAN
1. Sumber keisingan : ......................................................
2. Intensitas hasil pengukuran : ........dBA.
3. Prenguran dilaksanakan oleh : ............................................
4. Tanggal Pengukuran terakhir : ............................................
5. Jumlah Jam pemajanan per hari : .........jam
6. Metode pengendalian yang telah dilakukan : ................................

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 39


C. RADIASI SINAR ULTRA VIOLET
1. Sumber sinar radiasi : ................................................................
2. Hasil pengkuran radiasi sinar UV yang memajan :........mW/Cm2
3. Pengukuran dilaksanakan oleh : .......................
4. Tanggal pengukuran terakhir : ........................
5. Jumlah jam pemajanan per hari : ......jam.
6. Metode pengendalian yang telah dilakukan : ...............................

D. GETARAN PADA TANGAN / LENGEN PEKERJA


1. Sumber getaran : ........................................................................
2. Hasil pengukuran getaran yang memajan : ........m/det2
3. Pengukuran dilaksanakan oleh : .........................
4. Tanggal pengukuran terakhir : .........................
5. Jumlah jam pemajanan perhari : ........Jam
6. Metode pengendalian yang telah dilakukan : ...............................

KESIMPULAN : ................,...........
............................................. AK3U,
.............................................
............................................. (.........................)
SKP No.............

FORMULIR PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR KIMIA


DI UDARA LINGKUNGAN KERJA
Khusus di ruangan / bagian : ........................................

A. DEBU DI UDARA LINGKUNGAN KERJA


1. Jenis Debu : ....................................
2. Kadar debu menurut hasil pengukuran : .........mg/M3.
3. Pengukuran dilaksanakan oleh :..........................
4. Tanggal pengukuran terakhir : .........................
5. Kadar debu yang diperkenankan : .........mg/M3.
6. Metode pengendalian yang telah dilakukan : ..........................
...................................................................................................
...................................................................................................
B. GAS BERBAHAYA DI UDARA LINGKUNGAN KERJA
1. Jenis Gas berbahaya : .................................................
2. Kadar gas berbahaya menurut hasil pengukuran : .........mg/M3.
3. Pengukuran dilaksanakan oleh : .......................
Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 40
4. Tanggal pengukuran terakhir : .......................
3. Kadar gas berbahaya yang di perkenankan : ...........mg/M3
4. Metode pengendalian yang telah dilakukan : .............................
.................................................................................................
.................................................................................................

KESIMPULAN : ..............,...............
.............................................................. AK3U,
..............................................................
.............................................................
.............................................................. (.......................)
SKP No. ............
Catatan : Jika debu atau gas berbahaya yang diukur lebih dari satu macam, maka formulir
ini dapat digandakan sesuai kebutuhan tsb.

Modul Pengawasan K3 Lingkungan | Calon Ahli K3 41

Anda mungkin juga menyukai