Anda di halaman 1dari 48

Kesehatan

Keselamatan
Keamanan Kerja
Lingkungan

Monitoring Kinerja K3
MONITORING KINERJA K3

• Monitoring K3 lingkungan kerja adalah serangkaian kegiatan


pengawasan dari semua tindakan yang dilakukan oleh
pegawai pengawas ketenagakerjaan atas pemenuhan
pelaksanaan peraturan perundang-undang atas objek
pengawasan lingkungan kerja

• Pengukuran kinerja K3 menggunakan metode pengukuran


proaktif dan metode pengukuran reaktif di tempat kerja.

• Prioritas pengukuran kinerja K3 menggunakan metode


pengukuran proaktif dengan tujuan untuk mendorong
peningkatan kinerja K3 dan mengurangi kejadian kecelakaan
kerja di tempat kerja.
Pengukuran Proaktif Kinerja K3 :
1. Penilaian kesesuaian dengan perundang-undangan
dan peraturan
2. Keefektivan hasil inspeksi dan pemantauan kondisi
bahaya
3. Penilaian keefektivan pelatihan K3 dan Penerepannya
4. Pemantauan Budaya K3 di perusahaan
5. Survey tingkat kepuasan penerapan K3
6. Follow up hasil audit SMK3 (rekomendasi maupun
jadwal)
7. Partisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 .
8. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja .
9. Penilaian aktivitas kerja yang berkaitan dengan resiko
k3 Perusahaan.
Pengukuran Reaktif Kinerja K3 :
• Pemantauan kejadian kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK).
• Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja (PAK).
• Tingkat hilangnya jam kerja akibat
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
• Tuntutan tindakan pemenuhan dari
pemerintah.
• Tuntutan tindakan pemenuhan dari pihak ke
tiga yang berhubungan dengan Perusahaan.
TUJUAN MONITORING KINERJA K3

Tujuan monitoring adalah untuk mendapatkan informasi


tentang pelaksanaan program sebagai feedback pelaksana
program K3:
• Melacak perkembangan dari pemenuhan Tujuan K3 dan
peningkatan berkelanjutan.
• Memantau pemenuhan peraturan perundang-undangan
dan persyaratan lainnya berkaitan dengan penerapan K3
• Memantau kejadian kecelakaan kerja dan PAK.
• Menyediakan data untuk evaluasi, perlunya modifikasi
pengendalian
• Menyediakan data untuk mengukur kinerja K3
• Menyediakan data untuk mengevaluasi penerapan SMK3
• Menyediakan data untuk menilai kompetensi personil K3.
MANFAAT MONITORING KINERJA K3

a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan


kerja.
b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat
kecelakaan kerja.
c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif
karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja.
d. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
e. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan
dan perusahaan.
f. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin
baik sehingga membuat umur alat semakin lama.
TEKNIK MONITORING K3

• Penetapan Kebijakan
• Peninjauan Ulang • Perencanaan K3 (HIRADC)
• Perbaikan Berkelanjutan

Monitoring Pelaksanaan
• Pengukuran Kinerja K3 • Aturan Keselamatan
• Pengukuran Lingkungan • Identifikasi Bahaya dan
• Pengukuran Kinerja Pengendaliannya (HIRADC)
• Audit Internal • Work Permit
• Audit External • Safety Patrol
• Safety Campaign
• Pelatihan-pelatihan
ATURAN KESELAMATAN
10 ATURAN KESELAMATAN DI TEMPAT KERJA
1. Tanggung Jawab atas KESELAMATAN ADA DIRI SENDIRI bukan orang
lain
2. Semua Kejadian berbahaya DAPAT DI CEGAH
3. Jangan Mengambil Jalan Pintas, SELALU IKUTI aturan Keselamatan
kerja
4. Gunakan peralatan yang tepat & aplikasikan DENGAN CARA YANG
BENAR
5. Jika tidak terlatih JANGAN DILAKUKAN
6. Sebelum Melakukan Pekerjaan KENALI RISIKONYA
7. JANGAN BERCANDA pada saat bekerja
8. Tata DENGAN RAPI alat-alat, agara mudah dicari saat akan digunakan
9. Selalu gunakan ALAT PELINDUNG DIRI yang sesuai
10. Jangan memakai memakia pakian yang longgar dan alas kaki yang licin
Menerapkan Peraturan dan
Prosedur Keselamatan Kerja
Seven Golden
Rules of Safety
1. Aturan Memasuki Ruang Tertutup (Entry Into Confined Space)
2. Aturan Bekerja Di Ketinggian (Working At Heights)
3. Aturan Keselamatan Transportasi
4. Aturan Pengoperasian Alat Pengangkutan (Lifting Operational)
5. Aturan Pengisolasian Energy (Energy Isolation)
6. Aturan Pekejaan Listrik
7. Aturan Ijin Kerja (Working Permit)
1. Aturan Memasuki Ruang Tertutup (Entry Into
Confined Space)
• Bekerja di Ruang tertutup diperlukan apabila akan memasuki dan
melakukan pekerjaan di ruang terbatas, seperti silo, tanki, atau
saluran tertutup.
• Bahaya bekerja di ruang tertutup:
• Kekurangan Oksigen serta Kualitas udara
• Bahaya kebakaran, kemungkinan adanya ledakan karena
liquid, dan gas
• Bahaya karena bahan kimia
• Bahaya kecelakaan seperti bagian perlatan yang betrtgerak,
terbelit, tergeloncir, atau jatuh
• Pergeseran atau jatuhnya alat berat
• Radiasi, bahaya biologis, dll
1. Aturan Memasuki Ruang Tertutup (Entry Into
Confined Space)
Persyaratan dan Langkah-Langkah yang harus dilakukan
adalah :
1. Pekerjaan benar-benar penting dan tidak bisa dengan
cara lain
2. Semua sumber energi yang dapat mempengaruhi
ruangan harus di isolasi
3. Pekerja yang terlibat harus kopeten
4. Dilakukan inspeksi dan pengetesan berkala
5. Ada Ijin dan sertifikat dari pihak yang bertanggung
jawab
6. Menginformasikan karyawan terkait izin kerja yang
diperlukan (Work Permit) .
7. Area Masuk dan keluar di jaga ketat
2. Aturan Bekerja Di Ketinggian (Working At
Heights)
 Bekerja di ketinggian lebih dari 1,8 m dari atas permukaan
mempunyai resiko jatuh dengan cedera parah.
 Berdasarkan penelitian di Amerika, tahun 1995 jatuh dari
ketinggian merupakan penyebab kematian paling besar pada
pekerjaan konstruksi ( + 41 % ):
o Rata-rata 17 orang pekerja meninggal per hari.
o Satu dari setiap 10 pekerja meninggal karena jatuh.
o Satu dari 11 pekerja meninggal karena kejatuhan material /
benda.
 Dari 744 kecelakaan yang diteliti, 74 korban mengenakan
Safety Belt, akan tetapi 75% dari korban tersebut tidak
mengaitkannya dengan benar.
BEKERJA DI KETINGGIAN LEBIH DARI 1,8 METER
1. Platform Permanen Yang Dilengkapi Dengan Pagar
(Guardrail) Dan Sudah Diuji Oleh Petugas Yang Kompeten.

2. Menggunakan Alat Penahan Jatuh Yang Dapat Menopang


Setidaknya Kg Beban Tetap Per Orang Dan Memiliki :

 Anchor / Kaitan Yang Memadai.


 Full Body Harness Dengan Menggunakan Dobel Latch
Dilengkapi Snap Hook Kunci Otomatis Di Setiap
Koneksi.
 Lanyard Fiber Sintetis & Peredam Kejut.
3. Alat Penahan Jatuh Dengan Batas Jatuh Bebas Sampai 1,8 M

4. Dilakukan Inspeksi Visual Terhadap Alat Penahan Jatuh.

5. Pekerja Yang Terlatih Atau Kompeten Untuk Melakukan


Pekerjaan Di Ketinggian.
PERENCANAAN KERJA DI KETINGGIAN
1. Evaluasi Tempat Kerja.

2. Identifikasi Bahaya-bahaya Jatuh Dari Ketinggian Yang


Mungkin Terjadi Dan Siapa Saja Yang Akan Terkena
Bahaya-bahaya Tersebut.  Job Safety Analysis

3. Evaluasi Proses Kerja Yang Akan Dilakukan Serta


Kebutuhan Lain Yang Diperlukan Untuk
Menyelesaikan Pekerjaan.

4. Menentukan Metode Pelindung Jatuh Dari Ketinggian


Yang Akan Digunakan Untuk Setiap Bahaya Yang
Teridentifikasi.

5. Pelatihan Untuk Para Pekerja Sebelum Mulai Bekerja.


3. Aturan Keselamatan Transportasi
Aturan Keselamatan Transportasi

Regulasi Mengenai Keselamatan Trnasportasi :


 UU No.14 Th 1992 tentang lalu lintas dan angkutan umum
 PP No. 44 Th. 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi
 Keppres 105 Th. 1999 tentang Komite Nasional
Keselamatan Trnasportasi
 PP No. 42 Th. 1993 Tentang Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor
 Kepmen 555 tahun 1995 tentang Keselamatan dan
kesehatan kerja Pertambangan umum
4. Aturan Pengoperasian Alat Pengangkutan
(Lifting Operational)
DASAR HUKUM:
Aturan Pengoperasian Alat Pengangkutan
(Lifting Operational)
Alat Angkat.
Aturan Pengoperasian Alat Pengangkutan
(Lifting Operational)
Aturan Pengoperasian Alat Pengangkutan
(Lifting Operational)
Aturan Pengoperasian Alat Pengangkutan
(Lifting Operational)
PERATURAN KESELAMATAN UNTUK
OPERATOR PERALATAN

• Hanya Orang yang berwenang yang berhak mengoperasikan alat berat (Telah Mendapakan Pelatihan
Keahlian dan Bersertifikat Licensi sesuai jenis Alatnya

• Operator harus mengetahui dan memahami keterbatasan mesin. Mereka harus mengikuti prosedur
operasi yang selamat, menggunakan fitur keselamatan, dan memperhatikan peringatan produsen,
sesuai petunjuk penggunaan, pemeriksaan (inspeksi) dan pemeliharaan sebagaimana mestinya

• Operator harus memberitahu supervisor mereka Ketika unfit (sakit, Lelah, atau minum obat yang
dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengoperasikan mesin dengan aman)
5. Aturan Pengisolasian Energy (Energy
Isolation)
STANDARD KESELAMATAN ISOLASI ENERGI
• Isolasi energi adalah pengendalian energi untuk
memastikan dicegahnya pelepasan energi yg tak
terduga pada saat kegiatan
perbaikan/pemeliharaan peralatan yg dapat
melukai pekerja, peralatan atau lingkungan
• OSHA Standard for the countil of hazardous
energy (lockout/tagout) menyebutkan bahwa
kegiatan pelayanan dan perawatan mesin serta
peralatan start-up yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan kecelakaan
5. Aturan Pengisolasian Energy (Energy
Isolation)
Apa itu Energi Berbahaya?
• Sumber energi termasuk listrik, mekanik, hidrolik,
pneumatik, kimia, termal, atau sumber lain dalam
mesin dan peralatan bisa saja menjadi musuh bagi
pekerja lantaran bahaya yang akan ditimbulkan.

• Pelepasan energi yang disimpan dalam mesin dan


peralatan tersebut dapat mengakibatkan cedera
serius atau kematian bagi pekerja. Sehingga energi
yang dikeluarkan tersebut dikatakan sebagai energi
berbahaya.
5. Aturan Pengisolasian Energy (Energy
Isolation)

• Lockout adalah kegiatan mengisolasi atau mengunci


sumber energi berbahaya menggunakan peralatan
khusus untuk penguncian. Peran lockout sangatlah
penting untuk memastikan keselamatan pekerja
sebelum melakukan perbaikan atau perawatan.

• Tagout adalah pelabelan yang digunakan sebagai


peringatan bahaya dan menunjukkan bahwa tidak ada
yang boleh mengoperasikan sakelar atau peralatan di
mana tag itu terpasang

LOTO
LOCK OUT , TAG OUT
Kapan LOTO harus digunakan?

• Pemeliharaan pada mesin atau sekitar mesin


sedang dilakukan, di mana hal-hal berbahaya dapat
terjadi akibat mesin hidup secara tidak terduga
atau lepasnya energi yang tersimpan.

• Memperbarui mesin atau peralatan baru.

• Pengaman atau alat keselamatan lainnya harus


dipindahkan.

• Pekerja meletakkan sebagian atau seluruh


tubuhnya dalam mesin atau peralatan di mana
terdapat risiko terjepit oleh mesin yang bergerak.
Prosedur Pemasangan LOTO

Pesiapan Shutting Pelepasan Verifikasi


Isolasi Pasang Pelaksanaan
untuk Komunikasi down Energi Isolasi
Peralatan LOTO Kerja
Shutdown Peralatan tersisa Peralatan

• Persiapan untuk mematikan mesin atau peralatan dan memutuskan sambungan.


• Memberitahu dan memperingatkan setiap orang yang berhubungan dengan peralatan atau terlibat
dengan proses mematikan peralatan.
• Peralatan dimatikan secara normal.
• Mengisolasi peralatan
• Memasang Lockout serta Tagout
• Lepaskan atau buang daya yang tersisa bila ada
• Verifikasi kembali bahwa daya telah dimatikan
• Pelaksanaan Pekerjaan
5. Aturan Pengisolasian Energy (Energy
Isolation)
Prosedur Pelepasan LOTO
• Pelepasan LOTO harus dilakukan oleh authorized employee
yang melakukan pemasangan LOTO.
• Pastikan peralatan yang diperbaiki atau dalam perawatan
telah aman untuk dioperasikan kembali.
• Pindahkan peralatan kerja dan pengaman.
• Periksa semua pekerja yang berhubungan dengan mesin atau
peralatan dalam kondisi aman.
• Lepaskan LOTO harus dilakukan oleh orang yang
memasangnya.
• Beritahu seluruhnya pekerja yang terkait dengan peralatan
bahwa peralatan akan dioperasikan kembali
• Hidupkan daya  Peralatan/mesin yang sudah diperbaiki bisa
digunakan kembali
6. Aturan Pekerjaan Listrik
A. Aturan Umum:

Saat menggunakan peralatan listrik, harus dipastikan peralatan kondisi aman. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:

• Yang dijinkan untuk memasang tag, melakukan perbaikan dan instalasi listrik
hanyalah personel yang di setujui perusahaan

• Tidak menggunakan peralatan listrik portable bila tanda-tanda yang menunjukan


kondisi yang tidak aman akibat kerusakan, atau bila tidak dipasang dengan label
inspeksi yang masih berlaku

• Tidak menggunakan genset potable atau sumber AC lain yang bergerak yang
tidak dipasangi earth leakage divice (perngakat pembumian)
7. Aturan Sistem Izin Kerja (Working Permit System)
• Work permit adalah dokumen izin kerja yang mengacu pada
SMK, untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan
aman dan efisien.
• Work permit juga bisa dipakai sebagai alat untuk
mengidentifikasi sebuah pekerjaan yang akan dikerjakan,
potensi-potensi yang dapat membahayakan pekerjaan dan juga
sebagai tindakan pencegahan maupun pengendalian potensi
bahaya tersebut.
• Work permit berfungsi untuk menyatakan tempat atau area kerja
yang akan dilakukan sudah aman dan diketahui identifikasi
bahaya tahap awal serta tindakan-tindakan pencegahan yang
dilakukan oleh pekerja serta peralatan yang digunakan.
• Work permit juga ditambahkan dengan beberapa dokumen
pendukung, misalnya Job Safety Analysis (JSA) dan Tool Box
Checlist.
7. Aturan Sistem Izin Kerja (Working Permit System)

Tujuan utama Izin kerja


dari system diperlukan
izin kerja pada saat

• Mencegah cedera/kerusakan • Pekerjaan pemeliharaan


property (maintenance work)
• Mencegah kebakaran • Pengujian/inspeksi
• Meyakinkan pekerja • Konstruksi, Modifikasi
dilakukan dengan cara yang • Proses pembersihan peralatan
paling selamat • Bekerja di ruang tertutup
(confined space)
7. Aturan Sistem Izin Kerja (Working Permit System)
Ada beberapa jenis work permit yang biasanya dikeluarkan oleh seorang supervisor.

1. Izin Kerja Panas (Hot Work Permit)  Surat izin kerja panas diperlukan untuk setiap jenis
pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan sumber penyalaan yang dapat menyalakan bahan yang
mudah terbakar atau kegiatan yang menuntut pekerjaan panas seperti pemotongan menggunakan
api, pengelasan, sandblasting dan pengeboran logam.

2. Izin Kerja Dingin (Cold Work Permit)  Surat izin kerja dingin diperlukan untuk kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan konstruksi, perawatan, perbaikan yang sifatnya tidak rutin dan tidak
menggunakan peralatan yang menimbulkan api.

3. Izin Kerja Memasuki Ruang Terbatas (Confined Space Entry Permit)  Surat izin kerja
memasuki ruang terbatas diperlukan ketika pekerja dituntut untuk masuk dan menyelesaikan
pekerjaan di ruang terbatas. Contohnya seperti pekerja di tanki, vessel, silo, separator, memasuki
sewer, bak (pit), lubang galian dengan kedalaman 1,3 meter dan saluran tertutup lainnya.
7. Aturan Sistem Izin Kerja (Working Permit System)
4. Izin Kerja Penggalian (Excavation Permit)  Surat izin kerja penggalian diperlukan untuk
melakukan pekerjaan penggalian, pembuatan saluran atau pekerjaan penggalian yang
membahayakan pipa bawah tanah, kabel listrik, kabel telepon dan sebagainya. Contohnya perbaikan
atau pemasangan pipa, perbaikan kabel listrik, telepon dan pemancangan.

5. Izin Kerja Listrik (Electric Work Pemit)  Surat izin kerja listrik diperlukan ketika akan
melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan sistem kelistrikan yang diperkirakan memiliki risiko
bahaya sengatan listrik. Contohnya perbaikan atau pemasangan kontraktor, peralatan kontrol, relay
panel, power supply, dan electric heater.

6. Izin Kerja Radiografi (Radiography Permit)  Izin kerja radiografi diperlukan untuk
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan peralatan x-ray atau sumber zat radio
aktif seperti pekerjaan non destructive testing.

7. Izin Bekerja di Atas Ketinggian (Working At Heights Permit)  Izin bekerja di atas ketiggian
diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang berada pada ketinggian lebih dari 4 meter.
Safety Patrol
Identifikasi bahaya dalam lingkungan kerja
 Safety Patrol merupakan kegiatan inspeksi yaitu dengan
melakukan keliling di setiap area di perusahaan untuk mencari
keadaan yang tidak sesuai dengan standar keamanan/ safety

 Safety patrol adalah suatu cara terbaik untuk menemukan


masalah-masalah dan menilai risikonya sebelum kerugian atau
kecelakaan danpenyakit akibat kerja benarbenar terjadi

 Item pengecekan adalah seluruh aspek safety di tempat kerja yang


meliputi:

• Potensi bahaya orang dan lingkungan (unsafe action dan


unsafe condition)
• Potensi bahaya mesin (safety equipment dan safety device)
• Kelengkapan APD
TUJUAN SAFETY PATROL
CONTOH
FORM
SAFETY
PATROL
FORM LAPORAN BAHAYA
HAZARD REPORT FORM
Nama Pelapor : Bagian :
Name of Person Reporting Department

Lokasi Tanggal / Waktu


Location
: :
Date / Time

Bagian ini diisi oleh Pelapor


Deskripsi Bahaya
Description of Hazard

CONTOH FORM Tindakan yang Telah Dilakukan untuk Meminimalkan Bahaya

LAPORAN
Immediate Action Taken to Minimize Hazard

BAHAYA B

Bagian ini Diisi Oleh Penanggung Jawab Area atau Atasan Langsung
Tindakan yang akan Dilakukan untuk Menghilangkan Bahaya
Action Required to Permanently Remove Hazard

Prioritas : * E H M L
*lingkari pada huruf (referensi prioritas tersedia di halaman belakang)

c Nomor Notifikasi / PR :
Tanggal Perkiraan Pelaksanaan Tindakan :
Anticipated Date

Bagian ini Diisi Oleh Penanggung Jawab Area atau Atasan Langsung
Tanggal dan waktu Tindakan ( Seksi C ) selesai dilaksanakan Paraf Penanggung Jawab Area
Date & Time When Action ( Section C ) is completed Sign by Responsible Supervisor

D Tanggal :
Waktu :
(……………………………….)
MONITORING INDIKATOR KINERJA K3

1. Pengukuran Sistem 2. Pengukuran Operasional/


Manajemn K3 Pelaksanaan program K3
• Leading Indicator 
Pengukuran kinerja dari sisi - Pengukuran kebisingan,
proses atau upaya K3, misalnya - Pengukuran pencahayaan
program pelatihan, dokumentasi - Pengukuran emisi
• Lagging Indicator  - Identifikasi ergonomi
pengukuran dai sisi output - Pengujian alat pemadam, dan
(keluaran)/ hasil dari kegiatan - Pengukuran emisi
K3, biasanya berupa angka
kecelakaan, bebas celaka, hari
tanpa celaka
Lagging Indicator
1. LTIFR  Loss Time Injury Frequency Rate ,
2. LTISR  Loss Time Injury severity Rate
3. TIFR  Total Injury Frequency Rate
4. Fatality  suatu kecelakaan yang mengakibatkan seorang pekerja meninggal
5. Disability  berkurangnya kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang wajar
6. LTI  Loss Time Injury
7. MWD (Modified Work Duity)  bisa bekerja tapi bukan pekerjaan aslinya
8. Medical Injury  harus dirawat inap di rumah sakit atau rawat jalan
9. First Aid Injury  hanya memerlukan penanganan P3K
10.Near Miss  Nyaris Celaka
11.Property Damage  Terjadi Kerusakan Aset / Kerugian Aset
12.Fire Case  Terjadi Kebakaran
Leading Indicator

• Training, benchmarking
• Tool Box safety Meeting
• Kampanye / Lealfet
• Inspeksi
• Patrol lapangan/ safety patrol (SOT, TO, LSA)
MENGUKUR KINERJA K3

• Mengukur kinerja K3 perusahaan adalah sama pentingnya


dengan mengukur kinerja keuangan atau kinerja
produktivitas perusahaan.

• Mengukur kinerja K3 digunakan sebagai alat untuk


membantu mencegah cedera di tempat kerja dan penyakit
akibat kerja, sulit untuk menentukan kinerja mana yang
harus diukur suatu perusahaan harus yang secara efektif
dan efisien mencegah cedera dan penyakit akibat kerja di
tempat kerja.
Kenapa pengukuran kinerja K3 dilakukan?
• Tujuan utama dari pengukuran kinerja K3 perusahaan adalah
untuk memberikan informasi tentang status saat ini, serta
kemajuan strategi dan proses yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengurangi risiko K3.

• Membantu perusahaan untuk:

 Menentukan bagaimana sistem manajemen K3


perusahaan diimplementasikan dalam praktek

 Mengidentifikasi daerah mana tindakan perbaikan yang


diperlukan

 Memberikan dasar untuk perbaikan berkesinambungan;


dan

 Memberikan umpan balik dan motivasi


Kenapa pengukuran kinerja K3 dilakukan?
• Pengukuran kinerja K3 perusahaan juga meningkatkan
proses pengambilan keputusan perusahaan. Informasi
pengukuran membantu dalam memutuskan:

 Dimana posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan


tujuan yang akan dicapai

 Apa kemajuan yang diperlukan

 Bagaimana kemajuan bisa dicapai dengan kondisi saat


ini, seperti sumber daya atau waktu

 Cara mencapai kemajuan yang mungkin dicapai

 Prioritas dan penggunaan sumber daya secara efektif.


Lost Tim Injury Frequency Rate (LTIFR)
1. Lost Tim Injury Frequency Rate (LTIFR) - Rumus KepDirjen (Regulasi)
Digunakan untuk mengetahui BANYAKNYA KECELAKAAN KERJA per satu juta jam kerja orang akibat
kecelakaan selama periode 1 tahun.

2. Lost Tim Injury Severity Rate (LTISR)


Untuk mengidentifikasi HILANGNYA HARI KERJA untuk per sejuta jam kerja orang. Data yang digunakan
untuk menganalisis SR adalah hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja dan jumlah jam kerja orang
yang telah dilakukan (man hours).
Lost Tim Injury Frequency Rate (LTIFR)
Contoh :
Suatu perusahaan dengan 500 tenaga kerja, kegiatan 50 minggu per tahun, 48 jam perminggu. Jumlah
lembur 20.000 jam dan absen 60.000 jam. Terjadi 60 kecelakaan dalam 1 tahun.

Jawab: Jam kerja orang = [(500 x 50 x 48) + 20.000 – 60.000] = 1.160.000

LTIFR = (60 / 1.160.000) x 1.000.000 = 51,72 jam

Artinya bahwa periode orang kerja tersebut terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 51,72 jam per sejuta
orang kerja.
Lost Tim Injury Severity Rate (LTISR)
Contoh :
Sebuah tempat kerja telah mengkaryawankan karyawan dengan jumlah kerja 360.000 jam orang.
Selama setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya hari kerja sebanyak
175 hari. Berapa nilai SR?

Jawab: SR= (175 / 360.000) X 1.000.000 = 486


Nilai SR= 486 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut telah terjadi hilangnya waktu kerja
sebesar 486 hari per sejuta jam kerja orang.
TUGAS

 Tugas Safety Patrol di Lingkungan Kerja “Lingkungan PNC”


 Tugas bersifat Kelompok
 Masing-masing Anggota melakukan Patrol safety minimum 2 aktifitas
dan 2 Hazard Report
 Buat Laporan lengkap dan dilengkapi dengan Rekomendasi dari
temuannya
 Buat Presentasi

Anda mungkin juga menyukai