Provided by :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................ 3
B. Tujuan Pembelajaran.................................. 4
C. Ruang Lingkup Pembahasan Modul............ 5
A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan
pesawat uap, pesawat tenaga dan produksi, pesawat angkat dan
angkut, atau menggunakan bahan kimia berbahaya, atau disana
terdapat proses produksi yang berdampak terhadap kondisi
lingkungan kerja dimana apabila lingkungan kerja tersebut tidak
dikelola dengan baik maka tempat kerja tersebut akan menjadi tidak
sehat, tidak bersih atau tidak nyaman.
Tempat kerja yang tidak sehat, tidak bersih dan tidak nyaman dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja (occupational
disease) yang tidak dikehendaki oleh semua pihak dan berdampak
negatif terhadap produktivitas kerja. Sebaliknya, tempat kerja yang
bersih, sehat dan nyaman akan dapat meningkatkan gairah kerja dan
para akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.
C. RUANG LINGKUP
Yang akan dipelajari dalam pembelajaran ini sebagai berikut :
1. Dasar Hukum pengawasan norma K3 bidang lingkungan kerja
dan bahan berbahaya.
2. Pengertian lingkungan kerja, kebisingan, iklim kerja / ISBB,
Getaran, Radiasi Ultra Violet, Radiasi Frekwensi Radio dan
Gelombang Mikro (microwave), Nilai Ambang Batas (NAB),
Bahan Kimia Berbahaya, Nilai Ambang Kuantitas (NAK), Lembar
Data Keselamatan Bahan (LDKB), label, Globally Harmonised
System (GHS), Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya
(DPPB),Ruang Terbatas (Confined Spaces), Bekerja pada
Ketinggian (Working at Height) dan Alat Pelindung Diri (APD).
3. Faktor - faktor lingkungan kerja yang berdampak pada
kesehatan tenaga kerja.
4. Syarat - syarat kebersihan, kesehatan dan penerangan di
tempat kerja.
5. Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.
6. Syarat - syarat K3 pada tempat kerja yang mengelola pestisida.
7. Syarat - syarat K3 pada pemakaian asbes.
8. K3 pengelolaan limbah di tempat kerja
9. Syarat - syarat K3 bekerja pada ruang terbatas.
10. Syarat - syarat K3 bekerja pada ketinggian.
11. Syarat - syarat K3 pekerjaan pada penyelaman di dalam air.
12. Pengelolaan Alat Pelindung Diri (APD).
2) Iklim Kerja
Di negara-negara tropis seperti Indonesia, Singapore,
Malaysia, Thailand, Philipina dan lain-lain, masalah iklim
kerja yang banyak dihadapi di tempat kerja berupa
tekanan panas (heat stress).
Tekanan panas yang melebihi NAB dapat terjadi
disebabkan karena cuaca, adanya sumber panas pada
3) Getaran
Di perusahaan-perusahaan kadangkala ada pekerja yang
lengan atau tangannya sewaktu mengoperasikan alat
kerja bergetar demikian hebat, sebagai contoh pekerja
pengeras jalan, pekerja bagian mesin bor dan
sebagainya.
4) Radiasi Sinar UV
Ditempat - tempat kerja yang menggunakan dapur
pembakar, tanur peleburan logam atau terdapat
pengelasan dengan busur listrik akan terjadi pemajanan
radiasi UV terhadap para pekerja yang berada
didekatnya. Radiasi UV yang memajan melebihi batas
pada seorang pekerja akan dapat mengakibatkan radang
selaput mata (conjunctivitis photoelectric).
Untuk mengetahui secara pasti berapa mW/cm2, radiasi
UV yang memajan pekerja, maka perlu dilakukan
pengukuran dengan UV Radiometer sebagaimana
ditunjukkan gambar di bawah ini.
Gambar 4. UV Radiometer
c. Faktor Biologi
Faktor bilologi juga merupakan salah satu faktor yang dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit akibat kerja. Yang
termasuk golongan hayati ini meliputi kuman, virus, jamur /
cendawan, cacing, serangga dan tumbuh - tumbuhan yang
berasal dari bahan proses produksi lingkungan kerja,
misalnya pada pabrik - pabrik bir / roti yang menggunakan
proses peragian, pabrik textil yang menggunakan buku
domba dan sebagainya. Penyakit yang timbul dapat
d. Faktor Ergonomi
Penyakit akibat kerja karena faktor ergonomi (faal kerja)
yaitu penyakit karena cara kerja yang salah ataupun
penggunaan alat - alat kerja yang tidak sesuai dengan
kondisi fisik. Sikap kerja yang salah dapat menimbulkan
gangguan atau cedera pada tulang punggung maupun
sendi-sendi sedangkan penggunaan alat yang tidak sesuai
akan menimbulkan rasa lelah dalam bekerja dan terkadang
menimbulkan kelainan pertumbuhan tulang - tulang
sehingga terjadi perubahan bentuk tubuh. Di dalam
Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 bahwa tiap
pekerja yang bekerjanya harus dalam posisi berdiri terus
menerus atau jongkok terus - menerus harus disediakan
tempat duduk untuk istirahat duduk pada waktu - waktu
tertentu.
Dari sudut pandang fisiologis, suatu pekerjaan yang terlalu
berat, monoton dan tidak memenuhi syarat ergonomi, juga
akan dapat menimbulkan kecelakaan fisik dan mental.
e. Faktor Psikologi
Penyakit akibat kerja yang disebabkan karena faktor
kejiwaan dapat disebabkan oleh pandangan seseroang
terhadap pekerjaannya maupun hubungan kerja dengan
orang lain seperti atasan kelompok kerja atau bawahan,
atau pekerjaan yang diluar batas kemampuannya.
Pandangan seseorang terhadap pekerjaan sangat
mempengaruhi jiwanya, misalnya pekerjaan yang tidak
2) Bahaya kesehatan;
a) Toksisitas akut
b) Korosi / iritasi kulit
c) Kerusakan mata serius / iritasi pada mata
d) Sensitisasi saluran pernapasan / kulit
e) Mutagenitas Sel
f) Karsinogenisitas
g) Toksisitas terhadap reproduksi
h) Toksisitas pada organ sasaran spesifik karena paparan
tunggal
3) Bahaya lingkungan
a) Bahaya akuatik akut atau jangka pendek;
b) Bahaya akuatik kronik atau jangka panjang; dan
c) Berbahaya terhadap lapisan ozon
e. Peralatan
1) Semua peralatan yang digunakan untuk mengelola
pestisida harus memenuhi persyaratan K3. Apabila
akan dilakukan perbaikan harus dibersihkan pada
tempat khusus sehingga peralatan tersebut bebas dari
pestisida.
2) Alat - alat yang dipergunakan untuk mempersiapkan,
memakai dan mencampur pestisida tidak boleh dipakai
untuk keperluan lain dan diberi tanda yang jelas untuk
membedakannya.
g. Wadah pestisida
1) Wadah pestisida harus kuat, tidak mudah pecah, bocor,
robek atau bereaksi dengan isinya dan selalu dalam
keadaan tertutup rapat.
2) Wadah pestisida harus diberi label yang mencantumkan
keterangan - keterangan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang - undangn yang beraku.
3) Wadah pestisidayang sudah kosong harus segera
dimusnakan atau dibersihkan dengan cara aman sesuai
bentuk dan sifat pestisida.
4) Pemusnahan wadah pestisida harus dilakukan dengan
cara yang tidak membahayakan tenaga kerja dan
lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i. Gudang penyimpanan
Gudang tempat penyimpanan pestisida harus memenuhi
syarat sebagai berikut ;
1) Lokasi gudang harus terpisah dari aktifikat umum dan
tidak terkena banjir dan lantai gudang harus miring.
2) Dinding dan latai gudang harus kuat dan mudah
dibersihkan.
3) Pintu ditutup rapat dan diberi tanda peringatan atau
tulisan atau gambar.
4) Selalu dikunci apabila tidak ada kegiatan.
5) Tidak boleh disimpan bersama bahan-bahan lain.
6) Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup dan suhu
yang memenuhi ketentuan yang berlaku.
7) Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran sesuai
kebutuhan yang berlaku.
8) Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi
persyaratan yang berlaku terhadap kemungkinan
bahaya peledakan.
J. Limbah
1) Pemusnahan pestisida harus dilakukan dengan cara
yang tidak membahayakan tenaga kerja dan lingkungan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kemudian
Pengurus harus menyampaikan berita acara
pemusnahan pestisida ke Dinas Tenaga Kerja setempat.
l. Pemeriksaan kesehatan
Tenaga kerja dimana terdapat pestisida harus ;
1) mendapatkan pemeriksaan kesehatan berkala satu kali
dalam setahun.
2) Mendapatkan pemeriksaan khusus sekurang -
kurangnya 1(satu) kali dalam enam bulan, dilakukan
sesuai dengan jenis pestisida yang digunakan.
e. Sistem ventilasi
Untuk mengurangi konsentrasi debu asbes di udara
lingkungan kerja setiap ruang kerja wajib dipasang ventilasi
yang sesuai agar debu asbes yang terkandung di udara
lingkungan kerja berada dibawah NAB.
Alat ventilasi tersebut harus selalu dihidupkan pada waktu
proses produksi berjalan dan dilakukan perawatan
sebagaimana mestinya agar terus dapat berfungsi dengan
baik dan dilakukan pemeriksaan minimal sekali setiap 3
bulan dan hasil pemeriksaan tersebut dicatat dan disimpan
untuk waktu minimal 3 tahun.
Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan / atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah
tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali.
Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang
menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3
yang dihasilkannya itu secara langsung ke dalam media
lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu. Setiap
orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan penimbunan limbah B3 dilarang melakukan
pengenceran untuk maksud menurunkan konsentrasi zat
racun dan bahaya limbah B3.
Karakteristik limbah B3
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan
konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung,
dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah
B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan
beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa
kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang
memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-
bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau
lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah yang
memenuhi salah satu atau lebih karakteristik antara lain:
1) mudah meledak;
Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan.
Pengelolaan
Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi sifat bahaya dan beracun limbah B3 agar tidak
membahayakan kesehatan manusia dan untuk mencegah
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pengelolaan
limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi
(minimalisasi), penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3.
Catatan :
(Penanganan limbah B3 dengan sistim penimbunan dalam
tanah harus mendapat ijin dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan harus dilakukan kontrol dan pemantauan selama
30 tahun setelah penimbunan).
Jenis :
Spesifikasi :
Tudung kepala
Tudung atau hood dipakai untuk melindungi kepala
dari bahaya terkena atau kontak dengan bahan-
bahan kimia, api, panas radiasi
Spesifikasi :
Pilih tudung dengan spesifikasi yang sesuai
dengan keadaan lapangan
Pilih ukurannya, sesuai dengan besarnya lingkar
kepala (kecil, sedang atau besar)
Spesifikasi :
Pilih penutup rambut dengan spesifikasi yang
sesuai dengan keadaan lapangan;
Pilih ukurannya sesuai dengan besarnya lingkar
kepala (kecil, sedang atau besar);
Periksa bagian luar dan dalamnya apakah sesuai
dengan spesifikasinya apakah dalam keadaan
baik, tidak rusak dan bersih;
Kendorkan klep pengatur untuk mempererat
kedudukan penutup rambut di kepala;
Pakailah penutup rambut, eratkan di kepala
sehingga terasa pas dengan cara mengatur klep
Jenis
Kacamata (spectacles)
Goggles
Spesifikasi :
Jenis
Spesifikasi :
Jenis
Jenis
Pelindung Kaki
Fungsi
Jenis
Spesifikasi :
Pakaian pelindung,
Fungsi:
Melindungi sebagian atau seluruh bagian tubuh dari bahaya
percikan bahan-bahan kimia, radiasi, panas, bunga api maupun api.
Jenis
Menurut bentuknya dibedakan atas 2 (dua) yaitu:
Apron adalah menutup sebagian tubuh mulai dari dada sampai
lutut.
Overalis adalah menutup seluruh tubuh.
Spesifikasi
Pakaian pelindung dari kulit untuk mengerjakan pengelasan
Pakaian pelindung untuk pemadam kebakaran
Pakaian pelindung untuk pekerjaan yang terpajan radiasi
Pakaian pelindung dari plastic untuk pekerja yang kontak
dengan bahan-bahan kimia.
Selain penentuan jenis, mutu dan jumlah APD hal pokok yang
cukup penting bagi tempat kerja adalah meningkatkan
kesadaran tenaga kerja untuk selalu menggunakan APD.
Modul ini dibuat secara singkat dan padat , namun peserta dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran
ini, dengan membaca referensi-referensi lainnya terutama referensi yang
tertera pada daftar pustaka modul ini.
--oo0oo--
LAMPIRAN – LAMPIRAN
B. KEBISINGAN
1. Sumber keisingan : ......................................................
2. Intensitas hasil pengukuran : ........dBA.
3. Prenguran dilaksanakan oleh : ............................................
4. Tanggal Pengukuran terakhir : ............................................
5. Jumlah Jam pemajanan per hari : .........jam
6. Metode pengendalian yangtelah dilakukan : ................................
KESIMPULAN : ................,...........
............................................. AK3U,
.............................................
............................................. (.........................)
SKP No.............
KESIMPULAN : ..............,...............
.............................................................. AK3U,
..............................................................
.............................................................
.............................................................. (.......................)
SKP No. ............
Catatan : Jika debu atau gas berbahaya yang diukur lebih dari satu
macam, maka formulir ini dapat digandakan sesuai kebutuhan tsb.