01 02 03 04 05
REHABILITASI/
PEMBANGUNAN TUMPANG PETI DAN PERIZINAN REKLAMASI
BERKELANJUTAN TINDIH LAHAN TAMBANG BERLEBIHAN PASCA
RAKYAT
TAMBANG
06 07 08 09 10
KETERLANJU BANJIR TATA RUANG COMMUNITY PEMBANGUNAN
RAN DAN TANAH WILAYAH DEVELOPMENT WILAYAH PASCA
LONGSOR TAMBANG
3
INDONESIA KAYA TAMBANG
• “Zamrud Khatulistiwa”
Negara kepulauan terluas di dunia
(+ 2 juta km2; 17.500 pulau);
• “Mega Biodiversity
Country”
1,3 % luas wilayah dunia;
12, 5 % speies Mamalia
16 % spesies Reptil
17 % spesies Burung
25 % spesies Ikan
> 400 Dipterocarpaceae
• Wilayah Hukum Pertambangan : seluruh ruang darat, ruang laut, termasuk ruang dalam bumi sebagai satu
kesatuan wilayah yakni kepulauan Indonesia, tanah di bawah perairan, dan landas kontinen.
• Wilayah Pertambangan (WP) : wilayah yang memiliki potensi Mineral dan/atau Batubara dan tidak terikat
dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional.
• Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) : bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi,
dan/atau informasi geologi.
• Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) : wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP atau pemegang
SIPB.
• Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) : bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan Usaha Pertambangan
rakyat.
• Wilayah Pencadangan Negara (WPN) : bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis
nasional.
• Wilayah Usaha Pertambangan Khusus (WUPK) : wilayah yang telah memiliki ketersediaan data, potensi,
dan/atau informasi geologi yang dapat diusahakan untuk kepentingan strategis nasional.
• Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus dalam WUPK (WIUPK) : wilayah yang diberikan kepada
pemegang IUPK.
BANJIR DAN TANAH LONGSOR
(Faktor Penyebab)
II. INTERNAL :
3. Aktivitas Manusia :
-Perizinan usaha tidak mengindahkan kemampuan daya dukung wilayah/daya
tampung lingkungan.
-Penambangan tidak berwawasan LH, tanpa Reklamasi pasca tambang dan Rehab.
DAS dan Konservasi Tanah dan Air
- PETI dan pertambangan rakyat tak terkendali
TANAH LONGSOR (TDMRC, 2013)
1. Longsoran Translasi 4. Runtuhan Batu Terjadi ketika sejumlah besar
Bergeraknya masa tanah dan batuan atau material lain bergerak
batuan pada bidang gelincir ke bawah dengan cara jatuh bebas,
berbentuk rata atau umumnya pada lereng yang terjal
menggelombang landai. hingga menggantung, terutama di
daerah pantai.
2. Longsoran Rotasi
RUANG
WILAYAH
KLASIFIKASI
NASIONAL SISTEM : WILAYAH &
AMAN PRODUKTIF
INTERNAL PERKOTAAN
& &
NYAMAN BERKELAN
JUTAN
FUNGSI UTAMA KWS : KL & KB
13
TATA RUANG WILAYAH
• Tata Ruang Wilayah selain sebagai koridor masuknya
Investasi Usaha Pertambangan, sekaligus sebagai
“Kompas Pembangunan Berkelanjutan”.
• RTRW merupakan instrumen untuk memastikan di
lokasi/areal mana sumber daya alam (tambang) dapat
dimanfaatkan sebagai Usaha Pertambangan karena
memenuhi kriteria tata ruang (ekonomi, sosial dan
lingkungan), bukan sekedar kriteria sektoral.
• Sayangnya, PP No. 26 Tahun 2008 ttg RTRWN - Pasal 68
(3) tidak menetapkan kriteria teknis ruang untuk
peruntukan pertambangan, tetapi dilimpahkan kepada
Menteri ESDM, ini kriteria teknis sektoral.
• 3 (tiga) aspek Tata Ruang Wilayah :
-Perencanaan Tata Ruang
-Pemanfaatan Ruang
-Pengendalian Pemanfaatan Ruang
PERENCANAAN TATA RUANG
RTRW(P) tidak berbasis kaidah-kaidah Pengelolaan DAS, karena itu target RPJMN 2014-2019,
RPDAS perlu diinternalisasi kedalam RTRW(P) :
Kasus : RPDAS Barito (2011) sudah diinternalisasi kedalam RTRW Kalsel tahun 2015, namun
acuan yang Pedoman lama (kualitatif), tidak ada kajian substantif terkait aspek spatial.
Penetapan pola ruang (KL dan KB) kurang mempertimbangkan kondisi morfologi DAS,
penutupan hutan, lahan kritis, banjir limpasan :
Kasus : 1). Di DAS Barito Hulu, Perubahan tutupan lahan/deforestasi mempengaruhi respons hidrologi suatu
DAS. Deforestasi hutan alam (= degradasi fungsi DAS), pengurangan luas hutan sebesar 9,51% (1990-
2003) dapat meningkatkan hasil air 45-53 %, erosi 21-33 ton/Ha/th. (Anwar et al, 2012). Erosi tanah
15-60 ton/Ha/th (BPDAS Barito, 2009), luas perusahaan Batubara 747.541 Ha dan Emas 1.942.010
Ha.
2). Di DAS Citarum, penurunan tutupan hutan 10 % menjadi permukiman berakibat 58% air hujan
yang jatuh menjadi aliran limpasan permukaan/banjir (AG Salim et al., 2019). Simulasi
model SWAT (Soil and Water Assesment Tool).
Penetapan pola ruang (KL dan KB) tidak didasarkan pada fungsi ruang berbasis daya dukung
wilayah dan daya tampung lingkungan, melainkan pada penguasaan ruang/lahan.
Akibat : - Fungsi lindung pada KL akan terganggu.
- Terjadi dispute dalam peruntukan/pemanfaatan ruang pada KB.
INTERNALISASI RPDAS KEDALAM RTRW
RTRW RPDAS
KLASIFIKASI DAS
PERENCANAAN TATA RUANG LAHAN (40), TATA AIR (20), SOSEK/KELEMBAGAAN
STRUKTUR RUANG (KOTA, DESA, INFRASTR), (20), INVESTASI BANG. AIR (10), PEMANFAATAN
POLA RUANG (KL, KB) RUANG (10)
REVISI/REVIEW REVISI/REVIEW
Intervensi Pengelolaan DAS DAS HULU
& Konservasi Tanah dan Air
kedalam RTRW
DAS TENGAH
DAS HILIR
17
PEMANFAATAN RUANG
UU 26 Th. 2007
PENATAAN RUANG
RTRW memuat rencana pola ruang (KL dan KB), dan
arahan nilai strategis nasional/prov/kab/kota