Anda di halaman 1dari 11

KONTROL GEOMORFOLOGI DAN PETROLOGI TERHADAP LATERISASI

ENDAPAN NIKEL
DESA MOLORE DAN LAMERURU, KECAMATAN LANGGIKIMA KABUPATEN
KONAWE UTARA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Rakhmad Budi Waluyo. S.T., M.T.


PT. Stargate Pasific Resources.

Abstrack
Daerah telitian secara geografis terletak pada koordinat UTM zona 51S antara 418.500mE –
422.00mE dengan 9.630.500mN-9.635.500mN, secara administratif terletak pada desa Molore
dan Lameruru, Kec.Langgikima, Kab. Konawe Utara, Prov. Sulawesi Tenggara. Bentuk lahan
daerah telitian terdiri dari 5 satuan bentuk lahan yaitu bentuk lahan perbukitan berlereng curam
(S1), bentuk lahan dataran (S2), bentuk lahan pantai (M1), bentuk lahan teluk (M2), dan tubuh
sungai (F1). Stratigrafi daerah telitian dari batuan yang tua ke muda sebagai berikut : satuan
peridotit, satuan konglomerat Pandua, dan satuan alluvial. Dari analisis kekar dan bidang sesar
didapati 2 sesar yaitu sesar Molore dengan nama Normal Right Slip Fault, dan sesar pancuran
bernama Reverse Right Slip Fault. Cadangan Terukur Pit Molore A6 sebanyak 3.892.473MT
sedangkan cadangan terukur Pit Lamururu (A3) sebanyak 17.715.265MT. Padaluasan yang sama
sebesar 22 Ha Cadangan Terukur Nikel di A6 Molore jauh lebih kecil dibandingkan dengan
cadangan di A3 Lameruru. Hal ini menggambarkan bahwa laterisasi di Pit A6 Molore tidak
berkembang bagus bila dibandingkan dengan laterisasi di Pit A3 Lameruru, hal ini dipengaruhi
faktor bentuk lahan dimana bentuk lahan di Pit A6 Molore berupa perbukitan berlereng curam,
sedangkan Pit A3 Lameruru bentuk lahannya dataran.

Pendahuluan nikel laterit. Dimana unsur-unsur logam yang

Pulau Sulawesi khususnya Sulawesi terkandung mengalami leaching dan

Tenggara atau lebih spesifik lagi Konawe Utara terkonsentrasi dalam satu zona atau lebih

merupakan salah satu daerah yang sangat dikenal dengan pengkayaan supergen.

menarik dari segi geologi yang tersusun atas Pengkayaan supergen mengakibatkan batuan-

batuan ofiolit, yang terdiri dari batuan ultramafik batuan ultramafik yang kaya akan kandungan Ni

termasuk Dunit, Harzburgit, Lhierzolit, akan mengalami proses kimia dan kontak

Piroksenit, Websterit, Wehrlit, dan Serpentinit, dengan air tanah maupun air permukaan

setempat batuan mafik termasuk gabro dan sehingga akan mengalami pengkayaan mineral-

basalt. Batuan-batuan ini mengalami pelapukan mineral berat seperti Ni, Fe, dan sebagainya.

baik secara kimia yang menghasilkan endapan Pada proses laterisasi, pelapukan kimia
khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal
dari udara dan pembusukan tumb
tumbuh-tumbuhan disertai dengan kekar disekitarnya.
menguraikan mineral-mineral
mineral yang tidak stabil Bentukasal marin adalah bentuk asal yang
(Olivin dan Piroksen)) pada batuan ultramafik dipengaruhi
hi aktivitas laut baik itu
(Dunit, peridotit, dan serpentin), menghasilkan
gelombang maupun arus laut, dimana proses
Mg, Fe, Ni yang larut Si cenderung membentuk
ini mengakibatkan pembentukan batuan dan
koloid dari partikel - partikel silica yang sangat
material lepas bisa berupa evaporit,
halus. Di dalam larutan Fe2+ teroksidasi dan
pelarutan maupun aktifitas organism.
mengendap sebagai ferri-hydroksida
hydroksida akhirnya
Bentuk asal fluvial berkaitan dengan
membentuk mineral-mineral
mineral seperti geothit,
limonit dan hematit dekat permukaan. aktifitas sungai dan air permukaan yang
berupa pengikiran, pengangkatan, dan
Geologi Daerah Telitian
penimbunan pada daerah-daerah
daerah rendah
Bentukasal Struktural, faktor seperti lembah, ledok, dan dataran alluvial.
pengontrol yang dominan dari bentukasal ini Proses penimbunan bersifat merata pada
yaitu berkembangnya struktur geologi, dapat daerah-daerah
daerah ledok, sehingga umumnya
berupa sesar, kekar maupun lipatan. Pada bentuk asal fluvial mempunyai relief yang
daerah telitian struktur geologi yang datar.
berkembang adalah berupa sesar minor yang

Gambar 1. Kenampakan tiga dimensi daerah telitian.


Pola pengaliran daerah telitian dari pola pengaliran dendritik dimana
masuk dalam klasifikasi Howard (1967) pengaruh utama adalah topografi yang datar
sebagai pola pengaliran Subdendritik miring dan dimana peran struktur yang
dimana pola aliran ini merupakan modifikasi kecil.

Gambar 2. Pola Pengaliran subdendritik daerah telitian.

Pada penelitian ini digunakan satuan dipakai formasi. Berdasarkan hasil


litostratigrafi tidak resmi dan satuan penelitian, didaerah telitian dijumpai 3
litostratigrafi resmi. Satuan litostratigrafi satuan batuan. Secara berurutan dari tua ke
tidak resmi yang dipakai adalah satuan muda satuan batuan yang dijumpai adalah
batuan, sedangkan satuan litostatigrafi resmi
satuan batuan Dunit, satuan batuan Peridotit dan satuan endapan alluvial.

Foto 1. Kenampakan singkapan konglomerat Pandua di sungai Molore, lensa menghadap ke


timur. LP43

Didaerah telitian ditemukan struktur dan daerah Pancuran dengan bidang sesar
geologi berupa kekar dan sesar terutama searah dengan kelurusan regional yaitu
pada batuan-batuan bedrock setelah baratlaut-tenggara. Struktur geologi ini
mengalami singkapan akibat penambangan. terjadi akibat tumbukan yang terjadi di
Kekar-kekar berkembang sangat intensif. Sulawesi.
Sedangkan sesar ditemui di daerah Molore
Foto 2. Kenampakan bidang sesar daerah Molore. LP9

Kontrol Geomorfologi Terhadap dipermukaan sehingga banyak yang meresap


Lateritisasi Endapan Nikel ke dalam batuan atau tanah, proses ini yang
Sudut Lereng menyebabkan unsur-unsur yang mempunyai
Daerah Molore mempunyai sudut daya larut yang tinggi seperti Ni, Co, dan
lereng yang relative tinggi dibandingkan Mg meresap kedalam tanah atau batuan.
dengan sudut lereng yang ada di Lameruru. Unsur-unsur tersebut akan terendapkan pada
Besarnya sudut lereng di Molore berkisar zona supergen.
antara 25%-30%, mempunyai relief curam Beda tinggi
25m-325m, menempati 41% daerah telitian. Beda tinggi juga akan mempengaruhi
Sedangkan daerah Lameruru mempunyai pengkayaan atau pelindian. Didaerah
sudat lereng 0%-0.9%, mempunyai relief Molore mempunyai beda tinggi yang lebih
datar 0m-50m menempati 52% daerah besar dari daerah Lameruru. Beda tinggi
telitian. Sudut lereng ini mempengaruhi yang besar dengan jarak yang pendek akan
kecepatan aliran permukaan, sudut lereng memyebabkan aliran permukaan mengalir
yang lebih besar akan menyebabkan dengan kecepatan yang lebih tinggi dari air
infiltarasi air hujan tersebut kecil. Sudut yang melewati daerah yang mempunyai
lereng yang landai atau relief yang kecil beda tinggi yang rendah. Sehingga beda
menyebabkan air hujan mengalir pelan tinggi ini berbanding lurus dengan sudut
lereng. Molore mempunyai beda tinggi tinggi menyebabkan air permukaan mengalir
antara 25m-325m lebih besar dari bedatinggi dengan cepat sehingga tidak mempunyai
daerah Lameruru yang mempunyai beda kesempatan yang cukup untuk menembus
tinggi antara 0-50m. Pengaruhnya terhadap batuan melalui kekar-kekar, sesar, maupun
laterisasi adalah daerah Molore akan menginfiltrasi kedalam endapan batuan
mempunyai aliran permukaan yang lebih (konglomerat) melalui pori-pori batuan.
besar dari aliran permukaan didaerah Kondisi Air Tanah
Lameruru. Penetrasi aliran air di Lameruru Air tanah mempunyai peranan
lebih besar dari Molore sehingga laterisasi penting terhadap proses laterisasi, didaerah
didaerah Lameruru lebih besar dari daerah Molore mempunyai sedikit air tanah hal ini
Molore. terbukti pada saat dilakukan penambangan
di daerah Molore tidak memotong muka air
Pola pengaliran
tanah walaupun sudah sampai batuan
Pengaliran didaerah Molore lebih
dasarnya, sedangkan di Lameruru
berkembang jika dibandingkan dengan
mempunyai air tanah yang banyak, begitu
penaliran didaerah Lameruru. Hal ini
dilakukan penambangan setelah memotong
dipengaruhi karena Molore lebih berrelief
muka air tanah, maka air tersebut mengalir
jika dibandingkan dengan daerah Lameruru.
keluar dinding batuan konglomerat Pandua.
Pengaruh Vegetasi
Vegetasi di daerah Molore lebih sedikit bila
Kontrol Petrologi Terhadap Lateritisasi
dibandingkan dengan vegetasi di daerah
Endapan Nikel
Lameruru dimana keterdapatan lapisan
Batuan ultramafik yang tersusun
humus lebih tebal di daerah Lameruru,
pada lokasi telitian adalah batuan ultramafik
Vegetasi yang tumbuh baik didaerah
yang memiliki tingkat unsur Ni tertinggi
Lameruru adalah pohon jambu monyet dan
yang tersusun dari mineral yang sudah
tumbuh-tubuhan lainnya.
hancur. Kondisi ini akan memungkinkan
dalam pembentukan lapisan lateritik yang
Kondisi Topografi
kaya bijih nikel.
Kondisi topografi khususnya didaerah
Molore yang mempunyai sudut lereng yang
Tabel 1. Kadar unsur di Molore (lubang bor BIIA33117)

Kadar Ni Kadar Fe Kadar Mg (%) Kadar Co Kadar Al Kadar


(%) (ppm) (%) Si (%)
(%)

Overburden 0,87 - 0,92 38,054 - 38,075 0,77 - 0,81 649 - 777 8,54 - 8,8 4

Limonit 1,04 - 1,82 20,541 - 41,502 1,09 - 5,62 262 - 829 3,66 - 8,37 4 - 12

Saprolit 0,75 - 2,12 9,365 - 28,752 4,34 - 17,22 125 - 423 1,75 - 4,78 8 - 18

Bedrock 0,48 - 1 6,798 - 11,442 15,05 - 20,65 100 - 158 1,26 - 2,05 17 - 20

Tabel 2. Kadar unsur di Lameruru (lubang bor BIIA61702)

Kadar Ni Kadar Fe Kadar Mg (%) Kadar Co Kadar Al Kadar


(%) (ppm) (%) Si (%)
(%)

Overburden 0,21 - 0,26 38,209 - 41,70 0,05 - 0,08 50 - 64 6,36 - 8,43 1

Limonit 0,18 - 1,53 35,9 - 52,33 0,01 - 0,18 50 - 2030 2,59 - 8,69 1 - 17

Saprolit 1,02 - 3,5 7,678 - 38,18 0,32 - 10,77 91 – 1031 0,01 - 4,5 6 - 16

Bedrock 0,23 - 1,22 7,317 - 8,71 13,74 - 14,68 80 - 105 0,01 - 0,03 14 - 16

Dari tabel tersebut dapat diketahui pola Ni semakin kecil sekitar 0,25% - 0,59%.
penyebaran unsur Ni pada Zona Laterit pada Pada daerah Molore pada Zona Overburden
daerah Lameruru lebih besar dibanding kadar Ni sekitar 0,87% - 1% , Zona Limonit
daerah Molore. Daerah Lameruru pada Zona kadar Ni sekitar 1,04% - 1,67%, pada Zona
Overburden kadar Ni sekitar 0,21% - 0,26% Saprolit unsur Ni mengalami peningkatan
, Zona Limonit kadar Ni sekitar 0,18% - sekitar 0,75% - 2,12%, sedangkan pada
1,53%, pada Zona Saprolit unsur Ni Bedrock kadar Ni semakin kecil sekitar
mengalami peningkatan sekitar 1,02% - 0,48% - 0,9%.
3,5%, sedangkan pada Bedrock kadar
Perbandingan Kadar Unsur Ni (%) antara Molore dan Lameruru
4

3.5

2.5 Overburden

Limonit
2
Saprolit

1.5 Bedrock

0.5

0
Ni M olore Ni Lameruru

Gambar 3. Grafik perbandingan penyebaran Ni daerah Molore dengan daerah Lameruru

KESIMPULAN atasnya kontak secara tidak selaras


dengan satuan konglomerat Pandua,
Memperhatikan hasil analisa data, baik data
jenis ketidakselarasan non-konformiti.
primer maupun data sekunder dan hasil
Sedangkan di atasnya endapan yang
analisa, maka dapat disimpulkan sebagai
paling muda kontak tidak seleras dengan
berikut :
satuan peridotit dan satuan konglomerat
1. Bentuk lahan di daerah telitian adalah Pandua.
bentuk lahan perbukitan berlereng curam
3. Petrologi juga mengontrol terbentuknya
(S1) menempati 41% daerah telitian,
laterisasi, pada Pit Molore tersusun oleh
bentuk lahan dataran (S2) menempati
batuan Peridotit, Dunit, dan Serpentinit
52% daerah telitian, bentuk lahan pantai
(ultramafik), sedangkan Pit Lameruru
(M1) menempati 3% daerah telitian,
tersusun oleh batuan sedimen yaitu
bentuk lahan teluk (M2) menempati 3%
Konglomerat aneka bahan (Formasi
daerah telitian, bentuk asal tubuh sungai
Pandua), karena faktor fisiknya dimana
menempati 1% daerah telitian. Pola
batuan Konglomerat tersusu juga oleh
pengaliran di daerah telitian adalah
fragmen Peridotit, Dunit, Serpentinit,
subdendritik.
dan Rijang. Porositas batuan
2. Stratigrafi daerah telitian batuan yang Konglomerat lebih baik dari batuan beku
paling tua adalah satuan peridotit di
ultabasa sehingga laterisasi pada batuan Laterites:AGeneral
Konglomerat lebih baik (tebal) dari Description,International
laterisasi pada batuan ultramafik. Laterite Symposium,
NewOrleans,
Daftar Pustaka
Lousiana.D.J.I.Evansetal
Ahmad, W., 2002, Chemistry Mineralogy editors.Pp3-23.
and Formation of Nickel Hasanuddin, D., Arifin Karim., dan Apud
Laterite, PT Inco Indonesia. Djaluli., 1992, Pemantauan
(Unpublished). Teknologi Penambangan Bijih
Ahmad,W.,2005, Training Modules For Nikel di UPN Pomala PT. Aneka
Geologist, PT. Inco Indonesia. Tambang Pomala Kolaka
(Unpublished). Sulawesi Tenggara, Bandung :
Ahmad, W., 2008, Fundamental Of Dirjen Pertambangan Umum,
Chemistry, Mineralogy, PPTM.
Weatering Processes, Haldeman, E.G.,Buchan, R., Blowes,
Formation, and Exploration, J.H.,Chandles, T., 1979,
PTInco Indonesia. Geologyof Lateritic Nickel
(Unpublished). Deposits, Dominican Republic,
Anonim., 1985; Kajian Nikel, Buletin International Laterite
Khusus No.2-85, Pusat Symposium,New Orleans,
Pengembangan Teknologi Lousiana.D.J.I.Evans et al
Mineral, Bandung. editors. Pp 57-84.
Buchanan,F.1807,Ajourney from Madras Hall, R .& Wilson,M.E., 2000, Neo Suture
through the Countries of in Eastern Indonesia. Jurnal of
Mysore, Kanara and Malabar. Asian Earth Sciences, 18, 781 –
3 vol,London, pp. 436-437, 89, 808.
251, and 258 in vol3. Howard, A.D., 1967, Drainage analysis in
Evans, A.M., 1993; Ore Geology and geological interpretation : A
rd
Industrial, An Introduction, 3 , Summation, American
Blackwell Science Oxford. Association of Petroleum
Golightly,J.P.,1979, Nickeliferous Geologist, Bulletine, v.51., p.2246-
2259 Ollier, C.D., 1969; Weathering,
Kartadipoetra, L.W., and Sudiro,1973, A Geomorphology Text 2, Pliver &
Contribution to the Geology of Boyd, Edinburgh.
South-East Sulawesi, Geol. Soc. Osborne, R.C., Waraspati, D., 1986, Applied
Indonesia. Mine Geology, PT.
Koolhoven, W.B.C., 1923, Report on the PTIncoIndonesia, Sorowako.
investigation of nickel ore (Unpublished).
chromite in the Lasolo area Philpotts, A.R., 1989, Petrography of
(subsection: Kendari),Arsip Igneous and Metamorphic Rock,
Pusat Jawatan Geologi, No. Prentice Hall, N.J., 192p.
20/br Prijono, A., 1977; The Indonesian Mining
Krauskopf and Bird., 1995, Introduction to Industry; Its Present and Future,
geochemistry, McGraw Hill, Indonesian Mining Association,
rd
v.3 ,647p. Jakarta.
Lobeck, A.K,. 1939. Geomorphologi. New Rose, A.W., Hawkers, H.E., Webb, J.S.,
York: Grw Hill. Disadur dari 1979; Geochemistry in Mineral
blog derizkadewantoro, 28Maret Exploration, 2nd Ed., Academic
2012. Press, London.
Matthaeus, 2012, Geologi dan Cadangan Rusmana, E., Koswara, A. dan
Nikel Laterit dengan Metode Simandjuntak, T.O., 1984, Peta
Inverse Distance, Kec. Geologi Lembar Luwuk, skala 1
Langgikima, Kab. Konawe : 250.000, Laporan terbuka,
Utara, Sulawesi Tenggara, Puslitbang Geologi, Bandung.
Tidak dipublikasikan. Rusmana, E., dan Sukarna,D, 1985,
Nushantara, A.P., 2002, Profil Kimia Tinjauan Stratigrafi Lengan
Pelapukan Bongkah Peridotit Tenggara Sulawesi
Daerah DX, Soroako, Sulawesi dibandingkan dengan daerah
Selatan, UGM, Yogyakarta. sekitarnya, PIT. XIV. IAGI,
(tidak dipublikasikan) Jakarta
Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D.,
Haryanto, E.& Simanjuntak
T.O., 1993, Peta Geologi Surono dan Sukido, 1985, Peta Geologi
Lembar Lasusua – Kendari, Lembar Kolaka, Sulawesi, skala
Sulawesi, sekala 1 : 250.000, 1 : 250.000, Laporan terbuka
Pusat Penelitian dan Puslitbang Geologi, Bandung.
Pengembangan Geologi, Surono, 1998, Geology and origin of
Bandung. southeast Sulawesi Continental
Simandjuntak, T.O., Rusmana,E. , Surono Terrane, Indonesia, Media
dan Supandjono, J.B. 1983, Teknik, No.3 Tahun xx
Peta Geologi Lembar Malili, Totok D., Friedrich G., 1988. Chormit
Sulawesi, skala 1:250.000, Potential ofthe
Puslitbang Geologi, Bandung. NickelLateriteDeposits of Gebe,
Smith, R.E.,Anand R.R., Churcward,H.M., Mollucas(Indonesia).
Robertson,I.D.M., Erzmetali41 (1988)Nr. 11, pp
Grunsky,E.C.,Gray,D.J., 564-569.
Wildan, J.E.&Pedrix, J.L.1992. Thornbury., W.D.,1969, Prinsiples of
Laterite geochemistry for Geomorphologi., Second
detecting concealed mineral Edition., Willey and Sons.
deposits, Yilgran Craton, Van Zuidam, R.A., 1979; Guide to
Western Australia–Final Geomorphological Photo
Report. CSIRO Division of Interpretation, Sub-department
Exploration Geoscience, of geography, ITC.
Restricted ________, 2011, Kegiatan Eksplorasi
Report236R(Reissuedas Open Bahan Galian Nikel dan
File Report 50, CRCLEMME, Mineral Pengikutnya daerah
Perth, 1998). Tobimeita, Laporan Triwulan I
Sukamto, Rab., 1975a, Geologic map of Periode Januari-Maret, PT.
Indonesia sheet VIII, Stargate Pasific Resources.
Ujungpandang, skala 1 :
1.000.000, Geol. Survey of
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai