A.N. Mulyadi
BAB II
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Bab II-5
Dokumen Studi Kelayakan
A.N. Mulyadi
Bab II-5
Dokumen Studi Kelayakan
A.N. Mulyadi
2.1.2 LITOLOGI
Litologi yang menyusun wilayah Rencana IUP Operasi Produksi A.N.
Mulyadi merupakan Satuan batuan Aluvium (Qa) yang terdiri dari pasir, kerkil,
kerakal, lumpur dan lempung. Pasir pada umumnya berupa pasir kuarsa berbutir
halus sampai kasar, berwarna putih sampai kelabu. Kerikil dan kerakal juga
Bab II-5
Dokumen Studi Kelayakan
A.N. Mulyadi
didominasi oleh fragmen kuarsa, granit dan fragmen batuan malihan. Lempung
umumnya terdiri dari lempung kaolin, berwarna putih, kelabu sampai kuning.
Sebaran batuan ini menempati wilayah pedataran yang luas di wilayah Rencana
IUP Operasi Produksi dan sekitarnya. Hubungan antara pasir, kerikil dan lempung
setempat menjemari membentuk lensa-lensa, pada umumnya bercampur dengan
batas kontak yang sulit diamati.
Bab II-5
Dokumen Studi Kelayakan
A.N. Mulyadi
batuan samping yang berumur Trias Akhir sampai Jura Awal, yang membentuk
bagian dari Kawasan Kalimantan Barat.
2.2.1 TOPOGRAFI/BATIMETRI
Secara regional daerah penyelidikan merupakan suatu bentang alam
dataran aluvium sungai. Dataran alluvium sebarannya terdapat menempati seluruh
bagian wilayah IUP Eksplorasi A.N. Mulyadi menyebar di seluruh daerah
penyelidikan. Daerah ini dicirikan dengan adanya sungai bermeander seperti
Sungai Kapuas yang bermuara di laut juga terdapat potongan-potongan meander
sungai.
Pasir yang ditemukan mengendap di dasar sungai terjadi akibat dari
peristiwa erosi dan akhirnya tersedimentasi. Pasir yang tersedimentasi di dasar
Sungai Kapuas tepatnya di Desa Kelakik, Kecamatan Nanga Pinoh berasal dari
peristiwa erosi tanah akibat curah hujan yang cukup tinggi di Kabupaten Melawi
dan gerusan sempadan sungai mulai dari bagian hulu DAS Kapuas. Peristiwa
erosi dan gerusan sempadan sungai terus berlangsung setiap tahunnya dan
menyisakan endapan pasir yang tersedimentasi di dasar sungai. Sumbangan
terbesar erosi tanah disebabkan oleh tanah-tanah terbuka yang tercuci akibat curah
hujan yang tinggi yang kemudian menjadi air limpasan permukaan (run off) yang
pada akhirnya masuk ke badan perairan.
Bab II-5
Dokumen Studi Kelayakan
A.N. Mulyadi
Pasir yang tersedimentasi di dasar sungai berpotensi menyebabkan
pendangkalan sungai, terutama alur pelayaran jika tidak dilakukan kegiatan
normalisasi ataupun pemanfaatan pasir tersebut.
Ciri dari morfologi dataran alluvium ini antara lain pola aliran sungai
dendritik dan beberapa sungai besar diapit oleh dataran banjir dan rawa-rawa.
Proses pelapukan mempunyai tingkatan yang sangat lanjut dan regolith yang tebal
meluas dikebanyakan wilayah dataran rendah. Batuan didaerah ini jarang
tersingkap, telah terurai (decomposed), sehingga sebaran batuan ditafsirkan dari
keterdapatan bongkah-bongkah batuan yang tersebar dipermukaan tanah dan
dianggap sebagai bongkah insitu.
Bab II-5
Dokumen Studi Kelayakan
A.N. Mulyadi
Bab II-5
Dokumen Studi Kelayakan
A.N. Mulyadi
2.2.2 LITOLOGI
Daerah telitian secara umum tersusun dalam satuan Aluvium ( Qa ) yang terdiri
dari litologi lempung, pasir, kerikil dan bahan tumbuhan (organic). Pasir berlapis slang siur
berbentuk lensa memanjang, tebal 10 cm. Kerikil dan kerakal terdiri dari kepingan granit,
diorit dan andesit. Satuan ini merupakan endapan sungai dan pantai dengan ketebalan lebih
dari 2 meter.
Secara umum litologi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi satuan
batuan:
1. Aluvium (Qa), terdiri dari litologi lempung, pasir, kerikil dan bahan tumbuhan
(organic). Pasir berlapis slang siur berbentuk lensa memanjang, tebal 10 cm.
Kerikil dan kerakal terdiri dari kepingan granit, diorit dan andesit. Satuan ini
merupakan endapan sungai dan pantai dengan ketebalan lebih dari 2 meter,
meliputi hampir setengah dari wilayah daerah eksplorasi, khususnya bagian barat.
Bab II-5