PERTAMBANGAN BAUKSIT
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Kegiatan eksplorasi bauksit oleh PT. Bintangar Maju Abadi dilakukan berdasarkan Izin
Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi yang disahkan oleh Bupati Sanggau melalui SK
No. 504 Tahun 2010 dengan luas 8.860 hektar kepada PT. Bintangar Maju Abadi untuk
meneliti dan mengembangkan tambang endapan bauksit di Kecamatan Meliau dan Tayan
Hilir, Kabupaten Sanggau, Propinsi Kalimantan Barat. Kegiatan eksplorasi endapan
bauksit di Wilayah izin Usaha Pertambangan (WIUP) Eksplorasi Bauksit tahun 2011 ini
merupakan langkah tindak lanjut dari hasil penyelidikan umum, dimana telah
menemukan areal prospek bauksit yang menarik terutama kearah tepi bagian baratdaya
Blok IUP Eksplorasi Bauksit dan utara IUP dengan kadar rata-rata mencapai 48 % s/d 55
% A1203.
Ruang lingkup penyelidikan terdahulu (Penyelidikan Umum) pada tahun 2010 adalah
meliputi pengamatan Geologi endapan, pencontohan endapan bauksit pada singkapan dari
beberapa bukaan jalan/dinding jalan dan beberapa test-pit, preparasi contoh dan
pengolahan data lapangan.
Hasil yang diperoleh dalam kegiatan penyelidikan umum tahun 2010 (mulai dari
Triwulan I,II,III dan IV) dan telah terlokalisirnya areal indikasi endapan bauksit,
mencakup areal tangkapan sekitar 2.500 Ha.
■Keadaan penduduk
Pada wilayah IUP Eksplorasi Bauksit, seluas lebih kurang 8.860 Ha. terdapat 5 (lima)
Desa, yaitu Desa Perupuk, Mungguk Kompas, Mungguk Keladin dan Sungai Jaman
dan Mungguk Pasir. Penduduk setempat ini sebagian besar dihuni oleh suku Dayak
Meliu dan Suku pendatang (Jawa). Suku Melayu jumlahnya sedikit dan umumnya
dari penduduk wilayah Kecamatan Meliau dan Bodok.
Mata pencaharian penduduk setempat ini pada umumnya bersawah, berladang sawit
dan buruh perkebunan sawit dan hanya sebagian kecil saja yang berkeija sebagi guru
dan pegawai Kecamatan.
Agama yang dianut penduduk pada umumnya campuran beragama Islam dan Kristen.
Sedangkan dipedalam pada umumnya beragama Kristen.
Areal perawaan dan gambut terdapat tepi S. Kapuas sepanjang lebih kurang 3 km
mulai dari Dsn. Perupuk sampai ke Dsn. Temurak dengan lebar kearah daratan sekitar
500 meter. Areal ini merupakan limbah banjir bila S. Kapuas meluap.
Lokasi areal eksplorasi seluas lebih kurang 8.860 Ha. dibagi menjadi 4 blok
areal keija, dimana Blok I yang terletak dibagian tepi barat WIUP dari hasil
survey ditempati hampir 75 % oleh semak-semak belukar dan hutan liar.
Sedangkan keaarah timur laut yang merupakan pebukitan bergelombang rendah
sampai menengah ditempati oleh hutan liar, hutan karet dan kebun sawit rakyat.
Kearah bagian tengah dan utara ditempati oleh kebun karet rakyat dan hutan
liar. Sedangkan ke bagian selatan-timur ditempati oleh sebagian besar
perkebunan sawit milik PTP Nusantara XIII dengan luas lebih kurang 3.000
Ha.dengan usia sawit > 20 tahun. Kearah barat dibagian selatan berbatasan dengan PTP
Nusantara XIII adalah Perkebunan Sawit milik PT. Surya Borneo Indah (gambar Peta
2).
Penyelidikan yang lebih menekankan pada geologi endapan bauksit seluas kurang
lebih 8.860 ha dilakukan oleh PT. Bintangar Maju Abadi pada tahun 2009 yang
menghasilkan Peta Geologi skala 1 : 50.000 yang memperlihatkan lokasi singkapan
bauksit. Dalam pemetaan regional seluruh wilayah IUP PT. Bintangar Maju Abadi
seluas 8.860 ha dapat dibedakan menjadi 9 (sembilan) satuan batuan yang
mempunyai urutan stratigrafi dari tua ke muda.
3.1.2.Kegiatan Eksplorasi
Dalam akhir tahun 2010 PT. Bintangar Maju Abadi melakukan Pemetaan Singkapan
Bauksit berskala 1 : 25.000 dan penafsiran penyebaran lapisan bauksit dan
perhitungan sumberdaya bauksit. Berdasarkan pemetaan singkapan bauksit dan
perhitungan sumberdaya wilayah IUP PT. Bintangar Maju Abadi dibagi dalam 2
(dua) blok dan diberi urutan prioritas. Daerah sebagai prioritas adalah daerah yang
sekarang dilakukan studi kelayakannya seluas 8.860 hektar.
Pemetaan geologi permukaan dalam skala 1 : 10.000 pada daerah Tayan Hilir;
Analisis bauksit;
Perhitungan sumberdaya.
Pada kegiatan ini menghasilakn 8 lubang bor, dimana dari hasil kegiatan ini telah
dapat ditentukan keberadaan endapan bauksit.
3.1.Geologi Regional
3.2.1.Geologi Kabupaten Sanggau
Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan oleh Irrudin & Trail (1989, 1983),
bahwa batuan tertua yang menyusun Wilayah Sanggau diperkirakan mulai dari zaman
Paleozoikum (Silur) - Trias Batuan dari Formasi Malihan Pinoh, penyebaran berarah
relatif barat - timur, tersebar di wilayah selatan Kabupaten Sanggau sekitar Nanga
Taman dan Tayan. Bersama-sama dengan batuan tonalit dan granit, telah menjadi
batas penyebaran Cekungan Melawi bagian selatan.
Sanggau sekitar Nanga Taman dan Tayan. Bersama-sama dengan batuan tonalit dan
granit, telah menjadi batas penyebaran Cekungan Melawi bagian selatan.
Batuan intrusif berumur Kapur awal, dari granit laur, tonalit sepauk (Pieter dan
Sanyoto, 1989) menerobos batuan tertua dari Formasi malihan Pinoh. Penyebaran
diperkirakan Barat laut - Tenggara. Batuan ini lebih dominan tersingkap dibagian
selatan Kabupaten Sanggau sekitar Tayan, Toba dan sekitar Ngabang. Kelompok
satuan batuan diatas kemudian secara stratigrafi ditindih secara tidak selaras oleh
batuan sedimen berumur oligosen akhir - kapur dari Formasi Batupasir Landak,
Formasi Pedawan. Penyebaran batuan ini hampir merata di Kabupaten Sanggau
hingga ke Kabupaten Ngabang.
Secara geologi batuan tersebut diatas, mengalami masa paneplainisasi oleh erosi
secara luas, seluruh daerah hampir rata yang disebut sebagai paparan sunda pada
saat sekarang ini, daerah ini kemudian mengalami pengikisan dalam periode waktu
geologi. Batuan dekat permukaan berubah menjadi tanah liat dan beberapa tempat
dilanjutkan dengan pelindihan/pencucian/leaching yang menghasilkan konkresi
yang mengandung besi misalnya megnetit (Fe304), hematite (Fe2C>3), Limonit
(Fe203H20), Gibsite (AI2O3 3H2O) dan Bachmit (AI2O3H2O).
Formasi batuan sedimen serpih lempung hampir menutupi bagian barat Kabupaten
Sanggau, sedangkan Formasi Batupasir tersingkap hampir menutupi seluruh
Kabupaten berarah Barat-timur. Batuan mesozoikum dari Formasi Malihan Pinoh,
mengalami intrusi dari batuan granitis dan andesitic. Pada periode erosi yang lama,
batuan sedimen yang muda telah terkikis dari daerah yang luas , sehingga terjadi
suatu hampir rata. Hampirata ini mengalami pelapukan yang dalam . Batuan dekat
permukaan berubah menjadi lempung dan pada tempat- tempat yang
memungkinkan, diteruskan dengan pelindihan dari lempung yang menghasilkan
pembentukan lapisan konkresi alumunium dan besi. Ditempat- tempat tertentu besi
dan silica mengalami pelindihan dari konkresi alumunium sehingga teijadi
pengayaan alumina. Sebagai hasilnya teijadilah endapan bauksit.
3.2.2.Stratigrafi
Urutan stratigrafi lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi PT. Bintangar
Maju Abadi dan sekitarnya tersusun oleh batuan dari muda ke tua dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.Alluvium (Qa), terdiri dari Lumpur, lanau, pasir, kerikil, kepingan batuan
menyudut; endapan sungai, pantai, danau, rawa, eluvium. Umur Kuarter.
Penyebaran satuan ini cukup luas, terutama menempati wilayah pedataran
rendah Sungai dan danau disekitar wilayah penelitian.
2.Formasi Batu pasir Landak (Tola), Kelompok ini merupakan formasi batuan
pengisi Cekungan Melawi bagian atas, dengan penyebaran yang memanjang
barat-timur mulai dari wilayah Sanggau hingga kaki pegunungan Schwaner.
Litologi terdiri dari : Batupasir kuarsa sampai litos, batulumpur, serpih,
batulanau, konglomerat, batulumpur hijau dan merah, batupasir tufaan,
4.Formasi Granit Laur (Kll), Litologi terdiri dari : granodiorit, granit, tonalit,
sedikit diorit kuarsa, diorit. Batuan ini sering terdapat ubahan dan terdeformasi.
Umur K-Ar 116,120,128 juta tahun atau berumur Kapur. Granodiorit
homblende-biotit : leukokratik sampai mesokratik, berbutir sedang, sama butir,
berkisar antara diorit kuarsa dan tonalit. Diorit kuarsa ; berbutir halus sampai
menengah, hornblende dengan sedikit augit dan piroksen orto. Granit biotit ;
warna merah jambu, terang, batuan berkisar dari adamelit, nampaknya
merupakan rangkaian termuda. Batuan ini ditindih secara tidak selaras oleh
Kelompok batupasir Landak (Tola). Menerobos Formasi Sungai Betung (Jls)
dan Batuan dari Komplek Emboi (Pre) dan diterobos oleh Gunungapi serian
(Ruse).
5.Batuan Gunungapi Raya (Kir), Litologi terdiri dari : lava, breksi, tufa aglomerat
bersusunan andesit ; umumnya terubah. Penanggalan K-Ar menunjukkan umur
106 juta tahun, atau Kapur Awal. Terdapat mineralisasi pirit, kalkopirit,
molibdenit dan sfalerit. Hubungan dengan batuan lainnya yaitu tidak selaras
diatas Batupasir Landak (Tola) dan diintrusi oleh Granit Laur (Kll) dan Batuan
Terobosan Sintang (Toms).
6.Tonalit Sepauk (Kls), Litologi satuan ini terdiri dari : tonalit, granodiorit, granit,
sedikit diorit kuarsa, diorit kuarsa, diorit, gabro. Tonalit (40-45%), granodiorit
(30-35%). Setempat terdaunkan. Umur berdasarkan penanggalan isotop adalah
45 - 130 juta tahun (Kapur awal).
7. Formasi batuan Malihan Pinoh (PzRp), Litologi kelompok ini terdiri dari :
batusabak, batutanduk, filit kuarsit, sekis genes, migmatit, sedikit batuan
gunungapi malih, amfibolit.
Batuan ini merupakan batuan tertua yang diperkirakan mulai dari zaman
Paleozoikum (Silur) - Trias. Penyebaran berarah relatif barat - timur, tersebar
di wilayah selatan Kabupaten Sanggau sekitar Nanga Taman dan Tayan.
Bersama-sama dengan batuan tonalit dan granit laur, telah menjadi batas
penyebaran Cekungan Melawi bagian selatan.
Gambar 3.2
Peta Geologi Regional
3.2.1.Geologi Lokal
1. Geologi
Secara geologi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi, di
dominasi oleh batuan dari Kelompok Granit Laur (Kll) dan Tonalit Sepauk
(Kls). Satuan ini menempati hampir 50% wilayah penelitian, khususnya di Blok
2 sisanya ditempati oleh Batuan Malihan Pinoh dan endapan kuarter (alluvium).
Batuan tertua yang berumur Paleozoikum - Mesozoikum yang terdiri dari
batusabak, batutanduk, filit kuarsit, sekis genes, migmatit, sedikit batuan
gunungapi malih, amfibolit. Batuan-batuan ini kemudian diintrusi oleh pluton-
pluton yang bersifat magmatis yang terdiri dari tonalit dan granit. Selama intrusi
berlangsung, terdapat pula proses pnematolitis yang menghasilkan magneti
(Fe304) dan Hematite (Fe203).
2.Stratigrafi
Litologi batuan yang menempati WIUP Operasi Produksi Bauksit di Wilayah
Kecamatan Tayan Hilir dan Meliau dari umur tua ke muda adalah sebagai
berikut:
Batuan tertua yang menempati areal tinjau adalah dari Formasi Sepauk tersusun
dari Granodiorit dan Tonalit-biotit, juga tubuh-tubuh kecil dai Kuarsa diorite
dan Diorite.
Kelompok batuan vulkanik Kerabai (P.Sanoto and Pieters, 1993) juga tersingkap
pada areal WIUP ini, teridri dari lava andesit, lava basal, lava breksi dengan
intrusi-intrusi kecil dari andesit dan diorite. Batuan ini tersebar disekitar
pebukitan menengah atau dibagian tengah dari areal WIUP.
3. Struktur Geologi
Pola struktur yang mempengaruhi daerah penyelidikan adalah sesar normal
dengan arah hampir Utara - Selatan. Sesar ini kemungkina akibat pengaruh sesar
besar berarah Baratlaut-Tenggara. Batuan-batuan yang dilewati oleh sesar ini
sudah campur aduk menjadi Talus , seperti dibagian selatan areal WIUP,
nampaknya sudah terbreksikan kuat dan hancur. Secara umum struktur sinklin
dan antiklin tidak ditemukan pada batuan sedimen dari Formasi Tebidah, batuan
ini hanya terpoliasi dengan diisi olehmangan dan carbon.
Gambar 3.3.
Stratigrafi Daerah Tayan, Kecamatan Meliau dan Tayan Hilir
3.2.Kegiatan Eksplorasi
Sebagaimana terlihat pada peta berikut ini (Gambar peta 4 ) bahwa kegiatan eksplorasi
baik itu untuk pencadangan deposit maupun eksplorasi dalam rangka melokalisir areal
yang prospek diareal IUP Eksplorasi bauksit PT. Bintangar Bumi Mineral ( BMA2 ),
dengan luas sekitar 8.600 ha telah tersusun jadwal triwulan kegiatannya sebagai berikut:
Triwulan I, mulai Maret 2011 s/d Mei 2011, adalah melakukan pencadangan deposit
bauksit di areal bagian Blok I ( Selatan ), seluas lebih kurang 500 Ha. yaitu dengan
melakukan pemboran tangan secara sistimatis, untuk dipersiapan pengajuan IUP
Operasi Produksi.
Triwulan II; mulai Mei 2001 s/d Juli 2011, adalah melakukan eksplorasi melalui
pencontohan secara geologi dan pemboran tangan untuk mengetahui keberdaan
endapan bauksit yang tidak tersingkap pada Blok I ( Utara ), seluas lebih kurang
1.200 Ha.
Triwulan III; mulai Juli 2001 s/d September 2011, adalah melakukan eksplorasi melalui
pencontohan secara geologi dan pemboran tangan untuk mengetahui keberdaan
endapan bauksit yang tidak tersingkap pada Blok II, seluas lebih kurang 1.800 Ha.
Triwulan IV; mulai September 2001 s/d Nopember 2011, adalah melakukan eksplorasi
melalui pencontohan secara geologi dan pemboran tangan untuk mengetahui
keberdaan endapan bauksit yang tidak tersingkap pada Blok III, seluas lebih kurang
1.500 Ha.
Triwulan IV; mulai Awal Desember 2011, adalah melakukan pengolahan data hasil
eksplorasi dan pembuatan laporan tahunan kegiatan eksplorasi pada areal seluas
lebih kurang 5.000 Ha.
Sisanya seluas lebih kurang 3.500 Ha. dari hasil penyelidikan umum tahun 2010, areal
ini tidak mempunyai prospek bauksit yang ekonomis dan juga areal ini sudah ditanami
sawit oleh Perkebunan Sawit PTP Nusantara XHI.
Gambar 3.4.
Akses jalan ke beberapa lokasi target eksplorasi sudah relatif terbuka karena banyak
jalan tanah dan jalan-jalan utama yang sudah diperkeras dengan batu, dibuat oleh
perkebunan sawit PTP Nusantara XIII dan PT. Surya Borneo Indah.
Jadi dalam melakukan eksplorasi terhadap endapan ke beberapa lokasi tidak ada masalah.
Terkecuali kondisi jalan-jalan sawit yang menuju ke areal sekitar hutan, agak rusak
karena nampaknya tidak dipelihara.
Kegiatan eksplorasi pemboran tangan di areal bagian selatan Blok I, dilaksanakan ada
Triwulan I, seluas 500 Ha. kegiatannya dilakukan mulai pada awal Maret 2011 s/d Mei
2011. Sisa waktu pada Triwulan I dilanjutkan melakukan eksplorasi dibagian utara blok.
Tim bor tangan, menggunakan 2 (dua) Regu dan selama kegiatan, tinggal / sewa tempat
di Ibukota Kecamatan Meliau. Berdasarkan hasil interpretasi pengamatan satellite dan
dipadukan dengan hasil penyelidikan umum, bahwa lokasi titik-titik perencanaan
pemboran tangan telah ditentukan sebanyak 60 rencana titik. Hasil pemboran tangan yang
terealisasi hanya 50 lubang bor, sisanya sebanyak 10 lokasi titik bor, tidak ditemukan
indikasi endapan bauksit (Peta 4). Daftar pencotohan bauksit dari hasil pemboran tangan
dan testpit dapat dilihat pada Table 3 dan Gambar 3.6, berikut i n i :
Dari hasil taksiran peta satteliite dan hasil penyelidikan umum tahun 2010, ternyata
prospek endapan bauksit dibagian barat ini ada korelasi dengan hasil pemboran tangan.
Hasil korelasinya dapat diperoleh pada luasan tangkapan (catchment area) sekitar 500 Ha.
Dalam operasional pemboran ini sering terkendala dengan bongkah-bongkah batuan yang
masih cukup keras, kadang tidak bisa ditembus dengan pemboran. Diperkirakan endapan
bauksit masih terdapat endapan bauksit pada kedalaman 5 - 10 meter sampai di lapisan
dasar.
Lokasi Pemboran Tangan di IUP. Eksplorasi Bauksit PT. Bntangar Maju Abadi
(BMA 2) di Wilayah Kec. Tayan Hilir dan Meliau
Tabel 3.1
Gambar 3. 6.
Keberadaan endapan bauksit dari hasil perhitungan luasan bahwa dari areal tangkapan
indikasi endapan yang prospek seluas 330 ha. maka dari hasil pemboran (Areal Of
Infuence) areal yang ekonomis untuk siap ditambang adalah seluas 130 Ha.
Hasil interpretasi dari korelasi lokasilokasi bor menunjukkan susunan litologi endapan
sebagai berikut:
■ Tanah penutup, berupa lempung kuning terang, gembur (lateritic soil). Kemungkinan
masih mengandung fragmen-fragmen-fragmen bauksit berbutir halus dengan butiran
halus sd sedang dari kuarsa dan sedikit limonitic kedalaman lapisan penutup (over
burden), sekitar 1,00 m sd. 2,00 m.
■Lapisan dasar disegmen barat (Blok I Selatan) ini pada umumnya berupa batuan beku
granitic dan pada berberapa tempat terdapat lapisan tipis lempung putih kemerahan,
kemungkinan hasil lapukan dari feldspar. Sedangkan lapisan dasar dibagian segmen
timur Blok I Selatan ), ditempati oleh batuan beku granodiorit dan diorite.
■Endapan bauksit yang terdapat disegmen barat dan timur ini bisa disebut sebagai
endapan bauksit tipe kolovial, karena pengayaan endapan masih bersifat ditempat
(insitu). Sedangkan endapan bauksit yang terdapat dibagian tengah berupa pebukitan
bergelombang rendah pada pada umumnya endapan bauksit diperkirakan berkualitas
baik (>45% A1203) dan prosentase quarsa ( <10%). Tapi ketebalan endapannya
terbatas maksimum 2 m s/d 3 meter langsung ketemu lapisan dasar lempung putih
keabuan sangat licin.
Keberadaan Situasi dibagian utara Blok I, seluas lebih kurang 1.200 Ha, sebagian
areal ditempati oleh kebun sawit rakyat secara setempat-setempat, hutan liar dan
hutan karet yang tidak terawat, dimana usia sawitnya berkisar antara 6 thn s/d 8
thn.
Keberadaan potensi bauksit di areal ini mempunyai tipe endapan kolovial dan
eluvial dan mempunyai prospek yang cukup baik. Dari hasil pengamatan di
lokasi, banyak endapan bauksit tersingkap pada dinding-dinding bukit yang
PT. BINTANGAR MAJU ABADI III-24
STUDI KELAYAKAN
PERTAMBANGAN BAUKSIT
Sekitar 20 lokasi singkapan endapan bauksit, telah teramati di Blok utara ini dengan
rincian contoh, sebagai berikut:
Pencontohan channel sampling (CS) pada singkapan yang terdapat ditepi jalan pada
umumnya tersingkap antara 1,20 mtr - 2,00 mtr, terkecuali pada lokasi endapan bauksit
dengan kode lokasi CS.06/BLK-I dan CS.08/BLK-1 seperti terlihat pada gambar foto 2,
itu adalah bekas galian backhoe untuk menimbun jalan perkebunan sawit dengan
ketinggian > 4 meter. Dengan rata-rata lapisan penutup endapan 1,5 s/d 2 meter.
Pencontohan dengan bor tangan menggunakan tipe Hand Auger 2,5 Inchi dilengkapi
dengan sendok penangkap conto, rod, chisel bit dan bor ulir. Pengambilan contoh
tidak menggunakan casing, karena pemboran hanya sampai air tanah. Kedalaman
pemboran tangan, maksimum sampai 4 meter. Contoh diambil setiap interval 1 mtr,
terkecuali pada akhir pemboran, dimana pemboran diberentikan apabila ketemu
lapisan dasar atau tidak bisa tembus karena terhalang oleh bongkah=bongkah batuan
keras. Tebal contoh pada akhir pemboran, kemungkinan tebalnya bisa lebih dari 1
meter atau kurang. Material endapan hasil pemboran, ditampung dan disusun
berdasarkan interval kedalaman, kemudian kukan deskripsi. Setelah itu material
endapan dimasukan kedalam kantong plastik dan diberi label contoh.
Keberadaan endapan bauksit dari hasil pemboran tangan diareal Blok-I Utara( BMA-
2), menunjukan suatu endapan bersifat eluvial dan kolovial, dimana untuk endapan
tipe eluvial yang sudah mengalami transport tidak jauh dari induk batuannya
mempunyai rata-rata kadar A1203 > 45 % dengan butiran kuarsa relative rendah
( <10%) dan lapisan-lapisan tipis limontik campur goetit menyelimuti material
batuan mengandung bauksit dari taksiran mempunyai Concretion Factor ( C F ) antara
60 % - 65 %.
Pada umumnya tipe endapan eluvial ini, mempunyai material kerikilan dengan
diameter sekitar 2,5 cm s/d 5,0 cm. dan tersemenkan oleh laterititik soil agak gembur
berwarna kuning kemerahan.
Sedangkan untuk endapan dari tipe kolovial, pada umumnya terdapat numpang diatas
tubuh batuan induk granitic s/d Monzogranit. Endapan ini dicirikan dengan masih
banyaknya bongkah-bongkah batuan induk mulai melapuk bercampur dengan
endapan bauksit dan butiran kuarsa lepas relative banyak ( >20 % ). Mineral
magnetic berupa goetit dan hematite berupa bercak-bercak pada batuannya.
Dari hasil taksiran secara megaskopis dilapangan, sebaran bauksit tipe kolovial ini
belum semuanya terakumulasi dengan baik ( Heterogen) sehingga kadar A1203
Gambar 3.9.
Lokasi
Pencontohan
Endapan
Bauksit pada
Singkapan Dan
Lokasi
Pemboran
Tangan di Blok I
Utara ( BMA 2 )
Seperti terlihat pada table 5. bahwa hasil pencotohan dari bor tangan di Blok I Utara,
diperoleh sebanyak 25 lubang bor dengan jumlah contoh 90 conto.
Keberadaan endapan bauksit di bloke Utara dari hasil perhitungan luasan bahwa dari
areal tangkapan indikasi endapan yang prospek seluas 480 ha. maka dari hasil
Tereka: Suatu tingkat keyakinan geologi yang paling rendah dimana resiko
geologis yang tinggi, karena data lobang bor atau data seam lainnya
terbatas. Pada laporan ini tonase sumberdaya Tereka berada pada radius
diatas 800 meter.
3.5.1.Kualitas Endapan
Endapan bauksit merupakan suatu lapisan konkresi yang kaya aluminium dan besi,
berwarna kuning-kemerahan hingga kecoklatan akibat terkontaminasi oleh oksida besi,
berporidan sedikit korosi, terdapat di daerah tropis - subtropis. Bauksit mempunyai
kekerasan relatif lunak (1-3 Mohs) dan ringan, mempunyai berat jenis 2,3-2,7 gr/cm3
dengan rumus kimia A1203.2H20, bersistem kristal oktahedral, termasuk dalam kelompok
aluminium hidroksida seperti gibsit (A1203(OH)3), boehmit (y-3Al203(0H)2) dan diaspor
(a-AlO(OH)).
Bauksit yang terdapat di WIUP PT. Bintangar Maju Abadi kemungkinan bersumber dari
Granit Laur yang telah mengalami Hidrothermalisasi dan bisa juga berasal dari batuan
sedimen kaya akan Al, Na, K, Mg dan Ca dan telah mengalami pelapukan pelapukan
kimiawi. Keterdapatannya bauksit secara umum berasal dari hasil proses pelapukan yang
cukup kuat dan pelindian terhadap batuan beku berkomposisi Granit, Syenit dan batuan
sedimen seperti lempung/serpih yang kaya unsure-unsur tersebut. Akibat proses kimiawi
secara berulang-ulang di alam, sehingga menjadikan residu hidroksida alumina (Al(OH)3
dan mengeras membentuk bauksit melalui proses dehidrasi.
Endapan bauksit di WIUP Eksplorasi Bauksit Meliau pada umumnya tersebar dibagian
barat hingga ketengah dan utara, sedangkan endapan bauksit yang terdapat dibagian
Tenggara sampai selatan yang ditempati oleh perkebunan sawit hanya sedikit ditemukan
dan diperkirakan tidak ekonomis.
Endapan bauksit di bagian barat nampak sudah mengalami proses pengayaan secara
kimiawi. Sehingga banyak mungguk-mungguk bukit bauksit yang berkadar > 50 %.
A1203. Sebaran batuan beku berkomposisi monzogranit sampai tonalit, hampir
mendominasi pada areal ini, bahkan sampai kebagian utaranya.
Kemungkinan pada beberapa tempat terutama dibagian barat sampai ke utara WIUP ini
terdapat potensi bauksit yang prospek. Batuan beku dan batuan vulkanik pada umumnya
sudah terubahkan hidrothermal ke propilitisasi dan argillitisasi, sehingga batuan mudah
lapuk dan teruai secara kimiawi.
3.5.2.Perhitungan Cadangan
Berdasarkan hasil studi eksplorasi, untuk menghitung cadangan bijih bauksit yang
terdapat dalan setiap blok tambang ditentukan berdasarkan kualitas endapan dan jumlah
cadangan. Perhitungan volume cadangan bijih bauksit pada ke-dua blok rencana
penambangan terlebih dahulu harus ditentukan ” cut off grade ”nya . pada perhitungan ini
” cut off grade ” ditentukan 40% A1203, jadi bijih bauksit yang mempunyai kadar AI2O3
kurang dari 40% tidak termasuk cadangan, pada kegiatan rencana penambangan ini
perhitungan cadangandi lakukan pada sumur uji (test pit) dengan spasing tertentu
membentuk pola bujur sangkar.
b.Klasifikasi cadangan : untuk menentukan klasifikasi cadangan suatu sumber daya maka
di lakukan kegiatan eksplorasi dengan melakukan testpit dibeberapa titik yang
rapresentatif dengan jarak tertentu, karena endapan di lokasi eksplorasi sangat
berpotensi mengandung endapan bijih bauksit, berdasarkan data hasil testpit yang
telah di lakukan PT. Bintangar Maju Abadi, endapan bijih bauksit yang ada dilokasi
eksplorasi di klasifikasikan sebagai cadangan tereka ( inffered reserves ) dimana
jumlah tonase dan kadar sebagian diperoleh dari hasil perhitungan pemercontohan
- Spacing pengamatan lubang test pit pada setiap blok kegiatan eksplorasi
dilakukan secara acak antara satu lubang testpit dengan lubang test pit lainnya
yaitu dengan mempertimbangkan sebaran geologi dan kemungkinan
pengendapatannya.
c.Jumlah Cadangan
Potensi bauksit yang terdapat di wilayah IUP Eksplorasi. PT. Bintangar Maju Abadi
(BMA-2) berdasarkan pengamatan terdapat 3 area ( Blok I,II,III) yang kemungkinan
mempunyai nilai ekonomis, yaitu areal wilayah Dsn Perupuk, Dsn Mungguk Kompas dan
Dsn. Mungguk Keladin (gambar Peta 10 ). Sebagai areal target untuk dimohonkan Izin
Usaha Produksi (IUP) Operasi Produksi, adalah dibagian selatan Blk I seluas: 400 Ha.,
Blok I (Utara): 500 Ha, Blok II: 750 Ha. dan Blok III adalah 1.150 ha. dgn total luas
permohonan adalah 1.800 ha. Besarnya cadangan yang dihitung berdasarkan ( probable
reserved ) dengan parameter:
Luas area bukit-bukit bauksit ( dilokalisir dan dihitung berdasarkan dari data satellite
image “ Global Mapper “) = L mtr
Tebal rata-rata endapan bauksit, ditaksir berdasarkan perkiraan data-data lubang bor
tangan di lapangan = T mtr.
Spesific gravity ditaksir pada hasil preparasi ( pengukuran dengan gelas ukur) = Sg
(ton/m1 * 3).
1. Blok I (Selatan) yang merupakan areal target cadangan bauksit yang akan
diajukan untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Endapan Bauksit,
seluas lebih kurang 500 Ha ( Data-data Perhitungan Cadangan LB, terlampir)
Raw Material = 8.175.364 Ton
Gambar 3.11
Areal Potensi Endapan Bauksit Prospek Di BMA-2, Meliau
2.Blok I (Utara) yang merupakan areal pencadangan bauksit, seluas lebih kurang 1.200
Ha (Data-data Perhitungan Cadangan LB, terlampir)
3. Blok II yang merupakan areal pencadangan bauksit, seluas lebih kurang 1.800 Ha
(Data-data Perhitungan Cadangan LB, terlampir)
Perhitungan cadangan endapan bauksit pada areal ini ditaksir, sebesar:
Raw Material (V x Sg rata-rata = 16.840.438 Ton
4.Blok III yang merupakan areal pencadangan bauksit, seluas lebih kurang 1.500 Ha
(Data-data Perhitungan Cadangan LB, terlampir)
Jadi Total Cadangan ( Probable Reserve ) Endapan Bauksit di BMA-2 Meliau adalah
PT. BINTANGAR MAJU ABADI III-39
STUDI KELAYAKAN
PERTAMBANGAN BAUKSIT
sebesar
Seperti terlihat pada gambar peta 5, bahwa berdasarkan pengamatan telah ditemukan 3
(tiga ) areal sebaran bauksit, yaitu di wilayah sekitar Dsn Perupuk, Dsn. Munggu Kompas
dan Dsn. Mungguk Keladin.
a.Sebaran endapan bauksit di Dsn. Perupuk untuk Blok I Selatan, seluas 500 Ha. dengan
jumlah bukit bauksit sekitar 29 bukit dan Blok I Utara, seluas 1.200 Ha. dengan
jumlah mungguk-mungguk bukit sekitar 35 bukit, dengan tebal rata- rata endapan
bauksit 2 mtr s/d 3.5 mtr. Berdasarkan hasil pengamatan baik di blok I (Selatan dan
Utara) yang terindikasi bauksit adalah seluas 740 Ha. Untuk Blok I Utara bahwan
indikasi bauksit masih bisa dikembangkan, karena masih banyak bukit-bukit yang
belum sempat teramati. Dari beberapa singkapan dan pemboran tangan bahwa
endapan bauksit, secara megaskopis mempunyai % berat > 40 % AI2O3, fragmen
quarsa lepas sekitar <15 %, Oksida besi <15 %.
Endapan bauksit dengan konkresi factor antara lempung laterit dengan kerikil bauksit
sekitar 65 % adalah berwarna merah daging dengan beberapa lapisan tipis goetit
menyelimuti bauksit. Butiran kuarsa ( sub-rounded) yang terdapat pada endapan
tersebut pada umumnya lepas.
Cadangan bauksit yang diperhitungkan berdasarkan data-data bor tangan untuk blok I
(Utara dan Selatan) adalah sebesar : 18.991.336 ton ( Raw material ) atau Sekitar ;
4.937.189 ton AI2O3 dengan kadar rata-rata 43%.
b.Sebaran endapan bauksit dintara Dsn Mungguk Kompas (Blok II) yang diperkirakan
luas pengaruhnya 1.800 Ha. dengan jumlah mungguk bauksit sekitar 25 bukit, maka
areal yang berpotensi terindikasi bauksit adalah 740 Ha. dengan tebal rata-rata 2,5 -
5.0 meter. Singkapan-singkapan endapan bauksit yang ditemukan pada bongkaran
jalan sawit maupun dari hasil pemboran tangan, merupakan pebukitan dengan
ketinggian antara 55 m - 80 m dari dpi. ditempati oleh endapan bauksit cukup
prospek. Secara megaskopis mempunyai % berat > 40 % A1203 , fragmen quarsa
lepas sekitar <20 %, Oksida besi < 15 %. Endapan bauksit dengan konkresi factor
antara lempung laterit dengan kerikil bauksit sekitar 60 % adalah berwarna merah
daging sampai coklat kemerahan dengan beberapa lapisan tipis goetit dan limonit
menyelimuti kerikil-kerikil bauksit. Butiran kuarsa (sub-rounded) lepas nampak
butiran ini bisa dipisahkan dari endapan bauksit, berdasarkan gravitasi dalam
pencucian sistim centrifugal, sehingga dapat meningkatkan % berat daripada Bauksit.
Kondisi endapan bauksit mempunyai tebal berkisar antara 2.5 m s/d 3.5 m dan lapisan
dasar daripada batu syenite lapuk (saprolitik), perlu diselidiki kembali pada saat
eksplorasi lanjutan, karena dibeberapa tempat lain bisa saja terjadi akumulasi endapan
bauksit yang berkadar tinggi diatas 50 %.
Cadangan bauksit yang diperhitungkan berdasarkan data-data bor tangan untuk blok II
adalah sebesar : 16.840.438 ton ( Raw material ) atau sekitar ; 4.622.915 ton AI2O3
dengan kadar rata-rata 44%.
c.Sebaran endapan bauksit diantara Dsn. Keladin (Blok III) yang diperkirakan luas
pengaruhnya 1.500 Ha ( Areal tangkapan, dengan jumlah mungguk bauksit sekitar
103 bukit kearah timur sebagian. Areal yang berpotensi bauksit adalah sekitar 525
Ha. Singkapan-singkapan endapan bauksit yang ditemukan pada bongkaran jalan
sawit yang merupakan mungguk-mungguk kecil dengan ketinggian maksimum 65 m
dari dpi. secara megaskopis mempunyai % berat > 35 % A1203 , fragmen quarsa
lepas sekitar 30 %, Oksida besi < 20 %. Endapan bauksit dengan konkresi factor
antara lempung laterit dengan kerikil bauksit sekitar 55 % adalah berwarna merah
daging sampai coklat kemerahan dengan beberapa lapisan tipis goetit dan limonit
menyelimuti kerikil-kerikil bauksit, kerikil bauksit berkisar berdiameter 2 cm s/d 6
cm yang umumnya diselimuti oleh limonitic. Butiran kuarsa (sub-rounded) lepas
nampaknya butiran ini bisa dipisahkan dengandari endapan bauksit, berdasarkan
gravitasi dalam pencucian sistim centrifugal, sehingga dapat meningkatkan % berat
daripada Bauksit.
Kondisi endapan bauksit, mempunyai rata-rata tebalnya 1,5 m s/d 3.5 m dan lapisan
dasar batu lanau berwarna keabuan dan sebagian lagi terdapat banyak batu apungan
dari batuan beku berkomposisi syenit yang sudah lapuk (saprolitik). Areal ini perlu
diselidiki kembali pada saat eksplorasi lanjutan, karena dibeberapa tempat lain bisa
saja teijadi akumulasi endapan bauksit yang berkadar tinggi diatas 50 %.
Cadangan bauksit yang diperhitungkan berdasarkan data-data bor tangan untuk blok
II adalah sebesar : 28.130.134 ton ( Raw material) atau sekitar ; 7.4454.468 ton
AI2O3 dengan kadar rata-rata 43%.
Hasil kegiatan eksplorasi di areal IUP Eksplorasi PT. Bintangar Maju Abadi di Wilayah
Kecamatan Tayan Hilir dan Meliau, Kabupaten Sanggau, selama tahun 2011 dapat
disimpulkan, sebagai berikut:
a.Keberadaan potensi bauksit dari hasil pengamatan geologi endapan, pemboran tangan
secara sistimatis telah ditemukan 4 ( empat ) areal yang berpotensi bauksit; yaitu.
PT. BINTANGAR MAJU ABADI III-42
STUDI KELAYAKAN
PERTAMBANGAN BAUKSIT
-Blok I selatan, seluas lebih kurang : 130Ha dari areal tangkapan 330 Ha.
-Blok I Utara, seluas lebih kurang : 162Ha. dari areal tangkapan 480 Ha.
Areal-areal anomaly bauksit yang mempunyai prospek baik seluas Lebih kurang 1.000
Ha akan diusulkan untuk ditingkatkan ke Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi
produksi. Sedangkan sisanya sekitar 4.000 ha masih dipertahankan untuk dilanjutkan
kegiatan eksplorasi pada tahun berikutnya.