Anda di halaman 1dari 6

Michael Sijabat (14 306 045)

Eksplorasi Batubara

KONDISI GEOLOGI DAN ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA


DAERAH PONDOK LABU KUTAI KARTANEGARA
KALIMANTAN TIMUR
Disari dari
Tesis Program Studi Rekayasa Pertambangan
Institut Teknologi Bandung
MULYONO DWIANTORO
221 05 003

GEOLOGI REGIONAL KALIMANTAN


TIMUR
Pulau Kalimantan terdiri dari empat
cekungan tersier, yaitu, Cekungan Kutai,
Cekungan Barito, Cekungan Melawi dan
Cekungan Tarakan (Hall, R, 2001).
Cekungan Kutai dibagi menjadi dua zona
yaitu Upper Kutai Basin dan Lower Kutai
Basin. Daerah penelitian termasuk di dalam
Cekungan Kutai yang dibatasi oleh Tinggian
Kuching di sebelah Barat dan dipisahkan
dari Cekungan Tarakan oleh Punggungan
Mangkalihat.
Pegunungan
Meratus
memisahkan Cekungan Kutai bagian selatan
ke dalam Sub-Cekungan Barito dan SubCekungan Pasir (Mc. Clay, 2000).
Cekungan Kutai merupakan cekungan yang
terbesar di Kalimantan Timur, luasnya
60.000 km2 dan kedalamannya kurang lebih
mencapai 15.000 m. Di bagian Utara,
Cekungan Kutai dibatasi oleh Sesar
Sangkulirang dan Sesar Bengalon serta di
bagian Selatan oleh Sesar Adang.
STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL
KALIMANTAN TIMUR
Struktur geologi yang berkembang di dalam
Cekungan Kutai adalah lipatan dan sesar.
Batuan tua seperti Formasi Pamaluan,
Formasi Pulau Balang dan Formasi Bebuluh
umumnya terlipat cukup kuat dengan
kemiringan sekitar 40O , tetapi ada juga yang
mencapai 75O . Sedangkan batuan yang
berumur lebih muda seperti
Formasi
Balikpapan dan Formasi Kampung Baru
pada umumnya terlipat lemah, namun di
beberapa tempat dekat zona sesar ada
yang terlipat kuat.

Gambar 1. Cekungan yang terbentuk pada


zaman Tersier dibagi menjadi empat
cekungan
yaitu
Cekungan
Kutai,
Cekungan Barito, Cekungan Malawi dan
Cekungan Tarakan (Mc. Clay, 2000).
KERANGKA TEKTONIK REGIONAL
KALIMANTAN TIMUR
Kerangka tektonik Kalimantan Timur
dipengaruhi oleh perkembangan tektonik
regional yang melibatkan interaksi antara
Lempeng SamuderaPhilipina, Lempeng
Indo-Australia, dan Lempeng Eurasia yang
terjadi sejak Jaman Kapur sehingga
menghasilkan kumpulan cekungan samudra
dan blok mikro kontinen yang dibatasi oleh
adanya zona subduksi, pergerakan menjauh
antar lempeng, dan sesar-sesar mayor.
Cekungan Kutai terbentuk karena proses
pemekaran pada Jaman Eosen Tengah yang
diikuti oleh fase pelenturan dasar cekungan
yang berakhir pada Oligosen Akhir.

1
Gambar 2. Struktur geologi regional Cekungan Kutai daerah penelitian terletak di Formasi
Balikpapan pada sayap lipatan bagian baratdari sumbu antiklin (Peta Geologi Lembar
Samarinda, Supriatna 1994)

Michael Sijabat (14 306 045)

STRATIGRAFI
KALIMANTAN TIMUR

Eksplorasi Batubara

REGIONAL

Sedimen Tersier yang diendapkan di


Cekungan Kutai di bagian timur sangat tebal
dengan fasies pengendapan yang berbeda
dan memperlihatkan sklus genang susut laut.
Urutan transgresif ditemukan sepanjang
daerah tepi cekungan berupa lapisan klastik
yang berbutir kasar, juga di pantai hingga
marin
dangkal.
Pengendapan
pada
lingkungan laut terus berlangsung hingga
Oligosen dan menandakan peride genang
laut maksimum. Pada Peta Geologi Lembar
Balikpapan endapan-endapan delta yang
mengandung batubara tersebut dikenali
sebagai Formasi Tanjung, Formasi Kuaro,
Formasi Warukin, Formasi Pulaubalang,
Formasi
Balikpapan,
dan
Formasi
Kampungbaru.

Gambar 3. Stratigrafi regional Kalimantan


Timur di Cekungan Kutai, terendapkan lima
formasi yaitu dari yang paling tua ke muda
adalah Formasi Pamalungan, Formasi
Babuluh, Formasi Pulubalang, Formasi
Balikpapan, dan Formasi Kampung Baru
(Supriatna, 1994).

DATA EKSPLORASI BATUBARA


Kegiatan eksplorasi batubara dilakukan di
Daerah Pondok Labu Kabupaten Kutai

Michael Sijabat (14 306 045)

Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur.


Data yang dihasilkan dari kegiatan tersebut
berupa peta topografi skala 1:2000, dua
puluh tiga (23) lubang pemboran batubara
dengan jarak antar lubang bor berkisar 50100 meter, tiga buah singkapan batubara,

Eksplorasi Batubara

dan elevasi lapisan atas (roof) dan lapisan


bawah (bottom) batubara. Berdasarkan data
eksplorasi tersebut di atas, maka kegiatan
eksplorasi yang telah dilakukan dapat
dikategorikan dalam tahap eksplorasi detil
(SNI 1997).

Pemetaan Topografi

Gambar 4. Bentang alam daerah penelitian di Desa PondokLabu Kabupaten Kutai Kartanegara
Propinsi Kalimantan Timur, foto menghadap N 345oE, difoto di koordinat 4778.1098 oE dan
6580.3798oS

Gambar 5. Peta topografi daerah penelitian

Michael Sijabat (14 306 045)

Eksplorasi Batubara

Pemboran Batubara
Tabel 1. Data hasil pemboran batubara di daerah penelitian

Perhitungan Sumberdaya Batubara


Estimasi sumberdaya dilakukan dengan
menggunakan metode poligon. Metode
poligon merupakan metode perhitungan
dengan konsep dasar yang menyatakan
bahwa seluruh karakteristik endapan suatu
daerah diwakili oleh satu titik tertentu. Pada
area
poligon,
ketebalan
batubara
diasumsikan konstan sama dengan ketebalan
batubara pada titik bor/singkapan di dalam
poligon.

Wi=Li x ti x BJ
Dimana:
L

= luas daerah pengaruh (m2)

= tebal batubara (m)

BJ

= berat jenis batubara (ton/m3)

Konsep dasar dari metoda poligon ini adalah


menggunakan daerah pengaruh antara
lubang bor. Daaerah pengaruh terluar adalah
jarak pengaruh maksimum dari titik bor
tersebut. Selanjutnya untuk perhitungan
tonase batubara pada masing-masing poligon
(Wi) digunakan rumus sebagai berikut:

Michael Sijabat (14 306 045)

Eksplorasi Batubara

Gambar 6. Peta poligon daerah penelitian dengan tebal batubara pada tiap poligon mengacu dari
data ketebalan titik pemboran. Daerah pengaruh berbentuk setengah lingkaran ditentukan dengan
jarak 200 meter dari titik pemboran terluar.

Tabel 2. Perhitungan Sumberdaya dengan menggunakan metode poligon.

Michael Sijabat (14 306 045)

KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
metode poligon, diperoleh bahwa besaran

Eksplorasi Batubara

sumberdaya terukur di daerah Pondok Labu


Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi
Kalimantan
Timur
adalah
sebesar
1,093,709.11 ton.

Anda mungkin juga menyukai