PENDAHULUAN
atau
tertentu
ground vibration
pemuatan dan
Identifikasi Masalah
atau
tidak longsor.
-
Masalah Penelitian
Pit yang menjadi lokasi penelitian adalah Pit 7.5 6, 12.7 8, 14.7
8.
1.4.
Metode Penelitian
Pengambilan
data
dilakukan
secara
langsung
di
lapangan
Pengolahan data :
BAB
II
TINJAUAN UMUM
penunjang
seperti
perkantoran
yang
dilengkapi
dengan
sarana
Kalimantan Timur. Lokasi kerja daerah PT. Gunung Bayan Pratama Coal
meliputi daerah seluas 16.915 Ha (blok II) dalam tahap operasi produksi
dan daerah seluas 12.500 Ha (blok I) dalam tahap eksplorasi (lihat
Gambar 2.1), sedangkan khusus peta lokasi kesampaian daerah lihat
Gambar 2.2.
Pada peta
Tabel 2.1
Geografis Daerah Penelitian
KOORDINAT
TITIK
A
B
C
D
E
F
G
H
BT
115 5408
11600338
11600338
11602810
11602810
11603524
11505408
11603524
LS
00 2805
0002805
0003540
0003540
0002515
0002515
0003721
0003721
0
2. Dari Samarinda melalui jalan darat menggunakan bis menuju Camp Site
8 jam.
Keadaan sungai yang ada didaerah penelitian lebarnya antara 3 5
m
dan umumnya sungai tadah hujan kecuali Sungai Jelau dan Sungai
pencaharian
yang
digeluti
masyarakat
adalah
ladang
rata tiap bulan dari bulan Januari tahun 2001 sampai bulan Desember
tahun 2002 adalah 205,15 mm dengan hari hujan rata-rata adalah 10 hari
(lihat Tabel 2.2).
Tabel 2.2
Data Curah Hujan Daerah Penelitian Pada PT. GBPC Tahun 2001 - 2002
Bulan
T a h u n
2 0 0 1
Curah hujan
Hari
2 0 0 2
Curah hujan
Hari hujan
(mm)
(mm)
hujan
Januari
175,70
10
142,00
Februari
203,50
205,50
Maret
445,60
15
439,50
14
April
180,50
172,50
10
Mei
195,50
10
190,50
11
Juni
260,00
279,00
Juli
40,00
50,00
Agustus
58,50
60,00
Septemb
85,50
10
90,50
er
265,50
11
250,50
10
Oktober
213,70
12
220,80
15
Novembe
358,00
13
340,80
12
r
Desembe
r
Jumlah
2482
112
2441,6
119
2482 mm + 2441,6 mm
Curah hujan rata-rata =
mm/bulan
= 205,15
24 bulan
112 hari + 119 hari
24 bulan
= 10 hari/bulan
pasir serta di blok Payang. Secara fisiografi daerah kerja PT. Gunung
Bayan Pratama Coal dibagi menjadi tiga satuan daerah morfologi yaitu :
1. Satuan perbukitan bergelombang sedang - kuat
- Terdapat dibagian utara daerah blok Payang dan dibagian selatan
daerah kerja meliputi daerah blok Jebor, Klawit dan Dame.
- Dicirikan oleh kenampakan dan pola kontur yang kasar.
- Litologi penyusun terutama dari satuan batu lanau batu pasir.
- Terletak antara nilai kontur ketinggian 25m sampai 125m.
2. Satuan perbukitan bergelombang lemah sedang
- Terdapat dibagian tengah lokasi kerja yaitu blok Tlaga, Jebor dan
Rusuh.
- Dicirikan oleh kenampakan dan pola kontur yang halus.
- Litologi penyusun dari satuan batu lanau batu pasir.
- Terletak antar nilai kontur ketinggian 25m sampai 50 m.
3. Satuan dataran aluvial
- Meliputi daerah bentangan sungai, dataran limpah banjir disekitar
tubuh sungai yang cukup besar.
- Terletak pada nilai kontur ketinggian < 25m.
- Pola aliran sungai di daerah kerja dikontrol oleh dua buah sungai
yang cukup besar dengan aliran umumnya ke utara yaitu sungai
Jelau dan cabang cabangnya dibagian barat serta sungai Ohong
dan cabang cabangnya dibagian timur.
2.3.2. Stratigrafi
Endapan delta di cekungan Kutai dari Eosen sampai Tertier Muda
Prograding
Gambar 2.1
KP. Eksplorasi PT. Gunung Bayan Pratama Coal
2. Satuan abtu lempung batu lanau terdiri dari perselingan batu lempung
dan batu lanau dengan sisipan batu pasir serta lapisan batubara, satuan
ini ditemukan hampir diseluruh daerah penyelidikan kecuali blok Klawit.
3. Satuan batu pasir I terdiri dari batu pasir kuarsa di bagian bawah dari
satuan ini terdapat sisipan batu lanau dan batu lempung tidak dijumpai
sisipan batubara.
4. Satuan batu lanau batu lempung terdiri dari perselingan batu lanau
dan batu lempung dengan sisipan batubara, dibagian bawah dijumpai
sisipan batu pasir. Struktur sedimen perlapisan sejajar, bergelombang
dan lentikular, menempati hampir diseluruh daerah penyelidikan kecuali
blok Klawit.
5. Satuan batu pasir II terdiri dari batu lanau dengan sisipan batu
lempung, batu pasir dan lapisan batubara, sedang bagian bawah terdiri
dari perselingan batu lanau, batu lempung dan batu pasir dengan sisipan
batubara.
6. Satuan batu lanau menempati sebagian besar blok Rusuh dan blok
Payang.
Pamaluan.
Berdasarkan laporan geologi yang dibuat oleh tim eksplorasi PT.
Gunung Bayan Pratama Coal
Gambar 2.5
Peta Geologi Lokal Kuasa Penambangan PT. Gunung Bayan Pratama Coal
Gambar 2.5
Peta Geologi Lokal Kuasa Penambangan PT. Gunung Bayan Pratama Coal
Tumbuh tumbuhan
Bakteri anaerobik
Gelly
Gelly
Peat
5(C6H10O5)
Karbondioksida
6(C6H10O5)
Metana
Air
Karbondioksida
2.5. Cadangan dan Kualitas Batubara
Metana
Air
Dari data hasil eksplorasi yang dilakukan oleh PT. Gunung Bayan
Pratama Coal, menunjukkan bahwa jumlah cadangan batubara didaerah
blok II seperti pada tabel 2.3
Tabel 2.3
Cadangan Batubara Pada Penambangan PT. GBPC
CADANGAN
CADANGAN
CADANGAN
TOTAL
BLOK
TERUKUR
TERUNJUK
TEREKA
CADANGAN
Tlaga
Jebor
Dame
Klawit
Rusuh
TOTAL
(ton)
32.238.380
5.111.910
1.119.160
4.835.890
20.855.570
64.160.910
(ton)
14.156.610
5.122.120
4.536.430
6.723.860
22.287.700
52.826.720
(ton)
28.429.710
3.047.380
3.819.007
4.709.970
13.643.530
53.649.597
(ton)
74.824.620
13.170.410
9.474.597
16.269.720
56.786.800
170.637.147
Tabel 2.4
Kualitas Batubara Tiap Seam
No.
Seam
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
V.M
(% )
F.C
(%)
42,2
3
40,8
8
41,13
41,40
41,87
39,0
0
41,50
40,2
0
43,7
0
42,2
0
51,58
50,2
5
52,0
5
53,13
51,23
47,8
5
48,9
0
43,5
0
44,4
051,0
0
K U A L I T A S
H.G.I
I.M
Ash
T.S
(%)
(% )
(% )
(% )
C.V
(Kkal)
R.D
Ton/m
48,00
54,85
51,33
48,00
53,50
49,00
48,00
49,00
48,00
41,00
7.852
7.455
7.705
7.708
7.591
6.885
7.395
6.585
7.285
7.453
1,30
1,31
1,29
1,30
1,31
1,35
1,30
1,35
1,30
1,31
2,46
2,95
3,03
3,34
3,38
3,91
3,30
2,60
3,30
4,80
7,36
5,96
9,10
15,40
2,80
11,06
6,30
14,00
8,60
6,88
0,82
2,59
0,93
0,58
1,94
4,56
0,49
1,77
0,38
2,05
Keterangan :
khususnya pada
merupakan
pemisahan
antara
batubara
dari
zat
B A B
L A N D A S A N
I I I
T E O R I
massa dan pegas. Perlu diperhatikan bahwa pada gerakan ini tidak ada
partikel material yang berpindah secara permanen.
Gelombang seismik dapat di bedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Gelombang yang bergerak didalam batuan dibedakan menjadi dua, yaitu :
Com-
Wave
pression
Direction
3.1.2.
banyaknya faktor yang berperan. Salah satu rumus yang digunakan untuk
menghitung kecepatan osilasi adalah rumus Langefors dan Kihlstrom, yaitu
:
V = K ( Q/R
1.5 0.5
Dimana :
V
Q/R
1.5
kg
dibagi
dengan
jarak
peledakan
berpangkat
1.5
dalam
meter.
= Konstanta yang berhubungan dengan
sifat
batuan
dalam mendistribusikan
gelombang.
Hard rock 400, soft rock 200,
overburden
100.
menganalisa
pengaruh
getaran
terhadap
lereng
yang
V1
(Kondisi
kering)
50
90
V2 (Kondisi
basah)
45
80
Pasir halus
Lanau (Silt)
Lempung (Clay)
125
220
280 450
90
155
195 - 315
getaran
peledakan
secara
preventif
dapat
jumlah
muatan
memberikan
jarak yang digunakan untuk lubang tembak produksi seperti pada gambar
dibawah ini. Sedangkan muatan bahan peledaknya dikurangi dengan 50%
dan dipisah pisah dalam lubang tembak dengan menggunakan sumbu ledak
sebagai initiator.
Parameter operasi untuk lubang tembak metode line drilling oleh
Dyno Nobel Blast Dynamic Inc, sebagai berikut :
Berat isian lubang buffer = 0,5 x berat isian lubang produksi dan
deck angin
Spasing line drilling
Spasing buffer
Burden line drilling
Burden buffer
= Diameter lubang x 12
= 0,5 x spasing produksi
= 0,5 x burden produksi
= 0,75 x burden produksi
Gambar 3.3
Pola Line Drilling
3. Metode Presplitting
Presplitting merupakan sebuah teknik yang menggunakan :
Jumlah muatan tiap lubang presplit lebih kecil dari jumlah lubang
ledak produksi
Semua lubang tembak diledakkan secara bersamaan. Jika hal ini
Diameter lubang x 14
Spasing buffer
Burden presplit
Burden buffer
3.4. PELEDAKAN
3.4.1. Faktor Geologi Yang Diperhatikan Dalam Kegiatan Peledakan.
Faktor geologi yang perlu diperhatikan dalam kegiatan peledakan
banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat batuan . Sifat-sifat batuan tersebut
seperti :
a. Kuat tekan dan tarik adalah kekuatan batuan dibawah tekanan
b. Kecepatan
gelombang
longitudinal
adalah
kecepatan
dimana
Square pattern
Dalam sguare pattern jarak burden sama dengan spacing.
10 m
O
10 m
O
Gambar. 3.4 . Pola Pemboran Square Pattern
b.
Rectangular Pattern
Dalam rectangular pattern jarak spacing dalam satu baris lebih besar dari pada
jarak burden.
10 m
O
8m
O
Gambar 3.5. Rectangular Pattern
c.
10 m
10 m
O
Sguare
10 m
O
8m
O
Rectangular
Gambar 3.6. Stanggered atau Zig-zag
3.4.2.2.
Dalam kegiatan peledakan perlu danya penentuan parameterparameter sebelum memulai suatu kegiatan peledakan yaitu :
a. Ketinggian teras (L)
35) x D
x (D)2 x
4
B
T
L
H
PC
J
Keterangan :
B
H
Pc
J
= Burden
S = Spacing
= Kedalaman lubang bor
T = Stemming
= Tinggi isian bahan peledak L = Tinggi jenjang
= Subdrilling
Gambar 3.7. Geometri Peledakan
peledakan
pada
setiap
lubang
bor,
dapat
dihitung
dengan
Untuk menentukan
menghitung
jumlah
pemakaian
bahan
peledak,
perlu
diperhatikan diameter lubang ledak dan panjang kolom ledak yang akan
diisi. Untuk menentukan jumlah bahan peledak dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Untuk pemakaian perlubang (E) = de x PC
Untuk pemakaian setiap peledakan (E) = de x PC x N
Dimana : de
(m)
dan
Pf = E / V
3.4.6.
Pola Peledakan
lubang ledak
yang dihasilkan kecil tetapi ukuran fragmen agak besar karena energi
untuk menghancurkan batuan tersebut kurang.
Sistem Peledakan
besar.
3.4.8. Posisi Peledakan
Dalam kegiatan peledakan yang harus diperhatikan adalah jarak
peledakan dari lereng, karena posisi lereng tersebut peka terhadap
dampak getaran dari kegiatan peledakan. Peledakan yang semakin dekat
terhadap lereng tentunya akan menimbulkan getaran yang semakin besar.
bila terjadi perubahan gaya yang bekerja pada lereng tersebut. Perubahan
gaya gaya yang bekerja pada lereng dapat terjadi karena pengaruh alam
atau karena aktifitas penambangan. Analisiskemantapan lereng (Slope
stability) diperlukan sebagai suatu pendekatan atau pemecahan masalah
kemungkinan longsor yang akan terjadi pada satu lereng. Kelongsoran
terjadi akibat pergerakan dari pergerakan material lereng karena
kekuatan geser tanah telah terlampaui yaitu kekuatan geser tanah pada
bidang gelincir tidak cukup besar untuk menahan gaya-gaya yang bekerja
pada bidang tersebut. Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak
(Driving force) dan gaya penahan (Resisting Force) yang ada pada bidang
gelincir tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang
gelincir atau sudut lereng ()
faktor yang mempengaruhi kemantapan suatu lereng yaitu sifat fisik dan
mekanik material, Geometri lereng, kondisi air tanah, gaya-gaya dari luar
dan faktor waktu.
Kemantapan lereng dapat dianalisa dengan mengambil dasar mekanisme
suatu benda yang berada pada bidang miring, seperti pada gambar 3.1
dengan memasukakn beberapa asumsi penyebab kelongsoran tersebut,
yaitu antara lain:
- Kelongsoran diakibatkan oleh gaya gravitasi
- Pengaruh tekanan air terhadap kekuatan geser.
- Tegangan efektifitas.
- Pengaruh tekanan air pada rekahan air
3.5.1 Longsoran Akibat Gaya Gravitasi
Suatu balok dengan berat W terletak diatas permukaan bidang yang
mempunyai kemiringan () terhadap bidang horisontal . pada balokhanya
bekerja gaya gravitasi. Komponen yang menyebabkan balok cendrung
meluncur (gaya penggerak) adalah
sin
( 3.1 )
(3.2
. tan
(3.4a)
(3.4b)
U =u.A
U menjadi :
R =( W Cos 2 - U) Tan
(3.5)
Jika berat unit kaleng dan isinya (Air) t dan berat unit air w maka :
W = t .h.A dan U =w hw A
(3.6)
Hw =h Cos 2
(3.7)
Sehingga
U = ( t / w ) W Cos 2
(3..8)
menjadi
R = W Cos 2. (w /t ). Tan
(3.9)
= C+ (-u ) Tan
(3.10)
(3.11)
dan U
akan
CA + (W.Cos u) Tan
(3.12)
F
W.Sin + V
bersifat kohesi yang tergantung pada macam tanah dan butirnya dan
komponen yang bersifat gesekan ( Frictional )yang sebanding dengan
gesekan efektif.
3.6.2.1. Bobot isi Tanah / Batuan
Bobot isi adalah nilai perbandingan antara massa dan volume
tanah /batuan. Bertambahnya bobot isi suatu batuan atau tanah
mengakibatkan gaya penggerak yangmenyebabkan lereng longsor juga
bertambah dasar sehingga kemantapan lereng menjadi berkurang.
Bobot isi tanah/batuan terdiri dari bobot isi kering dan bobot isi
jenuh. Bobot isi tanah dipengaruhi oleh kandungan air dalam tanah. Dimana
bobot isi tanah basah tentu lebih besar dari pada bobot isi tanah kering.
Sedangkan banyaknya kandungan air tergantung pada kemampuan tanah
untuk menyerap air atau tergantung pada porositasnya.
3.6.2.2.Kandungan Air tanah.
Peningkatan kandungan air dalam tanah atau batuan mengakibatkan
nilai tekanan air pori juga mengikat, sehingga nilai kuat geserya menjadi
berkurang. Ini berarti lereng semakin tidak mantap.
3.6.2.3.Porositas.
isinya menjadi
besar.
Bertambahnya jumlah air yang juga akan meningkatkan tekanan air pori
yang akan memperkecil kuat geser tanah atau batuan
3.6.2.4.
Permeabilitas adalah sifat material
seperti
air
mere,mbes
melalui
poro-porinya,
semakin
tinggi
nilai
/tanah
dapat
meluncur
dengan
bebas
karena
gaya
beratnyasendiri, Untuk batuan yang sangat lapuk (Tanah) nilai sudut geser
diidentikkan dengan nilai Angle Of refose;yaitu sudut yang dibentuk oleh
suatu material lepas.
Sudut
geser
dalam
berbanding
lurus
dengan
kuat
geser
besar
sehingga
kondisinya
juga
semakin
mantap.
Untuk
Tabel 3.2.
Nilai Sudut Geser Dalam Untuk Beberapa Material.
JENIS BATUAN
Amphibolte
Basalt
Conglomerate
Chalk
Dolomite
Gneiss ( Schistose )
Granite (Fine grain )
Granite ( Coarse Grain )
Limestone
Porphiry
Sandstone
Shale
Siltstone
Slate
S (Kpa)
Kuat geser
C (Kpa)
(Kpa)
Gambar 3.10
Hubungan Kuat Geser Dengan Tegangan Normal
( sumber : Dr . L.D. Wesley Mekanika Batuan.1977)
Dimana :
S = Kekuatan geser tanah.
C = Kohesi tanah
= Sudut geser dalam
= Tegangan normal pada bidang kritis
= C + Tan
Dimana :
C = Kohesi batuan / tanah efektif dalam
= Tegangan normal efektif = -
U = Tegangan air pori.
= Sudut geser dalam efektif.
C
C
atau
Gambar 3.11
Perbedaan Antara Sudut Geser Dalam
Dengan Sudut Geser Dalam Efektif
(Sumber Dr.L.D. Wesley, 1997 )
Parameter
C dan
berbeda dengan D dan pada prinsipnya C > C dan .> seperti pada
gambar 3.3.
3.6.3. Geometri dan orientasi lereng
Geometri lereng seperti : Tinggi jenjang lebar benah dan
kemiringan jenjang mempengaruhikemantapan suatu lereng. Semakin
besar kemiringan dan tinggi jenjang asemakin kecil kemantapannya karena
berat material yang harus ditahan oleh kekuatan geser tanah atau batuan
semakin
besar
sebaliknya
semakin
kecil
sudut
kemiringan
dan
terhadap
terjadinya
longsor
sehingga
kekuatan
geser
tanah/batuan berkurang.
3.6.5. Gaya Dari Luar.
Gaya gaya dari luar juga berpengaruh terhadap kemantapan Lereng.
Gaya gaya tersebut dapat berupa :
1
3
3.7. Klasifikasi longsoran.
Longsoran biasa terjadi dengan beberapa bentuk atau cara dan
ternyata hal ini sangat penting untuk membuat analisa kemantapan lereng .
longsoran yang terjadi pada tanah mempunyai mekanisme dan bentuk
geometri yang berbeda dengan batuan keras.
Longsoran
tanahyang
B A B IV
PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN
2.
3.
b.
Data lapangan diambil secara acak pada waktu dan tempat yang
berbeda tergantung dari lokasi peledakan.
(data acak dan mentah) kemudian diolah dengan cara statistik untuk
mendapatkan nilai rata-ratanya yang dapat mewakili jumlah data yang
ada.
-
kontraktor pada bagian peledakan oleh PT. Gunung Bayan Pratama Coal
adalah :
a. Mobile Manufactured Unit (MMU) yang berisi AN, FO, dan emulsion
serta pompa untuk mengisi bahan peledak kedalam lubang ledak.
b. Meteran yang dilengkapi pemberat pada ujungnya untuk mengukur
kedalaman lubang ledak dan sekaligus untuk mengukur kedalaman isian
lubang .
c. Shortgun yang berfungsi menghasilkan gelombang kejut untuk proses
peledakan selanjutnya.
4.2.1.2.
Peralatan Pelengkap
Perlengkapan Peledakan
a. In hole delay 9m, 12m, 21m, 24m 400 Ms yang berfungsi meledakkan
primer.
b. Detonating cord berfungsi untuk peledakan simultan.
c. Surface delay :
- Connectadet 25 Ms berfungsi sebagai delay 25 Ms.
- Connectadet 65 Ms berfungsi sebagai delay 65 Ms.
- Load in line yang menghubungkan antara Shortgun dengan detonator
sebagai
pemula peledakan.
NH 4NO3 +
CH2. Dalam
c. Powergel 2580
Powergel merupakan pencampuran dari Ammonium Nitrat (AN), EF,
FO. Dalam pencampurannya digunakan perbandingan, yaitu AN 39,5% , EF
59,5% ,FO 1%.
Powergel digunakan untuk kondisi lubang lubang ledak yang banyak air.
d. Energen 2640 dan 2660
Energen
merupakan
pencampuran
dari
AN,
EF,
FO.
Dalam
sedangkan untuk energen 2660 yaitu 54,6% AN, 43% EF dan 2,4 % FO
digunakan pada kondisi lubang ledak agak banyak air.
4.2.1.5. Desain Peledakan
a. Pola pemboran yang diterapkan adalah stanggered rectangular pattern.
b. Parameter peledakan terdiri dari :
1. Ketinggian teras bervariasi antara 4 meter 10 meter.
2. Diameter lubang ledak adalah 9 inch atau 229 mm.
3. Burden yang diterapkan adalah sama untuk semua lokasi yaitu 8
meter.
S = 10 m
B = 8m
T = 5,5 m
L = 9,96 m
H = 11,56 m
PC = 6 m
J = 1,6 m
Keterangan :
B
H
Pc
J
= Burden
S = Spacing
= Kedalaman lubang ledak T = Stemming
= Tinggi isian bahan peledak L = Tinggi jenjang
= Subdrilling
Jenis lereng
Lokasi Penelitian
Dari data geoteknik
Bayan Pratama Coal tahun 1996 bahwa batuan penyusun pada blok Tlaga
didominasi oleh batuan lempung dan struktur geologi pada umumnya
kecepatan
getaran.
Dari
peledakan
yang
diterapkan
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Analisis Getaran Peledakan Terhadap Lereng
Tanggal
Handak
Jara
Kecepata
Jenis
Kondis
Jenis
Efek yang
Lokasi
peledakan
perdela
k (m)
n getaran
batuan
lereng
ditimbulka
peledaka
(mm/s)
penyusun
batuan
y (Kg)
lereng
16 Mei
2002
17 Mei
2002
18 Mei
2002
22 Mei
2002
24 Mei
2002
25 Mei
2002
26 Mei
2002
28 Mei
2002
29 Mei
2002
30 Mei
2002
31 Mei
2002
1 Juni
2002
2 Juni
2002
5 Juni
1715,65
1715,65
1715,65
3319,00
8
3319,00
8
3319,00
8
2173,16
2173,16
3184,66
3184,66
3184,66
1985,47
8
1985,47
8
1985,47
8
5127,00
6
3238,0
08
3238,0
08
6190,84
0
230,51
230,51
1382,95
5
1382,95
5
1162,35
8
1162,35
8
1308,92
5
1308,92
5
300
25
90
16
500
45
450
29
100
500
30
10
150
52
500
150
47
90
10
115
20
33
95
41
87
40
23
152
10,5
252
13,5
79
57,461
370,47
403,707
720,135
54,484
331,58
47,713
373,04
178,4
53,37
440,25
792,436
103,95
230,1
67,771
132,76
317
269,88
270
43,23
393,233
270,104
112,074
210
127,028
227,46
488.706
118,558
993,73
91,629
848,125
225,39
Lanau
Lanau
Lanau
Lempung
Lempung
Lempung
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
LanauL
Lempung
Lempung
Lempung
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Lempung
Lempung
Lanau
Lanau
Lanau
Lanau
Kering
Kering
Kering
Basah
Basah
Basah
Kering
Kering
Kering
kering
Kering
Basah
Basah
Basah
Kering
Kering
Kering
Kering
Basah
Kering
Basah
Kering
Kering
Kering
Kering
Kering
Kering
Basah
Kering
Kering
Kering
Kering
Single
Overal
Single
Single
Overal
Single
Overal
Single
Single
Overal
Single
Single
Single
Sngle
Overal
Overal
Overal
Overal
Single
Overal
Single
Overal
Overal
Overal
Overal
Overal
Single
Single
Single
Overal
Single
Single
Aman
Retak
berat
Retak
berat
Retak
berat
Aman
Retak
Aman
Retak
berat
Aman
Aman
Retak
Retak
berat
Aman
Retak kecil
Aman
Aman
Retak
berat
Retak kecil
Retak kecil
Aman
Retak
berat
Retak
berat
Aman
Aman
Aman
Retak kecil
Retak
berat
Aman
Retak
berat
Aman
Retak
berat
14.7
14.7
14.7
7.5
7.5
7.5
12.7
12.7
14.7
14.7
14.7
7.5
7.5
7.5
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
12.7
14.8
14.8
14.8
14.8
14.8
14.8
7.6
7.6
12.8
12.8
12.8
12.8
2002
6 Juni
2002
2634,14
5
2634,14
5
3358,7
56
3358,7
56
3567,4
88
3567,4
88
Retak kecil
BAB V
PEMBAHASAN
C. Pola Peledakan
Pola peledakan yang diterapkan pada lokasi peledakan adalah pola
peledakan baris demi baris. Pola peledakan ini akan menghasilkan
getaran yaitu untuk delay sebesar 323,09 mm/s dan untuk simultan
sebesar 168,82 mm/s yang terdiri dari beberapa lubang tiap ledakan
yang memiliki getaran masing masing. Dari pola peledakan dilapangan
terdiri dari 4 sampai 18 lubang tiap baris.
O
O
B= 8m
O S = 10 m O
O
O
O
O
D. Geometri Peledakan
Adapun geometri peledakan yang diterapkan pada lokasi
peledakan khususnya pada burden dan spasing sama pada semua
lokasi yaitu burden 8 meter dan spasing 10 meter. Akan tetapi
kondisi jarak batuan terhadap batuan dibawahnya menyebabkan
kedalaman lubang ledak dan isian bahan peledak akan bervariasi.
Kedalaman lubang ledak rata rata adalah 11,56 meter. Dengan
melihat geometri yang diterapkan tersebut maka dikategorikan tidak
ambang batas
simultan
tersebut
kedalamannya
dikurangi
secara
kecepatan getaran sebesar 720,135 mm/s dan beberapa Pit lainnya. Hal
tersebut sangat melampaui kecepatan getaran yang diterima oleh batuan
penyusun lereng disekitarnya.
Dengan
melihat
dampak
yang
dihasilkan
kegiatan
peledakan
berikut.
Tabel 5.1
Jarak Aman Lereng Dari Lokasi Peledakan
Berat
Ambang batas
Lokasi
Jenis
Sistem
handak
kecepatan getaran
(Pit)
material
peledakan
Perdela
(mm/s)
y (Kg)
Jarak
K
aman
V1
V2
(Basah)
_
100
60,39
(m)
14.6,
Lanau
Delay
2306,8
(Kering)
220
14.7,
Lanau
Delay
472306
155
100
96,22
Lempung
Delay
,847
2306.8
280
100
43,82
Lempung
Delay
47
195
100
70,9
12.7,
12.8
2306,8
12.7,
Lanau
Simultan
47
5658,9
220
100
110,970
Lanau
Simultan
23
155
100
177,007
280
100
80,547
195
100
130,333
12,8
5658,9
Lempung
Simultan
23
5658,9
Lempung
Simultan
23
5658,9
23
5.4.
peledak tiap lubang adalah 128,158 Kg serta jumlah isian bahan peledak
pada baris buffer sebanyak 2178,686 Kg. (lihat Lampiran 9).
5.4.1.2. Metode presplit
a. Geometri untuk lubang presplit adalah spasing dengan jarak 3,206 m
dan burden dengan jarak 4 m. Dari geometri tersebut diperoleh jumlah
lubang presplit sebanyak 26 lubang. Jumlah isian bahan peledak untuk
baris presplit sebanyak 1998m594 Kg dengan jumlah isian tiap lubang
sebesar 76,869 Kg.
b. Jumlah lubang isian dan total bahan peledak untuk lubang buffer
presplit adalah sama pada lubang buffer metode line drilling.
c. Kedalaman isian bahan peledak (PC) tiap lubang ledak presplit.
Kedalaman
pengisian
bahan
peledak
(PC)
berbeda-beda
bahan
peledak
ANFO
dengan
kedalaman
isian
peledak
Powergel dengan
pengisian
bahan
peledak
(PC)
berbeda-beda
peledak
Powergel dengan
pedakan
dengan
sistem
simultan
tidak
digunakan
line drilling karena pada ledakan dengan cara simultan semua lubang ledak
diledakkan secara serentak dalam satu kali ledakan. Geometri lubang line
drilling dan lubang buffer serta jumlah lubang adalah sama pada sistem
delay, yang berbeda adalah jumlah isian bahan peledak tiap lubang buffer,
jumlah isian bahan peledak baris buffer, kedalaman isian bahan peledak
(PC) lubang buffer, serta kedalaman stemming lubang buffer.
a. Jumlah isian bahan peledak tiap lubang buffer sebesar 40,42
Kg/lubang.
b. Kedalaman isian bahan peledak (PC) untuk lubang buffer
Kedalaman pengisian bahan peledak (PC) berbeda-beda
tergantung dari kondisi lubang ledak. Pada kondisi lubang kering
menggunakan bahan peledak ANFO dengan kedalaman isian 1,22
m/lubang dan pada kondisi lubang lembab menggunakan bahan peledak
Energen dengan kedalaman isian 0,75 m/lubang serta pada kondisi
lubang ledak basah/banyak air menggunakan bahan peledak Powergel
dengan kedalaman isian 0,81 m/lubang. (lihat Lampiran 9).
c. Kedalaman stemming untuk lubang buffer
Kedalaman pengisian stemming berbeda-beda tergantung dari
kondisi lubang ledak. Pada kondisi lubang kering menggunakan bahan
peledak ANFO dengan kedalaman stemming 1,39 m/lubang dan pada
kondisi lubang lembab menggunakan bahan peledak Energen dengan
peledak
Powergel dengan
S = 10 m
2. Metoda Presplit
Presplit row
Buffer row
B=4m
B=6m
O
O
production row
B=8m
O
S=5m
O
S = 3,206 m
S = 10 m
B A B
VI
VI.1. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Besarnya getaran peledaakan terjadi karena beberapa faktor yaitu
berat bahan peledak per delay, jarak dari tempat peledakan, posisi
peledakan
terhadap
lereng
di
sekitarnya,
penentuan
geometri
DAFTAR PUSTAKA
Pertambangan
Umum
Pusat
Pertambangan, Bandung, 1998.
12. ................,
Tambang
Pertambangan,
Bandung,1998.
Terbuka,
Fakultas
Pengembangan
DiktatKuliah,Jurusan
Teknologi
Mineral,
Tenaga
Teknik
ITB,
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN HARGA RATA RATA
Nr
=
K = 1 + 3,3 log N
Fi . Xi
X=
Fi
Dimana :
__
Nr = Nilai data terbesar nilai data terkecil
X = Nilai
rata - rata
K = Jumlah kelas interval
data
Ci = Interval kelas
Fi = Frekuensi data
Xi = Nilai tengah
N = Jumlah
Jumlah lubang
Kedalaman
Kedalaman
peledakan
lubang ledak
pengisian
16 Mei
(lubang)
5
(m)
17
(m)
10,42
2002
15
8,4
17 Mei
12
5,5
2002
14,76
8,06
18 Mei
13,6
6,7
2002
11
12,46
5,96
22 Mei
3,5
1,75
2002
10
6,5
3,5
24 Mei
12,36
7,11
10
2002
15,5
8,75
11
26 Mei
17
6,21
3,68
12
2002
18
9,5
13
29 Mei
14
11,4
5,5
No
2002
30 Mei
2002
31 Mei
2002
1 Juni 2002
2 Juni
2002
5 Juni
2002
6 Juni
2002
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 13
= 2,114
18 - 4
Ci
=
2
= 2 (Dibulatkan)
No.
1
2
Nilai data
4 - 11
11,1 - 18
Total
Fi
10
Xi
7,5
3
Fi = 13
Fi . Xi
75
14,5
43,5
Fi . Xi =
X
9,1
118,5
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 13
= 2,114
= 2 (Dibulatkan)
17 3,5
Ci
=
=
No.
1
Nilai data
3,5 - 10,2
Fi
4
Xi
6,8
Fi . Xi
27,5
10,3 - 17
Total
9
Fi = 13
13,6
122,6
Fi . Xi = 150,1
X
11,5
K = 1 + 3,3 log N
10,4 1,7
= 1 + 3,3 log 13
= 2,114
= 2 (Dibulatkan)
No.
1
2
Ci
2
=
Nilai data
1,7 - 6
Fi
7
6,1 - 10,4
Total
=
4,3
Xi
3,9
8,2
Fi = 13
Fi . Xi
27,3
49,5
X
5,9
Fi . Xi =
76,9
Tanggal
Jumlah
Kedalaman
Kedalaman
Berat
peledakan
lubang
lubang ledak
pengisian
handak
25 Mei
ledak
46
(m)
5
(m)
2,9
(Kg)
5127,006
2002
94
6190,840
28 Mei
2002
46 + 94
= 70
2
5 + 3
= 4m
2
2,9 + 2
- Harga rata rata kedalaman pengisian (PC) =
2
5127,006 + 6190,840
= 2,45 m
2
LAMPIRAN 3
DATA PENGAMATAN BERAT BAHAN PELEDAK, JARAK,
KECEPATAN GETARAN PADA SISTEM DELAY
A. Sistem Delay
Tanggal
No
peledakan
Berat
Jarak
Kecepatan
handak/delay (Kg)
(m)
getaran
(mm/s)
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
16 Mei 2002
1715,65
300
57,461
1715,65
25
370,47
1715,65
90
403,707
17 Mei 2002
3319,008
16
720,135
3319,008
500
54,484
3319,008
45
331,58
18 Mei 2002
2713,16
450
47,713
2713,16
29
373,04
22 Mei 2002
3184,66
100
178,4
3184,66
500
53,37
3184,66
30
440,25
24 Mei 2002
1985,478
20
792,436
1985,478
150
103,95
1985,478
52
230,1
26 Mei 2002
3238,008
150
132,76
3238,008
47
317
29 Mei 2002
230,51
10
270
230,51
115
43,23
30 Mei 2002
1382,955
20
393,233
1382,955
33
270,104
31 Mei 2002
1162,358
95
112,074
1162,358
41
210
1 Juni 2002
1308,925
87
127,028
1308,925
40
227,46
2 Juni 2002
2634,145
23
488,706
2634,145
152
118,558
5 juni 2002
3358,756
10,6
993,73
3358,756
252
91,629
6 Juni 2002
3567,488
13,5
848,125
3567,488
79
225,39
Tabel L.3.1. Harga Rata Rata Berat Bahan Peledak Tiap
Delay
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87
= 6 (Dibulatkan)
3567,4 230,5
Ci
=
6
556,1
No.
1
Nilai data
230,5 - 786,6
Fi
2
Xi
508,5
Fi . Xi
1017,1
786,7 - 1342,8
1064,7
4259
1342,9 1898, 9
1620,9
8104,5
1899 2455,1
2177,0
10885,4
2455,2 3011,3
2733,2
5466,4
3011,4 3567,4
Total
12
Fi =
3289,4
39472,8
Fi . Xi =
30
2306,8
69205,41
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87
= 6 (Dibulatkan)
500 - 10
Ci
81,6
No.
1
Nilai data
10 91,6
Fi
19
Xi
50,8
Fi . Xi
965,7
91,7 173,3
132,4
794,9
173,4 254,9
214,1
214,1
254,0 336,6
295,8
295,8
336,7 418,3
377,4
418,4 - 500
459,1
1377,4
121,6
Total
Fi =
Fi . Xi = 3648,1
30
Tabel L.3.3. Harga Rata Rata Kecepatan Getaran
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 30
= 5,87
= 6 (Dibulatkan)
993,7 43,2
Ci
=
=
6
158,4
No.
1
Nilai data
43,2 201,6
Fi
12
Xi
122,4
Fi . Xi
1469,2
201,7 360
280,8
2246,7
360,1 518,4
439,2
2635,5
518,5 676,8
597,6
676,9 835,2
756
1512,1
323,08
835,3 993,7
Total
2
Fi =
914,5
1829
Fi . Xi = 9692,6
30
B. Sistem Simultan
No.
Tanggal
Berat bahan
Jarak
Kecepatan
peledakan
peledak/ledakan (Kg)
(m)
getaran (mm/s)
25 Mei 2002
5127,006
500
67,771
28 Mei 2002
6190,840
90
269,88
5658,923 Kg
Berat rata-rata tiap lubang =
70 lubang
= 80,84 Kg/lubang
500 m + 90 m
Jarak rata-rata lubang ledak terhadap lereng =
m
= 295
2
LAMPIRAN 4
PERHITUNGAN GEOMETRI PELEDAKAN
A. Burden (B)
B = (25 35) x De
= 35 x 0,229 m
= 8,015 m
= 8 m (dibulatkan)
Dimana De = 0,229 m
B. Spasing (S)
S = Ks x B
= (1,00 2,00) x B
= 1,25 x 8 m
= 10 m
C. Stemming (T)
T = Kt x B
= (0,75 1,00) x B
= 0,75 x 8 m
=6m
=6m
F. Subdrilling (J)
J = Kj x B
= (0,2 0,3) x B
= 0,2 x 8 m
= 1,6 m
LAMPIRAN 5
PERHITUNGAN MATERIAL HASIL LEDAKAN
LAMPIRAN 6
PERHITUNGAN POWDER FAKTOR DAN BLASTING RATIO
E
8323,2 m x 2,25 Ton/m
- Sistem delay =
Ton/lb
18727 Ton
= 3,6
5126,36 lb
49043,98 Ton
=
12575,38 lb
E
BR =
V
5126,36 lb
- Sistem delay =
= 0,27 lb/Ton
18727 Ton
12575,38 lb
- Sistem simultan =
49043,98 Ton
= 0,25 lb/Ton
LAMPIRAN 7
PERHITUNGAN KECEPATAN GETARAN PADA
TIAP LOKASI PELEDAKAN
16 Mei 2002
= ANFO
= 0,8 Ton/m
- (De)
- Kondisi lubang
= Kering
- Jumlah lubang
= 42
- Kedalaman rata-rata
= 10,42 m
= 100
= 25 m, 90 m dan 300 m
Perhitungan :
1. Jumlah handak permeter (de) =
3,14
x (De) 2 x
=
1000 Kg/Ton
3,14
4
=
32,93 Kg/m
= 343,13 Kg
3. Jumlah bahan peledak perdelay (Q) = 343,13 Kg x 5 lubang = 1715 ,65
Kg
Sehingga besarnya kecepatan getaran =
- Untuk radius 300 m dengan jenis batuan penyusun lereng adalah lanau
kering =
( Q/R
V=K
1.5 0.5
1,5
0,5
1.5 0.5
1,5
0,5
1.5 0.5
1,5
0,5
17 Mei 2002
lokasi Pit 7.5
- Jenis bahan peledak
= Powergel 2580
= 1,2 Ton/m
- (De)
- Kondisi lubang
= basah
- Jumlah lubang
= 69
- Kedalaman rata-rata
= 8,42 m
= 100
= 16 m, 45 m dan 500 m
Perhitungan :
1. Jumlah handak permeter (de) =
3,14
x (De) 2 x
=
1000 Kg/Ton
3,14
49,39 Kg/m
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
0,5
1.5 0.5
= 100 (3319,008Kg/45 m
1,5
0,5
18 Mei 2002
Lokasi Pit 12.7
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 71
- Kedalaman rata-rata
= 12 m
= 100
= 29 m dan 450 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
0,5
22 Mei 2002
Lokasi Pit 14.7
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 40
- Kedalaman rata-rata
= 14,76 m
= 100
= 30 m, 100 m dan 500 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 8,06 m
= 398,083 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 8,56 m
= 281,88 Kg
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
) 0,5
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 73
- Kedalaman rata-rata
= 13,6 m
= 100
= 10 m, 52 m dan 150 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 6,7 m
= 330,913 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 7,2 m
= 237,096 Kg
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
) 0,5
25 Mei 2002
Lokasi Pit 12.7
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 46
- Kedalaman rata-rata
= 5m
= Lanau kering
- K untuk overburden
= 100
= 500 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 2,7 m
= 133,353 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
1.5 0.5
1,5
0,5
26 Mei 2002
Lokasi Pit 12.7
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 81
- Kedalaman rata-rata
= 12,46 m
= 100
= 47 m dan 150
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 5,96 m
= 294,364 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 6,46 m
= 212,727 Kg
3. Jumlah bahan peledak perdelay (Q) = 294,364 Kg x 11 lubang =
3238,008 Kg
Sehingga besarnya kecepatan getaran (V) =
- untuk radius 47 m dengan jenis batuan penyusun lereng adalah lanau
kering =
V = K ( Q/R
1.5 0.5
1,5
0,5
1.5 0.5
1,5
0,5
28 Mei 2002
Lokasi Pit 12.7
- Jenis bahan peledak
= ANFO
= 0,8 Ton/m 3
- (De)
- Kondisi lubang
= kering
- Jumlah lubang
= 94
- Kedalaman rata-rata
= 3m
= 100
= 90 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 2 m
= 65,860 Kg
2. Jumlah bahan peledak tiap ledakan (Q) = 65,860 Kg x 94 lubang =
6190,840 Kg
Sehingga besarnya kecepatan getaran (V) =
- untuk radius 90 m dengan jenis batuan penyusun lereng adalah lanau
kering =
V = K ( Q/R
1.5 0.5
1,5
) 0,5
29 Mei 2002
Lokasi Pit 12.7
- Jenis bahan peledak
= ANFO
= 0,8 Ton/m 3
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= kering
= 34
- kedalaman rata-rata
= 3,5 m
= 100
= 10 m dan 115 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 1,75 m
= 57,627 Kg
2. Jumlah bahan peledak perdelay (Q) = 57,627 Kg x 4 lubang = 230,51 Kg
Sehingga besarnya kecepatan getaran (V) =
- untuk radius 10 m dengan jenis batuan penyusun lereng adalah lanau
basah =
V = K ( Q/R
1.5 0.5
1,5
0,5
V = K ( Q/R
1.5 0.5
1,5
0,5
30 Mei 2002
Lokasi Pit 14.7
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
- kedalaman rata-rata
= 100
= 20 m dan 33 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 3 m
= 148,17 Kg
= 1382,955 Kg
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
) 0,5
31 Mei 2002
Lokasi Pit 14.7
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
- kedalaman rata-rata
= 100
= 41 dan 95 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 6,86 m
= 338,815 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 7,36 m
= 242,364 Kg
= 1162,358
Kg
Sehingga besarnya kecepatan getaran (V) =
- untuk radius 41 m dengan jenis batuan penyusun lereng adalah lanau
kering =
V = K ( Q/R
1.5 0.5
1,5
0,5
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1 Juni 2002
Lokasi Pit 14.7
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 30
- Kedalaman rata-rata
= 15,5 m
= 100
= 40 m dan 87 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 8,5 m
= 419,815 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 9 m
= 296,37 Kg
13. Jumlah bahan peledak perdelay =
= 1308,925Kg
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
1,5
) 0,5
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 63
- Kedalaman rata-rata
= 7,21 m
= 100
= 23 m dan 152 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 3,18 m
= 157,06 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 3,68 m
= 121,824 Kg
14. Jumlah bahan peledak perdelay =
= 2634,787 Kg
1.5 0.5
1,5
0,5
1.5 0.5
= 100 (2634,787Kg/152 m
1,5
0,5
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 77
- Kedalaman rata-rata
= 9,5 m
= 100
= 10,5 m dan 252 m
Perhitungan :
1. Berat bahan peledak tiap lubang basah = de x PC
= 49,39 Kg/m x 4,75 m
= 234,602 Kg
2. Berat bahan peledak tiap lubang kering = de x PC
= 32,93 Kg/m x 5,25 m
= 172,882 Kg
15. Jumlah bahan peledak perdelay =
- Un tuk lubang basah (Q) = 234,602 Kg x 4 lubang = 938,408 Kg
- Untuk lubang kering (Q) = 172,82 Kg x 14 lubang = 2420,348 Kg
Total
= 3358,756
1.5 0.5
1,5
0,5
1.5 0.5
1,5
0,5
7 Juni 2002
Lokasi Pit 12.8
- Jenis bahan peledak
- (De)
- Kondisi lubang
- Jumlah lubang
= 98
- Kedalaman rata-rata
= 11,4 m
= 100
= 13,5 m dan 79 m
Perhitungan :
1. Jumlah handak permeter (de) =
3,14
x (De) 2 x
=
1000 Kg/Ton
3,14
4
=
53,52 Kg/m
757,38 Kg
= 3567,18 Kg
1.5 0.5
1,5
) 0,5
1.5 0.5
= 100 (3567,18/79 m
1,5
) 0,5
LAMPIRAN
1,33
Jarak aman =
K x Q
V1
1,33
100
x 2306,8 Kg
220 mm/s
= 60,39 m
- Kondisi lereng basah
1,33
Jarak aman =
K x Q
V2
1,33
100
x 2306,8 Kg
155 mm/s
= 96,22 m
1,33
Jarak aman =
K x Q
V1
1,33
100
x 2306,8 kg
280 mm/s
= 43,82 m
Jarak aman =
K x Q
V2
1,33
100
x 2306,8 Kg
195 mm/s
= 70,9 m
Jarak aman =
K x Q
V1
1,33
100
x 5658,923 Kg
220 mm/s
= 110,970 m
Jarak aman =
K x Q
V2
1,33
100
x 5658,923 Kg
155 mm/s
= 177,077 m
Jarak aman =
K x Q
V1
1,33
100
x 5658,923 Kg
280 mm/s
= 80,457 m
Jarak aman =
K x Q
V2
1,33
100
x 5658,923 Kg
195 mm/s
= 130,333 m
LAMPIRAN 9
+ 1 lubang = 30,11
2,748 m
= 0,5 x 10 m
=5m
- Burden (B) = 0,75 x burden produksi
= 0,75 x 8 m
=6m
Jumlah isian bahan peledak tiap lubang buffer :
= 0,5 x 256,316 Kg
= 128,158 Kg
80 m
+ 1 lubang = 17 lubang
5m
Jumlah isian bahan peledak lubang buffer =
= 17 lubang x 128,158 Kg
= 2178,686 Kg
Sehingga pengurangan bahan peledak = 2306,8471 Kg 2178,686
Kg
= 128,161 Kg
B. Presplit
Geometrinya terdiri dari :
Kg/delay
Jumlah isian bahan peledak tiap lubang presplit =
x 30%
2306,08
lubang/delay
= 76,869
Kg/lubang
80 m
Jumlah lubang presplit =
3,206 m
+ 1 lubang = 26 lubang
x 100 %
2306,847 Kg
= 86,66 %
Geometri buffer :
Spasing (S) = 0,5 x Spasing produksi
= 0,5 x 10 m
= 5m
Burden (B) = 0,75 x burden produksi
= 0,75 x 8 m
=6m
Jumlah isian bahan peledak tiap lubang buffer :
= 0,5 x 256,316 Kg/lubang
= 128, 158 Kg/lubang
80 m
+ 1 = 17 lubang
5m
= 2178,686 Kg
2178,686 Kg
x 100 % = 94,44 %
2306,847 Kg
Sehingga total tambahan bahan peledak :
= Jumlah isian lubang presplit + Jumlah isian lubang buffer
= 11998,594 Kg + 2178,686 Kg
= 4177,28 Kg
Kedalaman isian (PC) lubang presplit :
- Lubang pada kondisi kering menggunakan bahan peledak ANFO,
maka
= 2,33 m/lubang
32,93 Kg/m
- Lubang pada kondisi lembab menggunakan bahan peledak
Energen, maka
76,869 Kg/lubang
= 1,43 m/lubang
53,5 Kg/m
- Lubang pada kondisi basah/banyak air menggunakan bahan
peledak Powergel, maka kedalaman isian adalah :
76,869 Kg/lubang
= 1,55 m/lubang
49,4 Kg/m
Stemming (T) lubang presplit :
- Lubang pada kondisi kering menggunakan bahan peledak ANFO,
maka
H - PC
= 4,615 m/lubang
2
2
- Lubang pada kondisi lembab menggunakan bahan peledak Energen,
maka
H - PC
=
= 5,065 m/lubang
2
2
- Lubang pada kondisi basah/banyak air menggunakan bahan peledak
Powergel, maka kedalaman stemming adalah :
H - PC
= 5 m/lubang
128,158 Kg/lubamg
= 3,89 m/lubang
32,93 Kg/m
- Lubang pada kondisi lembab menggunakan bahan peledak Energen,
maka
128,158 Kg/lubang
= 2,39 m/lubang
53,5 Kg/m
- Lubang pada kondisi basah/banyak air menggunakan bahan
peledak Powergel, maka kedalaman isian adalah :
128,158 Kg/lubang
= 2,59 m/lubang
49,4 Kg/m
Stemming (T) untuk lubang buffer pada metode presplit dan line
drilling :
- Lubang pada kondisi kering menggunakan bahan peledak ANFO,
maka
H - PC
=
= 3,83 m/lubang
2
= 4,585 m/lubang
H - PC
= 4,485 m/lubang
+ 1 = 30 lubang
40.42 Kg/lubang
= 1,22 m/lubang
32,93 Kg/m
- Lubang pada kondisi lembab menggunakan bahan peledak Energen, maka
kedalaman isian adalah :
40,42 Kg/lubang
= 0,75 m/lubang
53,5 Kg/m
- Lubang pada kondisi basah/banyak air menggunakan bahan peledak
Powergel, maka kedalaman isian adalah :
40,42 Kg/lubang
= 0,81 m/lubang
49,4 Kg/m
4 m 1,22 m/lubang
=
2
= 1,39 m/lubang
4 m 0,75 m/lubang
=
= 1,625 m/lubang
H - PC
4 m 0,81 m/lubang
= 1,595 m/lubang
80 m
Jumlah lubang buffer =
5m
+ 1 lubang = 17 lubang
LAMPIRAN 10
PERHITUNGAN KESEIMBANGAN OKSIGEN BALANCE
aNH4NO3
bCH2
cCO2
dH2O +
eN2
= 2.5
H = 4/80 x 100
= 5,00
O = 3/80 x 100
= 3,75
H = 2/14
100 = 7,14
100 = 14,28
Misalkan :
NH4NO3 = a%
CH
Campuran
NH4NO3
= (100 a)
%
A
Ho
100 X a
Oo
3,75 x a
Co
-
CH2
(100 a)
14.28(100-a)
5a + 14,28
7,149 (100
3,75 x a
a)
7,149 (100
(100 a)
a)
1/2Ho
2 (7,14 (100-a)) - 1/2 (5a + 14,28) (100
a)
= (3,75 a + 14,28 a 2,5a + 7,14a) (1428 + 714)
= 22,67
x a - 2142
a = 2142/22,67
= 94,48%
CH2 = (100 a)
= (100 94,48%)
= 5,5 %
maka komposisi campuran ANFO adalah 94,5 %
FO.
AN dan 5,5 %
LAMPIRAN 11
SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PELEDAK, PERALATAN DAN
PERLENGKAPAN PELEDAKAN
1. Bahan peledak
a. Ammonium Nitrat Fuel Oil (ANFO)
Klasifikasi
: Blasting agent
Konsistensi
Priming
: 3000 m/s -
: Jelek
Warna
: Merah ros
b. Powergel
Relativ bulk strenght
: 179 %
terhadap air
Relativ weight strenght
: 116 %
terhadap ANFO
Kecepatan etonasi
: Istimewa
: 1,2 gr/ cc
: 1.3 gr/cc
c. Anzomex
Berat
Diameter
: 400 gr
: 3,5 inch
2. Perlengkapan peledakan
a. Conectadet
Delay time
b. Load In Lline
Ukuran
: 500 m
Buatan
: Orica, Philippines
Warna
: Kuning
c. Detonating Cord
Buatan
Kecepatan detonasi
Warna
: Orica, Philippines
: 7000 m/s
: Kuning
d. In Hole Delay
Buatan
: Orica, Philippines
Ukuran
: 9 m, 12 m, 21 m, 24 m
Warna
: Merah jambu
3. Peralatan peledakan
a. Shortgun
Merek
Buatan
: Cobra
: Germany
: Australia
Produksi
: Volvo
Kapasitas
: 30 Ton
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Sarjana
Pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Veteran RI Makassar
Oleh :
ZULFIKAR DARWIN
NIM
: 9731027
NIRM : 9971011010027
SKRIPSI
Disetujui oleh :
PT.Gunung Bayan Pratama Coal
Mengetahui :
Mr . DARCY H.W
Operation management
Pembimbing lapangan
Pembimbing laporan
Muhammad Ramli
Agus Riyanto,ST
Asst.Supervisor PT.Orica
KATA PENGANTAR
2.
membantu
dalam
memberikan
informasi
selama
penulis
melakukan penelitian.
11. Segenap staf dan karyawan PT. ORICA yang telah banyak membantu
penulis dalam pengambilan data dilapangan.
12. Kedua Orang Tua tercinta yang telah membesarkan dan mendidik
penulis dengan penuh kasih sayang serta keempat adikku.
Makassar,
Desember 2002
Penulis
ZULFIKAR
DARWIN
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ii
iii
iv
DAFTAR ISI
..
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .
1.2. Rumusan masalah ..
1.3. Tujuan penelitian .........................................
3
1.4. Metode penelitian ...........................................
1-3
1.5. Pemecahan masalah ......................................
4
ix
1-1
1-2
1-
1-
3-5
3-5
9
11
3 - 15
3 - 16
3 - 17
3 - 17
3 - 19
3-2
3.2. Standar vibrasi lereng .........................................
3-
3 - 19
BAB IV. PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN
4.1. Prosedur pengamatan .................................
1
4.2. Hasil penelitian dan analisa .
4.2 1. Data peledakan ............................
2
4.3. Data lereng ..............................................
7
44-2
44-
4-7
4-8
BAB V. PEMBAHASAN
5.1. Analisis pengaruh getaran peledakan terhadap lereng ...
5-1
5.2. Dampak getaran peledakan terhadap lereng.....
5-4
5.3. Jarak aman lereng dari lokasi peledakan .
5
5-
6-1
6-2
DP - 1
LAMPIRAN .............................................................
L-1
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
2-
3
2.2
2-4
2.3
.........................
2-
10
2.4
................................................
2-
13
2.5
...................................................
3.1
Gelombang kompressi
3.2
Gelombang geser
3.3
3.4
2 - 14
............................................
3-2
................................................
3-3
3-8
.............................
3 - 11
3.5
..............................
3-
12
3.6
.....................
3-
12
3.7
Geometri peledakan
..............................................
3-
15
3.8
3.9
3 - 18
...............................
3-
18
4.1
4-6
5.1
5-2
5.2
5.3
5-9
5 - 10
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1
2.2
2-2
2
-7
2.3
- 16
2.4
2-
17
3.1
3-
5
4.1
5.1
4-9
5-
L-
L-
3
L.2.3 Harga rata - rata kedalaman pengisian bahan peledak......
L-4
L.3.1 Harga rata - rata berat handak tiap delay ............
L-6
L.3.2 Harga jarak rata-rata tiap peledakan .........................
L-6
L.3.3 Harga rata-rata kecepatan tiap getaran
7
DAFTAR LAMPIRAN
L-
Lampiran
Halaman
1. Perhitungan harga rata - rata
.....................................
L-1
2. Data pengamatan dan harga rata - rata peledakan .............
L-2
3
L-5
L - 11
..
- 12
7. Perhitungan kecepatan getaran pada tiap lokasi peledakan .
L - 13
8. Perhitungan
penelitian .
L - 35
L - 40 10.
L - 49
L - 51
KALIMANTAN TIMUR
lereng yang dianggap rawan. Jenis batuan penyusun lereng pada umumnya
terdiri dari batu pasir, lanau dan lempung.
Geometri peledakan yang diterapkan dilapangan yakni : Burden = 8
m, Spasing = 10 m, Subdrilling = 1,6 m , Stemming = rata - rata 5,5 m,
Diameter lubang ledak sebesar 9 inch dan rata - rata kedalaman 11,56 m
serta tinggi jenjang rata - rata 4 m sampai 10 m. Pola peledakan yang
diterapkan adalah pola peledakan baris demi baris.
Dengan melihat berat bahan peledak rata - rata perdelay yang
digunakan dilapangan baik pada sistem delay maupun pada sistem simultan
maka jarak aman lereng dari lokasi peledakan dapat diketahui tergantung
dari jenis batuan penyusun lereng
beserta kondisinya. Dari hasil
perhitungan nilai powder faktor diperoleh bahwa untuk sistem delay Pf
sebesar 4,02 Ton/lb dan untuk sistem simultan Pf sebesar 4,27 Ton/lb.
Pada pengukuran fragmen dilapangan diperoleh fragmen sebesar 7,5 Cm
sampai 65 Cm.