Anda di halaman 1dari 69

Sumber daya (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan

manusia, baik itu sumber daya manusia, sumberdaya alam hayati, sumber daya alam nonhayati,

dan sumberdaya buatan. Indonesia dianugrahi Tuhan YME sumber daya alam yang banyak

terkandung di dalam bumi Indonesia ini diantaranya: minyak dan gas alam (migas), emas,

berbagai jenis batuan yang salah satunya adalah batubara. Untuk itu sebagai Negara yang terus

berkembang Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan pembangunannya dari berbagai

bidang yang bertujuan untuk mensejahterakan kahidupan masyarakat Indonesia, baik dari segi

ekonomi maupun sumberdaya manusia masyarakat Indonesia itu sendiri.

Pemerintah Kabupaten Bungo berupaya untuk memenfaatkan sumber daya alam (SDA)

berupa bahan galian dari sektor penambangan yakni batubara yang merupakan bahan galian

golongan A (bahan galian yang strategis bagi Negara), yang selama ini belum termanfaatkan

secara maksimal di dalam negeri sendiri. Penyebaran batu bara yang hampir merata di pulau

Sumatera terutama di daerah Sumatera bagian Selatan membuat daerah ini dilirik oleh berbagai

perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan maupun kontraktor-kontraktor salah satunya

adalah PT. Leban Mutiara Hitam. Saat ini cadangan terukur pada kecamatan Rantau

Pandan sebesar 30,02 juta ton.

Industri pertambangan batubara adalah industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat

resiko oleh karena itu dalam melakukan suatu kegiatan penambangan diperlukan suatu

perencanaan yang tepat. Pada dasarnya dikenal dua cara penambangan batubara yang sering di

lakukan yakni tambang terbuka dan tambang dalam, dimana metoda penambangan batubara ini

sangat tergantung pada:

1. Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup, batuan lantai batubara, struktur

geologi.
2. Keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit.

Dalam memperhitungkan biaya penambangan dengan metode tambang terbuka harus

termasuk juga biaya pembuangan tanah penutup sampai pada kemiringan lereng yang seaman

mungkin (slope angle). Oleh karena itu perbandingan antara lapisan batuan tanah penutup

dengan batubara merupakan faktor penentu dalam memilih metoda penambangan ”Striping

Ratio” yaitu perbandingan banyaknya tanah yang dikupas (m3) untuk mendapatkan satu ton

bahan galian, perbandingan ini masih dianggap ekonomis apabila biaya yang dikeluarkan untuk

mengupas tanah penutup suatu bahan galian lebih rendah dari bahan galian yang didapat, dengan

arti kata proses penambangan yang dilakukan menguntungkan. Penambangan terbuka dilakukan

apabila striping ratio (SR) relatif kecil serta kondisi geologi dan keadaan alam juga sangat

mempengaruhi sistem penambangan ini. Penambangan ini dilakukan dengan cara membuka

lapisan tanah penutup di atasnya sampai bahan galian dapat untuk ditambang. Sedangkan

tambang dalam dilakukan apabila striping ratio (SR) tidak layak secara teknis dan ekonomis

untuk ditambang secara terbuka. Tambang dalam juga sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi

dan struktur batuan. Pada saat ini PT. Leban Mutiara Hitam melakukan penambangan secara

terbuka (Surface Mining) dengan striping ratio (SR) yang cukup kecil dan layak tambang yakni

antara 1:3 dan 1:4 dengan ketebalan over burden lebih kurang antara dua sampai enam meter,

dimana hal ini cukup menguntungkan bagi PT. Leban Mutiara Hitam.

B. Tujuan dan Manfaat Proyek

1. Tujuan dilakukannya penambangan batubara di PT. Leban Mutiara Hitam ( LMH ) adalah:

a. Untuk menggali batu bara yang ada di Muaro Bungo yang nantinya akan digunakan sebagai

bahan bakar industri.


b. Untuk pembuatan briket batubara sebagai bahan bakar pengganti migas.

c. Untuk menambah pemasukan daerah serta meningkatkan devisa negara dari hasil pemasaran dan

penjualan batu bara yang berkualitas dan siap ekspor.

2. Manfaat Proyek

Penambangan yang dilakukan PT. Leban Mutiara Hitam mempunyai manfaat sebagai

berikut:

a. Penambangan batubara yang dilakukan PT. Leban Mutiara Hitam merupakan pendapatan bagi

Pemerintahan Daerah (Pemda) Kab. Muaro Bungo berupa pajak, restribusi, dan pungutan

lainnya.

b. Masyarakat mendapatkan lapangan kerja baru di bidang penambangan batubara, jasa dan lain

sebagainya.

c. Masyarakat sekitar tambang mendapat pengetahuan baru yakni mengenai penambangan setelah

diadakannya penyuluhan yang diberikan perusahaan.

d. Meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar tambang.

C. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan/proyek akhir ini terdiri dari 4 (empat) BAB dan disertai dengan lampiran-

lampiran yang secara garis besar masing-masing BAB akan membahas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan terdiri dari latar belakang proyek, tujuan dan manfaat proyek serta

sistematika penulisan
BAB II KEGIATAN LAPANGAN

Laporan kegiatan ini terdiri dari deskripsi perusahaan, deskripsi proyek, proses pelaksanaan

proyek, pelaksanaan kegiatan lapangan, serta temuan menarik (temuan khusus).

BAB III STUDI KASUS

Bab ini menguraikan tentang perumusan masalah, landasan teori dan metodologi, data serta

pemecahan masalah atau analisa hasil.

BAB IV PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran tentang studi kasus yang di kemukakan.
BAB II

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

A. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

PT. Leban Mutiara Hitam pada awal berdirinya bernama CV. Citra Perdana dan telah

berdiri sejak tanggal 15 September 2006, pada tanggal 1 januari tahun 2008 nama CV. Citra

Perdana berubah menjadi PT. Leban Mutiara Hitam.

PT. Leban Mutiara Hitam adalah perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang

pertambangan yang mulai beroperasi pada bulan Januari 2008. PT. Leban Mutira Hitam

merupakan sub kontraktor dari PT. Bara Adhipratama (BAMA) yang melakukan kegiatan

penambangan pada kuasa pertambangan milik PT. Bara Adhipratama (BAMA) dengan Luas area

sesuai dengan Perjanjian Kerja Sama Pengelolaan Lahan adalah 50 Ha, yang mana kegiatan

penambangan diserahkan pada kontraktor-kontraktor yang bergerak di bidang jasa

pertambangan, salah satunya PT. Leban Mutiara Hitam, sedangkan pihak PT. Bara Adhipratama

sebagai pemilik kuasa pertambangan menerima fee (pembagian hasil) dari hasil produksi

batubara dari PT. Leban Mutiara Hitam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

Pada saat sekarang ini PT. Leban Mutiara Hitam mengerjakan tiga Pit penambangan yaitu Pit

ICP, 2CP dan 3CP ditambah dengan Pit penambangan PT. Bara Adhipratama yaitu Pit 3 PT.

BAMA. Target produksi dari PT. Leban Mutiara Hitam 40.000 ton/bulan. Hasil batubara yang

diproduksi oleh PT. Leban Mutiara Hitam terutama dipasarkan ke PT. Semen Padang, PT. RAPP

Pekan Baru dan PT. Indah Kiat Pekan Baru.


2. Lokasi dan Topografi

Lokasi penambangan PT. Leban Mutiara Hitam terletak pada Desa Leban Kecamatan Rantau

Pandan Kabupaten Bungo Propinsi Jambi, secara geografis terletak pada 1o36’30” LS – 1o37’30”

LS dan 101o53’28” BT – 101o54’00” BT. Lokasi proyek penambangan bisa dicapai dengan

sarana perhubungan darat, bila melalui kecamatan Rantau Pandan berjarak 7 km dari

pemukiman penduduk Terdekat. Sedangkan dari Ibukota Muara Bungo lokasi ini berjarak 37 km

dengan waktu tempuh ± 60 menit

Rantau Pandan pada umumnya memiliki Topografi perbukitan dengan ketinggian antara

150-170 m dari permukaan laut , dan dilewati oleh aliran sungai batang bungo. Kondisi di lokasi

penambangan di dominasi oleh kebun karet dan semak-semak.


Gambar 1.

Lokasi kesampaian daerah

Sumber: PT. Leban Mutiara Hitam 2008

3. Geologi dan Stratigrafi

Geologi daerah Rantau Pandan dan sekitarnya tersusun oleh batuan sediment yang

terendapkan diatas batuan dasar granit yang berumur pra tersier (batuan yang berumur 20-40
juta tahun yang lalu), dimana satuan batuan yang berkembang di daerah ini adalah satuan batuan

lempung dan satuan batuan pasiran. Pada satuan batuan lempung ditemukan lapisan batu bara

yang tersebar.

Pada daerah ini banyak dijumpai patahan-patahan sehingga diperlukan ahli geologi untuk

mengetahui arah dan sebaran batubara yang terjadi. Dengan kondisi batuan yang tersusun atas

batuan yang rapuh tidak memungkinkan untuk melakukan penambangan secara tambang dalam

karena tidak dianggap ekonomis.

4. Iklim dan Cuaca

Daerah penambangan di daerah Leban ini beriklim tropis dengan temperature udara berkisar

antara 25 ºC – 30 ºC.

Aktifitas penambangan tepatnya di tambang terbuka sangat dipengaruhi oleh iklim dan

cuaca. Pada musim hujan kegiatan penambangan akan terhambat karena jalan untuk

pengangkutan licin, akibatnya aktifitas penambangan tidak biasa dilakukan. Sebaliknya pada

musim kemarau akan timbul banyak debu karena kondisi jalan yang kering dan tidak disirami air

sehingga secara tidak langsung iklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses

produksi.

Tabel 1. Pengukuran curah hujan tahun 2003-2008 (dalam mm/ bulan)

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008


Bulan (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Januari 320 184 292 564 388 33,8
Februari 300 56 304 287 290 410
Maret 269 136 130 - 155 152
April 148 176 166 - 316 224
Mei 242 66 - 117 328 140,3
Juni 187 105 270 144 50 17,4
Juli 132 59 - 490 104 56,7
Agustus 86 68 - 127 270 -
September 78 - 308 135 60 -
Oktober 56 - - - 142 -
November 135 298 220 - - -
Desember - - 611 - - -

Sumber: Dinas Pertanian Kec. Rantau Pandan 2008

5. Analisis Kualitas

Kualitas batubara yang dihasilkan PT. Leban Mutiara Hitam termasuk kedalam rank Sub

bituminus A. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh PT. Superintending Company of

Indonesia (SUCOFINDO) kualitas batubara PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) adalah 6,194

kkal/kg, kadar sulfur 0,66% dan kandungan abu 5,60% Dapat dilihat pada tabel 2 dibawaah ini.

Tabel 2. Hasil Analisis PT. Sucofindo terhadap kualitas batubara PT. Leban Mutiara Hitam (LMH)

No. Parameter Satuan Angka


1. Total moisture % 23,70
2. Proximat analysis
a. Inherent moisture % 13,25
b. Volatile matter % 5,60
c. Ash content % 35,33
d. Fixed carbon % 45,82
3. Caloric value (ADB) Kkal/kg 6,194
4. Total sulfur (S) % 0,66
Sumber: PT. Sucofindo 2008

Keterangan:

1. Kandungan Air Total (Total Moisture)

Kandungan air total adalah banyaknya air yang terkandung dalam batubara, baik yang terikat

secara alami, maupun pengaruh kondisi luar (kandungan air bebas dan kandungan air bawaan).

2. Analisis Proksimat (Proximate Analysis)

Suatu analisis pada batubara yang bertujuan untuk memeperoleh data-data kualitas batubara

yang meliputi:

a. Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture)


Kandungan air bawaan adalah kandungan air yang terdapat pada batubara bersamaan dengan

terbentuknya batubara itu, air bawaan ini mengisi pada pori-pori dari batubara tersebut.

b. Kandungan Abu (Ash Content)

Merupakan sisa zat organik yang terkandung dalam batubara setelah dibakar, kandungan abu

tersebut dapat dihasilkan dari pengotoran bawaan dari pembentukan batubara maupun dari

proses penambangan.

c. Kandungan Zat Terbang (Volatile Matter)

Zat terbang merupakan zat aktif yang menghasilkan energi atau panas apabila batubara

tersebut dibakar. Zat terbang umumnya terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar , seperti

hidrogen (H), kabon monoksida (CO), dan methan (CH4). Dalam pembakaran batubara dengan

zat terbang tinggi akan mempercepat pembakaran, sebaliknya zat terbang rendah akan

mempersulit proses pembakaran.

d. Kandungan Karbon Tertambat (Fixed Carbon)

Merupakan karbon yang tertinggal sesudah zat terbang dan kandungan airnya hilang. Dengan

adanya pengeluaran zat terbang dan kandungan air maka karbon tertambat secara otomatis akan

naik, sehingga makin tinggi kandungan karbonnya kelas batubara akan naik.

3. Kandungan Nilai Kalori (Caloric Value)

Nilai kalori batubara adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran setiap satuan berat batubara

dalam sejumlah oksigen pada kondisi standar.

4. Total Sulfur (S)

Kandungan sulfur total dalam batubara yang terdapat dalam bentuk pirit (FeS 2) akan bereaksi

dengan oksigen, reaksi ini merupakan reaksi eksotermis yang mana reaksi ini akan

membebaskan energi dalam bentuk panas.


5. As Received (AR)

Batubara yanga masih mengandung air.

6. Air Dried Based (ADB)

Batubara yang telah dikeringkan, namun masih memiliki kandungan air bawaan ( Inherent

Moisture).

7. Dry Based (DB)

Batubara kering/telah bebas dari kandungan airnya.

8. Dry Ash Free (DAF)

Batubara yang bebas dari total moisture dan bahan anorganik dalam batubara.

Dengan kalori yang cukup tinggi dan kadar abu yang relatife rendah, sangat

memungkinkan hasil batubara PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) mampu bersaing dengan

perusahaan lain dalam mencari pasar penjualan batubara.

6. Sistem Penambangan

Dalam kegiatan penambangannya PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) melakukannya

dengan tambang terbuka menggunakan metoda back filling, yaitu metoda penambangan dimana

blok yang telah ditambang ditutup kembali dengan tanah galian hasil pengupasan tanah penutup

dari blok berikutnya. PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) menutup blok bekas penambangan

dengan overburden dari blok lainnya, yang mana timbunan tanah tersebut digunakan sebagai

jalan untuk alat berat dan dump truck.

7. Peralatan Tambang

Pelaksanaan penambangan batubara PT. Leban Mutiara Hitam dilakukan dengan

menggunakan alat berat sepenuhnya tanpa menggunakan peledakan, mulai dari kegiatan

pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah penutup (overburden), Pengerusan


batubara, pemuatan (loading), sampai pada pengangkutan (hauling). Alat berat yang digunakan

adalah dozer sebagai alat gusur, excavator sebagai alat gali dan alat muat dan dumptruck sebagai

alat angkut.

Data jumlah unit dan lokasi kerjanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Alat BeratPT. Leban Mutiara Hitam

No Jenis Alat berat Jumlah Letak


1 Excavator:

 Komatsu PC 200 1 unit Tambang

 Komatsu PC 400 1 unit Tambang

 Caterpilar 330 B 1 unit Tambang

 Hyundai Rolex 400 1 unit Tambang

 Hyundai Rolex 320 1 unit Tambang

 Hitachi ex 400 1 unit Tambang

 Hitachi Zaxis 200 1 unit Stock room

2 Bulldozer

 D155A 1 unit Tambang

D 6 D 1 unit Tambang

3 Dump truck

 Mitsubishi HD PS 220 3 unit Tambang

 Mitsubishi Intercooler 1 unit Tambang

Sumber: PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) 2008

B. Deskripsi Proyek

Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek ini secara garis besar yaitu:

1. PT. Bara Adhipratama (BAMA)

PT. Bara Adhipratama adalah sebagai pemilik KP Eksplorasi, KP pengangkutan dan

penjualan. PT. Bara Adhipratama melakukan pengawasan dalam kegiatan penambangan dan

penjualan. PT. Bara Adhipratama hanya mendapat fee (pembagian hasil) dari hasil penjualan
batubara perbulan. Besar pembagian hasil penjualan telah ditetapkan dalam perjanjian kontrak

kerja.

2. PT. Sucofindo

PT. Sucofindo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa dalam analisis

kimia. PT. Sucofindo sebagai pengontrol kualitas batubara sehingga dari hasil analisis yang

dilakukan PT. Sucofindo dapat dijadikan dasar untuk penjualan. Tanpa adanya sertifikat hasil

analisis dari PT. Sucifindo, PT. Semen Padang sebagai konsumen tidak bisa menerima batubara

hasil produksi PT. Leban mutiara hitam.

3. PT. Leban mutiara hitam

PT. Leban mutiara hitam adalah sebagai kontraktor dalam kegiatan penambangan

batubara. PT. Leban mutiara hitam melakukan kegiatan penambangan sesuai dengan kesepakatan

kontrak kerja

4. PT. Bumi Anyer Wisesa

(BAW)

PT. BAW Merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa alat berat. PT. Leban

mutiara hitam bekerja sama dengan PT. BAW berdasarkan kesepakatan kontrak kerja.

Dalam pelaksanaan proses penambangan batubara PT. LMH ada beberapa tahap yang

harus dijalani sebelum batubara hasil produksi sampai dipasaran. Tahap I adalah proses

pengambilan batu bara dari lokasi penambangan. Tahap II yaitu penangkutan batubara yang telah

ditambang dari front penambangan ke stock room. Tahap III yaitu proses pengangkutan batubara
dari stock room ke stock pile. Tahap IV yaitu pemasaran batubara yang telah ditumpuk di stock

pile ke konsumen yang membutuhkan batubara.

SKEMA PENGANGKUTAN BATUBARA


PT. Leban Mutiara Hitam

Sumber: PT.

Leban Mutiara Hitam (LMH) 2008

STRUKTUR ORGANISASI
PT. LEBAN MUTIARA HITAM
Sumber: PT. Leban Mutiara Hitam (LMH)2008

Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, PT. Leban Mutiara Hitam memiliki 50 orang

karyawan yang bekerja pada bagian Adm & keuangan, bagian Produksi, bagian HRD & umum,

Mekanik, operator & driver, checker, waker dan petugas keamanan. PT. Leban Mutiara Hitam

memiliki struktur organisasi yang dapat dilihat pada lampiran berikutnya:

Keterangan:
1. Mine Manager

Mine Manager adalah seorang pimpinan perusahaan dimana syarat untuk menjadi Mine

Manager adalah seorang Sarjana tambang atau seseorang yang cukup lama berpengalaman

dibidang pertambangan (minimal 10 tahun pengalaman).

Tugas dari seorang manager tambang (mine manager) adalah:

a. Memberikan intruksi tentang pelaksanaan kerja pada bawahannya, yang meliputi kepala

produksi, kepala bagian umum dan bagian keuangan

b. Melakukan dan menyetujui transaksi-transaksi keperluan penambangan.

c. Membuat laporan pertanggung jawaban secara berkala kepada pemilik perusahaan.

d. Bertanggung jawab terhadap hasil kerja dan kelancaran kegiatan penambangan.

e. Mewakili perusahaan dalam memutuskan masalah yang berhubungan dengan tambang baik

kedalam maupun keluar.

2. Bagian Umum

Bagian umum adalah suatu departemen yang bertugas untuk mengurus masalah umum yang

terdiri dari bagian personalia, administrasi umum, masalah pembelian (Purchasing) dan

keamanan (security).

a. Personalia

Tanggung jawab bagian personalia adalah:

1) Pendekatan kepada tokoh masyarakat dan orang-orang penting yang akan mendukung kegiatan

penambangan.

2) Penerimaan dan memberhentikan karyawan

3) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta pemberian upah kerja

b. Administrasi
1) Pendataan aset perusahaan

2) Pemeliharaan dan pendistribusian sarana di lapangan

3) Penyediaan kebutuhan dan fasilitas tambang

c. Purchasing (pembelian)

1) Pembelian solar (BBM) untuk seluruh kebutuhan proyek

2) Pemlian alat-alat baru jika dibutuhkan untuk kepentingan tambang

3) Pendatan pembelian

d. Security (keamanan)

1) Keamanan aset perusahaan

2) Keamanan karyawan

3) Keamanan hasil produksi perusahaan

4) Menyediakan polisi tambang

3. Bagian Koordinasi Produksi

Adalah departemen yang ditunjuk untuk mengurus masalah pada bagian produksi.

Adapun tugas dan wewenang dari departemen produksi adalah:

Tugas bagian Produksi:

a. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pengupasan tanah penutup.

b. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penambangan batubara dari pit ke stockpile.

c. Mengawasi dan mengontrol sistem kerja alat berat di front penambangan.

Bagian produksi membawahi tiga bagian pekerjaan:

1) Bagian Mekanik, adalah bagian yang menangani masalah perawatan dan perbaikan peralatan

tambang seperti alat berat, pompa, dump truck dan penerangan tambang
2) Bagian Stock pile, adalah bagian yang pekerjaanya mengatur penumpukan batubara di stock

room, pengangkutan batu bara ke stock pile.

3) Bagian Tambang, adalah bagian yang menangani pengupasan tanah pucuk, panambangan

batubara dan pemberian BBM, perawatan jalan tambang, penyelamatan tanah pucuk, serta

pembersihan lahan.

4. Bagian Administrasi dan Keuangan.

Adalah bagian yang menangani administrasi keuangan perusahaan, administrasi produksi

dari setiap pit, jumlah jam kerja dan overtime untuk menentukan upah pekerja.

C. Proses Pelaksanaan Proyek

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh PT. Leban Mutiara Hitam adalah sebagai berikut:

1. Eksplorasi

Sebelum melaksanakan penambangan, dilakukan kegiatan pemboran eksplorasi yaitu

kegiatan yang bertujuan untuk menentukan secara akurat besar cadangan, kadar, sifat fisik, sifat

kimia, letak, dan bentuk endapan bahan galian. Eksplorasi dilakukan dengan cara pengeboran

dan penelusuran out crop yang ada. Dari hasil pemboran eksplorasi maka akan didapatkan

daerah penyebaran batubara sehingga dapat diketahui cadangan batubara, akan dapat diketahui

struktur geologi serta contoh cadangan sehingga kita dapat mengetahui cadangan yang akan kita

tambang. Setelah mengetaui hal tersebut maka kita dapat menentukan metoda apa yang akan

dipakai dalam melaksanakan kegiatan penambangan sesuai dengan keadaan dilapangan dengan

mengeluarkan biaya yang seekonomis mungkin. PT. Leban Mutiara Hitam tidak ikut serta dalam

melaksanakan kegiatan eksplorasi karena telah dilakukan oleh PT. Bara Adhipratama (BAMA).

Dalam hal ini PT. LMH merupakan sub kontraktor dari PT. BAMA.

2. Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan pedoman layak atau tidaknya suatu wilayah untuk ditambang,

yang biasa dilakukan adalah:

a. Keberadaan Cadangan

Cadangan batubara dapat diketahui dengan melakukan pemboran ditempat-tempat yang

sebelumnya telah ditentukan ada cadangan batubara, berdasarkan data pemboran tersebut dapat

diketahui ketebalan batubara dan over burden, sehingga dapat dilakukan perhitungan cadangan

batubara.

b. Kesampaian Lokasi

Penambangan PT. Leban Mutiara Hitam relatif jauh dari tempat penumpukan batubara

(stockpile), maka perlu dilakukan perhitungan kesampaian daerah lokasi dengan akses jalan yang

ada

c. Biaya Produksi

Perhitungan biaya produksi erat kaitannya dengan perhitungan jumlah alat yang

digunakan dalam kegiatan produksi, di samping itu juga diperlukan perhitungan jumlah tenaga

efektif dan jumlah jam kerja yang digunakan.

d. Biaya Transportasi

Karena jarak pengangkutan yang cukup jauh maka diperlukan alat angkut untuk

mengangkut batubara hasil produksi. Dalam perhitungan biaya transportasi maka dihitung

jumlah kendaraan DT termasuk kendaraan operasional perusahaan.

e. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

dunia pertambangan, mulai dari pengenmdalian debu tambang, mengatasi limbah hasil tambang,
dan lain sebagainya. Dalam hal ini PT. Leban Mutiara Hitam belum sangat memperhatikannya

karena hanya terfokus dalam kegiatan produksi.

3. Persiapan Penambangan

Kegiatan ini dilakukan setelah studi kelayakan benar-benar diperhitungkan yang meliputi

kegiatan persiapan penambangan, persiapan sarana dan prasarana tambang dan penentuan jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses penambangan.

4. Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan merupakan tahap lanjutan dari kegiatan perencanaan tambang,

kegiatan ini erat kaitannya dengan proses produksi. Proses yang dilakukan adalah:

a. Pembersiahan Lahan (Land Clearing)

Pembersihan lahan merupakan aktifitas penambangan yang dilakukan untuk

membersihkan area penambangan dari semak-semak dan pohon-pohon besar maupun

kecil.karena lokasi tambang ini di dominasi oleh hutan karet dan perbukitan kecil maka

pekerjaan pembabatan ini dilakukan oleh Bulldozer D 155 A.


Gambar2.ProsesLandClearing

b. Pengupasan tanah penutup (Over Burden)

Pekerjaan ini dilakukan setelah dilakukan pembabatan, pengupasan tanah penutup ini

dilakukan dengan menggunakan excavator Hitachi X 400 dan Hyundai Rolex 320, ditambah

dengan Dozer Caterpillar D 6 D. Dan penutup dibuat dengan cara berjenjang agar terhindar dari

kelongsoran akibat penggalian dan air tanah. Kondisi tanah penutup saat ini bisa dikatakan

sangat tipis dengan ketebalan antara 2-5 meter, tanah yang telah dikupas tersebut dibuang pada

bagian yang telah ditambang, sehingga dapat digunakan sebagai jalan.


Gambar 3. Pengupasan Over Burden

c. Proses penambangan batu bara (penggerusan /coal getting)

Penggerusan material batubara di laukan dengan menggunakan alat excavator CAT 330

B yang kemudian ditumpuk agar dapat dimuat oleh excavator lainnya. Penggerusan material

batubara ini dilakukan setiap hari kecuali jika kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Gambar 4. Pengerusan Batubara

d. Pemuatan (Loading)

Pemuatan batubara hasil proses dilakukan dengan excavator caterpillar 330 B ke dalam

dump truck. Pemuatan yang dilakukan excavator dihitung jumlah bucket yang dimuatkan ke

dalam dump truck lalu dikalikan dengan factor pengali oleh seorang checker (orang yang

mencatat data di lapangan) hal ini dilakukan untuk mengetahui tonase batubara yang akan

diangkut atau jika suatu perusahan mempunyai timbangan langsung di stockroom maka sebelum

batu bara diangkut maka truck yang akan mengangkut batubara ditimbang terlebih dahulu. Maka

dengan data tersebut dapat dihitung biaya pengangkutan dan biaya produksi perhari.
Gambar 5. Proses Loading Batubara

e. Pengolahan Material Batubara

Dalam pengolahan batubara PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) tidak melakukan proses

pencucian (washing plan) karena batubara yang dihasilkan tergolong bersih. PT. Leban Mutiara

Hitam (LMH) hanya melakukan proses blending batubara pada stock room dengan

menggunakan excavator Komatsu PC 200.

Gambar 6. Proses Pengadukan Batubara

f. Pengangkutan (Hauling)
Untuk melakukan pengangkutan batubara dari front penambangan ke stockroom

digunakan dumptruck Mitsubishi HD PS 220, dari stockroom ke stockpile digunakan dumptruck

PS 120 (truck bermuatan 8 ton).

Gambar 7.HaulingBatubara
g. Pemasaran

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan pendistribusian Batubara ke konsumen yang

membutuhkan dalam hal ini yang menjadi konsumen adalah PT. Semen Padang dan konsumen

lainnya.

h. Reklamasi

Reklamasi adalah proses pengembalian lahan bekas tambang menjadi seperti semula,

minimalnya lahan tersebut memiliki nilai tambah, pada saat ini PT.Leban Mutiara Hitam (LMH)

belum melakukan proses reklamasi karena perusahaan melakukan proses produksi saja.

D. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan

Kegiatan lapangan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata

dilapangan tentang teknis di perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan pekerjaan penambangan

dalam rangka melengkapi pengetahuan teoritis yang telah diperoleh di bangku perkuliahan.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama praktek industri di PT. Leban Mutiara Hitam (LMH)

dari tanggal 5 Februari sampai dengan tanggal 29 Februari 2008 yaitu:

1. Pengenalan Lokasi Perusahaan

PT. Leban Muriara Hitam terletak di Desa Leban, Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten

Bungo, Propinsi Jambi. Blok penambangan 3CP memiliki luas ± 4 ha dilengkapi dengan

fasilitas-fasilitas pendukung pelaksanaan pekerjaan seperti mess karyawan, gudang peralatan,

dan pos pengisian BBM. Dalam melaksanakan kegiatan penambangan PT. Leban Muriara Hitam

hanya memiliki satu shift kerja, dimana satu shift tersebut adalah 8 jam kerja yang dimulai dari

pukul 08.00 wib-17.00 wib dan jika bekerja pada malam hari dihitung sebagai lembur.

2. Pengenalan terhadap kondisi tambang yang dilakukan pada:

a. Front Penambangan

Yaitu pengamatan sistem penambangan secara komposit, yang artinya material batubara diambil

secara keseluruhan.

b. Stock Room.

Yaitu pengamatan proses pengadukan batubara (blending) agar batu bara tersebut tidak terbakar

dan pemuatan batubara ke alat angkut Colt dieselt Ps 100 dan Ps 120.

c. Pos Timbangan.

Yaitu pengamatan proses penimbangan batubara sebelum dipasarkan. Dalam hal ini dilakukan 2

kali penimbangan, yang pertama akan ditentukan berat kosong Dump Truck kemudian berat

setelah diisi batu bara.

3. Pengamatan proses Penambangan


Proses penambangan batubara pada PT. Leban Mutiara Hitam menggunakan metode back

filling, dimana blok yang telah siap ditambang ditutup dengan over burden sehingga dapat

dijadikan sebagai jalan.

Gambar 8. Proses penambangan

Kegiatan Penambangan yang dilakukan adalah:

a. Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pekerjaan pembersihan lahan tidak dapat diamati secara langsung, karena pembersihan lahan

telah selesai dilakukan oleh PT. Bara Adhipratama (BAMA) sebelumnya.

b. Pengupasan Tanah Penutup

Tanah penutup pada areal penambangan PT. Leban Mutiara Hitam terdiri dari lapisan

lempung yang bercampur pasir dengan ketebalan 2-5 meter, sehingga dapat dikupas dengan

menggunakan Excavator Hitachi X 400 dan Hyundai Rolex 320. Tanah hasil pengupasan

tersebut kemudian ditimbun pada blok yang telah selesai ditambang agar dapat dijadikan jalan

sehingga dapat memperpendek jarak pengangkutan ke stock rom.

c. Pengerusan Batubara (Coal Getting)


Dalam proses penggerusan batubara PT. Leban Mutiara Hitam menggunakan excavator

Caterpilar 330 B, ketebalan batubara yang di ambil ± 4 - 9 m, dengan jenis batubara Sub

bituminous A.

d. Pemuatan Batubara (Loading)

Pada proses pemuatan batubara dari pit ke stock room. PT. Leban Mutiara Hitam

menggunakan Excavator Caterpillar 330 B yang di muat kedalam dump truck Mitsubishi

sebanyak 3 Unit.

e. Pengangkutan Batubara (Hauling)

Pengangkutan batubara dari pit ke stock room PT. Leban Mutiara Hitam menggunakan Dump

Truck Mitsubishi HD PS 220 sebanyak 3 unit. Jarak angkut dari pit ke stock room ± 150 meter.

Batubara yang telah ditumpuk di stock room diangkut ke stock pile dengan menggunakan Dump

Truck PS 120 yang dimuat dengan menggunakan excavator Hitachi Zaxis 200 yang berjarak ±

38 km.

4. Pencatatan waktu siklus alat muat Excavator

Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan dalam melakukan kegiatan mulai dari awal

hingga akhir dan kembali lagi ke awal.

Gerakan yang dilakukan oleh excavator dalam satu siklus adalah:

a. Waktu gali (tb)

Waktu yang dipakai untuk mengisi bucket.

b. Waktu Swing Isi (ts1).

Lama gerakan untuk membawa bucket yang berisi material ke alat angkut.

c. Waktu Tumpah (td).


Lama gerakan untuk membongkar material ke alat angkut.

d. Waktu Swing Kosong (ts2).

Lama gerakan

mengayun kembali untuk penggalian berikutnya.

Gambar 9. Waktu Siklus Excavator

Keterangan gambar:

1) Waktu muat.

2) Waktu swing bermuatan.

3) Waktu tumpah.

4) Waktu swing kosong.

5. Pencatatan waktu siklus alat angkut Dump Truck

Alat angkut yang diambil datanya adalah dump truck Mitsubishi HD PS 220.

Gerakan yang dilakukan dump truck dalam satu siklus adalah:

a. Waktu Manufer 1.
Lama waktu dari gerakan membelok hingga kemudian mundur untuk diisi oleh alat muat.

b. Waktu Muat (tb).

Lama waktu pemuatan material ke dump truck.

c. Waktu Angkut.

Lama waktu dari front penambangan ke stock room.

d. Waktu Manufer 2.

Lama gerakan untuk membelok dan dumping.

e. Waktu Tumpah.

Lama waktu dump truck menumpahkan material.

f. Waktu Balik.

Lama dump truck kembali

ke front penambangan.

Gambar 10. Waktu Siklus Dump Truck

6. Pencatatan waktu yang hilang pada alat muat dan alat angkut.

a. Alat Muat.

Data yang diambil untuk menghitung lama waktu yang hilang dari alat muat adalah:

1) Waktu terlambat memulai pekerjaan.


2) Waktu terlambat memulai pekerjaan setelah istirahat.

3) Waktu cepatnya selesai pekerjaan

4) Waktu cepatnya istirahat dalam melakukan pekerjaan.

Ket: Nantinya akan digabungkan menjadi waktu standby.

b. Alat Angkut.

Data yang diambil untuk menghitung lama waktu yang hilang dari alat angkut adalah:

1) Waktu terlambat memulai pekerjaan.

2) Waktu terlambat memulai pekerjaan setelah istirahat.

3) Waktu cepatnya selesai pekerjaan.

4) Waktu cepatnya istirahat dalam melakukan pekerjaan.

Ket: Nantinya akan digabungkan menjadi waktu standby.

7. Pencatatan Aktual jam kerja

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

b. Menentukan alat muat dan alat angkut yang akan diambil datanya, alat muat yang akan diambil

datanya adalah excavator komatsu pc 300 dan alat angkut dump truck Mitsubishi hino jumbo

ranger.

c. Menentukan rencana jam kerja dan alat angkut dan alat muat, rencana jam kerja alat angkut dan

alat muat tersebut adalah 9 jam / hari.

d. Menentukan aktual jam kerja alat muat dan alat angkut.

Langkah-langkahnya adalah:

1) Menghitung waktu jam rusak dari alat muat dan alat angkut.

2) Menghitung waktu standby alat muat dan alat angkut.


3) Waktu aktual bisa dikatakan rencana jam kerja dikurangi dengan jam rusak dan jam standby alat

muat dan alat angkut.

Waktu standby bisa juga dikatakan dengan:

a. Standby hujan.

b. Standby no fuel.

c. Standby operator.

d. Standby jalan yang licin.

E. Temuan Menarik

Selama melakukan praktek kerja lapangan (PLI) pada tanggal 5 Februari 2009

sampai dengan tanggal 28 Februari 2009 ada beberapa temuan menarik yang ditemukan

dilapangan, diantaranya:

1. Loading batubara yang dilakukan di front penambangan tidak efektif, Terjadinya waktu standby

pada alat muat di Blok 3 PT. Leban Mutiara Hitam (LMH), yang lama karena jumlah alat angkut

yang sedikit serta dipengaruhi oleh kondisi jalan.

2. Lebar jalan di beberapa tempat yang belum memenuhi syarat untuk dijadikan jalan tambang

dimana Dump Truck tidak bisa berselisih apabila kebetulan bertemu dengan Dump Truck yang

lain dijalan karena kondisi jalan yang sempit.

Hal ini akan menambah waktu siklus alat angkut dan itu tidak efektif untuk peningkatan proses

produksi.
3. Terjadinya proses penumpukan batubara yang

sangat banyak karena kondisi jalan yang licin, sehingga proses pengangkutan batubara dari stock

room ke stock pile terhalang.

Gambar 11. Penumpukan Batubara di Stock room

BAB III

STUDI KASUS

A. Perumusan Masalah

Dari sekian banyak temuan menarik yang penulis temukan dilapangan, maka penulis

ingin mengulas salah satu temuan menarik tersebut yaitu tentang alat berat yang ada

dipenambangan khususnya mengenai alat muat dan alat angkut, terjadinya waktu standby pada

alat muat dan alat angkut bekerja penuh.

Alat muat dan alat angkut merupakan salah satu factor pendukung dari suatu kegiatan

penambangan terutama tambang terbuka. Tanpa adanya kedua alat ini beroperasi maka kegiatan
produksi batu bara tidak akan berjalan, karena tidak memungkinkan menggunakan tenaga

manusia secara konvensional.

Untuk mendapatkan produksi yang optimal dalam suatu tambang terbuka, maka harus

diperhatikan efesiensi dan kemampuan dari alat berat yang digunakan, terutama untuk alat

angkut dan alat muat yang merupakan tolak ukur kemampuan produksi dari suatu proses

produksi.

Dalam usaha mencapai produksi yang optimal sesuai target, salah satu usaha yang

dilakukan perusahaan yaitu dengan mengevaluasi alat muat dan alat angkut di front

penambangan, karena dengan demikian bisa diketahui berapa kemampuan maksimum alat

tersebut bisa bekerja.

Dalam kegiatan penambangan batu bara PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) memiliki

banyak kendala, salah satunya adalah kurang serasinya antara alat muat dengan alat angkut,

sehingga terjadi kehilangan jam kerja (terjadinya waktu stanby pada alat muat dan alat angkut

bekerja penuh).

Saat ini PT. Leban Mutiara Hitam (LMH) mentargetkan produksi batubara yang

dihasilkan pada blok 3 adalah 40.000 ton/bulan. Dari hasil pengamatan penulis belum ada

keserasian antara alat muat dan alat angkut yang beroperasi. Sehingga dapat dilihat adanya alat

muat yang memiliki waktu standby yang lama karena sedikitnya alat angkut yang bekerja.

Alat muat dan alat angkut yang digunakan pada blok 3 Saat ini adalah:

1. excavator yaitu caterpillar 330 B (1 unit ).

2. Dump Truck Mitsubishi HD 220 ( 3 unit ).


Penghitungan terhadap kebutuhan alat muat dan alat angkut di front penambangan ke

processing merupakan salah satu usaha yang dilakukan agar batubara sebanyak 40.000 ton/bulan

bisa tercapai

Dengan demikian penulis mengangkat study kasus tentang “Keserasiaan Alat Muat dan

Alat Angkut Pada Kegiatan Penggerusan Batubara di Blok 3 PT. Leban Mutiara Hitam.

Muaro Bungo. Jambi Untuk Mencapai Target Produksi 40.000 Ton Pada Bulan February

2009”.

B. Landasan Teori

Dalam ilmu pertambangan dapat kita lihat berbagai macam bidangpekerjaaan baik

eksploitasi, penambangan, pengangkutan, pemasaran dan lain sebagainya. Dalam perencanaan

kebutuhan alat muat dan alat angkut maka perlu diketahui teori mengenai alat-alat tersebut:

1. Excavator

Excavator adalah alat gali dan alat muat yang terdiri dari beberapa jenis dan masing-

masing jenis penggunaanya disesuaikan dengan kondisi kerja yang dihadapi dilapangan.

Jenis-jenis excavator yaitu:

a. Backhoe

Backhoe adalah alat untuk menggali permukaan tanah asli, pemotongan, dan perapian

tebing dengan alat yang diletakkan di atas permukaan tanah asli atau khususnya untuk pekerjaan

penggalian yang letaknya di bawah kedudukan backhoe itu sendiri. Alat ini dipakai untuk
pekerjaan yang memerlukan pengontrolan secara teliti dan dapat digunakan sebagai alat pemuat

untuk dump truck.

Kegiatan pemuatan material batubara dilakukan untuk memuat material ke alat angkut

untuk dipindahkan ke processing atau pemindahan material dari stockroom ke stockpile atau

untuk pemasaran. Keadaan material yang keras tidak memungkinkan pemuatan material dengan

menggunakan tenaga manusia karena tidak efektif dan membutuhkan waktu yang lama untuk

melakukan pemuatan tersebut.

Kegiatan diatas menentukan lamanya waktu siklus, tetapi waktu siklus tergantung pada

ukuran backhoe dan sudut swing yang dibentuk. Backhoe yang kecil waktu siklusnya akan lebih

cepat dari backhoe yang lebih besar dan sudut swing yang kecil akan lebih cepat dari sudut

swing yang lebih besar. Disamping itu kondisi kerja juga sangat berpengaruh terhadap waktu

siklus yang dibuat oleh suatu alat.

b. Dragline

Menurut buku pemindahan tanah mekanis oleh Partanto 1983, dragline memiliki tenaga

penggali yang kecil dari tenaga penggali lainnya, karena hanya mengandalkan kekuatan sendiri

dari digging bucket. Tetapi memiliki jangkauan yang relative lebih besar.

Penggunaan dragline menguntungkan karena alat ini bisa menggali dengan lengannya

yang besar dan panjang artinya bias melakukan gerakan dari jauh. Apalagi bila tanah galian

diangkut dengan dump truck, alat pengangkut ini tidak perlu masuk ke lobang galian. Dragline

sangat cocok untuk penggalian parit dan material yang keras ataupun material yang lunak. Untuk

mendapatkan hasil produksi yang lebih baik dari alat ini, diperlukan keahlian yang mantap dari

operator dalam pengoperasiannya.


c. Power Shovel

Power Shovel sangat baik digunakan sebagai alat penggali dan sebagai alat pemuat

karena dapat digunakan pada tebiang yang letaknya lebih tinggi, menurut buku pemindahan

tanah mekanis oleh Partanto 1983, berdasarkan system kendalinya power shovel dibedakan

menjadi dua jenis yaitu:

a. Kendali kabel

b. Kendali hidrolik

2. Dumptruck

Dump truck adalah alat angkut yang digunakan pada jarak dekat dan jarak jauh.

Jenis – jenis Dump truck:

a. Side dump truck

Dump truck yang penumpahan baknya kesamping.

b. Rear dump truck

Dump truck yang penumpahan baknya kebelakang

c. Rear and side dump truck

Dump truck yang penumpahan baknya kebelakang dan kesamping.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat angkut

Salah satu tolak ukur untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja alat angkut adalah

besarnya produksi yang dicapai oleh suatu alat. Adapun faktor yang langsung mempengaruhi

hasil kerja alat tersebut adalah:

a. Keadaan jalan
Yaitu meliputi kekerasan dan kehalusan permukaan jalan. Jalan tambang dengan

kekerasan permukaan yang tinggi maka akan memberi pengaruh yang besar terhadap kelancaran

proses pengangkutan, jalan yang licin, becek dan berdebu juga akan mempengaruhi kecepatan

alat angkut untuk membawa batubara maupun tanah penutup. Jarak dari front penambangan

sampai ke stock pile Dump Truck harus menempuh 150 m, jalan yang rusak dari 150 m jarak

tempuh ditemukan 2 (dua) titik kerusakan, 10 m dari front penambangan dan 50 m dari stock pile

ditemukan kerusakan jalan.

b. Lebar jalan

Pada kegiatan tambang terbuka, lebar jalan sangat berpengaruh terhadap besar atau

tidaknya produksi alat angkut. Lebar jalan tambang dapat dihitung dengan rumus:

ebar jalan = 3 x lebar alat angkut terbesar + 2 x bahu jalan + 2 x saluran

c. Tanjakan maksimum dan jarak pengangkutan

Tanjakan maksimum biasanya dinyatakan dengan persen (%). Biasanya untuk jalan

tambang yang baik besar tanjakan maksimum adalah 8 %. Artinya jalan tambang naik sebesar 8

m setiap jarak mendatar 100 m. Apabila suatu kendaraan mendaki suatu tanjakan maka gaya

yang diperlukan untuk mempertahankan kendaraan tetap bergerak akan meningkat lebih kurang

sebanding dengan kemiringan jalan begitupun sebaliknya.

d. Effisiensi Kerja

Dalam kegiatan pengangkutan waktu produktif yang digunakan kendaraan angkut

kadang-kadang berada di bawah kondisi ideal dari waktu yang tersedia, hal ini karena adanya

faktor-faktor yang menjadi penghambat dan tidak dapat dihindari sehingga mempengaruhi

kondisi kerja, persiapan alat kerja, keterampilan kerja operator, pengisian bahan bakar,
pengaturan dan keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut, pemeliharaan alat, metoda

kerja dan hal-hal lainnya.

e. Iklim dan Cuaca

Iklim dan cuaca adalah hal yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap aktifitas

pengangkutan dalam kegiatan penambangan. Pada musim hujan front penambangan akan licin

dan becek, sebaliknya pada musim kemarau front penambangan dan jalan tambang akan berdebu

sehingga menghalangi kerja operator alat muat dan alat angkut, terutama operator alat angkut.

Debu-debu ini akan menghalangi pandangan mata operator terhadap keadaan jalan di depannya

dan dapat mengurangi kecepatan pengangkutan batubara. Dengan kondisi demikian kecepatan

kerja alat angkut akan berkurang.

C. METODOLOGI PEMBAHASAN

Metodologi penulisan ini diperlukan agar proses pemecahan masalah menjadi lebih

terarah dan akan mempermudah dalam menganalisa langkah-langkah penulisan yang harus

diambil. Secara umum metodologi penelitian terdiri dari:

1. Pengambilan Data

Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan alat muat dan alat angkut

material batu bara dan overburden untuk memenuhi target produksi, berupa data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil langsung dari lapangan. Adapun data tersebut

meliputi waktu siklus kerja dan waktu efektif dari alat muat dan alat angkut.

Waktu siklus terdiri dari dua bagian yaitu:

1). Waktu tetap (fixed time)

Adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan tetap seperti menggerus,

menggali, memuat, membuang.

2). Waktu tidak tetap (variable time)

Adalah waktu yang berubah-ubah tergantung dari jarak dan kondisi kerja.

Jadi waktu siklus dapat ditentukan dengan rumus

Sumber: Rochmanhadi 1992

Waktu siklus = waktu tetap + waktu tidak tetap

Untuk memperbesar produksi alat berat perjam yaitu dengan memperkecil waktu siklus

seghingga produksi tiap menit dalam satu jam menjadi besar. Beberapa cara mengurangi waktu

siklus yaitu:

1). Mengurangi waktu tetap

a). Sesuaikan alat alat angkut dengan kemampuan alat muat agar alat angkut tidak menunggu

(adanya waktu tunggu) dalam pemuatan material.

b). Untuk material yang keras, seperti batubara, tanah berbatu supaya dipecah terlebih dahulu agar

mudah untuk dimuat


c). Memperkecil sudut swing

2). Mengurangi waktu variable

a). Menentukan jalur/rute yang benar dan ekonomis

artinya jalur yang diambil memiliki waktu siklus yang benar-benar singkat, seperti tidak adanya

waktu manuver pada alat angkut.

b). Memelihara jalan kerja agar jangan sampai ada yang rusak agar tidak mengganggu operasional

kerja.

b. Data Sekunder

Yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan (PT. Leban Mutiara Hitam) dan literature

yang mendukung penelitian. Data-data tersebut meliputi:

1). Kebutuhan nyata batubara untuk mencapai targer Produksi

2). Kebutuhan nyata overburden untuk memenuhi stripping ratio 1:5

3). Spesifikasi alat muat dan alat angkut

4). Jam kerja alat muat dan alat angkut.

2. Formula (rumus-rumus) yang digunakan untuk perhitungan produktifitas alat-alat berat

a. Mechanical Availability (MA)

Adalah faktor yang menunjukkan ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu kerja

yang hilang untuk perbaikan karena alasan mekanis. Untuk produktifitas alat berat Mechanical

Availability sangat dibutuhkan untuk menentukan total waktu yang hilang, sehingga jam kerja

yang sebenarnya dapat dicari dan dapat dibandingkan dengan rencana jam kerja.

Rumus matematis untuk menentukan mechanical availability adalah:

( Partanto, 1995 hal. 179)


Keteranagan:

MA = Mechanical Avialibility atau kesiapan mekanik

W = Jumlah jam kerja alat (Working hours)

R = Jumlah jam perbaikan (Repair hours)

b. Use of Utilisation (UA)

Menunjukkan berapa persen dari waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi

pada saat alat dapat digunakan. Rumus matematis untuk menentukan use of utilization adalah:

( Partanto, 1995 hal. 180)

Keterangan:

UA = Use of Avialibility atau penggunaan ketersediaan

W = Jumlah jam kerja alat (working hours)

S = Jumlah jam standby

c. Efektive Utilisation / Waktu Efektif (Eu)

Efektive Utilisation merupakan cara untuk menyatakan efisiensi kerja alat berdasarkan

keadaan alat yang bekerja di lapangan.

Rumus matematis yang digunakan adalah:

(Partanto, 1995 hal. 181)


Dimana: T = W+R+S, Total hours available atau scheduled hours atau jumlah waktu kerja yang tersedia.

Keterangan:

MA = Mechanical Availability

UA = Use of Utilisation

Eu = Efektive of Utilisation

Tabel 4. Faktor efisiensi

Pemeliharaan mesin
Kondisi
Baik Buruk
operasi alat Baik Sedang Buruk
sekali sekali
Baik sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32
Sumber: Pemindahan Tanah Mekanis (Rochmanhadi hal. 8)

d. “Swell Factor” (Faktor Pengembangan Tanah)

Swell factor (faktor pengambangan) material menurut buku pemindahan tanah mekanis

oleh Partanto (1983) merupakan perbandingan antara material insitu (belum digali = BCM)

dengan material dalam keadaam loose (setelah digali = LCM). Besarnya swell faktor dapat

dihitung dengan persamaan:

Swell Factor dapat ditentukan berdasarkan table berikut ini:

Tabel 5. Density “swell factor” dari berbagai material

Jenis material Densiti Swell Faktor (in bank


(Lb/CuYd) correction faktor)
Tanah liat, kering 2300 0,85
Tanah liat, basah 2800 – 3000 0,82 – 0,80
Antrasite 2200 0,74
Bituminus 1900 0,74
Tanah biasa, kering 2800 0,85
Tanah biasa, basah 3370 0,85
Pasir kering 2200 – 3250 0,89
Pasir basah 3300 – 3600 0,88

Sumber:Pemindahan Tanah Mekanis (Partantao,2005)


Halaman: 186
1 lb/cuyd = 0,000593 ton/M³

e. Produktifitas Alat Muat (Excavator)

Rumus matematis yang digunakan adalah:

(Rochmanhadi 1992 hal. 20)

Dimana:

Q = Produksi excavator perjam (m3/jam)

q = Kapasitas produksi persiklus (m3)

E = Efesiensi kerja (%)

Cm = Waktu siklus (Detik)

Langkah pertama perhitungan produktifitas alat muat:

1). Kapasitas produksi persiklus (q)

q = ql x K

(sumber: kapasitas dan produksi alat-alat berat (Rochmanhadi 1992 hal. 20)

Dimana:

ql = Kapasitas bucket munjung (m3)

K = Faktor pengisian bucket


Untuk faktor bucket excavator diperoleh berdasarkan tabel dibawah ini:

Tabel 6. Faktor bucket alat muat

Jenis Faktor
Kondisi kerja
pekerjaan bucket
Menggali dan memuat dari stock room dan stockpile 1.0 – 0.8
Ringan
atau material yang telah dikeruk oleh excavator lain
yang tidak membutuhkan daya gali dan dapat dimuat
munjung.

Menggali dan memuat dari stock room atau 0.8 – 0.6


Sedang
stockpile,dengan kondisi tanah yang sulit digali dan
dikeruk akan tetapi dapat dimuat hamper munjung.

Menggali dan memuat batu pecah, tanah liat yang 0.6 – 0.5
Agak
keras,pasir dan kerikil yang telah dikumpulkan,sulit
sulit
mengisi bucket dengan material tersebut.

Bongkahan batu besar dengan bentuk tidak teratur 0.5 – 0.4


Sulit
dengan banyak rongga diantaranya.
Sumber: Perhitungan Biaya Peralatan (Rochmanhadi, 1992 hal: 14)

2). Waktu Siklus (Cm)

Waktu siklus (Cm) yang dibutuhkan oleh alat muat excavator adalah:

Cm = waktu gali + waktu swing isi + waktu tumpah + waktu swing kosong

f. Produktifitas alat angkut (Dump Truck)

Rumus yang digunakan adalah:


(Sumner: Kapasitas dan produksi alat-alat berat (Rochmanhadi,1992 hal. 34)

Keterangan:

P = Produksi perjam dump truck (m3/jam)

C = Kapasitas produksi persiklus dump truck (m3)

E = Efesiensi kerja dump truck

Cmt = Waktu siklus dump truck (menit)

Langkah – langkah perhitungan produktivitas dump truck:

1). Kapasitas produksi dump truck (C)

C = ql x K x n

Keterangan:

ql = Kapasitas bucket alat pemuat (m3)

K = Faktor bucket alat pemuat

n = Jumlah siklus yang diperlukan alat muat untuk mengisi dump truck

2). Waktu siklus (Cmt)

( Rochmanhadi,1992 hal.43)

Keterangan:

Cmt = Waktu siklus dump truck (menit)

Cm = Waktu siklus alat muat (menit)

D = Jarak angkut dump truck (m)

V1 = Kecepatan rata-rata dump truck berisi (m/menit)


V2 = Kecepatan rata-rata dump truck kosong (m/menit)

t1 = Waktu buang + waktu tunggu (menit)

t2 = Waktu untuk posisi pengisian dan waktu alat muat mulai mengisi (menit)
g. Keserasian kerja (MF)

Keserasian kerja adalah pola gerak alat-alat yang terpadu, dimana tidak saling tunggu

menunggu antara alat muat dan alat angkut.

Keserasian kerja dapat ditentukan dengan rumus:

(Partanto, 1995 ,182)

Dimana:

MF = Faktor keserasian kerja

cL = Waktu edar alat muat (menit)

cH = Waktu edar alat angkut (menit)

nH = Jumlah alat angkut

nL = Jumlah alat muat

n = banyak pengisisan bucket alat muat ke alat angkut

Faktor keserasian kerja:

MF = 1, berarti terjadi keserasian kerja alat muat dan alat angkut 100% dan tidak ada waktu

tunggu

MF < 1, berarti alat angkut bekerja penuh dan alat muat mempuyai waktu tunggu

MF > 1, berarti alat muat bekerja penuh sedangkan alat angkut mempunyai waktu tunggu

( Partanto Prodjosomarto, 1995 ”Pemindahan Tanah Mekanis” hal. 182)

D. DATA DAN ANALISA DATA


Dari data yang diperoleh di lapangan, maka penulis melakukan analisa data sesuai

dengan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Adapun analisa dari data yang

penulis peroleh dilapangan adalah sebagai berikut:

1. Data

a. Data Primer

Diambil berdasarkan hasil dari lapangan yaitu:

1) Jam kerja alat berat yang terdiri dari

a) Rencana

b) Standby

c) Rusak

d) Aktual

Dapat dilihat pada Lampiran I, II

2) Waktu tetap efektif dari alat berat yang terdiri dari

a) Waktu gali (detik)

b) Swing isi (detik)

c) Waktu tumpah (detik)

d) Swing kosong (detik)

e) Waktu siklus (detik)

Dapat dilihat pada Lampiran III, IV, V, dan VI

b. Data Skunder
Merupakan data yang diperoleh dari literatur “PT. Leban Mutiara Hitam, untuk mendukung data-

data penelitian antara lain:

1) Kebutuhan nyata batubara dalam terget produksi.

2) Kebutuhan nyata Overburden untuk memenuhi stripping ratio (SR) 1:5

3) Spesifikasi alat muat dan alat angkut

4) Jam kerja alat muat dan alat angkut

2. Analisa Data / Pengolahan Data

1. Mechanical Availibility (MA)

a. Excavator Catterpillar 330B

Jumlah jam kerja alat (W) = 147,516 jam

Jam rusak (R) = 9,81 jam

MA =

= 93,76 %

b. Dump Truck Mitsubishi HD PS 220

1) Kode 23

Jumlah jam kerja alat (W) = 102,33 jam

Jam rusak (R) = 0

MA =

= 100 %
2) Kode 24

Jumlah jam kerja alat (W) = 136,33 jam

Jam rusak (R) = 0

MA =

= 100 %

3) Kode 25

Jumlah jam kerja alat (W) = 93 jam

Jam rusak (R) = 0

MA =

= 100 %

2. Use of Utilisation

a. Excavator Catterpillar 330B

Jumlah jam kerja alat (W) = 147,51 jam

Jumlah jam standby (S) = 65,66 jam

UA=

= 69,19 %

b. Dump Truck Mitsubishi HD PS 220


de 23

Jumlah jam kerja alat (W) = 102,33 jam

Jumlah jam standby (S) = 119,66 jam

UA =

= 46,09 %

de 24

Jumlah jam kerja alat (W) = 136,33 jam

Jumlah jam standby (S) = 83,33 jam

UA =

= 62,06 %

de 25

Jumlah jam kerja alat (W) = 93 jam

Jumlah jam standby (S) = 123 jam

UA=

= 43,05 %

3. Efektif Utilisation (Eu)

a. Excavator Catterpillar 330 B


Rencana jam kerja alat (T) = 222 jam

Jumlah jam kerja alat (W) = 147,51 jam

EU =

= 66,44 %

b. Dump Truck Mitsubishi HD PS 220

de 23

Rencana jam kerja alat (T)= 222 jam

Jumlah jam kerja alat (W) = 102,33 jam

EU =

= 46,09 %

de 24

Rencana jam kerja alat (T)= 222 jam

Jumlah jam kerja alat (W) = 136,33 jam

EU =

= 61,40 %

de 25

Rencana jam kerja alat (T)= 222 jam


Jumlah jam kerja alat (W) = 93 jam

EU =

= 41,89 %

Table 7. Perhitungan efesiensi optimum alat muat

NO Alat Muat MA (%) UA (%) Eut(%)


1 Excavator Caterpilar 330 B 0,93 0,69 0,66

Table 8. Perhitungan efesiensi optimum alat angkut

NO Alat angkut MA (%) UA (%) Eut(%)


1 DT. Mitsubishi (23) 1 0,46 0,46
2 DT. Mitsubishi (24) 1 0,62 0,61
3 DT. Mitsubishi (25) 1 0,43 0,41
Total 3 1,51 1,48
Rata-Rata 1 0,50 0,49

4. Produktivitas Alat Muat untuk Batubara

a. Excavator Catterpillar 330 B

Kapasitas Bucket (ql) : 2,3 m3

Factor Bucket (K) : 0,9

Effesiensi Kerja (E) : 0,66

Berat jenis batubara (BJ) : 1,3 ton/m3

Swell factor batubara : 0,74


Waktu siklus:

Waktu muat (tb) : 6,06 detik (Lampiran )

Waktu putar berisi (ts1) : 3,45 detik (Lampiran )

Waktu buang (td) : 3,3 detik (Lampiran )

Waktu putar kosong (ts2) : 3,09 (Lampiran )

Sudut putar : 0o-180o

Produktivitas Excavator

1) Kapasitas produksi persiklus

q = ql x K

= 2,3 x 0,9

= 2,07 m3

2) Waktu siklus (Cm)

Cm = tb + ts1 + td + ts2

= 6,06 + 3,45 + 3,3 + 3,09

= 15,9 detik

3) Produktivitas total (Q)

Q=

Q=

= 309,328 m3/jam x 0,74 x 1,3 ton/m3

= 297,57 ton/jam

b. Mitsubishi HD PS 220
1) kode 23

Banyak bucket (n) : 10

Kapasitas bucket (ql) : 2,3 m3

Factor bucket (K) : 0,9

Efesiensi Kerja(E) : 0,46

Berat jenis Batubara (BJ) : 1,3 ton/m3

Waktu siklus

Waktu manuever1: 84 detik = 1,40 menit

Waktu muat : 250.26 detik = 4,171 menit

Waktu angkut : 128.34 detik = 2,139 menit

Waktu manuever2 : 74.22 detik = 1,237 menit

Waktu bongkar : 33.72 detik = 0,562 menit

Waktu balik : 63.24 detik = 1,054 menit

Spot time : 129 detik = 2,15 menit

Manuever2 + bongkar (t1) = 1,78 menit

Manuever1 + spot time (t2) = 3,55 menit

Jarak (D) = 150 m

Kecepatan rata-rata berisi (V1)

V1 = Jarak/waktu angkut

= 150 m/2,139 menit

= 70,12 m/menit

Kecepatan rata-rata kosong (V2)

V2 = Jarak/waktu balik
= 150 m/1,054 menit

= 142,31 m/menit

Produktivitas Alat Angkut:

a) Kapasitas Produksi

C = n x ql x K

= 10 x 2,3 m3 x 0,9

= 20,7 m3

b) Waktu siklus (Cmt)

Cmt =

= 2,65mnt + 2,14mnt +0,562mnt + 1,054mnt + 2,15mnt

= 8,556 menit

c) Produktivitas Total (P)

P=

= 66,77 m3/jam

= 66,77 m3/jam x 0,74 x 1,3 ton/m3

= 64,24 ton/jam

2) kode 24

Banyak bucket (n) : 10

Kapasitas bucket (ql) : 2,3 m3


Factor bucket (K) : 0,9

Efesiensi Kerja(E) : 0,61

Berat jenis Batubara (BJ) : 1,3 ton/m3

Waktu siklus

Waktu manuever1 : 121,8 detik = 2,03 menit

Waktu muat : 249 detik = 4,15 menit

Waktu angkut : 121,77 detik = 2,0295 menit

Waktu manuever2 : 61,65 detik = 1,0275 menit

Waktu bongkar : 25,8 detik = 0,43 menit

Waktu balik : 72,3 detik = 1,205 menit

Spot time : 130,8 detik = 2,18 menit

Manuever2 + bongkar (t1) = 1,4575 menit

Manuever1 + spot time (t2) = 4,21 menit

Jarak (D) = 150 m

Kecepatan rata-rata berisi (V1)

V1 = Jarak/waktu angkut

= 150 m/2,0295 menit

= 73,9 m/menit

Kecepatan rata-rata kosong (V2)

V2 = Jarak/waktu balik

= 150 m/1,205menit

= 124,48 m/menit
Produktivitas Alat Angkut:

a)Kapasitas Produksi

C = n x ql x K

= 10 x 2,3 m3 x 0,9

= 20,7 m3

b) Waktu siklus (Cmt)

Cmt =

= 2,65mnt + 2,03mnt +0,43mnt + 1,205mnt + 2,18mnt

= 8,495menit

c)Produktivitas Total (P)

P=

= 89,18 m3/jam

= 89,18 m3/jam x 0,74 x1,3 ton/m3

= 85,80 ton/jam

3) kode 25

Banyak bucket (n) : 10

Kapasitas bucket (ql) : 2,3 m3

Factor bucket (K) : 0,9

Efesiensi Kerja(E) : 0,41


Berat jenis Batubara (BJ) : 1,3 ton/m3

Waktu siklus

Waktu manuever1 : 92,88 detik = 1,548 menit

Waktu muat : 251,55 detik = 4,1925 menit

Waktu angkut : 121,53 detik = 2,0255 menit

Waktu manuever2 : 63,93 detik = 1,0655 menit

Waktu bongkar : 63,93 detik = 0,5585 menit

Waktu balik : 69,18 detik = 1,153 menit

Spot time : 141,6 detik = 2,36 menit

Manuever2 + bongkar (t1) = 1,624 menit

Manuever1 + spot time (t2) = 3,908 menit

Jarak (D) = 150 m

Kecepatan rata-rata berisi (V1)

V1 = Jarak/waktu angkut

= 150 m/2,0255 menit

= 74,05 m/menit

Kecepatan rata-rata kosong (V2)

V2 = Jarak/waktu balik

= 150 m/1,153 menit

= 130,09 m/menit

Produktivitas Alat Angkut:

a)Kapasitas Produksi

C = n x ql x K
= 10 x 2,3 m3 x 0,9

= 20,7 m3

b) Waktu siklus (Cmt)

Cmt =

= 2,65mnt + 2,025mnt +0,5585mnt + 1,153mnt + 2,36mnt

= 8,7465 menit

c)Produktivitas Total (P)

P=

= 58,22 m3/jam

= 58,22 m3/jam x 0,74x1,3 ton/m3

= 56,01 ton/jam

Produksi total alat angkut yang bekerja pada blok 3CP adalah:

64,24 + 85,80 + 56,01 = 206,05 ton/jam

Tabel 9. Produktifitas alat muat dalam 1 bulan

Produksi Jam kerja 1 Produksi


No Jenis alat
(ton/jam) bulan (jam) (bulan)
1 Caterpilar 330 B 297,57 147,51 43,894,55

Tabel 10. Produktifitas alat angkut dalam 1 bulan

Produksi Jam kerja 1 Produksi


No Jenis alat
(ton/jam) bulan (jam) (bulan)
DT.Mitsubishi HD PS
1 64,24 102,33 6,573,68
220 (23)
DT. Mitsubishi HD PS
2 85,80 136,33 11,697,11
220 (24)
DT. Mitsubishi HD PS
3 56,01 93 5,208,93
220 (25)
Total Produksi 206,05 23,479,72

5. keserasian kerja alat muat dan alat angkut (MF)

Excavator Caterpilar CAT 330 B

Waktu siklus alat muat ( ) = 0,266 menit

Jumlah alat muat ( ) = 1 unit

Banyak bucket (n) = 10

b. DT. Mitsubishi HD 220 PS

Waktu siklus alat angkut ( ) = 12,889 menit

Jumlah alat angkut ( ) = 3 unit

Keserasian kerja alat muat dan alat angkut.

Adalah:

= 0,61

Karena MF < 1 maka kesimpulannya alat angkut bekerja penuh dan alat muat mempunyai waktu

tunggu.

E. Pemecahan Masalah
Berdasarkan data yang di peroleh dari PT. Leban Mutiara Hitam, hingga saat ini mampu

mencapai produksi tiap bulannya, kecuali jika kondisi cuaca yang tidak baik sehingga proses

produksi akan terganggu. Dengan kondisi alat yang bekerja pada blok 3 saat ini, yaitu 1 unit

Excavator Caterpilar CAT 330 B, dan 3 unit DT. Mitsubishi HD PS 220, maka PT. Leban

Mutiara Hitam mampu memproduksi batu bara ±23,146.3ton/bulan.

Berikut adalah perhitungan kebutuhan alat angkut yang beroperasi di blok 3 PT. Leban

Mutiara Hitam:

a. Perencanaan kebutuhan alat angkut

1) Alat angkut

DT Mitsubishi HD PS 220

Kemampuan alat muat/jam = 297,57 ton/jam

Kemampuan alat angkut/jam = 206,05 ton/jam

Alat angkut yang dibutuhkan =

= 1,44 unit ~ 1 unit

Tabel 11. Kebutuhan alat muat dan alat angkut.

No Jenis alat Kebutuhan alat berat


1 Excavator caterpillar 1 unit
2 DT. Mitsubishi HD PS 220 4 unit

b. Produksi alat angkut setelah direncanakan


1) Alat angkut DT Mitsubishi HD PS 220 (4 unit)

Produksi 1 unit DT = 68,68 ton/jam

Produksi 4 unit DT = 4 x 68,68 ton /jam

Produksi 4 unit DT/jam = 274,72

Produksi 1 bulan = jam aktual x produksi/jam

= 168 x 274,72

= 46,152,96 ton/bulan

Sehingga dengan penambahan 1 unit DT tersebut maka tercapailah target produksi 46,152,96

ton/bulan.

Tabel 12. Produksi alat angkut setelah serasi dalam 1 bulan.

Target Produksi nyata 3 unit DT Produksi nyata 4 unit DT


No Jenis alat
Produksi (sebelum serasi ) (setelah serasi)
1 Mitsubishi HD PS 220 40,000 23,479,72 ton/bulan 46,152,96 ton/bulan

c. Keserasian alat muat dan alat angkut setelah jumlah alat muat dan alat angkut

direncanakan.

1) Excavator CAT 330 B

Waktu siklus alat muat ( ) = 0,266 menit

Jumlah alat muat ( ) = 1 unit

Banyak bucket (n) = 10

2) DT. Mitsubishi HD PS 220

Waktu siklus alat angkut ( ) = 12,889 menit

Jumlah alat angkut ( ) = 4 unit


Keserasian kerja alat muat dan alat angkut

Adalah:

= 0,83 ~ 1

Karena MF = 1, berarti terjadi keserasian kerja alat muat dan alat angkut 100% dan tidak ada

waktu tunggu.

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari hasil pengalaman lapangan yang telah penulis lihat dan data yang telah penulis analisa maka

penulis mengambil kesimpulan:

1. PT. Leban Mutiara Hitam adalah perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang pertambangan

yang mulai beroperasi pada bulan Januari 2008. PT. Leban Mutiara Hitam merupakan kontraktor

dari PT. Bara Adhipratama (BAMA) yang melakukan kegiatan penambangan pada kuasa

pertambangan milik PT. Bara Adhipratama (BAMA). Pad saat ini PT. Leban Mutiara Hitam
mengerjakan tiga blok penambangan, yaitu blok 1 CP, blok 2 CP dan bolk 3 CP, dengan target

produksi 40,000 ton/bulan.

2. Dalam kegiatan penambangannya PT. Leban Mutiara Hitam melakukannya dengan sistem

tambang terbuka dengan menggunakan metoda back fiiling. dengan kadar kalori ± 6.194 kkal/kg

dan didukung oleh kadar sulfur (0,66%) dan kandungan abu (5,60%) yang relatif rendah.

3. Dalam kegiatan penambangannya PT. Leban Mutiara Hitam melakukannya dengan sistem

tambang terbuka dengan menggunakan metoda back fiiling. Yaitu metoda penambangan dimana

blok yang telah ditambang ditutup kembali dengan tanah galian hasil pengupasan tanah penutup

dari blok berikutnya.

4. Berdasarkan perhitungan teoritis keserasian alat muat dan alat angkut diperoleh nilai MF kecil

dari 1 atau sebesar 0.61, artinya alat muat mempunyai waktu tunggu sementara alat angkut

bekerja penuh.

2. SARAN

1. Diperlukan penambahan 1 unit alat angkut menjadi 4 unit untuk penggalian batubara untuk

mencapai target produksi 40,000 ton/bulan yang diinginkan dan mencapai keserasian alat muat

dan alat angkut.

2. Melakukan perbaikan jalan tambang dengan menambah lebar jalan sehingga dapat mengurangi

hambatan waktu pada saat alat angkut berselisih, dan perlu dilakukan penyiraman jalan untuk

mengurangi debu yang dapat menghalangi penglihatan operator pada saat melakukan pekerjaan,

sehingga dapat menciptakan kondisi kerja yang lebih baik.

3. Perlu pembuatan parit pada main road agar tidak tergenangnya air pada jalan utama.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Data-data, Laporan dan Arsip Perusahaan Tambang Terbuka PT. Leban Mutiara
Hitam.

Drs.Raimon Kopa, MT, 2004. Pelaksanaan Proyek Akhir. Padang: Universitas Negeri Padang.

Ir.Partanto Prodjosumarto,. 2005. Pemindahan Tanah Mekanis. Bandung: Universitas Isalam Bandung.

Ir .Partanto Prodjosumarto. 1993. Pemindahan tanah mekanis. Bandung. Jurusan Teknik Pertambangan
Institut Teknologi Bandung.

Ir.Rochmanhadi, 1983. Kapasitas dan Produksi Alat-alat berat. Jakarta: Badan Penerbit Pekerjaan

Umum.

Anda mungkin juga menyukai