Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Batubara memiliki nilai yang penting bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan batubara
sebagai sumber energi menjadi salah satu kebutuhan, sehingga menjadikan permintaan
batubara terus meningkat dan keberadaan batubara akan terus dibutuhkan. Seiring dengan
terus meningkatnya permintaan terhadap batubara yang beragam kualitas, dari kualitas yang
rendah hingga kualitas tinggi, untuk itu engineer pertambangan perlu memiliki pengetahuan
yang luas tentang batubara.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kekayaan alam, salah
satunya adalah batubara, keberadaan batubara di Indonesia menjadikan salah satu negara
terbesar yang mengekspor batubara di dunia. Sehingga dengan terus meningkatnya
permintaan batubara, adalah perlu untuk mengetahui kualitas, keberadaan dan kegunaan
batubara itu sendiri.
Perusahaan memiliki peranan penting dalam melakukan kegiatan bisnis batubara. Hal ini
dapat meningkatkan devisa negara dan akan dapat memiliki peranan penting bagi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Permintaan batubara yang terus meningkat dan beragam sehingga
perusahaan harus memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga kualitas batubara perlu
diperhatikan agar batubara yang dijual sesuai dengan kebutuhan konsumen. Penjualan
batubara memiliki kaitan erat dengan kegiatan teknik pertambangan. Diantaranya adalah
dengan melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pengangkutan dan
penjualan. Setiap rangkaian kegiatan pertambangan memiliki kegiatan yang kompleks. Untuk
itu perlu dilakukan adanya pembelajaran detail setiap kegiatan agar batubara yang akan dijual
memiliki nilai yang baik untuk konsumen.
PT. Wahana Baratama Mining merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan batubara, dimana batubara yang ditambang adalah tipe bituminous dengan
kadar sulfur rendah dengan nilai CV yang tinggi, berkisar antara 55106950. Metode
penambangan yang digunakan adalah open cut mining dengan menggunakan alat gali
hidraulik dan alat angkut dump truck. Sebelum pembongkaran overburden, dilakukan
peledakan dengan metode konvensional dan metode Through Seam Blasting (TSB). Batubara
hasil tambang kemudian direduksi ukurannya dengan menggunakan crusher. Crusher yang
digunakan adalah Primary crusher dan Secondary crusher. Kemudian apabila terdapat
kontaminasi metal, akan dipisahkan dengan Magnetic Separator. , Batubara hasil crushing
diangkut dengan menggunakan Double Side Dump Truck ke stockpile untuk kemudian
dilakukan pengapalan.

1. 2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan yang dilakukan dalam kegiatan Kerja Praktek (KP) yang
dilakukan di PT. Wahana Baratama Mining adalah sebagai berikut:

Maksud:
1. Mempraktikkan, melihat, dan melaksanakan aplikasi kegiatan pertambangan yang
sebelumnya telah dipelajari selama perkuliahan
2. Mempelajari serangkaian kegiatan proses pertambangan dari hulu ke hilir dan
mengaplikasikan teori di bangku perkuliahan

Tujuan:

1. Mengetahui rangkaian kegiatan tambang batubara PT. Wahana Baratama Mining dari
hulu ke hilir.
2. Mengetahui kegiatan eksplorasi yang dilakukan PT. Wahana Baratama Mining
3. Mengetahui kegiatan eksploitasi yang dilakukan PT. Wahana Baratama Mining
4. Mengetahui proses kegiatan pemasaran batubara dari mulai kegiatan Material Blending
hingga Shipment yang dilakukan PT. Wahana Baratama Mining

1. 3. Perumusan Masalah
1. Untuk mempelajari tahapan-tahapan kegiatan pertambangan batubara dari hulu ke hilir
2. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan selama proses penambangan berlangsung
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang bisa terjadi di area pertambangan
1. 4. Batasan Masalah
Dalam kerja praktik dengan waktu yang singkat ini, penulis membatasi pada pengamatan
kegiatan para pekerja tambang per department.

1. 5. Waktu dan Tempat


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT. Wahana Baratama Mining, Satui,
Kalimantan Selatan. Terhitung mulai tanggal 21 Juli 2017 sampai dengan 22 Agustus 2017.

1. 6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dilakukan dalam menyusun Laporan Kerja Praktek adalah
sebagai berikut:
I. Bab I Pendahuluan
Mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, perumusan masalah, waktu dan tempat
pelaksanaan, dan sistematika penulisan
II. Bab II Tinjauan Umum
Bab ini berisi tentang profil perusahaan, lokasi dan kesampaian daerah, iklim dan cuaca,
keadaan geologi, serta cadangan dan kualitas batubara.
III. Bab IIIPembahasan
Bagian ini menguraikan pembahasan mengenai alur proses penambangan batubara di PT.
Wahana Baratama Mining dari hulu hingga hilir.
IV. Bab IV Penutup
Penutup terdiri dari Kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Profil Perusahaan

Kegiatan penambangan PT. Wahana Baratama Mining dilaksanakan di daerah


Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) KW04PB0210 seluas 7811
ha. Sebaran endapan batubara di wilayah PKP2B PT. Wahana Baratama Mining
dikelompokkan menjadi 2 Blok, yaitu Blok I di bagian timur sebaran dan Blok II di bagian
barat. PT WBM memiliki 20 seam batubara namun yang dapat ditambang yaitu batubara
dengan tebal lebih dari 20 cm sehingga hanya 16 seam yang dapat ditambang oleh PT
WBM dan 4 seam yang tersisa memiliki tebal kurang dari 20 cm sehingga tidak ditambang
karena tidak memiliki nilai ekonomis, setiap seam pada tambang PT WBM memiliki
kualitas yang berbeda-beda.
Dalam pengangkutan batubara PT WBM bekerja sama dengan PT. Thiess Contractor
Indonesia (TCI) sebagai kontraktor dalam proses pengambilan batubara dan menggunakan
Excavator dan Heavy Duty Truck (HDT) yang berkapasitas besar untuk mengangkut
overburden (OB) dan batubara, jenis HDT yang mengangkut OB dan Batubara berbeda. OB
yang di gali tadi diletakkan di Disposal, PT WBM memiliki Disposal sebesar 837.20 Ha out
dump dan 129.27 Ha inpit dump, reklamasi seluas 823.78 Ha dan telah melakukan revegetasi
sebesar 750.70 Ha. Batubara yang dihasilkan di angkut dari Pit menuju Intermediate
Crushing Facility (ICF), dimana batubara akan direduksi ukuran butir kemudian di angkut
menuju CHP (Jetty) dan masuk ke tongkang. PT. TCI melakukan kerjasama dengan
subcontractor yaitu PT. ORICA yang bekerja dalam sistem peledakan (Blasting). PT. WBM
juga bekerjasama dengan PT. GEOSERVICES untuk melakukan kegiatan sampling batubara
di ICF, proses loading hingga pengambilan sample di vessel. Untuk proses pengangkutan
(barging) batubara menuju vessel PT. WBM bekerja sama dengan PT. Muji Lines.
2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Daerah PKP2B PT. Wahana Baratama Mining secara administratif terletak di


Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kecamatan Kintap Kabupaten tanah Laut,
Kalimantan Selatan. Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan
yang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah selatan, Gunung Aurbunak di sebelah Utara,
Kecamatan Jorong di sebelah Barat, dan Kecamatan Sebamban di sebelah Timur.
Kecamatan Kintap terletak 120 km dan Kecamatan Satui terletak 170 km dari
Banjarmasin ke arah tenggara menuju Kotabaru. Dengan koordinat pada posisi 115o1157,6
BT 115o2110,0 BT dan 3o4122,2 LS 3o 4733,9 LS.
Lokasi PKP2B PT. Wahana Baratama Mining terletak di sebelah Utara kota Satui.
Untuk menuju daerah tersebut dapat dicapai dengan menggunakan sarana transportasi darat.
Rute perjalanan untuk menuju daerah PKP2B PT. Wahana Baratama Mining adalah Dari
Banjarmasin menuju Satui melalui Pleihari dan Kintap dengan menggunakan kendaraan
roda empat sejauh 200 km selama sekitar 3 jam.

Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah
Topografi daerah PKP2B PT. Wahana Baratama Mining adalah berupa dataran rendah
dengan ketinggian yang bervariasi dari ketinggian 60 m dari permukaan laut, dimana
bagian terendah terletak di bagian Barat Daya daerah Penambangan, sedangkan yang
tertinggi terletak di Timur Laut daerah penambangan. Sungai yang mengalir di daerah
adalah sungai-sungai yang terbesar yaitu Sungai Kintap dan Sungai Pabilahan.Sungai Kintap
bermuara di Laut Jawa.Sungai Pabilahan berasal dari daerah pegunungan sekitar 5 km
arah Barat Laut daerah tersebut.
Jenis flora yang tumbuh di daerah PKP2B PT. Wahana Baratama Mining terdiri dari
hutan primer dan sekunder.Sebagian lainnya terdiri dari karet, sawit, semak belukar dan
ilalang. Hutan primer merupakan kumpulan berbagai jenis pepohonan dengan diameter
batang mulai dari 5 55 cm, ketinggian dari 3 m 30 m, kerapatan sangat jarang sekitar 50
250 pohon setiap hektarnya. Hutan sekunder terdiri dari belukar, semak ilalang, dan
pepohonan rawa.

2.3. Iklim dan Cuaca

Daerah PKP2B PT. Wahana Baratam Mining ini sama seperti daerah lainnya di
Indonesia, mempunyai iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim
penghujan. Temperatur di daerah ini cukup tinggi, yaitu berkisar antara 20-30C.

2.4. Keadaan Geologi

Secara regional, formasi batuan yang menyusun daerah PKP2B PT. Wahana Baratama
Mining terdiri dari zaman tersier, yaitu Formasi Tanjung, Formasi Berai dan Formasi
Warukin.
a. Formasi Tanjung
Formasi Tanjung diperkirakan berumur Eosen dan merupakan batuan dasar yang
mengandung kapur yang sifatnya tidak selaras.Pada lapisan bawah terdiri dari
konglomerat basal, batupasir, lapisan batubara dan basal intrusif, sedangkan sedimen
bagian atas terdiri dari marlite, lempung dan lapisan tipis batugamping.Ketebalan formasi
ini bervariasi dari 150 m sampai 250 m.

b. Formasi Berai
Formasi ini terdiri dari batugamping, serpih, batuhijau (greenstone) dan sedikit glaukonit.
Formasi ini dibagi dalam dua grup sebagai berikut:
1. Grup Satu (T-4)
Batuan yang terbanyak adalah batugamping dengan ketebalan antara 350-500 m
2. Grup Dua (T-5)
Terdiri dari marlite dan serpih yang banyak mengandung fosil siput dengan ketebalan
lebih dari 200 meter.

c. Formasi Warukin
Formasi ini berumur Miosen Tengah, terdiri dari batugamping, batulumpur (mudstone),
lapisan batubara tebal, dan batugamping tipis pada dasarnya. Formasi ini disebut juga
Grup T-6 dengan ketebalan total lebih dari 600 meter.
Di PKP2B PT. Wahana Baratama Mining, satuan batuan yang diketahui berkembang
baik mengandung batubara Formasi Tanjung (Grup T-1, Grup T-2, dan Grup T-3).
Formasi pembawa batubara terdapat pada grup T-2 yang berumur Eosen dengan
ketebalan 145-171 meter. Ketebalan rata-rata formasi pembaw a bagtubara mencapai 155
meter dan terdapat 35 lapisan batubara yang layak ditambang pada daerah rencana
tambang dan terletak pada Grup T-2. Proses sedimentasi, pembentukan satuan batubara
serta lingkungan pengendapannya seperti diuraikan dibawah ini.
Gambar 2.2
Gambar Kolom Stratigrafi

2.5. Cadangan dan Kualitas Batubara

Berdasarkan hasil studi kelayakan tahun 2009 di daerah PKP2B PT. Wahana
Baratama Mining diperoleh data dengan sumberdaya terukur (measured resources) sebesar
59.817.741,2 ton, sumberdaya tertunjuk (indicated resources) 75.623.780,9 ton dan
sumberdaya terkira (inferred resources) sebesar 48.145.367,1 ton.
Gambar 2.3
Peta Geologi Daerah PKP2B PT Wahana Baratama Mining

Kualitas batubara yang dihasilkan PT. Wahana Baratama Mining termasuk dalam rank
subbituminous A sampai high-volatile bituminous B, dengan kalori berkisar 5510 6950
kcal/kg.
BAB III

PEMBAHASAN

3. 1. Kegiatan Penambangan Batubara


PT. Wahana Baratama Mining melakukan proses kegiatan penambangan batubara dengan
melibatkan kontraktor PT. Thiess Contractor Indonesia dari proses penambangan hingga
ke penempatan batubara di stockpile. Proses crushing batubara kemudian dilakukan di
Intermediate Coal Facility (ICF) yang kemudian batubara akan dikirim ke Stockpile Jetty
untuk selanjutnya melakukan proses pengapalan.

3. 2. Kegiatan Penambangan PT. Wahana Baratama Mining


3. 2. 1. Geology
3. 2. 1. 1. Geology Exploration
3. 2. 1. 2. Mine Pit Geology
3. 2. 1. 3. Quality Control
3. 2. 1. 4. Modelling Geology
3. 2. 2. Mine Planning

Mine Plan merupakan suatu kegiatan perencanaan dan perancangan tambang pada suatu
periode tertentu untuk memenuhi target yang telah ditentukan yang mencakup perancangan
teknis untuk peralatan, struktur geologi dan nilai ekonomis tambang. Perencanaan tambang di
PT. Wahana Baratama Mining dibagi sebagai berikut:
Perencanaan jangka panjang dan menengah
Perencanaan jangka panjang adalah perencanaan dari awal mula penambangan hingga
berakhirnya sebuah tambang (life of mine).Perencanaan jangka panjang dilakukan untuk
menentukan rencana penambangan yang akurat dan mineable, sehingga dapat
menentukan waktu yang diperlukan untuk menambang seluruh cadangan
batubara.Sedangkan perencanaan jangka menengah adalah perencanaan jangka panjang
yang dibagi menjadi periode per tahun.

Dalam merencanakan suatu tambang, perlu diketahui nilai ekonomis berdasarkan


cadangan yang dimiliki.Sehingga dapat ditentukan waktu yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan penambangan yang optimal. Untuk itu perlu dilakukan langkah
langkah sebagai berikut:
o Penentuan Break Even Stripping Ratio (BESR)
BESR merupakan batas stripping ratio dimana nilai keuntungan sama dengan nol.
Cara penentuan BESR adalah perbandingan antara keuntungan batubara
dibandingkan dengan biaya pembongkaran waste. Perbandingan ini akan
menghasilkan nilai batas dimana kegiatan penambangan tidak untung maupun rugi.
Ada beberapa parameter yang dimasukan dalam perhitungan BESR yaitu:
Overburden Removal:
- Overburden Removal Cost
- Waste Overhaul Cost

Coal Cost:
- Mining price
- Hauling Price
- ICF
- ICF to Port
- Water
- CPP
- Barging
- Transhipment costs
- Overheads
- Financing Costs (Salary, etc)
- Royalty to Government
- PPN

berikut perhitungan BESR:



=

Berikut adalah contoh perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR):
CASH UNIT COST SUMMARY WBM
Base Coal Price (US$/Tonne) - 6,322 Kcal/kg GAR 84.0 85.0 Shiploading
Singapore MOPS Gasoil - US$/Barrel 75.0 76.0
IDR/USD Exchange Rate

1. Physical Assumptions
Production Million Tonnes Million Tonnes 1.8
Stripping Ratio BCM/t BCM/t 8.0
Estimated Waste Haul Distance m m 1650
Haulage Distance km km 17.5
Barging distance Nm Nm 1
Percentage of Overburden Blasted % % 99.0%
Percentage of Mud versus total Overburden % % 0.0%
Percentage of Thin Seam Mining % % 0.0%
2. Coal Pricing Assumptions
Calorific Value Kcal/kg GAR Kcal/kg GAR 6,300
Sulphur % % 0.50%
Sulphur Penalty (over 1%) US$ per 0.1% US$ per 0.1% 0.50
Ash % % -
Price premium/(discount) % % 0.0%
3. Cost Assumptions
Fuel Price
Pertamina Base Fuel Price (Excl. Taxes) US$/Litre US$/Litre 0.54
Contractor discount (on MOPS) % % 0.0%
Applicable PBBKB % % 4.5%
Delivery Costs IDR/Litre IDR/Litre 522
Site Delivered Diesel Fuel Costs (Excl. VAT) US$/Litre US$/Litre 0.622

Overburden Unit Rates (Rise and Fall Adjusted)


Overburden Removal at base haul distance US$/BCM US$/BCM 2.323
Overburden Removal base haul distance Metres Metres 1,000
Incremental Overburden Haul at base distance US$/BCM US$/BCM 0.440
Incremental Overburden Haul base distance Metres Metres 1,000
Is Overburden Removal base haul distance a minimum? Yes:No Yes:No Yes

Overburden Removal distance adjusted US$/BCM US$/BCM 2.61

Coal Mining Unit Rates (Rise and Fall Adjusted)


Coal Mining & Hauling US$/Tonne US$/Tonne 4.21
Hauling Distance in above Km Km 7.0
Incremental Coal Hauling US$/Tonne/km US$/Tonne/km 0.090
Incremental for Thin Seam Coal Mining US$/Tonne US$/Tonne 0.00
ICF to Port Ton/km Ton/km 0.10
Other
Expense VAT Yes:No Yes:No Yes
4. Cash Unit Margin Analysis
Waste Cost
Overburden Removal US$/bcm US$/bcm 2.61

Sales Price (FOB Vessel) US$/t US$/t 83.71

Coal Cost
Mining US$/bcm US$/bcm 4.21
Pit to ICF US$/bcm US$/bcm 0.00
ICF US$/t US$/t 1.00
ICF to Port US$/t US$/t 1.68
Water US$/t US$/t 1.66
CPP US$/t US$/t 2.60
Barging US$/t US$/t 3.30
Transshipment costs US$/t US$/t 3.38
Coal Terminal US$/t US$/t 0.00
Sales Commission US$/t US$/t 0.00
Overheads US$/t US$/t 4.36
Financing Costs(Salary etc) US$/t US$/t 1.28
Royalty to Govt US$/t US$/t 11.30
PPN on Mining/Barging/Coal Terminal US$/t US$/t 2.04
Total Coal Cost US$/t US$/t 36.82

Coal Revenue US$/t US$/t 46.89


Breakeven Strip Ratio 17.97

Tabel xx Perhitungan BESR


o Pit optimisasi / Pit Ultimate Limit
Pit optimisasi adalah menentuan batas penambangan yang optimal sehingga
menghasilkan nilai ekonomis yang maksimum. Pit optimisasi ditentukan dengan
menggunakan metode Lerchs-Grossman yang berdasarkan akumulasi dari pembagian
area menjadi per blok dengan setiap blok memiliki nilai keuntungan masing masing.
Maka dihasilkan batas wilayah kegiatan penambangan yang ekonomis.

Berikut tahapan pembuatan pit optimization:


1. Pembuatan boundary atau batasan daerah pit yang akan dioptimasi sesuai dengan
bagian yang ingin dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada,
seperti konsesi, kondisi lingkungan atau bentang alam, topografi dan struktur
geologi.

Gambar xx Pembuatan boundary

2. Pembuatan block dan strip untuk membatasi area optimisasi dengan jarak tertentu
dengan suatu garis-garis perpotongan. Kombinasi antara block dan strip adalah
batterblock. Dalam hal ini, PT. WBM menentukan batter block dengan dimesi
125x 125m
Gambar xx Pembuatan Batter block

3. Proyeksi strip dengan overall slope yang telah disesuaikan dengan Geotechnical
Assessment hingga ke target seam. Overall slope yang disesuaikan dengan
geotechnical assessment adalah 33.34.

High Wall Pit


Location Range Overall angle Single Face Slope angle berm Bench height
Original To RL -105 30 45 11 15
RL-105 to seam 7 (RL-120) 45 65 8 15
Seam 7 (RL-120) to MO SL4 65 80 7.5 15

Low Wall Pit


Location Range Overall angle Single Face Slope angle berm Bench height
Original To MO SL4 20 25 11 15
Disposal
Location Range Overall angle Single Face Slope angle berm Bench height
Up tp RL80 15 20 10 10
Above RL80 12 20 20 10

Tabel xx Geotechnic Assessment

Gambar xx Proyeksi overall slope terhadap batter block


4. Perhitungan reserve atau cadangan batubara dari boundary general, dengan
menghitung coal mass recovered dan waste.

OPW100_082B 155,753 5,326,575


OPW100_083 322,602 2,685,843
OPW100_084 180,256 1,939,963
OPW100_085 154,147 2,084,132
OPW100_086B 144,655 2,238,912
OPW100_087A 153,973 2,637,598
OPW100_088 160,681 3,057,972
OPW101_082B 229,783 6,445,356
OPW101_083 284,002 2,693,135
OPW101_084 187,886 2,244,416
OPW101_085 144,881 2,098,087
OPW101_086B 133,456 2,302,253
OPW101_087A 138,813 2,696,251
OPW101_088 147,152 3,013,288
OPW102_081B 58,359 7,352,063
OPW102_083 85,759 2,380,537
OPW102_084 38,883 2,310,338
OPW102_085 59,059 2,486,129
OPW102_086B 27,783 2,348,785
OPW102_087A 32,464 5,039,449
Grand Total 19,916,036 294,864,889

Tabel xx Perhitungan mine reserve

5. Perhitungan parameter cost, yaitu perhitungan coal revenue yang dihasilkan per
batter block sehingga didapatkan area yang optimal. Parameter yang dapat
menentukan nilai yang optimal adalah dari nilai revenue batter block kumulatif
yang paling tinggi.
BLOCKNAME COAL OB SR Coal revenue Coal cost Waste cost Revenue
OPW079_083 11,355.05 11,392.73 1.00 $ 955,754.86 $ 418,432.15 $ 29,735.01 507,587.70
OPW080A083 209,248.07 448,955.55 2.15 $ 17,612,410.17 $ 7,710,762.42 $ 1,171,774.00 8,729,873.75
OPW080B087B 9,950.55 23,463.44 2.36 $ 837,538.07 $ 366,676.51 $ 61,239.57 409,621.99
OPW081A083 389,816.03 1,184,492.06 3.04 $ 32,810,815.40 $ 14,364,666.73 $ 3,091,524.27 15,354,624.40
OPW081B087B 26,099.09 103,632.27 3.97 $ 2,196,760.32 $ 961,747.81 $ 270,480.23 964,532.28
OPW082A084 272,760.24 1,244,219.15 4.56 $ 22,958,229.08 $ 10,051,176.89 $ 3,247,411.98 9,659,640.21
OPW082B087B 46,940.50 262,102.73 5.58 $ 3,950,981.53 $ 1,729,750.76 $ 684,088.12 1,537,142.65
OPW083_084 550,001.21 2,620,064.62 4.76 $ 46,293,602.11 $ 20,267,468.45 $ 6,838,368.66 19,187,765.00
OPW084_084 725,524.78 5,444,878.48 7.50 $ 61,067,421.10 $ 26,735,487.72 $ 14,211,132.83 20,120,800.56
OPW085_084 693,085.59 6,799,565.36 9.81 $ 58,337,014.09 $ 25,540,107.89 $ 17,746,865.58 15,050,040.62
OPW086_084 750,641.50 7,493,986.99 9.98 $ 63,181,494.72 $ 27,661,035.05 $ 19,559,306.03 15,961,153.63
OPW087_084 747,145.64 8,290,251.06 11.10 $ 62,887,248.84 $ 27,532,213.39 $ 21,637,555.28 13,717,480.18
OPW088_084 798,533.71 9,925,128.51 12.43 $ 67,212,582.50 $ 29,425,856.56 $ 25,904,585.40 11,882,140.54
OPW089_082B 280,990.32 4,438,805.81 15.80 $ 23,650,954.86 $ 10,354,454.17 $ 11,585,283.17 1,711,217.52
OPW089_083 195,331.98 2,678,865.55 13.71 $ 40,092,047.81 $ 17,552,410.64 $ 18,577,122.24 3,962,514.93
OPW089_084 151,132.51 2,385,499.23 15.78 $ 52,812,871.14 $ 23,121,622.66 $ 24,803,275.25 4,887,973.23
OPW089_085 224,245.42 3,771,118.79 16.82 $ 71,687,608.33 $ 31,385,035.38 $ 34,645,895.28 5,656,677.67

Tabel xx Tabel Parameter Cost

6. Pembuatan practical pit yaitu polygon atau boundary dari area yang telah optimal.

Gambar xx Polygon atau boundary area yang optimal


o Pit design
Dari hasil practical pit yang dihitung, selanjutnya dilakukan pit design, yaitu
perencanaan pembuatan pit yang sesuai dengan faktor keamanan dan sesuai dengan
hasil optimisasi. Sehingga cadangan yang ditambang adalah cadangan yang mineable.
Pembuatan design pit dilakukan dengan software Minescape.

Gambar xx Hasil practical pit dalam bentuk 3D (tampak depan)

Gambar xx Hasil Practical pit dalam bentuk 3D (tampak samping)


Dalam proses perancangan tambang, perlu memperhatikan beberapa aspek untuk
membuat suatu design tambang yang memiliki standar kualitas, keamanaan, dan
keselamatam kerja agar target yang ditentukan dapat tercapai. Berikut adalah kegiatan
kegiatan mine design :
Design pit dan disposal
Geometri jenjang
Pembuatan desain pit dan disposal harus berdasarkan data dari
Geotechnical Assesment untuk menentukan kondisi aman geometri
jenjang pit dan disposal. Berikut geometri jenjang pit dan disposal:

High Wall Pit


Location Range Overall angle Single Face Slope angle Berm Bench height
Original To RL -105 30 45 11 15
RL-105 to seam 7 (RL-120) 45 65 8 15
Seam 7 (RL-120) to MO SL4 65 80 7.5 15

Low Wall Pit


Location Range Overall angle Single Face Slope angle Berm Bench height
Original To MO SL4 20 25 11 15

Disposal
Location Range Overall angle Single Face Slope angle Berm Bench height
Up tp RL80 15 20 10 10
Above RL80 12 20 20 10

Tabel xx Geotechnical Assessment


Gambar xx Bentuk geometri lereng

Jalan tambang
Setelah membuat desain pit dan disposal dilakukan perencanaan
pembuatan jalan tambang. Penentuan lebar jalan tambang menggunakan
acuan alat angkut yang paling besar digunakan dimana di PT. Wahana
Baratama Mining menggunakan Dump Truck CAT 785C, dengan standar
safety lebar jalan tambang adalah:

Lebar Jalan = 3,5 x alat angkut terbesar


Gambar xx Lebar jalan tambang

Kemiringan Maksimum (Maximum Grade)


Berikut penentuan kemiringan jalan maksimum pada PT. Wahana
Baratama Mining :

Max. grade = 8-10% x Lebar jalan

Safety bundwall
Safety bundwall dibuat sebagai pengaman alat berat yang melewati ramp,
agar apabila alat mengalami lepas kendali tidak akan meluncur menuruni
slope. Selain itu safety bundwall berfungsi sebagai penahan material yang
jatuh dari lereng dan longsoran.Sehingga tidak menggangu kegiatan
operasional.

Safety bundwall = x Tinggi ban terbesar


Dalam perencanaan tambang dilakukan perhitungan cadangan dari hasil pit design
dari practical pit. Kemudian dihitung jumlah volume dan total massa dari cadangan
batubara dan waste yang dimiliki. Terdapat beberapa parameter dalam perhitungan
cadangan batubara, yaitu:
1) Coal volume recovered
Coal volume recovered adalah volume batubara hasil perhitungan model
dikalikan dengan recovery factor. Recovery factor merupakan indicator keyakinan
geologi dari model.

2) Coal volume unrecovered


Coal volume unrecovered adalah volume batubara yang hilang akibat persentase
ketidakyakinan model geologi. Nilai coal volume unrecovered juga bisa
dipengaruhi oleh kegiatan tambang, seperti Through Seam Blast (TSB).
Penentuaan Volume unrecovered didapat dari sisa persentase volume recovered.

3) Coal volume loss


Coal volume loss adalah toleransi kehilangan batubara akibat teknis
penambangan.Toleransi yang diberikan adalah 2,5 cm dari roof dan 2,5 cm dari
lapisan floor

4) Dilution volume
Dilution volume adalah toleransi penambahan volume dari material non batubara
yang ikut terambil pada saat coal getting. Ketebalan dilution total roof dan floor
batubara sebesar 1 cm

5) Coal mass recovered


Coal mass recovered adalahmassa batubara yang sudah dikurangi oleh massa coal
loss dan dijumlah dengan massa dilution.
6) Total waste
Total waste adalah jumlah akumulasi volume batuan bukan batubara, volume
unrecovered dan volume coal loss dikurangi volume dilution.

Berikut adalah hasil perhitungan reserve dari practical pit:

Values
Row Labels Sum of coal mass recovered Sum of total waste
S2 60763.87444 15061801.93
S3 815522.9332 78822291.55
S4L 316318.8109 11074928.68
S4U 1271.182738 37336.96244
S5L 136761.5063 808786.4864
S5U 423374.8451 11345613.34
S6 866613.1247 14920306.9
S7 1450165.585 13469741.88
S8L 241062.922 6976152.392
S8U 37776.50544 1133441.438
SL1 970893.1224 18609082.21
SL2 2974845.276 5825397.43
SL3L 2719331.283 1359374.42
SL3U 954572.5731 2756104.838
SL4 2789661.117 905736.9639
SL4L 466430.7024 624660.3408
SL4U 719562.4377 175686.3104
SM1 182200.551 13347186.49
SM2 387140.277 13039940.07
Grand Total 16,514,269 210,293,571
Tabel xx Tabel hasil perhitungan reserve practical pit
o Production parameter

Production parameter merupakan tahap perencanaan dalam menentukan waktu atau


periode suatu kegiatan pertambangan dan penentuan konfigurasi alat yang akan
digunakan dalam periode yang ditentukan sesuai dengan cadangan yang telah
ditentukan. Pembuatan production parameter dilakukan dengan perhitungan operating
hours dan perhitungan produktivitas alat sehingga dapat ditentukan banyaknya alat
yang dibutuhkan dalam suatu periode hingga dapat memenuhi target produksi
batubara dan waste.

Pada perhitungan operating hours, terdapat parameter perhitungan yang dimasukkan,


yaitu working hours per shift, blasting delays, shift change, prayers dan rainfall
sebagai contrain, kemudian diakumulasikan sehingga didapat nilai effective working
hours. Selanjutnya pada perhitungan equipment data, jumlah alat yang akan
digunakan pada suatu periode akan ditentukan sesuai dengan kebutuhan produksi
pertahun atau target material movement by fleet sehingga target produksi pertahun
dapat tercapai. Ada beberapa parameter yang perlu diperhatikan untuk menentukan
alat yang digunakan, diantaranya:

Mechanical Availability (MA)


Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang karena
kerusakan dibagian mekanikal seperti kerusakan mesin atau bias juga perawatan
unit atau alat.

= 100%
+
Physical Availability
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang
disebabkan oleh banyak hal selain kerusakan mekanikal di atas.Contohnya seperti
hujan, jalan licin,breakdown,blasting,insiden dll.

+
= 100%
+ +
Utilization Availability
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang akibat
alat tidak dapat beroperasi atau standby.Standby dapat disebabakan oleh beberapa
faktor, seperti blasting delay, hujan, dan lain-lain.

= 100%
+

Effective Utilization
Mengetahui ketersediaan alat dari keseluruhan jam kerja alat setelah dibagi
dengan penjumlahan jam kerja, jam rusak dan jam standby alat (total jam kerja
alat).

= 100%
+ +
WBM Production Parameters
Period 1 2 3 4 5 6 7 Total
Calendar Days day 360 360 361 360 360 360 361 2,522
OPERATING HOURS
Working Hours per Shift hour 12 12 12 12 12 12 12
Blasting Delays (15 min/day) hour 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13
Shift Change/Toolbox (30min/day) hour 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Crib/Prayers (75 mins/shift) hour 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25

Nett Working Hours available per shift hours 10.38 10.38 10.38 10.38 10.38 10.38 10.38 10.4
Nett Working Hours available per day hours 20.75 20.75 20.75 20.75 20.75 20.75 20.75 20.8

Number of Shifts Planned per year No. 720 720 722 720 720 720 722 5,044

Rainfalll mm 2,843.01 2,372.19 1,912.00 2,440.74 2,748.00 2,150.00 2,029.80


Allowance for Rain hour 1,343 1,121 903 1,153 1,298 1,016 959 7,794
Hours Available hour 6,127 6,349 6,587 6,317 6,172 6,454 6,532 44,537

Mechanical Availability % 85% 85% 85% 85% 85% 85% 85%


SMU to work hour adjustment % 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Effective working hours hour 4,166 4,317 4,479 4,295 4,197 4,389 4,442 30,285

EQUIPMENT DATA
Number of unit per type 8 10 9 10 8 8 7 8.26
R9350 unit 2 3 3 3 3 3 2 2.71
R9250 unit 3 3 3 3 3 3 3 2.86
R984 unit 3 4 3 4 2 2 2 2.69
Productivity per fleet
R9350 bcm/hrs 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1,250
R9250 bcm/hrs 750 750 750 750 750 750 750 750
R984 bcm/hrs 400 400 400 400 400 400 400 400
Target material movement by Fleet
R9350 bcm 10,415,334 16,190,285 16,797,673 16,107,690 15,737,477 16,457,998 11,103,825 102,810,283
R9250 bcm 9,373,801 9,714,171 10,078,604 9,664,614 9,442,486 8,228,999 8,327,869 64,830,544
R984 bcm 4,666,070 6,389,766 4,658,555 6,013,538 3,357,328 3,862,144 3,553,224 32,500,624
Total capability OB movement bcm 24,455,204 32,294,222 31,534,832 31,785,842 28,537,292 28,549,141 22,984,918 200,141,451

COAL 1 2 3 4 5 6 7 Total
Number of unit per type 3 3 3 3 3 3 3
ZX-350 unit 1 1 1 1 1 1 1
ZX-200 unit 2 2 2 2 2 2 2
Productivity per fleet
ZX-350 bcm/hrs 330 330 330 330 330 330 330
ZX-200 bcm/hrs 220 220 220 220 220 220 220
Target material movement by Fleet
ZX-350 bcm 1,374,824 1,424,745 1,478,195 1,417,477 1,384,898 1,448,304 1,465,705
ZX-200 bcm 1,833,099 1,899,660 1,970,927 1,889,969 1,846,531 1,931,072 1,954,273
Total capability coal movement 3,207,923 3,324,405 3,449,122 3,307,446 3,231,429 3,379,376 3,419,978 23,319,678

Tabel xx Tabel production parameters untuk OB dan Coal

o Scheduling
Scheduling dilakukan dengan menentukan sequence penambangan atau urutan
penambangan yang practical yang sesuai dengan target. Output dari schedulling
adalah face position, yakni peta yang berisi penampakan design tambang yang akan
dilakukan kegiatan penambangan pada suatu periode. Scheduling dilakukan dengan
software Xpac.

Gambar xx Scheduling untuk year 1

Gambar xx scheduling untuk year 2


Hasil dari scheduling dapat dilihat pada tabel berikut:

TARGET RENCANA PRODUKSI WBM BERDASARKAN SCHEDULE XPAC

TAHUN TOTAL EAS


OVERBURDEN (BCM) COAL (MT) SR
1 24,521,914 1,774,875 13.82
2 32,265,289 2,167,514 14.89
3 31,680,018 2,583,859 12.26
4 31,826,096 2,227,820 14.29
5 28,383,371 2,296,662 12.36
6 28,546,549 2,263,866 12.61
7 22,821,544 2,187,347 10.43
TOTAL 200,044,780 15,501,944 12.90

Tabel xx Tabel hasil scheduling


Perencanaan jangka pendek
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan tambang menengah yang dibagi menjadi
perencanaan bulanan (3 Month Rolling Plan), mingguan (Weekly Plan) dan harian (Daily
Plan).
a) 3 Month Rolling Plan
Perencanaan kegiatan penambangan yang dibagi per tiga bulan yang berisi
perencanaan produksi, dewatering, jarak pengangkutan, perencanaan alat dan
penjadwalan produksi. 3 month rolling plan berisi perencanaan detail selama tiga
bulan yang di update setiap bulan yang merujuk pada perencanaan tahunan.
Calendar parameter, yaitu perhitungan waktu efektif kegiatan kerja yang
dapat digunakan untuk produksi dalam tiga bulan.

Calendar parameter bulan ke 1 bulan ke 2 bulan ke 3

monthly calender hours hours 744.00 720.00 744.00


public holiday 6.00 6.00
shift working hours 738.00 714.00 744.00
weeknum 4.00 4.00 5.00
crew off - change shift 24.00 24.00 36.00
fasting hours
meals break - 60 min/shift hours 59.90 57.50 59.00
safety talk -20 min/week 1.33 1.33 1.67
fatigue rest - 15 minutes/day
shift change (20 min/day) 9.92 9.58 9.83
weeknum (Friday) 4.00 5.00 4.00
jumat pray (30 min/week) 2.00 2.50 2.00
blasting (5 min/day)*20 months 1.67 1.67 1.67
INSW hours 98.42 96.58 110.17
available working hours hours 639.58 617.42 633.83
hours 130.20 86.84 134.09
wet/rain
100% 130.20 86.84 134.09
schedule hours hours 509.38 530.58 499.75
equipment unserviceable 87.00% 66.22 68.98 64.97
schedule hours (SMU Hours) hours 443.00 462.00 435.00
% efficiency 97.00% 0.97 0.97 0.97
SMU to Work Hours Adjustment hours 13.29 13.85 13.04
hours available to work hours 430.00 448.00 422.00

Tabel xx 3 Month Rolling Plan Calendar Parameter


Productivity target, yaitu target produktivitas yang dapat dicapai oleh alat
dalam tiga bulan.

R9250 Class 750 750 750


top soil R984 Class 400 400 400
Cat777 Class 144 144 144

R9350 Class 1250 1250 1250


R9250 Class 750 750 750
waste R984 Class 400 400 400
Cat785 Class 400 400 400
Cat785 Class 194 194 194

R984 Class 500 500 500


Cat336 Class 330 330 330
Coal Cat777 Class 128 128 128
Cat773 Class 96 96 96
30T Class 33 33 33

Tabel xx Productivity target

Production schedule, yaitu target penjadwalan produksi batubara dan


overburden dalam tiga bulan.

topsoil OB+IB COAL Mass Rec Total Waste


Period SR
bcm bcm tonnes bcm
bulan 1 - 939,402.00 120,510.00 939,402.00 7.80
bulan 2 - 1,097,175.00 132,088.00 1,097,175.00 8.31
bulan 3 - 1,306,019.00 103,074.00 1,306,019.00 12.67
total - 3,342,596.00 355,672.00 3,342,596.00 9.40

Tabel xx production schedule


Haul distance, yaitu perencanaan jarak pembuangan overburden dan
perencanaan lokasi pembuangan overburden pada tiap block untuk tiga
bulan.

Bulan x
POLY VOL Dump Dest Distance Vol Path

WB81 273,850.00 IPD High Dump 1,486.00 273,850.00


WB82 219,858.00 IPD High Dump 1,699.00 219,858.00
WB83 600,230.00 IPD LW M30 1,340.00 600,230.00
WB84 27,356.00 IPD LW M30 1,340.00 27,356.00
WB85 63,408.00 OPD 2,064.00 63,408.00
average distance 1,479.12 1,184,701.00

Bulan x
POLY VOL Dump Dest Distance Vol Path

WB81 284,699.00 IPD High Dump 1,486.00 273,850.00


WB82 216,475.00 IPD High Dump 1,699.00 219,858.00
WB83 393,713.00 IPD LW M60 1,340.00 600,230.00
WB84 93,095.00 IPD High Dump 1,340.00 27,356.00
WB85 109,193.00 IPD LW M30 2,064.00 63,408.00
WB80 66,870.00 IPD HighWall west
average distance 1,437.30 1,164,045.00

Bulan x
POLY VOL Dump Dest Distance Vol Path

WB80 164,555.00 IPD HighWall west 975.00 164,555.00


WB81 51,741.00 IPD HighWall west 1,177.00 51,741.00
WB82 -
WB83_A 457,572.00 IPD LW M30 1,484.00 457,572.00
WB83_B 379,770.00 IPD LW M30 1,259.00 379,770.00
WB84 245,932.00 IPD HIGH Dump 1,938.00 245,932.00
WB85 6,449.00 IPD HIGH Dump 1,716.00 6,449.00
average distance 1,428.91 1,306,019.00

Tabel xx Weekly plan hauling distance


Face position, yaitu perencanaan penampakan daerah yang akan di
progress dalam periode 3 bulan.

Gambar xx Face Position pada bulan x


Dewatering plan, yaitu perencanaan progress dalam upaya pengeluaran air
sump ke settling pond.

Gambar xx Dewatering Plan

b) Weekly Plan
Perencanaan per tiga bulan yang dibagi menjadi perencanaan per minggu, dalam
weekly plan terdapat review untuk actual progress minggu sebelum dan
perencanaan untuk minggu depan. Weekly plan berisi:
Weekly calendar parameter, merupakan perhitungan jam kerja efektif
yang dapat digunakan untuk produksi
Calendar Parameter minggu ke 1
MONTHLY CALENDER HOURS hours 168.00
Public Holidays
Shift Working hours
Weeknum (Sunday) 168.00
Crew off - Change Shift 1.00
Fasting hours 12.00

Meals Break - 60 minutes/shift hours


Safety Talk - 20 minutes/week 13.00
Fatigue rest - 15 minutes/day 0.33
Shift Change (20 minutes/day) 1.00
Weeknum (Friday) 2.17
Jum'at Pray (30 minutes-week)
Blasting (5 minutes/day) 1.67
INWS hours 29.17

Available working hours hours 138.83


Wet/Rain hours 29.40
100% 29.40
Schedule Hours hours 109.43
Equipment unserviceability 87.0% 14.23
%Utilization
Hours available to work hours 92.00

Working Hours Per Day 13.20

Tabel xx Weekly plan calendar parameter


Peta above target, merupakan peta yang berisi pencapaian progress
penambangan yang belum mencapai target.

Gambar xx Peta above target

Peta below target, merupakan peta yang area yang telah melebihi dari
target yang ditentukan.

Gambar xx Peta below target


Pit and disposal sequence plan, merupakan urutan tahapan kegiatan
progress penambangan dan urutan tahapan kegiatan pemuatan waste dan
pembuangan waste.

Gambar xx Peta Pit and Disposal Sequence Plan

Production plan, merupakan perencanaan produksi batubara dan waste


untuk minggu berikutnya

Date WBM_B81 WBM_B82 WBM_B83 WBM_B84 WBM_B85 WBM_B86 Total


Waste Coal Waste Coal Waste Coal Waste Coal Waste Coal Waste Coal Waste Coal
1 1,600 16,115 2,455 16,115 4,055
2 1,800 17,819 1,833 2,360 20,179 3,633
3 5,581 3,712 10,829 11,460 670 6,589 34,458 4,382
4 5,830 3,727 3,514 6,900 339 18,048 34,292 4,067
5 271 2,926 9,681 159 8,637 1,372 526 10,505 29,619 4,458
6 3,200 18,422 830 18,422 4,030
7 3,000 21,658 1,230 21,658 4,230
174,743 28,855

Tabel xx Tabel production plan


Weekly distance plan for overburden and coal, merupakan perencanaan
jarak pengangkutan dan pembuangan overburden dan batubara

AREA VOLUME DUMP AREA DISTANCE


WBM
B81W_1 11,682 IPD HW RL -100 1,257
B82W_1 31,339 IPD HW RL -100 1,351
B82W_2 66,699 IPD HW RL -100 1,351
B83W_1 15,536 IPD HW RL -100 1,351
B84W_2 526 IPD HW RL -20, -10 1,462
B85W_1 13,819 IPD HW RL -20, -10 1,462
B86W_2 35,142 OPD RL 80 2,256
Grand Total 174,743 Haul_distance_weight_average 1,536

AREA VOLUME DUMP AREA DISTANCE


WBM
B81 10,839 ICF(West Route) 9,231
B81 9,126 ICF(East Route) 6,693
B82 4,288 ICF(West Route) 9,281
B82 2,220 ICF(East Route) 6,743
B83 339 ICF(West Route) 7,886
B83 1,372 ICF(East Route) 6,823
B85 670 ICF(West Route) 7,851
Grand Total 28,854 Haul_distance_weight_average 8,082

Tabel xx Tabel weekly distance plan for overburden and coal


Dewatering plan, merupakan perencanaan progress upaya pengeluaran air
tambang ke settling pond.

Gambar xx Peta Dewatering plan Weekly plan


c) Daily Plan
Perencanaan harian atau daily plan merupakan perencanaan mingguan yang
dibagi menjadi per hari yang berisi tentang target yang dicapai berdasarkan
kondisi aktual di lapangan. Daily plan berisi:
Production Physicals, yaitu mencakup data harian hasil penambangan
batubara dan waste serta target produksi bulanan.

OB & TS
Daily Production (bcm) MTD
Actual (OB) Actual (TS) Actual (OB) Actual (TS)
Day shift 13,115 -
Night Shift 10,578 - 316,675
Total 23,693 -

Waste
Daily Production (bcm) MTD
Monthly target
Actual Target Variance Actual Target Variance
Day shift 13,115 15,788 (2,673)
Night Shift 10,578 15,788 (5,210) 316,675 457,860 (141,185) 939,402
Total 23,693 31,576 (7,883)

Coal
Daily Production (bcm) MTD
Monthly target
Actual Target Variance Actual Target Variance
Day shift 984 2,025 (1,041)
Night Shift 1,881 2,025 (145) 45,567 58,736 (13,169) 120,510
Total 2,865 4,050 (1,186)

Tabel xx Tabel Production physicals


Coal Hauling Pit to ICF by Seam, yaitu data pengangkutan batubara dari
pit ke ICF sesuai dengan kualitas batubara.

Coal seam
Quality Pit to ICF MTD Pit to ICF
Quality WBM Version
Sat 10 S1 - -
Sat 10 S2 - -
Sat HA S3 - 1,240
Sat EHA S4 - 32
Sat EHA S5U - 287
Sat EHA S5L - 492
Sat EHA S6 - 289
Sat EHA S7 34 307
Sat EHA S8 - 258
Sat HA SM1 - -
Sat HA SM2 - -
Sat 13 SL1 585 4,000
Sat 10 SL2 611 11,463
Sat 13 SL3U 125 4,828
Sat 8 SL3L 1,511 22,371
Sat 8 S4U - -
Sat 8 S4L - -
Total 2,866 45,567

Tabel xx Tabel Coal Hauling Pit to ICF by Seam

Stockpile Summary & Coal Hauling, yaitu kumpulan data produksi


batubara dan waste serta pengiriman batubara dari pit ke ICF.

Coal Seam Pit to ICF MTD Pit to ICF ICF to Port MTD ICF to Port Inventory at ICF

2,706 39,682 2,394 45,219 5,956


159 5,885 - 6,535 1,207
Total 2,865 45,567 2,394 51,754 7,163

Tabel xx Tabel Stockpile Summarry & Coal Hauling


Rainfall forecast, yaitu perencanaan perkiraan intensitas hujan dan wet
rain delay.

Rain delay Monthly planned Day shift Night Shift Daily MTD

Rain fall (mm) 294.35 227.5


Weather delay (hrs) 110.67 68.5
Tabel xx Tabel Rainfall forecast

Water Management
1) Dewatering
Dewatering merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengeluarkan atau
menyalirkan air yang terdapat di dalam tambang.Air yang dimaksudkan
adalah air hujan dan air tanah yang masuk ke dalam tambang. Terdapat
beberapa parameter yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan air seperti
berikut:
Air Sump
Perencanaan air sump ditentukan melalui banyaknya airyang akan masuk
kedalam sump dalam satuan waktu melalui data intensitas hujan dan
catchment area untuk menentukan kapasitas air sump. Kapasitas air sump
ditentukan berdasarkan debit air limpasan. Berikut perhitungan debit air
limpasan:

Q = 0,278 x C x I x A

Di mana :
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Runoff Koefisien
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) untuk durasi yang
sama pada waktu konsentrasi dengan periode ulang T
tahun.
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)

Run-off koefisien
Surface Runoff coefficient
Coal seam 1
Haul roads 0.9
Pit floor & batters 0.75
Fresh overburden 0.65
Revegetated overburden 0.55
Natural forest 0.5

Untuk menentukan durasi hujan per tahun, maka dilakukan perhitungan


intensitas hujan. Berikut perhitungan intensitas curah hujan:

24 24 2/3
= ( )( )
24
Dimana:
Itc = Intensitas curah hujan (mm/jam)

tc = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)

RT24 = Curah hujan maksimum (mm)


Untuk menentukan waktu yang diperlukan air untuk mengalir ketempat
penyaliran maka dilakukan perhitungan waktu konsentrasi yaitu:

tc = 0.0915 x L0.77 x S-0.385


dimana :

Tc = Waktu terkumpulnya air (menit)

L = Jarak sampai titik pengaliran (meter)

S = Gradien / Grade

Drainage
Drainage merupakan suatu sistem saluran untuk penyaliran air melalui
saluran ke suatu tempat terendah atau penampungan.Sistem drainage
pertambangan merupakan suatu upaya untuk mencegah masuknyaatau
mengalirnya air ke tempat penggalian.Sistem ini pada umumnya dilakukan
untuk penangananairtanah dan air yang berasal dari air hujan dan sumber
air di permukaan tanah seperti sungai dan danau.

Perencanaan drainage dilakukan untuk menentukan bentuk, kapasitas


drainage, grade dari drainage, dan material dari drainage itu sendiri. Untuk
menentukan kapasitas drainage dilakukan perhitungan dimana Q in atau
masuk sump harus sama dengan Q out atau keluar drainage agar tidak
terjadi over flow sehingga drainage harus bisa menampung kapasitas
pompa dan menampung air yang keluar dari pit. Berikut perhitungan
penentuan geometri saluran:

1 2 1
= 3 2

Dimana:
Q = debit maksimum yang mengalir sepanjang saluran
(m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
S = Kemiringan dasar saluran (0,1 0,25 %)
R = Jari jari hidrolis (m)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran menurut Manning

No. Surface / Channel Range of n Value


1 Concreate Line 0.015
2 Brick Line 0.015
3 Mortared Rubbered Masonry 0.0235
4 Earth Channel, Clean, Uniform 0.025
5 Earth Channel, Very Evergrown 0.085
with Weeds
6 Minor Stream: Clean, Straight 0.03
7 Minor Stream: With Sluggish, 0.065
Weedy with Deep Pools
8 Major Stream: Regular Section 0.0425
9 Flood Plain 0.0875

Tabel xx Koeffisien kekasaran dinding saluran menurut Manning


Gambar xx Rumus keliling basah

Settling pond
Settling pond adalah kolam pengedapan sebelum air dikeluarkan ke
lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan setliing pond
sebelum air keluar ke lingkungan guna memenuhi baku mutu lingkungan.
Berikut beberapa ketentuan perencanaan settling pond:
o Jumlah kompartemen minimal 3 sebagai kolam pengendapan
o Kapasitas kompartemen disesuaikan dengan debit yang masuk agar
tidak terjadi over flow
o Lebar tanggul antar kompartemen sebesar 8 m
o Posisi air masuk (inlet) dan keluar (outlet) per kompartemen
berbentuk zig-zag guna meningkatkan proses pengendapan
material per kompartemen.
Gambar xx Penampang settling pond

Penetuan pompa
Penentuan pompa dalam mengeluarkan air yang sudah tertampung
didalam mine sump ke luar area tambang perlu dilakukan agar proses
pengeluaran air dari mine sump efektif. Kegiatan ini dilakukan guna
menurunkan ketinggian air yang terdapat di air sump dengan kapasitas
pompa yang direncanakan untuk memompa air keluar tambang.

Spreading Top Soil


Area disposal yang berisi material batuan overburden sulit ditumbuhi oleh tumbuhan
karena kurangnya unsur hara, sehingga top soil perlu disebar pada area disposal agar
lahan dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sudut lereng area disposal perlu
diperlandai untuk mencegah terjadinya longsor dan erosi, sehingga perlu dilakukan
kegiatan smoothing sehingga membentuk face slope angle yang lebih landai.
Gambar xx Dumping Overburden

Gambar xx Smoothing dari bagian crest disposal area


Gambar xx Crest yang sudah dismoothing dengan mendorong overburden dengan
bulldozer

Setelah proses smoothing, selanjutnya tanah top soil disebar hingga ketebalan mencapai
30-50 cm pada semua lapisan permukaan.

Gambar xx Dumping top soil di area crest


Gambar xx Pemerataan top soil dengan bulldozer

Gambar xx Spreading top soil pada face slope and berm dengan ketebalan 50 cm.
Pada lereng area disposal perlu dibuat back slope, yaitu kemiringan lapisan ke arah dalam
untuk menghindari air limpasan dari bagian atas turun kebawah. Sehingga lereng tidak
tererosi pada saat air melewati lereng. Pembuatan kemiringan back slope adalah 3%.

Gambar xx Penambahan top soil pada crest

Gambar xx Back slope 3%


Area disposal yang telah di spreading top soil perlu dilakukan pengecekan untuk
mengetahui kesesuaian perencanaan terhadap actual di lapangan. Sehingga perlu
dilakukan pengecekan yang dituang dalam dokumen check list sloping. Check list sloping
mencakup check list pemeriksaan terhadap permasalahan yang terdapat di area spreading
top soil, contoh: pengendalian erosi dan penempatan tanah.

Gambar xx Check list sloping


3. 2. 3. Geotechnic
3. 2. 4. Survey

Survey merupakan kegiatan pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang dilakukan untuk
mendapatkan suatu informasi dari suatu kegiatan pertambangan baik perhitungan volume
produksi, koordinat suatu area maupun perhitungan dan pengukuran hal-hal lain dalam kegiatan
pertambangan dalam bentuk data koordinat maupun peta topografi. Kegiatan survey dilakukan
untuk menginterpretasikan data dari peta,di lapangan dan menghitung suatu koordinat lokasi
untuk kegiatan pertambangan. Setiap kegiatan pertambangan membutuhkan kegiatan survey
sebagai pendukung kegiatan kerja agar proses penambangan efektif dan efisien sesuai dengan
rencana. Pentingnya data yang diberikan oleh surveyor akan memiliki dampak pada kegiatan
penambangan. Survey memiliki beberapa tugas antara lain:

1. Pembuatan dan pemantauan patok survey sebagai pembatasan wilayah konsesi PT.
WBM, design pit dan design disposal.
2. Mengukur koordinat titik pemboran untuk eksplorasi dan kegiatan blasting untuk
memastikan posisi pemboran tepat sesuai dengan data modelling
3. Mengukur topografi permukaan dalam perhitungan volume Coal dan OB.
4. Pengukuran batubara yang akan ditambang dan batubara yang telah ditambang (mine out)
untuk pemantauan volume batubara yang diproduksi. Pengukuran dilakukan tiap bulan
dengan kontraktor (Joint Survey) dan untuk data internal perusahaan.
5. Perhitungan koordinat dalam pembuatan update surface pit untuk mine planning
6. Pengukuran Hauling Distance dengan menggunakan koordinat untuk claim kontraktor
serta untuk data mine planning.
7. Mengukur grade atau kemiringan jalan tambang untuk perencanaan tambang.
8. Mengukur topografi pit dan area disporsal untuk lokasi lain yang akan ditambang atau
dijadikan area disposal dengan kontraktor (joint topo).
9. Pengukuran Water Level di mine sump untuk memonitor level kedalaman air tambang
agar tidak melebihi batas.
10. Pengukuran Stake Out, yaitu pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui koordinat
suatu titik di lapangan. Pengukuran koordinat dengan Stake out merupakan aplikasi
perhitungan data dari computer ke lapangan.
Pada PT. Wahana Baratama Mining kegiatan survey yang dilakukan terdapat pada hampir
semua kegiatan penambangan dari hulu ke hilir, yakni sebagai berikut:

Pembebasan Lahan
Pada awal kegiatan pertambangan dilakukan pembebasan lahan diarea yang akan
digunakan untuk tambang dan infrastruktur, dalam hal ini survey berperan mengukur dan
memetakan dan menentukan luas lahan yang dimiliki oleh warga setempat atau pemilik
tanah. Begitu juga dengan pengukuran wilayah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) yang dilakukan bersama dengan KEMENHUT.

Eksplorasi
Pada kegiatan eksplorasi, divisi survey melakukan pengukuran koordinat lokasi
untuk mendukung kegiatan eksplorasi. Pengukuran koordinat dilakukan dengan alat Total
Station atau GPS untuk mengetahui nilai titik bor di lapangan. Pengukuran koordinat
dilakukan untuk mengurangi penyimpangan yang ada di lapangan agar mencapai titik
yang efisien.
Untuk menunjang data maka dilakukan survey topografi guna menentukan elevasi
aktual sehinga diketahui posisi lapisan di bawah permukaan yang sebenarnya. Survey
topografi dilakukan menggunakan total station dengan jarak interval tertentu sesuai
dengan bentuk topografinya.
Koordinat titik bor dan data topografi akan digunakan pada tahapan selanjutnya,
yaitu modelling. Apabila data koordinat pemboran dan data topografi kurang maka akan
berdampak pada modelling geologi yang tidak sesuai dengan lapisan batuan sebenarnya.
Pengukuran koordinat pemboran dilakukan dengan alat GPS Real Time Kinematic
dengan pengamatan GPS Rover (RG) yang telah dikoreksi oleh Base station (RS).

Perencanaan tambang
Pada tahap perencanaan pertambangan, kegiatan survey memiliki nilai penting
guna menjadi pendukung data untuk merancang design pit. Perhitungan topografi juga
dilakukan dalam tahap perencanaan untuk mengetahui kondisi permukaan di lapangan
sebenarnya, untuk mengetahui besaran tanah yang menutup endapan batubara dan
memiliki keterkaitan terhadap nilai Stripping Ratio (SR). Dan untuk membuat desain
lereng diperlukan divisi survey untuk menentukan titik koordinat crest dan toe yang
bekerja sama dengan geoteknik agar tahu kemiringan lereng yang dibuat secara akurat
untuk menghindari terjadinya longsoran.

Operasi
Pada tahap operasi diperlukan perhitungan volume cadangan untuk mengetahui
nilai ekonomis dari bahan galian untuk dapat memutuskan tahapan lanjutan kegiatan
penambangan. Untuk itu, perlu dilakukan kegiatan survey dalam hal ini melakukan
perhitungan volume cadangan dengan memperhitungkan roof dan floor batubara untuk
memperbaharui data modelling. Pada saat blasting divisi survey mempunyai tugas
menenentukan titik bor termasuk pengukuran space, boder, dan depth untuk
memaksimalkan hasil blasting agar hasil batuan yang diledakkan akan sesuai dengan
diinginkan.
Pengukuran batas batubara yang akan ditambang juga dihitung oleh divisi survey.
Dalam hal ini, ketentuan untuk batas menambang batubara adalah dengan menyisakan
sekitar 20 cm batubara agar batubara tidak terkontaminasi dengan lapisan interburden.
Pengukuran stake out dengan mengetahui koordinat untuk mengetahui tinggi lapisan
batubara yang tersisa
Pada saat overburden removal, setiap akhir bulan surveyor menghitung volume
overburden untuk menentukan pencapaian volume OB yang akan digunakan untuk
review kemajuan tambang dan untuk progress claim kontraktor.
Selain itu, pengukuran jarak dari lokasi loading ke dumping dilakukan di tahap ini
dengan menentukan titik koordinat ditempat masing- masing (Loading point dan
Hauling) kemudian diaplikasikan dengan software seperti Surpac atau Autocad untuk
membuat rute hauling terdekat. Pengukuran Hauling Distance dan Loading Point juga
kemudian dilanjutkan untuk progress claim kepada kontraktor.
Gambar xx Jarak hauling

Adapun perhitungan stake out pada sistem drainage dilakukan untuk


mengaplikasikan data design drainage ke lapangan untuk mengetahui sistem jalur dan
ketinggian drainage.

Infrastruktur
Dalam kegiatan infrastruktur dalam hal ini pembangunan jalan, bangunan dan
fasilitas lain dalam kegiatan penunjang pertambangan memerlukan survey untuk
memastikan jalan dan bangunan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
Pada pembangunan infrastruktur, survey dilakukan untuk mengaplikasikan
perencanaan pembangunan dalam bentuk data dan diterapkan di lapangan untuk
memastikan sesuai dengan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencakup
pengambilan stake out di lokasi pembuatan mess, kantor dan stockpile.
Selain itu, pemeriksaan dan pemantauan terhadap tiang pancang Belt Conveyor
menuju ke Barge Loader juga diperhitungkan dengan cara pemeriksaan koordinat tiap
tiang untuk mengetahui apabila terjadi pergeseran secara horizontal atau vertical akibat
gelombang air laut. Serta dilakukan kegiatan pengecekan tingkat sedimentasi laut di
pelabuhan batubara atau Sounding.
Gambar xx Hasil sounding

Reklamasi/revegetasi
Dalam kegiatan reklamasi dan revegetasi untuk mengembalikan fungsi lahan
sesuai peruntukanya diperlukan berbagai aktivitas, diantaranya smoothing, spreading top
soil, dan penanaman pohon. Setiap penanaman dan spreading topsoil memerlukan
surveyor untuk mengukur dan melakukan pengecekan terhadap kegiatan tersebut.
Surveyor akan mengukur berapa luas tanaman overcrop dan tanaman keras yang sudah
ditanam serta berapa banyak areal yang telah dilapisi tanah top soil.

Pengukuran stockpile (coal balance)


Agar target pemasaran batubara dapat tercapai dan dapat memberikan produk
batubara yang berkualitas kepada konsumen dibutuhkan pengontrolan terhadap kualitas
batubara, untuk itu perlu dilakukan kegiatan sampling untuk mengetahui kualitas dan
kuantitas batubara. Divisi survey bertugas melakukan pengukuran dan menghitung
volume batubara yang terdapat di stockpile, untuk mengetahui jumlah batubara yang
telah diproduksi dan dijual. Kegiatan pengambilan data ini dilakukan pada pertengahan
bulan dan akhir bulan, serta pengukuran stok batubara dilakukan setiap akhir bulan di
ICF dan WBM Jetty.
Pengukuran stock batubara di stockpile dihitung menggunakan Total Station.
Prisma yang dibawa ke seluruh permukaan tumpukan batubara kemudian ditembak oleh
Total Station. Data yang berbentuk koordinat yang disajikan dalam Ms. Excel kemudian
diolah dengan software Surpac untuk pengolahan data dan perhitungan volume.
Perhitungan volume didapat dari hasil pengukuran batubara di stockpile menggunakan
Total Station dikurangi dengan lapisan surface awal stockpile

Gambar xx Pengambilan data koordinat dengan alat Total Station


Gambar xx Pengambilan data koordinat dengan alat Total Station

Gambar xx Pengambilan data koordinat dengan alat Total Station


Gambar xx Hasil pengukuran dengan Total Station

Gambar xx Surface stockpile


Peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan survey antara lain:

o Total Station Sokkia 3030R


o GPS Trimble R5/R6
o GPS Handheld Garmin 60 CSx
o Sounding Merk Garmin GPS Map 580/585
o Software Surpac/Autocad
o Pita Ukur 5 m dan 20 m
o Kompas Suunto
o Level Sokkia B20
3. 2. 5. Mine Operation

Wahana Baratama Mining memiliki panjang pit sebesar 5 km dengan lebar pit 1,5 km dan
kondisi paling dalam pada pit berada pada elevasi -150m. dengan produk batubara dengan label
green dan blue coal. Dimana batubra dengan tipe green memiliki CV 6000-6300 dengan kadar
ash antara 10-15. Sedangkan batubara dengan label blue memiliki kadar CV diatas 6000 dengan
kandungan ash <10. Lokasi penambangan PT. Wahana Baratama Mining berdampingan dengan
lokasi penambangan PT. Arutmin Indonesia. Sehingga cadangan batubara PT. WBM yang
berdampingan dengan cadangan batubara PT. Arutmin Indonesia harus ditambang secara
bersamaan, agar tidak terjadi perbedaan elevasi yang jauh. Ketebalan batubara PT. Wahana
Baratama Mining bervariasi dengan 20 cm hingga 4 meter. Kegiatan operasi penambangan
dikerjakan oleh kontraktor PT. Thiess Contractor Indonesia. Kegiatan Operasi Penambangan PT.
Wahana Baratama Mining

Planning design Dumping overburden disposal

Survey
Coal getting

Land Clearing
Coal hauling

Top soil removal

Dumping coal ROM-


ICF
Keras

Drilling and blasting

Loading overburden

Hauling overburden
A. Land Clearing
Land Clearing merupakan proses pembersihan tanaman / pohon dari area yang
akan di tambang. Land clearing dilakukan dengan chainsaw, dozer atau alat berat. Setelah
itu tanaman yang telah dikumpulkan diangkut ke tempat pembuangan (disposal area).
Berikut prosedur land clearing di PT. WBM.

Mulai kegiatan

Potong dengan
chainsaw

Hutan produksi

Kumpulkan diameter >


10 cm Hutan Alami

Kumpulkan diameter Dorong dozer/alat Angkut ke disposal


semua hutan produksi berat

B. Top Soil Removal


Top soil adalah lapisan pucuk yang berwarna kuning kemerahan dengan tebal
yang bervariasi mulai dari 50 cm hingga 200 cm. Pembongkaran top soil dilakukan untuk
mengambil lapisan tanah yang mengandung unsur hara untuk proses kegiatan reklamasi.
Setelah dibongkar top soil dibawa ke tempat penimbunan top soil sementara atau
langsung dihamparkan didaerah slope atau bench menggunakan Bulldozer Komatsu D85.
Kegiatan pembongkaran top soil menggunakan excavator Liebherr EX 9250 dengan
kapasitas 15 m3 dan EX 984 dengan kapasitas 7 m3 atau excavator Komatsu PC-400
yang kemudian diangkut menggunakan dump truck CAT 777D atau Articulated Dump
Truck. Berikut prosedur top soiling di PT. WBM.

Mulai

Mine Plan WBM dan


Kontraktor

Survey

Operation kontraktor

Disposal/ temporary
stock pile

Survey

Berhenti

C. Drilling
Pengeboran dilakukan untuk proses awal dari kegiatan peledakan pembongkaran
Overburden, apabila lapisan batuannya keras dan tidak bisa di keruk dengan excavator.

Kegitan pengeboran dilakukan dengan alat diameter 7-9 inch kedalaman 15 m dan
tamrock diameter 4 inch dengan kedalaman 4-6 m.

Gambar xx Tamrock

Gambar xx Mata Bor


Gambar xx Drill tech (Sandvik D55SP)

D. OB Removal
Overburden adalah lapisan batuan yang menutup batubara atau lapisan batuan
yang berada di antara dua atau lebih lapisan batubara. Pengupasan overburden di PT.
WBM pada umumnya dilakukan dengan kegiatan peledakan. Kegiatan peledakan
dilakukan dengan 2 metode, yaitu Through Seam Blast (TSB) dan konvensional. Through
Seam Blast merupakan sebuah metode peledakan untuk mendapatkan beberapa hasil
lapisan yang diledakkan dalam satu kali proses peledakan tunggal. Metode ini dilakukan
untuk menghancurkan overburden yang berada diantara lapisan batubara. Satu proses
peledakan tunggal untuk mendapatkan Overburden & Batubara. PT. WBM bekerja sama
dengan ORICA untuk bahan peledak, bahan yang digunakan adalah campuran antara AN
dan Fortis agar tahan terhadap air.
Setelah diledakkan, lapisan overburden dimuat menggunakan alat excavator
Liebherr EX 9350 dengan kapasitas 18 m3 dan diangkut menggunakan dump truck CAT
777D dengan kapasitas 100 ton. Proses pemuatan OB ke dalam bucket dump truck
menggunakan metode Single Side Loading. Metode single side loading adalah metode
pemuatan material dimana dump truck berposisi pada sisi shovel. Berikut prosedur
pembongkaran over burden di PT. WBM:
Gambar xx Metode single side loading

Mulai

Mine Plan WBM dan


Kontraktor

Survey

Operation kontraktor

Disposal/ temporary
stock pile

Survey

Berhenti

Gambar xx Mobil Pengisi Bahan Peledak


Gambar xx Loading OB menggunakan Liebher 9350 Dimuat di CAT 777D

E. Coal Getting
Coal getting adalah proses yang dimulai dari pembersihan (Clean Up),
pengumpulan (Stocking) dan pemuatan (Loading). Pada proses pembongkaran OB, hasil
dari kegiatan peledakan akan meninggalkan tanah penutup atau material bukan batubara
yang terdapat dipermukanan atau badan batubara. Oleh karena itu dilakukan proses Clean
up yaitu pembersihan untuk menghilangkan lapisan pengotor yang tertinggal pada badan
batubara. Pengupasan dilakukan dengan alat excavator Hitachi type ZX 200 dan ZX 350
dengan menggunakan flat bucket. Kemudian setelah proses Clean Up, dilakukan proses
Stocking yaitu pengumpulan batubara yang sudah ter-expose menggunakan Excavator
dengan tip bucket untuk persiapan tahap loading. Sebelum dilakukan tahap loading,
terdapat tahapan Finishing yaitu pengambilan sisa-sisa lapisan batubara yang ter-expose.
Mulai Pembersihan
body batubara

Malam
Survey permukaan dan
batas batubara
Lighting/Lampu

Stocking
Pembersihan Alat

Hauling clean
Pengecekan coal?
undercarriage &
tip bucket

Isolated ROM-ICF

Undercarriage &
Tip Bucket
CRUSHER
bermasalah?

Perbaikan oleh Survey mine out


mekanik

Berhenti
Pengendalian air
atau lumpur

Pembersihan
crest batubara

Pembersihan
body batubara
F. Loading dan Hauling Coal
Loading dan Hauling adalah kegitan pemuatan dan pengangkutan batubara. Kegiatan
pengangkutan batubara di lakukan dengan Volvo 440 dengan kapasitas 30 ton diangkut
ke ICF dan dump truck CAT 773D dengan kapasitas 60 ton ke temporary stockpile.
Sedangkan pemuatan batubara menggunakan Liebherr 984 atau Hitachi ZX 350.
Batubara yang diangkut dengan Volvo 440 sebelum masuk ke ICF ditimbang lebih
dahulu di Weigh Bridge untuk mengetahui berat batubara yang masuk ke ROM
Stockpile. Proses penambangan di Weigh Bridge dilakukan dengan menimbang truck
yang bermuatan batubara dan dicatat berat truck muatan, kemudian di akhir shift truck
yang tidak membawa muatan akan ditimbang. Perhitungan berat batubara yang diangkut
oleh truck adalah berat truck bermuatan dikurang berat truck saat tidak membawa
muatan.

Gambar xx Loading batubara ke Volvo 440

Gambar xx Loading batubara ke CAT 773D


Loading batubara menggunakan Hitachi

Gambar xx Volvo 440


Gambar xx Penimbangan di Weigh Bridge

Gambar xx Berat bersih batubara yang diangkut

G. Intermediate Crushing Facility (ICF)


Batubara yang diangkut dari pit atau temporary stockpile ke ICF kemudian akan di
dumping pada ROM Stockpile. Pada ROM Stockpile batubara akan ditempatkan sesuai
dengan kualitas dan tipenya. Setelah batubara di dumping, kemudian Bulldozer D 155 A
akan mendorong batubara ke arah Hopper untuk dilakukan proses Crushing.

Terdapat 2 proses crushing yang dilakukan di ICF, yaitu Primary Crushing dan
Secondary Crushing. Pada proses Primary Crushing, batubara ROM di stockpile akan
didorong dengan Bulldozer D 155A yang kemudian akan masuk ke dalam Hopper. Di
dalam Hopper terdapat Chute atau dinding crusher yang terbuat dari bahan keramik.
Crusher yang digunakan adalah tooth breaker, dimana terdapat gigi-gigi besi yang dapat
menghancurkan batubara dari ukuran 50 cm menjadi 7-15 cm. Setelah melalui
Primary Crusher, batubara kemudian diangkut dengan Belt Conveyor I ke Secondary
Crusher. Pada Secondary Crusher batubara dihancurkan menjadi ukuran 4 cm. Crusher
yang digunakan adalah Roller Crusher dengan 2 silinder besi bergerigi. Batubara dari BC
I dibawa menuju Secondary Crusher dan melewati Magnetic Separator I yang bergerak
untuk menangkap kontaminasi besi berupa kabel atau batubara yang mengandung metal.
Kemudian batubara akan melewati Chute dan di-crushing menggunakan Tooth Segment
yang terdapat di Roller Crusher. Setelah hancur batubara akan dibawa ke Belt Conveyor
II dan akan melewati Magnetic Separator II untuk menangkap logam yang masih terdapat
pada batubara. Setelah itu, batubara akan melewati BC II untuk melalui Cylinder Chute
berbahan keramik dan kemudian akan masuk ke Belt Conveyor III dan yang terakhir
batubara akan ditumpahkan dengan Tripper ke Stockpile sesuai dengan tempat dan tipe
batubara.

H. Hauling ke Jetty
Proses hauling batubara menuju Jetty dilakukan dengan mengunakan dump truck.
Pemuatan batubara ke dumptruck dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan Silo
atau dengan Wheel Loader. Pemuatan batubara menggunakan Silo dilakukan dengan cara
batubara di dorong oleh Bulldozer menuju Hopper dan kemudian diangkut oleh Belt
Conveyor. Kemudian naik ke tabung Silo berkapasitas 300 ton dan akan disalurkan di
Double Side Dump Truck dengan kapasitas sebesar 150 ton yang telah standby di bawah
Silo. Pemuatan batubara dengan menggunakan Wheel Loader dilakukan dengan
pengisian 8-9 kali muat. Proses pemuatan batubara dengan Wheel Loader mengunakan
metode V-load. Metode V-load adalah metode dimana teknik pengambilan material
dengan Wheel Loader, dimana Wheel loader mengambil material kemudian bergerak
mundur dan maju ke arah Dump Truck sehingga membentuk V, setelah itu dumping
material ke Dump Truck.
Gambar xx Metode V- load (sumber)

Gambar xx Loading Double side dump truck menggunakan Wheel Loader

I. Dewatering

Air tambang yang terdapat dalam pit merupakan air yang berasal dari air hujan dan air
tanah yang berkumpul di suatu titik terendah atau terakumulasi di dalam suatu sump,
sehingga perlu dilakukan adanya kegiatan dewatering atau pengurangan air untuk
mengurangi volume air sehingga tidak mengganggu operasional pertambangan. Terdapat
dua kolam untuk menampung air tambang. Pada Sump Block 83 terdapat 7 pompa
Multiflo MV420 dengan kapasitas sebesar 200 L/det untuk membuang air keluar
tambang dan 1 pompa lumpur Dragflow HY-400 pada Sump 79 dengan kapasitas 264
L/detik. Di dalam kolam Sump 83 terdapat 7 pompa yang membawa air ke arah highwall
dimana terdapat tangki penampung air. Kemudian air di dalam tangki didorong ke kolam
treatment menggunakan Staging pump. Staging pump diperlukan karena total head dari
main pump ke High Wall drainage terlalu tinggi.

Gambar xx Dragflow HY-400

Gambar xx Multiflo MV420


3. 2. 6. Coal Handling Process
3. 2. 7. Health Safety Environment
3. 2. 8. Community Development

3. 3.
3. 4.

BAB IV
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai