PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Batubara memiliki nilai yang penting bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan batubara
sebagai sumber energi menjadi salah satu kebutuhan, sehingga menjadikan permintaan
batubara terus meningkat dan keberadaan batubara akan terus dibutuhkan. Seiring dengan
terus meningkatnya permintaan terhadap batubara yang beragam kualitas, dari kualitas yang
rendah hingga kualitas tinggi, untuk itu engineer pertambangan perlu memiliki pengetahuan
yang luas tentang batubara.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kekayaan alam, salah
satunya adalah batubara, keberadaan batubara di Indonesia menjadikan salah satu negara
terbesar yang mengekspor batubara di dunia. Sehingga dengan terus meningkatnya
permintaan batubara, adalah perlu untuk mengetahui kualitas, keberadaan dan kegunaan
batubara itu sendiri.
Perusahaan memiliki peranan penting dalam melakukan kegiatan bisnis batubara. Hal ini
dapat meningkatkan devisa negara dan akan dapat memiliki peranan penting bagi kebutuhan
masyarakat Indonesia. Permintaan batubara yang terus meningkat dan beragam sehingga
perusahaan harus memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga kualitas batubara perlu
diperhatikan agar batubara yang dijual sesuai dengan kebutuhan konsumen. Penjualan
batubara memiliki kaitan erat dengan kegiatan teknik pertambangan. Diantaranya adalah
dengan melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pengangkutan dan
penjualan. Setiap rangkaian kegiatan pertambangan memiliki kegiatan yang kompleks. Untuk
itu perlu dilakukan adanya pembelajaran detail setiap kegiatan agar batubara yang akan dijual
memiliki nilai yang baik untuk konsumen.
PT. Wahana Baratama Mining merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan batubara, dimana batubara yang ditambang adalah tipe bituminous dengan
kadar sulfur rendah dengan nilai CV yang tinggi, berkisar antara 55106950. Metode
penambangan yang digunakan adalah open cut mining dengan menggunakan alat gali
hidraulik dan alat angkut dump truck. Sebelum pembongkaran overburden, dilakukan
peledakan dengan metode konvensional dan metode Through Seam Blasting (TSB). Batubara
hasil tambang kemudian direduksi ukurannya dengan menggunakan crusher. Crusher yang
digunakan adalah Primary crusher dan Secondary crusher. Kemudian apabila terdapat
kontaminasi metal, akan dipisahkan dengan Magnetic Separator. , Batubara hasil crushing
diangkut dengan menggunakan Double Side Dump Truck ke stockpile untuk kemudian
dilakukan pengapalan.
Maksud:
1. Mempraktikkan, melihat, dan melaksanakan aplikasi kegiatan pertambangan yang
sebelumnya telah dipelajari selama perkuliahan
2. Mempelajari serangkaian kegiatan proses pertambangan dari hulu ke hilir dan
mengaplikasikan teori di bangku perkuliahan
Tujuan:
1. Mengetahui rangkaian kegiatan tambang batubara PT. Wahana Baratama Mining dari
hulu ke hilir.
2. Mengetahui kegiatan eksplorasi yang dilakukan PT. Wahana Baratama Mining
3. Mengetahui kegiatan eksploitasi yang dilakukan PT. Wahana Baratama Mining
4. Mengetahui proses kegiatan pemasaran batubara dari mulai kegiatan Material Blending
hingga Shipment yang dilakukan PT. Wahana Baratama Mining
1. 3. Perumusan Masalah
1. Untuk mempelajari tahapan-tahapan kegiatan pertambangan batubara dari hulu ke hilir
2. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan selama proses penambangan berlangsung
3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang bisa terjadi di area pertambangan
1. 4. Batasan Masalah
Dalam kerja praktik dengan waktu yang singkat ini, penulis membatasi pada pengamatan
kegiatan para pekerja tambang per department.
1. 6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dilakukan dalam menyusun Laporan Kerja Praktek adalah
sebagai berikut:
I. Bab I Pendahuluan
Mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, perumusan masalah, waktu dan tempat
pelaksanaan, dan sistematika penulisan
II. Bab II Tinjauan Umum
Bab ini berisi tentang profil perusahaan, lokasi dan kesampaian daerah, iklim dan cuaca,
keadaan geologi, serta cadangan dan kualitas batubara.
III. Bab IIIPembahasan
Bagian ini menguraikan pembahasan mengenai alur proses penambangan batubara di PT.
Wahana Baratama Mining dari hulu hingga hilir.
IV. Bab IV Penutup
Penutup terdiri dari Kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah
Topografi daerah PKP2B PT. Wahana Baratama Mining adalah berupa dataran rendah
dengan ketinggian yang bervariasi dari ketinggian 60 m dari permukaan laut, dimana
bagian terendah terletak di bagian Barat Daya daerah Penambangan, sedangkan yang
tertinggi terletak di Timur Laut daerah penambangan. Sungai yang mengalir di daerah
adalah sungai-sungai yang terbesar yaitu Sungai Kintap dan Sungai Pabilahan.Sungai Kintap
bermuara di Laut Jawa.Sungai Pabilahan berasal dari daerah pegunungan sekitar 5 km
arah Barat Laut daerah tersebut.
Jenis flora yang tumbuh di daerah PKP2B PT. Wahana Baratama Mining terdiri dari
hutan primer dan sekunder.Sebagian lainnya terdiri dari karet, sawit, semak belukar dan
ilalang. Hutan primer merupakan kumpulan berbagai jenis pepohonan dengan diameter
batang mulai dari 5 55 cm, ketinggian dari 3 m 30 m, kerapatan sangat jarang sekitar 50
250 pohon setiap hektarnya. Hutan sekunder terdiri dari belukar, semak ilalang, dan
pepohonan rawa.
Daerah PKP2B PT. Wahana Baratam Mining ini sama seperti daerah lainnya di
Indonesia, mempunyai iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim
penghujan. Temperatur di daerah ini cukup tinggi, yaitu berkisar antara 20-30C.
Secara regional, formasi batuan yang menyusun daerah PKP2B PT. Wahana Baratama
Mining terdiri dari zaman tersier, yaitu Formasi Tanjung, Formasi Berai dan Formasi
Warukin.
a. Formasi Tanjung
Formasi Tanjung diperkirakan berumur Eosen dan merupakan batuan dasar yang
mengandung kapur yang sifatnya tidak selaras.Pada lapisan bawah terdiri dari
konglomerat basal, batupasir, lapisan batubara dan basal intrusif, sedangkan sedimen
bagian atas terdiri dari marlite, lempung dan lapisan tipis batugamping.Ketebalan formasi
ini bervariasi dari 150 m sampai 250 m.
b. Formasi Berai
Formasi ini terdiri dari batugamping, serpih, batuhijau (greenstone) dan sedikit glaukonit.
Formasi ini dibagi dalam dua grup sebagai berikut:
1. Grup Satu (T-4)
Batuan yang terbanyak adalah batugamping dengan ketebalan antara 350-500 m
2. Grup Dua (T-5)
Terdiri dari marlite dan serpih yang banyak mengandung fosil siput dengan ketebalan
lebih dari 200 meter.
c. Formasi Warukin
Formasi ini berumur Miosen Tengah, terdiri dari batugamping, batulumpur (mudstone),
lapisan batubara tebal, dan batugamping tipis pada dasarnya. Formasi ini disebut juga
Grup T-6 dengan ketebalan total lebih dari 600 meter.
Di PKP2B PT. Wahana Baratama Mining, satuan batuan yang diketahui berkembang
baik mengandung batubara Formasi Tanjung (Grup T-1, Grup T-2, dan Grup T-3).
Formasi pembawa batubara terdapat pada grup T-2 yang berumur Eosen dengan
ketebalan 145-171 meter. Ketebalan rata-rata formasi pembaw a bagtubara mencapai 155
meter dan terdapat 35 lapisan batubara yang layak ditambang pada daerah rencana
tambang dan terletak pada Grup T-2. Proses sedimentasi, pembentukan satuan batubara
serta lingkungan pengendapannya seperti diuraikan dibawah ini.
Gambar 2.2
Gambar Kolom Stratigrafi
Berdasarkan hasil studi kelayakan tahun 2009 di daerah PKP2B PT. Wahana
Baratama Mining diperoleh data dengan sumberdaya terukur (measured resources) sebesar
59.817.741,2 ton, sumberdaya tertunjuk (indicated resources) 75.623.780,9 ton dan
sumberdaya terkira (inferred resources) sebesar 48.145.367,1 ton.
Gambar 2.3
Peta Geologi Daerah PKP2B PT Wahana Baratama Mining
Kualitas batubara yang dihasilkan PT. Wahana Baratama Mining termasuk dalam rank
subbituminous A sampai high-volatile bituminous B, dengan kalori berkisar 5510 6950
kcal/kg.
BAB III
PEMBAHASAN
Mine Plan merupakan suatu kegiatan perencanaan dan perancangan tambang pada suatu
periode tertentu untuk memenuhi target yang telah ditentukan yang mencakup perancangan
teknis untuk peralatan, struktur geologi dan nilai ekonomis tambang. Perencanaan tambang di
PT. Wahana Baratama Mining dibagi sebagai berikut:
Perencanaan jangka panjang dan menengah
Perencanaan jangka panjang adalah perencanaan dari awal mula penambangan hingga
berakhirnya sebuah tambang (life of mine).Perencanaan jangka panjang dilakukan untuk
menentukan rencana penambangan yang akurat dan mineable, sehingga dapat
menentukan waktu yang diperlukan untuk menambang seluruh cadangan
batubara.Sedangkan perencanaan jangka menengah adalah perencanaan jangka panjang
yang dibagi menjadi periode per tahun.
Coal Cost:
- Mining price
- Hauling Price
- ICF
- ICF to Port
- Water
- CPP
- Barging
- Transhipment costs
- Overheads
- Financing Costs (Salary, etc)
- Royalty to Government
- PPN
1. Physical Assumptions
Production Million Tonnes Million Tonnes 1.8
Stripping Ratio BCM/t BCM/t 8.0
Estimated Waste Haul Distance m m 1650
Haulage Distance km km 17.5
Barging distance Nm Nm 1
Percentage of Overburden Blasted % % 99.0%
Percentage of Mud versus total Overburden % % 0.0%
Percentage of Thin Seam Mining % % 0.0%
2. Coal Pricing Assumptions
Calorific Value Kcal/kg GAR Kcal/kg GAR 6,300
Sulphur % % 0.50%
Sulphur Penalty (over 1%) US$ per 0.1% US$ per 0.1% 0.50
Ash % % -
Price premium/(discount) % % 0.0%
3. Cost Assumptions
Fuel Price
Pertamina Base Fuel Price (Excl. Taxes) US$/Litre US$/Litre 0.54
Contractor discount (on MOPS) % % 0.0%
Applicable PBBKB % % 4.5%
Delivery Costs IDR/Litre IDR/Litre 522
Site Delivered Diesel Fuel Costs (Excl. VAT) US$/Litre US$/Litre 0.622
Coal Cost
Mining US$/bcm US$/bcm 4.21
Pit to ICF US$/bcm US$/bcm 0.00
ICF US$/t US$/t 1.00
ICF to Port US$/t US$/t 1.68
Water US$/t US$/t 1.66
CPP US$/t US$/t 2.60
Barging US$/t US$/t 3.30
Transshipment costs US$/t US$/t 3.38
Coal Terminal US$/t US$/t 0.00
Sales Commission US$/t US$/t 0.00
Overheads US$/t US$/t 4.36
Financing Costs(Salary etc) US$/t US$/t 1.28
Royalty to Govt US$/t US$/t 11.30
PPN on Mining/Barging/Coal Terminal US$/t US$/t 2.04
Total Coal Cost US$/t US$/t 36.82
2. Pembuatan block dan strip untuk membatasi area optimisasi dengan jarak tertentu
dengan suatu garis-garis perpotongan. Kombinasi antara block dan strip adalah
batterblock. Dalam hal ini, PT. WBM menentukan batter block dengan dimesi
125x 125m
Gambar xx Pembuatan Batter block
3. Proyeksi strip dengan overall slope yang telah disesuaikan dengan Geotechnical
Assessment hingga ke target seam. Overall slope yang disesuaikan dengan
geotechnical assessment adalah 33.34.
5. Perhitungan parameter cost, yaitu perhitungan coal revenue yang dihasilkan per
batter block sehingga didapatkan area yang optimal. Parameter yang dapat
menentukan nilai yang optimal adalah dari nilai revenue batter block kumulatif
yang paling tinggi.
BLOCKNAME COAL OB SR Coal revenue Coal cost Waste cost Revenue
OPW079_083 11,355.05 11,392.73 1.00 $ 955,754.86 $ 418,432.15 $ 29,735.01 507,587.70
OPW080A083 209,248.07 448,955.55 2.15 $ 17,612,410.17 $ 7,710,762.42 $ 1,171,774.00 8,729,873.75
OPW080B087B 9,950.55 23,463.44 2.36 $ 837,538.07 $ 366,676.51 $ 61,239.57 409,621.99
OPW081A083 389,816.03 1,184,492.06 3.04 $ 32,810,815.40 $ 14,364,666.73 $ 3,091,524.27 15,354,624.40
OPW081B087B 26,099.09 103,632.27 3.97 $ 2,196,760.32 $ 961,747.81 $ 270,480.23 964,532.28
OPW082A084 272,760.24 1,244,219.15 4.56 $ 22,958,229.08 $ 10,051,176.89 $ 3,247,411.98 9,659,640.21
OPW082B087B 46,940.50 262,102.73 5.58 $ 3,950,981.53 $ 1,729,750.76 $ 684,088.12 1,537,142.65
OPW083_084 550,001.21 2,620,064.62 4.76 $ 46,293,602.11 $ 20,267,468.45 $ 6,838,368.66 19,187,765.00
OPW084_084 725,524.78 5,444,878.48 7.50 $ 61,067,421.10 $ 26,735,487.72 $ 14,211,132.83 20,120,800.56
OPW085_084 693,085.59 6,799,565.36 9.81 $ 58,337,014.09 $ 25,540,107.89 $ 17,746,865.58 15,050,040.62
OPW086_084 750,641.50 7,493,986.99 9.98 $ 63,181,494.72 $ 27,661,035.05 $ 19,559,306.03 15,961,153.63
OPW087_084 747,145.64 8,290,251.06 11.10 $ 62,887,248.84 $ 27,532,213.39 $ 21,637,555.28 13,717,480.18
OPW088_084 798,533.71 9,925,128.51 12.43 $ 67,212,582.50 $ 29,425,856.56 $ 25,904,585.40 11,882,140.54
OPW089_082B 280,990.32 4,438,805.81 15.80 $ 23,650,954.86 $ 10,354,454.17 $ 11,585,283.17 1,711,217.52
OPW089_083 195,331.98 2,678,865.55 13.71 $ 40,092,047.81 $ 17,552,410.64 $ 18,577,122.24 3,962,514.93
OPW089_084 151,132.51 2,385,499.23 15.78 $ 52,812,871.14 $ 23,121,622.66 $ 24,803,275.25 4,887,973.23
OPW089_085 224,245.42 3,771,118.79 16.82 $ 71,687,608.33 $ 31,385,035.38 $ 34,645,895.28 5,656,677.67
6. Pembuatan practical pit yaitu polygon atau boundary dari area yang telah optimal.
Disposal
Location Range Overall angle Single Face Slope angle Berm Bench height
Up tp RL80 15 20 10 10
Above RL80 12 20 20 10
Jalan tambang
Setelah membuat desain pit dan disposal dilakukan perencanaan
pembuatan jalan tambang. Penentuan lebar jalan tambang menggunakan
acuan alat angkut yang paling besar digunakan dimana di PT. Wahana
Baratama Mining menggunakan Dump Truck CAT 785C, dengan standar
safety lebar jalan tambang adalah:
Safety bundwall
Safety bundwall dibuat sebagai pengaman alat berat yang melewati ramp,
agar apabila alat mengalami lepas kendali tidak akan meluncur menuruni
slope. Selain itu safety bundwall berfungsi sebagai penahan material yang
jatuh dari lereng dan longsoran.Sehingga tidak menggangu kegiatan
operasional.
4) Dilution volume
Dilution volume adalah toleransi penambahan volume dari material non batubara
yang ikut terambil pada saat coal getting. Ketebalan dilution total roof dan floor
batubara sebesar 1 cm
Values
Row Labels Sum of coal mass recovered Sum of total waste
S2 60763.87444 15061801.93
S3 815522.9332 78822291.55
S4L 316318.8109 11074928.68
S4U 1271.182738 37336.96244
S5L 136761.5063 808786.4864
S5U 423374.8451 11345613.34
S6 866613.1247 14920306.9
S7 1450165.585 13469741.88
S8L 241062.922 6976152.392
S8U 37776.50544 1133441.438
SL1 970893.1224 18609082.21
SL2 2974845.276 5825397.43
SL3L 2719331.283 1359374.42
SL3U 954572.5731 2756104.838
SL4 2789661.117 905736.9639
SL4L 466430.7024 624660.3408
SL4U 719562.4377 175686.3104
SM1 182200.551 13347186.49
SM2 387140.277 13039940.07
Grand Total 16,514,269 210,293,571
Tabel xx Tabel hasil perhitungan reserve practical pit
o Production parameter
+
= 100%
+ +
Utilization Availability
Mengetahui ketersediaan alat dengan memperhitungkan waktu yang hilang akibat
alat tidak dapat beroperasi atau standby.Standby dapat disebabakan oleh beberapa
faktor, seperti blasting delay, hujan, dan lain-lain.
= 100%
+
Effective Utilization
Mengetahui ketersediaan alat dari keseluruhan jam kerja alat setelah dibagi
dengan penjumlahan jam kerja, jam rusak dan jam standby alat (total jam kerja
alat).
= 100%
+ +
WBM Production Parameters
Period 1 2 3 4 5 6 7 Total
Calendar Days day 360 360 361 360 360 360 361 2,522
OPERATING HOURS
Working Hours per Shift hour 12 12 12 12 12 12 12
Blasting Delays (15 min/day) hour 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13
Shift Change/Toolbox (30min/day) hour 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Crib/Prayers (75 mins/shift) hour 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25 1.25
Nett Working Hours available per shift hours 10.38 10.38 10.38 10.38 10.38 10.38 10.38 10.4
Nett Working Hours available per day hours 20.75 20.75 20.75 20.75 20.75 20.75 20.75 20.8
Number of Shifts Planned per year No. 720 720 722 720 720 720 722 5,044
EQUIPMENT DATA
Number of unit per type 8 10 9 10 8 8 7 8.26
R9350 unit 2 3 3 3 3 3 2 2.71
R9250 unit 3 3 3 3 3 3 3 2.86
R984 unit 3 4 3 4 2 2 2 2.69
Productivity per fleet
R9350 bcm/hrs 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1250 1,250
R9250 bcm/hrs 750 750 750 750 750 750 750 750
R984 bcm/hrs 400 400 400 400 400 400 400 400
Target material movement by Fleet
R9350 bcm 10,415,334 16,190,285 16,797,673 16,107,690 15,737,477 16,457,998 11,103,825 102,810,283
R9250 bcm 9,373,801 9,714,171 10,078,604 9,664,614 9,442,486 8,228,999 8,327,869 64,830,544
R984 bcm 4,666,070 6,389,766 4,658,555 6,013,538 3,357,328 3,862,144 3,553,224 32,500,624
Total capability OB movement bcm 24,455,204 32,294,222 31,534,832 31,785,842 28,537,292 28,549,141 22,984,918 200,141,451
COAL 1 2 3 4 5 6 7 Total
Number of unit per type 3 3 3 3 3 3 3
ZX-350 unit 1 1 1 1 1 1 1
ZX-200 unit 2 2 2 2 2 2 2
Productivity per fleet
ZX-350 bcm/hrs 330 330 330 330 330 330 330
ZX-200 bcm/hrs 220 220 220 220 220 220 220
Target material movement by Fleet
ZX-350 bcm 1,374,824 1,424,745 1,478,195 1,417,477 1,384,898 1,448,304 1,465,705
ZX-200 bcm 1,833,099 1,899,660 1,970,927 1,889,969 1,846,531 1,931,072 1,954,273
Total capability coal movement 3,207,923 3,324,405 3,449,122 3,307,446 3,231,429 3,379,376 3,419,978 23,319,678
o Scheduling
Scheduling dilakukan dengan menentukan sequence penambangan atau urutan
penambangan yang practical yang sesuai dengan target. Output dari schedulling
adalah face position, yakni peta yang berisi penampakan design tambang yang akan
dilakukan kegiatan penambangan pada suatu periode. Scheduling dilakukan dengan
software Xpac.
Bulan x
POLY VOL Dump Dest Distance Vol Path
Bulan x
POLY VOL Dump Dest Distance Vol Path
Bulan x
POLY VOL Dump Dest Distance Vol Path
b) Weekly Plan
Perencanaan per tiga bulan yang dibagi menjadi perencanaan per minggu, dalam
weekly plan terdapat review untuk actual progress minggu sebelum dan
perencanaan untuk minggu depan. Weekly plan berisi:
Weekly calendar parameter, merupakan perhitungan jam kerja efektif
yang dapat digunakan untuk produksi
Calendar Parameter minggu ke 1
MONTHLY CALENDER HOURS hours 168.00
Public Holidays
Shift Working hours
Weeknum (Sunday) 168.00
Crew off - Change Shift 1.00
Fasting hours 12.00
Peta below target, merupakan peta yang area yang telah melebihi dari
target yang ditentukan.
OB & TS
Daily Production (bcm) MTD
Actual (OB) Actual (TS) Actual (OB) Actual (TS)
Day shift 13,115 -
Night Shift 10,578 - 316,675
Total 23,693 -
Waste
Daily Production (bcm) MTD
Monthly target
Actual Target Variance Actual Target Variance
Day shift 13,115 15,788 (2,673)
Night Shift 10,578 15,788 (5,210) 316,675 457,860 (141,185) 939,402
Total 23,693 31,576 (7,883)
Coal
Daily Production (bcm) MTD
Monthly target
Actual Target Variance Actual Target Variance
Day shift 984 2,025 (1,041)
Night Shift 1,881 2,025 (145) 45,567 58,736 (13,169) 120,510
Total 2,865 4,050 (1,186)
Coal seam
Quality Pit to ICF MTD Pit to ICF
Quality WBM Version
Sat 10 S1 - -
Sat 10 S2 - -
Sat HA S3 - 1,240
Sat EHA S4 - 32
Sat EHA S5U - 287
Sat EHA S5L - 492
Sat EHA S6 - 289
Sat EHA S7 34 307
Sat EHA S8 - 258
Sat HA SM1 - -
Sat HA SM2 - -
Sat 13 SL1 585 4,000
Sat 10 SL2 611 11,463
Sat 13 SL3U 125 4,828
Sat 8 SL3L 1,511 22,371
Sat 8 S4U - -
Sat 8 S4L - -
Total 2,866 45,567
Coal Seam Pit to ICF MTD Pit to ICF ICF to Port MTD ICF to Port Inventory at ICF
Rain delay Monthly planned Day shift Night Shift Daily MTD
Water Management
1) Dewatering
Dewatering merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengeluarkan atau
menyalirkan air yang terdapat di dalam tambang.Air yang dimaksudkan
adalah air hujan dan air tanah yang masuk ke dalam tambang. Terdapat
beberapa parameter yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan air seperti
berikut:
Air Sump
Perencanaan air sump ditentukan melalui banyaknya airyang akan masuk
kedalam sump dalam satuan waktu melalui data intensitas hujan dan
catchment area untuk menentukan kapasitas air sump. Kapasitas air sump
ditentukan berdasarkan debit air limpasan. Berikut perhitungan debit air
limpasan:
Q = 0,278 x C x I x A
Di mana :
Q = Debit air limpasan maksimum (m3/detik)
C = Runoff Koefisien
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) untuk durasi yang
sama pada waktu konsentrasi dengan periode ulang T
tahun.
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2)
Run-off koefisien
Surface Runoff coefficient
Coal seam 1
Haul roads 0.9
Pit floor & batters 0.75
Fresh overburden 0.65
Revegetated overburden 0.55
Natural forest 0.5
24 24 2/3
= ( )( )
24
Dimana:
Itc = Intensitas curah hujan (mm/jam)
S = Gradien / Grade
Drainage
Drainage merupakan suatu sistem saluran untuk penyaliran air melalui
saluran ke suatu tempat terendah atau penampungan.Sistem drainage
pertambangan merupakan suatu upaya untuk mencegah masuknyaatau
mengalirnya air ke tempat penggalian.Sistem ini pada umumnya dilakukan
untuk penangananairtanah dan air yang berasal dari air hujan dan sumber
air di permukaan tanah seperti sungai dan danau.
1 2 1
= 3 2
Dimana:
Q = debit maksimum yang mengalir sepanjang saluran
(m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
S = Kemiringan dasar saluran (0,1 0,25 %)
R = Jari jari hidrolis (m)
n = Koefisien kekasaran dinding saluran menurut Manning
Settling pond
Settling pond adalah kolam pengedapan sebelum air dikeluarkan ke
lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan setliing pond
sebelum air keluar ke lingkungan guna memenuhi baku mutu lingkungan.
Berikut beberapa ketentuan perencanaan settling pond:
o Jumlah kompartemen minimal 3 sebagai kolam pengendapan
o Kapasitas kompartemen disesuaikan dengan debit yang masuk agar
tidak terjadi over flow
o Lebar tanggul antar kompartemen sebesar 8 m
o Posisi air masuk (inlet) dan keluar (outlet) per kompartemen
berbentuk zig-zag guna meningkatkan proses pengendapan
material per kompartemen.
Gambar xx Penampang settling pond
Penetuan pompa
Penentuan pompa dalam mengeluarkan air yang sudah tertampung
didalam mine sump ke luar area tambang perlu dilakukan agar proses
pengeluaran air dari mine sump efektif. Kegiatan ini dilakukan guna
menurunkan ketinggian air yang terdapat di air sump dengan kapasitas
pompa yang direncanakan untuk memompa air keluar tambang.
Setelah proses smoothing, selanjutnya tanah top soil disebar hingga ketebalan mencapai
30-50 cm pada semua lapisan permukaan.
Gambar xx Spreading top soil pada face slope and berm dengan ketebalan 50 cm.
Pada lereng area disposal perlu dibuat back slope, yaitu kemiringan lapisan ke arah dalam
untuk menghindari air limpasan dari bagian atas turun kebawah. Sehingga lereng tidak
tererosi pada saat air melewati lereng. Pembuatan kemiringan back slope adalah 3%.
Survey merupakan kegiatan pengukuran, perhitungan dan pemetaan yang dilakukan untuk
mendapatkan suatu informasi dari suatu kegiatan pertambangan baik perhitungan volume
produksi, koordinat suatu area maupun perhitungan dan pengukuran hal-hal lain dalam kegiatan
pertambangan dalam bentuk data koordinat maupun peta topografi. Kegiatan survey dilakukan
untuk menginterpretasikan data dari peta,di lapangan dan menghitung suatu koordinat lokasi
untuk kegiatan pertambangan. Setiap kegiatan pertambangan membutuhkan kegiatan survey
sebagai pendukung kegiatan kerja agar proses penambangan efektif dan efisien sesuai dengan
rencana. Pentingnya data yang diberikan oleh surveyor akan memiliki dampak pada kegiatan
penambangan. Survey memiliki beberapa tugas antara lain:
1. Pembuatan dan pemantauan patok survey sebagai pembatasan wilayah konsesi PT.
WBM, design pit dan design disposal.
2. Mengukur koordinat titik pemboran untuk eksplorasi dan kegiatan blasting untuk
memastikan posisi pemboran tepat sesuai dengan data modelling
3. Mengukur topografi permukaan dalam perhitungan volume Coal dan OB.
4. Pengukuran batubara yang akan ditambang dan batubara yang telah ditambang (mine out)
untuk pemantauan volume batubara yang diproduksi. Pengukuran dilakukan tiap bulan
dengan kontraktor (Joint Survey) dan untuk data internal perusahaan.
5. Perhitungan koordinat dalam pembuatan update surface pit untuk mine planning
6. Pengukuran Hauling Distance dengan menggunakan koordinat untuk claim kontraktor
serta untuk data mine planning.
7. Mengukur grade atau kemiringan jalan tambang untuk perencanaan tambang.
8. Mengukur topografi pit dan area disporsal untuk lokasi lain yang akan ditambang atau
dijadikan area disposal dengan kontraktor (joint topo).
9. Pengukuran Water Level di mine sump untuk memonitor level kedalaman air tambang
agar tidak melebihi batas.
10. Pengukuran Stake Out, yaitu pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui koordinat
suatu titik di lapangan. Pengukuran koordinat dengan Stake out merupakan aplikasi
perhitungan data dari computer ke lapangan.
Pada PT. Wahana Baratama Mining kegiatan survey yang dilakukan terdapat pada hampir
semua kegiatan penambangan dari hulu ke hilir, yakni sebagai berikut:
Pembebasan Lahan
Pada awal kegiatan pertambangan dilakukan pembebasan lahan diarea yang akan
digunakan untuk tambang dan infrastruktur, dalam hal ini survey berperan mengukur dan
memetakan dan menentukan luas lahan yang dimiliki oleh warga setempat atau pemilik
tanah. Begitu juga dengan pengukuran wilayah Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) yang dilakukan bersama dengan KEMENHUT.
Eksplorasi
Pada kegiatan eksplorasi, divisi survey melakukan pengukuran koordinat lokasi
untuk mendukung kegiatan eksplorasi. Pengukuran koordinat dilakukan dengan alat Total
Station atau GPS untuk mengetahui nilai titik bor di lapangan. Pengukuran koordinat
dilakukan untuk mengurangi penyimpangan yang ada di lapangan agar mencapai titik
yang efisien.
Untuk menunjang data maka dilakukan survey topografi guna menentukan elevasi
aktual sehinga diketahui posisi lapisan di bawah permukaan yang sebenarnya. Survey
topografi dilakukan menggunakan total station dengan jarak interval tertentu sesuai
dengan bentuk topografinya.
Koordinat titik bor dan data topografi akan digunakan pada tahapan selanjutnya,
yaitu modelling. Apabila data koordinat pemboran dan data topografi kurang maka akan
berdampak pada modelling geologi yang tidak sesuai dengan lapisan batuan sebenarnya.
Pengukuran koordinat pemboran dilakukan dengan alat GPS Real Time Kinematic
dengan pengamatan GPS Rover (RG) yang telah dikoreksi oleh Base station (RS).
Perencanaan tambang
Pada tahap perencanaan pertambangan, kegiatan survey memiliki nilai penting
guna menjadi pendukung data untuk merancang design pit. Perhitungan topografi juga
dilakukan dalam tahap perencanaan untuk mengetahui kondisi permukaan di lapangan
sebenarnya, untuk mengetahui besaran tanah yang menutup endapan batubara dan
memiliki keterkaitan terhadap nilai Stripping Ratio (SR). Dan untuk membuat desain
lereng diperlukan divisi survey untuk menentukan titik koordinat crest dan toe yang
bekerja sama dengan geoteknik agar tahu kemiringan lereng yang dibuat secara akurat
untuk menghindari terjadinya longsoran.
Operasi
Pada tahap operasi diperlukan perhitungan volume cadangan untuk mengetahui
nilai ekonomis dari bahan galian untuk dapat memutuskan tahapan lanjutan kegiatan
penambangan. Untuk itu, perlu dilakukan kegiatan survey dalam hal ini melakukan
perhitungan volume cadangan dengan memperhitungkan roof dan floor batubara untuk
memperbaharui data modelling. Pada saat blasting divisi survey mempunyai tugas
menenentukan titik bor termasuk pengukuran space, boder, dan depth untuk
memaksimalkan hasil blasting agar hasil batuan yang diledakkan akan sesuai dengan
diinginkan.
Pengukuran batas batubara yang akan ditambang juga dihitung oleh divisi survey.
Dalam hal ini, ketentuan untuk batas menambang batubara adalah dengan menyisakan
sekitar 20 cm batubara agar batubara tidak terkontaminasi dengan lapisan interburden.
Pengukuran stake out dengan mengetahui koordinat untuk mengetahui tinggi lapisan
batubara yang tersisa
Pada saat overburden removal, setiap akhir bulan surveyor menghitung volume
overburden untuk menentukan pencapaian volume OB yang akan digunakan untuk
review kemajuan tambang dan untuk progress claim kontraktor.
Selain itu, pengukuran jarak dari lokasi loading ke dumping dilakukan di tahap ini
dengan menentukan titik koordinat ditempat masing- masing (Loading point dan
Hauling) kemudian diaplikasikan dengan software seperti Surpac atau Autocad untuk
membuat rute hauling terdekat. Pengukuran Hauling Distance dan Loading Point juga
kemudian dilanjutkan untuk progress claim kepada kontraktor.
Gambar xx Jarak hauling
Infrastruktur
Dalam kegiatan infrastruktur dalam hal ini pembangunan jalan, bangunan dan
fasilitas lain dalam kegiatan penunjang pertambangan memerlukan survey untuk
memastikan jalan dan bangunan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
Pada pembangunan infrastruktur, survey dilakukan untuk mengaplikasikan
perencanaan pembangunan dalam bentuk data dan diterapkan di lapangan untuk
memastikan sesuai dengan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencakup
pengambilan stake out di lokasi pembuatan mess, kantor dan stockpile.
Selain itu, pemeriksaan dan pemantauan terhadap tiang pancang Belt Conveyor
menuju ke Barge Loader juga diperhitungkan dengan cara pemeriksaan koordinat tiap
tiang untuk mengetahui apabila terjadi pergeseran secara horizontal atau vertical akibat
gelombang air laut. Serta dilakukan kegiatan pengecekan tingkat sedimentasi laut di
pelabuhan batubara atau Sounding.
Gambar xx Hasil sounding
Reklamasi/revegetasi
Dalam kegiatan reklamasi dan revegetasi untuk mengembalikan fungsi lahan
sesuai peruntukanya diperlukan berbagai aktivitas, diantaranya smoothing, spreading top
soil, dan penanaman pohon. Setiap penanaman dan spreading topsoil memerlukan
surveyor untuk mengukur dan melakukan pengecekan terhadap kegiatan tersebut.
Surveyor akan mengukur berapa luas tanaman overcrop dan tanaman keras yang sudah
ditanam serta berapa banyak areal yang telah dilapisi tanah top soil.
Wahana Baratama Mining memiliki panjang pit sebesar 5 km dengan lebar pit 1,5 km dan
kondisi paling dalam pada pit berada pada elevasi -150m. dengan produk batubara dengan label
green dan blue coal. Dimana batubra dengan tipe green memiliki CV 6000-6300 dengan kadar
ash antara 10-15. Sedangkan batubara dengan label blue memiliki kadar CV diatas 6000 dengan
kandungan ash <10. Lokasi penambangan PT. Wahana Baratama Mining berdampingan dengan
lokasi penambangan PT. Arutmin Indonesia. Sehingga cadangan batubara PT. WBM yang
berdampingan dengan cadangan batubara PT. Arutmin Indonesia harus ditambang secara
bersamaan, agar tidak terjadi perbedaan elevasi yang jauh. Ketebalan batubara PT. Wahana
Baratama Mining bervariasi dengan 20 cm hingga 4 meter. Kegiatan operasi penambangan
dikerjakan oleh kontraktor PT. Thiess Contractor Indonesia. Kegiatan Operasi Penambangan PT.
Wahana Baratama Mining
Survey
Coal getting
Land Clearing
Coal hauling
Loading overburden
Hauling overburden
A. Land Clearing
Land Clearing merupakan proses pembersihan tanaman / pohon dari area yang
akan di tambang. Land clearing dilakukan dengan chainsaw, dozer atau alat berat. Setelah
itu tanaman yang telah dikumpulkan diangkut ke tempat pembuangan (disposal area).
Berikut prosedur land clearing di PT. WBM.
Mulai kegiatan
Potong dengan
chainsaw
Hutan produksi
Mulai
Survey
Operation kontraktor
Disposal/ temporary
stock pile
Survey
Berhenti
C. Drilling
Pengeboran dilakukan untuk proses awal dari kegiatan peledakan pembongkaran
Overburden, apabila lapisan batuannya keras dan tidak bisa di keruk dengan excavator.
Kegitan pengeboran dilakukan dengan alat diameter 7-9 inch kedalaman 15 m dan
tamrock diameter 4 inch dengan kedalaman 4-6 m.
Gambar xx Tamrock
D. OB Removal
Overburden adalah lapisan batuan yang menutup batubara atau lapisan batuan
yang berada di antara dua atau lebih lapisan batubara. Pengupasan overburden di PT.
WBM pada umumnya dilakukan dengan kegiatan peledakan. Kegiatan peledakan
dilakukan dengan 2 metode, yaitu Through Seam Blast (TSB) dan konvensional. Through
Seam Blast merupakan sebuah metode peledakan untuk mendapatkan beberapa hasil
lapisan yang diledakkan dalam satu kali proses peledakan tunggal. Metode ini dilakukan
untuk menghancurkan overburden yang berada diantara lapisan batubara. Satu proses
peledakan tunggal untuk mendapatkan Overburden & Batubara. PT. WBM bekerja sama
dengan ORICA untuk bahan peledak, bahan yang digunakan adalah campuran antara AN
dan Fortis agar tahan terhadap air.
Setelah diledakkan, lapisan overburden dimuat menggunakan alat excavator
Liebherr EX 9350 dengan kapasitas 18 m3 dan diangkut menggunakan dump truck CAT
777D dengan kapasitas 100 ton. Proses pemuatan OB ke dalam bucket dump truck
menggunakan metode Single Side Loading. Metode single side loading adalah metode
pemuatan material dimana dump truck berposisi pada sisi shovel. Berikut prosedur
pembongkaran over burden di PT. WBM:
Gambar xx Metode single side loading
Mulai
Survey
Operation kontraktor
Disposal/ temporary
stock pile
Survey
Berhenti
E. Coal Getting
Coal getting adalah proses yang dimulai dari pembersihan (Clean Up),
pengumpulan (Stocking) dan pemuatan (Loading). Pada proses pembongkaran OB, hasil
dari kegiatan peledakan akan meninggalkan tanah penutup atau material bukan batubara
yang terdapat dipermukanan atau badan batubara. Oleh karena itu dilakukan proses Clean
up yaitu pembersihan untuk menghilangkan lapisan pengotor yang tertinggal pada badan
batubara. Pengupasan dilakukan dengan alat excavator Hitachi type ZX 200 dan ZX 350
dengan menggunakan flat bucket. Kemudian setelah proses Clean Up, dilakukan proses
Stocking yaitu pengumpulan batubara yang sudah ter-expose menggunakan Excavator
dengan tip bucket untuk persiapan tahap loading. Sebelum dilakukan tahap loading,
terdapat tahapan Finishing yaitu pengambilan sisa-sisa lapisan batubara yang ter-expose.
Mulai Pembersihan
body batubara
Malam
Survey permukaan dan
batas batubara
Lighting/Lampu
Stocking
Pembersihan Alat
Hauling clean
Pengecekan coal?
undercarriage &
tip bucket
Isolated ROM-ICF
Undercarriage &
Tip Bucket
CRUSHER
bermasalah?
Berhenti
Pengendalian air
atau lumpur
Pembersihan
crest batubara
Pembersihan
body batubara
F. Loading dan Hauling Coal
Loading dan Hauling adalah kegitan pemuatan dan pengangkutan batubara. Kegiatan
pengangkutan batubara di lakukan dengan Volvo 440 dengan kapasitas 30 ton diangkut
ke ICF dan dump truck CAT 773D dengan kapasitas 60 ton ke temporary stockpile.
Sedangkan pemuatan batubara menggunakan Liebherr 984 atau Hitachi ZX 350.
Batubara yang diangkut dengan Volvo 440 sebelum masuk ke ICF ditimbang lebih
dahulu di Weigh Bridge untuk mengetahui berat batubara yang masuk ke ROM
Stockpile. Proses penambangan di Weigh Bridge dilakukan dengan menimbang truck
yang bermuatan batubara dan dicatat berat truck muatan, kemudian di akhir shift truck
yang tidak membawa muatan akan ditimbang. Perhitungan berat batubara yang diangkut
oleh truck adalah berat truck bermuatan dikurang berat truck saat tidak membawa
muatan.
Terdapat 2 proses crushing yang dilakukan di ICF, yaitu Primary Crushing dan
Secondary Crushing. Pada proses Primary Crushing, batubara ROM di stockpile akan
didorong dengan Bulldozer D 155A yang kemudian akan masuk ke dalam Hopper. Di
dalam Hopper terdapat Chute atau dinding crusher yang terbuat dari bahan keramik.
Crusher yang digunakan adalah tooth breaker, dimana terdapat gigi-gigi besi yang dapat
menghancurkan batubara dari ukuran 50 cm menjadi 7-15 cm. Setelah melalui
Primary Crusher, batubara kemudian diangkut dengan Belt Conveyor I ke Secondary
Crusher. Pada Secondary Crusher batubara dihancurkan menjadi ukuran 4 cm. Crusher
yang digunakan adalah Roller Crusher dengan 2 silinder besi bergerigi. Batubara dari BC
I dibawa menuju Secondary Crusher dan melewati Magnetic Separator I yang bergerak
untuk menangkap kontaminasi besi berupa kabel atau batubara yang mengandung metal.
Kemudian batubara akan melewati Chute dan di-crushing menggunakan Tooth Segment
yang terdapat di Roller Crusher. Setelah hancur batubara akan dibawa ke Belt Conveyor
II dan akan melewati Magnetic Separator II untuk menangkap logam yang masih terdapat
pada batubara. Setelah itu, batubara akan melewati BC II untuk melalui Cylinder Chute
berbahan keramik dan kemudian akan masuk ke Belt Conveyor III dan yang terakhir
batubara akan ditumpahkan dengan Tripper ke Stockpile sesuai dengan tempat dan tipe
batubara.
H. Hauling ke Jetty
Proses hauling batubara menuju Jetty dilakukan dengan mengunakan dump truck.
Pemuatan batubara ke dumptruck dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan Silo
atau dengan Wheel Loader. Pemuatan batubara menggunakan Silo dilakukan dengan cara
batubara di dorong oleh Bulldozer menuju Hopper dan kemudian diangkut oleh Belt
Conveyor. Kemudian naik ke tabung Silo berkapasitas 300 ton dan akan disalurkan di
Double Side Dump Truck dengan kapasitas sebesar 150 ton yang telah standby di bawah
Silo. Pemuatan batubara dengan menggunakan Wheel Loader dilakukan dengan
pengisian 8-9 kali muat. Proses pemuatan batubara dengan Wheel Loader mengunakan
metode V-load. Metode V-load adalah metode dimana teknik pengambilan material
dengan Wheel Loader, dimana Wheel loader mengambil material kemudian bergerak
mundur dan maju ke arah Dump Truck sehingga membentuk V, setelah itu dumping
material ke Dump Truck.
Gambar xx Metode V- load (sumber)
I. Dewatering
Air tambang yang terdapat dalam pit merupakan air yang berasal dari air hujan dan air
tanah yang berkumpul di suatu titik terendah atau terakumulasi di dalam suatu sump,
sehingga perlu dilakukan adanya kegiatan dewatering atau pengurangan air untuk
mengurangi volume air sehingga tidak mengganggu operasional pertambangan. Terdapat
dua kolam untuk menampung air tambang. Pada Sump Block 83 terdapat 7 pompa
Multiflo MV420 dengan kapasitas sebesar 200 L/det untuk membuang air keluar
tambang dan 1 pompa lumpur Dragflow HY-400 pada Sump 79 dengan kapasitas 264
L/detik. Di dalam kolam Sump 83 terdapat 7 pompa yang membawa air ke arah highwall
dimana terdapat tangki penampung air. Kemudian air di dalam tangki didorong ke kolam
treatment menggunakan Staging pump. Staging pump diperlukan karena total head dari
main pump ke High Wall drainage terlalu tinggi.
3. 3.
3. 4.
BAB IV
PENUTUP