Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah Pemanfaatan Sumber Daya Mineral Dan
Energi Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Sriwijaya
Oleh :
KELOMPOK 6
HERMAN (03021181419030)
DONI PRANATA (03021281419084)
EDO WIJAYA (03021281419188)
FAKULTAS TEKNIK
1
BAB I
ISI
2
itu belum mampu melahirkan kesejahteraan bagi rakyat. Padahal,
cadangan timah yang ada kian menipis pula.
Tak heran, jika kemudian pertambangan timah di Bangka Belitung
membawa dampak sosial berupa masalah kemiskinan dan kecemburuan
sosial di sekitar wilayah pertambangan. Hal krusial yang memantik
masalah itu muncul karena potensi timah yang berlimpah itu belum diatur
secara optimal. Sehingga pendapatan berlimpah dari aktivitas
penambangan pada akhirnya belum mampu mendukung bagi terwujudnya
kemakmuran rakyatnya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya
penyelundupan timah yang dilakukan melalui aktivitas penambangan
illegal. Pemberian ijin tambang inkonvesional (TI) di Bangka Belitung
telah mengurangi pendapatan negara dan daerah akibat terjadinya
penyeludupan, serta mengancam terkurasnya ketersediaan cadangan timah
di Bangka Belitung. Pemberian izin TI mungkin mendukung usaha
pertambangan PT Timah sebagai BUMN dan PT Kobatin, sebab kedua
perusahaan tersebut tidak perlu membuka area penambangan baru.
Namun, keberadaan TI ini pada akhirnya justru memperburuk ketersediaan
logam timah di Bangka Belitung dan membuat rusak lingkungan wilayah
Bangka Belitung karena penambangan dilakukan di semua tempat.
Mestinya, pemerintah pusat dan daerah serta BUMN di bidang
pertambangan timah berperan lebih besar agar hasil penambangan
seluruhnya masuk ke kas negara.
PT. Koba Tin adalah perusahaan penambangan timah yang
beroperasi di Bangka Belitung, khususnya di Kabupaten Bangka Tengah.
PT. Koba Tin itu sendiri merupakan perusahaan patungan antara
pemerintah yang di wakili oleh PT. Timah (Persero) dengan Negara
Australia yang diwakili oleh Kayuara Mining corporationPty. LTd (KMC)
yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Resion Goldfields
Consolidated (RGC). Namum pada awal tahun 2002 pihak Malaysia
melalui MSC (Malaysia Smelter Corporation) telah mengambil alih saham
dari KMC tersebut sampai dengan akhir kontrak tahun 2013.
Kontrak Karya PT. Koba Tin pertama kali disetujui pada tanggal 16
Oktober 1971 melalui Keppres B/12/Pres./1971. Saat itu luas kontraknya
3
113.000 Ha. Pada saat itu eksplorasi dilakukan selama 2 tahun dan pada
tahun 1973 siap untuk dieksploitasi. Kini luas wilayah kontraknya
dipersempit hingga 41.680,3 Ha (5 % dari luas Kepulauan Bangka).
Wilayah penambangan PT Koba Tin yang saat ini beroperasi
adalah Tambang Merbuk/Nibung, Kenari, Bemban, dan Air Kepuh.
Adapun metode penambangan timah yang digunakan oleh PT. Koba Tin
yaitu Tambang Semprot (gravel pump).Cara ini menggunakan
alat monitor, bulldozer dan pompa tanah. Bulldozer berfungsi untuk
mendorong lapisan timah yang kemudian dihancurkan monitor sampai
terbentukslurry yang dialirkan ke sump (sumuran), lalu dihisap oleh
pompa tanah ( gravel pump) dan dialirkan ke tempat konsentrasi dengan
bantuan pipa. Kombinasi antara monitor,pompa tanah dan bulldozer dapat
memindahkan tanah bertimah yang ditambang rata-rata sebesar 55.000
m/bulan.
Wilayah penambangan PT. Koba Tin yang saat ini adalah Tambang
Pungguk, Kenari, Bemban, dan Air Kepuh. Adapun sistem penambangan
yang digunakan oleh PT. Koba Tin yaitu tambang semprot (Gravel pump)
dan Kapal Keruk (dredge ).
Pada saat melakukan pengamatan kegiatan penambangan di PT.
Koba Tin wilayah pertambangan yang sedang beroperasi meliputi :
Tambang Semprot yaitu:
o Gravel pump Kenari,
o Gravel pump Air Kepuh 3
o Gravel pump Air Kepuh 4
o Gravel pump Bemban North
Kapal Keruk Bemban
TRP ( Tailing Retreatment Plant )
Untuk pengupasan lapisan tanah penutup, dilakukan dengan
membuat pit (open pit) dan dilakukan back filling, dimana lapisan tanah
penutup dibuang ke daerah bekas tambang. Sehingga untuk kolong yang
ditinggalkan hanya pada tambang terakhir, sehingga untuk reklamasi dan
rehabilitasi bekas tambang lebih sedikit.
4
jalur timah terjadi mulai Trias Atas-Awal Kapur. Aktivitas magma
pembawa logam dasar mulai dari Permo-Karbon. Kandungan logam
tersebut diperkaya oleh aktivitas magma Jura, Kapur dan Tersier.
Hubungan timah dan granit mempunyai pengertian bahwa
kehadiran timah (cassiterite ) berhubungan dengan granit. Berawal pada
tahun 1885 oleh M Von Micluco Moclay yang diperkuat oleh Beck tahun
1900, dengan penelitiannya bahwa timah di Bangka-Belitung berhubungan
dengan granit setempat.
Genesa pembentukan dari timah itu sendiri berawal dari
pembentukan batuan dari proses awal sampai terbentuknya batuan. Batuan
plutonik yang bersuhu sangat tinggi menerobos batuan yang ada
disekitarnya sehingga terbentuk proses metamorfosis yang luas.
Menurut Daubree, endapan timah primer terbentuk dari
proses pneumatolitis. Pada proses ini mineral timah ditransportasi dari
magma chamber sebagai gas Tin-chloride (SnCl4) atau Tin-flouride (SnF4)
yang kemudian bereaksi dengan air membentuk Tin-oxide (SnO2 )
atau casiterite dan asam klorida atau asam flourida seperti reaksi
sebagai berikut :
SnCl4(g) + 2H2O(l) -------------------- SnO2(s) + HCl(g)
SnF4(g) + 2H2O(l) ---------------------- SnO2(s) + 4HF(g)
Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa pada proses ini akan
terbentukcasiterite sebagai padatan dan asam chloride atau
asam fluoride sebagai gas. Secara regional mineralisasi timah di Indonesia
dan Malaysia terikat pada sabuk granit(granite belt) Asia Tenggara yang
memanjang dari Yunan (China) melalui Myanmar, Thailand, Semenanjung
Melayu sampai pada kepulauan Indonesia. Dari gambar 2.2. dapat kita
lihat bahwa Pulau Bangka termasuk bagian tengah dari Tin Mayor South
East Asian Tin Belt
5
Gambar 2.2.Tin Mayor South East Asian Granite Belt
Tin Mayor South East Asian Tin Belt, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sabuk Timah Bagian Barat (Western Range)
Pada western range, terdapat 2 jenis granit yaitu tipe I
dan tipe S. Granit ini umumnya mempunyai butir granular
walaupun kadang ditemukan juga megakristal hornblend.
Sebagian besar granit mempunyai tipe I, namun demikian beberapa
granit tipe S juga dijumpai.
2. Sabuk Timah Bagian Tengah ( Main Range)
Granit tipe main range , umumnya mempunyai ciri-ciri :
megakristal (terutama K-Feldspar) dan terjadi mineralisasi timah
serta mineral asosiasinya seperti monasit dan wolframit. Granit ini
umumnya terdiri atas granit biotit dan granit muskovit yang
semuanya merupakan tipe S, diperkirakan umurnya Trias.
6
Gambar 2.3. Skema Rekonstruksi Sabuk Timah
7
berumur Jura. Sumber daya dan cadangan bijih timah berasal dari
endapan placer yang tersebar di darat dalam wilayah Kontrak
Karya Pertambangan PT. Koba Tin, dengan mineral
utama casiterite dan mineral-mineral ikutan terdiri dari : monazit,
xenotim, ilmenit, turmalin, zirkon dan kuarsa.
8
tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak
translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan
logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial atau
aluvium
2. Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah.
Rumus kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral
yang dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar
28% timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite
berwarna biru hingga abu-abu.
3. Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah,
timbal, antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb 2Sn4FeSb2S14.
Cylindrite membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya
berbentuk silinder atau tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan
dari lembaran kristal ini. Warna cylindrite adalah abu-abu metalik
dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di Bolivia pada
tahun 1893.
II.4 Karakteristik Endapan (Sifat Fisik & Kimia)
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari
endapan timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di
darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah
sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan
yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi
secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya.
Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh
air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih
timah sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan
samping dan perpindahan mineral kasiterit (Sn02) secara vertikal
sehingga terjadi konsentrasi residual.
Ciri-ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :
Terdapat dekat sekali dengan sumbernya
9
Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
Ukuran butir agak besar dan angular
2. Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan
endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu
gradien yang agak mendatar diikuiti dengan pemilahan
Ciri-cirinya :
Butiran agak besar dengan sudut runcing
Biasanya terletak pada lereng suatu lembah
1. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai,
dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar
diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral
yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya.
Ciri-cirinya :
Terdapat di daerah lembah
Mempunyai bentuk butiran yang membundar
2. Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif
secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
Ciri-cirinya :
Endapan berbentuk lensa-lensa
Bentuk butiran halus dan bundar
3. Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan.
Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang
luas tetapi tidak teratur.
Ciri-cirinya :
Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
Terdapat pada lapisan pasir atau lempung
10
dalam matriks kaolin kemudian mengalami erosi membentuk endapan
elluvial placer. Proses erosi berjalan terus yang menyebabkan endapan
ini tertranspor lebih jauh membentuk endapan kolovial placer, kejadian ini
terjadi pada Sunda Land Regolith selama Miosen bawah Pliosen Awal,
tipe tipe endapan ini di Indonesia lebih dikenal dengan endapan timah
kulit.
11
Hidrogeologi, geoteknik
12
Macam macam metode di dalam teknik eksplorasi :
o Metode pemetaan geologi
o Metode geokimia
o Metode geofisika
o Metode pit, trench, strip
o Metode pemetaan tambang
o Metode pemboran
13
perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah
dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan
tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau
prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di
lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan
sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja
Sama.
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat
menghasilkan wilayah sungai besar yang disebut dengan
kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara
kerja penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat
sangat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,
penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam
jumlah besar seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar.
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa
Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor
swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan.
Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari
penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil
berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar
berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah
menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu.
14
produk yang masih mengandung mineral berharga, dan tailingmerupakan
mineral yang tidak berharga.
Proses pemisahan bijih timah dari mineral ikutan yang dilakukan
oleh Tinshed PT. Koba Tin disesuaikan dengan perbedaan sifat-sifat antara
timah dengan mineral ikutannya. Proses ini menggunakan tiga jenis
pemisahan yaitu:
a. Gravity Concentration
Yaitu pemisahan berdasarkan berat jenis. Alat yang
digunakan adalah jig, humprey spiral, shaking table, dan air table.
b. Elektrostatic Concentration
Yaitu pemisahan berdasarkan sifat konduktifitas listriknya.
Alat yang digunakan adalah HTS ( High Tension Separator )
c. Magnetic Separator
Yaitu pemisahan berdasarkan sifat kemagnetiknya. Alat
yang digunakan adalah CBMS ( Cross Belt Magnetic Separator ),
15
dan IRM (Iducation Roll Magnetic).Proses ini bertujuan untuk
memperoleh konsentrat casiterite sebanyak mungkin dengan kadar
timah yang memenuhi persyaratan peleburan 72 %, sehinggah
setelah dikeringkan dapat langsung dikirim ke pusat peleburan,
sedangkan tailingakhir yang sebagian besar terdiri dari mineral-
mineral pengotor langsung distock. Produk middling yang
dihasilkan masih mengandung timah yang cukup tinggi, yaitu
antara 10 30 %. Untuk mendapatkan cassiterite yang terbawa
dalam produk middling tersebut, maka produk ini diproses ulang.
Pada proses ini memakai kombinasi pemisahan secara pemisahan
gaya berat, elektrostatik, dan magnetic akan diperoleh konsentrat
timah dengan kadar 72 % Sn.
a. Ore Bin
16
basah didapatkan kadar air pada setiap drum atau fraksi
keringnya (fraction dry). Kemudian sampel yang telah kering
dibawa ke laboratorium untuk diketahui kadar Sn. Saat ini
kadar yang berasal dari tambang berkisar 20%-30%.Cara
pengambilan sample dapat dilakukan dengan cara :
17
Penimbangan, agar diketahui berapa berat material tiap-tiap
drum.
Penuangan, setelah dilakukan penimbangan, material dituang
ke DC (Dewatering Cone) untuk diproses ke jig.
b. Jig Plant
Jig adalah suatu alat konsentrasi yang melakukan
pemisahan mineral berdasarkan perbedaan spesifik gravity.
Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan suatu lapisan
pemisahan yang disebut ragging yang berat jenisnya lebih rendah
dari pada cassiterite tetapi lebih tinggi dari pada mineral lain
(kwarsamisalnya). Jadi berat jenisnya terletak
diantara cassiterite dan mineral pengotornya.
18
menyebabkan partikel mineral yang memiliki berat jenis
besar akan memiliki kecepatan jatuh yang lebih besar.
Hindered Settling
Hinderet Settling merupakan formasi jatuh atau
pengendapan dari material yang specific gravitasinya besar
dengan ukuran kecil akan sama dengan material
yang specific gravitasinya kecil tapi ukuranya besar.
Consolidation Trackling
Consolidation Trackling merupakan suatu proses
dimana partikel halus menerobos melalui bed pada waktu
akhir pulsion.
Terdiri dari 4 unit jig dan tipe jig tersebut adalah Pan
American. Disini dihasilkan konsentrat hingga 68% Sn.
l Ji g
g
Undersi Ji DC6&7 DC14 DC3
ze30# g Kompartemen Kompartemen B
1 A
Undersi Ji DC6&7 DC14 DC3
ze16# g Kompartemen Kompartemen B
2 A
DC14 Ji DC6&7 DC14 DC1
g HG
3
Oversiz Ji willoughby Ke Kasson Dibua
e ke g ditampung Undersize ke DC3 ng
DC15 4 Oversize ke rodmill
19
DC12DC3
Kadar Mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang
masuk sebagai feed, maka recovery akan semakin tinggi.
Dan makin banyak kadar mineral pengganggu yang masuk
20
sebagai feed pemisahan semakin sulit, berarti
perolehan recovery akan rendah.
21
Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air
yang mengalir di atas lapisan bed. Kecepatan aliran
horizontal yang terlalu besar, mineral berat yang
berukuran halus akan ikut terbuang sebagai tailing.
Sedangkan kecepatan aliran horizontal yang lebih kecil
dari kecepatan pengendapan mineral ringan, maka akan
mengendap diatas permukaan jig bed sehingga akan
menggangu proses jig.
22
tersusun dari mineral hematiteyang berat jenisnya
antara 4,5 -5,5 dengan kekerasan 6 menurut
skala Mosh.
b. Ukuran butir tertentu dengan tujuan agar dapat
terangkat lebih tinggi dari pada mineral berat dan
disamping itu untuk memperoleh besarnya celah-
celah yang diinginkan. Variasi ukuran butir dan
ketebalan jig bedtergantung pada ukuran jumlah
mineral-mineral berharga yang diinginkan
seperti kasiterit, ilmenit, monazite dan zircon. Maka
seragam ukuran butir (bulat) dan makin besar
ukuran jig bed maka recovery semakin besar.
23
Underwater dikatakan kurang apabila jig bed tidak
terendap air sepenuhnya yang ditandai dengan adanya
gelembung-gelembung udara diatas permukaan jig bed,
dimana suction lebih besar dibandingkan
dengan pulsion sehingga konsentrat yang dihasilkan akan
kotor. Begitu pula jika underwater berlebihan maka akan
menyebabkan kecepatan aliran horizontal sangat deras
sehingga mineral berat yang berukuran halus akan ikut
terbawa aliran air, dimana pulsion lebih besar dibanding
dengan suction sehingga recovery akan rendah, walaupun
kadar konsentrat yang dihasilkan tinggi.
Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi
sebagai tempat keluarnya konsentrat hasil pemisahan.
Besarnya ukuran lubang spigot ini akan
mempengaruhi volume air yang terdapat dalam tangki jig.
Apabila ukuran lubang spigot terlalu besar, maka volume
air yang keluar melalui lubang spigot akan menjadi besar.
Hal ini akan mengakibatkan tangki jigmenjadi
kosong, dan jig akan mengalami kekurangan air. Untuk
menjaga keseimbangan air didalam jig, maka ukuran
lubang spigot diusahakan sekecil mungkin. Hali ini
bertujuan agar pada proses pemisahan berikutnya tidak
terjadi kelebihan air dan pemakaian air tambahan dapat
terjaga.
24
Penyebaran feed yang tidak merata mengakibatkan
terjadinya penumpukan dan kelebihan beban yang terlalu
besar yang diterima oleh permukaan jig. Feed yang
terlalu kental akan menyebabkan penumpukan dan
kecepatan aliran kecil, sebaliknya feed yang terlalu encer
akan menyebabkan kecepatan aliran yang besar sehingga
banyak mineral berharga yang hilang sebagai tailing.
6. Motor Jig
Motor jig merupakan motor penggerak stroke yang
menyebabkan terjadinya pulsion dan suction pada proses
pemisahan. Penentuan daya atau HP motor yang
digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada
saat pulsion, jumlah putaran gear box dan panjang pukul
motor yang digunakan.
7. Jig Screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari
kawat (ketebalan kawat 1,5 mm) yang dipasang
diantara rooster bawah dan rooster atas. Posisi
pemasangan jig screen berpengaruh terhadap jumlah dan
luas lubang bukaan jig screen tersebut.
25
9. Kemiringan Jig
Kemiringan jig biasanya sudah ditetapkan sesuai
dengan disain yaitu berkisar 5 sampai 150. Jig yang
terlalu miring mengakibatkan aliran air terlalu cepat
dan casiterite sukar mengendap, terlalu datar juga
menyebabkan umpan terlampau banyak terteumpuk
diatas jig dan kuarsa lambat mengalir ke tailing.
c. Humprey Spiral
Spiral yang digunakan ada 3 macam, yaitu High
Grade (HG), Low Grade (LG) 1 danLow Grade 2.
HG
DC3 LG 1 DC2 LG2
(sirkulasi)
Tailing LG2
LG 2 DC2 Dibuang
LG1 (sirkulasi)
26
Gaya-gaya yang berpengaruh dalam proses ini adalah gaya
dorong air, gaya gesek, gaya gravitasi dan gaya sentrifugal.
Bentuk alatnya berupa lounder yang melingkar membentuk spiral,
makin panjang lounder maka konsentrat yang dihasilkan akan
semakin tinggi kadarnya.Terjadinya pemisahan di dalam humprey
spiral sebagai berikut :
1. Feed dimasukkan ke dalam feed tank
2. Melalui pompa, feed dihisap masuk ke dalam cyclone.
3. Di dalam cyclone cairan dengan yang kental dipisahkan,
selanjutnya yang encer dialirkan ke atas ke
dalam lounder sebagai wash water, sedang pulp yang kental
melalui lounder dialirkan ke atas menuju feed box sebagai
umpan.
4. Karena bentuk lounder ini melingkar seperti spiral dari atas ke
bawah, maka terjadi gerak arus sentrifugal, sehingga material
yang ringan sebagai tailingakan terletak dibagian luar..
5. Mineral-mineral berat akan mengalir terus dan masuk ke
dalam portpenampungan konsentrat yang dihasilkan.
Pada port dipasang splitter yang berfungsi untuk memisahkan
material berupa konsentrat, middling dan tailing.
27
Gaya ini arahnya ke bagian luar dari suatu area yang
berputar, sehingga akan memberikan pengaruh-pengaruh
kepada mineral ringan untuk terlempar ke luar dan terkumpul
sebagai tailing.
f. Feed box
Feed box merupakan tempat feed atau umpan yang akan di
konsentrasi.
g. Riffle
Riffle berfungsi untuk merubah aliran turbulen menjadi
aliran laminer, sehingga terjadi pemisahan di dalam lounder.
d. Shaking Table
Shaking Table (ST) yang digunakan ada 7 unit, yaitu ST1,
ST2, ST3, ST4, ST5, ST6 dan ST7
28
at
DC2 1 DC11 ST4 & ST5 DC1
DC2 2 DC11 ST4 & ST5 DC1
DC2 3 DC11 ST4 & ST5 DC1
Mid 1,2,3 4 DC11 DC 8 & 9 DC 8 & 9
Mid 1,2,3 5 DC11 DC 8 & 9 DC 8 & 9
DC11 ke 6 (material DC 6 & 7 DC11 DC11
Willoughby kasar)
DC11 ke 7 (material DC 6 & 7 DC11 DC11
Willoughby halus)
Tabel 3. ProsesShaking Table
2. Proses Kering
Prinsipnya, proses kering ini dilakukan untuk mengambil
timah yang masih tersisa dalam material karena belum terambil
pada proses sebelumnya dan membuang mineral pengotor
berdasarkan sifat fisik material-material tersebut,
seperti monazite dan ilmenite.
29
Pada proses ini terdiri dari dua tingkat pengeringan. Proses
ini berfungsi mengubah konsentrat basah menjadi kering. Terdiri
dari 2 cone filter & 2 rotary dryer untuk DC 8 & 9, 2 cone filter &
2 rotary dryer untuk DC 6 & 7.
Tabel 4. Proses Filtering dan Drying
30
High Tension Separator, memisahkan mineral berdasarkan
daya hantar listriknya, sehingga akan terpisah mineral konduktor
(cassiterite dan ilmenite) dengan mineral non konduktor
(Monazite, Zircon, Kwarsa dan Xenotime).
31
dan terpisah dari mineral konduktornya menuju tenpat
penampungan monazite yang mengandung 0,4% cassiterite.
Untuk mineral yang bersifat semi konduktor akan terpisah
diantara penampungan mineral konduktor dan non konduktor.
Mineralmiddling ini akan diolah kembali sebagai feed dalam
proses konsentrasi pada Air Table.HTS yang digunakan sebanyak
6 unit. HTS 1-4 untuk melayani material dari DC 8 & 9, HTS 5-6
untuk melayani material dari DC 6 & 7.
c. Air Table
Air Table berfungsi untuk memisahkan mineral berat
(cassiterite) dan mineral ringan (ilmenite) yang
berupa middling dari produk High Tension Separator dan produk
hasil pengeringan dari rotary dryer.
Proses pemisahan yang terjadi pada air tabel karena adanya
sentakan meja yang ditimbulkan oleh head motion dan adanya
bantuan hembusan angin, maka material akan terpisah
berdasarkan perbedaan berat jenisnya.
32
Tabel 6. Proses Air Table
33
Mineral dengan berat jenis tinggi akan bergerak ke
zona konsentrat.
Mineral dengan berat jenis rendah akan bergerak ke
zona middling dan tailing
Air table yang digunakan terdiri dari 5 unit, yaitu AT 1, 2, 3, 4, 5
d. Magnetic Separator
Magnetic Separator yang digunakan pada TinShed terdiri
dari 2 jenis, yaitu Cross Belt Magnetic Separator(CBMS)
dan Induced Roll Magnetic (IRM).
35
Adapun Syarat Penjualan yang digunakan untuk Timah Putih,
adalah sebagai berikut ;
36
untuk membuat timah solder dan. Paduan timah dan niobium digunakan
untuk membuat kawat superkonduktif. Jenis logam, logam melebur, bel
logam dan logam Babbitt adalah contoh lain dari paduan timah.
Garam timah dapat disemprotkan ke kaca untuk membuat lapisan
elektrik konduktif. Ini kemudian dapat digunakan untuk membuat
pencahayaan panel dan kaca depan frost-free. Fluoride stannous (SnF 2)
digunakan dalam beberapa jenis pasta gigi. Berikut beberapa manfaat
timah dalam kehidupan sehari-hari;
Untuk membuat kaleng (tim plate) berbagai macam produk,
melapisi kaleng yang tebuat dari besi yang akan melindungi besi
dari perkaratan,
bahan baku logam pelapis,
solder(52%),
industri plating (16%),
bahan dasar kimia (13%)
kuningan & perunggu (5,5%)
industri gelas (2%)
dan berbagai macam aplikasi lain (11%).
1. Plating
37
Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain
seperti seng, timbale dan baja dengan tujuan agar tahan terhadap
korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk melapisi kaleng
kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat dari logam.
2. Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K.
Superkonduktor dari timah merupakan superkonduktor pertama
yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh superkonduktor
timah yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.
3. Solder
Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai
dalam bentuk solder merupakan campuran antara 5-70% timah
dengan timbale akan tetapi campuran 63% timah dan 37% timbale
merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak
digunakan untuk menyambung pipa atau alat elektronik.
38
Secara stratigrafi, Endapan Timah di PT. Koba Tin yang berada di
Pulau Bangka disusun oleh urutan satuan batuan sebagai berikut:
1. Formasi Alluvium.
Formasi ini terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir,
lempung, lumpur dan gambut. Pada bagian selatan Pulau Bangka,
formasi ini terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai. U Koko
(1984) mengemukakan salah satu bagian dari formasi alluvium ini
adalah gravel yang kaya akan timah dengan ketebalan mencapai 2
meter, bentuk butir menyudut tanggung, mengandung fosil kayu, fosil
buah-buahan dan fosil cangkang. Formasi ini diperkirakan berumur
Tersier Atas sampai Kuarter.
2. Formasi Ranggam.
Formasi ini terdapat secara terpisah pada bagian utara dan
selatan Pulau Bangka. Pada bagian utara, Formasi Ranggam
merupakan perselingan batupasir, batulempung dan batulempung tufan
dengan sisipan tipis batu lanau dan bahan organik; berlapis baik,
struktur sedimen berupa perairan sejajar dan perlapisan silang-siur,
tebal 150 m. Fosil yang dijumpai antara lain
moluska, Amonia sp., Quinqueloculina sp., dan Trilocullina sp., dan
menunjukkan umur relatif tidak tua dari Miosen Akhir.
Semetara itu, di bagian selatan Pulau Bangka, formasi ini
terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat.
Batupasir berwarna putih kotor, berbutir halus kasar, menyudut-
membundar tanggung, mudah diremas, berlapis baik, struktur sedimen
pada batupasir silang-siur, perairan sejajar dan perlapisan bersusun,
ditemukan lensa-lensa batubara dengan tebal 0,5 m dan mengandung
sisa-sisa tumbuhan dan gambut. Di Desa Nibung ditemukan fosil
vertebrata (Stegodon) terdapat dalam konglomerat.
Dalam batupasir ditemukan fosil moluska terdiri
dari Tuaritella terebra (Limonaceous), Olivia
tricineta Mart, Cypraea sonderava Mart, Arca corneaReeva, tapes
minosa Phil, dan Venus squamosa Lam, sedangkan fosil foraminifera
bentos antara lain Celanthus craticulatus,
39
Amonia sp., Brizalina sp., Quinqueloculina sp., dan Triloculina sp.
Berdasarkan fosil-fosil tersebut Formasi Ranggam diduga
berumur Miosen Akhir-Plistosen Awal dan terendapkan di lingkungan
fluvial. Tebal formasi ini kira-kira 150 m (Cobbing, 1984).
40
berukuran sedang-kasar, fenokris felspar panjangnya mencapai 4 cm
dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit berwarna putih kotor,
berbintik hitam. Granit genesan berwarna kelabu dan berstruktur
perdaunan. Nama satuan ini berasal dari lokasi tipenya di Teluk Klabat,
Bangka Utara. Umur satuan Granit ini adalah Trias Akhir-Yura Awal
dan menerobos Formasi Tanjung Genting dan Kompleks Malihan
Pemali.
41
Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas tinggi dan kadar timbal
(Pb) yang rendah maka harus dilakukan pemurnian dengan menggunakan
crystallizer dan electrolytic refining.
Dalam proses peleburan, perusahaan mengoperasikan 12 tanur,
dimana 1 tanur berada di daerah Kundur, Kepri dan 11 tanur berada di
daerah Mentok, Bangka. Produk akhir yang dihasilkan berupa logam
timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat berkisar antara
16 kg sampai dengan 30 kg per batang. Selain itu logam timah juga dapat
dibentuk sesuai dengan permintaan pelanggan (customize form) dan
mempunyai merek dagang yang terdaftar di Bursa Logam London (LME).
Berikut Beberapa data Statistik pengolahan timah pada beberapa
tahun terakhir.
2. D
a
t
a
42
3. Data Penggunaan Bijih timah dan Bahan-bahan Pembantu
Peleburan (Data Peleburan)
43
44
45
4. Data Penggunaan Bijih timah dan Bahan-bahan Pembantu
Pemurnian (Data Pemurnian)
46
II.11 Produksi, Komsumsi dan Prediksi/prospek masa depan.
47
pelat timah, serta pembeli pedagang besar (trader). Produk timah putih
dari Indonesia mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar
internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London
(London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis
certificate) yang berstandar internasional dan berpedoman kepada standar
produk yang ditetapkan oleh LME, sehingga dapat diperdagangkan
sebagai komoditas di pasar bursalogam (http://timah.com).
Gambar11.Grafikproduksidankonsumsitimahputihdunia
(Adnan,2006)
48
Gambar12.Grafikpeningkatankonsumsitimahputih(Bishop danKettle,2006).
Gambar13.Grafikperkembanganhargatimahputihdibursa
London(LondonMetalExchange,2008)
49
eksplorasi sampai pemasaran (Gambar 14), masih berlangsung intensif,
meskipun kegiatan usaha tersebut telah berlangsung cukup lama di
Indonesia. Pertambangan timah masih memerlukan kegiatan eksplorasi
untuk penemuan cadangan baru, khususnya endapan lepas pantai.
Sumber daya dan cadangan yang telah terungkap belum mewakili
keseluruhan endapan lepas pantaiterutama yang berada pada kedalaman >
50 meter, serta potensi kadar rendah yang sehubungan dengan kenaikan
harga yang tinggi menjadi berpotensi ekonomi.
Gambar14.Baganalirkegiatanusahapertambangantimah putihPT.Timah(http://timah.com)
50
memberikan dampak kenaikan harga yang sigifikan dan cenderung
masih terus meningkat.
Tabel1.Produksitimahputihduniatahun2005(Adnan,2006)
Produksi
Negara
(ton/tahun)
Indonesia 120.000
China 119.500
Peru 42.100
Bolivia 18.500
Brazil 12.600
Rusia 5.100
Vietnam 3.500
Malaysia 3.000
Lain-lain 6.000
Tabel2.Produksismelterduniatahun2005(Adnan2006)
Produksi
Smelter Asal
(ton)
MSCGroup Malaysia
& & 58.300
PTKoba Indonesia
YunnanTin China 42.700
PTTimah Indonesia 40.100
Minsur Peru 38.200
Thaisarco Thailand 31.500
YunnanChengfeng China 12.600
CMColquiri Bolivia 11.800
51
IjuzhouChinaTin China 11.400
GejuiZi-Li China 10.400
52
lautdalam tersebut. Sumber daya pada daerah dangkal dapat digunakan
untuk pertambangan sekala yang lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
53
Ima. 1991.Pengantar Pertambangan Indonesia. Jakarta :Penerbit Pusat dan
Informasi Ilmiah
54