Anda di halaman 1dari 54

TUGAS I

PEMANFAATAN SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

PT. KOBA TIN TIMAH BANGKA BELITUNG

Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah Pemanfaatan Sumber Daya Mineral Dan
Energi Pada Jurusan Teknik Pertambangan

Universitas Sriwijaya

Oleh :

KELOMPOK 6

HERMAN (03021181419030)
DONI PRANATA (03021281419084)
EDO WIJAYA (03021281419188)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN (KAMPUS INDRALAYA)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017/2018

1
BAB I

ISI

II.1 Keadaan Umum (Sejarah Perusahaan)


Aktivitas penambangan timah di Indonesia telah berlangsung lebih
dari 200 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan
timah ini, tersebar dalam bentangan wilayah sejauh lebih dari 800
kilometer, yang disebut The Indonesian Tin Belt. Bentangan ini
merupakan bagian dari The Southeast Asia Tin Belt, membujur sejauh
kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia ke arah Thailand, Semenanjung
Malaysia hingga Indonesia. Di Indonesia sendiri, wilayah cadangan timah
mencakup Pulau Karimun, Kundur, Singkep, dan sebagian di daratan
Sumatera (Bangkinang) di utara terus ke arah selatan yaitu Pulau Bangka,
Belitung, dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan.
Penambangan di Bangka, misalnya, telah dimulai pada tahun 1711, di
Singkep pada tahun 1812, dan di Belitung sejak 1852. Namun, aktivitas
penambangan timah lebih banyak dilakukan di Pulau Bangka, Belitung,
dan Singkep (PT Timah, 2006). Kegiatan penambangan timah di pulau-
pulau ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda hingga
sekarang. Dari sejumlah pulau penghasil timah itu, Pulau Bangka
merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Pulau Bangka
yang luasnya mencapai 1.294.050 ha, seluas 27,56 persen daratan
pulaunya merupakan area Kuasa Penambangan (KP) timah. Area
penambangan terbesar di pulau ini dikuasai oleh PT Tambang Timah, yang
merupakan anak perusahaan PT Timah Tbk. Mereka menguasai area KP
seluas 321.577 ha. Sedangkan PT Kobatin, sebuah perusahaan kongsi yang
sebanyak 25 persen sahamnya dikuasai PT Timah dan 75 persen lainnya
milik Malaysia Smelting Corporation, menguasai area KP seluas 35.063 ha
(Bappeda Bangka, 2000). Selain itu terdapat sejumlah smelter swasta lain
dan para penambang tradisional yang sering disebut tambang
inkonvensional ( TI ) yang menambang tersebar di darat dan laut Babel.
Permasalahan Penambangan timah yang telah berlangsung ratusan tahun

2
itu belum mampu melahirkan kesejahteraan bagi rakyat. Padahal,
cadangan timah yang ada kian menipis pula.
Tak heran, jika kemudian pertambangan timah di Bangka Belitung
membawa dampak sosial berupa masalah kemiskinan dan kecemburuan
sosial di sekitar wilayah pertambangan. Hal krusial yang memantik
masalah itu muncul karena potensi timah yang berlimpah itu belum diatur
secara optimal. Sehingga pendapatan berlimpah dari aktivitas
penambangan pada akhirnya belum mampu mendukung bagi terwujudnya
kemakmuran rakyatnya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya
penyelundupan timah yang dilakukan melalui aktivitas penambangan
illegal. Pemberian ijin tambang inkonvesional (TI) di Bangka Belitung
telah mengurangi pendapatan negara dan daerah akibat terjadinya
penyeludupan, serta mengancam terkurasnya ketersediaan cadangan timah
di Bangka Belitung. Pemberian izin TI mungkin mendukung usaha
pertambangan PT Timah sebagai BUMN dan PT Kobatin, sebab kedua
perusahaan tersebut tidak perlu membuka area penambangan baru.
Namun, keberadaan TI ini pada akhirnya justru memperburuk ketersediaan
logam timah di Bangka Belitung dan membuat rusak lingkungan wilayah
Bangka Belitung karena penambangan dilakukan di semua tempat.
Mestinya, pemerintah pusat dan daerah serta BUMN di bidang
pertambangan timah berperan lebih besar agar hasil penambangan
seluruhnya masuk ke kas negara.
PT. Koba Tin adalah perusahaan penambangan timah yang
beroperasi di Bangka Belitung, khususnya di Kabupaten Bangka Tengah.
PT. Koba Tin itu sendiri merupakan perusahaan patungan antara
pemerintah yang di wakili oleh PT. Timah (Persero) dengan Negara
Australia yang diwakili oleh Kayuara Mining corporationPty. LTd (KMC)
yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Resion Goldfields
Consolidated (RGC). Namum pada awal tahun 2002 pihak Malaysia
melalui MSC (Malaysia Smelter Corporation) telah mengambil alih saham
dari KMC tersebut sampai dengan akhir kontrak tahun 2013.
Kontrak Karya PT. Koba Tin pertama kali disetujui pada tanggal 16
Oktober 1971 melalui Keppres B/12/Pres./1971. Saat itu luas kontraknya

3
113.000 Ha. Pada saat itu eksplorasi dilakukan selama 2 tahun dan pada
tahun 1973 siap untuk dieksploitasi. Kini luas wilayah kontraknya
dipersempit hingga 41.680,3 Ha (5 % dari luas Kepulauan Bangka).
Wilayah penambangan PT Koba Tin yang saat ini beroperasi
adalah Tambang Merbuk/Nibung, Kenari, Bemban, dan Air Kepuh.
Adapun metode penambangan timah yang digunakan oleh PT. Koba Tin
yaitu Tambang Semprot (gravel pump).Cara ini menggunakan
alat monitor, bulldozer dan pompa tanah. Bulldozer berfungsi untuk
mendorong lapisan timah yang kemudian dihancurkan monitor sampai
terbentukslurry yang dialirkan ke sump (sumuran), lalu dihisap oleh
pompa tanah ( gravel pump) dan dialirkan ke tempat konsentrasi dengan
bantuan pipa. Kombinasi antara monitor,pompa tanah dan bulldozer dapat
memindahkan tanah bertimah yang ditambang rata-rata sebesar 55.000
m/bulan.
Wilayah penambangan PT. Koba Tin yang saat ini adalah Tambang
Pungguk, Kenari, Bemban, dan Air Kepuh. Adapun sistem penambangan
yang digunakan oleh PT. Koba Tin yaitu tambang semprot (Gravel pump)
dan Kapal Keruk (dredge ).
Pada saat melakukan pengamatan kegiatan penambangan di PT.
Koba Tin wilayah pertambangan yang sedang beroperasi meliputi :
Tambang Semprot yaitu:
o Gravel pump Kenari,
o Gravel pump Air Kepuh 3
o Gravel pump Air Kepuh 4
o Gravel pump Bemban North
Kapal Keruk Bemban
TRP ( Tailing Retreatment Plant )
Untuk pengupasan lapisan tanah penutup, dilakukan dengan
membuat pit (open pit) dan dilakukan back filling, dimana lapisan tanah
penutup dibuang ke daerah bekas tambang. Sehingga untuk kolong yang
ditinggalkan hanya pada tambang terakhir, sehingga untuk reklamasi dan
rehabilitasi bekas tambang lebih sedikit.

II.2 Ganesa (Cara Terjadinya Endapan)


Terbentuknya mineralcasiterite erat hubungannya dengan aktivitas
magma. Aktivitas magmatis Permo-carbon sampai dengan Kapur di
Sumatera menyambung ke Malaysia dan Birma. Mineralisasi timah di

4
jalur timah terjadi mulai Trias Atas-Awal Kapur. Aktivitas magma
pembawa logam dasar mulai dari Permo-Karbon. Kandungan logam
tersebut diperkaya oleh aktivitas magma Jura, Kapur dan Tersier.
Hubungan timah dan granit mempunyai pengertian bahwa
kehadiran timah (cassiterite ) berhubungan dengan granit. Berawal pada
tahun 1885 oleh M Von Micluco Moclay yang diperkuat oleh Beck tahun
1900, dengan penelitiannya bahwa timah di Bangka-Belitung berhubungan
dengan granit setempat.
Genesa pembentukan dari timah itu sendiri berawal dari
pembentukan batuan dari proses awal sampai terbentuknya batuan. Batuan
plutonik yang bersuhu sangat tinggi menerobos batuan yang ada
disekitarnya sehingga terbentuk proses metamorfosis yang luas.
Menurut Daubree, endapan timah primer terbentuk dari
proses pneumatolitis. Pada proses ini mineral timah ditransportasi dari
magma chamber sebagai gas Tin-chloride (SnCl4) atau Tin-flouride (SnF4)
yang kemudian bereaksi dengan air membentuk Tin-oxide (SnO2 )
atau casiterite dan asam klorida atau asam flourida seperti reaksi
sebagai berikut :
SnCl4(g) + 2H2O(l) -------------------- SnO2(s) + HCl(g)
SnF4(g) + 2H2O(l) ---------------------- SnO2(s) + 4HF(g)
Dari reaksi di atas dapat dilihat bahwa pada proses ini akan
terbentukcasiterite sebagai padatan dan asam chloride atau
asam fluoride sebagai gas. Secara regional mineralisasi timah di Indonesia
dan Malaysia terikat pada sabuk granit(granite belt) Asia Tenggara yang
memanjang dari Yunan (China) melalui Myanmar, Thailand, Semenanjung
Melayu sampai pada kepulauan Indonesia. Dari gambar 2.2. dapat kita
lihat bahwa Pulau Bangka termasuk bagian tengah dari Tin Mayor South
East Asian Tin Belt

5
Gambar 2.2.Tin Mayor South East Asian Granite Belt

Tin Mayor South East Asian Tin Belt, dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sabuk Timah Bagian Barat (Western Range)
Pada western range, terdapat 2 jenis granit yaitu tipe I
dan tipe S. Granit ini umumnya mempunyai butir granular
walaupun kadang ditemukan juga megakristal hornblend.
Sebagian besar granit mempunyai tipe I, namun demikian beberapa
granit tipe S juga dijumpai.
2. Sabuk Timah Bagian Tengah ( Main Range)
Granit tipe main range , umumnya mempunyai ciri-ciri :
megakristal (terutama K-Feldspar) dan terjadi mineralisasi timah
serta mineral asosiasinya seperti monasit dan wolframit. Granit ini
umumnya terdiri atas granit biotit dan granit muskovit yang
semuanya merupakan tipe S, diperkirakan umurnya Trias.

6
Gambar 2.3. Skema Rekonstruksi Sabuk Timah

3. Sabuk Timah Bagian Timur (Eastern Range)


Granit tipe eastern range, mempunyai komposisi
bervariasi dari diorite, gabro, monzogabro, dan granit. Pada granit
ini umumnya ditemukan megakristalhornblend. Granit yang
dijumpai adalah tipe I. Umurnya diperkirakan Permo-Trias.
Endapan timah sekunder terbentuk oleh proses pelapukan, erosi,
transportasi dan pengendapan kembali disuatu tempat dan erat
kaitannya dengan proses sedimentasi.
Terdapat 3 (tiga) kategori endapan placer timah ( timah
sekunder ) di pulau Bangka yang dibedakan berdasarkan letaknya
dari permukaan yaitu : konsentrasi residual eluvial pada lereng-
lereng sungai dan lembah ( kulit ), placer para-alochton ( kaksa )
yang langsung menutupi batuan induk termineralisasi dan
alluvial alochton ( mincan ) yang membentuk lapisan dalam
sedimen pengisi lembah-lembah. Endapan pertama dan kedua
berhubungan langsung dengan mineralisasi primer yang berasosiasi
dengan terobosan granit, sementara kategori ketiga merupakan
hasil rombakan dari batuan induk dan mineralisasi primer. Batuan
yang merupakan sumber bahan galian timah adalah batuan dasar
granit berumur Trias hingga batuan sedimen karbonan
berumur Perm, dan juga batuan sedimen berumur Tersier.
Bahkan sekuen batuan sedimen di bagian tenggara Bangka
didominasi oleh Kelompok Ranggam dengan kandungan timah
alluvial yang berasal dari hasil erosi terobosan granit tipe S

7
berumur Jura. Sumber daya dan cadangan bijih timah berasal dari
endapan placer yang tersebar di darat dalam wilayah Kontrak
Karya Pertambangan PT. Koba Tin, dengan mineral
utama casiterite dan mineral-mineral ikutan terdiri dari : monazit,
xenotim, ilmenit, turmalin, zirkon dan kuarsa.

II.3 Mineral Komersial (Komposisi)


Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi, akan tetapi
diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral
cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah
SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji
timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah
kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral
kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks dari timbale-timah-besi-
antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya ditemukan
bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak.
Mayoritas timah saat ini digunakan untuk membuat patri solder. Patri
solder adalah campuran timah dan timbal yang digunakan untuk
menyambungkan pipa dan membuat sirkuit elektronik. Timah juga
digunakan sebagai pelapis untuk melindungi logam lainnya seperti timbal,
seng, dan baja dari korosi. Aplikasi lain untuk timah termasuk paduan
logam seperti perunggu dan timah, produksi kaca menggunakan proses
Pilkington, tempat pasta gigi, dan dalam pembuatan tekstil.
Timah terjadi pada butir logam asli tapi sebagian besar sebagai
oksida Stannic, SnO2, di kasiterit mineral, satu-satunya mineral timah
signifikan yang komersial. Logam ini diperoleh dari kasiterit dengan
reduksi (pengangkatan oksigen) dengan batu bara atau coke dalam tungku
peleburan. Tidak ada persediaan timah yang bermutu tinggi yang
diketahui. Sumber utama adalah endapan aluvial, rata-rata sekitar 0,01
persen timah. Jenis mineral yang memiliki kandungan unsur Timah :
1. Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus SnO 2.
Berbentuk kristal dengan banyak permukaan mengkilap sehingga

8
tampak seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak
translusen. Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan
logam timah yang utama dan biasanya terdapat dialam di alluvial atau
aluvium
2. Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi dan timah.
Rumus kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan salah satu mineral
yang dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung sekitar
28% timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite
berwarna biru hingga abu-abu.
3. Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang mengandung timah,
timbal, antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb 2Sn4FeSb2S14.
Cylindrite membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya
berbentuk silinder atau tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan
dari lembaran kristal ini. Warna cylindrite adalah abu-abu metalik
dengan spesifik gravity 5,4. Pertama kali ditemukan di Bolivia pada
tahun 1893.
II.4 Karakteristik Endapan (Sifat Fisik & Kimia)
Sumber timah yang terbesar yaitu sebesar 80% berasal dari
endapan timah sekunder (alluvial) yang terdapat di alur-alur sungai, di
darat (termasuk pulau-pulau timah), dan di lepas pantai. Endapan timah
sekunder berasal dari endapan timah primer yang mengalami pelapukan
yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi
secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya.
Endapan alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh
air pada umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya endapan bijih
timah sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Endapan Elluvial
Endapan elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan
samping dan perpindahan mineral kasiterit (Sn02) secara vertikal
sehingga terjadi konsentrasi residual.
Ciri-ciri endapan elluvial adalah sebagai berikut :
Terdapat dekat sekali dengan sumbernya

9
Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
Ukuran butir agak besar dan angular
2. Endapan Kollovial
Endapan bijih timah yang terjadi akibat peluncuran hasil pelapukan
endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan terhenti pada suatu
gradien yang agak mendatar diikuiti dengan pemilahan
Ciri-cirinya :
Butiran agak besar dengan sudut runcing
Biasanya terletak pada lereng suatu lembah
1. Endapan Alluvial
Endapan bijih yang terjadi akibat proses transportasi sungai,
dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar
diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral
yang berukuran lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya.
Ciri-cirinya :
Terdapat di daerah lembah
Mempunyai bentuk butiran yang membundar
2. Endapan Miencan
Endapan bijih timah yang terjadi akibat pengendapan yang selektif
secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
Ciri-cirinya :
Endapan berbentuk lensa-lensa
Bentuk butiran halus dan bundar
3. Endapan Disseminated
Endapan bijih timah yang terjadi akibat transportasi oleh air hujan.
Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan penyebaran yang
luas tetapi tidak teratur.
Ciri-cirinya :
Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
Terdapat pada lapisan pasir atau lempung

Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer


yang mempunyai nilai ekonomis. Batchelor (1973) mengemukakan
tentang evolusi Sunda land Tin Placer yaitu pembentukan endapan timah
placer terjadi dalam kurun waktu yang lama sejak kala Miosen Tengah
dengan ditandai mineralisasi primer tersingkap dengan skala yang besar.
Tubuh pluton granit ini mengalami pelapukan laterit dalam (deep laterite
weathering) yang mengakibatkan komposisi kandungan mineral yang
tidak resisten lapuk meningalkan mineral-mineral berat termasuk kasiterit

10
dalam matriks kaolin kemudian mengalami erosi membentuk endapan
elluvial placer. Proses erosi berjalan terus yang menyebabkan endapan
ini tertranspor lebih jauh membentuk endapan kolovial placer, kejadian ini
terjadi pada Sunda Land Regolith selama Miosen bawah Pliosen Awal,
tipe tipe endapan ini di Indonesia lebih dikenal dengan endapan timah
kulit.

II.5 Penambangan (Metode penambangan & Tahapannya)


Proses Penambangan pada PT. Koba Tin ini terbagi menjadi
beberapa thap yakni Tahap Eksplorasi dan Operasi Penambangannya
sendiri.
1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah segala kegiatan sebelum aktivitas penambangan
yang dikhususkan untuk mengetahui, memperkirakan, dan
mendapatkan ukuran, bentuk, posisi, kadar rata rata serta jumlah
cadangan suatu endapan mineral agar dapat menentukan kualitas dan
kwantitas dari suatu endapan tersebut diperuntukkan mengetahui nilai
ekonomisnya. Kegiatan eksplorasi ini perlu dilakukan sebelum
kegiatan penambangan karena menghindari resiko kerugian yang akan
ditanggung perusahaan.
Seluruh kegiatan eksplorasi pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan potensi sumber daya mineral (resources) yang terdapat
dibumi menjadi cadangan terukur yang siap untuk di tambang
(miniable reserve). Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk
mencari dimana keterdapatan suatu endapan mineral, menghitung
berapa banyak dan bagaimana kondisinya, serta ikut memikirkan
bagaimana sistempendayagunaannya. Kajian ekonomi pada kegiatan
eksplorasi ini perlu dilakukan terutama pada :
Tahap menuju eksplorasi rinci (analisis ekonomi eksplorasi)
Tahap sebelum penambangan (analisis ekonomi endapan)
Mineral / studi kelayakan, (ekonomi makro)

Beberapa ilmu penunjang yang mendukung kegiatan eksplorasi ini


antara lain :
Geologi, mineral, genesa bahan galian
Teknik eksplorasi, geofisika, geokimia
Analisis cadangan, geostatistik

11
Hidrogeologi, geoteknik

Ekonomi endapan mineral Secara umum aliran kegiatan/eksplorasi


endapan bahan galian dimulai dengan kegiatan prospeksi atau
eksplorasi pendahuluan yang meliputi kegiatan persiapan di kantor
(kompilasi foto udara, citra landast, GIS, peta-peta yang sudah ada,
atau laporan yang tersedia) sampai kepada survei geologi awal yang
terdiri dari peninjauan lapangan, pemetaan geologi regional,
pengambilan contoh (scout sampling) serta memetakan mineralisasi
endapan untuk mengetahui apakah kegiatan eksplorasi ini bisa
dilanjutkan atau tidak.
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan eksplorasi detail (rinci)
yang meliputi pemetaan geologi rinci serta pengambilan contoh
dengan jarak yang relatif rapat sesuai dengan sifat endapan bahan
galian termaksud. Contoh-contoh yang diperoleh kemudian dianalisis
di laboratorium untuk ditentukan kadar, sifat fisik lain yang menunjang
kegiatan penambangan. Perhitungan cadangan dilakukan dengan
berbagai metode perhitungan yang sesuai untuk jenis endapan tertentu,
antara lain dengan cara area of influence, triagular grouping,cara
penampang, cara block system dan lain sebagainya. Secara
konvensional sampai kepada cara geostatistik (kriging). Kegiatan
eksplorasi diawali dengan melakukan studi pendahuluan, berupa studi
literatur tentang genesa timah, keterdapatan, studi fisiografis, lithologi
dan stratigrafi daerah eksplorasi. Studi ini juga dilakukan tinjauan
kembali terhadap data pemboran yang telah dilakukan. Kemudian
dilakukan penetapan wilayah studi dan dibuat suatu program
pemboran.
Eksplorasi merupakan salah satu kegiatan untuk mengetahui :
o Kadar ( %, gram/ton, kg/m, kalori )
o Bentuk endapan
o Kedalaman endapan
o Penyebaran ( lateral, vertikal )
o Posisi endapan ( miring, datar, vertikal )
o Sifat-sifat fisik endapan ( lunak, keras )
o Sifat-sifat batuan samping
o Jumlah cadangan

12
Macam macam metode di dalam teknik eksplorasi :
o Metode pemetaan geologi
o Metode geokimia
o Metode geofisika
o Metode pit, trench, strip
o Metode pemetaan tambang
o Metode pemboran

2. Operasional Penambangan (Ekploitasi)


Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan
yang dikenal di Bangka Belitung :
a. Penambangan Lepas Pantai
Penambangan Timah Lepas Pantai (laut lepas). Pada
kegiatan penambangan lepas pantai, perusahaan mengoperasikan
armada kapal keruk untuk operasi produksididaerah lepas pantai
(off shore). Armada kapal keruk mempunyai kapasitas mangkok
(bucket) mulai dari ukuran 7 cuft sampai dengan 24 cuft. Kapal
keruk dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50
meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari
3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Setiap kapal keruk
dioperasikan oleh karyawan yang berjumlah lebih dari 100
karyawan yang waktu bekerjanya terbagi atas 3 kelompok dalam
24 jam sepanjang tahun.
Hasil produksi bijih timah dari kapal keruk diproses di
instalasi pencucian untuk mendapatkan kadar minimal 30% Sn dan
diangkut dengan kapal tongkang untuk dibawa ke Pusat
Pengolahan Bijih Timah (PPBT) untuk dipisahkan dari mineral
ikutan lainnya selain bijih timah dan ditingkatkan kadarnya hingga
mencapai persyaratan peleburan yaitu minimal 70-72% Sn.

b. Penambangan Timah Darat - Gravel Pump


Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau
Bangka Belitung, tentunya system operasional yang digunakan
tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai. Proses
penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel
pump).Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan
penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh

13
perusahaan dengan memberikan peta cadangan yang telah
dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari cadangan
tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau
prosedur pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di
lapangan. Hasil produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan
sesuai harga yang telah disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja
Sama.
Pada daerah tertentu, penambangan timah darat
menghasilkan wilayah sungai besar yang disebut dengan
kolong/danau. Kolong/danau itulah merupakan inti utama cara
kerja penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat
sangat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,
penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam
jumlah besar seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar.
Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa
Pertambangan (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor
swasta yang merupakan mitra usaha dibawah kendali perusahaan.
Hampir 80% dari total produksi perusahaan berasal dari
penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil
berkapasitas 20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar
berkapasitas 100 m3/jam. Produksi penambangan timah
menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu.

II.6 Pengolahan (Bagan alir proses pengolahan)


Proses pengolahan bijih timah PT. Koba Tin di Tinshed bertujuan
untuk memperoleh konsentrat cassiterite sebanyak mungkin dengan kadar
minimal 72 % Sn ( masih berupa bijih ). Sedangkan timah yang berasal
dari tambang memiliki kadar 20 30 % Sn. Oleh karena itu diperlukan
proses untuk meningkatkan kadar Sn dengan cara
memisahkan cassiterite dari mineral-mineral ikutannya semaksimal
mungkin. Produk yang dihasilkan dari tinshed berupa konsentrat,
middling, tailing. Konsentratmerupakan mineral yang berharga dan
bernilai ekonomis untuk ditambang,sedangkan middling merupakan

14
produk yang masih mengandung mineral berharga, dan tailingmerupakan
mineral yang tidak berharga.
Proses pemisahan bijih timah dari mineral ikutan yang dilakukan
oleh Tinshed PT. Koba Tin disesuaikan dengan perbedaan sifat-sifat antara
timah dengan mineral ikutannya. Proses ini menggunakan tiga jenis
pemisahan yaitu:

Gambar 4.1 Bagan Alir Proses Pencucian Bijih Timah


Sumber : PT Koba Tin , 2012

a. Gravity Concentration
Yaitu pemisahan berdasarkan berat jenis. Alat yang
digunakan adalah jig, humprey spiral, shaking table, dan air table.
b. Elektrostatic Concentration
Yaitu pemisahan berdasarkan sifat konduktifitas listriknya.
Alat yang digunakan adalah HTS ( High Tension Separator )
c. Magnetic Separator
Yaitu pemisahan berdasarkan sifat kemagnetiknya. Alat
yang digunakan adalah CBMS ( Cross Belt Magnetic Separator ),

15
dan IRM (Iducation Roll Magnetic).Proses ini bertujuan untuk
memperoleh konsentrat casiterite sebanyak mungkin dengan kadar
timah yang memenuhi persyaratan peleburan 72 %, sehinggah
setelah dikeringkan dapat langsung dikirim ke pusat peleburan,
sedangkan tailingakhir yang sebagian besar terdiri dari mineral-
mineral pengotor langsung distock. Produk middling yang
dihasilkan masih mengandung timah yang cukup tinggi, yaitu
antara 10 30 %. Untuk mendapatkan cassiterite yang terbawa
dalam produk middling tersebut, maka produk ini diproses ulang.
Pada proses ini memakai kombinasi pemisahan secara pemisahan
gaya berat, elektrostatik, dan magnetic akan diperoleh konsentrat
timah dengan kadar 72 % Sn.

Proses pengolahan bijih timah di Tinshed ini dilakukan melalui 2


proses, yaitu proses basah dan proses kering.
1. Proses Basah
Proses ini prinsipnya adalah pemisahan casiterite dari
mineral pengotor berdasarkan perbedaan berat jenis, peralatan yang
digunakan antara lain :

a. Ore Bin

Ore bin merupakan tempat penampungan bijih timah yang


berasal dari tambang. Langkah-langkah pada ore bin antara lain :
Membuka drum, drum yang berasal dari tambang dikirim
dalam keadaan tersegel agar material tidak tumpah dan tidak
ada kecurangan.
Membuang air dalam drum, material yang berasal dari
tambang biasanya masih bercampur dengan air.
Sampling, pengambilan sampel dilakukan dengan pemboran
pada drum sebanyak 7 titik. , kemudian material hasil
pengeboran tiap titik dicampur dan diaduk hingga rata,
kemudian dimasukan ke plastik sampel untuk dibawa ke
ruang sampling. Setelah itu sampel basah ditimbang lalu
dikeringkan dengan menggunakan tungku, lalu ditimbang
kembali sehingga dari perbandingan berat kering dengan berat

16
basah didapatkan kadar air pada setiap drum atau fraksi
keringnya (fraction dry). Kemudian sampel yang telah kering
dibawa ke laboratorium untuk diketahui kadar Sn. Saat ini
kadar yang berasal dari tambang berkisar 20%-30%.Cara
pengambilan sample dapat dilakukan dengan cara :

Perhitungan berat bersih (TPH) melalui tahapan sebagai


berikut:
1. Pengambilan contoh dari Jig
plant denganmenggunakan stopwatch
2. Air yang terdapat dalam conto tersebut dibuang
3. Contoh ditimbang untuk diketahui beratnya
4. Kemudian contoh dihitung
TPH = Berat Sample Berat Plastik x 3600
berat bersih (TPH) nya
Waktu
dengan
rumussebagai berikut :

Perhitungan kadar Sn dilaboratorium melalui tahapan


sebagai berikut:
1. Pengambilan conto dari Jig plant
2. Contoh dikeringkan
3. Contoh ditimbang untuk diketahui beratnya
4. Setelah ditimbang, contoh diayak dengan menggunakan Ro
Top dengan ukuran 20#, 40#, 65#, 100#, dan 150#.
5. Setelah diayak, tiap fraksi dihitung jumlah butiran masing-
masing mineral
6. Contoh kemudian ditabur merata dan tipis di atas
permukaan kaca ukuran2 cm x 2 cm.

Jumlah Butir Mineral Berat Jenis Mineral


100
Total Jumlah Butir Total Berat Jenis Mineral

7. Kemudian contoh dihitung kadarnya dengan rumus sebagai


berikut:

17
Penimbangan, agar diketahui berapa berat material tiap-tiap
drum.
Penuangan, setelah dilakukan penimbangan, material dituang
ke DC (Dewatering Cone) untuk diproses ke jig.

Setelah semua langkah-langkah diatas selesai, drum kosong


dikirim ke tambang dalam keadaan bersih, tertutup dan jumlah
drum jelas.

b. Jig Plant
Jig adalah suatu alat konsentrasi yang melakukan
pemisahan mineral berdasarkan perbedaan spesifik gravity.
Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan suatu lapisan
pemisahan yang disebut ragging yang berat jenisnya lebih rendah
dari pada cassiterite tetapi lebih tinggi dari pada mineral lain
(kwarsamisalnya). Jadi berat jenisnya terletak
diantara cassiterite dan mineral pengotornya.

1. Dasar Pemisahan Jig


Proses jigging merupakan proses pemisahan mineral
berharga dari mineral pengotornya berdasarkan perbedaan
berat jenis dengan menggunkan air, sebagai media pemisahnya
menggunakan bantuan bed material. Ukuran butir yang dapat
ditangkap dengan baik oleh jig berkisar antara 10 14 #.
Pengoperasian jig harus selalu dioptimalkan agar
pengendalian mutu pencucian pada jig dapat terkendali, baik
itu recovery tiap jig maupun kadar konsentrat akhir sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Pada pemisahan partikel mineral dalam
proses jigging dipengaruhi tiga faktor, antara lain :
Differential Acceleration
Differential Acceleration merupakan faktor
perbedaan kecepatan jatuh partikel mineral ke bed, karena
adanya gerakan yang terjadi pada alat jig. Hal ini akan

18
menyebabkan partikel mineral yang memiliki berat jenis
besar akan memiliki kecepatan jatuh yang lebih besar.
Hindered Settling
Hinderet Settling merupakan formasi jatuh atau
pengendapan dari material yang specific gravitasinya besar
dengan ukuran kecil akan sama dengan material
yang specific gravitasinya kecil tapi ukuranya besar.
Consolidation Trackling
Consolidation Trackling merupakan suatu proses
dimana partikel halus menerobos melalui bed pada waktu
akhir pulsion.

Terdiri dari 4 unit jig dan tipe jig tersebut adalah Pan
American. Disini dihasilkan konsentrat hingga 68% Sn.

TABEL 1 PROSES JIG


Asal N Aliran material
materia o. Konsentrat Middling Tailin

l Ji g

g
Undersi Ji DC6&7 DC14 DC3
ze30# g Kompartemen Kompartemen B
1 A
Undersi Ji DC6&7 DC14 DC3
ze16# g Kompartemen Kompartemen B
2 A
DC14 Ji DC6&7 DC14 DC1
g HG
3
Oversiz Ji willoughby Ke Kasson Dibua
e ke g ditampung Undersize ke DC3 ng
DC15 4 Oversize ke rodmill

19
DC12DC3

2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Jig


Pada umumnya proses pencucian bijih timah menggunakan
jig bertujuan untuk meningkatkan kadar dengan
perolehan recovery yang tinggisehingga losses dapat ditekan
sekecil-kecilnya. Namun ada beberapa factor yang
mempengaruhi kinerja jig, antara lain:

Sifat-Sifat Umpan (Feed), yakni:

Bentuk dan Ukuran Feed


Semakin besar (kasar) ukuran butir mineral,
maka recovery semakin tinggi. Tetapi ada satu hal yang
harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel mineral
makin makin cepat pula pemadatan pada bed, sehingga
terjadi kemantapan atau kebuntuhan yang
mengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak dapat
menerobos melalui cela-cela bed.
Bentuk partikel mineral yang masuk
sebagai feed juga sangat mempengaruhi dalam
perolehan recovery, terutama mineral-mineral ikutan yang
tidak berharga seperti markasit. Dengan bentuknya yang
memanjang, dapat diartikan bahwa tekanan air
dari underwater akan berbeda karena adanya perbedaan
penampang permukaan dari partikel tersebut yang
menyebabkan partikel tersebut terombang-ambing di
dalam jig tank, sehingga akan mengganggu mineral
berharga yang lain untuk turun sebagai konsentrat.

Kadar Mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang
masuk sebagai feed, maka recovery akan semakin tinggi.
Dan makin banyak kadar mineral pengganggu yang masuk

20
sebagai feed pemisahan semakin sulit, berarti
perolehan recovery akan rendah.

Berat Jenis Mineral


Semakin tinggi berat jenis mineral berharga
terhadap mineral pengganggu maka recovery akan semakin
tinggi.

Parameter Parameter Jig


Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas
kerja jig. Adapun parameter yang mempengaruhi proses
pemisahan tersebut antara lain:
1. Amplitudo Membran atau Frekuensi Stroke
Amplitudo Membran adalah jarak yang ditempuh
oleh torak atau membran dari awal dorongan (pulsion)
hingga akhir hisapan (suction), sedangkan
frekuensi stroke merupakan banyaknya dorongan per
menit. Bila jumlah (rpm) pukulan besar
(frekuensi stroke), maka panjang langkahnya (amplitudo)
lebih pendek, demikian sebaliknya.
Untuk mengatur panjang pukulan perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. berat jenis
b. ukuran butir
c. jumlah mineral ikutan
d. kekayaan timah yang digali
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan
kadar konsentart, panjang pukulan yang besar
menyebabkan mineral pengotor (pasir) ikut turun yang
mengakibatkan konsentrat kotor, tetapi recovery akan
meningkat. Sebaliknya panjang pukulan yang
pendek konsentrat akan bersih, tetapi casiterite tidak
tertangkap semua terutama yang ukuran butir kasar dan
akan lari ke tailing sehingga recovery menjadi rendah.

2. Kecepatan Aliran Horizontal

21
Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air
yang mengalir di atas lapisan bed. Kecepatan aliran
horizontal yang terlalu besar, mineral berat yang
berukuran halus akan ikut terbuang sebagai tailing.
Sedangkan kecepatan aliran horizontal yang lebih kecil
dari kecepatan pengendapan mineral ringan, maka akan
mengendap diatas permukaan jig bed sehingga akan
menggangu proses jig.

3. Ketebalan Bed dan Ukuran Batu pada Lapisan Bed


Bed merupakan bahan padat yang terdiri dari
lapisan batu hematite yang digunakan sebagai media
pemisah mineral berat pada jig. Ketebalan dan
ukuran bed sangat mempengaruhi hasil pemisahan dan
tergantung kepada mineral yang akan dipisahkan.
Semakin tebal dan besar ukuran butir bed, maka akan
semakin sulit kecepatan aliran vertical ke atas untuk
mendorong lapisan bed, sehingga semakin sedikit partikel
mineral berharga yang mengendap sebagai konsentrat.
Sebaliknya semakin tipis dan kecil ukuran
butir bed, maka ada kemungkinan aliran vertical ke atas
akan melontarkan bed, sehingga ruangan
antara bed menjadi terlalu besar. Hal ini menyebabkan
mineral ringan yang berukuran besar akan menerobos
lapisan bed dan mengendap sebagai konsentrat, sehingga
kadar konsentrat menjadi rendah.
Untuk memperoleh recovery dan kadar timah yang tinggi,
ada beberapa persyaratan tertentu mengenai jig bed,
seperti :
a. Berat jenis bed berada diantara mineral berat dan
mineral ringan, berbentuk bulat agar diperoleh celah-
celah yang baik guna memberikan kesempatan kepada
mineral berat menerobos jig bed dan masuk
kedalam hutch sebagai konsentrat. Biasanya jig bed

22
tersusun dari mineral hematiteyang berat jenisnya
antara 4,5 -5,5 dengan kekerasan 6 menurut
skala Mosh.
b. Ukuran butir tertentu dengan tujuan agar dapat
terangkat lebih tinggi dari pada mineral berat dan
disamping itu untuk memperoleh besarnya celah-
celah yang diinginkan. Variasi ukuran butir dan
ketebalan jig bedtergantung pada ukuran jumlah
mineral-mineral berharga yang diinginkan
seperti kasiterit, ilmenit, monazite dan zircon. Maka
seragam ukuran butir (bulat) dan makin besar
ukuran jig bed maka recovery semakin besar.

4. Volume Air Tambahan (Underwater)


Volume air tambahan adalah jumlah air yang
dialirkan ke dalam jigyang berguna sebagai air tambahan.
Selama proses pemisahan berlangsung dengan baik sesuai
rencana, air di dalam tangki ada yang masuk ada pula
yang keluar. Air yang masuk adalah air yang bercampur
bersama feed dan air yang berasal dari header tank (air
tambahan). Sedangkan air yang keluar adalah air yang
keluar bersama-sama dengan tailing dan air yang keluar
melalui spigot bersama konsentrat.
Manfaat air tambahan ini adalah untuk
mengimbangi hisapan, mengimbangi jangan terlalu
banyaknya aliran air diatas jig yang menuju ke dasar
dapat terjadi apa yang dinamakan gerak pulsasi (gerakan
ketas dan hisapan ke bawah) dan menggantikan air yang
keluar melalui lubang spigot.
Underwater dapat dikatakan cukup apabila
permukaan jig bed sudah terendam air tetapi kecepatan
aliran horizontal tidak terlalu deras, sehingga
menimbulkan besar tekanan
antara pulsion dan suction tidak sama.

23
Underwater dikatakan kurang apabila jig bed tidak
terendap air sepenuhnya yang ditandai dengan adanya
gelembung-gelembung udara diatas permukaan jig bed,
dimana suction lebih besar dibandingkan
dengan pulsion sehingga konsentrat yang dihasilkan akan
kotor. Begitu pula jika underwater berlebihan maka akan
menyebabkan kecepatan aliran horizontal sangat deras
sehingga mineral berat yang berukuran halus akan ikut
terbawa aliran air, dimana pulsion lebih besar dibanding
dengan suction sehingga recovery akan rendah, walaupun
kadar konsentrat yang dihasilkan tinggi.
Lubang spigot adalah suatu lubang yang berfungsi
sebagai tempat keluarnya konsentrat hasil pemisahan.
Besarnya ukuran lubang spigot ini akan
mempengaruhi volume air yang terdapat dalam tangki jig.
Apabila ukuran lubang spigot terlalu besar, maka volume
air yang keluar melalui lubang spigot akan menjadi besar.
Hal ini akan mengakibatkan tangki jigmenjadi
kosong, dan jig akan mengalami kekurangan air. Untuk
menjaga keseimbangan air didalam jig, maka ukuran
lubang spigot diusahakan sekecil mungkin. Hali ini
bertujuan agar pada proses pemisahan berikutnya tidak
terjadi kelebihan air dan pemakaian air tambahan dapat
terjaga.

5. Feeding dan Proses Padatan


Feeding adalah proses pemasukan bahan baku
campuran mineral baik bijih berharga atau mineral
lainnya dengan mengalir kepermukaan jig, yang
disesuaikan dengan kapasitas alat pencucian.
Distribusi feed dipermukaan jigharus diatur dengan
baik agar proses jigging dapat berjalan dengan sempurna.
Penyebaran dan kekentalan (proses padatan) feed yang
masuk kepermukaan jig perlu diperhatikan.

24
Penyebaran feed yang tidak merata mengakibatkan
terjadinya penumpukan dan kelebihan beban yang terlalu
besar yang diterima oleh permukaan jig. Feed yang
terlalu kental akan menyebabkan penumpukan dan
kecepatan aliran kecil, sebaliknya feed yang terlalu encer
akan menyebabkan kecepatan aliran yang besar sehingga
banyak mineral berharga yang hilang sebagai tailing.

6. Motor Jig
Motor jig merupakan motor penggerak stroke yang
menyebabkan terjadinya pulsion dan suction pada proses
pemisahan. Penentuan daya atau HP motor yang
digunakan berdasarkan beban yang akan didorong pada
saat pulsion, jumlah putaran gear box dan panjang pukul
motor yang digunakan.

7. Jig Screen
Jig screen merupakan saringan yang terbuat dari
kawat (ketebalan kawat 1,5 mm) yang dipasang
diantara rooster bawah dan rooster atas. Posisi
pemasangan jig screen berpengaruh terhadap jumlah dan
luas lubang bukaan jig screen tersebut.

8. Kecepatan Aliran didalam Jig Tank


Kecepatan aliran didalam tangki jig berpengaruh
terhadap proses pengendapan mineral berharga. Apabila
kecepatan aliran vertikal keatas akibat pulsion lebih besar
dari kecepatan jatuh butir mineral berharga, maka mineral
berharga tidak memiliki kesempatan untuk turun
mengendap sebagai konsentrat. Sebaliknya jika kecepatan
aliran vertikal ke atas terlalu kecil maka
kadar konsentrat akan menjadi rendah. Hal ini disebabkan
karena mineral pengotor yang kecepatan jatuhnya juga
kecil akan turun sebagai konsentrat.

25
9. Kemiringan Jig
Kemiringan jig biasanya sudah ditetapkan sesuai
dengan disain yaitu berkisar 5 sampai 150. Jig yang
terlalu miring mengakibatkan aliran air terlalu cepat
dan casiterite sukar mengendap, terlalu datar juga
menyebabkan umpan terlampau banyak terteumpuk
diatas jig dan kuarsa lambat mengalir ke tailing.

c. Humprey Spiral
Spiral yang digunakan ada 3 macam, yaitu High
Grade (HG), Low Grade (LG) 1 danLow Grade 2.

Tabel 2. Proses Humprey Spiral

Asal Jenis Aliran material


Material Spiral
Konsentrat Middling Tailing

DC1 HG DC2 DC3 DC3

HG
DC3 LG 1 DC2 LG2
(sirkulasi)
Tailing LG2
LG 2 DC2 Dibuang
LG1 (sirkulasi)

Spiral adalah alat konsentrasi yang tidak menggunakan


mesin atau motor, terhadap slurry hanya bekerja gaya gravitasi
dan gaya sentrifugal bertujuan untuk memisahkan kuarsa. Partikel
akan jatuh ke bawah akibat gaya beratnya sendiri, karena
bergerak spiral maka pada partikel bekerja pula gaya sentripetal
akibat partikel bergerak dalam arah melingkar dengan
sumbu spiral sebagai pusat lingkaran, sehingga berakibat mineral
berat akan lebih cepat turun dan mendekati sumbu spiral sedang
mineral ringan lebih lambat dan menjauhi sumbu spiral. Pada
ujung bawah spiral terbagi menjadi tiga aliran bila dimulai dari
yang paling dekat dari sumbu spiral adalah konsentrat, middling,
dan tailing.

26
Gaya-gaya yang berpengaruh dalam proses ini adalah gaya
dorong air, gaya gesek, gaya gravitasi dan gaya sentrifugal.
Bentuk alatnya berupa lounder yang melingkar membentuk spiral,
makin panjang lounder maka konsentrat yang dihasilkan akan
semakin tinggi kadarnya.Terjadinya pemisahan di dalam humprey
spiral sebagai berikut :
1. Feed dimasukkan ke dalam feed tank
2. Melalui pompa, feed dihisap masuk ke dalam cyclone.
3. Di dalam cyclone cairan dengan yang kental dipisahkan,
selanjutnya yang encer dialirkan ke atas ke
dalam lounder sebagai wash water, sedang pulp yang kental
melalui lounder dialirkan ke atas menuju feed box sebagai
umpan.
4. Karena bentuk lounder ini melingkar seperti spiral dari atas ke
bawah, maka terjadi gerak arus sentrifugal, sehingga material
yang ringan sebagai tailingakan terletak dibagian luar..
5. Mineral-mineral berat akan mengalir terus dan masuk ke
dalam portpenampungan konsentrat yang dihasilkan.
Pada port dipasang splitter yang berfungsi untuk memisahkan
material berupa konsentrat, middling dan tailing.

Gaya-gaya yang berpengaruh dalam proses ini antara lain:


1. Gaya dorong air
Dalam operasi, partikel dan cairan bergerak dengan
kecepatan yang dipengaruhi oleh kedalaman aliran cairan.
2. Gaya gesek
Dalam operasi ini, gaya gesek akan sebanding dengan
selisih berat jenis partikel dengan berat jenis fluida. Sehingga
partikel yang berat jenisnya besar akan memiliki gaya gesek
yang besar pula untuk volume yang sama.
3. Gaya gravitasi
Setiap mineral dalam operasi ini akan memperoleh
percepatan gravitasi yang sama. Mineral dengan volume yang
sama tetapi massanya berbeda, maka mineral yang memiliki
massa yang lebih besar akan mendapat gaya yang besar.
4. Gaya sentrifugal

27
Gaya ini arahnya ke bagian luar dari suatu area yang
berputar, sehingga akan memberikan pengaruh-pengaruh
kepada mineral ringan untuk terlempar ke luar dan terkumpul
sebagai tailing.

Bagian-bagian utama dari humprey spiral, antara lain ;


a. Feed Tank
Feed tank merupakan suatu tempat untuk menampung
masuknya feed dan air atau pulp yang akan dilakukan
pemisahan.
b. Cyclon
Cyclon merupakan alat untuk memisahkan antara air yang
bersih dengan air yang masih bercampur dengan material.
c. Splitter
Suatu alat untuk mengatur masuknya material ke
dalam port tepatnya untuk memisahkan
antara konsentrat, middling dan tailing.
d. Port
Port merupakan suatu lubang untuk
masuknya konsentrat, middling dan tailing.
e. Natch
Natch Merupakan lubang bukaan kecil yang apabila ada
aliran wash water akan menimbulkan gerakan air sehingga
konsentrat yang tidak tertampung akan terdorong.Sumbu
(Axis). Sumbu merupakan suatu pipa yang tegak di dalamnya
berlubang sebagai saluran konsentrat untuk turun ke bawah.

f. Feed box
Feed box merupakan tempat feed atau umpan yang akan di
konsentrasi.
g. Riffle
Riffle berfungsi untuk merubah aliran turbulen menjadi
aliran laminer, sehingga terjadi pemisahan di dalam lounder.

d. Shaking Table
Shaking Table (ST) yang digunakan ada 7 unit, yaitu ST1,
ST2, ST3, ST4, ST5, ST6 dan ST7

Asal material No. ST konsentr Middling Tailing

28
at
DC2 1 DC11 ST4 & ST5 DC1
DC2 2 DC11 ST4 & ST5 DC1
DC2 3 DC11 ST4 & ST5 DC1
Mid 1,2,3 4 DC11 DC 8 & 9 DC 8 & 9
Mid 1,2,3 5 DC11 DC 8 & 9 DC 8 & 9
DC11 ke 6 (material DC 6 & 7 DC11 DC11
Willoughby kasar)
DC11 ke 7 (material DC 6 & 7 DC11 DC11
Willoughby halus)
Tabel 3. ProsesShaking Table

Shaking Table adalah suatu meja berbentuk jajarangenjang


yang digetarkan secara longitudinal dengan gerak maju yang
pelan tetapi kembalinya lebih cepat. Meja dilengkapi
dengan riffle. Lapisan tipis air akan melimpah melewati riffle dan
mengalir ke sudut meja dan umpan slurry dimasukkan melalui
sudut dekat mesin penggerak. Partikel akan terguncang-guncang
ketika bergerak maju, partikel berat akan berada pada tempat yang
lebih tinggi dan partikel ringan akan tercuci dan terbawa air ke
tempat yang lebih rendah. Pada intinya, shaking table berfungsi
untuk memisahkan mineral halus berat dengan mineral halus
ringan.
Prinsip Kerja Shaking Table adalah berdasarkan perbedaan
berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air
tipis. Pada proses ini, konsentrat dan middling diteruskan
langsung menuju ke proses kering, sedangkan tailing diproses
kembali ke humprey spiral.

2. Proses Kering
Prinsipnya, proses kering ini dilakukan untuk mengambil
timah yang masih tersisa dalam material karena belum terambil
pada proses sebelumnya dan membuang mineral pengotor
berdasarkan sifat fisik material-material tersebut,
seperti monazite dan ilmenite.

a. Cone Filter dan Rotary Dryer

29
Pada proses ini terdiri dari dua tingkat pengeringan. Proses
ini berfungsi mengubah konsentrat basah menjadi kering. Terdiri
dari 2 cone filter & 2 rotary dryer untuk DC 8 & 9, 2 cone filter &
2 rotary dryer untuk DC 6 & 7.
Tabel 4. Proses Filtering dan Drying

Asal material Nama alat Aliran material


DC 8 & 9 CF & RD Ke screen
Undersize 16# ke BE 0601
Undersize 40# ke BE 0602
DC 6 & 7 CF & RD Ke Kasson
Undersize 16# ke BE 0924
Undersize 40# ke BE 0925
Ket:
BE : Bucket Elevator

Cone Filter berfungsi menurunkan kadar


air konsentrat menjadi 7-10%. Pada permukaan cone yang
berbentuk lingkaran terdapa saringan 100# sehingga partikel-
partikel mineral akan tertahan dipermukaan cone dan air akan
lolos dihisap oleh vacum pump. Partikel mineral yang tertahan
akan berputar 3600dan tumpah ke dalam Rotary Dryer.
Rotary Dryer berfungsi sebagai pengering tahap kedua
sehingga kadar air menjadi 0%. Proses ini menggunakan
pemanasan dengan bahan bakar solar pada suhu maksimal 1500C.
Sumber panas dihasilkan oleh burner.

b. High Tension Separator (HTS)

30
High Tension Separator, memisahkan mineral berdasarkan
daya hantar listriknya, sehingga akan terpisah mineral konduktor
(cassiterite dan ilmenite) dengan mineral non konduktor
(Monazite, Zircon, Kwarsa dan Xenotime).

Tabel 5. Proses High Tension Separator

Asal No.HTS Konsentrat/ middling Tailing/


materia Konduktor Nonkonduktor
l
BE HTS 1 BE 0606 BE 0601 HTS 3
0601
BE HTS 2 BE 0607 BE 0602 HTS 3
0602
Tail HTS 3 BE 0602 HTS 3 HTS 4
HTS (sirkulasi)
1&2
Tail HTS 4 BE BE BE
HTS 3 0603BE 0604HTS 0605Monazite
0602 4(sirkulasi) Bin
BE HTS 5 BE BE BE 0917BE
0924 0919IRM 0918HTS 0714
5(sirkulasi)
BE HTS 6 BE BE BE 0917BE
0925 0919IRM 0926HTS 0714
6(sirkulasi)

Pada saat feed diumpankan pada rotor, mineral-mineral


yang ada akan terpisah pada saat melewati elektroda yang dialiri
arus 30.000 volt.
Mineral yang memiliki sifat konduktor akan tertarik kearah
elektroda karena adanya gaya tarik dari elektroda. Sedangkan
mineral yang non konduktor akan terus mengikuti putaran rotor

31
dan terpisah dari mineral konduktornya menuju tenpat
penampungan monazite yang mengandung 0,4% cassiterite.
Untuk mineral yang bersifat semi konduktor akan terpisah
diantara penampungan mineral konduktor dan non konduktor.
Mineralmiddling ini akan diolah kembali sebagai feed dalam
proses konsentrasi pada Air Table.HTS yang digunakan sebanyak
6 unit. HTS 1-4 untuk melayani material dari DC 8 & 9, HTS 5-6
untuk melayani material dari DC 6 & 7.

c. Air Table
Air Table berfungsi untuk memisahkan mineral berat
(cassiterite) dan mineral ringan (ilmenite) yang
berupa middling dari produk High Tension Separator dan produk
hasil pengeringan dari rotary dryer.
Proses pemisahan yang terjadi pada air tabel karena adanya
sentakan meja yang ditimbulkan oleh head motion dan adanya
bantuan hembusan angin, maka material akan terpisah
berdasarkan perbedaan berat jenisnya.

32
Tabel 6. Proses Air Table

Asal No. Konsentrat Middling Tailing


materia Air
l Table
BE AT 1 BE BE 0714BE BE
0710 0709BE 0815DC 13DC 1 0708CBMS
0711
BE AT 2 BE BE 0714BE BE 0710
0607 0709BE 0815DC 13DC 1
0711
BE AT 3 BE BE 0714BE BE 0710
0607 0709BE 0815DC 13DC 1
0711
BE AT 4 BE BE 0714BE BE 0710
0606 0712kasson 0815DC 13DC 1
Undersize
16# ke BE
0924
Undersize
40# ke BE
0925
BE AT 5 BE BE BE 0606
0711 0712kasson 0711AT5(sirkulasi)
Undersize
16# ke BE
0924
Undersize
40# ke BE
0925

33
Mineral dengan berat jenis tinggi akan bergerak ke
zona konsentrat.
Mineral dengan berat jenis rendah akan bergerak ke
zona middling dan tailing
Air table yang digunakan terdiri dari 5 unit, yaitu AT 1, 2, 3, 4, 5

d. Magnetic Separator
Magnetic Separator yang digunakan pada TinShed terdiri
dari 2 jenis, yaitu Cross Belt Magnetic Separator(CBMS)
dan Induced Roll Magnetic (IRM).

Tabel7 Proses Magnetic Separat


Asal Jenis Magnetik/tailing middling Non-
material alat magnetik/konsentra
t
BE CBMS Ilmenite Bin - DC 13
0708
BE IRM BE 0922BE sirkulasi BE
0919 0711 0920BinBE
0923Charge
Mixing Plant(final) 34
Magnetik Separator pada dasarnya memisahkan mineral
berdasarkan sifat kemagnetan dari mineral
tersebut. Feed diumpankan ke belt conveyor, selanjutnya
dilewatkan pada disk yang berputar di atas belt. Kemagnetan
ditimbulkan oleh induksi elektromagnet yang berada di
bawah belt. Masing-masing disk memisahkan dua produk, yaitu
material yang bersifat magnetik dan non magnetik. Medan magnet
akan semakin kuat searah dengan pergerakan umpan pada belt,
dengan cara mengatur disk umpan pada beltdan mengatur arus,
serta tegangan pada masing-masing elektromagnet.
Mineral-mineral umpan disebarkan merata di atas belt yang
bergerak melintasi zona magnetik. Mineral magnetik akan ditarik
ke disk dan jatuh ke sisi belt seiring perputaran beltyang
dibersihkan dengan sikat. Mineral-mineral non magnet akan
berada di atas belt dan jatuh di ujung perputaran belt conveyor.

II.7 Syarat Penjualan (SNI)


Adapun Syarat Penjualan yang digunakan untuk Timah Putih, adalah
sebagai berikut ;

Timah Putih adalah logam berwarna putih keperakan,


Kekerasan yang rendah dari 5 pada skala Mosh,
Berat jenis 7,30,
Dalam keadaan normal (1.300 -1,600 derajat Celceus) mempunyai
sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi
Logam bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.

35
Adapun Syarat Penjualan yang digunakan untuk Timah Putih,
adalah sebagai berikut ;

Kebanyakan sumber utama Pb adalah Galena atau Galanite,


lalu dapatjugaberasal dari Cerrusitedan Anglesite,
Galenaseringdijumpai bersama-sama dengan bijih Zn dan Ag.
Warna, hitam keabu-abuan,
Kekerasan 5
Berat jenis 7,4-7,6
Kilap Logam
Pada logam timah ini memiliki harga pasaran $24 per 100g

II.8 Manfaat (Industri & alloy)


Timah tahan korosi dan digunakan sebagai lapisan pelindung pada
logam lain. Kaleng mungkin contoh yang paling akrab aplikasi ini. Sebuah
kaleng sebenarnya terbuat dari baja. Lapisan tipis timah diterapkan pada
bagian dalam dan luar kaleng untuk menjaga baja dari karat. Setelah
banyak digunakan, kaleng sebagian besar telah diganti dengan plastik dan
aluminium kontainer.
Timah digunakan dalam proses Pilkington untuk memproduksi
kaca jendela. Dalam proses Pilkington, kaca cair dituangkan ke kolam
timah cair. Kaca mengapung di permukaan timah dan mendingin,
membentuk kaca yang solid dengan datar, permukaan paralel. Sebagian
besar kaca jendela yang dihasilkan saat ini dibuat dengan cara ini.
Timah digunakan untuk membentuk banyak alloy yang berguna.
Perunggu adalah paduan timah dan tembaga. Timah dan timah paduan

36
untuk membuat timah solder dan. Paduan timah dan niobium digunakan
untuk membuat kawat superkonduktif. Jenis logam, logam melebur, bel
logam dan logam Babbitt adalah contoh lain dari paduan timah.
Garam timah dapat disemprotkan ke kaca untuk membuat lapisan
elektrik konduktif. Ini kemudian dapat digunakan untuk membuat
pencahayaan panel dan kaca depan frost-free. Fluoride stannous (SnF 2)
digunakan dalam beberapa jenis pasta gigi. Berikut beberapa manfaat
timah dalam kehidupan sehari-hari;
Untuk membuat kaleng (tim plate) berbagai macam produk,
melapisi kaleng yang tebuat dari besi yang akan melindungi besi
dari perkaratan,
bahan baku logam pelapis,
solder(52%),
industri plating (16%),
bahan dasar kimia (13%)
kuningan & perunggu (5,5%)
industri gelas (2%)
dan berbagai macam aplikasi lain (11%).

Logam timah banyak manfaatnya baik digunakan secara tunggal


maupun sebagai paduan logam (alloy) dengan logam yang lain terutama
dengan logam tembaga. Logam timah juga sering dipakai sebagai
container dalam berbagai macam industri. Contoh-contoh paduan antara
tembaga dan timah adalah:
Pewter, merupakan paduan antara 85-99% timah dan sisanya
tembaga, antimony, bismuth, dan timbale. Banyak dipakai untuk
vas, peralatan ornament rumah, atau peralatan rumah tangga.
Bronze adalah paduan logam timah dengan tembaga dengan
kandungan timah sekitar 12%.
Fosfor Bronze adalah paduan bronze yang ditambahkan unsur
fosfor.
Perunggu adalah paduan tembaga dan timah.
Mutu komersial biasanya mengandung timah 3-8% untuk produk
tempa dan sampai dengan 12% untuk produk cor.
Gunmetals adalah perunggu, yang juga mengandung seng

Berikut adalah manfaat dari Contoh-contoh paduan timah dan


logam lainnya adalah

1. Plating

37
Logam timah banyak dipergunakan untuk melapisi logam lain
seperti seng, timbale dan baja dengan tujuan agar tahan terhadap
korosi. Aplikasi ini banyak dipergunakan untuk melapisi kaleng
kemasan makanan dan pelapisan pipa yang terbuat dari logam.

2. Superkonduktor
Timah memiliki sifat konduktor dibawah suhu 3,72 K.
Superkonduktor dari timah merupakan superkonduktor pertama
yang banyak diteliti oleh para ilmuwan contoh superkonduktor
timah yang banyak dipakai adalah Nb3Sn.

3. Solder
Solder sudah banyak dipakai sejak dahulu kala. Timah dipakai
dalam bentuk solder merupakan campuran antara 5-70% timah
dengan timbale akan tetapi campuran 63% timah dan 37% timbale
merupakan komposisi yang umum untuk solder. Solder banyak
digunakan untuk menyambung pipa atau alat elektronik.

4. Pembuatan Senyawa Organotin


Senyawa organoti merupakan senyawa kimia yang terdiri dari
timah (Sn) dengan hidrokarbon membentuk ikatan C-Sn. Senyawa
ini merupakan bagian dari golongan senyawa organometalik.
Senyawa ini banyak dipakai untuk sintesis senyawa organic,
sebagai biosida, sebagai pengawet kayu, sebagai stabilisator panas,
dan lain sebagainya.

5. Pembuatan Senyawaan Kimia Untuk Berbagai Keperluan


Logam timah juga dipakai untuk membuat berbagai maca
senyawaan kimia. Salah satu senyawa kimia yang sangat penting
adalah SnO2 dimana dipakai untuk resistor dan dielektrik, dan
digunakan untuk membuat berbagai macam garam timah. Senyawa
SnF2 merupakan aditif yang banyak ditambahkan pada pasta gigi.
Senyaan timah, tembaga, barium, kalsium dipakai untuk
pembuatan kapasitor. Dan tentu saja senyawaan kimia juga sering
dipakai untuk pembuatan katalis.

II.9 Tempat Terdapat (Spesifikasi Endapan)

38
Secara stratigrafi, Endapan Timah di PT. Koba Tin yang berada di
Pulau Bangka disusun oleh urutan satuan batuan sebagai berikut:

1. Formasi Alluvium.
Formasi ini terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir,
lempung, lumpur dan gambut. Pada bagian selatan Pulau Bangka,
formasi ini terdapat sebagai endapan sungai, rawa dan pantai. U Koko
(1984) mengemukakan salah satu bagian dari formasi alluvium ini
adalah gravel yang kaya akan timah dengan ketebalan mencapai 2
meter, bentuk butir menyudut tanggung, mengandung fosil kayu, fosil
buah-buahan dan fosil cangkang. Formasi ini diperkirakan berumur
Tersier Atas sampai Kuarter.

2. Formasi Ranggam.
Formasi ini terdapat secara terpisah pada bagian utara dan
selatan Pulau Bangka. Pada bagian utara, Formasi Ranggam
merupakan perselingan batupasir, batulempung dan batulempung tufan
dengan sisipan tipis batu lanau dan bahan organik; berlapis baik,
struktur sedimen berupa perairan sejajar dan perlapisan silang-siur,
tebal 150 m. Fosil yang dijumpai antara lain
moluska, Amonia sp., Quinqueloculina sp., dan Trilocullina sp., dan
menunjukkan umur relatif tidak tua dari Miosen Akhir.
Semetara itu, di bagian selatan Pulau Bangka, formasi ini
terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan konglomerat.
Batupasir berwarna putih kotor, berbutir halus kasar, menyudut-
membundar tanggung, mudah diremas, berlapis baik, struktur sedimen
pada batupasir silang-siur, perairan sejajar dan perlapisan bersusun,
ditemukan lensa-lensa batubara dengan tebal 0,5 m dan mengandung
sisa-sisa tumbuhan dan gambut. Di Desa Nibung ditemukan fosil
vertebrata (Stegodon) terdapat dalam konglomerat.
Dalam batupasir ditemukan fosil moluska terdiri
dari Tuaritella terebra (Limonaceous), Olivia
tricineta Mart, Cypraea sonderava Mart, Arca corneaReeva, tapes
minosa Phil, dan Venus squamosa Lam, sedangkan fosil foraminifera
bentos antara lain Celanthus craticulatus,

39
Amonia sp., Brizalina sp., Quinqueloculina sp., dan Triloculina sp.
Berdasarkan fosil-fosil tersebut Formasi Ranggam diduga
berumur Miosen Akhir-Plistosen Awal dan terendapkan di lingkungan
fluvial. Tebal formasi ini kira-kira 150 m (Cobbing, 1984).

3. Formasi Tanjung Genting


Formasi batuan yang terluas ini memanjang dari barat laut
hingga tenggara Pulau Bangka. Pada bagian barat laut atau pada Peta
Geologi Lembar Bangka Utara, formasi ini terdiri dari perselingan
batupasir malihan, batupasir, batupasir lempungan dan batulempung
dengan lensa batugamping, setempat dijumpai oksida besi. Berlapis
baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan, tebalnya antara 250
1.250 m. Lokasi tipe terdapat di Tanjung Genting dan dapat
dikorelasikan dengan Formasi Bintan.
Pada bagian tenggara atau Peta Geologi Lembar Bangka
Selatan, formasi ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung.
Batupasir, kelabu kecoklatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik,
tebal lapisan 2 60 cm dengan struktur sedimen silang-siur dan
laminasi bergelombang. Pada daerah setempat ditemukan lensa
batugamping setebal 1,5 m. Batulempung, kelabu kecoklatan, berlapis
baik dengan tebal 1,5 m, pada daerah setempat dijumpai lensa
batupasir halus yang kontak dengan granit ditemukan di Lembar Utara.
Dalam lensa batugamping, Osberger menemukan fosil Montlivaultia
molukkana J. Wanner, Peronidella G. Willkens, Entrochus sp.,
dan Encrinus sp., yang menunjukkan umur Trias. Berdasarkan fosil-
fosil tersebut Formasi Tanjung Genting diduga berumur Trias Awal dan
terendapkan di lingkungan laut dangkal.

4. Formasi Granit Klabat


Sama seperti Formasi Ranggam, formasi ini tersebar secara
terpisah di utara hingga selatan Pulau Bangka. Pada penyebaran di
bagian utara, formasi ini terdiri dari granit, granodiorit, diorit kurasa.
Pada penyebaran di bagian selatan Pulau Bangka, formasi ini terdiri
dari Granit biotit, Granodiorit dan Granit genesan. Granit biotit
berwarna kelabu, tekstur porfiritik, dengan butiran kristal-kristal

40
berukuran sedang-kasar, fenokris felspar panjangnya mencapai 4 cm
dan memperlihatkan struktur foliasi. Granodiorit berwarna putih kotor,
berbintik hitam. Granit genesan berwarna kelabu dan berstruktur
perdaunan. Nama satuan ini berasal dari lokasi tipenya di Teluk Klabat,
Bangka Utara. Umur satuan Granit ini adalah Trias Akhir-Yura Awal
dan menerobos Formasi Tanjung Genting dan Kompleks Malihan
Pemali.

5. Formasi Kompleks Pemali.


Formasi Kompleks Pemali ini sebagian besar tersebar
secara terpisah di bagian utara Pulau Bangka, dan sedikit tersebar di
selatan Pulau Bangka. Formasi batuan di bagian utara terdiri
dari filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan lensa batugamping,
terkekarkan, terlipatkan, tersesarkan dan diterobos oleh Granit Klabat
(T Jkg). De Roever (1951) menjumpai fosil berumur Perm pada
batugamping. Ditemukan di dekat Air Duren sebelah selatan-tenggara
Pemali. Umur satuan ini diduga Perm dengan lokasi tipe di daerah
Pemali. Formasi batuan di bagian selatan terdiri dari filit, sekis dan
kuarsit. Filit berwarna kelabu kecolatan, struktur mendaun dan berurat
kuarsa. Sekis, kelabu kehijauan, struktur mendaun, terkekarkan,
setempat rekahannya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan
kuarsit. Kuarsit berwarna putih kotor, kecoklatan, keras tersusun oleh
kuarsa dan felspar, halus sedang, perlapisannya mencapai tebal 1 cm.

II.10 Data Statistik pengelolaan


Pengolahan dan peleburan bijih timah yang dihasilkan tambang
laut dan tambang darat dengan kadar Sn yang berkisar antara 20-30%
diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah untuk dipisahkan dari mineral
ikutan lainnya dan ditingkatkan kadarnya hingga mencapai 72- 74%
sebagai syarat utama peleburan.
Proses peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari
penambangan di laut maupun di darat diperlukan untuk mendapatkan
produk akhir berupa logam timah berkualitas dengan kadar Sn yang tinggi
dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah. Setelah bijih timah
ditingkatkan kadar Sn nya, bijih timah siap dilebur menjadi logam timah.

41
Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas tinggi dan kadar timbal
(Pb) yang rendah maka harus dilakukan pemurnian dengan menggunakan
crystallizer dan electrolytic refining.
Dalam proses peleburan, perusahaan mengoperasikan 12 tanur,
dimana 1 tanur berada di daerah Kundur, Kepri dan 11 tanur berada di
daerah Mentok, Bangka. Produk akhir yang dihasilkan berupa logam
timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat berkisar antara
16 kg sampai dengan 30 kg per batang. Selain itu logam timah juga dapat
dibentuk sesuai dengan permintaan pelanggan (customize form) dan
mempunyai merek dagang yang terdaftar di Bursa Logam London (LME).
Berikut Beberapa data Statistik pengolahan timah pada beberapa
tahun terakhir.

1. Data Penerimaan Bijih Timah dan Kadar Sn

2. D
a
t
a

Penerimaan Terak dan Kadar Sn

42
3. Data Penggunaan Bijih timah dan Bahan-bahan Pembantu
Peleburan (Data Peleburan)

43
44
45
4. Data Penggunaan Bijih timah dan Bahan-bahan Pembantu
Pemurnian (Data Pemurnian)

5. Data Produksi Logam Timah 2006-2008

46
II.11 Produksi, Komsumsi dan Prediksi/prospek masa depan.

Pemasaran timah putih mencakup kegiatan penjualan dan


pendistribusianlogam timah. Pendistribusian logam timah hampir 95%
untuk memenuhi pasardi luar negeri atau ekspor dan dan hanya sebesar
5% untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam timah
putih antara lain adalah Jepang, Korea, Taiwan, Cinadan Singapura,
Inggris, Belanda, Perancis, Spanyol, Italia, Amerika Serikat dan Kanada.

Perdagangan timah putih di LME dilakukan sejak tahun 1877. Di


Indonesia pada tahun 1950an, timah putih merupakan basil pertambangan
kedua sesudah minyak bumi. Sebagian besar produksi timah putih
Indonesia saat itu berasal dari Bangka, selebihnya berasal dari Belitung
dan Singkep. Keadaan di pasar dunia pada pertengahan tahun
1950an menunjukkan akan kebutuhan timah yang meningkat, sehingga
memberikan dorongan ke arah perluasan pertambangan
timah(http://www.bappenas.go.id).

Tipe pembeli logam timah dapat dikelompokkan atas pengguna langsung


(end user) seperti industri untuk digunakan sebagai solder, atau industri

47
pelat timah, serta pembeli pedagang besar (trader). Produk timah putih
dari Indonesia mempunyai kualitas yang telah diterima oleh pasar
internasional dan terdaftar dalam pasar bursa logam di London
(London Metal Exchange). Kualitas setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dijamin dengan sertifikat produk (weight and analysis
certificate) yang berstandar internasional dan berpedoman kepada standar
produk yang ditetapkan oleh LME, sehingga dapat diperdagangkan
sebagai komoditas di pasar bursalogam (http://timah.com).

Indonesia merupakan negara eksportir timah terbesar di dunia. China


sebagai produsen terbesar kedua setelah Indonesia, akan tetapi untuk
memenuhi konsumsi dalam negerinya masih kurang. Meskipun pada
tahun 1980an sampai awal tahun 2000an, harga timah cenderung rendah,
akan tetapi dengan peningkatan kebutuhan dunia akan timah putih
(Gambar 11 dan 12), mulai pertengan tahun2003 sampai saat ini
harga timah putih meningkat sangat tajam (Gambar 13).

Gambar11.Grafikproduksidankonsumsitimahputihdunia
(Adnan,2006)

48
Gambar12.Grafikpeningkatankonsumsitimahputih(Bishop danKettle,2006).

Gambar13.Grafikperkembanganhargatimahputihdibursa
London(LondonMetalExchange,2008)

Kebutuhan dunia akan timah putih yang cenderung meningkat,


disertai juga peningkatan harga, sementara sumber daya atau cadangan
dunia semakin berkurang akan memberikan peluang yang besar dalam
pemasaran produk timah. Bahkan kecenderungan harga yang membaik,
serta posisi Indonesia sebagai eksportir terbesar dunia, mempunyai
kapasitas untuk mengendalikan harga di pasar dunia.Pada tahun lima
puluhan, timah putih pernah menjadi komoditas hasil tambang kedua
setelah minyak, yang memberikan kontribusi kepada pendapatan
negara. Meskipun sejarah pertambangan timah telah berlangsung lebih dari
dua ratus tahun, potensi sumber daya timah masih prospektif untuk
diusahakan. Usaha pertambangan timah yang mulai dari kegiatan

49
eksplorasi sampai pemasaran (Gambar 14), masih berlangsung intensif,
meskipun kegiatan usaha tersebut telah berlangsung cukup lama di
Indonesia. Pertambangan timah masih memerlukan kegiatan eksplorasi
untuk penemuan cadangan baru, khususnya endapan lepas pantai.
Sumber daya dan cadangan yang telah terungkap belum mewakili
keseluruhan endapan lepas pantaiterutama yang berada pada kedalaman >
50 meter, serta potensi kadar rendah yang sehubungan dengan kenaikan
harga yang tinggi menjadi berpotensi ekonomi.

Gambar14.Baganalirkegiatanusahapertambangantimah putihPT.Timah(http://timah.com)

Kapasitas penambangan lepas pantai yang selama ini hanya


menjangkau sampai kedalaman maksimal 50 meter, memerlukan kapal
keruk atau kapal hisap yang dapat menjangkau kedalaman lebih besar.
Penambangan dan pengolahan oleh masyarakat yang hanya mengambil
kasiterit, tidak optimal, mengingat komoditas dari mineral ikutan terbuang
bersama tailing. Pengolahan dengan proses pemisahan menggunakan
peralatan yang lengkap akan memberikan nilai tambah berupa mineral
ikutan yang terproses dan terpisahkan menjadi komoditas produk
sampingan (Gambar 7).

Kebutuhan dunia akan timah putih yang terus meningkat, yang


dilatarbelakangi oleh pengurangan penggunaan timah hitam di negara
maju, dan peningkatan konsumsi untuk berbagai kebutuhan telah

50
memberikan dampak kenaikan harga yang sigifikan dan cenderung
masih terus meningkat.

Produksi timah Indonesia yang tinggi, tidak seluruhnya dalam


bentuk logam timah (Tabel1). Belum seluruh timah yang dihasilkan
dilakukan peleburan menggunakan smelter yang ada di dalam negeri
(Tabel 2). Kapasitas peleburan yang belum mampu menampung seluruh
produksi pasir timah, maka masih memerlukan lagi peningkatan kapasitas
smelter atau pembangunan smelter timah yang baru.

Indonesia sebagai eksportir timah terbesar dunia mempunyai


peluang untuk menjaga atau mengendalikan harga timah putih di pasar
dunia. Hal ini perlu dikelola secara optimal untuk menjaga dan melindungi
kegiatan usaha pertambangan agar dapat menghasilkan konstribusi pada
pembangunan yang lebih optimal.

Tabel1.Produksitimahputihduniatahun2005(Adnan,2006)

Produksi
Negara
(ton/tahun)
Indonesia 120.000
China 119.500
Peru 42.100
Bolivia 18.500
Brazil 12.600
Rusia 5.100
Vietnam 3.500
Malaysia 3.000
Lain-lain 6.000

Tabel2.Produksismelterduniatahun2005(Adnan2006)

Produksi
Smelter Asal
(ton)
MSCGroup Malaysia
& & 58.300
PTKoba Indonesia
YunnanTin China 42.700
PTTimah Indonesia 40.100
Minsur Peru 38.200
Thaisarco Thailand 31.500
YunnanChengfeng China 12.600
CMColquiri Bolivia 11.800

51
IjuzhouChinaTin China 11.400
GejuiZi-Li China 10.400

Tidak semua sumber daya timah dapat diusahakan dengan


menggunakan peralatan dengan kapasitas besar. Sumber daya atau
cadangan sekala kecil dapat untuk pengembangan usaha pertambangan
timah sekala kecil, khususnya pertambangan rakyat.

Sumber daya timah yang masih besar memerlukan kegiatan


eksplorasi rinci untuk peningkatan status menjadi cadangan. Konsumsi
dunia yang meningkat berdampak kurang terpenuhinya kebutuhan akan
timah putih. Kebutuhan akan peningkatan kapasitas smelter di dalam
negeri merupakan keharusan untuk menghindari penjualan bahan mentah
berupa pasir timah dengan nilai tambah ekonomi sangat rendah. Dengan
latar belakang tersebut usaha pertambangan timah dari hulu sampai
hilir prospektif dilakukan, dimana Indonesia sebagai negara eksportir
terbesar dunia dapat berperan mengendalikan harga.

Sumber daya timah putih yang tersebar dari sekitar Pulau


Kundur sampai Belitung baik berupa endapan in-situ maupun sudah
terganggu keberadaannya mempunyai peluang untuk diusahakan.
Keterdapatan timah pada wilayah bekas tambang cukup prospektif
mengingat beberapa wilayah bekas tambang mempunyai latar belakang
ketika pengakhiran tambang tidak disebabkan oleh habisnya sumber
daya timah, akan tetapi akibat anjloknya harga timah yang menyebabkan
pengakhiran aktifitas pada beberapa wilayah tambang.

Sumber daya timah di lingkungan darat yang masih tersisa


umumnya mempunyaidimensi yang relatif kecil, sehingga layak untuk
lahan usaha pertambangan rakyat, atau pertambangan sekala kecil. Sumber
daya lepas pantai terutama pada kedalaman kurang dari 15 meter atau
lebih besar50 meter umumnya belum dimanfaatkan, sehingga peningkatan
kapasitas kapal keruk atau kapal hisap untuk dapat menjangkau
kedalaman lebih besar,akan dapat menjangkau sumber daya pada

52
lautdalam tersebut. Sumber daya pada daerah dangkal dapat digunakan
untuk pertambangan sekala yang lebih kecil.

Sebagai produsen dan negara eksportir timah putih terbesar di


dunia, memberikan peluang Indonesia untuk dapat ikut mengendalikan
harga timah dunia. Sehingga peluang pengusahaan timah untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam jangka panjang sangat
prospektif di Indonesia. Kecenderungan harga yang meningkat
memberikan nilai ekonomi sumber daya timah meningkat, sehingga
menyebabkan cut off grade (COG) cenderung turun. Akibat dari kondisi
tersebut cadangan ekonomis meningkat seiring dengan turunnya COG.
Kadar rendah yang sebelumnya tidak layak diusahakan menjadi bernilai
ekonomis, bahkan tailing dari penambangan yang telah berlangsung
lebih dari200 tahun sebagian diusahakan kembali oleh masyarakat.

Nilai tambah berganda dari pemanfaatan timah putih akan lebih


besar apabila produksi timah tidak semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi ekspor. Pemanfaatan domestik yang lebih besar
akan lebih memberikan efek berganda dari pemanfaatan timah putih,
sehingga dapat memberikan peluang berkembangnya industri dalam
negeri serta menghasilkan kesempatan bekerja dan berusaha lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

53
Ima. 1991.Pengantar Pertambangan Indonesia. Jakarta :Penerbit Pusat dan
Informasi Ilmiah

Iskandar, Dody. 2011. Sejarah Pertambangan Timah.


https://beritabangka.wordpress.com/2011/05/26/sejarah-pertambangan-
timah/. Diakses Pada Tanggal 26 agustus 2017

Jufri, Ahmad.2007.Jig Plant Manual Standard Instalation 12 Flow Lines


Trapezoidal Jig. Jakarta : Engineering Dep. PT.Koba Tin

Jufrihadi.2002.Tinjauan Sekilas Tentang Aktivitas Penambangan di Wilayah


Operasi PT. Koba Tin.Palembang : Jurusan Teknik Pertambangan,
Universitas Sriwijaya

Pamungkas,P.2006. Kajian Pertambangan Timah Kita.


http://klastik.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 26 agustus 2017

Sujitno, Sutedjo. 2007.Sejarah Penambangan Timah di Indonesia.Bangka


Belitung :PT TIMAH Tbk.

Widodo, Teguh.2008.Gambaran Umum Penambangan Timah di PT. Koba Tin.


Palembang : Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya

54

Anda mungkin juga menyukai