TINJAUAN UMUM
5
Berau Coal memiliki Perjanjian Kuasa Pertambangan Perusahaan Batubara (PKP2B)
dengan pemerintah Indonesia, dalam PKP2B tersebut wilayah kontrak kerja tambang
batubara PT Berau Coal seluas 121.599,10 Ha, meliputi hampir seluruh wilayah
Kabupaten Berau di Kalimantan Timur (Gambar 2).
PT. Berau Coal saat ini memiliki beberapa lokasi kerja, mencakup lokasi kerja
tambang, lokasi produksi, lokasi eksplorasi, lokasi kantor yang ada di Jakarta dan di
Kabupaten Berau. Kantor pusat PT Berau Coal berada di ibukota kabupaten Berau,
Tanjung Redeb. Lokasi ini dapat ditempuh dengan sarana transportasi sebagai berikut:
Dari Bandara Udara Sepinggan, Balikpapan dengan menggunakan pesawat
terbang selama 1,5 jam ke Bandara Kalimarau yang terletak di kota Tanjung
Redeb, Kabupaten Berau.
6
Dari kota Samarinda dapat menggunakan transportasi kapal laut ke Pelabuhan
7
2.3. Geologi
2.3.1. Geologi Umum
Secara regional, daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Tarakan.
Cekungan ini merupakan salah satu dari tiga cekungan utama yang terbentuk sepanjang
tepi Timur Kontinental Kalimantan pada kurun waktu tersier. Cekungan Tarakan sendiri
dibagi menjadi empat sub cekungan, yakni : Sub Cekungan Tarakan, Sub Cekungan
Tidung, Sub Cekungan Muras, dan Sub Cekungan Berau. Sedimen pada cekungan
Tarakan didominasi oleh sedimen klastik dan beberapa endapan karbonat.
Cekungan Tarakan terbentuk saat proses Transgresi pada kurun waktu Eosen
sampai Miosen awal, dimana terjadi pengangkatan Tinggian Kuching yang
menyebabkan garis pantai purba mengalami pergeseran ke arah timur. Selanjutnya pada
kurun waktu Miosen Tengah terjadi proses regresi. Pada kurun waktu ini pula proses
sedimentasi berlangsung aktif, membentuk fasies endapan delta.
Cekungan ini mengalami penurunan secara cepat pada kurun waktu Miosen dan
Pliosen, yang secara bersamaan diendapkan sedimen delta yang tebal. Pada kurun waktu
ini pula pusat cekungan bergeser ke arah timur.
Lokasi penelitian sendiri terletak di Sub Cekungan Berau. Sub cekungan ini,
yang berpusat di sekitar Sungai Berau dibatasi oleh tinggian di ketiga sisinya, sedangkan
sisi keempat dibatasi oleh laut terbuka yaitu Laut Sulawesi di sebelah timur. Tinggian
Suiker Brood dan Semenanjung Mangkalihat membatasi tepi selatan sub cekungan.
Tinggian dan semenanjung ini memisahkan Sub Cekungan Berau dengan Sub Cekungan
Tidung. Sedangkan sisi barat dibatasi oleh Tinggian Kuching1.
8
Struktur umum di daerah penelitian merupakan suatu sinklin yang asimetris.
Bidang sumbu sinklin memiliki jurus (strike) N 20 E dan kemiringan ke arah Tenggara.
Kemiringan sayap lipatan bebeda untuk kedua sisi. Kemiringan sayap di sebelah timur
adalah 2 - 3, sedangkan di sebelah barat adalah 9 - 13.
1
Binungan Mine Blocks 5&6 and Blocks 7, 5 MTPY (1998-2020) Volume 1-3,
Marston&Marston
9
2.3.3. Stratigrafi
Secara regional, daerah Sub Cekungan Berau merupakan bagian dari Cekungan
Tarakan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan beku dengan
kisaran umur dari Tersier sampai Kwarter1.
Formasi yang menyusun stratigrafi Sub Cekungan Berau terdiri dari 4 (empat)
formasi utama. Urutan dari yang tertua yaitu Formasi Birang (Formasi Glogigerina
Marl), Formasi Latih (Formasi Batubara Berau), Formasi Labanan (Formasi Domaring)
dan Formasi Sinjin seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.
Binungan Mine Blocks 5&6 and Blocks 7, 5 MTPY (1998-2020) Volume 1-3,
Marston&Marston
10
Formasi ini disebut juga Formasi Glogigerina Marl dan menunjukkan kisaran umur
Oligo Miosen dan diendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi ini lebih
dari 110 meter (Klompe, 1941).
11
Konglomerat yang terdapat ada lapisan ini terdiri dari fragmen batuan beku
(andesit, basal) kwarsa, dan kwarsit yang berukuran kerikil. Batuan ini membundar
tanggung hingga menyudut tanggung, dengan matriks terdiri dari pasir halus hingga
kasar.
Batupasir pada lapisan ini berwarna kelabu hingga coklat. Memiliki struktur
yang kompak, dengan butir halus sampai sedang. Fragmennya terdiri dari batuan beku,
kwarsa dan mineral bijih.
Batulanau berwarna kelabu kotor, dengan susunan yang kompak, dan
mengandung sisa tumbuhan. Batulempung berwarna kelabu kehijauan, mengandung sisa
tumbuhan dan fosil mollusca. Batugamping berwarna putih kecoklatan, berbentuk
pasiran kompak, dan berlapis baik
Batubara di Formasi Labanan memiliki warna coklat kehitaman, dengan
ketebalan di bagian atas hanya beberapa sentimeter. Ketebalan di bagian bawah dapat
bawah mencapai 1,5 meter.
Tebal Formasi Labanan lebih kurang 450 meter, terendapkan pada umur Miosen
Akhir dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Latih. Formasi ini diendapkan
pada lingkungan pengendapan fluviatil. Nama lain dari Formasi Labanan adalah Formasi
Domaring.
12
tumbuhan. Tebal formasi ini lebih dari 500 meter (Llewly, 1941), umurnya diduga
Pliosen dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Labanan.
13
2. Seam Q, merupakan seam yang menerus dan selaras dengan sinklin, penyebaran
outcrop berbentuk elips dengan panjang 12 km dan lebar 4 km. Variasi ketebalan
antara 0.80 sampai 4.30 meter dan tebal rata-rata 2.60 meter. Secara umum seam
R memiliki kandungan abu dan sulfur tinggi sehingga setelah di-composite untuk
mineable rata-rata tinggal 2.40 meter saja.
Interburden antara seam R dan seam Q adalah antara 15 sampai 30 meter dimulai dari
sisi selatan dengan interburden paling tipis dan makin ke utara semakin menebal.
14
2.4.2. Strategi dan Metode Penambangan
Penambangan akan dilakukan secara ekonomis dan efisien, artinya operasi
penambangan akan diupayakan mendapatkan hasil yang optimal dengan biaya serendah
mungkin. Kriteria yang akan dijadikan acuan oleh PT Berau Coal dalam penambangan
batubara di Lati, antara lain:
Produksi rata-rata 3.000.000 ton per tahun untuk jangka waktu 30 tahun bekerja
sama dengan 1 kontraktor, yaitu PT Mentari Bukit Makmur (MBM).
Nisbah kupas (stripping ratio) maksimum 7 BCM/ton
Ketebalan batubara yang diambil minimum 0,5 meter.
15
c. Pembersihan Batubara (Coal Cleaning)
Pembersihan batubara (coal cleaning) adalah kegiatan membersihkan lapisan
batubara dari dilusi sebelum dilakukan penambangan dengan menggunakan alat gali
yang spesifik yaitu alat gali yang memiliki cutting edge pada bucket-nya. Setelah lapisan
batubara dibersihkan, dilakukan pengambilan batubara (coal mining) sampai
pengangkutan batubara. Untuk lapisan batubara yang keras, maka dilakukan penggaruan
terlebih dahulu sebelum dilakukan coal getting.
e. Reklamasi (Reclamation)
Merupakan jenis pekerjaan penimbunan, perataan dan pembentukan, serta
penebaran tanah lapisan atas agar supaya areal penambangan siap pakai untuk ditanami
kembali guna pemulihan lingkungan hidup.
f. Revegetasi (Revegetation)
Merupakan proses untuk penanaman area bekas tambang yang telah diratakan
kembali, agar lapisan tanah pucuknya tidak mudah erosi.
16
Tabel 2. Produksi Batubara Lati
17
2.4.5. Pemasaran Batubara
Batubara yang telah ditambang dan diproses di masing-masing daerah produksi
(Lati, Binungan, Sambarata) selanjutnya akan dijual dan dipasarkan di dalam dan luar
negeri, seperti Cili, Hongkong, Jepang, Korea, Philipina, Taiwan dan Thailand. Batubara
tersebut dipergunakan untuk keperluan pembangkit listrik. Batubara yang telah
ditambang dan diproses di Lati mempunyai nama dagang Agathis dan Sungkai. Batubara
yang telah ditambang dan diproses di Binungan mempunyai nama dagang Ebony dan
Mahoni. Sedangkan batubara yang telah ditambang dan diproses di Sambarata
digunakan khusus untuk keperluan blending di transshipment point.
Inherent
Moisture % 12,00 12,00 18,00 18,00
Ash Content % 4,00 4,29 4,50 4,83 4,30 4,76 4,00 4,43
Volatile
Matter
% 37,50 40,24 37,50 40,24 35,50 39,34 34,50 38,23
Fixed Carbon % 40,50 43,47 40,00 42,93 34,20 37,90 35,50 39,34
Gross
Kcal/
Calorific
Kg
5700 6100 5600 6000 5100 5650 5000 5550
Value
Total
Moisture
% 18,00 18,00 26,00 26,00
Total Sulphur
% 0,49 0,53 0,59 0,63 0,79 0,88 0,89 0,99
Coal Particle
Size mm < 50 < 50 < 50 < 50
Grindability
(HGI) Point 45 45 45 45
Ash Fusion
Temperature
(Reducing
Atmospher)
Initial 0
C 1150 1100 1100 1100
Deformation
18
19
20