Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah PT Berau Coal


Sebagai perusahaan berbadan hukum, PT Berau Coal resmi berdiri pada tanggal
5 April 1983, kemudian memperoleh kontrak karya penambangan batubara nomor
J2/JI.DU/12/83 pada tanggal 26 April 1983 dengan PN Tambang Batubara. Pada
awalnya susunan pemilik perusahaan pada waktu itu adalah Mobil Oil Co. Ltd. USA
yang menguasai saham perusahaan 60 % dan Nishio Iwai Japan yang menguasai 40 %
sisanya. Selanjutnya pada tahun 1990, Mobil Oil Co. Ltd menjual kepemilikan
sahamnya di PT Berau Coal kepada PT United Tractor. Dalam pengambil alihan saham
ini PT United Tractor bekerja sama dengan PT Pandu Dian Pertiwi, sehingga pada awal
tahun 1992 terbentuk manajemen PT Berau Coal yang baru dengan komposisi
kepemilikan saham :
- PT. United Tractor (60%)
- PT. Pandu Dian Pertiwi (20%)
- Nishio Iwai Japan (20%).
Pada tahun 2000 sebagian saham yang dimiliki Nishio Iwai dijual (10%),
demikian pula semua saham milik PT Pandu Dian Pertiwi juga dijual kepada PT.
Armadian, sehingga komposisi pemegang saham yang baru adalah : PT United Tractor
(60%); Nishio Iwai Japan (10%); dan PT Armadian (30%). Kondisi komposisi
pemegang saham ini berdasarkan kondisi sampai bulan Maret 2002. Sedangkan mulai
Juli 2004 saham PT United Tractor (60%) dibeli oleh PT Armadian. Sehingga saat ini
komposisi pemegang saham adalah PT Armadian (90%) dan Nishio Iwai-Japan (10%).

2.2. Letak Geografis


Secara geografis, wilayah kontrak kerja PT Berau Coal berada pada posisi
11700744,52 BT - 11703826,46 BT dan 0105226,74 LU 0202509,78 LU. PT

5
Berau Coal memiliki Perjanjian Kuasa Pertambangan Perusahaan Batubara (PKP2B)
dengan pemerintah Indonesia, dalam PKP2B tersebut wilayah kontrak kerja tambang
batubara PT Berau Coal seluas 121.599,10 Ha, meliputi hampir seluruh wilayah
Kabupaten Berau di Kalimantan Timur (Gambar 2).

Gambar 2. Wilayah Kontrak Kerja PT. Berau Coal

PT. Berau Coal saat ini memiliki beberapa lokasi kerja, mencakup lokasi kerja
tambang, lokasi produksi, lokasi eksplorasi, lokasi kantor yang ada di Jakarta dan di
Kabupaten Berau. Kantor pusat PT Berau Coal berada di ibukota kabupaten Berau,
Tanjung Redeb. Lokasi ini dapat ditempuh dengan sarana transportasi sebagai berikut:
Dari Bandara Udara Sepinggan, Balikpapan dengan menggunakan pesawat
terbang selama 1,5 jam ke Bandara Kalimarau yang terletak di kota Tanjung
Redeb, Kabupaten Berau.

6
Dari kota Samarinda dapat menggunakan transportasi kapal laut ke Pelabuhan

Tanjung Redeb dengan lama perjalanan kurang lebih 26 jam.

Terdapat tiga lokasi penambangan dan produksi, yakni :


- Lati, berproduksi sejak tahun 1993. Lati berada di wilayah desa Sambakungan
Kecamatan Gunung Tabur, 35 km ke arah timur Kabupaten Tanjung Redeb.
Kendaraan yang dapat digunakan untuk mencapai daerah ini adalah speedboat
dari dermaga khusus PT Berau Coal yang berada di wilayah kantor pusat PT
Berau Coal. Daerah ini dapat dicapai selama 30 menit.
- Binungan, berproduksi sejak tahun 1995. Binungan secara administratif terletak
di Kecamatan Pegat Bukur. Untuk mencapai Binungan dapat menggunakan
speedboat dari dermaga khusus perusahaan PT Berau Coal, ke arah barat daya
menyusuri Sungai Kelai dengan waktu tempuh sekitar 45 menit.
- Sambarata, mulai berproduksi pada tahun 2001. Daerah penambangan Sambarata
terbagi dalam 4 blok yaitu: Blok A, Blok B, Blok C Utara dan Blok C Selatan.
Untuk mencapai daerah Sambarata dapat menggunakan speedboat dari dermaga
khusus PT Berau Coal di Tanjung Redeb mengitari Sungai Segah menuju daerah
penambangan Sambarata dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.
Adapun nama lokasi-lokasi di atas diambil dari nama sungai yang mengalir di daerah
tersebut.
Selain ketiga lokasi di atas, terdapat beberapa lokasi lain yang belum dibuka, dan
termasuk dalam Perjanjian Kuasa Pertambangan Perusahaan Batubara (PKP2B) antara
PT Berau Coal dengan pemerintah Indonesia. Lokasi-lokasi tersebut adalah : Birang,
Parapatan, Punan, dan Kelai.

7
2.3. Geologi
2.3.1. Geologi Umum
Secara regional, daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Tarakan.
Cekungan ini merupakan salah satu dari tiga cekungan utama yang terbentuk sepanjang
tepi Timur Kontinental Kalimantan pada kurun waktu tersier. Cekungan Tarakan sendiri
dibagi menjadi empat sub cekungan, yakni : Sub Cekungan Tarakan, Sub Cekungan
Tidung, Sub Cekungan Muras, dan Sub Cekungan Berau. Sedimen pada cekungan
Tarakan didominasi oleh sedimen klastik dan beberapa endapan karbonat.
Cekungan Tarakan terbentuk saat proses Transgresi pada kurun waktu Eosen
sampai Miosen awal, dimana terjadi pengangkatan Tinggian Kuching yang
menyebabkan garis pantai purba mengalami pergeseran ke arah timur. Selanjutnya pada
kurun waktu Miosen Tengah terjadi proses regresi. Pada kurun waktu ini pula proses
sedimentasi berlangsung aktif, membentuk fasies endapan delta.
Cekungan ini mengalami penurunan secara cepat pada kurun waktu Miosen dan
Pliosen, yang secara bersamaan diendapkan sedimen delta yang tebal. Pada kurun waktu
ini pula pusat cekungan bergeser ke arah timur.
Lokasi penelitian sendiri terletak di Sub Cekungan Berau. Sub cekungan ini,
yang berpusat di sekitar Sungai Berau dibatasi oleh tinggian di ketiga sisinya, sedangkan
sisi keempat dibatasi oleh laut terbuka yaitu Laut Sulawesi di sebelah timur. Tinggian
Suiker Brood dan Semenanjung Mangkalihat membatasi tepi selatan sub cekungan.
Tinggian dan semenanjung ini memisahkan Sub Cekungan Berau dengan Sub Cekungan
Tidung. Sedangkan sisi barat dibatasi oleh Tinggian Kuching1.

2.3.2. Struktur Geologi


Struktur geologi dominan yang hadir di wilayah Berau antara lain berupa lipatan
dan patahan yang memiliki trend Timur Laut-Barat Daya dan Barat Laut-Tenggara1.
Struktur lipatan di wilayah Berau memiliki karakteristik sempit dan terjal pada antiklin.
Sebaliknya sinklin bersifat melebar dan landai.

8
Struktur umum di daerah penelitian merupakan suatu sinklin yang asimetris.
Bidang sumbu sinklin memiliki jurus (strike) N 20 E dan kemiringan ke arah Tenggara.
Kemiringan sayap lipatan bebeda untuk kedua sisi. Kemiringan sayap di sebelah timur
adalah 2 - 3, sedangkan di sebelah barat adalah 9 - 13.

Gambar 3. Cekungan Tarakan dan Fisiografi daerah sekitarnya1

1
Binungan Mine Blocks 5&6 and Blocks 7, 5 MTPY (1998-2020) Volume 1-3,
Marston&Marston

9
2.3.3. Stratigrafi
Secara regional, daerah Sub Cekungan Berau merupakan bagian dari Cekungan
Tarakan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan beku dengan
kisaran umur dari Tersier sampai Kwarter1.
Formasi yang menyusun stratigrafi Sub Cekungan Berau terdiri dari 4 (empat)
formasi utama. Urutan dari yang tertua yaitu Formasi Birang (Formasi Glogigerina
Marl), Formasi Latih (Formasi Batubara Berau), Formasi Labanan (Formasi Domaring)
dan Formasi Sinjin seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Stratigrafi Regional Sub Basin Berau

Umur Formasi Batuan Litologi Tebal


Holosen Alluvium Batupasir, batulanau, -
batulempung, dan lumpur

Plio-Plistosen Formasi Sinjin Tuf, aglomerat, lava dan 500 m


batulempung
Konglomerat, batupasir 450 m
Formasi Labanan batulanau, batulempung,
batugamping dan batubara

Miosen Batupasir, batulempung, 600 m


Formasi Latih batulanau, batubara dan
batugamping
Napal, batugamping, tuf -
Formasi Birang rijang, konglomerat
Oligosen batupasir dan batulempung

2.3.3.1. Formasi Birang


Formasi ini tersusun dari perselang-selingan antara napal, batugamping, tufa
hablur di bagian atas, serta perselang-selingan antara napal, rijang, konglomerat,
batupasir kwarsa, dan batugamping di bagian bawah.

Binungan Mine Blocks 5&6 and Blocks 7, 5 MTPY (1998-2020) Volume 1-3,
Marston&Marston

10
Formasi ini disebut juga Formasi Glogigerina Marl dan menunjukkan kisaran umur
Oligo Miosen dan diendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi ini lebih
dari 110 meter (Klompe, 1941).

2.3.3.2. Formasi Latih


Formasi Latih tersusun dari perselang-selingan antara batupasir kwarsa,
batulempung, batulanau dan batubara di bagian atas, dan bersisipan dengan serpih
pasiran dan batugamping di bagian bawah.
Batu pasir kwarsa berwarna kelabu muda, coklat kekuningan, hingga ungu. Batu
ini berbutir halus hingga kasar, membulat tanggung hingga menyudut, berlapis baik,
selang-seling dengan batulempung berwarna kelabu hingga kehitaman, dan mengandung
sisa tumbuhan.
Batulanau yang terdapat di formasi ini dicirikan dengan warna kelabu kekuningan,
dan berselingan dengan batupasir kwarsa, umumnya tidak gampingan. Batubara di
formasi ini memiliki warna coklat sampai hitam, berselang-seling dengan batupasir
kwarsa dan batulempung, dan memiliki tebal dari beberapa sentimeter hingga 5,5 meter.
Sedangkan serpih pasiran berwarna coklat kemerahan, berbutir halus sampai sedang.
Batugamping merupakan sisipan di bagian bawah, putih, sangat kompak dan berlapis
baik.
Ketebalan Formasi Latih kurang lebih 600 m (Klompe, 1941), dengan umur
Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal.
Formasi ini menjemari dengan Formasi Birang berada di atasnya. Nama lain dari
formasi ini adalah Formasi Batubara Berau (Klompe, 1941).

2.3.3.3. Formasi Labanan


Formasi Labanan tersusun dari perselingan konglomerat, batu pasir, batu lanau,
batu lempung dan sisipan batu gamping dan batubara.

11
Konglomerat yang terdapat ada lapisan ini terdiri dari fragmen batuan beku
(andesit, basal) kwarsa, dan kwarsit yang berukuran kerikil. Batuan ini membundar
tanggung hingga menyudut tanggung, dengan matriks terdiri dari pasir halus hingga
kasar.
Batupasir pada lapisan ini berwarna kelabu hingga coklat. Memiliki struktur
yang kompak, dengan butir halus sampai sedang. Fragmennya terdiri dari batuan beku,
kwarsa dan mineral bijih.
Batulanau berwarna kelabu kotor, dengan susunan yang kompak, dan
mengandung sisa tumbuhan. Batulempung berwarna kelabu kehijauan, mengandung sisa
tumbuhan dan fosil mollusca. Batugamping berwarna putih kecoklatan, berbentuk
pasiran kompak, dan berlapis baik
Batubara di Formasi Labanan memiliki warna coklat kehitaman, dengan
ketebalan di bagian atas hanya beberapa sentimeter. Ketebalan di bagian bawah dapat
bawah mencapai 1,5 meter.
Tebal Formasi Labanan lebih kurang 450 meter, terendapkan pada umur Miosen
Akhir dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Latih. Formasi ini diendapkan
pada lingkungan pengendapan fluviatil. Nama lain dari Formasi Labanan adalah Formasi
Domaring.

2.3.3.4. Formasi Sinjin


Formasi ini tersusun dari perselingan tuf, aglomerat, tuf lapili, lava andesit
piroksen, tuf terkersikan, batulempung tufaan dan kaolin.
Tuf berwarna putih kecoklatan hingga ungu, berbutir halus, dengan susunan
kompak, berselingan dengan aglomerat dan tuf lapili. Lava andesit piroksen
menunjukkan struktur aliran. Tuf terkersikan berwarna coklat muda hingga ungu,
berlapis baik, berbutir sangat halus, mengandung mineral kwarsa, feldspar dan mineral
hitam. Adapun batulempung tufaan berwarna kelabu kotor hingga kelabu kecoklatan,
memiliki susunan yang kompak, dengan perlapisan yang buruk, dan mengandung sisa

12
tumbuhan. Tebal formasi ini lebih dari 500 meter (Llewly, 1941), umurnya diduga
Pliosen dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Labanan.

2.4 Proses Penambangan

2.4.1. Keadaan Endapan Batubara


Batubara di Lati termasuk bagian dari Formasi Latih (Formasi Batubara Berau)
yang tersebar dan terukur pada Sinklin Lati. Terdapat 19 seam utama yaitu seam A
sampai seam U dan beberapa seam tambahan dan pecahan seam.
Berdasar kualitas, ketebalan dan status eksplorasi terdapat 4 seam batubara yang
potensial yaitu seam E, Q, R dan T karena kandungan abu rendah, sulfur rendah dan
nilai kalori sedang, serta mempunyai perlapisan dan ketebalan yang menerus. Dari
keempat seam tersebut masih digolongkan lagi menjadi 2 golongan yaitu seam besar
(major) Q dan R karena mempunyai cadangan lebih banyak dengan ketebalan 2.70
meter serta seam Kecil (E dan T) dengan ketebalan 2 meter.
Lima belas seam yang lain adalah juga seam kecil (minor) yang mempunyai luas
terbatas, tetapi tebal serta kualitasnya sama atau lebih baik daripada keempat seam di
atas. Untuk saat ini belum dilakukan pertimbangan ke arah pengembangan mengingat
belum cukupnya data geologi yang dimiliki.

2.4.1.1. Seam Besar (Major)


Beberapa seam besar di Lati adalah :
1. Seam R, merupakan seam yang menerus dan selaras dengan sinklin, penyebaran
outcrop berbentuk elips dengan panjang 11 km dan lebar 3.5 km. Variasi
ketebalan antara 0.90 sampai 5.10 meter dan tebal rata-rata 3.00 meter. Secara
umum seam R memiliki kandungan abu dan sulfur tinggi sehingga setelah
dikomposit untuk layak ditambang, rata-rata ketebalannya tinggal 2.30 meter
saja.

13
2. Seam Q, merupakan seam yang menerus dan selaras dengan sinklin, penyebaran
outcrop berbentuk elips dengan panjang 12 km dan lebar 4 km. Variasi ketebalan
antara 0.80 sampai 4.30 meter dan tebal rata-rata 2.60 meter. Secara umum seam
R memiliki kandungan abu dan sulfur tinggi sehingga setelah di-composite untuk
mineable rata-rata tinggal 2.40 meter saja.

Interburden antara seam R dan seam Q adalah antara 15 sampai 30 meter dimulai dari
sisi selatan dengan interburden paling tipis dan makin ke utara semakin menebal.

2.4.1.2. Seam Kecil (Minor)


Beberapa seam kecil dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Seam E. Seam ini terdapat kira-kira 220 meter dibawah seam Q dan 55 meter di
atas dasar daripada penyebaran batubara. Seam ini tidak mempunyai identitas,
terdefinisi untuk sayap sinklin dari bagian timur sehingga outcrop yang
terpetakan berbentuk seperti huruf C. Ketebalan antara 1.40 meter sampai 2.60
meter dengan rata-rata ketebalan 2.00 meter dengan ketebalan mineable
diperkirakan sekitar 1.90 meter dengan kandungan abu maupun sulfur yang
tinggi.
2. Seam T. Seam ini terdapat di atas seam R yang terendapkan sebagai seam yang
seragam, meskipun di dalam daerah sinklin. Pola outcrop dari seam T merupakan
bentuk tidak beraturan yang merupakan hasil perubahan bentuk seam asli hasil
dari erosi. Bentuk-bentuk yang tidak beraturan ini terdapat di dalam pola
eliptical secara umum dimana panjangnya 8 km dan lebar 1.5 km. Ketebalan
antara 1.20 sampai 3.00 meter dengan rata-rata 2.30 meter dan untuk tebal
mineable diperkirakan 1.80 meter. Interburden antara seam R dan T berkisar
antara 50 sampai 55 meter.

14
2.4.2. Strategi dan Metode Penambangan
Penambangan akan dilakukan secara ekonomis dan efisien, artinya operasi
penambangan akan diupayakan mendapatkan hasil yang optimal dengan biaya serendah
mungkin. Kriteria yang akan dijadikan acuan oleh PT Berau Coal dalam penambangan
batubara di Lati, antara lain:
Produksi rata-rata 3.000.000 ton per tahun untuk jangka waktu 30 tahun bekerja
sama dengan 1 kontraktor, yaitu PT Mentari Bukit Makmur (MBM).
Nisbah kupas (stripping ratio) maksimum 7 BCM/ton
Ketebalan batubara yang diambil minimum 0,5 meter.

Penambangan batubara di Lati dilakukan dengan metode tambang terbuka (surface


mining), yaitu open pit mining. Berdasarkan perhitungan ekonomi dan pertimbangan
penghematan lahan, metode yang digunakan di tiap pit adalah metode backfilling.

2.4.3. Tahapan Penambangan


Tahapan penambangan yang dilakukan di site Lati adalah sebagai berikut :

a. Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membersihkan daerah yang akan
ditambang dari semak-semak, pepohonan dan tanah maupun bongkah-bongkah batu
yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Alat yang biasa digunakan untuk
pekerjaan ini adalah Bulldozer.

b. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden/Overburden Removal)


Tanah penutup dibongkar dengan metode peledakan lalu dimuat ke truk dengan
menggunakan excavator. Tanah penutup ini kemudian diangkut menuju tempat
pembuangan dengan menggunakan truk yang berkapasitas 20 ton hingga 50 ton dengan
jarak angkut rata-rata sejauh 2.0 km.

15
c. Pembersihan Batubara (Coal Cleaning)
Pembersihan batubara (coal cleaning) adalah kegiatan membersihkan lapisan
batubara dari dilusi sebelum dilakukan penambangan dengan menggunakan alat gali
yang spesifik yaitu alat gali yang memiliki cutting edge pada bucket-nya. Setelah lapisan
batubara dibersihkan, dilakukan pengambilan batubara (coal mining) sampai
pengangkutan batubara. Untuk lapisan batubara yang keras, maka dilakukan penggaruan
terlebih dahulu sebelum dilakukan coal getting.

d. Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)


Batubara ditambang dengan menggunakan excavator dan dimuat ke dalam truk
angkut untuk kemudian dibawa menuju lokasi pengolahan batubara (Coal Processing
Plant). Jarak angkut rata-rata adalah 2.5 km hingga 3 km menggunakan truk angkut
dengan kapasitas rata-rata 20 ton.

e. Reklamasi (Reclamation)
Merupakan jenis pekerjaan penimbunan, perataan dan pembentukan, serta
penebaran tanah lapisan atas agar supaya areal penambangan siap pakai untuk ditanami
kembali guna pemulihan lingkungan hidup.

f. Revegetasi (Revegetation)
Merupakan proses untuk penanaman area bekas tambang yang telah diratakan
kembali, agar lapisan tanah pucuknya tidak mudah erosi.

2.4.4. Produksi Batubara


Produksi batubara Lati untuk tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

16
Tabel 2. Produksi Batubara Lati

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004


Bulan
Coal Overburden SR Coal Overburden SR Coal Overburden SR
January 204791.28 1615870.66 7.8903294 189211.57 1170808.72 6.1878284 353166.42 1864492.49 5.2793595
February 186859.775 1292156.86 6.9151151 194861.58 879605.083 4.5139995 386818.438 1952573.76 5.0477784
March 273629.572 1718565.8 6.2806289 290059.37 1085129.19 3.7410589 439913.44 2361838.61 5.3688712
April 262083.798 1771687.37 6.7600034 306993.458 999809.637 3.2567783 378857.673 2361847.66 6.2341291
May 221542.009 1694947.65 7.6506829 335634.555 1418861.49 4.2273999 436147.643 2425115.55 5.5603087
June 284808.055 1408469.45 4.9453287 331451.673 1572567.07 4.7444837 435385.052 2489513.86 5.717959
July 358274.581 1679821.74 4.6886434 341092.65 1756773 5.1504276 450163.847 2978395.65 6.616248
August 380546.78 2011768.17 5.28652 304220.813 1764948.14 5.8015365

September 280067.478 1406357.71 5.021496 335324.34 1709268.46 5.0973587


October 261495.72 1384715.28 5.295365 327231.569 1788461.82 5.4654318
November 220775.732 1426725.97 6.4623315 259387.388 1883736.19 7.2622505
December 157031.27 1069806.02 6.8126942 259792.752 1725138.01 6.6404393
TOTAL 3091906.05 18480892.7 5.9771844 3475261.72 17755106.8 5.1089985 2880452.51 16433777.6 5.7052763

17
2.4.5. Pemasaran Batubara
Batubara yang telah ditambang dan diproses di masing-masing daerah produksi
(Lati, Binungan, Sambarata) selanjutnya akan dijual dan dipasarkan di dalam dan luar
negeri, seperti Cili, Hongkong, Jepang, Korea, Philipina, Taiwan dan Thailand. Batubara
tersebut dipergunakan untuk keperluan pembangkit listrik. Batubara yang telah
ditambang dan diproses di Lati mempunyai nama dagang Agathis dan Sungkai. Batubara
yang telah ditambang dan diproses di Binungan mempunyai nama dagang Ebony dan
Mahoni. Sedangkan batubara yang telah ditambang dan diproses di Sambarata
digunakan khusus untuk keperluan blending di transshipment point.

Tabel 3. Spesifikasi Batubara PT. Berau Coal

EBONY MAHONY AGATHIS SUNGKAI


DATA UNIT
BATUBARA Ar Adb Ar Adb Ar Adb Ar Adb

Inherent
Moisture % 12,00 12,00 18,00 18,00
Ash Content % 4,00 4,29 4,50 4,83 4,30 4,76 4,00 4,43
Volatile
Matter
% 37,50 40,24 37,50 40,24 35,50 39,34 34,50 38,23
Fixed Carbon % 40,50 43,47 40,00 42,93 34,20 37,90 35,50 39,34
Gross
Kcal/
Calorific
Kg
5700 6100 5600 6000 5100 5650 5000 5550
Value
Total
Moisture
% 18,00 18,00 26,00 26,00
Total Sulphur
% 0,49 0,53 0,59 0,63 0,79 0,88 0,89 0,99

Coal Particle
Size mm < 50 < 50 < 50 < 50
Grindability
(HGI) Point 45 45 45 45
Ash Fusion
Temperature
(Reducing
Atmospher)
Initial 0
C 1150 1100 1100 1100
Deformation

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai