Anda di halaman 1dari 95

TUGAS BESAR GEOLOGI FISIK

“Pengetahuan tentang Penambangan Nikel dan Proses Penambanganya”

Diajukan Guna Memenuhi Syarat


Ujian Akhir Semester Geologi Fisik
Program Studi S1 Teknik Pertambangan

Oleh :
RIZKY DHANNI FAJRI
17137107
Dosen Pengampu :
HERI PRABOWO,ST,MT

S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

1
2018

LEMBAR PERSEMBAHAN

Pertama-tama puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT atas terselesaikannya
Tugas Besar ini dengan baik dan lancar. Dan Tugas besar ini saya persembahkan
untuk:
Bapak & Ibuku yang telah memberikan kasih sayang hingga aku dewasa, selalu
mendoakan dan mndukung saya untuk menjalani hidup sesuai keinginan

LEMBAR PERSEMBAHAN
• Keluarga besarku yang selalu mendoakan aku sampai aku bisa seperti
sekarang ini….
• Para dosen-dosen Teknik Pertambangan terima kasih atas
bimbingannya selama 3 semester ini….
• Teman-teman ku seperjuangan angkatan 2017 makasih ya sudah
membantu ku dan memberikan solusi …….

“Try not to become a man of success but a man of value”

2
ABSTRAK
Penelitian ini terletak di wilayah IUP PT. Antam Tbk. Kolaka, Propinsi Sulawesi
Tenggara. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Tahap-tahap
penambangan,alat-alat yang digunakan,segala yang mencakup tentang penambangan
Nikel termasuk Pemasaranya.

Di sektor pertambangan pengolahan sumberdaya alam membutuhkan tenaga-tenaga


terampil dan handal, khususnya disiplin ilmu yang berhubungan langsung. Oleh
karena itu, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pertambangan dituntut
untuk menyiapkan diri berperan langsung dalam pengolahan sumberdaya alam.
Dalam hal ini yang dibutuhkan bukan hanya pengetahuan secara teori, melainkan
juga dibutuhkan keterampilan di lapangan

Industri pertambangan bersifat jangka panjang, padat modal dan mempunyai resiko
yang tinggi. Diperlukan waktu bertahun-tahun dan modal yang besar untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi komuditas tambang baru serta untuk
membangun pabrik. PT. ANTAM Tbk, UBPN Sultra adalah salah satu perusahaan
negara dibawah naungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak
dibidang pertambangan nikel, terletak di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara.

Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di Indonesia,
bersama Kanada dan Australia. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh, Indonesia
berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New Caledonia. Keempat negara
ini menguasai sekitar 65% supply dunia. Keadaan tersebut menarik perhatian kami
agar lebih banyak tahu mengenai aktivitas penambangan nikel dari eksploitasi sampai
pengolahaannya.

Kata kunci : Nikel,tahap-tahap penambangan Nikel,alat-alat yang diperlukan


penambangan Nikel,segala yang mencakup tentang Nikel dan termasuk pemasaranya.

3
ABSTRACT
This research is located at IUP PT. Antam Tbk. Kolaka, Southeast Sulawesi Province.
The purpose of this study is to find out the stages of mining, the tools used, all related
to nickel mining, including marketing.
In the processing sector, natural resources require skilled and reliable personnel,
especially those that are directly related. Therefore, as people engaged in the world of
the brain are required to find themselves directly in the processing of natural
resources. In this case what is needed is not only knowledge, theory and also skills in
the field
The industry is long, capital intensive and has a high risk. It takes years and large
capital to explore and exploit new mining commodities and to build factories. PT.
ANTAM Tbk, UBPN Southeast Sulawesi is one of the companies under the auspices
of a BUMN engaged in nickel mining, located in Pomalaa District, Kolaka Regency,
Southeast Sulawesi Province.
Nickel is one of the many mining products produced in Indonesia, along with Canada
and Australia. Based on the latest data obtained, Indonesia ranks after Australia,
Canada, New Caledonia. These four countries control around 65% of the world's
supply. This situation is very interesting for us so that more people will know what is
happening from mining from exploitation to processing.

Keywords: Nickel, Nickel mining stages, Nickel mining equipment, everything that
includes Nickel and including marketing

4
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk
“Pengetahuan tentang Penambangan Nikel dan Proses Penambangannya” dengan
lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Pelajaran
Geologi Fisik yang diampu oleh Bapak Heri Prabowo,S.T,M.T.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan
di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari
pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

PADANG, 07 Desember 2018

Penulis

5
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................2

ABSTRAK..................................................................................................................3

KATA PENGANTAR.................................................................................................5

DAFTAR ISI................................................................................................................6

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................9

B. Rumusan Masalah...........................................................................................10

C. Maksud dan Tujuan.........................................................................................10

D. Batasan Masalah..............................................................................................11

E. Lokasi dan Kesampaian Daerah......................................................................11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Sejarah Singkat Perusahaan….....................................................................13

2. Definisi Mineral Biji................................................................................... 14

3. Endapan Nikel Laterit..................................................................................16

4. Daerah Potensi Terbentuknya Nikel............................................................17

5. Genesa Endapan Nikel Laterit....................................................................16

6. Sifat Sifat Nikel...........................................................................................21

7. Manfaat Penggunaan Nikel………………………………………………25

8. Paduan Nikel…………………………………………………………….25

6
9. Bahaya Toksik Nikel……………………………………………………29

10. Inovasi Produk Atau Manfaat Dari Bahan Dasar Nikel……………….32

11. Ide Lain Dari Bahan Nikel…………………………………………….34

12. Teknologi Pengolahan Biji Nikel……………………………………..35

B. Landasan Teori

1. Pengertian Nikel……………………………………………………….40

2. Proses Ekplorasi Nikel ………………………………………………..41

3. Peralatan tambang Nikel………………………………………………44

4. Proses Penambangan Nikel (landclearing – penambangan)………….. 51

5. Proses Pengolahan Nikel………………………………………………54

6. Pemasaran Nikel……………………………………………………….57

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN (studi kasus)

A. Tahapan Persiapan......................................................................................59

B. Teknik Pengambilan Data...........................................................................59

C. Tahap Pengolahan Data ..............................................................................60

D. Tahap Pembuatan Laporan...........................................................................60

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Metode Penambangan………………………………………………………61

1. Tahapan Penambangan Nikel………………………………………62

2. Alat Alat Penambangan Nikel……………………………………67

7
3. Analisis Strategi Pemasaran……………………………………….75

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................85

B. Saran ............................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………88

REFERENSI……………………………………………………………………….90

DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Wilayah IUP PT. Antam (Persero). Tbk UBPN Sultra (Sumber: PT.
Antam, Tbk.)………………………………………………………………13
2. Tabel Sifat Kimia………………………………………………………….21
3. Tabel 5.1 Penjualan Nikel PT. Antam Tbk (TNi)…………………………79
4. Tabel 5.2 Kenaikan/Penurunan Volume Penjualan Nikel PT. Antam
Tbk…………………………………………………………………………80
5. Tabel 5.3 Produk Hasil Pertambangan Nikel………………………………81
6. Tabel 5.4 Kenaikan/Penurunan Produksi Nikel PT. Antam Tbk…………..82
7. Tabel 5.5 Selisih Volume Produksi Dengan Volume Penjualan…………...83
8. Tabel 5.6 Harga Jual Nikel…………………………………………………85

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi Indonesia dikenal mengandung kekayaan sumberdaya mineral yang besar, yang
tersebar di sebagian besar di kepulauan nusantara. Sumberdaya alam yang sifatnya
tidak terbaharukan yang memiliki nilai ekonomis yang digunakan sebagai bahan baku
dalam industri untuk kesejahteraan rakyat di dalam memenuhi kebutuhannya. Pada
wilayah Indonesia Timur khususnya pada Daerah Sulawesi Tenggara yang memiliki
potensi sumberdaya nikel laterit yaitu di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka.

Di sektor pertambangan pengolahan sumberdaya alam membutuhkan tenaga-tenaga


terampil dan handal, khususnya disiplin ilmu yang berhubungan langsung. Oleh
karena itu, sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia pertambangan dituntut
untuk menyiapkan diri berperan langsung dalam pengolahan sumberdaya alam.
Dalam hal ini yang dibutuhkan bukan hanya pengetahuan secara teori, melainkan
juga dibutuhkan keterampilan di lapangan

Industri pertambangan bersifat jangka panjang, padat modal dan mempunyai resiko
yang tinggi. Diperlukan waktu bertahun-tahun dan modal yang besar untuk
melakukan eksplorasi dan eksploitasi komuditas tambang baru serta untuk
membangun pabrik. PT. ANTAM Tbk, UBPN Sultra adalah salah satu perusahaan
negara dibawah naungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak
dibidang pertambangan nikel, terletak di Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara.

Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di Indonesia,
bersama Kanada dan Australia. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh, Indonesia

9
berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New Caledonia. Keempat negara
ini menguasai sekitar 65% supply dunia. Keadaan tersebut menarik perhatian kami
agar lebih banyak tahu mengenai aktivitas penambangan nikel dari eksploitasi sampai
pengolahaannya.

Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. ANTAM Tbk. UBPN Sultra
mengolah nikel menjadi feronikel (paduan besi dengan nikel) dan dipakai oleh
industri eletronik maupun rumah tangga. Pemakaiaan terbesar nikel adalah
industri stainless steel dan logam campuran. Keduanya menyerap hampir 90% dari
pasokan nikel.

B..Rumusan Masalah

1.apa saja yang termasuk pada tahapan tahapan pertambangan pada PT. ANTAM
(Persero) Tbk. UBPN Sultra?

2.apa saja Alat-alat yang digunakan pada penambangan di PT. ANTAM (Persero)
Tbk. UBPN Sultra?

3. apa saja pengetahuan ilmu tentang Nikel dan Pemasaran Nikel tersebut?

C. Maksud Dan Tujuan

Adapun maksud dari kerja praktek saya untuk mengamati proses penambangan pada
PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra.

Tujuan kerja praktek saya adalah seperti berikut:

Mengetahui Tahapan-tahapan pertambangan pada PT. ANTAM (Persero) Tbk.


UBPN Sultra.

Mengetahui Alat-alat yang digunakan pada penambangan di PT. ANTAM (Persero)


Tbk. UBPN Sultra.

Mengetahui pengetahuan mengenai Nikel dan pemasaranya.

10
D.  Batasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada proses kegiatan penambangan dan Alat-alat yang
digunakan pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra.

E.  Lokasi Kesampaian Daerah

Lokasi kegiatan penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT.
ANTAM Tbk. UBPN Sultra secara administrasi terletak di Daerah Kabupaten Kolaka
Provinsi Sulawesi Tenggara sedangkan secara geografis terletak pada Garis Lintang
04011’00’’–4012’00’’ Lintang Selatan dan berada pada 121036’00’’–121037’00’’
Bujur Timur.

geografis terletak pada Garis Lintang 04011’00’’–4012’00’’ Lintang Selatan dan

berada pada 121036’ 00’’–121037’00’’ Bujur Timur.

11
Unit  Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi
Sulawesi Tenggara berbatasan dengan:

Di sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-huko

Di sebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang

Di sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-Oko

Di sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga

Lokasi penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun
roda empat ke Kolaka dari Kendari yaitu Ibukota Sulawesi Tenggara dengan jarak
±165 Km. Sedangkan Pomalaa terletak di sebelah Selatan kota Kolaka dengan jarak
±29 Km dari Kolaka. Akses jalan ini juga dapat ditempuh dari Makassar ke
Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dengan kendaraaan roda dua atau roda empat
melewati Teluk Bone di penyeberangan Bajoe berjarak ±178 Km dari Makassar.
Sehingga rute lokasi kerja praktek ini adalah Makassar menuju Penyeberangan Bajoe
(Penyeberangan Teluk Bone) ke Kolaka kemudian menuju Pomalaa. 

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra yang berlokasi di Pomalaa, Kabupaten


Kolaka merupakan perusahaan tambang milik Negara yang sejak tahun 1909 telah
beroperasi. Wilayah penambangan PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra terbagi
menjadi 4 yakni bagian utara, tambang  bagian tengah, tambang bagian selatan dan
Pulau Maniang. Luasan Wilayah Pertambangan pada PT. ANTAM (Persero) Tbk.
UBPN Sultra dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Wilayah IUP PT. Antam (Persero). Tbk UBPN Sultra (Sumber: PT. Antam,
Tbk.)

  Wilayah Penambangan IUP Luas (Ha)

Tambang Utara IUP WSPM 016 1,954

   Tambang Tengah IUP WSPM 014 2,712

IUP WSPM 015 584.3


   Tambang Selatan
IUP WSPM 017 878.2

Pulau Maniang IUP WSPM 003 195

Bijih Nikel di Pomalaa pertama kali ditemukan oleh E.C. Abendanon pada Tahun
1909. Dan pada tahun 1934, mulai dilaksanakan eksplorasi oleh Oost Borneo
Maatschappij dan Bone Tole Maatschappij ditemukan endapan bijih nikel berkadar

13
3.00% sampai 3.5%. Tahun 1942 – 1945, pada perang dunia ke- II Sumitomo Metal
Meaning Co mengolah bijih nikel menjadi “matte”, tetapi belum diekspor karena
Jepang dihancurkan oleh Amerika Serikat setelah Indonesia merdeka.

Tahun 1957, berdiri suatu perusahaan swasta yang bernama NV. PERTO yang
mengekspor stok bijih nikel yang sudah ada ke Jepang. Pada Tahun 1960, sesuai
dengan PP No. 29 dan Undang-Undang Pertambangan No. 37 tahun 1960 maka
berdiri PT Pertambangan Nikel Indonesia (PNI) yang merupakan perusahaan
pemerintah daerah.

Pada  akhir  tahun  1962  BPU  Pertambun  menandatangani  kontrak dengan


Sulawesi Nikel Development Corporation Limited (SUNIDECO) dan Jepang yang
menyelidiki bantuan kredit berupa hasil bijih nikel yang diekspor ke jepang. Pada
Tahun 1968, berubah status menjadi Perusahaan Negara Aneka Tambang. Untuk
memperpanjang jangka waktu penambangan Nikel di Pomalaa serta mengingat
cadangan bijih nikel laterit kadar rendah (<1.82% Ni) yang dapat dimanfaatkan cukup
besar sedangkan bijih nikel laterit berkadar tinggi (>2.30% Ni)  semakin menipis
jumlah cadangannya. Pada tanggal 5  Juni  1969, dilakukan usaha pendirian pabrik  di
Pomalaa Kabupaten Kolaka. Dan berdasarkan peraturan pemerintah nomor  22 tahun 
1968,  PT.  Pertambangan Nikel Indonesia, PN Perbaki  Kijang berubah nama
menjadi PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. UBPN Sultra.

2. Definisi Mineral dan Bijih

Mineral merupakan benda padat anorganik dan homogen yang terbentuk secara
alamiah, mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tertentu, dapat berunsur tunggal
misalnya Au, Cu dan Ag. Mineral mempunyai sifat fisik tertentu pula, seperti: warna,
kekerasan, belahan, bentuk kristal dan juga sifat optiknya. Mineral mempunyai
komposisi kimia tertentu dan dalam perbandingan unsur  kimia tertentu pula, seperti:
Si02, CaC03 (Graha, 1987).

14
Lebih lanjut dalam definisi tersebut dinyatakan bahwa mineral merupakan suatu zat
padat homogen. Ini berarti bahwa mineral terdiri dari suatu zat padat (solid), yang
secara fisik tidak dapat dibagi lagi menjadi senyawa kimia yang lebih sederhana.
Batasan padat juga berarti menyisihkan gas dan cairan. Sebagai contoh H2O: sebagai
es dalam gletser dapat disebut sebagai mineral, tetapi air bukan mineral. Seperti
halnya logam cair, air raksa, yang di jumpai dalam endapan merkuri tidak termasuk
mineral (Graha, 1987).

Pengertian mineral mempunyai komposisi kimia tertentu menunjukkan bahwa


mineral dapat dinyatakan dengan suatu rumus kimia yang spesifik. Disini dikatakan
tertentu atau spesifik sebagai pengganti kata tetap, karena komposisi kimia mineral
biasanya tidak tetap. Bijih (ore) berasal dari kata Anglo-Saxon ( Inggris
kuno ) ar atau ora yang bermakna gumpalan logam. Bijih adalah agregasi mineral
yang terdapat secara alami serta dapat diambil satu atau lebih logamnya secara
menguntungkan (Graha, 1987).

Mineral bijih adalah  mineral yang dapat menghasilkan logam. Di dalam kerak bumi
mineral bijih yang mengandung logam berharga umumnya terdapat berselang seling
dengan mineral-mineral non logam atau massa batuan yang tidak mempunyai nilai
ekonomis, biasanya diistilahkan gangue atau ada pula yang menyebutkannya matriks.
Mineral gangue adalah bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan
bukan mineral bijih di dalam suatu cebakan. Mineral gangue yang terdapat bersama-
sama dengan mineral bijih umumnya mineral non logam seperti kuarsa (SiO2), kalsit
(CaCO3), barit (BaSO4) dan gypsum (CaSO4.2H2O) (Graha, 1987).

Sedangkan teori yang dikemukakan oleh Kemp (1901), Lidgren (1901), Vogt dan
Schneiderhon  memberikan konsep dasar mengenai proses terbentuknya bijih yaitu
selalu berkaitan dengan batuan. Proses tersebut melibatkan, pemisahan bijih atau
injeksi gas-gas dan uap bermineral pada suhu tinggi (Agusto, 2014).

15
Endapan-endapan mineral dan bijih yang terdapat di alam terdiri dari satu atau lebih
mineral logam. Mineral-mineral (logam) tersebut dapat berupa native element atau
dapat berupa mineral-mineral oksida, sulfida, sulfat, silikat dan beberapa komponen
lain (Endarto, 2005).

Endapan mineral terdiri dari berbagai bentuk tergantung dari asal, pembentukan awal
dan perubahan-perubahan akibat pelapukan. Endapan mineral yang terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya batuan disebut dengan singenetik, dan jika terbentuk
tidak bersamaan dengan terbentuknya batuan disebut epigenetik. Endapan singenetik
pada umumnya berbentuk lembaran, tabular, atau lentikular, serta beberapa bentuk
tidak beraturan. Sedangkan endapan epigenetik dapat berbentuk urat-urat (veints),
badan tabular atau lembaran yang terbentuk dari pengisian rekahan (filling
fissure) (Graha, 1987).

3. Endapan Nikel Laterit

Nikel pertama kali ditemukan oleh Crostedt pada tahun 1751. Inti bumi mengandung
nikel kira-kira 3% sedangkan kerak bumi sebesar 0,003%. Istilah Laterit sendiri
diambil dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan
oleh Buchanan Hamilton (1807). Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai endapan
yang kaya akan iron-oxide, miskin unsur silikat dan secara intensif ditemukan pada
endapan lapukan di iklim tropis eggleton, (2001). Ada juga yang mengartikan nikel
laterit sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat di
tambang (Gleeson dkk, 2003).

Laterit nikel adalah endapan yang terbentuk akibat pelapukan  biasanya terdapat di
bagian bawah batuan ultrabasa. Pada umumnya beberapa fosil laterit deposit banyak
terdapat di area tropis dan mempunyai ketebalan yang sangat rendah. Sebagian besar
endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai
ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan dan bauksit (Golightly,
1978).

16
Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu material
dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses pelapukan yang
terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi. Laterit yang dibentuk
dari pelapukan serpentin biasanya kaya akan kandungan besi (45% – 55%) dan
mengandung nikel sekitar 1%. Endapan ini disebut Nickelferous Iron Laterite.
Sedangkan tipe kedua dari nickelferous laterite adalah nikel silikat (Golightly, 1978).

4. Daerah Potensi Terbentuknya Nikel

Cadangan nikel di Indonesia cukup besar dan berskala   sekitar 15% dari cadangan
dunia (economically exploitable resources) atau 20% cadangan nikel oksida (laterit)
terdapat di Indonesia. Di lihat dari segi kualitas kadar bijih nikel yang terdapat di
Indonesia pada umumnya lebih baik dibandingkan yang terdapat di negara-negara
lain. Beberapa endapan nikel di Indonesia mengandung kobal dengan kadar yang
sangat tinggi. Nikel terbentuk dari batuan yang berkomposisi kimia basa atau dikenal
juga sebagai peridotit. Berdasarkan teori tektonik lempeng, batuan semacam ini
terbentuk di lingkungan lempeng lautan, yang kaya akan mineral berat seperti besi,
nikel, kromit, magnesium, dan mangan. Jadi, batuan ultrabasa seperti ini hanya
terdapat di Wilayah Timur Indonesia yang merupakan perbenturan antara Lempeng
Samudera Pasifik dan Lempeng Eurasia yang disini tidak seluruhnya menghasilkan
kegiatan magmatik, melainkan sebagian membentuk sejumlah patahan tranforms dan
sebagian lagi mengangkat batuan ultrabasa ke permukaan bumi, membentuk daratan.
Proses semacam ini dinamakan obduksi, kebalikan proses subduksi yang
menenggelamkan batuan lempeng samudera ke bawah lempeng kontinen. Proses
yang terakhir ini terjadi di Wilayah Indonesia Barat, yaitu Lempeng Lautan Hindia
yang bertabrakan dengan Lempeng Eurasia dan menyebabkan subduksi, yang diikuti
oleh aktivitas magmatik yang membentuk mineral logam dasar, seperti emas, perak,
dan tembaga, yang banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian barat (Golightly,
1987).

17
5. Genesa Endapan Nikel Laterit

Nikel merupakan logam yang cukup keras putih mengkilap. Nikel terdapat pada
batuan ultrabasa seperti dunit dan peridotit yang mengalami serpentinisasi dan lapuk
menghasilkan mineral sekunder bijih nikel garnierite. Menurut Santos-Ynigo and
Esguerra (1961), kandungan nikel laterit yang paling tinggi banyak ditemukan pada
batuan dunit, peridotit dan serpentinit, sedangkan kandungan nikel laterit yang rendah
banyak terdapat pada batuan pyroxenite dan konglomerat (Graha, 1978).

Batuan yang sangat basa (ultra basic). Dan dikenal sebagai peridotit, ternyata
menghasilkan mineral logam nikel. Di dalamnya terkandung pula besi. Batuan
semacam ini terdapat di Sulawesi Bagian Tenggara dan pulau-pulau di Bagian
Maluku, seperti Gebe, dan Gag. Proses pengkayaan nikel menghasilkan batuan yang
kaya akan nikel yang disebut saprolit (Boldt, 1967).

Pembentukan nikel dari proses kimia terbentuk bersama mineral silikat kaya akan
unsur (Mg,Fe)2SiO4 (olivine). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama
pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan
sedikitnya 20% fabrik dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan
dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional.
Endapan nikel laterit dicirikan dengan adanya spheroidal
weathering sepanjang joints dan fractures (boulder saprolite). Selama pelapukan
berlangsung, (Mg,Fe)2SiO4 larut dan silikat larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabrik dari batuan induknya mengalami perubahan. Sebagai hasilnya,
Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal di atas saprolit yang
sekarang kita kenal sebagai limonit. Benar bahwa nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide
terutama dari jenis Geothite (Boldt, 1967).

Bijih nikel laterit merupakan hasil proses pelapukan (weathering) batuan ultrabasa
peridotit yang terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi karena

18
pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan menjadi
pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai berat jenis besar
termasuk nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion yang mempunyai
berat jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin dan media lain ke dataran yang lebih
rendah. Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur besi, kobal dan
chromium.

Nikel laterit deposit menunjukkan stratigrapi yang terbatas dan berbeda, bagian-
bagian dari deposit menunjukkan sifat kimia dan mineralogi yang sangat berbeda
(Boldt, 1967).

Umumnya nikel deposit terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe pada
mineral olivine yang tinggi. Menurut Vinogradov batuan ultrabasa rata-rata
mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2%. Secara mineralogi nikel laterit dapat
dibagi kedalam tiga kategori Brand et all, 1998

Profil nikel laterit keseluruhan sebagai berikut:

Iron Capping: merah tua, merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron


capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang
terdapat mineral-mineral hematite dan

Lapisan Limonite: fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi


dari limonite soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal,
dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam
mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite,
chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.

Silika Boxwork: putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fracture dan


sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral
opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin

19
berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat
pada bedrock yang serpentin.

Saprolite: campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonit, saprolitic


rims, veindari endapan garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa
kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonit
ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan mineral primer
yang terlapukkan. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal
talcdengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal
masih terlihat.

Bedrock: bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar
dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan
batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral
garnierit dan silikat. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root
zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi
(Gleeson dkk,2003).

Akibat pengkayaan sekunder ini zona bijih nikel silika (bijih saprolit) yang  terbentuk
diantara zona paling atas yang telah mengalami pencucian (limonit) dan batuan
peridotit segar (bedrock). Zona bijih dicirikan oleh tingginya kandungan nikel,
magnesia, silika dan bongkah-bongkah sisa dari peridotit yang terlapukan dan
terserpentinisasi sebagian (Golightly, 1987)

Faktor yang menjadi penentu kadar bijih endapan nikel laterit adalah kandungan Ni
asli batuan induk, sejarah geologi, topografi, kondisi iklim, proses pelapukan dan
pengkayaan sekunder. Pada umumnya lapisan nikel dari yang paling atas terdiri dari
lapisan tanah penutup (over burden), lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
Lapisan yang kaya akan mineral nikel terletak paling bawah dari daerah pelapukan di
atas bedrock. Di atas  lapisan  terdapat  lapisan limonit sedangkan bagian atas lapisan

20
tanah penutup yang subur. Endapan nikel laterit ini biasanya terjadi pada perbukitan
landai (Boldt, 1967).

6. Sifat-Sifat Nikel

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki


simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa,
sedikit ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan
listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal,  yang dapat menghasilkan alloy
yang sangat berharga.

A. Sifat Fisik

Nikel merupakan unsur logam dengan fasa padat, memiliki massa jenis sekitar 8,908
g/cm3 serta massa jenis cair saat melewati titik didihnya 7,81 g/cm3. Titik lebur dari
Nikel adalah 1455oC, sedangkan titik didihnya adalah 2913oC. Kalor peleburan Nikel
adalah 14,48 kJ/mol, sedangkan kalor penguapan Nikel adalah 377,5 kJ/mol, dan
kapasitas kalor saat suhu ruang adalah 26,07 J/(molK).

B. Sifat Kimia

Informasi dasar

Nama                                               : Nikel

Simbol                                             : Ni

21
Nomor Atom                                   : 28

Massa Atom                        : 58.6934 amu

Titik Leleh                           : 1453.0 °C (1726.15 K, 2647.4 °F)

Titik Didih                           : 2732.0 °C (3005.15 K, 4949.6 °F)

Jumlah Protons/Elektron     : 28

Jumlah Neutron                   : 31

Klasifikasi                            : Transition Metal

Struktur kristal                     : Cubic

Massa jenis @ 293 K                       : 8.902 g/cm3

Warna                                              : Putih dasar

Jumlah Tingkat Energi         : 4

Energi pertama level                        : 2

Energi Kedua Level            : 8

Energi Ketiga Level            : 16

Energi Keempat Level         : 2

Isotopes

Isotope Half Life

Ni-56 6.1 days

Ni-57 35.6 hours

22
Ni-58 Stable

Ni-59 76000.0 years

Ni-60 Stable

Ni-61 Stable

Ni-62 Stable

Ni-63 100.0 years

Ni-64 Stable

Ni-65 2.51 hours

Fakta.

Tanggal Penemuan      : 1751

Penemu                       : Alex Cronstedt

Nama Asal                  : Dari kata kupfernickel Jerman (Tembaga Palsu)

Kegunaan        : Paduan Logam Elektroplating, nikel-kadmium baterai

Di peroleh dari            : pentlandit

Keterangan unsur:

 Volume Atom : 6.6 cm3/mol

23
 Struktur Kristal : fcc
 Massa Jenis : 8.9 g/cm3
 Konduktivitas Listrik : 14.6 x 106 ohm-1cm-1
 Elektronegativitas : 1.91
 Konfigurasi Elektron : [Ar]3d8 4s2
 Formasi Entalpi : 17.2 kJ/mol
 Konduktivitas Panas : 90.7 Wm-1K-1
 Potensial Ionisasi : 7.635 V
 Bilangan Oksidasi : 2,3
 Kapasitas Panas : 0.444 Jg-1K-1
 Entalpi Penguapan : 377.5 kJ/mol

24
7. Manfaat dan Penggunaan Nikel

Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti : pelindung
baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri
pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat
magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik,
katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005)

8. Paduan Nikel

Nikel (Ni) adalah logam perak-putih yang ditemukan pada tahun 1751 dan unsur
paduan utama yang memberikan kekuatan, ketangguhan, dan ketahanan korosi. Yang
biasanya digunakan secara luas pada baja stainless dan paduan berbasis nikel (yang
biasa disebut superalloy). Paduan nikel digunakan pada aplikasi temperatur tinggi
(seperti komponen mesin jet, roket, dan pembangkit listrik tenaga nuklir), dalam
penanganan makanan dan peralatan pengolahan kimia, koin, dan dalam perangkat
kapal laut. Karena nikel mempunyai sifat magnetik, paduan nikel juga digunakan
dalam aplikasi elektromagnetik, seperti solenoida. Penggunaan utama nikel yaitu
sebagai logam untuk electroplating dari part untuk permukaannya dan untuk
peningkatan ketahanannya terhadap korosi dan keausan. Paduan nikel memiliki

25
kekuatan tinggi dan tahan korosi pada temperatur tinggi. Pemaduan unsur nikel
kromium, kobalt, dan molibdenum. Sifat paduan nikel dalam mesin, pembentuk,
casting, dan pengelasan dapat dimodifikasi dengan berbagai unsur paduan lainnya.

Berbagai paduan nikel, memiliki berbagai kekuatan pada temperatur yang berbeda,
telah dikembangkan .Meskipun nama dagang masih digunakan secara umum, paduan
nikel sekarang diidentifikasi dalam sistem UNS dengan huruf N. Jadi, hastelloy
G yang sekarang adalah N06007. Monel adalah paduan nikel-tembaga. Inconel adalah
paduan nikel-kromium dengan tegangan tarik hingga 1400 MPa.

Hastelloy (paduan nikel-kromium) memiliki ketahanan korosi yang baik dan


kekuatan tinggi pada suhu yang tinggi. Nichrome (paduan nikel, kromium, dan besi)
memiliki ketahanan listrik tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap oksidasi dan
digunakan untuk elemen pemanas listrik. Invar dan kovar (paduan besi dan nikel)
memiliki sensitivitas yang relatif pada suhu rendah

A. Superalloy

Superalloy sangat penting untuk aplikasi temperatur tinggi, oleh karena itu, mereka
juga dikenal sebagai paduan tahan suhu panas atau tinggi. Superaloy umumnya
memiliki ketahanan yang baik terhadap korosi, kelelahan mekanis dan termal, getaran
mekanik dan termal, rambatan, dan erosi pada temperatur tinggi. Aplikasi utama dari
superalloy adalah untuk mesin jet dan turbin gas. Aplikasi lain mesin torak, mesin
roket, alat-alat dan cetakan untuk perlakuan panas logam, nuklir, kimia, dan industri
petrokimia. Secara umum, superalloy diidentifikasi dengan nama dagang atau sistem
penomoran khusus, dan mereka tersedia dalam berbagai bentuk.
Kebanyakan superalloy memiliki ketahanan suhu maksimum sekitar 1000o C dalam
aplikasi struktural. Suhu dapat setinggi 1.200o C untuk komponen bantalan non
beban.

Superaloy terdiri dari berbasis besi, berbasis kobalt, atau berbasis nikel:

26
Superalloy berbasis Besi pada umumnya mengandung 32-67% Fe, dari 15 sampai
dengan 22% Cr, dan 9-38% Ni. Paduan umum dalam kelompok ini adalah seri
incoloy.

Superalloy berbasis Cobalt pada umumnya mengandung 35-65% Co, dari 19 menjadi
30% Cr, dan naik 35% Ni. Superalloy ini tidak sekuat superalloy berbasis nikel, tetapi
mereka mampu mempertahankan kekuatan mereka pada suhu yang lebih tinggi.

Superalloy berbasis Nikel adalah yang paling umum dari superalloy, dan mereka
tersedia dalam berbagai macam komposisi (tabel 6.9). komposisi nikel adalah 38-
76%. Mereka juga mengandung 27% Cr dan 20% paduan Co. Biasanya paduan dalam
kelompok ini adalah Hastelloys, Inconel, Nimonic, Rene, udimet, astroloy, dan seri
waspaloy.

B. Stainless Steel

Stainless Steel (SS) adalah baja dengan sifat ketahanan korosi yang sangat tinggi di
berbagai kondisi lingkungan. Nikel digunakan sebagai unsur penstabil austenit, yang
berarti penambahan nikel pada besi paduan mempromosikan perubahan struktur
kristal dari BCC (ferritic) ke fcc (austenitic). Jadi nikel digunakan untuk menaikkan
kekuatan, memperbaiki sifat kelelahan dan meningkatkan keuletan besi.

27
Penambahan nikel menunda pembentukan fasa intermetalik yang merusak
pada austenitic SS tetapi nikel kurang efektif dibanding nitrogen pada DSS. Sruktur
fcc membuat austenitic stainless steels memiliki ketangguhan tinggi. Kehadirannya
dari sekitar setengah struktur mikro duplex meningkatkan ketangguhan duplex
dibanding Ferritic SS.

C. Copper-Nikel-Silikon Alloys

“Nickel Silicon Bronze Alloys, which is an age-hardening alloy, higher alloyed in


comparison with CuNi1.5Si, for current-carrying formed parts. It has an a-structure
with very fine precipitations and recommends itself both for lead frames which
require a high rigidity of the pins and for connector with high demands on the
electrical conductivity, strength and relaxation behavior. In addition, the CuNi2Si
can also be used for current-carrying formed parts and contact springs due to its
good fatigue strength, forming and spring properties.”(ecplaza.com,2010)

Jika Nikel dan Silikon dalam perbandingan 4 : 1, yaitu 4 bagian Nikel dan 1 bagian
Silikon dipadukan di dalam Copper (Tembaga) pada Temperatur tinggi maka akan
terbentuk sebuah unsur yang disebut Nikel Silicide (Ni2Si) dan pada Temperatur
rendah paduan ini akan sesuai untuk pengendapan dalam perlakuan panas, dimana
proses pelarutan akan diperoleh dalam proses Quenching dari Temperatur 7000C dan
akan diperoleh sifat paduan Tembaga yang lunak dan ulet, kemudian dilanjutkan
dengan memberikan pemanasan pada Temperatur 4500C maka akan meningkatkan
kekerasan serta tegangan dari paduan Tembaga tersebut. %tase kadar Nikel dan
Silikon ini disesuaikan dengan kebutuhan dari sifat yang dihasilkannya, biasanya
diberikan antara 1 % hingga 3 % . Paduan Tembaga Sehingga akan memiliki sifat
Thermal dan electrical Conductivity yang baik dan tahan terhadap pembentukan kulit
dan oxidasi serta dapat mempertahankan sifat mekaniknya pada Temperatur tinggi
dalam jangka waktu yang lama.

28
D. Nikel – Silver

“Nickel silver,also known as German


silver, paktong, newsilver  or  alpacca (or alpaca), is
a  copper alloy  with nickel  and often zinc. The usual formulation is 60% copper,
20% nickel and 20% zinc.” (wikipedia.org,2010).

Nikel – Silver sebenarnya tidak mengandung unsur Silver, penamaan ini dikarenakan
penampilan dari paduan ini menyerupai  silver. Komposisinya terdiri atas Copper,
Nikel dan Seng (Zinc). Semua paduan dari jenis ini dapat dikerjakan atau dibentuk
dengan pengejaan dingin (cold working), akan tetapi dengan meminimalkan tingkat
kemurniannya paduan ini juga memungkinkan untuk pengerjaan panas (hot working).
Nikel Silver mengandung kadar Tembaga antara 55 % sampai 68 % dan paduan
dengan kadar Nikel antara 10 % hingga 30 % banyak digunakan dalam pembuatan
sendok dan garpu. Paduan yang dibuat dalam bentuk plat dengan type EPNS sebagai
derajat kesatu dengan kadar Nikel 18 % digunakan sebagai bahan pegas pada
kontaktor peralatan listrik.

9. Bahaya Toksik Nikel

Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam
berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm3 (Hutagalung et al.,
1992). Logam beratadalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5
gr/cm3, terletak di sudut kananbawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap unsur S dan biasanya bernomoratom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7
(Miettinen, 1977). Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini
menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak
aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam

29
berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang
menghambat proses transformasi melalui dinding sel (Manahan, 1977).

Di perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut.
Logamberat terlarut adalah logam yang membentuk senyawa kompleks dengan
senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut
merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal
yang teradsorbsi pada partikelpartikel yang tersuspensi.

Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi,
logam beratdapat dibagi dalam dua jenis.Pertama, logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalamjumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun
dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat
ini adalah Zn, Ni, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua, logam
berat tidak esensial atau beracun, dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan
lain-lain (Connel dan Miller 1995).

Logam berat umumnya ditemukan dalam bentuk %yawaan dengan unsur lain, dan
sangat jarang ditemukan dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar
tidak selalu berbentuk padat melainkan ada yang berbentuk cair. Logam berat di
perairan memiliki sifat konserfatif dan nonkonservatif. Sifat konservatif menunjukan
kestabilan konsentrasi suatu komponen, hal ini berarti bahwa konsentrasi suatu
komponen cenderung tetap dan tidakterpengaruh dengan proses-proses fisik dan
biologi yang ada di perairan, ditunjukkan dengan proses pergerakan (removal),
peningkatan konsentrasi (addition), dan pergerakan sekaligus peningkatan konsetrasi
(removal dan addition) (Hutagalung dan Razak, 1992).

Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan
dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam

30
sistem darah dan enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Berdasarkan sifat kimia dan
fisikanya, maka tingkat ataudaya racun logam berat terhadap hewan air dapat
diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng
(Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk,
1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam paling tinggi ke
paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut
Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+. Sedangkan
menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990) sifat
toksisitas logam beratdapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:

 Bersifat toksik tinggi (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn)


 Bersifat toksik sedang (Cr, Ni, dan Co)
 Bersifat tosik rendah (Mn dan Fe).

Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/liter (Scoullos dan
Hatzianestis, 1989,in Moore,1990 in Effendi 2003); sedangkan pada perairan laut
berkisar antara 0,005 – 0,007 mg/liter (Mc Neely et al., 1979).

Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan
organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal
ini berkaitandengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk,
1982) yaitu :

 Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan


dan   keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan)
 Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
 Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi
dari konsentrasi logam dalam air

31
 Mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali
logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber
pencemar potensial dalamskala waktu tertentu

Walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya dalam air
dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang dialami
oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang mempengaruhi
konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus, pH dan padatan
tersuspensi total atau seston.

Nikel dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh, tetapi bila terdapat dalam jumlah
yang terlalu tinggi dapat berbahaya untuk kesehatan manusia, Yaitu : menyebabkan
kanker paru-paru, kanker hidung, kanker pangkal tenggorokan dan kanker prostat,
merusak fungsi ginjal,meyebabkan kehilangan keseimbangan, menyebabkan
kegagalan respirasi, kelahiran cacat,menyebabkan penyekit asma dan bronkitis
kronis serta merusak hati.

Gerberding J.L (2005) melaporkan bahwa dalam konsentrasi tinggi nikel di tanah
berpasir merusak tanaman dan di permukaan air dapat mengurangi tingkat
pertumbuhan algae. Lebih lanjut dikatakan bahwa nikel juga dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, tetapimereka biasanya mengembangkan perlawanan
terhadap nikel setelah beberapa saat. Ketoksikan nikel pada kehidupan akuatik
bergantung pada spesies, pH, kesadahan dan faktor lingkungan lain (Blaylock dan
Frank, 1979).

10. Inovasi Produk atau Manfaat dari Bahan Dasar Nikel

Teknologi pengolahan biji nikel menjadi sponge iron content nickel. Cadangan biji
nikel Indonesia mencapai lebih dari 1 milyar ton. Biji nikel tersebut saat ini sebagian

32
besar dijual dalam bentuk raw material sebanyak lebih dari 6.5 juta ton/tahun dengan
harga hanya ± 30 US$/ton. Padahal setelah menjadi nickel matt harganya lebih dari
24.000 US$/ton. Untuk bisa memproduksi nickel matt diperlukan investasi yang
mencapai milyaran dolar dan didukung Power Plant dengan daya lebih dari 200
megawatt.

Karena itulah diperlukan inovasi pengolahan biji nikel menjadi sponge iron content
nickel dengan peralatan yang dibuat di dalam negeri dan berbasis bahan bakar
batubara. Biji nikel diolah dengan menggunakan tepung batubara untuk menjadi
sponge iron lalu bisa diolah lagi menjadi nickle matt dengan kopula hot blast
batubara.

1. Perspektif:

Dengan pasokan persediaan biji nikel yang sangat besar di Indonesia maka industri
pengolahan barang jadi dari nikel sangat potensial untuk digarap karena bisa
mendatangkan added value sampai ribuan kali

1. Keunggulan Inovasi:

 Teknologi kopula hot blast bisa dibuat di dalam negeri.


 Menggunakan batubara yang tersedia banyak di Indonesia.
 Hasil produk memiliki nilai tambah sangat tinggi.

1. Potensi Aplikasi

Inovasi metode pengolahan biji nikel alternatif ini dapat dikembangkan, untuk
membangun kemampuan nasional dalam mengolah hasil-hasil tambang bernilai
tinggi, tapi dengan investasi yang tidak terlalu besar.

33
11. Ide lain dari bahan Nikel

Bijih nikel dibagi dalam dua tipe, bijih sulfida dan oksida atau laterit. Hingga saat ini,
sebagian besar nikel yang digunakan di dunia bersumber dari pengolahan bijih nikel
sulfida. Pengolahan nikel dari bijih laterit membutuhkan energi yang tinggi
dikarenakan kadarnya yang relatif rendah (1-2% Ni), di mana bijih nikel laterit ini
sangat sulit untuk dikonsentrasi sebagaimana bijih sulfida. Kenyataannya, cadangan
bijih nikel terbesar di bumi adalah bijih nikel laterit, termasuk di Indonesia. Secara
konvensional, proses ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit dilakukan melalui jalur
pirometalurgi dan hidrometalurgi. Secara umum, pengolahan dengan cara
konvensional tersebut membutuhkan biaya investai yang tinggi dan biaya operasi
yang mahal serta dampak lingkungan yang harus dikendalikan dengan ketat. Hingga
saat ini, teknologi yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan masih terus diteliti.

Salah satu alternatif teknologi pengolahan bijih nikel laterit adalah


dengan bioleaching. Bioleaching merupakan proses ekstraksi nikel dengan
memanfaatkan aktivitas bakteri. Dengan metode ini, tidak diperlukan asam sulfat
anorganik sehingga tidak diperlukan pendirian pabrik asam sulfat (acid plant) yang
akan dengan sendirinya menurunkan biaya modal dan biaya operasi pabrik. Selain itu,
bakterinya pun mudah untuk dikembangbiakkan dengan bioteknologi yang ada
sekarang. Dari aspek lingkungan, bioleaching juga lebih ramah lingkungan karena
kuantitas limbahnya sedikit dan bersifat organik. Bakteri yang dimanfaatkan untuk
pelindian (leaching) dikembangkan dari daerah asal bijih. Bila
teknologi bioleaching berhasil diterapkan pada ekstraksi nikel dari bijih laterit maka
akan memberikan keuntungan berupa reduksi kebutuhan energi, reduksi biaya dan
ramah lingkungan.

Tahap-tahap yang dilakukan untuk implementasi teknologi ini dimulai dengan uji
berskala laboratorium. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan, akan didapatkan
beberapa parameter yang terkait dengan proses bioleaching, seperti media dan nutrisi

34
yang paling cocok untuk bakteri,  ukuran partikel bijih, persen padatan, suhu, dan laju
pengadukan yang paling optimal, spesies bakteri, serta persen ekstraksi nikel. Setelah
tahap ini dilalui, maka dilanjutkan dengan pilot project yang merupakan uji yang
berskala lebih besar dari laboratorium (scale up). Teknologi ini dapat diterapkan di
industri setelah dinyatakan layak melalui studi aspek teknis, ekonomi dan lingkungan.

12. Teknologi Pengolahan Bijih Nikel

Secara umum teknologi pengolahan bijih bikel untuk menjadi bahan olahan nikel
dapat dibagi menjadi dua macam yang terdiri dari Pirometalurgi dan Hidrometalurgi,
yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Pirometalurgi

Proses pengolahan bijih nikel dengan menggunakan teknologi pengolahan


pirometalurgi yaitu proses ekstraksi bijih nikel dengan menggunakan suhu tinggi.
Biasanya teknologi ini digunakan untuk kriteria bijih dengan kadar nikel yang tinggi
(kadar Ni > 1,5 %). Hasil akhir pengolahan dengan menggunkan teknologi ini berupa
ferronikel dalam bentuk ingot danatau granular nikel matte.

2. Hidrometalurgi

Proses pengolahan bijih nikel dengan penggunkan teknologi hidrometalurgi adalah


proses ekstraksi bijih nikel dengan menggunakan proses pelindian (leaching) dengan
menggunakan reagent-reagent tertentu. Teknologi ini biasanya digunakan untuk
pengelohan bijih nikel dengan kadar rendah. Hasil akhir pengolahan ini berupa nikel
(Ni).

35
Diagram Alir Pengolahan Bijih Nikel

Diagram alir pengolahan bijih nikel dengan metode pirometalurgi dapat dilihat pada
skema sebagai berikut ini :

source image : bahan presentasi kuliah program studi t. metalurgi itb

Sedangkan pengolahan bijih nikel dengan menggunakan metode hidrometalurgi dapat


dilihaat pada skema berikut:

source image : bahan presentasi kuliah program studi t. metalurgi itb

36
1. Proses Kimia Pembentukan Nikel

Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex:


olivin). Olivinadalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan
berlangsung. Saproliteadalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya
20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan
dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya
gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering
sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung,
Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan
induknya is totally change. Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan
membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang sekarang kita kenal sebagai
Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis
Goethite. Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %.

Proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja
kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Pada
pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan
pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil
(olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si
cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam
larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk
mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama
mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya
bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk
endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat
dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-

37
celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras.
Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit
yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg
yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan
akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau
rekahan-rekahan pada batuan induk. Di lapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar
pelapukan (root of weathering)

 Kondisi Mineralogy

Endapan nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide.


Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+  memungkinkan substitusi ion diantara
keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc, smectite,
sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses metamorphisme temperature rendah
dan selama proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral – mineral
tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite dari jenis silicate
mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite
(Brindley,1978).

 Kondisi Topografi dan Morfologi

Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya
dengan posisi water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite berada
di topografi bagian atas (upper hill slope,crest, plateau, atau terrace). Kondisi water
table pada zona ini dangkal,apalagi ditambah dengan adanya zona patahan n shear or
joint. In consequence, akan mempercepat proses palarutan kimia (leaching processes)
yang pada akhirnya akan terbentuk endapan saprolite mengandung nikel yang cukup
tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti Indonesia, New
Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang rendah,

38
water table yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari batuan
induk (baca: enrichment proses).

 Pengaruh Iklim

Tempat – tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan


untuk terjadinya endapan Nikel laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur
yang hangat ditambah dengan aktivitas biogenic akan mempercepat proses pelapukan
kimia, dimana Nikel laterite bisa mudah terbentuk.

3. Produk Olahan Nikel

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa teknologi pengolahan bijih nikel dapat
dibagi menjadi dua macam teknologi yang mempunyai produk akhir yang berbeda-
beda. Produk olahan dari bijih nikel yang umumnya dihasilkan diindonesia adalah
sebagai berikut.

 Ferronikel (menggunakan teknologi pirometalurgi)


 Nikel Matte (menggunakan teknologi pirometalurgi)
 Nikel (menggunakan teknologi hidrometalurgi)

Proses pengolahan biji Nikel dilakukan untuk menghasilkan Nikel matte yaitu produk
dengan kadar Nikel di atas 75 %. Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah
sebagai berikut:

 Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih


laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang berukuran
25 mm.

39
 Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di dalam
bijih, mereduksi sebagian Nikel oksida menjadi Nikel logam, dan sulfidasi.
 Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi
sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak
 Pengkayaan di Tanur Pemurni untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari
sekitar 27 % menjadi di atas 75 %
 Granulasi dan Pengemasan untuk mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

B. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Nikel

Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri
komponen yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau
siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh
secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan Sudbury Ontario, sebuah
daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.

Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan
dalam mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran kecil
bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di
atas batuan basa. Nikel yang dijumpai berhubungan erat dengan batuan peridotit.
Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri, melainkan sebagai hasil
lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah garnerit.

40
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam berwarna
putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam
peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan
kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim
(Cotton dan Wilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial
dan industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri
baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin
pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan
berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).

2. Proses Ekplorasi Nikel

Tahapan Melakukan Eksplorasi Nikel Laterit


Studi Literatur ; Geologi Regional daerah IUP, Source rock nikel laterit, Analisa
slope (biasanya pada persen kemiringan slope <20%), Properti IUP, infrastruktur, dan
kondisi keberadaan IUP lain disekitarnya, Status Hutan. Output : Peta IUP, peta
geologi regional, peta analisa slope, peta status hutan.

Mapping Geologi ; Identifikasi geologi lokal daerah IUP (litologi, geomorfologi, dan
struktur), Identifikasi keberadaan laterit, Pegambilan sampel yang berhubungan
dengan proses lateritisasi, Melokalisir penyebaran laterit sesuai dengan analisa pada
hasil yang telah diperoleh sebelumnya (geologi lokal, sampel surface, slope, dsb).
Output : Peta geologi lokal (litologi, geomorfologi, & struktur), peta sebaran laterit,
peta plan pengeboran hand auger.

Hand Auger / Testpit ; Perencanaan titik auger sesuai dengan data penyebaran
laterit, Orientasi lapangan titik pengeboran hand auger, Penetrasi pengeboran sampai
pada zona saprolit, Pengambilan sampel hand auger per 1 meter penetrasi, Analisa
kimia dan interpretasi hasil sampel pengeboran hand auger meliputi, bagaimana Ni &

41
Fe vs kedalaman dan karakter geokimia laterit daerah IUP (apakah low, medium –
high grade, apakah ditemukan tipe limonite ore ataukah hanya saprolite ore, dsb),
Melokalisir area untuk dilakukan pengeboran inti (core drilling). Output : Grafik Ni
Vs depth, grafik Fe Vs depth, peta penyebaran nikel laterit, peta plan pengeboran
inti. 

Pengeboran Inti ; Perencanaan titik pengeboran inti, Orientasi lapangan titik


pengeboran inti, Flagging DH dan pembuatan Pad, Alat pengeboran menggunakan
jacro dengan sistem tripple tube, penetrasi pengeboran sampai pada zona bedrock
(minimal 3 meter bedrock), block penetrasi pengeboran per 1 meter, Core recovery
>90%, Melakukan logging geologi pada sampel core (identifikasi layer laterit, break
geologi, mineral pembawa Ni, dsb), Melakukan foto core dan preparasi sampel
berdasarkan data logging (dilakukan per break geologi – fraksinasi – homogenisasi –
quartering – insert sampel QAQC – sampai menghasilkan Sampel original wet yang
siap dikirim ke LAB untuk dilakukan analisa kimia), Resurvey DH dan topografi.
Output : Peta progress pengeboran, data logging geologi core, data preparasi core dan
data sample QAQC, data koordinat resurvey.

42
Gambar aktivitas pengeboran nikel laterit.

Evaluasi Data Pengeboran


Evaluasi atau validasi data pengeboran dilakukan berdasarkan hasil analisa kimia
sampel yang diterima dari laboratorium, selanjutnya dilakukan analisa sampel
QAQC, apabila acceptable maka dilanjutkan ke tahapan validasi berikutnya, Pada
sample per break (sesuai hasil logging dan analisa kimia sample) menghitung total
wet core, total H2O, dan total dry wet. Ini sangat penting nantinya untuk mengetahui
secara general MC dan density core, Menghitung individual dan kumulatif fraksi. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui jenis ore type pada satu hole pengeboran,
Menghitung recovery total material untuk memperoleh komposisi kimia per element
berdasarkan recovery core dan pembobotan.

Setelah itu, melakukan penentuan layer laterit berdasarkan nilai total material element
kimia mayor (Ni, Fe, MgO, SiO2) dengan menghitung batas rata-rata batas atas,
tengah, dan bawah dari rata2 nilai element mayor tersebut. Penentuan layer laterit

43
mengacu kepada konsep supergen enrichment dengan mobilisasi element seperti
MgO, SiO2, dan Fe. Secara normal layer laterit terdiri atas :

1. Layer Limonit ; komposisi Fe >30%, MgO <5%, dan SiO2 <10% (bersifat
relative). 
2. Layer Saprolite ; Komposisi Fe >10% <30%, MgO>5%, SiO2 >10%. 
3. Layer Bedrock ; Komposisi Fe <10%, MgO >30%, SiO2 >30%. 

Melakukan verifikasi layer pada diagram terner (triplot), Geostatistik (variogram,


frekuensi per element, mean, dsb), Melakukan penentuan layer ore. Ore pada nikel
laterit terbagi atas 2 jenis yaitu limonite ore dan saprolit ore. Limonite ore berarti ore
berada pada layer limonite sedangkan saprolit ore berarti ore berada pada layer
saprolit. Terkadang zona diantara ore terdapat material yang tidak masuk sebagai ore
yang biasa kita sebut sebagai internal waste.

Syarat ore per hole terdiri atas ketebalan >= 2m, Ni total >= CoG. Melakukan
perhitungan sumberdaya nikel laterit secara individual holes (biasa dilakukan pada
spasi regional dan random, pada jenis sumberdaya hipotetik/exploration result).
Secara umum rumusnya : Area pengaruh x density x ketebalan ore, hasil ini dalam
bentuk wmt (tonnes). Output : peta distribusi Ni, peta ketebalan ore, peta ketebalan
OB, peta ore type, final spreadsheet, analisa diagram terner, variogram, profil laterit,
estimasi sumberdaya.

3. Peralatan Tambang Nikel

1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat


Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat tersebut
berdasarkan fungsi-fungsi utama alat. Berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi
atas berikut ini.

44
a. Alat Pengolah Lahan
Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang harus
dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat
semak atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan
menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan
scraper. Sedangkan untuk pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat
digunakan juga motor grader.

Bulldozer adalah suatu alat berat yang mempunyai roda rantai (track shoe) untuk
pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang tinggi. Bisa digunakan
untuk menggali (digging), mendorong (pushing), menggusur meratakan (spreading),
menarik beban, menimbun (filling), dan banyak lagi. Mampu beroperasi di daerah
yang lunak sampai daerah yang keras sekalipun. Dengan swamp dozer untuk daerah
yang sangat lunak, dan daerah yang sangat keras perlu dibantu dengan ripper (alat
garu), atau dengan blasting (peledakan dengan tujuan pemecahan pada ukuran
tertentu). Mampu beroperasi pada daerah yang miring dengan sudut kemiringan
tertentu, berbukit, apalagi didaerah yang rata. Jarak dorong efisien berkisar antara 25-
40 meter dan tidak lebih dari 100 meter. Jarak mundur tidak boleh terlalu jauh, bila
perlu gerakan mendorong dilakukan secara estafet. Mendorong pada daerah turunan
lebih efektif dan produktif daripada di daerah tanjakan. Attachment yang biasanya
menyertainya antara lain: bermacam-macam blade, towing, winch, ripper, tree
pusher, harrow, disc plough, towed scraper, sheep foot roller, peralatan pipe layer,
dan lain-lain. Pada dasarnya bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai
penggerak utamanya, artinya traktor yang dilengkapi dozer attachment dalam hal ini
perlengkapannya attachment adalah blade. Sebenarnya, bulldozer adalah nama jenis
dari dozer, selain mendorong lurus ke depan, juga memungkinkan untuk mendorong
ke samping dengan sudut 250 terhadap kedudukan lurus.
Jenis pekerjaan yang biasanya menggunakan bulldozer adalah:

Mengupas top soil dan pembersihan lahan dan pepohonan,

45
Pembukaan jalan baru,

Pemindahan material pada jarak pendek sampai dengan 100 m,

Membantu mengisi material pada scraper,

Menyebarkan material,

Mengisi kembali saluran,

Membersihkan quarry.

Dalam pengoperasian, bulldozer dilengkapi dengan blade yang dapat distel


sedemikian rupa sesuai kebutuhan yang diinginkan, untuk itu dikenal berbagai
macam blade yang dipakai pada bulldozer atau angel dozer yaitu:

Universal Blade (U-Blade)


Blade jenis ini dilengkapi dengan sayap (wing) yang terdapat disisi blade untuk
efektifitas produksi. Hal ini memungkinkan bulldozer membawa/mendorong muatan
lebih banyak karena kehilangan muatan yang relative kecil dalam jarak yang cukup
jauh. Umumnya bulldozer jenis ini sering digunakan untuk pekerjaan reklamasi tanah
(land reclamation), stock pile work, dan sebagainya.

Straight Blade (S-Blade)


Straight blade cocok digunakan untuk semua jenis lapangan, blade ini juga
merupakan modifikasi dari U-Blade, maneuver lebih mudah dan balade ini juga dapat
menghandel material dengan mudah.

Angling Blade (A-Blade)


Angling blade dibuat untuk posisi lurus dan menyudut. Blade ini juga dapat dibuat
untuk:

Pembuangan ke samping (side casting)

Pembukaan jalan (pioneering roads)

46
Menggali saluran (cutting ditches)

Pekerjaan lain yang sesuai.

Chusion Blade (C-Blade)


Chusion blade dilengkapi dengan bantalan karet (Rubber cushion) yang berfungsi
untuk meredam tumbukan. Selain digunakan untuk push-loading, juga digunakan
untuk pemeliharaan jalan dan pekerjaan dozing lainnya mengingat lebar C-Blade ini
memungkinkan untuk meningkatkan kmampuan maneuver.

b. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan istilah excavator. Beberapa alat berat digunakan
untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini adalah front
shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.

Karakteristik penting dari hydraulic excavator adalah pada umumnya menggunakan


tenaga diesel engine dan full hydraulic system. Excavating operation paling efisien
adalah menggunakan metode heel and toe (ujung dan pangkal), mulai dari atas
permukaan sampai ke bagian bawah. Power shovel dan backhoe adalah alat berat
yang termasuk dalam alat penggali hidrolis yang dipasangkan bucket di depannya,
dimana backhoe menggali material yang berada dibawah permukaan tempat alat
tersebut berada, sedangkan front shovel menggali material dipermukaan tempat alat
tersebut berada.

Backho biasanya digunakan untuk pekerjaan galian pada saluran,terowongan, atau


basement. Backhoe sama dengan front shovel dimana material mempengaruhi
produktivitas. Penentuan waktu siklus backhoe didasarkan pada pemilihan kapasitas
bucket.

c. Alat Pengangkut Material


Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material karena alat ini dapat
mengangkut material secara vertical dan kemudian memindahkannya secara

47
horizontal pada jarak jangkau yang relative kecil. Untuk pengangkutan material lepas
(loose material) dengan jarak tempuh yang relative jauh, alat yang digunakan dapat
berupa belt, truck dan wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain yang membantu
memuat material ke dalamnya.

Dump truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material pada
jarak menegah sampai jarak jauh (500 m atau lebih). Muatannya diisi oleh alat
pemuat, sedangkan untuk membongkar alat ini bekerja sendiri. Ditinjau dari besar
muatannya, dump truck dapat di kelompokkan dalam 2 golongan yaitu:

On high way dump truck muatannya < 20 m3

Off high way dump truck muatanya > 20 m3

Kapasitas truck yang dipilih harus seimbang dengan alat pemuatnya (loader), jika
perbandingan ini kurang proporsioanal, maka kemungkinan loader ini akan banyak
menunggu atau sebaliknya. Beberapa pertimbangan (keuntungan dan kerugian) yang
harus diperhatikan dalam beberapa pemilihan ukuran truck adalah sebagai berikut:

Truck Kecil
Keuntungan dalam menggunakan truck berukuran kecil antara lain:

Lebih lincah dalam beroperasi dan lebih mudah mengoperasikannya

Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat

Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana

Penyesuaian terhadap kemampuan loader lebih mudah

Jika salah satu truck dalam satu unit angkutan tidak bekerja, tidak akan bermaslah
terhadap total produksi.

Sedangkan kerugiannya adalah:

48
Waktu hilang lebih banyak, akibat banyaknya truck yang beroperasi, terutama waktu
pemuatan (loading)

Excavator lebih sukar memuatnya karena kecilnya bak

Biaya pemeliharaan lebih besar karena banyaknya truck, begitu pula tenaga
pemeliharaan.

Truck Besar
Keuntungan dengan menggunakan truck berukuran besar adlah:

Untuk kapasitas yang sama dengan truck kecil, jumlah unit truck besar lebih sedikit

Sopir dan crew yang digunakan lebih sedikit

Cocok untuk angkutan jarak jauh

Pemuatan dari loader lebiih mudah, sehingga waktu hilang lebih sedikit.

Kerugiannya adalah:

Jalan kerja harus diperhatikan karena kerusakan jalan relatif lebih cepat akibat berat
truck yang besar

Pengoperasiannya lebih sulit karena ukurannya yang besar

Produksi akan sangat berkurang apabila satu truck tidak bekerja (untuk jumlah yang
relative kecil)

Maintenance lebih sulit dilaksanakan.

d. Alat Pemindahan Material


Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak digunakan sebagai
alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu alat ke alat
yang lain. Loader dan dozer adalah alat pemindahan material.

49
Alat penggerak loader dapat diklasifikasikan sebagai roda crawler atau ban. Loader
beroda crawler atau crawler-tractor-mounted mempunyai roda yang mirip dengan
dozer hanya dipasang lebih maju ke depan untuk menstabilkan alat pada saat
mengangkut material. Loader beroda ban atau wheel-tractor-mounted terdiri atas 4-
wheel-drive dan rear-wheel drive. Rear-wheel-drive biasanya dipakai untuk menggali
4-wheel-drive cocok untuk membawa bucket bermuatan penuh.
Bucket digunakan untuk mmenggali, memuat tanah atau material yang granular,
mengangkatnya dan kemudian di angkut untuk dibuang (dumping) pada suatu
ketinggian pada dump truck dan sebagainya. Bucket yang dipasangkan pada loader
dapat berupa general purpose bucket, rock bucket, side dump bucket, dan multi
purpose bucket. Ukuran bucket berkisar antara 0,15 m3 sampai 15 m3. Ukuran yang
paling sering digunakan adalah 6 m3. Penggunaan loader yang lain adalah untuk
menggali pondasi basement, dengan syarat ruangnya memungkinkan untuk
bekerjanya loader. Disamping itu juga dapat digunakan untuk memuat material yang
telah diledakkan, misalnya pada pembuatan terowongan, pada daerah pengambilan
batu (quarrying). Loader juga dapat digunakan untuk menggali butiran-butiran lepas
bebatuan untuk dibongkar “grizly hopper” pada crusher plant.

e. Alat Pemadat
Jika pada suatu lahan dilakukan pembunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan
pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah
dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai
alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic-tired roller, compactor, dan lain-lain.

f. Alat Pemroses Material


Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu bentuk dan
ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi, semen,
beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer
truck. Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke
dalam alat pemroses material seperti concrete batch plant dan asphalt mixing plant.

50
g. Alat Penempatan Akhir Material
Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu untuk menempatkan
material pada tempat yang telah ditentukan. Ditempat atau lokasi ini material
disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreader, asphalt
paver, motor grader, dan alat pemadat.

2. Klasifikasi operasional Alat Berat


Alat-alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lain atau tidak dapat digerakan atau statis. Jadi klasifikasi alat berdasarkan
pergerakannya dapat dibagi atas berikut ini.

a. Alat dengan Penggerak


Alat penggerak merupakan bagian dari alat berat yang menerjemahkan hasil dari
mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau roda kelabang
dan ban karet. Sedangkan belt merupakan alat penggerak pada conveyor belt.

Crawler Crane

b. Alat Statis
Yang termasuk dalam kategori ini adalah tower crane, batching plant, baik untuk
beton maupun untuk aspal serta crusher plant.

4. Proses Penambangan Nikel

Tahapan Kegiatan Penambangan

A. Clearing & Grubb 

Pekerjaan Clear & Grubb membersihkan lahan dari semak-semak dan pohonan kecil
dipergunakan Bulldozer D85 dan  chainshaw jika diperlukan untuk menebang pohon

51
besar.diameter >200 mm, target pekerjaan ini  didasarkan atas rencana Land Clearing
Plan dari Perusahaan. Pemindahan batang kayu komersial meliputi semua jenis kayu
yang berdiameter > 200mm dimana masih  layak dipakai merupakan  milik
Perusahaan.

B. Top Soil Removal

Pekerjaan pengalian lapisan Top Soil diperkirakan ketebalannya 1 meter, Top Soil ini
l  merupakan lapisan tanah penutup bagian atas yang mengandung unsur hara yang
berguna sebagai media tumbuh dari tanaman.

Top soil ini harus diperlakukan secara baik dan akan ditempatkan pada Top Soil stock
area, dimana nantinya  akan dipergunakan dan disebar untuk Reklamasi Tambang.
Penimbunan Top Soil peletakkannya harus diatur dengan ketinggian maksimum 2
meter berjajar, dan tiimbunan  diusahakan harus tetep stabil.

Peralatan yang dipergunakan untuk operasi pekerjaan pemindahan Top Soil


adalah  Excavator 320D untuk alat gali/muat dan  Dump Truck  sebagai alat
angkutnya. Biaya pekerjaan ini termasuk pada kegiatan pemindahan Overburden dan
waste.

C. Overburden & Waste Removal  

Dari data geologi yang kami peroleh, type tanah/batuan overburden dan waste
karakteristik adalah Overburden merupakan lapisan diantara lapisan atas/Top Soil dan
lapisan bijih/Ore , lapisan overburden ini mayoritas terdiri dari tanah laterit dan
batuan lempungan yang mudah untuk digali.

Untuk operasi pekerjaan pemindahan Overburden akan dipergunakanBuldozer


85,   Excavator  320 D sebagai alat  gali/muat dan peralatan angkutDump Truck atau

52
dump truk 6 x 4,  dan batasan maksimum jarak angkut  adalah 0.3 Km terukur dari
front tambang ke waste dump area.  Apabila  jarak angkut “overburden” melebihi dari
rata-rata  0.3 Km,penambahan atau pengurangan jarak angkut akan diperhitungkan
dengan penambahan  jarak angkut  (incremenet 100 meter).

     Jarak angkut  adalah jarak titik tengah  lokasi penambangan menuju titik tengah
lokasi pembuangan material diukur mengikuti jalan sebenarnya yang sudah dibuat
berdasarkan desain tambang dan akan ditentukan dan disetujui di lapangan bersama-
sama.

Sebagian volume material akan  dilakukan Direct dozing diperkirakan volume direct


dozing 25% dari total overburden dan waste., Direct dozing merupakan kegiatan
pendorongan material yang dilakukan oleh bulldozer secara tuntas (backfill) ke lokasi
area timbunan (dump area).

Volume Overburden dan waste serta  penempatan material dan konfigurasi alat yang
digunakan harus sesuai dengan Rencana Tambang  yang dibuat Perusahaan dengan
acuan batasan Ratio  berdasarkan surveyor.

D. Nickel Ore Mining (Penambangan Bijih Nikel) 

Penambangan diklasifikasikan atas 2 jenis kualitas ore utama, yaitu limonit dan
saprolit. Sedangkan 1 jenis kualitas ore lagi yaitu low grade saprolit (LGSO) dimana
kualitas ore merupakan transisi antara saprolit dan limonit. Ke tiga jenis ore tersebut
ditentukan oleh Tim Eksplorasi dan Perencanaan Tambang. Pelaksanaan dilapangan
akan diawasi oleh grade controller.

Limonit ditambang dan diangkut langsung ke tempat pemisahan ukuran berdasarkan


gravitasi atau Grizzly portable.

53
Saprolit ditambang sebagian akan diangkut langsung ke tempat penyaringan tetap
atau disebut Grizzly portable . Pengambilan sample dilakukan diatas truk dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Dan sebagian akan dipindahkan ke
tempat penyimpanan sementara atau disebut Stockyard dan pengambilan sample
diatas truk atau pada tumpahan truk dengan ketentuan yang ditetapkan sebelumnya.

Penentuan ore akan diangkut langsung ke grizzly atau diangkut ke stockyard oleh
grade control. Hal ini didasari oleh fackor kualitas. Penambangan harus mengikuti
prosedur tersebut dan penentuan lokasi stock akan ditentukan oleh pihak perusahaan.

Operator Tambang harus menjaga tidak terjadinya pengotoran ore baik limonit atau
saprolit pada saat penggalian di lokasi penambangan (front). Pembatuan jalan di front
ataupun tempat penggalian harus menggunakan batuan yang tidak mengandung silica
tinggi diutamakan menggunakan batuan/boulder sekitar area penggalian yang masih
mengandung nikel.

Selama penggalian operator tambang harus memisahkan boulder yang berukuran


besar sehingga dipastikan tidak terangkut sebagai ore. Boulder dapat diangkut sebagai
waste ataupun dipindahkan ketempat aman yang tidak mengganggu kegiatan gali
muat disekitar area penambangan.

Saprolit yang disimpan di stockyard pada saat diangkut kembali ke


grizllyportable dipastikan diangkut bersih, tidak terjadi pengotoran dari material lain
diluar tumpukan ore, dan boulder yang besar dipisahkan sehingga tidak terangkut ke
grizzly. Tidak ada pengambilan sample yang dilakukan pada kegiatan in

5. proses pengolahan nikel

            Pengolahan bahan galian adalah suatu proses pemisahan mineral berharga
secara ekonomis berdasarkan teknologi yang ada sekarang. Berdasarkan tahapan
proses pengolahan bahan galian dapat dibagi menjadi tiga tahapan proses yaitu:

54
1)      tahap preparasi

2)      tahap pemisahan dan

3)      tahap dewatering

            Tujuan dilakukannya kegiatan Pengolahan bahan galian ini yaitu untuk
Membebaskan mineral berharga dari mineral pengotornya (meliberasi), memisahkan
mineral berharga dari pengotornya, mengontrol ukuran partikel agar sesuai dengan
proses selanjutnya (reduksi ukuran), mengontrol agar bijih mempunyai ukuran yang
relatif seragam, mengontrol agar bijih mempunyai kadar yang relative seragam,
membebaskan mineral berharga, menurunkan kandungan pengotor (menaikkan kadar
mineral berharga).

            Dengan demikian kita akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berupa


Mengurangi ongkos / biaya pengangkutan, mengurangi ongkos / biaya peleburan,
serta Mengurangi kehilangan mineral berharga pada saat peleburan.

            Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan


nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi, peleburan,
Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

1. Crushing

            Crushing bertujuan untuk reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap ini untuk nikel
ore ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan
crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.

     Pengeringan di Tanur Pengering (Dryer)

            Dari stockpile hasil tambang (ore) diangkut menuju apron feeder. Di apron
feeder ore mengalami penyaringan dan pengaturan beban sebelum diangkut dengan
belt conveyor menuju dryer atau tanur pengering. Diruang pembakaran tersebut

55
terdapat alat pembakar yang menggunakan high sulphuroil atau yang biasa disebut
minyak residu sebagai bahan bakar. Dalam tahap pengeringan ini hanya dilakukan
penguapan sebagian kandungan air dalam bijih basa dan tidak ada reaksi kimia. Ore
kemudian dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di gudang bijih kering (Dry Ore
Storage).

2. Kalsinasi dan Reduksi

            Kalsinasi dan Reduksi di tanur pereduksi tujuannya untuk menghilangkan


kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam,
dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering
pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karenaitulah tahapan ini bertujuan
untuk menghilangkan kandungan air bebas danair kristal serta mereduksi nikel oksida
menjadi nikel logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi. Bijih darigudang
dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio
tertentu untuk menghasilkan komposisi silika magnesiadan besi yang sesuai dengan
operasionaltanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai
bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat
nikeldan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara
maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang
bertemperatur sekitar 700˚C.

3. Peleburan

                Peleburan di Tanur Listrik Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi


sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan Slag. Kalsin panas yang keluar dari tanur
reduksi sebagai umpan tanur pelebur dimasukkan kedalam surgebin lalu kemudian
dibawa dengan transfer car ke tempat penampungan. Furnace bertujuan untuk
melebur kalsin hingga terbentuk fase lelehan matte dan slag. Dinding furnace dilapisi
dengan batu tahan api yang didinginkan dengan media air melalui balok tembaga.

56
Matte dan slag akan terpisah berdasarka berat jenisnya. Slag kemudian diangkut
kelokasi pembuangan dengan kendaraan khusus

4. Converting / Pemurnian

            Converting di Tanur Pemurni Bertujuan untuk menaikkan kadar Ni di dalam


matte dari sekitar 27 persen menjadi di atas 75 persen. Matte yang memiliki berat
jenis lebih besar dari slag diangkut ke tanur pemurni / converter untuk menjalani
tahap pemurnian dan pengayaan.Proses yang terjadi dalam tanur pemurni adalah
peniupan udara dan penambahan sililka. Silika ini akan mengikat besi oksida dan
membentuk ikatan yang memiliki.

5. Granulasi dan Pengemasan

            Granulasi dan Pengemasan Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair
menjadi butiran-butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte
dituang kedalam tandis sembari secara terus menerus disemprot dengan air
bertekanan tinggi. Proses ini menghasilkan nikel matte yang dingin yang berbentuk
butiran-butiran halus. Butiran-butiran ini kemudian disaring, dikeringkan dan siap
dikemas.

6. Pemasaran Nikel

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN

PT. Antam Tbk merupakan produsen dan sekaligus distributor yang melakukan
pendistribusian dan penjualan Nikel. Dalam kegiatan pemasaran agar kegiatan
penjualan dapat dicapai semaksimal mungkin maka perusahaan akan melakukan
berbagai usaha untuk mencapainya. Usaha tersebut bisa berupa produk, harga,
distribusi dan promosi (marketing mix). Dalam penelitian ini strategi yang akan di
ahas adalah strategi produk dan strategi harga. Produk yang di hasilkan dalam hal ini

57
berupa feronikel dan biji nikel, Penetapan harga dalam hal ini harga jual feronikel dan
biji nikel.
Berikut ini disajikan pembahasan mengenai startegi produk dan harga, yaitu sebagai

berikut :

Produk

Produk merupakan sekelompok sifat yang berwujud dan tidak berwujud


dengan keragaman kualitas guna memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Sebagaimana PT. Antam Tbk yang selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu produk yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan produk
sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan pesaing.
Harga

Harga merupakan alat ukur untuk menentukan nilai suatu produk atau jasa
yang dihasilkan yang dinyatakan dalam satuan mata uang. Harga juga
menentukan permintaan atas suatu jenis barang atau jasa yang dihasilkan. Selain
itu, harga juga merupakan factor yang menjadi penentu dalam usaha untuk
memenangkan persaingan.

58
BAB III

TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

            Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan
yaitu:

1. Tahapan Persiapan

Persiapan dilakukan untuk pengambilan data yaitu dengan cara studi literatur, dimana
tahap ini merupakan awal dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Tahap ini
dilakukan studi pustaka atau mencari referensi beberapa buku, jurnal-jurnal,
informasi-informasi, serta laporan-laporan sebagai pendukung kegiatan penelitian
tentang tahap-tahap dalam penambangan nikel.

2. Tahap Pengambilan Data
A. Jenis Data

Data yang diperoleh terdiri atas: 

Data Primer

59
 Data Primer adalah data yang diambil . Adapun data primer yang digunakan
pada penelitian ini adalah:

Tahapan Penambangan

Alat-alat yang digunakan

 Data sekunder

Data Sekunder yang menjadi penunjang pada penelitian ini adalah SOP (Standar
Operasional Produsen) penambangan PT. ANTAM Tbk. UBPN SULTRA

3. Pengolahan Data

Pengolahan data dengan mengolah data primer dan data Sekunder yang kemudian
dianalisa dan dibuat kesimpulan.

4. Tahap Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan setelah pengolahan dan analisis data.

60
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Penambangan

Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA ada 3 wilayah tambang yang
beroperasi dalam kegiatan produksi yaitu Tambang Utara, Tambang Tengah, dan
Tambang Selatan. Tetapi yang beroperasi pada saat saya melakukan kegiatan
penelitian adalah tambang utara dan tambang selatan. Metode penambangan yang
dilakukan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA menggunakan metode
penambangan Open Pit Mining yaitu suatu sistem penambangan yang dilakukan
dengan menggali lubang atau membuat  Pit Penambangan seperti pada contoh gambar
4.1.

61
Gambar 4.1. Metode Penambangan Open Pit Bukit Ranger

Sedangkan Open Cast mining merupakan metode penambangan dengan cara


menambang mengelilingi sisi-sisi bukit.

1. Tahapan Kegiatan Penambangan

 Proses Pengolahan dan Sistem Penambangan Nikel

Sumber daya (resouces) dan cadangan (reserve) nikel umumnya keterdapatannya di


alam terletak tidak terlalu dalam dari permukaan. Oleh karena itu, sistem
penambangan yang yang biasa digunakan pada penambangan nikel di indonesia
adalah dengan sistem tambang terbuka seperti sistem open cast dan atau sistem open
pit. Pada kedua sistem tersebut terdiri beberapa tahapan, antara lain.

62
1. Land Clearing

Proses land clearing merupakan proses awal sebelum penggalian mareial bijih nikel
dilakukan. Pada proses ini, vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel dibersihkan
terlebih dahulu untuk memudahkan pembongkaran dan penggalian material tanah
penutup dan bijih nikel yang akan dilakukan kemudian.

2.Top soiling

63
Top soiling merupakan tahapan selanjutnya yang akan dilakukan setelah tahap land
clearing telah selesai dilakukan. Pada tahap ini, lapisan tanah pucuk (top soil) yang
mengandung humus dan unsur hara yang penting untuk kesuburan tanah dikupas,
diangkut lalu ditimbun pada suatu lokasi khusus (dipisahkan dari mateial tanah
penutup/overburden) yang telah dipersiapkan untuk menimbun tanah pucuk ini (top
soil bank).

Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanak pucuk tersebut tidak
berubah dan dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan revegetasi
dilakukan setelah operrasi penambangan selesai dilakuakan.

3.Pengupasan dan pengangkutan tanah penutup (Overburden)

64
Tahapan ini dilakukan bila tahapan land clearing dan top soiling telah selesai
dilakukan. Endapan cadangan timah (saprolit dan limonit) biasanya terletak dibawah
lapisan tanah yang tidak mengandung atau memiliki kadar nikel yang rendah.
Sehingga untuk menambangnya diperlukan pengupasan dan pengangkutan lapisan
tanah penutup (overburden) terlebih dahulu. Proses ini akan menggunkan kombinasi
peralatan tambang berupa back hoe dan dump truk. Tanah penutup yang telah dikupas
tersebut kemudian akan ditimbun pada lokasi penimbunan (disposal area).

4.Pengupasan dan penganguktan bijih nikel

Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan, maka penambangan


nijih nikel (saprolit dan limonit) dapat dilakuakn. Tahapan penambangan ini
dikakukan dengan dengan mengunakan kombinasi peralatan back hoe dan dump truk.

65
Bijih nikel yang telah ditambnag kemudian akan diangkut ke stock pile untuk di
timbun sementara pada lokasi tambang, atau langsung menuju lokasi pabrik
pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikrim ke lokasi yang telah
ditentukan.

5.Penimbunan

Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi jika yang
berupa cekungan-cekungan pada bekas lokasi penambangan. Oleh karena itu,
perusahaan tambnagn memiliki kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan
pada lokasi bekas tambang sehingga berubahan bentang alam yang terjadi dapat
diminimalisasi. Kegiatan penimbunan menggunakan kombinasi peralatan back
hoe dan bulldozer.

6.Pengangkutan

66
Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi
pengolahan untuk diolah untuk menghasilkan bahan olahan nikel maupun pelabuhan
untuk dikirm meuju pihak pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel maupun bahan
olahan nikel menggunakan kombinasi peralatan dump truck dan kapal tongkang (tug
boat).

2. Alat Yang Digunakan

.  Excavator Backhoe PC-200

67
            Excavator  yang digunakan adalah Komatsu PC-200, Excavator jenis ini
digunakan di PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA, fungsinya yaitu untuk
menggali atau memuat lapisan tanah pada tumpukan. (Gambar 4.6.).

Gambar 4.6.  Excavator Bachcoe PC-200

Excavator Hydroulic Rock Breaker (PC-200 HRB)

68
Terkadang dalam zona saprolit ditemukan boulder besar yang dapat menghambat
kinerja Excavator Backhoe maupun Dump Tcuk. Maka Excavator  Rock
Breaker (HRB) digunakan untuk memecah batuan keras agar dapat dengan mudah
diangkut ke Dump Truck, jenis tipe Excavator Rock Breker yang digunakan PT.
Satria Jaya Sultra selaku Kontraktor adalah Excavator PC-200 Rock Breaker (HRB).
(Gambar 4.7.).

Gambar 4.7.  Excavator Hydraulic Rock Breaker PC-200

69
4.3.3.   Bulldozer D85E-SS

Buldozer  yang digunakan adalah Komatsu type D85E-SS untuk kegiatan suporting


seperti pembersihan jalan di bagian front serta penumpukan Ore pada
bagian stockyard. (Gambar 4.8.).

70
 

Gambar 4.8. Bulldozer Komatsu Type D85E-ss

71
4.3.4.Dump Truck (DT)

Dump Truck yang digunakan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA
adalah jenis Rigid Dump Truck. DT yang digunakan tergolong kecil karena kapasits
baknya kurang dari 20 ton. DT yang digunakan PT. Satria Jaya Sultra selaku
Kontraktor adalah Hino type FM260TI. (Gambar 4.9.).

72
 

73
Gambar 4.9. Dump Truck Hino 500 type FM260TI

4.3.5.  Grader 505

Alat ini di pakai oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA berfungsi untuk
memelihara jalan tambang dan jalan produksi yang tidak dilakukan pengerasan
seperti jalan-jalan di dekat front.  Grader yang digunakan adalah Komatsu Type GD
505. (Gambar 4.10.).

Gambar 4.10. Grader Komatsu type GD505

74
 

4.3.6.   Wheel Loader

Pada  PT.  ANTAM  (Persero) Tbk. UBPN  SULTRA  Tbk  Sultra  loader  jenis  ini
berfungsi sebagai pengangkutan dalam pemindahan tumpukan tanah. (Gambar 4.11.).

Gambar 4.11. Wheel Loader type WA360

4.3.7.        Mobil Penyiram Debu (Water Tank)

75
Pada PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA, disiapkan mobil penyiram debu
apabila pada kondisi yang tidak memungkinkan seperti jalan yang berdebu dapat
membuat aktivitas produksi terhambat. Oleh karena itu fungsi mobil penyiram debu
dikeluarkan untuk menyiram jalan tambang. (Gambar 4.12.)

Gambar 4.12. Water Tank Kapasitas 20000 Liter

76
 

Skema Tahapan Penambangan

Land Clearing

Pengupasan

Top Soil

Pengupasan

Overburden

Produksi

Transito

Stockyard

77
 

Gambar 4.13. Bagan Alir Tahapan Penambangan

3. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN

PT. Antam Tbk merupakan produsen dan sekaligus distributor yang melakukan

pendistribusian dan penjualan Nikel. Dalam kegiatan pemasaran agar kegiatan

penjualan dapat dicapai semaksimal mungkin maka perusahaan akan melakukan

berbagai usaha untuk mencapainya. Usaha tersebut bisa berupa produk, harga,

distribusi dan promosi (marketing mix). Dalam penelitian ini strategi yang akan di

78
ahas adalah strategi produk dan strategi harga. Produk yang di hasilkan dalam hal ini

berupa feronikel dan biji nikel, Penetapan harga dalam hal ini harga jual feronikel dan

biji nikel.

Berikut ini disajikan pembahasan mengenai startegi produk dan harga, yaitu sebagai

berikut :

5.1.1 Produk

Produk merupakan sekelompok sifat yang berwujud dan tidak berwujud

dengan keragaman kualitas guna memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Sebagaimana PT. Antam Tbk yang selalu berusaha untuk

meningkatkan mutu produk yang dihasilkan agar mampu bersaing dengan produk

sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan pesaing.

Antam memproduksi dua jenis bijih nikel serta komoditas feronikel yang

merupakan komoditas olahan dari bijih nikel.

Pada tahun 2009, komoditas bijih nikel ditambang di empat lokasi yakni

Pomalaa yang berlokasi di Sulawesi Tenggara serta Mornopo, Gee dan Tanjung

Buli yang ketiganya berlokasi di Maluku Utara. Kegiatan penambangan bijih

nikel menggunakan metode tambang terbuka dengan peralatan backhoe untuk

penggalian dan truk untuk transportasi.

Antam memanfaatkan buldoser untuk memisahkan bijih nikel kadar tinggi dan

kadar rendah. Letak bijih nikel kadar tinggi berada di bawah bijih nikel kadar

rendah. Overburden kemudian digunakan sebagai backfill untuk menutup kembali

79
area tambang yang sudah dibuka setelah kegiatan penambangan selesai serta

untuk kegiatan reklamasi. Setelah ditambang, bijih nikel kemudian diangkut

dengan truk ke tempat penyimpanan (stockpile) untuk kemudian diangkut ke

kapal untuk diekspor atau digunakan sebagai umpan bijih untuk memproduksi

feronikel. Komoditas bijih nikel kadar tinggi diekspor ke Jepang dan Eropa,

sementara bijih nikel kadar rendah diekspor ke China dan Jepang.

Komoditas feronikel diproduksi melalui proses peleburan dan pemurnian

bijih nikel kadar tinggi. Antam memiliki tiga pabrik feronikel yakni pabrik FeNi I

yang telah beroperasi sejak tahun 1976, pabrik FeNi II yang beroperasi mulai

tahun 1995 dan pabrik FeNi III yang beroperasi sejak tahun 2007. Kapasitas

terpasang total produksi feronikel Antam adalah 45.000.000 TNi per tahun.

Antam menggunakan proses phyrometallurgy untuk mengolah bijih nikel menjadi

feronikel. Proses ini membutuhkan temperatur tinggi yang mencapai 1.400 derajat

untuk mengekstraksi feronikel dari bijih nikel. Oleh karena itu, proses ini

membutuhkan energi listrik yang sangat besar dan berasal dari Pembangkit

Tenaga Listrik Diesel (PLTD) milik Antam yang menggunakan bahan bakar

minyak (BBM) berkekuatan

102MW. Komoditas feronikel dijual ke konsumen di Eropa, China dan Korea.


Berikut ini akan diperlihtkan volume penjualan Nikel selama 5 tahun

terkahir yaitu dari tahun 2004 – 2009 :

80
Tabel 5.1

Penjualan Nikel PT. Antam Tbk (TNi)


Tahun Penjualan Penjualan Biji Total Penjualan
Feronikel Nikel
2005 15.405.885 4.086.081 19.491.966
2006 29.517.657 4.309.134 33.826.791
2007 39.072.480 6.907.367 45.979.847
2008 37.535.860 5.342.964 42.878.824
2009 31.285.762 4.901.699 36.187.461

Sumber: PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (data diolah)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penjualan Nikel yang di lakukan oleh

PT. Antam Tbk mengalami peningkatan hingga pada tahun 2007 kemudian pada

tahun 2008 penjualannya mengalami penurunan hingga tahun 2009.

Pada tahun 2008 penjualan Nikel turun sebesar 3.101.023 TNi. Penurunan

permintaan nikel yang merupakan bahan baku baja nirkarat di sebabkan oleh

memburuknya kondisi perekonomian global, sehingga industri utama pengguna

baja nirkarat seperti otomotif dan konstruksi terpaksa harus memangkas produksi.

Volume penjualan feronikel Antam turun 17% dibandingkan tahun 2008

menjadi 31.285.762 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada tahun 2009. Pencapaian

ini lebih besar dibandingkan target internal sebesar 30.000.000 TNi. Penurunan

penjualan feronikel disebabkan penurunan permintaan yang disebabkan krisis

perekonomian global. Pada tahun

2009, produksi feronikel Antam sebesar 31.285.762 TNi melebihi target internal
sebesar

81
30.000.000 TNi. Terlewatinya proyeksi internal ini disebabkan oleh stabilnya
load pabrik

FeNi III setelah Antam selesai melakukan optimasi pabrik tersebut.

Besarnya penjualan tersebut di atas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2

Kenaikan/Penurunan Volume Penjualan Nikel PT. Antam Tbk


Tahun Total Penjualan (TNi) Perubahan (TNi)

2005 19.491.966 -

2006 33.826.791 14.334.825

2007 45.979.847 12.153.056

2008 42.878.824 -3.101.023


2009 36.187.461 -6.691.363

Sumber: PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

(data diolah) Dari tabel di atas dapat disimpulkan

bahwa:

1) Pada tahun 2006 penjualan meningkat dari 19.491.966 TNi

menjadi 33.826.791 TNi dengan perubahan kenaikan sebesar

14.334.825 TNi.

2) Pada tahun 2007 penjualan mengalami peningkatan yang

cukup signifikan dari

33.826.791 TNi menjadi 45.979.847 TNi dengan perubahan kenaikan sebesar

12.153.056 TNi.

82
3) Pada tahun 2008 penjualan mengalami penurunan dari

45.979.847 TNi menjadi

42.878.824 TNi dengan perubahan penurunan yang cukup besar yaitu

-3.101.023 TNi.

4) Pada tahun 2009 penjualan perusahaan kembali mengalami

penurunan yaitu sebesar -6.691.363 TNi.

Untuk mengetahui besarnya produksi setiap tahun, dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 5.3

Poduksi Hasil Pertambangan Nikel (Ton Ni)

Tahun Produksi Feronikel Produksi Biji Total Produksi


Nikel
2005 16.177.502 4.080.800 20.258.302
2006 31.909.670 4.353.832 36.263.502

2007 40.856.018 7.112.870 47.968.888

2008 38.726.355 6.571.764 45.298.119


2009 27.667.981 5.851.329 33.519.310

Sumber: PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (data


diolah)

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa volume produksi dari tahun ke

tahun mengalami kanaikan hingga tahun 2007. Pada tahun 2008 jumlah produksi

perusahaan mengalami penurunan karena penrunan jumlah permintaan yang di

sebabkan oleh krisis perekonomian global.

83
Besarnya perubahan volume produksi tersebut di atas dapat di lihat pada tabel berikut
:

Tabel 5.4

Kenaikan/Penurunan Volume Produksi Nikel PT. Antam Tbk


Tahun Total Produksi (TNi) Perubahan (TNi)
2005 20.258.302 -
2006 36.263.502 16.005.200
2007 47.968.888 11.705.386
2008 45.298.119 -2.670.769
2009 33.519.310 -11.778.809

Sumber: PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (data


diolah)

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa:

1) Pada tahun 2005 volume produksi mencapai 20.258.302 TNi.

2) Pada tahun 2006 volume produksi mencapai 36.263.502 TNi atau

mengalami peningkatan sebesar 16.005.200 TNi di banding dengan

volume produksi pada tahun 2005.

3) Pada tahun 2007 volume produksi mengalami peningkatan yaitu

sebesar 11.705.386 TNi dari 36.263.502 TNi pada tahun 2006 menjadi

47.968.888 TNi pada tahun 2007.

4) Pada tahun 2008 volume produksi mengalami penurunan sebesar

-2.670.769 TNi menjadi 45.298.119 TNi di banding volume produksi

pada tahun 2007.

84
5) Pada tahun 2009 perusahaan hanya mampu memproduksi nikel

sebesar 33.519.310 TNi atau produksi juga mengalami penurunan

sebesar -11.778.809 TNi di bandingkan dengan besarnya produksi

pada tahun 2008.

Untuk mengetahui besarnya selisih vulome produksi dan volume penjualan


dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5

Selisih Volume Produksi dengan Volume Penjualan (TNi)


Tahun Volume Produksi Volume Selisih
Penjualan
2005 20.258.302 19.491.966 766.336
2006 36.263.502 33.826.791 2.436.711
2007 47.968.888 45.979.847 1.989.041
2008 45.298.119 42.878.824 2.419.295
2009 33.519.310 36.187.461 -2.668.151

Sumber: PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (data


diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penjualan pada tahun

2005 lebih kecil di bandingkan dengan besarnya volume produksi yaitu sebesar

766.336 TNi. Pada tahun 2006 besarnya volume produksi lebih tinggi di

bandingkan dengan volume penjualan yaitu sebesar 2.436.711 TNi. Pada tahun

2007 volume produksi masih lebih besar bila di bandingkan dengan volume

penjualan dengan perbandingan sebesar 1.989.041 TNi. Pada tahun 2008

meskipun volume produksi dan volume penjualan mengalami penurunan dari

85
tahun sebelumnya, volume produksi masih tetap lebih besar di banding volume

penjualan yaitu sebesar 2.419.295 TNi. Dan pada tahun 2009 volume produksi

masih tetap lebih tinggi di bandingakn dengan volume penjualan dengan

perbandingan sebesar -2.668.151 TNi.

5.1.2 Harga

Harga merupakan alat ukur untuk menentukan nilai suatu produk atau jasa

yang dihasilkan yang dinyatakan dalam satuan mata uang. Harga juga

menentukan permintaan atas suatu jenis barang atau jasa yang dihasilkan. Selain

itu, harga juga merupakan factor yang menjadi penentu dalam usaha untuk

memenangkan persaingan.

Dalam suatu persaingan harga di tetapkan sefleksibel mungkin dengan

tetap berpegang pada prinsip efisiensi. Oleh karena itu pengambilan keputusan

terhadap penentuan harga jual harus di sesuaikan dengan harga yang di tetapkan

oleh pesaing agar produk yang dihasilkan laku terjual. Namun demikian kebijakan

penetapan harga setiap perusahaan berbeda-beda. Harga pokok penjualan Nikel

PT. Antam Tbk di pengaruhi oleh lima biaya produksi yaitu biaya pemakaian

bahan, jasa penambangan bijih, bahan bakar, gaji karyawan serta depresiasi.

Berikut ini akan di perlihatkan besarnya harga penjualan nikel selama lima

tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 :

Tabel 5.6

Harga Jual Nikel (US$)

86
Tahun Harga Penjualan Harga Penjualan Rata-Rata (US$)
Feronikel Biji
Nikel
2005 6,45 38,00 22,23
2006 10,12 50,19 30,16
2007 16,16 78,84 47,50
2008 9,91 58,78 34,35
2009 6,61 33,86 20,24
Sumber: PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (data
diolah)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa harga nikel terus mengalami

peningkatan hingga tahun 2007, kemudian akibat krisis global sejak tahun 2008

harga nikel terus mengalami penurunan hingga tahun 2009. Harga jual tertinggi

terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar US$ 16,16 untuk feronikel dan US$ 78,84

untuk biji nikel. Sedangkan pada tahun

2009 harga jual nikel jatuh menjadi US$ 6,61 untuk feronikel dan US$ 33,86
untuk biji nikel.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk melakukan proses pengelolahan


nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing, Pengering, Pereduksi,
peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.

87
 1.klasifikasi fungsinal alat berat

a.Alat pengolahan lahan :


-Bulldozer adalah suatu alat berat yang mempunyai roda rantai (track shoe)
untuk pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang tinggi. 
- Universal Blade (U-Blade)
Blade jenis ini dilengkapi dengan sayap (wing) yang terdapat disisi blade
untuk efektifitas produksi.
- Straight Blade (S-Blade)
Straight blade cocok digunakan untuk semua jenis lapangan, blade ini juga
merupakan modifikasi dari U-Blade, maneuver lebih mudah dan balade ini
juga dapat menghandel material dengan mudah.
- Angling Blade (A-Blade)
Angling blade dibuat untuk posisi lurus dan menyudut. 

b.Alat penggali :
Yang termasuk didalam kategori ini adalah front shovel, backhoe, dragline,
dan clamshell.

c. Alat Pengangkut Material :


alat yang digunakan dapat berupa belt, truck dan wagon.

d.Alat Pemindahan Material :


Loader dan dozer adalah alat pemindahan material.

e. Alat Pemadat :
Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic-tired
roller, compactor, dan lain-lain.

88
f. Alat Pemroses Material :
 Alat yang dapat mencampur material-material di atas juga dikategorikan ke
dalam alat pemroses material seperti concrete batch plant dan asphalt mixing
plant.

g. Alat Penempatan Akhir Material :


Yang termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreader, asphalt paver,
motor grader, dan alat pemadat.

2. Klasifikasi operasional Alat Berat

a. Alat dengan Penggerak :Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau
roda kelabang dan ban karet.

b. Alat Plastis :Yang termasuk dalam kategori ini adalah tower crane,
batching plant, baik untuk beton maupun untuk aspal serta crusher plant.

 1. Sifat kimia, sifat fisika serta karakteristik dari nikel yaitu dapat
bereaksidengan asam tetapi tidak dengan basa, selain itu sifatnya yang
fleksibel dan mempunyai karakteristik-karakteristik yang unik seperti
sifatnya tidakberubah bila terkena udara, ketahanannya terhadap
oksidasi dankemampuannya untuk mempertahankan sifat-sifat aslinya di
bawah suhu yangekstrim.
2. Sumber dan pembentukan bijih nikel berupa Millerit, NiS,
Smaltit(Fe,Co,Ni)As, Nikolit (Ni)As, Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S,
Garnierite (Ni,Mg)SiO3.xH2O.

89
3. Proses penambangan nikel berupa pengeboran, pembersihan dan
pengupasan,penggalian, pemisahan, penyimpanan dan penghijauan sedangkan
pengolahannikel berupa pengeringan di tanur pengering, kalsinasi dan
reduksi di tanurpereduksi, peleburan di tanur listrik, pengkayaan di tanur
pemurni, sertagranulasi dan pengemasan.4. Penggunaan nikel yang paling
utama yaitu dalam produksi stainless steel.

B. Saran

Harapan saya agar pembaca dapat mengetahui dan memahami berbagai hal mengenai
nikel sebagai wawasan penting dalam ilmu pengetahuan danteknologi
melalui makalah ini. Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dan sarandalam
penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Darijanto, .T, 1988, Endapan Bijih Nikel, Diktat Genesa bahan Galian, Institut
Teknologi Bandung.

Calvert, S. J. and Hall, R., 2003, The Cenozoic Geology Of The Lariang And Karama
Regions, Western Sulawesi: New Insight Into The Evolution Of The Makassar
Straits Region, Proceeding 29th, Indonesian Petroleum Association.

Ferryyulia, 2009. Geologi Daerah Pebettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Institut Teknologi Bandung, Bandung

90
Freyssinet, P., Butt, C. R. M., Morris, R.C., and Piantone, P., 2005, Ore Forming
porcesses related to lateritic weathering, Economic Geology 100th Anniversary
Volume, p. 681-722.

Golightly, J.P., 1981, Nickeliferous Laterite Deposite Economic Geology, 75th


Anniversary Volume, p. 710-735

Guntoro, D., 2011, Karakteristik Horizon Laterit Untuk Menyusun Model Deskriptif
Endapan Nikel Laterit di Daerah Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan,
Sulawesi Tanggara, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Teknologi Bandung, Bandung

Hamilton, W.,R., 1979, Tectonics of The Indonesian Region, United States Geological
Survey.

Hotma, S., Moe’tamar, dan Sihombing S., 2005, Inventarisasi dab Evaluasi Mineral
Logam di Daerah Kabupaten Konawe (Kendari) dan Kaupaten Kolaka Provinsi
Sulawesi Tenggara, Kolokium Hasil Kegiatan Lapangan – DIM, 14-1 – 14-13

Musnajam, 2012, Optimalisasi Pemanfaatan Bijih Nikel Kadar Rendah Dengan


Metode Blending di PT. ANTAM Tk. UBPN Sulawesi Tenggara, Jurusan
Teknik Pertambangan, Universitas 19 November Kolaka, Sulawesi Tenggara,
Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol.4 No.2

Negara, R. N., 2008, Penentuan Besar Boulder yang Ekonomis Pada Operasi
Penamangan Nikel Laterit di Moronopo, Halmahera Timur, Maluku Utara,
Mining engineering, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Pramono, G. H., 2008, Akurasi Metode IDW dan Kriging Untuk Interpolasi Sebaran
Sedimen Tersuspensi, Peneliti SIG di Bakosurtanal, Forum Geografi, Vol.22
No.1 Hal 97-110

Simandjuntak, T.O., Surono, dan Sukido, 1993, Peta Geologi Lembar Kolaka,
Sulawesi, 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Streckeisen, A., 1976. To each plutonik rock its proper name. Earth Science Reviews,
12, 1-33.

Usman E., 2011, Prospek Pengembangan Sumberdaya Nikel Laterit di Kawasan


Timur Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, M&E
Vol.9 No.2

91
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol. IA, Martinus Nijhoff,
The Hague.

REFERENSI

Pengarang Muas dan M, Abd. Salam

Institusi

Kategori Buku Referensi

Bidang Ilmu Teknik

92
ISBN 978-602-453-712-8

Ukuran 15.5×23 cm

Halaman viii, 245 hlm

Ketersediaan Pesan Dulu

Tahun Terbit  2018

Judul : Nikel Indonesia (Hard Cover)  


No. ISBN : 9786020419354
Penulis : Prof.Dr.Ir.Irwandy
Arif,M.SC

Penerbit : Gramedia Pustaka


Utama 

93
Tanggal terbit : November - 2018

Jumlah Halaman : -

Berat Buku : 700 gr

Jenis Cover : Hard Cover

Dimensi(L x P) :-

Kategori : Referensi Umum

Bonus :-

Text Bahasa : Indonesia ·

94
Alat Berat untuk Proyek Konstruksi (Edisi 2)
Oleh Susy Fatena Rostiyanti

Berat 0.26 kg
Tahun 2008
Halaman 179
Ukuran 23,5 cm
Rineka
Penerbit
Cipta

95

Anda mungkin juga menyukai