DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
NESCI AYU GINTING D1101181021
SAFIRA PUTRI RABBIOLA D1101181016
AJIQ FAIQ
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................5
1.2. Maksud Dan Tujuan.........................................................................................5
1.3. Pelaksanaan Kegiatan......................................................................................5
1.4. Manfaat Kegiatan.............................................................................................5
BAB II PERUSAHAAN........................................................................................6
2.1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah....................................................................6
2.2 Profil Perusahaan..............................................................................................6
2.3 Keadaan Geologi........................................................................................8
2.4 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan........................................................9
2.5 Ganesa Batu Gamping.............................................................................11
2.6 Eksplorasi.................................................................................................13
2.7 Penambangan...........................................................................................14
2.7.1 Pembersihan Lahan ( Land Clearing ).................................................14
2.7.2 Pengupasan lapisan penutup ( striping over burden ).........................14
2.7.3 pembongkaran ( Loosening )...............................................................14
2.7.4 Pemuatan ( loading ) ...........................................................................14
2.7.5 Pengangkutan ( hauling ).....................................................................14
2.7.6 Penimbunan ( Dumping )....................................................................14
2.8 Pengolahan...............................................................................................14
2.9 Produk dan pemasaran.............................................................................14
2.10 reklamasi..................................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
3.1. Kesimpulan..............................................................................................18
3.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
• Sifat Fisik
Merupakan perbandingan antara berat batuan asli dengan volume total batuan.
Merupakan perbandingan antara berat batuan kering dengan volume total batuan.
Merupakan perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume total batuan.
4. Apparent Specific Gravity (GSA)
Merupakan perbandingan antara bobot isi kering batuan dengan bobot isi air.
Merupakan perbandingan antara bobot isi jenuh batuan dengan bobot isi air.
Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan asli dengan berat butiran
Merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan jenuh dengan berat butiran
batuan dan dinyatakan dalam %.
Merupakan perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh dan dinyatakan
dalam %.
9. Porositas
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan
dengan volume total batuan per satuan volume tertentu. Besar kecilnya porositas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan
dan komposisi mineral pembentuk batuan.
Angka pori merupakan perbandingan antara volume pori dan volume butir, yang
dirumuskan sebgai berikut
• Sifat Mekanik
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik yang
paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat
tekan batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-
regangan. Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh.
Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah
2 sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak
lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa
data seperti:
b. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam mengevaluasi
deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai modulus elastisitas
batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah geologi
lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral
pembentuknya. Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran
partikel, dan kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur
tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan.
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan
regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral
(lateral expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial.
Sifat mekanik batuan yang diperoleh dari uji ini adalah kuat tarik batuan (σt).
Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik contoh batuan
di laboratorium, yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik tak langsung.
Metode kuat tarik tak langsung merupakan uji yang paling sering digunakan. Hal ini
disebabkan uji ini lebih mudah dan murah daripada uji kuat tarik langsung. Salah satu uji
kuat tarik tak langsung adalah Brazilian test.
Uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik dilakukan untuk menentukan cepat rambat
gelombang ultrasonik yang merambat melalui contoh batuan. Pada uji ini, waktu
tempuh gelombang primer yang merambat melalui contoh batuan diukur dengan
menggunakan Portable Unit Non-destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan ( strength ) dari percontoh batu
secara tidak langsung dilapangan. Percontoh batuan dapat berbentuk silinder.
Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan.
Pengujian cepat, sehingga dapat diketahui kekuatan datuan dilapangan, sebelum
pengujian dilaboratorium dilakukan.
6. Uji triaxial
Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan kekuatan batuan padakondisi
pembebanan triaksial melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria keruntuhan yang
sering digunakan dalam pengolahan data uji triaksial adalah criteria Mohr-Coulomb.
Hasil pengujian triaksial kemudian diplot kedalam kurva Mohr- Coulomb sehingga dapat
ditentukan parameter-parameter kekuatan batuan sebagai berikut:
• Kohesi (C)
Pada pengujian triaksial, contoh batuan dimasukkan kedalam sel triaksial, diberi tekanan
pemampatan (σ3), dan dibebani secara aksial (σ1), sampai runtuh. Pada uji ini, tegangan
menengah dianggap sama dengan tekanan pemampatan (σ3= σ1).
Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic, secara mekanik,
atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi secara organic. Jenis ini
berasal dari pengendapan cangkan atau rumah kerang dan siput. Foraminifera atau
ganggang. Atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh
berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya
adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa
oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang
terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan
suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping. Jenis
batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan
batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan
bumi.
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang mengendap bersama-
sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor batugamping memberikan
klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya magnesium, maka batugamping
tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping dolomitan.
Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan
sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran apabila pengotornya pasir.
Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur
tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan
hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsure
mangan, sedangkan kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsure organic.
Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang
pejal dijumpai pula yang porous.
Dibeberapa daerah endapan batu kapur seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah
tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari
udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke
dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses
tersebut adalah sebagai berikut :
Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh
batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan
dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke
dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan
atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan
memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.
A. Mula Jadi
Batu Kapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik
atau secara kimia sebagian batu kapur dialam terjadi secara organik. Jenis ini berasal
dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk batu kapur yang
terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara
organik yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur
tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi
iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
B. Mineralogi
Batu Kapur dan dolomit merupakan batuan karbonat utama yang banyak digunakan
diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama dengan Kalsit (CaCO3) tetapi berbeda
dengan struktur kristalnya, merupakan mineral metas table karena pada kurun waktu
tertentu dapat berubah menjadi Kalsit. Karena sifat fisika mineral-mineral karbonat
hampir sama satu sama lain, maka tidak mudah untuk mengidentifikasinya.
C. Identifikasi Batugamping
Batugamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan
batugamping klastik.
Batugamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari
Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering jyga
disebut batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral.
Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Dialam tidak jarang
pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah
batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3
e. Pecahan : Uneven
- bahan bangunan
bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester,adukan
pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah.
Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk
belerang untuk disemprotkan.
Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air,
sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta
untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada
kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya
- Penjernihan air
2.6 Eksplorasi
Rancangan eksplorasi ini antara lain menyangkut tentang review literatur , geologi
regional, citra landsat, interpretasi foto udara. Selain itu juga mencakup tentang model
eksplorasi sebagai hipotesa kerja penentuan strategi dan pemilihan metoda eksplorasi.
Penilaian regional ini berdasarkan data dan studi pustaka yang ada.
Peninjauan daerah ini dilakukan dengan melakukan survei daerah. Survei ini dapat
menggunakan survei udara seperti surveidan analisa foto udara, survei dan analisa
aeromagnetic. Sedangkan survei darat berupa lintasan – lintasan dengan metoda geologi
atau non geologi, pengambilan batuan perconto di sungai (stream sampling), dan
sebagainya. Tahapan ini menghasilkan daerah – daerah prospek dengan peta skala 1 :
100.000 – 200.000.
Tahap ini merupakan akhir dari semua tahapan eksplorasi tinjau – tingkat strategis.
Tahap ini menindaklanjuti tahap peninjauan daerah dengan sitem metoda geologi
berupa : prospeksi batuan di sungai seperti float mapping and sampling, stream
sediment sampling, dan rock sampling. Kadangkala bersamaan dengan pembuatan
paritan, pemboran dangkal dan metoda geofisika seperti survei magnetic, gravitasi,
seismik dan reflaksi seseuai dengan petunjuk geologi.
3 Tahapan Eksplorasi Rinci – Tingkat Taktis (Detail Exploration Stage – Tactical Phase)
Tahap ini berupa penciutan daerah prospek dengan peta skala 1:5000 – 1:1000. Kegiatan
pada tahap ini antara lain berupa pemetaan geologi rinci , surve geokimia rinci,
pembuatan paritan dan sumur uji dan survei geofisika rinci dan pengambilan beberapa
contoh batuan hasil pemboran.
Pada tahap ini berupa pembuatan terowongan eksplorasi, pengeboran core – logging
yang lebih rapat, pengukuran geophysical logging, penentuan cadangan pendahuluan
dan pengambilan contoh secara sistimatis
Pada tahap ini faktor – faktor teknik penambangan, teknik ekstraksi metalurgi,
kebutuhan energi dalam penambangan serta penilaian ekonomis (feasibility studies)
dilakukan agar dapat diketahui suatu prospek dapat ditambang atau tidak.
Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penambangan suatu daerah. Tahap
ini berupa evaluasi keseluruhan dari kegiatan produksi. Selain itu tahap ini juga
merancang kegiatan penunjang selama pertambangan seperti pembuatan jala,
pembuatan kantor dan mess pekerja, pembuatan pelabuhan dan pabrik metalurgi.
2.7 Penambangan
Pada pengerjaan proses land clearing hal yang umumnya dilakukan adalah meliputi
pekerjaan sebagai berikut :
a. Underbrushing
b. Felling/Cutting
c. Pilling
Kegiatan yang bertujuan untuk menumpuk kayu kayu atau tumpukan kayu pada jarak
jarak tertentu. Yang diperlu diperhatikan adalah tumpukan kayu harus searah dengan
angin yang berhembus.
d. Burning
Adalah pembakaran kayu kayu yang telah mengering atau tumbang dengan tidak
melalaikan kayu yang dapat dimanafaaatkan , Pembakaran diharuskan untuk
mendapatkan abu abu sisa pembakaran yang dapat meningkatkan kesuburan dari tanah
disketiranya.
Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu pemindahan suatu lapisan
tanah atau batuan yang berada diatas cadangan bahan galian, agar bahan galian
tersebut menjadi tersingkap. Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan
tanah penutup yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sistimatika pengupasan
yang baik. Pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup merupakan kegiatan yang
mutlak harus dikerjakan pada pertambangan terutama pada kegiatan penambangan
yang menggunakan sistim tambang terbuka.
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi,
semakin baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana target
produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode dan alat
yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup. Adapun pola teknis dari
pengupasan lapisan tanah penutup yaitu :
a. Back filling digging method Pada cara ini tanah penutup di buang ke tempat
sudah digali.
b. Benching System Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang
(benching). Cara ini pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup sekaligus
sambil membuat jenjang.
c. Multi Bucket Exavator System Pada pengupasan cara ini tanah penutup dibuang
ke tempat yang sudah digali atau ke tempat pembuangan khusus. Cara ini ialah
dengan menggunakan Bucket Wheel Exavator ( BWE.
d. Drag Scraper System Cara ini biasanya langsung diikuti dengan pengambilan
bahan galian setelah tanah penutup dibuang, tetapi bisa juga tanah penutupnya
dihabiskan terlabih dahulu, kemudian baru bahan galiannnya ditambang. Sistem
ini cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan lepas(loose).
2.7.3 Pembongkaran
Excavator :
Proses pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat gali atau shovel untuk
menggali material hasil peledakan atau material lepas yang berupa bijih atau batuan
penutup dan kemudian dimuat kedalam alat angkut, yang dikenal sebagai truck angkut
tambang (dump truck). Proses pemuatan dapat dibagi menjadi empat tahapan :
1. Menggali (dig)
Alat - alat pemuatan Yaitu peralatan mekanis yang digunakan untuk mengambil dan
memuat material ke atas alat angkut. Ada banyak jenis dari alat muat, antara lain:
1.Power shovel
4.wheel excavator
5.Showel dozer
7.loader Bulldozer
1. Dump truck
3. Conveyor
4. Power scrafer