Oleh :
FATAYA FAINNAYA FUKHASYIRUBBI
1610713320003
Oleh :
FATAYA FAINNAYA FUKHASYIRUBBI
1610713320003
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya dapat meneyelesaikan proposal magang yang berjudul
“Kekuatan Putus Benang (Breaking Strength) dan Kemuluran Benang
(Elongation)”. Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat ketuntasan
magang.
Dalam penulisan proposal ini, praktikan merasa masih banyak terdapat
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang penulis miliki, maka kritik dan saran dari semua pihak sangat praktikan
harapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Atas tersusunnya proposal ini maka penulis menyampaikan rasa hormat
dan terimakasih kepada :
1. Pimpinan Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang beserta
segenap karyawan yang telah berkenan memberikan tempat dan
kesempatan untuk kegiatan magang.
2. Bapak Ir. Iriansyah, M.Si dan Bapak Aulia Azhar Wahab, S.Pi, M.Si
selaku dosen pembimbing magang.
3. Bapak Ir. Irhamsyah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
4. Kedua orang tua saya dan teman-teman PSP angkatan 2016.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat Magang ............................................... 2
1.2.1. Tujuan Magang .......................................................... 2
1.2.2. Manfaat Magang ........................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1. Jenis-Jenis Benang ............................................................... 4
2.2. Kekuatan Benang (Breaking Strength) ................................ 6
2.3. Kemuluran Benang (Elongation) ......................................... 7
BAB 3. METODE MAGANG ............................................................... 9
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................... 9
3.2. Metodologi ........................................................................... 9
BAB 4. PENUTUP .................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 11
LAMPIRAN............................................................................... 13
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
Bahan dasar alat tangkap terbagi menjadi dua jenis bahan yaitu terbuat
secara alami (natural fibre) dan buatan (synthetic fiber). Bahan alami terbuat dari
serat-serat tumbuhan (cotton, manila, hemp) sedangkan bahan sintetis diproduksi
melalui mesin dimana serat tersebut diperoleh dari proses kimia melalui proses
polimerisasi dari monomer-monomer. Jika dilihat dari tingkat daya tahan, bahan
sintesis lebih unggul dibanding dengan bahan alami karena tidak mengalami
pembusukan. Salah satu contoh dari bahan sintesis ini adalah polyamide atau yang
lebih dikenal dengan nama dagang nilon (Intan dkk,. 2017).
Menurut Nainggolan (2012), benang dari bahan sintetis yang berasal dari
serat sintetis yang dipintal disebut dengan istilah benang atau tali multifilament.
Benang sintetis multifilament paling banyak digunakan sebagai bahan jaring yang
selanjutnya dibuat menjadi alat penangkap ikan. Di samping benang
multifilament, serat sintetis ada juga yang dibuat menjadi benang monofilament.
Hampir seluruh bahan benang atau tali yang digunakan sebagai bahan pembuat
alat tangkap adalah dari bahan sintetis. Berbagai jenis benang sintetis yang
dikenal di pasar dan banyak digunakan pada kegiatan perikanan, antara lain:
1. Polyamide (nylon)
Berat jenisnya 1,14. Dapat diberi warna dan dicelup pada bahan pengawet
(coal-tar dyeing) sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama. Pengaruh panas
melemah (softening point) pada suhu 180oC. Kekuatan putus menurun dan
berubah warna (menjadi kuning) jika terkena sinar matahari. Penggunaan sebagai
bahan alat tangkap jaring insang, pukat cincin, pukat ikan, pukat udang, dan juga
digunakan sebagai bahan tali sintetis.
2. Polyester (tetoron)
Berat jenisnya 1,38. Dapat diberi warna dan dicelup pada bahan pengawet
(coal-tar dyeing) sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama. Pengaruh panas
melemah (softening point) pada suhu 238 - 240oC. Pengaruh matahari tidak
mempengaruhi kekuatan putus. Penggunaannya sebagai bahan alat tangkap jaring
4
5
insang, pukat cincin, pukat ikan, pukat udang, rawai, dan juga digunakan bahan
tali sintetis.
3. Polyvinyl-alcohol (vinilon, cremona)
Berat jenisnya 1,26 - 1,30. Dapat diberi warna dan dicelup pada bahan
pengawet (coal-tar dyeing) sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama.
Pengaruh panas melemah (softening point) pada suhu 220 - 230oC. Pengaruh
matahari tidak mempengaruhi kekuatan putus. Penggunaannya sebagai bahan alat
tangkap jaring insang, pukat cincin, pukat ikan, pukat udang, rawai, dan juga
digunakan sebagai bahan tali sintetis.
4. Polyvinylidene chloride (saran, kurehalon)
Berat jenisnya 1,7 dapat dicelup pada bahan pengawet (coal-tar dyeing)
sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama. Pemberian warna dengan
pencelupan hanya dapat dilakukan ketika sedang dalam proses pembuatan di
pabrik. Pengaruh panas melemah (softening point) pada suhu 150 - 180oC.
Pengaruh matahari tidak mempengaruhi kekuatan putus. Penggunaannya sebagai
bahan alat tangkap set net (perangkap) yang berukuran besar.
5. Polyethylene (hizex)
Berat jenisnya 0,92 - 0,98. Tidak dapat dicelup pada bahan pengawet
(coal-tar dyeing). Pemberian warna dengan pencelupan hanya dapat dilakukan
ketika sedang dalam proses pembuatan di pabrik. Pengaruh panas melemah
(softening point) pada suhu 100 - 115oC. Pengaruh matahari tidak mempengaruhi
kekuatan putus. Penggunaannya sebagai bahan pembuat trawl dan tali-temali.
Dari sekian banyak jenis benang sintetis, jenis benang polyamide (PA) dan
polyethylene (PE) adalah yang paling banyak digunakan. Benang PA baik
digunakan sebagai pengikat, karena lebih lentur, fleksibel, dan kuat dibandingkan
dengan benang PE. Benang PE permukaannya lebih kasar, sehingga mudah
dipegang ketika dilakukan pengangkatan alat, lebih kuat sebagai kerangka
pembentuk jaring, dan tempat peletakan pelampung atau pemberat (Gondo, 2009).
Serat sintetis berbahan kimia untuk bahan baku alat penangkapan ikan
yang umumnya dipakai oleh nelayan antara lain adalah polyamide, polyethylene
dan polyvinyl chloride. Bahan-bahan tersebut berasal dari plastik jenis low density
polyethylene (LDPE), yang juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
6
(Susilawati dkk,. 2011). Low density polyethylene (LDPE) merupakan salah satu
jenis plastik sintetik yang bersifat non-biodegradable atau tidak dapat terdegradasi
oleh mikroorganisme, sehingga menyebabkan masalah lingkungan (Darni dkk.
2013). Hal ini mendorong perlunya bahan alat tangkap yang bersifat
complementary dari serat sintetis berbahan kimia.
terlalu tinggi dapat mengakibatkan perubahan konstruksi jaring, dalam hal ini
ukuran mata jaring dapat berubah, sehingga menyebabkan ikan tangkapan dapat
lolos dari jaring dengan mudah.
Klust (1987) mengatakan kemuluran adalah suatu pertambahan panjang
dari suatu uji contoh yang menggunakan ketegangan dan dinyatakan dalam satuan
panjang, misalnya sentimeter atau milimeter, sifat ini di pengaruhi oleh suatu
gaya. Nilai suatu kemuluran dapat dilihat dengan jarum skala elongation yang
dihasilkan oleh alat strength tester dengan satuan milimeter (mm). Besarnya suatu
kemuluran tergantung pada tingkat kekerasan pintalan atau kerapatan dari masing-
masing pintalan tali yang dihasilkan.
Menurut Nofrizal dkk (2011), tingkat kemuluran merupakan salah satu
syarat yang harus dimiliki oleh bahan alat penangkapan ikan. Semakin tinggi
tingkat kemuluran ataupun elastisitas suatu serat maka kekuatan putusnya akan
tinggi pula. Augy (1985) juga menjelaskan bahwa faktor yang mempertahankan
ketahanan kemuluran benang adalah keadaan fisik benang itu sendiri, seperti
jumlah pilinan, jumlah serat, kelembutan benang, diameter benang semakin besar
diameter benang maka kekuatan dan kemulurannya semakin bertambah.
BAB 3. METODE MAGANG
3.2. Metodologi
9
BAB 4. PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
Annaidh, A.N., Bruyèred, K., Destrade, M., Gilchrista, M.D., and Otténio, M.
2012. Characterization of The Anisotropic Mechanical Properties of
Excised Human Skin. Journal of The Mechanical Behaviour of Biomedical
Materials, 3 : 139-148.
Augy, S. 1985. Hubungan Konsentrasi Lautan Kulit Pohon Samama
(Antopchepalus masrohyla hauvil) Lama Perendaman Terhadap Breaking
Strength dan Elongation Benang Cotton dan Nylon. Bahan Alat
Penangkapan Ikan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 30 hal.
Brandt, A and P.J.G. Carrothers. 1964. Test Methods For Fishing Gear Material
(Twine Netting). Modern Fishing Gear of The World II, pp. 9 – 49.
Darni Y, Chici A, dan Sri ID. 2013. Sintesa Bioplastik dari Pati Pisang dan
Gelatin dengan Plasticizer Gliserol [internet]. Jurnal dalam Digital Library
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.[diunduh 2016 April 28]. Terse-dia
pada: digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergra duate17047-2305100060-
paperpdf.pdf. Collection ID: 23001120001092.
Hasly, I.R.J., Pramitasari, S.D., dan Setyanto I. 2017. Pengaruh Perendaman Air
Tawar dan Air Laut Terhadap Nilai Kekuatan Putus (Breaking Strength)
dan Kemuluran (Elongation) Pada Benang Polyamide (Pa) Monofilamen
Diameter 0.4 Mm. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Iskandar, M.D., dan A.P., Prasetyo. 2010. Breaking strength Benang PA
Multifilamen 210 D/6 pada Penyimpanan di Ruang Terbuka. BAWAL,
3(1): 57-63.
Klust, G. 1982. Netting Materials for Fishing Gear. Dood and agriculture of The
United Nation. Fishing News Book Ltd Famhan, Surrey, England.
Klust, G. 1987. Bahan Jaring Untuk Pennagkapan Ikan. Diterjemahkan oleh Tim
BPPI Semarang. Edisi 2. Bagian Proyek Pengembangan Teknik
Penangkapan ikan. Balai Pennagkapan Ikan. Semarang. 188 hal.
Nainggolan, C. 2012. Modul 1 Metode Penangkapan Ikan. Universitas Terbuka 1
(639,2), 1-62.
Nofrizal, Ahmad, M., Syofyan, I., dan Habibi, I. 2011. Kajian Awal Pemanfaatan
Rumput Teki (Fimbristylis sp), Linggi (Penicum sp) dan Sianik (Carex sp)
sebagai Serat Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan. Laboratorium
Bahan dan Rancangan Alat Penangkapan Ikan dan Laboratorium
Ekoteknologi, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Riau,
Pekanbaru. Jurnal Natur Indonesia 14 (1) Oktober 2011: 100-106.
Puspito, G. 2016. Pengawetan : Pengaruhnya Pada Sifat-Sifat Fisik Benang dan
Simpul Jaring Sintetis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Quniuurochmatulloh. 2015. Uji Tarik dan Ketahanan Tali Alat Pelampung Tandan
Buah Segar (TBS) Sawit Tipe Jaring. {Skripsi}. Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.
Safitri, S.R., Yuspardianto dan Suardi, M.L. 2006. Pengaruh Konsentrasi Uba
(Adinantra acuminata) yang Berbeda Terhadap Kekuatan Putus dan
Kemuluran Benang Tetoran pada Alat Tangkap Payang di Ulak Karang
Kota Padang. Mangrove dan Pesisir VI(1).
Susilawati S, Mustafa I, and Maulina D. 2011. Biodegradable Plastics from a
Mixture of Low Density Polyethylene (LDPE) and Cassa-va Starch with
the Addition of ACrylic Acid.Jurnal Natural. 11(2):69-73.
LAMPIRAN