Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL MAGANG

KEKUATAN PUTUS BENANG (BREAKING STRENGTH) DAN


KEMULURAN BENANG (ELONGATION)
DI BALAI BESAR PENANGKAPAN IKAN (BBPI) SEMARANG

Oleh :
FATAYA FAINNAYA FUKHASYIRUBBI
1610713320003

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
PROPOSAL MAGANG
KEKUATAN PUTUS BENANG (BREAKING STRENGTH) DAN
KEMULURAN BENANG (ELONGATION)
DI BALAI BESAR PENANGKAPAN IKAN (BBPI) SEMARANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Kegiatan Magang


pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :
FATAYA FAINNAYA FUKHASYIRUBBI
1610713320003

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya dapat meneyelesaikan proposal magang yang berjudul
“Kekuatan Putus Benang (Breaking Strength) dan Kemuluran Benang
(Elongation)”. Penulisan proposal ini merupakan salah satu syarat ketuntasan
magang.
Dalam penulisan proposal ini, praktikan merasa masih banyak terdapat
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang penulis miliki, maka kritik dan saran dari semua pihak sangat praktikan
harapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Atas tersusunnya proposal ini maka penulis menyampaikan rasa hormat
dan terimakasih kepada :
1. Pimpinan Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang beserta
segenap karyawan yang telah berkenan memberikan tempat dan
kesempatan untuk kegiatan magang.
2. Bapak Ir. Iriansyah, M.Si dan Bapak Aulia Azhar Wahab, S.Pi, M.Si
selaku dosen pembimbing magang.
3. Bapak Ir. Irhamsyah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik.
4. Kedua orang tua saya dan teman-teman PSP angkatan 2016.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Banjarbaru, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat Magang ............................................... 2
1.2.1. Tujuan Magang .......................................................... 2
1.2.2. Manfaat Magang ........................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1. Jenis-Jenis Benang ............................................................... 4
2.2. Kekuatan Benang (Breaking Strength) ................................ 6
2.3. Kemuluran Benang (Elongation) ......................................... 7
BAB 3. METODE MAGANG ............................................................... 9
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................... 9
3.2. Metodologi ........................................................................... 9
BAB 4. PENUTUP .................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 11
LAMPIRAN............................................................................... 13

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Metode penangkapan ikan semakin mengalami perkembangan ke arah


yang lebih maju seiring dengan kemajuan zaman. Konsep-konsep baru telah
diperkenalkan dalam meningkatkan hasil tangkapan dengan cara memanfaatkan
tingkah laku ikan yang dijadikan tujuan penangkapan. Alat-alat tangkap yang ada
terus dikembangkan dan disempurnakan untuk memperoleh hasil tangkapan yang
maksimal tanpa melupakan kelestarian sumberdaya perairan yang dieksploitasi.
Penangkapan ikan memberikan pengaruh pada kelestarian sumberdaya
perikanan jika tidak memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan konservasi
dan potensi ikan itu sendiri. Pembuatan jenis alat penangkap ikan diperlukan
seleksi terhadap material yang akan digunakan dan untuk mendesain alat tersebut.
Sehingga perlu adanya penelitihan sifat-sifat fisik material yang digunakan untuk
pembuatan suatu jaring agar dapat direkomendasikan dalam penggunaannya.
Bahan dasar alat tangkap terbagi menjadi dua jenis bahan yaitu secara
alami (natural fibre) dan buatan (synthetic fiber). Bahan alami terbuat dari serat-
serat tumbuhan (cotton, manila, hemp) sedangkan bahan sintesis diproduksi
melalui mesin dimana serat tersebut diperoleh dari proses kimia, daya tahan bahan
sintesis lebih unggul dibanding dengan bahan alami karena tidak mengalami
pembusukan.
Tingkat kekuatan benang (breaking strength) dan kemuluran (elongation)
merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan karena jika nilai kekuatan
benang ini tinggi dan kemuluran yang rendah maka akan menciptakan suatu
tingkat efektifitas bahan sehingga membuat nelayan tidak perlu banyak
mengeluarkan biaya untuk perawatan alat tangkap. Semakin cepat penurunan
kekuatan putus, maka akan meningkatkan biaya untuk perbaikan dan pembelian
sehingga sangat terkait dengan kelanjutan usaha.
Kegiatan magang yang dilakukan kali ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya kekuatan putus benang (breaking strength) dan kemuluran benang
(elongation) dari bahan yang diuji. Kekuatan putus benang adalah kekuatan putus
maksimum yang diperlukan untuk membuat benang putus dalam suatu uji yang
1
2

menggunakan ketegangan. Satuannya dalam kilogram gaya (kgf). Kemuluran


benang adalah kemampuan benang bertambah panjang ketika ada beban yang
dialami benang tersebut sebelum putus. Jika dilihat dari penggunaan alat tangkap
jaring yang direndam, lama perendaman akan mempengaruhi kekuatan dari jaring
tersebut. Kecepatan yang digunakan pada alat breaking strength machine saat
pengujian selalu sama, hal tersebut dikarenakan untuk mengetahui perbedaan
kekuatan putus dan kemuluran mata jaring dengan perlakuan yang berbeda
sehingga terlihat hasil yang signifikan.
Melihat potensi yang sangat besar di bidang perikanan khususnya
perikanan tangkap, sangat dibutuhkan sebuah pengetahuan dan teknologi baru
yang tepat dalam pembuatan alat tangkap maupun dalam pelaksanaan
penangkapan. Oleh karena itu pengetahuan tentang metode pengujian kekuatan
putus benang (breaking strength) dan kemulururan benang (elongation) sangatlah
penting dalam membangun keberhasilan pengoptimalan hasil tangkapan sebelum
kegiatan penangkapan dilakukan.

1.2. Tujuan dan Manfaat Magang

1.2.1. Tujuan Magang

Tujuan dari kegiatan Magang ini adalah:


1. Mengetahui parameter-parameter yang digunakan dalam pengujian kekuatan
putus benang (breaking strength) dan kemuluran benang (elongation).
2. Mengetahui cara atau perhitungan dalam pengujian kekuatan putus benang
(breaking strength) dan kemuluran benang (elongation).

1.2.2. Manfaat Magang

Program magang diharapkan mampu memberikan dampak yang positif


bagi semua pihak terutama mahasiswa, instansi/lembaga dan penyelenggara
Magang.
a. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa akan memperoleh pengalaman dan keterampilan baru di dunia
kerja
3

2. Meningkatkan kemampuan dalam bersosisalisasi dalam lingkungan kerja


baik di luar ruangan (lapangan) maupun di dalam ruangan (kantor dan
laboratorium).
3. Mendapatkan pengalaman praktis setiap tahapan proses analisis parameter-
parameter yang digunakan dalam pengujian kekuatan putus benang dan
kemuluran benang.
b. Bagi Pihak Penyelenggara Magang/Perguruan tinggi
1. Meningkatkan kualitas hubungan dan kerjasama antar kedua belah pihak.
2. Memperluas jaringan kerjasama dengan instansi/lembaga yang
bersangkutan.
3. Meningkatkan relevansi kurikulum pendidikan dari berbagai minat/bidang
mahasiswa/i pendidikan Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Universitas Lambung Mangkurat.
c. Bagi Instansi/lembaga
1. Sarana mempererat hubungan kelembagaan antara instansi/lembaga tempat
magang dengan lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi).
2. Mendapatkan gambaran alternatif tenaga kerja yang memiliki kualifikasi
dan kredibilitas yang dibutuhkan oleh instansi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis-Jenis Benang

Bahan dasar alat tangkap terbagi menjadi dua jenis bahan yaitu terbuat
secara alami (natural fibre) dan buatan (synthetic fiber). Bahan alami terbuat dari
serat-serat tumbuhan (cotton, manila, hemp) sedangkan bahan sintetis diproduksi
melalui mesin dimana serat tersebut diperoleh dari proses kimia melalui proses
polimerisasi dari monomer-monomer. Jika dilihat dari tingkat daya tahan, bahan
sintesis lebih unggul dibanding dengan bahan alami karena tidak mengalami
pembusukan. Salah satu contoh dari bahan sintesis ini adalah polyamide atau yang
lebih dikenal dengan nama dagang nilon (Intan dkk,. 2017).
Menurut Nainggolan (2012), benang dari bahan sintetis yang berasal dari
serat sintetis yang dipintal disebut dengan istilah benang atau tali multifilament.
Benang sintetis multifilament paling banyak digunakan sebagai bahan jaring yang
selanjutnya dibuat menjadi alat penangkap ikan. Di samping benang
multifilament, serat sintetis ada juga yang dibuat menjadi benang monofilament.
Hampir seluruh bahan benang atau tali yang digunakan sebagai bahan pembuat
alat tangkap adalah dari bahan sintetis. Berbagai jenis benang sintetis yang
dikenal di pasar dan banyak digunakan pada kegiatan perikanan, antara lain:
1. Polyamide (nylon)
Berat jenisnya 1,14. Dapat diberi warna dan dicelup pada bahan pengawet
(coal-tar dyeing) sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama. Pengaruh panas
melemah (softening point) pada suhu 180oC. Kekuatan putus menurun dan
berubah warna (menjadi kuning) jika terkena sinar matahari. Penggunaan sebagai
bahan alat tangkap jaring insang, pukat cincin, pukat ikan, pukat udang, dan juga
digunakan sebagai bahan tali sintetis.
2. Polyester (tetoron)
Berat jenisnya 1,38. Dapat diberi warna dan dicelup pada bahan pengawet
(coal-tar dyeing) sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama. Pengaruh panas
melemah (softening point) pada suhu 238 - 240oC. Pengaruh matahari tidak
mempengaruhi kekuatan putus. Penggunaannya sebagai bahan alat tangkap jaring

4
5

insang, pukat cincin, pukat ikan, pukat udang, rawai, dan juga digunakan bahan
tali sintetis.
3. Polyvinyl-alcohol (vinilon, cremona)
Berat jenisnya 1,26 - 1,30. Dapat diberi warna dan dicelup pada bahan
pengawet (coal-tar dyeing) sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama.
Pengaruh panas melemah (softening point) pada suhu 220 - 230oC. Pengaruh
matahari tidak mempengaruhi kekuatan putus. Penggunaannya sebagai bahan alat
tangkap jaring insang, pukat cincin, pukat ikan, pukat udang, rawai, dan juga
digunakan sebagai bahan tali sintetis.
4. Polyvinylidene chloride (saran, kurehalon)
Berat jenisnya 1,7 dapat dicelup pada bahan pengawet (coal-tar dyeing)
sehingga lebih mudah dirawat dan tahan lama. Pemberian warna dengan
pencelupan hanya dapat dilakukan ketika sedang dalam proses pembuatan di
pabrik. Pengaruh panas melemah (softening point) pada suhu 150 - 180oC.
Pengaruh matahari tidak mempengaruhi kekuatan putus. Penggunaannya sebagai
bahan alat tangkap set net (perangkap) yang berukuran besar.
5. Polyethylene (hizex)
Berat jenisnya 0,92 - 0,98. Tidak dapat dicelup pada bahan pengawet
(coal-tar dyeing). Pemberian warna dengan pencelupan hanya dapat dilakukan
ketika sedang dalam proses pembuatan di pabrik. Pengaruh panas melemah
(softening point) pada suhu 100 - 115oC. Pengaruh matahari tidak mempengaruhi
kekuatan putus. Penggunaannya sebagai bahan pembuat trawl dan tali-temali.
Dari sekian banyak jenis benang sintetis, jenis benang polyamide (PA) dan
polyethylene (PE) adalah yang paling banyak digunakan. Benang PA baik
digunakan sebagai pengikat, karena lebih lentur, fleksibel, dan kuat dibandingkan
dengan benang PE. Benang PE permukaannya lebih kasar, sehingga mudah
dipegang ketika dilakukan pengangkatan alat, lebih kuat sebagai kerangka
pembentuk jaring, dan tempat peletakan pelampung atau pemberat (Gondo, 2009).
Serat sintetis berbahan kimia untuk bahan baku alat penangkapan ikan
yang umumnya dipakai oleh nelayan antara lain adalah polyamide, polyethylene
dan polyvinyl chloride. Bahan-bahan tersebut berasal dari plastik jenis low density
polyethylene (LDPE), yang juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
6

(Susilawati dkk,. 2011). Low density polyethylene (LDPE) merupakan salah satu
jenis plastik sintetik yang bersifat non-biodegradable atau tidak dapat terdegradasi
oleh mikroorganisme, sehingga menyebabkan masalah lingkungan (Darni dkk.
2013). Hal ini mendorong perlunya bahan alat tangkap yang bersifat
complementary dari serat sintetis berbahan kimia.

2.2. Kekuatan Benang (Breaking Strength)

Tingkat kekuatan benang (breaking strength) dan kemuluran (elongation)


merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan karena jika nilai kekuatan
benang ini tinggi dan kemuluran yang rendah maka akan menciptakan suatu
tingkat efektifitas bahan sehingga membuat nelayan tidak perlu banyak
mengeluarkan biaya untuk perawatan alat tangkap. Menurut Iskandar (2010),
benang polyamide merupakan salah satu jenis benang yang umum digunakan di
bidang perikanan. Kekuatan putus (breaking strength) pada umumnya digunakan
untuk mengukur ketahanan suatu serat sintetis. Semakin cepat penurunan
kekuatan putus, maka akan meningkatkan biaya untuk perbaikan dan pembelian
sehingga sangat terkait dengan kelanjutan usaha.
Menurut Quniuurochmatulloh (2015), kekuatan putus benang adalah
kekuatan putus maksimum yang diperlukan untuk membuat benang putus dalam
suatu uji yang menggunakan ketegangan. Satuannya dalam kilogram gaya (kgf).
Cara mengetahui kekuatan putus adalah dengan melakukan uji kekuatan putus
(breaking strength). Strength merupakan nama umum untuk mendefinisikan
tenacity dan tensile strength suatu serat. Kedua istilah tersebut memiliki
perbedaan. Tenacity adalah tekanan rentang kepadatan serat atau benang,
sedangkan tensile strength adalah kekuatan putus terhadap satuan luas
penampang. Tenacity dinyatakan dalam gram per denier (g/D), sedangkan tensile
strength dalam satuan gram per millimeter persegi (g/mm2).
Alat penguji kekuatan putus benang jaring adalah breaking strength tester.
Selain sebagai sebagai penguji kekuatan putus, alat tersebut diantaranya juga
berguna untuk mengetahui kemuluran benang, uji kekuatan simpul, dan stabilitas
simpul. Bagian terpenting breaking strength tester adalah load cell. Komponen ini
berfungsi untuk mengukur dan merekam tahanan yang diberikan oleh suatu
benang ketika dilakukan penarikan (Safitri, 2006).
7

Klust (1987) menyatakan bahwa kekuatan putus adalah kekuatan


maksimal yang diperlukan untuk membuat putusnya bahan dalam suatu uji
dengan menggunakan ketegangan dan biasanya ditetapkan dalam satuan Kgf.
Bahan alat penangkapan ikan yang baik adalah bahan dasar yang memiliki
kekuatan yang tinggi, apabila semakin tinggi nilai kekuatan putus maka akan
semakin bagus pula untuk bahan alat penangkapan ikan.

2.3. Kemuluran Benang (Elongation)

Prinsip kemuluran adalah besarnya pertambahan panjang yang diakibatkan


oleh beban tarikan pada saat putus. Nilai kemuluran atau persen perpanjangan
merupakan perubahan panjang maksimal bahan sebelum terputus. Nilai
kemuluran atau persen perpanjangan dari suatu bahan juga sangat berpengaruh
terhadap kualitas dari bahan tersebut. Besarnya kemuluran menentukan
keelastisan atau keuletan (ductility) suatu material (Annaidh, 2012).
Menurut Klust (1982), supaya alat penangkapan mencapai elastisitas yang
tinggi, maka perlu diperhatikan segala aspek yang mempengaruhi kestabilan,
seperti kekuatan putus dan kemuluran. Tingkat kemuluran merupakan salah satu
prasyarat pula yang harus dimiliki oleh bahan alat penangkapan ikan. Beberapa
kasus dalam proses tertangkapnya ikan oleh alat tangkap dipengaruhi pula oleh
kemuluran bahan alat tangkap itu sendiri. Contohnya pada alat tangkap jaring
tinggi rendahnya keberhasilan tertangkapnya ikan oleh alat tangkap jaring insang
sangat dipengaruhi oleh bahan mata jaring yang digunakan. Benang yang elastis
akan lebih mudah menjerat ikan pada saat menerobos jaring dari pada benang
yang lebih kaku.
Pada setiap benang memiliki elongation yang berbeda-beda. Nylon
memiliki elongation yang besar, extensibility sangat erat hubunganya dengan
elongation. Extensibility adalah sifat dari material jaring, dimana akan mengalami
perpanjangan dari adanya pengaruh berat. Besar extensibility tergantung dari
macam dan tingkat piihan (Brandt dkk,. 1964).
Safitri dkk,. (2006) menjelaskan bahwa benang jaring yang paling baik
digunakan untuk alat penangkapan ikan adalah benang dengan nilai kemuluran
yang rendah namun memiliki kekuatan putus yang tinggi. Alasannya, kemuluran
8

terlalu tinggi dapat mengakibatkan perubahan konstruksi jaring, dalam hal ini
ukuran mata jaring dapat berubah, sehingga menyebabkan ikan tangkapan dapat
lolos dari jaring dengan mudah.
Klust (1987) mengatakan kemuluran adalah suatu pertambahan panjang
dari suatu uji contoh yang menggunakan ketegangan dan dinyatakan dalam satuan
panjang, misalnya sentimeter atau milimeter, sifat ini di pengaruhi oleh suatu
gaya. Nilai suatu kemuluran dapat dilihat dengan jarum skala elongation yang
dihasilkan oleh alat strength tester dengan satuan milimeter (mm). Besarnya suatu
kemuluran tergantung pada tingkat kekerasan pintalan atau kerapatan dari masing-
masing pintalan tali yang dihasilkan.
Menurut Nofrizal dkk (2011), tingkat kemuluran merupakan salah satu
syarat yang harus dimiliki oleh bahan alat penangkapan ikan. Semakin tinggi
tingkat kemuluran ataupun elastisitas suatu serat maka kekuatan putusnya akan
tinggi pula. Augy (1985) juga menjelaskan bahwa faktor yang mempertahankan
ketahanan kemuluran benang adalah keadaan fisik benang itu sendiri, seperti
jumlah pilinan, jumlah serat, kelembutan benang, diameter benang semakin besar
diameter benang maka kekuatan dan kemulurannya semakin bertambah.
BAB 3. METODE MAGANG

3.1. Waktu dan Tempat

Berdasarkan persyaratan dari Perguruan Tinggi sebagai acuan untuk


melaksanakan Kegiatan Magang ini, maka kegiatan Magang ini akan
dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2019 bertempat di Balai Besar
Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang.

3.2. Metodologi

Pelaksanaan magang dilakukan melalui partisipasi langsung terhadap


setiap kegiatan yang berlangsung di Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI)
Semarang, baik aktivitas lapangan maupun kantor atau laboratorium. Fokus
kegiatan ini adalah pengujian kekuatan putus benang dan kemuluran benang.
Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan.
Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam
menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif).
Bentuk keikutsertaan mahasiswa adalah mengikuti arahan dan panduan
yang dibuat oleh pembimbing lapangan keseluruhan untuk melaksanakan kegiatan
mahasiswa dibuat dalam jurnal kegiatan sebagai acuan dalam penyusun laporan
kegiatan magang.

9
BAB 4. PENUTUP

Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang, memiiki berbagai


fasilitas dan tenaga ahli yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar yang lebih
praktis dalam keilmuan di bidang pemanfaatan sumberdaya perikanan.
Keikutsertaan dalam kegiatan magang akan memperkuat pemahaman mahasiswa
dalam mengkaji bidang ilmu pemafaatan sumberdaya perikanan yang akan
menjadi keahlian dalam bidang alat penangkapan ikan. Besar harapan saya untuk
dapat ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak Balai Besar
Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang selama kontrak Magang.
Saya mengharapkan bantuan dan dorongan serta kontribusi dari berbagai
pihak untuk terlaksananya kegiatan ini sesuai dengan diharapkan karena saya juga
menyadari tanpa peran serta dari semua pihak, kegiatan ini tidak dapat berjalan
lancar. Demikian proposal Magang ini dibuat sebagai pelengkap permohonan
magang di Balai Besar Penangkapan Ikan (BBPI) Semarang. Atas perhatiannya
saya ucapkan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Annaidh, A.N., Bruyèred, K., Destrade, M., Gilchrista, M.D., and Otténio, M.
2012. Characterization of The Anisotropic Mechanical Properties of
Excised Human Skin. Journal of The Mechanical Behaviour of Biomedical
Materials, 3 : 139-148.
Augy, S. 1985. Hubungan Konsentrasi Lautan Kulit Pohon Samama
(Antopchepalus masrohyla hauvil) Lama Perendaman Terhadap Breaking
Strength dan Elongation Benang Cotton dan Nylon. Bahan Alat
Penangkapan Ikan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 30 hal.
Brandt, A and P.J.G. Carrothers. 1964. Test Methods For Fishing Gear Material
(Twine Netting). Modern Fishing Gear of The World II, pp. 9 – 49.
Darni Y, Chici A, dan Sri ID. 2013. Sintesa Bioplastik dari Pati Pisang dan
Gelatin dengan Plasticizer Gliserol [internet]. Jurnal dalam Digital Library
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.[diunduh 2016 April 28]. Terse-dia
pada: digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergra duate17047-2305100060-
paperpdf.pdf. Collection ID: 23001120001092.
Hasly, I.R.J., Pramitasari, S.D., dan Setyanto I. 2017. Pengaruh Perendaman Air
Tawar dan Air Laut Terhadap Nilai Kekuatan Putus (Breaking Strength)
dan Kemuluran (Elongation) Pada Benang Polyamide (Pa) Monofilamen
Diameter 0.4 Mm. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Iskandar, M.D., dan A.P., Prasetyo. 2010. Breaking strength Benang PA
Multifilamen 210 D/6 pada Penyimpanan di Ruang Terbuka. BAWAL,
3(1): 57-63.
Klust, G. 1982. Netting Materials for Fishing Gear. Dood and agriculture of The
United Nation. Fishing News Book Ltd Famhan, Surrey, England.
Klust, G. 1987. Bahan Jaring Untuk Pennagkapan Ikan. Diterjemahkan oleh Tim
BPPI Semarang. Edisi 2. Bagian Proyek Pengembangan Teknik
Penangkapan ikan. Balai Pennagkapan Ikan. Semarang. 188 hal.
Nainggolan, C. 2012. Modul 1 Metode Penangkapan Ikan. Universitas Terbuka 1
(639,2), 1-62.
Nofrizal, Ahmad, M., Syofyan, I., dan Habibi, I. 2011. Kajian Awal Pemanfaatan
Rumput Teki (Fimbristylis sp), Linggi (Penicum sp) dan Sianik (Carex sp)
sebagai Serat Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan. Laboratorium
Bahan dan Rancangan Alat Penangkapan Ikan dan Laboratorium
Ekoteknologi, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Riau,
Pekanbaru. Jurnal Natur Indonesia 14 (1) Oktober 2011: 100-106.
Puspito, G. 2016. Pengawetan : Pengaruhnya Pada Sifat-Sifat Fisik Benang dan
Simpul Jaring Sintetis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor.
Quniuurochmatulloh. 2015. Uji Tarik dan Ketahanan Tali Alat Pelampung Tandan
Buah Segar (TBS) Sawit Tipe Jaring. {Skripsi}. Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.
Safitri, S.R., Yuspardianto dan Suardi, M.L. 2006. Pengaruh Konsentrasi Uba
(Adinantra acuminata) yang Berbeda Terhadap Kekuatan Putus dan
Kemuluran Benang Tetoran pada Alat Tangkap Payang di Ulak Karang
Kota Padang. Mangrove dan Pesisir VI(1).
Susilawati S, Mustafa I, and Maulina D. 2011. Biodegradable Plastics from a
Mixture of Low Density Polyethylene (LDPE) and Cassa-va Starch with
the Addition of ACrylic Acid.Jurnal Natural. 11(2):69-73.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai