Anda di halaman 1dari 29

APLIKASI PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA DAN

POST LARVA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI


PT. SUMMA BENUR, SITUBONDO
JAWA TIMUR

PROPOSAL KERJA PRAKTIK AKHIR (KPA)


PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN

Oleh :

AMRIADI
NIT. 20.3.05.061

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE

2023
APLIKASI PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA DAN
POST LARVA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI
PT. SUMMA BENUR, SITUBONDO
JAWA TIMUR

Oleh :

AMRIADI
NIT. 20.3.05.061

Proposal Kerja Praktik Akhir (KPA) ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Perikanan (A.Md.Pi)
pada Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BONE

2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Aplikasi Probiotik Pada Pemeliharaan Larva dan Post Larva


Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di PT. Summa
Benur, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur
Nama : Amriadi
Nit : 20.3.05.061

Proposal ini sebagai pertanggung jawaban Kerja Praktik Akhir (KPA) yang
telah diseminarkan pada tanggal 1 Maret 2023

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Budiyati, A.Pi., M.Si Yunarty, S.Pi., M.Si


NIP. 19720901 200212 2 001 NIP. 19801227 200604 2 001

Diketahui oleh :
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Dra. Ani Leilani, M.Si


NIP. 19641217 19903 2 003

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun hatur kan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat-Nyalah akhirnya Proposal Kerja Praktik Akhir (KPA) yang berjudul
Aplikasi Probiotik Pada Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) Di PT. Summa Benur, Desa Kalianget,
Kecamatan Banyuglugur, Situbondo Jawa Timur ini dapat diselesaikan dengan
target waktu dan mutu yang telah direncanakan.
Dalam proses persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan proposal ini
tentunya melibatkan pihak yang berkontribusi, baik itu secara langsung dan tidak
langsung. Atas dedikasi tersebut, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dra. Ani Leilani, M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan dan
Perikanan Bone atas izin pelaksanaan Kerja Praktik ahir (KPA).
2. Ibu Budiyati, A.Pi., M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan kritikan yang membangun dalam pembuatan proposal Kerja
Praktik ahir (KPA) ini.
3.Ibu Yunarty, S.Pi., M.Si Selaku pembimbing II atas kesediaan waktunya
memberikan telaah mendalam, koreksi, dan revisi terhadap sejumlah
data dan informasi.
4. Ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman dan seluruh civitas
akademika Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone atas dukungan dan
doa yang diberikan.
Semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
penulis serta kemajuan disektor Kelautan dan Perikanan.

Bone, Januari 2023

Amriadi

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3
2.1 Morfologi dan Klasifikasi Udang Vaname ......................................... 3
III. METODE PRAKTIK ............................................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 11
3.2 Prosedur kerja.................................................................................. 11
3.2.1 Sarana dan Prasarana ........................................................... 11
3.2.2 Alat......................................................................................... 12
3.2.3 Bahan..................................................................................... 13
3.3 Langkah Kerja .................................................................................. 13
3.4 Metode Pengambilan Data ............................................................... 15
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 15
3.4.2 Data Sekunder ....................................................................... 15
3.4.3 Parameter Pengamatan ......................................................... 15
3.4.4 Analisis Usaha ....................................................................... 17
IV. PENUTUP ............................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Sarana pada kegiatan pemeliharaan larva udang vaname ....................... 11
2. Prasarana pada kegiatan pemeliharaan udang vaname ........................... 11
3. Alat Yang Digunakan Dalam Pemelihaan Larva Udang Vaname .............. 12
4. Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan larva udang vaname 13

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Morfologi Udang Vaname ......................................................................... 4
2. Daur Hidup Udang Vaname ...................................................................... 5
3. Fase Nauplius ........................................................................................... 5
4. Fase Zoea ................................................................................................ 6
5. Fase Mysis ............................................................................................... 6
6. Fase Post Larva........................................................................................ 7
7. Prosedur kerja .......................................................................................... 14

v
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Udang vaname berasal dari perairan Amerika dan mulai masuk ke
Indonesia pada tahun 2001, dan merupakan komoditi perikanan ekonomis
penting di Indonesia (Ibrahim dan Ruslaini,2013). Sampai saat ini komoditas
vaname sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dan telah berhasil
dikembangkan oleh para pembudidaya vaname. Hal tersebut didukung oleh
regulasi dan program kerja pemerintah terkait dengan didirikannya hatchery
(pembenihan) udang di berbagai daerah untuk memenuhi permintaan pasar.
Dengan adanya hatchery (pembenihan) udang dapat membantu kebutuhan para
petani tambak karena ketersediaan benur dari alam sangat terbatas (Yustianti
dkk., 2013).
Berkembangnya spesies ini disebabkan oleh keunggulan yang dimiliki
udang Vanname, diantaranya memiliki kemampuan adaptasi yang relatif tinggi
terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan suhu dan salinitas. Memiliki
tingkat responsif yang tinggi terhadapan pakan yang diberikan dan juga memiliki
pemasaran yang baik di tingkat internasional (Agustama et al., 2015;
Purnamasari et al., 2017).
Kebutuhan akan benih dalam jumlah yang banyak serta berkualitas
menjadi hal penting dalam meningkatkan produksi udang vaname. Benih
berkualitas dihasilkan dari proses pemeliharaan larva yang dimonitoring melalui
persyaratan yang ketat. (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020). Seiring dengan
perlunya benih maka perkembangan unit hatchery cenderung semakin
meningkat dalam rangka memenuhi kebutuhan benih udang untuk usaha
budidaya. Dengan demikian maka pemeliharaan larva merupakan salah satu
kegiatan penting (Narayana, 2022)
Probiotik adalah mikroba tambahan yang memberikan pengaruh
menguntungkan pada organisme budidaya karena dapat memodifikasi komunitas
mikroba, memperbaiki nilai nutrisi, memperbaiki respons inang terhadap
penyakit, memperbaiki kualitas lingkungan, serta dapat meningkatkan respons
imun (Nayak 2010).
Aplikasi probiotik dalam kegiatan budidaya perairan telah banyak
digunakan sebagai sarana pengendalian penyakit (Gunarto & Hendrajat, 2008;
Ekasari et al., 2014), peningkatan respon imun, memberikan kontribusi nutrisi

1
dan enzimatik terhadap pencernaan organisme budiaya, serta memperbaiki
kualitas air (Qi et al., 2009). Hal serupa disampaikan oleh Partida-Arangure et al.
(2013) bahwa penambahan bakteri probiotik mampu meningkatkan imunitas
serta mengurangi prevalensi infeksi WSSV pada udang vaname.
Penelitian mengenai aplikasi probiotik pada budidaya udang vaname
yang telah dilakukan antara lain: Burhanuddin et al. (2016) melaporkan aplikasi
probiotik berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan sintasan udang vaname.
Suwoyo & Mangampa (2010) dan Nengsih (2015a) menginformasikan bahwa
aplikasi probiotik memberikan pengaruh cukup baik terhadap kondisi kualitas air
media pemeliharaan udang vaname. Selain kualitas lingkungan aplikasi probiotik
dalam kegiatan budidaya perairan telah banyak digunakan sebagai sarana
pengendalian penyakit.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka pada
Kerja Praktik Akhir (KPA) ini, penulis tertarik untuk mengambil judul Aplikasi
Probiotik Pada Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Di Hatchery PT. Summa Benur Situbondo, Jawa Timur.
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari penulisan proposal kerja praktik akhir (KPA) yaitu :
1. Mengaplikasian probiotik dalam pemeliharaan larva udang vaname
2. Mengetahui jenis – jenis bakteri yang terdapat pada probiotik yang
diaplikasikan di PT. Summa Benur Situbondo
3. Menghitung pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang vaname
yang diberikan probiotik.
4. Menghitung analisis usaha pada pemeliharaan larva udang vaname di
PT.Summa Benur Situbondo

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi dan Klasifikasi Udang Vaname


Secara international, udang vanname dalam dunia perdagangan dikenal
sebagai white leg shrimp atau western white shrimp atau pacific white leg shrimp
(DARWIS, 2018). Menurut (Wahyu, 2020), klasifikasi udang vaname sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoea
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapodas
Subordo : Dendrobrachiata
Familia : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous), yaitu


exopodite dan endopodite. Seluruh tubuhnya tertutup oleh eksoskeleton yang
terbuat dari bahan kitin. Tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai aktivitras
berganti kulit luar (eksokeleton) secara periodik (molting). Udang vaname
berwarna putih transparan (white shrimp) ada yang berwarna kebiruan. Tubuh
udang vaname dapat mencapai 23 cm. Vaname dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kepala (thorax) dan perut. Kepala vaname terdiri antenula, antena,
mandibula, dua pasang maxillae. Udang juga memiliki tiga pasang maxilliped,
lima pasang kaki jalan dibagian kepala. Pada bagian perut (abdomen), udang
vaname terdiri dari enam ruas, dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang
kaki renang dan sepasang uropods dan telson yang seperti kipas (Yulianti,
2009).

3
Gambar 1. Morfologi udang vaname (Nursartika, 2019)

Menurut Suharyadi, (2011) Tubuh udang vanname dibagi menjadi dua


bagian besar, yakni bagian chepalothorax yang terdiri atas kepala dan badan
yang dilindungi carapace serta bagian abdomen yang terdiri atas perut dan ekor
yang terdiri dari segmen/ ruas-ruas.Udang vaname termasuk genus Penaeus
dicirikan oleh adanya gigi pada rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai dua
gigi di bagian ventral dari rostrum dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai
antena panjang.

2.2 Siklus Hidup Udang Vaname


Siklus hidup dimulai dengan udang dewasa melakukan pemijahan, hingga
terjadi fertilisasi. Setelah 16 – 17 jam fertilisasi, telur menetas menjadi larva
(nauplius). Naupli memiliki kuning telur, yang tersimpan dalam tubuhnya dan
moulting, kemudian menjadi zoea. Zoea akan mengalami metamorfosis menjadi
Mysis. Mysis mulai seperti udang kecil, memakan alga dan zooplankton. Setelah
3-4 hari, Mysis mengalami metamorfosis menjadi post larva. Tahap post larva
adalah, saat udang sudah memiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan
proses tahap naupli sampai post larva, membutuhkan waktu sekitar 12 hari.
Kemudian post larva dilanjutkan ke tahap jevenil (Wahyu, 2020).Pada stadia ini,
udang akan bermigrasi kepantai sampai stadia juvenil mereka akan kembali
kelaut lagi hingga dewasa dan bertelur lagi disana. Daur hidup udang vaname
dapat dilihat pada gambar 2.

4
Gambar 2. Daur hidup udang vaname (Wahyu, 2020).

2.3 Perkembangan Stadia Larva


Seperti pada udang dewasa, pertumbuhan larva udang dipengaruhi oleh
temperature. Pada suhu tinggi, perkembangan stadia larva akan berlangsung
cepat dan post larva dicapai waktu 7 hari menetas. Ketika moulting dari stadia ke
stadia, syarat pemberian pakan juga tentu berubah. Ketika nauplius menetas,
larva masih mempunyai kandungan kuning telur (yolk sac) sebagai makanan.
Stadia nauplius udang vaname dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Fase Nauplius (Nursartika, 2019)


Nauplius bersifat planktonik dan fototaksis positif. Pada stadia ini larva
memiliki kuning telur. Perkembangan stadia nauplius pada udang vaname, terdiri
enam substadia. Nauplius memiliki tiga pasangan organ yaitu antena pertama,
antena kedua dan mandible, larva pada stadia ini berbentuk seperti kutu air,

5
berukuran 0,31 – 0,33 mm. Setelah mengalami pergantian kulit (moulting),
cadangan kuning telur terserap habis dan nauplius berubah bentuk menjadi
stadia zoea dan mulai membutuhkan makanan organisme kecil yaitu fitoplankton.
Stadia zoea vaname dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Fase Zoea (Nursartika, 2019)


Perkembangan stadia naupli udang vaname yang selanjutnya disebut
“zoea” ada tiga substadia: zoea 1, zoea 2, zoea 3. Stadia zoea 1 dan zoea 2
masing- masing akan berkembang dalam selang waktu 2 hari, sedangkan zoea 3
berkembang menjadi Mysis dalam sehari. Pada stadia ini larva berukuran 1,05-
3,30 mm, perubahan bentuk dari nauplius menjadi protozoea memerlukan waktu
40 jam pasca penetasan. Pada saat ini dengan cepat bertambah besar, sehingga
tambahan makanan yang berperan.
Udang vaname pada stadia ini sudah aktif memakan fitoplankton dan
sensitif terhadap cahaya. Setelah 3 kali moulting, zoea berubah bentuk menjadi
Mysis. Frekuensi moulting pada larva dapat terjadi antara 30-40 jam pada kondisi
suhu 280C. Stadia Mysis vaname dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Fase Mysis (Nursartika, 2019)

Perkembangan stadia Mysis udang vaname terdiri dari tiga substadia.


Perbedaan ketiga substadia dapat dilihat dari dada dan kaki renang. Larva

6
mencapai Mysis pada hari ke-5 setelah penetasan, dan ukuran larva 3,50-4,80
mm. larva pada stadia ini, kelihatan lebih dewasa dari stadia sebelumnya. Stadia
Mysis bersifat planktonik berubah menjadi post larva setelah 3 kali moulting.
Pada fase post larva nampak seperti bentuk udang dewasa. Pada stadia larva
bersifat planktonic, post larva adalah benthik. Pengamatan perkembangan larva
penting dilakukan karena larva udang mengalami beberapa stadia. Stadia post
larva vaname dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Fase Post Larva (Padilla, 2019)


Stadia Mysis yang bersifat planktonik berubah menjadi post larva. Post
larva sudah terlihat seperti udang dewasa, dan bersifat bentik. Pada stadia post
larva sudah mulai aktif bergerak lurus ke depan serta cenderung karnivora.
Stadia post larva ini dimulai dari post larva 1 (PL 1) sampai dengan panen benur
(Ikhsan, 2019).
Hitungan stadia yang digunakan sudah berdasarkan hari. Misalnya PL-1
berarti udang tersebut sudah berumur 1 hari dan begitu seterusnya. Pada stadia
ini udang sudah mulai aktif bergerak lurus ke depan, umumnya petambak akan
menebar pada PL-10- PL-15 yang sudah berukuran rata-rata 10 mm (Wahyuni,
2011).

2.4 Habitat dan Tingkah Laku


Habitat udang tergantung jenis persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan
dalam daur hidupnya. Habitat disukai oleh udang adalah dasar laut (soft) yang
biasanya campuran lumpur berpasir. Induk udang vaname ditemukan di perairan
lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter (235 kaki),
menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari udang
vaname adalah catadromus atau dua lingungan, dimana udang dewasa akan

7
memijah di laut terbuka. Larva dan yuana udang vaname yang sudah menetas
akan bermigrasi ke daerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut
daerah estuarine tempat nursery ground nya, dan setelah dewasa akan
bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti
pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan.
Menurut Erlangga (2012), terdapat beberapa tingkah laku udang
vanname. seperti kebiasaan mengubur diri, (moulting) ganti kulit, bermigrasi
secara kelompok, kanibalisme serta bersifat nocturnal.Udang vaname bersifat
nokturnal, artinya aitu melakukan aktifitas mencari makan pada malam hari,
sedangkan pada siang hari sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka
bersembunyi di dalam substrat atau lumpur (Nabil dan Ghurrin, 2016). Pada saat
terjadi kekurangan pakan, sifat kanibal pada udang vaname akan tampak.
Kanibal adalah sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat ini sering muncul
pada udang yang sehat, yang sedang tidak ganti kulit. Mangsanya adalah udang-
udang yang sedang molting. Moulting merupakan proses pelepasan secara
periodik cangkang yang sudah tua dan pembentukan cangkang baru dengan
ukuran yang lebih besar. Pada krustasea, pertumbuhan terjadi secara berkala
setelah pergantian kulit. Pertambahan bobot tubuh akan terhambat bila tidak
didahului oleh proses ganti kulit.

2.5 Probiotik
Menurut (Cerezuela et al., 2011) Probiotik merupakan agen mikroba
hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan pada inang dengan
memodifikasi komunitas mikroba atau berasosiasi dengan inang, menjamin
perbaikan dalam penggunaan pakan dan respon udang terhadap penyakit, atau
memperbaiki kualitas air lingkungan. Usaha budidaya perikanan probiotik
diartikan sebagai produk bioteknologi yang ramah lingkungan dan dirancang
untuk menyiasati perubahan kimia, fisika dan biologi kolam, sehingga terbentuk
lingkungan yang dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan dan kesehatan udang
serta meningkatkan produktivitas kolam. Aplikasi di dunia perikanan, Probiotik
sebagai agen pengurai merupakan kelompok mikroorganisme atau mikroba
terpilih yang menguntungkan seperti: Bacillus sp. Aplikasinya dapat digunakan
baik secara langsung dengan ditebarkan ke air atau melalui perantara makanan
hidup. Jadi melalui penambahan bakteri menguntungkan ke kolam atau bak
pemeliharaan kualitas air meningkat (Novitasari et al., 2017).

8
2.5.1 Bakteri Lactobasillus sp
Lactobasillus sp adalah bakteri penghasil asam laktat yang memproduksi
antimikrobia berupa bakteriosin yang dapat menghambat pertumbuhan patogen
dan memiliki fungsi dalam pencernaan nutrisi serta juga dapat meningkatkan
kualitas air apabila diaplikasikan pada perairan. Lactobasillus sp., akan
menyehatkan usus dan dapat menyederhanakan senyawa-senyawa protein
sehingga dalam proses penyerapan makanan menjadi lebih optimal sehingga
pakan yang diberikan terfokus pada pertumbuhan (Andriyani et al., 2017).
Lactobasillus sp., dapat menekan bakteri-bakteri penyebab penyakit yang dapat
membuat pertumbuhan udang vaname menjadi lambat akibat energi yang
dihasilkan dari pakan terfokus untuk daya tahan tubuh udang vaname, akibatnya
pertumbuhan udang vaname dapat meningkat (Fernando et al., 2016).

2.5.2 Bakteri Bacillus sp


Bacillus sp digolongkan ke dalam kelas bakteri heterotrofik, yaitu Protista
bersifat uniseluler, termasuk dalam golongan mikroorganisme redusun atau yang
lazim disebut sebagai dekomposer. Bacillus sp menghasilkan enzim yang dapat
menghidrolisis protein serta polisakarida kompleks. Spesies Bacillus sp sangat
cocok digunakan karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak
memerlukan substrat yang mahal, kemampuan Bacillus sp untuk bertahan pada
temperatur tinggi dan tidak ada hasil metabolik. Bacillus sp mampu menekan
penyakit pada udang ataupun ikan apabila jumlahnya lebih dominan
dibandingkan pathogen yang ada dalam perairan tersebut (Sari, 2017).

2.5.3 Bakteri Actinomycetes sp


Actinomycetes sp adalah filum bakteri yang beranggotakan bakteri Gram
positif. Bakteri Actinomycetes sp dapat menghasilkan jenis senyawa
farmakologis seperti antioksidan, antitumor serta antibakteri. Actinomycetes sp
dianggap sebagai sumber potensial untuk probiotik antibiotik, metabolit sekunder
dan senyawa bioaktif. Actinomycetes sp memiliki peran yang penting dalam
dekomposisi materi organik seperti selulosa dan kitin. Actinomycetes sp mampu
memfermentasi sisa pakan maupun kotoran yang ada di dasar kolam (Janardhan
et al., 2014).

9
2.5.4 Probiotik Untuk Pemeliharaan Larva Udang Vaname
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi dalam kegiatan budidaya,
seperti umur, padat tebar dan kualitas air media pemeliharaan larva udang.
Produksi vaname yang tinggi secara terus menerus mengalami berbagai
permasalahan, seperti menurunnya kualitas air sehingga menyebabkan
pertumbuhan larva udang terganggu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga kualitas air tetap baik yaitu dengan penggunaan probiotik pada
media. Probiotik dapat dijadikan bioremediasi untuk menstabilkan kualitas air
dengan memanfaatkan aktivitas bakteri dalam merombak bahan organik dalam
perairan budidaya. Pemberian probiotik pada media pemeliharaan diharapkan
mampu memperbaiki kualitas air, meningkatkan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan larva sehingga produktivitas larva udang vaname dapat meningkat
(Novitasari et al., 2017).

10
III. METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan KPA akan dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2023 sampai
dengan tanggal 10 Mei 2023 di PT. Summa Benur, Desa Kalianget,
Kecamatan Banyuglugur, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur.
3.2 Prosedur kerja
3.2.1 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan pada pemeliharaan larva udang
vannamei dapat dilihat pada tabel 1 .
Tabel 1. Sarana pada kegiatan pemeliharaan larva udang vaname
No Sarana Kegunaan
1. Bak pemeliharaan larva Sebagai bak pemeliharaan larva mulai dari
naupli hingga post larva
2. Bak kultur fitoplankton Sebagai bak pengkulturan pakan alami
fitoplankton
3. Penetasan kista artemia Sebagai bak
pengkulturan artemia
4. Penampungan benur saat sebagai bak penampungan benur saat
panen (Kepadatan), maks setelah panen

Tabel 2. Prasarana pada kegiatan pemeliharaan udang vaname


No Prasarana Kegunaan
1. Lab mikrobiologi Ruang pengukuran parameter kualitas air,
algae, dan kultur vibrio
2. Lab QC Ruang pengukuran kualitas air dan
pengecekan kondisi larva pada bak
pemeliharaan
3. Lab pakan Ruang penyimpanan pakan
4. Ruang packing Ruang packing dan pengemasan benur
5. Kantor Ruang adminitrasi dan keperluan
perkantoran
6. Ruang pemeliharaan larva Ruang pemeliharaan larva
7. IPAL Pengelolaan air limbah
8. Gudang Menyimpan peralatan panen
9. Ruang mesin Ruang penyimpanan mesin
10. Ruang biosekuritas Mencegah penyebaran/masuknya pathogen
kedalam lingkungan budidaya

11
Selain sarana dan prasarana, dalam kegiatan pemeliharaan larva udang
vaname juga memerlukan alat dan bahan.

3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan larva udang vaname
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Alat Yang Digunakan Dalam Pemelihaan Larva Udang Vaname
No Nama Alat Kegunaan
1. Genset Sumber listik
2. Pipa Mentransfer air
3. Seser Mengangkut benur saat panen
4. Instalasi aerasi Menyuplai oksigen
5. Blower blower Menyuplai oksigen
6. Gayung Penebaran pakan
7. Selang sipon Menyedot kotoran
8. Plastik penutup bak Menstabilkan suhu
9. Timbangan analitik Penimbangan pakan
10. Ember Ember pakan, probiotik, dan distrbusi larva
saat panen
11. Gayung pakan Penebaran pakan
12. Tank Menampung air laut
13. Filter bag Menyaring kotoran yang masuk melalui air
14. Beaker glass Wadah untuk pengamatan visual larva
14. Heater Menaikkan suhu air
16. Selang spiral Mengalirkan air tawar dan laut ke dalam bak
17. Kelambu panen Mengumpulkan benur saat panen
18. Sepatu booth Biosekuriti
19. Ph meter Mengukur Ph air
20. DO meter mengukur oksigen terlarut dalam air
21. Refraktometer Mengukur salinitas air
22. Buret asam Mengukur alkalinitas dalam air
23. Mikroskop Mengamati larva

12
Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan larva udang
vanname dapat dilihat pada tabel 4.
3.2.3 Bahan
Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan larva udang
vaname
No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan
1. Larva Hasil dari pemijahan Biota yang dipelihara
2. Artemia salina Pakan alami Pakan larva
3. Skeletonema Pakan alami Pakan larva
costatum
4. Air laut Salinitas 30-34 ppt Media pemeliharaan
5. Pakan buatan Frippak fresh #1 CAR Pakan larva Z1-3
Frippak fresh #2 CD Pakan larva M1-3
Frippak fresh PL+150 Pakan larva PL1-5/6
Lansy shrimp ZM Pakan larva Z1 - M3
Lansy shrimp MPL Pakan larva PL1-5/6
Lansy shrimp PL Pakan larva PL 6-12
Flake Pakan larva PL 6-12
6. Air tawar Salinitas 0 Media untuk pembersihan
7. Povidone iodin Bahan kimia Sanitasi peralatan dan bak
8 Kaporit Bahan kimia Desinfeksi peralatan dan bak

3.3 Langkah Kerja


Langkah kerja merupakan rangkaian tata kerja yang saling berhubungan
sehingga menunjukkan adanya suatu urutan tahap demi tahap yang harus dikerjakan
dalam rangka penyelesaian suatu pekerjaan.
Adapun prosedur kerja yang akan dilaksanakan pada kegiatan PKL II
dapat dilihat pada gambar 7.

Persiapan Persiapan
media wadah

Monitoring Manajemen
Penebaran naupli
pertumbuhan larva pakan

Manajemen kualitas Pengendalian


Aplikasi probiotik
air penyakit

Panen Pasca panen

13
Gambar 7. Prosedur kerja

Adapun langkah kerja dalam pemeliharaan larva udang vaname sebagai


berikut:
1. Persiapan media yang meliputi sterilisasi air yang akan digunakan dalam
kegiatan pembenihan.
2. Persiapan wadah yang meliputi pencucian dan pengeringan, pemasangan
intsalasi aerasi, pemberian desinfektan, dan pengisian air.
3. Penebaran naupli yang dilakukan pada pagi atau sore hari, dengan
dilakukannya aklimatisasi sebelum penebaran.
4. Monitoring pertumbuhan larva dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan larva sehingga dapat memberikan dosis pakan dan frekuensi
pakan yang tepat sesuai kebutuhannya.
5. Pakan larva yang yang diberikan pada larva terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
pakan alami dan pakan buatan.
6. Pengontrolan kualitas air dilakukan dengan cara pengontrolan kualitas air
secara berkelanjutan seperti pergantian air, penyiponan, pembersihan
dinding bak, pemberian probiotik dan pengecekan parameter kualitas air.
7. Aplikasi probiotik dilakukan dengan mencampur probiotik dengan air
secukupnya kemudian diberikan aerasi selama kurang lebih 12 jam untuk
aktivasi bakteri yang digunakan, setelah itu probiotik pun dapat diaplikasikan
dengan cara ditebar atau dipercikkan secara merata ke seluruh permukaan
bak.
8. Penyakit yang biasa menyerang larva ialah parasit, virus, dan protozoa,
pegendalian penyakit dilakukan dengan cara melakukan strelilisasi alat dan
penerapan biosecurity
9. Panen benur merupakan proses akhir dalam kegiatan pembenihan udang
vanname. Pemanenan benur dilakukan mulai stadia PL10 atau setelah 20
hari setelah penebaran naupli.
10. Kegiatan pasca panen yang dilakukan adalah pengemasan benur,
Kepadatan benur dalam kantong plastik disesuaikan dengan stadia benur
dan lamanya waktu pengiriman.

14
3.4 Metode Pengambilan Data
3.4.1 Data Primer
Menurut Nurlaila et al. (2016) Data primer adalah data yang diperoleh dari
hasil sumber informasi pertama yaitu individu atau perseorangan. Data primer
meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi Data primer meliputi observasi,
wawancara dan dokumentasi .
1. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengancara
melihat langsung kelapangan dan mempraktekkan langsung pekerjaan yang
sedang berlangsung pada saat itu.
2. Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan orang-orang yang berkecimpung
di bidang yang terkait.
3. Dokumentasi
Cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen atau gambar sebagai
bukti yang akurat dari informasi yang telah didapatkan.
3.4.2 Data Sekunder
Menurut Sugiono (2009), Data sekunder adalah sumber data tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data , misalnya melalui literatur
dan studi pustaka.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara membahas secara sistematis,
menggambarkan dan menjelaskan manajemen dan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan saat praktik atau menganalisa lebih dalam dan membandingkan
dengan literatur dan ditunjang dengan hasil wawancara dengan pihak yang
berkompeten di lapangan.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yaitu menganalisis data yang akan diperoleh
menggunakan rumus dan akan disajikan dalam bentuk angka.
3.4.3 Parameter Pengamatan
Adapun parameter yang akan diamati antara lain sebagai berikut :
1. Survival rate (SR)
Survival Rate yaitu tingkat kehidupan udang pada periode waktu tertentu
dibandingkan dengan populasi awal. Menurut Widanarni et al. (2012),
kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Nt
Sr = x 100 %
𝑁𝑜

15
Keterangan
SR = Survival Rate (%)
Nt = jumlah udang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = jumlah udang pada awal pemeliharaan (ekor)
2. Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan adalah bertambahnya berat
atau panjang pada udang vannamei. Pertumbuhan panjang mutlak digunakan
untuk menghitung pertambahan panjang larva udang selama pemeliharaan,
(Jaya et al., 2013) menggunakan rumus, sebagai berikut :

Lm = TL1 – TL0

Keterangan
TL1 = Panjang total pada akhir pemeliharaan (mm)
TL0= Panjang total pada awal pemeliharaan (mm)
Lm = Pertumbuhan panjang mutlak (mm)
3. Parameter Pendukung Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati adalah :
1. Parameter fisika
a. Suhu
Pengukuran suhu. Termometer dicelupkan ke dalam air sampai batas
skala baca, didiamkan selama 2-5 menit hingga skala pada termometer
menunjukkan angka yang stabil. Cara pembacaan termometer gelas dilakukan
tanpa mengangkat terlebih dahulu termometer dari dalam air.
b. Dissolved Oxygen (DO)
Pengukuran oksigen terlarut (DO). Sampel yang akan diuji dipersiapkan
dan tombol mode pada alat DO meter yang telah dikalibrasi ditekan. Elektroda
kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel hingga terendam, lalu dibaca hasil
pengamatan dalam mg O2/I yang ditampilkan pada layar.
2. Parameter Kimia
a. Salinitas
Pengukuran salinitas. Alat yang akan digunakan dikalibrasi terlebih
dahulu. Sampel sebanyak 1-2 tetes diteteskan menggunakan pipet volume pada
alat refraktometer. Nilai skala diamati dengan memperhatikan adanya warna
terang dan gelap, lalu dicatat nilai yang tertera pada batasan perbedaan.

16
b. pH (Power Of Hydrogen)
pH diamati secara langsung di media air pemeliharaan larva menggunakan
pH meter digital. Pengukuran pH dilakukan dengan cara mencelupkan detektor
(probe) dengan posisi pH meter dalam status on (hidup). Data hasil pengukuran
baik suhu maupun pH dicatat setelah angka pada alat tersebut stabil atau dalam
status tidak bergerak.
c. Amonia (NH3)
Amonia diukur dengan cara sebagai berikut:
 Sampel air diambil pada masing-masing bak menggunakan botol volume
50 mL dan diambil 5 mL sebagai air contoh kedalam tabung reaksi
 Tambahkan 0,25 mL larutan phenol 10%; 0,25 mL sodium nitroproside
dan 0,50 mL oxidizing reagent
 Dikocok hingga homogen, ditunggu selama 60 menit, kemudian dibaca
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang (λ) 640 nm
 Nilai amonia dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi sampel ke
dalam persamaan standar dan hasilnya dicatat.

3.4.4 Analisis Usaha

1. Pendapatan
Menurut Harnanto (2019) menuliskan bahwa pendapatan adalah
kenaikan atau bertambahnya aset dan penurunan atau berkurangnya liabilitas
perusahaan yang merupakan akibat dari aktivitas operasi atau pengadaan
barang dan jasa kepada masyarakat atau konsumen pada khususnya.

Pendapatan Total Penerimaan – Total Biaya

2. Perhitungan Laba/rugi
Perhitungan laba/rugi dapat dihitung dengan cara pengurangan antara
penjualan yang telah didapatkan dengan total keseluruhan dari biaya investasi
yang telah. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila total penjualan lebih
besar dari total biaya yang dikeluarkan Sumardika, (2013). Perhitungan laba/rugi
dapat dicari menggunakan rumus berikut:

Laba/rugi (Rp) = Total penerimaan (penjualan) – BiayaTotal

17
3. BEP (Break Even Point)
BEP adalah tingkat volume penjualan yang menyamakan nilai penjualan
dengan total biaya atau laba bersih sama dengan nol (Witoko et al., 2018).
Secara sederhana break event point atau titik impas dapat diketahui melalui dua
faktor, yaitu faktor jumlah produksi dan faktor harga satuan.

Biaya Total
BEP Produksi =
Harga Satuan

Biaya Total
BEP Harga =
Jumlah Produksi

4. B/C ratio (Benefit Cost Ratio)


Gross B/C Ratio adalah perbandingan penerimaan atau manfaat dari
suatu investasi dengan biaya yang telah dikeluarkan (Ibrahim et al., 2013), juga
menambahkan benefit cost ratio (B/C) diperoleh dari hasil perhitungan antara
jumlah sekarang dari pendapatan dan nilai sekarang dari biaya, sepanjang usaha
tersebut berjalan.
Jumlah Penerimaan
B/C Ratio =
Total Biaya Produksi

5. PP (Pay Back Periods)


Nilai pay back periods adalah perhitungan terhadap periode
pengembalian investasi pada suatu unit operasional usaha (Permatasari & Ariadi,
2021)

Total Investasi
PP = × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Keuntungan Bersih

18
IV. PENUTUP

Demikian proposal ini di susun sebagai bahan pertimbangan dalam


melaksanakan kerja praktik akhir (KPA) di PT. Summa Benur, agar terdapat
kesatuan wawasan dan pengertian dari semua pihak serta dapat mewujudkan
suasana yang komunikatif guna mendukung kelancaran jalanya KPA ini, besar
harapan penyusun agar proposal ini dapat menjadi bahan pertimbangan dari
pihak manajemen di PT. Summa Benur, agar menerima penyusun sebagai
taruna/i yang ingin melakukan KPA serta dapat membantu melancarkan proses
akademik pada program studi teknik budidaya perikanan politeknik kelautan dan
perikanan bone. Semoga Tuhan yang maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan
petunjuk-nya kepada kita semua, agar segala sesuatunya dapat berjalan
sebagaimana mestinya dan semoga hal ini bisa menjadi awal bagi taruna/i untuk
menapak kesuksesan menuju cita-cita di bidang perikanan di masa yang akan
datang.
Semoga Tuhan yang maha Esa dapat melimpahkan rahmat dan petunjuk-
nya agar kegiatan yang akan dilakukan kedepannya dapat berjalan sesuai
rencana dan tanpa hambatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

AF Nisa. (2020). Pengaruh pendapatan terhadap lingkungan pemerintah Provinsi


Riau. Jurnal Marwah, XIV(2), 49–50. http://repository.iainkudus.ac.id

Agustama, Y., Lestari, T. A., Verdian, A. H., Witoko, P., Studi, P., Pembenihan,
T., Peternakan, J., Lampung, P. N., Raya, R., Bandar, K., Studi, P.,
Perikanan, B., Peternakan, J., Lampung, P. N., Raya, R., & Bandar, K.
(2015). Penambahan Probiotik Em4 dan Bacillus sp Pada Pakan Buatan
Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup. Perikanan Terapan,
2(1), 39–44.

BurhanuddinWahyu F., & Suratman 2016. Aplikasi Probiotik Dengan Kosentrasi


Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus
Vannamei). OCTOPUS Jurnal Ilmu Perikanan. 5(1):462–465.

Cerezuela, R., Meseguer, J., & Esteban, M. A. (2011). Current knowledge in


synbiotic use for fish aquaculture: A review. Journal of Aquaculture
Research and Development, SPEC. ISSUE 1.
https://doi.org/10.4172/2155-9546.S1-008

Darwis, S. R. I. W. (2018). Pemmanajemeneliharaan Larva Udang Vanname


(Litopenaeus Vannamei) Di Pt. Esaputlii Prakarsa Utama (Benur Kita)
Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.

Ekasari J., Hanif Azhar M., Surawidjaja E.H., Nuryati S., De Schryver P., &
Bossier P., 2014. Immune response and disease resistance of shrimp fed
biofloc grown on different carbon sources. Fish and Shellfish Immunology.
41(2):332– 339. DOI: 10.1016/j.fsi.2014.09.004.

Erlangga, E. 2012. Budidaya Udang Vanamei Secara Intensif. Pustaka Agro


Mandiri. Pamulang - Tangerang Selatan. File: D?Elearning Ikhtiologi
Textbook cover%20buku%20ajar%20(ikhtiologi)htm.

Fernando, 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pemberian Probiotik


pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Serta Mortalitas Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). Skripsi. Surabaya: Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga.

Gunarto dan Hendrajat, E.A. 2008. Budidaya Udang Vanamei, Litopenaeus


vannamei pola semiintensif dengan aplikasi beberapa jenis probiotik
komersial. J. Ris. Akuakultur, 3 (3): 339-349.

Hidayat, K. W., Prabowo, D. G., & Amelia, D.2019. Natural Breeding Of


Snakehead Fish (Channa Striata) On Concrete Ponds In Cangkringan
Center For Aquaculture Technology Development Special Region Of
Yogyakarta. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 10(2):85.

Harnanto. (2019). Dasar Dasar Akuntansi (2nd ed.). yogyakarta: Andi.

20
Ibrahim, N dan Ruslaini. 2013. Pertumbuhan dan Sintasan Larva Udang
Vanname (Litopenaeus vannamei) melalui Subtitusi Tepung Ikan dengan
Tepung Usus Ayam. Jurnal Mina Laut Indonesia, 1(1) : 93-103.

Ikhsan, 2019. Pengaruh Pemberian Jenis Fitoplankton Yang Berbeda Terhadap


Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Stadia Nauplis. Fakultas Pertanian Peternakan.
Universitas Muhammad Malang.

Janardhan, Arthala Praveen Kumar, BuddollaViswanath, D. V. R. Saigopal 2014.


Production Of Bioactive Compounds By Actinomycetes And Their
Antioxidant Properties. Biotechnology Research International. Hal 1-8

Nabil dan Ghurrin, M. 2016. Penambahan Karbon Aktif Pada Transportasi


Dengan Kepadatan Yang Berbeda Terhadap Sintasan Dan Kualitas
Benur Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Gresik). 82 p.

Nayak S. 2010. Probiotics and immunity: a fish perspective. Fish Shellfish


Immunology, 29(1): 2-14.

Nazain, A. L. (2022). TA: Pemberian Probiotik Pada Media Pemeliharaan Larva


Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) (Doctoral Dissertation,
Politeknik Negeri Lampung).

Nengsih E.A., 2015a. Pengaruh aplikasi probiotik terhadap kualitas air dan
pertumbuhan udang Litopenaeus vannamei. Jurnal Biosains. 1(1):11–16.

Novitasari, Ricky Nur Iskandar, Hefi Afizena, Esti HARPENI, Tarsim, Wardiyanto
2017. Efektivitas Pemberian Bacillus sp. pada Media Teknis Molase
terhadap Kualitas Air dan Performa Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). Biospesies Vol.10 No.2,hal 50-59.

Nurlaila, Irma D, Silvi W. 2016. Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada


Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Di Kabupaten Aceh Besar.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah. 1(3):388-396.

Nursartika. (2019). Manajemen Pemberian Pakan Larva Udang Vaname


(Litopenaeus vannamei Boone) Di PT. Central Pertiwi Bahari Takalar.
Skripsi. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, 1–38.

Partida-Arangure B.O., Luna-González A., Fierro-Coronado J.A., Flores-Miranda


C., & González-Ocampo H.A., 2013. Effect of inulin and probiotic bacteria
on growth , survival , immune response , and prevalence of white spot
syndrome virus (WSSV) in Litopenaeus vannamei cultured under
laboratory conditions. African Journal Of Biotechnology. 12(21):3366–
3375. DOI: 10.5897/AJB12.1569.Purnamasari, O. I., Purnama, D.,
Angraini, M., & Utami, F. (2017). Pertumbuhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Di Tambak Intensif. Jurnal Enggano 11(1), 58-
67.

Padilla, A. A. (2019). Kinerja Pertumbuhan Larva Udang Vaname (Litopenaeus


Vannamei) Yang Diberi Mannan-Oligosakarida (Mos) Dengan Dosis

21
Berbeda Melalui Artemia Sp. 1–71.

Permatasari, M. N., & Ariadi, H. (2021). Studi Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Budidaya Udang Vaname (L. Vannamei) Di Tambak Pesisir Kota
Pekalongan. AKULTURASI Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, 9(2),
284–290. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/akulturasi

Putri, T., Supono, S., & Putri, B. (2020). Pengaruh jenis pakan buatan dan alami
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang vaname
(Litopenaeus vannamei). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 8(2), 176-
192.

Sugiono.2009. Memahami Penelitian Kuantitatif. Penerbit Alfabeth.Bandung

Suharyadi. 2011. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei). Kementrian


Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal. 3-6, 32

Sumardika, P. 2013. Kewirausahaan Perikanan. Bina Sumber Daya MIPA.


Jakarta Selatan.

Wahyu. (2020). Optimasi Padat Tebar Terhadap Pertumbuhan dan


Kelangsungan Hidup Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) dengan
Sistem Resirkulasi. In Jurnal Ilmu Perikanan (Vol. 9, Issue 1).

Wahyuni, D. 2011. Pembenihan Udang Vanamei (Litopenaus vanamei) Skala


Rumah Tangga (Backyard) Di Stasiun Lapangan Praktek Pembenihan
Akademi Perikanan Sidoarjo (SLPP-APS), Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. Universitas Airlangga.
Surabaya.

Widanarni., Puguh W., Dinamella W. 2012.Aplikasi Probiotik, Prebiotik, dan


Sinbiotik Mela lui Pakan pada Udang Vannamel (Litopee naeus
vannamei) yang Diinfeksi Bakteri Vibrio harveyi. Departemen Budidaya
Perairan, Faku Itas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertan Ian
Bogor. Bogor.Wyban & Sweeney, 1991. Intensive Shrimp Production
Technology. The Oseanic Institute Shrimp Manual. Honolulu, Hawai,
USA, Hal 158.

Witoko, P., Purbosari, N., & Noor, N. M. (2018). Analisis Kelayakan Usaha
Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) DiKeramba Jaring
ApungLaut. Manajemen Ikm: Jurnal Manajemen Pengembangan Industri
Kecil Menengah, 13(2):175-179.

Yulianti,2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang


Vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT Suri Tani Pemuka,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten). Skripsi. Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yustianti, M. N. Ibra him, dan Ruslaini. 2013. Pertumbuhan dan sintasan larva
udang vaname (Litopenaeus vannamei) melalui substitusi tepung ikan
dengan tepung usus ayam. Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 01 No. 01 (93
– 103) ISSN : 2303-3959. Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi
Tridharma Kendari.

22

Anda mungkin juga menyukai