Oleh :
Muhamad Fauzan
NIT. 21.3.04.107
i
TEKNIK PEMBENIHAN KOMODITAS IKAN GURAMI
(Osphronemus goramy) DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN
SUKAMANDI, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
Oleh :
Muhamad Fauzan
NIT. 21.3.04.107
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktek magang ini telah dibuat dan diajukan kepada pembimbing
lapangan dan Dosen untuk disahkan :
Menyetujui:
Disetujui Oleh:
Dzikri Wahyudi.,S.St.Pi.M.Si
NIP.19721229 199803 1 003
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas anugerah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang dengan judul
“Teknik Pembenihan Komoditas Ikan Gurami (Osphronemus Goramy) Di Balai Riset
Pemuliaan Ikan Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat.”
Laporan Magang Program Studi Budidaya Ikan ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk melaksanakan praktik magang di Politeknik Kelautan dan Perikanan
Karawang. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan dari
beberapa pihak. Maka dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dzikri Wahyudi.,S.St.Pi.M.Si selaku Kepala Prodi Budidaya Ikan
2. Bapak Chrisoetanto P.Pattirane., S.Pi, M.Si selaku Sekretaris Prodi Budidaya Ikan
3. Bapak Joni Dr.Joni Haryadi. D,M.Sc selaku kepala Kepala Balai Riset Pemuliaan
Ikan Sukamandi Kota Subang yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan
kegiatan Praktik Magang Tematik.
4. Bapak Ali Ahmad Akbar, S.Pi, Selaku Pembimbing Lapangan.
5. Orang tua yang telah memberikan do’a, dorongan dan semangat selama
penyusunan proposal magang ini.
6. Keluarga besar komoditas gurami(Pak sugiyo dan Pak Uus) yang telah membantu
memperlancar serta memberikan arahan dalam kegiatan pratik umum. Keluarga
besar mess dan mahasiswa magang di hatchery ikan gurami,nila,dan ugang galah
dari Universitas Bangka Belitung yang telah memberikan kebahgiaan selama
menjalanin kegiatan ini. Penulis menyadari bahwa laporan Magang ini masih jauh
dari kata sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Magang ini masih jauh dari kata
sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan laporan ini.
iv
Subang, tanggal bulan tahun
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I PENDAHULUAN
1
sudah lulus ujian rilis tahun 2019 dan resmi dirilis oleh meteri kelautan dan perikanan
pada juni 2021, selanjutnya dikembangkan dimasyarakat.
2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Magang ini adalah :
1. Mengetahui dan mempraktikkan kegiatan teknik pembesaran pada
komoditas ikan gurami.
2. Mengetahui tahapan dalam proses pembesaran ikan gurami.
3.1 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Magang ini adalah :
1. Dapat memahami dan mengetahui teknik pembenihan pada komoditas ikan gurami.
2. Meningkatkan kemampuan praktis dan keterampilan dalam usaha budidaya
sehingga dapat menerapkan secara langsung.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
dengan 30-33 keping sisik dari kepala hingga ekor. Perut gurame (Osphronemus
gouramy Lac.) akan berwarna keperakan, sedangkan pada bagian punggungnya akan
berwarna sawo matang. Saat masih muda, dahi masih rata dan akan mulai terbentuk
ketika gurame (Osphronemus gouramy Lac.) menginjak umur dewasa dan siap untuk
memijah (Sutanto, 2014).
Secara garis besar morfologi ikan gurami yang terlampir pada (Gambar 1)
memiliki bentuk tubuh pipih, terdapat sirip dada yang memanjang sampai dengan
pertengahan sirip anal pada ikan dewasa dan melewati ujung sirip anal pada ikan muda,
sisik stenoid, garis lateral lengkap, bentuk mulut kecil. Postur tubuh tinggi (tinggi tubuh
satu per 1,8-2,1 bagian dari panjang baku). Individu muda terdapat tujuh buah garis
vertikal (bahasa Latin: septem berarti tujuh, fasciatus berarti strip atau garis yang
menunjukkan karakter pembeda ikan ini) pada tubuhnya (Gambar 1) yang akan tetap
ada seumur hidup. Bentuk tubuh ikan muda dan dewasa berbeda, pada ikan muda
memiliki bentuk kepala yang lancip, sedangkan ikan dewasa memiliki tubuh yang lebih
kokoh dengan bentuk dahi kepala yang agak cembung.
Jenis kelamin ikan gurami (Osphronemus goramy) dapat dilihat dari fisik
terlampir pada tabel 1.
4
Tabel 1. Perbedaan ikan gurami jantan dan betina
Jantan Betina
Memiliki tonjolan jelas di dahi Tidak memiliki tonjolan jelas di dahi
Sirip ekor rata Sirip ekor membulat
Bibir tebal Bibir tipis
Gerak lincah Gerak lamban
Bentuk tubuh atau perut
Bentuk tubuh atau perut gendut
langsing
Jika diletakkan di tempat datar
Ekor hanya bergerak-gerak
ekor akan naik
Sumber: Sulhi (2010).
Menurut penelitian (Sularto et al., 2016) karakter seksual pada pertumbuhan,
ikan gurami jantan tumbuh lebih cepat dibandingkan ikan gurami betina sebesar
14,1%-16,5% untuk bobot. Hasil simulasi seleksi berdasarkan pertumbuhan bobot 10%
terbaik didapatkan ikan jantan dua kali lebih banyak dibanding ikan betina penelitian.
5
2.3 Kebiasaan makan Gurami
Gurami termasuk hewan omnivore yakni pemakan tumbuh-tumbuhan dan
daging. Dihabitatnya, jenis makanan gurami adalah fitoplankton, zooplankton,
serangga, dan daun tumbuhan lunak. Fitoplankton, seperti rotifera, insuforia, dan
chorella, dikonsumsi oleh gurami stadium larva. Sementara zooplankton seperti
daphnia, cladocera, dan serangga biasanya dikonsumsi gurami stadium benih. Setelah
dewasa, gurami lebih menyukai tumbuhan air sebagai makanannya seperti mata
lele(azolla), kangkung air, genjer dan lemna. Selain tumbuhan air, gurami juga
memakan pakan alami berupa tumbuhan darat, seperti daun talas atau sente, daun
papaya, daun singkong, dan kangkung. Jika dibudidayakan gurami bisa diberikan
pakan tambahan berupa:
1. Pakan alami untuk benih
2. Cacing sutra
3. Moina sp.
4. Dahpnia sp.
5. Pakan Pellet untuk gurami ukuran konsumsi dan indukan dengan tambahan daun.
6
akan menjaga telur hingga menetas.Biasanya telur akan menetas setelah berumur 2-3
hari.Setelah telur menetas menjadi larva,giliran induk betina menjaga larva-larva
tersebut.
2.5 Kandungan Gizi Daging Gurami
Kandungan gizi yang terdapat dalam daging ikan gurami memenuhi kriteria
gizi berimbang yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan beberapa kandungan lainnya. Adapun presentase kandungan gizi pada
gurami adalah 20% protein, 5%lemak, dan 5% mineral. Sementara 70% sisanya, terdiri
dari vitamin, serat, dan air. Unsur-unsur anorganik yang paling banyak terkandung
pada ikan adalah kalsium, fosfor, dan sulphur.
2.6 Hama dan Penyakit Ikan Gurami
Hama alami yang biasa mengganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa
seperti gabus, lele, dan lainnya. Selain hama dari golongan ikan-ikanan, beberapa
binatang liar juga sering mengganggu kehidupan ikan gurami di alam.Binatang tersebut
adalah biawak, katak, ular dan beberapa jenis burung pemangsa. 8 Adapun penyakit
yang menyerang ikan gurami ada dua jenis, ada penyakit yang bersifat non parasiter
dan parasiter.Penyakit non parasiter ini biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor fisika dan kimia pada lingkungan tempat budi daya, contohnya adalah
kondisi air yang tercemar oleh gas beracun seperti amoniak.Jika air kolam
terkontaminasi dengan gas amoniak, biasanya ikan akan lebih suka berenang ke
permukaan air dengan tujuan untuk mencari udara segar. Penyakit parasite adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa bakteri, virus, jamur, cacing, dan
mikroorganisme lainnya. Ciri ikan gurami yang terinfeksi penyakit parasiter sebagai
berikut :
1. Pada kulit: Bagian tertentu pada kulit biasanya menunjukkan gejala berwarna
merah terutama pada bagian dada, perut serta pangkal sirip. Warna ikan akan
menjadi pucat dan berlendir.
2. Pada insang: Katup insang akan mengembang serta lembaran insang menjadi
pucat.
7
3. Pada organ dalam: Perut ikan akan mengalami pembengkakan, sisik berdiri atau
terkadang perut akan menjadi sangat kurus, ikan menjadi lemas dan gampang
untuk ditangkap.
Jamur yang biasanya menyerang larva gurame adalah Aphanomyces sp. Jamur
ini menyebabkan tubuh larva gurame bewarna lebih hitam atau gelap dan terdapat
seperti kapas putih pada bagian tubuh dan ekor ikan,sedangkan tingkah lakunya yaitu
ikan terapung dibawah permukaan air dan sesekali ikan benerang hiperaktif (Efrianti,
2013). Bakteri yang menyerang ikan gurame adalah Mycobacterium sp.Infeksi bakteri
ini menyebabkan mata menonjol keluar (Exopthalmia) dan benjolan pada tubuh
(Rahman, 2008). Selain itu,adapun bakteri yang menyerang ikan gurami adalah bakteri
Pseudomonas sp. , Aeromonas sp. , dan Bacillus sp. yang menyebabkan cacar ikan.
Pencegahan dan pengobatan penyakit dapat dilakukan menggunakan obat probiotik
yang dicampurkan pada pakan yaitu daunt alas dan larutan garam dengan dosis 500-
100 g/1000 liter tergantung ukuran benih,tingkat kepadatan serta tingkat keparahan
penyakit. Menurut Rosidah dan Wila (2012) upaya penanggulangan terhadap serangan
serangan penyakit dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan dengan cara kontrol
kualitas air agar sesuai, dan pemberian pakan yang sesuai baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.
8
BAB III KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
9
3.2 Letak geografis dan keadaan sekitar
Balai ini terletak di jalan raya 2 sukamandi dan termasuk dalam wilayah desa
rancamulya, kecamatan patokbeusi, kabupaten subang, jawa barat. Secara geografis,
brpi sukamandi berada pada 60 220 BT dan 1070 370 LS. Brpi sukamandi mempunayai
luas areal 60 ha yang terdiri dari 33,4 ha areal perkolaman, 1,87 ha areal perkantoran,
dan 19,73 ha lainnya digunakan untuk pembenihan dan perumahan karyawan serta
sarana penunjang lainnya. Keadaan tanah relatif datar, ketinggian berkisar 15 m di atas
permuakaan air laut dan kemiringan lahan 0,03%. Batasan wilayah di brpi sukamandi
adalah sebagai berikut:
1. Utara: jalan raya utama pantai utara(Jakarta-cirebon)
2. Timur: balai besar penelitian tanaman padi (BBPTP)
3. Selatan: Suangai Citempura.
4. Barat: Desa Rancamulya, kec. patokbeusi, kab. subang jawa barat
Propil brpi
10
2. Struktur organisasi
Struktur organisasi Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi ditetapkan
dalam keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.13/PERMENKAP/2017 tanggal
27 Maret 2017 tentang organisasi dan tata kerja balai penelitian pemuliaan ikan.
Adapun struktur organisasi Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi berdasarkan
keputusan Meenteri Kelautan dan Perikanan dapat dilihat sebagai berikut.
Kepala balai
11
3. Fasilitas Pembenihan Ikan Gurami di BRPI Sukamandi
a. Gedung Hatchery
Adapun fungsi dari Gedung ini adalah untuk melaksanakan kegiatan
pembenihan ikan gurami. Tahap kegiatan pembenihan diawali mulai dari
penetasan telur, pemeliharaan larva hingga panen benih. Hatchery gurami
dilengkapi dengan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pembenihan.
Untuk perawatan Gedung hatchery gurami dilakukan pembersihan setiap harinya
baik didalam maupun diluar area. Berikut adalah gambar Gedung hatchery gurami.
12
c. Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam untuk memelihara induk ikan gurami yang terdiri dari ikan jantan
dan ikan betina. Kolam ini memiliki luas 400 m dengan tinggi air 1-1,25 cm.
berikut adalah gambar kolam pemeliharaan induk.
d. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan yang digunakan yaitu kolam tanah dengan indukan yang
sudah diseleksi. Kolam pemijahan sebanyak 2 buah kolam dengan ukuran 200 m.
pada setiap kolam pemijahan sudah diletakkan paratag maupun ijuk dan karung.
Berikut adalah gambar kolam pemijahan.
e. Bak Fiber
Bak fiber yang digunakan memiliki ukuran 1x1 m dengan ketinggian air 30
cm. bak fiber digunakan untuk fase larva awal hingga ke pendederan. Apabila
terdapat larva yang mati maka disortir, dibuang dan melakukan penyiponan. Lalu
13
tiap-tiap bak fiber dipasangkan aerasi dan water heater thermostat sebagai sirkulasi
air dan pemanas suhu air. Berikut adalah gambar bak fiber.
f. Bak Penetasan
Bak penetasan telur yang digunakan oleh hatchery gurami adalah bak
bundar (baskom) dengan kapasitas air 40 L. Berikut adalah gambar bak penetasan
telur.
14
4. Sarana dan Prasarana
a. Sumber Penyediaan Air
Sumber air yang digunakan bersal dari dua sumber air yaitu waduk
jatiluhur dan air tanah (sumur bor) dengan debit yang mencukupi. System saluran
air untuk air sungai bersifat terbuka sedangkan air tanah (sumur) bersifat tertutup.
Berikut adalah gambar bak penampungan air.
b. Penyediaan Listrik
Sumber energi listrik untuk kebutuhan hatchery menggunakan energi listrik
berasal dari PLN Sukamandi namun sebgai cadangan energi digunakan ber-merk
Stamford dengan daya besar 45 KVA digunakan untuk memenuhi kebutuhan
listrik cadangan pada kantor dan hatchery. Berikut adalah gambar ruang genset
BRPI.
c. Masjid
Dalam melaksanakan ibadah keagamaan islam terdapat masjid yang
disediakan sebagai tenaga beribadah bagi pegawai maupun penghuni disekitar
komplek perikanan. Masjid An-Nur ini letaknya sangat dekat dengan asrama dan
perumahan dinas sehingga memudahkan pegawai maupun penghuni disekitar
15
kompleks perikanan untuk melaksanakan ibadah. Perawatan masjid dilakukan
oleh penjaga masjid. Berikut adalah gambar masjid di BRPI.
16
BAB IV METODOLOGI
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung oleh
pengumpul tanpa melalui perantara (Sugiyono, 2020). Pengambilan data primer sendiri
dilakukan dengan observasi, wawancara dengan pihak terkait, dan partisipasi aktif
selama proses pelaksanaan budidaya.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah sebuah metode pengambilan data dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, biasanya
berupa fenomena, proses kerja, perilaku manusia, dan gejala alam (sugiyono,
2020).
b. Wawancara
Wawancara merupakan Teknik pengambilan data dengan cara mencari data
secara langsung dari responden dalam jumlah kecil baik secara terstruktur maupun
tidak terstruktur (Sugiyono, 2020). Proses wawancara dilakukan dengan cara
menanyai pembimbing lapangan dan teknisi. Informasi yang didapatkan berasal
dari pertanyaan antara pewawancara dengan diwawancarai.
17
c. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan cara terlibat langsung dengan teknisi dalam
kegiatan pembenihan ikan gurami.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
yang memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono, 2016). Sumber data sekunder yang didapatkan selama
melaksanakan kegiatan praktik kerja magang di komoditas gurami ini berasal dari hasil
studi literatur mengenai bentuk Teknik pembenihan ikan gurami.
18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
19
5.1.2 Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan untuk mendapatkan induk yang baik dan matang
gonad. Ciri-ciri induk gurame jantan dan betina yang matang gonad dapat dilihat pada
Tabel 2. Induk gurame jantan memiliki ciri tubuh dahi menonjol, pangkal sirip dada
berwarna keputihan dan perut langsing. Induk gurame betina memiliki ciri tubuh tidak
memiliki tonjolan pada dahi, pangkal sirip dada berwarna gelap kehitaman dan perut
agak lunak bila diraba. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sulhi (2010) mengenai
perbedaan induk gurame jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 3.
20
Bentuk tubuh atau perut langsing Bentuk tubuh atau perut gendut
jika diletakkan di tempat datar ekor akan naik Ekor hanya bergerak-gerak
Sumber: Sulhi (2010)
Jantan Betina
Berat 2-2,5 kg/ekor Berat 2,5-3 kg/ekor
Umur minimal 2 tahun Umur minimal 2 tahun
Tonjolan pada kelamin terlihat jelas Perut membulat
Kekar dan lincah Alat kelamin kemerahan
Sumber: Suhli (2010)
5.1.3 Pemijahan
Teknik pemijahan merupakan proses perkawinan yang terjadi antara indukan
jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel telur dan terjadi di
luar tubuh ikan (eksternal). Pemijahan gurame dilakukan secara alami dengan sistem massal.
Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 3 dengan 1 ekor induk gurame jantan dan 3
ekor induk gurame betina. Perbandingan ini bertujuan agar pemijahan yang dilakukan lebih
efektif karena hampir semua sel ovum dapat dibuahi oleh sel sperma.
Indukan gurame di kolam pemijahan diberi pakan pellet terapung dengan dosis
1% dari biomassa, dan juga pemberian daun sente sebagai pakan tambahan sebanyak
2% dari biomassa dengan frekuensi dua hari sekali secara ad-libitum.
21
dengan jari telur akan terlihat keluar terapung di permukaan. Sarang yang telah
berisikan telur harus segera diangkat dengan perlahan-lahan pada pagi hari. Telur yang
terbuahi berwarna kuning bening dipisahkan dari telur yang rusak atau tidak terbuahi
berwarna kuning keputihan atau kuning pucat. Nilai derajat pembuahan telur atau FR
(fertilization rate) yang didapatkan adalah 74.62%. Menurut BSN (2000b), produksi
telur ikan gurame betina adalah 2.000 – 2.500 butir/induk.
22
dan 2,04 % karbohidrat (Lucas et al., 2015). Frekuensi pemberian pakan alami cacing
sutera adalah sekali sehari dengan dosis satu wadah pakan penuh yaitu sekitar 47 gram.
23
Tabel Biaya Investasi dan Modal
No Komponen Jumlah Harga satuan (Rp) Total Harga (Rp)
1 Gedung hatchery 1 unit Rp. 10.000.000,- Rp. 10.000.000,-
2 Bak fiber (1 × 1 𝑚²) 9 buah Rp. 900.000,- Rp. 8.100.000,-
3 Sarana penetasan artemia 1 unit Rp. 260.000,- Rp. 260.000,-
4 Pompa air 200 watt 1 unit Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
5 Bak fiber sirkulasi 1 unit Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
6 Instalasi aerasi 1 unit Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
7 Genset 3000 watt 1 unit Rp. 2.000.000,- Rp. 2.000.000,-
8 Induk betina 6 ekor Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,-
9 Induk jantan 3 ekor Rp. 200.000,- Rp. 600.000,-
10 Jaring tangkap 1 unit Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
11 Selang sipon 5 meter Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
22 Timbangan Dgital 1 buah Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
13 Baskom 30 L 10 buah Rp. 50.000,- Rp. 500.000,-
14 Ember 10 L 2 buah Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-
15 Gayung pakan 2 buah Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
16 Seser 1 buah Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
17 Toples 10 l 1 buah Rp. 18.000,- Rp. 18.000,-
18 Tank Fiber Kuning 2 buah Rp. 760.000,- Rp. 1.520.000,-
19 Hand counter 5 buah Rp. 20.000,- Rp. 100.000,-
20 Centong 2 buah Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
21 Instalsi listrik 1 unit Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
22 Bamboo 5 batang Rp. 15.000,- Rp. 75.000,-
23 Sigmat jangka sorong 1 buah Rp. 30.000,- Rp. 30.000,-
24 Tabung o2 1 M3 Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
25 Tag reader 1 buah Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
26 Heater 8 buah Rp. 110.000,- Rp. 880.000,-
Jumlah Total Biaya Investasi Rp. 29.828.000,-
24
9 Keduk teplok 3/kolam Rp. 600.000,- Rp. 1.800.000,-
Jumlah Total Biaya Variabel Rp. 10.820.000,-
25
b. Perhitungan pendapatan
c. Perhitungan keuntungan
= 78,39/ekor
Artinya titik balik modal akan bisa tercapai jika harga dari benih sebesar Rp.
78,39/ekor.
Rp. 11.759.266
=
Rp. 400
= 29.398,165 ekor
Artinya titik balik modal akan tercapai bila produksi benih ikan mencapai 29.398,165
ekor.
= 161,7 %
26
Hasil rentabilitas usaha pembenihan ikan gurami lebih besar dari bunga bank, usaha
pembenihan mas di BRPI Sukamandi ini menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Rp. 60.000.000
=
Rp. 11.759.266
= 5,10
R/C Rasio hasilnya lebih besar dari 1, artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1,-
akan memperoleh penerimaan Rp. 5,10 dengan demikian usaha ini menguntungkan.
Rp. 29.828.000 × 1
𝑃𝐵𝑃 =
Rp. 48.240.734
= 0,61
Hasil tersebut menggambarkan bahwa seluruh modal investasi usaha pembenihan ini
akan Kembali dalam kurun waktu 0,61 tahun atau bulan.
27
BAB V. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktik umum yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan :
1. Pemijahan ikan gurami di BRPI Sukamandi dilakukan dengan teknik pemijahan
secara alami.
2. Proses pemijahan ikan gurami meliputi pemeliharaan induk,persiapan kolam
pemijahan dan bak pemeliharaan larva,pemijahan,penetasan telur,pemeliharaan
larva,dan pemeliharaan benih.
3. Persiapan kolam pemijahan meliputi beberapa tahapan yaitu
pengeringan,pemasangan sosok,pengisian air,persiapan sarang,dan
pemasangan paratag.
4. Persiapan pemeliharaan larva pada bak fiber meliputi pemasangan aerasi dan
heater
6.2 Saran
Teknik pembenihan ikan gurami di Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi
memiliki potensi yang sangat bagus,jika dilakukan peningkatan produksi akan menjadi
sangat baik.Ketersediaan cacing Tubifex sp. sebagai pakan benih masih tergantung
dengan kondisi alam.Selain itu,terbatasnya alat pengukuran kualitas air pada Hatchery
ikan gurami seperti pH meter dan DO meter yang digunakan untuk mengukur kualitas
air,sehingga harus meminjam dengan waktu yang terbatas.Pernyaataan tersebut,akan
lebih baik untuk menyediakan pasokan pakan yang cukup dan alat pengukur kualitas
air disetiap hatchery.
28
Daftar Pustaka
Fatma Tombinawa, d. (2016). Daya Tetas Artemia sp. menggunakan Air Bersalinitas
Buatan dengan Jenis Garam Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 4:2.
Hiola, R. (2014). Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Penetasan Kista Artemia
sp di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Provinsi Grontalo. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 2:2.
29
Nila Larasati (Oreochromis Niloticus). Journal of Aquaculture Management and
Technology, Vol 3(2) hal 94-102.
Ikan Gurami Sebagai Ikan Budidaya. (2011). Yogyakarta: Akademi perikanan
Yogyakarta.
Khairuman, S. K. (2008). Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra Sutra : Pakan Alami
Bagi IKan Hias. Jakarta: Agromedia Pustaka.
30