Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN MBKM MAGANG

TEKNIK PEMBENIHAN KOMODITAS IKAN GURAMI


(Osphronemus goramy) DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN
SUKAMANDI, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

Oleh :

Muhamad Fauzan
NIT. 21.3.04.107

PRODI BUDIDAYA IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
2022

i
TEKNIK PEMBENIHAN KOMODITAS IKAN GURAMI
(Osphronemus goramy) DI BALAI RISET PEMULIAAN IKAN
SUKAMANDI, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

Oleh :

Muhamad Fauzan
NIT. 21.3.04.107

PRODI BUDIDAYA IKAN


POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KARAWANG
2022

ii
LEMBAR PENGESAHAN

: Laporan Magang Teknik Pembesaran Komoditas


Judul Ikan Gurami (Osphronemus Goramy) Di Balai
Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi, Kabupten
Subang Jawa Barat
Nama : Muhamad Fauzan
NIT : 21.3.04.107

Laporan praktek magang ini telah dibuat dan diajukan kepada pembimbing
lapangan dan Dosen untuk disahkan :

Karawang, 19 Maret 2023

Menyetujui:

Chrisoetanto P.Pattirane, S.Pi., M.Si


Ali Ahmad Akbar, S.Pi NIP.
NIP.198002232009121001

Disetujui Oleh:

Dzikri Wahyudi.,S.St.Pi.M.Si
NIP.19721229 199803 1 003

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas anugerah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang dengan judul
“Teknik Pembenihan Komoditas Ikan Gurami (Osphronemus Goramy) Di Balai Riset
Pemuliaan Ikan Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat.”
Laporan Magang Program Studi Budidaya Ikan ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk melaksanakan praktik magang di Politeknik Kelautan dan Perikanan
Karawang. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan dari
beberapa pihak. Maka dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dzikri Wahyudi.,S.St.Pi.M.Si selaku Kepala Prodi Budidaya Ikan
2. Bapak Chrisoetanto P.Pattirane., S.Pi, M.Si selaku Sekretaris Prodi Budidaya Ikan
3. Bapak Joni Dr.Joni Haryadi. D,M.Sc selaku kepala Kepala Balai Riset Pemuliaan
Ikan Sukamandi Kota Subang yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan
kegiatan Praktik Magang Tematik.
4. Bapak Ali Ahmad Akbar, S.Pi, Selaku Pembimbing Lapangan.
5. Orang tua yang telah memberikan do’a, dorongan dan semangat selama
penyusunan proposal magang ini.
6. Keluarga besar komoditas gurami(Pak sugiyo dan Pak Uus) yang telah membantu
memperlancar serta memberikan arahan dalam kegiatan pratik umum. Keluarga
besar mess dan mahasiswa magang di hatchery ikan gurami,nila,dan ugang galah
dari Universitas Bangka Belitung yang telah memberikan kebahgiaan selama
menjalanin kegiatan ini. Penulis menyadari bahwa laporan Magang ini masih jauh
dari kata sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Magang ini masih jauh dari kata
sempurna.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan laporan ini.

iv
Subang, tanggal bulan tahun

Penulis

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................................iii


KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
2.1 Tujuan ............................................................................................................. 2
3.1 Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan gurami .......................................................... 3
2.2 Habitat dan Lingkungan Ideal Ikan Gurami ................................................... 5
2.3 Kebiasaan makan Gurami .............................................................................. 6
2.4 Perilaku Memijah Ikan Gurami ...................................................................... 6
2.5 Kandungan Gizi Daging Gurami .................................................................... 7
BAB III KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
3.1 Sejarah BRPI Sukamandi ............................................................................... 9
3.2 Letak geografis dan keadaan sekitar............................................................. 10
BAB IV METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................... 17
4.2 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 17
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Teknik Pembenihan Ikan .............................................................................. 19
5.2 Teknik Produksi Pakan Buatan .................................................................... 23
5.3 Hama Penyakit Ikan ..................................................................................... 23
5.4 Studi Kelayakan Bisnis ................................................................................ 23
BAB V. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................................... 28
6.2 Saran ............................................................................................................. 28
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 29

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan ikan gurami jantan dan betina. ...................................................... 5


Tabel 2. Perbedaan ikan gurami jantan dan betina ..................................................... 20
Tabel 3. Analisis Biaya investasi ................................................................................ 24
Tabel 4. Analisis Biaya variabel ................................................................................. 24
Tabel 5. Analisis Biaya tetap ...................................................................................... 25

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikan Gurami (Osphronemus goramy) ..................................................... 4


Gambar 2. Gedung hatchery ..................................................................................... 12
Gambar 3. Gedung pakan.......................................................................................... 12
Gambar 4. Kolam pemeliharaan induk ............................................................................ 13
Gambar 5. Kolam Pemijahan .................................................................................... 13
Gambar 6. Bak Fiber ................................................................................................. 14
Gambar 7. Bak Penetasan ......................................................................................... 14
Gambar 8. Water Heater Thermostat ........................................................................ 14
Gambar 9. Bak penampungan air .............................................................................. 15
Gambar 10. Ruang Genset ........................................................................................ 15
Gambar 11. Masjid .................................................................................................... 16
Gambar 12. Lingkungan Asrama .............................................................................. 16

viii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting
di sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan
pangan nasional, penciptaan pendapatan, dan lapangan kerja serta mendatangkan
penerimaan negara dari ekspor. Usaha perikanan budidaya saangat berperan dalam
menyediakan bahan pangan yang berprotein dan bergizi tinggi. Usaha ini juga berperan
dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja yang mendorong kesejahteraan
masyarakat. Budidaya perikanan juga dianggap sebagai sektor penting untuk
mendukung perkembangan ekonomi pedesaan (Siregar et al., 2014).
Ikan gurami (Osphoronemus goramy) merupakan salah satu komoditas
perikanan air tawar yang penting karena permintaan pasar yang cukup tinggi. Ikan
gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat.Selain
itu,gurami juga termasuk salah satu dari 15 jenis komoditas ikan yang ditujukan untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan pembudidaya. Seiring dengan tujuan
pengembangan budidaya tersebut, pengembangan usaha budidaya ikan gurami
(Osphoronemus goramy) merupakan salah satu sasaran khususnya di bidang
pengembangan budidaya air tawar. Produksi ikan gurami nasional memiliki
peningkatan sebesar 19,86% per tahun sejak tahun 2009 sampai 2013 (Kementrian
Kelautan & Perikanan (2014)).
Ikan gurami berasal dari perairan daerah jawa barat yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi karena cita rasanya yang gurih dan daging yang tebal serta ukuran
konsumsi yaitu 500-700 g/ekor menjadikan harga gurami menjadi mahal. Varietas ikan
gurami yang dibudidayakan di balai riset pemuliaan ikan (BRPI) sukamandi terdiri dari
varietas Kalimantan, jambi, majalengka dan tasikmalaya. Varietas ikan gurami
majalengka dan jambi memilkiki jarak genetic jauh, sedangkan varietas majalengka,
tasikmalaya, dan Kalimantan memiliki jarak genetic yang dekat. Ikan gurami bima
merupakan hibrida persilangan antara gurami betina majalengka dan jantan jambi yang

1
sudah lulus ujian rilis tahun 2019 dan resmi dirilis oleh meteri kelautan dan perikanan
pada juni 2021, selanjutnya dikembangkan dimasyarakat.

2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Magang ini adalah :
1. Mengetahui dan mempraktikkan kegiatan teknik pembesaran pada
komoditas ikan gurami.
2. Mengetahui tahapan dalam proses pembesaran ikan gurami.

3.1 Manfaat
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Magang ini adalah :
1. Dapat memahami dan mengetahui teknik pembenihan pada komoditas ikan gurami.
2. Meningkatkan kemampuan praktis dan keterampilan dalam usaha budidaya
sehingga dapat menerapkan secara langsung.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan gurami


2.1.1.Klasifikasi
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2013) klasifikasi ikan gurame adalah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
SubOrder : Belontiidae
Family : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus gouramy Lac.

2.1.2.Morfologi Ikan Gurami


Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah ikan yang asli berasal dari
Indonesia, tepatnya berasal dari perairan daerah Sunda kemudian menyebar hingga ke
perairan Malaysia, Thailand, Ceylon, hingga sampai ke Australia. Ikan gurame
(Osphronemus gouramy Lac.) merupakan keluarga dari Anabantidae. Sebagai ikan
konsumsi gurame lebih digemari karena memiliki tekstur daging yang kompak dan
padat serta gurih dan berduri besar. Sebagai ikan hias karena ikan gurame memiliki
sisik yang berwarna warni. Hal yang menjadikan menarik bagi para petani
pembudidaya untuk membudidayakan gurame karena tidak membutuhkan perawatan
yang intensif, hanya dengan memastikan dalam kolam perawatan selalu tersedia air
dengan jumlah cukup besar (Sani, 2014).
Menurut Sani (2014), gurame (Osphronemus gouramy Lac.) memiliki ciri-ciri
morfologi badan berbentuk pipih, panjang tubuhnya 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan lebarnya, memiliki sirip lengkap dengan modifikasi pada sirip perutnya
sehingga berbentuk seperti benang. Sirip punggung memiliki 12-13 jari-jari keras dan
11-13 jari-jari lunak, sirip anal dengan 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lunak, sirip
dada terdiri atas 2 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak, memiliki gurat sisi sempurna

3
dengan 30-33 keping sisik dari kepala hingga ekor. Perut gurame (Osphronemus
gouramy Lac.) akan berwarna keperakan, sedangkan pada bagian punggungnya akan
berwarna sawo matang. Saat masih muda, dahi masih rata dan akan mulai terbentuk
ketika gurame (Osphronemus gouramy Lac.) menginjak umur dewasa dan siap untuk
memijah (Sutanto, 2014).

Gambar.1 Ikan gurami (Osphronemus goramy)


Sumber: (Trubus, 2022).

Secara garis besar morfologi ikan gurami yang terlampir pada (Gambar 1)
memiliki bentuk tubuh pipih, terdapat sirip dada yang memanjang sampai dengan
pertengahan sirip anal pada ikan dewasa dan melewati ujung sirip anal pada ikan muda,
sisik stenoid, garis lateral lengkap, bentuk mulut kecil. Postur tubuh tinggi (tinggi tubuh
satu per 1,8-2,1 bagian dari panjang baku). Individu muda terdapat tujuh buah garis
vertikal (bahasa Latin: septem berarti tujuh, fasciatus berarti strip atau garis yang
menunjukkan karakter pembeda ikan ini) pada tubuhnya (Gambar 1) yang akan tetap
ada seumur hidup. Bentuk tubuh ikan muda dan dewasa berbeda, pada ikan muda
memiliki bentuk kepala yang lancip, sedangkan ikan dewasa memiliki tubuh yang lebih
kokoh dengan bentuk dahi kepala yang agak cembung.
Jenis kelamin ikan gurami (Osphronemus goramy) dapat dilihat dari fisik
terlampir pada tabel 1.

4
Tabel 1. Perbedaan ikan gurami jantan dan betina

Jantan Betina
Memiliki tonjolan jelas di dahi Tidak memiliki tonjolan jelas di dahi
Sirip ekor rata Sirip ekor membulat
Bibir tebal Bibir tipis
Gerak lincah Gerak lamban
Bentuk tubuh atau perut
Bentuk tubuh atau perut gendut
langsing
Jika diletakkan di tempat datar
Ekor hanya bergerak-gerak
ekor akan naik
Sumber: Sulhi (2010).
Menurut penelitian (Sularto et al., 2016) karakter seksual pada pertumbuhan,
ikan gurami jantan tumbuh lebih cepat dibandingkan ikan gurami betina sebesar
14,1%-16,5% untuk bobot. Hasil simulasi seleksi berdasarkan pertumbuhan bobot 10%
terbaik didapatkan ikan jantan dua kali lebih banyak dibanding ikan betina penelitian.

2.2 Habitat dan Lingkungan Ideal Ikan Gurami


Habitat dari ikan gurami, mereka hidup pada kandungan oksigen yang cukup,
air jernih, kecepatan arus lambat sampai sedang, bersubstrat pasir, kerikil, batu dan
potongan tanaman, landai dan pinggirannya berupa hutan primer, atau hutan primer
dan semak belukar. Usia muda, ikan gurami biasa ditemui di daerah mulut anak sungai
yang sungainya cukup besar, yang memiliki kadar oksigen cukup, jernih, kecepatan
arus lambat sampai deras, bersubstrat lumpur, pasir, kerikil, berbatu, landai, dan di
tepiannya terdapat juga rumput belukar. Tipe habitat yang ditempati gurami muda dan
dewasa meliputi tempat yang berbeda namun keduanya menempati tipe habitat yang
berkarakter relatif sama. (Tan & Wowor, 2000). Secara geografis, gurami tersebar
hampir di seluruh kawasan asia tenggara, seperti Indonesia (Sumatera, Jawa,
Kalimantan), Malaysia, Filipina, Thailand. Gurami hidup dan berkembang biak pada
perairan tawar seperti rawa dan sungai (Syahrizal et al., 2015).

5
2.3 Kebiasaan makan Gurami
Gurami termasuk hewan omnivore yakni pemakan tumbuh-tumbuhan dan
daging. Dihabitatnya, jenis makanan gurami adalah fitoplankton, zooplankton,
serangga, dan daun tumbuhan lunak. Fitoplankton, seperti rotifera, insuforia, dan
chorella, dikonsumsi oleh gurami stadium larva. Sementara zooplankton seperti
daphnia, cladocera, dan serangga biasanya dikonsumsi gurami stadium benih. Setelah
dewasa, gurami lebih menyukai tumbuhan air sebagai makanannya seperti mata
lele(azolla), kangkung air, genjer dan lemna. Selain tumbuhan air, gurami juga
memakan pakan alami berupa tumbuhan darat, seperti daun talas atau sente, daun
papaya, daun singkong, dan kangkung. Jika dibudidayakan gurami bisa diberikan
pakan tambahan berupa:
1. Pakan alami untuk benih
2. Cacing sutra
3. Moina sp.
4. Dahpnia sp.
5. Pakan Pellet untuk gurami ukuran konsumsi dan indukan dengan tambahan daun.

2.4 Perilaku Memijah Ikan Gurami


Ikan gurami memijah secara alami dilakukan degan sistem
massal.Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1:3 dengan 1 ekor induk gurami
jantan dan 3 ekor induk gurami betina.Kematangan kelamin umumnya dicapai setelah
gurami berumur 2-3 tahun.Jumlah telur yang dihasilkan dalam sekali bertelur 2.000-
7.000 butir,tergantung pada jenis gurami.Sebelum menemukan pasangannya,induk
jantan akan membuatkan sarang untuk meletakkan telur-telur yang dikeluarkan induk
betina.Sarang telur dibuat dari ijuk,sabut kelapa,serpihan bambu,atau tanaman kering
yang ada di dalam kolam.Sarang berdiameter 20-30 cm ini diletakkan di tempat yang
cukup tersembunyi.Setelah sarangdibuat,induk jantan ajan berusaha menarik perhatian
gurami betina yang sedang berahi atau matang telur dengan mengeluarkan zat
perangsang (petrichor). Setelah induk betina mengeluarkan telur,induk jantan akan
membuahi telur tersebut dan memindahkan telur-telur itu ke dalam sarang.Induk jantan

6
akan menjaga telur hingga menetas.Biasanya telur akan menetas setelah berumur 2-3
hari.Setelah telur menetas menjadi larva,giliran induk betina menjaga larva-larva
tersebut.
2.5 Kandungan Gizi Daging Gurami
Kandungan gizi yang terdapat dalam daging ikan gurami memenuhi kriteria
gizi berimbang yang dibutuhkan tubuh manusia, seperti protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan beberapa kandungan lainnya. Adapun presentase kandungan gizi pada
gurami adalah 20% protein, 5%lemak, dan 5% mineral. Sementara 70% sisanya, terdiri
dari vitamin, serat, dan air. Unsur-unsur anorganik yang paling banyak terkandung
pada ikan adalah kalsium, fosfor, dan sulphur.
2.6 Hama dan Penyakit Ikan Gurami
Hama alami yang biasa mengganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa
seperti gabus, lele, dan lainnya. Selain hama dari golongan ikan-ikanan, beberapa
binatang liar juga sering mengganggu kehidupan ikan gurami di alam.Binatang tersebut
adalah biawak, katak, ular dan beberapa jenis burung pemangsa. 8 Adapun penyakit
yang menyerang ikan gurami ada dua jenis, ada penyakit yang bersifat non parasiter
dan parasiter.Penyakit non parasiter ini biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor fisika dan kimia pada lingkungan tempat budi daya, contohnya adalah
kondisi air yang tercemar oleh gas beracun seperti amoniak.Jika air kolam
terkontaminasi dengan gas amoniak, biasanya ikan akan lebih suka berenang ke
permukaan air dengan tujuan untuk mencari udara segar. Penyakit parasite adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa bakteri, virus, jamur, cacing, dan
mikroorganisme lainnya. Ciri ikan gurami yang terinfeksi penyakit parasiter sebagai
berikut :
1. Pada kulit: Bagian tertentu pada kulit biasanya menunjukkan gejala berwarna
merah terutama pada bagian dada, perut serta pangkal sirip. Warna ikan akan
menjadi pucat dan berlendir.
2. Pada insang: Katup insang akan mengembang serta lembaran insang menjadi
pucat.

7
3. Pada organ dalam: Perut ikan akan mengalami pembengkakan, sisik berdiri atau
terkadang perut akan menjadi sangat kurus, ikan menjadi lemas dan gampang
untuk ditangkap.

Jamur yang biasanya menyerang larva gurame adalah Aphanomyces sp. Jamur
ini menyebabkan tubuh larva gurame bewarna lebih hitam atau gelap dan terdapat
seperti kapas putih pada bagian tubuh dan ekor ikan,sedangkan tingkah lakunya yaitu
ikan terapung dibawah permukaan air dan sesekali ikan benerang hiperaktif (Efrianti,
2013). Bakteri yang menyerang ikan gurame adalah Mycobacterium sp.Infeksi bakteri
ini menyebabkan mata menonjol keluar (Exopthalmia) dan benjolan pada tubuh
(Rahman, 2008). Selain itu,adapun bakteri yang menyerang ikan gurami adalah bakteri
Pseudomonas sp. , Aeromonas sp. , dan Bacillus sp. yang menyebabkan cacar ikan.
Pencegahan dan pengobatan penyakit dapat dilakukan menggunakan obat probiotik
yang dicampurkan pada pakan yaitu daunt alas dan larutan garam dengan dosis 500-
100 g/1000 liter tergantung ukuran benih,tingkat kepadatan serta tingkat keparahan
penyakit. Menurut Rosidah dan Wila (2012) upaya penanggulangan terhadap serangan
serangan penyakit dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan dengan cara kontrol
kualitas air agar sesuai, dan pemberian pakan yang sesuai baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.

8
BAB III KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

3.1 Sejarah BRPI Sukamandi


Balai riset pemuliaan ikan (BRPI) telah didirikan dari tahun 1927 dengan nama
Laboratorium Voor de Binner Visserij yang berada di Cibalagung, Bogor. BRPI
Sukamandi sendiri sudah beberapa kali mengalami perubahan nama dan tempat yaitu
sebagai berikut:
1. Tahun 1951 bernama laboratorium penyelidikan perikanan darat, berkedudukan di
cibalagung, bogor.
2. Tahun 1953 bernama balai penyelidikan perikanan darat, berkedudukan di pasar
minggu, Jakarta.
3. Tahun 1957 bernama balai penyelidikan perikanan darat, berkedudukan di sempur,
bogor.
4. Tahun 1963 bernama Lembaga penelitian perikanan darat, berkedudukan di
sempur, bogor.
5. Tahun 1980 bernama balai penenlitian perikanan darat, berkedudukan di sempur,
bogor.
6. Tahun 1984 bernama balai penelitian perikanan air tawar, berkedudukan di sempur,
bogor.
7. Tahun 1994 bernama balai penelitian perikanan air tawar, berkedudukan di
sukamandi, subang.
8. Tahun 2003 bernama loka riset pemuliaan dan teknologi budidaya perikanan air
tawar, berkedudukan di sukamandi, subang.
9. Tahun 2011 berdasarkan surat keputusan Menteri kelautan dan perikanan nomor
PER.33/MEN/2011 tertanggal 26 september 2011 bernama balai penelitian
pemuliaan ikan, berkedudukan di sukamandi, subang.
10. Tahun 2017 tepatnya pada bulan maret berubah nama menjadi balai riset pemuliaan
ikan.

9
3.2 Letak geografis dan keadaan sekitar
Balai ini terletak di jalan raya 2 sukamandi dan termasuk dalam wilayah desa
rancamulya, kecamatan patokbeusi, kabupaten subang, jawa barat. Secara geografis,
brpi sukamandi berada pada 60 220 BT dan 1070 370 LS. Brpi sukamandi mempunayai
luas areal 60 ha yang terdiri dari 33,4 ha areal perkolaman, 1,87 ha areal perkantoran,
dan 19,73 ha lainnya digunakan untuk pembenihan dan perumahan karyawan serta
sarana penunjang lainnya. Keadaan tanah relatif datar, ketinggian berkisar 15 m di atas
permuakaan air laut dan kemiringan lahan 0,03%. Batasan wilayah di brpi sukamandi
adalah sebagai berikut:
1. Utara: jalan raya utama pantai utara(Jakarta-cirebon)
2. Timur: balai besar penelitian tanaman padi (BBPTP)
3. Selatan: Suangai Citempura.
4. Barat: Desa Rancamulya, kec. patokbeusi, kab. subang jawa barat
Propil brpi

1. Tugas dan Fungsi BRPI


Dalam melaksanakan tugas, brpi sukamandi mempunyai visi yaitu “Menjadi
Lembaga penelitian terkemuka di bidang pemuliaan ikan budidaya”, sedangkan misi
brpi yaitu:
a. Menghasilkan varietas unggul ikan budidaya.
b. Menyebarkan informasi serta ilmu pengetahuan dan teknologi pemuliaan ikan
budidaya.
Balai riset pemuliaan ikan (BRPI) mempunyai tugas melaksanakan riset
pemuliaan ikan budidaya dan fungai brpi untuk:
a. Penyusunan rencana program dan anggaran pemantuan dan evaluasi serta laporan
b. Pelaksanaan riset pemuliaa ikan budidaya meliputi pembenihan genetika, biologi,
reproduksi, fisiologis dan bioteknologi, untuk menghasilkan ikan unggul.
c. Pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi dan Kerjasama riset.
d. Pengelolaan prasarana dan sarana riset.
e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

10
2. Struktur organisasi
Struktur organisasi Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi ditetapkan
dalam keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.13/PERMENKAP/2017 tanggal
27 Maret 2017 tentang organisasi dan tata kerja balai penelitian pemuliaan ikan.
Adapun struktur organisasi Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi berdasarkan
keputusan Meenteri Kelautan dan Perikanan dapat dilihat sebagai berikut.

Kepala balai

Kepala sub bagian tata usaha

Rumah tangga Rumah tangga

Kasie tata Kasie pelayanan


operasional teknis

koordinator Kelompok jabatan


komoditas riset fungsional

11
3. Fasilitas Pembenihan Ikan Gurami di BRPI Sukamandi
a. Gedung Hatchery
Adapun fungsi dari Gedung ini adalah untuk melaksanakan kegiatan
pembenihan ikan gurami. Tahap kegiatan pembenihan diawali mulai dari
penetasan telur, pemeliharaan larva hingga panen benih. Hatchery gurami
dilengkapi dengan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pembenihan.
Untuk perawatan Gedung hatchery gurami dilakukan pembersihan setiap harinya
baik didalam maupun diluar area. Berikut adalah gambar Gedung hatchery gurami.

Gambar 2. Gedung Hatchery

b. Gudang Pakan Ikan


Balai riset pemuliaan ikan menyediakan Gudang pakan pada setiap
hatchery. Pada hatchery gurami gudang pakan berada di sisi kanan gedung.
Gudang pakan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan stok pakan ikan dalam
jumlah banyak. Pakan yang di sediakan oleh balai dengan jenis pakan dan ukuran
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan ikan dan umur ikan yang akan diberikan
pakan. Perwatan Gudang pakan hanya dilakukan pembersihan kotoran didalam
dan diluar dengan disapu dan dipel. Berikut adalah gambar gudang pakan.

Gambar 3. Gudang Pakan Ikan

12
c. Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam untuk memelihara induk ikan gurami yang terdiri dari ikan jantan
dan ikan betina. Kolam ini memiliki luas 400 m dengan tinggi air 1-1,25 cm.
berikut adalah gambar kolam pemeliharaan induk.

Gambar 4. Kolam Pemeliharaan Induk

d. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan yang digunakan yaitu kolam tanah dengan indukan yang
sudah diseleksi. Kolam pemijahan sebanyak 2 buah kolam dengan ukuran 200 m.
pada setiap kolam pemijahan sudah diletakkan paratag maupun ijuk dan karung.
Berikut adalah gambar kolam pemijahan.

Gambar 5. Kolam Pemijahan

e. Bak Fiber
Bak fiber yang digunakan memiliki ukuran 1x1 m dengan ketinggian air 30
cm. bak fiber digunakan untuk fase larva awal hingga ke pendederan. Apabila
terdapat larva yang mati maka disortir, dibuang dan melakukan penyiponan. Lalu

13
tiap-tiap bak fiber dipasangkan aerasi dan water heater thermostat sebagai sirkulasi
air dan pemanas suhu air. Berikut adalah gambar bak fiber.

Gambar 6. Bak Fiber

f. Bak Penetasan
Bak penetasan telur yang digunakan oleh hatchery gurami adalah bak
bundar (baskom) dengan kapasitas air 40 L. Berikut adalah gambar bak penetasan
telur.

Gambar 7. Bak Penetasan

g. Water Heater Thermostat


Alat ini merupakan pemanas suhu air yang digunakan untuk
mengoptimalkan kestabilan suhu air pada bak pemeliharaan larva agar telur dan
larva dapat berkembang secara optimal. Adapun suhu air yang diatur yaitu pada
suhu 28-29. Berikut adalah gambar dari heater.

Gambar 8. Water Heater Thermostat

14
4. Sarana dan Prasarana
a. Sumber Penyediaan Air
Sumber air yang digunakan bersal dari dua sumber air yaitu waduk
jatiluhur dan air tanah (sumur bor) dengan debit yang mencukupi. System saluran
air untuk air sungai bersifat terbuka sedangkan air tanah (sumur) bersifat tertutup.
Berikut adalah gambar bak penampungan air.

Gambar 9. Bak Penampungan Air

b. Penyediaan Listrik
Sumber energi listrik untuk kebutuhan hatchery menggunakan energi listrik
berasal dari PLN Sukamandi namun sebgai cadangan energi digunakan ber-merk
Stamford dengan daya besar 45 KVA digunakan untuk memenuhi kebutuhan
listrik cadangan pada kantor dan hatchery. Berikut adalah gambar ruang genset
BRPI.

Gambar 10. Ruang Genset

c. Masjid
Dalam melaksanakan ibadah keagamaan islam terdapat masjid yang
disediakan sebagai tenaga beribadah bagi pegawai maupun penghuni disekitar
komplek perikanan. Masjid An-Nur ini letaknya sangat dekat dengan asrama dan
perumahan dinas sehingga memudahkan pegawai maupun penghuni disekitar

15
kompleks perikanan untuk melaksanakan ibadah. Perawatan masjid dilakukan
oleh penjaga masjid. Berikut adalah gambar masjid di BRPI.

Gambar 11. Masjid

d. Asrama dan Perumahan Dinas


Asrama dan perumahan dinas disediakan sebagai tempat tinggal untuk
pegawai dinas dan penghuni kegiatan praktik (mahasiswa, siswa, peserta diklat,
dan lain-lain) dalam mempermudah untuk melaksanakan kegiatan magang, PKL,
Penelitian, dan lainnya. Sedangkan perumahan dinas disediakan untuk pegawai
yang bekerja di BRPI untuk mempermudah dalam melaksanakan kegiatannya di
hari libur. Dalam kesehariannya perawatan asrama dan perumahan dinas
dilakukan oleh petugas kebersihan dan dibantu penghuni sekitar. Berikut adalah
gambar lingkingan asrama dan perumahan dinas.

Gambar 12. Lingkungan Asrama

16
BAB IV METODOLOGI

4.1 Waktu dan Tempat


Praktik Kerja Magang ini dilaksanakan di Balai Riset Pemuliaan Ikan
Sukamandi, Kelurahan Gempolsari, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa
barat pada tanggal 12 September 2022 – 12 Januari 2023

4.2 Metode Pengumpulan Data


Data dikumpulkan melalui instrument pengumpulan data, observasi maupun
lewat data dokumentasi yang akan digolongkan mejadi data primer dan data sekunder.

1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung oleh
pengumpul tanpa melalui perantara (Sugiyono, 2020). Pengambilan data primer sendiri
dilakukan dengan observasi, wawancara dengan pihak terkait, dan partisipasi aktif
selama proses pelaksanaan budidaya.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah sebuah metode pengambilan data dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, biasanya
berupa fenomena, proses kerja, perilaku manusia, dan gejala alam (sugiyono,
2020).
b. Wawancara
Wawancara merupakan Teknik pengambilan data dengan cara mencari data
secara langsung dari responden dalam jumlah kecil baik secara terstruktur maupun
tidak terstruktur (Sugiyono, 2020). Proses wawancara dilakukan dengan cara
menanyai pembimbing lapangan dan teknisi. Informasi yang didapatkan berasal
dari pertanyaan antara pewawancara dengan diwawancarai.

17
c. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan cara terlibat langsung dengan teknisi dalam
kegiatan pembenihan ikan gurami.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
yang memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono, 2016). Sumber data sekunder yang didapatkan selama
melaksanakan kegiatan praktik kerja magang di komoditas gurami ini berasal dari hasil
studi literatur mengenai bentuk Teknik pembenihan ikan gurami.

18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknik Pembenihan Ikan


Pembenihan merupakan salah satu bagian dari kegiatan budidaya ikan dengan
cara mengawinkan indukan untuk mendapatkan benih dan selanjutnya benih yang
dihasilkan menjadi komponen input bagi kegiatan pendederan maupun pembesaran.
Kegiatan pembenihan ikan gurami yang ada di BRPI Sukamandi meliputi
pemeliharaan dan pemijahan induk, pemanenan telur, persiapan wadah larva,
pemeliharaan larva, pemanenan larva, persiapan wadah benih, pemeliharaan benih,
pemanenan benih, serta pengemasan dan transportasi benih. Teknik pembenihan ikan
gurami meliputi:

5.1.1 Persiapan Kolam Pemijahan


Pemijahan ikan gurame dilakukan di kolam tanah berbentuk persegi panjang
dengan luas kolam 400 m dan kedalaman 1 m. Kolam pemijahan dipersiapkan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Persiapan yang dilakukan meliputi pembersihan kolam,
pengeringan kolam selama 3-7 hari (tergantung pada cuaca) untuk membunuh hama
dan penyakit yang berada pada kolam, pengapuran kolam dengan dosis 20 gr/m2 agar
tidak dijadikan tempat persembunyian hama.
Pada saat proses pengeringan sedang berlangsung dilakukan pemasangan
sosong. Sosong adalah media bagi induk ikan gurami untuk mendapatkan telur-
telurnya. Sosong terbuat dari bambo atau kayu yang melingkar. Panjang sosong 30-40
cm dan berdiameter 20-30 cm. pemasangan dilakukan dengan menancapkan pada dasar
kolam dengan kemiringan 20-30 derajat yang menghadap kearah tengah kolam
pemijahan. Jarak sosong ke sosong lainnya yaitu 2 m. sosong direndam pada
kedalaman 15-20 cm dari permukaan air. Hal yang perlu dilakukan pada saat
pemasangan sosong yaitu pada mulut sosong tidak terlalu besar atau kecil karena akan
berpengaruh pada induk gurami yang akan membuat sarang.
Berikut adalah gambar kegiatan pemasangan sosong pada kolam pemijahan.

19
5.1.2 Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan untuk mendapatkan induk yang baik dan matang
gonad. Ciri-ciri induk gurame jantan dan betina yang matang gonad dapat dilihat pada
Tabel 2. Induk gurame jantan memiliki ciri tubuh dahi menonjol, pangkal sirip dada
berwarna keputihan dan perut langsing. Induk gurame betina memiliki ciri tubuh tidak
memiliki tonjolan pada dahi, pangkal sirip dada berwarna gelap kehitaman dan perut
agak lunak bila diraba. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sulhi (2010) mengenai
perbedaan induk gurame jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Perbedaan Ikan Gurami Jantan dan Betina


Ciri-ciri Jantan Betina
Umur 24-30 bulan 30-36 bulan
Bobot 1,5-2 kg/ekor 2-2,5 kg/ekor
Ciri sekunder Dagu lebih tebal Dagu tidak tebal
Dahi lebih menonjol Dahi tidak menonjol
Urogenital berbentuk meruncing Urogenital membulat
Warna lubang urogenital
Warna lubang urogenital memerah
memerah
Jika diurut keluar sperma Jika ditekan keluar telur
Perut tampak lebih ramping Perut lebih besar
Sirip dada berwarna putih Berwarna hitam pada sirip
Fekunditas - 1500-2500 butir/kg
Sumber: SNI (2000)

Tabel 3. Perbedaan Ikan Gurami Jantan dan Betina


Jantan Betina
Memiliki tonjolan jelas di dahi Tidak memiliki tonjolan jelas di dahi
Sirip ekor rata Sirip ekor membulat
Bibir tebal Bibir tipis
Gerak lincah Gerak lambat

20
Bentuk tubuh atau perut langsing Bentuk tubuh atau perut gendut
jika diletakkan di tempat datar ekor akan naik Ekor hanya bergerak-gerak
Sumber: Sulhi (2010)

Indukan yang digunakan dalam pemijahan ikan gurami di Balai Riset


Pemuliaan Ikan Sukamandi berumur empat tahun dengan berat badan 2 kg untuk induk
gurame jantan dan 2,5 kg untuk induk gurame betina. Menurut Sulhi (2010)
persyaratan khusus induk gurame untuk pembenihan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persyaratan Khusus Induk Gurami Untuk Pembenihan

Jantan Betina
Berat 2-2,5 kg/ekor Berat 2,5-3 kg/ekor
Umur minimal 2 tahun Umur minimal 2 tahun
Tonjolan pada kelamin terlihat jelas Perut membulat
Kekar dan lincah Alat kelamin kemerahan
Sumber: Suhli (2010)

5.1.3 Pemijahan
Teknik pemijahan merupakan proses perkawinan yang terjadi antara indukan
jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel telur dan terjadi di
luar tubuh ikan (eksternal). Pemijahan gurame dilakukan secara alami dengan sistem massal.
Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 3 dengan 1 ekor induk gurame jantan dan 3
ekor induk gurame betina. Perbandingan ini bertujuan agar pemijahan yang dilakukan lebih
efektif karena hampir semua sel ovum dapat dibuahi oleh sel sperma.
Indukan gurame di kolam pemijahan diberi pakan pellet terapung dengan dosis
1% dari biomassa, dan juga pemberian daun sente sebagai pakan tambahan sebanyak
2% dari biomassa dengan frekuensi dua hari sekali secara ad-libitum.

5.1.4 Pemanenan Telur


Pemanenan telur dilakukan dengan pemeriksaan sarang terlebih dahulu. Ciri
sarang berisi telur adalah terdapat lapisan minyak di atas permukaan air dekat sarang,
mulut sarang tertutup, biasanya induk jantan berada dekat sarang, jika sarang ditusuk

21
dengan jari telur akan terlihat keluar terapung di permukaan. Sarang yang telah
berisikan telur harus segera diangkat dengan perlahan-lahan pada pagi hari. Telur yang
terbuahi berwarna kuning bening dipisahkan dari telur yang rusak atau tidak terbuahi
berwarna kuning keputihan atau kuning pucat. Nilai derajat pembuahan telur atau FR
(fertilization rate) yang didapatkan adalah 74.62%. Menurut BSN (2000b), produksi
telur ikan gurame betina adalah 2.000 – 2.500 butir/induk.

5.1.5 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva


Telur gurami yang sudah diambil dari kolam di bawah ke hatchery gurami
untuk dilakukan penanganan. Sarang telur yang berada diember dipindahkan kedalam
baskom yang telah diisi air secara perlahan dan hati-hati. Telur akan keluar sendirinya
dan terapung kepermukaan air. Uraikan sarang secara perlahan agar telur tidak cacat
dan pecah. Telur ditaruh kedalam baskom yang sudah berisi air dengan ketinggian 15
cm. Telur gurame menetas sekitar 2-3 hari. Telur yang menetas menghasilkan larva
yang masih memiliki kuning telur. Menurut Lucas et al. (2015), larva yang baru
menetas tidak perlu diberi pakan karena masih memiliki cadangan makanan berupa
kuning telur. Kuning telur akan habis setelah 7 hari. Kuning telur akan diserap selama
beberapa hari sambil menunggu proses penyempurnaan alat pencernaan (Ghofur et al.,
2014). Nilai derajat penetasan telur atau HR (hatching rate) dan tingkat kelangsungan
hidup atau SR (survival rate) yang didapatkan secara berturut-turut adalah 94,47% dan
%. Besar kecilnya kelulus kehidupan dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi
jenis kelamin, keturunan, umur, reproduksi, ketahanan terhadap penyakit dan faktor
eksternal meliputi kualitas air, padat penebaran, jumlah dan komposisi kelengkapan
asam amino dalam pakan (Nugroho et al., 2015).
Larva segera diberi pakan alami cacing sutera setelah kuning telur habis.
Cacing sutera sangat baik bagi pertumbuhan ikan air tawar termasuk benih gurame post
larva karena kandungan proteinnya tinggi, selain itu umumnya kelas oligochaeta tidak
mempunyai kerangka skeleton sehingga mudah dan cepat dicerna dalam usus ikan
(Subandiyah et al., 2003). Cacing sutera mengandung 57 % protein, 13,30 % lemak

22
dan 2,04 % karbohidrat (Lucas et al., 2015). Frekuensi pemberian pakan alami cacing
sutera adalah sekali sehari dengan dosis satu wadah pakan penuh yaitu sekitar 47 gram.

5.2 Teknik Produksi Pakan Buatan

5.3 Hama Penyakit Ikan


Hama adalah hewan berukuran lebih besar dan bisa menyebabkan
berkurangnya jumlah ikan gurami. Beberapa jenis hama yang sering ditemukan
menyerang ikan gurame di brpi sukamandi adalah biawak.
Jamur yang biasanya menyerang larva gurame adalah Aphanomyces sp. Jamur
ini menyebabkan tubuh larva gurame berwarna lebih hitam atau gelap dan terdapat
seperti kapas putih pada bagian tubuh dan ekor ikan, sedangkan tingkah lakunya yaitu
ikan terapung di bawah permukaan air dan sesekali ikan berenang hiperaktif (Efrianti,
2013). Bakteri yang menyerang ikan gurame adalah bakteri Aeromonas sp. Yang
menyebabkan cacar ikan. Menurut Rosidah dan Wila (2012) upaya penanggulangan
terhadap serangan penyakit dapat dilakukan melalui tindakan pencegahan dengan cara
mengontrol kualitas air agar sesuai, pemberian pakan yang sesuai baik kualitas maupun
kuantitasnya, sedangkan pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia atau antibiotik.

5.4 Studi Kelayakan Bisnis


1. Analisis usaha Teknik pembenihan ikan gurami
Analisis usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu
jenis usaha (Boesono et. Al., 2011). Secara finansial kelayakan usaha dapat dianalisis
menggunakan beberapa indicator pendekatan analisis, seperti laba atau rugi dan
revenue cost ratio (R/C Ratio). Analisis usaha bertujuan untuk mengetahui layak atau
tidak layaknya usaha dilakukan. Usaha produksi yang dianalisis adalah unit
pembenihan ikan gurami.

23
Tabel Biaya Investasi dan Modal
No Komponen Jumlah Harga satuan (Rp) Total Harga (Rp)
1 Gedung hatchery 1 unit Rp. 10.000.000,- Rp. 10.000.000,-
2 Bak fiber (1 × 1 𝑚²) 9 buah Rp. 900.000,- Rp. 8.100.000,-
3 Sarana penetasan artemia 1 unit Rp. 260.000,- Rp. 260.000,-
4 Pompa air 200 watt 1 unit Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
5 Bak fiber sirkulasi 1 unit Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
6 Instalasi aerasi 1 unit Rp. 1.000.000,- Rp. 1.000.000,-
7 Genset 3000 watt 1 unit Rp. 2.000.000,- Rp. 2.000.000,-
8 Induk betina 6 ekor Rp. 200.000,- Rp. 1.200.000,-
9 Induk jantan 3 ekor Rp. 200.000,- Rp. 600.000,-
10 Jaring tangkap 1 unit Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
11 Selang sipon 5 meter Rp. 5.000,- Rp. 25.000,-
22 Timbangan Dgital 1 buah Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
13 Baskom 30 L 10 buah Rp. 50.000,- Rp. 500.000,-
14 Ember 10 L 2 buah Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-
15 Gayung pakan 2 buah Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
16 Seser 1 buah Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
17 Toples 10 l 1 buah Rp. 18.000,- Rp. 18.000,-
18 Tank Fiber Kuning 2 buah Rp. 760.000,- Rp. 1.520.000,-
19 Hand counter 5 buah Rp. 20.000,- Rp. 100.000,-
20 Centong 2 buah Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
21 Instalsi listrik 1 unit Rp. 250.000,- Rp. 250.000,-
22 Bamboo 5 batang Rp. 15.000,- Rp. 75.000,-
23 Sigmat jangka sorong 1 buah Rp. 30.000,- Rp. 30.000,-
24 Tabung o2 1 M3 Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
25 Tag reader 1 buah Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
26 Heater 8 buah Rp. 110.000,- Rp. 880.000,-
Jumlah Total Biaya Investasi Rp. 29.828.000,-

Tabel Biaya Variabel

Harga Satuan Total


No Komponen Jumlah
(Rp) (Rp)
1 Plastic packing 1 pack Rp. 25.000,- Rp. 20.000,-
2 Karet gelang 1 pack Rp. 15.000,- Rp. 10.000,-
3 Ijuk 4 kg Rp. 10.000,- Rp. 40.000,-
4 Artemia crysta 2 kaleng Rp. 850.000,- Rp. 1.700.000,-
5 Cacing sutra 200 liter Rp. 30.000,- Rp. 6.000.000,-
6 AT PLUS 2 sak Rp. 300.000,- Rp. 600.000,-
7 Saponin 3 kg Rp. 30.000,- Rp. 90.000,-
8 Kapur 1 sak Rp. 560.000,- Rp. 560.000,-

24
9 Keduk teplok 3/kolam Rp. 600.000,- Rp. 1.800.000,-
Jumlah Total Biaya Variabel Rp. 10.820.000,-

Tabel Biaya Tetap


Biaya
Umur Total Harga
No Komponen Penyusutan
Ekonomis (Rp)
(Rp)
1 Gedung hatchery 20 Rp. 10.000.000,- Rp. 500.000,-
2 Bak fiber (1 × 1 𝑚²) 10 Rp. 8.100.000,- Rp. 810.000,-
3 Sarana penetasan artemia 10 Rp. 260.000,- Rp. 26.000,-
4 Pompa air 200 watt 10 Rp. 600.000,- Rp. 60.000,-
5 Bak fiber sirkulasi 10 Rp. 1.000.000,- Rp. 100.000,-
6 Instalasi aerasi 10 Rp. 1.000.000,- Rp. 100.000,-
7 Genset 3000 watt 20 Rp. 2.000.000,- Rp. 100.000,-
8 Induk betina 4 Rp. 1.200.000,- Rp. 300.000,-
9 Induk jantan 4 Rp. 600.000,- Rp. 150.000,-
10 Jaring tangkap 5 Rp. 600.000,- Rp. 120.000,-
11 Selang sipon 1 Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
22 Timbangan Dgital 5 Rp. 250.000,- Rp. 50.000,-
13 Baskom 30 L 5 Rp. 500.000,- Rp. 100.000,-
14 Ember 10 L 5 Rp. 40.000,- Rp. 8.000,-
15 Gayung pakan 1 Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
16 Seser 1 Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
17 Toples 10 l 1 Rp. 18.000,- Rp. 18.000,-
18 Tank Fiber Kuning 15 Rp. 1.500.000,- Rp. 100.000,-
19 Hand counter 5 Rp. 100.000,- Rp. 20.000,-
20 Centong 1 Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
21 Instalsi listrik 10 Rp. 250.000,- Rp. 25.000,-
22 Bamboo 3 Rp. 75.000,- Rp. 25.000,-
23 Sigmat jangka sorong 5 Rp. 30.000,- Rp. 6.000,-
24 Tabung o2 10 Rp. 600.000,- Rp. 60.000,-
25 Tag reader 5 Rp. 150.000,- Rp. 30.000,-
26 Heater 2 Rp. 880.000,- Rp. 440.000,-
Jumlah Total Biaya Penyusutan Rp. 939.266

a. Perhitungan total biaya produksi (Pengeluaran)

Total biaya produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel


= Rp. 939.266 + Rp. 10.820.000
= Rp. 11.759.266,-

25
b. Perhitungan pendapatan

Pendapatan = Jumlah Produksi × Harga Benih


= 150.000 × 400,- (per ekor)
= Rp. 60.000.000,-

c. Perhitungan keuntungan

Keuntungan = Pendapatan – Total Biaya Produksi


= Rp. 60.000.000 - Rp. 11.759.266,-
= Rp. 48.240.734,-

d. Perhitungan Break Even Point (BEP) Harga Produksi


Total Biaya Produksi
BEP Harga =
Jumlah Produksi Benih
Rp.11.759.266
=
150.000

= 78,39/ekor

Artinya titik balik modal akan bisa tercapai jika harga dari benih sebesar Rp.
78,39/ekor.

e. Perhitungan Break Even Point (BEP) Volume Produksi


Total Biaya Produksi
BEP Produksi =
Harga Satuan Benih

Rp. 11.759.266
=
Rp. 400

= 29.398,165 ekor

Artinya titik balik modal akan tercapai bila produksi benih ikan mencapai 29.398,165
ekor.

f. Perhitungan Nilai Rentabilitas


Keuntungan
Rentabilitas = × 100 %
Biaya Investasi
Rp.48.240.734
= × 100 %
Rp.29.828.000

= 161,7 %

26
Hasil rentabilitas usaha pembenihan ikan gurami lebih besar dari bunga bank, usaha
pembenihan mas di BRPI Sukamandi ini menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

g. Perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C Rasio)


Total Pendapatan
Ratio =
Total Biaya Produksi

Rp. 60.000.000
=
Rp. 11.759.266
= 5,10

R/C Rasio hasilnya lebih besar dari 1, artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp. 1,-
akan memperoleh penerimaan Rp. 5,10 dengan demikian usaha ini menguntungkan.

h. Payback Periode (PP)


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 × 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑃𝐵𝑃 =
𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Rp. 29.828.000 × 1
𝑃𝐵𝑃 =
Rp. 48.240.734

= 0,61
Hasil tersebut menggambarkan bahwa seluruh modal investasi usaha pembenihan ini
akan Kembali dalam kurun waktu 0,61 tahun atau bulan.

27
BAB V. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktik umum yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan :
1. Pemijahan ikan gurami di BRPI Sukamandi dilakukan dengan teknik pemijahan
secara alami.
2. Proses pemijahan ikan gurami meliputi pemeliharaan induk,persiapan kolam
pemijahan dan bak pemeliharaan larva,pemijahan,penetasan telur,pemeliharaan
larva,dan pemeliharaan benih.
3. Persiapan kolam pemijahan meliputi beberapa tahapan yaitu
pengeringan,pemasangan sosok,pengisian air,persiapan sarang,dan
pemasangan paratag.
4. Persiapan pemeliharaan larva pada bak fiber meliputi pemasangan aerasi dan
heater

6.2 Saran
Teknik pembenihan ikan gurami di Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi
memiliki potensi yang sangat bagus,jika dilakukan peningkatan produksi akan menjadi
sangat baik.Ketersediaan cacing Tubifex sp. sebagai pakan benih masih tergantung
dengan kondisi alam.Selain itu,terbatasnya alat pengukuran kualitas air pada Hatchery
ikan gurami seperti pH meter dan DO meter yang digunakan untuk mengukur kualitas
air,sehingga harus meminjam dengan waktu yang terbatas.Pernyaataan tersebut,akan
lebih baik untuk menyediakan pasokan pakan yang cukup dan alat pengukur kualitas
air disetiap hatchery.

28
Daftar Pustaka

Ahmad . (1987). Pembenihan Ikan Gurami (Osphorenemus goramy) S K Sinar Tani 4


Februari 1987. Jakarta: Duta Karya Swasta.

Agromedia. (2007). Morfologi Ikan Gurami(osphronemus goramy). Jakarta.

Agustini, M. (2007). PERANAN PEMBERIAN KUNING TELUR DENGAN DOSIS


PENGENCERAN YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT
KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS.

Arthana, G. P. (2019). Potensi Pengembangan Budidaya Ikan Gurami (Osphronemus


goramy) Di Keramba Jaring Apung Danau Batur Kintamani Bali. Current
Trends in Aquatic Science II, 40-47.

Ayi Yustiati, d. (2018). BUDIDIDAYA POLIKULTUR IKAN GURAME


(Osphronemus gouramy) DENGAN UDANG GALAH (Macrobrachium
rosenbergii) . Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 44-46.

Azizi, Y. d. (1993). Pertumbuhan Ikan Gurami. Jakarta: Anonimus 2004.

Dra. Wisnuwati, M. (2018). APLIKASI BIOTEKNOLOGI PADA BIDANG


PERIKANAN DAN KELAUTAN. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian.

Eka Ayu Afriayanti, d. (2020). Kinerja pertumbuhan pakan ikan guramiOsphronemus


gouramy Lacepede,1801 yang diberi pakan kombinasi tepung ikan dan
tepung azolla. Jurnal iktiologi Indonesia, 131-141.

Fatma Tombinawa, d. (2016). Daya Tetas Artemia sp. menggunakan Air Bersalinitas
Buatan dengan Jenis Garam Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 4:2.

Hadiroseyani, H. H. (2009). Pengendalian Infestasi Monogenea Ektoparasit Benih Ikan


NIla GIft(Oreochomis niloticus) Penambahan Garam. Jurnal Akuakultur
Indonesia 8(2), :31-38.

Hiola, R. (2014). Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Penetasan Kista Artemia
sp di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Provinsi Grontalo. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, 2:2.

Ihsanudin, I. .. (2014). Pengaruh Pemberian Rekombinan Hormon Pertumbuhan (Rgh)


Melalui Metode Oral dengan interval waktu yang berbeda terhadap
pertumbuhan dan kelulushidupan Benih Ikan 69

29
Nila Larasati (Oreochromis Niloticus). Journal of Aquaculture Management and
Technology, Vol 3(2) hal 94-102.
Ikan Gurami Sebagai Ikan Budidaya. (2011). Yogyakarta: Akademi perikanan
Yogyakarta.

Irianto, K. (2007). Mikrobiologi. Bandung: Y rama Widya.

J, H. (n.d.). Riset Pemasaran. Universitas Gunadarma.

K, K. d. (2003). Pembenihan dan pembesaran Gurami secara intensif. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Katon Adhi Wicaksono, d. (2016). ANALISIS KARAKTER REPRODUKSI IKAN


NILA PANDU (F6) (Oreochromis niloticus) DENGAN STRAIN IKAN
NILA MERAH LOKAL KEDUNG OMBO DENGAN
MENGGUNAKAN SISTEM RESIPROKAL . Journal of Aquaculture
Management and Technology, 8-16.

Khairuman, S. K. (2008). Peluang Usaha Budidaya Cacing Sutra Sutra : Pakan Alami
Bagi IKan Hias. Jakarta: Agromedia Pustaka.

M.Nizar, A. F. (2017). Pengaruh Penambahan Probiotik Dengan Dosis Berbeda Pada


Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Rasio Konversi Pakan (Fcr) Ikan Nila.
Median, vol IX : 2.

MI, E. (2004). Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusatama.

Mulyadi., U. T. (2014). Sistem Resirkulasi Dengan Menggunakan Filter Yang Berbeda


Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia 2 (2), 117-124.

Nurul Rahmatilah,sadikin amir,zaenal abidin. (2013). Tingkat Penetasan telur dan


pertumbuhan benih ikan gurami(osphorenemus gouramy) pada suhu yang
berbeda. Jurnal perikanan Unram, 3 :40-47.

Prihatono, E. (2007). Permasalahan Gurami dan Solusinya. Jakarta: Penebar Swadaya.


Rita Febrianti, S. d. (2015). PERIODE BUKAAN MULUT, LAJU SERAPAN
KUNING TELUR, DAN PANJANG TOTAL PADA LARVA IKAN
GURAMI. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur .

Yudha Galih Wibawa, d. (2018). PEMELIHARAAN BENIH IKAN GURAME


(OSPHRONEMUS GOURAMY) DENGAN FREKUENSI PEMBERIAN
PAKAN YANG BERBEDA. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 28-36.

30

Anda mungkin juga menyukai