Anda di halaman 1dari 15

Proposal Budi Daya Ikan Gurame

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan gurami (Oshpronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan asli Indonesia dan berasal
dari perairan daerah Jawa Barat. Ikan ini merupakan salah satu komoditi perikanan air
tawar yang cukup penting apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan
harganya yang relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas,
nila, tambakan dan tawes, dan merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi.
Bagi masyarakat umum, ikan ini dipandang sebagai salah satu ikan bergengsi dan biasanya
disajikan pada acara-acara yang dianggap penting. Oleh sebab itu, tidak mengherankan
apabila ikan gurami menjadi salah satu komoditi unggulan di sektor perikanan air tawar.

Umumnya budidaya ikan gurami masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan teknologi
semi intensif. Masa pemeliharaanya relatif lama sehingga dilakukan dalam beberapa tahap
pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, tahap pendederan dan tahap pembesaran, dimana
pada masing-masing tahapan menghasilkan produk yang dapat di pasarkan secara
tersendiri.

Pasar ikan gurami mengandalkan pada permintaan domestik. Namun demikian prospek
bisnisnya cukup menjanjikan mengingat permintaan dari masyarakat yang cukup besar.
Ikan gurami lebih digemari dijual dalam keadaan hidup atau segar, dan biasanya harganya
juga lebih tinggi dalam keadaan hidup. Sementara itu, belum diperoleh informasi mengenai
diversifikasi produk olahan dari ikan ini kecuali dalam bentuk fillet.

Usaha pembenihan dan pendederan ikan di Kota banjar telah berkembang sejak lama dan
dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun menurun sehingga umumnya sudah
menguasai keterampilan dan pengetahuan budidayanya. Alasan lain yang membuat
masyarakat setempat memelihara ikan gurami adalah karena mudah dipelihara dan
dipasarkan, harga cukup tinggi, serta penggunaan lahan untuk budidaya ikan menghasilkan
nilai ekonomi yang lebih tinggi terutama bila dibandingkan dengan menanam padi. Dari
segi kondisi lingkungan, berkembangnya usaha budidaya ikan gurami ini juga didukung
oleh tersedianya kuantitas dan kualitas air yang mencukupi dan pemenuhan aspek-aspek
teknis yang sesuai untuk pengembangan usaha pembenihan dan pendederan ikan gurami.

Pembinaan terhadap pembudidaya ikan dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan
(Disnakan), dimana Disnakan mempunyai Balai Benih Ikan (BBI) sebagai unit pelaksana
teknis yang tersebar di beberapa tempat. Adapun fasilitas yang diberikan oleh Disnakan
kepada para pembudidaya ikan adalah berupa :

1. Penyuluhan mengenai teknis dan administasi usaha yang dilaksanakan pada


pertemuan rutin kelompok tani
2. Penyediaan benih unggul ikan gurami, yang disediakan oleh BBI dan petani UPR
(Unit Pembenihan Rakyat)
3. Pelatihan mengenai teknis budidaya ikan gurami.

Sebagian besar pembudidayaan ikan (80%) masih menggunakan teknologi semi intensif
dan tradisional, dan hanya sekitar 20% saja yang menggunakan teknologi intensif.
Penggunaan teknologi ini erat kaitannya dengan terbatasnya dana/modal yang dimiliki oleh
pembudidaya. Pakan ikan yang digunakan di Kota banjaradalah pakan organik berupa
daun-daunan (umumnya) menggunakan daun sente sedang untuk antibiotik digunakan daun
lembesan. Penggunaan daun-daunan sebagai makanan dan antibiotik di percayai membuat
mutu ikan produksi daerah Banjar dikenal lebih baik dibandingkan dengan daerah produsen
lainnya yang menggunakan pakan palet, hal tersebut tercermin dari rasa daging yang lebih
enak, ketahanan ikan terhadap penyakit dan tidak berbau lumpur. Kualitas ikan ini
didukung oleh kualitas air yang sesuai untuk penggunaan daun-daunan saja untuk pakan
diakui mengakibatkan pertumbuhan benih ikan sampai ukuran konsumsi lebih lambat
dibandingkan penggunaan pelet. Untuk mengatasi hal ini di beberapa petani, telah pula
menggunakan pakan kombinasi antara daun-daunan dan pelet. Penggunaan pakan
kombinasi antara pelet dan daun-daunan juga dilaksanakan dalam budidaya pembesaran
ikan gurami di Banjar.

Usaha budidaya umumnya dilaksanakan oleh pembudidaya ikan sendiri dengan


memperkerjakan beberapa tenaga harian, tergantung luas lahan budidaya. Penggunaan
tenaga tetap akan tergantung pada kondisi usaha pada saat itu. Apabila kondisi usaha
sedang baik yang dilihat dari harga ikan, maka akan menggunakan tenaga tetap sedangkan
jika kondisi usaha sedang menurun maka tenaga tetap tidak digunakan. Kualifikasi tenaga
kerja umumnya dapat terbagai atas 2 jenis yaitu tenaga kerja kasar misalnya untuk
pemeliharaan kolam, dan tenaga yang lebih terampil untuk pemeliharaan dan pemanenan
ikan.

Pemasaran dilakukan sendiri-sendiri oleh para pembudidaya dan umumnya masing-masing


telah mempunyai pelanggan. Daerah pemasaran meliputi wilayah lokal dan sekitarnya.

Profesi ganda pembudidaya sebagai pedagang ikan menurut pengalaman bank juga dapat
mempengaruhi kelancaran kredit, karena pada saat harga ikan gurami mengalami
penurunan debitur tetap dapat memperoleh penghasilan dari usaha jual beli ikan gurami
maupun campuran. Bimbingan teknis dari dinas terkait tidak dipersyaratkan oleh bank
dalam perjanjian kreditnya namun hal ini berlangsung secara informal. Apabila terdapat
masalah pada teknis budidaya, bank akan menjembatani permasalahan tersebut kepada
dinas terkait untuk penangannya. Permasalahan yang biasanya dihadapi pembudidaya
adalah penyakit pada ikan yang dapat menyebabkan tingginya kematian ikan dan
selanjutnya mengakibatkan debitur mengalami kesulitan dalam pembayaran angsuran.

Analisis kredit dilakukan dengan menerapkan prinsip 5C dengan menekankan pada aspek
karakter calon debitur. Namun mengingat karakter sulit dinilai, biasanya didasarkan pada
aspek jaminan. Di samping itu prospek pemasaran dan sistem pembayaran dalam usaha
juga tetap menjadi perhatian penting karena aspek pemasaran diakui merupakan faktor
penting yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pendederan ikan Gurame ini, antara lain :


1. Mengembagkan potensi budiddaya ikan gurame yang telah ada dari metoda
konvensional / tradisional menjadi budidaya yang intensif, sehingga dapat memenuhi
permintaan pasar baik lokal, nasional dan internasional.
2. Menjadikan Kota Banjar sebagai icon produsen ikan gurame yang tangguh dan
menjadi pusat stok ikan gurame nasional.
BAB II
KEADAAN UMUM
KELOMPOK MEKAR SANGKURIANG

2.1.Organisasi Project

Nama Organisasi : Kelompok Mekar Sangkuriang


Bentuk Usaha : Budidaya Ikan Gurame
retariat : Wilayah Mekarharja Kec. Purwaharja Kota Banjar Jawa Barat.
: Wilayah Mekarharja Kec. Purwaharja Kota Banjar Jawa Barat

2.2.Pelaksana Project

Ketua : Sagiman
Sekretaris : H Abdul Rohim
Bendahara : Niah Jayanti
Anggota : Simin
Wandi
Paimun

2.3.Sasaran Kegiatan Pengembangan Ikan Gurame

Sasaran pendederanIkan Gurame ini adalah para petani Ikan Gurame tradisional. Dengan
program ini petani dapat meningkatkan produksinya dengan perubahan system dari
tradisional menjadi system intensif. Dengan bertambahnya produksi akan memberikan
kontribusi terhadap pasokan Ikan Gurame di pasaran.

2.4.Pembinaan Pendederan Ikan Gurame

Pembinaan penegambangan Ikan Gurame ini dilaksanakan bekerjasama dengan dinas


pertanian dan pihak lainnya, antara lain :
Penasehat Program : Kepala Dinas Pertanian Kota Banjar
Pembinaan : Dinas Pertanian
Dinas Perindag.

2.5.Mekanisme Pelaksanaan Usaha


Pengembangan Ikan Gurame ini , jika dikelola dengan baik diprediksikan cukup
menjanjikan sebagai suatu usaha yang menguntungkan secara finansial dan memberikan
manfaat sosial ekonomi berupa perluasan kesempatan berusaha bagi masyarakat di
pedesaan. Sehubungan hal tersebut Kelompok Sangkuriang akan merintis usaha tersebut
dan menghimpun para petani Ikan Gurame dalam suatu kelompok dengan nama
“Kelompok Usaha Ikan Gurame”.

Kegiatan usaha dikembangkan dengan pola kerjasama antara petani sebagai plasma dan
Kelompok Sangkuriang sebagai inti. Dalam operasional inti lebih berperan dalam
memberikan bimbingan pengelolaan usaha dan pemasaran hasil produksi.

Guna pengembangan usaha, selain melaksanakan program kerjasama inti – plasma, akan
dikembangkan hubungan kerjasa dengan penyalur sarana produksi, pelaku bisnis tataniaga
Ikan Gurame dan dinas / instansi terkait.

2.6.Sistem Kerjasama

Usaha ini dilaksanakan oleh petani pembudidaya Ikan Gurame dengan mendapat bantuan
modal produksi. Modal ini diharapkan dapat bergulir kepada petani lainnya yang besarnya
sesuai dengan yang diperoleh.

Kerjasama antara inti dengan plasma pada dasarnya adalah forum kerjasama dan
pengalokasian manfaat maupun resiko. Plasma dapat memanfaatkan sumberdaya modal,
manajemen dan teknologi yang dimiliki inti, sedangkan inti dapat meningkatkan
produktivitas sumberdaya lahan dan tenaga kerja yang dimiliki plasma untuk kepentingan
dan keuntungan bersama.
BAB III
RENCANA KEGIATAN

2.1. Lokasi

Pengembangan budidaya Ikan Gurame ini akan dilaksanakan di Kota Banjar dengan
maksud lebih mengintensifkan usaha ini. Untuk memenuhi permintaan pasar yang ada
dengan ukuran ikan sesuai dengan permintaan. Lokasi pengembangan di Wilayah
Makarharja Kec. Purwaharja Kota Banjar Jawa Barat.

Untuk memenuhi persyaratan lokasi budidaya, masih memerlukan penataan dan


pengembangan sesuai persyaratan teknis agar dapat mendukung system yang akan
diterapkan.

3.2. Rencana Pengembangan Usaha

Kegiatan Persiapan dan supervisi ini meliputi :


1. Perbaikan Kolam dan pembuatan kolam
2. Pengadaan Induk dan benih Ikan Gurame
3. pengadaan pakan
4. pengadaan alat perikanan
5. pengadaan pupuk dan obat-obatan.

Kegiatan Produksi :
Kegiatan Budidaya ikan lele Dumbo dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Usaha Pembenihan Ikan Gurame akan berlangsung selama 2 bulan ( satu siklus
produksi), diharapkan dalam waktu tersebut ikan dapat dipanen dalam ukuran benih
( 6 – 7 cm /ekor) yang siap dibesarkan di kolam pembesaran .

2. Usaha Pembesaran Ikan Gurame akan berlangsung selama 3 bulan, diharapkan


dalam waktu tersebut ikan dapat dipanen dalam ukuran konsumsi yang dibutuhkan
pasar.
3. Kegiatan Pasca Panen dan Pemasaran :

Penanganan pascapanen sangat menentukan harga pasar karena dalam penanganan ini
kondisi ikan tetap segar sampai ke konsumen. Untuk itulah penanganannya harus dilakukan
secara hati-hati sesuai dengan aturan teknis pasca panen yang standar.
Untuk saat ini pemasarannya untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan kota-kota besar.
BAB IV
ANALISIS USAHA BUDIDAYA IKAN GURAME

4.1 Analisis Usaha Pembenihan Ikan Gurame


KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL
Biaya investasi meliputi biaya perizinan, sewa tanah, konstruksi kolam dan bangunan
(rumah jaga/gudang), peralatan perikanan dan peralatan lainnya. Jumlah seluruh biaya
investasi pada awal proyek adalah Rp. 61.500.000 Biaya konstruksi kolam meliputi
pembuatan bak kontrol dan konstruksi pendederan. Selama periode proyek ada investasi
ulang (re-investasi) untuk biaya sewa tanah, peralatan perikanan dan peralatan lainnya..

Dari tabel di atas dapat diketahui untuk kebutuhan Modal keseluruhan adalah sebesar Rp
103.100.000. yan terdiri modal investasi sebesar Rp 61.500.000 dan biaya operasional
sebesar Rp 36.600.000. dan kas minimal sebesar Rp 5.000.000.

Sumber Dana

Untuk kebutuhan dana sebesar Rp. 103.100.000 bersumber dari modal kelompok sebesar
Rp 5.000.000 yaitu berupa uang patty cash atau uang kas minimal dan bantuan pemerintah
sebesar Rp.98.100.000

PROYEKSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN


Produksi dari pola 1 adalah benih gurami dengan berat 20-25 gram, sedangkan produksi
dari pola 2 adalah gurami konsumsi dengan berat > 500 gram. Oleh karena sistem budidaya
kedua pola ini adalah monokultur maka tidak ada produk sampingan. Pendapatan adalah
produksi dikalikan dengan harga jual, dimana untuk pola 1 harga jual adalah Rp 28.000/Kg
sedangkan pola pembesarab harga jual Rp 28.000 per kg. Produksi dan pendapatan
disajikan dalam tabel berikut ini.dalam perhitungan perbulan dan pendapatan pertahun serta
adanya target realiasasi pendapatan.

PROYEKSI BIAYA
Dari tabel di atas diketahui bahwa kebutuhan biaya operasional sebulan Rp 34.300.000.

PROYEKSI LABA RUGI


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Tingkat EAT untuk tahun pertama sebesar Rp.
52.462.667

ANALISA INVESTASI
AVERAGE RATE OF RETURN (ARR)

Metode ini mengukur perbandingan (ratio) antara rata-rata keuntungan setelah pajak
dengan rata-rata investasi. Dengan formula

ARR= Rata-rata keuntungan bersih tahunan menurut buku


Rata-rata investasi
:Kesederhanaan metode ini menjadi ciri utamanya. Mudah dilakukan dari data akuntansi
yang tersedia. Halnya kemudian dibandingkan dengan tingkat margin tertentu, diterima
atau ditolaknya usulan investasi tersebut. Kelemahan utama dari metode ini adalah
keuntungan didasarkan pada keuntungan berdasarkan laporan akuntansi, dan bukannya
mendasarkan diri atas aliran kas, dan tidak memperhatikan nilai waktu uang (time value of
money),
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa ARR yaitu rata-rata laba
setelah pajak (EAT) sebesar Rp 90.189.00 lebih besar dari tingkat investasi sebesar Rp
51.550.000. Ini berarti menurut analisa ARR investasi budidaya ikan gurame layak
dilakukan.

PAYBACK PERIOD

Periode “Payback” menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan
bisa kembali. Periode “payback” menunjukkan perbandingan antara “initial invesment”
dengan aliran kas tahunan. Dengan rumus umum sebagai berkut : Apabila periode
“payback” kurang dari suatu periode yang telah ditentukan, proyek tersebut diterima,
apabila tidak, proyek tersebut Ditolak .Kelemahan utama dari metode “payback” ini adalah
tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah periode payback, sedangkan engan NPV
masih diperhatikannya alaran kas masuk sampai selesainya waktu periode proyek. Metode
payback ini banyak digunakan untuk melengkapi metode lain.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa PP dimana periode yang dihasilkan
selama 1 tahun 4 bulan lebih kecil dari umur ekomis selama 5 tahun Ini berarti menurut
analisa ARR investasi budidaya ikan gurame layak dilakukan

INTERNAL RATE OF RETURN

Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat
pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai
sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama
dengan nol.
Penerimaan atau penolakan usulan investasi ini adalah dengan membandingkan IRR
dengan tingkat margin yang disyaratkan (requiredrate of return). Apabila IRR lebih besar
dari pada tingkat margin yang disyaratkan maka proyek tersebut iterima, apabila lebih kecil
diterima.
Kelemahan secara mendasar menurut teori memang hampir tidak ada, namun dalam
praktek penghitungan untuk menentukan IRR tersebut masih memerlukan penghitungan
NPV
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa iRR 77,.80% lebih besar dari tingkat
margin bank yang sebesar 20 %. Ini berarti menurut analisa IRR investasi budidaya ikan
gurame layak dilakukan

NET PRESENT VALUE

Untuk menutupi kelemahan pada metode-metode lain.NPV sebesar nol menyiratkan bahwa
arus kas proyek sudah mencukupi untuk membayar kembali modal yang diinvestasikan dan
memberikan tingkat pengembalian yang diperlukan atas modal tersebut. Jika proyek
memiliki NPV positif, maka proyek tersebut menghasilkan lebih banyak kas dari yang
dibutuhkan untuk menutup utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada
pemilik perusahaan. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil proyek yang memiliki
NPV positif, maka posisi pemilik meningkat.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa dengan analisa NPV, nilai NPV sebesar Rp
154.188.031 lebih besar dari 0. Ini berarti menurut analisa ARR investasi budidaya ikan
gurame layak dilakukan

PROFITABILITY INDEX

Profitability index atau benefit cost ratio adalah perbandingan antara nilai sekarang dari
aliran kas masuk di masa yang akan datang dengan nilai investasi. Ini dinyatakan sebagai :
Selama PI tersebut sama dengan atau lebih besar dari satu, maka kita akan menerima usulan
investasi tersebut. Secara umum Kalau metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu
usulan investasi, maka hasilnya akan selalu konsisten. Dengan kata lain., kalau NPV
mengatakan diterima, maka PI juga mengatakan diterima. Demikian pula sebaliknya.
Sehingga untuk menghitung PI harus terlebih dahulu menghitung NPV dan ada beberapa
kasus lain, dimana setelah perhitungan PI belum dapat mengambil keputusan,sebelum
dikembalikan ke metode NPV
ANALISA SEMUA KRITERIA

Dari lima kriteria penilaian investasi dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan
gurama layak untuk di usahakan.
BAB V
ANGGARAN BIAYA BUDIDAYA IKAN GURAME

5.1. Pembenihan Ikan Gurame


Anggaran yang dibutuhkan untuk 1 unit usaha pembenihan dalam satu periode yaitu :

 Biaya investasi per unit Rp 2.000.000,00 untuk 1 unit Rp. 2.000.000,00


 Biaya Produksi per unit Rp 1.000.000,00 untuk1 unit Rp. 1000.000,00

Total anggaran yang dibutuhkan untuk 1 unit pembenihan yaitu (Biaya investasi + Biaya
Produksi) :
Rp 3.000.000,00 ( tIga juta rupiah)

5.2. Pembesaran Ikan gurame


Anggaran yang dibutuhkan untuk 1 unit usaha pembesaran dalam satu periode yaitu :

 Biaya investasi per unit Rp 1000.000,00 untuk 1 unit Rp. 1000.000,00


 Biaya Produksi per unit Rp 1000.000,00 untuk 1 unit Rp.1000.000,00

Total anggaran yang dibutuhkan untuk 1 unit pembenihan yaitu (Biaya investasi + Biaya
Produksi) :
Rp 2.000.000 ( dua juta rupiah)

5.2. Total Anggaran untuk Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo

 Usaha pembenihan Rp 3.000.000,00


 Usaha Pembesaran Rp 2.000.000,00

Jumlah Rp 5.000.000,00
( lima juta rupiah )
BAB VI
PENUTUP

Usaha Pengembangan Ikan Gurame ini yang berorietasi kepada ekonomi kerakyatan
merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan ekonomi dan sosial di negara kita.
Melalui usaha ini diharapkan mempunyai manfaat ganda , berupa penyediaan lapangan
kerja / kesempatan berusaha di daerah pedesaan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha baik pebenihan maupun pembesaran ikan
Gurame sangat menguntungkan. Selain itu, usaha tersebut tidak memerlukan lahan yang
luas serta kebutuhan akan air baik kualitas maupun kuantitasnya tidak sebanyak seperti ikan
jenis lainya, sehingga budidaya ini dapat memanfaatkan lahan pekarangan baik di pedesaan
maupun perkotaan.

Demikian rencana pengembangan Ikan Gurame di Kota Banjar, semoga proposal dapat
menjadi pertimbangan dan pada akhirnya terealisasi. Semoga Allah SWT meridhoi kita
semua.

Banjar, 7 Oktober 2010


Kelompok Usaha Sangkuriang
Kota Banjar

Ketua Sekretaris

Sagiman H Abdul Rohim


Mengetahui,

Kepala Desa Mekarharja

Drs Saefulloh
PROPOSAL
BUDIDAYA IKAN GURAME

KELOMPOK BUDIDAYA IKAN


“MEKAR SANGKURIANG”
Wilayah Cibentang Desa Mekarharja Kec Purwaharja
Kota Banjar
Jawa Barat
SURAT KUASA

Bismillahir Rahmanirohim

Yang bertandatangan dibawah ini :

1. Nama : Simin
Alamat : Dsn Cibentang Desa Mekarharja Kec Purwaharja Kota Banjar
Jabatan : Anggota

2. Nama : Wandi
Alamat : Dsn Cibentang Desa Mekarharja Kec Purwaharja Kota Banjar
Jabatan : Anggota

3. Nama : Paimun
Alamat : Dsn Cibentang Desa Mekarharja Kec Purwaharja Kota Banjar
Jabatan : Anggota

Sebagai anggota kelompok usaha Sangkuriang memberikan kuasa kepada :

1. Nama : Sagiman
Alamat : Dsn Cibentang Desa Mekarharja Kec Purwaharja Kota Banjar
Jabatan : Ketua

2. Nama : Niah Jayanti


Alamat : Dsn Cibentang Desa Mekarharja Kec Purwaharja Kota Banjar
Jabatan : Bendahar

Untuk membuat rekening tabungan di Bank Jabar guna keperluan bantuan usaha.
Demikian surat kuasa ini harap digunakan sebagaiman mestinya.

Mekarharja, 25 Mei 2010

Anggota Kelompok Usaha


Sangkuriang

( Simin ) ( Wandi ) ( Paimun )


SURAT KUASA

Bismillahir Rahmanirohim

Yang bertandatangan dibawah ini :

1. Nama : Ahud M
Alamat : Dsn Pangadegan Kel Hegarsari Kec Pataruman Kota Banjar
Jabatan : Anggota

2. Nama : Darso
Alamat : Dsn Pangadegan Kel Hegarsari Kec Pataruman Kota Banjar
Jabatan : Anggota

3. Nama : Ahri
Alamat : Dsn Pangadegan Kel Hegarsari Kec Pataruman Kota Banjar
Jabatan : Anggota

Sebagai anggota kelompok usaha Sangkuriang memberikan kuasa kepada :

1. Nama : Jaja
Alamat : Dsn Pangadegan Kel Hegarsari Kec Pataruman Kota Banjar
Jabatan : Ketua

2. Nama : Hadiman
Alamat : Dsn Pangadegan Kel Hegarsari Kec Pataruman Kota Banjar
Jabatan : Bendahara

Untuk membuat rekening tabungan di Bank Jabar guna keperluan bantuan usaha.
Demikian surat kuasa ini harap digunakan sebagaiman mestinya.

Hegarsari, 25 Mei 2010

Anggota Kelompok Usaha


Lele Bodas

( Ahud ) ( Darso ) ( Ahri )

Anda mungkin juga menyukai