Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA IKAN GURAME

TUGAS KEWIRAUSAHAAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Iswanto
Stephen Kusuma
Razi Alkhair
Eri Sandi
Willian Andres
Rama Ihsan
Jossep Alfredo
Saprian Mahendra
Suharyuno

SMKN 1 TEMBILAHAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
Budidaya Ikan Gurame

BUDIDAYA IKAN GURAME


1. Ikan Gurame

Sejarah singkat ikan gurame


Gurame merupakan ikan asli perairan Indonesia yang diperkirakan sudah dipelihara sejak
zaman Raja Galuh di Priangan Timur, yang sekarang menjadi kabupaten Ciamis. Pada saat itu gurame
hanya dinikmati oleh kalangan kerajaan. Pemeliharaan gurame lalu menyebar ke berbagai daerah di
Ciamis seperti Cikoneng, Cijeungjing, Purbaratu, Sadananya, Bojongnangka, Sikamenak, Cibodas,
Galunggung, Kawalu, lalu ke Singaparna di Tasikmalaya.

Klasifikasi ikan gurame


Di berbagai Daerah, gurame dikenal dengan berbagai sebutan, di antaranya, gurameh (Jawa),
gurame (Sunda, Betawi), kalau, kala, alui (Sumatera). Dalam bahasa Inggris, gurami disebut giant
gouramy. Menurut Bleeker yang kemudian disempurnakan oleh Sunier, Weber, dan De Beaufort,
klasifikasi gurami sebagai berikut.
Filum

: Cordata

Suku

: Anabantidae
: Osphronemus

Subfilum

: Vertebrata

Marga

Kelas

: Pisces

Spesies

Bangsa

: Labirinthici

Budidaya Ikan Gurame

: Osphronemus gouramy Lac.

Morfologi Ikan Gurame

Bentuk badan oval agak panjang, pipih, dan punggung tinggi


Mulut kecil, dengan rahang atas dan bawah tidak rata. Di bagian rahang terdapat gigi-gigi
kecil berbentuk kerucut. Deretan gigi sebelah luar lebih besar dibandingkan dengan gigi

sebelah dalam. Ikan yang sudah tua memiliki dagu menonjol.


Badan berwarna kecoklatan dengan bintik hitam pada sirip dada. Ukuran sisik besar.
Pada jari pertama sirip perut terdapat alat peraba berupa benang panjang.
Memiliki alat pernapasan tambahan (labirin) yang berfungsi menghirup oksigen langsung dari
udara. Alat berupa selaput yang berkelok-kelok dan menonjol ini terdapat di tepi atas insang
pertama. Pada labirin terdapat pembuluh kapiler yang memungkinkan gurami untuk

mengambil oksigen langsung dari udaha dan menyimpannya.


Pada gurame muda, di depan sirip duburnya terdapat bintik hitam yang menandakan bahwa

gurami itu masih berusia muda.


Pada ikan yang sudah tua, terdapat duri di sirip punggung dan sirip dubur yang ukurannya
akan semakin besar.

2. Jenis-jenis Ikan Gurame


R.O Adiwinata mengelompokkan gurame menjadi dua strain yakni gurame soang dan
gurame jepun. Dari kedua jenis gurame inilah diperkirakan lahir berbagai jenis baru yang kita
kenal sekarang. Akan tetapi, gurami jenis baru ini umumnya tidak dibudidayakan untuk
tujuan konsumsi, hanya sebagai kan hias.

Gurame Soang
Gurame soang ini juga dikenal sebagai gurami jawa barat karena pada awalnya

banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di Ciamis dan sekitarnya. Gurame jantan memiliki
dahi yang lebih menonjol dibandingkan gurami betina. Semakin dewasa, bentuk dahi
semakin menonjol ke atas seperti kepala angsa (soang Sunda). Karena itulah, gurame jenis
ini disebut gurame soang.

Gurame Jepun
Gurame Jepun dikenal dengan nama gurame jawa tengah atau gurami purwokerto.

Ukuran tubuhnya lebih kecil, panjangnya maksimal 45 cm dengan bobot 3,5 4 kg.

Tubuhnya berwarna hitam dengan sisik kecil-kecil. Produksi telurnya 2.000 3.000 butir
telur per periode bertelur.

Gurame Bastar
Gurame lain yang banyak dikenal oleh petani di Jawa Barat ialah gurame bastar.

Gurami bersisik besar ini berwarna agak kehitaman dengan kepala putih. Sosoknya bongsor
seperti gurami soang, tetapi kepalanya tidak terlalu nongnong. Laju pertumbuhannya pun
cepat. Sayangnya, produksi telurnya hanya 2.000 3.000 butir setiap kali memijah.

Gurame Bluesafir
Gurame bluesafir ini tubuhnya berwarna merah mudah cerah. Berat maksimum hanya

2 kg/ekor. Sekali memijah, induk betina menghasilkan sekitar 6.000 butir terlur. Gurami ini
biasa dijadikan hiasan akuarium.

Gurami Paris
Tubuh gurami jenis ini berwarna dasar merah muda cerah mirip gurami bluesafir.

Kepalanya berwarna putih dan terdapat bintik atau totol hitam di sekujur tubuhnya. Bobot
maksimum hanya 1,5 kg/ekor. Gurame paris mampu menghasilkan sekitar 5.000 butir telur
sekali memijah. Jenis ini tergolong tidak produktif untuk dijadikan gurami konsumsi.

Gurame Porselen
Tubuhnya berwarna merah muda cerah dengan bagian bawah tubuh putih. Ukuran

kepala relatif kecil. Gurame porselen mampu menghasilkan telur sampai 10.000 butir sekali
memijah. Gurami ini dicari sebagai benih unggul.

Gurame Kapas
Warnanya putih keperakan seperti kapas. Sisiknya kasar dan besar. Bobotnya hanya

mencapai 1,5 kg/ekor. Sementara itu, produksi telurnya hanya 3.000 butir sekali memijah.

Gurame Batu
Warnanya hitam merata dan sisiknya kasar. Pertumbuhannya termasuk lamban. Pada

umur 13 bulan bobot hanya mencapai 0,5 kilogram. Karena itu, gurami ini sangat tidak
produktif untuk dibudidayakan sebagai gurame konsumsi.

3. Langkah Awal Pembudidayaan Ikan Gurame


Budidaya ikan gurame memiliki prospek yang sangat bagus. Permintaan yang tinggi,
produksi yang masih kurang, dan harga yang stabil adalah tiga hal mendasar yang menjadi
bukti betapa bisnis ini layak untuk mendapat perhatian. Selain ketiga hal itu, harga gurame
juga terbilang lebih tinggi dibandingkan ikan air tawar lainnya yang membuatnya relatif lebih
menguntungkan.
Disamping potensi itu, faktor pendukung budidaya gurame juga sangat memadai.
Ketersediaan lahan yang masih luas, data dan informasi tentang teknik budidayanya yang
memadai, pakan yang tersedia sepanjang waktu, dan benih gurame yang banyak dihasilkan
oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI).
A. Pemilihan Lokasi Budidaya
Gurame memang dapat hidup di sembarang tempat. Namun, tetap saja kondisi lahan
sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnyanya. Faktor-faktor yang penentu kualitas
lahan antara lain kondisi tanah, suhu air, keasaman air, oksigen, dan tingkat kesuburan air.
Syarat tumbuh optimal:

Ketinggian 20 500 m dpl.


Jenis tanah berstektur liat yang gembur dengan kandungan pasir 40%.
Suhu 25 28 C
pH ideal 6,5 7 dengan kesadahan 7 HD
Oksigen yang memadai
Air kaya mineral dan zat-zat hara

B. Persiapan Sebelum Budidaya Gurame


Sebelum pelaksanaan budi daya gurame, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Yang
paling penting tentunya adalah pembuatan kolam. Kondisi kolam sangat menentukan berhasil
tidaknya usaha budi daya gurame.

Ada beberapa kolam yang harus dimiliki dalam budidaya gurame.

Kolam perawatan induk. Kolam ini berfungsi untuk mempersiapkan kematangang


telur dan memelihara kesehatan induk. Kolam ini berupa kolam tanah yang luasnya
sekitar 10 m2 dengan kedalaman minimum 50 cm dan kepadatan kolam berisi 20 ekor

gurame betina dan 10 ekor jantan.


Kolam pemijahan. Kolam pemijahan merupakan kolam tanah dengan luas 200 300
m2. Dalam kolam ini, untuk satu ekor ikan dewasa memerlukan luas 2 10 meter

persegi. Suhu air ideal 24 28 C dengan kedalaman air 75 100 cm.


Kolam pendederan atau pemeliharaan benih. Luas kolam ini tidak lebih dari 50 100
m2 dengan kedalaman 30 50 cm. Kepadatan kolam sebaiknya 5 50 ekor per meter

persegi. Kepadatan kolam sebaiknya 5 50 ekor per meter persegi.


Kolam pembesaran. Kolam ini berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan
membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Kepadatan kolam sebaiknya tidak

lebih dari 10 ekor per meter persegi.


Kolam pemberokan. Kolam ini berupa kolam tanah atau semen dengan air yang
mengalir sebagai tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan. Tujuannya agar ikan
tidak mengandung kotoran dan tidak berbau lumpur.

Persiapan lain yang diperlukan adalah berupa sarana penunjang. Berbagai sarana
penunjang yang dibutuhkan dalam budidaya gurame diantaranya substrat tempat bertelur,
aerator, alat pengangkutan, alat penangkapan, dan kebutuhan lainnya seperti kapur, pupuk,
dan obat-obatan.

4. Pembuatan Kolam Ikan Gurame


Karena kolam merupakan sarana paling penting dalam budi daya gurame, pembuatannya
harus dilakukan dengan terncana. Pembuatan kolam dapat dimulai dari membuat pematang,
saluran pemasukan air dan pembuangan air, pintu pemasukan air, kamalir, kobakan, dan pintu
pembuangan air.
Jika tahapan ini tidak dilakukan secara berurutan, dapat dipastikan tahap selanjutnya akan
mengalami kesulitan. Misalnya pintu pembuangan air dibuat terlebih dahulu daripada kemalir
dan kobakan, agar nantinya posisi pintu pembuangan air dapat lebih tinggi dibandingkan
dengan kamalir dan kobakan, sehingga waktu pengeringan kolam, air tidak sepenuhnya
keluar.

Berikut ini langkah-langkah dalam membuat kolam untuk budi daya gurame.

Gali lokasi yang akan dibuat kolam.


Buat pematang dengan tinggi 1 m dan lebar 0,5 m untuk bagian atas, dan 1 m untuk

bagian bawahnya.
Pasang pipa atau bambu besar untuk mengatur masuk dan keluarnya air. Atur tinggi

rendahnya pipa agar air mudah mengalir.


Cangkul tanah di dasar kolam induk agar gembur. Setelah itu, tanah diratakan lagi.
Tanah akan menjadi lembut setelah diberi air. Begitu juga dengan lubang-lubang
tanah yang akan tertutup dengan sendirinya, sehingga air tidak dapat merembes dari

pori-pori tanah tersebut. Sebaiknya dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.
Buat saluran di tengah-tengah degnan bentuk memanjang, mulai dari pintu masuk air
sampai ke pintu keluarnya. Ukuran lebarnya 0,5 m dan dalamnya 15 cm. Saluran ini

berfungsi sebagai tempat berkumpulnya gurami saat dipanen.


Pupuk kolam dengan dua karung pupuk kandang yang disebarkan merata, lalu
masukkan air setinggi 0,75-1 m. Biarkan selama satu minggu agar pupuk hancur dan
meresap ke dalam tanah. Pupuk kandang juga berfungsi mencegah kebocoran kolam
karena pupuk ini akan berubah menjadi lumut.

5. Pembenihan Ikan Gurame


Usaha pembenihan meliputi kegiatan pemeliharaan induk pemijahan, penetasan telur,
dan perawatan larva sampai berukuran sebesar biji oyong. Larva berumur 12-30 hari ini
selanjutnya dirawat sampai bobotnya mencapai 10 15 g/ekor (umur 4 bulan). Benih sebesar
ini siap untuk didederkan. Namun, ada juga yang menjual telur untuk ditetaskan.
A. Pemilihan Induk Siap Pijah
Ciri induk jantan yang dipilah adalah adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang
bawah yang tebal dan tidak adanya bintik pada kelopak sirip dada. Warna tubuhnya memerah
berbintik hitam terang degan perut membentuk sudut tumpul. Sedangkan induk betina yang
siap pijah ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar rahang bawah tipis dan adanya
bintik hitam pada kelopak sirip dada. Warna tubuhnya lebih terang daripada induk jantan dan
bentuk perutnya besar bulat.
Ciri lainnya adalah kelamin induk betina akan mengeluarkan telur berwarna putih jika
perut ditekan ke arah kelamin. Sedangkan induk jantan yang sudah matang akan
mengeluarkan sperma berwarna putih. Cara mudah menentukan kematangan gonad induk
jantan adalah dengan melihat tingkah lakuya yang selalu beriringan bersama induk betina dan
mulai membuat sarang dari rumput kering. Sementara itu, kematangan gonad betina dapat
dilihat dari perut yang membesar dan terasa lunak saat diraba.
B. Pemeliharaan Induk

Induk yang digunakan dalam pembenihan harus sudah berusia di atas lima tahun atau
sedang dalam masa produktif. Selain itu, induk harus berasal dari strain yang bagus, sehat,
kuat, dan tidak cacat fisik. Bobot gurame yang pantas dijadikan induk adalah 1,5 2 kg per
ekor.
Induk gurame yang sudah dipilih kemudian dipelihara dalam kolam pemeliharaan.
Pemeliharannya dapat dcampur dengan ikan jenis lain seperti ikan mas atau ikan tambak
yang mirip gurame. Kedalaman kolam induk minimum 75 cm. Kolam yang terlalu dangkal
tidak baik digunakan, karena gurame suka sekali begerak naik turun. Kolam juga harus
dilengkapi dengan pintu masuk dan keluarnya air sehingga air dapat diganti-ganti. Lahan
yang digunakan sebaiknya tidak berlumpur, tetapi memiliiki air yang jernih. Kepadatan
kolam hendaknya disesuaikan dengan tingkat luas kolam. Jika luas kolam 3-4 m2, induk ikan
yang dimasukkan berukuran 2-3 kg per ekor.
Sebelum benih ditebarkan, kolam induk harus diolah terlebih dulu dengan cara membalik
dasar tanah dengan cangkul. Cara ini berguna untuk mengembalikan kondisi tanah serta
membuang sisa bahan beracun dan penyakit. Oleh sebab itu, setelah pembalikan tanah
dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH tanah. Dosis pengapuran 15-25 g/m2.
Konstruksi kolam induk harus dibuat kokoh. Kolam dapat dibuat dari tembok dengan
dasar tanah. Namun jika dasar kolam dan dinding pematang terbuat dari bahan dasar tanah,
dinding kolam harus dilapisi dengan bilik atau anyaman bambu. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kerusakan pematang akibat perilaku ikan yang suka mengorek makanan dari
tanah pematang, sehingga menyebabkan kebocoran.
Penebaran indukan harus dilakukan hati-hati. Pasalnya penebaran yang dilakukan secara
serampangan akan menyebabkan induk stres. dan dapat mengganggu proses pemilahan
nantinya. Sebaiknya penebaran induk dilakukan pada pagi hari agar suhu udara tidak
terlampau panas. Lebih baik lagi jika kolam induk dberi naungan yang berfungsi menahan
sinar matahari berlebih sehingga ikan di dalamnya dapat berenang dengan tenang.
Selama pemeliharaan induk, pemberian pakan harus dilakukan secara intensif. Pakan
yang diberikan dapat berupa pelet dengan kadar protein berkisar 40% dengan dosis 1,5 2%
dari bobot badan ikan per hari. Selain berkadar protein tinggi pakan juga harus mengandung
vitamin dan mineral yang cukup. Selain itu, pakan alami berupa daun talas dapat dijadikan
makanan tambahan yang diberikan sekitar 0,5% dari bobot badan ikan. Pemberian pakan
dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan
secara bertahap, karena gurame termasuk ikan yang lamban dalam merespon makanan
terutama makanan buatan. Pemberian pakan yang bermutu dimaksudkan untuk memacu
kematangan gonad induk gurame.

C. Pemijahan Ikan Gurame

Induk yang sudah matang gonad siap untuk ditebarkan di kolam pemijahan. Kolam
pemijahan merupakan kolam khusus yang ukuran minimumnya 20 m2 dan maksimum 1.000
m2, dengan kedalaman 1-1,5 m. Menentukan luas kolam berdasarkan kepadatan tebar induk
dari gurame yang akan dilakukan pemijahan. Sebaiknya kolam yang dibangun untuk
pemijahan berjarak dekat dari kolam induknya agar pemindahan induk lebih mudah.
1. Syarat kolam pemijahan
Standar kualitas dari air kolam yang digunakan untuk pemijahan sebaiknya suhunya
berkisar pada 25 30 C dengan pH 6,5 8,0, laju penggantian air 10-15% per hari, dan
ketinggian air kolam 40 60 cm. Kolam pemijahan tidak boleh mengandung banyak lumpur.
Kebanyakan orang membuat kolam pemijahan dari bahan dasar semen untuk menghindari
penumpukan lumpur. Pasalnya, air yang keruh akan menutupi permukaan telur, sehingga
telur-telur akan membusuk dan tidak menetas. Air di kolam pemijahan tidak boleh terlalu
keruh, sehingga mata kita mampu melihat aktivitas yang dilakukan gurame di kolam
pemijahan. terutama aktivitasnya dalam menjaga sarang telur yang diletakkan sekitar 25 cm
dari permukaan air.
Kolam pemijahan juga harus dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air,
sehingga ikan gurame selalu mendapat kondisi air yang segar. Secara fisik, air yang baik juga
menjamin ketersediaan oksigen bagi gurame dan telur-telur yang sudah dibuahi saat
pemijahan.
Selain itu, di dalam kolam juga harus dipasang bahan sarang dan sosog. Sosog sebagai
tempat sarang telur diletakkan 25-30 cm dari permukaan air kolam, sementara bahan sarang
dapat diletakkan di permukaan air atau di kedalaman 5-10 cm dari permukaan air.
2. Sarang pemijahan
Bahan sarang yang biasa disiapkan untuk gurame dapat berupa kelapa, rajutan karung,
atau ijuk yang diletakkan di atas para-para atau anyaman tali. Para-para tersebut dapat dibuat
menyembul di permukaan air atau dibenamkan sedalam 5 10 cm. Penempatan bahan sarang
ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi induk jantan dalam menyusun sarang. Pembuatan
sarang oleh gurame biasanya berlangsung satu hari sampai dua minggu. Tempat sarang dibuat
dari anyaman bambu atau keranjang. Letaknya sejajar dengan permukaan air.
3. Pemindahan induk
Pemindahan induk dari kolam pemeliharaan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
baskom atau ember besar yang berisi air agar ikan tidak stres pada waktu ditebar di kolam
pemijahan. Selain menggunakan baskom, induk juga dapat diangkat dengan menggunakan
karung goni atau kain halus yang basah, kemudian dilepas secara perlahan ke kolam
pemijahan.
Perpindahan dengan cara ini akan mengurangi risiko stres pada ikan. Sebaiknya, induk
diletakkan dekat pintu pemasukan air, karena pada bagian tersebut oksigen yang terlarut di

dalamnya masih tinggi. Padat tebar induk adalah 1 ekor ikan untuk 5 m2 kolam, dengan
perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3.
4. Proses dan lama pemijahan
Proses pemijahan biasanya akan berlangsung satu minggu setelah induk gurame berada di
dalam kolam pemijahan. Selanjutnya, induk jantan akan merapikan sarang pada sosog,
kemudian induk betina akan mendekat dan meletakkan terlur-telurnya pada sarang di dalam
sosog. Setelah itu, induk jantan membuahinya dengan cara menyemprotkan spermanya ke
telur-telur tersebut.
Induk jantan akan membuat kembali sarang lain untuk betina lain. Pemijahan pertama
biasanya berlangsung dua hari setelah sarang selesai dibuat. Pemijahan dilakukan pada siang
menjelang sore hari antara pukul 15.00 17.00. Pengeluaran telur oleh betina terjadi di depan
sarang. Pemindahan telur ke dalam sarang dilakukan oleh induk jantan dengan cara mengisap
terlur ke dalam mulutnya, kemudian menyemprotkannya ke dalam sarang untuk dibuahi.
5. Indikator keberhasilan pemijahan
Keberhasilan pemijahan dapat diamati dengan melihat permukaan air kolam. Jika tercium
bau amis yang diikuti dengan munculnya banyak minyak di permukaan air, berarti telah
terjadi proses pemijahan. Pemijahan akan terus berlangsung hingga semua betina selesai
bertelur. Umunya, proses pemijahan berlangsung selama tiga hari.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu induk betina berkisar 5000 7000 butir,
tergantung pada jenis gurame yang dipijahkan. Keberhasilan pemijahan sangat dipengaruhi
oleh kondisi perairan dan kualitas pakan yang diberikan. Tingkat suhu dari air optimum yang
dapat memperbesar tingkat keberhasilan dalam pemijahan adalah 28 C dimana pH air 6-7.
Yang perlu dilakukan sebelum memasuki proses pemijahan selama 2 minggu dalam kolam
pemeliharaan yang disediakan, makanan bermutu baik perlu diberikan kepada induk.
6. Pemeriksaan dan pengambilan sarang
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan
menggoyangkan sarana secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi atau
kawat. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak atau telur dari
sarang ke permukaan air.
Pengambilan sarang dilakukan secara hati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian
paling bawah sarang. Sebaiknya sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan
wadah berupa baskom atau ember besar yang diisi air kolam pemijahan. Sarang diangkat
perlahan-lahan dan dicelupkan ke dalam air yang sudah disediakan di dalam ember atau
baskom. Tingkat kegagalan menetasnya telur sangat dipengaruhi oleh cara pengangkatan
sarang ini.
D. Penetasan Telur Ikan Gurame
1. Penetasan telur

Proses penetasan telur dilakukan untuk mendapatkan larva ikan, proses penetasan telur dilakukan
dalam wadah khusus seperti aquarium, bak ember dan paso yang ditempatkan diruang tertutup dan
terlindung, istilah ruang tertutup adalah ruangan yang terlindung dari pengaruh cuaca, curah hujan,
angin, perubahan suhu, dan hama predator. Persyaratan penetasan telur dan pemeliharaan larva yaitu
air harus bersih dan jernih serta suhu udara dan suhu air harus stabil tidak berfluktuasi. Telur yang
menetas dipelihara sehingga menjadi larva ukuran gabah atau biji oyong, dengan lama pemeliharaan
kurang lebih 30-40 hari.Penetasan telur dan pemeliharaan larva merupakan priode masa kritis
sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati-hati, penetasan telur dan pemeliharaan larva
gurame secara terkontrol mutlak dilakukan karena angka kematian larva yang baru menetas sampai
dengan ukuran gabah atau biji oyong sangat tinggi.

Cara Menetaskan Telur Gurame


Sarang yang telah diangkat dari kolam pemijahan dimasukkan ke dalam ember yang
berisi air dan campuran Metheline Blue, dengan perbandingan 5 cc obat untuk 5 liter air.
Menurut pengalaman petani, kebanyakan telur yang busuk disebabkan oleh serangan jamur
atau kesalahan pada saat pengangkutan yang menyebabkan telur pecah atau rusak. Telur yang
hidup biasanya berwarna kuning cerah atau bening transparan, sedangkan telur yang gagal
menetas berwarna putih suram dan tidak transparan. Telur-telur yang mati harus disingkirkan
supaya tidak menular ke telur yang sehat.
Selanjutnya sarang dalam ember tersebut dibawa ke tempat penetasan. Telur akan
menetas dalam kurun waktu 41 jam. Larva yang baru menetas posisi badannya terbalik, yakni
bagian perut berada diatas, sedangkan bagian punggungnya di bawah. Gerakannya hanya
dapat berputar-putar. Hal ini akan terjadi selama empat sampai lima hari.
Larva gurame menggunakan kuning telurnya sendiri untuk membentuk jaringan tubuh
baru seperti tulang, sisik, sirip, dan ekor. Kadar protein di dalam pakan adalah salah satu
faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Lingkungan yang tenang adalah
tempat penetasan yang baik, karena jika sering kaget telur tidak akan menetas. Agar risiko
kegagalan dalam penetasan bisa dikurangi, telur berwarna kuning keruh sebaiknya dibuang
karena tidak akan menetas. Hanya telur yang berwarna kuning cerah yang akan
menetas.pembenihan ikan gurame

E. Pendederan ( pemeliharaan ) Ikan Gurame

Kegiatan pendederan meliputi pemeliharaan benih berukuran 10 15 g/ekor sampai


ukuran 150 gram/ekor. Bobot gurami sebesar ini biasanya dicapai saat benih berumur enam
bulan dari penetasan telur. Ada juga pendederan yang dimulai dari ukuran yang lebih besar,
yakni 15-30 g/ekor, tetapi ada juga yang mendederkan atau memelihara benih gurame dari
larva atau ketika seukuran biji oyong.
1. Pendederan Ikan Gurame Berjenjang
Pendederan berjenjang adalah pendederan yang dilakukan di tempat terbuka seperti di
rawa atau kolam pendederan. Cara pendederan ini banyak dilakukan oleh para petani gurami
di Ciamis, Jawa Barat. Pendederan berjenjang memiliki keunggulan, terutama gurami
menjadi cepat besar sehingga dapat segera dimasukkan ke dalam kolam pembesaran.
Pendederan berjenjang dilakukan pada benih ukuran 10 15 g/ekor. yang dalam waktu
singkat dapat dipanen dengan bobot 150 g/ekor. Berikut ketentuan dalam melakukan
pendederan sistem berjenjang.
Pendederan I dilakukan ketika ketika gurami berbobot 10 15 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 100 ekor/m2


ukuran benih 1 cm
pakan 20% berat badan
pemberian pakan 2 kali/hari
waktu pemeliharaan 20 hari

Pendederan II dilakukan ketika gurame berbobot 15 30 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 80 ekor/m2


ukuran benih 2 cm
pakan 20% berat badan
pemberian pakan 2 kali/hari
waktu pemeliharaan 30 hari

Pendederan III dilakukan ketika gurami mencapai bobot 30 50 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 60 ekor/m2


ukuran benih 4 cm
pakan 10% berat badan
pemberian pakan 3 kali/hari
waktu pemeliharaan 40 hari

Pendederan IV dilakukan ketika gurame sudah berbobot 150 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:

padat tebar 45 ekor/m2

ukuran benih 6 cm
pakan 5% berat badan
pemberian pakan 3 kali/hari
waktu pemeliharaan 40 hari

2.

Persiapan Kolam Pendederan Gurame

Luas kolam pendederan yang dipakai 50-100 meter persegi. Kolam pendederan harus
dikeringkan terlebih dulu hingga muncul retakan-retakan tanah. Setelah itu, kolam dipupuk
dengan kotoran ayam sebanyak 300 g/m2 ditambah TSP dan urea masing-masing 8-10 g/m2.
Selain dipupuk, kolam juga ditebari kapur sebnyak 25 g/m2. Pupuk dan kapur tersebut
ditebarkan merata ke dasar kolam terutama di bagian pemasukan air. Kemudian kolam diisi
dengan air dengan ketinggian 60-80 cm. biarkan selama lima hari, kemudian ketinggian air
dapat ditambah hingga mencapai 1 m.
3. . Pemberian Pakan
Pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran atau umur benih. Ikan gurami di
pendederan dapat diberi pakan berupa tepung dan pelet terapung yang jumlahnya tergantung
pada besarnya benih. Misalnya bobot benih 10 g dapat diberikan pakan tepung berkadar
protein 36%, sedangkan benih 10-50 g diberi pakan pelet dengan diameter 2 mm yang
berkdar protein 26%. Jika bobot ikan lebih dari 50 g diberi pelet berdiameter 3 mm dengan
kadar protein 26%. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran benih.
Misalnya untuk benih gurami ukuran kecil di bawah 50 g/ekor diberi pakan 4% dari bobot
badannya, dengan frekuensi 4 kali sehari. Gurami ukuran di atas 50 g/ekor diberi pakan 3%
dari bobot badannya, dengan frekuensi 3 kali sehari.

4. Pemberian pakan pada gurame di kolam pendederan.

Umur 0 14 hari : Jenis pakan yang disukai berupa pakan cadangan yang dibawa
sejak keluar dari telur ditambah suspensi pakan berupa kuning telur ayam yang telah
direbus kemudian dicairkan.
Umur 15 45 hari : Jenis pakan yang disukai berupa rayap ulat, telur semut, dedak
atau tepung halus.
Umur 46 100 hari : Jenis pakan yang disukai berupa tumbuhan yang dihaluskan,
seperti paku airdan azzola, bungkil, dan dedak atau tepung.
Umur 3,5 8 bulan : Jenis pakan yang disukai berupa daun tumbuhan, kangkung,
sente, singkong, genjer ditambah pelet.

F. Pembesaran Ikan Gurame


Kegiatan pembesaran merupakan lanjutan dari pendederan. Benih dari pendederan akan
dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi dengan bobot rata-rata 500 g/ekor. Namun, ada

juga konsumen tertentu yang menginginkan gurami berukuran di ata 1 kg/ekor. Tahap
pembesaran dimulai dari benih sebesar korek api atau benih ukuran 7-8 cm hingga mencapai
ukuran konsumsi.
Pembesaran Ikan Gurame di Kolam Tanah
Kolam yang digunakan adalah kolam tanah yang berpematang tembok atau tanah. Ukuran
kolam yang digunakan 100-500 m2 dengan kepadatan tebar 20 ekor/m2. Tinggi air dalam
kolam 70 cm dengan debit air yang masuk ke kolam 15-20 liter/menit.
1. . Persiapan kolam
Persiapan kolam diawali dengan pengeringan selama tiga hari hingga tanah tampak retak.
Artinya, tanah sudah benar-benar kering dan bebas dari bibit penyakit. Pada pintu pemasukan
dan pengeluaran air sebaiknya dipasangi saringan air untuk mencegah masuknya binatang
yang dapat menjadi hama bagi gurami. Kolam perlu dipupuk dengan pupuk kandang dari
kotoran ayam yang sudah kering sebanyak 500 g/m2, dan kapur sebanyak 25 g/m2.
2.

Perawatan dan pemberian pakan

Perawatan sehari-hari pada tahap pembesaran hampir sama dengan tahap pendederan.
Pakan buatan berupa pelet yang mengandung 25% protein diberikan setiap harinya sebanyak
1% dari total bobot benih. Frekuensi pemberiannya 2-3 kali, yakni pukul 07.00, 11.00, dan
13.00. Sementara itu, pakan tambahan yang diberikan berupa daun sente. Pakan tambahan ini
diberikan setiap hari pada pukul 17.00 sebanyak 10% dari total bobot benih.
3.

Lama pembesaran

Untuk menghasilkan gurami sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor/kilo dibutuhkan
waktu 75-100 hari. Gurame sebesar ini sudah dapat dipanen dan dijual atau dibesarkan lagi
sampai 90-100 hari hingga mendapatkan gurame konsumsi ukuran 500 g/ekor.
4.

Pengaturan pada kolam berukuran besar

Jika dibandingkan kolam pembesaran yang berukuran besar, misalnya di atas 500 m2
kepadatan gurami perlu dikurangi hingga menjadi 10 ekor/m2. Selain itu, tinggi air juga
dinaikkan menjadi 80 cm, dan debit air masuk 20 liter/menit. Pakan buatan diberikan dua kali
sehari, yakni pukul 08.00 dan 13.00. Pada kolam yang luas, kandungan protein pada pelet
yang diberikan cukup 20% dari bobot ikan. Daun sente yang diberikan pada sore hari pukul
16.00. Permanen gurami yang dibesarkan di kolam tanah dilakukan dengan mengeringkan
sebagian air kolam. Setelah itu, gurami dipanen dengan menggunakan jaring.

6. Penyakit pada Ikan Gurame dan Pencegahannya


Ada dua kelompok besar yang dapat menyebabkan ikan terserang sakit. Pertama
penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit parasiter. Kedua,

penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad hidup, tetapi lebih disebabkan oleh faktor fisika
dan kimia perairan yang disebut penyakit non-parasiter.
Penyakit parasiter banyak disebabkan oleh jasad renik, berupa bakteri, jamur, virus,
protozoa, nematoda dan udang renik. Sementara itu, penyakit non-parasiter disebabkan oleh
buruknya kualitas pakan atau tercemarnya air oleh zat kimia tertentu.
A. Penyakit Parasiter
1.

Bintik putih

Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar, yaitu
Ichthyophthirius multifillis. Parasit ini biasanya berada di bawah lapisan epidermis kulit.
Gejala yang ditimbulkan adalah warna tubuh gurami menjadi pucat akibat dari adanya bintik
putih di seluruh badan ikan. Gurami terlihat sering menggosok-gosokkan badannnya ke
bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat megap-megap dan sering berkumpul di tempat
pemasukan air karena kekurangan oksigen.
Penyakit ini dapat menular melalui penggunaan peralatan yang tidak bersih.
Penularan juga dapat terjadi akibat suhu air yang rendah (kurang dai 22 C), kurang makan,
atau tertular penyakit dari ikan liar.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merendam gurame dalam larutan formalin 25
ml/m3 air. Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara menaikkan temperatur
air kolam hingga mencapai 28 C.
1.

Cacing insang dan cacing kulit

Penyakit cacing insang dan cacing kulit disebabkan oleh parsit Dactylogyriasis yang
menyerang benih gurami, terutama di bagian badan dan insang. Gejalanya gurami tampak
lemah, nafsu makan berkurang, dan sering berkumpul di permukaan air karena kekurangan
oksigen.
Timbulnya penyakit ini didukung oleh kualitas air yang buruk, kekurangan pakan,
padat tebar terlalu tinggi, dan suhu udara rendah. Penyakit ini dapat menular melalui media
air. Mengatasinya dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurami di dalam larutan
garam dapur 300 g/m3 air selama 24 jam. Selain itu, benih juga dapat direndam di dalam
larutan formalin 40 ml/m3 air selam 24 jam.
2. Kutu ikan
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp. yang menyerang dengan cara
menggigit seluruh bagian badan gurame. Di sekitar bekas gigitan akan terjadi perdarahan,
yang jika dibiarkan akan semakin menghebat.
Munculnya penyakit ini dipengaruhi oleh kualitas air yang buruk. Penularan terjadi
melalui air dan kontak langsung antara gurami yang sehat dan gurame yang sakit. Penyakit

ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 1,25% selama 15
menit.
B. Penyakit Non-parasiter
Penyakit non-parasiter disebut juga dengan penyakit non-infeksi. Penyakit ini disebabkan
oleh kualitas media yang jelek atau penanganan budi daya yang salah. Penyakit non-parasiter
dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu penyakit nutrisi, penyakit kejenuhan gas, dan penyakit
kekurangan oksigen.
1. Kekurangan nutrisi
Penyakit ini disebabkan kekurangan asam amino dan vitamin pada pakan. Selain itu,
juga dapat disebabkan keracunan alfatokin. Penyakit ini menyerang bagian insang dan badan
bagian luar. Gejalanya adalah tutup insang keriput, tubuh ikan bengkok, dan pertumbuhannya
lambat.
Munculnya penyakit ini dipicu oleh kualitas pakan yang jelek atau pakan yang sudah
tercemar jamur. Karena itu, penyakit ini dapat diobati dengan mengganti pakan yang lebih
berkualitas dan memberikannya dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Kejenuhan gas
Penyakit ini disebabkan oleh kandungan nitrogen, oksigen, dan karbondioksida di
dalam air kolam terlalu jenuh. Bagian yang terserang adalah kulit, mata, dan insang. Penyakit
ini lebih banyak menyerang benih gurami. Gejala klinis yang timbul pada ikan yang terkena
penyakit ini adalah timbulnya gelembung udara di bagian kulit, mata, dan insang. Penyakit
ini tidak menular, tetapi jika tida ksegera diobati akan menyebabkan gangguan kronis.
Penyakit ini dapat diatasi dengan cara mengganti air atau meningkatkan kualitas air kolam.
3. Kekurangan oksigen
Penyakit ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air rendah. bagian yang
terserang adalah organ tubuh bagian dalam (paru). Penyakit ini menyerang gurami dari semua
golongan umur. Gejala klinis yang muncul adalah gurami sering membuka tutup insang dan
berkumpul di permukaan air. Munculnya penyakit ini dipicu oleh pertumbuhan plankton yang
berlebihan dan kadar bahan organik terlarut sangat tinggi. Oleh karena itu, cara mengatasinya
dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas air, mengurangi bahan organik, dan
mengurangi kepadatan ikan..

7. Peluang Usaha Prospek Bisnis Ikan Gurame

A. Perkembangan Bisnis Ikan Gurame


Masyarakat Indonesia sudah sangat lama mengenal gurame. Rasa dagingnya yang gurih
dan lezat sangat digemari masyarakat. Gurame termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk
pemenuhan gizi masyarakat. Selain itu, gurame juga termasuk salah satu dari 15 jenis
komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Gurame memang memiliki prospek menjanjikan untuk dibudidayakan, baik dalam


skala kecil maupun besar. Hal itu karena pembudidayaan gurame didukung oleh
faktor-faktor berikut.
Harga jual gurame lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, sehingga
secara ekonomi relatif lebih menguntungkan.
Permintaan pasar terhadap gurame cukup tinggi dan masih belum terpenuhi, sehingga
peluang pasar masih terbuka lebar.
Lahan budi daya masih tersedia luas, dapat berupa kolam semen, empang, ataupun
waduk. Petani gurame di Jawa Barat lebih banyak menggunakan empang dan waduk.
waduk Saguling, Jatiluhur, dan Cirata, sangat potensial untuk memelihara gurame.
Data dan informasi tentang teknik budi daya cukup memadai.
Pakan untuk usaha pembenihan ataupun pembesaran gurame tersedia sepanjang
waktu.
Benih gurame banyak dihasilkan oleh pemerintah melalui Balai Benih Induk (BBI)
dan pembudidaya yang khusus menjual benih.
Pengangkutan hasil panen gurame tergolong mudah, tetapi harus ditangani secara
hati-hati.
B. Permintaan Ikan Gurame Tinggi
Salah satu daerah yang membutuhkan ikan gurame paling tinggi adalah Jakarta. Saat ini,
pasar di Jakarta diperkirakan menyerap gurame konsumsi sebanyak 10 15 ton/hari. Guna
memenuhi permintaan pasar gurame di ibukota negara kita, Jakarta, pemasok ikan gurame
sering berburu ke Purwokerto, Parung, Indramayu, Tulungagung, Kediri, dan Subang. Akan
tetapi, pasokan itu belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan.
Daerah lain yang permintaan guramenya cukup tinggi ialah Lampung. Petani gurame
setempat belum mampu menutupi kebutuhan masyarakat. Pasokan dari Jawa Barat pun masih
kurang. Faktor lain yang menghambat tersedianya gurame di Lampung adalah pola
pemasaran antar pulau yang relatif lebih rumit dan membutuhkan biaya lebih mahal
dibandingkan dengan pola pemasaran dalam satu pulau.
Disamping bertujuan memenuhi permintaan pasar dalam negeri, ikan gurame pun punya
peluang untuk menjadi komoditi ekspor. Negara-negara yang masih sangat terbuka antara lain
Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Gurame untuk
ekspor harus memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh Badan Standardisasi
Nasional.
C. Produksi Gurame Masih Kurang

Saat ini tercatat ada lima wilayah penghasil gurame terbesar di Indonesia, yakni Jawa
Barat (34,04%), Jawa Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%),
dan Nusa Tenggara Barat (2,7%). Salah satu sentra gurame di Jawa Barat adalah daerah
Parung, Bogor. Setiap bulannya, petani gurame di daerah itu mampu memasok gurame
konsunsi untuk daerah Jabodetabek dan Banten sebanyak 2-3 ton. Namun, akhir-akhir ini
produksi menurun akibat peruntukan lahan produksi yang semakin sempit sehingga produksi
hanya menjadi 1 ton/bulan.
Produksi gurame yang ada saat ini memang belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat. Hal ini terbukti dari lebih sedikitnya persediaan ikan gurame di pasaran. Tidak
seperti ikan mas dan lele yang jauh lebih mudah ditemui. Harga gurame pun relatif lebih
tinggi.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.

Jumlah peternak yang mengusahakan gurame memang masih sedikit. Para peternak
lebih suka membudidayakan ikan mas dan lele, terutama lele dumbo.
Pertumbuhan gurame memang tidak secepat ikan mas dan lele. Karena itu, panennya
pun lebih lama.
Secara alami, pertumbuhan ikan gurame memang lambat. Selain karena kantong
makannya yang lebih kecil, ikan ini tergolong herbivora yang hanya makan protein
nabati. Hal ini berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya yang memakan protein
hewani atau karnivora.

Namun, anggapan bahwa gurame tidak dapat segera dipanen sebenarnya perlu diluruskan.
Dengan teknik-teknik tertentu, gurame dapat dipacu pertumbuhannya. Salah satunya dengan
pemberian pakan yang intensif. Pada kenyataannya di lapangan, gurame memang lebih
banyak dipelihara secara tradisional. Pakan yang diberikan umumnya hanya seadanya,
misalnya daun singkong dan daun sente. Meskipun daun-daunan tersebut sangat disukai
gurame, kandungan proteinnya sangat sedikit. Padahal, pertumbuhan gurame sangat
dipengaruhi oleh asupan protein.
Selain itu, gurame yang dipelihara umumnya hanya dijadikan sebagai tabungan, yang
akan dijual ketika membutuhkan uang. Masih sedikit masyarakat yang memelihara gurame
secara intensif dan menjadikannya sebagai usaha pokok yang memberikan keuntungan besar.
Namun, ada beberapa petani melek ilmu yang tidak mau menunggu-nunggu kapan tabungan
ditebok atau dipecah. Mereka berupaya sekuat tenaga untuk membudidayakan gurame lebih
intensif dan segera memberikan keuntungan besar. Kalau sudah panen, petani tidak usah
repot-repot mencari pembeli, karena mereka akan datang dengan sendirinya.
Persoalan lain yang sering dihadapi dalam budi daya gurame adalah masih terbatasnya
sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat mortalitas gurame, terutama pada masa
pembenihan, cukup tinggi. Petani harus banyak mempelajari sifat dan karakter gurame
peliharannya.
D. Harga Gurame Stabil

Harga ikan gurame dari tahun ke tahun tetap stabil, bahkan menunjukkan kenaikan yang
berarti. Harga gurami yang relatif tinggi ini terutama disebabkan oleh permintaan pasar
tinggi, sedangkan produksi masih rendah. Celah pasar itulah yang membuat harga gurami
konsumsi bertahan di angka Rp.20.000 25.000 per kilogram sejak tahun 2000. Harga
gurami di tingkat petani di Parung, Bogor Rp.20.000/kg. Sementara itu harga di Jawa Tengah
dan Jawa Timur Rp.17.000 18.000/kg. Harga itu oleh berbagai pengamat gurami
diperkirakan bertahan hingga 2-3 tahun ke depan.
E. Data Usaha Budidaya Ikan Gurami

Kolam ukuran 7 x 10 meter dengan kedalaman air 120 cm


Ukuran bibit 5cm sebesar kuku jempol sebanyak 2000 ekor
Pakan apung merek pf.1000 isi 10kg/sak. harga persak 130 ribu membutuhkan 3 sak
Pakan tambahan alami bias di berikan daun keladi dan daun kangkung
Modal:

No

Data Usaha Pembesaran Ikan Gurami

Bibit ikan 5 cm

Rp.

Pakan apung pf.1000 3 sak

Rp.130.000

Pakan Tambahan

Obat

Rp. 25.000

Jumlah modal

500

500 x 2.000

Rp. 1.000.000

3 sak x 130.000

Rp. 390.000

Rp.

25.000

Rp. 1.415.000

Total modal keseluruhan Rp.1.415.000 meliputi sebagai berikut :

Benih guramih Rp.1.000.000


Pakan Rp.390.000
Obat Rp.25.000

Keuntungan

Harga konsumsi Gurami Rp.30.000


Prakiraan hasil penghitungan umum selama 12 bulan,panen 1kg isi 3 ekor. jadi 2000
ekor guramih di bagi 3 ekor = 666 kg dikalikan harga konsumsi Rp.30.000/kg
=Rp.19.980.000
Pendapatan jual = Rp.19.980.000 di kurangi modal Rp.1.415.000
Keuntungan = Rp.18.565.000
F. Kendala Dalam Budidaya Ikan Gurame

1. Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah
produksi ikan yang dapat dijual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan
untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani
dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
2. Gangguan musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu
lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit. Perubahan suhu
yang dapat ditolerir ikan adalah 5oC. Untuk mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan
pengaturan air masuk dan air keluar.
3. Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif dan
cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun.
Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar.
Dalam hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau
menerapkan pola budidaya yang lebih baik.

G. Gambaran Peluang Agribisnis

Budidaya ikan gurame, mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. disamping rasanya
yang lezat dan empuk, ikan ini pun digemari banyak orang. Sudah menjadi tradisi dalam
setiap kendurian, ikan gurame selalu menjadi syarat utama hidangan. Disamping rasanya itu,
perawatannya pun tidak terlalu sulit dan tidak memakan banyak biaya, sehingga banyak
petani ikan yang mulai menggemari, membudidayakan ikan ini, karena harga dari setiap
bibitnya yang murah dapat menghasilkan keuntungan 3 kali lipat dari harga bibit. Harga dari
ikan gurame di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bobot ikan tersebut.
Ikan gurame dengan berat 1,5 kg dapat mencapai harga Rp 6.000-Rp 8.000 tergantung
keadaan pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai