TUGAS KEWIRAUSAHAAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Iswanto
Stephen Kusuma
Razi Alkhair
Eri Sandi
Willian Andres
Rama Ihsan
Jossep Alfredo
Saprian Mahendra
Suharyuno
SMKN 1 TEMBILAHAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
Budidaya Ikan Gurame
: Cordata
Suku
: Anabantidae
: Osphronemus
Subfilum
: Vertebrata
Marga
Kelas
: Pisces
Spesies
Bangsa
: Labirinthici
Gurame Soang
Gurame soang ini juga dikenal sebagai gurami jawa barat karena pada awalnya
banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di Ciamis dan sekitarnya. Gurame jantan memiliki
dahi yang lebih menonjol dibandingkan gurami betina. Semakin dewasa, bentuk dahi
semakin menonjol ke atas seperti kepala angsa (soang Sunda). Karena itulah, gurame jenis
ini disebut gurame soang.
Gurame Jepun
Gurame Jepun dikenal dengan nama gurame jawa tengah atau gurami purwokerto.
Ukuran tubuhnya lebih kecil, panjangnya maksimal 45 cm dengan bobot 3,5 4 kg.
Tubuhnya berwarna hitam dengan sisik kecil-kecil. Produksi telurnya 2.000 3.000 butir
telur per periode bertelur.
Gurame Bastar
Gurame lain yang banyak dikenal oleh petani di Jawa Barat ialah gurame bastar.
Gurami bersisik besar ini berwarna agak kehitaman dengan kepala putih. Sosoknya bongsor
seperti gurami soang, tetapi kepalanya tidak terlalu nongnong. Laju pertumbuhannya pun
cepat. Sayangnya, produksi telurnya hanya 2.000 3.000 butir setiap kali memijah.
Gurame Bluesafir
Gurame bluesafir ini tubuhnya berwarna merah mudah cerah. Berat maksimum hanya
2 kg/ekor. Sekali memijah, induk betina menghasilkan sekitar 6.000 butir terlur. Gurami ini
biasa dijadikan hiasan akuarium.
Gurami Paris
Tubuh gurami jenis ini berwarna dasar merah muda cerah mirip gurami bluesafir.
Kepalanya berwarna putih dan terdapat bintik atau totol hitam di sekujur tubuhnya. Bobot
maksimum hanya 1,5 kg/ekor. Gurame paris mampu menghasilkan sekitar 5.000 butir telur
sekali memijah. Jenis ini tergolong tidak produktif untuk dijadikan gurami konsumsi.
Gurame Porselen
Tubuhnya berwarna merah muda cerah dengan bagian bawah tubuh putih. Ukuran
kepala relatif kecil. Gurame porselen mampu menghasilkan telur sampai 10.000 butir sekali
memijah. Gurami ini dicari sebagai benih unggul.
Gurame Kapas
Warnanya putih keperakan seperti kapas. Sisiknya kasar dan besar. Bobotnya hanya
mencapai 1,5 kg/ekor. Sementara itu, produksi telurnya hanya 3.000 butir sekali memijah.
Gurame Batu
Warnanya hitam merata dan sisiknya kasar. Pertumbuhannya termasuk lamban. Pada
umur 13 bulan bobot hanya mencapai 0,5 kilogram. Karena itu, gurami ini sangat tidak
produktif untuk dibudidayakan sebagai gurame konsumsi.
Persiapan lain yang diperlukan adalah berupa sarana penunjang. Berbagai sarana
penunjang yang dibutuhkan dalam budidaya gurame diantaranya substrat tempat bertelur,
aerator, alat pengangkutan, alat penangkapan, dan kebutuhan lainnya seperti kapur, pupuk,
dan obat-obatan.
Berikut ini langkah-langkah dalam membuat kolam untuk budi daya gurame.
bagian bawahnya.
Pasang pipa atau bambu besar untuk mengatur masuk dan keluarnya air. Atur tinggi
pori-pori tanah tersebut. Sebaiknya dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.
Buat saluran di tengah-tengah degnan bentuk memanjang, mulai dari pintu masuk air
sampai ke pintu keluarnya. Ukuran lebarnya 0,5 m dan dalamnya 15 cm. Saluran ini
Induk yang digunakan dalam pembenihan harus sudah berusia di atas lima tahun atau
sedang dalam masa produktif. Selain itu, induk harus berasal dari strain yang bagus, sehat,
kuat, dan tidak cacat fisik. Bobot gurame yang pantas dijadikan induk adalah 1,5 2 kg per
ekor.
Induk gurame yang sudah dipilih kemudian dipelihara dalam kolam pemeliharaan.
Pemeliharannya dapat dcampur dengan ikan jenis lain seperti ikan mas atau ikan tambak
yang mirip gurame. Kedalaman kolam induk minimum 75 cm. Kolam yang terlalu dangkal
tidak baik digunakan, karena gurame suka sekali begerak naik turun. Kolam juga harus
dilengkapi dengan pintu masuk dan keluarnya air sehingga air dapat diganti-ganti. Lahan
yang digunakan sebaiknya tidak berlumpur, tetapi memiliiki air yang jernih. Kepadatan
kolam hendaknya disesuaikan dengan tingkat luas kolam. Jika luas kolam 3-4 m2, induk ikan
yang dimasukkan berukuran 2-3 kg per ekor.
Sebelum benih ditebarkan, kolam induk harus diolah terlebih dulu dengan cara membalik
dasar tanah dengan cangkul. Cara ini berguna untuk mengembalikan kondisi tanah serta
membuang sisa bahan beracun dan penyakit. Oleh sebab itu, setelah pembalikan tanah
dilakukan pengapuran untuk menaikkan pH tanah. Dosis pengapuran 15-25 g/m2.
Konstruksi kolam induk harus dibuat kokoh. Kolam dapat dibuat dari tembok dengan
dasar tanah. Namun jika dasar kolam dan dinding pematang terbuat dari bahan dasar tanah,
dinding kolam harus dilapisi dengan bilik atau anyaman bambu. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kerusakan pematang akibat perilaku ikan yang suka mengorek makanan dari
tanah pematang, sehingga menyebabkan kebocoran.
Penebaran indukan harus dilakukan hati-hati. Pasalnya penebaran yang dilakukan secara
serampangan akan menyebabkan induk stres. dan dapat mengganggu proses pemilahan
nantinya. Sebaiknya penebaran induk dilakukan pada pagi hari agar suhu udara tidak
terlampau panas. Lebih baik lagi jika kolam induk dberi naungan yang berfungsi menahan
sinar matahari berlebih sehingga ikan di dalamnya dapat berenang dengan tenang.
Selama pemeliharaan induk, pemberian pakan harus dilakukan secara intensif. Pakan
yang diberikan dapat berupa pelet dengan kadar protein berkisar 40% dengan dosis 1,5 2%
dari bobot badan ikan per hari. Selain berkadar protein tinggi pakan juga harus mengandung
vitamin dan mineral yang cukup. Selain itu, pakan alami berupa daun talas dapat dijadikan
makanan tambahan yang diberikan sekitar 0,5% dari bobot badan ikan. Pemberian pakan
dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan
secara bertahap, karena gurame termasuk ikan yang lamban dalam merespon makanan
terutama makanan buatan. Pemberian pakan yang bermutu dimaksudkan untuk memacu
kematangan gonad induk gurame.
Induk yang sudah matang gonad siap untuk ditebarkan di kolam pemijahan. Kolam
pemijahan merupakan kolam khusus yang ukuran minimumnya 20 m2 dan maksimum 1.000
m2, dengan kedalaman 1-1,5 m. Menentukan luas kolam berdasarkan kepadatan tebar induk
dari gurame yang akan dilakukan pemijahan. Sebaiknya kolam yang dibangun untuk
pemijahan berjarak dekat dari kolam induknya agar pemindahan induk lebih mudah.
1. Syarat kolam pemijahan
Standar kualitas dari air kolam yang digunakan untuk pemijahan sebaiknya suhunya
berkisar pada 25 30 C dengan pH 6,5 8,0, laju penggantian air 10-15% per hari, dan
ketinggian air kolam 40 60 cm. Kolam pemijahan tidak boleh mengandung banyak lumpur.
Kebanyakan orang membuat kolam pemijahan dari bahan dasar semen untuk menghindari
penumpukan lumpur. Pasalnya, air yang keruh akan menutupi permukaan telur, sehingga
telur-telur akan membusuk dan tidak menetas. Air di kolam pemijahan tidak boleh terlalu
keruh, sehingga mata kita mampu melihat aktivitas yang dilakukan gurame di kolam
pemijahan. terutama aktivitasnya dalam menjaga sarang telur yang diletakkan sekitar 25 cm
dari permukaan air.
Kolam pemijahan juga harus dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pengeluaran air,
sehingga ikan gurame selalu mendapat kondisi air yang segar. Secara fisik, air yang baik juga
menjamin ketersediaan oksigen bagi gurame dan telur-telur yang sudah dibuahi saat
pemijahan.
Selain itu, di dalam kolam juga harus dipasang bahan sarang dan sosog. Sosog sebagai
tempat sarang telur diletakkan 25-30 cm dari permukaan air kolam, sementara bahan sarang
dapat diletakkan di permukaan air atau di kedalaman 5-10 cm dari permukaan air.
2. Sarang pemijahan
Bahan sarang yang biasa disiapkan untuk gurame dapat berupa kelapa, rajutan karung,
atau ijuk yang diletakkan di atas para-para atau anyaman tali. Para-para tersebut dapat dibuat
menyembul di permukaan air atau dibenamkan sedalam 5 10 cm. Penempatan bahan sarang
ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi induk jantan dalam menyusun sarang. Pembuatan
sarang oleh gurame biasanya berlangsung satu hari sampai dua minggu. Tempat sarang dibuat
dari anyaman bambu atau keranjang. Letaknya sejajar dengan permukaan air.
3. Pemindahan induk
Pemindahan induk dari kolam pemeliharaan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
baskom atau ember besar yang berisi air agar ikan tidak stres pada waktu ditebar di kolam
pemijahan. Selain menggunakan baskom, induk juga dapat diangkat dengan menggunakan
karung goni atau kain halus yang basah, kemudian dilepas secara perlahan ke kolam
pemijahan.
Perpindahan dengan cara ini akan mengurangi risiko stres pada ikan. Sebaiknya, induk
diletakkan dekat pintu pemasukan air, karena pada bagian tersebut oksigen yang terlarut di
dalamnya masih tinggi. Padat tebar induk adalah 1 ekor ikan untuk 5 m2 kolam, dengan
perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3.
4. Proses dan lama pemijahan
Proses pemijahan biasanya akan berlangsung satu minggu setelah induk gurame berada di
dalam kolam pemijahan. Selanjutnya, induk jantan akan merapikan sarang pada sosog,
kemudian induk betina akan mendekat dan meletakkan terlur-telurnya pada sarang di dalam
sosog. Setelah itu, induk jantan membuahinya dengan cara menyemprotkan spermanya ke
telur-telur tersebut.
Induk jantan akan membuat kembali sarang lain untuk betina lain. Pemijahan pertama
biasanya berlangsung dua hari setelah sarang selesai dibuat. Pemijahan dilakukan pada siang
menjelang sore hari antara pukul 15.00 17.00. Pengeluaran telur oleh betina terjadi di depan
sarang. Pemindahan telur ke dalam sarang dilakukan oleh induk jantan dengan cara mengisap
terlur ke dalam mulutnya, kemudian menyemprotkannya ke dalam sarang untuk dibuahi.
5. Indikator keberhasilan pemijahan
Keberhasilan pemijahan dapat diamati dengan melihat permukaan air kolam. Jika tercium
bau amis yang diikuti dengan munculnya banyak minyak di permukaan air, berarti telah
terjadi proses pemijahan. Pemijahan akan terus berlangsung hingga semua betina selesai
bertelur. Umunya, proses pemijahan berlangsung selama tiga hari.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu induk betina berkisar 5000 7000 butir,
tergantung pada jenis gurame yang dipijahkan. Keberhasilan pemijahan sangat dipengaruhi
oleh kondisi perairan dan kualitas pakan yang diberikan. Tingkat suhu dari air optimum yang
dapat memperbesar tingkat keberhasilan dalam pemijahan adalah 28 C dimana pH air 6-7.
Yang perlu dilakukan sebelum memasuki proses pemijahan selama 2 minggu dalam kolam
pemeliharaan yang disediakan, makanan bermutu baik perlu diberikan kepada induk.
6. Pemeriksaan dan pengambilan sarang
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan
menggoyangkan sarana secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi atau
kawat. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak atau telur dari
sarang ke permukaan air.
Pengambilan sarang dilakukan secara hati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian
paling bawah sarang. Sebaiknya sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan
wadah berupa baskom atau ember besar yang diisi air kolam pemijahan. Sarang diangkat
perlahan-lahan dan dicelupkan ke dalam air yang sudah disediakan di dalam ember atau
baskom. Tingkat kegagalan menetasnya telur sangat dipengaruhi oleh cara pengangkatan
sarang ini.
D. Penetasan Telur Ikan Gurame
1. Penetasan telur
Proses penetasan telur dilakukan untuk mendapatkan larva ikan, proses penetasan telur dilakukan
dalam wadah khusus seperti aquarium, bak ember dan paso yang ditempatkan diruang tertutup dan
terlindung, istilah ruang tertutup adalah ruangan yang terlindung dari pengaruh cuaca, curah hujan,
angin, perubahan suhu, dan hama predator. Persyaratan penetasan telur dan pemeliharaan larva yaitu
air harus bersih dan jernih serta suhu udara dan suhu air harus stabil tidak berfluktuasi. Telur yang
menetas dipelihara sehingga menjadi larva ukuran gabah atau biji oyong, dengan lama pemeliharaan
kurang lebih 30-40 hari.Penetasan telur dan pemeliharaan larva merupakan priode masa kritis
sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati-hati, penetasan telur dan pemeliharaan larva
gurame secara terkontrol mutlak dilakukan karena angka kematian larva yang baru menetas sampai
dengan ukuran gabah atau biji oyong sangat tinggi.
Pendederan III dilakukan ketika gurami mencapai bobot 30 50 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:
Pendederan IV dilakukan ketika gurame sudah berbobot 150 g/ekor, berikut ketentuanketentuannya:
ukuran benih 6 cm
pakan 5% berat badan
pemberian pakan 3 kali/hari
waktu pemeliharaan 40 hari
2.
Luas kolam pendederan yang dipakai 50-100 meter persegi. Kolam pendederan harus
dikeringkan terlebih dulu hingga muncul retakan-retakan tanah. Setelah itu, kolam dipupuk
dengan kotoran ayam sebanyak 300 g/m2 ditambah TSP dan urea masing-masing 8-10 g/m2.
Selain dipupuk, kolam juga ditebari kapur sebnyak 25 g/m2. Pupuk dan kapur tersebut
ditebarkan merata ke dasar kolam terutama di bagian pemasukan air. Kemudian kolam diisi
dengan air dengan ketinggian 60-80 cm. biarkan selama lima hari, kemudian ketinggian air
dapat ditambah hingga mencapai 1 m.
3. . Pemberian Pakan
Pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran atau umur benih. Ikan gurami di
pendederan dapat diberi pakan berupa tepung dan pelet terapung yang jumlahnya tergantung
pada besarnya benih. Misalnya bobot benih 10 g dapat diberikan pakan tepung berkadar
protein 36%, sedangkan benih 10-50 g diberi pakan pelet dengan diameter 2 mm yang
berkdar protein 26%. Jika bobot ikan lebih dari 50 g diberi pelet berdiameter 3 mm dengan
kadar protein 26%. Jumlah dan frekuensi pemberian pakan disesuaikan dengan ukuran benih.
Misalnya untuk benih gurami ukuran kecil di bawah 50 g/ekor diberi pakan 4% dari bobot
badannya, dengan frekuensi 4 kali sehari. Gurami ukuran di atas 50 g/ekor diberi pakan 3%
dari bobot badannya, dengan frekuensi 3 kali sehari.
Umur 0 14 hari : Jenis pakan yang disukai berupa pakan cadangan yang dibawa
sejak keluar dari telur ditambah suspensi pakan berupa kuning telur ayam yang telah
direbus kemudian dicairkan.
Umur 15 45 hari : Jenis pakan yang disukai berupa rayap ulat, telur semut, dedak
atau tepung halus.
Umur 46 100 hari : Jenis pakan yang disukai berupa tumbuhan yang dihaluskan,
seperti paku airdan azzola, bungkil, dan dedak atau tepung.
Umur 3,5 8 bulan : Jenis pakan yang disukai berupa daun tumbuhan, kangkung,
sente, singkong, genjer ditambah pelet.
juga konsumen tertentu yang menginginkan gurami berukuran di ata 1 kg/ekor. Tahap
pembesaran dimulai dari benih sebesar korek api atau benih ukuran 7-8 cm hingga mencapai
ukuran konsumsi.
Pembesaran Ikan Gurame di Kolam Tanah
Kolam yang digunakan adalah kolam tanah yang berpematang tembok atau tanah. Ukuran
kolam yang digunakan 100-500 m2 dengan kepadatan tebar 20 ekor/m2. Tinggi air dalam
kolam 70 cm dengan debit air yang masuk ke kolam 15-20 liter/menit.
1. . Persiapan kolam
Persiapan kolam diawali dengan pengeringan selama tiga hari hingga tanah tampak retak.
Artinya, tanah sudah benar-benar kering dan bebas dari bibit penyakit. Pada pintu pemasukan
dan pengeluaran air sebaiknya dipasangi saringan air untuk mencegah masuknya binatang
yang dapat menjadi hama bagi gurami. Kolam perlu dipupuk dengan pupuk kandang dari
kotoran ayam yang sudah kering sebanyak 500 g/m2, dan kapur sebanyak 25 g/m2.
2.
Perawatan sehari-hari pada tahap pembesaran hampir sama dengan tahap pendederan.
Pakan buatan berupa pelet yang mengandung 25% protein diberikan setiap harinya sebanyak
1% dari total bobot benih. Frekuensi pemberiannya 2-3 kali, yakni pukul 07.00, 11.00, dan
13.00. Sementara itu, pakan tambahan yang diberikan berupa daun sente. Pakan tambahan ini
diberikan setiap hari pada pukul 17.00 sebanyak 10% dari total bobot benih.
3.
Lama pembesaran
Untuk menghasilkan gurami sebesar bungkus rokok atau 10-12 ekor/kilo dibutuhkan
waktu 75-100 hari. Gurame sebesar ini sudah dapat dipanen dan dijual atau dibesarkan lagi
sampai 90-100 hari hingga mendapatkan gurame konsumsi ukuran 500 g/ekor.
4.
Jika dibandingkan kolam pembesaran yang berukuran besar, misalnya di atas 500 m2
kepadatan gurami perlu dikurangi hingga menjadi 10 ekor/m2. Selain itu, tinggi air juga
dinaikkan menjadi 80 cm, dan debit air masuk 20 liter/menit. Pakan buatan diberikan dua kali
sehari, yakni pukul 08.00 dan 13.00. Pada kolam yang luas, kandungan protein pada pelet
yang diberikan cukup 20% dari bobot ikan. Daun sente yang diberikan pada sore hari pukul
16.00. Permanen gurami yang dibesarkan di kolam tanah dilakukan dengan mengeringkan
sebagian air kolam. Setelah itu, gurami dipanen dengan menggunakan jaring.
penyakit yang bukan disebabkan oleh jasad hidup, tetapi lebih disebabkan oleh faktor fisika
dan kimia perairan yang disebut penyakit non-parasiter.
Penyakit parasiter banyak disebabkan oleh jasad renik, berupa bakteri, jamur, virus,
protozoa, nematoda dan udang renik. Sementara itu, penyakit non-parasiter disebabkan oleh
buruknya kualitas pakan atau tercemarnya air oleh zat kimia tertentu.
A. Penyakit Parasiter
1.
Bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar, yaitu
Ichthyophthirius multifillis. Parasit ini biasanya berada di bawah lapisan epidermis kulit.
Gejala yang ditimbulkan adalah warna tubuh gurami menjadi pucat akibat dari adanya bintik
putih di seluruh badan ikan. Gurami terlihat sering menggosok-gosokkan badannnya ke
bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat megap-megap dan sering berkumpul di tempat
pemasukan air karena kekurangan oksigen.
Penyakit ini dapat menular melalui penggunaan peralatan yang tidak bersih.
Penularan juga dapat terjadi akibat suhu air yang rendah (kurang dai 22 C), kurang makan,
atau tertular penyakit dari ikan liar.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan merendam gurame dalam larutan formalin 25
ml/m3 air. Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara menaikkan temperatur
air kolam hingga mencapai 28 C.
1.
Penyakit cacing insang dan cacing kulit disebabkan oleh parsit Dactylogyriasis yang
menyerang benih gurami, terutama di bagian badan dan insang. Gejalanya gurami tampak
lemah, nafsu makan berkurang, dan sering berkumpul di permukaan air karena kekurangan
oksigen.
Timbulnya penyakit ini didukung oleh kualitas air yang buruk, kekurangan pakan,
padat tebar terlalu tinggi, dan suhu udara rendah. Penyakit ini dapat menular melalui media
air. Mengatasinya dapat dilakukan dengan cara merendam benih gurami di dalam larutan
garam dapur 300 g/m3 air selama 24 jam. Selain itu, benih juga dapat direndam di dalam
larutan formalin 40 ml/m3 air selam 24 jam.
2. Kutu ikan
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp. yang menyerang dengan cara
menggigit seluruh bagian badan gurame. Di sekitar bekas gigitan akan terjadi perdarahan,
yang jika dibiarkan akan semakin menghebat.
Munculnya penyakit ini dipengaruhi oleh kualitas air yang buruk. Penularan terjadi
melalui air dan kontak langsung antara gurami yang sehat dan gurame yang sakit. Penyakit
ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam larutan garam dapur 1,25% selama 15
menit.
B. Penyakit Non-parasiter
Penyakit non-parasiter disebut juga dengan penyakit non-infeksi. Penyakit ini disebabkan
oleh kualitas media yang jelek atau penanganan budi daya yang salah. Penyakit non-parasiter
dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu penyakit nutrisi, penyakit kejenuhan gas, dan penyakit
kekurangan oksigen.
1. Kekurangan nutrisi
Penyakit ini disebabkan kekurangan asam amino dan vitamin pada pakan. Selain itu,
juga dapat disebabkan keracunan alfatokin. Penyakit ini menyerang bagian insang dan badan
bagian luar. Gejalanya adalah tutup insang keriput, tubuh ikan bengkok, dan pertumbuhannya
lambat.
Munculnya penyakit ini dipicu oleh kualitas pakan yang jelek atau pakan yang sudah
tercemar jamur. Karena itu, penyakit ini dapat diobati dengan mengganti pakan yang lebih
berkualitas dan memberikannya dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Kejenuhan gas
Penyakit ini disebabkan oleh kandungan nitrogen, oksigen, dan karbondioksida di
dalam air kolam terlalu jenuh. Bagian yang terserang adalah kulit, mata, dan insang. Penyakit
ini lebih banyak menyerang benih gurami. Gejala klinis yang timbul pada ikan yang terkena
penyakit ini adalah timbulnya gelembung udara di bagian kulit, mata, dan insang. Penyakit
ini tidak menular, tetapi jika tida ksegera diobati akan menyebabkan gangguan kronis.
Penyakit ini dapat diatasi dengan cara mengganti air atau meningkatkan kualitas air kolam.
3. Kekurangan oksigen
Penyakit ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air rendah. bagian yang
terserang adalah organ tubuh bagian dalam (paru). Penyakit ini menyerang gurami dari semua
golongan umur. Gejala klinis yang muncul adalah gurami sering membuka tutup insang dan
berkumpul di permukaan air. Munculnya penyakit ini dipicu oleh pertumbuhan plankton yang
berlebihan dan kadar bahan organik terlarut sangat tinggi. Oleh karena itu, cara mengatasinya
dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas air, mengurangi bahan organik, dan
mengurangi kepadatan ikan..
Saat ini tercatat ada lima wilayah penghasil gurame terbesar di Indonesia, yakni Jawa
Barat (34,04%), Jawa Tengah (18,67%), Sumatera Barat (15,44%), Jawa Timur (14,98%),
dan Nusa Tenggara Barat (2,7%). Salah satu sentra gurame di Jawa Barat adalah daerah
Parung, Bogor. Setiap bulannya, petani gurame di daerah itu mampu memasok gurame
konsunsi untuk daerah Jabodetabek dan Banten sebanyak 2-3 ton. Namun, akhir-akhir ini
produksi menurun akibat peruntukan lahan produksi yang semakin sempit sehingga produksi
hanya menjadi 1 ton/bulan.
Produksi gurame yang ada saat ini memang belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan
masyarakat. Hal ini terbukti dari lebih sedikitnya persediaan ikan gurame di pasaran. Tidak
seperti ikan mas dan lele yang jauh lebih mudah ditemui. Harga gurame pun relatif lebih
tinggi.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.
Jumlah peternak yang mengusahakan gurame memang masih sedikit. Para peternak
lebih suka membudidayakan ikan mas dan lele, terutama lele dumbo.
Pertumbuhan gurame memang tidak secepat ikan mas dan lele. Karena itu, panennya
pun lebih lama.
Secara alami, pertumbuhan ikan gurame memang lambat. Selain karena kantong
makannya yang lebih kecil, ikan ini tergolong herbivora yang hanya makan protein
nabati. Hal ini berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya yang memakan protein
hewani atau karnivora.
Namun, anggapan bahwa gurame tidak dapat segera dipanen sebenarnya perlu diluruskan.
Dengan teknik-teknik tertentu, gurame dapat dipacu pertumbuhannya. Salah satunya dengan
pemberian pakan yang intensif. Pada kenyataannya di lapangan, gurame memang lebih
banyak dipelihara secara tradisional. Pakan yang diberikan umumnya hanya seadanya,
misalnya daun singkong dan daun sente. Meskipun daun-daunan tersebut sangat disukai
gurame, kandungan proteinnya sangat sedikit. Padahal, pertumbuhan gurame sangat
dipengaruhi oleh asupan protein.
Selain itu, gurame yang dipelihara umumnya hanya dijadikan sebagai tabungan, yang
akan dijual ketika membutuhkan uang. Masih sedikit masyarakat yang memelihara gurame
secara intensif dan menjadikannya sebagai usaha pokok yang memberikan keuntungan besar.
Namun, ada beberapa petani melek ilmu yang tidak mau menunggu-nunggu kapan tabungan
ditebok atau dipecah. Mereka berupaya sekuat tenaga untuk membudidayakan gurame lebih
intensif dan segera memberikan keuntungan besar. Kalau sudah panen, petani tidak usah
repot-repot mencari pembeli, karena mereka akan datang dengan sendirinya.
Persoalan lain yang sering dihadapi dalam budi daya gurame adalah masih terbatasnya
sumber daya manusia. Akibatnya, tingkat mortalitas gurame, terutama pada masa
pembenihan, cukup tinggi. Petani harus banyak mempelajari sifat dan karakter gurame
peliharannya.
D. Harga Gurame Stabil
Harga ikan gurame dari tahun ke tahun tetap stabil, bahkan menunjukkan kenaikan yang
berarti. Harga gurami yang relatif tinggi ini terutama disebabkan oleh permintaan pasar
tinggi, sedangkan produksi masih rendah. Celah pasar itulah yang membuat harga gurami
konsumsi bertahan di angka Rp.20.000 25.000 per kilogram sejak tahun 2000. Harga
gurami di tingkat petani di Parung, Bogor Rp.20.000/kg. Sementara itu harga di Jawa Tengah
dan Jawa Timur Rp.17.000 18.000/kg. Harga itu oleh berbagai pengamat gurami
diperkirakan bertahan hingga 2-3 tahun ke depan.
E. Data Usaha Budidaya Ikan Gurami
No
Bibit ikan 5 cm
Rp.
Rp.130.000
Pakan Tambahan
Obat
Rp. 25.000
Jumlah modal
500
500 x 2.000
Rp. 1.000.000
3 sak x 130.000
Rp. 390.000
Rp.
25.000
Rp. 1.415.000
Keuntungan
1. Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah
produksi ikan yang dapat dijual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan
untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani
dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
2. Gangguan musim umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang mengakibatkan suhu
lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserah penyakit. Perubahan suhu
yang dapat ditolerir ikan adalah 5oC. Untuk mengantisipasi perubahan suhu dapat dilakukan
pengaturan air masuk dan air keluar.
3. Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif dan
cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun.
Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar.
Dalam hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau
menerapkan pola budidaya yang lebih baik.
Budidaya ikan gurame, mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. disamping rasanya
yang lezat dan empuk, ikan ini pun digemari banyak orang. Sudah menjadi tradisi dalam
setiap kendurian, ikan gurame selalu menjadi syarat utama hidangan. Disamping rasanya itu,
perawatannya pun tidak terlalu sulit dan tidak memakan banyak biaya, sehingga banyak
petani ikan yang mulai menggemari, membudidayakan ikan ini, karena harga dari setiap
bibitnya yang murah dapat menghasilkan keuntungan 3 kali lipat dari harga bibit. Harga dari
ikan gurame di pasaran sangat bervariasi tergantung dari bobot ikan tersebut.
Ikan gurame dengan berat 1,5 kg dapat mencapai harga Rp 6.000-Rp 8.000 tergantung
keadaan pada saat itu.