Oleh :
PRAMONO TEDJO LAKSONO
NIT: 16.3.02.027
i
HALAMAN PERSETUJUAN
NIT : 16.3.02.027
Karya Ilmiah Praktek Akhir Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Serta
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perikanan
Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Tahun Akademik 2018/2019
Menyetujui :
Dosen Pembimbing II
Dosen Pembimbing I
ii
Mohsan Abrori,S.Pi,MSi
Tim Penguji :
Ir. Teguh Harijono, MP Ir. Moh. Zainal Arifin, MP Mohsan Abrori,S.Pi, M.Si.
Tanggal : Tanggal : Tanggal :
Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
iii
RINGKASAN
Ikan gurami merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang
banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan rasa dagingnya yang lezat
dan gurih. Selain disukai olah masyarakat ikan gurami juga disukai olah para
pembudidaya, karena memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan
komoditas perikanan air tawar yang lainnya. Ikan gurami juga termasuk salah
satu dari 15 jenis komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan petani.
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan banyaknya suatu
usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh tersedianya benih yang tepat jumlah,
tepat waktu dan mutunya. Adapun persoalan lain yang membuat kurangnya
produksi benih gurami adalah masih terbatasnya sumber daya manusianya.
Masih banyak petani yang kurang memahami sifat dan karakter ikan gurami.
Akibatnya, tingkat mortalitas gurami cukup tinggi, terutama pada masa
pembenihan. Jadi proses pembenihan sangat mempengaruhi suatu keberhasilan
proses budidaya ikan gurami khususnya pada pembesaran.
Tingkat permintaan benih ikan gurame dari tahun 2000-2004 mengalami
peningkatan, dengan peningkatan rata-rata pertahun sebesar 42,25% (Ditjen
Perikanan Budidaya, 2007 dalam Nugroho, 2008). Menurut Ahcmad (2011),
menyatakan bahwa satu daerah yang membutuhkan ikan gurami paling tinggi
adalah Jakarta. Saat ini, pasar di Jakarta diperkirakan menyerap Gurami
konsumsi sebanyak 10 – 15 ton/hari. Untuk memenuhi pasar gurami di Jakarta,
para pemasok berburu ke Parung, Subang, Indramayu, Purwokerto,
Tulungangung dan Kediri. Namun, Sejumlah pasokan tersebut sebenarnya belum
memenuhi kebutuhan seluruhnya. Kesannya masih diperlukan peningkatan
gurami konsumsi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan / permintaan gurami
konsumsi. Oleh sebab itu, maka kebutuhan benih akan terus meningkat.
Sehingga diperlukan pengembangan usaha pembenihan ikan gurami.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis ingin mempelajari lebih
lanjut tentang pembenihan ikan gurami (Osprhonemus goramy). Di Instalasi
Budidaya Air Tawar Pandaan Ikan ini mempunyai tugas dalam Pelaksanaan
pembinaan, pelatihan, balai diklat dan penyebaran teknologi pembenihan dan
budidaya perikanan air tawar kepada pembudidaya dan petugas teknis lapangan.
Alasan tersebut menjadi pertimbangan penulis memilih tempat KIPA Di Instalasi
Budidaya Air Tawar Pandaan Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur dengan
mengambil judul Teknik Pembenihan Ikan Gurame (Osprhonemus Goramy).
Proses pembenihan yang dilakukan di IBAT Pandaan meliputi: jumlah
induk yang dipelihara sebanyak 120 jantan dan 120 betina. Induk jantan usia 2 –
iv
2,5 tahun berat 1,5 – 2 kg. Induk betina usia 2 – 3 tahun berat 2 – 3 kg. Asal
induk Tulungagung dan Magelang. Induk dipelihara dengan pemberian pakan
pelet protein 30% dosis 3% berat biomas induk, daunan hijau (papaya dan talas)
5% berat biomas, monitoring kualitas air berdasarkan parameter kualitas air,
pergantian air melalui air mengalir.
Jumlah kolam pemijahan 5 buah luas tiap kolam 196 m2. Persiapan
meliputi pengeringan 2 – 3 hari atau disesuaikan dengan cuaca, pengapuran
dengan kapur pertanian (CaCO3) dosis 25 gram/m2, pengisian air 80% dari tinggi
kolam 100 cm. b. Persiapan sarang
Di IBAT Pandaan kerangka sarang dari keranjang sampah plastik
dengan diameter 40 cm dan diletakkan sekitar 10-15 cm dari permukaan air
kolam dipasang dengan tiang pancang. Disekitar kolam dipasang bahan sarang
yang terbuat dari ijuk yang disebar didekat keranjang. Jumlah sarang tiap kolam
11 buah total 66 sarang. Produktivitas sarang 64 buah.
Seleksi induk dengan beberapa kriteria antara lain umur jantan dan
betina diatas 2 tahun. Panjangnya diatas 30 cm. Untuk bobot jantan 2 - 4 kg dan
betina 3 – 5 kg.
Pemijahan dilakukan secara alami dengan metode berpasangan secara
masal. Perbandingan induk jantan dan induk betina adalah 1 : 1. Padat tebar
induk 40 ekor/m 2. Biasanya berlangsung setelah 15-30 hari induk dilepas ke
kolam pemijahan. Induk jantan akan membuat sarang yang dapat berlangsung
1-2 minggu. Waktu pemijahan biasanya terjadi pada sore. Induk dimonitor dan
dikontrol dalam hal pakan dan kualitas air.
Di IBAT Pandaan pengecekan telur dilakukan setiap hari. Pengecekan
dilakukan dengan mengecek kondisi fisik lingkungan kolam dan sekitar sarang
kemudian pengecekan lanjutan dengan meraba sarang. Pengecekan di pagi
atau sore hari.
Panen telur dilakukan di pagi atau sore hari. Cara panen dengan
mengambil sarang dari keranjang, buang sebagian ijuk dan sisakan sedikit
bersama telur. Posisikan telur tengkurap bersama sarang pada ember. Segera
sortir dan tebar di wadah penetasan. Total telur 82.542 butir dari 26 sarang.
Telur ditetaskan pada wadah akuarium. Total akuarium di hatcery 75
buah. Ukuran masing – masing 30 liter. Padat tebar telur 1000 – 1805 butir.
Daya tetas telur dari 82.542 butir menetas 81.362 dengan HR 98,2%.
Larva dipelihara dalam akuarium selama 30 hari. 10 hari pertama tidak
diberi pakan apa – apa karena masih memakan kuning telur, 10 hari kedua
diberi pakan artemia, 10 hari ketiga diberi pakan artemia dan cacing sutra.
Pemberian pakan 2 kali sehari pagi dan sore hari. Monitoring kualitas air tetap
dilakukan. Tiap akuarium diberi aerasi 2 buah.
Setelah 30 hari di hatchery, benih didederkan pada pendederan 1 lalu
pendederan 2. Waktu mau di tebar di pendederan sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari. Dilakukan aklimatisasi sebelum tebar. Pendedean 1 SR
97,38% berhasil didederkan 77,350 ekor. Pendederan 2 SR 97,54% berhasil
didederkan 55.873 ekor. Pakan yang diberi meliputi cacing sutra dan pelet yang
disesuaikan dengan bukaan mulut. Dosis 2 – 3 % erat biomas. Monitoring
meliputi pertumbuhan dan monitoring kualitas air.
v
Pengecakan dilakukan secara berkala disesuaikan dengan parameter
yang ada. Pengecekan dilakukan pada pagi dan sore hari. Kisaran suhu pada
pemeliharaan larva adalah 26,8 – 27,8 oC, dan untuk pH berkisar 7,9 – 7,5. pada
pendederan suhu 27,4 – 26,5oC, pH 7,5 – 7,2.
Selama praktek hama yang ditemukan pada kolam induk dan
pendederan adalah ikan jatul, jentrung, trisipan, lumut, udang kecil, biawak,
keong sedangkan pada hatchery tidak ditemukan. Selama proses kegiatan kerja
praktek akhir di instalasi budidaya air tawar pandaan tidak ditemukan penyakit
yang menyerang pada benih ikan gurami.
Di IBAT Pandaan pemanenan dilakukan secara panen total. Waktu
pemanenan adalah pagi hari atau sore hari untuk menghindari dari cahaya terik
matahari. Cara pemanenan adalah kurangi terlebih dahulu air media dalam
kolam hingga tersisa 40 – 30%. Seser dengan menggunakan jaring atau waring
benih yang ada di kolam secara perlahan. Pisahkan ukuran benih sebab untuk
setiap ukurannya harganya berbeda.Penetasan telur baik, dibuktikan telur dapat
menghasilkan sebanyak 82.542 butir telur dan berhasil menjadi larva sebanyak
81.362 dengan HR 98,2% dan menjadi benih ukuran kecil dengan total panen
dari hatchery sebesar 79.468 ekor dengan SR 97,2%. Pendederan yang baik,
dibuktikan dengan benih dapat tumbuh dan sehat. Dari data pendederan 1 dapat
dibuktikan dengan penebaran 79.468 ekor benih dan dapat di panen dari
pendederan 1 dengan total 77,350 ekor dengan SR 97,38%. Dari data
pendederan 2 berjumlah 4 bak yang mana jumlah tebar awal 77.350 ekor total
akhir 55.873 ekor dan SR nya 97,54%. Kualitas benih cukup baik ditandai
dengan benih ukuran seragam dan benih sehat. Saran yang bisa diberikan
untuk Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan (IBAT) adalah sebaiknya dilakukan
penyimpanan pakan dan penyimpanan peralatan pembenihan sesuai dengan
penerapan CBIB yang baik. Perlu diperhatikan penerapan biosecurity dan
sterilisasi alat yang lebih ketat selama proses pembenihan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Karya Ilmiah Kerja Praktek Akhir (KIPA) ini
Penyusunan Karya Ilmiah Praktek Akhir ini tidak lepas dari bantuan pihak-
pihak yang terkait dalam kegiatan Kerja Praktek Akhir. Oleh karena itu, penulis
Praktek Akhir.
3. Bapak Ir. Teguh Harijono, MP dan Bapak Ir. Moh. Zainal Arifin, MP selaku
Praktek Akhir.
Karya Ilmiah Praktek Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
Penulis
vii Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
RINGKASAN ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ivii
DAFTAR ISI........................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan ..........................................................................................3
1.2.1. Maksud .......................................................................................................3
1.2.2. Tujuan.........................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................4
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurame .............................................................4
2.1.1. Klasifikasi Ikan Gurame .............................................................................4
2.1.2. Morfologi Ikan Gurami ................................................................................4
2.1.3. Siklus Hidup Ikan Gurami...........................................................................5
2.1.4. Sifat dan Kehidupan Ikan Gurami ..............................................................6
2.1.5. Makan dan Kebiasaan Makan Ikan Gurami ..............................................6
2.1.6. Varietas Ikan Gurami .................................................................................7
2.2. Persyaratan Lokasi Pembenihan......................................................................9
2.2.1. Faktor Teknis ..............................................................................................9
2.2.2. Faktor Non Teknis ......................................................................................9
2.3. Fasilitas Pembenihan.....................................................................................10
2.4. Pemeliharaan Induk Ikan Gurami ...................................................................10
2.4.1. Persyaratan Induk Berkualitas .................................................................11
2.4.2. Persiapan Kolam Pemeliharaan Induk ....................................................11
2.4.3. Penebaran Induk ......................................................................................12
2.4.4. Pengelolaan Pakan ..................................................................................12
2.4.5. Pengelolaan Kualitas Air ..........................................................................12
2.4.6. Pengendalian Hama dan Penyakit ..........................................................13
viii
2.5. Pemijahan Ikan Gurami ..................................................................................14
2.5.1. Persiapan Kolam Pemijahan dan Pemasangan Substrat atau Sarang ..14
2.5.2. Seleksi Induk Matang Gonad ...................................................................17
2.5.3. Penebaran Induk Ke Kolam Pemijahan ...................................................18
2.5.4. Proses Pemijahan ....................................................................................19
2.6. Penetasan Telur ..............................................................................................20
2.6.1. Persiapan Media Penetasan ....................................................................20
2.6.2. Proses Penetasan ....................................................................................21
2.7. Pemeliharaan Larva ........................................................................................21
2.7.1. Persiapan Media Pemeliharaan Larva.....................................................22
2.7.2. Pemeliharaan Larva .................................................................................22
2.7.3. Pengelolaan Pakan ..................................................................................23
2.7.4. Pengelolaan Kualitas Air ..........................................................................26
2.7.5. Pengendalian Penyakit ............................................................................26
2.8. Pendederan.....................................................................................................27
2.8.1. Persiapan Kolam Pendederan .................................................................28
2.8.2. Penebaran Benih......................................................................................28
2.8.3. Pengelolaan Pakan Benih ........................................................................29
2.8.4. Pengelolaan Kualitas Air ..........................................................................29
2.8.5. Pengendalian Hama dan Penyakit ..........................................................30
2.9. Monitoring Pertumbuhan ................................................................................33
2.10. Panen ............................................................................................................34
III. METODOLOGI ..................................................................................................36
3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...................................................................36
3.2. Metode Kerja Praktek Akhir ............................................................................36
3.3. Sumber Data ...................................................................................................36
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................37
3.5. Teknik Pengolahan data .................................................................................38
3.6. Analisa Data Teknis ........................................................................................38
IV. KEADAAN UMUM ............................................................................................41
4.1. Keadaan Umum Lokasi ..................................................................................41
4.1.1. Letak Geografis ........................................................................................41
4.1.2. Sejarah Berdirinya Usaha ........................................................................42
4.1.3. Struktur Organisasi ..................................................................................42
ix
4.1.4. Fasilitas pembenihan ...............................................................................43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................46
5.1. Pemeliharaan Induk ........................................................................................46
5.1.1. Persiapan Media .....................................................................................46
5.1.2. Seleksi Calon Induk ................................................................................49
5.1.3. Penebaran Induk gurami........................................................................50
5.1.4. Pengelolaan Pakan .................................................................................51
5.1.5. Pengelolaan Kualitas Air ........................................................................52
5.1.6. Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................52
5.2. Pemijahan Gurami ..........................................................................................53
5.2.1. Persiapan Media Pemijahan ...................................................................53
5.2.2. Proses Pemijahan ...................................................................................56
5.3. Pemanenan Telur ...........................................................................................57
5.3.1. Proses Pemanenan Telur .......................................................................57
5.4. Penetasan Telur ..............................................................................................60
5.4.1. Persiapan Media Penetasan ...................................................................60
5.4.2. Proses Penetasan ...................................................................................61
5.5. Pemeliharaan Larva ........................................................................................63
5.5.1. Penyiponan .............................................................................................63
5.5.2. Pengelolaan Pakan .................................................................................64
5.5.3. Pengelolaan Kualitas Air .........................................................................65
5.5.4. Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................................68
5.6. Pendederan....................................................................................................68
5.6.1. Persiapan Media Pendederan ................................................................68
5.6.2. Penebaran ..............................................................................................69
5.6.3. Pengelolaan Pakan .................................................................................78
5.6.4. Pengelolaan Kualitas Air .........................................................................79
5.6.5. Pengendalian Hama dan Penyakit .........................................................83
5.7. Panen ..............................................................................................................86
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................88
6.1. Kesimpulan .....................................................................................................88
6.2. Saran ...............................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................90
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................92
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4. (1). Induk Gurame Jantan (2). Induk Gurame Betina .....................18
Gambar 12. (1) Induk Jantan Dan (2) Induk Betina ..............................................50
Gambar 13. (a) Proses Sampling Induk Gurame (b) Penebaran Induk Gurame 51
Gambar 14. Pakan pellet pada gambar (a), daun talas pada gambar (b) ............52
xi
Gambar 26. Grafik Suhu air Hatchery ...................................................................66
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Ciri – ciri Induk Gurami Betina dan Jantan siap piijah ............................17
Tabel 8. Pemberian Pakan Pada Larva Ikan Gurame (81.362 ekor) ...................65
Tabel 9. Nilai Survival rate (SR%) benih hasil pemeliharaan di hatchery ............71
Tabel 11. Nilai Survival rate (SR%) benih hasil pemeliharaan di pendederan I ...74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiv
I. PENDAHULUAN
Ikan gurami berasal dari perairan daerah sunda (Jawa Barat, Indonesia)
gurami agak lambat dibanding ikan air tawar jenis lain. Di indonesia, orang jawa
1999).
Ikan gurami merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang
banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan rasa dagingnya yang lezat
dan gurih. Selain disukai olah masyarakat ikan gurami juga disukai olah para
komoditas perikanan air tawar yang lainnya. Ikan gurami juga termasuk salah
satu dari 15 jenis komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan petani. Hal ini terkait dengan masa pemeliharaan ikan gurami
yang lebih lama dibandingkan dengan masa pemeliharaan ikan air tawar lainnya
benih ikan gurame ini menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan gurame
1
2
usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh tersedianya benih yang tepat
jumlah, tepat waktu dan mutunya. Adapun persoalan lain yang membuat
manusianya. Masih banyak petani yang kurang memahami sifat dan karakter
ikan gurami. Akibatnya, tingkat mortalitas gurami cukup tinggi, terutama pada
membutuhkan ikan gurami paling tinggi adalah Jakarta. Saat ini, pasar di Jakarta
kebutuhan / permintaan gurami konsumsi. Oleh sebab itu, maka kebutuhan benih
ikan gurami.
Budidaya Air Tawar Pandaan Ikan ini mempunyai tugas dalam Pelaksanaan
budidaya perikanan air tawar kepada pembudidaya dan petugas teknis lapangan.
Budidaya Air Tawar Pandaan Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur dengan
1.2.1. Maksud
Maksud dari pelaksanaan Karya Ilmiah Praktek Akhir ini adalah untuk
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari Karya Ilmiah Praktek Akhir (KIPA) ini adalah sebagai berikut :
gouramy) yang baik dan benar mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan,
2. Untuk mengetahui hasil produksi, jumlah dan kualitas benih ikan gurami
Didalam buku Saani (1984) dalam Kordi (2010), gurami disebut hanya
Kottelet et al (1993) dalam Kordi (2010), dicacat tiga spesies, yaitu Osphronemus
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Family : Osphoronemidae
Genus : Osphronemus
Nama Lokal : gurami, gurameh, gurame, gerameh, kala, koloi, kalau dan kalui
Ikan gurami memiliki bentuk badan oval agak panjang, pipih dan
punggung tinggi. Mulut kecil, dengan rahang atas dan bawa tidak rata. Dibagian
rahang terdapat gigi kecil berbentuk kerucut. Deretan gigi sebelah luar lebih
besar dibandingkan dengan gigi sebelah dalam. Ikan yang sudah tua memiliki
dagu menonjol. Badan berwarna kecoklatan dengan bintik hitam pada sirip dada
dan ukuran sisiknya besar. Pada jari pertama sirip perut terdapat alat peraba
berupa benang panjang. Pada gurami muda, di depan sirip duburnya terdapat
bintik hitam dengan pinggiran kuning atau keperakan dan di depan sirip dada
4
5
terdapat bintik-bintik hitam yang menandakan bahwa gurami itu masih muda.
Pada ikan yang sudah tua, terdapat duri di sirip punggung dan sirip dubur yang
ukurannya akan semakin besar (Agung, 2007). Morfologi ikan gurami dapat
pada musim. Kematangan kelamin biasanya dicapai saat gurami berumur 2-3
tahun. Sebelum induk betina bertelur, induk jantan akan membuat sarang untuk
bersembunyi. Setelah induk betina meletakkan telur ke sarang, induk jantan akan
membuahi telur tersebut. Induk jantan juga akan menjaga telur hingga menetas.
Biasanya telur akan menetas setelah berumur 5 hari. Usai perkawinan, menjaga
Ikan gurami termasuk penyayang anak, hal ini terlihat dari ikan gurami
meronda secara bergiliran dari serangan pemangsa (Resapati dan Budi, 1993).
alat pernapasan insang dan insang tambahan (labirin). Labirin adalah alat
pernapasan berupa selaput tambahan yang berbentuk tonjolan pada tepi atas
lapisan insang pertama. Pada selaput ini terdapat pembuluh darah kapiler
sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen (Tim Karya
Bentuk tubuh yang pipih dan tinggi (compres) serta bentuk sirip ekor
setengah lingkaran merupakan ciri bahwa gurame ikan penghuni air tenang,
dengan dasar perairan yang tidak terlalu keras dan berlumpur. Dasar kolam
terutama jika sedang mengalami sedikit stress. Sementara dasar kolam yang
yang baru menetas mempunyai cadangan makanan yang berupa kuning telur
yang ada pada tubuhnya. Selama 5-7 hari sisa-sisa kuning telur ini cukup
memberikan energi (Respati dan Budi, 1993). Setelah kuning telur habis, gurame
hidup sebagai perifiton (melayang dalam kolam air). Benih gurame lebih
tumbuhan air (herbivora). Pakan dan kebiasaan ikan gurame bisa berubah
akan tumbuh lebih cepat dibanding dengan hanya memberikan pakan daun –
daunan. Pakan gurami yang minimal mengandung 20% protein diyakini sudah
1. Varietas Jepun atau Gurami Jepang atau Japanoca gourami memiliki sisik
beratnya hanya mencapai 3,5 kg. Warna tubuh putih abu-abu dan kemerah-
merahan.
2. Varietas Soang, atau lebih sering disebut Gurami Angsa bewarna putih abu-
abu, memiliki sisik yang lebar, ukuran badan lebar dan panjang. Panjang
maksimum dapat mencapai 65 cm dan berat 8-12 kg. Pada proses pembiakan
gurami jenis soang lebih rakus, dan merespon makanan lebih cepat. Dalam
waktu 6 bulan, benih yang ditebar debgan berat 100 gr/ekor dapat tumbuh
mecapai 700 gr/ekor. Pada varietas lain membutuhkan waktu sampai 9 bulan.
8
mencapai 2 kg. Telur yang dihasilkan oleh seekor induk dalam setiap kali
4. Varietas Paris, berwarna merah muda cerah pada tubuh dan warna putih
pada kepalanya. Mempunyai sisik agak halus. Terdapat bintik bintik hitam di
5. Varietas Porselen, berwarna merah muda cerah dan kepalanya relatif kecil.
2.000 – 7.000 butir, porselen mampu menghasilkan 10.000 butir telur dalam
sekali pemijahan. Oleh karena itu, gurami porselen disebut sebagai gurami
mempunyai sisik besar dan berwarna agak kehitam hitaman. Dalam satu
keturunan, gurami ini selalu tumbuh lebih cepat dari jenis lainnya. Namun telur
yang dihasilkan sangat sedikit yaitu antara 2.000 – 3.000 butir dalam sekali
pemijahan.
Varietas kapas juga tergolong cepat tumbuh. Dalam waktu 13 bulan dapat
8. Varietas Batu, berwarna hitam merata dan sisiknya kasar. Varietas ini
tergolong lambat tumbuh. Dalam waktu 13 bulan hanya mencapai 0,5 kg/ekor,
a. Lokasi mempunyai sumber air yang cukup sepanjang tahun, baik pada musim
b. Lokasi mempunyai sumber air yang cukup sepanjang tahun, baik pada musim
c. Lokasi hendaknya jauh dari limbah pabrik maupun limbah rumah tangga.
d. Lokasi memiliki tanah yang subur banyak ditemukan dan tumbuh berbagai
Faktor non teknis adalah faktor – faktor yang mempengaruhi secara tidak
lansung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan (Mahyuddin, 2009).
produksi.
telur dan memelihara kesehatan induk. Kolam ini berupa kolam tanah yang
kepadatan kolam berisi 20 ekor betina dan 10 ekor jantan (Agromedia, 2007)
dan induk jantan. Kolam tanah dengan luas 200-300 meter2. Dalam kolam
ini, untuk satu ekor ikan dewasa memerlukan luas 2 – 10 meter persegi.
Dengan kedalam air 75 – 100 cm. Bagian dasar kolam sebaiknya diberi pasir
(Agromedia, 2007).
3. Kolam pemeliharaan benih atau kolam pendederan: Luas kolam ini tidak
sarang, saringan air, aquarium, sumber listrik, blower atau aerator, pompa
air, ginset, seser, scopnet, heather, thermometer, secchi disk, jaring atau
induk yang akan dipijahkan dipelihara dalam kolam khusus, yaitu kolam
(telur dan sperma) induk serta menjaga kesehatan induk. Induk maupun calon
induk gurami jantan dan betina hendaknya dipelihara secara terpisah. Tujuannya
sebagai berikut:
a. Pertumbuhannya cepat.
d. Susunan sisik rapi dan teratur lincah dan mengkilap, serta tidak ada luka.
f. Berat induk betina dari 2 kg/ekor. Berat induk jantan lebih besar dari induk
betina.
bagian perut dekat anus lancip, gerakannya lincah dan berwarna tubuh
gelap.
induk dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok, tetapi dasar kolam tetap
tanah. Kolam dasar tanah akan merangsang dan mempercepat induk gurami
matang gonad. Pada kolam tanah, sebaiknya dilapisi dengan anyaman bamboo,
agar dinding pematang tidak mudah rusak, longsor dan bocor, aman dari
predator. Pada kolam induk harus ada pintu pemasukkan dan pengeluaran air.
Sehingga mempermudah dalam pengeringan dan pergantian air. Air pada kolam
Tahapan yang perlu dilakukan untuk menyiapkan kolam induk gurami ini
agar induk tidak stress. Penebaran induk dilakukan pagi atau sore hari, ketika
suhu tidak terlalu panas. Lebih baik lagi apabila kolam induk diberi naungan yang
berfungsi untuk menahan sinar matahari berlebih (Sunaryo, 2005). Induk jantan
dan betina dipelihara pada kolam yang berbeda, hal ini bertujuan agar tidak
terjadi pemijahan liar. Padat pada pemeliharaan induk ikan gurami adalah 1-2
pakan yang bermutu baik. Pakan yang diberikan terdiri dari dua macam yaitu:
pakan tumbuhan (hijauan) dan pakan buatan (pellet). Pakan tumbuhan yang
diberikan berupa daun – daunan seperti daun sente, talas, ketela pohon, kacang
hijau, kangkung dan daun papaya. Pakan tumbuhan diberikan sebanyak 5 – 10%
badan dan pakan pellet diberikan sebanyak 1% dari berat total tubuh ikan. Pakan
pellet yang diberikan dengan kandungan protein minimal 25% (Tirta, 2011).
pada induk ini bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi ikan
agar tetap bisa hidup dan tumbuh maksimal. Prinsip dalam pengelolaan air
adalah penggantian dengan air baru yang bermanfaat (oksigen) dan membuang
budidaya, seperti sisa pakan, kotoran ikan dan amoniak (NH 3 ). Fases dan sisa
pakan tersebut akan menghasilkan amoniak yang bersifat beracun dan dapat
dilakukan sejak persiapan kolam. Hal ini lebih baik dari pada pengobatan.
1. Hama
Bagi gurame musuh yang paling utama adalah gangguan dari ikan
liar/pemangsa dan beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, gurame dan
sepat. Musuh lainnya adalah biawak, katak, ular dan bermacam-macam burung
pemangsa.
2. Penyakit
disebut penyakit non parasiter dan penyakit yang disebabkan parasit. Gangguan
non parasiter bisa berupa pencemaran air seperti adanya gas-gas beracun
sakit biasanya menjadi kurus dan lamban gerakannya. Gangguan lain yang
berupa penyakit parasiter, yang diakibatkan oleh bakteri, virus, jamur dan
14
dan melakukan penjemuran kolam beberapa hari agar parasit pada segala
stadium mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan
pinset.
lumpur kolam.
dibuang.
pemijahan diisi dengan air bersih dan jernih dengan kedalaman 80 cm.
f. Sumber air yang digunakan untuk pemijahan harus bersih, jernih dan
sebar disebutkan bahwa kualitas air media untuk: media pemijahan, suhu:
25°C-30°C, nilai pH: 6,5-8,0 dan laju pergantian air 10%-15% per hari.
g. Kolam pemijahan yang telah terisi air kemudian dibiarkan mini mal 3 – 4
hari.
1. Persiapan Sarang
bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang (seperti ijuk dan sabut
kelapa).
bambu lebih praktis, hemat biaya dan induk gurami lebih fleksibel dalam
disesuaikan dengan jumlah induk betina (Poleng 2011). Lebih jelasnya sosog
Gambar 2. Sosog
Sumber : Poleng (2011)
b. Bahan Sarang
Bahan sarang untuk pemijahan gurami dapat berupa ijuk, sabut kelapa
dan rumput-rumput kering. Namun, yang paling banyak digunakan adalah ijuk
dan sabut kelapa karena lebih praktis, murah, dan mudah didapat (Poleng,
2011).
terbuat dari bambu diatas para-para yang terendam air atau rata dengan air
supaya mudah diambil induk jantan. Para-para bambu ini diberi kaki pada
kolam (Poleng, 2011). Lebih jelasnya bahan sarang ikan gurami dapat dilihat
pada Gambar 3.
tingkat kematangan gonad induk yang dipijahkan. Adapun ciri – ciri induk ikan
gurame betina dan jantan yang siap untuk dipijahkan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Ciri – ciri Induk Gurami Betina dan Jantan siap piijah
belakang.
2. Perut terasa lembek/lunak jika Susunan sisik normal (tidak membuka) dan
sudut tumpul.
3. Pada alat kelamin atau sekitar Aktifitas induk yang mengumpulkan bahan
4. Susunan sisik terutama dibagian Tingkah laku induk jantan yang selalu
membuka (rengang).
6. Pengerakan induk lebih lamban. Alat kelamin tampak memerah serta warna
Menurut Sulhi (2012), tidak semua induk akan siap pijah dalam waktu
bersamaan. Oleh karena itu, harus dilakukan seleksi agar dapat diketahui induk
yang sudah siap dipijahkan di kolam pemijahan. Kriteria induk yang siap
No Betina Jantan
Lebih jelasnya ciri – ciri induk jantan dan betina yang siap pijah matang
hati agar induk tidak stress. Masukkan induk bersama dengan wadahnya ke
dalam kolam pemijahan, biarkan gurami keluar sendiri. Pemindahan induk juga
dapat juga dengan cara mempergunakan kain halus basah. Induk dibungkus
dapat dikurangi atau dihendaki. Jika induk sampai terjatuh ke bawah atau
pematang maka akan dapat menyebabkan stress sehingga induk tidak mau
memijah.
Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 2 dengan 50 ekor induk gurame
jantan dan 100 ekor induk gurame betina. Perbandingan ini bertujuan agar
pemijahan yang dilakukan lebih efektif karena hampir semua sel ovum dapat
dibuahi oleh sel sperma (Mukti, 2005 dalam Caniago dkk., 2014).
mengikuti induk betina untuk memikatnya. Setelah terpikat, induk betina akan
meletakkan telur – telurnya di sarang yang telah tersedia dan segera dibuahi
berlangsung selama dua hari setelah sarang selesai dibuat. Waktu yang dipilih
untuk memijah pada waktu sore hari, sekitar pukul 15.00 – 17.00 (Sunaryo,
2005).
sekitar sarang. Apabila di daerah tersebut tercium bau amis disertai dengan
munculnya bintik – bintik minyak dipermukaan air kolam, berarti telah terjadi
20
proses pemijahan. Proses pemijahan berlanjut terus hingga telur induk betina
habis. Apabila pemijahan selesai, sarang yang semula terbuka akan ditutup oleh
Padat tebar telur 4-5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15-20 cm.
Kepadatan dihitung per satuan luasan permukaan wadah sesuai sifat telur yang
media penetasan ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar tidak terlalu
teraduk.
Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29-30 ºC, nilai pH
6,7-8,6 dan bersumber dari air tanah. Bila air sumber mengandung karbon
dioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan logam (misalnya besi),
sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam. Telur akan menetas
cm dan digunakan untuk penetasan 1000 – 1250 butir telur (Kordi, 2014).
upayakan benar-benar bersih dari bahan kimia atau bahan beracun dan
kali, lalu dapat diulang menggosok permukaan bagian dalam wadah dengan
2) Setelah wadah benar-benar bersih, isi dengan air bersih (tidak harus jernih),
atau air PAM yang sudah diendapkan lebih dari 4 hari. Jangan
ember plastik. Telur yang baik berwarna kuning mengkilat. Sedang telur yang
tidak dapat menetas berwarna putih keruh. Telur-telur yang berwarna putih keruh
yang tidak bisa menetas akan membusuk sebaiknya segera dibuang karena
malachite green oxalat dengan dosis 20 ppm. Tujuanya untuk meyucikan telur
agar tidak terserang jasat patogen (penyakit) terutama jamur (Kordi, 2014).
Larva adalah fase ikan gurame sejak menetas hingga kuning telur habis
dan mulai memperoleh makanan dari lingkungannya serta memiliki bentuk yang
keberhasilan pembenihan gurami. Stadia larva ikan merupakan fase kritis dalam
hidupnya, bahkan lebih sulit dari penetasan telur. Kematian larva pada masa
pemeliharaan larva sangat tinggi. Oleh karena itu, penetasan telur dan
ukuran biji oyong atau berat sekitar 0,5 gr/ekor dan panjang 1-2 cm. Waktu yang
Larva adalah fase ikan gurame sejak menetas hingga kuning telur habis
dan mulai memperoleh makanan dari lingkungannya serta memiliki bentuk yang
aquarium, ember, paso, dan bak. Pemeliharaan larva juga dapat dilakukan di luar
ruangan, tetapi sulit untuk mengendalikan faktor pengaruh cuaca, hujan, angin,
pemanas air (water heater thermostat) dengan daya 75-100 watt, agar suhu lebih
stabil 27-30ºC. Perlu dilengkapi dengan aerator atau blower untuk menyuplai
oksigen ke dalam media pmeliharaan. Tekanan aerasi diatur jangan terlalu keras,
karena larva masih sangat lemah. Pada ujung selang aerator dipasangi batu
aerasi, untuk mengurangi guncangan akibat gelembung air yang terlalu besar
(Kordi, 2014).
Sunaryo (2005), telur gurami akan menetas dalam 2 hari, larva yang baru
menetas posisi badannya terbalik yaitu bagian perut berada diatas sedangkan
selama 4 – 5 hari baru kemudian yang terlihat besar. Bagian tubuh sudah
lengkap dan transparan. Pada umur 12 hari cadangan makanan sudah mengecil
dan terlihat bening. Pada usia 14 hari sirip-siripnya sudah mekar dan bentuk
badan terlihat pipih sebagaimana gurami muda. Setelah telur menetas, larva
hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan
ketika penetasan cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan,
penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak
Menurut Sunaryo (2005), pakan untuk larva gurame soang dapat berupa
pakan hidup dan pakan buatan. Penyediaan pakan tersebut bisa disiapkan
sendiri. Pakan hidup merupakan pakan ikan yang berupa hewan – hewan dan
tumbuh – tumbuhan kecil yang biasa disebut zooplankton dan fitoplankton. Jenis
pakan ini berukuran sangat kecil sehingga lebih cocok diberikan untuk benih.
Sebagai pakan, zooplankton lebih menarik perhatian benih atau larva ikan
karena bergerak. Gerakan zooplankton ini akan merangsang larva atau benih
ikan untuk memangsanya. Apabila benih ikan telah bisa mendapatkan pakannya
sendiri maka kelangsungan hidup benih ikan tersebut akan lebih terjamin.
Salah satu keuntungan pakan hidup adalah tidak akan rusak dan
terbuang percuma bila tersisa. Selain itu, pakan alami juga tidak mencemari dan
mengotori air di wadah budidaya karena kan tetap hidup. Beberapa contoh
pakan alami yang sering digunakan yaitu kutu air (moina dan daphnia), cacing
sutra (tubifek), serta azolla. Adapun pakan lain yang dapat digunakan pula untuk
1. Kutu air
tengah 0,9 – 1,8 mm dan berwarna kemerah – merahan. Pada bagian perut
Ukuran tubuh Moina antara 500 – 1000 mikron. Umur Moina sekitar 13 hari
dan mulai bertelur setelah umur 4 hari. Moina dapat ditemui di daerah yang
dengan alat geraknya, yaitu kaki renang. Organisme ini ternasuk dalam ordo
dan segmen badannya tidak terlihat. Tubuh ditutupi cangkang yang terbuat
dari kitin transparan. Pada bagian belakang cangkang, ada sebuah kantong
Ukuran tubuh daphnia antara 1000 – 5000 mikron. Didaerah yang beriklim
2. Cacing Tubifek
Cacing tubifek dikenal juga dengan sebutan cacing rambut atau cacing
segmen. Tubuh cacing tubifek terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan
celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing ini hidup berkoloni, bagian
3. Azolla
bebas dari udara dengan bantuan Anabaena azolla. Kandungan nitrogen pada
azolla segar berkisar 0,2 – 0,4 %. Oleh karena itu azolla dapat tumbuh berlipat
ganda pada umur 5 – 7 hari setelah inokulasi. Setelah 20 – 25 hari, hasil azolla
produksi berganda. Dua puluh satu hari sebelum pengolahan tanah pertama,
inokulasi azolla dengan dosis 200 – 500 g/m2. Setelah berumur 20 hari,
permukaan tanah akn tertutup azolla. Pada saat ini, azolla dapat dipanen untuk
pakan ikan.
4. Artemia
jasad renik ini cukup dikenal pula oleh pakar di bidang pertanian, terutama di
subsector perikanan. Bagi masyarakat alam, jasad renik ini memang belum
begitu popular. Hal ini dapat dimaklumi karena jasad renik ini bukan hewan asli
Indonesia. Selain itu peranan jasad renik ini juga tidak berhubungan langsung
jasad renik ini merupakan kunci rahasia sehingga peranan sebagai pakan amat
artemia dapat mencapai 58,58 %. Dalam penelitian yang sama kandungan nutrisi
lainnya adalah lemak 6,15 %, karbohidrat 30,15 %, abu 5,12 % dan kandungan
Menurut Kordi (2014), selain sumber air dan kuantitas (jumlah) air yang
harus memadai, air yang digunakan untuk pemeliharaan larva ikan gurami harus
optimal bagi pemeliharaan larva ikan gurami dapat dilihat pada Tabel 3.
parasiter disebut juga dengan penyakit non-infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh
kualitas media yang jelek atau penanganan budi daya yang salah. Penyakit non-
1. Kekurangan nutrisi
pakan. Selain itu, juga dapat disebabkan keracunan alfatokin. Penyakit ini
menyerang bagian insang dan badan bagian luar. Gejalanya adalah tutup insang
Munculnya penyakit ini dipicu oleh kualitas pakan yang jelek atau pakan
yang sudah tercemar jamur. Karena itu, penyakit ini dapat diobati dengan
mengganti pakan yang lebih berkualitas dan memberikannya dalam jumlah yang
2. Kejenuhan gas
karbondioksida di dalam air kolam terlalu jenuh. Bagian yang terserang adalah
kulit, mata, dan insang. Penyakit ini lebih banyak menyerang benih gurami.
Gejala klinis yang timbul pada ikan yang terkena penyakit ini adalah timbulnya
gelembung udara di bagian kulit, mata, dan insang. Penyakit ini tidak menular,
tetapi jika tida ksegera diobati akan menyebabkan gangguan kronis. Penyakit ini
dapat diatasi dengan cara mengganti air atau meningkatkan kualitas air kolam.
3. Kekurangan oksigen
Penyakit ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air rendah. bagian
yang terserang adalah organ tubuh bagian dalam (paru). Penyakit ini menyerang
gurami dari semua golongan umur. Gejala klinis yang muncul adalah gurami
penyakit ini dipicu oleh pertumbuhan plankton yang berlebihan dan kadar bahan
organik terlarut sangat tinggi. Oleh karena itu, cara mengatasinya dapat
2.8. Pendederan
dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang dihasilkan, serta
rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu, kegiatan
ini juga dilakukan untuk mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan
28
lingkungan yang baik, serta penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh
ini dilakukan bertujuan agar kolam terbebas dari bibit – bibit penyakit dan
penumbuhan pakan alami. Menurut Agung (2007), Luas kolam pendederan yang
dipakai 50 – 100 m2. Kolam pendederan harus dikeringkan terlebih dulu sehingga
muncul retakan – retakan tanah. Setelah itu, kolam dipupuk dengan kotoran
ayam sebanyak 25 g/m 2. Pupuk dan kapur tersebut ditebar merata ke dasar
kolam terutama di bagian pemasukan air dan kolam siap diisi air. Kolam diisi air
dasar kolam. Biarkan selama lima hari, setelah plankton tumbuh kemudian
Benih ditebar pada pagi atau sore hari untuk mencegah stres karena tingginya
29
suhu air. Sebelum ditebar, benih diadaptasikan terlebih dulu dengan air kolam.
terjadi penyesuaian suhu. Setelah itu, buka wadah agar benih keluar dengan
sendirinya dan masuk ke kolam. Adaptasi suhu perlu dilakukan agar gurami tidak
stres ketika masuk ke kolam baru (Agung, 2007). P I padat tebar 100 ekor/m2 , P
disesuaikan dengan ukuran atau umur benih. Ikan gurami di pendederan dapat
diberi pakan berupa tepung dan pelet terapung yang jumlahnya tergantung pada
besarnya benih. Misalnya bobot benih 10 gram dapat diberikan pakan tepung
berkadar protein 36% sedangkan pada benih 10 – 50 gram diberi pakan pelet
dengan diameter 2 mm yang berkadar protein 26 %.Jika bobot ikan lebih dari 50
gram diberi pellet berdiameter 3 mm dengan kadar protein 26%. Jumlah dan
ukuran benih gurami ukuranl di bawah 50 gram/ekor diberi pakan 4% dari bobot
diberi pakan 3% dari bobot badannya, dengan frekuensi 3 kali sehari (Agung,
2007).
parameter. Hal ini bertujuan agar air media tetap stabil sehingga selama
persyaratan karena air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah
terserang penyakit. Kualitas air yang optimum untuk pemeliharaan benih gurami.
(Sitanggang, 1999).
1. Bintik putih
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang memiliki bulu getar, yaitu
kulit. Gejala yang ditimbulkan adalah warna tubuh gurami menjadi pucat akibat
dari adanya bintik putih di seluruh badan ikan. Gurami terlihat sering menggosok-
gosokkan badannnya ke bagian dasar atau dinding kolam atau terlihat megap-
oksigen.
bersih. Penularan juga dapat terjadi akibat suhu air yang rendah (kurang dari 22
2. Myxosporeasis
Thellohanelus sp. yang menyerang insang. Gurami yang diserang penyakit ini
Penyakit ini muncul akibat kualitas air yang buruk, kandungan oksigen
terlarut rendah, dan kepadatan gurami yang terlalu tinggi. Penyakit ini dapat
mengeringkan kolam karena belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini.
Dactylogyriasis sp. yang menyerang benih gurami, terutama di bagian badan dan
insang. Gejalanya gurami tampak lemah, nafsu makan berkurang, dan sering
4. Kutu ikan
dengan cara menggigit seluruh bagian badan gurame. Di sekitar bekas gigitan
Munculnya penyakit ini dipengaruhi oleh kualitas air yang buruk. Penularan
terjadi melalui air dan kontak langsung antara gurami yang sehat dan gurame
yang sakit. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam
5. Bercak merah
dan Aeromonas hydrophylla. Badan gurami yang terserang penyakit ini akan
32
berwarna gelap dan kulitnya menjadi kasar (akibat kekurangan lendir). Selain itu,
dilakukan dengan mengoleskan obat merah yang diencerkan. Satu mililiter obat
merah dilarutkan ke dalam 10 ml air, lalu dioleskan ke bagian badan gurami yang
luka.
6. Columnaris
yang menyerang bagian sirip dan insang. Penyakit ini menyerang gurami dengan
berbagai umur. Gejala klinis yang muncul adalah ikan menjadi lemas, nafsu
Penyakit ini dapat menulai melalui media air atau kontak langsung
antara ikan sehat dengan ikan yang sakit. Pencegahan dapat dilakukan dengan
7. Trichodina
menyerang bagian kulit dan sirip ikan. Serangan penyakit ini menyerang bagian
kulit dan sirip ikan. Serangan penyakit ini menyebabkan luka di sekujur bagian
yang diserang. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara merendam ikan di dalam
larutan garam dapur 500-1.000 mg/l air selama 24 jam atau di dalam larutan
8. TBC
lingkungan kurang mendukung, seperti air kotor dan suhu dingin, tingkat
33
kematiannya dapat lebih tinggi. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya secara
kuantitas, tetapi harga jualnya pun turun karena tampilan ikan jelek. Penyakit
Mycobacterium fortuitum.
yang sedang stres. Stres pada gurami dapat disebabkan oleh kualitas air yang
jelek. Kualitas air kolam yang menurun dapat disebabkan adanya tumpukan
limbah rumah tangga di dasar kolam. Keadaan ini menyebabkan bahan organik
terlarut meningkat dan pH air menurun. Pada keasaman yang tinggi, oksigen
terlarut menjadi sedikit dan bakteri yang berkembang menjadi lebih patonegik
pemeliharaan di wadah larva, ukur panjang dan usahkan jangan sampai ikan
stress dan lakukan dengan cepat. Catat dan hitung pertambahan panjang rata –
dengan cara yang sama hanya saja diukur adalah beratnya dan ditimbang di
Telur yang menetas menghasilkan larva yang akan terus tumbuh membesar.
1 – 12 hari - - 0,5 cm
2.10. Panen
ikan yang diangkut tetap hidup sampai tujuan. Wadah pengangkutan harus
selalu dijaga pada keadaan suhu udara yang rendah. Pengepakan harus
dilakukan pada pagi dan malam hari atau d tempat yang teduh dengan
menggunakan kantong plastic berdiameter 60 cm, panjang 125 cm, tebal 0,1
mm, dan sebaiknya rangkap dua serta diberi tambahan oksigen. Air yang
digunakan adalah air bersih dan tidak mengandung bahan yang membahayakan
survey. Menurut Nazir (2003), metode survey adalah penelitian yang dilakukan
pembimbing eksternal.
Data yang dikumpulkan pada Kerja Praktek Akhir ini adalah data primer
dan data sekunder. Menurut Narbuko dan Achmadi (2005), sumber data yang
a. Data primer data yang didapat secara langsung atau yang diperoleh dengan
jenis peralatan dan bahan yang digunakan, serta urutan - urutan proses
pembenihan ikan gurami yang diterapkan. Data primer yang akan diambil
36
37
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga kepustakaan yang
terkait dengan objek yang diselidiki. Seperti buku jurnal dan laporan proses
Dalam kegiatan Kerja Praktek Akhir data yang dikumpulkan adalah data
primer dan data sekunder. Menurut Nazir (2003) Data primer merupakan data
1. Observasi partisipasi
peneliti terlibat dalam keseharian informan. Sekaligus turut ambil bagian atau
berada dalam keadaan obyek yang diamati (Narbuko dan Ahmadi, 2005). Data
yang dapat terkumpul dengan cara ini, misalnya: persiapan bak pemeliharaan
dan Ahmadi, 2005). Data yang dapat terkumpul dengan cara ini, misalnya:
sekitar usaha, penggunaan SDM sebagai tenaga kerja dan jumlah biaya produksi
khususnya pakan. Hasil dari wawancara ini merupakan pemecahan masalah jika
terjadi perbedaan antara kondisi di lapangan dan di literature dan sebagai bahan
38
i. Editing
ii. Tabulating
Penyususunan data dalam bentuk tabel yang pada tahap lanjut dalam
proses analisis data dapat di baca dan mudah dimengerti (Nazir, 2003).
Dalam analisa data teknis yang akan dianalisa yaitu tentang teknis
Dari data tersebut data dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai keberhasilan
dari usaha pembenihan ikan gurami. Keberhasilan usaha pembenihan ini dapat
39
dilihat dari sarana dan prasarana dan proses pembenihan yang telah
produksi yang meliputi daya tetas dan tingkat kelulusan hidupnya, kualitas benih
Dalam analisa data teknis ada beberapa data yang dicari untuk mengetahui
1. Fekunditas
(1978) yaitu :
F = ( Wg / Ws ) x N
Hatching rate adalah daya tetas telur yang menetas atau jumlah telur yang
HR = A / B x 100%
3. SR (Survival Rate)
Survival Rate atau biasa dikenal SR adalah indeks kelulusan hidup suatu
jenis ikan dalam suatu proses budidaya dari mulai awal ikan tebar hingga ikan
4. Produksi Benih
diamati dalam penelitian dihitung dengan menggunakan rumus (De Silva dan
RGR = Wt – Wo
x 100 %
Wo x t
Dimana :
Lokasi Karya Ilmiah Praktek Akhir (KIPA) di Instalasi Budidaya Air Tawar
7o39’35”S 112o41’52”T. Luas lahan IBAT Pandaan 25.000 m 2 atau 2,5 ha.
Adapun batas - batas dari wilayah kelurahan Jogosari yaitu sebelah Utara
Karangjati.
Sumber air yang digunakan dalam kegiatan budidaya berasal dari sungai
Jogonalan yang sumbernya berasal dari mata air Gunung Arjuno. Distribusi air
melalui saluran irigasi permanen dan air tanah (sumur bor). Air akan mengalir
41
42
penghujan pasokan air melimpah, sedangkan saat musim kemarau pasokan air
didirikan pada tahun 1962 dan berada dibawah naungan Dinas Perikanan
Pasuruan kemudian pada tahun 1968 berganti nama menjadi Teknik Center di
bawah naungan UPBAT Kepanjen. Pada tahun 1970, Teknik Center berganti
nama menjadi Lembaga Usaha Penelitian (LUP). Pada tahun 1972 berganti
menjadi BBIAT setelah itu berganti nama menjadi Balai Induk Udang Galah
(BIUG).
Pada akhir tahun 2010 BIUG berubah menjadi Unit Pengelola Budidaya Air
Tawar (UPBAT) Pandaan yang berlaku mulai tanggal 1 Juni 2010. Status ini
berdasakan peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 131 Tahun 2008 dan
tahun 2014 UPBAT diganti nama menjadi Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT)
Pandaan.
Unit Kerja UPT PBAT Umbulan. Berikut ini merupakan struktur Organisasi di
IBAT Pandaan
ISLAKHUL MUKMIN,S.Pi
Staff Staff
1. Fasilitas pokok
IBAT Pandaan memiliki kolam dan hatchery. Kolam yang ada merupakan
tipe kolam semi permanen dan berjumlah 37 kolam. Kolam dibagi menjadi 3 tipe
meliputi 12 kolam ukuran kecil (100 m2), 11 kolam ukuran sedang (300 m2) dan
14 kolam ukuran besar (1000 m2). Kedalaman rata – rata kolam berkisar antara
benih gurami, indukan patin, benih patin, induk nila, benih nila, induk komet,
benih tombro, induk tombro, udang galah dan polikultur. Pada hatchery terdapat
b. Sumber Air
Sumber air yang digunakan dalam kegiatan budidaya berasal dari Sungai
jogonalan dan sumber mata air tanah dari aliran Gunung Arjuno (sumur bor).
Distribusi air disalurkan melalui saluran irigasi permanen. Posisi kolam dengan
44
salura pemasukan air dan pembuangan air dibuat secara pararel karena untuk
saat musim kemarau pasokan air berkurang. Pada kolam indukkan ikan gurami
saluran pemasukan dan pengeluaran berupa pipa paralon dengan ukuran 6 dim.
c. Sumber listrik
listrik negara (PLN) Pasuruan dengan besaran tenaga listrik yang digunakan
sumber aerasi, dan kegiatan operasional lainnya. Sebaga cadangan bila terjadi
d. Laboratorium
erlenmeyer ( 25 ml, 50 ml, 100 ml, 200 ml, dan 250 ml ), gelas ukur ( 2000 ml,
1000 ml, 600 ml, 250 ml, 100 ml, 50 ml, 25 ml ), pipet ukur 25 ml, pipet volume
injektor, soil tester, pH pen, Handylab OXI2, handylab pH set, pH/MV (shcout),
botol smapler 500 ml, labu ukur ( 1000 ml, 500 ml, 250 ml ), DO meter (YSI),
timbangan analitik, dan lain – lain. Namun saat kegiatan praktek dilakukan
laboratorium tidak difungsikan serta ada beberapa alat – alat yang hilang dan
IBAT Pandaan memiliki tempat dan kolam yang khusus digunakan untuk
pemasaran ikan hasil budidaya. Tempat ini biasa disebut dengan Sentra
Aquabis. Ikan yang dipasarkan disini ada yang diletakkan di aquarium sebagai
contoh dan ada yang diletakkan di kolam namun tiap ukuran dan spesies
2. Fasilitas
A. Pengeringan Kolam
untuk memutuskan siklus hidup hama dan penyakit yang mungkin ada pada
tergantung cuaca pada saat pengeringan dan pada saat kondisi hujan 6 - 12 hari
tergantung musim hingga tekstur tanah lembab atau biasa disebut macak -
dasar kolam yang telah lama digunakan biasanya sudah menurun. Tujuan dari
sebagainya
c. Memberikan suasana baru bagi induk ikan Gurame yang akan dipijahkan,
karena tanah yang kering akan memiliki bau yang khas saat terendam air
persediaan pakan bagi induk gurame dan induk siap dimasukkan ke kolam
pemijahan.
keadaan suhu dan cuaca lingkungan serta ketebalan lapisan lumpur dalam
46
47
hama dan penyakit ikan serta gas – gas yang membahayakan ikan. Proses
b. Pengolahan Tanah
berupa cangkul. Setelah dibalik lalu ditunggu kurang lebih selama 2 hingga 3 hari
sampai kondisi dasar lembab tidak kering ataupun hingga retak. Proses
c. Pengapuran
serbuk dengan dosis 25 gram/m2. Pada kolam indukan dan pemijahan yang
48
luasnya 196 m 2 dibutuhkan kapur sebesar 4,9 kg. Pengapuran dilakukan kepada
setiap kolam yang sudah dikeringkan termasuk kolam induk sekaligus berfungsi
secara merata, lalu dibiarkan selama 1 hari atau 24 jam agar kapur dapat bekerja
dengan baik. Pengapuran yang baik dilakukan di pagi hari. Keesokan harinya
kolam siap untuk pengisian air. Hal ini tidak sesuai dengan SNI : 01-6485.3-
2000, bahwa pada tingkat pemeliharaan Gurami dosis kapur yang diberikan
tanah dasar, menambah unsur kalsium dalam tanah serta menaikkan pH tanah.
meningkatkan alkalinitas yang lebih tinggi serta dalam meningkatkan pH air tidak
terlalu drastis jika dibandingkan dengan kapur lain sehingga aman bagi biota
peliharaan. Proses pengapuran pada kolam seperti tertera pada Gambar 10.
d. Persiapan Air
Air diisi sampai ketinggian 80 % dari ketinggian total kolam yaitu 100 –
120 cm. Setelah diisi air dibiarkan sampai berwarna hijau atau hijau kecoklatan
49
yang menandakan plankton tumbuh. Jika plankton sulit tumbuh barulah diberikan
pupuk pada air. Sistem pengairan di IBAT Pandaan dilakukan dengan sistem
paralel. Untuk kolam dialirkan dari sungai dengan saluran pemasukan air dan
bagian berlekuk pada pintu pemasukan air, sedangkan air tanah digunakan
untuk mengisi kolam apabila debit air sungai yang melewati saluran berkurang.
Air dari jaringan irigasi langsung dialirkan ke kolam. Model saluran air yang ada
Di IBAT Pandaan terdapat 120 ekor induk jantan dan 120 ekor induk
betina sehingga total indukan yang ada sebanyak 240 ekor. Induk gurame yang
ada disini berasal dari Magelang dan Tulungagung. Berkisar induk jantan sudah
induk betina berkisar sudah berumur 2 – 3 tahun dengan bobot berkisar 3 - 5 kg.
Ikan Gurame yang ada di Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan berjenis gurame
Soang atau gurame angsa. Gurame jenis ini memiliki cula di dahinya pada
gurame jantan.
Induk jantan dan induk betina ikan gurame sesuai dengan SNI: 01-
6485.2000 yaitu induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian
atas, rahang bawah tebal dan tidak adanya bintik hitam di kelopak sirip dada.
Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar,
50
rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Ciri – ciri
agar induk tidak stres. Induk yang stres akan menyebabkan induk tidak mau
untuk memijah dan menghasilkan telur. Dalam satu kolamnya terdapat jumlah
jantan dan betina masing – masing 20 ekor untuk masing – masing jenis kelamin.
Perbandingan yang digunakan disini adalah 1 : 1, hal ini tergantung pada stok
indukan yang ada dan dibagi pada tiap kolamnya. Jumlah keseluruhan indukan
hari sekitar pukul 7 untuk menghindari dari paparan sinar matahari dan suhu
yang terlampau tinggi. Apabila induk ditebar lebih dari jam 7 dapat
penimbangan induk gurame pada penebaran induk gurame seperti tertera pada
Gambar 13.
51
Gambar 13. (a) Proses Sampling Induk Gurame (b) Penebaran Induk Gurame
Sumber : Data Primer, (2019)
Padat tebar indukan untuk setiap kolamnya 40 ekor untuk luasan kolam
196 m2. Dengan berat rata – rata untuk jantan 2 kg dan betina 3 kg dengan usia
berkisar 2 – 2,5 tahun untuk jantan dan 2 – 3 tahun untuk betina. Menurut
Sunarya (2006), bahwa penebaran induk ke dalam kolam harus dilakukan secara
pemijahan induk ikan gurame. Selama proses pemeliharaan induk, pakan yang
diberikan ada dua jenis pakan yaitu pakan buatan (pellet) dan pakan tambahan
(daun talas). Pakan buatan berupa pellet apung dengan kandungan protein 30%
dan pemberian dosis 3% per hari dari biomass gurame. Frekuensi pemberian 2
kali sehari pada pagi pukul 06.40 WIB dan sore 16.00 WIB. Pakan tambahan
berupa 6 lembar daun talas per hari cara pemberiannya hanya dengan ditebar
pada kolam indukkan dan bagian batangnya dipotong kecil – kecil agar induk
mudah memakannya.
Menurut Tirta (2011), pakan yang diberikan untuk induk harus mempunyai
kandungan gizi yang baik sehingga telur yang dihasilkan akan berkualitas baik
pula. pakan pelet diberikan sebanyak 1 % dari berat total tubuh ikan. Pakan pelet
yang diberikan dengan kandungan protein minimal 30 %. Selain pakan pelet juga
diberikan pakan tumbuhan yaitu berupa daun talas dan daun pepaya yang segar
52
Pakan tumbuhan yang diberikan berupa daun-daunan seperti daun sente, talas,
ketela pohon, kacang hijau, kangkung dan daun pepaya. Pakan tumbuhan
diberikan sebanyak 5 – 10 % dari berat total bobot ikan per hari. Proses
Gambar 14. Pakan pellet pada gambar (a), daun talas pada gambar (b)
Sumber : Data Primer, (2019)
cara di alirkan terus ke kolam dengan sistem gravitasi dan tidak ada penyaringan
1. Hama
terutama pada kolam indukan diantaranya seperti ular dan biawak. Ular dan
biawak ini memangsa langsung ikan gurame dan berasal dari sungai dan semak
2. Penyakit
hidup induk dan produktivitas telur tetap terjaga. Adapun beberapa biosecurity
yang diterapkan pada IBAT Pandaan untuk menjaga indukannya dari ancaman
kualitas air dan DO sehingga menyebabkan ikan mudah terkena penyakit. Lumut
yang biasanya sering dijumpai di IBAT Pandaan adalah jenis Spyrogira sp.
dengan perlahan supaya induk tidak stres. Proses pengambilan lumut dapat
Sebagai tiang untuk pengikat ijuk. tiang yang digunakan berupa tiang dari
bilah bambu berukuran sedang dengan panjang kurang lebih 1 hingga 1,2 meter.
54
Bahan sarang yang digunakan berupa ijuk. Ijuk ini berfungsi sebagai untuk
bahan pembuat sarang dan tempat meletakkan telur. Ijuk dipotong dan
pisahpisahkan kemudian ijuk diikat menjadi satu dengan tali rafia dan diikatkan
(2011) bahwa bahan – bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang
(seperti ijuk dan sabut kelapa). Keberadaan bahan sarang tersebut juga
Ijuk sebagai bahan sarang telur oleh induk ikan gurame seperti tertera pada
Gambar 17.
dengan diameter 30 cm. Kegunaan kerangka sarang sebagai tempat sarang dan
telur ikan gurame. Cara pemasangan kerangka sarang diikatkan pada 2 buah
patok bambu guna menahan agar kerangka sarang tidak bergeser pada saat
sudut kemiringan sekitar 300. Kerangka sarang dipasang pada kolam pemijahan
digunakan sebagai pengganti sosog dari anyaman bambu seperti pada Gambar
18.
Proses pemasangan sarang ikan gurame seperti tertera pada Gambar 19.
akan berlangsung yang diawali satu minggu pertama induk jantan telah membuat
sarang dengan bahan ijuk yang telah disediakan sebelumnya disekitar kerangka
sarang lamanya membuat sarang lebih kurang 6 hari kemudian induk betina
yang sudah matang gonad siap pijah memiliki naluri akan segera mengeluarkan
spermanya pada telur hingga terjadilah proses pembuahan. Telur – telur tersebut
kemudian akan diambil oleh jantan dengan mulutnya kemudian oleh sang jantan
akan diletakkan ke dalam sarang yang telah dibuatnya. Setelah sarang terisi,
jantan akan segera menutup sarang dengan ijuk yang ada di kolam.
sarang, dengan ijuk. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk yaitu berkisar 128-
7.800 butir telur. Hasil ini didapat dari penghitungan langsung telur yang di
Proses pemijahan ikan gurame membutuhkan waktu relatif lama dan sangat
dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad induk dan rangsangan dari luar.
tergantung kondisi induk dan lingkungannya. Setelah itu induk jantan akan
Waktu pemijahan biasanya terjadi pada sore hari, yaitu antara pukul
14.00 – 17.00. Setelah pemijahan selesai, induk jantan akan menutup lubang
sudah ada telur. Telur di sarang dapat diambil 1 hari setelah pemijahan. Induk
57
jantan dalam menjaga telur dan sarangnya sesekali mengipaskan sirip terutama
terlarut dalam air guna membantu menetaskan telur-telur dalam sarang. Menurut
Adnan et al, (2009), tanda – tanda terjadinya pemijahan mulai muncul setelah
pasangan gurame berada dalam kolam pemijahan 15 – 20 hari. Tanda ini diawali
dengan dibuatnya sarang oleh induk jantan dengan tujuan untuk menampung
telur yang rapuh dari serangan hama. Sarang juga sebagai perangsang lawan
pengontrolan telur dilakukan setiap hari. Pada saat pengambilan telur dilakukan
secara hati-hati agar telur tidak rusak dan pecah. Pengambilan telur di dalam
Jika telambat dalam pengambilan telur maka banyak telur yang sudah menetas
dan susah dalam pengambilannya, serta untuk menghindari telur yang berada di
kiri dan kanan sarang hingga ke dalam sampai menyentuh dasar sarang.
Usahakan ketika proses pengambilan telur ikan sarang jangan sampai terurai
atau kita menusuk dengan jari kita bagian tengah pada sarang karena di dalam
sarang tersebut terdapat ribuan telur yang rapuh dan siap dipanen. Tarik
perlahan sarang hingga semua sarang keluar lalu tempatkan sarang di dalam
bak plastik yang sudah terisi air. Posisikan bagian yang cekung di dasar dan
Setelah itu urai ijuk pada sarang yaitu diambil secara perlahan ijuk – ijuk
yang menyelimuti sarang hingga tersisa sebagian kecilnya saja. Jangan sampai
telur ada yang ikut terangkat saat sarang dipisahkan. Jangan lupa cuci terlebih
dahulu sarang yang diambili sedikit demi sedikit lalu jemur untuk digunakan
kasar dapat menyebabkan telur gagal menetas atau bonor dan pecah sehingga
tidak dapat menetas menjadi larva. Proses pengambilan sarang ikan gurame
telur sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengambilan telur gurame
minimal sehari setelah proses pemijahan selesai dan paling lambat tiga hari
setelah pemijahan. Apabila lebih dari tiga hari, telur banyak yang sudah
menetas dan susah dalam pengambilannya. Namun meski demikian harus tetap
diambil untuk menghindari kepadatan berlebih pada kolam induk dan pemijahan.
b. Perhitungan Telur
saringan teh, dan tempat sebagai menampung telur berupa baskom dengan cara
memisahkan telur dari telur yang rusak dan menghitung telur perbaskom berisi
mengangkat sarang secar hati – hati ke dalam ember yang berisi air kolam
dimaksudkan agar kondisi air tidak berubah untuk mengurangi kematian telur.
Sebaiknya air yang digunakan bukan air dari luar kolam sebab dikhawatirkan
memiliki suhu dan pH yang berbeda dengan tempat sarangnya yang dapat
Dari data tabel 6 diambil sempel data perinduk 8B berjumlah 31.311 dan
selama preode 1 hingga 16 mampu menghasilkan telur paling sedikit 128 telur
dan terbesar 6525 dengan total panen selama pereode 1-16 semua kolam
indukan tersebut adalah 82.542. Untuk penebaran telur ikan gurami di aquarium
Tawar Pandaan ada 5 kolam indukkan ikan gurame. Dari 5 kolam indukkan itu
kualitas air dan pakan yang baik. Sedangkan kolam 7B kurang baik dikarenakan
kualitas air yang kurang baik dan kondisi kolam dalam keadaan banyak lumut
dan nafsu makan menurun, maka mengganggu dalam pemeliharaan induk yang
akan memijah.
didalam hatchery ruangan terlindung dari curah hujan, angin, perubahan suhu
dan hama predator. Tujuan pemakaian ruangan tertutup dan terlindung yaitu
agar fluktuasi suhu antara siang dan malam hari dapat diminimalisir.
liter. Sebelum wadah digunakan terlebih dahulu di cuci dan dibilas dengan air
bersih. Keringkan dan lakukan pengisian air, air yang digunakan dalam
penetasan adalah air bersih yang berasal dari sumber mata air dari sumur bor.
berwarna hitam. Ketinggian air untuk penetasan telur sekitar 15 – 20 cm. Padat
penebaran telur dalam bak ember antar 1.000 – 1.250 butir telur per ember.
terlindung dari sinar matahari langsung, curah hujan, perubahan suhu, dan
oksigen benih dalam air. Aerasi diatur dengan kecepatan sedang agar benih
nantinya saat di tetaskan tidak stres. Batu aerasi yang digunakan berukuran
sedang. Total keseluruhan batu aerasi yang terpasang di hatchery kurang lebih
108 dengan jumlah aquarium 54. Sumber udara yang mengalir dari batu aerasi
berasal dari blower. Jumlah blower yang ada di hatchery yaitu 2 buah dengan
kekuatan 80 HP. Pemasangan batu aerasi pada akuarium dapat dilihat pada
Gambar 22.
penebaran telur sebanyak 1000 - 1805 butir per akuarium sesuai tanggal panen
telur. Telur ikan gurame akan menetas selama 36 – 48 jam dengan kondisi suhu
62
yaitu 29 – 30oC. Hal ini sesuai dengan pendapat Hora dan Pillay (1962) dalam
Effendi (2002), yang menyatakan bahwa masa pengeraman ikan gurame sekitar
30 – 36 jam. Larva gurame yang menetas akan terapung dengan kondisi perut di
atas. Telur yang hidup biasanya berwarna kuning cerah atau bening transparan.
Sedangkan telur yang gagal menetas bewarna kuning keputihan keruh dan tidak
transparan. Telur ataupun larva yang mati ini harus segera diangkat karena
dapat menyebabkan jamur sehingga dapat mempengaruhi telur yang masih baik.
Dari hasil panen telur yang diperoleh dan ditetaskan, didapatkan HR dan
Dari data tabel 7 di dapat hasil, jumlah telur menetas paling tinggi adalah
dengan jumlah 30.943. Dari hasil penetasan telur tersebut, jumlah keseluruhan
telur yang menetas adalah 81.362. Sehingga didapat HR rata – rata dari telur
periode 1 – 16 yaitu 98,2% Daya tetas telur yang tinggi ini berasal dari
telur agar tumbuh dan berkembang tanpa ada kendala maupun kematian dan
gagal menetas. Proses penebaran telur pada akuarium dapat dilihat pada
Gambar 23.
63
salah satu fase kritis dalam siklus hidupnya. Pemeliharaan larva gurami dapat
paso dan bak plastik dan pemeliharaan larva dilakukan pada aquarium yang
sama.
5.5.1. Penyiponan
menggunakan selang sipon setiap 2 hari sekali atau setiap hari tergantung dari
kondisi tingkat kekeruhan dan lumut serta larva yang mati yang menempel pada
yaitu kuning telur (eggyolk). Pada saat itu menjadi fase yang sangat rawan bagi
benih sebab benih rawan sekali mati. Pada tahap ini mulai dilakukanlah
pemberian pakan lanjutan. Ada banyak pilihan untuk pakan yang dapat diberikan
pada benih diukuran tersebut, diantaranya seperti kutu air (moina dan daphnia),
cacing sutra yang di cacah, rotifer, dan artemia. Pakan lanjutan setelah larva
budidaya ikan gurame ini, cyste artemia digunakan sebagai pakan benih atau
larva karena baik untuk pertumbuhan dan perkembangan benih atau larva ikan
1) Mudah dalam penanganan karena tahan dalam bentuk cysta untuk waktu
yang lama,
4) Mempunyai nilai nutrisi yang tinggi, yaitu protein 40-60% dan sesuai
atau larva adalah harga cyst artemia yang mahal. Untuk mendapatkan larva
Pada satu wadah penetasan artemia berukuran 2 liter air ditetaskan kurang lebih
3 gram artemia dalam waktu 24 jam dengan kadar salinitas air 28 – 40 ppt.
ke 17 larva diberi pakan berupa artemia dengan dosis 643 ml setiap aquarium.
Akan tetapi pemberian artemia tidak menentu tergantung padat tebar larva yang
dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Berikut ini merupakan
beberapa parameter kualitas air yang digunakan dalam memonitoring kualitas air
di IBAT Pandaan.
1) Suhu
setiap hari dan didapatkan hasil bahwa kisaran suhu di hatcery terdapat 2
pengukuran suhu yaitu suhu untuk air dan suhu ruangan. Alat yang digunakan
Hasil pengukuran suhu air dapat dilihat di grafik suhu Gambar 26.
berkisar 26,8oC – 27,8oC. hal ini dikarenakan ada perlakuan pemberian hitter
pada aquarium sehingga suhunya tinggi. Hal ini sesuai Berdasarkan SNI : 01-
optimal.
67
konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa. Faktor
netral. Hasil pengukuran pH air media pemeliharaan larva tersaji pada Gambar
27.
pagi sore
pengukuran pH pagi hari tertinggi nilai pH tertinggi adalah 7,9 terendah 7,5.
Pada pengukuran di sore hari didapat hasil pengukuran tertinggi sebesar 7,5,
pengaruh lingkungan, kandungan bahan organik, nafsu makan dan sisa pakan
dalam kolam hingga pada sumber air pula. Hujan juga sering berpengaruh pada
nilai pH. Biasanya nilai pH rendah dikarenakan adanya hujan yang membawa zat
idealnya memiliki pH yaitu antara 6,5 – 7,5. Apabila besarnya pH kurang dari 6
berarti kondisi air terlalu asam dan perlu dilakukan penambahan kapur kalsium
penyakit yang menyerang, karena keadaan larva yang masih sangat rentan.
Pada Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Pandaan larva tidak diketemukan
hama, karena memang terdapat diruangan bangsal (hatchery). Jadi, larva dicek
secara intensif agar terhindar dari hama dan penyakit. Begitupun dengan
5.6. Pendederan
selama pemeliharaan juga sebagai salah satu cara menjaga agar calon benih
dapat tumbuh dengan baik. Pendederan ikan gurame dilakukan melalui 2 tahap
yaitu pendederan 1 pada bak beton dan pendederan 2 pada bak semi beton.
1. Bak Beton dibersihkan dari kotoran dan lumut yang menempel dengan cara
mengosok dasar dan dinding bak benton menggunakan sikat dan dibilas
dengan air bersih. Sedangkan bak semi beton dibersihkan dari kotoran dan
69
2. Bak beton dan bak beton dikeringkan kurang lebih 1 hari bertujuan untuk
3. Pengisian air dengan air bersih sedalam 30 cm, air yang digunakan berupa air
sungai berasal dari sumber mata air gunung Arjuno. Kemudian air didiamkan
4. Setelah kolam diisi air dengan ketinggian air 50cm dan didiamkan, kemudian
meletakkan wadah pakan berupa cobek. Dan Cobek ini diletakan pada bagian
pojok kolam. Untuk pemberian cobek berbentuk bulat pada tiap kolam diberi 4
5.6.2. Penebaran
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Untuk hasil benih dari
kolam yang digunakan adalah 56 m2. Benih yang diambil berasal dari
pemeliharaan telur hingga menjadi larva kurang lebih sampai berusia 30 hari.
70
d. Lakukan secara cepat dan hati – hati agar benih tidak mudah stress.
e. Letakkan benih yang sudah terhitung ke dalam ember atau bak plastik yang
memasukkan ember yang berisi larva dibiarkan mengapung dan sedikit demi
sedikit tambahkan air dalam ember. Setelah kurang lebih 5 menit ember
dimiringkan dan benih dibiarkan keluar sendiri ke bak pendederan. Jumlah benih
tergantung banyaknya benih yang dipanen dan ketersediaan kolam. Jika kondisi
kolam kurang maka kepadatan bisa ditambah untuk setiap kolamnya. Untuk
perlindungan terhadap benih yang baru didederkan dari sengatan terik sinar
pendederan 2 yaitu 11.88 m2. Benih yang didederkan berkisar antara 8004 –
29473 ekor tergantung banyaknya benih yang ada. Proses pendederan I pada
sebesar 97,2% benih yang dapat bertahan sebanyak 79.468 ekor dan bisa untuk
didederkan. Jumlah ini masih terhitung baik dan nilainya masih tinggi. Tingkat
kehidupan dan adaptasi dari benih sudah cukup baik dengan kondisi lingkungan
di Pandaan yang sering bersuhu dingin. Salah satu hal yang membantu benih
dalam adaptasi yaitu ruangan hatchery yang melidunginya sehingga suhu udara
itu, fluktuasi suhu yan tinggi antara siang dan malam dapat terlindungi oleh
adanya ruangan hatchery. Apabila dibiarkan begitu saja, benih akan mudah
stres, terkena penyakit, dan tidak betah yang pada akhirnya mati. Data jumlah
tebar benih pada pendederan 1 di IBAT Pandaan dapat dilihat pada Tabel 10.
72
Berdasarkan data pada tabel 10, didapat hasil pendederan 1 ikan gurame
pada periode 1 sampai 16 dari jumlah benih yang ditebar keseluruhan sebanyak
79.468 ekor dengan padat tebar 3000 - 587 ekor untuk mengisi setiap kolam
Dalam kurun waktu 1 bulan kemudian dilakukan grading pada benih dan
sebanding dengan jumlah benih menjadi pemicu lain benih harus segera
dibelakang Pasar Ikan Higienis untuk dirawat sampai pembeli datang sedangkan
sisanya di besarkan lagi sampai ukuran benih yang lebih besar. Namun biasanya
74
tidak ada sisa benih semua benih yang dihasilkan biasanya laku terjual semua.
Hal ini dikarenakan konsumen pesan terlebih dahulu kepada pihak balai sebelum
panen dilakukan. Hasil jumlah benih yang hidup selama berada pada
Tabel 11. Nilai Survival rate (SR%) benih hasil pemeliharaan di pendederan I
Periode No. Bak Jumlah awal Jumlah mati Jumlah hidup SR%
3,7,14,15 A1 3.000 64 2936 97,8 %
B1 3.000 79 2921 97,3 %
A2 2.198 51 2147 97,9 %
Berdasarkan data di atas, jumlah benih pada pendederan I, dari total awal
79.468 ekor yang dapat bertahan sebesar 77.350 ekor dengan SR 97,38%.
Kematian yang terjadi berasal dari beberapa faktor pemicu seperti faktor stres
akibat di pindah ke lingkungan baru, pakan yang tidak sesuai dengan bukaan
mulut, fluktuasi suhu di luar lebih terasa dari pada di dalam ruangan dan dari
kualitas air sumber air yang tidak sesuai dengan kondisi benih termasuk di
kawasan Pandaan. Benih Yang didederkan pada pendederan II dan dapat dilihat
Berdasarkan data pada tabel 12, didapat pada periode 1 sampai 16 dari
ekor dengan padat tebar 22095 - 8004 ekor. Untuk mengisi setiap bak dengan
jumlah sebanyak 4 bak. Hasil jumlah benih yang hidup selama berada pada
tebar awal keseluruhan 77.350 ekor dan jumlah akhir hasil pendederan 2 yang
sering mengganggu adalah air yang kotor dan padatnya lumut. Untuk sebab itu
77
selang sipon. Tujuannya untuk mengurangi tingkat kepadatan lumut dan plankton
yang ada di dalam air. Untuk pendederan 2 yang berada pada bak semi beton
penyiponan dengan menyedot dan membuang lumut dan kotoran di dasar bak
beton dengan selang sipon. Penyiponan dilakukan dari setiap sisi ke sisi secara
perlahan dan hati – hati agar benih tidak ikut tersedot oleh selang sipon. Setelah
disipon biasanya sisa lumut akan mengambang di permukaan bak beton. Lumut
lumut ini kemudian diambil dengan menggunakan seser dan dibuang. Lumut
yang tidak segera dibuang nantinya akan dijadikan sebagai tempat hinggapnya
capung untuk meletakkan telurnya. Telur yang menetas dan tumbuh menjadi
larva ini akan menjadi predator bagi benih ikan gurame. Proses penyiponan pada
Pergantian air ini berlangsung dengan sistem resirkulasi, yaitu air mengalir
otomatis dengan sistem gravitasi ke bak beton jika saluran dibuka dan akan
langsung membuang sendirinya melalui outlet jika melebihi batas. Ketika air
mengisi bak, jika sudah mencapai batas ketinggian tertentu yaitu kurang lebih
Ketinggian buangan air disesuaikan dengan tinggi pipa outlet yang dipasang
pada kolam.
mengalami 3 kali perganti pakan. Jenis pakan yang digunakan secara bertahap
yaitu cacing sutra, pelet serbuk dan pelet biasa sesuai bukaan mulut ikan. Pada
dan dipelihara di bak beton untuk pendederan I. Lama pendederan I di bak beton
berkisar selama 1 bulan. Jenis pakan yang diberikan pada saat pendederan I
antara lain cacing sutra, pelet tepung dan pelet pabrikan ukurannya disesuaikan
dengan bukaan mulut ikan. Dosis pemberian pakan pada benih yaitu 80 gram
benih yang berusia 1,5 – 2 bulan diberi pakan berupa pelet yang disesuaikan
dengan bukaan mulut ikan. Pelet yang digunakan sebaiknya memiliki kandungan
masing – masing kolam pendederan II dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi
dan sore.
air dilakukan dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Berikut ini
1) Suhu
setiap hari, kolam pendederan di pagi hari berkisar antara 26 – 27oC dan disore
2 kali sehari, pagi dan sore. Grafik suhu pada pendederan dapat dilihat pada
Gambar 31.
80
pagi hari yaitu suhu tertinggi 27,4oC, suhu terendah 26,5oC dan pada suhu sore
hari yaitu tertinggi 27,4 oC dan suhu terendah 26,7 oC. pada grafik juga tersaji
fenomena fluktuasi suhu baik di pagi hari dan sore hari. Fluktuasi ini berasal dari
lama penyinaran sinar matahari serta kondisi cuaca mendung atau tidaknya.
Semakin lama penyinaran sinar matahari suhu dalam air juga akan semakin naik
dan semakin lama mendung yang menghalang sinar serta lamanya angin yang
berhembus dan udara luar berdifusi dengan air, maka semakin rendah suhu air.
Suhu terendah sering terjasi ketika hujan deras dan sempat didapati pada lokasi
beberapa kali.
Suhu air yang ideal bagi pertumbuhan ikan gurami berjenis soang adalah 24 – 30
o
C.
81
malam terlalu besar (>5oC), pertumbuhan gurame soang akan terganggu karena
kandungan oksigen dalam kolam menurun dibawah angka ideal yaitu 4 – 6 mg/l.
suhu bisa disiasati dengan merekayasa ketinggian air kolam. Ketinggian air
mengurangi suhu yang terlampau panas. Sebaliknya saat musim hujan tiba,
ketinggian kolam dipermukaan kolam harus diturunkan supaya air kolam tidak
terlalu dingin. Apabila suhu air dingin maka kadar oksigen akan tinggi dan
memiliki resiko tinggi berbagai jenis penyakit ikan, sebagaimana terlampir pada
lampiran 3.
konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa. Faktor
netral. Grafik pengukuran pH pada pendederan dapat dilihat pada Gambar 32.
82
Grafik pH pendederan 1
7,6
7,5
7,4
7,3
7,2
7,1
7
1 2 3 4
Minggu ke
pagi sore
pagi hari yaitu suhu tertinggi 7,5 pH terendah 7,2 dan pada pH sore hari yaitu
nafsu makan dan sisa pakan dalam kolam hingga pada sumber air pula. Hujan
juga sering berpengaruh pada nilai pH. Biasanya nilai pH rendah dikarenakan
idealnya memiliki pH yaitu antara 6,5 – 7,5. Apabila besarnya pH kurang dari 6
berarti kondisi air terlalu asam dan perlu dilakukan penambahan kapur kalsium
Plankton adalah salah satu jenis makhluk hidup yang terdiri dari tanaman
dan hewan. Selain itu, plankton juga ada yang berjenis bakteri serta mikrobiologi.
Plankton sendiri terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis- jenis plankton antara lain:
83
jenis plankton baik yang merugikan maupun yang tidak. Jenis plankton yang
plankton yaitu yang merugikan dan yang menguntungkan. Jenis plankton yang
1. Hama
Hama adalah segala jenis hewan atau tumbuhan yang ada di kolam
karena hama ini menjadi predator, kompetitor, dan perusak. Berikut ini
merupakan pembagian hama dan beberapa jenis hama yang di jumpai pada
pada bak dan kolam pendederan juga ditemukan hama lain yang biasanya
predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan memakan ikan
menjadi berkurang.
Selain hama predator ditemukan pula hama kompetitor seperti yang ada
di kolam pendederan yaitu lumut, udang kecil dan ikan jatul. Menurut Sunarya
c. Hama Perusak
Adapula hama lain selain predator dan kompetitor yaitu hama perusak.
Beberapa hama perusak yang dijumpai di IBAT Pandaan seperti kepiting dan
trisipan yang dapat mengikis dinding kolam ataupun melubangi dasar kolam.
besar adalah terjadinya kebocoran yang diakibatkan kepiting dan belut yang
antara lain :
3) Banyak gurame Soang yang lolos (keluar) melalui lubang kepiting atau belut
cara, yaitu secara fisik, biologis dan kimiawi. Ketiga cara tersebut bisa dilakukan
secara berurutan, tetapi dapat juga secara terpisah. Dari ketiga cara tersebut,
yang paling aman untuk dilaksanakan yaitu cara fisik dan biologis sebab tidak
Tawar Pandaan, pengendalian yang biasanya dilakukan yaitu secara fisik dan
secara biologis. Pengendalian secara fisik yaitu dengan cara pengeringan dasar
penyaringan air masuk. Dan secara biologis biasanya dilakukan dengan cara
yang ada seperti ikan Nila dan ikan Tombro. Cara kimiawi tidak dilakukan di
1. Secara fisik
termasuk telur dan larvanya. Di samping itu, pengeringan dasar kolam juga
Selain itu juga perlu dilakukan keduk teplok guna menutup lubang – lubang
pada pematang. Pengapuran juga perl dilakukan untuk membunuh bibit hama.
c. Penangkapan langsung
86
Air yang masuk ke areal perkolaman harus disaring terlebih dahulu agar
hewan – hewan liar, termasuk telur dan larvanya tidak dapat masuk ke dalam
kolam. Alat yang digunakan sosog yang dilapisi ijuk atau dengan saringan air
2. Secara Biologis
Beberapa jenis hama ikan dapat diatasi secara biologis, yaitu dengan
3. Secara Kimiawi
pestisida.
2. Penyakit
Tawar Pandaan tidak ditemukan penyakit yang menyerang pada benih ikan
gurame.
5.7. Panen
panen yang diperoleh. Parameternya adalah jumlah, ukuran, jumlah panen dan
kualitas benih ikan yang dihasilkan. Pemungutan hasil atau pemanenan gurame
soang ukuran benih tidak jauh berbeda dengan cara pemanenan benih ikan air
tawar lainnya. Rencana panen harus direncanakan sejak awal tebar ikan karena
benih gurame tersebut meliputi benih ukuran kuku, karcis, korek, dan bungkus
rokok. Hal yang perlu diperhatikan sebelum dan waktu pemanenan benih antara
lain:
1) Lakukan pemanenan saat cuaca sejuk yaitu di pagi atau sore hari
2) Siapkan terlebih dahulu alat yang digunakan untuk memanen dan alat angkut
3) Lakukan proses pemanenan secara cepat dan hati – hati usahakan agar
pemanenan adalah pagi hari atau sore hari untuk menghindari cahaya terik
matahari. Untuk ukuran benih yang sering pembeli inginkan dengan ukuran
berkisaran 3 – 7 cm. Cara pemanenan adalah kurangi terlebih dahulu air media
dalam kolam hingga tersisa 40 – 30%. Seser dengan menggunakan jaring atau
waring benih yang ada di kolam secara perlahan. Pisahkan ukuran benih sebab
untuk setiap ukurannya harganya berbeda. Jika pembeli belum datang, benih
6.1. Kesimpulan
1. Teknik pembenihan yang telah dilaksanakan di IBAT pandaan sudah baik dan
sesuai dengan prosedur cara pembenihan ikan yang baik dengan sistem
2. Jumlah induk jantan adalah 120 ekor dan betina 120 ekor, umur jantan 2 – 2,5
tahun dengan berat 1,5 – 2 kg. sedangkan betina 2 – 3 tahun dengan berat 3
butir telur dan berhasil menjadi larva sebanyak 81.362 ekor dengan HR
98,2%. Dan menjadi benih ukuran kecil dengan total panen dari hatchery
4. Pendederan yang baik, dibuktikan dengan benih dapat tumbuh dan sehat.
Dari data pendederan 1 dapat dibuktikan dengan panen benih total 79.468
ekor benih dan dapat dipanen dari pendederan 1 dengan total 77.350 ekor
dengan SR 97,38%
5. Dari data pendederan 2 berjumlah 4 bak yang mana jumlah tebar awal 77.350
6. Kualitas benih cukup baik ditandai dengan benih ukuran seragam dan benih
sehat.
88
89
6.2. Saran
Saran yang bisa diberikan untuk Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan
(IBAT) adalah :
Adnan, M., E.I. Martawijaya, dan B.S. Setiawan. 2009. Pembenihan Gurami didalam
Akuarium. PT. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Agung. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Agromedia. 2007. Panduan Lengkap Budidaya Gurami. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Caniago, A., Y. Basri dan Azrita. 2014. Pengaruh Perbandingan Induk Jantan dan Betina
dalam Pemijahan Ikan Sepat Mutiara (Tricogaster leeri Blkr) Terhadap Fekunditas dan
Daya Tetas Telur. Prosiding Hasil Penelitian Mahasiswa FPIK, 5 (1): 12 hal.
Djarwanto PS, Pangestu Subagyo, (1993), Statistik Induktif, BPFE Yogyakarta.
Effendi, H. 2002. Telaahan Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 259
hal.
Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname. BAPPL Sekolah Tinggi Perikanan,
Serang
Ghufron, M dkk. 2010. Budidaya Perairan Jilid II, Cirta Aditya Bakti, Bandung.
Harpandi. 2013. Memacu Pertumbuhan Gurami (edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.
Kordi K., M. Ghufran H. 2014. Panen Untung Dari Akuabisnis Ikan Gurami. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Kordi, K.M.G.H. 2010. Budidaya Perairan Jilid II, Cirta Aditya Bakti, Bandung.
Prihartono RE. 2004. Permasalahan Gurami dan Solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.
90
91
Respati H dan S. Budi. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Gurami. Kanisius.
Yogyakarta.
Sandjaya, T dan Risksy. 2006. Usaha Pembenihan Gurame. Penebar Swadatya. Jakarta. 80
hal.
Sani, Berlin. 2014. Budi Daya Ikan Gurami. Dafa Publishing. Jakarta.
Subandiyono dan Hastuti, S. 2014. Beronang serta Prosek Budidaya Laut Indonesia.
Cetakan Pertama. UNDIP Press, Semarang, 78 hlm
Sulhi. 2012. Cara Penetasan Telur dan Perawatan Larva Gurame. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sumanto, Fery. 2015. Persiapan Penetasan Telur Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutanto, Danuri. 2012. Sukses Budidaya Ikan Gurami. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.
Taringan, Josep R. dan Suparmoko. 1995. Metode Pengumpulan Data. Yogyakarta: BPFE.
Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Ikan Gurami. CV. Nusa Aulia. Bandung.
Tirta dan Riski S. 2011. Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya, Jakarta.
92
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Pengumpulan Data Monitoring Kualitas Air Kolam Induk dan Pemijahan
Hasil Pengukuran
No. Tanggal Suhu (0C) pH Keterangan
Pagi Sore Pagi Sore
1 1/4/2019 26.2 26.8 7.8 7
2 2/4/2019 26.5 26.8 7.3 7.6
3 3/4/2019 26.4 26.7 7.8 7.5
4 4/4/2019 27 26.8 7.5 7.1
5 5/4/2019 26.8 26.5 7.5 7.4
6 6/4/2019 26.6 26.4 7.6 6.9
7 7/4/2019 26.5 28.1 7.5 7.5
8 8/4/2019 26.5 28 8 7.3
9 9/4/2019 26.6 28.1 7.6 7.5
10 10/4/2019 25.9 26.3 7.3 6.9
11 11/4/2019 25.9 26.2 7.6 7.5
12 12/4/2019 25.8 26.6 7.7 7.7
13 13/4/2019 27.1 28.3 7.5 7.1
14 14/4/2019 Hujan Hingga Malam
15 15/4/2019 26.9 28.3 7.4 7.3
16 16/4/2019 26.7 28.4 8 7
17 17/4/2019 28.4 27.4 7.5 7.6
18 18/4/2019 Hujan Hingga Malam
19 19/4/2019 28 26.7 7.4 7.5
20 20/4/2019 24.7 26.7 7.2 7.3
21 21/4/2019 26.3 27.2 7 7.2
22 22/4/2019 Hujan Hingga Malam
23 23/4/2019 25.3 27.1 6.6 7.3
24 24/4/2019 25.8 27.2 7 7
25 25/4/2019 27.1 26 7.3 7.8
26 26/4/2019 26 25.8 7.4 7
27 27/4/2019 27.2 26.1 7.8 7
28 28/4/2019 26.7 27.9 7.4 7.4
29 29/4/2019 26.7 Hujan Sejak Sore
30 30/4/2019 27.2 27.7 7.6 7.3
didapatkan hasil laju pertumbuhan harian dengan perhitungan sebagai berikut ini:
1] x 100%
= [60√5 – 1] x 100%
= (1,03 – 1 ) x 100%
Jawab = SGR = %
1] x 100%
= [60√13,33– 1] x 100%
= (1,04 – 1 ) x 100%
berikut:
Diket :
3% x 720.000
21600
10.800 gram
Jadi dalam sehari pakan pellet yang diberikan pada induk gurami ialah 10.8 kg.
karena pemberian pakan diberikan dua kali dalam sehari, maka setiap pemberian
Kebutuhan pakan Daun Talas untuk induk yang dipelihara adalah sebagai berikut:
Diket :
5% x 720.000
3.6000
36.000 gram
Jadi dalam sehari pakan pellet yang diberikan pada induk gurami ialah 36.000 kg. karena
pemberian pakan diberikan dua kali dalam sehari, maka setiap pemberian pakannya ialah
36 kg.
101
14 1500 22 : 1500
16 3479 23 : 1000
24 : 1000
25 : 1479
Nilai Total
7C 1 5520 26 : 1000 23493
27 : 1000
28 : 1000
29 : 1000
30 : 1520
4 2600 31 : 1000
32 : 1600
5 6526 33: 1000
34 : 1000
35 : 1000
36 : 1000
37 : 1000
38 : 1526
102