TUGAS AKHIR
RAHMAWATI B
1222 007
TUGAS AKHIR
RAHMAWATI B
1222 007
Diketahui oleh:
Tanggal Lulus
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Penyusunan tugas akhir ini dapat terlaksana atas bantuan dari berbagai
pihak, melalui kesempatan ini, penulis menghanturkan rasa hormat dan sayang
kepada seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan spiritual dan
material kepada penulis, Melalui kesempatan ini, rasa hormat dan terima kasih
sebagai pembimbing Utama dan Ir. Andi Asdar Jaya. M.Si. sebagai pembimbing
Tak lupa pula rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang
tua kami yang tercinta dan saudara-saudara yang telah memberikan dorongan baik
material maupun spiritual yang tak henti-hentinya kepada penulis. Ucapan terima
1) Bapak Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si., Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep;
iii
4) Bapak Toru selaku Pimpinan PT. Oriental Mutiara Indonesia, Bapak
persamaan yang tak mungkin terlupakan seumur hidup dan akan selalu
ada.
6) Semua keluarga yang selalu mendoakan dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran
Pangkep ,...........2015
Penulis
iii
RINGKASAN
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai
ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa yang akan
datang. Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan,
semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam
bentuk budidaya. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai dari pada
emas, terutama di Jepang. Maka dari itu, dilakukan budidayauntuk menghasilkan
mutiara. Agar berkesinambungan jumlah tiram mutiara untuk pra operasi, maka
perusahaan besar sudah melakukan secara terintegrasi mulai benih sampai spat
dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen.Spat yang dihasilkan dari
hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif
sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah
yang besar.
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah agar mahasiswa yang
melaksanakan kegiatan tersebut dapat melaksanakan dan mempelajari secara
langsung Teknik Penanganan Spat Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Di
Hatchery.
Halaman
RINGKASAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN PUSTAKA
iv
III METODOLOGI
v
V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
mutiara ............................................................................................. 12
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
I PENDAHULUAN
pengembangan usaha dimasa yang akan datang. Usaha untuk memperoleh mutiara
laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Mutiara menjadi barang
mewah dan lebih disukai dari pada emas, terutama di Jepang. Maka dari itu,
secara kontinue menjadi salah satu masalah yang cukup pelik dalam
karena membuka peluang bagi masyarakat untuk terjun dalam usaha penyediaan
benih. Salah satu bagian dari usaha pembenihan tiram mutiara adalah
perusahaan besar sudah melakukan secara terintegrasi mulai benih sampai spat
dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen. Spat yang dihasilkan dari
hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif
yang besar.
1
1.2 Tujuan dan Manfaat
2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Tiram mutiara termasuk dalam phylum mollusca. Phylum ini terdiri atas 6
an yang mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simetris. Hewan ini
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Klas : Pellecypoda
Ordo : Anysomyaria
Famili : Pteridae
Genus : Pinctada
Ada beberapa jenis tiram mutiara di Indonesia antara lain adalah Pinctada
lentiginusa. Tetapi sebagai penghasil mutiara yang terpenting ada 3 jenis yaitu
3
2.2 Morfologi
Bentuk luar tiram mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada
dapat mengatur segala aktivitas kehidupan dari tiram itu sendiri. Menurut Winanto
pipih, berwarna kuning tua sampai kuning kecokelatan dimana bentuk, ukuran,
dan warna cangkang digunakan untuk membedakan antara jenis yang satu dengan
jenis lainnya (Mulyanto 1987). Kedua cangkang tersebut tidak sama bentuknya
engsel berupa ligamen yang elastis serta adanya gigi engsel. Kedua cangkang
dihubungkan oleh otot yang liat dan kuat (otot adductor) yang berfungsi untuk
mengkilap atau disebut lapisan nacre (mother of pearl). Pada bagian sentral
lapisan nacrenya berwarna kuning emas (gold-up), diluar batas garis nacre (non
4
Menurut Wada (1991), cangkang tiram mutiara terdiri dari 3 lapisan yaitu
tersebut, jika dilihat dari zat penyusunnya masing-masing adalah sebagai berikut :
3. Lapisan mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang
5
2.3 Anatomi
Secara garis besar, anatomi tiram mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu
kaki, mantel dan kumpulan organ dalam (Sutaman 1993),yang dapat dilihat pada
Gambar 3.
2.3.1 Kaki
Kaki merupakan salah satu bagian tubuh tiram yang bersifat elastis,
berbentuk seperti lidah yang terdiri dari susunan jaringan otot, dapat memanjang
dan memendek tiga kali dari keadaan normalnya. Kaki berfungsi sebagai alat
gerak hanya pada masa mudanya sebelum menempel pada suatu substrat (Aswan
1996). Pada bagian kaki terdapat bisus yaitu suatu bagian tubuh yang berbentuk
serabut berwarna hitam berfungsi sebagai alat untuk melekat pada suatu substrat
yang disukai. Sesudah kerang menetap dengan bisusnya, kaki tidak dipergunakan
lagi. Selain itu, kaki kerang berfungsi untuk membersihkan kotoran yang mungkin
6
2.3.2 Mantel
mantel. Mantel ini yang membungkus organ dalam yang terletak antara cangkang
dan epitel luar dan organ dalam. Mantel ini terdiri dari dua bagian yaitu belahan
mantel kiri dan bagian kanan. Keduanya berhubungan satu sama lain sepanjang
keluar. Selain itu, mantel juga berfungsi seperti insang yang menjalankan kegiatan
Sutaman (1993) menyatakan bahwa pada sel-sel epitel luar dari mantel akan
yang lebih dikenal dengan lapisan mutiara atau nacre. Sel-sel ini juga membentuk
Bagian ini merupakan organ yang tersembunyi setelah bagian mantel dan
merupakan pusat aktivitas kehidupan dari kerang mutiara tersebut. Organ dalam
ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf dan alat
kelamin.
menyilang dari cangkang kiri ke kanan di dalam tubuhnya. Otot ini berfungsi
untuk membuka dan menutup cangkang. Di samping otot adductor juga terdapat
sepasang otot retrator pada kaki, dua pasang posterior, orbicular retractor pada
7
mantel, intrinsic pada kaki dan perut, branchial band dan otot cardinal. Masing-
Tiram mutiara memiliki 2 pasang insang yang terletak di sebelah kiri dan
Tiram mengambil makanan dengan jalan menyaring makanan yang ada dalam laut
(filter feeder). Makanan yang ditelan masuk dari mulut kemudian melalui
kerongkongan yang pendek langsung masuk ke perut. Dari perut sisa makanan
(kotoran) akan dibuang melalui saluran usus yang relatif pendek dan berbentuk S
Menurut Aswan (1996) jantung terdiri dari satu ventrikel dan aurikel
lateral. Pembuluh darah aorta anterior dan posterior membawa darah yang tidak
berwarna dari jantung ke seluruh organ tubuh. Selain itu, tiram juga dilengkapi
dengan sistem saraf yang terdiri dari sepasang simpul saraf pusat atau merupakan
susunan saraf otak sederhana dengan tali urat saraf dan alat perasa yang sederhana
(Winanto 1991).
2.4 Penyebaran
Tiram mutiara jenis Pinctada sp. yang banyak dijumpai diberbagai negara
lebih menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir.
wilayah Indonesia bagian timur, seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut
Arafuru.
8
Pertumbuhan tiram mutiara biasanya sangat tergantung pada temperatur
air, salinitas, makanan yang cukup dan persentase kimia dalam air laut. Pada
musim panas, dimana suhu air naik, tiram mutiara dapat tumbuh secara maksimal.
Namun, jika suhu dan salinitas sepanjang tahun stabil dengan kondisi lingkungan
yang ideal, maka pertumbuhan pun akan stabil pula, dengan pertumbuhan
dicapai saat ukurannya sudah mencapai 17,5 cm untuk jantan dan 16 cm untuk
betina dan usianya kira-kira dua tahun. Jika pertumbuhannya cepat biasanya satu
tahun sudah matang gonad dan jika lambat bisa mencapai tiga tahun (Wada,
1991). Tiram mutiara dapat tumbuh dengan baik pada musim panas dimana suhu
air tinggi. Pemijahan sering terjadi akibat perubahan suhu yang ekstrem atau
Tiram mutiara mulai memijah pada saat suhu perairan mulai meningkat
sampai 25°C dengan pH air 7,8 pada kondisi alam. Tiram mutiara biasanya
memijah dua kali setahun yaitu awal bulan Juli sampai bulan Agustus dan pada
akhir bulan Desember sampai awal bulan Februari (Tintun dan Winanto, 1988).
Induk tiram betina yang sudah memijah akan mengeluarkan telur yang kemudian
akan dibuahi oleh sel kelamin jantan (sperma). Siklus hidup tiram mutiara dapat
9
Gambar 4. Siklus hidup tiram mutiara
metamorfosis menjadi fase umbo yang ditandai dengan adanya tonjolan pada
pertumbuhan awal cangkang terlihat pada bagian tepi cangkang, bentuknya sangat
tipis, transparan, dan tersusun oleh selaput tipis conchiolin. Pada waktu yang
sama, benang – benang bisus tumbuh dan memiliki fungsi untuk menempel.
Organ lain yang berkembang, yaitu labial palp dan insang. Stadia pertumbuhan
depan dan belakang serta takik bisus. Cangkang sebelah kiri lebih cembung dari
pada yang kanan. Spat menempelkan diri pada substrat dengan bantuan benang –
benang bisus. Laju pertumbuhan dari stadia larva sampai spat pada satu tempat
dan tempat yang lain berbeda-beda, tergantung dari faktor lingkungan (Sutaman
1993).
10
2.5 Makanan dan Kebiasaan Makan
Beberapa jenis mikroalga yang umum diberikan untuk larva tiram mutiara
adalah Diatom jenis Chatoceros, amami, moleri dan grasilis. Cara makan dari
tiram mutiara ini dilakukan dengan menyaring air laut (filter feeder). Sedangkan
disekeliling insang. Selanjutnya melalui gerakan labial palp plankton akan masuk
ke dalam mulut.
tiga kali periode kritis yaitu pada fase D-shape , fase umbo dan periode kritis yang
ketiga yaitu pada fase plantigrade. Fase plantigrade adalah perkembangan akhir
larva dari planktonik ke sessil berubah menjadi spat sehingga perlu substrat untuk
melekat. Tempat melekat spat disebut kolektor. Koektor tali jenis tali penil dengan
panjang 30 cm, sedangkan sakonet terbuat dari tikar yang berwarna hitam dengan
11
III METODOLOGI
Praktik Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai
bulan Februari - April 2015 di PT. Oriental Mutiara Indonesia (OMI) Lokasi
Tenggara.
3.2.1 Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktek penangan spat tiram mutiara
Alat Spesifikasi/ Fungsi
jumlah
Bak/tengki 10 ton/6 buah Tempat pemeliharaan larva dan spat
Blower 2 buah Untuk suplay oksigen terlarut
Batu aerasi 30-35 buah Untuk menyebar oksigen
Pipa aerasi 30-35 batang Untuk menyalurkan oksigen
Kolektor tali dan sakonet Tali fenil dan Substrat tempat menempelnya spat
tikar
Selang 10 meter Menyalurkan air ke bak
Tali 15 meter Mengikatkan kolektor pada pipa
Pipa 10 batang Sebagai penyangga
Basket dan mesh size 6 30 buah Tempat menggantung kolektor
Stereofoam 2 buah Wadah menyimpan spat yang akan
trun laut
Pemberat 60-70 buah Untuk pemberat spat saat trun laut
Karung nener 60-70 buah Tempat net/basket yang akan turun
laut
Kawat dan tali 70 batang Untuk mengikat karung nener
Handrefrakto meter 1 buah Untuk mengukur salinitas air
Thermometer 1 buah Untuk mengukur suhu air
12
Alat Spesifikasi/ Fungsi
Jumlah
pH 1 lembar Untuk mengukur pH air
Gunting 1 buah Untuk memotong tali rafia
Kantong plastik 2 lembar Untuk membungkus kolektor
Lakban 1 buah Untuk mengeratkan kardus
Koran 8 lembar Membungkus es batu
Stereofoam 2 buah Untuk menyimpan spat yang telah
dibungkus kantong plastik
Kardus 2 buah Tempat stereofoa
Tali rafia 10 meter Mengikat kardus agar lebih kuat
Counter 2 buah Menghitung spat yang akan
ditebar
Sumber : PT.Oriental Mutiara Indonesia
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penanganan spat dapat di lihat pada Tabel 2
Tabel 2 Bahan yang Digunakan Untuk Pemeliharaan Spat Tiram Mutiara yaitu :
Data yang digunakan dari penulisan ini berupa data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melaksanakan dan
mengikuti secara langsung kegiatan PKPM pada unit kegiatan pembenihan tiram
mutiara (P. maxima) di PT. Oriental Mutiara Indonesia (OMI) pada saat
melakukan PKPM.
13
3.3.2 Data Sekunder
kegiatan.
Pada dinding dan dasar bak digosok hingga tidak ada kotoran yang
melekat.
14
3.4.2 Pemasangan Kolektor Secara Horizontal
menyebar.
Larva yang siap melekat fase eye spot atau berumur 16 hari di
15
Kolektor diikat dengan memisahkan spat yang banyak menempel,
Pipa aerasi dipasang 30-35 batang dan diberikan udara yang kencang
Spat dipelihara 28-40 hari hingga spat siap didederkan (Lampiran 2).
menggunakan counter.
jumlah kolektor.
16
Kolektor dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan cara
kedalam stereofoam.
normal.
ke dalam kardus lalu diikat kembali dengan tali rafia agar kardus
4).
Menurut Winanto ect al, (2004) Tempat pemeliharaan spat yang baik
pada suhu dan salinitas optimum untuk spat P.maxima adalah 28 oC dan 32–34
17
3.5.2 Analisa data
Spat adalah bagian siklus hidup tiram mutiara yang sudah melekat pada
substrat. Untuk menghitung spat yang menempel pada kolektor, maka digunakan
jumlah sampel
x jumlah tali x banyaknya kolektor
banyaknya sampel
jumlah sampel
x jumlah ruas x banyaknya lembar sakonet
banyaknya sampel
No
SR = x 100%
Nt
Ket :
18
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah kedalaman, bentuk/posisi kolektor, dan permukaan substrat yang keras dan
kasar. Kondisi awal spat ini merupakan masa yang sangat kritis karena bisusnya
belum permanen. Secara umum bahan kolektor yang baik yaitu tidak
mengeluarkan senyawa kimia jika bereaksi dengan air laut, menarik minat spat
untuk melekat, dan tidak mengganggu pertumbuhan. Ada dua jenis kolektor yang
digunakan yaitu:
kolektor tali terbuat dari tali fenil, dibuat dengan cara memotong tali
pada bingkai yang terbuat dari besi. Kolektor ini dapat digunakan berkali-kali
namun sebelum digunakan direndam di dalam air panas selama 1-2 menit, dengan
Bahan kolektor sakonet ini terbuat dari bahan tikar yang berwarna hitam
dangan permukaan yang kasar berukuran 30 cm x 30 cm, pada ujung kolektor ini
diikatkan pada bingkai besi. Kolektor ini hanya dapat digunakan 1 kali pemakaian
namun sebelum digunakan direndam seharian agar spat mudah melekat (Lampiran
6).
19
4.2 Perhitungan Spat
tiram mutiara dewasa, mempunyai engsel dan bisus. Spat melekat diri pada
substrat dengan bantuan benang – benang bisus. Pada fase ini, butuh substrat
untuk melekat dan merupakan fase yang sangat kritis. Apabila tidak menemukan
substrat untuk melekat, maka akan mati. Menurut Winanto (2004) Selama
pertumbuhan, larva mengalami tiga masa krisis, pertama, pada fase D shape, fase
Berdasarkan Tabel 4 bahwa jumlah larva eye spot yang melekat pada
kolektor tali dan sakonet masing-masing sebanyak 557.280 ekor dan 728.920 ekor
dari total 16.260.000 ekor yang ditebar. Pada kolektor sakonet relatif lebih banyak
yang melekat dibandingkan dengan kolektor tali. Adanya perbedaan ini karena
permukaan kolektor dan posisi kolektor. Kolektor sakonet terbuat dari tikar yang
permukaannya lebih kasar dan datar sehingga memudahkan spat melekat dan
tidak perlu menggunakan energi untuk melekat. Akan tetapi lebih efisien
sakonet hanya sekali. Menurut Winanto (2004) bahwa kesukaan melekat spat
dipengaruhi oleh bentuk/posisi kolektor dan permukaan substrat keras dan kasar.
20
Pemeliharaan ini berlangsung selama 40 hari dengan jenis pakan yang
seiring dengan perkembangan larva. Pada stadia spat diberikan c.moleri dan
c.grasilis dengan perbandingan yang sama. Jumlah pakan yang diberikan 30.000
sel/ml/hari dan pergantian air sebesar 50-100% setiap 2-3 hari untuk memperbaiki
pemeliharaan di Hatchery relatif rendah yaitu 7,90 %. Hal ini karena kondisi spat
yang lemah sehingga bisusnya tidak mampu menempel pada kolektor sehingga
menyebabkan kematian.
stereofoam yang besarnya sesuai dengan kolektor yang diangkut. Dengan cara
memasukkan kolektor yang telah ditempeli spat kedalam kantong plastik. Selama
21
pengangkutan dengan metode kering ini diberikan balok es yang telah dibungkus
koran agar spat tetap lembab selama pengiriman untuk selanjutnya dimasukkan
22
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah spat yang melekat pada kolektor tali sebanyak 557.280 ekor
5.2 Saran
yaitu perlu dilakukan penelitian agar spat yang dipelihara di Hatchery SRnya
meningkat.
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 1. Persiapan wadah
24
Lampiran 4. Jenis kolektor
Lampiran 6. Pengepakan
24
Lampiran 7. Pengukuran kualitas air
24
DAFTAR PUSTAKA
CMFRI, 1991. Pearl Oyster Farming and Pearl Cultur. Training Manual No.8.
Regional Seafarming Development and Demonstration Project.
RAS/90/002. Bangkok, Thailand. 103 p.
Sutaman. 1993. Tiram Mutiara Teknik Budidaya dan Proses Pembuatan Mutiara.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 128 hlm
Wada, K.T., 1991. The Pearl Oyster Pincatada máxima (Gold) (Famili Pteridae)
dalam Estuarine and Marine Bivalve Mollusc Culture. CRD Press Inc,
Bostom. Chapter 18: 246-258.
Winanto, T. 1991. Pembenihan Kerang Mutiara. Buletin Budidaya Laut No. 1. Balai
Budidaya Laut Lampung: Lampung.
tamat pada tahun 2008. Penulis kembali melanjutkan pendidikan SMK NEGERI 3
JENEPONTO dan selesai pada tahun 2011, pada tahun 2011-2012 penulis bekerja. Pada
tahun 2012, penulis kembali melanjutkan studi dan di terima sebagai Mahasiswa Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep dan memilih jurusan Budidaya perikanan. Selama mengikuti
Pada tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan pengalaman kerja praktik mahasiswa
( PKPM ), dimulai bulan Februari hingga April 2015 di PT. Oriental Mutiara Indonesia
(OMI) Kendari, Sulawesi Tenggara dan menulis tugas akhir dengan judul ‘’ Teknik
penanganan spat kerang mutiara di Hatchery’’ PT. Oriental Mutiara Indonesia ( OMI )
Kendari.