RAHMAT ROSADI
093 2014 0066
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN
RAHMAT ROSADI
09320140066
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia
Disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Universitas Muslim Indonesia
Lembar Pengesahan_ii
Kata Pengantar
Bismillahirohmanirahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas berkat hidayah
taufik serta rahmat kesehatan-Nya pula, sehingga saya dapat menyelasaikan laporan
kerja praktek ini tepat pada waktunya. Salawat dan salam tak lupa pula kita selalu
tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW, serta para keluarga
dan para sahabat – sahabat yang selalu istaqamah dijalan-Nya.
Penyusunan laporan kerja praktek merupakan suatu rangka memenuhi
persyaratan untuk diajukan sebagai salah satu syarat melanjutkan penelitian tugas
akhir dalam Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Muslim Indonesia.
Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
kelancaran dalam kegiatan Kerja Praktek, yaitu:
1. Bapak Ir. Hasbi Bakri., ST., MT., IPM, selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf., ST., MT., IPP, selaku dosen pembimbing
dalam proses pengerjaan laporan kerja peraktek
3. Bapak Amir Mahmud., ST dan Bapak Muhammad Arif Usman., ST yang telah
membimbing saat pengambilan data pada Sample House Enggano PT. Vale
Indonesia Tbk, hingga laporan dapat terselesaikan.
4. Seluruh keluarga besar PT. Vale dan PT. Sawerigading.
5. Kedua orang tua saya cintai selaku pemberi semangat dan doa selalu terpanjat
kepada saya
6. Teman-teman mahasiswa Teknik Pertambangan angkatan 2014 atas bantuan
dan dukungannya.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan
dan dorongan yang diberikan selama ini.
Di dalam penyusunan isi laporan Kerja Praktek ini, banyak tercantum hal-hal
yang memberi pemahaman yang bersifat positif. Sehinga penulis Dengan penuh
harapan, dalam adanya laporan Kerja Praktek ini dapat berguna kepada para pembaca
maupun dalam pribadi saya sendiri. Untuk dapat digunakan sebagai media-media
Kata Pengantar_iii
penambah wawasan dan juga mendapatkan imformasi/pengetahuan yang terdapat
dalam isi laporan Kerja Praktek ini.
Dalam penulisan isi laporan Kerja Praktek ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya, di karenakan keterbatasan kemanpuan dan ilmu yang
saya miliki, sehingga masih butuh masukan-masukan dari para pembimbing atau pun
para pembaca untuk menambah kesempurnaan isi laporan Kerja Praktek ini.
Atas segalah dukungan dan perhatiannya penulis ucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah SWT memberikan berkah pada setiap umatnya yang senantiasa berbagi
ilmu, amin.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Penulis
Kata Pengantar_iv
ABSTRAK
Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan untuk mengetahui posisi atau letak dari
endapan dan lapisan batuan sekelilingnya (country rock) serta tebal dari endapan bijih
nikel itu sendiri. Hasil kegiatan eksplorasi ini kemudian dapat berguna untuk
menentukan nilai ekonomis dari suatu endapan bijih nikel, menentukan metode dan
sistem penambangan serta umur tambang dari suatu kegiatan penambangan endapan
bahan galian tersebut.
Adapun kelanjutan dari kegiatan eksplorasi yaitu kegiatan preparasi sample
dimana merupakan pekerjaan untuk mempersiapkan sample dikirim ke laboratorium
untuk dianalisis kadar nikelnya. Sebelum sampel dianalisis, terlebih dahulu dilakukan
preparasi dengan tujuan untuk mereduksi baik jumlahnya maupun ukuran butirnya
sampai dengan kehalusan 200 mesh yang representatif.
Kata kunci: bijih nikel, country rock, nilai ekonomis, preparasi sampel, representatif.
Abstrak_v
DAFTAR ISI
Daftar Isi_vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Peta Kesampaian Daerah ............................................................................... 4
2.1 Profil nikel laterit Blok Sorowako Project Area (SPA) ................................. 18
3.1 Diagram Alir Pengambilan Data ................................................................... 40
4.1 Proses Penerimaan Sample ............................................................................ 42
4.2 Core ............................................................................................................... 43
4.3 Proses Transfer Foto Core ............................................................................. 44
4.4 Alat Screening ............................................................................................... 45
4.5 Timbangan Digital ......................................................................................... 46
4.6 Jaw Crusher ................................................................................................... 47
4.7 Proses Qurtering ............................................................................................ 48
4.8 Storage Sample .............................................................................................. 49
4.9 Penyusunan Sample di Area Storage ............................................................. 50
4.10 Memasukkan Sample ke Ruang Produksi ..................................................... 51
4.11 Pengecekan Sample ....................................................................................... 52
4.12 Penimbangan Sample Basah .......................................................................... 53
4.13 Pengoprasian Oven Pengerin Sample ............................................................ 54
4.14 Penimbangan Sample Kering ........................................................................ 55
4.15 Pengoprasian Boyd Crusher .......................................................................... 56
4.16 Proses Splitter ................................................................................................ 57
4.17 Pengoprasian CRM (Continious Ring Mill) .................................................. 58
4.18 Pengoprasian Ring Mill ................................................................................. 59
4.19 Proses Homogenisasi ..................................................................................... 60
4.20 Alat Screening sample -10 mesh dan -200 .................................................... 61
4.21 Penyusunan Sample Pulp dan LOI ................................................................ 62
4.22 Pengerjaan Pulp Reassay ............................................................................... 63
Daftar Gambar_vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 IUP PT. Vale Indonesia, Tbk ............................................................................ 7
2.2 Karakteristik umum Tipe Bijih Nikel di Sorowako Project Area ..................... 16
3.1 Jadwal Pelaksana kerja Praktek ........................................................................ 39
Daftar Tabel_viii
DAFTAR ISTILAH
Air tanah (Ground Water) adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
di bawah permukaan tanah
Cebakan (deposit) adalah kumpulan material yang terendap oleh proses alami baik
primer maupun sekunder.
Core adalah Sepotong batuan atau formasi bawah tanah berbentuk bulat (seperti
lemang) yang dipotong dan diangkat kepermukaan dengan alat bor putar yang
dilengkapi dengan stang (batang) bor pipa dan dan tabung penangkap core
Core recovery adalah perolehan contoh inti (core) dari pemboran yang biasanya
dinyatakan dalam perbandingan presentasi panjang contoh yang dapat
ditangkap/dibawa kepermukaan oleh tabung contoh dengan panjang kolom yang di
bor.
Country rock (batuan samping) adalah lapisan batuan yang mengelilingi suatu
endapan bijih
Daftar Istilah_ix
Devisa adalah sejumlah valuta asing untuk membiayai transaksi perdagangan
internasional
Dickit merupakan mineral lempung yang mempunyai unsur kimia terdiri dari
aluminium, silikon, hidrogen dan oksigen memberikan kontribusi 20,90%, 21,76%,
1,56%, dan masing-masing 55,78%. Dickit kadang-kadang mengandung kotoran
seperti titanium, besi, magnesium, kalsium, natrium dan kalium.
Elemen adalah zat murni yang tidak bisa dipecah oleh metode kimia menjadi
komponen sederhana. Misalnya, emas elemen tidak dapat dipecah menjadi apa pun
selain emas.water table
Endapan Residual adalah endapan-endapan placer, seperti yang telah dibahas di atas
terbentuk dari material yang terlepas dari batuan sumbernya baik secara mekanik
maupun kimiawi
Fragmen adalah istilah umum untuk menunjukan ukuran setiap bongkah dari batuan
hasil pelapukan atau peledakan
Gangue minerals adalah mineral-mineral pengganggu yang tidak berguna tetapi yang
terdapat bersama-sama mineral berharga pada suatu endapan bijih
Geologi adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-
sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya
Geotit (FeO(OH) adalah mineral oksida yang dapat ditemui di tanah dan lingkungan
bersuhu rendah lainnya.
Grade ialah kandungan/ kadar rata-rata mineral berharga dalam bijih (Ore seperti
Emas, grade dengan satuan 4 gr/ ton
Daftar Istilah_x
Intensitas adalah energi yang dipindahkan dalam tiap satuan waktu dan tidap satuan
luas, dan dikatahui bahwa energi tiap satuan waktu ialah pengertian daya maka
intensitas dapat juga dikatakan sebagai daya tiap satuan luas
Intrusi adalah sebuah batuan beku yang telah menjadi Kristal dari sebuah magma yang
meleh dibawah permukaan bumi
Kekar (Joint) adalah suatu fracture (retakan pada batuan) yang relatif tidak
mengalami pergeseran pada bidang rekahnya, yang disebabkan oleh gejala tektonik
maupun non tektonik (Ragan, 1973).
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan
hasil disebut larutan jenuh.
Log adalah hasil rekaman dalam fungsi kedalaman terhadap proses logging (Serra,
1984
Mineral adalah suatu istalah umum untuk semua benda padat anorganik yang
terbentuk di alam, mempunyai komposisi kimia tertentu dan sifat-sifat fisik yang tetap.
Mineralisasi adalah suatu proses pengendapan mineral bijih (metal) dari media yang
membawanya akibat perubahan lingkungan kimia dan fisik sekitarnya
Ofiolit (Ophiolite) merupakan kompleks batuan beku yang terdiri dari anggota basal,
gabro, dan peridotit. Secara spesifik ofiolit adalah kelompok ultrabasa temporal dan
spasial, yang terkait dengan batuan felsik, yang berhubungan dengan periode
pencairan dan proses diferensiasi magmatik di lingkungan tektonik tertentu.
Daftar Istilah_xi
Ore (endapan bijih, cebakan bijih) adalah endapan dari kumpulan mineral yang dari
padanya dapat di ambil (di ekstrak) satu atau lebih logamnya yang lebih
menguntungkan berdasarkan keadaan teknologi dan ekonomi pada saat ini
Overall slope merupakan kemiringan total dari beberapa slope yaitu dari crest
tertinggi sampai toe yang paling terdalam
Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari batuan
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Preparasi sampel adalah proses yang harus dilakukan untuk menyiapkan sampel
sehingga siap untuk dianalisis menggunakan instrumentasi yang sesuai.
Representative adalah dapat mewakili dari berbagi macam bentuk, kandungan dari
sample
Serpentinisasi adalah proses metamorfik geologi suhu rendah yang melibatkan panas
dan air di mana batuan ultramafik dan mafik dengan kandungan silika yang rendah
teroksidasi (oksidasi anaerobik dari Fe2 + oleh proton-proton air yang mengarah ke
pembentukan H2) dan dihidrolisis dengan air menjadi serpentinit. Litologi adalah
deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan karakteristiknya
Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.
Slag adalah kumpulan oksida (CaO, SiO2, FeO, Al2O3, MgO, P2O5, dll) dalam keadaan
lebur dan terpisah dari fasa logam cair selama proses peleburan.
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah
Bumi.
Daftar Istilah_xii
Tanah (soil) adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang terdiri dari
benda padat (bahan anorganik dan organik) serta air dan udara tanah
Tanah Laterit atau tanah merah merupakan tanah yang berwarna merah hingga
coklat yang terbentuk pada ligkungan yang lembab, dingin, dan mugkin genangan-
genangan air, Secara spesifik tanah merah memiliki profil tanah yang dalam, mudah
menyerap air memiliki kandungan bahan organic
Tekstur adalah titik-titik kasar atau halus yang tidak teratur pada suatu permukaan
Waste (berren rock) adalah batuan yang tidak mengandung mineral berharga atau
bagian dari endapan bijih yang kadarnya sangat rendah
Zona Bedrock Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam
kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran > 75 cm, dan
secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis.
Zona Limonit Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung
sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit,
dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal,
dan sempat hilang karena erosi. Pada zone limonit hampir seluruh unsur yang mudah
larut hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan kadar SiO 2
berkisar 2 – 5% berat. Sebaliknya kadar Fe2O3 menjadi sekitar 60 – 80% berat dan
kadar Al2O3 maksimum 7% berat
Zona Saprolite Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk,
berupa bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan.
Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone saprolit yang
terletak di atas batuan asal ini tidak banyak, H2O dan Nikel bertambah, dengan kadar
Ni keseluruhan lapisan antara 2 – 4%, sedangkan Magnesium dan Silikon hanya
sedikit yang hilang terlindi
Daftar Istilah_xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam usaha untuk memanfaatkan nikel secara maksimal perlu ditunjang oleh
teknologi yang tinggi dan data yang memadai tentang kualitas nikel Indonesia.
Pengelolaannya dan pemanfaatannya harus dilakukan semaksimal mungkin. Agar
dapat memberikan devisa bagi Negara, dan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
rakyat Indonesia. Hal ini sangat urgent, karena sumber daya alam tidak dapat
diperbaharui lagi dan akan habis.
Untuk mengetahui cadangan nikel yang ada, pemerintah memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada badan usaha untuk melakukan kegiatan eksplorasi
dan ekploitasi nikel diberbagai wilayah Indonesia. Endapan Nikel laterit (Ni) di
Daerah Sulawesi yang terbentang dalam suatu endapan tunggal terbesar di Dunia, hasil
penggesekan antara lempeng Asia dan Lempeng Australia
Oleh karena itu kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang
harus di lakukan sebelum suatu usaha pertambangan dilaksanakan. Hasil dari kegiatan
eksplorasi itu harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai
sumber daya mineral/bahan galian maupuan kondisi geologi yang ada, agar upaya
kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukan
dengan teliti dan benar (akurat).
Pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi yang diameternya relatif kecil
bila di bandingkan dengan kedalamannya. Pemboran ini biasanya di lakukan pada
batuan atau formasi batuan dalam rangka pengumpulan data informasi dan
pengambilan conto (sample).
Setelah kegiatan pemboran selesai, dilanjutkan dengan kegiatan Preparasi
sampel pada Sample House yang merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
mempersiapkan conto untuk dianalisis, dengan tujuan untuk mengetahui kandungan
dan kadar pada perlapisan tanah laterit sehingga hasilnya dapat dijadikan sebuah
parameter dalam kegiatan penambangan.
Pendahuluan_1
1.2. Maksud Dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari kerja peraktek ini melakukan kegiatan pengamatan proses
preparasi sampel dari hasil eksplorasi pada Sample House Enggano PT. Vale
Indonesia, Tbk.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dalam kerja praktek ini yang dilakukan pada Sample House Enggano
PT. Vale Indonesia, Tbk. Antara lain:
1. Mengetahui tujuan preparasi sampel
2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam kegiatan preparasi sampel
3. Mengetahui seperti apa hasil akhir (produk) dari preparasi sampel
Rumusan masalah yang akan penulis uraikan dalam isi laporan kerja praktek
ini, antara lain:
1. Tujuan dari preparasi sampel
2. Tahapan-tahapan dalam preparasi sampel.
3. Hasil akhir (produk) dari preparasi sampel.
Dalam laporan kerja praktek ini, penulis membatasi masalah mengenai tahapan
kegiatan preparasi sampel endapan nikel laterit hasil pemboran eksplorasi pada Sample
House Enggano PT. Vale Indonesia, Tbk.
1.5.1. Alat
Adapun Alat yang diperlukan demi kelancaran pengambilan data Kerja
Praktek ini adalah:
1. Alat Pelindung Diri, yang meliputi:
• Helmet
• Sepatu safety
Pendahuluan_2
• Kecamata safety
• Rompi
• Masker
• Ear plug
2. Laptop
3. Kamera digital/ Kamera Handpohone
4. Buku lapangan/buku catatan.
5. Alat Tulis Menulis (ATM)
1.5.2. Bahan
Pendahuluan_3
121°21'0"E 121°22'30"E 121°24'0"E
- YAYASAN WAKAF
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
Ü
2°33'0"S
2°33'0"S
1:30,000
0 300 600 1,200
m
Legenda
Sampel_House_Enggano
Jalan
Soroako
Lokasi Sample House
SULAWESI SELATAN
2°34'30"S
2°34'30"S
D.Baleisang
-
Salo Walanae
2°36'0"S
2°36'0"S
DIBUAT OLEH :
RAHMAT ROSADI
093 2014 0066
MAKASSAR
- 2017
121°21'0"E 121°22'30"E 121°24'0"E
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jejak penambangan bijih besi di Luwu Timur sudah ada sejak ratusan tahun
lampau. Sejumlah literatur menyebutkan nama kedutaan (kerajaan) Luwu sebagai
produsen bijih besi berkualitas tinggi dan memasok senjata dan keris pamor Luwu
pada Zaman kejayaan Kerajaan Majapahit, abad XIV dan XV. Penelusuran tim dari
pusat penelitian Arkeologi Nasional dan Australian Nasional University di perbukitan
Matano Pada 1998-1999, menemukan slag-slag besi yang melimpah, fragmen kramik,
grabah, pipa tanah liat yang di duga digunakan untuk mengalirkan logam yang telah
dicairkan. (Sumber : PT Vale Indonesia, Tbk. 2011)
Para arkeolog tersebut juga menggali di pemukiman kuno di Nuha, Sokoyo
dan Pontanda Bangka. Di Desa Nuha, para peneliti yang tergabung dalam Proyek The
Original of Complex Society in South Sulawesi (OXIS) ini menemukan tungku sisa-
sisa pengolahan biji besi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Nuha telah mengenal
pengolahan bijih besi sejak 1.000 - 1.500 tahun lampau. Artinya, kemungkinan besar
masyarakat Nuha telah memilih kontrak dengan dunia luar pada waktu itu. (Sumber :
PT Vale Indonesia, Tbk. 2011)
Sementara itu, pertambangan nikel di Indonesia bermula pada penemuan bijih
nikel di pegunungan Verbeek, Sulawesi, awal Abad ke-20. Adalah Kruyt, warga
negara belanda, yang pertama kali menemukan bijih nikel saat meneliti bijih besi di
pegunungan Verbeek pada tahun 1901. Penemuan ditindaklanjuti oleh Flat Elves,
geology Inco Limitet Canada. Elves di undang oleh sebuah perusahaan Belanda untuk
melanjutkan studi endapan Nikel Laterit Sorowako yang kini menjadi pusat operasi
PT. Vale di kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. (Sumber : PT Vale Indonesia,
Tbk. 2011)
Dalam perkembangannya, pemerintah Indonesia memilih Inco Limited yang
telah beroperasi sejak tahun 1902 dan enam perusahaan tambang lain untuk
membandingkan kontrak karya. Pada tanggal 25 juli 1968, PT. International Nikel
Indonesia, Tbk atau PT Inco secara resmi didirikan dengan akta notaris. Kontrak karya
dengan pemerintah RI ditandatangani dua hari kemudian. Kegiatan eksplorasi berskala
penuh dimulai di area seluas 6,6 juta hektar, mencakup beberap wilayah provinsi
Tinjauan Pustaka_5
Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Tengah (Sulteng), dan Sulawesi Tenggara
(Sultra). (Sumber : PT Vale Indonesia, Tbk. 2011)
Tepat pada 27 Mei 2010, Vale Inco Canada Limited resmi berganti nama
menjadi Vale Canada Limited. Pada tanggal yang sama dibulan September 2011 Rapat
Umum Pemegang Saham menyepakati perubahan nama PT. International Nikel
Indonesia, Tbk menjadi PT. Vale Indonesia, Tbk yang kemudian disahkan oleh
kementerian Hukum dan HAM. Kurang lebih empat bulan setelahnya pada tanggal 24
Januari 2012, nama PT Vale Indonesia, Tbk secara resmi digunakan. Langkah ini
menjadi tonggak awal bagi PT Vale yang secara penuh menjadi bagian dari operasi
Vale di seluruh dunia dan mencerminkan posisinya sebagai bagian dari perusahaan
tambang terbesar kedua di Dunia. Dengan memproduksi mangan, feroaloi, tembaga,
bauksit, potas, kaolin, alumina dan almunium. (Sumber : PT Vale Indonesia, Tbk.
2011)
Visi Kami menjadi perusahaan sumberdaya alam global nomor satu dalam
menciptakan nilai jangka panjang melalui keunggulan kinerja dan kepedulian tehadap
manusia dan alam. (Sumber : PT Vale Indonesia, Tbk. 2011)
Misi Kami mengubah sumberdaya alam menjadi sumber kesejahteraaan dan
pembangunan yang berkelanjutan. (Sumber : PT Vale Indonesia, Tbk. 2011)
Konsesi awal Perseroan seluas 6,6 juta hektar, yang mencakup bagian timur
dan tenggara Sulawesi, diberikan pada 27 Juli 1968. Areal konsesi ini telah dikurangi
hingga 2,9 % dari luas awalnya melalui beberapa kali pelepasan, termasuk yang
terakhir pada 10 Desember 2009. IUP (Izin Usaha Pertambangan) awal berlaku hingga
31 Maret 2008. Kontrak ini telah dimodifikasi dan diperpanjang lewat Perjanjian
Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, dan
berlaku hingga 28 Desember 2025. Areal IUP kami memiliki luas secara keseluruhan
190.510 hektar. (Sumber : PT Vale Indonesia, Tbk. 2011)
Tinjauan Pustaka_6
Tabel 2.1 IUP PT. Vale Indonesia, Tbk
Province Concession Block Hectare
Central Sulawesi Kolonodale 4,512.35
(Total: 36,635.36 Ha Bahodopi 32,123.01
or 19.23%) Sorowako-Towuti 108,377.25
South Sulawesi
Matano 6,176.48
(Total: 118,387.45
Malili (Bulubalang) 2,249.33
Ha or 62.14%)
Lingke 1,584.39
Latao 3,148.11
Southeast Sulawesi
Matarape 1,679.87
(Total: 35,486.35 Ha or
Pomalaa 20,286.19
18.63%)
Suasua 10,372.68
TOTAL 190,509.66
Sulawesi sudah dikenal dengan daerah yang mempunyai sejarah tektonik yang
kompleks, yang menghasilkan kondisi geologi dan jenis batuan yang kompleks. Busur
Timur Sulawesi yang terdiri dari Sulawesi bagian Timur dan Tenggara, sebagian besar
ditempati oleh suatu kompleks luas terdiri dari kelompok batuan ultrabasa yang
diperkirakan berumur mesozoik hingga tersier bawah (Sukamto, 1975). Batuan -
batuan tersebut dijumpai bersama dengan intrusi – intrusi batuan beku yang besusunan
gabro. Kompleks batuan ultra basa ini merupakan suatu lajur yang terputus – putus,
dan dapat diikuti dari bagian paling Timur dari Sulawesi bagian Timur ke arah Barat
dan membelok mengikuti arah struktur Sulawesi Tenggara. (Sumber: PT Vale
Indonesia, Tbk. 2012)
Kompleks ini terdiri dari berbagai batuan ultra basa terutama harzburgite dan
lherzolit serta dunit dan piroksenit. Sebagian besar daerah ini terdiri dari batuan-batuan
ultrabasa yang mengalami berbagai derajat serpentinisasi. (Sumber: PT Vale
Indonesia, Tbk. 2012)
Secara garis besar geologi Sulawesi dapat dibedakan menjadi empat komplek
geologi, yaitu:
Tinjauan Pustaka_7
a. Zona Bagian Barat (Sulawesi bagian selatan dan Utara), terdiri dari basement
kompleks akibat subduction pada zaman Cretacous, endapan Tersier dan
komplek vulkanik tersier dengan beberapa intrusi granitik.
b. Zona Bagian Timur, yang terdiri dari Sulawesi bagian timur dan tenggara,
terdiri dari fragmen ophiolit dan komplek subduction ke arah barat pada masa
neogen.
c. Zona Bagian Tengah, terutama terdiri dari jalur batuan metamorf dan ophiolit
melange.
d. Fragmen batuan continental menempati zona sisa daerah Sulawesi, meliputi
Banggai Sula dan Tukang Besi.
(Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Daerah rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh PT. Vale termasuk
dalam Zona Sulawesi bagian Timur yang dicirikan dengan batuan ophiolit dan malihan
yang di beberapa tempat tertindih oleh sedimen Mesozoikum. Bagian Timur Sulawesi
tersusun dari 2 zona melange subduksi yang terangkat pada pra dan post Miocene (107
tahun lalu). Melange yang paling tua tersusun dari sekis dengan disertai beberapa
tubuh batuan ultrabasa yang penyebarannya sempit dengan stadia geomorfologi tua.
Sementara yang berumur post Miocene telah mengalami pelapukan yang cukup luas
sehingga cukup untuk membentuk endapan nikel laterite yang ekonomis. (Sumber: PT
Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Melange yang berumur Miocene – post Miocene menempati central dan lengan
North-East Sulawesi. Pengangkatan terjadi sangat intensif di daerah ini, diduga karena
desakan kerak samudera Banggai Craton. Pada bagian selatan dari zona melange ini
terdapat kompleks batuan ultrabasa. (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Singkapan ophiolit di Sulawesi bagian timur terjadi dalam 3 bentuk (Sumber:
PT Vale Indonesia, Tbk. 2012):
1. Merupakan masa dasar dan tidak teratur, sampai beberapa ratus kilometer,
seperti sekitar danau.
2. Merupakan jalur terpotong-potong mengikuti struktur subduction.
3. Merupakan masa yang kecil. Sporadic/ tidak teratur dari batuan ultrabasa
(Latao, Sua-sua, Pao-pao, Pomalaa, Torobulu, Kia-Kia dan lain-lain). Latao,
Sua-sua, Pao-pao dan Pomalaa membentuk jalur berarah timur laut. Batuan
Tinjauan Pustaka_8
ultrabasa di Sulawesi Tengah kebanyakan terdiri dari peridotit yang telah
mengalami serpentinisasi dengan tingkatan yang berbeda-beda. Di daerah
Sorowako dan Petea batuannya terdiri dari harzburgite dan lherzolite juga
kadang terdapat dunit dan piroksenit.
Tinjauan Pustaka_9
contoh dari bagian Barat Blok Timur mengalami serpentinisasi kuat, yang
kemudian disebut tipe East. (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
3. Petea (Serpentinized Hazburgite dan Lherzolite) adalah satu jalur endapan
laterit yang potensial memanjang sejauh 30 km dari pantai bagian Timur
danau Matano ke area Lampesue di bagian Timur. Tanamera dan area Petea,
terletak di Barat, meliputi kira-kira setengah daerah prospek yang luas ini.
(Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
4. Batuan konglomerat ultrabasa (Ultramafic Sediment), konglomerat dan
greywackes ditemukan di daerah yang luas diendapkan secara tidak selaras di
atas batuan dasar ultrabasa. (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Tinjauan Pustaka_10
di area Lengkobale diperkirakan masuk dalam tipe West Block
(unserpentinized ultrabasa). Tipe batuan Blok Barat di area Towuti
umumnya retak-retak kuat dicirikan adannya urat serpentine dan kuarsa.
2. Batuan tipe East Block (serpentinized peridotite) ditemukan di Mahalona,
Petea, Lampesue, Lingkona, Tanamalia, Lasobonti dan Lengkobale Tengah.
Sekitar 70 % dari wilayah SOA adalah East Block saprolite.
3. Tipe Hibrid (partly-serpentinized peridotite) digolongkan hanya pada bijih
nikel fraksi/ukuran +6” ditemukan di lubang test pit di Petea, Lampesue,
Lingkona Selatan, Tanamalia tengah, Lasobonti, Lengkobale dan Lingke.
Tinjauan Pustaka_11
sebagai Limonite. Nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite.
(Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Endapan nikel laterit terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide.
Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+ memungkinkan substitusi ion diantara keduanya.
Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc, smectite, sepiolite dan
chlorite terbentuk selama proses metamorphisme temperature rendah dan selama
proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral-mineral tersebut mempunyai
variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor
kristalin, texture afanitik, dan berstruktur seperti serpentinite (Brindley,1978).
(Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Secara mineralogi nikel laterit dapat dibagi ke dalam tiga kategori (Brand et
all.,1998) yaitu:
1. Hydrous Silicate Deposits
Profil dari tipe ini dari bawah ke atas: Ore horizon pada lapisan saprolite (Mg-
Ni silicate), grade Nikel antara 1,8% - 2,5%. Pada zona ini berkembang box-
works, veining, relic structure, fracture dan grain boundaries dan dapat
terbentuk mineral yang kaya akan Nikel; Garnierite (max. Ni 40%). Ni terlarut
(leached) dari fase limonite (Fe Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama
mineral hydrous silicate atau mensubtitusi unsur Mg pada serpentinite yang
teralterasi (Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel laterite adalah produk
pelapukan, tapi dapat dikatakan juga bahwa proses enrichment supergene
sangat penting dalam pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapan
hydrous silicate ini. Tipe ini dapat ditemui dibeberapa tempat seperti di New
Caledonia, Indonesia, Philippines, Dominika dan Columbia. (Sumber: PT Vale
Indonesia, Tbk. 2012)
2. Clay Silicate Deposits
Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut melalui groundwater. Si
yang tersisa akan bergabung dengan Fe, Ni, dan Al untuk membentuk mineral
lempung (clay minerals) seperti Ni-rich Notronite pada bagian tengah profil
saprolite. Ni-rich serpentine juga dapat digantikan oleh smectite atau kuarsa
jika profile deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan groundwater.
Kadar Ni pada endapan ini lebih rendah dari hydrous silicate deposit (1,2%;
Brand et all,1998). (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Tinjauan Pustaka_12
3. Oxide Deposits
Tipe terakhir adalah Oxide. Profile bawah menunjukkan Protolith dari jenis
harzburgitic peridotites (kebanyakan mineral olivine, serpentine, piroksen),
sangat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Diatasnya
terbentuk saprolite dan mendekati permukaan terbentuk limonite dan ferricrete
(di permukaan). Pada tipe deposit oxide ini, Nikel berasosiasi dengan Goethite
(FeOOH) dan Mn Oxide. (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Dua faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit Karena
kaitannya dengan posisi water table, struktur dan drainage. Zona enrichment
nikel laterite berada di topografi bagian atas (upper hill slope, crest, plateau,
atau terrace). (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Tinjauan Pustaka_13
Kondisi water table pada zona ini dangkal, apalagi ditambah dengan
adanya zona patahan dan shear joint. Sehingga akan mempercepat proses
pelarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk
endapan saprolite mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini
dapat dijumpai di beberapa tempat seperti Indonesia, New Caledonia, Ural
(Russia) dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang rendah, water table
yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari batuan
induk. (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Tinjauan Pustaka_14
itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap
erosi mekanis.
Tinjauan Pustaka_15
bijih nikel di daerah Sorowako Project Area. (Sumber: PT Vale Indonesia,
Tbk. 2012)
Tabel 2.2. Karakteristik umum tipe bijih nikel di Sorowako Project Area
(Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Tinjauan Pustaka_16
Kadar nikel yang ekonomis hanya terdapat dalam fraksi -1 sedangkan
fraksi di atasnya lebih banyak yang kosong atau berkadar rendah, kecuali
dalam breksi/konglomerat dimana garnierite muncul pada fraksi +1 inci.
(Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Tinjauan Pustaka_17
batuan dasar di daerah ini sebagian besar merupakan tipe mineralisasi -1" high
olivin. Tipe mineraliasi East Block -1” low olivin hanya membentuk patch
tidak teratur di dalam tipe mineralisasi 6"/18" dan tipe mineralisasi -1" high
olivin. (Sumber: PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Daerah Petea pada awalnya diklasifikasikan sebagai tipe mineralisasi
18". Berdasarkan hasil terbaru dari kegiatan penambangan (hasil penyaringan)
menunjukkan bahwa Petea umumnya tipe mineralisasi -6". (Sumber: PT Vale
Indonesia, Tbk. 2012)
Gambar 2.1. Profil nikel laterit Blok Sorowako Project Area (SPA) (Sumber:
PT Vale Indonesia, Tbk. 2012)
Tinjauan Pustaka_18
1. Batuan dasar (bedrock)
2. Saprolit
Menempati di atas zona bedrock. Zona saprolit terdiri dari boulder yang
sebagian atau seluruhnya terdekomposisi karena pengaruh pelapukan tropis.
Proses pelapukan dimulai sepanjang rekahan dan permukaan retakan sehingga
mengakibatkan terbentuknya boulder di dalam zona saprolite. Tekstur asli
masih dikenali dan profil pelapukan belum sempurna.
Pada batuan yang terserpentinisasi kuat pelapukan tidak hanya melalui
retakan, tetapi masuk kedalam batuan karena batuannya relatif lunak sehingga
air mudah masuk. Di dalam zona saprolite, pelapukan boulder semakin
meningkat di bagian atas. Magnesium, silica dan alkali yang mudah larut,
berpindah meninggalkan konsentrasi residu dari oksida besi, aluminium,
mangan dan krom. Nikel di dalam zona saprolite sebagian adalah residual
tetapi kebanyakan merupakan hasil pengkayaan sekunder. Air tanah yang asam
melarutkan nikel pada bagian atas profil laterit dan diendapkan di zona saprolit
bila terjadi peningkatan secara cepat kadar alkali terhadap air (olivin dan
pelepasan magnesium).
Sebagian besar bijih umumnya berasal pada zona saprolit, merupakan
bijih yang mempunyai nilai ekonomi. Bagian bawah dari zona saprolit secara
gradual berkurang oleh proses pengkayakan sekunder Fe dan MgO berubah
secara jelas dari zona bedrock ke zona saprolit. Fe meningkat menjadi sekitar
19 % dan MgO menurun menjadi sekitar 33 %.
Di atas dari zona saprolit, ada perubahan yang signifikan dalam unsur-
unsur utama seperti Fe, MgO dan SiO2 yang merupakan ciri suatu zona transisi
antara saprolit dan limonit. MgO berkurang menjadi turun 5 % dan Fe
meningkat dari di sekitar 19 % dalam saprolit menjadi sekitar 45 % di dalam
zona laterit.
Tinjauan Pustaka_19
3. Limonit
Zona limonit menempati pada bagian atas profil laterit. Zona limonit
mewakili/ mencirikan produk akhir dari dari pelapukan batuan ultramafik dan
konsentrasi residu unsur-unsur non-mobil.
Zona limonit juga berlapis-lapis. Paling atas zona ditunjukkan adanya
pengaruh oksidasi dan menghasilkan hematit, terutama sekali di daerah yang
datar. Di bawah zona hematit, besi kebanyakan dalam bentuk goethite dan
limonit kedua-duanya merupakan hidroksida besi.
Apabila oksida besi, aluminium, dan krom lebih kurang tersebar merata
di dalam zona limonit, mangan dan kobalt larut dan diendapkan kembali
dibagian bawah zona limonit.
Stratifikasi dari laterit di atas bisa berubah tergantung koreksi geologi
lokal dan kondisi morfologi. Sebagian besar nikel di dalam tubuh bijih tidak
kelihatan dan terjadi dalam bentuk serpentin atau talk mengandung nikel.
Tetapi kadang-kadang warna hijau dari mineral garnierit mungkin bisa jadi
petunjuk.
Tinjauan Pustaka_20
b. Eksplorasi Tindak Lanjut yaitu kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan
penyelidikan pendahuluan dengan sasaran mengetahui sebaran endapan mineral
secara menyeluruh dan pasti dipermukaan kegiatan penyelidikan bersifat taktis
dimana objek penyelidikan dipilih pada tempat-tempat tertentu, terutama pada
daerah yang mempunyai anomali bahan galian dan atau mineralisasi. Dalam tahap
ini biasanya pembuatan trenching lebih banyak dilakukan untuk penyelidikan
bahan galian logam dibandingkan non logam. Perkiraan sumberdaya sudah dapat
dilakukan dengan jenis sumberdaya (tereka). (Konsepsi Nikel Teori. 2015)
c. Eksplorasi Detail ialah upaya untuk mengetahui onggokan bahan galian dibawah
permukaan sebagai kelanjutan eksplorasi tidak lanjut. Jenis kegiatan yang
dilakukan adalah kegiatan pemboran yang tujuannya adalah untuk mengetahui
sebaran bahan galian dibawah permukaan, membuat peta surface dan mengetahui
kadar rata-rata sebaran mineralisasi pada titik bor. Kegiatan pemboran dilakukan
dengan pola teratur (grid pattern) dengan jarak antara titik bor yang satu dengan
yang lainnya 25-50 m. (Konsepsi Nikel Teori. 2015)
d. Pemboran
1) Latar belakang pemboran
Adapun latar belakang dari pemboran itu sendiri (Konsepsi Nikel Teori.
2015), yakni:
• Objek geologi / endapan bahan galian tidak selalu tersingkap
• Tanah atau batuan penutup biasa tipis dan tebal
• Untuk pengamatan secara langsung perlu lubang eksplorasi (eksploration
working)
• Untuk objek geologi atau endapan bahan galian yang dalam perlu
dilakukan pemboran
• Lubang bor merupakan salah satu jenis lubang eksplorasi dalam eksplorasi
mineral
2) Maksud dan Tujuan Pemboran
Pemboran pun memiliki maksud dan tujuan (Konsepsi Nikel Teori. 2015)
antara lain sebagai berikut:
• Ini biasanya dilakukan pada batuan dan formasi dalam pengambilan
conto (sampel). Lubang bor merupakan salah satu bentuk lubang
eksplorasi bila dibandingkan dengan sumur uji misalnya, mempunyai
Tinjauan Pustaka_21
diameter lubang yang relative sangat kecil bila dibandingkan dengan
kedalamannya.
• Yang dimaksud dengan pemboran adalah pembuatan lubang eksplorasi
yang diameternya relative kecil dibandingkan dengan kedalamannya
Pemboran.
• Tujuan pemboran secara umum adalah:
a) untuk mengetahui /mempelajari data/informasi geologi (batuan,
stratigrafi, struktur, mineralisasi dan sebagainya)
b) untuk mengambil contoh
c) untuk eksplorasi bahan tambang (minyak, gas bumi serta air) sebagai
sarana untuk eksplorasi dengan metode lain (geofisika) untuk
peledakan
3) Jenis Pemboran
a) Cara atau jenis pemboran menurut letak atau penempatannya :
• Vertical
• Miring
• Melengkung
b) Mekanisme geraknya:
• Putar (Rotari Drilling)
• Tumbuk (Percussion Drilling)
• Tumbuk Putar (Rotary Percussion Drilling)
c) Hasil pemborannya:
• Inti (core), berupa hasil pemboran yang berbentuk pejal atau tabung
• Hancuran (fragmen) baik yang undisturbed (cutting) maupun yang
unturbed (sludge)
d) Mekanisme/sumber geraknya:
• Bor tangan (bor bangaka)
• Bor mesin (longyear, koken, tone, jeckro dan lain-lain)
e) Bentuk Mata Bornya:
• Pahat
• Spiral
• Cincin
Tinjauan Pustaka_22
Dengan demikian berdasarkan hal tersebut diatas maka, secara umum
jenis pemboran dibagi menjadi:
▪ Diamond core drilling
▪ Rotary drilling
▪ Percuassion drilling
▪ Chum drilling
▪ Core drilling (pemboran inti) atau pemboran eksplorasi
Pemboran jenis ini selalu digunakan sebagai pemboran eksplorasi yang
lebih baik dan teliti yang disesuaikan dengan morfologi yang ada. (Konsepsi
Nikel Teori. 2015)
▪ Diamond core drill menggunakan mata bor intan
▪ Mata bor (bit) yang digunakan berbentuk cincin, sehingga batuan yang
terpotong akan berbentuk seperti cincin
Oleh karena itu jenis pemboran ini dinamakan pemboran inti selain
mata bor intan, tergantung pada batuannya kadang-kadang digunakan mata bor
dari suatu paduan baja tertentu yaitu tungsten erbide. (Konsepsi Nikel Teori.
2015)
Disisi lain biaya operasi cara pemboran ini relative lebih mahal oleh
karena itu perencanaannya perlu dilakukan secermat mungkin agar biaya
operasinya diminimalkan oleh karena kegiatan sangat mahal maka sangat perlu
diambil pertimbangan sebelum melakukan pemboran inti. Pertimbangan-
pertimbangan itu (Konsepsi Nikel Teori. 2015) adalah sebagai:
▪ Ukuran core dan core recovery yang harus diambil
▪ Penentuan pengukuran lubang bor minimum
▪ Penentuan posisi lubang bor (tegak atau miring)
▪ Pemakaian casing / tipe bit, core barrel, drilling rod
Tinjauan Pustaka_23
2.7.1. Tahap Preparasi Sampel Basah
Tinjauan Pustaka_24
C. Transfer Foto Core ke Komputer
(SOP-ETS-27-03 PT. Vale Indonesia, Tbk/ 2016)
1) Alat Perlindungan Diri (APD)
a) Safety shoes standart
2) Peralatan
a) Kamera
b) Kabel data USB
c) Komputer
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan alat
b) Menyalakan computer
c) Menghubungkan kamera ke computer
d) Transfer foto ke computer
e) Membagi foto dalam folder
Tinjauan Pustaka_25
d) Crusher sample
e) Matikan mesin jaw crusher
f) Membersihkan area kerja jaw crusher
Tinjauan Pustaka_26
b) Kacamata
c) Kaos tangan
d) Celemek
2) Peralatan
a) Komputer
b) Aplikasi weighing system (core log)
c) Timbangan digital
d) Talang/pan sampel
e) Scanner barcode
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan peralatan
b) Menyalakan komputer
c) Menyentringkan dan menyalakan timbangan digital
d) Menimbang berat talang kosong
e) Menimbang berat sampel
f) Mencatat pada form preparation secara manual
G. Proses Quartering
(SOP-ETS-27-10 PT. Vale Indonesia, Tbk/ 2016)
1) Alat Perlindungan Diri (APD)
a) Sepatu safety
b) Kacamata
c) Kaos tangan
d) Celemek
e) Masker (dikondisikan)
2) Peralatan
a) Alat quartering
b) Pencacah sampel
c) Ring plat
d) Spatula
3) Cara Kerja
a) Menyiapak alat
b) Menhomogenkan sampel
Tinjauan Pustaka_27
c) Melakukan quartering pada sampel
d) Memasukkan sampel dalam pelastik
e) Mengambil QC (Quality Control) dan QC (Quality Control) random
f) Masukkan sampel ke karung
g) Mengambil button core
h) Membersihkan area kerja
Tinjauan Pustaka_28
e) Menutup sampel dengan terpal
Tinjauan Pustaka_29
c) Menyalakan timbangan dan disentrinkan
d) Jalankan aplikasi dataxplore
e) Siapkan data wet H2O weight pada aplikasi data xplore
f) Scan barcode
g) Timbang talang kosong
h) Timbang sampel dengan memasukkan pada data xplore
i) Seve
Tinjauan Pustaka_30
d) Timbangan digital
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan sampel kering
b) Menyalakan komputer
c) Menyalakan timbangan dan disentrinkan
d) Jalankan aplikasi data xplore
e) Siapkan data wet H2O weight pada aplikasi data xplore
f) Scan barcode
g) Timbang talang kosong
h) Timbang sampel dengan memasukkan pada data xplore
i) Seve
Tinjauan Pustaka_31
2) Peralatan
a) Alat spitting
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan sampel -10 mesh
b) Homogenisasi sampel -10 mesh
c) Pembersihan lokasi kerja
(SOP-ETS-05-07 PT. Vale Indonesia, Tbk/ 2016)
Tinjauan Pustaka_32
d) Kacamata safety
e) Helm safety
f) Kaos tangan
2) Peralatan
a) Mesin Ring Mill
b) Tissu
c) Methanol
3) Cara Kerja
a) Mengecek Ring Mill
b) Menyiapkan sample yang akan diproses
c) Mengerjakan sample -10 mesh
d) Membersihkan peralatan kerja
Tinjauan Pustaka_33
b) Masker
c) Ear plug
d) Kacamata safety
e) Helm safeity
2) Peralatan
a) Alat Screening
b) Kuas
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan sampel -200 mesh
b) Screening sampel
c) Menimbang sampel
d) Mengitung persentase sampel
e) Membersihkan lokasi kerja
K. Packing Pulp
(SOP-ETS-05-12 PT. Vale Indonesia, Tbk/ 2016)
1) Alat Perlindungan Diri (APD)
a) Safety shoes standart
b) Masker
c) Kacamata
d) Helm standart
2) Peralatan
a) Rak Fortis
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan sampel -200 mesh
b) Mengatur sampel yang telah di packing
c) Membersihkan lokasi kerja
Tinjauan Pustaka_34
b) Kaos tangan
2) Peralatan
a) Kendaraan roda 4
3) Cara Kerja
a) Penerimaan sample
1. Memarkir kendaraan dengan baik
2. Menurungkan sample dari kendaraan
3. Pengecekan dan menghitung jumlah karung
4. Mencocokkan nomor barcode
5. Memeriksa keadaan sampel
6. Memisahkan sampel QC
b) Penyusunan sample
1. Menyusun sampel
2. Mengurutkan sampel mulai dari yang pertama
Tinjauan Pustaka_35
C. Pengerjaan Pulp Reassay
(SOP-ETS-04-01 PT. Vale Indonesia, Tbk/ 2016)
1) Alat Perlindungan Diri (APD)
a) Sepatu safety
b) Masker
c) Kacamata
d) Sensi glove
e) Celemek
2) Peralatan
a) Peper craft
b) Sendok kecil
c) Gunting
d) Tissue
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan sample pulp
b) Menyiapkan barcode
c) Membuat from request reassay
d) Menyiapkan fortis
e) Menyiapkan nomor sample ke fortis
f) Menyusun fortis
g) Homogenesasi sample
h) Pengambilan sample dengan metode firh bone
i) Memasukkan sample reassay ke fortis
j) Memasukkan kembali sample original kembali ke dalam fortis
k) Insertkan sample ke pulp standart
l) Masukkan pulp ke dalam box sample
Tinjauan Pustaka_36
2) Peralatan
a) Gunting
3) Cara Kerja
a) Menyiapkan barcode list sample dari fortis
b) Pisahkan LOI box sampel
c) Siapkan sample LOI di atas meja
d) Pindahkan sample LOI ke fortis yang baru
e) Ambil sample standart dan sisipkan
f) Susun sample LOI ke dalam Box
g) Simpan LOI pada rak dan beri label box
Tinjauan Pustaka_37
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Studi literatur berupa studi terhadap lokasi Sample House Enggano PT. Vale
Indonesia, Tbk dari kepustakaan yang ada. Bahan-bahan kepustakaan berupa buku-
buku, Standart Operational Prosedur (SOP) dan bahan dokumentasi lainnya yang
mendukung kerja praktek ini.
Februari, Maret,
No Kegiatan Minggu ke Minggu ke
2 3 4 1 2 3
1 Pengenalan K3
2 Pengenalan Lapangan
3 Pengambilan Data
4 Pembuatan Laporan
5 Presentasi
Penulisan tugas akhir ini disajikan dalam lima bab yang terdiri dari:
1. Bab satu, merupakan bab pendahuluan yang memuat tentang latar belakang
dan ruang lingkup permasalahan.
2. Bab dua, yang memuat tinjauan umum yamg mengemukakan tentang kondisi
geografi daerah, kesampaian daerah, geologi daerah pengamatan, genesa
endapan bijih nikel, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan
nikel, proses eksplorasi dan proses preparasi sampel nikel laterit.
3. Bab tiga, metode pengumpulan data dan pelaksanaan pengamatan preparasi
sampel endapan nikel laterit
4. Bab empat, yang memuat metode pengumpulan dan pengolahan data. Dari
hasil analisis ini akan dilakukan pembahasan yang berkaitan dengan proses
preparasi sampel hasil pemboran eksplorasi
5. Bab lima, merupakan bab penutup
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:
Metodologi
Penelitian
Meliputi:
Tahap
Pendahuluan 1. Tahap Administrasi
2. Studi Pustaka
3. Pengenalan Lapangan
Meliputi: Meliputi:
1. Proses pengeboran 1. Laporan Kondisi Geologi
Eksplorasi 2. Laporan Keadaan Endapan
2. Proses Preparasi Sampel Bijih Nikel
Proses pengolahan
data sekunder dan
data primer
Kesimpulan dan
saran
Pembahasan_41
4.2.1 Penerimaan Sampel
Penerimaan sampel pada sample house yaitu suatu proses penerimaan core box
dari hasil pengeboran eksplorasi yang dilakukan di lapangan untuk dilakukan suatu
proses preparasi. Dimana pada proses penerimaan sampel digunakan kendaraan roda
4 untuk mengankut core box dari lokasi pengeboran ke sample house dan troli
digunakan untuk mengankut core box masuk kedalam ruangan sample house.
Pengambilan foto core yaitu bertujuan untuk mencocokkan gambar pada saat
melakukan preparasi sampel. Dimana dalam proses pengambilan foto core harus
mempersiapkan core box terlebih dahulu sebelum mengambil gambarnya, pada core
box diberikan nomor meteran, kemudian diberikan break geologi dengan tujuan
memberikan batas lapisan Limonite, Saprolite dan Bedrock serta berikan tanda pada
break geologi pada zona-zona yang memang memiliki perbedaan kharakter yang jelas.
Untuk kharakter yang tidak menerus (hanya setempat-setempat) tidak perlu di lakukan
break geologi. Perhatikan baik-baik pada saat melakukan break geologi, jangan
melakukan break pada sample dengan panjang <15 cm (minimal interval 15 cm),
karena tidak akan memenuhi syarat representatif sehingga data tersebut tidak dapat
dipakai, atau dinyatakan error.
Pembahasan_42
Setelah semuanya selesai, lakukan pemotretan secara sentring dan hati – hati
sehingga kualitas foto terjamin (cukup terang untuk dilakukan analisa, dan semua
bagian sampel terlihat/tidak terpotong), tidak ada sampel/core box yang terlewati,
yakinkan tidak ada foto yang terhapus. Pastikan dulu kualitas foto sebelum melakukan
aktivitas preparasi
Transfer foto core ke komputer dilakukan untuk memindahkan foto dari hasil
pemotretan ke komputer untuk menyimpan foto agar dapat dilihat dengan baik. Foto
harus di buatkan folder masing-masing demi mencegah terjadinya kehilangan data.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan dalam proses transfer foto core ke
komputer yaitu meyiapakan alat yang digunakan kemudian menyalakan komputer
dengan menghubungkan kamera ke komputer menggunakan kebel USB. Setelah itu
lakukan transfer foto ke komputer dengan mengatur folder foto sesuai tanggal
pengambilannya dan di buatkan lagi folder sesuai dengan hole-nya demi
mempermudah pengambilannya dan pengeditannya. Dan jangan lupa foto di kopy ke
folder cadangan sebagai foto backup demi mencegah kehilangan data.
Pembahasan_43
Foto 4.3 Proses Transfer Foto Core
Pembahasan_44
2 inchi
1 inchi
Pembahasan_45
Foto 4.5 Timbangan Digital
Pembahasan_46
Foto 4.6 Pengoprasian Jaw Crusher
Pembahasan_47
Foto 4.7 Proses Qurtering
Pembahasan_48
Foto 4.8 Storage Sampel
Pembahasan_49
Foto 4.9 Penyusunan Sampel di Area Storage
Pembahasan_50
Foto 4.10 Memasukkan Sampel ke Ruang Produksi
Pengecekan sampel basah dilakukan pada saat penerimaan sampel basah dari
area storage. Dimana pada proses ini harus dikerjakan dengan teliti agar sampel tidak
tertukar dengan sampel yang lainnya.
Adapun hal yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan jobsheet terlebih dahulu
dimana jobsheet digunakan untuk mencocokkan ID sampel, dalam proses ini harus
dilakukan dengan penuh ketelitian agar sampel tidak tertukar. Setelah itu sampel
disusun mulai dari nomor ID yang kecil sampai dengan urutan teratas, sehingga dapat
mempermuda proses pengambilan sampel untuk di lakukan penimbangan.
Pembahasan_51
Foto 4.11 Pengecekan Sampel
Pembahasan_52
Foto 4.12 Penimbangan Sample Basah
Pembahasan_53
Foto 4.13 Pengoprasian Oven Pengerin Sampel
Pembahasan_54
Foto 4.14 Penimbangan Sampel Kering
Pembahasan_55
Foto 4.15 Pengoprasian Boyd Crusher
Pembahasan_56
Foto 4.16 Proses Splitter
Pembahasan_57
diperlukan ring mill dalam memproses sample sampai mejadi ukuran -200 mesh
yaitu ± 3 menit. Untuk melanjutkan pada sample berikutnya maka alat ring mill
kembali dibersihkan menggunakan udara bertekanan dan tissu yang telah diberikan
methanol.
Pembahasan_58
Foto 4.18 Pengoprasian Ring Mill
Pembahasan_59
Foto 4.19 Proses Homogenisasi
Rumus:
SH = TS – (SL + STL)
Persentase = SL x 100 %
TL
Keterangan:
TS = Berat total sampel
SL = Berat sampel lolos
STL = Berat sampel tidak lolos
SH = Sampel Hilang
Pada proses screening sampel -10 mesh dilakukan dengan menyiapkan alat
screening dengan ukurang -10 mesh, setelah itu menimbang sampel menggunakan
timbangan digital. Apabila sampel sudah diketahui berat totalnya maka sampel
dimasukkan ke alat screening dengan mengayungkan alat screening agar materil-
material dapat dengan mudah lolos dari alat screening dengan ukuran -10 mesh. Jika
Pembahasan_60
proses screening sudah selesai maka dilakukan proses penimbangan untuk sampel
yang lolos dari alat screening dan dilanjutkam menimbang sampel yang tidak lolos
dari alat screening. Apabila berat sudah didapatkan maka dapat dimasukkan kedalam
rumus untuk mendapatkan persentase sample.
Dan untuk proses sreening sampel -200 mesh hampir sama dengan proses yang
dilakukan pada sampel yang ukuran -10 mesh. Namun pada proses screening
perlakuan untuk sampel -200 mesh harus menggunakan kuas agar mempermudah
sampel lolos dari alat screening.
10 #
200 #
Foto 4.20 Alat Screening sampel -10 mesh dan -200 Mesh
Sampel LOI sama dengan sample original namun pada sampel LOI dijadikan
sampel yang ingin diketahui berapa persen kadar air kristalnya, sedangkan pada
sampel original hanya untuk diteliti jumlah kandungan element kimianya. Cara
pengerjakannya yaitu menyiapkan barcode sampel, setelah itu pisahkan sampel LOI
dari box sampel. Kemudian sampel LOI disiapkan di atas meja dengan
memindahkannya ke fortis yang baru dan menyisipkan sample standart. Sample LOI
dimasukkan kedalam box dan disusun pada rak sebelum dikirim ke proctech.
Pembahasan_61
Foto 4.21 Penyusunan Sample Pulp dan LOI
Pembahasan_62
Foto 4.22 Pengerjaan Pulp Reassay
Fungsi sample quality control yaitu digunakan untuk mengotrol hasil kerja
yang dilakukan oleh orang preparasi pada saat menghomogengkan sampel karena
sampel sangat susah untuk homogen, sebab sifat umum sampel dialam yaitu heterogen
(beraneka ragam jenis). Namun karena sifat umum dari sampel yaitu heterogen jadi
ada toleransi untuk sample dapat dikatakan representativ.
Sampel quality control dimbil dari setiap 1 batch (20 sample + 5 sample QC).
Adapun jenis-jenis quality sample yaitu Duplikat (DPL), Duplikat Splitter (DPS),
Duplikat Pulp (DPP), Blank (BLK), dan Standart (STD).
Pembahasan_63
1. Sample Duplikat (DPL) merupakan sample untuk mengontrol hasil homogen yang
dilakukan pada proses menghomogenkan sample basa yang ingin di quartering.
Proses pengambilannya sama dengan proses pengambilan sampel original pada
sampel basah dan diambil pada urutan sampel ke-20 dengan syarat untuk material-
material yang lunak. Dan apabila pada sampel ke-20 bukan material yang lunak
maka harus mengambila pada sample dibawahnya yaitu 19 dan seterusnya.
Adapun nilai tolerasinsi yang diberikan untuk sample duplikat yaitu batas 20%
tingkat kesalahannya.
2. Sampel Duplikat Splitter (DPS) merupakan sample untuk mengontrol hasil
homogen yang dilakukan pada proses menghomogenkan sample splitter dengan
ukuran -10 mesh. Proses pengambilannya sama dengan proses pengambilan
sample original pada sample splitter dan diambil pada urutan sampel ke-20. Dan
nilai tolerasinsi yang diberikan untuk sample duplikat splitter yaitu batas 13 %
tingkat kesalahannya.
3. Sample Duplikat Pulp (DPP) merupakan sample untuk mengontrol hasil homogen
yang dilakukan pada proses menghomogenkan sampel pulp menggunakan metode
hearing bond dengan ukuran -200 mesh. Proses pengambilannya sama dengan
proses pengambilan sample original pada sample pulp dan diambil pada urutan
sampel ke-20. Adapun nilai tolerasinsi yang diberikan untuk sampel duplikat pulp
yaitu batas 8 % tingkat kesalahannya.
4. Sampel Duplikat Blank (BLK) merupakan sampel untuk mengontrol hasil kerja
pada hasil kerja alat pada proses pulp preparasi dan alat pada Laboratorium
proctech karena sampel balank merupakan sampel kosong, jadi jika
terkontaminasi dengan sampel hasil preparasi dapat dinyatakan kegiatan preparasi
Error.
5. Sampel Duplikat Standart (STD) merupakan sampel untuk mengontrol hasil kerja
secara keseluruhan, karena sampel standart itu sudah diketahui semua kadarnya
untuk limonit, saprolit, dan bedrock. Sehingga apabila pada hasil preparasi
berbeda dengan data dari sampel standar maka dapat dikatakan data sample hasil
preparasi itu Error.
Pembahasan_64
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun dari isi laporan kerja praktek yang dilakukan pada Sample House
Enggano PT. Vale Indonesia, Tbk. Penulis dapat menarik suatu kesimpulan, antara
lain:
1. Pada dasarnya kegiatan preparasi bertujuan untuk menghomogenkan sampel
yang sifatnya heterogen, kemudian diambila sebagian kecil (20 gram) dan
dapat dikatakan representatif (dapat mewakili sampel yang banyak) dengan
tujuan untuk mengetahui kandungan suatu daerah dengan jumlah material yang
begitu banyak dan sifatnya heterogen.
2. Tahapan dalam kegiatan eksplorasi yaitu mulai dari preparasi sample basah
dengan sampel direduksi menjadi 2,5 kilogram, kemudian melanjutkan ke
proses preparasi kering dimana sample direduksi menjadi 20 gram dengan
ukuran butir -20 mesh, produk pada preparasi sampel kering merupakan
produk akhir dari kegiatan preparasi sampel. Adapun management sampel
merupakan tahapan pendukung dalam proses preparasi sampel dimana
berperang sebagai pengatur produk hasil preparasi sampai ke pengiriman ke
laboratorium proctech.
3. Hasil akhir dari proses preparasi sampel yaitu sampel pulp sebanyak 20 gram
dengan ukuran -200 mesh. Untuk dijadikan sebuah parameter dalam
keberlasungan kegiatan penambangan.
4.2 Saran
Adapun saran penulis dalam laporan ini yaitu agar kiranya untuk pengamatan
berikutnya dengan judul yang sama, lebih memperdalam pada Quality Control proses
preparasi sampel karena itu dapat mengontrol segalah kegiatan dalam proses preparasi
sampel.
Penutup_65
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pusataka_66
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Tanggal 20-02-2017
Tanggal 20-02-2017
Dokumentasi_67
Tanggal 20-02-2017
Dokumentasi_68
Tanggal 21-02-2017 Tanggal 03-03-2017
Tanggal 09-02-2017
Dokumentasi_69
BIOGRAFI
Biografi_70