LINGKUNGAN TAMBANG
SUKARNO PARUMBA
093 2015 0165
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayahnya, sehingga laporan ini dapat diselesaiakan. Laporan ini disusun guna
memenuhi salah satu persyaratan lulus Praktikum Lingkungan Tambang.
Dalam kesempatan kali ini ucapan terimakasih serta penghargaan, penyusun
menyampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian serta
penyusunan laporan ini. Baik secara langsung maupun tidak langsung yakni kepada :
1. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, ST., MT., IPP., selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, ST., MT., IPP., selaku Kepala Laboratorium
Lingkungan Tambang.
3. Bapak Ir. Arif Nurwaskito., ST, M.Si. IPP., selaku Dosen Mata Kuliah
Lingkungan Tambang
4. Kakak Hardi Ashari Usman selaku Koordinator Laboratorium Lingkungan
Tambang.
5. Kakak–kakak Asisten yang telah membimbing kami dengan baik.
6. Teman–Teman seperjuangan anggkatan 2015 Jurusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.
7. Orang tua saya tercinta yang telah memberi dukungan baik secara moril maupun
secara materi
Semoga Allah SWT memberikan hikmah atas amal dan ibadah serta bantuan
yang diberikan dengan ikhlas serta limpahan rahmat dan karunianya yang telah
tercurahkan kepada kita, amin.
Billahi taufik wallhidayah, wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
Kata Pengantar-iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 2
1.3 Manfaat dari Praktikum Lingkungan Tambang .................................................... 2
BAB II. LAPORAN TIAP PRAKTIKUM
2.1 Pengujian Kualitas Air, Tanah dan Udara .............................................................. 3
2.2 Pengukuran Tingkat Kebisingan ............................................................................. 24
2.3 Prediksi Erosi Metode USLE dan GUEST............................................................ 45
2.4 Pengukuran Debit, Kecepatan Aliran dan Laju Infiltrasi .................................. 66
2.5 Air Asam Tambang.................................................................................................... 84
2.6 Biopori .......................................................................................................................... 99
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan tiap praktikum ................................................................................... 119
3.1.1 Pengujian Kualitas Air, Tanah dan Udara ......................................................... 119
3.1.2 Pengukuran Tingkat Kebisingan .......................................................................... 119
3.1.3 Prediksi Erosi Metode USLE dan GUEST ......................................................... 120
3.1.4 Pengukuran Debit, Kecepatan Aliran dan Laju Infiltrasi ............................... 120
3.1.6 Air Asam Tambang ................................................................................................. 120
3.1.6 Biopori........................................................................................................................ 121
3.1.7 Kesimpulan secara umum ...................................................................................... 122
3.2 Saran ........................................................................................................................... 123
3.2.1 Saran Untuk Laboratorium .................................................................................... 123
3.2.2 Saran Untuk Asisten ............................................................................................... 123
3.2.3 Saran Untuk Praktikan Selanjutnya ..................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Isi_v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.4.1 Pengujian Intelegent Meter ...................................................................................... 16
1.4.3 Kabel Colokan Yang Berbeda Untuk Setiap Jenis Pengujian ......................... 18
1.4.5 Contoh Tanah Yang Telah Diisi Air Didiamkan Beberapa Saat ..................... 20
Daftar Gambar-Vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DaftarTabel_vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Nama Asisten Mata Acara .................................................................................
B. Kartu Kontrol Praktikum ......................................................................................
C. Biografi .....................................................................................................................
Daftar Lampiran-viii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Dari adanya praktikum Lingkungan Tambang ini, agar praktikan dapat
memahami konsep dasar mengenai lingkungan tambang itu sendiri
1.2.2 Tujuan
1. Untuk memahami semua konsep Lingkungan Tambang yang terdiri dari
pengujian kulaitas air, tanah, dan udara, pengukuran tingkat kebisingan,
prediksi erosi metode USLE dan GUEST, air asam tambang, biopori dan
pengukuran debit, kecepatan aliran dan laju infiltrasi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pencemaran
lingkungan
3. Dan untuk mengetahui pertimbangan teknis dalam Lingkungan Tambang
2
BAB II
LAPORA TIAP
PRAKTIKUM
PENGUJIAN
KUALITAS
AIR, TANAH
DAN UDARA
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
BAB 1
PENDAHULUAN
Air merupakan benda yang amat dibutuhkan makhluk hidup dimuka bumi ini,
oleh sebab itu hal-hal yang berkaitan dengan masalah air patut dicermati lebih lanjut.
Khusus untuk air tanah yang merupakan sumber air bersih bagi sebagian penduduk
Indonesia masalah pemanfaatan air tanah harus mendapat penangan yang layak dari
yang berwenang.
Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan.
Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media
air. Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti
keperluan rumah tangga, pertanian, sampai industri. Air sebagai pelarut universal,
memiliki kemampuan untuk melarutkan berbagai zat, mulai fasa gas dari udara, fasa
cair dari berbagai larutan, fasa padat dan juga mikroorganisme. Oleh karena itu air
banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut, sehingga air
sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni. Apabila kandungan berbagai zat
tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air dianggap bersih. Air
dikatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kualitas air, dimana
kandungan berbagai zat sudah melebihi ambang batas. Ambang batas kadar zat
dalam air berbeda-beda untuk jenisair sesuai peruntukannya. Misalnya kadar zat
untuk air minum berbeda ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri.
Hal ini telah diatur oleh pemerintah atau pihak berwenang yang telah dibakukan
dalam sebuah surat keputusan.
Selain air, tidak kalah penting juga mengetahui kualitas tanah. Dalam hal ini
kita mesti memperhatikan kesuburan tanah serta harusjuga memperhatikan kualitas
tanah tersebut. bila usaha menjaga kesuburan tanah hanya terbatas pada kemampuan
tanah menyuplai unsur hara, maka kulitas tanah juga mencakup faktor fisika, kimia
dan biologi dengan lebih mendalam serta mempertimbangkan faktor bahan pencemar
sebagai kajiannya.
Tanpa ketersediaan ketiga komponon pokok diatas yakni air, tanah dan udara
maka segala bentuk kehidupan di atas dunia ini akan mengalami kepunahan. Maka
dari itu dilakukan segala bentuk upaya sehingga dapat menjaga kelestarian air, tanah
dan udara yang berkualitas.
[4]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum pengujian kualitas air, tanah dan udara yaitu agar
praktikan dapat mengetahui bagaimana tingkat kualitas dari air, tanah dan udara yang
ada disekitar kita yang sesuai dengan batasan normal yang dibutuhkan oleh makluk
hidup dan juga dapat mengimplementasikan ke dalam dunia pertambangan yang
tarkait masalah lingkungan.
1.2.2 Tujuan
1.3.1 Alat
[5]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1 Pengertian pH
Nilai pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar
keasaman atau kadar alkali dari suatularutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14.
Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negatif logaritma, dan "H",
lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal tentang pH adalah
negatif logaritma dari aktivitas ion Hydrogen.
[6]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
pH = -log[H+]................................................................................................... 2.1
Nilai pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritmaaktivitasion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen
tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada
perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap
sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan
Internasional. Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawanDenmarkSøren
Peder Lauritz Sørensen pada Tahun 1909. Pengukuran pH secara kasar biasa
dilakukan dengan kertas pH atau kertas indikator pH, dengan perubahan-perubahan
pada level pH yang bervariasi. Indikator ini mempunyai keterbatasan pada tingkat
akurasi pengukuran,dan dapat terjadi kesalahan pengamatan karna yang disebabkan
larutan sampel yang berwarna atau sampelyang keruh.
2.2.2 Pengertian Salinitas
Salinitas adalah tingkat kadar garam atau keasinan terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam
pada sebagian besar sungai, danau, kolam, aquarium dan saluran air alami sangat
kecil sehingga air di tempat ini dapat dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan
garam sebenarnya pada air tawar ini secara definisi, kurang dari 0,05ppt (part-per-
thousand). Jika lebih dari itu, air akan dikategorikan sebagai air payau atau menjadi
air asin bila konsentrasinya 3 sampai 5ppt. Lebih dari 5ppt, ia disebut brine.Air laut
secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5ppt. Beberapa
danau garam didaratan dan beberapa dilautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari
pada air laut pada umumnya. Dan sebagai contoh adalah laut mati yang memiliki
kadar garam sekitar 30ppt.
2.2.3 Pengertian DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbsi atmosferudara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik.
Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
2.2.4 Pengertian TDS
Pengertian TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organic maupun anorganic misalnya garam, dan lain-lain) yang terdapat pada sebuah
[7]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air
(larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10 -6
meter).
2.2.5 Pengertian TSS
TSS (Total Suspended Solids) adalah zat padat tersuspensi dimana sampel
disaring dengan kertas filter, filter yang mengandung zat tersuspensi dikeringkan
pada suhu 105oC selama 2 jam.
2.2.6 Pengertian Kekeruhan
Kekeruhan adalah jumlah butir-butir zat yang tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang yang tergenang dalam air. Kekeruhan biasanya terjadi karena adanya bahan
organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (lumpur dan pasir halus)
sedangkan dengan organik dan anorganik yang berupa mikroorganisme dan plankton.
Kekeruhan dinyatakan dengan satuan turbiditas, yang setara dengan ukuran 1
mg/liter SiO2. Kekeruhan juga dapat diukur dengan alat yang bernama Turbidity
Meter.
Kekeruhan dapat disebabkan oleh tanah liat dan lempung, buangan industri
dan mikroorganisme. Upaya untuk mengurangi kekeruhan ini antara lain dengan
penyaringan dan koagulasi. Tujuan dari pemeriksaan parameter ini adalah untuk
mengetahui derajat kekeruhan airyang disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang
tersebar merata dan dapat menghambat jalannya sinar matahari yang melalui air
tersebut.
[8]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
a. Warna
Warna perairan dapat dipakai (tidak selamanya) sebagai parameter
apakah suatu perairan sudah tercemar atau belum. Air selokan dapat berubah
dari bening menjadi kelabu karena adanya proses dekomposisi. Warna
perairan dapat pula dipengaruhi oleh biota yang ada di dalamnya, misalnya
algae, plankton dan tumbuhan air. Air sungai pada umumnya berwarna
bening sampaikecoklatan, hal ini karena dipengaruhi oleh adanya pencucian
badan sungai itu sendiri dan kadungan suspensi di dalamnya.
b. Bau
Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat
organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang
keluar dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang
sedap tetapi adakalanya dapat mematikan biota yang ada di dalamnya,
contohnya adanya kasus ikan-ikan yang mati atau mabuk pada waduk Cirata,
Jawa Barat.
c. Rasa
Parameter ini erat hubungannya dengan pengujian parameter warna
dan bau sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu
perairan dalam kondisi air terasa hambar,bila suatu periran sudah berwarna
kurang baik dan bau yang kurang sedap secara otomatis akan mempunyai
rasa yang kurang enak.
a. pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh
cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar
persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di
bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya
mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat
[9]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
a. Jenis-Jenis Plankton
Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya
terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya
sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).
Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton
terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta
mampu berfotosintesis (Dianthani, 2003). Karena organisme planktonik
biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai
ukuran mata jarring yang berbeda, maka penggolongoan plankton dapat pula
dilakukan berdasarkan ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan
fitoplankton dari zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan
plankton, yaitu: megaplankton ialah organisme plaktonikyang besarnya lebih
dari 2.0 mmyang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm termasuk golongan
makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm -0.2 mm.
b. Ikan
Ikan adalah makhluk hidup yang hidupnya diperairan dan juga ikan
merupakan parameter biologi yang dapat digunakan untuk meneliti parameter
kualitas air disuatu perairan. Jika disuatu perairan memiliki jenis ikan tertentu
dalam jumlah yang sedikit ini menunjukkan bahwa perairan itu tercemar atau
[10]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
kurang baik untuk dilakukannya budidaya ikan, begitu pula sebaliknya, jika
suatu perairan jumlahnya yang terdapat didalamnya jumlah yang banyak dan
beragam jenisnya, maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak
mengalami pencemaran dan cocok untuk pembudidayaan.
[11]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
[12]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
pH tanah 6,8
Pasir 8,6 cm
5 SOIL TESTER
Tanah liat 0,5 cm
Clay 2 cm
[13]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
[14]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
8,6
= 11,1 𝑥 100%
= 77%
𝑐𝑚
Tanah liat = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100%
0,5
= 𝑥 100%
11,1
= 4,5%
𝑐𝑚
Clay = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 100%
2
= 11,1 𝑥 100%
= 18 %
4.2 Pembahasa
Pengamatan yang dilakukan pada contoh air A adalah air sumur asin. Pada
metode organoleptik didapatkan hasil warna keruh, tidak berbau, memiliki rasa.
Pengamatan dengan metode organoleptik dilakukan dengan menggunakan indra
sehingga hasil yang didapatkan bisa saja subjektif dan parameter yang digunakan
tidak bisa memberikan hasil yang kuantitatif.
Untuk itu dilakukanlah pengujian dengan menggunakan alat yang disebut
Intelegent Meter. Alat ini adalah sebuah perangkat seukuran genggaman tangan yang
dapat mengukur beberapa parameter pengujian. Pada perangkat terdapat beberapa
lubang colokan yang disesuaikan dengan mode pengujian yang diinginkan. Salinitas,
pH, DO, TDS pada conto air dapat diukur dengan alat ini.
[15]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LAB ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR T ANAH DAN UDARA
[16]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
[17]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LAB ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR T ANAH DAN UDARA
diperbolehkan 1.000 jadi air biasa tidak diperbolehkan di konsumsi. NTU (kekeruhan)
masih tidak bisa di konsumsi karena batas kekeruhan 25 menurut PERMENKES.
Gambar 4.3 Kabel colokan yang berbeda untuk setiap jenis pengujian
Untuk penentuan kekeruhan digunakan kabel klasifikasi nilai ambang batas
kekeruhan NTU. Pengujiannya agak mirip dengan organolepti k karena dilakukan
dengan bantuan indr a manusia semata. Nilai yang didapatkan ad alah 20 skala NTU.
Nilai ini melewati a mbang batas persyaratan kualitas air minum yang hanya 5 skala
NTU saja.
Selanjutnya adalah pengukuran nilai Oksigen terlarut atau DO. Untuk
mengukur dilakukan dua kali pengukuran. Yang pertama yakni D1 pada hari
praktikum dan D5 yang dilakukan 4 hari setelah praktikum. Air conto tersebut
disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu yang ditentukan . Hasil DO adalah
D5-D1 sama dengan 3.8.
4.2.3 Uji Tanah
Uji tanah dilakukan dengan cara pertama-tama mengisi tanah yang ingin
diuji ke dalam toples sampai ¾-nya. Dengan menggunakan alat yang disebut Soil
Tester maka akan diketahui pH dari tanah tersebut. Nilai pH tanah yang didapatkan
adalah 6,9. Cara pembacaannya cukup mudah, cukup dengan menancapkan alat ke
tanah lalu menekan tombol yang berada diatasnya, nilai pH akan langsung terbaca
pada layer.
[18]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR T ANAH DAN UDARA
[19]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR T ANAH DAN UDARA
Gambar 4.5 Contoh tanah yang telah diisi air didiamkan beberapa saat
[20]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Parameter pengujian kualitas air bisa dilakukan dengan banyak cara namun
pada praktikum kali ini dilakukan dengan metode Organoleptik dan Intelegent
Meter.Uji organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk dengan parameterseperti warna, bau, dan rasa.
Intelegent Meter adalah suatualat uji kualitas air yang dirancang untuk pengujian
kualitas air yang profesional, dengan parameter pH, DO-DOB, dan Salinitias
(keasinan). NTU untuk melihat kekeruhan. TSS singkatan dariTotal Suspended Solid
adalah residu dari padatan totalyang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Pengujian diatas dilakukan untuk melihat sejauh mana kualitas air conto.
Kemudian nilai hasil uji tersebut dibandingkan dengan nilai ambang batas menurut
Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) tahun 1990. Apakah air yang diuji
memang layak untuk disebut air minum, layak untuk disebut air bersih, ataukan
sudah cukup layak untuk dijadikan air kolam renang
Pengujian tanah juga dilakukan untuk mengetahui jenis atau tekstur dari tanah
conto. Dilakukan beberapa tahapan preparasi conto sebelum akhirnya diberikan
nama. Nantinya akan diketahui persentase dari pasir, liat, dan debunya. Ketiga
parameter ini dimasukkan ke tabel klasifikasi tekstur tanah menurut USDA untuk
mengetahui tekstur atau nama dari tanah tersebut.
5.2 Saran
Terlepas dari benar atau salahnya suatu perkara menurut saya masih terdapat
perbedaan persepsi akan suatu istilah atau langkah kerja dalam kegiatan praktikum.
Mungkin kedepannya bisa lebih diperbaiki lagi sehingga tidak membuat bingung
praktikan.
[21]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
Saya kira salah satu kendala terbesar kita adalah belum lengkapnya alat
pengujian. Mungkin dari pihak lab bisa untuk menambahkan atau melengkapi alat
yang kurang tersebut.
[22]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUJIAN KUALITAS AIR TANAH DAN UDARA
DAFTAR PUSTAKA
Tim dosen dan asisten. 2018. Modul praktikum lingkungan tambang. Universitas
muslim Indonesia press. Makassar.
[23]
PENGUKURAN
TINGKAT
KEBISINGAN
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian bunyi menurut fisika, bunyi termasuk salah satu jenis gelombang
yang dapat dirasakan oleh indera pendengaran (telinga). Dalam fisika, pengertian
bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda yang
menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan
menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Dengan demikian,
syarat terjadinya bunyi adalah adanya benda yang bergetar. Perambatan bunyi
memerlukan medium. Kita dapat mendengar bunyi jika ada medium yang dapat
merambatkan bunyi. Syarat terjadi dan terdengarnya bunyi adalahada benda yang
bergetar (sumber bunyi), ada medium yang merambatkan bunyi danada penerima
yang berada di dalam jangkauan sumber bunyi.
Menurut batasan WHO (dalam Bell, 2005), kebisingan adalah suarayang
tidak dikehendaki. Oleh karena itu kebisingan sangat mengganggu
aktivitaskehidupan. Kebisingan adalah sesuatuyang sifatnya subjektif dan
psikologis.Dikatakan subjektif karena sangat bergantung pada orang yang
bersangkutan,misalnya suara bercakap-cakap di dalam bioskop yang mengganggu
sebagianorang, namun suara ribut di suatu pasar bukanlah masalah bagi
orangdisekelilingnya.Beberapa jenis suara dapat lebih mengganggu daripada yang
lain, suarayang keras lebih sering mengganggu daripada bunyi pelan karena itu suara
dapatmenjadi gangguan yang sangat tidak diinginkan.Hal ini secara psikologis
dapatmengganggu kondisi emosi seseorang sehingga dapat menjadi suatu masalah.
Bunyi infrasonic adalah bunyi yang tidak dapat didengar oleh telinga normal
manusia. Apabila frekuensi bunyi normal yang dapat didengar bisa sampai 20 Hz,
maka bunyi infrasonic tidak sampai 20 Hz, mungkin 19 Hz ke bawah.Bunyi
audiosonic adalah bunyi yang dapat didengar oleh telinga normal manusia. Frekuensi
bunyi normal yang dapat didengar berkisar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz.Bunyi
ultrasonic adalah bunyi yang tidak dapat didengar oleh telinga normal manusia.
Apabila frekuensi bunyi normal yang dapat didengar bisa sampai 20 Hz, maka bunyi
ultrasonic adalah di atas 20.000 Hz.
[25]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum pengukurantingkat kebisingan di ligkungan
yaitu agar kami dapat mengetahui bagaimana tingkat kebisingan yang ada disekitar
kita yang sesuai dengan batasan normal yang dibutuhkan oleh mahluk hidup dan juga
dapat mengimplementasikan dalam dunia pertambangan yang tarkait masalah
kebisingan lingkungan tambang.
1.2.2 Tujuan Praktikum
1. Kami mampu mengukur tingkat suara menggunakan sound level meter (SLM).
2. Kami mampu menghitung tingkat kebisingan di lingkungan.
3. Kami mampu menghitung sebaran bising dari garis (line source).
1.3.1 Alat
1. SLM (Download pada Playstore) ;
2. Alat tulis menulis ;
3. Kalkulator ;
4. Stopwatch ;
5. Papan pengalas ;
1.3.2 Bahan
1. Kertas Hvs ;
2. Tabel untuk pengambilan data.
[26]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan
dapat merusak jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan
pendengaran sementara atau permanen. Hal ini sering diabaikan sebagai masalah
kesehatan, tapi itu adalah salah satu bahaya fisik utama. Batasan pajanan terhadap
kebisingan ditetapkan nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari (ILO,
2013). Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
[27]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
[28]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
[29]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
2. Pengguna alat –alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya menggunakan
palu (hammer) atau alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal
atau alat bantu pembuka baut.
Di tempat kerja, jenis dan jumlah sumber suara sangat beragam (Tambunan,
2005). Beberapa diantaranya adalah:
1. Suara mesin
Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangat bervariasi, demikian pula
karakteristik suara yang dihasilkan. Contohnya adalah mesin pembangkit tenaga
listrik seperti genset, mesin diesel, dan sebagainya. Di tempat kerja, mesin
pembangkit tenaga listrik umumnya menjadi sumber-sumber kebisingan berfrekuensi
rendah (<400 Hz).
2. Benturan antara alat kerja dan benda kerja
Proses menggerinda permukaan metal dan umumnya pekerjaan penghalusan
permukaan benda kerja, penyemprotan, pengupasan cat (sand blasting), pengelingan
(riveting), memalu (hammering), dan pemotongan seperti pada proses penggergajian
kayu dan metal cutting, merupakan sebagian contoh bentuk benturan antara alat kerja
dan benda kerja (material-material solid, liquid, atau kombinasi antara keduanya)
yang menimbulkan kebisingan.Penggunaan gergaji bundar (circular blades) dapat
menimbulkan kebisingan antara 80-120 dB.
3. Aliran material
Aliran gas, air atau material-material cair dalam pipa distribusi material di
tempat kerja, apalagi yang berkaitan dengan proses penambahan tekanan (high
pressure processes) dan pencampuran, sedikit banyak akan menimbulkan kebisingan
di tempat kerja. Demikian pula pada proses-proses transportasi material-material
padat seperti batu, kerikil, potongan-potongan metal yang melalui proses
pencurahan.
4. Manusia
Dibandingkan dengan sumber suara lainnya, tingkat kebisingan suara manusia
memang lebih kecil. Namun demikian, suara manusia tetap diperhitungkan sebagai
sumber suara di tempat kerja.
2.5. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
[30]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. NAB kebisingan ditetapkan
sebesar 85 (dBA). Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Di dalam menetapkan standar NAB pada suatu level atau intensitas tertentu,
tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level tersebut secara
terus menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung
pada respon masing-masing individu (Keputusan MENLH, 1996).
Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Intensitas kebisingan
Waktu pemaparan per hari
dalam dBA
8 85
4 88
Jam
2 91
1 94
30 97
15 100
7.5 103
Menit
3.75 106
1.88 109
0.94 112
28.12 115
14.06 118
7.03 121
3.52 124
1.76 Detik 127
0.88 130
0.44 133
0.22 136
0.11 139
[31]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
[32]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
a. Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang bergerak,
menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan, mengganti alat
yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan yang lebih baik.
b. Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara dan
melumasi semua bagian yang bergerak.
c. Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari pekerja/penerima,
menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.
d. Meredam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk mengurangi
getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu benda dari atas ke
dalam bak maupun pada sabuk roda.
e. Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang kerja.
Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan bising.
1. Pengendalian secara administratif
Peraturan perusahaan dan prosedur-prosedur operasional standar (Standart
Operating Procedures) adalah bahasa dan instrumen formal di dalam sebuah
perusahaan yang harus digunakan dan dipatuhi oleh seluruh pekerja perusahaan.
Pada instrumen ini, terdapat penjelasan tertulis tentang apa saja yang harus dan tidak
boleh dilakukan oleh pekerja saat bekerja, termasuk segala sesuatu yang berkaitan
dengan kehadiran kebisingan sebagai bahaya potensial. Bentuk-bentuk pengendalian
administratif tersebut antara lain (Tambunan, 2005):
a. Menetapkan peraturan tentang rotasi pekerjaan (job rotation) merupakan salah
satu pengendalian administratif yang direkomendasikan oleh ahli-ahli K3 untuk
mengurangi akumulasi dampak kebisingan pada pekerja.
b. Menetapkan peraturan tentang keharusan bagi pekerja untuk beristirahat dan
makan di tempat khusus yang tenang atau tidak bising. Seandainya tempat
istirahat ini masih terdapat dalam lokasi kebisingan maka untuk tempat istirahat
tersebut harus diberi penanganan lebih dalam hal pengurangan kebisingan.
c. Menetapkan peraturan tentang sanksi (tindakan indisipliner) bagi pekerja yang
melanggar ketetapan perusahaan berkaitan dengan masalah pengendalian bahaya
kebisingan.
2. Alat Pelindung Diri (APD)
Macam–macam alat pelindung diri yang digunakan untuk mengurangi
kebisingan adalah sebagai berikut:
[33]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
[34]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
[35]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
[( 100,1 𝑥 𝐿1 +
100,1 𝑥 𝐿2 +
100,1 𝑥 𝐿3 +
100,1 𝑥 𝐿4 +
100,1 𝑥 𝐿5 +
100,1 𝑥 𝐿6 +
100,1 𝑥 𝐿7 +
100,1 𝑥 𝐿8 +
100,1 𝑥 𝐿9 +
100,1 𝑥 𝐿10 +
100,1 𝑥 𝐿11 +
100,1 𝑥 𝐿12 )5]
1
= 10 log 60
[( 100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥48 +
100,1 𝑥 49 +
100,1 𝑥 50 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 54 +
100,1 𝑥 50 +
100,1 𝑥 56 +
100,1 𝑥 56 +
100,1 𝑥 53 )5]=
1
10 log 60
[(316227,766 +
630957,3445 +
63095,73445 +
79432,82347 +
100000 +
199526,2315 +
794328,2347 +
251188,6432 +
100000 +
398107,1706 +
398107,1706 +
199526,2315)5]
[36]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
1
= 10 log 60 [(3530497,35)5]
1
= 10 log 60 [(17652486,75)]
= 10 log [(294208,1125)]
= 54,686546447
1
b. leq (2 menit) = 10 log 60
[( 100,1 𝑥 60 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥57 +
100,1 𝑥 60 +
100,1 𝑥 52 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 64 +
100,1 𝑥 61 +
100,1 𝑥 57 +
100,1 𝑥 61 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 54 )5]
1
= 10 log 60
[(1000000 +
316227,766 +
501187,2336 +
1000000 +
158489,3192 +
199526,2315 +
2511886,432 +
1258925,412 +
501187,2336 +
1258925,412 +
794328,2347 +
251188,6432)5]
1
= 10 log 60
[(9751871,917)5]
1
= 10 log 60 [(48759359,585)]
= 10 log [(812655,99471)]
= 59,099067434
1
d. leq (3 menit) = 10 log 60
[( 100,1 𝑥 50 +
100,1 𝑥 51 +
100,1 𝑥 64 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 60 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 63 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 52 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 46 +
100,1 𝑥 59 )5]=
1
10 log 60
[(100000 +
125892,5412 +
2511886,432 +
199526,2315 +
1000000 +
794328,2347 +
1995262,315 +
794328,2347 +
158489,3192 +
199526,2315 +
39810,71706 +
794328,2347)5]
1
= 10 log 60
[(8713378,491)5]
1
= 10 log 60 [(43566892,46)]
= 10 log [(726114,87579)]
= 58,610053342
[37]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
1
d. leq (4 menit) = 10 log = 10
60
[( 100,1 𝑥 57 +
100,1 𝑥 51 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 52 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 50 +
100,1 𝑥 65 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 62 +
100,1 𝑥 67 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 57 )5]= 10 log
1
[(501187,2336 +
60
125892,5412 +
199526,2315 +
158489,3192 +
630957,3445 +
100000 +
3162277,66 +
316227,766 +
1584893,192 +
5011872,336 +
630957,3445 +
501187,2336)5]= 10
1
log 60
[(12923468,2)5]
1
= 10 log 60 [(64617341,02)]
= 10 log [(1076955,6858)]
= 60,321978335
1
e. leq (5 menit) = 10 log 60 =
[( 100,1 𝑥 54 + 100,1 𝑥 57 +
100,1 𝑥 54 + 100,1 𝑥 56 +
100,1 𝑥 59 + 100,1 𝑥 69 +
100,1 𝑥 58 + 100,1 𝑥 52 +
100,1 𝑥 69 + 100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 54 + 100,1 𝑥 57 )5]=
1
10 log 60 [(251188,6432 +
501187,2336 +
251188,6432 +
398107,1706 +
794328,2347 +
7943282,347 +
630957,3445 +
158489,3192 +
7943282,347 +
794328,2347 +
251188,6432 +
1
501187,2336)5]= 10 log 60
[(20418715,39)5]
1
= 10 log 60 [(102093577)]
= 10 log [(1701559,6201)]
= 62,308471707
1
f. leq (6 menit) = 10 log 60 =
[( 100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 60 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 51 +
100,1 𝑥 54 +
100,1 𝑥 52 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 54 +
100,1 𝑥 60 +
100,1 𝑥 57 )5]= 10
1
log 60
[(199526,2315 +
1000000 +
630957,3445 +
199526,2315 +
125892,5412 +
251188,6432 +
158489,3192 +
630957,3445 +
794328,2347 +
251188,6432 +
1000000 +
501187,2336)5]=
1
10 log 60
[(5743241,767)5]
1
= 10 log 60 [(17652486,75)]
= 10 log [(294208,11309)]
= 54,686546447
[38]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
1
g. leq (7 menit) = 10 log =
60
[( 100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 57 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 62 +
100,1 𝑥 64 +
100,1 𝑥 67 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 63 )5]= 10
1
log
60
[(630957,3445 +
316227,766 +
199526,2315 +
316227,766 +
501187,2336 +
630957,3445 +
1584893,192 +
2511886,432 +
5011872,336 +
630957,3445 +
794328,2347 +
1995262,315)5]=
1
10 log 60
[(15124283,54)5]
1
= 10 log 60 [(75621417,7)]
= 10 log [(1260356,9642)]
= 61,004935655
1
h. leq (8 menit) = 10 log 60 = 10
[( 100,1 𝑥 62 +
100,1 𝑥 68 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 57 +
100,1 𝑥 62 +
100,1 𝑥 60 +
100,1 𝑥 64 +
100,1 𝑥 62 +
100,1 𝑥 65 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 62 )5]= 10
1
log 60
[(1584893,192 +
6309573,445 +
316227,766 +
501187,2336 +
1584893,192 +
1000000 +
2511886,432 +
1584893,192 +
3162277,66 +
316227,766 +
794328,2347 +
1584893,192)5]=
1
10 log 60
[(21251281,31)5]
1
= 10 log 60 [(106256406,5)]
= 10 log [(1770940,1119)]
= 62,482038748
1
i. leq (9 menit) = 10 log 60 =
[( 100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 54 +
100,1 𝑥 63 +
100,1 𝑥 61 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 58 +
100,1 𝑥 61 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 54 +
100,1 𝑥 57 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 60 )5]=
1
10 log
60
[(199526,2315 +
251188,6432 +
1995262,315 +
1258925,412 +
316227,766 +
630957,3445 +
1258925,412 +
794328,2347 +
251188,6432 +
501187,2336 +
199526,2315 +
1000000)5]=
1
10 log 60
[(8657243,467)5]
[39]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
1
= 10 log 60 [(43286217,33)]
= 10 log [(721436,95694)]
= 58,581983861
1
j. leq (10 menit) = 10 log 60
[( 100,1 𝑥 62 +
100,1 𝑥 55 +
100,1 𝑥 53 +
100,1 𝑥 61 +
100,1 𝑥 52 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 51 +
100,1 𝑥 61 +
100,1 𝑥 57 +
100,1 𝑥 48 +
100,1 𝑥 59 +
100,1 𝑥 51 )5]= 10
1
log 60
[(1584893,192 +
316227,766 +
199526,2315 +
1258925,412 +
158489,3192 +
794328,2347 +
125892,5412 +
1258925,412 +
501187,2336 +
63095,73445 +
794328,2347 +
125892,5412)5]=
1
10 log 60
[(7181711,853)5]
1
= 10 log 60 [(35908559,26)]
= 10 log [(598475,98895)]
= 57,77046731
2. Data 10 menit
1
leq T (10 menit) = 10 log 10
[( 100,1 𝑥 𝐿1 +
100,1 𝑥 𝐿2 +
100,1 𝑥 𝐿3 +
100,1 𝑥 𝐿4 +
100,1 𝑥 𝐿5 +
100,1 𝑥 𝐿6 +
100,1 𝑥 𝐿7 +
100,1 𝑥 𝐿8 +
100,1 𝑥 𝐿9 +
100,1 𝑥 𝐿10 +
100,1 𝑥 𝐿11 +
100,1 𝑥 𝐿12 )5]= 10
1
log 60
[( 100,1 𝑥 54,686546447 +
100,1 𝑥 59,099067434 +
100,1 𝑥 58,610053342 +
100,1 𝑥 60,321978335 +
100,1 𝑥 62,308471707 +
100,1 𝑥 54,686546447 +
100,1 𝑥 61,004935655 +
100,1 𝑥 62,482038748 +
100,1 𝑥 58,581983861 +
100,1 𝑥 57,770467311 )5]
1
= 10 log 60
[(294208,11311 +
812655,99478 +
726114,87585 +
1076955,6859 +
1701559,62 +
294208,11311 +
1260356,9643 +
1770940,1117 +
721436,95696 +
598475,98901 )5]
1
= 10 log [(9256912,4247)]
60
= 10 log [(154281,87405)]
= 51,883149056
[40]
1
LSM = 10 log 24 ( 16 x 100,1(Ls) + 8 x 100,1(Lm+5) )
1
= 10 log 24 ( 16 x 100,1(65,6) + 8 x 100,1(54,2+5) )
1
= 10 log 24 ( 58092488,763 + 6654110,1688 )
= 10 log 2697774,9577
= 64,3 dB
[41]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
4.2 Pembahasan
[42]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sound Level Meter (SLM) adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur
tingkat kebisingan suara, hal tersebut sangat di perlukan terutama untuk lingkungan
industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji
tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Alat ini sangat membantu untuk
memperkecil kawasan sesuai dengan tingkat kebisingan.
Tingkat kebisingan dapat di dapat dengan menggunakan alat Sound Level
Meter (SLM) dengan alat dapat di ketahui tingkatan kebisingan sesuai dengan
tempatnya karena tidak semua tempat sama dengan kebisingannya, apabila tingkat
kebisingannya di atas rata-rata maka harus menggunakan ala.
5.2 Saran
[43]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN DI LINGKUNGAN
DAFTAR PUSTAKA
Tim dosen dan asisten. 2018. Modul praktikum lingkungan tambang. Universitas
muslim Indonesia press. Makassar.
https://www.scribd.com/doc/247902609/Laporan-Praktikum-
PengukuranKebisingan-menggunakan-Sound-Level-Meter
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf
[44]
PREDIKSI EROSI
METODE USLE
DAN GUEST
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
BAB 1
PENDAHULUAN
[46]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum pengujian prediksi erosi metode usle dan guestyaitu
agar praktikan dapat mengetahuiproses terjadinya erosi dan mampu
memprediksiterjadinya erosi mengunakan metode usledan guest
1.2.2 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui proses terjadinya erosi.
2 Praktikan mampu memprediksikan erosi menggunakan metode usledan guest.
2.1.2 Bahan
1. Kertas HVS
2. Tanah
3. Pasir
[47]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
[48]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
[49]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
A = R .K .L .S .C . P
Keterangan:
A: Banyaknya tanah tererosi dalam tahun-1;
R: Faktor curah hujan, yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan, yang merupakan
perkalian antara energi hujan total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30
menit (130)
K: Faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per unit indeks erosi untuk suatu
tanah yang diperoleh dari petak homogen percobaan standar, dengan panjang
72,6 kaki (22m) terletak pada lereng 9% tanpa tanaman;
L: Faktor psnjsng lereng 9%, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang lereng
tertentu dan erosi dari tanah dengan panjang lereng 72,6 kaki (22 m) di bawah
keadaan yang identik;
S: Faktor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu tanah
dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari tanah dengan
lereng 9% di bawah keadaan yang identik;
C: Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah antara
besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan
tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa
tanaman;
P: Faktor tindakan konservasi tanah, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari
tanah yang diberi perlakuan tindakan konservasi tanah seperti pengelolaan
menurut kontur, penanaman dalam strip atau teras terhadap bersarnya
erosidari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang identik.
Dengan menggunakan kriteria erosi dapat diketahui tingkat bahaya erosi yang
terjadi di suatu daerah, dengan kriteria erosi. Data-data yang perlu dalam pendugaan
besarnya erosi menggunakan metode USLE ini adalah :
1. Data curah hujan
Data curah hujan dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan lokasi
penelitian, sekurang-kurangnya 10 tahun terakhir. Data curah hujan ini digunakan
untuk mengetahui faktor erosivitas hujan ( R) melalui persamaan Bols (1978) :
Dimana :
Rain = rerata curah hujan bulanan (cm)
[50]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
R = (0.41 x H)1.09
R= 2,221 P 1,36
keterangan :
R : Indeks erosivitas
P : Curah Hujan Bulanan (cm)
[51]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih
sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.
Keterangan :
M : parameter ukuran butir diperoleh dari (% debu +
% pasir sangat halus)(100 - %
liat) a : % bahan organik (% C x 1,724)
b : kode struktur tanah
c : kode kelas permeabilitas penampang tanah
Untuk kadar bahan organik > 6% (agak tinggi-sangat tinggi), angka 6%
tersebut digunakan sebagai angka maksimum..
4. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S)
Faktor lereng (LS) merupakan rasio antara tanah yang hilang dari suatu petak
dengan panjang dan curam lereng tertentu dengan petak baku (tanah
gundul,curamlereng 9%, panjang 22 meter, dan tanpa usaha pencegahan erosi) yang
[52]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
dengan :
LS = faktor panjang dan kemiringan lahan;
S = kemiringan lahan (%);
L= panjang lereng (m)
Rumus tersebut berlaku untuk lahan dengan kemiringan <22%, sedangkan
untuk lahan dengan kemiringan lebih curam digunakan untuk rumus Gregory et al
(1977) sebagai berikut:
Dengan:
T = faktor topografi/ LS
λ = panjang lereng, dalam meter m
= 0,5 untuk lereng 5% atau lebih;
0,4 untuk lereng 3,5% - 4,9%;
[53]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
[54]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
usaha konservasi tanah. Tanpa konservasi tanah nilai P = 1 (petak baku). Bila
diteraskan, nilai P dianggap sama dengan nilai P untuk strip cropping, sedangkan
nilai LS didapat dengan menganggap panjang lereng sebagai jarak horizontal dari
masingmasing teras. Konservasi tanah tidak hanya tindakan konservasi secara
mekanis dan fisik, tetapi termasuk juga usaha-usaha yang bertujuan untuk
mengurangi erosi tanah.
[55]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
Pertama - tama praktikan menyediakan tanah, pasir dan kerikil yang ingin
digunakan pada percobaan prediksi erosi. Kemudian praktikan membuat replika
terjadinya erosi dengan memakai tiga faktor penyebab terjadinya erosi. Faktor yang
pertama yaitu hujan, pada percobaan ini praktikan membuat replika semacam lereng
–lereng. Kemudian praktikan menyemprotkan air tersebut ke replika lereng – lereng
tersebut hingga terjadinya proses erosi. Kemudian yang kedua praktikan membuat
replika terjadinya erosi akibat adanya angin. Dan yang terakhir praktikan membuat
replika gelombang laut dengan cara membuat replika tebing-tebing yang berada
disekitar laut hingga tebing –tebing tersebut mengalami erosi.
[56]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Januari
48 + 70 + 28 + 52 + 50 = 49,6 mm = 4,96 cm
2. Februari
25,5 + 46,0 + 0 + 46,0 + 64,0 = 36,3 mm = 3,63 cm
3. Maret
33,9+ 59,3+ 0 + 34,3+ 60,0= 37,5 mm = 3,75 cm
4. April
12,5 + 60,0 + 66,9 + 45,0+ 45,0 =45,8 mm = 4,58 cm
5. Mei
50,0 + 75,0 + 32,2 + 43,0 + 67,0 = 53,4 mm = 5,34 cm
6. Juni
25,0 + 29,8 + 48,1+ 26,0 + 70,0 = 39,7 mm = 39,7 cm
7. Juli
23,0 + 40,0 + 18,0 + 12,0 + 64,0 = 31,4 mm = 3,14 cm
8. Agustus
[57]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
[58]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
R total = 197,9917755
[59]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
A=R.K.L.S.C.P
100 K = 1,292 [2,1 ( 25 + 37 ) (100 - 151,14) (10-4) (12-5) + 3,25 (2 - 2) + 2,5 (1-
3)]
41,94718413748
= = 0,4194718413748
100
𝟐𝟎 𝟎,𝟓
L = (𝟐𝟐) = 0,9534625892
= 1,16890972327
C = 0,345
P = 0,1
Jadi nilai A = R . K . L . S . C . P
A = 197,9917755 x 0,4194718413748 x 0,9534625892 x 1,16890972327
x 0,345 x 0,1
= 3,193402687107
[60]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
A=R.K.L.S.C.P
100 K = 1,292 [2,1 ( 37 + 15) (100 - 151,14) (10-4) (12-6) + 3,25 (2 - 2) + 2,5 (3-3)]
31,476323754312
= = 0,31476323754312
100
𝟏𝟖 𝟎,𝟓
L = (𝟐𝟐) = 0,9045340337
= 2,71540904279
C = 0,377
P = 0,40
Jadi nilai A = R . K . L . S . C . P
A = 197,9917755 x 0,31476323754312 x 0,9045340337 x 2,71540904279
x 0,377 x 0,40
= 23.083022105763
[61]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
A=R.K.L.S.C.P
100 K = 1,292 [2,1 ( 35 + 20) (100 - 151,14) (10-4) (12-4) + 3,25 (2 - 2) + 2,5 (2-3)]
41.889675931104
= = 0,41889675931104
100
𝟏𝟕 𝟎,𝟓
L = (𝟐𝟐) = 0,879049073
= 2,208528656
C = 0,498
P = 0,15
Jadi nilai A = R . K . L . S . C . P
A = 197,9917755 x 0,41889675931104 x 0,879049073 x 2,208528656
x 0,498 x 0,15
= 12.02793054
[62]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
4.2 Pembahasan
4.2.1 SPL 1
Seperti yang diketahui nilai erosi yang dapat dibiarkan untuk SPL 1 (T= 2
ton/ha/tahun). Berdasarkan tingkat kemiringan lereng dan prediksi erosi rata-rata,
SPL 1 termasuk kelas kemampuan lahan 1 ( sangat ringan). Konservasi dan prediksi
yang dapat dilakukan antara lain : tanah diolah seperlunya mengingat kemiringan
lereng yang cukup curam yakni 10%, membuat semacam saluran yang memotong
arah lereng atau counter cropping sehingga kecepatan air tersebut tidak melebihi 0,5
m/detik. Penggunahan lahan dengan menanam padi dan sorgum dengan pengelolaan
tanah mengunakan penutupan tanah rapat sehingga dapat menurunkan erosi rata-rata.
Metode konservasi yang bisa digunakan dalam kasus ini adalah metode konservasi
vegetatif. Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa-
sisanya untuk mengurangi daya rusak air hujan yang jatuh ke permukaan tanah,
sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya erosi.
4.2.2 SPL 2
Seperti yang diketahui nilai erosi yang dapat dibiarkan untuk SPL 2 (T= 27
ton/ha/tahun). Berdasarkan tingkat kemiringan lereng dan prediksi erosi rata-rata,
SPL 2 termasuk kelas kemampuan lahan II (sedang). Konservasi dan prediksi yang
dapat dilakukan antara lain : tanah diolah seperlunya mengingat kemiringan lereng
yang cukup curam yakni 17%, membuat semacam saluran yang memotong arah
lereng atau counter cropping sehingga kecepatan air tersebut tidak melebihi 0,5
m/detik. Penggunahan lahan dengan menanam kacang tanah dan mulsa jerami
dengan pengelolaan tanah mengunakan teras tradisional sehingga dapat menurunkan
erosi rata-rata. Metode konservasi yang bisa digunakan pada kasus ini adalah metode
konservasi mekanik. Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran
permukaan dan erosi dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
4.2.3 SPL 3
Seperti yang diketahui nilai erosi yang dapat dibiarkan untuk SPL 3 (T=8
ton/ha/tahun). Berdasarkan tingkat kemiringan lereng dan prediksi erosi rata-rata,
SPL 2 termasuk kelas kemampuan lahan 1 ( sangat ringan). Konservasi dan prediksi
yang dapat dilakukan antara lain : tanah diolah seperlunya mengingat kemiringan
lereng yang cukup curam yakni 15%, membuat semacam saluran yang memotong
[63]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
arah lereng atau counter cropping sehingga kecepatan air tersebut tidak melebihi 0,5
m/detik. Penggunahan lahan dengan pola berurutan dengan pengelolaan tanah
mengunakan teras bangku sedang sehingga dapat menurunkan erosi rata-rata.Metode
konservasi yang bisa digunakan pada kasus ini adalah metode konservasi mekanik.
Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah.
[64]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PREDIKSI EROSI METODE USLE DAN GUEST
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi (Hardjowigeno,
1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi merupakan akibat interaksi
dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi dan aktifitas manusia terhadap sumber
daya alam
Proses terjadinya erosi tanah disebabkan oleh air meliputi 3 tahap
(Suripin,2004), yaitu Pengelupasan (detachment) merupakan tahap pelepasan partikel
tunggal dari massa tanah, Pengangkutan (transportation) yaitu tahap pengangkutan
oleh media yang erosive seperti aliran air dan angina, Pengendapan (sedimentation)
merupkan tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup
lagi untuk mengangkut partikel
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi
tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem
pertanaman dan pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978).
5.2 Saran
[65]
PENGUKURAN
DEBIT, KECEPATAN
ALIRAN DAN LAJU
INFILTRASI
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
BAB I
PENDAHULUAN
Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau
berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis
pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami
ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk,
rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan).
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat di katakana
bahwa semua jenis kehidupan bersifat aquatik. Beberapa faktor tersedianya air antara
lain curah hujan, kelembaban, penguapan, angin, suhu dan udara.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu
(sungai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air : 1. dibagian
sungai yang relatif lurus, 2. jauh dari pertemuan cabang sungai 3. tidak ada
tumbuhan air, 4. aliran tidak turbelenl, 5. aliran tidak melimpah melewati tebing
sungai.
Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan
arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien
permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.
Pengukuran debit air sangat memiliki peranan yang penting dalam dunia
perikanan atau pemanfaatan perairan. Melalui pengukuran debit air maka dapat
diketahui kemampuan perairan untuk menyuplai air untuk kebutuhan mahkluk hidup
seperti manusia, maupun hewan dan tumbuhan. Didalam dunia perikanan memiliki
peran yang setrategis dimana air adalah komponen utama dalam budidaya perikanan.
Dalam kegiatan pertambangan, sering dibutuhkan besaran infiltrasi untuk
suatu daerah tertentu. Besaran ini umumnya hanya dapat diperoleh dengan
pengukuran atau analisis tertentu. Memang tidak mungkin untuk memperoleh
besaran infiltrasi yang dapat mewakili suatu daerah yang luas secara keseluruhan,
akan tetapi upaya-upaya tertentu dapat dilakukan untuk mendekatinya.
Secara praktis pengukuran infiltrasi dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran tentang besaran dan laju infiltrasi serta variasi sebagai fungsi waktu. Cara
pengukuran yang dapat dilakukan dengan alat infiltrameter.
[67]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
1.3.1 Alat
1. Alat tulis menulis;
2. Alat peraga laju infiltrasi;
3. Gabus;
4. Bola pimpong;
5. Timba;
6. Ember;
7. Alat peraga pengukuran debit.
1.3.2 Bahan
1. Kertas Hvs;
2. Tabel data pengamatan;
3. Air;
4. Tanah.
[68]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006), debit air sungai adalah laju aliran
airyang melewati suatu penampang melintang dengan persatuan waktu. Besaarnya
debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik).Menurut Harnalin
(2010), debit air adalah jumlah air yang mengalir darisuatupenampang tertentu
(sungai/ saluran / mata air) peratuan waktu (ltr/dtk,m 3/dtk, dm3/dtk). Dengan
mengetahui debit air suatu perairan kita dapatmengetahui jenisorganisme apa saja
yang hidup di suatu perairan tersebut. Jika debit air disuatu perairan tinggi maka
dapat dipastikan bahwa organisme yang hidup di perairan tersebut adalah organisme
perenang kuat.
2.2. Pengertian Infiltrasi
[69]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
kering, laju infiltrasi cenderung tinggi.Setelah tanah menjadi jenuh air, maka laju
infiltrasi akan menurun dan menjadi konstan. Kondisi permukaan, seperti sifat pori
dan kadar air tanah, sangat menentukan jumlah air hujan yang diinfiltrasikan dan
jumlah runoff. Sebagai sebuah proses alam yang kompleks, terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi laju infiltrasi. Tergantung pada latar belakang keilmuan, sudut
pandang, dan tingkat kedalamnnya, para ahli telah mengidentifikasikan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju infiltrasi.Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi.
Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju
penyediaan air. Selama intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju
infiltrasi sma dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas
infiltrasi, maka terjadilah genangan air dipermukaan tanah atau aliran permukaan
(Arsyad, 2010).
Lebih lanjut Hakim, et al (1986), menyatakan bahwa pergerakan air kebawah
sangat ditentukan oleh sifat pori, atabilitas agregat, terkstur, kedalaman lapisan
impermesbel, serta ada tidaknya liat yang mengembang. Oleh karena itu, pada
masing-masing jenis tanah laju infiltrasinya akan berbeda-beda. Misalnya saja tanah
berpasir yang dalam umumnya menahan sedikit air dan sebaliknya memungkinkan
banyak hilang melalui perkolasi.
Q = A. V
dimana:
Q = Debit aliran (m3/detik)
A = Luas penampang saluran (m2) V =
Kecepatan aliran air (m/detik) Pengukuran
debit air dengan Metoda Apung
Metoda ini menggunakan alat bantu suatu benda ringan (terapung) untuk
mengetahui kecepatan air yang diukur dalam satu aliran terbuka. Biasanya dilakukan
pada sumber air yang membentuk aliran yang seragam (uniform). Pengukuran
dilakukan oleh 3(tiga) orang yang masing-masing bertugas sebagai pelepas
[70]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu
perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan benda terapung dari suatu
titik tertentu (start) kemudian dibiarkan mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai
batas titik tertentu (finish), sehingga diketahui waktu tempuh yang diperlukan benda
terapung tersebut pada bentang jarak yang ditentukan tersebut.
Alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran debit air dengan metoda apung:
1. Bola pingpong atau bisa diganti dengan benda lain yang ringan (gabus, kayu
kering, dll)
2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/hand phone) yang dilengkapi
dengan stop watch
3. Alat ukur panjang (meteran atau tali plastik yang kemudian diukur panjangnya
dengan meteran).
[71]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
10. Hitung kecepatannya (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A)
dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
11. Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus
Berikut ini uraian metode pengukuran secara secara sederhana beserta cara
perhitungannya :
2.4.1. Pengukuran debit air dengan Metode Tampung
Metoda ini dilakukan untuk pengukuran sumber mata air yang tidak menyebar
dan bisa dibentuk menjadi sebuah terjunan (pancuran). Alat yang diperlukan dalam
pengukuran debit dengan metoda ini:
1. Alat tampung dapat menggunakan botol air mineral untuk volume 1,5 liter atau
alat tampung lain seperti ember/baskom yang telah diketahui volumenya.
2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/handphone) yang dilengkapi
dengan stop watch.
3. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.
[72]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
dilakukan oleh 3(tiga) orang yang masing- masing bertugas sebagai pelepas
pengapung di titik awal, pengamat di titik akhir lintasan dan pencatat waktu
perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir.
Pengukuran dilakukan dengan cara menghanyutkan benda terapung dari suatu
titik tertentu (start) kemudian dibiarkan mengalir mengikuti kecepatan aliran sampai
batas titik tertentu (finish), sehingga diketahui waktu tempuh yang diperlukan benda
terapung tersebut pada bentang jarak yang ditentukan tersebut.
Alat-alat yang diperlukan dalam pengukuran debit air dengan Metoda Apung:
1. Bola pingpong atau bisa diganti dengan benda lain yang ringan (gabus, kayu
kering, dll)
2. Stop watch atau alat ukur waktu yang lain (arloji/hand phone) yang dilengkapi
dengan stop watch
3. Alat ukur panjang (meteran atau tali plastik yang kemudian diukur panjangnya
dengan meteran).
Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran dengan metoda ini adalah:
1. Pilih bagian aliran yang tenang dan seragam, hindari aliran yang memiliki
pusaran air.
2. Tentukan dulu panjang saluran/lintasan (P) sungainya dan batasi titik awal
(start) dan akhirnya (finish). (catat dalam form pengukuran).
3. Bersihkan bagian aliran tersebut dan bentuklah menjadi aliran yang lurus dengan
penampang aliran yang memiliki kedalaman yang relatif sama .
4. Bagilah panjang saluran/lintasan menjadi beberapa bagian (misal 5 bagian/titik),
ukur lebar sungai (L) pada titik-titik tersebut; dan ukur juga kedalamannya (H)
pada bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah aliran. Kemudian hitung masing-
masing rata-ratanya. (catat dalam formulir pengukuran)
5. Hitung luas penampang (A) rata-rata seperti dalam formulir pengukuran.
6. Gunakan benda apung (bola pingpong, kayu kering, gabus, dll) yang dapat
mengalir mengikuti aliran air dan tidak terpengaruh angin.
7. Lepaskan benda terapung pada titik awal lintasan (start) bersamaan dengan
menekan stop watch (tanda start) dan tekan kembali stop watch (tanda stop)
pada titik akhir lintasan (finish) dan hitung waktunya (T).
8. Ulangi pengukuran waktu tempuh 5 kali ulangan.
9. Catat waktu tempuh benda apung dan hitung waktu rata-ratanya.
[73]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
10. Hitung kecepatannya (V) menggunakan variabel luas penampang rata-rata (A)
dan waktu rata-rata (T) sesuai rumus.
11. Hitung Debit air (Q) yang mengalirnya sesuai rumus
[74]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
[75]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
[76]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
[77]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
V= W (ml) × T (s)
V= 1500 ml × 564 s
= 846000 ml/s
Kecepatan (s)
Lebar (L)
Titik
(Meter)
H1 H2 H3 H rata-rata
[78]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
Q= A (m2) × V (m/s)
A= P (cm) × L (cm)
A= 120 cm × 25 cm
= 3000 cm2
= 0,3 m2
V= Jarak (m)
Waktu (s)
V= 1,2 m
15,35 s
V= 0,0781 m/s
2
Q= 0,3 m × 0,0781 m/s
P1 27,30 7550 ml
P2 40,64 6600 ml
P3 41,85 6.500 ml
Q= A × V
A= P × L
A= 120 cm × 25 cm
[79]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
= 3000 cm2
= 0,3 m2
V= Jarak
Waktu
V= 1,2 m
36,6 (s)
V= 0,0327 m/s
2
Q= 0,3 m × 0,3427 m/s
[80]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
4.2. Pembahasan
Dari hasil praktikum pengukuran debit, kecepatan aliran dan laju infiltrasi
maka didapatkan hasil yaitu. Untuk pengukuran debit air didapatkan hasil yaitu
15,35 s sehingga didapatkan hasil kecepatan aliran yaitu 0,02343 m/s dan untuk laju
[81]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Debit air sungai adalah laju aliran airyang melewati suatu penampang
melintang dengan persatuan waktu. Besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter
kubik per detik (m3/detik).
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah, atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori
tanah. Infiltrasi ialah air hujan atau air irigasi yang melalui permukaan tanah dan
membasahi bagian tanah yang relatip kering merupakan salah satu proses alami
dasar.
5.2.Saran
[82]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGUKURAN DEBIT, KECEPATAN ALIRAN DAN LAJU INFILTRASI
DAFTAR PUSTAKA
Bratadkk,LubangResapanBiopori,Bogor(2008).
Departemen Agama RI Al-Hikmah, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung
Diponegoro2011.
Griya.MengenaldanMemanfaatkanLubangBiopori,Bogor (2008).
[83]
AIR ASAM
TAMBANG
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
BAB 1
PENDAHULUAN
[85]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum pengujian air asam tambang (AAT) yaitu agar
praktikan dapat mengetahuiproses terjadinya Air Asam Tambangdan mampu
mengetahui cara pencegahan terjadinya Air Asam Tambang.
1.2.2 Tujuan
1. Praktikan dapat mengetahui pengertian air asam tambang
2. Praktikan dapat mengetahui factor-faktor pemicu terbentuknya air asam
tambang.
3. Praktikan dapat mengetahui proses terbentuk dan pencegahan air asam tambang
1.3.1 Alat
1. Alat tulis menulis
2. Alat penyeprot air
3. Papan pengalas
4. Labu ukur
5. Corong
6. Intelegent meter
1.3.2 Bahan
1. Kertas HVS
2. Tanah
3. Batubara
4. Kertas saring
[86]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air asam tambang atau acid mine drainage adalah istilah umum yang
digunakan untuk menyebutkan air lindian (leachate), rembesan (seepage) atau aliran
(drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral
belerang) yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Proses
ini menghasilkan air yang mempunyai pH rendah yang berpotensi melarutkan logam-
logam berat dari batuan yang dilaluinya. Jika air asam tambang telah terbentuk,
prosesnya akan sulit untuk dihentikan, karena merupakan suatu proses yang
berkelanjutan sampai salah satu reaktannya habis.
Perlu diketahui, air asam sebenarnya tidak saja terbentuk akibat kegiatan
penambangan saja. Bahkan, setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka
dan teroksidasinya mineral sulfida, akan menyebabkan terbentuknya air asam.
Beberapa kegiatan seperti pertanian, pembuatan jalan dan drainase, dan pengolahan
tanah lainnya pada areal yang mengandung mineral belerang, tentu akan
menghasilkan air asam. Karakteristiknya pun sama dengan air asam tambang.
Air asam tambang ( AAT ) atau dalam bahasa asingnya Acid Mine Drainage
(AMD) adalah air yang terbentuk di lokasi penambangan dengan pH rendah (pH < 6)
sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan
permasalahan terhadap kualitas air dan tanah, dimana pembentukannya dipengaruhi
oleh tiga faktor utama yaitu air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral-
[87]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
mineral sulfida ( pirit, kalkopirit, markasit, dll ). Kegiatan penambangan ini dapat
berupa tambang terbuka maupun tambang dalam ( bawah tanah ).
Proses tejadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral – mineral
sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O) dan oksigen (O2).
Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam beberapa persamaan
reaksi sebagai berikut :
Ada tiga ( 3 ) jenis sulfida dalam air maupun air limbah yaitu :
a. Total sulfide: mencakup H2S, HS terlarut dan sulfida – sulfida logam tersuspensi
yang dapat dihidrolisis dengan asam.
b. Sulfida terlarut : sulfida yang tertinggal setelah padatan tersuspensi dalam contoh
air dihilangkan dengan cara fluktuasi maupun pengendapan.
c. H2S yang tidak terionisasi : H2S jenis ini dapat dihitung dari konsentrasi H2S
terlarut, pH contoh air dan konstanta ionisasi H2S.
Faktor – faktor kimia yang menentukan pembentukan air asam tambang adalah :
1) pH
2) Temperatur
3) Kandungan O pada fase gas, dengan kejenuhan < 100 %
4) Kandungan O pada fase cair
5) Akumulasi kimia dari Fe3+
6) Luas permukaan mineral sulfida yang terpajan
7) Energi kimia yang dibutuhkan untuk menurunkan asam
8) Peranan bakteri
Sedangkan sifat fisik yang mempengaruhi migrasi air asam tambang , adalah :
1) Kondisi limbah
2) Permeabilitas limbah
3) Keberadaan lubang air
4) Tekanan lubang air
[88]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
5) Mekanisme perpindahannya
Faktor yang mengendalikan tingkat perpindahan kontaminan adalah jumlah
pengencer dan tingkat pencampuran yang membentuk air asam tambang yang pindah
dari sumber ke lingkungan penerimanya.
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang
terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi karena unsur
sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga
dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksida sulfur
menjadi asam. Sumber -sumber air asam tambang antara lain berasal dari kegiatan -
kegiatan berikut :
1. Air dari tambang terbuka
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan penutup,
sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah teroksidasi dan
bila bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.
2. Air dari unit pengolahan batuan buangan
Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan penambangan adalah
batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat
dengan bertambahnya kegiatan penambangan. Sebagai akibatnya, batuan buangan
yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung dengan udara terbuka
membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya dengan adanya air akan membentuk
air asam tambang.
3. Air dari lokasi penimbunan batuan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air
asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya terjadi
pelarutan akibat adanya air.
4. Air dari unit pengolahan limbah tailing
Kandungan unsur sulfur di dalam tailing diketahui mempunyai potensi dalam
membentuk air asam tambang, pH dalam tailing pond ini biasanya cukup tinggi
karena adanya penambahan hydrated lime untuk menetralkan air yang bersifat asam
yang dibuang kedalamnya. Air yang masuk ke dalam tailing pond yang bersifat asam
tersebut diperkirakan akan menyebabkan limbah asam bila merembes keluar dari
tailing pond.
[89]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
[90]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
Tabel 2.1 Mineral Sulfida yang Bila Teroksidasi Akan Menimbulkan AAT.
Mineral Komposisi
Pyrite FeS2
Marcasite FeS2
Chalcopyrite CuFeS2
Chalcocite Cu2S
Sphalerite ZnS
Galena PbS
Millerite NiS
Pyrrhotite Fe1-xS (0< x <0.2)
Arsenopyrite FeAsS
[91]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
korelasi tertutup antara sample overburden dan pirit sulfur maka kita dapat
mengetahui tipe dari pirit sulfur.Angka dari oksidasi pirit tergantung variable angka,
yaitu : permukaan reaktif dari pirit sulfat, konsentrasi oksigen, kelarutan pH, sumber-
sumber katalis, pembilasan (flushing) frequencies dan kehadiran dari bakteri
Thiobacillus. Karakteristik dari air asam tambang adalah : pH dan ion hydrogen
rendah, sulfat dan kadar besi tinggi.
[92]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
Cara pengawetan sampel tergantung dari analisa yang akan dilakukan juga bagi
suatu unsur tertentu, cara analisa dapat dipilih tergantung kemungkinan-
kemungkinan cara pengawetan yang ada.
[93]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
Waktu pengawetan
Analisa Volum Cara pengawetan 1) maksimum
sampel anjuran/batasan
Alkaliniti 200 Didinginkan 1 s/d14 hari
BOD 1000 Didinginkan 6 jam/ 14 hari
CO2 10 Dianalisa segera 0
COD 100 Ditambah H2SO4 sp pH <2 7/ 28 hari
Daya Hantar 500 Didinginkan 28 hari
Listrik
Fosfat PO34- 100 Penyaringan: segera; lalu 2 hari
2) dibekukan pada suhu – 10oC
- Disimpan ditempat gelap, ½hari
Kekeruhan 100 Ditambah HNO3 sp pH <2 6 bulan
Kesadahan
Ca2+Ca2+ Mg2+ 500 Dianalisa segera 0,5 / 2 jam
Klor Cl2 - Penyaringan: segera; 6 bulan
3
Logam ) ditambahkan HNO3 sp pH <
500 2 7/28 jam
Nitrogen- Dianalisa segera, atau
amoniak NH3 ditambah H2SO4 sp pH < 2
100 dan didinginkan 2 hari
Nitrat NO3 Ditambah H2SO4 sp pH < 2
200 dan didinginkan 0/28 hari
Nitrat + nitrit Dianalisa segera, atau
100 dibekukan pada suhu 0/2 hari
o
Nitrit NO2 20 C
500 Dianalisa segera, atau 7/28 hari
o
Nitrogen dibekukan pada suhu - 20 C
Kjeldahl 300 Didinginkan atau ditambah 0,5/ 1 jam
H2SO4 sp pH < 2
Oksigen O2 4) - cara elektroda khusus 8 jam
dianalisa segera
- cara titrasi Winkler
100 Dianalisa segera, atau 2 jam
- ditambah H2SO4 sp pH -
pH 500 <2 2 hari
Suhu 200 Dianalisa segera 7/14 hari
Warna Dianalisa segera
Zat Didinginkan
Tersuspensi Didinginkan
[94]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
[95]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil penelitian pada sampel tanah dan batubara yang telah diteliti pada
praktikum air asam tambang diperoleh hasil:
Tabel 4.1. Hasil penelitian
Material
Jenis sampel pH CD (mS) Salinitas (%𝟎 )
Sulfida
Tanah (40 ml) 6,39 0,217 0 Ada
Batubara (40 ml) 6,12 51,2 0 Ada
4.2. Pembahasan
Dari hasil percobaan mengenai air asam tambang pada 2 sampel yang
berbeda, dari sampel tanah dan sampel batubara, diperoleh data yaitu:
1. Pada sampel Tanah (40 ml) yang telah diteliti dengan alat Intelegent meter
yaitu diperoleh hasil pada nilai CD sebesar 0,217 mS, pada nilai pH-nya sebesar 6,39
yang menyatakan bahwa kandungan asam pada sampel tanah tersebut agak asam.
Pada nilai Salt (salinitas) sebesar 0 %0 . Jadi pada sampel tanah (40ml) berpotensi
menjadi air asam tambang, karena kita ketahui bersama air asam tambang adalah air
yang mengandung pH kurang dari 7.
2. Pada sampel Batubara (40 ml) yang telah diteliti dengan alat Intelegent meter
yaitu diperoleh hasil pada nilai CD sebesar 51,2 mS, pada nilai pH-nya sebesar 6,12
yang menyatakan bahwa kandungan asam pada sampel batubara tersebut tidak
tinggi. Pada nilai Salt (salinitas) sebesar 0 %0 . Jadi pada sampel batubara (40ml)
berpotensi air asam tambang, karena kita ketahui bersama air asam tambang adalah
air yang mengandung pH kurang dari 7.
[96]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Air asam tambang ( AAT ) adalah air yang terbentuk di lokasi penambangan
dengan pH rendah ( pH < 6 ) sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman
batuan sehingga menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah.
2. Air asam tambang dapat terbentuk dengan adanya mineral sulfida, air, dan
oksigen serta mikroorganisme Acidithiobacillus ferroxidans sebagai katalis.
3. Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral
belerang) yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan.
Proses ini menghasilkan air yang mempunyai pH rendah yang berpotensi
melarutkan logam-logam berat dari batuan yang dilaluinya. Jika air asam
tambang telah terbentuk, prosesnya akan sulit untuk dihentikan. Cara
pencegahannya yaitumengaplikasikan metode yang mampu meminimalisir
pasokan bahan-bahan yang dapat mengoksidasi pirit dan/atau memaksimalkan
jumlah dan ketersediaan bahan-bahan yang mampu menetralisir asam.
5.2 Saran
[97]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakanke
tiga. Dargama, Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan P
ertama. Gadjah Mada University Press, Bulaksumur,Yogyakarta.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan
Hutan. Laboratorium Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Vadari, et. al. 2011. Model Prediksi Erosi.(http//:www.berlereng.blog.com). Diakses
pada tanggal 10 Nopember 2013 pukul 20.00 WIB.
[98]
BIOPORI
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
BAB I
PENDAHULUAN
[100]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
1.2 Tujuan
1.3.1 Alat
1. Bor biopori;
2. Cetok/Sekop Semen;
3. Linggis;
4. Paralon Bekas/ Pipa bekas yang besar 100 cm.
1.3.2 Bahan
1. Sampah organic;
2. Koran Bekas;
3. Larutan EM-4;
4. Semen.
[101]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Biopori adalah ruangan atau pori-pori dalam tanah yang dibentuk secara
alami dengan adanya aktivitas makhluk hidup di dalam tanah seperti, akar tanaman,
cacing, rayap dan mikroorganisme lainnya (erabaru.or.id, 2008).
Menurut Brata (2008) biopori merupakan ruang atau pori dalam tanah yang
dibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman.
Bentuk biopori menyerupai liang (terowongan kecil) di dalam tanah dan
bercabangcabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam
tanah. Liang pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar
tanaman, serta aktivitas fauna tanah seperti cacing tanah, rayap dan semut di dalam
tanah.
Menurut Rauf (2009) biopori merupakan lubang pori di dalam tanah yang
dibuat oleh jasad biologi tanah seperti cacing tanah, tikus, semut, rayap dan lain-lain,
termasuk lubang bekas akar tanaman yang mati dan membusuk di dalam tanah.
Keberadaan biopori yang banyak akan meningkatkan daya serap tanah terhadap air,
karena air akan lebih mudah masuk ke dalam tubuh (profil) tanah.
Bentuk biopori meyerupai liang kecil dan bercabang-cabang yang sangat
efektif menyerap air ke dalam tanah. Berbagai ukuran dan jenis organisme tanah
hidup di antara pori-pori dan melalui pori tersebut organisme memperoleh air dan
oksigen sedangkan untuk makanan diperoleh dari bahan organik berupa pelapukan
sisa-sisa tanaman dan mahluk hidup lainnya. Populasi dan aktivitas organisme tanah
dapat ditingkatkan dengan menyediakan bahan organik yang cukup di dalam tanah,
sehingga organisme tanah akan memperoleh makanan yang cukup untuk hidup dan
berkembang biak. Konversi kawasan bervegetasi alami menjadi kawasan pemukiman
atau kegiatan lainnya akan mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah sekaligus
akan merusak liang pori di dalam tanah (Brata, 2008). Hal tersebut tentu sangat
berpengaruh terhadap menurunnya laju resapan air ke dalam tanah pada saat musim
penghujan.
[102]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG LAB
ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG JURU
SAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIV
ERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
Lubang Resa pan Biopori (LRB) adalah lubang yang digalli vertikal ke dalam
tanah berbentuk sili ndris berdiameter 10 cm, dengan kedalaman – 1 meter (tidak
melebihi muka air ta nah). Lubang resapan digali dengan menggunakan bor biopori
agar diameter yang d ihasilkan akan seragam (Brata, 2008).
Penerapan t eknologi lubang resapan biopori di maksudkan untuk
meningkatkan jumla h dan luas liang pori yang terbentuk kese gala arah di dalam
tanah, dengan berta mbahnya luas liang pori tersebut maka jumlah (volume)
peresapan air kedala m tanah akan semakin meningkat. Sesuai dengan tujuannya
adalah untuk meningkatkan peresapan air ke dalam tanah, maka pemasangan lubang
resapan biopori harus ditempatkan pada lokasi yang dilalui air ata u tampat-tempat di
mana biasanya air tergenang pada saat hujan.
Tempat yang dianjurkan untuk pemasangan biopori adalah: di saluran
pembuangan air huja n, sekeliling pohon, kontur taman, pada sis i pagar, dan tempat
lain yang dianggap sesuai. Sudah semestinya biopori ditempatk an pada titik yang
berpotensi terjadi ge nangan, karena pembuatan biopori pada loka si yang agak tinggi
maka laju resapan air tidak maksimal.
[103]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
Agar lubang biopori tetap berfungsi optimal maka secara rutin diisi dengan
bahan organik, sehingga di dalam lubang resapan biopori akan tetap berlangsung
proses pengomposan secara aerobik oleh mikroorganisme tanah. Bahan organik yang
digunakan dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain sampah dapur rumah
tangga, potongan/pangkasan tanaman, sisa produksi pertanian yang tidak
dimanfaatkan dan sebagainya. Pada penelitian ini bahan organik yang digunakan
adalah jerami padi, dengan pertimbangan bahwa jerami padi mengandung nutrisi
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme tanah di samping itu jerami padi mudah
diperoleh dalam jumlah yang banyak sehingga perlakuan lebih homogen, dengan
demikian errorakan semakin kecil. Proses dekomposisi jerami yang dilakukan
mikroorganisme tanah berjalan sesuai dengan teori pengomposan aerobik, di mana
pada proses ini akan menghasilkan CO2, air (H2O), humus dan energi. Sepanjang
siklus hidupnya mikroorganisme sangat tergantung kepada bahan organik, di mana
energi yang dihasilkan akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan
dan reproduksi (Djanuardi dan Setiawan, 2008). Dengan demikian maka keberhasilan
teknologi lubang resapan biopori sangat tergantung pada ketersediaan bahan
makanan mikroorganisme yang berasal dari sampah organik.
Menurut Brata (2008) dalam waktu 14 hari setelah pemberian bahan organik,
secara alami akan terbentuk biopori/liang-liang memanjang dan bercabang-cabang di
dalam tanah akibat aktivitas cacing dan mikroorganisme lainnya. Dengan
bertambahnya liang-liang di dalam tanah maka luas penampang permukaan tanah
[104]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
2. Memanen Kompos
Sampah organik yang dimasukkan ke dalam LRB akan terurai dan
mengalami pelapukan dengan bantuan berbagai organisme tanah menjadi
kompos, yang ditandai perubahan struktur menjadi lebih halus dan warna
menjadi coklat kehitaman. Pemanenan kompos sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau di mana kondisi tanah tidak dalam keadaan basah (Brata, 2008).
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari biopori, bila kita mau
menerapkannya di lingkungan sekitar. Namun, hasil penerapan biopori akan
lebih memuaskan jika kita semua mau bergotong-royong untuk menerapkannya
secara bersama-sama di lingkungan. Semakin banyak yang menerapkan, maka
semakin besar manfaat yang kita peroleh. Dalam hal ini, penulis akan
menyebutkan semua manfaat dari diterapkannya biopori dalam lingkungan
adalah sebagai berikut
1. Griya (2008) menguraikan manfaat biopori sebagai berikut:
a. Mencegah banjir
Banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi warga
Jakarta. Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari masalah
tersebut. Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap bangunan di Jakarta
memiliki biopori berarti jumlah air yang segera masuk ke tanah tentu
banyak pula dan dapat mencegah terjadinya banjir. Berkurangnya ruang
terbuka hijau menyebabkan berkurangnya permukaan yang dapat
meresapkan air kedalam tanah di kawasan permukiman. Peningkatan jumlah
air hujan yang dibuang karena berkurangnya laju peresapan air kedalam
tanah akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau.
b. Tempat pembuangan sampah organic
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah
tersendiri di kota Jakarta. Kita dapat pula membantu mengurangi masalah
ini dengan memisahkan sampah rumah tangga kita menjadi sampah organik
dan non organik. Untuk sampah organik dapat kita buang dalam lubang
biopori yang kita buat.
[105]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
c. Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan
makanan untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut dapat
membuat sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi tanaman di
sekitarnya.
d. Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu membuat samapah menjadi mineral-
mineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya, air tanah menjadi
berkualitas karena mengandung mineral.
2. Sedangkan manfaat lubang resapan biopori menurut Perpustakaan Online
(2008) adalah:
a. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah
air tanah.
b. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
c. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
d. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
e. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
f. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
g. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
3. Tim Biopori IPB (2009) menjelaskan keunggulan dan manfaat biopori
sebagai berikut:
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara
a) Meningkatkan daya resapan air
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah
bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau dinding lubang.
Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100
cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau
hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk
lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan
78,5 cm 2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm,
luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2.
Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka
biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh
[106]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
karena itu, bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam
meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan
dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan
kemampuan dalam meresapkan air.
b) Mengubah sampah organik menjadi kompos
Lubang resapan biopori ‘diaktifkan’ dengan memberikan sampah
organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi
organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi.
Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan
melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi
sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik"
pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman,
seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang
senang dengan budidaya tanaman atau sayuran organik maka kompos dari
LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
c) Memanfaatkan Peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman
Seperti disebutkan di atas, Lubang Resapan Biopori (LRB) diaktikan oleh
organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas
merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-
liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke
dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-
rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga
keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa
campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini
tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor
manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa
sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke
dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat
diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi
pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.
4. Jhon Herf (2008) dalam blognya menuliskan sepuluh manfaat dari biopori,
diantaranya adalah:
a. Memelihara cadangan air tanah.
[107]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
[108]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
BAB III
PROSEDUR KERJA
[109]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Biopori Selama 7 Hari Kelompok 2 Kamis Pagi (Sampah Kulit
Buah)
SAMPEL
HARI/TA PARAMET
NGGAL ER
Dedaunan Kulit Buah Sisa Sayur Campuran
Coklat Hitam
Warna Kuning coklat
kehitaman
21
November Bau Busuk Busuk busuk busuk
2018 Tekstur Tidak terurai Terurai sedang Terurai busuk terurai
pH Tanah 4.5 4.5 4.5 4.5
[110]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG LAB
ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG JURU
SAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIV
ERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan B iopori Hari 1
[111]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG LAB
ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG JURU
SAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIV
ERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
Pada hari ke-dua setelah pembuatan lubang biopori dila kukan pengamatan,
tujuannya untuk mengamati perubahan apa saja yang terjadi pada sampah kulit buah
yang ada di dalam lubag biopori. Setelah melakukan pengamatan, menambahkan
larutan EM-4 kedalam lubang biopori, gunanya adalah untuk m empercepat proses
penguraian pada sam pah kulit buah tersebut. Dihari ke-dua peng amatan ini, terlihat
kulit buah sudah berwwarna kuning.
Pada hari ke-tiga setelah pembuatan lubang biopori dila kukan pengamatan,
tujuannya untuk mengamati perubahan apa saja yang terjadi pada sampah kulit buah
yang ada di dalam lubag biopori. Setelah melakukan pengamatan, menambahkan
larutan EM-4 kedalam lubang biopori, gunanya adalah untuk m empercepat proses
penguraian pada sam pah kulit buah tersebut. Dihari ketiga pengamatan ini, terlihat
Kulit buah sudah mu la terurai.
[112]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG LAB
ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG JURU
SAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIV
ERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
Pada hari ke- empat setelah pembuatan lubang biopori dilakukan pengamatan,
tujuannya untuk mengamati perubahan apa saja yang terjadi pada sampah kulit buah
yang ada di dalam lubag biopori. Setelah melakukan pengamatan, menambahkan
larutan EM-4 kedalam lubang biopori, gunanya adalah untuk m empercepat proses
penguraian pada sa mpah kulit buah tersebut. Dihari ke-emp at pengamatan ini,
terlihat kulit buah su dah mulai membusuk.
[113]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG LAB
ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG JURU
SAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIV
ERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
Pada hari ke- enam setelah pembuatan lubang biopori dilakukan pengamatan,
tujuannya untuk mengamati perubahan apa saja yang terjadi pada sampah kulit buah
yang ada di dalam lubag biopori. Setelah melakukan pengamatan, menambahkan
larutan EM-4 kedalam lubang biopori, gunanya adalah untuk m empercepat proses
penguraian pada sampah kulit buah tersebut. Dihari ke-enam pen gamatan ini,
terlihat Sudah ada ulat yang ada pada kulit buah dan bau busuk sudah mul a tercium.
[114]
PRA KTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG LAB
ORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG JURU
SAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIV
ERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
Pada hari ke-tujuh setelah pembuatan lubang biopori dila kukan pengamatan
dan pengangkatan lu bang biopori, tujuannya untuk mengamati perubahan apa saja
yang terjadi pada sampah kulit buah yang ada di dalam lubag biopori. Dihari ke-
enam pengamatan i ni, terlihat warna dari sampah kulit buah coklat kehitaman,
memiliki bau yang ti dak sedap (busuk), sudah ada terlihat beberap a ulat pada
sampah buah tersebut dan te kstur dari biopori sampah kulit buah ini ad alah terurai
sedang. Dikatakan terurai se dang karena hanya sebagian saja dari sampah kulit buah
yang sudah terurai, seba hagiannya lagi belum terurai dikarena kan faktor waktu
penguraiannya masih membutuhkan waktu beberapa hari, bahkan beberapa minggu
untuk bisa terurai den gan sempurna.
[115]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biopori adalah ruangan atau pori-pori dalam tanah yang dibentuk secara
alami dengan adanya aktivitas makhluk hidup di dalam tanah seperti, akar tanaman,
cacing, rayap dan mikroorganisme lainnya.
Manfaat biopori dalam kehidupan sehari-hari adalah memelihara cadangan air
tanah, mencegah terjadi keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah, menghambat
intrusi air laut, mengubah sampah organik menjadi kompos, meningkatkan
kesuburan tanah, menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah, mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti demam berdarah, malaria, kaki
gajah, mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran
udara dan perairan, mengurang emisi gas rumah kaca (CO 2 dan metan), serta
mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan.
5.2 Saran
[116]
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BIOPORI
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakanke
tiga. Dargama, Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan P
ertama. Gadjah Mada University Press, Bulaksumur,Yogyakarta.
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan
Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah
Aliran Sungai. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Haerdjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Purwowidodo. 1999. Pokok-pokok Bahasan Konservasi Tanah di Kawasan
Hutan. Laboratorium Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Vadari, et. al. 2011. Model Prediksi Erosi.(http//:www.berlereng.blog.com). Diakses
pada tanggal 10 Nopember 2013 pukul 20.00 WIB.
[117]
BAB III
PENUTUP
BAB III
PENUTUP
Nilai ambang batas suatu baku mutu air dilihat air pH, kekeruhan dan yang
paling bisa dilihat warna, bau, dan rasa dengan melihat golongan yang terbagi-bagi
menurut peraturan RI Nomor 20 Tahun 1990.
Dilihat dari percobaan yang telah di lakukan bahwa air biasa masi sangat layak
untuk di komsumsi dilihat dari pH , salinitas, bau, warna, dan lain-lain di bandingkan
air asin.
119
3.1.3 Prediksi Erosi Metode Usel dan Guest
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi (Hardjowigeno,
1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi merupakan akibat interaksi
dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi dan aktifitas manusia terhadap sumber
daya alam
Proses terjadinya erosi tanah disebabkan oleh air meliputi 3 tahap
(Suripin,2004), yaitu Pengelupasan (detachment) merupakan tahap pelepasan partikel
tunggal dari massa tanah, Pengangkutan (transportation) yaitu tahap pengangkutan
oleh media yang erosive seperti aliran air dan angina, Pengendapan (sedimentation)
merupkan tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup
lagi untuk mengangkut partikel
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi
tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem
pertanaman dan pengelolaan tertentu (Wischmeier dan Smith, 1978).
120
Air asam tambang adalah air yang terbentuk di lokasi penambangan dengan pH
rendah (pH< 6) sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga
menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah.Air ini terjadi akibat
pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang terkandung dalam
batuan yang terpapar selama penambangan. Proses ini menghasilkan air yang
mempunyai pH rendah yang berpotensi melarutkan logam-logam berat dari batuan
yang dilaluinya. Jika air asam tambang telah terbentuk, prosesnya akan sulit untuk
dihentikan. Cara pencegahannya yaitu mengaplikasikan metode yang mampu
meminimalisir pasokan bahan-bahan yang dapat mengoksidasi pirit dan/atau
memaksimalkan jumlah dan ketersediaan bahan-bahan yang mampu menetralisir
asam.
3.1.6 Biopori
Biopori adalah ruangan atau pori-pori dalam tanah yang dibentuk secara alami
dengan adanya aktivitas makhluk hidup di dalam tanah seperti, akar tanaman, cacing,
rayap dan mikroorganisme lainnya.
Manfaat biopori dalam kehidupan sehari-hari adalah memelihara cadangan air
tanah, mencegah terjadi keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah, menghambat
intrusi air laut, mengubah sampah organik menjadi kompos, meningkatkan
kesuburan tanah, menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah, mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh adanya genangan air seperti demam berdarah, malaria, kaki
gajah, mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran
udara dan perairan, mengurang emisi gas rumah kaca (CO 2 dan metan), serta
mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan.
121
3.1.7 Kesimpulan Secara Umum
Parameter pengujian kualitas air. Organoleptikuji organoleptik atau uji indera
atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia
sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk dengan
terbagi lagi warna, bau, dan rasa. Intelegent Meter alat uji kualitas air adalah alat
yang dirancang untuk pengujian kualitas air yang profesional, dengan parameter pH,
DO-BOD, dan Salinitias (keasinan). NTU dengan cara melihat kekeruhan. TSS Total
Suspended Solid adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan
ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Sound Level Meter (SLM) adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur
tingkat kebisingan suara, hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk lingkungan
industri, contoh pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji
tingkat kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi (Hardjowigeno,
1995). Secara deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi merupakan akibat interaksi
dari faktor iklim, tanah, topografi, vegetasi dan aktifitas manusia terhadap sumber
daya alam.
Air asam tambang adalah air yang terbentuk di lokasi penambangan dengan pH
rendah (pH< 6) sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga
menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah.Air ini terjadi akibat
pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang terkandung dalam
batuan yang terpapar selama penambangan.
Biopori adalah ruangan atau pori-pori dalam tanah yang dibentuk secara alami
dengan adanya aktivitas makhluk hidup di dalam tanah seperti, akar tanaman, cacing,
rayap dan mikroorganisme lainnya.
Debit air sungai adalah laju aliran airyang melewati suatu penampang
melintang dengan persatuan waktu. Besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter
kubik per detik (m3/detik).
122
3.2 Saran
3.2.1 Saran untuk laboratorium
Saran saya agar kedepanya laboratorium lingkungan tambang lebih baik lagi,
lebih dilengkapi alat-alat laboratorium seperti alat timbangan listrik, ayakan listrik
dan alat-alat lainyadan lebih jaga lagi kebersihanya laboratoriumnya
3.2.2 Saran unuk Asisten
Saran saya agar dalam membimbing praktikan selanjutnya lebih sabar dan.tetap
semangat dalam mengajari praktikannya dan tetap menjaga kedisplinanya dan
kebersihanya.
3.2.3 Saran Untuk Praktikan Selanjutnya
Saran saya untuk praktikan selanjutnya yaitu jangan pernah menunda-nunda
laporanya untuk dikerjakan dan Tetap semangat dalam menjalani LAB, jangan
pernah menjadikan lab itu sebagai beban dalam diri tetapi jadikan lab itu sebagai
tempat kita untuk belajar dengan lebih baik (“Tak Perlu orang pintar untuk
menjadikan kita sukses tetapi kita butuh orang yang mau belajar dan bekerja keras
bagaimana cara meraih kesuksesan”)
123
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakanke
tiga. Dargama, Bogor.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan P
ertama. Gadjah Mada University Press, Bulaksumur,Yogyakarta.
Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.
Bratadkk,LubangResapanBiopori,Bogor(2008).
Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. 1998. Pedoman Penyusunan
Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah
Aliran Sungai. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Haerdjowigeno, S. 1995. Ilmu
Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Purwowidodo. 1999. Pokok-pokok Bahasan Konservasi Tanah di Kawasan
Hutan. Laboratorium Pengaruh Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Hadi,Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
HuboyoHaryonoSetiyoandSumiyatiSriBukuAjarPengendalianBisingdanBau
[Book].- Semarang: Universitas Dipenogoro, 2008.
Kusumaatmadja Sarwono Baku Tingkat Kebisingan // Keputusan Menteri
LingkunganHidupNo.48tahun1996.-Jakarta:KementerianLingkungan
Hidup,1996.
Lubis R.F, 2006, Bagaimana Menentukan Daerah Resapan Air Tanah, [Online,
accesed7 Desember2007].URL:http://io.ppi.jepang.org/download.php..
Mulia, Ricki. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
NelistyaA,2008.LubangResapan Biopori.NiagaSwadaya:Jakarta
Prana,Y.2009.Lubang Resapan Biopori.(Online).(http://Yayasan-Prana-Nasional-
Indonesia.wordpress.com,diakses24Desember2015).
R,Kamirdkk.2009.Lubang Resapan BioporiuntukMitigasiBanjir,Kekeringandan
Perbaikan.Prosiding Seminar Lubang Biopori (LBR) dapat Mengurangi
Bahaya banjir di Gedung BPPT2009. Jakarta.
124
LAMPIRAN
NAMA ASISTEN
MATA ACARA
LAMPIRAN NAMA ASISTEN MATA ACARA
TRI ANDRIYANI
SUKARNO PARUMBA HS KANDORA
6 BIOPORI
09320150165 09320150064
KARTU KONTROL
BIOGRAFI
BIOGRAFI