Disusun Oleh:
DIAH ISMI PERBAWATI
NIM: 20160611044032
Telah Dinyatakan Lengkap dan Memenuhi Syarat Untuk Diajukan Dalam Ujian
Sidang Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI PENANGANAN AIR ASAM TAMBANG
DI SUNGAI ASEI KECIL, BUPER WAENA,
DISTRIK HERAM, KOTAJAYAPURA,
PROVINSI PAPUA
Disusun Oleh:
Telah Disetujui dan Diajukan pada Ujian Skripsi Untuk Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih
Tanggal …..Januari 2021
Dewan Penguji :
Mengetahui :
Ketua Jurusan
Dekan Fakultas Teknik
Teknik Pertambangan dan Geologi
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 20160611044032
Fakultas : Teknik
Universitas : Cenderawasih
Yang menyatakan
iv
ABSTRAK
Air asam tambang juga mengandung logam berat, yang mengalir ke danau
dan sungai. Berdasarkan kualitas air dan lingkungan yang baik dasar-dasarnya
mengacu pada Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu air dan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Adapun kualitas kapur tohor terutama ditentukan oleh kandungan CaO nya
dan reaktifitasnya, apabila direaksikan dengan seumlah air dan umlah material
yang mengendap (grit materials) bila direaksikan dengan air menjadi suspensi.
Kapur tohor juga biasa digunakan dalam suatu proses penetralan pH air asam
tambang dengan jumlah yang tepat agar sesuai dengan standar baku mutu
lingkungan.
v
ABSTRACT
In mining activities the formation of acid mine drainage cannot be avoided.
This is because mining is basically an activity of unloading minerals from the
source rock to then be transported, processed and utilized so that the rock
exposures occur during the mining process.
Acid mine drainage also contains heavy metals, which flow into lakes and
rivers. Based on good water quality and environment, basically it refers to the
Minister of Environment Decree No. 115 of 2003 concerning Guidelines for
Determining the Status of Water Quality and Government Regulation No. 82 of
2001 concerning Water Quality Treatment and Water Pollution Control.
vi
MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
vii
7. Mohammad Nur Rois seseorang yang setia menemani dan memberikan
semangat serta dukungan yang tak pernah henti-hentinya.
8. Teman-teman saya Prisma Dini, Asep Irianto, Muhammad Ilham, dan
Achmad Nur Diansyah, serta teman-teman Mabes Squad yang selalu
memberi semangat.
viii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas pertolongan dan kasihnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
baik, adapun Skripsi ini berjudul : “Studi Penanganan Air Asam Tambang Di
Sungai Asei Kecil, Buper Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Provinsi
Papua” Penulisan Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik.
x
8. Seluruh Staf dan Dosen pengajar di Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik, terima kasih untuk semua bantuan jasa yang begitu besar
selama dalam perkuliahan sampai ke tahap penulisan Proposal ini.
9. Kedua Orang Tua Tercinta serta seluruh Keluarga Besar Penulis yang
telah memberikan doa dan dukungan selama proses pembuatan Skripsi ini,
10. Keluarga Besar Teknik Pertambangan UNCEN angkatan 2016, terima
kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin harmonis selama
kita berada dibangku perkuliahan. Kalian semua luar biasa, suatu
kehormatan berada dalam barisan kalian.
Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun material
yang penulis kenal tetapi penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, penulis hanya
bisa mengucapkan agar semua jasa baik saudara sekalian dibalas langsung oleh
Allah SWT. Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan Skripsi ini.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
xiv
2.6 Parameter Yang Diukur Dalam Mengolah Air Asam ......................................... 8
2.7 Dampak Terhadap Lingkungan ......................................................................... 10
2.8 Pencemaran Lingkungan ................................................................................... 10
2.9 Parameter Kualitas Air ...................................................................................... 11
2.7 Kualitas Air ...................................................................................................... 14
2.8 Kapur Tohor (CaO) ........................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 19
3.1 Rencana Penelitian ............................................................................................ 19
3.2 Bahan dan Peralatan .......................................................................................... 19
3.2.1 Bahan Penelitian ....................................................................................... 19
3.2.2 Peralatan Penelitian ................................................................................... 19
3.3 Prosedur Pengambilan Sample.......................................................................... 19
3.4 Metode Penelitian ............................................................................................. 20
3.4.1 Persiapan Penelitian .................................................................................. 20
3.4.2 Pengumpulan Data .................................................................................... 20
3.4.3 Pengolahan Data ....................................................................................... 21
3.4.4 Jadwal Penelitian....................................................................................... 21
3.4.5 Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 22
3.4.6 Tahapan Penelitian .................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 25
4.1 Hasil .................................................................................................................. 25
4.1.1 Penelitian di lapangan ...................................................................................... 25
4.1.2 Penelitian di Laboratorium............................................................................... 26
4.2 Pembahasan............................................................................................................. 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 33
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 33
5.2 Saran ................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35
LAMPIRAN...................................................................................................................... 36
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 2 Peta Layout Tambang Rakyat Buper Waena Kota Jayapura ............. 5
Gambar 2. 1 Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Pengolahan Bijih Emas dan
Tembaga .................................................................................................................. 9
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
BAB I PENDAHULUAN
Air asam tambang adalah air yang terbentuk sebagai hasil proses oksidasi
dari mineral sulfida tertentu yang ada didalam batuan, yang bereaksi dengan
oksigen pada lingkungan berair (Sayoga, 2012). Dalam kegiatan penambangan
terbentuknya air asam tambang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena
pada dasarnya penambangan merupakan kegiatan pembongkaran mineral dari
batuan induk untuk kemudian diangkut, diolah, dan dimanfaatkan sehingga dalam
proses penambangan teradi penyingkapan batuan. Air asam tambang juga
mengandung logam berat, yang mengalir ke danau dan sungai.
Sungai adalah aliran air alami dari daerah hulu ke hilir. Aliran alami sungai
merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air bagi manusia. Adapun
hutan yang ada dipegunungan merupakan daerah tangkapan hujan. Secara alami,
sungai mengalir satu sama lain dan saling berhubungan. Aktivitas tersebut, antara
lain erosi (pengikisan), pengangkutan (transportasi), dan pengendapan
(sedimentasi). Ketiga aktivitas tersebut tergantung pada faktor kemiringan daerah
aliran sungai, volume air sungai, dan kecepatan.
Kota Jayapura merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumber
daya alam yang melimpah. Salah satunya adalah tambang emas yang ada di
Distrik Heram Kota Jayapura. Potensi tambang emas ini cukup menjanjikan bagi
sebagian masyarakat sekitar untuk dapat dikelola serta dijual guna mencukupi
1
kebutuhan hidup. Pada sungai Asei yang alirannya bersumber dari gunung siklop
mengalir sepanjang aktifitas penambangan terlihat berwarna coklat merah hal ini
menjelaskan bahwa adanya penurunan pada kualitas air tersebut.
Kualitas air menurun bisa disebabkan oleh adanya air sisa penambangan
yang tidak netral yaitu mempunyai pH rendah yang disebut air asam tambang
(Acid Mine Dranage). Air dengan kondisi ini dapat mencemari lingkungan. Untuk
mengantisipasi adanya hal tersebut maka perlu dilakukan perencanaan dalam
proses penetralan air asam tambang. Sehingga air sisa dari penambangan tersebut
diharapkan tidak akan merusak lingkungan, sementara kegiatan penambangan
juga dapat terus berjalan.
2
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui kadar pH pada sungai Asei di lokasi peneletian,
2. Menetralkan air pada lokasi penelitian yaitu sungai Asei di Distrik
Heram kota Jayapura.
3. Bagi Penambang
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak negatif
terbentuknya dan cara penanganan Air Asam Tambang terhadap
lingkungan sekitar akibat adanya aktifitas penambangan tersebut..
3
1.6 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi tambang rakyat Buper Waena, Kota Jayapura terletak pada 140˚ 37′
45.52″ BT, 2˚ 34′ 12.55″ LS. Area tambang rakyat berjarak ± 5 Km dari jalan
utama Ekspo Waena, Kota Jayapura, ditempuh menggunakan kendaraan motor
dan mobil dan berjalan kaki ± 300 meter dari areal IPDN Jayapura apabila terjadi
hujan karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk di lewati oleh
kendaraan.
4
(Sumber : AbrahamsWildo, 2021)
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tambang Rakyat
Tambang rakyat adalah suatu usaha pertambangan bahan-bahan galian
Minerba dan Migas yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau
secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk mata pencaharian.
Pertambangan rakyat didasarkan pada izin pertambangan rakyat (IPR), yaitu izin
untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat
yang luas. Tujuan pertambangan rakyat adalah untuk memberikan kesempatan
kepada rakyat setempat dalam mengusahakan bahan galian di bidang
pertambangan dengan bimbingan pemerintah.
6
2.3 Air Asam Tambang
Air asam tambang (AAT) atau disebut uga dengan Acid Mine Drainage
adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi) dan di tandai dengan
pH rendah yaitu ≥ 6, karena sesuai dengan baku mutu air pH normal adalah 6-9
(Hidayat, 2017). Adapun sumber-sumber air asam tambang antara lain berasal
dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Tambang terbuka
2. Air dari unit pengolahan batuan buangan
3. Air dan lokasi penimbunan batuan
4. Air dari pengolahan limbah tailing.
Air asam tambang dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu air, oksigen ,
dan batuan yang mengandung mineral-mineral sulfida seperti pirit, kalkopirit,
markasit, dll. Air asam tambang (AAT) terbentuk sebagai hasil oksidasi mineral
sulfida tertentu yang terkadang dalam batuan yang terdapat pada lingkungan
berair.
1. Air Tambang Tipe 1 (pH < 4,5) dan mengandung Air tambang tipe ini
disebut air asam tambang (Acid Mine Drainage).
2. Air Tambang Tipe 2 (pH > 6). Pada kondisi teroksidasi, pH air tipe ini
dapat turun secara tajam, sehingga berubah menjadi air tipe 1.
3. Air Tambang Tipe 3 (pH > 6 dan alkalinitas lebih besar dari keasaman
acidity). Umumnya disebut juga dengan air tambang alkali.
7
4. Air Tambang Tipe 4 adalah air asam tambang tipe 1 yang dinetralkan
hingga pH-nya > 6 dan mengandung partikel tersuspensi dengan
konsentrasi yang tinggi.
5. Air Tambang Tipe 5 adalah air asam tambang yang telah dinetralkan
sehingga pH-nya > 6 dan mengandung zat padat terlarut dengan
konsentrasi yang tinggi.
Reaksi antara besi, oksigen dan air akan membentuk asam sulfat dan
endapan besi hidroksida. Warna kekuningan yang mengendap didasar saluran
tambang atau pada dinding kolam pengendapan lumpur merupakan gambaran
visual dari endapan besi hidroksida (Yellowboy). Didalam reaksi umum
pembentukan air asam tambang terjadi empat reaksi pada pirit yang menghasilkan
ion-ion negatif dapat membentuk asam.
8
Air limbah dengan pH rendah dapat dinetralkan dengan berbagai jenis
bahan kimia misalnya sodium hidroksida atau sodium karbonat, yang walaupun
cukup mahal banyak digunakan untuk pengolahan yang skalanya tidak begitu
besar.
Adapun Kepmen LH. No 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Lingkungan
Kegiatan Pertambangan Emas dan Tembaga adalah sebagai berikut :
9
2.7 Dampak Terhadap Lingkungan
1) Sumberdaya Air
Munawar 2017 menyatakan bahwa Air Asam Tambang (AAT) merupakan
satu satunya sumber polusi non point paling besar, karena tingkat
kemasaman yang tinggi sehingga makhluk hidup tidak mampu bertahan
hidup. Karena tingkat kemasamannya ekstrim AAT dapat memobilisasi
logam-logam seperti Al, Fe, dan Mn serta logam-logam berat lainnya
seperti Cu, Hg, Ni, Pb, dan Zn. Air sungai yang tercemar AAT dapat
menyebabkan korosi pada pipa , merusak dinding, dan membunuh
tumbuhan serta organisme lainnya.
2) Sumberdaya Tanah
Akibatnya AAT dapat terbentuk didalam tanah tersebut, yang kemudian
dapat meningkatkan tingkat kemasaman tanah. Pada kondisi yang sangat
masam ini, mineral-mineral didalam tanah mudah larut dan dapat
membebaskan logam-logam seperti Fe, Mn, Al, Cu, Zn, Cd, Ni, dan Hg
(Jenning dkk, 2008)
10
berbagai bahan pencemaran salah satunya berupa endapan/sedimen seperti tanah
dan lumpur yang dapat menyebabkan air sungai menjadi keruh, serta masuknya
sinar matahari menjadi berkurang. Iklim juga berpengaruh pada tingkat
pencemaran air sungai misalnya pada musim kemarau volume air pada sungai
akan berkurang, sehingga kemampuan sungai untuk menetralisir bahan
pencemaran juga berkurang. Pencemaran air dapat berdampak sangat luas,
misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi
penyebab ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau.
11
1. Parameter Fisika
(a) Kekeruhan
Kekeruhan pada air ini disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik dan
anorganik yang terandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri.
(b) Temperatur
Temperatur disini ada hubungannya dengan kualitas air, dimana apabila
temperatur naik maka akan menyebabkan turunnya kadar oksigen yang
terlarut dalam air. Perlu diketahui bahwa kadar oksigen terlarut dalam air
yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap.
(c) Warna
Warna pada air dapat ditimbulkan oleh adanya kehadiran organisme serta
bahan-bahan tersuspensi yang berwarna pada senyawa-senyawa organik
serta tumbuh-tumbuhan.
(d) Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat dapat menimbulkan bau, serta dapat menyebabkan
turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi
sinar matahari kedalam air.
(e) Bau dan Rasa
Organisme dalam air seperti alga dan senyawa-senyawa organik tertentu
dapat menimbulkan bau dan rasa yang akan mempengaruhi kualitas air.
12
2. Parameter Kimia
Beberapa senyawa kimia yang terdapat didalam air dapat dianalisa dengan
beberapa parameter kualitas air. Parameter kualitas air tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
(a) Cu (Tembaga)
Cu merupakan unsur yang banyak terdapat dialam. Manusia juga turut
menyebarkan tembaga ke lingkungan melalui aktivitas pertambangan,
produksi logam, produksi kayu, dan produksi pupuk fosfat. Selain karena
aktivitas manusia, tembaga juga dilepaskan ke lingkungan akibat peristiwa
alami, seperti akibat pelapukan tanaman dan kebakaran hutan. Sebagian
besar senyawa tembaga akan menetap dan terikat ditanah atau terserap
dalam sumber air yang bisa menimbulkan ancaman kesehatan manusia.
Biasanya akan terjadi kerusakan pada selaput lendir dihidung kemudian
mengendap diparu-paru dan dapat menyebabkan kanker.
(b) Merkuri
Merkuri merupakan logam berat yang berbentuk cair, berwarna putih
perak, dan mudah menguap pada suhu ruangan. Kebanyakan logam
metaloid yang terdapat di alam tersebar dalam batu-batuan, tanah, air dan
udara. Merkuri merupakan elemen alami, oleh sebab itu sering mencemari
lingkungan.
(c) Tingkat Keasaman (pH)
Kualitas air yang baik harus memiliki pH yang netral, tidak terlalu asam
ataupun basa. parameter ini memiliki pengaruh tingkat kesuburan perairan
dan kehidupan mahkhluk hidup.
(d) Salinitas
Merupakan total konsentrasi dari semua ion terlarut didalam air.
(e) Alkalinitas
Merupakan kapasitas air dalam menetralkan tambahan dari asam tanpa
menurunkan tingkat pH.
13
3. Parameter Biologi
(a) Plankton
Organisme yang memiliki ukuran sangat kecil dan bergerak sesuai arus
air. Terdiri dari zooplankton (hewan) dan fitoplankton (tumbuhan). jika
Jumlah plankton diperairan tinggi, maka keberlangsungan hidup seluruh
organisme akan terjaga.
(b) Ikan
Jumlah ikan sangat menentukan kualitas air dalam didalam suatu perairan.
Salah satu metode untuk menentukan Baku Mutu Air yang baik atau
tercemar dengan menggunakan metode Indeks Pencemaran (IP) berdasarkan Baku
Mutu Lingkungan Kepmen LH. No 202 Tahun 2004 tentang Emas dan Tembaga.
14
Tabel 2. 1 Kriteria Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas
Kelas
Parameter Satuan
I II III IV
pH 6-9 6-9 6-9 5-9
Besi (Fe) mg/l 0,3 (-) (-) (-)
Mangan (Mn) mg/l 0,1 (-) (-) (-)
Tembaga (Cu) mg/l 0,02 0,02 0,02 0,2
Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01
Seng (Zn) mg/l 0,05 0,05 0,05 2
Timbal (Pb) mg/l 0,03 0,03 0,03 1
Kromium (Cr) mg/l 0,05 0,05 0,05 1
Arsen (As) mg/l 0,05 1 1 1
Air Raksa (Hg) mg/l 0,001 0,002 0,002 0,005
1. Kelas satu (I) : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua (II) : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
15
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga (III) : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan airtawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat (IV) : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
16
2.9 Kapur Tohor (CaO)
Menurut Haynes (2011) Kalsium Oksida (CaO) secara umum dikenal
sebagai kapur bakar, merupakan senyawa kimia yang digunakan secara luas
berupa kristal basa, kaustik dan zat padat putih. Pada suhu pembakaran 900-
1000°C terjadi penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi kapur tohor (CaO) dan
gas CO2, menurut reaksi :
Dimana, batu harus dipanaskan sampai suhu penguraian karbonat, suhu minimum
ini harus dipertahankan selama waktu tertentu, dan gas CO2 yang dihasilkan harus
dikeluarkan. Kapur padam dibuat dengan mereaksikan CaO hasil kalsinasi dengan
air (H2O) sehingga terbentuk senyawa Calsium Hidroksida (Ca(OH)2, proses
inilah yang disebut juga dengan hidratasi kapur tohor. Pada hidratasi kapur tohor
(CaO) terjadi reaksi kimia sebagai berikut :
Kualitas kapur tohor terutama ditentukan oleh kandungan CaO nya dan
reaktifitasnya, apabila direaksikan dengan seumlah air dan umlah material yang
mengendap (grit materials) bila direaksikan dengan air menjadi suspensi. Kapur
tohor juga biasa digunakan dalam suatu proses penetralan pH air asam tambang
dengan jumlah yang tepat agar sesuai dengan standar baku mutu lingkungan.
17
(Sumber : PerbawatiDiah, 2021)
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
19
4. Untuk mengurangi penguapan pada sampel maka tutup botol dapat
direkatkan dengan menggunakan flakban ataupun bisa di simpan didalam
kulkas atau coolbox,
5. Sample siap untuk digunakan.
1. Data Primer
Data primer adalah data utama yang harus disediakan dalam
suatu penelitian. Data primer pada penelitian ini adalah data
hasil perhitungan pH dilaboratorium dam sampel air sungai
pada lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan untuk menunjang
data primer. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini
adalah peta lokasi dan hasil wawancara dengan pihak terkait.
20
3.4.3 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara uji laboratorium sample air pada sungai
menggunakan alat pH meter berdasarkan data-data yang telah diperoleh
berupa data primer dan data sekunder. Kemudian kita melihat berapa pH
yang terkandung pada air disungai tersebut.
21
3.4.5 Diagram Alir Penelitian
Persiapan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Pembahasan
Hasil
Penutup
22
3.4.6 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dilakukan untuk memperoleh tujuan dan sasaran antara
lain :
1. Persiapan
Persiapan awal yang dilakukan adalah pemilihan judul yang akan
diambil, setelah itu konsultasi kepada dosen pembimbing dalam
pembuatan tugas akhir. Kemudian melakukan pengurusan administrasi
serta perizinan untuk melakukan penelitian.
2. Teknik Pengambilan Data
23
2. Wawancara Dengan Pihak Terkait
Sumber data melalui percakapan langsung kepada masyarakat,
dimana peneliti mengajukan pertanyaan guna untuk mendapatkan
suatu informasi. Bentuk informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara berupa tulisan atau rekaman menggunakan handphone.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data sample air pada sungai dilakukan secara uji
laboratorium di Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih menggunakan
alat pH meter. Kemudian akan dilihat berapa pH yang terkandung pada air
sungai tersebut.
4. Pembahasan
5. Hasil
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
TITIK KE
NO PARAMETER SATUAN
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
1. pH Unit 4,45 4,41 4,27 4,65 7,18 5,6 6,69
(Sumber : PerbawatiDiah,2021)
pH Awal di Lapangan
8
7
6
5
4
3
2
1
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
TITIK KE
pH Unit 4,45 4,41 4,27 4,65 7,18 5,6 6,69
25
Berdasarkan hasil dari pengukuran pH dilapangan dengan 7 titik yang
diambil terdapat 5 titik yang memiliki sifat asam dan 2 netral. Titik yang
mengandung sifat asam adalah T1,T2,T3,T4, dan T6, sedangkan titik yang netral
adalah T5 dan T7.
26
pH Air Dengan Penambahan Kapur
Tohor
7,4
7,2
7
6,8
6,6
6,4
6,2 Series1
6
5,8
5,6
0,035 0,036 0,01 0,019 - 0,01 -
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7
27
4.2 Pembahasan
Adapun hasil yang didapat adalah di sungai asei ada beberapa titik yang
mengandung asam. Diantaranya terdapat pada Titik ke 1,2,3,4, dan 6, sedangkan
di Titik ke 5 dan 7 bersifat netral. Adapun pH nya sekitar 4-5 pada ke lima titik
tersebut, sedangkan pH netral sekitar 6-7. Titik ke-1 pada pengukuran pH
dilapangan adalah (4,45), titik ke-2 (4,41) , titik ke-3 (4,27), titik ke-4 (4,65), dan
titik ke-6 (5,6). Sedangkan titik ke-5 pengukuran pH dilapangan adalah (7,18) dan
titik ke-7 (6,69).
28
Hasil Pengujian Air Asam Tambang Menggunakan Kapur Tohor
8
7
6
5
pH Awal
pH
4
3
2 pH Setelah Penambahan
1 Kapur Tohor
0
1 2 3 4 5 6 7
Sample
29
Penambahan
Kode pH Akhir di pH Akhir
No. Kapur Tohor Keterangan
Sample Laboratorium Penetralan
(CaO)
Jadi, jumlah keseluruhan kapur tohor yang digunakan untuk menetralkan air
asam tambang adalah sebesar 0,11 gr untuk 500 liter air.
Contoh, Pada sampel 1, jika untuk 100 ml air menggunakan kapur tohor
sebanyak 0,035 gr. Maka untuk 1 liter air menggunakan kapur tohor sebanyak :
100 X = 35
X=
30
Sampel 2, jika untuk 100 ml air menggunakan kapur tohor sebanyak 0,036 gr.
Maka untuk 1 liter air menggunakan kapur tohor sebanyak :
100 X = 36
X=
Sampel 3, jika untuk 100 ml air menggunakan kapur tohor sebanyak 0,01 gr.
Maka untuk 1 liter air menggunakan kapur tohor sebanyak :
100 X = 10
X=
Sampel 4, jika untuk 100 ml air menggunakan kapur tohor sebanyak 0,019 gr.
Maka untuk 1 liter air menggunakan kapur tohor sebanyak :
100 X = 19
X=
31
Sampel 6, jika untuk 100 ml air menggunakan kapur tohor sebanyak 0,01 gr.
Maka untuk 1 liter air menggunakan kapur tohor sebanyak :
100 X = 10
X=
= 0,00011 x Rp.225.000
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penulis memberikan saran untuk pihak
terkait, antara lain sebagai berikut :
33
3. Kegiatan pertambangan rakyat ini memang memberikan pengaruh positif
terhadap sosial ekonomi masyarakat dan dijadikan sebagai pekerjaan, sehingga
diperlukan campur tangan pemerintah dalam menangani pertambangan ini dengan
memberi Izin Usaha Pertambangan (IUP).
34
DAFTAR PUSTAKA
Kajian Penanggulangan Air Asam Tambang. (2016). Susan Nadya Irawan, 50-59.
Aziz, M. (2010). Batu Kapur dan Peningkatan Nilai Tambah Serta Spesifikasi
Untuk Industri , 16.
Identifikasi Limbah Air Raksa Dari Pengolahan Bijih Emas Tambang Rakyat Di
Sungai Asei Kecil, B. W. (2020). Vinensius Ardi Samperante.
Kajian Teknik dan Nilai Ekonomi Pengolahan Batu Kapur Pada Pertambangan
Batu Kapur Rakyat Bukit Tui, P. P. (t.thn.). Randa Septian Putra, 14.
Orun, M. M. (2019). Studi Kualitas Air Sungai Asei Kecil Di DIstrik Heram Kota
Jayapura.
Putra, R. S. (t.thn.). Kajian Teknik dan Nilai Ekonomi Pengolahan Batu Kapur
Pada Pertambangan Batu Kapur Rakyat Bukit Tui, Padang Panjang,
Sumatera Barat. Jurnal Bina Tambang Vol. 5, No. 2, 14.
Sari, E. I. (2015). Studi Penggunaan Kapur Tohor dalam Proses Penetralan Air
Asam. 6.
35
LAMPIRAN A
( Pengukuran dan pengambilan sampel dilapangan)
36
Gambar 2. Pengukuran pH dan pengambilan sample di titik 1
37
Gambar 4. Pengukuran pH dan pengambilan sample di titik 3
38
Gambar 5. Pengukuran pH dan pengambilan sample di titik 4
39
Gambar 7. Sample Air
40
Gambar 8. Alat pH meter
41
Gambar 10. GPS Garmin 78s
42
LAMPIRAN B
(Pengujian di Laboratorium)
43
Gambar 3. Timbangan Analitik
44
Gambar 5. Kaca Arloji, Spatula, dan Pengaduk Kaca
45
Gambar 6. Air Aquades
46
Gambar 8. Sampel 2 setelah di tambahkan kapur tohor
47
Gambar 10. Sampel 4 setelah di tambahkan kapur tohor
48