DOSEN PEMBIMBING:
Dr.MIRNA APRIANI,S.T.,M.T
NOVI EKA MAYANGSARI, S.T., M.T.
i
ii
TUGAS AKHIR (613423A)
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. MIRNA APRIANI, S.T., M.T.
NOVI EKA MAYANGSARI, S.T., M.T.
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
EgataDwiVeptiyan
1015040014
Menyetujui,
Menyetujui Mengetahui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,
vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertandatangandibawahini :
Nama : EgataDwiVeptiyan
NRP. : 1015040014
Delignifikasi Selulosa Daun Nanas (Ananas cosmosus) Dan Jerami (Oryza sativa) Sebagai
Adsorben Logam Berat Cu
Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kelimpahan rahmat, hidayah, serta kenikmatan yang tidak terhingga
nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Delignifikasi Selulosa Daun Nanas (Ananas cosmosus) dan Jerami (Oriza sativa)
Sebagai Adsorben Logam Berat Cu”. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan pada ProgamStudi Diploma IV Teknik di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengarahan
dan motivasi sehingga telah memberikan semangat dalam proses penyusunan
laporan ini. Oleh Karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta (Mulyanto dan Pujiati) yang selalu memberikan
rasa sayang, nasihat, dukungan, motivasi, serta do’a yang tiada hentinya
beliau panjatkan untuk segala kemudahan selama menjalani proses dari
awal hingga akhir.
2. Bapak Ir. EkoJulianto, M.Sc. FRINA selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak George Endri Kusuma, S.T.,M.Sc.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
PermesinanKapal.
4. Bapak Denny Dermawan, S.T.,M.T selakuKoordinatorProgamStudi
Teknik PengolahanLimbah PPNS.
5. IbuDr.MirnaApriani, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan sabar membantu dan mengarahkan penulis selama mengerjakan
tugas akhir ini, serta meluangkan waktu selama proses bimbingan tugas
akhir.
6. Ibu Novi Eka Mayangsari, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing II yang
dengan sangat sabar membantu dan mengarahkan penulis selama
mengerjakan tugas akhirini, serta meluangkan waktus elama proses
bimbingan tugas akhir.
ix
7. Ibu Tanti Utami Dewi, S.Si.,M,Sc selaku Koordinator Tugas Akhir
Progam Studi Teknik Pengolahan Limbah sekaligus Dosen Wali yang
seringkali bersedia mendengar keluh kesah kami dalam proses pengerjaan
tugas akhir.
8. Bapak Ibu Dosen Teknik Pengolahan Limbah yang telah mendoakan kami
serta memberikan ilmu yang bermanfaat.
9. Rizal, Moga, Randi, Bagas, Adit, Kurniawan yang telah membantu
memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis dalam penentuan topik
tugas akhir serta teman berbagi cerita penuli selama proses pengerjaan
tugas akhir.
10. Kakak saya Rahmat Prastiyan, S.Pd yang senantiasa memberikan bantuan
dan motivasi kepada penulis dalam proses pengerjaan tugas akhir
11. Mia, Arlieza, Nedya yang saling memberikan dukungan dan menemani
dalam proses menuju pengerjaan menuju tugas akhir.
12. Istina, Citra, Jihan, Nayu, Dian, Risya yang turut menemani penulis
sekaligus meramaikan Lab Limbah ketika penuli melakukan proses
analisa.
13. Teman-teman seperjuangan PL2015 yang saling mendoakan dan
memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir
ini. Oleh Karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari berbagai
pihak dalam penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan dalam perkuliahan dan dunia industri bagi penulis
khususnya serta pembaca pada umumnya.
Surabaya, 27 Juni 2019
Penulis
x
DELIGNIFIKASI SELULOSA DAUN NANAS (Ananascosmosus)
DAN JERAMI (Oryza sativa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM
BERAT CU
EgataDwiVeptiyan
ABSTRAK
xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xii
DELIGNIFICATION OF CELLULOSE FROM PINEAPPLE
LEAF (Ananascosmosus) AND RICE STRAW (Oryza sativa) AS
ADSORBEN OF HEAVY METAL COPPER
EgataDwiVeptiyan
ABSTRACT
Keyword : Pineapple leaf, rice straw, cellulose, adsorbtion, heavy metal copper.
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
DAFTAR ISI
JUDUL SAMPUL .................................................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
xv
2.3.2 Kandungan Selulosa Daun Nanas .................................................... 11
2.6.2 Penelitian oleh Mudasir Ahmad, Shakeel Ahmed, Babu Lal Swami
dan Saiqa Ikram(2015) . ................................................................... 19
2.6.3 Penelitian oleh Prida Novarita Trisanti, Sena Setiawan H.P, Elysa
Nura’ini dan Sumarno (2015) . ....................................................... 19
xvi
3.2 Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan.............................................. 29
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
xviii
Lampiran G Perhitungan Persen Removal Logam Cu ................................. 129
xix
(Halaman sengaja dikosongkan)
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Air Limbah .......................................................................................... 6
Gambar 2.2 Tembaga Dalam Bentuk Solid ............................................................ 8
Gambar 2.3 Struktur Kimia Selulosa .................................................................... 10
Gambar 2.4 Penampang membujur (kiri) dan melintang (kanan) permukaan
selulosa daun nanas .......................................................................... 12
Gambar 2.5 Konsep proses ikatan antara adsorben dengan adsorbat ................... 15
Gambar 2.6 Hasil mikroskop cahaya dan elektron ............................................... 24
Gambar 2.7 Deteksi sinyal yang dihasilkan SEM akibat pemantulan elektron…..26
Gambar4.1 Mekanisme pemutusan antara ikatan lignin dengan selulosa
menggunakan NaOH........................................................................ 42
Gambar4.2 Hasil analisa SEM jerami dengan perbesaran 2500 x ....................... 45
Gambar4.3 Hasil analisa SEM nanas dengan perbesaran 2500 x ......................... 47
Gambar4.4 Difraktogram XRD untuk selulosa murni, jerami, nanas dan hasil
delignifikasi 70 dan 90 menit........................................................... 49
Gambar4.5 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap % removal logam Cu dengan..... 50
Gambar4.6 Pengaruh waktu kontak terhadap % removal logam Cu dengan ........ 51
Gambar4.7 Pengaruh waktu kontak terhadap % removal logam Cu dengan ........ 51
Gambar4.8 Mekanisme reaksi adsorpsi Cu……………………………..……….57
Gambar B.1 Nanas sebelum delignifikasi dengan perbesaran 500 x .................... 79
Gambar B.2 Nanas sebelum delignifikasi dengan 1000 x .................................... 79
Gambar B.3 Nanas sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2000 x .................. 81
Gambar B.4 Nanas sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2500 x .................. 81
Gambar B.5 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 500x ........ 83
Gambar B.6 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 1000 x ..... 83
Gambar B.7 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2000 x ..... 85
Gambar B.8 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2500 x ..... 85
Gambar B.9 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 500 x ....... 87
Gambar B.10 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 1000 x ... 87
Gambar B.11 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2000 x ... 89
Gambar B.12 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2500 x ... 89
Gambar B.13 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 500 x…………...91
Gambar B.14 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 1000 x ............... 91
Gambar B.15 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2000 x ............... 93
Gambar B.16 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2500 x ............... 93
Gambar B.17 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 500 x .... 95
Gambar B.18 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 1000 x .. 95
Gambar B.19 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2000 x .. 97
Gambar B.20 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2500 x .. 97
Gambar B.21 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 500 x .... 99
xxi
Gambar B.22 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 1000 x ... 99
Gambar B.23 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2000 x . 101
Gambar B.24 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2500 x . 101
Gambar C.1 Difraktogram nanas sebelum proses delignifikasi……….………..103
Gambar C.2 Difraktogram nanas dengan proses delignifikasi 70 menit. ............ 103
Gambar C.3 Difraktogram nanas dengan proses delignifikasi 90 menit ............. 105
Gambar C.4 Difraktogram jerami sebelum proses delignifikasi ......................... 105
Gambar C.5 Difraktogram jerami dengan proses delignifikasi 70 menit ............ 107
Gambar C.6 Difraktogram jerami dengan proses delignifikasi 90 menit ............ 107
Gambar D.1 Kurva kalibrasi Cu………………………………………………...113
.
xxii
DAFTAR TABEL
xxiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Perkembangan dalam bidang industri Indonesia pada saat ini cukup pesat.
Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi
berbagai jenis kebutuhan manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamak
kulit, dan sebagainya. Seiring dengan pertambahan industri tersebut, maka
semakin banyak pula hasil sampingan yang diproduksi sebagai limbah. Salah
satu limbah tersebut adalah limbah logam berat(Paduraru, 2008).Limbah yang
mengandung logam berat dihasilkan oleh industri yang yang berhubungan
denganpekerjaanpermesinan, metalurgi, pelapisan logam, cat, kulit, serta
industri pertambangan (Nusa Idaman, 2010).
Logam berat merupakan unsur-unsur kimia dengan berat jenis lebih besar
dari 5 mg/cm³. Logam berat yang berbahaya di perairan diantaranya adalah
antimony (Sb), arsenic (Ar), berilium (Be), Kadmium (Cd), tembaga (Pb),
timbale (Pb), merkuri ( Hg), nikel (Ni), selenium (Se), Cu(Tembaga), kobalt
(Co), dan seng (Zn) (Paduraru,2008). Salah satu jenis logam yang berbahaya di
perairan adalah Cu (Tembaga).Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis
logam berat essensial yang dalam jumlah kecil keberadaannya dibutuhkan oleh
organism untuk memacu enzim selama proses metabolism tubuh. Logam Cu
memiliki kecenderungan menjadi senyawa beracun bagi tubuh jika
keberadaannya melampaui ambang batas toleransi yang diperlukan oleh tubuh
(Yulianto, 2006). Apabila logam tembaga terakumulasi dalam jumlah yang
melebihi ambang batas di dalam tubuh, maka akan mengakibatkan iritasi
lambung, kerusakan pembuluh darah kapiler, kerusakan jaringan hati, ginjal
dan jaringan syaraf yang mengakibatkan terjadi depressi serta kerusakan pada
lambung. Keracunan tembaga jarang dijumpai karena sifat emetik Cu sangat
tinggi sehingga terjadi muntah untuk mengeluarkan Cu yang berlebihan..
Tembaga yang mengenai kulit atau mata akan menyebabkan reaksi peradangan
serta dapat menyebabkan terjadinya korosi pada alat-alat dapur (Windri, 2011).
1
Dewasa ini telah dilakukan penelitian mengenai metode untuk menurunkan
kadar logam berat di lingkungan, metode yang digunakan dalam menurunkan
kadar logamberatantara laindenganadalah reverse osmosis, elektrodialisis,
ultrafiltrasi dan resin penukar ion. Reverse osmosis (RO) merupakan sebuah
metode filtrasi yang mampu menyisihkan banyak jenis molekul dan ion besar
dari larutan dengan memberikan tekanan pada larutan yang berada pada salah
satu sisi membrane selektif. Elektrodialisis merupakan sebuah proses dimana
ion dipindahkan melalui membrane karena perbedaan potensi elektrik yang
diberikan dan sebagai konsekuensi dari arus listrik. Ultrafiltrasi merupakan
varian dari filtrasi membrane dimana tekanan hidrostastik memaksa cairan
menembus membrane semipermeabel. Padatan tersuspensi dan pelarut dengan
berat molekul tinggi tertahan, sedangkan air dan pelarut dengan berat molekul
rendah akan melewati membrane (Wenten, dkk, 2014). Metode selanjutnya
adalah metode resin penukar ion, penghilangan logam dapat dilakukan dengan
metode resin penukar ion dengan jenis tertentu sesuai target yang diinginkan.
Logam berat akan terserap oleh resin seusai dengan tingkat selektifitasnya
(Nusa Idaman, 2010).
Dewasa ini dikembangkan metode lain yang dinilai lebih efektif, preparasi
yang mudah dan pembiayaan yang relatif murah disbanding metode yang
sebelumnya yaitu metode adsorbsi. Adsorbsi yang dilakukan terhadap logam
berat dengan menggunakan berbagai macam adsorben diantaranya zeolit,
alofan, kitin-khitosan, biosorben dari berbagai spesies alga, fly ash, karbon
aktif, dan selulosa (Handayani, 2010).
Selulosa merupakan senyawa yang memiliki karakter hidrofilik karena
adanya gugus hidroksil pada setiap polimernya. Permukaan gugus fungsi
selulosa alam ataupun turunannya dapat berinteraksi secara fisik atau kimia.
Selulosa memiliki gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion
logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil dan gugus hidroksil.
Selulosa banyak ditemukan dari hasil limbah pertanian atau perkebunan seperti
pada jerami dan daun nanas. Jerami dan daun nanas biasanya hanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sisanya dibiarkan membusuk atau di
bakar. Daun nanas mempunyai kandungan selulosa sebesar 69,5-71,5%,
2
sedangkan kandungan selulosa jerami sebesar 72-92% (Hidayat, 2008).
Selulosa yang terkandung di dalam daun nanas dan jerami terikat oleh
senyawa lignin. Proses untuk mendapatkan selulosa dilakukan dengan cara
delignifikasi. Proses delignifikasi akan memutus ikatan antara selulosa dan
lignin, sehingga selulosa menjadi lebih mudah didapatkan. Proses delignifikasi
selulosa dapat dilakukan dengan penambahan alkali seperti NaOH, KOH atau
LiOH. Menurut Handayani (2010) NaOH merupakan aktivator yang paling
baik dibanding KOH dan LiOH, karena NaOH efektif menghilangkan lignin
dan meningkatkan kandungan selulosa. Tujuan dalam penelitian ini untuk
mengetahui waktu delignifikasi tertinggi untuk menghasilkan kadar selulosa
tertinggi dalam proses pre treatment daun nanas dan jerami dan juga
kemampuan mengadosorpsi logamberat Cu.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Menganalisis waktu delignifikasi untuk mendapatkan karakteristik selulosa
dari daun nanas dan jerami yang optimum.
1.4 ManfaatPenelitian
Dengan adanya penelitian ini, terdapat beberapa manfaat yaitu sebagai
berikut:
3
a. Bagi Mahasiswa
1. Memberikan informasi tentang daya adsorpsi logam berat Cu oleh
selulosa dari daun nanas dan jerami.
2. Memberikan inovasi baru adsorben selulosa daun nanas dan jerami
untuk adsorpsi logam berat Cu.
3. Memberikan kontribusi dalam bidang lingkungan khususnya
penanganan logam berat.
b. Bagi Institusi
1. Sebagai bahan literatur atau referensi bagi mahasiswa yang sedang
melakukan penelitian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PengertianLimbah
Limbah merupakan sampah cair dari lingkungan masyarakat dan terutama
terdiri dari air yang telah digunakan dengan hampir 0, 1% berupa benda-benda
padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Timur no 61 tahun 2010 Tentang Penetapan kelas air pada
sungai, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi empat kelas, yaitu :
1. Kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas III, yaitu air yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mepersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
4. Kelas IV, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.1.1 LimbahCair
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air
limbah adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal,
bisnis, dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau
tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang kedalam lingkungan. Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di
lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat
bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari lingkungan.
(Vindiarti, 2015).
5
Gambar 2.1 Air Limbah
2.1.2 KarakteristikLimbahCair
Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai
beberapa karakteristik sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik
limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, biologi,
(Syafitri, 2017) yang diuraikan sebagai berikut :
1. KarakteristikFisik
Karakteristik fisika air limbah yang perlu diketahui adalah total solid,
bau, temperatur, densitas, warna, konduktivitas, dan turbidity.
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perludi identifikasi
yaitu bahan organik, bahanan organik, dan gas.
3. KarakteristikBiologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol
timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme pathogen.
Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme
lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilitas senyawa
organik.
6
2.2 LogamBerat Pada Perairan
Logam berat adalah unsure logam yang mempunyai densitas <5g/cm3 dalam
air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam
kondisi alam ini, logam berat dibutuhkan oleh organism untuk pertumbuhan
dan perkembangan hidupnya (Effendi, 2000).
Logam berat dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk
hidup. Hal ini terjadi karena sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-
logam tertentu sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi
dalam ingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh
makhluk hidup. Di samping hal tersebut, beberapa logam sangat diperlukan
untuk proses kehidupan makhluk hidup. Dalam hal ini logam dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu logam essensial dan nonessensial. Logam essensial
adalahlogam yang sangat membantu di dalam proses fisiologi makhluk hidup
dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk
yang bersangkutan. Sedangkan logam nonessensial adalah logam yang
peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam
jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan merusak
organ tubuh makhluk yang bersangkutan (Vogel, 1985).
Toksisitas logam berat bisa dikelompokkan menjadi 3, yaitu bersifat toksik
tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn, bersifat toksik
sedang yang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, dan bersifa ttoksik rendah
yang terdiri dari unsur Mn dan Fe (Handayani, 2010).
7
3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu2+(aq) + 6NO-3(aq) + 2NO(g) +
4H2O(aq)………………………(1)
Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :
Cu(s) + 2H2SO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42-(aq) + SO2(g) +
2H2O(aq)……………………....(2)
Tembaga mudah pula larut dalam air raja :
3Cu(s) + 6HCl(aq) + 2HNO3(aq) → 3Cu2+(aq) + 6Cl-(aq) + 2NO(g) +
4H2O(aq)……………………….(3)
2.3 Selulosa
Selulosa (C6H10O5) adalah polimer berantai panjang polisakarida
karbohidrat, dari β-glukosa. Selulosa merupakan karbohidrat utama yang
disintesis oleh tanaman dan menempati hampir 60% komponen penyusun
struktur tanaman. Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak larut
dalam air dan pelarut organik, tetapi larut dalam larutan kuprik hidroksida
berammonia (bahan uji Schweitzer), larutan zinkklorida, asam hidroklorik.
Selulosa tidak memberikan warna biru dengan iodine (Artanti, 2009).
9
Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu
merupakan bahan alam yang paling yang dibuat oleh organism hidup. Selulosa
bahkan dapat diperoleh dari dunia binatang. Kadar selulosa tertinggi terdapat
dalam rambut biji (kapas, kapok) dan serabut kulit (rami, flax, henep).
Selulosa terdiri dari gugusan hidroglukosapiranisa yang bersambung
membentuk rantai molekul. Karena itu selulosa dapat dinyatakan sebagai
polimer-linear glukan dengan struktur rantai yang seragam. Selulosa terdiri
dari 10.000 atau lebih unit D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan (1-4)
glikosida. Rantai selulosa memanjang, dan unit-unit glukosa tersusun dalam
satu bidang (Handayani, 2010).
Selulosa pada tumbuhan terdapat di dalam dinding sel pelindung tanaman,
terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan
tumbuhan. Selulosa tidak hanya merupakan polisakarida structural
ekstraseluler yang paling banyak dijumpai pada dunia tumbuhan, tetapi juga
merupakan senyawa yang paling banyak diantara semua biomolekul pada
tumbuhan atau hewan.
Stabilisasi rantai-rantai molekul panjang pada selulosa dalam sistem yang
teratur, yaitu pembentukan struktur supra molekul, ditimbulkan adanya gugus-
gugus fungsional yang mengadakan interaksi satu dengan yang lainnya.
Gugus-gugus fungsional tersebut adalah gugus hidroksil, tiga daripadanya
terikat pada setiap unit glukosa. Gugus-gugus –OH tersebut tidak hanya
menentukan struktur supramolekul tapi juga menentukan sifat-sifat fisika dan
kimia selulosa (Handayani, 2010).
10
2.3.1 SumberSelulosa
Selulosa diisolasi dari dinding sel tanaman, bahan berkayu, rambut biji,
kulit pohon, dan tanaman laut. Serat kapas mengandung 95% selulosa,
sedangkan kayu 40-50% selulosa. Jumlah selulosa dalam serat bervariasi
menurut sumbernya dan biasanya berkaitan dengan bahan-bahan seperti air,
lilin, pektin, protein, lignin dan substansi-substansi mineral. Selulosa yang
diperoleh dari kayu memerlukan proses yang panjang untuk menghilangkan
hemiselulosa dan lignin (Bhimte dan Tayade, 2007).
12
50% berat kering tumbuhan (Saputro, 2014). Menurut Hidayat (2008),
jerami padi diketahui memiliki kandungan selulosa yang tinggi mencapai
72%, pectin 27% dan lignin 1 %. Komposisi kimia limbah pertanian
maupun limbah kayu tergantung pada spesies tanaman, umur tanaman,
kondisi lingkungan tempat tumbuh dan langkah pemprosesan.
Kandungan jerami dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2. 2Komposisi Kimia Jerami
2.4 Delignifikasi
Delignifikasi merupakan tahap awal yang bertujuan untuk mengurangi kadar
lignin di dalam bahan berlignoselulosa. Delignifikasi akan membuka struktur
lignoselulosa agar lignoselulosa menjadi lebih mudah diakses. Proses
delignifikasi akan melarutkan kandungan lignin di dalam bahan sehingga
mempermudah proses pemisahan lignin dengan serat (Permatasaridkk, 2013)
Proses delignifikasi menyebabkan kerusakan terhadap struktur lignin dan
melepaskan senyawa karbohidrat. Proses perusakan struktur dari materi dengan
kandungan lignoselulosa adalah salah satu cara untuk mengkonversi
lignoselulosa menjadi senyawa gula. Proses delignifikasi yang sering
digunakan adalah dengan penggunaan basa (Mardinadkk, 2013).
13
Penggunaan larutan NaOH karena larutan ini dapat merusak struktur
lignin pada bagian kristalin dan amorf serta memisahkan sebagian
hemiselulosa. Ekstraksi hemiselulosa dapat menggunakan pelarut seperti
NaOH, NH4OH dan KOH. Di antara ketiga pelarut tersebut yang paling
baik digunakan adalah NaOH (Julfana, 2012). Hemiselulosa memiliki
struktur amorf sehingga penggunaan NaOH dapat menghilangkan lignin
sekaligus mengekstraksi hemiselulosa. Dalam penelitian Safaria (2013)
larutan NaOH dapat menyerang dan merusak struktur lignin pada bagian
kristalin dan amorf serta memisahkan sebagian hemiselulosa.
2.5 Adsorpsi
Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau
cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian molekul-
molekul tadi mengembun di permukaan padatan tersebut (Suryawan, 2004).
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun
gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan
tipis) pada permukaan padatan tersebut..Berbeda dengan absorpsi yang
merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu
larutan (Saputra, 2008). Menurut Handayani (2010) adsorpsi atau penyerapan
adalah proses pemisahan komponen tertentu dari suatu fluida berpindah
kepermukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Biasanya partikel-partikel
kecil adsorben ditempatkan dalam suatu hamparan tetap dan fluida dialirkan
melalui hamparan itu sampai adsorben mendekati jenuh dan pemisahan yang
dikehendaki tidak dapat berlangsung lagi. Proses adsorpsi banyak digunakan
pada industri kimia seperti pemisahan gas, penghilangan bau, mengurangi
kelembapan udara dan penyerapan gas yang tidak diperlukan.
14
Gambar 2. 5 Konsep proses ikatan antara adsorben dengan adsorbat
2.5.1 JenisAdsorpsi
Sumber : Saputra, 2008
Pada umumnya proses adsorpsi diklasifikasikan menjadi dua proses
yaitu adsorpsi secara fisika yang disebabkan oleh gaya Van Der Waals
dan secara kimia yang disebabkan melalui reaksi kimia antara molekul-
molekul adsorbat dengan atom-atom penyusun permukaan adsorben. Jika
interaksi antara padatan dan molekul yang mengembun tadi relatif lemah,
maka proses itu disebut sebagai adsorpsi fisik. Walaupun adsorpsi
biasanya dikaitkan dengan perpindahan suatu gas atau cairan kesuatu
permukaan padatan, perpindahan dari suatu gas ke suatu permukaan
cairan juga terjadi. Substansi yang terkonsentrasi pada permukaan
didefinisikan sebagai adsorbat dan material dimana adsorbat
terakumulasi didefinisikan sebagai adsorben.(Riyadh, 2009).
15
rendah, maka panas adsorpsi yang dilepaskan juga rendah.
Adsorbat yang terikat secara lemah pada permukaan
adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian permukaan
kebagian permukaan lain. Peristiwa adsorpsi fisika
menyebabkan molekul-molekul gas teradsorpsi mengalami
kondensasi.
Proses adsorpsi fisik terjadi tanpa memerlukan energi
aktivasi, sehingga proses tersebut membentuk lapisan jamak
(multilayers) pada permukaan adsorben. Ikatan yang
terbentuk dalam adsorpsi fisika dapat diputuskan dengan
mudah, yaitu dengan cara degassing atau pemanasan pada
temperatur 150-200C selama 2-3 jam.
16
Apabila diameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat di
adsorpsi dari pada molekul-molekul tidak polar. Molekul-
molekul yang lebih polar dapat menggantikan molekul-molekul
yang kurang polar yang terlebih dahulu teradsorpsi.
2. Karakteristik Adsorben.
a. Kemurnian Adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih
murni lebih diinginkan karena kemampuan adsorpsi lebih baik.
b. Luas Permukaan dan Luas Pori Adsorben
Jumlah molekul adsorbat yang teradsorp akan meningkat
dengan bertambahnya luas permukaan dan volume pori
adsorben.
3. Tekanan (P).
Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan
tekanan adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi.
4. Temperatur (T)
Temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat
molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan
adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang
dinamakan peristiwa exothermic . Berkurangnya temperatur akan
menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi demikian juga untuk
peristiwa sebaliknya.
5. Interaksi Potensial (E)
Interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding adsorben sangat
bervariasi, tegantung dari sifat adsorbat-adsorben.
(C₀−C)V
𝑞= (2. 1)
w
17
Keterangan :
q = Jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)
C0=Konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi (mg/l)
C= Konsentrasi ion logam setelah teradsorpsi (mg/l)
V=Volume larutan ion logam (L)
W=Berat adsorben,(Daun nanas dan Jerami (g))
Sedangkan untuk menghitung efisiensi penyerapan logam Cu oleh
adsorben daun nanas dan jerami dapat menggunakan persamaan di
bawah ini :
%EfisiensiPenyerapan Cu
𝐾𝑜𝑛𝑒𝑠𝑡 𝐶𝑢 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑜𝑛𝑠 𝐶𝑢 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
= x 100% (2. 2)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑢 𝐴𝑤𝑎𝑙
2.6 PenelitianTerdahulu
Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sehingga
dijadikan sebagai acuan ataupun tinjauan pustaka dalam penelitianini.
Adapunpenelitiansebelumnyadijelaskansepertiberikut :
2.6.1 Penelitian oleh Wiwit Handayani(2010) tentang Penggunaan
Selulosa Daun Nanas Sebagai Adsorben Logam Berat Cd( II).
Penelitian ini menggunakan bahan dari daun nanas yang
teraktivasi, kemudian dikontakkan dengan larutan logamCd (II) dengan
variasi pH, waktu aktivasi, dan waktu kontak. Dari penelitian ini
didapatkan kesimpulan bahwa selulosa daun nanas dapat digunakan
sebagai adsorben logam Cd (II). Kondisi optimum proses adsorpsidaun
nanas terhadap logam berat Cd(II) adalah waktu perendaman 24 jam,
dengan pH 4, dan waktu kontak selama 20 menit dengan daya serap
0,7123 mg/g. Jenis isotherm yang sesuai untuk adsorpsi serat daun
nanas terhadap logam berat Cd(II) adalah isotherm Langmuir dan
Freundlich dengan kecenderungan relatif tehadap Langmuir. Dapat
diartikan bahwa interaksi yang terjadi adalah secara kimia dan fisika.
18
2.6.2 Penelitian oleh Mudasir Ahmad, Shakeel Ahmed, Babu Lal Swami
dan Saiqa Ikram(2015) tentang Adsorption Of Heavy Metals Ions:
Role Of Chitosan And Cellulose For WaterTreatment.
Penelitian ini menggunakan kitosan dan selulosa yang murni dan
yang telah termodifikasi untuk penyerapan berbagai macam logam berat
seperti Cr (VI), Pb(II), Cu(II), Ni(II),Cd(II), Hg(II), Ar(II) pada air
limbah. Selulosa dan kitosan murni dapat menyerap logam pada air
limbah, sedangkan selulosa dan kitosan termodifikasi memiliki daya
adsorpsi yang lebih tinggi dan digunakan dalam beberapa sifat lain dari
selulosa dan kitosan seperti hidrofobisitas, elastisitas, resistensimikroba,
ketahanan panas dan mekanik.
2.6.3 Penelitian oleh Prida Novarita Trisanti, Sena Setiawan H.P, Elysa
Nura’ini dan Sumarno(2015) tentang Ekstraksi Selulosa Serbuk
Gergaji Kayu Sengon Melalui Proses Delignifikasi Alkali
Ultrasonik.
Penelitian ini menggunakan selulosa pada kayu sengon dengan
melakukan proses delignifikasi dengan bantuan alat ultrasonik tanduk
dengan variasi suhu 30C dan 40C selama berbagai waktu 30 menit,
45 menit, 60 menit, 75 menit, dan 90 menit. Dari proses delignifikasi
ini selulosa meningkat setelah dilakukan proses delignifikasi alkali
disertai ultrasonik, yaitu dari 41, 17% menjadi 75, 3% pada suhu 30C
dengan waktu 30 menit dan 77, 96% pada suhu 40C denganwaktu 30
menit. Derajat kristalinitas tertinggi dicapai pada suhu 40C selama 30
menit yaitu 77, 05 %..
a. SumberCahaya
Sumber yang biasa digunakan pada spektrofotometri adsorbs adalah
lampu wolfram. Pada dearah UV digunakan lampu hidrogen atau
lampu deuterium. Kelebihan lampu wolfram adalah energi radiasi yang
dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang
gelombang tertentu. Monokromator berfungsi untuk mendapatkan
radiasi monokromator dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi
polikromatis. Monokromator terdiri dari susunan celah (slit) masuk –
filter – prisma – kisi (ginting) – celah(slit) keluar.
20
c. Wadah Sampel (Kuvet)
Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet dari
leburan silica (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
pada daerah pengukuran 190 – 1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas
dipakai pada daerah pengukuran 380 – 1100 nm karena bahan dari
gelas mengabsorbsi radiasi UV.
d. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalamrek
order akan ditampilkan dalam bentuk angka – angka pada reader
(komputer).
e. Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk persen( % ) transmitan maupun absorbansi.
Keterangan :
A = Serapan (tanpadimensi)
b = Ketebalansel (cm)
21
Ɛ = Adsorptivitas molar (M-1 cm-1)
A = -Log T
24
akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga
menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
Prinsip kerja SEM adalah sebagai berikut:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat
dengan anoda.
2. Lensa magnetic memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan
elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirimke
monitor (CRT).
Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari
pantulan inelastic didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X
sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered elektron.
Sinyal-sinyal tersebut ditunjukkan pada gambar berikut :
25
Gambar 2. 7 Deteksi sinyal yang dihasilkan SEM akibat pemantulan elektron
Gambar 2. 8metodedifraksisinar x
27
dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan kristalin
sangat khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit parameter dan
panjang gelombang sinar-X yang digunakan. Dengan demikian, sangat
kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu
padatan kristalin yang berbeda. Derajat kristalinitas dihitung dengan
menggunakan metode empiris segal.
CrI = (I0002 – I am)
I0002
Dimana :
I0002 = Intensitaspuncakterbesar yang sesuai dengan bidang sampel
atau bagian kristalin.
Iam = Intensitas minimum difraksi dari bahan non kristalin atau
intensitas dari bagian amorf.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah keseluruhan tahapan yang digunakan dalam
suatu penelitian. Tujuan penentuan metodologi penelitian ini adalah agar proses
penelitian dapat berjalan dengan terarah dan sistematis.
29
3.4 Pengumpulan Data
Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Secara
kuantitatif diperoleh data kemampuan adsorben untuk menyerap logam
Cu(II).
3.5.1 PenentuanTempat
Penelitianinidilaksanakan pada beberapatempat,yaitu :
1. Laboratorium Limbah PPNS.
2. Laboratorium Material dan Metalurgi ITS.
3. Laboratorium Energi dan Lingkungan ITS.
Waktu
Bahan BeratAdsorben Waktu Pengadukan 90 rpm
Delignifikasi
30 menit
60 menit
1 gram
90 menit
120 menit
30 menit
Daun 60 menit
90 menit 1, 5 gram
nanas/Jerami 90 menit
120 menit
30 menit
60 menit
2 gram
90 menit
120 menit
Sumber : Analisa Penulis 2019
32
No Variabel DefinisiOperasional Satuan dan Metode Skala
kategori
3 Waktu Waktu yang diperlukan 1. 30 menit - Rasio
Kontak antara adsorben dalam 2. 60 menit
menyerap adsorbat 3. 90 menit
4. 120 menit
3.9 PelaksanaanPenelitian
Dalam penelitian ini terdapat populasi dan sampel, dimana populasi
menyatakan ruang lingkup yang luas pada objek penelitian sedangkan
sampel adalah salah satu representatif dari populasi tersebut.
3.9.1 PengambilanBahan
Pada tahap ini dilakukan pengambilan sampel berupa
pengumpulan limbah daun nanas dari pohon nanas yang sudah
tidak dapat berbuah lagi di perkebunan dusun Sesek, Kecamatan
Ponggok Kabupaten Blitar. Untuk pengambilan sampel jerami
didapatkan dari area persawahan Desa Gembongan, Kecamatan
Ponggok, Kabupaten Blitar.
33
1. Alat
1. Spektrofotometri UV-VIS
2. Blender
3. Timbangan Analitik
4. Magnetic Stirer
5. Stirer
6. Beaker Glass
7. pH meter atau Kertas Indikator pH
8. Ayakan 60 mesh.
9. Seperangkat Refluks.
10. Peralatan gelas.
2. Bahan
1. Daun nanas yang diperoleh dari perkebunan dusun
Sesek Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar
2. Jerami yang diperoleh dari Desa Gembongan,
Kecamatan Ponggok.
3. CuSO₄.5H₂O
4. NaOH
5. KertasSaring
6. Aquades
7. NH4OH 25 %
8. H₂SO₄98%
9. Na-Dietilditiokarbamat.
34
dapat dibuat larutan Cu 25 ppm dengan cara pengenceran
(Perhitungan dapat dilihat pada lampiran).
35
3.9.6 Penentuan Berat Adsorben
Serat daun nanas dan jerami yang sudah diayak dengan ukuran
60 mesh, selanjutnya mengalami proses delignifikasi denganvariasi
70 menit dan 90 menit, selanjutnya dilakukan penentukan berat
adsorben sesuai dengan variasi yaitu 1 gram, 1,5 gram, 2 gram.
Penentuan berat adsorben ini untuk mengetahui hubungan antara
berat adsorben dengan adsorpsi terhadap limbah logam berat Cu
(II) yang diujikan.
36
3. Padatan kering kemudian dicampur dengan 150 ml larutan
H2SO41 N dan dipanaskan pada suhu 100C selama 1 jam.
Padatan disaring dan dicuci dengan aquades. Setelah itu
padatan dikeringkan. (C )
4. Padatan kering kemudian direndam dalam10 ml larutan
H2SO4 72% selama 4 jam pada suhu ruang setelah itu
ditambah 150 ml larutanH2SO4 1 N dan direfluks selama 1
jam. Kemudian dicuci menggunakan aquades 400 ml dan
dipanaskan pada oven dengan suhu 105C hingga beratnya
konstan (D).
5. Sampel kemudian dimasukkan dalam furnace pada suhu
565C selama 4 jam. Abu residu sampel(E).
𝑑−𝑐
Selulosa (%) = x 100%………………...(1)
𝑎
𝑏−𝑐
Hemiselulosa (%) = x 100%...........................(2)
𝑎
𝑒−𝑑
Lignin (%) = x 100 %..........................(3)
𝑎
37
3.10.3 Analisa Efisiensi Penurunan Cu Oleh Adsorben yang
Dipengaruhi Waktu Kontak dan BeratAdsorben.
Di dalam menganalisa efisiensi penurunan Cu yang
dipengaruhi waktu dan berat kontak adsorben dapat dihitung
menggunakan persamaan (2. 2). Setelah itu, jumlah ion logam
yang diserap oleh adsorben dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan ( 2. 1).
Mulai
Studi Literatur
38
A
Larutan
CuSO4.5H2O.\
B
39
B
Pelaksanaan Penelitian
Uji Adsorpsi
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
42
Tabel 4. 1 Hasil Analisa MetodeChesson
43
senyawa-senyawa yang merupakan sisi aktif dalam jerami yang larut dalam
NaOH akan semakin banyak (Handayani, 2010). Lama waktu dan
konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap kandungan selulosa, yang
menyebabkan degradasi terhadap selulosa, sehingga menyebabkan turunnya
kadar selulosa yang diperoleh dari hasil delignifikasi (Asmoro, 2018).
(a)
(b) (c)
Gambar4. 2 Hasil analisa SEM jerami dengan perbesaran 2500 x (a) Jerami
sebelum delignifikasi (b) Jerami dengan proses delignifikasi 70 menit (c) Jerami
dengan proses delignifikasi selama 90 menit
45
Morfologi permukaanjeramisebelum proses delignifikasi dapat
dilihat pada Gambar 4.2(a). Terlihat permukaan jerami yang rapat,
halus, serta tidak berongga. Permukaan jerami seperti initerindikasi
sebagai lignin yang memiliki fungsi sebagai pengisi dinding sel
tanaman yang berikatan kuat dengan senyawa lignoselulosa sehingga
menyebabkan dinding sel tanaman menjadi keras (Rimbani, 2013).
Jerami setelah mengalami proses delignifikasi, terlihat morfologi
permukaannya menjadi terkoyak dan hancur, sehingga menyebabkan
permukaan jerami terlihat menjadi lebih kasar, bersekat, serta
memiliki beberapa bagian halus yang berada di atas permukaan
jerami seperti pada Gambar 4.2(b). Pada Gambar 4.2(c) permukaan
jerami terlihat lebih renggang, lebih kecil dan bagian halus diatas
permukaan jerami lebih sedikit.
Pada gambar 4.2 (b) dan 4.2 (c) dapat terlihat bahwa permukaan
selulosa jerami 70 menit lebih kasar dan besar, hal ini
mengakibatkan luas permukaan dari adsorben menjadi lebih besar
sehingga lebih efektif untuk digunakan sebagai adsorben (Irawan,
2014). Perbedaan bentuk permukaan ini menunjukkan semakin lama
waktu delignifikasi menyebabkan semakin banyak ikatan antara
lignin dan selulosa yang terlepas. Metode menggunakan chesson
menunjukkan hasil kandungan lignin yang terus menurun pada
jerami. NaOH juga berfungsi sebagai delignifikator dengan cara
mendegradasi dan merusak struktur lignin, bagian kristalin, dan
amorf, memisahkan sebagian lignin dan hemiselulosa serta dapat
menyebabkan penggembungan struktur dari selulosa (Gunam,dkk
2011).
46
(a)
(b) (c)
Gambar4. 3 Hasil analisa SEM nanas dengan perbesaran 2500 x. (a) Daun nanas sebelum
delignifikasi (b) Daun nanas dengan proses delignifikasi 70 menit (c) Daun nanas dengan
proses delignifikasi selama 90 menit
Berdasarkan pada Gambar 4.3 (a) daun nanas yang belum diberi
perlakuan dengan NaOH 9% memiliki serat serat yang saling
berikatan dengan cukup rapat, halus, dan tidak beraturan. Ikatan
yang tidak beraturan tersebut menunjukkan ikatan antara
lignoselulosa yang masih sangat rapat dan kuat (Lismeri, dkk 2017)
karena berfungsi untuk mengisi dinding sel tanaman yang bersifat
keras dan kaku. Pada Gambar 4.3 (b) terlihat permukaan daun nanas
menjadi lebihr enggang dan kasar serta terlihat sedikit ikatan antara
lignoselulosa, sedangkan pada Gambar 4.3 (c) permukaan daun
47
nanas terlihat sangat renggang dan struktur permukaan yang halus.
Hal ini karena semakin lama waktu delignifikasi akan semakin
banyak ikatan antara lignin dan selulosa yang terlepas, digantikan
oleh ikatan antara lignin dengan NaOH, sehingga permukaan dari
daun nanas akan semakin kecil (Trisanti , 2015).
48
Gambar 4.4DifraktogramXRDuntukselulosamurni,
Gambar4. jerami,
4 Difraktogram XRD untuk selulosa murni, jerami,nanas dan
nanas dan
hasil delignifikasi
hasildelignifikasi 70 dan 70
90 dan 90 menit
menit.
Dari analisis XRD dapat diketahui derajat kristalinitas dengan
menggunakan metode segal. Hasil perhitungan derajat kristalinitas
dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4. 2 Hasil perhitungan derajat kristalinitas pada daun nanas dan jerami dengan
variasi waktu delignifikasi
Sampel DerajatKristalinitas(%)
Nanas 51,33
Nanas 70 menit 53,58
Nanas 90 menit 65,98
Jerami 59,30
Jerami 70 menit 67,70
Jerami 90 menit 71,77
60
% Removal
0
30 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)
Gambar4. 5Pengaruh Waktu KontakTerhadap% removal logam Cudengan
berat 1 gram
50
80
60
Daun Nanas 70
% Removal
Menit
40 Daun Nanas 90
Menit
Jerami 70 Menit
20
Jerami 90 Menit
0
30 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)
80
60
% Removal
0
30 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)
Gambar4. 7Pengaruh waktu kontak terhadap % removal logam Cu dengan
berat 2 gram
51
30 menit hingga 90 menit. Semakin lama waktu kontak maka akan
semakin tinggi persen removal logamnya. Hal ini dikarenakan
interaksi antara gugu hidroksil (-OH) dengan logam semakin banyak
(Safrianti, 2012). Menurut penelitian oleh Zian (2016) dengan
bertambahnya waktu kontak, maka jumlah adsorbat yang terserap
pada permukaan adsorben akan semakin meningkat hingga tercapai
titik jenuh. Sisi aktif dari selulosa masih cukup banyak sehingga
frekuensi terjadinya ikatan dengan molekul adsorbat cukup tinggi.
52
4.2.2 Analisa Pengaruh JenisAdsorben dan Waktu Delignifikasi
Terhadap Kemampuan Adsorpsi Logam Cu
Adsorben daun nanas dan jerami dengan variasi waktu
delignifikasi memiliki kemampuan meremoval yang berbeda.
Kemampuan removal antara daun nanas dan jerami terlihat pada
gambar 4.5, gambar 4.6 dan gambar 4.7. Daun nanas memiliki
kemampuan meremoval yang lebih tinggi daripada jerami. Hal ini
dikarenakan kandungan selulosa pada nanas lebih tinggi daripada
jerami. Hal ini dibuktikan pada perhitungan analisa Chesson
(Lampiran A). Semakin tinggi kadar selulosa yang digunakan, maka
adsorpsi logam akan semakin besar, karena semakin banyak jumlah
gugus –OH yang siap untuk mengikat ion logam sehingga
konsentrasi ion logam menjadi berkurang (Desianna, dkk, 2017).
Menurut penelitian Mandasari (2016) keberadaan lignin akan
menghambat proses adsorpsi, karena keberadaan lignin akan
menghalangi proses transfer ion ke sisi aktif selulosa sehingga proses
penyerapan berjalan sangat lambat.
Waktu delignifikasi selama 70 menit menghasilkan kadar selulosa
yang lebih tinggi daripada kadar selulosa yang dihasilkan pada
proses delignifikasi 90 menit. Hal ini dapat dibuktikan pada
perhitungan analisa Chesson (Lampiran A). Penurunan kadar
selulosa pada proses delignifikasi selama 90 menit ini karena terjadi
reaksi berantai tidak hanya sampai pemecahan lignoselulosa, tetapi
diikuti reaksi pemutusan rantai polimer selulosa menjadi gula
reduksi atau hidrolisis. Sehingga selulosa yang harusnya naik
menjadi turun karena adanya reaksi pemutusan rantai polimer
selulosa pada suhu ruang(Rosyidin, dkk ,2015). Penurunan kadar
selulosa juga dipengaruhi oleh kelarutan hemiselulosa dari adsorben
saat proses delignifikasi. Kelarutan hemiselulosa yang semakin
berkurang dalam larutan NaOH menyebabkan kadar selulosa turun
(Widodo, dkk, 2013).
53
Proses delignifikasi selama 70 menit menghasilkan selulosa
dengan permukaan yang kasar, besar, serta renggang, sehingga
permukaan yang lebih lebar. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisa
SEM. Permukaan adsorben yang lebar maka akan semakin banyak
adsorbat yang tertangkap atau adsorpsi semakin tinggi (Nova, 2014).
Proses delignifikasi 90 menit menghasilkan selulosa dengan
permukaan yang lebih halus dan kecil sehingga permukaan tampak
lebih sempit. Permukaan selulosa pada proses ini mengalami
degradasi kisi selulosa akibat pengembangan yang terlalu kuat oleh
NaOH yang akhirnya larut pada saat proses pencucian dengan
akuades (Prasetia, dkk, 2016).
Derajat kristalinitas adsorben dengan proses delignifikasi selama
70 menit lebih rendah dari pada derajat kristalinitas adsorben dengan
proses delignifikasi selama 90 menit. Semakin tinggi derajat
kristalinitas menandakan adsorben semakin bersih dari pengotor
sehingga memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi
(Pardoyo,2009), namun pada penelitian ini kristalinitas adsorben
dengan proses delignifikasi selama 90 menit memiliki kemampuan
adsorpsi yang lebih rendah daripada adsorben dengan delignifikasi
selama 70 menit. Hasil analisa chesson menunjukkan kadar selulosa
adsorben dengan proses delignifikasi 90 menit lebih rendah daripada
adsorben dengan proses delignifikasi 70 menit, hal ini karena pada
delignifikasi 90 menit, selulosa dari adsorben ikut terdegradasi
dengan pelarut NaOH sehingga kadar selulosa menjadi turun.
Semakin rendah kadar selulosa maka semakin rendah pula
kemampuan adsorpsinya (Desianna, 2017).
54
4.2.3 Analisa Pengaruh Berat Terhadap Kemampuan Adsorpsi Logam
Cu
80
60 Nanas 70
Nanas 90
% Removal
40 Jerami 70
Jerani 90
20
0
1 1.5 2
Berat
80
60 Nanas 70
% Removal
Nanas 90
40 Jerami 70
Jerami 90
20
0
1 1.5 2
Berat
55
80
60
% Removal
Nanas 70
40
Nanas 90
Jerami 70
20
Jerani 90
0
1 1.5 2
Berat
Gambar4. 10 Analisa pengaruh berat edsorben terhadap removal logam Cu
pada waktu kontak 90 menit
80
60
% Removal
Nanas 70
40
Nanas 90
Jerami 70
20
Jerani 90
0
1 1.5 2
Berat
Gambar4. 11 Analisa pengaruh berat adsorben terhadap removal logam Cu
pada waktu kontak 120 menit
Analisa mengenai pengaruh berat terhadap kemampuan adsorben
daun nanas dan jerami dalam mengurangi logam Cu dapat dilihat dari
persen removal kedua adsorben tersebut atau konsentrasi akhir logam
Cu. Gambar 4.11, 4.12, 4. 13 dan 4.14 tersebut untuk setiap adsorben
pada setiap waktu kontak yang sama, memiliki persen removal yang
cenderung naik, hal ini dikarenakan semakin banyak massa adsorben
maka akan semakin banyak gugus aktif selulosa yang akan berikatan
dengan ion logam. Menurut Fida (2016) faktor yang mempengaruhi
adsorpsi adalah jumlah kerapatan adsorben, dimana peningkatan berat
bahan penyerap juga menandakan peningkatan kerapatan bahan
penyerap dalam larutan, sehingga daya serap tertinggi akan tercapai
56
pada kerapatan tertentu yang memungkinkan terjadinya interaksi yang
efektif antara ion logam dengan gugus aktif dari selulosa. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian Krisnawati dkk(2013) dimana konsentrasi
ion logam akan semakin menurun dengan bertambahnya jumlah
adsorben yang digunakan. Jumlah adsorben yang semakin banyak
akan memperluas penyerapan ion logam yang ada pada suatu larutan,
sehingga persen removal akan semakin meningkat.
Adsorbsi kimia terjadi karena interaksi ion antara adsorben
dengan adsorbat. Mekanisme adsorbsi yang terjadi antara gugus OH
yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan
positif (kation) adalah sebagai berikut:
M + 2H+
-YO-M
M+ dan M2+ dalam penelitian ini adalah ion logam Cu, sedangkan –
OH adalah gugus hidroksil, dan Y adalah matriks tempat gugus –OH
terikat. Ion logam Cu memiliki orbital D kosong yang akandiisi oleh
elektron bebas dari atom oksigen pada gugus OH. Selulosa berperan
sebagai ligan yang dapat menyumbangkan sepasang elektron bebas
pada ion logam, sedangkan ion logam Cu berperan sebagai. atom
pusat dalam pembentukan senyawa kompleks (Baroroh, dkk, 2017) .
57
(Halaman sengaja dikosongkan)
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Waktu delignifikasi untuk mendapatkan kadar selulosa tetinggi dari daun
nanas dan jerami adalah waktu delignifikasi 70 menit yaitu sebesar
59,12% dan 57,78%.
2. Kondisi optimum proses adsorpsidaun nanas dan jerami terhadap logam
Cu (II) adalah waktu kontak 90 menit dengan berat adsorben 2 gram
dengan persen removal sebesar 64,43% dan 62,14%.
5.2 Saran
1. Menambah variasi waktu dan suhu delignifikasi adsorben agar dapat
mengetahui kondisi optimum untuk mendapatkan kadarselulosa yang
terbaik.
2. Mengkombinasikan delignifikasi basa-asam untuk mendapatkan kadar
selulosa yang lebih tinggi.
3. Menambah pengujian BET dan FTIR untuk menambah keakuratan data.
59
(halaman sengaja dikosongkan)
60
DAFTAR PUSTAKA
Alwi ,Herianti (2017). Validasi Metode Analisis Flavonoid Dari Ekstrak Etanol
KasumbaTurate (CarthamustinctoriusL) Secara Spektrofotometri Uv-Vis.
Skripsi. Unversitas Negeri Alauddin Makassar.
Asmoro, Novian Welly, Afriyanti, dan Ismawati (2018). Ekstraksi Selulosa
Batang Tanaman Jagung (Zea mays) Metode Basa. Jurnal Ilmiah
Teknosains, Vol 4 No.1.
Artanti, N., Retno W., Sofa Fajriah.(2009). Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas
Ekstrak Air Dan Etanol Daun Benalu (DendrophthoepentandraL.Miq)
Yang Tumbuh Pada Berbaga iInang.JKTI, 11:39-42
Bahl, B.S., G.D Tuli and A. Bahl. (1997). Essential of Pysical Chemistry. S. New
Delhi :Chand and Company, ltd. Page 845-849.
Desianna, Ika, dkk. (2017). Selulosa Kulit Jagung sebagai Adsorben Logam
Chromium (Cr) pada Limbah Cair Batik. Unnes Physics Journal (6)
(1).Universitas Negeri Semarang.
61
Dimyati, Arbi., AgusSujatno, Rohmad Salam, Bandriyana (2015). Study Scanning
Electron Microscopy (SEM) untuk karakterisasi proses oxidasi paduan
zirconium.Pusat Sains Dan Teknologi BahanMaju, PSTBM Batan.
Irawan, Chairul, Ardiansyah dan Nalsha Hanan. Potensi Hayati Serat Purun
Tikus(Eleocharis dulcis)Dalam Proses Adsorpsi Kandungan Logam Berat
Merkuri (Hg), TSS Dan Cod Pada Limbah Cair Pertambangan Emas.
Konversi Vol 3. No 1.
Julfana, Rika., Titin Anita Zaharah., Nora Idiawati. (2012). Hidrolisis Selulosa
Dari Ampas Sagu Menggunakan Campuran Selulase Dari Trichoderma
reesei Dan Aspergillus niger.JKK Vol 2(1).Halaman 52-57.
62
Lismeri, dkk (2018). Produksi Gula Reduksi dari Batang Ubi Kayu dengan
Hidrolisis Menggunakan Asam Encer dan Induksi Medan
Elektromagnetik. JurnalRekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol 13 No.1
Mandasari, Isitifiarti dan Alfan Purnomo (2016). Penurunan Ion Besi (Fe) dan
Mangan (Mn) dalam Air dengan Serbuk Gergaji Kayu Kamper.Jurnal
Teknik ITS Vol. 5, No.1.
Mardina,P., Adelina T.T., Jhon F. M. S., Andri N., M Reza F(2013). Pengaruh
Proses Delignifikasi Pada Produksi Glukosa Dari Tongkol Jagung
Dengan Hidrolisis Asam Encer.JurnalKonversi Volume 2 No. 2.
Onggo, H., Astuti J.T., (2005), Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen
Peroksida terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nenas.
JurnalIlmu dan Teknologi KayuTropis, Vol.3, No. 1, hal 37-43
Pardoyo, Listiana dan Adi Darmawan (2009). Pengaruh Perlakuan HCL Pada
Kristalinitas Dan Kemampuan Adsorpsi Zeolit Alam Terhadap Ion
Ca2+.Jurnal Sains dan Matematika (JSM). Vol 17 No.2.
63
PeraturanGubernurJawa Timur no 61 tahun 2010.
64
Rosyidin, Khulafaurdkk (2015). Assisted Pretreatment with Microwave Heating
untuk Peningkatan Kadar Selulosa Batang Pisang Pada Produksi
Bioetanol. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran
Sains (SNIPS). Bandung.
Said, Nusa Idaman. (2010). Metoda Penghilangan Logam Merkuri di Dalam Air
Limbah Industri.Pusat Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan
PenerapanTeknologi (BPPT). Jakarta Pusat.
Safaria, S., Nora Idiawati., Titin Anita Zaharah. (2013). Efektivitas Campuran
Enzim Selulase Dari Aspergillus niger dan Trichoderma reesei Dalam
Menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa. JKK Vol 2(1) Halaman 46-51.
Safrianti, Iin, Nelly Wahyuni, Titin Anita (2017). AdsorpsiTimbal (II) Oleh
Selulosa Limbah Jerami Padi Teraktivasi Asam Nitrat:Pengaruh pH dan
Waktu Kontak.JKK Vol 1(1) Halaman 1-7.
Saleh, H., A., Pakpahan., M., M., D., Angelina, N., (2010), Pengaruh Konsentrasi
Larutan, Temperatur Dan Waktu Pemasakan Pada Pembuatan Pulp
Berbahan Baku Sabut Kelapa Muda (Degan) Dengan Proses Soda, Jurnal
Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, UNSRI.
65
Suyanto, Agus., Sri Kusmiyati., Ch Retnaningsih (2010). Residu Logam
BeratIkan Dari Perairan Tercemar Di Pantai Utara JawaTengah
.JurnalPangan DAN Gizi Vol 01 No.02.
Widodo, dkk (2013). Pemisahan alpha-Selulosa Dari Limbah Batang Ubi Kayu
Menggunakan Larutan Natrium Hidroksida.Jurnal Teknik Kimia, Vol 7,
No. 2.
Windri, Richa Elni. (2011). Analisa Kandungan Cu(II) Dengan SSA Dan Ion
SulfatDenganSpektrofotometerSinarTampak Pada Air Baku Dan Air
Minum Isi Ulang Di Kota Pekanbaru.Skripsi.Universitas Islam Neegeri
Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
66
Widowati, W., Astiana, S., Raymond, J. R., (2008), Efek Toksik Logam, Andi
Offset, Yogyakarta.
Yulianto, Bambang., RadenArio dan Agung Triono (2006). Daya Serap Rumput
Laut (Gracilariasp) Terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) Sebagai
Biofilter. Jurnal IlmuKelautan, Vol 11 (2) :71 : 78. Universitas
Diponegoro Semarang.
Zian, ItaUlfin, Harmani (2016). Pengaruh Waktu Kontak pada Adsorpsi Remazol
Violet 5R Menggunakan Adsorben Nata de Coco.JurnalSains dan Seni
ITS. Vol 5 No.2.
67
(halamansengajadikosongkan)
68
LAMPIRAN
Konsentrasi a b c d e
Sampel
NaOH (gram)
Nanas 3.0006 1.4425 1.1731 0.413 0.0287
Nanas 70
menit 1.0004 0.9019 0.7139 0.1225 0.0147
Nanas 90
menit 1.00048 0.91199 0.6613 0.11 0.0226
9%
Jerami 3.0008 1.4588 1.1281 0.4945 0.2009
Jerami 70
menit 1.0067 0.86629 0.6841 0.1015 0.0181
Jerami 90
menit 1.0004 0.904 0.6702 0.1199 0.038
Proses Delignifikasi
RumusmetodeChesson
c−d
Selulosa = x 100%
a
b−c
Hemiselulosa = x 100%
a
d−e
Lignin = x 100 %
a
= 25, 33 %
69
70
b−c
Hemiselulosa = x 100
a
1,4425−1,1731
= x 100%
3,0006
= 8, 98 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,413−0,0287
= x 100%
3,0006
= 12, 81 %
2. Daun NanasDengan ProsesDelignifikasi 70 menit
a = 1, 0004 gram
b = 0, 9019 gram
c = 0, 7139 gram
d = 0, 1225 gram
e = 0, 0147 gram
c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,7139−0,1225
= x 100%
1,0004
= 59, 12 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,9019−0,7139
= x 100%
1,0004
= 18, 79 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,1225−0,0147
= x 100%
1,0004
= 10, 78 %
71
72
3. Daun NanasDengan ProsesDelignifikasi 90 menit
a= 1, 00048 gram
b= 0, 91199 gram
c= 0, 6613 gram
d= 0, 1100 gram
e= 0, 0226gram
c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,6613−0,1100
= x 100%
1,00048
= 55, 10 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,91199−0,6613
= x 100%
1,00048
= 25, 06 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,1100−0,0226
= x 100%
1,00048
= 8, 74 %
c−d
Selulosa = x 100 %
a
1,1281−0,4945
= x 100%
3,0008
= 21, 11 %
73
74
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
1,4588−1,1281
= x 100%
3,0008
= 11, 02 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,4945−0,2009
= x 100%
3,0008
= 9, 78 %
c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,6841−0,1015
= x 100%
1,0067
= 57, 87 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,86629−0,1015
= x 100%
1,0067
= 18, 10 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,1015−0,0181
= x 100%
1,0067
= 8, 28 %
75
76
6. JeramiDengan Proses Delignifikasi 90 Menit
a = 1,0004 gram
b = 0, 9040 gram
c = 0, 6702 gram
d =0, 1199 gram
e =0, 0380 gram
c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,6702−0,1199
= x 100%
1,0004
= 55, 01 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,9040−0,6702
= x 100%
1,0004
= 18, 10 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,1199−0,0380
= x 100%
1,0004
=8, 19 %
77
78
Lampiran B Hasil Pengujian Dengan Menggunakan Scanning Electron
Microscope (SEM)
79
80
Gambar B.3 Nanas sebelumdelignifikasidenganperbesaran 2000 x
81
82
Gambar B.5Nanas setelahdelignifikasi70 menitdenganperbesaran 500x
83
84
Gambar B.7Nanassetelahdelignifikasi 70 menitdenganperbesaran 2000 x
85
86
Gambar B.9Nanassetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 500 x
87
88
Gambar B.11Nanassetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 2000 x
89
90
Gambar B.13Jeramisebelumdelignifikasidenganperbesaran 500 x
91
92
Gambar B.15Jeramisebelumdelignifikasidenganperbesaran 2000 x
93
94
Gambar B.17Jeramisetelahdelignifikasi 70 menitdenganperbesaran 500 x
95
96
Gambar B.19Jeramisetelahdelignifikasi70 menitdenganperbesaran 2000 x
97
98
Gambar B.21Jeramisetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 500 x
99
100
Gambar B.23Jeramisetelahdelignifikasi90 menitdenganperbesaran 2000 x
101
102
Lampiran C Hasil PengujianDenganMenggunakanX-Ray Diffraction (XRD)
Counts
Nanas
400
200
0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
Counts
IV Nanas 70mnt
800
600
400
200
0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
103
104
Counts
III Nanas 90mnt
800
600
400
200
0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
400
200
0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
105
106
Counts
600 II Jerami 70mnt
400
200
0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
400
200
0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
V1 = 0, 0125 Liter
V1 = 12, 5 ml
3. Perhitunganpembuatanlarutan Na-dietilditiokarbamat 1%
% b/b = b/v x 100%
𝑏
1% = 50 x 100 %
= 0, 5 gram
Jadidibutuhkan 0, 5 gram Na-dietilditiokarbamat yang
dimasukkankedalamlabuukur 50 ml.
Kemudianditambahkanaquadessampaitandabatas.
109
110
4. Pembuatanlarutanamonia 5 %
V1 x M1= V2 x M2
V1x 25 % = 50ml x 5 %
50 𝑥 5%
V1 =
25%
V1 = 10ml
Jadiuntukmembuatlarutan ammonia 5 %, dibutuhkan 10 ml larutan
ammonia 25 % yang dimasukkankedalamlabuukur 50 ml.
Kemudianditambahkanaquadessampaitandabatas.
5. PerhitunganNormalitasLarutan H2SO4 Pekat.
Normalitas H2SO4pekat
10 𝑥 % 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
N=
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
10 𝑥 98% 𝑥 1,84 𝑥 2
N=
98.08
N = 36 N
Jadinormalitaslarutan H2SO4pekat 98% adalah 36 N.
6. PerhitunganPembuatanLarutan H2SO41N
N1 x V1 = N2 x V2
36 x V1= 1 x 500 ml
1 𝑥500 𝑚𝑙
V1 =
36
V1 = 13,8 ml
Jadiuntukmembuatlarutan H2SO41N dibutuhkan 13,8 ml larutan
H2SO4pekat, kemudianditambahkanaquadessebanyak 486,2 ml pada
labuukur 500 ml.
7. PembuatanLarutan H2SO472%.
% x V1 = % x V2
98% x V1= 72% x 50 ml
72% 𝑥50𝑚𝑙
V1=
98%
V1= 36,7 ml
111
112
Jadiuntukmembuatlarutan H2SO472% dibutuhkan 36,7 ml larutanH2SO4
98% yang dimasukkankedalamlabuukur 50 ml.
Kemudianditambahkanaquadessampaitandabatas.
2. KurvaKalibrasi Cu
0.3500
y = 0.035x + 0.125
R² = 0.989
0.3000
0.2500
0.2000
0.1500
0.1000
0.0500
-
0 1 2 3 4 5 6
Gambar D. 1Kurvakalibrasi Cu
113
114
Lampiran E Data PembacaanAbsorbansiSampel
115
0.171 0.170
0.1717 0.1707 2 3
0.178 0.179
0.1782 0.1785 3 8
0.179 0.178
2 30
0.1794 0.1796 9 3
0.178 0.179
0.1787 0.1788 6 4 0.1790
0.168 0.167
0.1675 0.1678 7 7
Nanas 0.167 0.166
3 2 60
70 Menit 0.1686 0.1668 9 9
0.168 0.167
0.1681 0.1684 3 2 0.1677
0.164
0.1645 0.1639 4 0.164
0.163 0.163
2 90
0.1632 0.1631 5 1
0.164 0.163
0.1638 0.1635 1 7 0.1638
116
Waktu
Konta Absorbansi I Absorbansi II
N Adsorbe BeratAdsorbe
k
o n n (gram)
(menit Rata- Rata
) I II I II Absorbansi
0,168 0,168
0,1682 0,1677 3 2
Nanas 0,167 0,167
3 2 120
70 Menit 0.1681 0,1671 7 5
0,167 0,166
0,1675 0,1688 4 7 0,1676
0.193 0.191
0.1932 0.1916 5 4
0.192 0.192
1 30
0.1929 0.1921 4 7
0.191 0.191
0.1917 0.1928 6 8 0.1922
0.184 0.183
0.1844 0.1834 7 6
0.185 0.184
1 60
0.1852 0.1847 6 2
0.183 0.185
Nanas 0.1839 0.1852 4 5 0.1845
4
90 Menit 0.177 0.176
0.177 0.1778 2 3
1 90 0.176 0.177
0.1762 0.1769 4 7
0.1768 0.1762 0.178 0.177 0.1771
0.191 0.191
0.1902 0.1902 2 8
0.192 0.190
1 120
0.1918 0.1918 3 6
0.191 0.192
0.1911 0.1912 8 7 0.1917
0.191 0.191
0.1911 0.1903 6 2
0.191 0.190
1.5 30
0.1916 0.1913 2 5
0.190 0.191
0.1903 0.1917 5 5 0.1910
0.182 0.181
0.1834 0.1822 5 5
0.181 0.181
1.5 60
Nanas 0.1816 0.1817 6 7
5
90 Menit 0.181 0.183
0.1823 0.1829 3 4 0.1820
0.174 0.174
0.1755 0.1733 6 4
0.174 0.174
1.5 90
0.1747 0.1727 2 8
0.173 0.174
0.1732 0.1744 7 1 0.1743
0.188
1.5 120
0.1888 0.1874 3 0.188 0.1884
117
0.188
0.1879 0.1892 0.189 5
0.187 0.188
0.1884 0.1878 8 9
0.188 0.187
0.1898 0.1894 9 8
0.189 0.188
2 30
0.1879 0.1885 5 4
0.188 0.189
0.1889 0.189 2 7 0.1887
0.179 0.178
0.1792 0.1786 7 4
Nanas 0.179 0.179
6 2 60
90 Menit 0.1804 0.1793 1 9
0.178 0.179
0.1799 0.1797 6 2 0.1791
0.170 0.170
0.1708 0.1712 6 5
0.169 0.169
2 90
0.1698 0.1689 1 9
0.171 0.169
0.1694 0.1693 4 5 0.1701
118
Waktu
Absorbansi I Absorbansi II
Konta
N Adsorbe BeratAdsorbe
k
o n n (Gram)
(menit Rata – Rata
) I II I II Absorbansi
0.185 0.186
0.1862 0.1865 6 7
Nanas 0.186 0.186
6 2 120
90 Menit 0.1852 0.1855 7 3
0.185 0.185
0.1856 0.1852 1 4 0.1859
0.190 0.188
0.1897 0.1871 3 7
0.188 0.190
1 30
0.1895 0.1893 3 3
0.189 0.187
0.1891 0.1885 6 4 0.1891
0.180 0.183
0.1828 0.1818 9 8
0.181 0.181
1 60
0.1803 0.1823 7 4
0.181 0.180
Jerami 0.1824 0.1831 3 2 0.1815
7
70 Menit 0.171 0.171
0.1724 0.1713 3 8
0.171 0.171
1 90
0.1713 0.1728 8 4
0.172 0.172
0.1727 0.1716 5 7 0.1719
0.184 0.187
0.1876 0.1868 6 2
0.184 0.186
1 120
0.1879 0.1854 9 8
0.185 0.185
0.1854 0.1861 7 1 0.1857
0.188 0.189
0.1894 0.1901 3 3
0.189 0.188
1.5 30
0.1897 0.1893 2 1
0.187 0.187
0.1874 0.1895 5 9 0.1883
0.176 0.177
0.1788 0.1781 8 3
Jerami 0.178 0.177
8 1.5 60
70 Menit 0.1781 0.1771 8 6
0.177 0.178
0.1784 0.1783 6 9 0.1778
0.170 0.168
0.1678 0.1698 1 8
0.169 0.169
1.5 90
0.1692 0.1683 3 6
0.168 0.168
0.1683 0.1696 4 5 0.1691
119
0.178 0.178
0.1787 0.1796 1 3
0.179 0.178
1.5 120
0.1793 0.1783 6 3
0.179 0.177
0.1786 0.1788 8 4 0.1785
0.181 0.181
0.1823 0.1825 5 3
0.182 0.181
2 30
0.1814 0.1818 1 9
0.180 0.180
0.1819 0.1829 9 7 0.1814
0.170 0.169
0.1712 0.1694 6 9
Jerami 0.170 0.169
8 2 60
70 Menit 0.1704 0.1702 2 4
0.179 0.171
0.1698 0.1698 2 2 0.1717
0.160 0.159
0.1618 0.1607 2 7
0.160 0.159
2 90
0.1606 0.1599 4 9
0.159 0.159
0.1593 0.1612 7 7 0.1599
120
Waktu
Konta Absorbansi I Absorbansi II
N Adsorbe BeratAdsorbe
k
o n n (gram)
(menit Rata-Rata
) I II I II Absorbansi
0.170 0.169
0.1714 0.1702 8 5
Jerami 0.169 0.169
9 2 120
70 Menit 0.1698 0.1693 7 3
0.171 0.170
0.171 0.1698 1 4 0.1701
0.193 0.194
0.1936 0.1937 8 1
0.193
1 30
0.1926 0.194 0.193 7
0.192 0.193
0.1931 0.1929 8 2 0.1934
0.185
0.1865 0.1846 4 0.186
0.184 0.185
1 60
0.1845 0.1866 9 3
0.185 0.185
Jerami 0.1853 0.1858 9 1 0.1854
10
90 Menit 0.180 0.181
0.182 0.1822 5 3
0.181 0.180
1 90
0.1813 0.1819 2 1
0.181 0.182
0.1805 0.181 6 2 0.1811
0.192 0.191
0.1943 0.1941 7 7
0.193 0.192
1 120
0.1924 0.1937 6 5
0.194 0.193
0.1937 0.1932 1 4 0.1930
0.192 0.192
0.1941 0.1933 2 6
0.193 0.193
1.5 30
0.1927 0.1924 7 9
0.193 0.192
0.1934 0.1928 1 8 0.1930
0.186 0.185
0.1864 0.1847 3 5
Jerami 0.185 0.184
11 1.5 60
90 Menit 0.1849 0.1852 1 3
0.184 0.183
0.1852 0.1849 7 5 0.1849
0.176 0.177
0.1775 0.1784 9 7
0.176 0.177
1.5 90
0.1767 0.1754 1 2
0.175 0.176
0.1763 0.1767 8 9 0.1767
121
0.193 0.192
0.1919 0.1918 2 2
0.192
1.5 120
0.1923 0.1932 0.193 7
0.192 0.191
0.1916 0.1926 6 3 0.1925
0.192 0.191
0.1903 0.1911 4 5
0.190
2 30
0.1906 0.1904 0.191 7
0.190 0.192
0.1913 0.1926 7 2 0.1914
0.184 0.182
0.184 0.1852 4 7
Jerami 0.183 0.183
12 2 60
90 Menit 0.1848 0.1825 6 1
0.182 0.183
0.1837 0.1831 9 6 0.1833
0.176 0.174
0.1763 0.1753 2 2
0.175 0.176
2 90
0.1756 0.176 1 2
0.174 0.175
0.1752 0.1755 9 1 0.1752
122
Waktu
N Adsorbe BeratAdsorbe Kontak Absorbansi I Absorbansi II
o n n (Gram) (Menit Rata –Rata
) I II I II Absorbansi
0.191 0.189
0.1906 0.1917 1 7
Jerami 0.190 0.191
12 2 120
90 Menit 0.1915 0.1905 8 1
0.190 0.191
0.1908 0.1918 4 2 0.1907
123
124
Lampiran FPerhitunganKonsentrasiAkhirLogam Cu.
1. y = 0, 035x + 0, 125
y = 0,035x + 0, 125
(𝑦−0,125)
x =
0,035
x = zx 8 (pengenceran 8 kali)
x = zmg/L
Keterangan
y = Absorbansi pada SpektrofotometriUv-Vis
x = Konsentrasiakhirlogam Cu
Tabel F.1PerhitunganKonsentrasiAkhirLogam Cu
Waktu
No Bahan Berat Kontak Adsorbansi(Y) X
30 Menit 0.1886 14.5542
60 Menit 0.1758 11.6228
1 gram
90 Menit 0.1689 10.0419
120 Menit 0.1827 13.1885
30 Menit 0.1837 13.4304
Nanas
60 Menit 0.1707 10.4609
1 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1663 9.4552
120 Menit 0.1711 10.5409
30 Menit 0.1788 12.3009
60 Menit 0.1676 9.7561
2 gram
90 Menit 0.1639 8.8914
120 Menit 0.1678 9.7904
30 Menit 0.1923 15.3847
60 Menit 0.1844 13.5961
1 gram
90 Menit 0.1769 11.8761
120 Menit 0.1913 15.1752
30 Menit 0.1910 15.1009
Nanas
60 Menit 0.1821 13.0685
2 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1741 11.2304
120 Menit 0.1883 14.4761
30 Menit 0.1888 14.5904
60 Menit 0.1793 12.4190
2 gram
90 Menit 0.1700 10.2933
120 Menit 0.1858 13.9047
125
126
Waktu
No Bahan Berat Kontak Adsorbansi(Y) X
30 Menit 0.1889 14.6247
60 Menit 0.1818 12.9904
1 gram
90 Menit 0.1719 10.7352
120 Menit 0.1861 13.9714
30 Menit 0.1888 14.5847
Jerami
60 Menit 0.1779 12.1104
3 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1689 10.0514
120 Menit 0.1787 12.2819
30 Menit 0.1817 12.9752
60 Menit 0.1709 10.5009
2 gram
90 Menit 0.1664 9.4628
120 Menit 0.1701 10.3295
30 Menit 0.1933 15.6285
60 Menit 0.1854 13.8266
1 gram
90 Menit 0.1813 12.8723
120 Menit 0.1932 15.6076
30 Menit 0.1930 15.5619
Jerami
60 Menit 0.1850 13.7276
4 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1768 11.8400
120 Menit 0.1923 15.3980
30 Menit 0.1912 15.1390
60 Menit 0.1836 13.4019
2 gram
90 Menit 0.1754 11.5352
120 Menit 0.1909 15.0704
127
128
Lampiran GPerhitunganPersen Removal Logam Cu
Waktu
No Bahan Berat Kontak Removal %
30 Menit 41.50
60 Menit 48.03
1 gram
90 Menit 57.05
120 Menit 44.11
30 Menit 41.66
Jerami
60 Menit 51.55
1 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 59.79
120 Menit 50.87
30 Menit 48.09
60 Menit 57.99
2 gram
90 Menit 62.14
120 Menit 58.68
30 Menit 37.48
60 Menit 44.69
1 gram
90 Menit 48.51
120 Menit 37.56
30 Menit 37.75
Jerami
60 Menit 45.08
2 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 52.64
120 Menit 38.40
30 Menit 39.44
60 Menit 46.39
2 gram
90 Menit 53.85
120 Menit 39.71
129
130
Waktu
No Bahan Berat Kontak Removal %
30 Menit 41.78
60 Menit 53.50
1 gram
90 Menit 59.83
120 Menit 47.24
30 Menit 46.27
Nanas
60 Menit 58.15
3 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 62.17
120 Menit 57.83
30 Menit 50.79
60 Menit 60.97
2 gram
90 Menit 64.43
120 Menit 60.83
30 Menit 38.46
60 Menit 45.61
1 gram
90 Menit 52.49
120 Menit 39.29
30 Menit 39.59
Nanas
60 Menit 47.72
4 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 55.07
120 Menit 42.09
30 Menit 41.63
60 Menit 50.32
2 gram
90 Menit 58.82
120 Menit 44.38
131