Anda di halaman 1dari 155

TUGAS AKHIR (613423A)

DELIGNIFIKASI SELULOSA DAUN NANAS (Ananas comosus)


DAN JERAMI (Oryza Sativa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM
BERAT Cu

EGATA DWI VEPTIYAN


NRP. 1015040014

DOSEN PEMBIMBING:
Dr.MIRNA APRIANI,S.T.,M.T
NOVI EKA MAYANGSARI, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019

i
ii
TUGAS AKHIR (613423A)

DELIGNIFIKASI SELULOSA DAUN NANAS (Ananascosmosus)


DAN JERAMI (Oriza sativa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM
BERAT Cu

EGATA DWI VEPTIYAN


NRP.1015040014

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. MIRNA APRIANI, S.T., M.T.
NOVI EKA MAYANGSARI, S.T., M.T.

PROGAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019

iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

DELIGNIFIKASI SELULOSA DAUN NANAS (Ananascosmosus) DAN


JERAMI (Oryza sativa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT CU

Disusun Oleh:
EgataDwiVeptiyan
1015040014

DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu SyaratKelulusan


Program Studi D4. Teknik PengolahanLimbah
Jurusan Teknik PermesinanKapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Disetujui oleh Tim pengujiTugasAkhirTanggalUjian : 03 Juli 2019


PeriodeWisuda : September 2019

Menyetujui,

DosenPenguji NIDN TandaTangan


1. Ahmad ErlanAfiuddin, S.T., M.T (0028048901) (…………………………...)
2. Denny Dermawan, S.T., M.T (0008047607) (…………………………...)

3. Dr. Mirna Apriani, S.T., M.T (0014047807) (…………………………...)

4. Novi EkaMayangsari, S. T., M. T (0017119001) (…………………………...)

DosenPembimbing NIDN TandaTangan


1. Dr. Mirna Apriani, S.T., M.T (0014047807) (…………………………...)

2. Novi EkaMayangsari, S. T., M. T (0017119001) (…………………………...)

Menyetujui Mengetahui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng Denny Dermawan, S.T., M.T


NIP. 197605172009121003 NIP. 197604082009121001
v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

No. : F.WDI. 021


Date : 3
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Nopember 2015
Rev. : 01
Page : 1 dari1

Yang bertandatangandibawahini :

Nama : EgataDwiVeptiyan

NRP. : 1015040014

Jurusan/Prodi : Teknik PermesinanKapal/Teknik PengolahanLimbah

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :

Delignifikasi Selulosa Daun Nanas (Ananas cosmosus) Dan Jerami (Oryza sativa) Sebagai
Adsorben Logam Berat Cu

Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya,20 Februari 2019

Yang membuat pernyataan

(Egata Dwi Veptiyan)


NRP.1015040014

vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kelimpahan rahmat, hidayah, serta kenikmatan yang tidak terhingga
nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul
“Delignifikasi Selulosa Daun Nanas (Ananas cosmosus) dan Jerami (Oriza sativa)
Sebagai Adsorben Logam Berat Cu”. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat kelulusan pada ProgamStudi Diploma IV Teknik di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengarahan
dan motivasi sehingga telah memberikan semangat dalam proses penyusunan
laporan ini. Oleh Karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta (Mulyanto dan Pujiati) yang selalu memberikan
rasa sayang, nasihat, dukungan, motivasi, serta do’a yang tiada hentinya
beliau panjatkan untuk segala kemudahan selama menjalani proses dari
awal hingga akhir.
2. Bapak Ir. EkoJulianto, M.Sc. FRINA selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak George Endri Kusuma, S.T.,M.Sc.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
PermesinanKapal.
4. Bapak Denny Dermawan, S.T.,M.T selakuKoordinatorProgamStudi
Teknik PengolahanLimbah PPNS.
5. IbuDr.MirnaApriani, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan sabar membantu dan mengarahkan penulis selama mengerjakan
tugas akhir ini, serta meluangkan waktu selama proses bimbingan tugas
akhir.
6. Ibu Novi Eka Mayangsari, S.T.,M.T selaku dosen pembimbing II yang
dengan sangat sabar membantu dan mengarahkan penulis selama
mengerjakan tugas akhirini, serta meluangkan waktus elama proses
bimbingan tugas akhir.

ix
7. Ibu Tanti Utami Dewi, S.Si.,M,Sc selaku Koordinator Tugas Akhir
Progam Studi Teknik Pengolahan Limbah sekaligus Dosen Wali yang
seringkali bersedia mendengar keluh kesah kami dalam proses pengerjaan
tugas akhir.
8. Bapak Ibu Dosen Teknik Pengolahan Limbah yang telah mendoakan kami
serta memberikan ilmu yang bermanfaat.
9. Rizal, Moga, Randi, Bagas, Adit, Kurniawan yang telah membantu
memberikan inspirasi dan semangat kepada penulis dalam penentuan topik
tugas akhir serta teman berbagi cerita penuli selama proses pengerjaan
tugas akhir.
10. Kakak saya Rahmat Prastiyan, S.Pd yang senantiasa memberikan bantuan
dan motivasi kepada penulis dalam proses pengerjaan tugas akhir
11. Mia, Arlieza, Nedya yang saling memberikan dukungan dan menemani
dalam proses menuju pengerjaan menuju tugas akhir.
12. Istina, Citra, Jihan, Nayu, Dian, Risya yang turut menemani penulis
sekaligus meramaikan Lab Limbah ketika penuli melakukan proses
analisa.
13. Teman-teman seperjuangan PL2015 yang saling mendoakan dan
memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir
ini. Oleh Karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik dari berbagai
pihak dalam penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan dalam perkuliahan dan dunia industri bagi penulis
khususnya serta pembaca pada umumnya.
Surabaya, 27 Juni 2019

Penulis

x
DELIGNIFIKASI SELULOSA DAUN NANAS (Ananascosmosus)
DAN JERAMI (Oryza sativa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM
BERAT CU
EgataDwiVeptiyan

ABSTRAK

Limbah daun nanas (Ananascosmosus) dan jerami(Oriza sativa)


mengandung komponen penyusun berupa selulosa dan
lignin.Selulosa,hemiselulosa dan lignin saling berikatan membentuk
lignoselulosa. Kandungan selulosa yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan sebagai
adsorben melalui proses delignifikasi atau penghilangan lignin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kemampuan selulosa daun nanas
dan jerami untuk meremoval logam berat Cu. Daun nanas dan jerami yang akan
digunakan disamakan ukurannya menjadi 60 mesh kemudian didelignifikasi
selama 70 dan 90 menit dengan mencampur serbuk nanas dan jerami
menggunakan NaOH 9% dengan rasio 1:30 (w/v).Daun nanas dan jerami
dikarakterisasi dengan analisa chesson, SEM, dan XRD. Hasil analisa chesson
menunjukkan selulosa daun nanas lebih tinggi dari jerami yaitu 25,33% dan waktu
delignifikasi 70 menit menghasilkan kadar selulosa tertinggi yaitu sebesar
59,12%.Hasil SEM menunjukkan permukaan selulosa 90 menit lebih halus
daripada selulosa 70 menit. Hasil difraktogram XRD menunjukkan selulosa daun
nanas dan jerami termasuk jenis selulosa tipe I. Derajat kristalinitas tertinggi
diperoleh oleh jerami dengan waktu delignifikasi 90 menit yaitu sebesar
74,11%.Proses adsorpsi diamati dengan variasi massa1;1,5;2 gram dan waktu
kontak 30;60;90;120 menit.Adsorpsi logam Cu tertinggi yaitu daun nanas 70
menit dan berat 2 gram dengan waktu kontak selama 2 jam yaitu sebesar 64,43%.

Kata Kunci :Daun nanas, jerami, selulosa, adsorpsi, logam Cu.

xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xii
DELIGNIFICATION OF CELLULOSE FROM PINEAPPLE
LEAF (Ananascosmosus) AND RICE STRAW (Oryza sativa) AS
ADSORBEN OF HEAVY METAL COPPER
EgataDwiVeptiyan

ABSTRACT

Pineapple leaf(Ananascosmosus) and rice straw(Oriza sativa )waste are


containing constituent component there are cellulose and lignin with quite high
level that can be use as an adsorben by delignification process or degradation
lignin.The purpose of this research are to analyze the ability of cellulose from
pineapple leaf and rice straw to adsorb heavy metal Copper. Pineapple leaf and
rice straw are milled and sifted by 60 mesh sieve,the delignification process by
mixing the adsorben with NaOH 9% for 70 and 90 minutes with ratio
1:30(w/v).The Characterization of pineapple leaf and rice strawisanalyse by
chessonmethod,SEM and XRD. The result of the chesson method is showed that
cellulose from pineapple leaf is higher than rice straw was 25,53% and
delignification time for the highest result was 70 minutes, that is 59,12%.The
result of XRD analyzed showed that cellulose from pineapple leaf dan rice straw
are categorized in cellulose type I. The highest crystallinity is rice straw by 70
minutes delignifaction time with the result is 74,11%.Adsorption process is doing
by mass variable of adsorben (1;1,5;2gr) and contact time
(30;60.90;120minutes).The highest condition to remove Copper is pineapple leaf
with 70 minutes and 2 gram of weight with 120 minutes of contact time,that is
64,43%.

Keyword : Pineapple leaf, rice straw, cellulose, adsorbtion, heavy metal copper.

xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)

xiv
DAFTAR ISI
JUDUL SAMPUL .................................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

ABSTRAK ............................................................................................................. xi

ABSTRACT ........................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xxi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3

1.3 Tujuan .............................................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

1.5 Batasan Masalah ............................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5

2.1 Pengertian Limbah ......................................................................................... 5

2.1.1 Limbah Cair ....................................................................................... 5

2.1.2 Karakteristik Limbah Cair ................................................................. 6

2.2 Logam Berat Pada Perairan........................................................................... 7

2.2.1 Logam Berat Tembaga (Cu) .............................................................. 7

2.2.2 Pengaruh Logam Berat Cu Terhadap Lingkungan ............................ 9

2.3 Selulosa ............................................................................................................ 9

2.3.1 Sumber Selulosa .............................................................................. 11

xv
2.3.2 Kandungan Selulosa Daun Nanas .................................................... 11

2.3.3 Kandungan Selulosa Jerami ............................................................. 12

2.4 Delignifikasi .................................................................................................. 13

2.4.1 Alkali Sebagai Delignifikator........................................................... 13

2.5 Adsorpsi ......................................................................................................... 14

2.5.1 Jenis Adsorpsi .................................................................................. 15

2.5.1.1 Adsorpsi Fisika ................................................................................. 15

2.5.1.2 Adsorpsi Kimia ................................................................................ 16

2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adsorpsi ................................. 16

2.5.3 Jumlah Ion Logam yang Terserap .................................................... 17

2.6 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 18

2.6.1 Penelitian oleh Wiwit Handayani (2010) ....................................... 18

2.6.2 Penelitian oleh Mudasir Ahmad, Shakeel Ahmed, Babu Lal Swami
dan Saiqa Ikram(2015) . ................................................................... 19

2.6.3 Penelitian oleh Prida Novarita Trisanti, Sena Setiawan H.P, Elysa
Nura’ini dan Sumarno (2015) . ....................................................... 19

2.7 Spektrofotometri UV-Vis ............................................................................ 19

2.7.1 Instrument Spektrofotometri UV-Vis............................................... 20

2.7.2 Hukum Lambert Beer ....................................................................... 21

2.7.3 Prinsip Kerja Spektrofotometri ........................................................ 22

2.8 Analisa SEM (Scanning Electron Microscope) ........................................ 23

2.8.1 Interaksi Bahan Dengan Elektron. ................................................... 25

2.9 Analisa XRD (X-Ray Difraction) ............................................................... 26

2.9.1 Prinsip Kerja XRD. ........................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 29

3.1 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 29

xvi
3.2 Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan.............................................. 29

3.3 Studi Literatur ............................................................................................... 29

3.4 Pengumpulan Data ....................................................................................... 30

3.5 Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 30

3.5.1 Penentuan Tempat............................................................................ 30

3.5.2 Penentuan Waktu ............................................................................. 30

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 30

3.6.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 30

3.6.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 30

3.7 Variabel Penelitian ....................................................................................... 30

3.7.1 Variabel Bebas ................................................................................. 31

3.7.2 Variabel Terikat ............................................................................... 32

3.7.3 Variabel Kontrol .............................................................................. 32

3.8 Definisi Operasional .................................................................................... 32

3.9 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 33

3.9.1 Pengambilan Bahan ......................................................................... 33

3.9.2 Persiapan Alat dan Bahan ................................................................ 33

3.9.3 Pembuatan Limbah Artifisial Cu ..................................................... 34

3.9.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Cu ....................................................... 35

3.9.5 Delignikasi Daun Nanas dan Jerami ................................................ 35

3.9.6 Penentuan Berat Adsorben............................................................... 36

3.9.7 Pengujian Penyerapan Logam Cu yang Dipengaruhi oleh Jenis


Adsorben, Berat Adsorben dan Waktu Kontak ............................... 36

3.10 Analisa Data .................................................................................................. 36

3.10.1 Analisa Chesson (Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, Lignin) ............ 36

3.10.2 Analisa Spektrofotometri ............................................................................ 37


xvii
3.10.3 Analisa Efisiensi Penurunan Cu Oleh Adsorben yang Dipengaruhi
Waktu Kontak dan Berat Adsorben. .......................................................... 38

3.11 Kesimpulan dan Saran ................................................................................. 38

3.12 Diagram Alir Kegiatan ................................................................................. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 41

4.1 Karakterisasi Daun Nanas dan Jerami ....................................................... 41

4.1.1 Proses Delignifikasi.......................................................................... 41

4.1.2 Uji Karakteristik Dengan Menggunakan Scanning Electron


Microscope(SEM)............................................................................. 44

4.1.3 Uji Karakteristik Menggunakan X-Ray Difraction (XRD) ............... 48

4.2 Proses Adsorbsi Logam Cu ......................................................................... 50

4.2.1 Analisa Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kemampuan Adsorpsi


Logam Cu ......................................................................................... 50

4.2.2 Analisa Pengaruh Jenis Adsorben dan Waktu Delignifikasi


Terhadap Kemampuan Adsorpsi Logam Cu .................................... 53

4.2.3 Analisa Pengaruh Berat Terhadap Kemampuan Adsorpsi Logam Cu


55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 61

LAMPIRAN ......................................................................................................... 69

Lampiran APerhitungan Analisa Metode Chesson. ......................................... 69

Lampiran B Hasil Pengujian Dengan Menggunakan Scanning Electron


Microscope (SEM) ............................................................................... 79

Lampiran C Hasil Pengujian Dengan Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)


............................................................................................................. 103

Lampiran D Perhitungan Pembuatan Larutan. ............................................. 109

Lampiran E Data Pembacaan Absorbansi Sampel ........................................ 115

Lampiran F Perhitungan Konsentrasi Akhir Logam Cu. ............................. 125

xviii
Lampiran G Perhitungan Persen Removal Logam Cu ................................. 129

xix
(Halaman sengaja dikosongkan)

xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Air Limbah .......................................................................................... 6
Gambar 2.2 Tembaga Dalam Bentuk Solid ............................................................ 8
Gambar 2.3 Struktur Kimia Selulosa .................................................................... 10
Gambar 2.4 Penampang membujur (kiri) dan melintang (kanan) permukaan
selulosa daun nanas .......................................................................... 12
Gambar 2.5 Konsep proses ikatan antara adsorben dengan adsorbat ................... 15
Gambar 2.6 Hasil mikroskop cahaya dan elektron ............................................... 24
Gambar 2.7 Deteksi sinyal yang dihasilkan SEM akibat pemantulan elektron…..26
Gambar4.1 Mekanisme pemutusan antara ikatan lignin dengan selulosa
menggunakan NaOH........................................................................ 42
Gambar4.2 Hasil analisa SEM jerami dengan perbesaran 2500 x ....................... 45
Gambar4.3 Hasil analisa SEM nanas dengan perbesaran 2500 x ......................... 47
Gambar4.4 Difraktogram XRD untuk selulosa murni, jerami, nanas dan hasil
delignifikasi 70 dan 90 menit........................................................... 49
Gambar4.5 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap % removal logam Cu dengan..... 50
Gambar4.6 Pengaruh waktu kontak terhadap % removal logam Cu dengan ........ 51
Gambar4.7 Pengaruh waktu kontak terhadap % removal logam Cu dengan ........ 51
Gambar4.8 Mekanisme reaksi adsorpsi Cu……………………………..……….57
Gambar B.1 Nanas sebelum delignifikasi dengan perbesaran 500 x .................... 79
Gambar B.2 Nanas sebelum delignifikasi dengan 1000 x .................................... 79
Gambar B.3 Nanas sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2000 x .................. 81
Gambar B.4 Nanas sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2500 x .................. 81
Gambar B.5 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 500x ........ 83
Gambar B.6 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 1000 x ..... 83
Gambar B.7 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2000 x ..... 85
Gambar B.8 Nanas setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2500 x ..... 85
Gambar B.9 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 500 x ....... 87
Gambar B.10 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 1000 x ... 87
Gambar B.11 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2000 x ... 89
Gambar B.12 Nanas setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2500 x ... 89
Gambar B.13 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 500 x…………...91
Gambar B.14 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 1000 x ............... 91
Gambar B.15 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2000 x ............... 93
Gambar B.16 Jerami sebelum delignifikasi dengan perbesaran 2500 x ............... 93
Gambar B.17 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 500 x .... 95
Gambar B.18 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 1000 x .. 95
Gambar B.19 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2000 x .. 97
Gambar B.20 Jerami setelah delignifikasi 70 menit dengan perbesaran 2500 x .. 97
Gambar B.21 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 500 x .... 99

xxi
Gambar B.22 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 1000 x ... 99
Gambar B.23 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2000 x . 101
Gambar B.24 Jerami setelah delignifikasi 90 menit dengan perbesaran 2500 x . 101
Gambar C.1 Difraktogram nanas sebelum proses delignifikasi……….………..103
Gambar C.2 Difraktogram nanas dengan proses delignifikasi 70 menit. ............ 103
Gambar C.3 Difraktogram nanas dengan proses delignifikasi 90 menit ............. 105
Gambar C.4 Difraktogram jerami sebelum proses delignifikasi ......................... 105
Gambar C.5 Difraktogram jerami dengan proses delignifikasi 70 menit ............ 107
Gambar C.6 Difraktogram jerami dengan proses delignifikasi 90 menit ............ 107
Gambar D.1 Kurva kalibrasi Cu………………………………………………...113
.

xxii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Serat Nanas .............................................................. 11


Tabel 2.2 Komposisi Kimia Jerami ....................................................................... 13
Tabel 3.1 Sampel Penelitian Daun Nanas dan Jerami........................................... 31
Tabel 3.2 Sampel Penelitian Daun Nanas dan Jerami........................................... 31
Tabel 3.3 Definisi Operasional ............................................................................. 32
Tabel 4.1 Hasil Analisa Metode Chesson ............................................................. 43
Tabel 4.2 Hasil perhitungan derajat kristalinitas pada daun nanas dan jerami
dengan variasi waktu delignifikasi……………………………………49
Tabel E.1 Data pembacaan Absorpsi…………………………………………...115
Tabel F.1 Perhitungan Konsentrasi Akhir Logam Cu .................................... ….125
Tabel G.1 Perhitungan Persen Removal Logam Cu. ......................................... .129

xxiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Perkembangan dalam bidang industri Indonesia pada saat ini cukup pesat.
Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi
berbagai jenis kebutuhan manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamak
kulit, dan sebagainya. Seiring dengan pertambahan industri tersebut, maka
semakin banyak pula hasil sampingan yang diproduksi sebagai limbah. Salah
satu limbah tersebut adalah limbah logam berat(Paduraru, 2008).Limbah yang
mengandung logam berat dihasilkan oleh industri yang yang berhubungan
denganpekerjaanpermesinan, metalurgi, pelapisan logam, cat, kulit, serta
industri pertambangan (Nusa Idaman, 2010).
Logam berat merupakan unsur-unsur kimia dengan berat jenis lebih besar
dari 5 mg/cm³. Logam berat yang berbahaya di perairan diantaranya adalah
antimony (Sb), arsenic (Ar), berilium (Be), Kadmium (Cd), tembaga (Pb),
timbale (Pb), merkuri ( Hg), nikel (Ni), selenium (Se), Cu(Tembaga), kobalt
(Co), dan seng (Zn) (Paduraru,2008). Salah satu jenis logam yang berbahaya di
perairan adalah Cu (Tembaga).Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis
logam berat essensial yang dalam jumlah kecil keberadaannya dibutuhkan oleh
organism untuk memacu enzim selama proses metabolism tubuh. Logam Cu
memiliki kecenderungan menjadi senyawa beracun bagi tubuh jika
keberadaannya melampaui ambang batas toleransi yang diperlukan oleh tubuh
(Yulianto, 2006). Apabila logam tembaga terakumulasi dalam jumlah yang
melebihi ambang batas di dalam tubuh, maka akan mengakibatkan iritasi
lambung, kerusakan pembuluh darah kapiler, kerusakan jaringan hati, ginjal
dan jaringan syaraf yang mengakibatkan terjadi depressi serta kerusakan pada
lambung. Keracunan tembaga jarang dijumpai karena sifat emetik Cu sangat
tinggi sehingga terjadi muntah untuk mengeluarkan Cu yang berlebihan..
Tembaga yang mengenai kulit atau mata akan menyebabkan reaksi peradangan
serta dapat menyebabkan terjadinya korosi pada alat-alat dapur (Windri, 2011).

1
Dewasa ini telah dilakukan penelitian mengenai metode untuk menurunkan
kadar logam berat di lingkungan, metode yang digunakan dalam menurunkan
kadar logamberatantara laindenganadalah reverse osmosis, elektrodialisis,
ultrafiltrasi dan resin penukar ion. Reverse osmosis (RO) merupakan sebuah
metode filtrasi yang mampu menyisihkan banyak jenis molekul dan ion besar
dari larutan dengan memberikan tekanan pada larutan yang berada pada salah
satu sisi membrane selektif. Elektrodialisis merupakan sebuah proses dimana
ion dipindahkan melalui membrane karena perbedaan potensi elektrik yang
diberikan dan sebagai konsekuensi dari arus listrik. Ultrafiltrasi merupakan
varian dari filtrasi membrane dimana tekanan hidrostastik memaksa cairan
menembus membrane semipermeabel. Padatan tersuspensi dan pelarut dengan
berat molekul tinggi tertahan, sedangkan air dan pelarut dengan berat molekul
rendah akan melewati membrane (Wenten, dkk, 2014). Metode selanjutnya
adalah metode resin penukar ion, penghilangan logam dapat dilakukan dengan
metode resin penukar ion dengan jenis tertentu sesuai target yang diinginkan.
Logam berat akan terserap oleh resin seusai dengan tingkat selektifitasnya
(Nusa Idaman, 2010).
Dewasa ini dikembangkan metode lain yang dinilai lebih efektif, preparasi
yang mudah dan pembiayaan yang relatif murah disbanding metode yang
sebelumnya yaitu metode adsorbsi. Adsorbsi yang dilakukan terhadap logam
berat dengan menggunakan berbagai macam adsorben diantaranya zeolit,
alofan, kitin-khitosan, biosorben dari berbagai spesies alga, fly ash, karbon
aktif, dan selulosa (Handayani, 2010).
Selulosa merupakan senyawa yang memiliki karakter hidrofilik karena
adanya gugus hidroksil pada setiap polimernya. Permukaan gugus fungsi
selulosa alam ataupun turunannya dapat berinteraksi secara fisik atau kimia.
Selulosa memiliki gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion
logam. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil dan gugus hidroksil.
Selulosa banyak ditemukan dari hasil limbah pertanian atau perkebunan seperti
pada jerami dan daun nanas. Jerami dan daun nanas biasanya hanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sisanya dibiarkan membusuk atau di
bakar. Daun nanas mempunyai kandungan selulosa sebesar 69,5-71,5%,
2
sedangkan kandungan selulosa jerami sebesar 72-92% (Hidayat, 2008).
Selulosa yang terkandung di dalam daun nanas dan jerami terikat oleh
senyawa lignin. Proses untuk mendapatkan selulosa dilakukan dengan cara
delignifikasi. Proses delignifikasi akan memutus ikatan antara selulosa dan
lignin, sehingga selulosa menjadi lebih mudah didapatkan. Proses delignifikasi
selulosa dapat dilakukan dengan penambahan alkali seperti NaOH, KOH atau
LiOH. Menurut Handayani (2010) NaOH merupakan aktivator yang paling
baik dibanding KOH dan LiOH, karena NaOH efektif menghilangkan lignin
dan meningkatkan kandungan selulosa. Tujuan dalam penelitian ini untuk
mengetahui waktu delignifikasi tertinggi untuk menghasilkan kadar selulosa
tertinggi dalam proses pre treatment daun nanas dan jerami dan juga
kemampuan mengadosorpsi logamberat Cu.

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:

1. Berapa waktu delignifikasi untuk mendapatkan karakteristik selulosa dari


daun nanas dan jerami yang optimum?

2. Bagaimana pengaruh berat adsorben, dan waktu kontak terhadap adsorpsi


logam berat Cu menggunakan selulosa daun nanas dan jerami?

1.3 Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Menganalisis waktu delignifikasi untuk mendapatkan karakteristik selulosa
dari daun nanas dan jerami yang optimum.

2. Menganalisis pengaruh berat adsorben, dan waktu kontak terhadap


kemampuan selulosa dalam proses adsorpsi logam berat Cu.

1.4 ManfaatPenelitian
Dengan adanya penelitian ini, terdapat beberapa manfaat yaitu sebagai
berikut:
3
a. Bagi Mahasiswa
1. Memberikan informasi tentang daya adsorpsi logam berat Cu oleh
selulosa dari daun nanas dan jerami.
2. Memberikan inovasi baru adsorben selulosa daun nanas dan jerami
untuk adsorpsi logam berat Cu.
3. Memberikan kontribusi dalam bidang lingkungan khususnya
penanganan logam berat.
b. Bagi Institusi
1. Sebagai bahan literatur atau referensi bagi mahasiswa yang sedang
melakukan penelitian.

1.5 Batasan Masalah


Pada penelitian ini memiliki ruang lingkup dan batasan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Daun nanas yang digunakan berasal dari Dusun Sesek, Desa Candirejo
Kecamatan Ponggok, KabupatenBlitar.
2. Jerami berasal dari Desa Gembongan, Kecamatan Ponggok, Kabupaten
Blitar.
3. Delignifikasi selulosa adsorben menggunakan larutan NaOH.
4. Logam berat yang diujikan adalah logam Cu.
5. Konsentrasi limbah artificial Cu yang digunakan sebesar 25 ppm.
6. Faktor faktor yang mempengaruhi pada proses penelitian adalah waktu
delignifikasi, berat adsorben, waktu kontak.
7. Waktu delignifikasi jerami dan daun nanas adalah 70 menit dan 90
menit.
8. Berat adsorben jerami dan daun nanas adalah 1 gram, 1, 5 gram dan 2
gram.
9. Variasi Waktu kontak adsorben dengan logam berat Cu adalah 30
menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianLimbah
Limbah merupakan sampah cair dari lingkungan masyarakat dan terutama
terdiri dari air yang telah digunakan dengan hampir 0, 1% berupa benda-benda
padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Berdasarkan Peraturan
Gubernur Jawa Timur no 61 tahun 2010 Tentang Penetapan kelas air pada
sungai, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi empat kelas, yaitu :
1. Kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas II, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas III, yaitu air yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mepersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
4. Kelas IV, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.1.1 LimbahCair
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air
limbah adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal,
bisnis, dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau
tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang kedalam lingkungan. Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di
lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat
bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari lingkungan.
(Vindiarti, 2015).
5
Gambar 2.1 Air Limbah

Sumber :Vindiarti (2015)

2.1.2 KarakteristikLimbahCair
Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai
beberapa karakteristik sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik
limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, biologi,
(Syafitri, 2017) yang diuraikan sebagai berikut :
1. KarakteristikFisik
Karakteristik fisika air limbah yang perlu diketahui adalah total solid,
bau, temperatur, densitas, warna, konduktivitas, dan turbidity.
2. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perludi identifikasi
yaitu bahan organik, bahanan organik, dan gas.
3. KarakteristikBiologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol
timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme pathogen.
Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme
lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilitas senyawa
organik.

6
2.2 LogamBerat Pada Perairan
Logam berat adalah unsure logam yang mempunyai densitas <5g/cm3 dalam
air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam
kondisi alam ini, logam berat dibutuhkan oleh organism untuk pertumbuhan
dan perkembangan hidupnya (Effendi, 2000).
Logam berat dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk
hidup. Hal ini terjadi karena sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-
logam tertentu sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi
dalam ingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh
makhluk hidup. Di samping hal tersebut, beberapa logam sangat diperlukan
untuk proses kehidupan makhluk hidup. Dalam hal ini logam dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu logam essensial dan nonessensial. Logam essensial
adalahlogam yang sangat membantu di dalam proses fisiologi makhluk hidup
dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk
yang bersangkutan. Sedangkan logam nonessensial adalah logam yang
peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam
jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan merusak
organ tubuh makhluk yang bersangkutan (Vogel, 1985).
Toksisitas logam berat bisa dikelompokkan menjadi 3, yaitu bersifat toksik
tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn, bersifat toksik
sedang yang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co, dan bersifa ttoksik rendah
yang terdiri dari unsur Mn dan Fe (Handayani, 2010).

2.2.1 Logam Berat Tembaga (Cu)


Menurut Asriani (2017) tembaga (Cu) adalah logam merah muda, yang
lunak dapat ditempa, dan liat. Tembaga dalam tabel periodic memiliki
lambang Cu dengan nomor atom 29 dan memiliki massa atom standar
63,546 g/mol. Logam Cu melebur pada 1038 dan memiliki titik didih 2562
. Karena potensial elektroda standarnya posotif (+ 0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu2+), Cu tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen Cu bisa larut sedikit. Asam nitrat yang
sedang tingkat pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga

7
3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu2+(aq) + 6NO-3(aq) + 2NO(g) +
4H2O(aq)………………………(1)
Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :
Cu(s) + 2H2SO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42-(aq) + SO2(g) +
2H2O(aq)……………………....(2)
Tembaga mudah pula larut dalam air raja :
3Cu(s) + 6HCl(aq) + 2HNO3(aq) → 3Cu2+(aq) + 6Cl-(aq) + 2NO(g) +
4H2O(aq)……………………….(3)

Gambar 2. 2Tembaga Dalam Bentuk Solid

Sumber :Asriani (2017)


Menurut Esmilaningsih (2012) tembaga tidak larut dalam air atau uap air
dan asam-asam encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer, tetapi asam klorida
pekat dan mendidih melarutkan logam tembaga dan membebaskan gas
hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2¯(aq)
yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser kearah produk.
2Cu (s) + 2H+(aq) → 2Cu+(aq) + H2(g)…….….(1)
2Cu+(aq) + 4Cl-(aq) → 2CuCL2-(aq)……….…(2)
Sumber :Esmilaningsih, 2012
8
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I)
diturunkan dari senyawa tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah, dan
mengandung ion tembaga(I)Cu+ . Senyawa-senyawa ini tak berwarna,
kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku
senyawa perak(I). Senyawa tembaga(I) mudah dioksidasikan menjadi senyawa
tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam.
Garam-garam tembaga(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat,
padat, maupun dalam larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion
tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+saja. Garam-garam tembaga(II) anhidrat,
seperti tembaga(II) sulfatanhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit
kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion komplek stetraakuo (Vogel,
1985).

2.2.2 Pengaruh Logam Berat Cu Terhadap Lingkungan


Dalam kondisi normal, keberadaan Cu dalam perairan ditemukan
dalam bentuk senyawa ion CuCO3+, CuOH+, dan lain-lain. Biasanya
jumlah Cu yang terlarut dalam badan perairan adalah 0,002 ppm sampai
0,005 ppm. Bila dalam badan perairan terjadi peningkatan kelarutan Cu,
sehingga melebihi nilai ambang yang seharusnya, maka akan terjadi
peristiwa biomagnifikasi terhadap biota-biota perairan. Peristiwa
biomagnifikasi ini akan dapat ditunjukkan melalui akumulasi Cu dalam
tubuh biota perairan tersebut. Akumulasi dapat terjadi sebagai akibat dari
telah terjadinya konsumsi Cu dalam jumlah berlebihan, sehingga tidak
mampu di metabolisme tubuh (Purnomo,2009)

2.3 Selulosa
Selulosa (C6H10O5) adalah polimer berantai panjang polisakarida
karbohidrat, dari β-glukosa. Selulosa merupakan karbohidrat utama yang
disintesis oleh tanaman dan menempati hampir 60% komponen penyusun
struktur tanaman. Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak larut
dalam air dan pelarut organik, tetapi larut dalam larutan kuprik hidroksida
berammonia (bahan uji Schweitzer), larutan zinkklorida, asam hidroklorik.
Selulosa tidak memberikan warna biru dengan iodine (Artanti, 2009).
9
Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu
merupakan bahan alam yang paling yang dibuat oleh organism hidup. Selulosa
bahkan dapat diperoleh dari dunia binatang. Kadar selulosa tertinggi terdapat
dalam rambut biji (kapas, kapok) dan serabut kulit (rami, flax, henep).
Selulosa terdiri dari gugusan hidroglukosapiranisa yang bersambung
membentuk rantai molekul. Karena itu selulosa dapat dinyatakan sebagai
polimer-linear glukan dengan struktur rantai yang seragam. Selulosa terdiri
dari 10.000 atau lebih unit D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan (1-4)
glikosida. Rantai selulosa memanjang, dan unit-unit glukosa tersusun dalam
satu bidang (Handayani, 2010).
Selulosa pada tumbuhan terdapat di dalam dinding sel pelindung tanaman,
terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan
tumbuhan. Selulosa tidak hanya merupakan polisakarida structural
ekstraseluler yang paling banyak dijumpai pada dunia tumbuhan, tetapi juga
merupakan senyawa yang paling banyak diantara semua biomolekul pada
tumbuhan atau hewan.
Stabilisasi rantai-rantai molekul panjang pada selulosa dalam sistem yang
teratur, yaitu pembentukan struktur supra molekul, ditimbulkan adanya gugus-
gugus fungsional yang mengadakan interaksi satu dengan yang lainnya.
Gugus-gugus fungsional tersebut adalah gugus hidroksil, tiga daripadanya
terikat pada setiap unit glukosa. Gugus-gugus –OH tersebut tidak hanya
menentukan struktur supramolekul tapi juga menentukan sifat-sifat fisika dan
kimia selulosa (Handayani, 2010).

Gambar 2.3Struktur Kimia Selulosa


Sumber :Handayani (2010)

10
2.3.1 SumberSelulosa
Selulosa diisolasi dari dinding sel tanaman, bahan berkayu, rambut biji,
kulit pohon, dan tanaman laut. Serat kapas mengandung 95% selulosa,
sedangkan kayu 40-50% selulosa. Jumlah selulosa dalam serat bervariasi
menurut sumbernya dan biasanya berkaitan dengan bahan-bahan seperti air,
lilin, pektin, protein, lignin dan substansi-substansi mineral. Selulosa yang
diperoleh dari kayu memerlukan proses yang panjang untuk menghilangkan
hemiselulosa dan lignin (Bhimte dan Tayade, 2007).

2.3.2 KandunganSelulosaDaun Nanas


Serat daun nanas terdiri atas selulosa dan non selulosa yang
diperoleh melalui penghilangan lapisan luar daun secara mekanik.
Lapisan luar daun berupa pelepah yang terdiri atas sel kambium, zat
pewarna yaitu klorofil, xantofill dan karoten yang merupakan
komponen kompleks dari jenis tannin, serta lignin yang terdapat di
bagian tengah daun. Selainitu lignin juga terdapat pada lamella dari
serat dan dinding sel serat (Hidayat,2008). Komposisi kimia serat nanas
seperti berikut :
Tabel 2. 1Komposisi Kimia Serat Nanas

Komposisi Kimia Serat Nanas (%)


Alpha Selulosa 69,5 – 71,5
Pentosan 17,0 – 17,8
Lignin 4,4 – 4,7
Pektin 1,0 - 1,2
Lemak dan Wax 3,0 – 3,3
Abu 0,71 – 0,87
Zat-zat lain (protein, asamorganik, dll) 4,5 – 5,3
Sumber :Hidayat, 2008

Serat yang diperoleh dari daun nanas muda kekuatannya relatif


rendah dan seratnya lebih pendek disbanding serat daun yang
sudah tua. Sama halnya dengan serat-serat alam lainnya yang
berasal dari daun ( leaffibres), secara morfologi jumlah serat dalam
daun nanas terdiri dari beberapa ikatan serat(bundle of fibres) dan
11
masing-masing ikatan terdiri dari beberapa serat (multi-
cellulerfibre) (Onggo, 2005). Berdasarkan pengamatan dengan
mikroskop, sel-sel dalam serat daun nanas mempunyai ukuran
diameter rata-rata berkisar 10m dan panjang rata-rata 4, 5 mm
dengan ratio perbandingan antara panjang dan diameter adalah 450.
Rata-rata ketebalan dari dinding sel serat daun nanas adalah sekitar
8, 3 m. Ketebalan dinding ini terletak antara serat sisal (12, 8 m)
(Handayani, 2010). Berikut ini gambar mikroskopi selulosa daun
nanas.

Gambar 2. 4 Penampang membujur (kiri) dan melintang (kanan) permukaan


selulosa daun nanas
Sumber : (Onggo, 2005)

2.3.3 Kandungan Selulosa Jerami


Jerami merupakan limbah pertanian terbesar serta belum
sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis.
Pada sebagian petani, jerami sering digunakan sebagai mulsa pada saat
menanam palawija. Hanya sebagian kecil petani menggunakan jerami
sebagai pakan ternak alternatif di kala musim kering karena sulitnya
mendapatkan hijauan. Di lain pihak jerami sebagai limbah pertanian,
sering menjadi permasalahan bagi petani, sehingga sering di bakar untuk
mengatasi masalah tersebut
Jerami padi merupakan biomassa yang secara kimia merupakan
senyawa berlignoselulosa yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa merupakan komponen utama
yang terkandung dalam dinding sel tumbuhan dan mendominasi hingga

12
50% berat kering tumbuhan (Saputro, 2014). Menurut Hidayat (2008),
jerami padi diketahui memiliki kandungan selulosa yang tinggi mencapai
72%, pectin 27% dan lignin 1 %. Komposisi kimia limbah pertanian
maupun limbah kayu tergantung pada spesies tanaman, umur tanaman,
kondisi lingkungan tempat tumbuh dan langkah pemprosesan.
Kandungan jerami dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2. 2Komposisi Kimia Jerami

Komposisi Kimia Kandungan (%)


Alpha Selulosa 72 – 92
Pentosan -
Lignin 0–1
Pektin 3 – 27
Lemak dan Wax 0,2
Abu 2,87
Zat-zat lain (protein, asamorganik, dll) 6,2
Sumber :Hidayat ( 2008)

2.4 Delignifikasi
Delignifikasi merupakan tahap awal yang bertujuan untuk mengurangi kadar
lignin di dalam bahan berlignoselulosa. Delignifikasi akan membuka struktur
lignoselulosa agar lignoselulosa menjadi lebih mudah diakses. Proses
delignifikasi akan melarutkan kandungan lignin di dalam bahan sehingga
mempermudah proses pemisahan lignin dengan serat (Permatasaridkk, 2013)
Proses delignifikasi menyebabkan kerusakan terhadap struktur lignin dan
melepaskan senyawa karbohidrat. Proses perusakan struktur dari materi dengan
kandungan lignoselulosa adalah salah satu cara untuk mengkonversi
lignoselulosa menjadi senyawa gula. Proses delignifikasi yang sering
digunakan adalah dengan penggunaan basa (Mardinadkk, 2013).

2.4.1 Alkali Sebagai Delignifikator


Proses delignifikasi dapat dilakukan dengan penggunaan larutan
basa atau alkali sepertipenggunaan NaOH dapat digunakan untuk
membantu pemisahan lignin dari serat selulosa (Saleh dkk, 2009).

13
Penggunaan larutan NaOH karena larutan ini dapat merusak struktur
lignin pada bagian kristalin dan amorf serta memisahkan sebagian
hemiselulosa. Ekstraksi hemiselulosa dapat menggunakan pelarut seperti
NaOH, NH4OH dan KOH. Di antara ketiga pelarut tersebut yang paling
baik digunakan adalah NaOH (Julfana, 2012). Hemiselulosa memiliki
struktur amorf sehingga penggunaan NaOH dapat menghilangkan lignin
sekaligus mengekstraksi hemiselulosa. Dalam penelitian Safaria (2013)
larutan NaOH dapat menyerang dan merusak struktur lignin pada bagian
kristalin dan amorf serta memisahkan sebagian hemiselulosa.

2.5 Adsorpsi
Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau
cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian molekul-
molekul tadi mengembun di permukaan padatan tersebut (Suryawan, 2004).
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun
gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan
tipis) pada permukaan padatan tersebut..Berbeda dengan absorpsi yang
merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu
larutan (Saputra, 2008). Menurut Handayani (2010) adsorpsi atau penyerapan
adalah proses pemisahan komponen tertentu dari suatu fluida berpindah
kepermukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Biasanya partikel-partikel
kecil adsorben ditempatkan dalam suatu hamparan tetap dan fluida dialirkan
melalui hamparan itu sampai adsorben mendekati jenuh dan pemisahan yang
dikehendaki tidak dapat berlangsung lagi. Proses adsorpsi banyak digunakan
pada industri kimia seperti pemisahan gas, penghilangan bau, mengurangi
kelembapan udara dan penyerapan gas yang tidak diperlukan.

14
Gambar 2. 5 Konsep proses ikatan antara adsorben dengan adsorbat

2.5.1 JenisAdsorpsi
Sumber : Saputra, 2008
Pada umumnya proses adsorpsi diklasifikasikan menjadi dua proses
yaitu adsorpsi secara fisika yang disebabkan oleh gaya Van Der Waals
dan secara kimia yang disebabkan melalui reaksi kimia antara molekul-
molekul adsorbat dengan atom-atom penyusun permukaan adsorben. Jika
interaksi antara padatan dan molekul yang mengembun tadi relatif lemah,
maka proses itu disebut sebagai adsorpsi fisik. Walaupun adsorpsi
biasanya dikaitkan dengan perpindahan suatu gas atau cairan kesuatu
permukaan padatan, perpindahan dari suatu gas ke suatu permukaan
cairan juga terjadi. Substansi yang terkonsentrasi pada permukaan
didefinisikan sebagai adsorbat dan material dimana adsorbat
terakumulasi didefinisikan sebagai adsorben.(Riyadh, 2009).

2.5.1.1 Adsorpsi Fisika


Pada adsorpsi jenis ini, adsorpsi terjadi tanpa adanya reaksi
antara molekul-molekul adsorbat dengan permukaan
adsorben. Molekul-molekul adsorbat terikat secara lemah
karena adanya ikatan van der waals. Adsorpsi jenis ini relatif
berlangsung cepat dan bersifat reversibel. Karena dapat
berlangsung di bawah temperature kritis adsorbat yang relatif

15
rendah, maka panas adsorpsi yang dilepaskan juga rendah.
Adsorbat yang terikat secara lemah pada permukaan
adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian permukaan
kebagian permukaan lain. Peristiwa adsorpsi fisika
menyebabkan molekul-molekul gas teradsorpsi mengalami
kondensasi.
Proses adsorpsi fisik terjadi tanpa memerlukan energi
aktivasi, sehingga proses tersebut membentuk lapisan jamak
(multilayers) pada permukaan adsorben. Ikatan yang
terbentuk dalam adsorpsi fisika dapat diputuskan dengan
mudah, yaitu dengan cara degassing atau pemanasan pada
temperatur 150-200C selama 2-3 jam.

2.5.1.2 Adsorpsi Kimia


Dalam hal ini, adsorpsi terjadi karena adanya reaksi kimia
antara molekul-molekuladsorbatdenganpermukaanadsorben.
Adsorpsi jenis ini diberi istilah sebagai “adsorption” dan
bersifat tidak reversibel, hanya membentuk satu lapisan
tunggal( monolayer). Umumnya terjadi pada temperatur
diatas temperatur kritis adsorbat. Sehingga kalor adsorpsi
yang dibebaskan tinggi. Adsorben yang mengadsorpsi secara
kimia pada umunya sulit diregenerasi (Saputra, 2008).

2.5.2 Faktor-Faktor Yang MempengaruhiAdsorpsi


Daya adsorpsi dipengaruhi oleh lima faktor (Bahldkk, 1997, yaitu :
1. Jenis Adsorbat
a. Ukuran Molekul Adsorbat
Ukuran molekul yang sesuai merupakan hal yang penting agar
proses adsorpsi dapat terjadi, karena molekul-molekul yang
dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya
lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.
b. Kepolaran Zat

16
Apabila diameter sama, molekul-molekul polar lebih kuat di
adsorpsi dari pada molekul-molekul tidak polar. Molekul-
molekul yang lebih polar dapat menggantikan molekul-molekul
yang kurang polar yang terlebih dahulu teradsorpsi.
2. Karakteristik Adsorben.
a. Kemurnian Adsorben
Sebagai zat untuk mengadsorpsi, maka adsorben yang lebih
murni lebih diinginkan karena kemampuan adsorpsi lebih baik.
b. Luas Permukaan dan Luas Pori Adsorben
Jumlah molekul adsorbat yang teradsorp akan meningkat
dengan bertambahnya luas permukaan dan volume pori
adsorben.
3. Tekanan (P).
Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan
tekanan adsorbat dapat menaikkan jumlah yang diadsorpsi.
4. Temperatur (T)
Temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat
molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan
adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang
dinamakan peristiwa exothermic . Berkurangnya temperatur akan
menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi demikian juga untuk
peristiwa sebaliknya.
5. Interaksi Potensial (E)
Interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding adsorben sangat
bervariasi, tegantung dari sifat adsorbat-adsorben.

2.5.3 Jumlah Ion Logam yang Terserap


Banyaknya jumlah ion logam yang terserap oleh adsorben (mg)
per gram adsorben. Banyaknya logam yang dapat terserap oleh
adsorben dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini :

(C₀−C)V
𝑞= (2. 1)
w
17
Keterangan :
q = Jumlah ion logam teradsorpsi (mg/g)
C0=Konsentrasi ion logam sebelum adsorpsi (mg/l)
C= Konsentrasi ion logam setelah teradsorpsi (mg/l)
V=Volume larutan ion logam (L)
W=Berat adsorben,(Daun nanas dan Jerami (g))
Sedangkan untuk menghitung efisiensi penyerapan logam Cu oleh
adsorben daun nanas dan jerami dapat menggunakan persamaan di
bawah ini :
%EfisiensiPenyerapan Cu
𝐾𝑜𝑛𝑒𝑠𝑡 𝐶𝑢 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑜𝑛𝑠 𝐶𝑢 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
= x 100% (2. 2)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑢 𝐴𝑤𝑎𝑙

2.6 PenelitianTerdahulu
Sebelumnya telah ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sehingga
dijadikan sebagai acuan ataupun tinjauan pustaka dalam penelitianini.
Adapunpenelitiansebelumnyadijelaskansepertiberikut :
2.6.1 Penelitian oleh Wiwit Handayani(2010) tentang Penggunaan
Selulosa Daun Nanas Sebagai Adsorben Logam Berat Cd( II).
Penelitian ini menggunakan bahan dari daun nanas yang
teraktivasi, kemudian dikontakkan dengan larutan logamCd (II) dengan
variasi pH, waktu aktivasi, dan waktu kontak. Dari penelitian ini
didapatkan kesimpulan bahwa selulosa daun nanas dapat digunakan
sebagai adsorben logam Cd (II). Kondisi optimum proses adsorpsidaun
nanas terhadap logam berat Cd(II) adalah waktu perendaman 24 jam,
dengan pH 4, dan waktu kontak selama 20 menit dengan daya serap
0,7123 mg/g. Jenis isotherm yang sesuai untuk adsorpsi serat daun
nanas terhadap logam berat Cd(II) adalah isotherm Langmuir dan
Freundlich dengan kecenderungan relatif tehadap Langmuir. Dapat
diartikan bahwa interaksi yang terjadi adalah secara kimia dan fisika.

18
2.6.2 Penelitian oleh Mudasir Ahmad, Shakeel Ahmed, Babu Lal Swami
dan Saiqa Ikram(2015) tentang Adsorption Of Heavy Metals Ions:
Role Of Chitosan And Cellulose For WaterTreatment.
Penelitian ini menggunakan kitosan dan selulosa yang murni dan
yang telah termodifikasi untuk penyerapan berbagai macam logam berat
seperti Cr (VI), Pb(II), Cu(II), Ni(II),Cd(II), Hg(II), Ar(II) pada air
limbah. Selulosa dan kitosan murni dapat menyerap logam pada air
limbah, sedangkan selulosa dan kitosan termodifikasi memiliki daya
adsorpsi yang lebih tinggi dan digunakan dalam beberapa sifat lain dari
selulosa dan kitosan seperti hidrofobisitas, elastisitas, resistensimikroba,
ketahanan panas dan mekanik.

2.6.3 Penelitian oleh Prida Novarita Trisanti, Sena Setiawan H.P, Elysa
Nura’ini dan Sumarno(2015) tentang Ekstraksi Selulosa Serbuk
Gergaji Kayu Sengon Melalui Proses Delignifikasi Alkali
Ultrasonik.
Penelitian ini menggunakan selulosa pada kayu sengon dengan
melakukan proses delignifikasi dengan bantuan alat ultrasonik tanduk
dengan variasi suhu 30C dan 40C selama berbagai waktu 30 menit,
45 menit, 60 menit, 75 menit, dan 90 menit. Dari proses delignifikasi
ini selulosa meningkat setelah dilakukan proses delignifikasi alkali
disertai ultrasonik, yaitu dari 41, 17% menjadi 75, 3% pada suhu 30C
dengan waktu 30 menit dan 77, 96% pada suhu 40C denganwaktu 30
menit. Derajat kristalinitas tertinggi dicapai pada suhu 40C selama 30
menit yaitu 77, 05 %..

2.7 Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometri sinar tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya
oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Romadhan, 2016).
Menurut Dachriyanus (2003) Spektrofotometri, UV-Vis adalah pengukuran
panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang
diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi
19
yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ketingkat energi
yang lebih tinggi. Spektrofotometri UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul
dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 190-380 nm, dan sinar tampak (visible)
mempunyai panjang gelombang 380-900 nm. Spektrofotometri digunakan untuk
mengukur besarnya energi yang diabsorpsi atau diteruskan. Sinar radiasi
monokromatik akan melewati larutan yang mengandung zat yang dapat
menyerap sinar radiasi tersebut (Harmita, 2006).
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitaf
disbanding kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan
dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Romadhani, 2016).

2.7.1 Instrument Spektrofotometri UV-Vis


Menurut Romadhani (2016) instrument dalam spektrofotometri UV-Vis
adalah :

a. SumberCahaya
Sumber yang biasa digunakan pada spektrofotometri adsorbs adalah
lampu wolfram. Pada dearah UV digunakan lampu hidrogen atau
lampu deuterium. Kelebihan lampu wolfram adalah energi radiasi yang
dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang.
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang
gelombang tertentu. Monokromator berfungsi untuk mendapatkan
radiasi monokromator dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi
polikromatis. Monokromator terdiri dari susunan celah (slit) masuk –
filter – prisma – kisi (ginting) – celah(slit) keluar.

20
c. Wadah Sampel (Kuvet)
Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet dari
leburan silica (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
pada daerah pengukuran 190 – 1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas
dipakai pada daerah pengukuran 380 – 1100 nm karena bahan dari
gelas mengabsorbsi radiasi UV.
d. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalamrek
order akan ditampilkan dalam bentuk angka – angka pada reader
(komputer).
e. Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk persen( % ) transmitan maupun absorbansi.

2.7.2 Hukum Lambert Beer


Hukum Lambert Beer mengatakan bahwa serapan berbanding lurus
terhadap ketebalan sel yang disinari, sedangkan hukum Beer mengatakan
bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi, hal ini hanya berlaku
untuk cahaya monokromatik dan larutan yang memiliki sifat encer tinggi.
Kedua pernyataan tersebut kemudian digabungkan dalam satu hukum,
yaitu hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer mengatakan bahwa
serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel. Hal ini
dapat dituliskan kedalam persamaan ;

A = a. b. c g/Liter atau A = Ɛ . b. C mol/Liter

Keterangan :

A = Serapan (tanpadimensi)

a = Adsorptivitas( g-1 cm-1)

b = Ketebalansel (cm)

21
Ɛ = Adsorptivitas molar (M-1 cm-1)

Dengan adanya hukum Lambert-Beer, nilai konsentrasi dapat


dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Adsorptivitas adalah suatu tetapan
yang memiliki sifat spesifik untuk setiap molekul pada pelarut tertentu dan
pada panjang gelombang tertentu (Alwi, 2017)

Aplikasi dari hukum Lambert-Beer pada saat praktek, sangat


dianjurkan untuk menyiapkan beberapa larutan dengan beragam
konsentrasi. Larutan tersebut biasa disebut larutan standart, selanjutnya
larutan tersebut diukur adsorbansinya. Hasil pengukuran yang didapat
berupa grafik yang menghubungkan antara kalibrasi adsorbansi dengan
konsentrasi, setelah grafik tersebut terbentuk, maka konsentrasi dari suatu
larutan yang belum diketahui dapat ditentukan.
Ketidak pastian dari suatu analisa dapat dikurangi dengan
menggunakan kurva kalibrasi yang didapatkan dari beberapa larutan
standart bila dibandingkan hanya dengan menggunakansatustandart. Selain
itu tingkat ketelitian yang didapatakan sangat meningkat.
Garis lurus pada kurva kalibrasi tidak akan didapat jika yang diplot
pada kurva tersebut adalah transmittans dan konsentrasi. Hal ini
dikarenakan adsorbansi dan transmittans dihubungkan oleh persamaan :

A = -Log T

Hal ini dikarenakan hubungan linier antara transmittans dan konsentrasi


tidak ada. Oleh sebab itu jika hasil pengukuran yang didapat berupa
transmitan, maka harus diubah ke dalam bentuk adsorbansi, agar dapat
membuat kurva kalibrasi(Fariz, 2018).

2.7.3 Prinsip Kerja Spektrofotometri


Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfman yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke
monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis
22
(tunggal). Berkas–berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian
akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam
konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap
(diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini
kemudian diterima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung
cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel.
Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif .
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis spektrofotometri
UV-Vis adalah
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah merubah menjadi
senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
2. Waktu Operasional (Operating time)
Cara ini biasanya digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan
mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi
larutan.
3. Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal.
Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu
(Romadhani, 2016).

2.8 Analisa SEM (Scanning Electron Microscope)


Menurut Wijayanto (2014) Scanning Electron Microscope (SEM) adalah
salah satu jenis mikroskop elektron yang menggambar spesimen dengan
23
memindainya menggunakan sinar elektron berenergi tinggi dalam skan pola
raster. Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi dari pada cahaya.
Cahayahanya mampu mencapai 200 nm sedangkan elektron bisa mencapai
resolusi sampai 0,1 – 0,2 nm. Elektron berinteraksi dengan atom-atom sehingga
spesimen menghasilkan sinyal yang mengandung informasi tentang topografi
permukaan spesimen, komposisi, dan karakteristik lainnya seperti konduktivitas
listrik.

Perbandingan hasil gambar mikroskop cahaya dengan elektron, akan


ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2. 6 Hasil mikroskopcahaya dan elektron

Sumber :Wijayanto (2014)

Peralatan utama yang terdapat pada mikroskop elektron atau SEM


diantaranya adalah:
1. Pistol elektron, umumnya berupa filamen yang terbuat dari unsur
yang mudah untuk melepaskan elektron misal tungsten.
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa bersifat magnetis karena
elektron yang bermuatan negative dapat dibelokkan oleh medan
magnet.
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika
ada molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran

24
akan terpencar oleh tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga
menghilangkan molekul udara menjadi sangat penting.
Prinsip kerja SEM adalah sebagai berikut:
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat
dengan anoda.
2. Lensa magnetic memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan
elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirimke
monitor (CRT).

2.8.1 Interaksi Bahan Dengan Elektron.


Interaksi bahan dan elektron ketika berkas elektron discan pada permukaan
sampel, terjadi interaksi elektron dengan atom-atom di permukaanmaupun di
bawah permukaan sampel. Akibat interaksi tersebut sebagian besar berkas
elektron berhasil keluar kembali, elektron-elektron tersebut disebut sebagai
Backs cattered Electrons (BSE), sebagian kecil elektron masuk kedalam bahan
kemudian memindahkan sebagian besar energi pada elektron atom sehingga
terpental keluar permukaan bahan, yaitu Secondary Electrons (SE).
Pembentukan elektron-elektron sekunder selalu diikuti proses munculnya X-
ray yang karakteristik untuk setiap elemen, sehingga dapat digunakan untuk
mengukur kandungan elemen yang ada di dalam bahan yang diteliti (Dimyati,
2015).

Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari
pantulan inelastic didapatkan sinyal elektron sekunder dan karakteristik sinar X
sedangkan dari pantulan elastis didapatkan sinyal backscattered elektron.
Sinyal-sinyal tersebut ditunjukkan pada gambar berikut :

25
Gambar 2. 7 Deteksi sinyal yang dihasilkan SEM akibat pemantulan elektron

Sumber :Wijayanto (2014)

2.9 Analisa XRD (X-Ray Difraction)


X-Ray Diffraction (XRD) merupakan salah satu metode karakteristik
material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga sekarang. Teknik
ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara
menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel.
Bahan yang dianalisa adalah tanah halus, homogenized, dan rata-rata komposisi
missal ditentukan. Suatu material dikenai sinar-X, maka intensitas sinar yang
ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan
adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam
material tersebut. Berkas sinar-X yang dihamburkan tersebut ada yang saling
menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan
karena fasanya sama. Berkas sinar-X yang saling menguatkan disebut dengan
berkas difraksi (Nurhidayah, 2016).

2.9.1 Prinsip Kerja XRD.


Salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan struktur suatu
padatan kristalin adalah metode difraksi sinar-X serbuk (X- ray powder
diffraction). Sampel berupa serbuk padatan kristalin yang memiliki
26
ukuran kecil dengan diameter butiran kristalnya sekitar 10-7 – 10-4 m
ditempatkan pada suatu plat kaca. Sinar-X diperoleh dari elektron yang
keluar dari filamen panas dalam keadaan vakum pada tegangan tinggi,
dengan kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam, biasanya
tembaga (Cu).
Sinar-X tersebut menembak sampel padatan kristalin, kemudian
mendifraksikan sinar ke segala arah dengan memenuhi Hukum Bragg.
Detektor bergerak dengan kecepatan sudut yang konstan untuk
mendeteksi berkas sinar-X yang didifraksikan oleh sampel. Sampel
serbuk atau padatan kristalin memiliki bidang-bidang kisi yang tersusun
secara acak dengan berbagai kemungkinan orientasi, begitu pula
partikel-partikel kristal yang terdapat di dalamnya. Setiap kumpulan
bidang kisi tersebut memiliki beberapa sudut orientasi sudut tertentu,
sehingga difraksi sinar-X memenuhi Hukum Bragg.

Gambar 2. 8metodedifraksisinar x

Bentuk keluaran dari difraktometer dapat berupa data analog atau


digital. Rekaman data analog berupa grafik garis-garis yang terekam per
menitsinkron, dengan detektor dalamsudut 2θ per menit, sehingga
sumbu-x setara dengan sudut 2θ. Sedangkan rekaman digital
menginformasikan intensitas sinar-X terhadap jumlah intensitas cahaya
per detik. Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-
puncak difraksi dengan intensitas relatif bervariasi sepanjang nilai 2θ
tertentu. Besarnya intensitas relatif dari deretan puncak-puncak tersebut
bergantung pada jumlah atom atau ion yang ada, dan distribusinya di

27
dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan kristalin
sangat khas, yang bergantung pada kisi kristal, unit parameter dan
panjang gelombang sinar-X yang digunakan. Dengan demikian, sangat
kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu
padatan kristalin yang berbeda. Derajat kristalinitas dihitung dengan
menggunakan metode empiris segal.
CrI = (I0002 – I am)
I0002
Dimana :
I0002 = Intensitaspuncakterbesar yang sesuai dengan bidang sampel
atau bagian kristalin.
Iam = Intensitas minimum difraksi dari bahan non kristalin atau
intensitas dari bagian amorf.

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah keseluruhan tahapan yang digunakan dalam
suatu penelitian. Tujuan penentuan metodologi penelitian ini adalah agar proses
penelitian dapat berjalan dengan terarah dan sistematis.

3.1 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dilakukan dengan pengamatan di lapangan mengenai
limbah pertanian dan perkebunan . Limbah yang sering dijumpai seperti
limbah batang daun nanas pada area perkebunan, serta jerami yang sering
dibakar di dekat area persawahan.. Melalui beberapa literatur terkait, daun
nanas dan jerami memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi,
kandungan serat selulosa dapat dimanfaatkan untuk mengadsorpsi berbagai
jenis logam berat. Setelah didapat identifikasi tersebut, dilakukan
perumusan masalah dan penetapan tujuan.

3.2 Perumusan Masalah dan PenetapanTujuan


Pada penelitian ini terdapat beberapa permasalahan seperti daya serap
limbah daun nanas dan jerami terhadap logam berat, perbedaan variasi berat
adsorben yaitu 1 gram, 1,5gram, 2 gram, waktu delignifikasi yaitu 70 menit,
90 menit, 120 menit, serta waktu kontak 30 menit, 60 menit, 90 menit,120
menit.

3.3 Studi Literatur


Tahap studi literatur digunakan untuk menunjang penyelesaian
permasalahan pada penelitian ini. Studi literatur yang dilakukan pada
penelitian ini berkaitan dengan beberapa hal yaitu kemampuan daya serap
selulosa nanas dan jerami terhadap logam berat, perbedaan variasi waktu
delignifikasi 70 menit dan 90 menit, berat adsorben 1 gram, 1, 5 gram, 2
gram, dan waktu kontak adsorben dengan adsorbat 30 menit, 60 menit, 90
menit, 120 menit.

29
3.4 Pengumpulan Data
Data yang dihasilkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Secara
kuantitatif diperoleh data kemampuan adsorben untuk menyerap logam
Cu(II).

3.5 Penentuan Tempat dan Waktu Penelitian

3.5.1 PenentuanTempat
Penelitianinidilaksanakan pada beberapatempat,yaitu :
1. Laboratorium Limbah PPNS.
2. Laboratorium Material dan Metalurgi ITS.
3. Laboratorium Energi dan Lingkungan ITS.

3.5.2 Penentuan Waktu


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Juni 2019.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi Penelitian


Populasi dalam penelitian ini
a. Daun nanas yang berasal dari buah nanas yang telah usai
dipanen dan tidak dapat menghasilkan buah nanas lagi.
b. Jerami yang diperoleh setelah pasca panen padi.

3.6.2 Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah
a. Daun nanas yang berasal dari perkebunan dusun Sesek
Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.
b. Jerami padi setelah panen dari Desa Gembongan
Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.

3.7 Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kontrol.
30
3.7.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah
1. Berat adsorben yaitu 1 gram, 1,5 gram, 2 gram.
2. Waktu kontak 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit
3. Waktu delignifikasiyaitu 70 menit, 90 menit.
Tabel 3. 1Sampel Penelitian Daun Nanas dan Jerami

Waktu BeratAdsorben Waktu Pengadukan 90 rpm


Bahan Delignifikasi
30 menit
60 menit
1 gram
90 menit
120 menit
30 menit
Daun 60 menit
70 menit 1, 5 gram
nanas/Jerami 90 menit
120 menit
30 menit
60 menit
2 gram
90 menit
120 menit
Tabel 3. 2SampelPenelitianDaun Nanas dan Jerami

Waktu
Bahan BeratAdsorben Waktu Pengadukan 90 rpm
Delignifikasi
30 menit
60 menit
1 gram
90 menit
120 menit
30 menit
Daun 60 menit
90 menit 1, 5 gram
nanas/Jerami 90 menit
120 menit
30 menit
60 menit
2 gram
90 menit
120 menit
Sumber : Analisa Penulis 2019

Berdasarkan tabel rekapitulasi logam berat Cu diatas, peneliti


menggunakan sampel sebanyak 48 sampel menggunakan sistem
31
duplo agar penelitian menjadi lebih akurat, sehingga total sampel
yang diteliti sebanyak96sampel.

3.7.2 Variabel Terikat


Variabel terikat pada penelitian ini adalah besarnya daya serap
selulosa daun nanas dan jerami terhadap tembaga.

3.7.3 Variabel Kontrol


Variabel control pada penelitian ini adalah
1. Daun nanas yang digunakan untuk penelitian.
2. Jerami yang akan digunakan untuk penelitian.
3. Konsentrasi limbah artificial Cu 25mg/l.
4. Konsentrasi NaOH 9%.
5. Kecepatan pengadukan 90 rpm.
6. Ukuran adsorben 60 mesh

3.8 Definisi Operasional


Definisi operasional ini mengacu pada variabel penelitian yang
telah ditetapkan. Tujuan penentuan definisi operasional ini adalah
untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3. 3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Satuan dan Metode Skala


kategori
1 Waktu Waktu yang digunakan 1. 70 menit - Rasio
Delignifikasi untuk menghilangkan 2. 90 menit
senyawa lignin pada
daun nanas
2 Berat Berat dari adsorben 1. 1 gram - Rasio
Adsorben untuk proses 2. 1,5 gram
mengadsorpsi limbah Cu 3. 2 gram

32
No Variabel DefinisiOperasional Satuan dan Metode Skala
kategori
3 Waktu Waktu yang diperlukan 1. 30 menit - Rasio
Kontak antara adsorben dalam 2. 60 menit
menyerap adsorbat 3. 90 menit
4. 120 menit

3.9 PelaksanaanPenelitian
Dalam penelitian ini terdapat populasi dan sampel, dimana populasi
menyatakan ruang lingkup yang luas pada objek penelitian sedangkan
sampel adalah salah satu representatif dari populasi tersebut.

Langkah-langkah penelitian antaralain :


1.Membuat adsorben dari daun nanas dan jerami.
2.Melakukan proses delignifikasi dengan variasi waktu perendaman.
3.Melakukan proses adsorpsi dengan variabel berat adsorben dan waktu
kontak.
4.Analisa data dan pembahasan.

3.9.1 PengambilanBahan
Pada tahap ini dilakukan pengambilan sampel berupa
pengumpulan limbah daun nanas dari pohon nanas yang sudah
tidak dapat berbuah lagi di perkebunan dusun Sesek, Kecamatan
Ponggok Kabupaten Blitar. Untuk pengambilan sampel jerami
didapatkan dari area persawahan Desa Gembongan, Kecamatan
Ponggok, Kabupaten Blitar.

3.9.2 Persiapan Alat dan Bahan


Pada penelitian ini dibutuhkan alat dan bahan yang dapat
menunjang dalam proses pelaksanaannya. Berikut ini adalah alat
dan bahan yang dibutuhkan:

33
1. Alat
1. Spektrofotometri UV-VIS
2. Blender
3. Timbangan Analitik
4. Magnetic Stirer
5. Stirer
6. Beaker Glass
7. pH meter atau Kertas Indikator pH
8. Ayakan 60 mesh.
9. Seperangkat Refluks.
10. Peralatan gelas.
2. Bahan
1. Daun nanas yang diperoleh dari perkebunan dusun
Sesek Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar
2. Jerami yang diperoleh dari Desa Gembongan,
Kecamatan Ponggok.
3. CuSO₄.5H₂O
4. NaOH
5. KertasSaring
6. Aquades
7. NH4OH 25 %
8. H₂SO₄98%
9. Na-Dietilditiokarbamat.

3.9.3 Pembuatan Limbah Artifisial Cu


Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan larutan Cu
dengan konsentrasi 25 ppm adalah dengan membuat larutan induk
Cu 1000. Proses pembuatan larutan induk Cu 1000 ppm dibutuhkan
3, 9291 gram CuSO4.5H2O. Proses selanjutnya adalah melarutkan
3, 9291 gram CuSO4.5H2O kedalam aquades 1000 ml kedalam
labu ukur. Kemudian setelah membuat larutan induk 1000 ppm,

34
dapat dibuat larutan Cu 25 ppm dengan cara pengenceran
(Perhitungan dapat dilihat pada lampiran).

3.9.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Cu


Langkah pertama dalam pembuatan kurva kalibrasi adalah
menentukan panjang gelombang maksimum yaitu didapatkan
panjang gelombang maksimum sebesar 450 nm. Kemudian
dilakukan penentuan waktu kestabilan kompleks pada panjang
gelombang maksimum. Sehingga didapatkan waktu kestabilan
kompleks pada panjang gelombang maksimum. Langkah
selanjutnya menyiapkan 6 buah labu ukur 50 ml yang kemudian
masing – masing diisi larutan Cu 25 ppm, berturut turut 0 ml, 2 ml,
4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml. Kemudian ditambahkan dengan5 ml
NH4OH 5 % dan 5 ml Na-dietilditiokarbamat 1 %. Kemudian
ditambahkan aquades hingga tanda batas. Baca pada panjang
gelombang maksimum dan waktu kestabilan maksimum.

3.9.5 Delignikasi Daun Nanas dan Jerami


Daun nanas dan jerami dicuci dengan air mengalir sampai
bersih kemudian daun nanas yang telah dibersihkan dan jerami di
keringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 80C selama 6
jam atau di jemur dibawah sinar matahari selama 2 sampai 3 hari,
selanjutnya dihaluskan secara mekanik dengan blender dan diayak
dengan ukuran 60 mesh. Kemudian dilakukan proses delignifikasi
dengan NaOH 9% dengan perbandingan 1 : 30 (w/v) selama70
menit dan 90 menit. Setelah proses delignifikasi kemudian sampel
dicuci sampai pH netral dan kemudian di panaskan dalam oven
dengan suhu 105C selama 10 jam. Sampel yang telah dikeringkan
selanjutnya dilakukan analisa Chesson untuk mengetahui
kandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada daun nanas dan
jerami.

35
3.9.6 Penentuan Berat Adsorben
Serat daun nanas dan jerami yang sudah diayak dengan ukuran
60 mesh, selanjutnya mengalami proses delignifikasi denganvariasi
70 menit dan 90 menit, selanjutnya dilakukan penentukan berat
adsorben sesuai dengan variasi yaitu 1 gram, 1,5 gram, 2 gram.
Penentuan berat adsorben ini untuk mengetahui hubungan antara
berat adsorben dengan adsorpsi terhadap limbah logam berat Cu
(II) yang diujikan.

3.9.7 Pengujian PenyerapanLogam Cu yang Dipengaruhi oleh Jenis


Adsorben, Berat Adsorben dan Waktu Kontak
Daun nanas dan jerami dengan ukuran 60 mesh ( Berat 1; 1,5; 2
gram) yang telah mengalami proses delignifikasi selama 70 menit dan
90 menit dikontakkan dengan limbah artifisal Cu dengankonsentrasi
25 ppm. Larutan tersebut diaduk menggunakan magnetic stirrer
dengan kecepatan 90 rpm selama 30, 60, 90, 120 menit. Setelah itu
larutan dipisahkan antara supernatant dengan adsorbennya dengan
menggunakan kertas saring.

3.10 Analisa Data

3.10.1 Analisa Chesson (KandunganSelulosa, Hemiselulosa, Lignin)


Untuk mengetahui kandungan selulosa, hemiselulosa dan
lignin dalam daun nanas dan jerami menggunakan metode
Chesson. Metode ini dilakukan terhadap daun nanas serta jerami
sebelum dan sesudah mengalami proses delignifikasi. Data- data
yang di dapatkan diantaranya adalah :
1. Berat awal sampel kering. (A)
2. Berat sampel kering dicampur dengan aquadest dan
dipanaskan pada temperatur 100C selama 1 jam.
Kemudian disaring dan dicuci dengan aquades panas.
Kemudian dikeringkan dalam oven hingga beratnya
konstan (B)

36
3. Padatan kering kemudian dicampur dengan 150 ml larutan
H2SO41 N dan dipanaskan pada suhu 100C selama 1 jam.
Padatan disaring dan dicuci dengan aquades. Setelah itu
padatan dikeringkan. (C )
4. Padatan kering kemudian direndam dalam10 ml larutan
H2SO4 72% selama 4 jam pada suhu ruang setelah itu
ditambah 150 ml larutanH2SO4 1 N dan direfluks selama 1
jam. Kemudian dicuci menggunakan aquades 400 ml dan
dipanaskan pada oven dengan suhu 105C hingga beratnya
konstan (D).
5. Sampel kemudian dimasukkan dalam furnace pada suhu
565C selama 4 jam. Abu residu sampel(E).
𝑑−𝑐
Selulosa (%) = x 100%………………...(1)
𝑎
𝑏−𝑐
Hemiselulosa (%) = x 100%...........................(2)
𝑎
𝑒−𝑑
Lignin (%) = x 100 %..........................(3)
𝑎

3.10.2 Analisa Spektrofotometri


Analisa spektrofotometri digunakan untuk mengetahui
kadar Cu yang terserap di dalam adsorben melalui proses radiasi
dengan menggunakan panjang gelombang tertentu.
Berikut langkah untuk analisis spektofotometri :
1. Menyiapkan 5 ml larutan adsorbat yang telah disaring.
2. Memasukkan 5 ml larutan adsorbat ke dalam labu ukur 50
ml, kemudian ditambahkan aquades sebanyak 10 ml.
3. Menambahkan 5 ml NH4OH 5% dan 5 ml Na-
Dietilditiokarbamat 1%. Lalu ditambahkan aquades hingga
batas selama 3 menit.
4. Adsorbansi senyawa kompleks dibaca pada panjang
gelombang 450 nm.

37
3.10.3 Analisa Efisiensi Penurunan Cu Oleh Adsorben yang
Dipengaruhi Waktu Kontak dan BeratAdsorben.
Di dalam menganalisa efisiensi penurunan Cu yang
dipengaruhi waktu dan berat kontak adsorben dapat dihitung
menggunakan persamaan (2. 2). Setelah itu, jumlah ion logam
yang diserap oleh adsorben dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan ( 2. 1).

3.11 Kesimpulan dan Saran


Pada tahap ini akan ditarik beberapa kesimpulan terhadap analisa data yang
telah dilakukan. Hal-hal yang akan disimpulkan meliputi selulosa daun nanas
sebagai adsorben, ukuran partikel adsorben, pengaruh waktu delignifikasi
adsorben, berat adsorben serta pengaruh dari waktu kontak. Selain itu terdapat
saran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang didapatkan
dalam penelitian tersebut lebih maksimal.

3.12 Diagram AlirKegiatan


Adapun diagram alir kegiatan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut

Mulai

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Studi Literatur

38
A

Penetapan Tujuan, Manfaat dan Batasan Masalah

Data Primer Data Sekunder

1 .Selulosa Daun Pengumpulan 1. Waktu


Nanas dan Selulos Data Delignifikasi
Jerami
2.Berat Adsorben
2. Konsentrasi
Limbah Cu 4. Waktu Kontak

Persiapan Alat dan Bahan

Pencucian Daun Pencucian Jerami Preparasi


Nanas CuSO₄.5H₂O

Proses Pengeringan Proses Pengeringan Penimbangan


Daun Nanas Jerami CuSO₄.5H2O

Delignifikasi Daun Delignifikasi Larutkan ke dalam


Nanas Jerami aquades

Larutan
CuSO4.5H2O.\

B
39
B

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Berat Penentuan Waktu Penentuan Waktu


Adsorben Delignifikasi Kontak

Uji Adsorpsi

Pengolahan dan Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Diagram AlirPenelitian.

40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KarakterisasiDaun Nanas dan Jerami

Selulosa merupakan polimer yang berantai panjang polisakarida


karbohidrat dari -glukosa. Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia dan
tidak dapat larut air, pelarut organik, tetapi larut dalam larutan kuprik
hidroksida berammonia, larutan zink klorida, asam hidroklorik (Artanti,
2009). Selulosa merupakan senyawa yang memiliki karaktek hidrofilik
dikarenakan adanya gugus hidroksil pada setiap polimernya. Selulosa
memiliki gugus fungsi yang dapat berikatan dengan ion logam. Gugus
fungsi tersebut adalah gugus karboksil dan hidroksil. Selulosa merupakan
karbohidrat utama yang dapat ditemukan pada struktur tanaman seperti
pada jerami padi dan daun nanas. Penggunaan selulosa sebagai adsorben
memiliki keunggulan seperti proses preparasi yang mudah, keberadaan
yang melimpah, serta biaya yang murah.

Proses awal dilakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik


adsorben daun nanas dan jerami sebelum dan sesudah mengalami proses
delignifikasi. Pengujian yang dilakukan seperti metode chesson untuk
mengetahui kadar selulosa, hemiselulosa, dan lignin, analisa XRD(X-Ray
Diffraction) untuk mengetahui dejarat kristalinitas dari selulosa, dan
analisa SEM (Scanning Electron Microscope) untuk mengetahui morfologi
permukan dari daun nanas dan jerami.

4.1.1 Proses Delignifikasi


Delignifikasi merupakan proses untuk menghilangkan senyawa
lignin yang terikat kuat antara selulosa dan hemiselulosa dengan
menggunakan alkali sebagai pelarutnya. Proses delignifikasi ini akan
menyebabkan struktur bagian kristalin dan amorf daris enyawa
lignin akan rusak, sehingga ikatan dengan selulosa akan terlepas,
larutan NaOH juga menyebabkan pengembangan pada struktur
41
selulosa (Putra, 2017). Delignifikasi daun nanas dan jerami pada
penelitian ini menggunakan NaOH 9% sebagai pelarutnya.
Berdasarkan penelitian Zely (2014) menyatakan bahwa larutan
NaOH merupakan larutan yang paling baik untuk menghilangkan
senyawa lignin sekaligus mengekstraksi hemiselulosa. Proses
pelepasan lignin dapat dilihat seperti Gambar 4.1

Sumber :Zely (2014)

Gambar4. 1Mekanismepemutusanantaraikatan lignin denganselulosamenggunakan NaOH

Ion OH- dari NaOH akan memutuskan ikatan-ikatan dari struktur


dasar lignin, sedangkan ion Na+akan berikatan dengan lignin dan
membentuk natrium fenolat. Natrium fenolat ini bersifat mudah
larut. Lignin yang larut ditandai dengan adanya warna hitam pada
larutan yang disebut dengan lindi hitam (Black Liquor). Daun nanas
dan jerami sebelum dan sesudah mengalami proses delignifikasi
dengan NaOH 9% selanjutnya dilakukan analisa chesson untuk
mengetahui kadar selulosa, hemiselulosa, serta lignin. Untuk
menggunakan metode chesson, ada beberapa komponen yang harus
dihitung seperti : (a) Berat kering awal sampel nanas dan jerami, (b)
Berat kering residu sampel direfluk dengan akuades panas, (c) Berat
residu setelah direfluk dengan H2S04 1N, (d) Berat residu sampel
setelah direndam dengan H2SO4 72% dan direfluk dengan H2SO4
1N, (e) Abu dari sampel setelah mengalami furnace pada suhu 565C
selama 4 jam. Hasil analisa Chesson ditampilkan pada Tabel 4.1

42
Tabel 4. 1 Hasil Analisa MetodeChesson

Selulosa Hemiselulosa Lignin


Sampel
(%) (%) ( %)
Nanassebelum proses delignifikasi 25,33 8,98 12,81
Nanas setelah proses delignifikasi70 Menit 59,12 18,79 10,78
Nanas setelah proses delignifikasi90 Menit 55,10 25,06 8,74
Jeramisebelum proses delignifikasi 21,11 11,02 9,78
Jeramisetelah proses delignifikasi70 Menit 57,78 18,10 8,28
Jeramisetelah proses delignifikasi 90 Menit 55,01 23,37 8,19

BerdasarkanTabel 4.1, sampel jerami sebelum mengalami proses


delignifikasi mengandung selulosa sebesar 21,11%, hemiselulosa sebesar
11,02% dan lignin 9,78%. Selulosa yang terkandung dalam jerami pada
umumnya sebesar 37,71% (Hidayat, 2008). Perbedaan kandungan selulosa
ini dapat disebabkan karena sumber tanaman jerami yang berbeda, kondisi
tanaman, tanah, penanaman, dan lain lain (Pratiwi, 2016). Proses
delignifikasi selama 70 menit menyebabkan kandungan selulosa jerami
meningkat hingga mencapai 57,87%, kandungan hemiselulosa juga
meningkat menjadi 18,10%, serta kandungan lignin turun menjadi 8,28%.
Sampel jerami yang mengalami proses delignifikasi selama 90 menit,
kandungan selulosa mengalami penurunan menjadi 55,01%, hemiselulosa
meningkat menjadi 23,37% serta kandungan lignin turun menjadi 8,19%.
Peningkatan kadar selulosa dan hemiselulosa terjadi dikarenakan
menurunnya kadar lignin dari jerami yang terikat dan larut dengan NaOH
selama proses delignifikasi selama 70 menit, serta NaOH dapat
mengekstrak hemiselulosa dan selulosa dari jerami sehingga meningkatkan
kandungan hemiselulosa dan selulosa (Novia, 2017).

Proses delignifikasi selama 90 menit, kandungan selulosa jerami


tidak menunjukkan kenaikan, tetapi mengalami penurunan seperti lignin.
Kandungan selulosa dan lignin jerami turun menjadi 55,03% dan 8,19%.
Kandungan hemiselulosa justru mengalami kenaikan menjadi 23,37%.
Selulosa dan lignin turun dikarenakan semakin lama waktu delignifikasi,

43
senyawa-senyawa yang merupakan sisi aktif dalam jerami yang larut dalam
NaOH akan semakin banyak (Handayani, 2010). Lama waktu dan
konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap kandungan selulosa, yang
menyebabkan degradasi terhadap selulosa, sehingga menyebabkan turunnya
kadar selulosa yang diperoleh dari hasil delignifikasi (Asmoro, 2018).

Sampel daun nanas,sebelum mengalami proses delignifikasi


memiliki kadar selulosa sebesar 25,33%, hemiselulosa 8,98% dan lignin
12,81%. Proses delignifikasi selama 70 menit menyebabkan kadar selulosa
dan hemiselulosa nanas meningkat menjadi 59,12% dan 18,79 %.
Kandungan lignin nanas mengalami penurunan menjadi 10,78%.
Peningkatan kadar selulosa dikarenakan kadar lignin yang terikat yang
kemudian larut dengan NaOH (Nikmatin, 2018). Larutan NaOH berfungsi
mengekstrak hemiselulosa dan selulosa, sehingga kandungan selulosa dan
hemiselulosa menjadi naik (Novia, 2017).
Proses delignifikasi selama 90 menit menyebabkan kadar selulosa
dan lignin nanas mengalami penurunan menjadi 55,10% dan 8,74%.
Semakin lamanya waktu delignifikasi, maka semakin banyak lignin yang
terkelupas dan terlarut (Trisanti, 2015), kandungan selulosa mengalami
penurunan karena hancurnya kisi selulosa akibat pengembangan oleh
NaOH, sehingga kadarnya selulosa menjadi turun (Prasetia, dkk, 2016).
Kandungan hemiselulosa justru mengalami kenaikan menjadi 25,06%.
Kandungan hemiselulosa yang naik disebabkan kelarutannya dengan NaOH
yang semakin kecil akibat konsentrasi air bebas dalamlarutan NaOH
semakin berkurang (Widodo, 2013).

4.1.2 Uji Karakteristik Menggunakan Scanning Electron Microscope


(SEM)
Daun nanas dan jerami sebelum dan setelah proses delignifikasi
selanjutnya diuji dan diamati menggunakan SEM(Scanning Electron
Microscope) untuk mengetahui perbedaan morfologi permukaan dari
kedua produk tersebut. Daun nanas dan jerami memiliki sifat non
konduktif sehingga akan mudah terbakar ketika terkena energi yang
44
sangat tinggi ketika masuk di dalam alat SEM. Diperlukan pelapisan
logam yang sangat tipis pada material non-konduktif sehingga
dilakukan coating permukaan dengan lapisan emas pada material.
Serat daun nanas dan jerami sebelum dan setelah mengalami proses
delignifikasi dianalisis morfologi dan ukuran perbesaran sebesar
2500x SEM yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan
Gambar 4.3.

(a)

(b) (c)
Gambar4. 2 Hasil analisa SEM jerami dengan perbesaran 2500 x (a) Jerami
sebelum delignifikasi (b) Jerami dengan proses delignifikasi 70 menit (c) Jerami
dengan proses delignifikasi selama 90 menit

45
Morfologi permukaanjeramisebelum proses delignifikasi dapat
dilihat pada Gambar 4.2(a). Terlihat permukaan jerami yang rapat,
halus, serta tidak berongga. Permukaan jerami seperti initerindikasi
sebagai lignin yang memiliki fungsi sebagai pengisi dinding sel
tanaman yang berikatan kuat dengan senyawa lignoselulosa sehingga
menyebabkan dinding sel tanaman menjadi keras (Rimbani, 2013).
Jerami setelah mengalami proses delignifikasi, terlihat morfologi
permukaannya menjadi terkoyak dan hancur, sehingga menyebabkan
permukaan jerami terlihat menjadi lebih kasar, bersekat, serta
memiliki beberapa bagian halus yang berada di atas permukaan
jerami seperti pada Gambar 4.2(b). Pada Gambar 4.2(c) permukaan
jerami terlihat lebih renggang, lebih kecil dan bagian halus diatas
permukaan jerami lebih sedikit.

Pada gambar 4.2 (b) dan 4.2 (c) dapat terlihat bahwa permukaan
selulosa jerami 70 menit lebih kasar dan besar, hal ini
mengakibatkan luas permukaan dari adsorben menjadi lebih besar
sehingga lebih efektif untuk digunakan sebagai adsorben (Irawan,
2014). Perbedaan bentuk permukaan ini menunjukkan semakin lama
waktu delignifikasi menyebabkan semakin banyak ikatan antara
lignin dan selulosa yang terlepas. Metode menggunakan chesson
menunjukkan hasil kandungan lignin yang terus menurun pada
jerami. NaOH juga berfungsi sebagai delignifikator dengan cara
mendegradasi dan merusak struktur lignin, bagian kristalin, dan
amorf, memisahkan sebagian lignin dan hemiselulosa serta dapat
menyebabkan penggembungan struktur dari selulosa (Gunam,dkk
2011).

46
(a)

(b) (c)

Gambar4. 3 Hasil analisa SEM nanas dengan perbesaran 2500 x. (a) Daun nanas sebelum
delignifikasi (b) Daun nanas dengan proses delignifikasi 70 menit (c) Daun nanas dengan
proses delignifikasi selama 90 menit

Berdasarkan pada Gambar 4.3 (a) daun nanas yang belum diberi
perlakuan dengan NaOH 9% memiliki serat serat yang saling
berikatan dengan cukup rapat, halus, dan tidak beraturan. Ikatan
yang tidak beraturan tersebut menunjukkan ikatan antara
lignoselulosa yang masih sangat rapat dan kuat (Lismeri, dkk 2017)
karena berfungsi untuk mengisi dinding sel tanaman yang bersifat
keras dan kaku. Pada Gambar 4.3 (b) terlihat permukaan daun nanas
menjadi lebihr enggang dan kasar serta terlihat sedikit ikatan antara
lignoselulosa, sedangkan pada Gambar 4.3 (c) permukaan daun
47
nanas terlihat sangat renggang dan struktur permukaan yang halus.
Hal ini karena semakin lama waktu delignifikasi akan semakin
banyak ikatan antara lignin dan selulosa yang terlepas, digantikan
oleh ikatan antara lignin dengan NaOH, sehingga permukaan dari
daun nanas akan semakin kecil (Trisanti , 2015).

Permukaan selulosa daun nanas pada proses delignifikasi 70 menit


terlihat lebih kasar dan besar dari pada permukaan selulosa daun
nanas pada proses delignifikasi 90 menit. Permukaan yang kasar dan
besar memberikan luas permukaan yang besar, sehingga lebih efektif
digunakan sebagai adsorben (Irawan , 2014).

4.1.3 Uji Karakteristik Menggunakan X-Ray Difraction (XRD)


Uji XRD ini untuk mengetahui derajat kristalinitas dari selulosa
antara jerami dan daun nanas sebelum dan sesudah proses
delignifikasi. Selulosa memiliki struktur kristalin yang berlawanan
dengan hemiselulosa dan lignin yang merupakan material amorf.
Difraktogram XRD untuk daun nanas dan jerami sebelum dan setelah
proses delignifikasi dapat dilihat pada Gambar 4.4. Berdasarkan
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa seluruh difraktogram memiliki
puncak tajam pada 2 pada sekitar23. Struktur selulosa ini
merupakan karakteristik dari selulosa asli atau selulosa tipe I yang
memiliki puncak tajam pada 2 sekitar 22-23 (Suryanto, 2017).
Hal ini menunjukkan menunjukkan hilangnya komponen amorf
(Lignin dan hemiselulosa) dan meningkatnya kristalinitas serat
selulosa (Trisanti, 2015).

48
Gambar 4.4DifraktogramXRDuntukselulosamurni,
Gambar4. jerami,
4 Difraktogram XRD untuk selulosa murni, jerami,nanas dan
nanas dan
hasil delignifikasi
hasildelignifikasi 70 dan 70
90 dan 90 menit
menit.
Dari analisis XRD dapat diketahui derajat kristalinitas dengan
menggunakan metode segal. Hasil perhitungan derajat kristalinitas
dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4. 2 Hasil perhitungan derajat kristalinitas pada daun nanas dan jerami dengan
variasi waktu delignifikasi

Sampel DerajatKristalinitas(%)
Nanas 51,33
Nanas 70 menit 53,58
Nanas 90 menit 65,98
Jerami 59,30
Jerami 70 menit 67,70
Jerami 90 menit 71,77

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa derajat kristalinitas


untuk nanas sebelum proses delignifikasi sebesar 51,33% dan jerami
sebesar 59,30%. Setelah mengalami proses delignifikasi, derajat
kristalinitas dari daun nanas dan jerami mengalami peningkatan.
Derajat kristalinitas daun nanas setelah delignifikasi selama 70 dan 90
49
menit menjadi 53,58% dan 65,98%, sedangkan derajat kristalinitas
jerami setelah delignifikasi selama 70 dan 90 menit menjadi 67,70%
dan 71,77%. Peningkatan derajat kristalinitas ini dikarenakan lignin
yang merupakan komponen amorf terdegradasi yang menyebabkan
tersisanya selulosa dalam daun nanas. Semakin lama waktu
delignifikasi maka derajat kristalinitas akan cenderung mengalami
peningkatan (Trisanti dkk,2015). Derajat kristalinitas tertinggi yaitu
pada waktu delignifikasi 90 menit, untuk daun nanas sebesar 65,98%
dan jerami sebesar 71,77%. Semakin tinggi derajat kristalinitas maka
semakin bersih pori dari adsorben yang diharapkan semakin banyak
ion yang teradsorpsi (Pardoyo, 2009).

4.2 Proses AdsorbsiLogam Cu


Pada proses adsorpsi ini menggunakan pengadukan dengan
menggunakan magnetic stirrer untuk mengontakkan antara limbah larutan
Cu dengan adsorben daun nanas dan jerami. Pengadukan ini dilakukan
dengan kecepatan sebesar 90 rpm, dengan konsentrasi limbah artificial Cu
sebesar 25 ppm.

4.2.1 Analisa Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Kemampuan


Adsorpsi Logam Cu
80

60
% Removal

Daun Nanas 70 Menit


40
Daun Nanas 90 Menit
Jerami 70 Menit
20 Jerami 90 Menit

0
30 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)
Gambar4. 5Pengaruh Waktu KontakTerhadap% removal logam Cudengan
berat 1 gram

50
80

60
Daun Nanas 70
% Removal

Menit
40 Daun Nanas 90
Menit
Jerami 70 Menit
20

Jerami 90 Menit
0
30 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)

Gambar4. 6 Pengaruh waktu kontak terhadap % removal logam Cu dengan


berat 1,5 gram

80

60
% Removal

Daun Nanas 70 Menit


40
Daun Nanas 90 Menit
Jerami 70 Menit
20 Jerami 90 Menit

0
30 60 90 120
Waktu Kontak (Menit)
Gambar4. 7Pengaruh waktu kontak terhadap % removal logam Cu dengan
berat 2 gram

Waktu kontak merupakan waktu yang diberikan selulosa daun


nanas dan jerami untuk menyerap logam Cu. Penentuan waktu kontak
yang paling banyak menyerap logam Cu dilakukan dengan setiap
jenis adsorben dengan variasi berat adsorben. Berdasarkan Gambar
4.4, persen removal logam Cu cenderung naik pada saat waktu kontak

51
30 menit hingga 90 menit. Semakin lama waktu kontak maka akan
semakin tinggi persen removal logamnya. Hal ini dikarenakan
interaksi antara gugu hidroksil (-OH) dengan logam semakin banyak
(Safrianti, 2012). Menurut penelitian oleh Zian (2016) dengan
bertambahnya waktu kontak, maka jumlah adsorbat yang terserap
pada permukaan adsorben akan semakin meningkat hingga tercapai
titik jenuh. Sisi aktif dari selulosa masih cukup banyak sehingga
frekuensi terjadinya ikatan dengan molekul adsorbat cukup tinggi.

Pada waktu kontak 90 menit, gugus aktif selulosa yang berikatan


dengan adsorbat dalam kondisi optimum, sehingga dapat meremoval
logam Cu dengan maksimal (Handayani, 2010). Adsorben yang paling
tinggi dalam meremoval logam Cu adalah nanas dengan proses waktu
delignifikasi selama 70 menit yaitu sebesar 59,83% pada berat
adsorben 1 gram, untuk berat adsorben sebesar 62,17% dan untuk
berat 2 gram sebesar 64,43%.

Pada waktu kontak 90 menit ke 120 menit, persen removal logam


Cu mengalami penurunan, hal ini dikarenakan ion logam Cu yang
teradsorpsi oleh gugus aktif (-OH) telah mencapai kondisi maksimum
(Safrianti, 2012) dimana permukaan adsorben menjadi jenuh yang
mengakibatkan terjadinya proses desorpsi atau pelepasan adsorbat
kembali, sehingga menyebabkan proses adsorpsi menjadi berkurang
(Purnama , 2016). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Suziyana
(2017) menurunnya efisiensi adsorpsi disebabkan terjadinya proses
desorpsi atau pelepasan kembali adsorbat selama pengadukan.
Desorpsi terjadi terjadi akibat permukaan adsorben yang telah jenuh,
dimana pada keadaan jenuh, laju adsorpsi menjadi berkurang sehingga
waktu kontak tidak lagi berpengaruh.

52
4.2.2 Analisa Pengaruh JenisAdsorben dan Waktu Delignifikasi
Terhadap Kemampuan Adsorpsi Logam Cu
Adsorben daun nanas dan jerami dengan variasi waktu
delignifikasi memiliki kemampuan meremoval yang berbeda.
Kemampuan removal antara daun nanas dan jerami terlihat pada
gambar 4.5, gambar 4.6 dan gambar 4.7. Daun nanas memiliki
kemampuan meremoval yang lebih tinggi daripada jerami. Hal ini
dikarenakan kandungan selulosa pada nanas lebih tinggi daripada
jerami. Hal ini dibuktikan pada perhitungan analisa Chesson
(Lampiran A). Semakin tinggi kadar selulosa yang digunakan, maka
adsorpsi logam akan semakin besar, karena semakin banyak jumlah
gugus –OH yang siap untuk mengikat ion logam sehingga
konsentrasi ion logam menjadi berkurang (Desianna, dkk, 2017).
Menurut penelitian Mandasari (2016) keberadaan lignin akan
menghambat proses adsorpsi, karena keberadaan lignin akan
menghalangi proses transfer ion ke sisi aktif selulosa sehingga proses
penyerapan berjalan sangat lambat.
Waktu delignifikasi selama 70 menit menghasilkan kadar selulosa
yang lebih tinggi daripada kadar selulosa yang dihasilkan pada
proses delignifikasi 90 menit. Hal ini dapat dibuktikan pada
perhitungan analisa Chesson (Lampiran A). Penurunan kadar
selulosa pada proses delignifikasi selama 90 menit ini karena terjadi
reaksi berantai tidak hanya sampai pemecahan lignoselulosa, tetapi
diikuti reaksi pemutusan rantai polimer selulosa menjadi gula
reduksi atau hidrolisis. Sehingga selulosa yang harusnya naik
menjadi turun karena adanya reaksi pemutusan rantai polimer
selulosa pada suhu ruang(Rosyidin, dkk ,2015). Penurunan kadar
selulosa juga dipengaruhi oleh kelarutan hemiselulosa dari adsorben
saat proses delignifikasi. Kelarutan hemiselulosa yang semakin
berkurang dalam larutan NaOH menyebabkan kadar selulosa turun
(Widodo, dkk, 2013).

53
Proses delignifikasi selama 70 menit menghasilkan selulosa
dengan permukaan yang kasar, besar, serta renggang, sehingga
permukaan yang lebih lebar. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisa
SEM. Permukaan adsorben yang lebar maka akan semakin banyak
adsorbat yang tertangkap atau adsorpsi semakin tinggi (Nova, 2014).
Proses delignifikasi 90 menit menghasilkan selulosa dengan
permukaan yang lebih halus dan kecil sehingga permukaan tampak
lebih sempit. Permukaan selulosa pada proses ini mengalami
degradasi kisi selulosa akibat pengembangan yang terlalu kuat oleh
NaOH yang akhirnya larut pada saat proses pencucian dengan
akuades (Prasetia, dkk, 2016).
Derajat kristalinitas adsorben dengan proses delignifikasi selama
70 menit lebih rendah dari pada derajat kristalinitas adsorben dengan
proses delignifikasi selama 90 menit. Semakin tinggi derajat
kristalinitas menandakan adsorben semakin bersih dari pengotor
sehingga memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi
(Pardoyo,2009), namun pada penelitian ini kristalinitas adsorben
dengan proses delignifikasi selama 90 menit memiliki kemampuan
adsorpsi yang lebih rendah daripada adsorben dengan delignifikasi
selama 70 menit. Hasil analisa chesson menunjukkan kadar selulosa
adsorben dengan proses delignifikasi 90 menit lebih rendah daripada
adsorben dengan proses delignifikasi 70 menit, hal ini karena pada
delignifikasi 90 menit, selulosa dari adsorben ikut terdegradasi
dengan pelarut NaOH sehingga kadar selulosa menjadi turun.
Semakin rendah kadar selulosa maka semakin rendah pula
kemampuan adsorpsinya (Desianna, 2017).

54
4.2.3 Analisa Pengaruh Berat Terhadap Kemampuan Adsorpsi Logam
Cu

80

60 Nanas 70
Nanas 90
% Removal

40 Jerami 70
Jerani 90

20

0
1 1.5 2
Berat

Gambar4.8 Analisa pengaruh berat adsorben terhadap removal logam Cu


pada waktu kontak 30 menit

80

60 Nanas 70
% Removal

Nanas 90
40 Jerami 70
Jerami 90
20

0
1 1.5 2
Berat

Gambar4.9 Analisa pengaruh berat adsorben terhadap removal logam Cu


pada waktu kontak 60 menit

55
80

60
% Removal
Nanas 70
40
Nanas 90
Jerami 70
20
Jerani 90

0
1 1.5 2
Berat
Gambar4. 10 Analisa pengaruh berat edsorben terhadap removal logam Cu
pada waktu kontak 90 menit

80

60
% Removal

Nanas 70
40
Nanas 90
Jerami 70
20
Jerani 90

0
1 1.5 2
Berat
Gambar4. 11 Analisa pengaruh berat adsorben terhadap removal logam Cu
pada waktu kontak 120 menit
Analisa mengenai pengaruh berat terhadap kemampuan adsorben
daun nanas dan jerami dalam mengurangi logam Cu dapat dilihat dari
persen removal kedua adsorben tersebut atau konsentrasi akhir logam
Cu. Gambar 4.11, 4.12, 4. 13 dan 4.14 tersebut untuk setiap adsorben
pada setiap waktu kontak yang sama, memiliki persen removal yang
cenderung naik, hal ini dikarenakan semakin banyak massa adsorben
maka akan semakin banyak gugus aktif selulosa yang akan berikatan
dengan ion logam. Menurut Fida (2016) faktor yang mempengaruhi
adsorpsi adalah jumlah kerapatan adsorben, dimana peningkatan berat
bahan penyerap juga menandakan peningkatan kerapatan bahan
penyerap dalam larutan, sehingga daya serap tertinggi akan tercapai
56
pada kerapatan tertentu yang memungkinkan terjadinya interaksi yang
efektif antara ion logam dengan gugus aktif dari selulosa. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian Krisnawati dkk(2013) dimana konsentrasi
ion logam akan semakin menurun dengan bertambahnya jumlah
adsorben yang digunakan. Jumlah adsorben yang semakin banyak
akan memperluas penyerapan ion logam yang ada pada suatu larutan,
sehingga persen removal akan semakin meningkat.
Adsorbsi kimia terjadi karena interaksi ion antara adsorben
dengan adsorbat. Mekanisme adsorbsi yang terjadi antara gugus OH
yang terikat pada permukaan dengan ion logam yang bermuatan
positif (kation) adalah sebagai berikut:

Y-OH + M2+ -YO-M

M + 2H+

-YO-M

Gambar4. 8 Mekanisme reaksi adsorpsi Cu

M+ dan M2+ dalam penelitian ini adalah ion logam Cu, sedangkan –
OH adalah gugus hidroksil, dan Y adalah matriks tempat gugus –OH
terikat. Ion logam Cu memiliki orbital D kosong yang akandiisi oleh
elektron bebas dari atom oksigen pada gugus OH. Selulosa berperan
sebagai ligan yang dapat menyumbangkan sepasang elektron bebas
pada ion logam, sedangkan ion logam Cu berperan sebagai. atom
pusat dalam pembentukan senyawa kompleks (Baroroh, dkk, 2017) .

57
(Halaman sengaja dikosongkan)

58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Waktu delignifikasi untuk mendapatkan kadar selulosa tetinggi dari daun
nanas dan jerami adalah waktu delignifikasi 70 menit yaitu sebesar
59,12% dan 57,78%.
2. Kondisi optimum proses adsorpsidaun nanas dan jerami terhadap logam
Cu (II) adalah waktu kontak 90 menit dengan berat adsorben 2 gram
dengan persen removal sebesar 64,43% dan 62,14%.
5.2 Saran
1. Menambah variasi waktu dan suhu delignifikasi adsorben agar dapat
mengetahui kondisi optimum untuk mendapatkan kadarselulosa yang
terbaik.
2. Mengkombinasikan delignifikasi basa-asam untuk mendapatkan kadar
selulosa yang lebih tinggi.
3. Menambah pengujian BET dan FTIR untuk menambah keakuratan data.

59
(halaman sengaja dikosongkan)

60
DAFTAR PUSTAKA
Alwi ,Herianti (2017). Validasi Metode Analisis Flavonoid Dari Ekstrak Etanol
KasumbaTurate (CarthamustinctoriusL) Secara Spektrofotometri Uv-Vis.
Skripsi. Unversitas Negeri Alauddin Makassar.
Asmoro, Novian Welly, Afriyanti, dan Ismawati (2018). Ekstraksi Selulosa
Batang Tanaman Jagung (Zea mays) Metode Basa. Jurnal Ilmiah
Teknosains, Vol 4 No.1.
Artanti, N., Retno W., Sofa Fajriah.(2009). Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas
Ekstrak Air Dan Etanol Daun Benalu (DendrophthoepentandraL.Miq)
Yang Tumbuh Pada Berbaga iInang.JKTI, 11:39-42

Asriani (2017). Identifikasi LogamTembaga (Cu) Pada Zonasi Radius 1-5 Km


Tempat Pembuangan Akhir (TPA Antang Makassar Terhadap Pengaruh
Kualitas Air Sumur Gali.Skripsi. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Bahl, B.S., G.D Tuli and A. Bahl. (1997). Essential of Pysical Chemistry. S. New
Delhi :Chand and Company, ltd. Page 845-849.

Bhimte, n. a., Tayade P. T. (2007). Evaluation of Mycrocrystalline Cellulose


Prepared From Sisal Fibres as A Tablet Excipien,AAPSPharmSciTech 8
(1).

Baroroh, Azzumrotul, Anita Dewi, Ellyke (2017). Pemanfaatan Serbuk Selulosa


Kakao sebagai Adsorben Logam Berat Ni pada Limbah Cair
Elektroplating. Artikeli lmiah hasil penelitian mahasiswa.

Dachriyanus, Prof.Dr (2003). Analisis Struktu rSenyawa Organik Secara


Spektroskopi. Lembaga PengembanganTeknologiInformasi dan
Komunikasi. UniversitasAndalas.

Desianna, Ika, dkk. (2017). Selulosa Kulit Jagung sebagai Adsorben Logam
Chromium (Cr) pada Limbah Cair Batik. Unnes Physics Journal (6)
(1).Universitas Negeri Semarang.

61
Dimyati, Arbi., AgusSujatno, Rohmad Salam, Bandriyana (2015). Study Scanning
Electron Microscopy (SEM) untuk karakterisasi proses oxidasi paduan
zirconium.Pusat Sains Dan Teknologi BahanMaju, PSTBM Batan.

Esmilaningsih, Evi. (2012).Pengaruh Jenis Asam Pendestruksi Terhadap Kadar


Logam Tembaga Total Dan Seng Total Pada Lumpur Limbah Industri
Pelapisan Logam. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Gunam, dkk (2011). Delignifikasi Ampas Tebu Dengan Larutan Natrium


Hidroksida Sebelum Proses Sakarifikasi Secara Enzimatis Menggunakan
Enzim Selulase Kasar Dari Aspergillus niger FNU6018.LIPI.Vol 34.

Handayani, Aries Wiwit. (2010). Penggunaan Selulosa Daun Nanas Sebagai


Adsorben Logam Berat Cd (II).Skripsi, Universitas Negeri Sebelas Maret,
Surakarta.

Harmita, (2006). AnalisisFisiko Kimia. FMIPA, Universitas Indonesia. Jakarta

Hidayat, P.,Santoso, E., (2008). Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas


Sebagai Alternatif Bahan Baku Tekstil,Teknoin, Vol 13, 31-35.

Irawan, Chairul, Ardiansyah dan Nalsha Hanan. Potensi Hayati Serat Purun
Tikus(Eleocharis dulcis)Dalam Proses Adsorpsi Kandungan Logam Berat
Merkuri (Hg), TSS Dan Cod Pada Limbah Cair Pertambangan Emas.
Konversi Vol 3. No 1.

Julfana, Rika., Titin Anita Zaharah., Nora Idiawati. (2012). Hidrolisis Selulosa
Dari Ampas Sagu Menggunakan Campuran Selulase Dari Trichoderma
reesei Dan Aspergillus niger.JKK Vol 2(1).Halaman 52-57.

Krisnawati, Jasinda dan Iriany (2013). Penjerapan Logam Kadmium (CD2+)


dengan Adsorben Cangkang Telur Bebek yang Telah Diaktivasi.Jurnal
Teknik Kimia Vol. 2, No. 3.Halaman 29-32.

62
Lismeri, dkk (2018). Produksi Gula Reduksi dari Batang Ubi Kayu dengan
Hidrolisis Menggunakan Asam Encer dan Induksi Medan
Elektromagnetik. JurnalRekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol 13 No.1

Mandasari, Isitifiarti dan Alfan Purnomo (2016). Penurunan Ion Besi (Fe) dan
Mangan (Mn) dalam Air dengan Serbuk Gergaji Kayu Kamper.Jurnal
Teknik ITS Vol. 5, No.1.

Mardina,P., Adelina T.T., Jhon F. M. S., Andri N., M Reza F(2013). Pengaruh
Proses Delignifikasi Pada Produksi Glukosa Dari Tongkol Jagung
Dengan Hidrolisis Asam Encer.JurnalKonversi Volume 2 No. 2.

Nova, Susilowati.(2014). Sintesis Adsorben Berbasis Lignoselulosa Di


KayuRandu (Ceiba pentandral) Untuk Menjerap Pb (II) Dalam Limbah
Cair Artificial.Skripsi. UniversitasNegeri Semarang.

Novia,Destarani Wijaya, Putri Yanti (2017). Pengaruh Waktu Delignifikasi


Terhadap Lignin Dan Waktu SSF Terhadap Etanol Pembuatan Bioetanol
Dari SekamPadi.Jurnal Teknik Kimia No.1 Vol 23.UniversitasSriwijaya

Nurhidayah (2016). Karakteristik Material Pasir Besi Menggunakan X-Ray


Diffraction (XRD) di Pantai Marina Kabupaten Bantaeng.Skripsi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Onggo, H., Astuti J.T., (2005), Pengaruh Sodium Hidroksida dan Hidrogen
Peroksida terhadap Rendemen dan Warna Pulp dari Serat Daun Nenas.
JurnalIlmu dan Teknologi KayuTropis, Vol.3, No. 1, hal 37-43

Paduraru, C., Tofan, L., (2008). Investigations on The Possibility of Natural


Hemp Fibres use for Zn (II) Ions Removal From Waste Waters,
Environment Engginering and Management Journal, Vol.7, 687-689

Pardoyo, Listiana dan Adi Darmawan (2009). Pengaruh Perlakuan HCL Pada
Kristalinitas Dan Kemampuan Adsorpsi Zeolit Alam Terhadap Ion
Ca2+.Jurnal Sains dan Matematika (JSM). Vol 17 No.2.

63
PeraturanGubernurJawa Timur no 61 tahun 2010.

Permatasari, H. R., Gulo, F. &Lesmini, B., (2013). Pengaruh Konsentrasi H2SO4


Dan NaOH Terhadap Delignifikasi Serbuk Bambu (Gigantochloa
Apus).Halaman 31-40.

Prasetia, dkk (2016). Studi Karakteristik FarmasetisMikrokristalin Selulosa Dari


Jerami Padi Varietas Lokal. JurnalSainsMateri Indonesia Vol 17.No.3

Purnomo, H.,(2009), Penyakit yang paling mematikan (hipertensi). Buanapustaka.


Jakarta.

Purnama, Ningsih, Dwi Arista Ningsih, Irwan Said (2016). Adsorpsi


LogamTimbal(Pb) Dari Larutannya Dengan Menggunakan Adsorben Dari
Tongkol Jagung.J.Akad.Kim.5. Palu.

Pratiwi, Rimadani, DriyantiRahayu, Melisa I, B (2016).Pemanfaatan Selulosa


Dari Limbah Jerami Padi (Oriza sativa) sebagai Bahan Bioplastik. IJPST
Volume 3 No.3.

Rachmadiyati, Fida, Maulidia K.D, SunuKuntjoro (2016). Potensi Jerami Sebagai


Adsorben LogamTimbal (Pb) Pada Limbah CairIndustri Batik
Sidokare,Sidoarjo. Lentera Bio.Vol5.Hal 111-116.Universitas Negeri
Surabaya

Rimbani,Majid(2013).Optimasi Bio-Pretreatment Jerami Padi Secara Fermentasi


Fase Padat Oleh Isolat Actinomycetes AcP-1 dan AcP-7.Skripsi.
Universitas Lampung.

Riyadh, Muhammad. (2009). Analisa Proses Adsorpsi Dengan Variasi Bentuk


Silika Gel Sebagai Adsorben dan Air Sebagai Adsorbat Untuk Aplikasi
Pendingin Alternatif.Skripsi.Universitas Indonesia.

64
Rosyidin, Khulafaurdkk (2015). Assisted Pretreatment with Microwave Heating
untuk Peningkatan Kadar Selulosa Batang Pisang Pada Produksi
Bioetanol. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran
Sains (SNIPS). Bandung.

Romadhani, Hanif. (2016). Validasi Metode Penetapan Kadar Tablet Floating


Metformin Hidroklorida Dengan Spektrofotometri. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

S, Nikmatin, dkk (2013). Optimasi Teknologi Produksi Nanofiber Selulosa Bambu


Ampel (Bambussa vulgaris).Jurnal Biofisika 9(1) : Hal 16-21.

Said, Nusa Idaman. (2010). Metoda Penghilangan Logam Merkuri di Dalam Air
Limbah Industri.Pusat Teknologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan
PenerapanTeknologi (BPPT). Jakarta Pusat.

Safaria, S., Nora Idiawati., Titin Anita Zaharah. (2013). Efektivitas Campuran
Enzim Selulase Dari Aspergillus niger dan Trichoderma reesei Dalam
Menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa. JKK Vol 2(1) Halaman 46-51.

Safrianti, Iin, Nelly Wahyuni, Titin Anita (2017). AdsorpsiTimbal (II) Oleh
Selulosa Limbah Jerami Padi Teraktivasi Asam Nitrat:Pengaruh pH dan
Waktu Kontak.JKK Vol 1(1) Halaman 1-7.

Saleh, H., A., Pakpahan., M., M., D., Angelina, N., (2010), Pengaruh Konsentrasi
Larutan, Temperatur Dan Waktu Pemasakan Pada Pembuatan Pulp
Berbahan Baku Sabut Kelapa Muda (Degan) Dengan Proses Soda, Jurnal
Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, UNSRI.

Saputra, Bobi Wahyu. (2008). Desain Sistem Adsorpsi Dengan Dua


Adsorber.Skripsi. Universitas Indonesia.

Saputro, AnjarEko. (2014), Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai Bahan Baku


Pembuatan Bioetanol Menggunakan Metode Pretreatment Steam
Explosion ,LaporanTugasAkhir. Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang

65
Suyanto, Agus., Sri Kusmiyati., Ch Retnaningsih (2010). Residu Logam
BeratIkan Dari Perairan Tercemar Di Pantai Utara JawaTengah
.JurnalPangan DAN Gizi Vol 01 No.02.

Suryawan, Bambang (2004). Karakteristik Zeolit Indonesia sebagai adsorben


UapAir.Disertasi,Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok.

Suziyana, SyarfiDaun, Edward HS (2017).Pengaruh Massa AdsorbrnBatang


Pisang dan Waktu KontakAdsorpsiTerhadapEfisiensiPenyisihan Fe dan
KapasitasAdsorpsi Pada Pengolahan Air Gambut.JomFTEKNIK
Volume 4.No 1.

Syafitri, Fadilla, (2017). Pengolahan Limbah Cair Bengkel MotorDengan Proses


Elektrokoagulasi Dengan Menggunakan Elektroda Stainless Stell, Skripsi,
Politeknik Negeri Sriwijaya.

Trisanti, PridaNovarita, SenaSetiawan, Elysa N dan Sumarno (2015). Ekstraksi


Selulosa Dari Serbuk Gergaji Kayu Sengon Melalui Proses Delignifikasi
Alkali Ultrasonik.JurnalSainsMateri Indonesia. Vol 19 No. 3.

Vindiarti, Leonella.(2015). Proses Adsorpsi Limbah Cair Laboratorium Dengan


Menggunakan Karbon Aktif Tongkol Jagung. LaporanAkhir. Politeknik
Negeri Sriwijaya.

Vogel. (1985). Textbook Of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.


Fifth Edition. Great Britain. The Chausser Press Ltd. Page 216.

Wenten, I. G., P.T.P Aryanti ., Khoiruddin (2014). Teknologi Membran Dalam


Pengolahan Limbah. Diktat Teknik Kimia. InstitutTeknologi Bandung.

Widodo, dkk (2013). Pemisahan alpha-Selulosa Dari Limbah Batang Ubi Kayu
Menggunakan Larutan Natrium Hidroksida.Jurnal Teknik Kimia, Vol 7,
No. 2.

Wijayanto, Sanjaya Okky., A. P Bayuseno. (2014). Analisis Kegagalan Material


Pipa Ferrule Nickel Alloy N06025 Pada Waste Heat Boiler AkibatSuhu
Tinggi BerdasarkanPengujian :Mikrografi dan Kekerasan. Jurnal Teknik
Mesin S-1, Vol 2, No. 1. UniversitasDiponegoro.

Windri, Richa Elni. (2011). Analisa Kandungan Cu(II) Dengan SSA Dan Ion
SulfatDenganSpektrofotometerSinarTampak Pada Air Baku Dan Air
Minum Isi Ulang Di Kota Pekanbaru.Skripsi.Universitas Islam Neegeri
Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.

66
Widowati, W., Astiana, S., Raymond, J. R., (2008), Efek Toksik Logam, Andi
Offset, Yogyakarta.

Yulianto, Bambang., RadenArio dan Agung Triono (2006). Daya Serap Rumput
Laut (Gracilariasp) Terhadap Logam Berat Tembaga (Cu) Sebagai
Biofilter. Jurnal IlmuKelautan, Vol 11 (2) :71 : 78. Universitas
Diponegoro Semarang.

Zely, FekiDesfran (2014). Pengaruh Waktu dan Kadar Saccaromyces cereviseae


Terhadap Produksi Etanol Dari Serabu tKelapa Pada Proses Sakarifikasi
dan Fermentasi Simultan Dengan Enzim Selulase. Skripsi. Bengkulu:
Fakultas Keguruan Dan IlmuPendidikan.Universitas Bengkulu.

Zian, ItaUlfin, Harmani (2016). Pengaruh Waktu Kontak pada Adsorpsi Remazol
Violet 5R Menggunakan Adsorben Nata de Coco.JurnalSains dan Seni
ITS. Vol 5 No.2.

67
(halamansengajadikosongkan)

68
LAMPIRAN

Lampiran A Perhitungan Analisa Metode Chesson.

Konsentrasi a b c d e
Sampel
NaOH (gram)
Nanas 3.0006 1.4425 1.1731 0.413 0.0287
Nanas 70
menit 1.0004 0.9019 0.7139 0.1225 0.0147
Nanas 90
menit 1.00048 0.91199 0.6613 0.11 0.0226
9%
Jerami 3.0008 1.4588 1.1281 0.4945 0.2009
Jerami 70
menit 1.0067 0.86629 0.6841 0.1015 0.0181
Jerami 90
menit 1.0004 0.904 0.6702 0.1199 0.038

Proses Delignifikasi

RumusmetodeChesson
c−d
Selulosa = x 100%
a

b−c
Hemiselulosa = x 100%
a

d−e
Lignin = x 100 %
a

Perhitungan Kadar Selulosa, Hemiselulosa, LigninDaun Nanas dan Jerami

1. Daun Nanas Sebelum Proses Delignifikasi.


a =3,0006 gram
b =1, 4425 gram
c =1, 1731 gram
d =0, 413 gram
e =0, 0287 gram
c−d
Selulosa = x 100 %
a
1,1731−0,413
= x 100%
3,0006

= 25, 33 %

69
70
b−c
Hemiselulosa = x 100
a
1,4425−1,1731
= x 100%
3,0006

= 8, 98 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,413−0,0287
= x 100%
3,0006

= 12, 81 %
2. Daun NanasDengan ProsesDelignifikasi 70 menit
a = 1, 0004 gram
b = 0, 9019 gram
c = 0, 7139 gram
d = 0, 1225 gram
e = 0, 0147 gram

c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,7139−0,1225
= x 100%
1,0004

= 59, 12 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,9019−0,7139
= x 100%
1,0004

= 18, 79 %

d−e
Lignin = x 100 %
a

0,1225−0,0147
= x 100%
1,0004

= 10, 78 %

71
72
3. Daun NanasDengan ProsesDelignifikasi 90 menit
a= 1, 00048 gram
b= 0, 91199 gram
c= 0, 6613 gram
d= 0, 1100 gram
e= 0, 0226gram
c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,6613−0,1100
= x 100%
1,00048

= 55, 10 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,91199−0,6613
= x 100%
1,00048

= 25, 06 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,1100−0,0226
= x 100%
1,00048

= 8, 74 %

4. JeramiSebelum Proses Delignifikasi.


a = 3,0008 gram
b = 1, 4588 gram
c = 1, 1281 gram
d = 0, 4945 gram
e = 0, 2009 gram

c−d
Selulosa = x 100 %
a
1,1281−0,4945
= x 100%
3,0008

= 21, 11 %

73
74
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
1,4588−1,1281
= x 100%
3,0008

= 11, 02 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,4945−0,2009
= x 100%
3,0008

= 9, 78 %

5. JeramiDengan ProsesDelignifikasi 70 Menit


a = 1, 0067 gram
b = 0, 86629 gram
c = 0, 6841 gram
d = 0, 1015 gram
e = 0, 0181 gram

c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,6841−0,1015
= x 100%
1,0067

= 57, 87 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,86629−0,1015
= x 100%
1,0067

= 18, 10 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,1015−0,0181
= x 100%
1,0067

= 8, 28 %

75
76
6. JeramiDengan Proses Delignifikasi 90 Menit
a = 1,0004 gram
b = 0, 9040 gram
c = 0, 6702 gram
d =0, 1199 gram
e =0, 0380 gram

c−d
Selulosa = x 100 %
a
0,6702−0,1199
= x 100%
1,0004

= 55, 01 %
b−c
Hemiselulosa = x 100 %
a
0,9040−0,6702
= x 100%
1,0004

= 18, 10 %
d−e
Lignin = x 100 %
a
0,1199−0,0380
= x 100%
1,0004

=8, 19 %

77
78
Lampiran B Hasil Pengujian Dengan Menggunakan Scanning Electron
Microscope (SEM)

Gambar B.1Nanas sebelum delignifikasi dengan perbesaran 500 x

Gambar B.2Nanas sebelumdelignifikasidengan 1000 x

79
80
Gambar B.3 Nanas sebelumdelignifikasidenganperbesaran 2000 x

Gambar B.4Nanas sebelumdelignifikasidenganperbesaran 2500 x

81
82
Gambar B.5Nanas setelahdelignifikasi70 menitdenganperbesaran 500x

Gambar B.6Nanas setelahdelignifikasi70 menitdenganperbesaran 1000 x

83
84
Gambar B.7Nanassetelahdelignifikasi 70 menitdenganperbesaran 2000 x

Gambar B.8Nanassetelahdelignifikasi 70 menitdenganperbesaran 2500 x

85
86
Gambar B.9Nanassetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 500 x

Gambar B.10Nanassetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 1000 x

87
88
Gambar B.11Nanassetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 2000 x

Gambar B.12Nanassetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 2500 x

89
90
Gambar B.13Jeramisebelumdelignifikasidenganperbesaran 500 x

Gambar B.14Jeramisebelumdelignifikasidenganperbesaran 1000 x

91
92
Gambar B.15Jeramisebelumdelignifikasidenganperbesaran 2000 x

Gambar B.16Jeramisebelumdelignifikasidenganperbesaran 2500 x

93
94
Gambar B.17Jeramisetelahdelignifikasi 70 menitdenganperbesaran 500 x

Gambar B.18Jeramisetelahdelignifikasi 70 menitdenganperbesaran 1000 x

95
96
Gambar B.19Jeramisetelahdelignifikasi70 menitdenganperbesaran 2000 x

Gambar B.20Jeramisetelahdelignifikasi 70 menitdenganperbesaran 2500 x

97
98
Gambar B.21Jeramisetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 500 x

Gambar B.22Jeramisetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 1000 x

99
100
Gambar B.23Jeramisetelahdelignifikasi90 menitdenganperbesaran 2000 x

Gambar B.24Jeramisetelahdelignifikasi 90 menitdenganperbesaran 2500 x

101
102
Lampiran C Hasil PengujianDenganMenggunakanX-Ray Diffraction (XRD)
Counts
Nanas

400

200

0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Gambar C. 1Difraktogram nanas sebelum proses delignifikasi

Counts
IV Nanas 70mnt
800

600

400

200

0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Gambar C. 2Difraktogram nanas dengan proses delignifikasi 70 menit.

103
104
Counts
III Nanas 90mnt
800

600

400

200

0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Gambar C. 3Difraktogram nanas dengan proses delignifikasi 90 menit


Counts
600
Jerami

400

200

0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Gambar C. 4Difraktogramjeramisebelum proses delignifikasi

105
106
Counts
600 II Jerami 70mnt

400

200

0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Gambar C. 5Difraktogramjeramidengan proses delignifikasi 70 menit


Counts
I Jerami 90mnt
600

400

200

0
10 20 30 40 50
Position [°2Theta] (Copper (Cu))

Gambar C. 6Difraktogramjeramidengan proses delignifikasi 90 menit


107
108
Lampiran DPerhitunganPembuatanLarutan.

1. Perhitunganpembuatanlarutanindukartifisial ion logam Cu 1000 mg/L


𝑀𝑟 𝐶𝑢𝑆𝑂4 .5𝐻₂𝑂
KonsentrasiLogam Cu = x 1000 mg/L
𝐴𝑟 𝐶𝑢
249,5
= x 1000 mg/L
63,5

= 3, 9291 x 1000 mg/L


= 3929, 1 mg/L
= 3, 9291 g/L
Untukmembuatlarutanindukartifisial Cu 1000 mg/L, dibutuhkan
CuSO4.5H2O sebanyak 3, 9291 gram dalam 1 liter aquades.
2. Perhitunganpembuatanlarutanartifisial ion logam Cu 25 mg/L
V1 x C1= V2 x C2

V1x 1000mg/L = 0, 5 L x 25 mg/L


12,5𝑚𝑔
V1 =
1000𝑚𝑔/𝐿

V1 = 0, 0125 Liter

V1 = 12, 5 ml

Jadiuntukmembuatlarutanartifisial ion logam Cu 25 mg/L


dibutuhkanlarutan Cu 1000 mg/L dengan volume 12, 5 ml,
kemudianditambahkanaquadessebanyak 487, 5 ml
untukmembuatlarutanartifisial ion logam Cu 25 mg/L.

3. Perhitunganpembuatanlarutan Na-dietilditiokarbamat 1%
% b/b = b/v x 100%
𝑏
1% = 50 x 100 %

= 0, 5 gram
Jadidibutuhkan 0, 5 gram Na-dietilditiokarbamat yang
dimasukkankedalamlabuukur 50 ml.
Kemudianditambahkanaquadessampaitandabatas.

109
110
4. Pembuatanlarutanamonia 5 %
V1 x M1= V2 x M2
V1x 25 % = 50ml x 5 %
50 𝑥 5%
V1 =
25%
V1 = 10ml
Jadiuntukmembuatlarutan ammonia 5 %, dibutuhkan 10 ml larutan
ammonia 25 % yang dimasukkankedalamlabuukur 50 ml.
Kemudianditambahkanaquadessampaitandabatas.
5. PerhitunganNormalitasLarutan H2SO4 Pekat.
Normalitas H2SO4pekat
10 𝑥 % 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
N=
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙
10 𝑥 98% 𝑥 1,84 𝑥 2
N=
98.08
N = 36 N
Jadinormalitaslarutan H2SO4pekat 98% adalah 36 N.
6. PerhitunganPembuatanLarutan H2SO41N
N1 x V1 = N2 x V2
36 x V1= 1 x 500 ml
1 𝑥500 𝑚𝑙
V1 =
36
V1 = 13,8 ml
Jadiuntukmembuatlarutan H2SO41N dibutuhkan 13,8 ml larutan
H2SO4pekat, kemudianditambahkanaquadessebanyak 486,2 ml pada
labuukur 500 ml.
7. PembuatanLarutan H2SO472%.
% x V1 = % x V2
98% x V1= 72% x 50 ml
72% 𝑥50𝑚𝑙
V1=
98%

V1= 36,7 ml

111
112
Jadiuntukmembuatlarutan H2SO472% dibutuhkan 36,7 ml larutanH2SO4
98% yang dimasukkankedalamlabuukur 50 ml.
Kemudianditambahkanaquadessampaitandabatas.

1. Data pembacaanadsorbansilarutan Cu saatpembuatankurvakalibrasi

No. 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm


1 0.1621 0.1909 0.2406 0.2617 0.3057
2 0.1623 0.1908 0.2407 0.2619 0.3052
3 0.1617 0.1958 0.2406 0.2616 0.3051
Rata-rata 0.1620 0.1925 0.2406 0.2617 0.3053

2. KurvaKalibrasi Cu

0.3500
y = 0.035x + 0.125
R² = 0.989
0.3000

0.2500

0.2000

0.1500

0.1000

0.0500

-
0 1 2 3 4 5 6

Gambar D. 1Kurvakalibrasi Cu

113
114
Lampiran E Data PembacaanAbsorbansiSampel

Tabel E.1 Data pembacaanAbsorpsi


Waktu Absorbansi I Absorbansi II Rata-rata
Adsorbe BeratAdsorbe Kontak
No Absorbans
n n (Gram) (Menit I II I II i
)
0.188 0.188
0.1892 0.1889 1 1
0.187 0.188
1 30
0.1887 0.1875 6 6
0.189 0.190
0.188 0.1883 2 2 0.1886
0.174 0.176
0.1767 0.1754 5 3
0.176 0.174
1 60
0.1757 0.1767 1 6
0.175 0.175
Nanas 0.175 0.1752 4 9 0.1754
1
70 Menit 0.169 0.169
0.1677 0.1694 6 1
0.170 0.168
1 90
0.1688 0.1682 8 2
0.169 0.168
0.1692 0.1708 3 7 0.1692
0.182 0.183
0.1826 0.1829 4 4
0.181 0.182
1 120
0.1837 0.183 9 2
0.183 0.182
0.1818 0.1827 2 9 0.1826
0.185 0.184
0.1833 0.1842 7 4
0.184 0.183
1.5 30
0.1827 0.1825 5 6
0.183 0.183
0.1844 0.183 8 5 0.1842
0.170 0.171
0.1712 0.1713 5 1
0.171
1.5 60
0.1703 0.1696 0.171 3
Nanas 0.170 0.170
2
70 Menit 0.1699 0.1701 2 5 0.1707
0.166 0.166
0.1664 0.1662 9 8
0.167 0.166
1.5 90
0.1657 0.1665 4 2
0.165 0.166
0.166 0.1653 3 6 0.1665
0.171 0.171
0.171 0.1715 5 4
1.5 120
0.170 0.172
0.1722 0.1712 5 1 0.1711

115
0.171 0.170
0.1717 0.1707 2 3
0.178 0.179
0.1782 0.1785 3 8
0.179 0.178
2 30
0.1794 0.1796 9 3
0.178 0.179
0.1787 0.1788 6 4 0.1790
0.168 0.167
0.1675 0.1678 7 7
Nanas 0.167 0.166
3 2 60
70 Menit 0.1686 0.1668 9 9
0.168 0.167
0.1681 0.1684 3 2 0.1677
0.164
0.1645 0.1639 4 0.164
0.163 0.163
2 90
0.1632 0.1631 5 1
0.164 0.163
0.1638 0.1635 1 7 0.1638

116
Waktu
Konta Absorbansi I Absorbansi II
N Adsorbe BeratAdsorbe
k
o n n (gram)
(menit Rata- Rata
) I II I II Absorbansi
0,168 0,168
0,1682 0,1677 3 2
Nanas 0,167 0,167
3 2 120
70 Menit 0.1681 0,1671 7 5
0,167 0,166
0,1675 0,1688 4 7 0,1676
0.193 0.191
0.1932 0.1916 5 4
0.192 0.192
1 30
0.1929 0.1921 4 7
0.191 0.191
0.1917 0.1928 6 8 0.1922
0.184 0.183
0.1844 0.1834 7 6
0.185 0.184
1 60
0.1852 0.1847 6 2
0.183 0.185
Nanas 0.1839 0.1852 4 5 0.1845
4
90 Menit 0.177 0.176
0.177 0.1778 2 3
1 90 0.176 0.177
0.1762 0.1769 4 7
0.1768 0.1762 0.178 0.177 0.1771
0.191 0.191
0.1902 0.1902 2 8
0.192 0.190
1 120
0.1918 0.1918 3 6
0.191 0.192
0.1911 0.1912 8 7 0.1917
0.191 0.191
0.1911 0.1903 6 2
0.191 0.190
1.5 30
0.1916 0.1913 2 5
0.190 0.191
0.1903 0.1917 5 5 0.1910
0.182 0.181
0.1834 0.1822 5 5
0.181 0.181
1.5 60
Nanas 0.1816 0.1817 6 7
5
90 Menit 0.181 0.183
0.1823 0.1829 3 4 0.1820
0.174 0.174
0.1755 0.1733 6 4
0.174 0.174
1.5 90
0.1747 0.1727 2 8
0.173 0.174
0.1732 0.1744 7 1 0.1743
0.188
1.5 120
0.1888 0.1874 3 0.188 0.1884
117
0.188
0.1879 0.1892 0.189 5
0.187 0.188
0.1884 0.1878 8 9
0.188 0.187
0.1898 0.1894 9 8
0.189 0.188
2 30
0.1879 0.1885 5 4
0.188 0.189
0.1889 0.189 2 7 0.1887
0.179 0.178
0.1792 0.1786 7 4
Nanas 0.179 0.179
6 2 60
90 Menit 0.1804 0.1793 1 9
0.178 0.179
0.1799 0.1797 6 2 0.1791
0.170 0.170
0.1708 0.1712 6 5
0.169 0.169
2 90
0.1698 0.1689 1 9
0.171 0.169
0.1694 0.1693 4 5 0.1701

118
Waktu
Absorbansi I Absorbansi II
Konta
N Adsorbe BeratAdsorbe
k
o n n (Gram)
(menit Rata – Rata
) I II I II Absorbansi
0.185 0.186
0.1862 0.1865 6 7
Nanas 0.186 0.186
6 2 120
90 Menit 0.1852 0.1855 7 3
0.185 0.185
0.1856 0.1852 1 4 0.1859
0.190 0.188
0.1897 0.1871 3 7
0.188 0.190
1 30
0.1895 0.1893 3 3
0.189 0.187
0.1891 0.1885 6 4 0.1891
0.180 0.183
0.1828 0.1818 9 8
0.181 0.181
1 60
0.1803 0.1823 7 4
0.181 0.180
Jerami 0.1824 0.1831 3 2 0.1815
7
70 Menit 0.171 0.171
0.1724 0.1713 3 8
0.171 0.171
1 90
0.1713 0.1728 8 4
0.172 0.172
0.1727 0.1716 5 7 0.1719
0.184 0.187
0.1876 0.1868 6 2
0.184 0.186
1 120
0.1879 0.1854 9 8
0.185 0.185
0.1854 0.1861 7 1 0.1857
0.188 0.189
0.1894 0.1901 3 3
0.189 0.188
1.5 30
0.1897 0.1893 2 1
0.187 0.187
0.1874 0.1895 5 9 0.1883
0.176 0.177
0.1788 0.1781 8 3
Jerami 0.178 0.177
8 1.5 60
70 Menit 0.1781 0.1771 8 6
0.177 0.178
0.1784 0.1783 6 9 0.1778
0.170 0.168
0.1678 0.1698 1 8
0.169 0.169
1.5 90
0.1692 0.1683 3 6
0.168 0.168
0.1683 0.1696 4 5 0.1691
119
0.178 0.178
0.1787 0.1796 1 3
0.179 0.178
1.5 120
0.1793 0.1783 6 3
0.179 0.177
0.1786 0.1788 8 4 0.1785
0.181 0.181
0.1823 0.1825 5 3
0.182 0.181
2 30
0.1814 0.1818 1 9
0.180 0.180
0.1819 0.1829 9 7 0.1814
0.170 0.169
0.1712 0.1694 6 9
Jerami 0.170 0.169
8 2 60
70 Menit 0.1704 0.1702 2 4
0.179 0.171
0.1698 0.1698 2 2 0.1717
0.160 0.159
0.1618 0.1607 2 7
0.160 0.159
2 90
0.1606 0.1599 4 9
0.159 0.159
0.1593 0.1612 7 7 0.1599

120
Waktu
Konta Absorbansi I Absorbansi II
N Adsorbe BeratAdsorbe
k
o n n (gram)
(menit Rata-Rata
) I II I II Absorbansi
0.170 0.169
0.1714 0.1702 8 5
Jerami 0.169 0.169
9 2 120
70 Menit 0.1698 0.1693 7 3
0.171 0.170
0.171 0.1698 1 4 0.1701
0.193 0.194
0.1936 0.1937 8 1
0.193
1 30
0.1926 0.194 0.193 7
0.192 0.193
0.1931 0.1929 8 2 0.1934
0.185
0.1865 0.1846 4 0.186
0.184 0.185
1 60
0.1845 0.1866 9 3
0.185 0.185
Jerami 0.1853 0.1858 9 1 0.1854
10
90 Menit 0.180 0.181
0.182 0.1822 5 3
0.181 0.180
1 90
0.1813 0.1819 2 1
0.181 0.182
0.1805 0.181 6 2 0.1811
0.192 0.191
0.1943 0.1941 7 7
0.193 0.192
1 120
0.1924 0.1937 6 5
0.194 0.193
0.1937 0.1932 1 4 0.1930
0.192 0.192
0.1941 0.1933 2 6
0.193 0.193
1.5 30
0.1927 0.1924 7 9
0.193 0.192
0.1934 0.1928 1 8 0.1930
0.186 0.185
0.1864 0.1847 3 5
Jerami 0.185 0.184
11 1.5 60
90 Menit 0.1849 0.1852 1 3
0.184 0.183
0.1852 0.1849 7 5 0.1849
0.176 0.177
0.1775 0.1784 9 7
0.176 0.177
1.5 90
0.1767 0.1754 1 2
0.175 0.176
0.1763 0.1767 8 9 0.1767
121
0.193 0.192
0.1919 0.1918 2 2
0.192
1.5 120
0.1923 0.1932 0.193 7
0.192 0.191
0.1916 0.1926 6 3 0.1925
0.192 0.191
0.1903 0.1911 4 5
0.190
2 30
0.1906 0.1904 0.191 7
0.190 0.192
0.1913 0.1926 7 2 0.1914
0.184 0.182
0.184 0.1852 4 7
Jerami 0.183 0.183
12 2 60
90 Menit 0.1848 0.1825 6 1
0.182 0.183
0.1837 0.1831 9 6 0.1833
0.176 0.174
0.1763 0.1753 2 2
0.175 0.176
2 90
0.1756 0.176 1 2
0.174 0.175
0.1752 0.1755 9 1 0.1752

122
Waktu
N Adsorbe BeratAdsorbe Kontak Absorbansi I Absorbansi II
o n n (Gram) (Menit Rata –Rata
) I II I II Absorbansi
0.191 0.189
0.1906 0.1917 1 7
Jerami 0.190 0.191
12 2 120
90 Menit 0.1915 0.1905 8 1
0.190 0.191
0.1908 0.1918 4 2 0.1907

123
124
Lampiran FPerhitunganKonsentrasiAkhirLogam Cu.

1. y = 0, 035x + 0, 125
y = 0,035x + 0, 125
(𝑦−0,125)
x =
0,035

x = zx 8 (pengenceran 8 kali)
x = zmg/L
Keterangan
y = Absorbansi pada SpektrofotometriUv-Vis
x = Konsentrasiakhirlogam Cu
Tabel F.1PerhitunganKonsentrasiAkhirLogam Cu

Waktu
No Bahan Berat Kontak Adsorbansi(Y) X
30 Menit 0.1886 14.5542
60 Menit 0.1758 11.6228
1 gram
90 Menit 0.1689 10.0419
120 Menit 0.1827 13.1885
30 Menit 0.1837 13.4304
Nanas
60 Menit 0.1707 10.4609
1 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1663 9.4552
120 Menit 0.1711 10.5409
30 Menit 0.1788 12.3009
60 Menit 0.1676 9.7561
2 gram
90 Menit 0.1639 8.8914
120 Menit 0.1678 9.7904
30 Menit 0.1923 15.3847
60 Menit 0.1844 13.5961
1 gram
90 Menit 0.1769 11.8761
120 Menit 0.1913 15.1752
30 Menit 0.1910 15.1009
Nanas
60 Menit 0.1821 13.0685
2 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1741 11.2304
120 Menit 0.1883 14.4761
30 Menit 0.1888 14.5904
60 Menit 0.1793 12.4190
2 gram
90 Menit 0.1700 10.2933
120 Menit 0.1858 13.9047
125
126
Waktu
No Bahan Berat Kontak Adsorbansi(Y) X
30 Menit 0.1889 14.6247
60 Menit 0.1818 12.9904
1 gram
90 Menit 0.1719 10.7352
120 Menit 0.1861 13.9714
30 Menit 0.1888 14.5847
Jerami
60 Menit 0.1779 12.1104
3 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1689 10.0514
120 Menit 0.1787 12.2819
30 Menit 0.1817 12.9752
60 Menit 0.1709 10.5009
2 gram
90 Menit 0.1664 9.4628
120 Menit 0.1701 10.3295
30 Menit 0.1933 15.6285
60 Menit 0.1854 13.8266
1 gram
90 Menit 0.1813 12.8723
120 Menit 0.1932 15.6076
30 Menit 0.1930 15.5619
Jerami
60 Menit 0.1850 13.7276
4 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 0.1768 11.8400
120 Menit 0.1923 15.3980
30 Menit 0.1912 15.1390
60 Menit 0.1836 13.4019
2 gram
90 Menit 0.1754 11.5352
120 Menit 0.1909 15.0704

127
128
Lampiran GPerhitunganPersen Removal Logam Cu

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙− 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟


1. % Removal = x 100 %
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑤𝑎𝑙
=A%
Tabel G.1PerhitunganPersen Removal Logam Cu.

Waktu
No Bahan Berat Kontak Removal %
30 Menit 41.50
60 Menit 48.03
1 gram
90 Menit 57.05
120 Menit 44.11
30 Menit 41.66
Jerami
60 Menit 51.55
1 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 59.79
120 Menit 50.87
30 Menit 48.09
60 Menit 57.99
2 gram
90 Menit 62.14
120 Menit 58.68
30 Menit 37.48
60 Menit 44.69
1 gram
90 Menit 48.51
120 Menit 37.56
30 Menit 37.75
Jerami
60 Menit 45.08
2 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 52.64
120 Menit 38.40
30 Menit 39.44
60 Menit 46.39
2 gram
90 Menit 53.85
120 Menit 39.71

129
130
Waktu
No Bahan Berat Kontak Removal %
30 Menit 41.78
60 Menit 53.50
1 gram
90 Menit 59.83
120 Menit 47.24
30 Menit 46.27
Nanas
60 Menit 58.15
3 70 1.5 gram
Menit 90 Menit 62.17
120 Menit 57.83
30 Menit 50.79
60 Menit 60.97
2 gram
90 Menit 64.43
120 Menit 60.83
30 Menit 38.46
60 Menit 45.61
1 gram
90 Menit 52.49
120 Menit 39.29
30 Menit 39.59
Nanas
60 Menit 47.72
4 90 1.5 gram
Menit 90 Menit 55.07
120 Menit 42.09
30 Menit 41.63
60 Menit 50.32
2 gram
90 Menit 58.82
120 Menit 44.38

131

Anda mungkin juga menyukai