KERJA PRAKTEK
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam penulis panjatkan atas
segala berkah Laporan Kerja Praktik ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban
terhadap apa yang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek yang penulis lakukan di PT Vale Indonesia Tbk.
Selama melakukan kegiatan kerja praktek hingga penyusunan laporan,
penulis banyak menemukan kendala-kendala namun berkat dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya penulisan laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan dengan baik.
Olehnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Tyas A. Rabudianto selaku pembimbing dan pak Muh. Ibnu Rusjid
Andi selaku Mine Engineer dan orang-orang yang terlibat di Departemen
Mine and Exploration yang telah membantu dalam kerja praktek pada PT.
Vale Indonesia Tbk.
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP. Selaku ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Muslim Indonesia.
3. Bapak Ir. Abdul Salam Munir, S.T., M.T. selaku pembimbing.
4. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dalam berbagai bentuk
serta doa yang tiada hentinya.
5. Teman angkatan 2014 yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
dalam suka maupun duka.
6. Teman dari kampus lain yang juga melaksanakan kerja praktek pada PT.Vale
Indonesia Tbk dan semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan
kerja praktek ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulisan Laporan kerja praktek ini penulis sadari masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
Kata Pengantar-iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 2’
1.3 Batasan Kerja Praktek.................................................................................... 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek ................................................................................... 2
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................... 4
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan Penambangan ................................................................................. 17
4.2 Perbandingan Material tahun 2016 dan 2017 ................................................ 18
4.3 Harga (Cost) Material…... ............................................................................. 21
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24
5.2 Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Daftar Isi-iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Daftar Gambar-v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Perbandingan material antara tahun 2016 dan 2017 area Petea ............ 19
Tabel 4.2 Perbandingan material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
West Sorowako………………………………………….. ................... 20
Tabel 4.3 Perbandingan material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
East Sorowako………………………………………….. ................... 21
Tabel 4.4 Biaya material pada area Petea ............................................................ 22
Tabel 4.5 Biaya material pada area West Sorowako ............................................. 22
Tabel 4.6 Biaya material pada area East Sorowako .............................................. 23
Daftar Tabel-vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan Kerja Praktek ini yaitu untuk mempelajari Analisis
Perbandingan Tonase Pit tahun 2016 dan Pit tahun 2017 pada area Petea, East
Sorowako dan West Sorowako PT. Vale Indonesia, Tbk.
Tujuan dari kegiatan praktek ini adalah untuk mengetahui berapa kenaikan
rata-rata dari perbandingan tonase dan berapakah biaya material dari hasil
perbandingan tonase tersebut.
Adapun manfaat dari kegiatan kerja praktek ini adalah dapat menambah
wawasan bagi penulis khusunya tentang perbandingan tonase di LTP ( Long Term
Planning ).
Studi dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan lebih 12 hari terhitung mulai
tanggal 19 Juli 2017 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2017.
PT. Vale Indonesia, Tbk secara administratif berlokasi di Desa Sorowako
Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Desa
Sorowako berada di sebelah utara Provinsi Sulawesi Selatan. Berjarak kurang lebih
600 km dari Kota Makassar dan dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 14
jam dari Kota Makassar.Secara geografis Desa Sorowako terletak pada koordinat 2
03’00”- 3 03’25” LS dan 119 28’56”-121 47’27” BT berbatasan dengan beberapa
daerah, yaitu:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Danau Matano, Kabupaten Poso dan Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Sebelah barat berbatasan dengan Wasuponda, Kecamatan Bone – Bone dan
Kabupaten Luwu Utara .
2
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Wawondula, Kabupaten Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone.
4. Sebelah timur berbatasan dengan Danau Mahalona dan Provinsi Sulawesi
Tengah.
Sorowako dengan elevasi 290 – 900 m merupakan daerah yang dikelilingi oleh
tiga buah danau yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. PT. Vale
Indonesia Tbk mempunyai daerah konsesi awal dengan luas sekitar 6.000.000 Ha
yang terletak pada posisi 120°52' - 122°30' BT (Sua-sua s/d Torokulu) dan 1°50' -
5°30' LS (Kolonedale s/d Malapulu). Daerah konsesi awal ini sebagian
dikembalikan kepada pemerintah Indonesia, dan hingga saat ini daerah yang tersisa
dan dipertahankan adalah seluas 218.530 Ha (SK 336.K/46.00/DJG/2005) dan
menyebar di tiga propinsi yaitu Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi
Tengah.
Daerah penambangan meliputi dua blok yaitu Blok Timur (East Block) dan
Blok Barat (West Block) yang terdiri dari bukit-bukit yang mengandung endapan
bijih nikel. Daerah di sebelah timur pabrik peleburan disebut Blok Timur dan yang
di sebelah barat pabrik peleburan disebut Blok Barat dimana daerah
penambangannya lebih luas dari daerah penambangan pada Blok Timur.
3
1.5 Sistematika Penulisan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Visi
Menjadi perusahaan sumberdaya alam nomor satu di Indonesia yang
menggunakan standar global dalam menciptakan nilai jangka panjang, melalui
keunggulan kinerja dan kepedulian terhadap manusia dan alam.
2.1.2 Misi
Mengubah sumberdaya alam menjadi sumber kemakmuran dan pembangunan
yang berkelanjutan.
5
6. Mewujudkan tujuan.
6
pengangkatannya tidak terlalu intensif.Kompleks ini menempati luas sekitar 11,000
km persegi dengan stadia geomorfik menengah, diselingi oleh blok-blok sesar dari
cretaceous abyssal limestone dan diselingi oleh chert.
7
1. Lapisan Overburden
Lapisan ini terletak dibagian paling atas, berwarna coklat kemerahan hingga
coklat kehitaman.Kadar Ni kurang dari 1.3 %. Ketebalan lapisan rata-rata mencapai
7 meter. Material secara umum dalam ukuran halus (lempung-lanau). Sering
dijumpai mineral stabil berupa cromit, magnetit. Struktur dan tekstur batuan induk
tidak dapat dikenali.
2. Limonit berkadar menegah (Medium Grade Limonit(MGL)
Zona dibawah overburden disebut zona MGL, berwarna kuning hingga
kecoklatan, agak lunak, berkadar air 30%-40%, kadar Ni berkisar antara 1,4 – 1,5 %,
Fe 44% MgO 3%, SiO 2%. Zona MGL ini merupakan zona transisi dariOverburden
ke Saprolit dengan ketebalan sekitar 2 – 10 m.
3. Zona Saprolit
Merupakan zona bijih (ore zone), mengandung banyak fragmen batuan dasar
yang teralterasi. Tekstur dan struktur batuan dasar dapat dengan mudah dikenali,
berwarna kuning kecoklatan sampai kemerah-merahan. Merupakan zona berkadar Ni
tinggi, yaitu rata-rata lebih besar dari 1,8 % dengan ketebalan lapisan antara 2 – 15 m
dan dapat dibedakan menjadi 2 subzone,yakni:
a. Subzone softsaprolit
Terletak dibawah Limonit, dengan kandungan fragmen batuan dasar lebih
kecil dari 5 cm, sebanyak < 25%. Jarang ditemukan fragmen dengan ketebalan
ekstrim.Ketebalan antara 1 – 6 m.
b. Sub zone hardsaprolit
Terletak di bawah softsaprolit, dengan kandungan fragmen batuan berukuran
lebih besar dari 5 cm, dengan kehadiran lebih dari 25 %. Sering ditemukan fragmen
dalam ukuran boulder dan pola pelapukan rim structure pada bagian terbawah.
Ketebalan berkisar antara 2-8 m.
4. Bedrock(Bluezone/Barren Zone)
Lapisan ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau belum
mengalami pelapukan dengan kadar Ni 1,3%. Pada umumnya batuan ini merupakan
bongkah-bongkah masif,berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan.Secara
lokal batuan dasar ini disebut blue zone.
Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada endapan
8
bawah bukit dengan relief yang landai, sedangkan relief yang terjal endapan makin
menipis, disamping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar tinggi
dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan.
9
Sedangkan menghitung tonnage cadangan diperoleh dari hasil kali volume
blok dengan density insitu.
Tonnage = Volume x Density …………………………………………………... (2.2)
10
alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin kelancaran
aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi,
lebar, dan panjang jenjang.
E. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan
daerah penambangan.
F. Kondisi geometrik jalan
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar
jalan, kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope,
dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.
G. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:
a) Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.
b) Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.
H. Kondisi geografi dan geologi
a) Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem
penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan cara
penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur
jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang.
b) Struktur geologi
Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan
gerakan-gerakan tektonis.
c) Penyebaran batuan
d) Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya
air dalam massa ini akan menimbulkan tegangan air pori.
11
Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
a) Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh
dari permukaan.
b) Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan
yang maksimal dengan ”Mining Recovery” yang maksimal dan relatif
aman.
c) Pertimbangan teknis
d) Pertimbangan Teknologi.
Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya, mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan karakteristik dari
endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini akan dibahas sistem
penambangan secara tambang terbuka.
Metode penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah
metode open pit, open mine, open cut, dan open cast.
Pada kegiatan penambangan menggunakan empat metode diatas, bijih berasal
dari penggalian excavator baik dilakukan sendiri atau dengan kombinasi alat lain
cara penggalian bijih nikel yang digunakan pada metode penambangan open pit,open
cut, open cast dan open mine adalah:
a. Sistem jenjang tunggal (Single Bench)
Sistem jenjang tunggal biasanya dipakai untuk menambang bahan
galian yang relatif dangkal dan memungkinkan unutk beroperasi dengan
jenjang tunggal. Tinggi jenjang maksimum yang stabil, kemiringannya
tergantung pada jenis batuan yang ditambang. Ketinggian jenjang yang
aman ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan pekerja dan
peralatan. Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan
permukaan yang aman adalah apabila alat-alat yang berioperasi dan pekerja
dalam kondisi tidak aman, dimana tempat yang enjadi landasan terdapat
kemungkinan akan runtuh/longsor. Besarnya hasil produksi yang dihasilkan
dengan jenjang tunggal sangat terbatas dan ditentukan oleh kapasitas alat.
Selain itu juga ditentukan oleh luas permukaan kerja (front).
12
b. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench)
Penambangan dengan jenjang bertingkat umumnyadigunakan untuk
menambang bahan galian yang kompak (massive) dan endapan bijih tebal
yang sanggup ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan
jenjang tunggal. Jenis batuannya harus kuat dan keras agar dapat
mendukung beban yang ada diatasnya. Kemiringan lereng dapat dibuat lebih
vertikal jika daya dukung batuan besar. Pit slope bervariasi antara 20º – 70º.
Dari horizontal. Hal ini diaksud agar mendapatkan perolehan bijih yang
lebih banyak lagi. Kestabilan jenjang perlu dijaga terutama untuk
mempertinggi faktor keamanan. Untuk menghindari kecelakaan, beberapa
cara dapat dilakukan yaitu dengan pembersihan bongkah-bongkah batu yang
menempel pada dinding jenjang, mengetahui daerah kritis,pengeringan, dan
memonitor pergerakan dan pergeseran.
Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sistem penambangan, yaitu :
a) Jumlah Tanah Penutup
Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih.
Sebelum pengambilan bijih, terlebih dahulu tanah penutupnya harus dikupas.
Jumlah dari tanah penutup harus diketahui dengan jelas untuk menentukan nilai
“Stripping Ratio”.
b) Jumlah Cadangan Bijih
Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan
bijih yang dapat ditambang (mineable). Dari jumlah bijih nikel hasil perhitungan
cadangan tersebut terdapat standar pengurangan yang digunakan oleh perusahaan
sehinggga diperoleh mining recovery. Standar pengurangan tersebut dapat
berupa:
Geologi faktor
Mining loss
Dilution
c) Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio
Batas penambangan ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak
untuk diproduksi. Cara penentuannya adalah dengan memisahkan daerah yang
layak dalam masalah kadar,diman kelayakan kadar adalah cut off grade (COG).
13
COG adalah kadar rata-rata terendah yang asih menguntungkan. Kemudian
langkah selanjutnya adalah menghitung stripping ratio (SR). SR adalah
perbandingan antara volume tanah penutup yang dipindahkan per satuan berat
bijih (satuan m3/ton). Sehingga dengan mengetahui nilai SR, maka dari daerah
yang sudah memenuhi syarat COG dilihat lagi SRnya. Jika SRnya lebih besar
dari SR yang ditentukan perusahaan, maka daerah tersebut tidak layak untuk
diproduksi.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Persiapan
15
a) Lokasi kerja praktek
b) Peta Lokasi PT Vale Indonesia Tbk.
c) Keadaan Geologi
TAHAP PENDAHULUAN
a. Administrasi
b. Studi Pustaka / Literatur
c. Perlengkapan Lapangan
d. Training
DATA SEKUNDER
Data yang digunakan data pit tahun 2016
dan 2017 yang sudah di tetukan dari
bagian LTP (Long Term Plan)
PENYUSUNAN LAPORAN
SEMINAR
16
BAB IV
PEMBAHASAN
17
digunakan untuk menutupi daerah pascatambang sebagai dasar bagi tanaman.
Dikatakan OB ketika kadar batas nikel ( COG ) dibawah 1,5%.
3. Pengambilan bijih (Ore)/ Mining Ore
Ore mining disebut juga sebagai ROM (Run Of Mine), ROM akan diangkut
dan di bawa ke stasiun penyaringan ( Screening Station).
4. Screening Station
Bijih nikel disaring sesuai ukuran yang diminta oleh pabrik pengolahan.
Produk hasilnya yaitu SSP ( Screen Station Product ) yang berupa ore basah
dan kemudian akan diangkut dan disimpan di WOS (Wet Ore Stockpile)
untuk mengurangi water content dan pecampuran ( blended). Terdapat pula
hasil buangan dari SS yang disebut reject yang nantinya akan dibawa ke
disposal dan dikategorikan sebagai material civil.
a. Area East block, ukuran reject rock-nya : +18” dan +6”
b. Area West block, ukuran reject rock-nya : +18”, +4”, dan +2”
5. Penambangan Quarry
Quarry dalam sistem penambangan adalah tambang terbuka yang diterapkan
untuk menambang endapan-endapan bahan galian industry atau mineral
industry, misalnya batu gamping, marmer, andesit. Penambangan quarry yang
dilakukan di PT. Vale Indonesia Tbk, merupakan material yang berasal dari
Blue Zone atau Bedrock. Material quarry ini digolongan sebagai material
civil.
PT Vale memproduksi nikel dalam bentuk matte, yaitu produk setengah jadi
dari bijih laterit. Produksi akhir berupa “Nickel Matte” dari hasil ekstraksi bijih nikel
yang berkadar ± 75% Ni. Kebutuhan bijih nikel ini diperoleh dari Mine Production
(MP) Blok Timur dan Blok Barat.
PT. Vale memiliki 2 area yang ditambang yaitu pada area Sorowako dan area
Petea. Dimana pada kedua area tersebut melakukan penambangan untuk
mendapatkan Overburden (OB), Ore (ROM) dan Quarry yang digolongkan sebagai
material civil. Berikut perbandingan material OB, Rom, SSP dan total OB+Rom pada
area Petea, East Sorowako dan West sorowako.
18
Tabel 4.1 Perbandingan Material antara tahun 2016 dan 2017 pada area Petea
Jenis Jumlah Material
Difference var (%)
Material 2016 2017
Overburden
110,879,727 115,636,104 4,756,377 4%
Waste
Run Off
38,436,396 37,785,373 -651,022 -2%
Mine
Scraning
Station 29,398,224 28,897,969 -500,255 -2%
Product
Dryer Killen
18,053,870 17,743,442 -310,427 -2%
Product
Overburden
Waste + Run 149,316,123 153,421,478 4,105,355 3%
Off Mine
Tabel 4.1 merupakan tabel yang menunjukkan jumlah material antara tahun 2016 dan
2017. Terdapat difference, diaman difference merupakan selisih antar jumlah
material pada tahun 2016 dan 2017. Sementara itu, terdapat kolom var atau varian
yang ditunjukkan dalam bentuk persen merupakan kenaikan ataupun penurunan pada
jumlah material tersebut. Pada aera Petea jumlah OBW_Wmt atau Overburden waste
satuannya Wmt atau Weight metric ton, pada tahun 2016 berjumlah 110,879,727
Wmt dan pada tahun 2017 berjumlah 115,636,104 wmt. Adapun selisih antara
keduanya berjumlah 4,756,377 wmt, sementara itu untuk obw_wmt mengalami
kenaikan sebesar 4%. Pada material Rom (Run off Mine) atau ore yang didapatkan
pada tahun 2016 sebesar 38,436,396 wmt dan pada tahun 2017 sebesar 37,785,373,
dengan selisih -651,022 dimana mengalami penurunan sebesar -2%. Material ssp
atau screening station product pada tahun 2016 sebesar 29,398,224 smt atau
scereening metric ton, dengan selisih sebesar -500,255 artinya mengalami
penurunan. Penurunannya sebesar -2%. Dkp atau Dryer Killien product pada tahun
2016 jumlah materialnya sebesar 18,053,870 dmt dan pada tahun 2017 sebesar
17,743,442 dmt atau dryer metric ton.selisih yang dihasilkan yaitu -310,427 dmt dan
mengalami penurunan sebesar -2%. Terdapat ob + Rom yang dimana tahun 2016
ketika Ob dan Rom di jumlahkan mendapatkan hasil sebesar 149,316,123 wmt dan
19
pada tahun 2017 sebesar 153,421,478 wmt, sehingga selisih yang dihasilkan yaitu
sebesar 4,105,355 dan mengalami peningkatan sebesar 3 %.
Tabel 4.2 Perbandingan Material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
West Sorowako
Jenis Jumlah Material
Difference var (%)
Material 2016 2017
Overburden
Waste 120,353,726 128,113,950 7,760,224 6%
Run Off
Mine 35,064,249 36,919,803 1,855,554 5%
Scraning
Station
Product 19,382,630 20,415,762 1,033,132 5%
Dryer
Killen
Product 9,340,673 9,838,683 498,010 5%
Overburden
Waste +
Run Off
Mine 155,417,975 152,658,295 -2,759,680 -2%
Pada perbandingan material area West Sorowako antara tahun 2016 dan
2017 yaitu pada material obw_wmt tahun 2016 sebesar 120,353,726 wmt dan pada
2017 sebesar 128,113,950 wmt. Selisih antaranya sebesar 7,760,224 wmt dan nilai
variannya yaitu 6% artinya mengalami peningkatan. Sementara untuk rom_wmt
pada tahun 2016 sebesar 35,064,249 wmt dan tahun 2017 sebesar 36,919,803 wmt
meghasilkan selisih 1,855,554 wmt dan variannya sebesar 5% artinya rom
mengalamai peningkatan. Pada material ssp atau screening station produk pada tahun
2016 sebesar 19,382,630 smt screening metric ton dan pada tahun 2017 sebesar
20,415,762 smt selisih diantaranya sebesar 1,033,132 dan variannya sebesar 5%.
Material dkp atau dryer killen produk pada tahun 2016 sebesar 9,340,673 dmt atau
dryer metric ton dan pada tahun 2017 sebesar 9,838,683 dmt mengahsilkan selisih
sebsar 498,010 dan varian sebesar 5%. Adapun material total antara Ob di tambah
dengan Rom pada tahun 2016 sebesar 155,417,975 wmt dan pada tahun 2017 sebesar
152,658,295 wmt. Selisih diantaranya sebesar -2,759,680 dan memiliki nilai varian
sebesar -2%.
20
Tabel 4.3 Perbandingan Material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
East Sorowako
Jenis Jumlah Material
Difference var (%)
Material 2016 2017
Overburden -
Waste 96,504,624 95,251,794 1,252,829 -1%
Run Off
Mine 23,883,310 25,190,652 1,307,342 5%
Scraning
Station
Product 16,718,317 17,633,456 915,139 5%
Dryer
Killen
Product 8,120,325 8,564,822 444,496 5%
Overburden
Waste +
Run Off
Mine 120,387,934 120,442,446 54,513 0.05%
Pada material area East sorowako antara tahun 2016 dan 2017 yaitu pada
obw_wmt di tahun 2016 sebesar 96,504,624 wmt dan pada tahun 2017 sebesar
95,251,794 wmt, megahsilkan selisih sebesar -1,252,829 dan nilai varian sebesar -
1%. Untuk material rom_wmt pada tahun 2016 sebesar 23,883,310 wmt dan pada
thun 2017 sebesar 25,190,652 menghasilkan selisih sebesar 1,307,342 wmt serta nilai
varian sbesar 5%. Untuk material ssp pada tahun 2016 jumlah materialnya sebesar
16,718,317 smt dan pada tahun 2017 sebesar 17,633,456 smt dengan selisih sebesar
915,139 dan nilai varian sebesar 5%. Untuk material dkp pada tahun 2016 jumlah
materialnya sebesar 8,120,325 dmt dan pada tahun 2017 sebesar 8,564,822 dmt
dengan nilai selisih sebesar 444,496 dmt dan varian sebesar 5%. Adapun material
total antara Ob ditambah dengan Rom pada tahun 2016 jumlah materialnya sebesar
120,387,934 wmt dan di tahun 2017 sebesar 120,442,446 wmt dengan selisih 54,513
dan varian sebesar 0.05%.
21
melihat berapa harga untuk selih material tersebut. Adapun harga yang akan di
hitung yaitu harga OB, Rom dan material Screening.
Pada area West Sorowako sendiri material Stripping dihitung dengan jumlah
selisih Ob antara tahun 2016 dan tahun 2017 bernilai 7,760,224 dengan dikalikan
22
faktor costnya sebesar 1.07 didapatkan hasil sebesar 8,303,439. Untuk material
Mining dihitung dengan jumlah selisih Rom antara tahun 2016 dan tahun 2017
dengan jumlah 1,855,554 dikalikan dengan faktor costnya sebesar 1.33 menghasilkan
2,467,887. Dan untuk material Screning di hitung dengan menggunakan jumlah
selisih SSP antara tahun 2016 dan 2017 dengan nilai -87,450 dikalikan dengan faktor
costnya sebesar 1.60 didapatkan hasil sebesar -139,920. Maka jika di totalkan ke tiga
jenis material tersebut didapatkan 10,631,407 cost/ton untuk area West Sorowako,
Jumlah selisih
Jenis material Cost/Ton Hasil
material
Stripping -1,252,829 1.07 -1,340,528
Mining 1,307,342 1.33 1,738,765
Screening 915,139 1.60 1,464,223
Total 1,862,460
Pada area East Sorowako sendiri material Stripping dihitung dengan jumlah
selisih Ob antara tahun 2016 dan tahun 2017 bernilai -1,252,829 dengan dikalikan
faktor costnya sebesar 1.07 didapatkan hasil sebesar -1,340,528. Untuk material
Mining dihitung dengan jumlah selisih Rom antara tahun 2016 dan tahun 2017
dengan jumlah 1,307,342 dikalikan dengan faktor costnya sebesar 1.33 menghasilkan
1,738,765. Dan untuk material Screning di hitung dengan menggunakan jumlah
selisih SSP antara tahun 2016 dan 2017 dengan nilai 915,139 dikalikan dengan
faktor costnya sebesar 1.60 didapatkan hasil sebesar1,464,223. Maka jika di totalkan
ke tiga jenis material tersebut didapatkan 1,862,460 cost/ton untuk area West
Sorowako.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya diperhitungkan kembali untuk nilai COG (Cut Off Grade) yang akan
digunakan. Terutama untuk area-area yang bersifat khusuus.
24
DAFTAR PUSTAKA
Boldt, 1967, Nikel Laterit And Formation, PT. Internasional Nikel Indonesia.
Tbk, P. V. I., 2013. Pengelolaan Lingkungan PT. Vale Indonesia Tbk, Malili: PT. Vale
LAMPIRAN