Anda di halaman 1dari 35

ANALISIS PERBANDINGAN TONASE PIT TAHUN 2016 DAN

PIT 2017 PADA AREA PETEA, EAST SOROWAKO, DAN


WEST SOROWAKO PT. VALE INDONESIA, TBK.

KERJA PRAKTEK

IKA YUANITA FITRIA PRIHARTINI


09320140074

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam penulis panjatkan atas
segala berkah Laporan Kerja Praktik ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban
terhadap apa yang, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek yang penulis lakukan di PT Vale Indonesia Tbk.
Selama melakukan kegiatan kerja praktek hingga penyusunan laporan,
penulis banyak menemukan kendala-kendala namun berkat dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya penulisan laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan dengan baik.
Olehnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Tyas A. Rabudianto selaku pembimbing dan pak Muh. Ibnu Rusjid
Andi selaku Mine Engineer dan orang-orang yang terlibat di Departemen
Mine and Exploration yang telah membantu dalam kerja praktek pada PT.
Vale Indonesia Tbk.
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP. Selaku ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Muslim Indonesia.
3. Bapak Ir. Abdul Salam Munir, S.T., M.T. selaku pembimbing.
4. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dalam berbagai bentuk
serta doa yang tiada hentinya.
5. Teman angkatan 2014 yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
dalam suka maupun duka.
6. Teman dari kampus lain yang juga melaksanakan kerja praktek pada PT.Vale
Indonesia Tbk dan semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan
kerja praktek ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulisan Laporan kerja praktek ini penulis sadari masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik lagi kedepannya.

Makassar, 18 Agustus 2018

Penulis

Kata Pengantar-iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................... 2’
1.3 Batasan Kerja Praktek.................................................................................... 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek ................................................................................... 2
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Profil Perusahaan ........................................................................................... 5
2.2 Kondisi Geologi ............................................................................................. 6
2.5 Mine Plan Design .......................................................................................... 9

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Persiapan ........................................................................................................ 15
3.2 Studi Literatur ................................................................................................ 15
3.3 Pengambilan Data .......................................................................................... 15
3.3 Pengolahan Data ............................................................................................ 16
3.3 Penyusunan Laporan ...................................................................................... 16

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan Penambangan ................................................................................. 17
4.2 Perbandingan Material tahun 2016 dan 2017 ................................................ 18
4.3 Harga (Cost) Material…... ............................................................................. 21

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24
5.2 Saran ....................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Daftar Isi-iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Peta Lokasi Penelitian ..................................................................................... 3


3.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................................. 16
4.1 Tahapan Penambangan yang dilakukan PT.Vale Indonesia Tbk. ................... 17

Daftar Gambar-v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Perbandingan material antara tahun 2016 dan 2017 area Petea ............ 19
Tabel 4.2 Perbandingan material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
West Sorowako………………………………………….. ................... 20
Tabel 4.3 Perbandingan material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
East Sorowako………………………………………….. ................... 21
Tabel 4.4 Biaya material pada area Petea ............................................................ 22
Tabel 4.5 Biaya material pada area West Sorowako ............................................. 22
Tabel 4.6 Biaya material pada area East Sorowako .............................................. 23

Daftar Tabel-vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertambangan merupakan sektor yang membutuhkan investasi yang


besar. Oleh karena itu, perhitungan yang efektif dan efisien serta perencanaan
tambang yang tepat sangat dibutuhkan. Perencanaan pertambangan meliputi kegiatan
dari awal penambangan sampai pasca penambangan. Salah satu bagian dari
perencanaan tersebut adalah melakukan urutan (scheduling) penambangan untuk
meningkatkan efektivitas efesiensi dan nilai ekonomis dalam pelaksanaan
penambangan.
Perancanaan yang dilakukan pada PT.Vale sendiri menggunakan software
Vulcan yang dimana pemodelan dari site hingga hasil penambangan pada lokasi yang
direncanakan akan didapatkan, termasuk penggunaan density yang akan digunakan
untuk menghitung material dan cost dari proses penambangan yang akan dilakukan
pada lokasi perencanaaan.
Pada tahun 2017 pada PT. vale mengalamai perubahan pada SF dari 1.2 ke SF
1.3, dan adanya perubahan kemiringan jenjang dan boom.pada blok timur pada area
west kemiringan jenjang pada tahun 2016 berada pada sudut 56º dan pada tahun 2017
menjadi 45º. Sedangkan boom, pada tahun 2016 sebesar 5 m dan pada tahun 2017
menjadi 7. Begitupula pada blok barat yaitu daerah Petea, pada Petea yang
mengalami perubahan yaitu kemiringan jenjang, tinggi jenjang dan boom. Untuk
kemringan jenjang pada tahun 2016 sebesar 45º dan pada tahun 2017 menjadi 33º.
Dan untuk ketinggian jenjang pada tahun 2016 sebesar 10 m dan pada tahun 2017
menjadi 7 m. Pada boom di tahun 2016 sebesar 5 m dan pada tahun 2017 menjadi 7
m. Selain itu, pada pemodelan blok menggunakan software Vulcan ada yang
berubah. Pada tahun 2016 menggunakan COG (Cut Off Grade) 1.6 dan 1.5 dan pada
tahun 2017 sudah menggunakan COG (Cut Off Grade) 1.5.
Dengan berdasarkan perubahan-perubahan yang ada maka diperlukan untuk
melakukan analisa perbandingan material dan biaya atau cost antara pit tahun 2016
dan 2017 untuk mengetahui berapa selisih yang dihasilkan dari adanya perubahan itu.

1
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan Kerja Praktek ini yaitu untuk mempelajari Analisis
Perbandingan Tonase Pit tahun 2016 dan Pit tahun 2017 pada area Petea, East
Sorowako dan West Sorowako PT. Vale Indonesia, Tbk.

Tujuan dari kegiatan praktek ini adalah untuk mengetahui berapa kenaikan
rata-rata dari perbandingan tonase dan berapakah biaya material dari hasil
perbandingan tonase tersebut.

1.3 Batasan Kerja Praktek

Dalam kegiatan kerja praktek ini penulis memfokuskan tentang perbandingan


Tonase antara pit tahun 2016 dan pit tahun 2017 di LTP ( Long Term Planning )
pada area Petea, East Sorowako, dan West Sorowako.

1.4 Manfaat Kerja Praktek

Adapun manfaat dari kegiatan kerja praktek ini adalah dapat menambah
wawasan bagi penulis khusunya tentang perbandingan tonase di LTP ( Long Term
Planning ).

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Studi dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan lebih 12 hari terhitung mulai
tanggal 19 Juli 2017 sampai dengan tanggal 31 Agustus 2017.
PT. Vale Indonesia, Tbk secara administratif berlokasi di Desa Sorowako
Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan. Desa
Sorowako berada di sebelah utara Provinsi Sulawesi Selatan. Berjarak kurang lebih
600 km dari Kota Makassar dan dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 14
jam dari Kota Makassar.Secara geografis Desa Sorowako terletak pada koordinat 2
03’00”- 3 03’25” LS dan 119 28’56”-121 47’27” BT berbatasan dengan beberapa
daerah, yaitu:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Danau Matano, Kabupaten Poso dan Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Sebelah barat berbatasan dengan Wasuponda, Kecamatan Bone – Bone dan
Kabupaten Luwu Utara .

2
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Wawondula, Kabupaten Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara dan Teluk Bone.
4. Sebelah timur berbatasan dengan Danau Mahalona dan Provinsi Sulawesi
Tengah.
Sorowako dengan elevasi 290 – 900 m merupakan daerah yang dikelilingi oleh
tiga buah danau yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. PT. Vale
Indonesia Tbk mempunyai daerah konsesi awal dengan luas sekitar 6.000.000 Ha
yang terletak pada posisi 120°52' - 122°30' BT (Sua-sua s/d Torokulu) dan 1°50' -
5°30' LS (Kolonedale s/d Malapulu). Daerah konsesi awal ini sebagian
dikembalikan kepada pemerintah Indonesia, dan hingga saat ini daerah yang tersisa
dan dipertahankan adalah seluas 218.530 Ha (SK 336.K/46.00/DJG/2005) dan
menyebar di tiga propinsi yaitu Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi
Tengah.
Daerah penambangan meliputi dua blok yaitu Blok Timur (East Block) dan
Blok Barat (West Block) yang terdiri dari bukit-bukit yang mengandung endapan
bijih nikel. Daerah di sebelah timur pabrik peleburan disebut Blok Timur dan yang
di sebelah barat pabrik peleburan disebut Blok Barat dimana daerah
penambangannya lebih luas dari daerah penambangan pada Blok Timur.

3
1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

a. Bab I merupakan pendahuluan dari laporan yang mencakup latar belakang,


tujuan penelitian, batasan masalah, waktu dan tempat pelaksanaan dan
sistematika penulisan pada laporan ini.
b. Bab II merupakan tinjauan Pustaka yang mencakup Profil perusahaan, kondisi
geologi dan Mine Plan Design.
c. Bab III merupakan metode penelitian dimana berisi persiapan, studi literature,
pengambilan data, pengolahan data dan penyusunan laporan.
d. Bab IV merupakan pembahasan yang berisi kegiatan penambangan,
perbandingan material antara tahun 2016 dan 2017 dan biaya (Cost) material.
e. Bab V meruakan penutup berisi kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan

Di dirikan pada bulan Juli 1968 sebagai PT International Nickel Indonesia


(PT Inco), PT Vale Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang mendapat lisensi dari
Pemerintah Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan, pengolahan, dan
produksi nikel. Sebagai kontraktor tunggal Pemerintah Indonesia diareal Kontrak
Karya (KK), memiliki hak eksklusif dibeberapa wilayah yang telah ditentukan di
Sulawesi untuk melakukan eksplorasi, pengembangan, penambangan, pengolahan,
penimbunan, pengangkutan dan penjualan nikel maupun mineral lain terkait nikel
yang terdapat diareal KK.
Pemegang saham perusahaan menyetujui perubahan nama Perseroan dari PT
International Nickel Indonesia Tbk menjadi PT Vale Indonesia Tbk melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 27 September 2011. Perubahan nama
ini dilakukan untuk menyelaraskan dengan kegiatan Vale lainnya yang telah
beroperasi diseluruh dunia.

2.1.1 Visi
Menjadi perusahaan sumberdaya alam nomor satu di Indonesia yang
menggunakan standar global dalam menciptakan nilai jangka panjang, melalui
keunggulan kinerja dan kepedulian terhadap manusia dan alam.

2.1.2 Misi
Mengubah sumberdaya alam menjadi sumber kemakmuran dan pembangunan
yang berkelanjutan.

2.1.3 Nilai - Nilai Perusahaan


1. Kehidupan adalah yang terpenting;
2. Menghargai karyawan;
3. Menjaga kelestarian Bumi.
4. Melakukan hal yang benar;
5. Bersama-sama menjadi lebih baik;

5
6. Mewujudkan tujuan.

2.2 Kondisi Geologi

2.2.1 Geologi Regional


Ada beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik dan
geologi daerah Sorowako, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau
Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu :
1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
Paleogen.
2. Intrusi Neogen dan sedimen Mesozoikum. Mandala Geologi Sulawesi Timur,
dicirikan oleh batuan Ofiolit yang berupa batuan ultramafik peridotit, harzburgit,
dunit, piroksenit dan serpentinit yang diperkirakan berumur kapur.
3. Mandala Geologi Banggai Sula,dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
metamorf Permo-Karbon, batuan batuan plutonik yang bersifat granitis berumur
Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.
Menurut Hamilton (1979) dan Simanjuntak (1991), Mandala Geologi banggai
Sula merupakan mikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea
yang bergerak kearah barat sepanjang sesar sorong. Daerah Sorowako dan sekitarnya
menurut (Sukamto,1975,1982 & Simanjuntak, 1986 ) adalah termasuk dalam
Mandala Indonesia bagian Timur yang dicirikan dengan batuan ofiolit dan Malihan
yang di beberapa tempat tertindih oleh sedimen Mesozoikum. Sedangkan Golightly
(1979) mengemukakan bagian Timur Sulawesi tersusun dari 2 zona melange
subduksi yang terangkat pada pre dan post-Miocene (10 juta tahun lalu). Melange
yang paling tua tersusun dari sekis yang berorientasi kearah Tenggara dengan disertai
beberapa tubuh batuan ultrabasa yang penyebarannya sempit dengan stadia
geomorfik tua. Sementara yang berumur post Miocene telah mengalami pelapukan
yang cukup luas sehingga cukup untuk membentuk endapan nikel laterite yang
ekonomis, seperti yang ada di daerah Pomala. Melange yang berumur Miocene –
post Miocene menempati central dan lengan North-East Sulawesi. Uplift terjadi
sangat intensif di daerah ini, diduga karena desakan kerak samudera Banggai Craton.
Kerak benua dengan density yang rendah menyebabka terekspose-nya batuan-
batuan laut dalam dari kerak samudera dan mantel. Pada bagian Selatan dari zona
melange ini terdapat kompleks batuan ultramafik Sorowako-Bahodopi yang

6
pengangkatannya tidak terlalu intensif.Kompleks ini menempati luas sekitar 11,000
km persegi dengan stadia geomorfik menengah, diselingi oleh blok-blok sesar dari
cretaceous abyssal limestone dan diselingi oleh chert.

2.2.2 Geologi Lokal


Geologi daerah Sorowako dan sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya
secara umum oleh Brouwer (1934), Van Bemmelen (1949), Soeria Atmadja et al
(1974) dan Ahmad (1977). Namun yang secara spesifik membahas tentang geologi
deposit nikel laterit adalah Golightly (1979), dan Golightly (1979) membagi geologi
daerah Sorowako menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Satuan batuan sedimen yang berumur kapur, terdiri dari batu gamping laut
dalam dan rijang. Terdapat dibagian barat Sorowako dan dibatasi oleh sesar naik
dengan kemiringan kearah barat.
2. Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier, umumnya terdiri dari jenis
peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan
umumnya terdapat dibagian timur. Pada satuan ini juga terdapat intrusi-intrusi
pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat dibagian utara.
3. Satuan alluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya
terdapat dibagian utara dekat desa Sorowako.
Pembentukan bijih nikel laterit di Sorowako merupakan hasil proses
pelapukan batuan ultra basa peridotit yang terdapat diatas pemukaan batuan bumi.
Proses pelapukan terjadi karena pergantian musim panas dan dingin yang silih
berganti, sehingga batuan pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang
mempunyai berat jenis besar seperti nikel mengalami pengkayaan ditempat,
sementara ion-ion yang mempunyai berat jenis kecil mengalami transportasi oleh air,
angin atau media lain ke daerah yang lebih rendah. Bijih nikel yang terdapat di
bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya di daerah Sorowako termasuk ke dalam
jenis laterit nikel dan bijih nikel silikat (garnerit). Bijih nikel tersebut akibat
pelapukan dan pelindian (leaching) batuan ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit
dari rombakan batuan ultrabasa.
Kondisi perlapisan batuan secara umum yang terdapat di lokasi penambangan
nikel Sorowako terdiri dari :

7
1. Lapisan Overburden
Lapisan ini terletak dibagian paling atas, berwarna coklat kemerahan hingga
coklat kehitaman.Kadar Ni kurang dari 1.3 %. Ketebalan lapisan rata-rata mencapai
7 meter. Material secara umum dalam ukuran halus (lempung-lanau). Sering
dijumpai mineral stabil berupa cromit, magnetit. Struktur dan tekstur batuan induk
tidak dapat dikenali.
2. Limonit berkadar menegah (Medium Grade Limonit(MGL)
Zona dibawah overburden disebut zona MGL, berwarna kuning hingga
kecoklatan, agak lunak, berkadar air 30%-40%, kadar Ni berkisar antara 1,4 – 1,5 %,
Fe 44% MgO 3%, SiO 2%. Zona MGL ini merupakan zona transisi dariOverburden
ke Saprolit dengan ketebalan sekitar 2 – 10 m.
3. Zona Saprolit
Merupakan zona bijih (ore zone), mengandung banyak fragmen batuan dasar
yang teralterasi. Tekstur dan struktur batuan dasar dapat dengan mudah dikenali,
berwarna kuning kecoklatan sampai kemerah-merahan. Merupakan zona berkadar Ni
tinggi, yaitu rata-rata lebih besar dari 1,8 % dengan ketebalan lapisan antara 2 – 15 m
dan dapat dibedakan menjadi 2 subzone,yakni:
a. Subzone softsaprolit
Terletak dibawah Limonit, dengan kandungan fragmen batuan dasar lebih
kecil dari 5 cm, sebanyak < 25%. Jarang ditemukan fragmen dengan ketebalan
ekstrim.Ketebalan antara 1 – 6 m.
b. Sub zone hardsaprolit
Terletak di bawah softsaprolit, dengan kandungan fragmen batuan berukuran
lebih besar dari 5 cm, dengan kehadiran lebih dari 25 %. Sering ditemukan fragmen
dalam ukuran boulder dan pola pelapukan rim structure pada bagian terbawah.
Ketebalan berkisar antara 2-8 m.
4. Bedrock(Bluezone/Barren Zone)
Lapisan ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau belum
mengalami pelapukan dengan kadar Ni 1,3%. Pada umumnya batuan ini merupakan
bongkah-bongkah masif,berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan.Secara
lokal batuan dasar ini disebut blue zone.
Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada endapan

8
bawah bukit dengan relief yang landai, sedangkan relief yang terjal endapan makin
menipis, disamping adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar tinggi
dijumpai pada zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan.

2.3 Mine Plan Design

Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan serta


urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan
dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian utama,
yaitu:
1. Perencanaan strategis yang mengscu kepada sasaran secara menyeluruh,
strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.
2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan
sumber daya untuk mencapai sasaran.
Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan yaitu
pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan perencanaan
tersebut dibutuhkan suatu program-program kegiatan yang sistematis berupa
rancangan kegiatan yang dalam perencanaan penambangan disebut rancangan teknis
penambangan Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan landasan
dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang khususnya tambang bijih
nikel.

2.3.1 Perhitungan Cadangan Bijih

Salah satu tahapan dalam melakukan perencanan tambang adalah melakukan


prhitungan cadangan. Untuk setiap blok atau lubang dalam bijih harus dihitung
kualitas dan kuantitasnya dengan baik. Dengan menggunakan data hasil perhitungan
cadangan maka rencana produksi dapat dibuat.
Untuk mengetahui cadangan bijih nikel dihitung dengan menggunakan
metode area of influence.
Untuk menghitung volume cadangan maka didapat dengan mengalikan antara
luas blok dengan ketebalan yang mengandung bijih pada data log bor tersebut.
Volume = luas x tebal …………………………………………..………………. (2.1)

9
Sedangkan menghitung tonnage cadangan diperoleh dari hasil kali volume
blok dengan density insitu.
Tonnage = Volume x Density …………………………………………………... (2.2)

2.3.2 Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang

Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih nikel terdapat


dua pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
A. Pertimbangan Ekonomis
Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk pertimbangan
ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang, yaitu:
a. Nilai (value)
b. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan
produk berupa bijih nikel diluar ongkos stripping.
c. Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu mengetahui
“stripping ratio”nya.
d. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping
Ratio”.
e. Kondisi pasar
B. Pertimbangan Teknis
Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis adalah:
a. Menentukan “Ultimate Pit Slope (UPS)”
Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi
penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih
dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yaitu:
a) Stripping ratio yang diperbolehkan.
b) Sifat fisik dan mekanik batuan
c) Struktur Geologi
d) Jumlah air dalam di dalam batuan
C. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi
D. Dimensi jenjang/bench
Cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang.
Dimensi jenjang juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-

10
alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin kelancaran
aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi,
lebar, dan panjang jenjang.
E. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan
daerah penambangan.
F. Kondisi geometrik jalan
Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar
jalan, kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope,
dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut.
G. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi:
a) Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai.
b) Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.
H. Kondisi geografi dan geologi
a) Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem
penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan cara
penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur
jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang.
b) Struktur geologi
Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan
gerakan-gerakan tektonis.
c) Penyebaran batuan
d) Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya
air dalam massa ini akan menimbulkan tegangan air pori.

2.3.3 Dasar Pemilihan Sistem Penambangan

Dengan perkembangan teknologi, sistem penambangan dibagi dalam tiga


sistem penambangan yaitu:
a) Tambang terbuka yaitu sistem penambangan yang seluruh kegiatan
penambangannya berhubungan langsung dengan udara luar.
b) Tambang dalam yaitu sistem penambangan yang aktivitas penambangannya
dibawah permukaan atau di dalam tanah.
c) Tambang bawah air (Under water Mining)

11
Dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
a) Letak kedalaman endapan apakah dekat dengan permukaan bumi atau jauh
dari permukaan.
b) Pertimbangan ekonomis yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan
yang maksimal dengan ”Mining Recovery” yang maksimal dan relatif
aman.
c) Pertimbangan teknis
d) Pertimbangan Teknologi.
Ketiga sistem penambangan yang telah disebutkan sebelumnya, mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing serta sesuai dengan karakteristik dari
endapan yang akan ditambang. Khusus dalam penelitian ini akan dibahas sistem
penambangan secara tambang terbuka.
Metode penambangan yang biasanya digunakan untuk tambang bijih adalah
metode open pit, open mine, open cut, dan open cast.
Pada kegiatan penambangan menggunakan empat metode diatas, bijih berasal
dari penggalian excavator baik dilakukan sendiri atau dengan kombinasi alat lain
cara penggalian bijih nikel yang digunakan pada metode penambangan open pit,open
cut, open cast dan open mine adalah:
a. Sistem jenjang tunggal (Single Bench)
Sistem jenjang tunggal biasanya dipakai untuk menambang bahan
galian yang relatif dangkal dan memungkinkan unutk beroperasi dengan
jenjang tunggal. Tinggi jenjang maksimum yang stabil, kemiringannya
tergantung pada jenis batuan yang ditambang. Ketinggian jenjang yang
aman ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan pekerja dan
peralatan. Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan kesetabilan
permukaan yang aman adalah apabila alat-alat yang berioperasi dan pekerja
dalam kondisi tidak aman, dimana tempat yang enjadi landasan terdapat
kemungkinan akan runtuh/longsor. Besarnya hasil produksi yang dihasilkan
dengan jenjang tunggal sangat terbatas dan ditentukan oleh kapasitas alat.
Selain itu juga ditentukan oleh luas permukaan kerja (front).

12
b. Sistem jenjang bertingkat (Multiple bench)
Penambangan dengan jenjang bertingkat umumnyadigunakan untuk
menambang bahan galian yang kompak (massive) dan endapan bijih tebal
yang sanggup ditambang jika menggunakan cara penambangan dengan
jenjang tunggal. Jenis batuannya harus kuat dan keras agar dapat
mendukung beban yang ada diatasnya. Kemiringan lereng dapat dibuat lebih
vertikal jika daya dukung batuan besar. Pit slope bervariasi antara 20º – 70º.
Dari horizontal. Hal ini diaksud agar mendapatkan perolehan bijih yang
lebih banyak lagi. Kestabilan jenjang perlu dijaga terutama untuk
mempertinggi faktor keamanan. Untuk menghindari kecelakaan, beberapa
cara dapat dilakukan yaitu dengan pembersihan bongkah-bongkah batu yang
menempel pada dinding jenjang, mengetahui daerah kritis,pengeringan, dan
memonitor pergerakan dan pergeseran.
Pada pemilihan sistem penambangan secara tambang terbuka ada beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan sistem penambangan, yaitu :
a) Jumlah Tanah Penutup
Tanah penutup atau overburden yaitu tanah yang berada di atas lapisan bijih.
Sebelum pengambilan bijih, terlebih dahulu tanah penutupnya harus dikupas.
Jumlah dari tanah penutup harus diketahui dengan jelas untuk menentukan nilai
“Stripping Ratio”.
b) Jumlah Cadangan Bijih
Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan
bijih yang dapat ditambang (mineable). Dari jumlah bijih nikel hasil perhitungan
cadangan tersebut terdapat standar pengurangan yang digunakan oleh perusahaan
sehinggga diperoleh mining recovery. Standar pengurangan tersebut dapat
berupa:
 Geologi faktor
 Mining loss
 Dilution
c) Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio
Batas penambangan ditentukan dengan cara menentukan daerah yang layak
untuk diproduksi. Cara penentuannya adalah dengan memisahkan daerah yang
layak dalam masalah kadar,diman kelayakan kadar adalah cut off grade (COG).

13
COG adalah kadar rata-rata terendah yang asih menguntungkan. Kemudian
langkah selanjutnya adalah menghitung stripping ratio (SR). SR adalah
perbandingan antara volume tanah penutup yang dipindahkan per satuan berat
bijih (satuan m3/ton). Sehingga dengan mengetahui nilai SR, maka dari daerah
yang sudah memenuhi syarat COG dilihat lagi SRnya. Jika SRnya lebih besar
dari SR yang ditentukan perusahaan, maka daerah tersebut tidak layak untuk
diproduksi.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode Penelitian dari kegiatan Kerja Praktek adalah sebagai berikut:

3.1 Persiapan

Tahap pertama, yaitu melakukan pengurusan surat di kampus UMI untuk


melakukan kerja praktek pada PT. Vale Indonesia. Tbk.
Tahap kedua yaitu melakukan kegiatan administratif dalam hal ini, peneliti
melapor ke External, kemudian dibuatkan surat keterangan untuk pengambilan
perlengkapan safety dengan syarat telah mengikuti General Introduction Prosedure
(GIP) dan Safety Talk pada HRPD Department serta MSSIP pada Mining Harapan
Plant Site sebagai tahap pertama untuk mendapatkan Id card sebagai akses masuk
lokasi tambang pada PT. Vale Indonesia Tbk.
Tahap ketiga, yaitu peneliti melapor ke Departemen Mining untuk
mendapatkan pembimbing yang akan membuatkan jadwal dan sesuai dengan divisi
yang ada .

3.2 Studi Literatur

Pada bagian ini peneliti akan mengumpulkan informasi-informasi tentang


profil perusahaan, mempelajari literatur yang mendukung dalam kegiatan kerja
praktek serta penyusunan laporan. Mempelajari literatur-literatur yang ada
hubungannya dengan penulisan penelitian dan mengutip hal-hal penting yang
diperlukan dalam penulisan ini.

3.3 Pengambilan Data

Tahap pengambilan data merupakan tahap pelaksanaan pekerjaan dimana


segala data yang dibutuhkan akan dikumpulkan untuk menunjang kegiatan
penyusunan laporan nantinya. Dalam pengambilan data penulis tidak melakukan
observasi lapangan dan hanya diberikan data yang telah ada dimana data tersebut di
analisa hingga mendapatkan hasil. adapun data penunjang adalah data-data yang
diperoleh dari pustaka, baik berupa peta ataupun hasil-hasil penelitian di daerah ini
sebelumnya yang berhubungan langsung dengan tujuan Penelitian antara lain :

15
a) Lokasi kerja praktek
b) Peta Lokasi PT Vale Indonesia Tbk.
c) Keadaan Geologi

3.4 Pengolahan Data

Data-data yang didapatkan selanjutnya akan disusun berdasarkan dari


bimbingan yang dilakukan dengan pembimbing. Kemudian data tersebut dibuat
dalam bentuk laporan berdasarkan format penulisan yang berlaku.

3.5 Penyusunan Laporan

Tahap penyusunan laporan dilakukan pada bagian akhir dari metodologi


penelitian, untuk membuat suatu laporan kerja praktek berdasarkan rumusan atau
ketetapan penyusunan laporan kerja praktek yang dilakukan pada lokasi penelitian
yaitu PT. Vale Indonesia Tbk. Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur,
Provinsi Sulawesi Selatan maupun di Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.

TAHAP PENDAHULUAN
a. Administrasi
b. Studi Pustaka / Literatur
c. Perlengkapan Lapangan
d. Training

DATA SEKUNDER
Data yang digunakan data pit tahun 2016
dan 2017 yang sudah di tetukan dari
bagian LTP (Long Term Plan)

1. Lokasi kerja praktek


2. Peta Lokasi PT. Vale Indonesia Tbk.
3. Keadaan Geologi Lokasi Penelitian

PENYUSUNAN LAPORAN

SEMINAR

Gambar 3.1. Bagan alir penelitian

16
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Penambangan


Proses penambangan pada pada PT. Vale Indonesia, Tbk menggunakan
system penambangan terbuka (Surface Mining) dengan metode open cast dimana
penambangannya dilakukan dengan cara memotong bagian sisi bukit dari puncak
menuju ke bawah sesuai dengan garis konturnya, sehingga dapat disebut juga
Countour Mining.

Gambar 4.1. Tahapan penambangan yang dilakukan PT Vale Indonesia Tbk

1. Pembersian Lahan ( Land Clearing )


Pada aktivitas ini melakukan pemotongan pohon dan pembersihan pohon,
melakukan pengupasan/stripping top soil yang dibantu oleh alat gali backhoe
dan shovel yang akan dimuat dan diangkut dan dibawah ke TSP ( Top Soil
Pile) untuk disimpan dan digunakan kembali pada tahap rehabilition.
2. Pengupasan Over Burden ( Stripping)
Overburden akan diangkut ke diposal ( tempat yang sengaja disediakan untuk
menampung OB dan reject rock dari screening station) yang kemudian akan

17
digunakan untuk menutupi daerah pascatambang sebagai dasar bagi tanaman.
Dikatakan OB ketika kadar batas nikel ( COG ) dibawah 1,5%.
3. Pengambilan bijih (Ore)/ Mining Ore
Ore mining disebut juga sebagai ROM (Run Of Mine), ROM akan diangkut
dan di bawa ke stasiun penyaringan ( Screening Station).
4. Screening Station
Bijih nikel disaring sesuai ukuran yang diminta oleh pabrik pengolahan.
Produk hasilnya yaitu SSP ( Screen Station Product ) yang berupa ore basah
dan kemudian akan diangkut dan disimpan di WOS (Wet Ore Stockpile)
untuk mengurangi water content dan pecampuran ( blended). Terdapat pula
hasil buangan dari SS yang disebut reject yang nantinya akan dibawa ke
disposal dan dikategorikan sebagai material civil.
a. Area East block, ukuran reject rock-nya : +18” dan +6”
b. Area West block, ukuran reject rock-nya : +18”, +4”, dan +2”
5. Penambangan Quarry
Quarry dalam sistem penambangan adalah tambang terbuka yang diterapkan
untuk menambang endapan-endapan bahan galian industry atau mineral
industry, misalnya batu gamping, marmer, andesit. Penambangan quarry yang
dilakukan di PT. Vale Indonesia Tbk, merupakan material yang berasal dari
Blue Zone atau Bedrock. Material quarry ini digolongan sebagai material
civil.

4.2. Perbandingan Material tahun 2016 dan 2017

PT Vale memproduksi nikel dalam bentuk matte, yaitu produk setengah jadi
dari bijih laterit. Produksi akhir berupa “Nickel Matte” dari hasil ekstraksi bijih nikel
yang berkadar ± 75% Ni. Kebutuhan bijih nikel ini diperoleh dari Mine Production
(MP) Blok Timur dan Blok Barat.
PT. Vale memiliki 2 area yang ditambang yaitu pada area Sorowako dan area
Petea. Dimana pada kedua area tersebut melakukan penambangan untuk
mendapatkan Overburden (OB), Ore (ROM) dan Quarry yang digolongkan sebagai
material civil. Berikut perbandingan material OB, Rom, SSP dan total OB+Rom pada
area Petea, East Sorowako dan West sorowako.

18
Tabel 4.1 Perbandingan Material antara tahun 2016 dan 2017 pada area Petea
Jenis Jumlah Material
Difference var (%)
Material 2016 2017
Overburden
110,879,727 115,636,104 4,756,377 4%
Waste
Run Off
38,436,396 37,785,373 -651,022 -2%
Mine
Scraning
Station 29,398,224 28,897,969 -500,255 -2%
Product
Dryer Killen
18,053,870 17,743,442 -310,427 -2%
Product
Overburden
Waste + Run 149,316,123 153,421,478 4,105,355 3%
Off Mine

Tabel 4.1 merupakan tabel yang menunjukkan jumlah material antara tahun 2016 dan
2017. Terdapat difference, diaman difference merupakan selisih antar jumlah
material pada tahun 2016 dan 2017. Sementara itu, terdapat kolom var atau varian
yang ditunjukkan dalam bentuk persen merupakan kenaikan ataupun penurunan pada
jumlah material tersebut. Pada aera Petea jumlah OBW_Wmt atau Overburden waste
satuannya Wmt atau Weight metric ton, pada tahun 2016 berjumlah 110,879,727
Wmt dan pada tahun 2017 berjumlah 115,636,104 wmt. Adapun selisih antara
keduanya berjumlah 4,756,377 wmt, sementara itu untuk obw_wmt mengalami
kenaikan sebesar 4%. Pada material Rom (Run off Mine) atau ore yang didapatkan
pada tahun 2016 sebesar 38,436,396 wmt dan pada tahun 2017 sebesar 37,785,373,
dengan selisih -651,022 dimana mengalami penurunan sebesar -2%. Material ssp
atau screening station product pada tahun 2016 sebesar 29,398,224 smt atau
scereening metric ton, dengan selisih sebesar -500,255 artinya mengalami
penurunan. Penurunannya sebesar -2%. Dkp atau Dryer Killien product pada tahun
2016 jumlah materialnya sebesar 18,053,870 dmt dan pada tahun 2017 sebesar
17,743,442 dmt atau dryer metric ton.selisih yang dihasilkan yaitu -310,427 dmt dan
mengalami penurunan sebesar -2%. Terdapat ob + Rom yang dimana tahun 2016
ketika Ob dan Rom di jumlahkan mendapatkan hasil sebesar 149,316,123 wmt dan

19
pada tahun 2017 sebesar 153,421,478 wmt, sehingga selisih yang dihasilkan yaitu
sebesar 4,105,355 dan mengalami peningkatan sebesar 3 %.

Tabel 4.2 Perbandingan Material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
West Sorowako
Jenis Jumlah Material
Difference var (%)
Material 2016 2017
Overburden
Waste 120,353,726 128,113,950 7,760,224 6%
Run Off
Mine 35,064,249 36,919,803 1,855,554 5%
Scraning
Station
Product 19,382,630 20,415,762 1,033,132 5%
Dryer
Killen
Product 9,340,673 9,838,683 498,010 5%
Overburden
Waste +
Run Off
Mine 155,417,975 152,658,295 -2,759,680 -2%

Pada perbandingan material area West Sorowako antara tahun 2016 dan
2017 yaitu pada material obw_wmt tahun 2016 sebesar 120,353,726 wmt dan pada
2017 sebesar 128,113,950 wmt. Selisih antaranya sebesar 7,760,224 wmt dan nilai
variannya yaitu 6% artinya mengalami peningkatan. Sementara untuk rom_wmt
pada tahun 2016 sebesar 35,064,249 wmt dan tahun 2017 sebesar 36,919,803 wmt
meghasilkan selisih 1,855,554 wmt dan variannya sebesar 5% artinya rom
mengalamai peningkatan. Pada material ssp atau screening station produk pada tahun
2016 sebesar 19,382,630 smt screening metric ton dan pada tahun 2017 sebesar
20,415,762 smt selisih diantaranya sebesar 1,033,132 dan variannya sebesar 5%.
Material dkp atau dryer killen produk pada tahun 2016 sebesar 9,340,673 dmt atau
dryer metric ton dan pada tahun 2017 sebesar 9,838,683 dmt mengahsilkan selisih
sebsar 498,010 dan varian sebesar 5%. Adapun material total antara Ob di tambah
dengan Rom pada tahun 2016 sebesar 155,417,975 wmt dan pada tahun 2017 sebesar
152,658,295 wmt. Selisih diantaranya sebesar -2,759,680 dan memiliki nilai varian
sebesar -2%.

20
Tabel 4.3 Perbandingan Material antara tahun 2016 dan 2017 pada area
East Sorowako
Jenis Jumlah Material
Difference var (%)
Material 2016 2017
Overburden -
Waste 96,504,624 95,251,794 1,252,829 -1%
Run Off
Mine 23,883,310 25,190,652 1,307,342 5%
Scraning
Station
Product 16,718,317 17,633,456 915,139 5%
Dryer
Killen
Product 8,120,325 8,564,822 444,496 5%
Overburden
Waste +
Run Off
Mine 120,387,934 120,442,446 54,513 0.05%

Pada material area East sorowako antara tahun 2016 dan 2017 yaitu pada
obw_wmt di tahun 2016 sebesar 96,504,624 wmt dan pada tahun 2017 sebesar
95,251,794 wmt, megahsilkan selisih sebesar -1,252,829 dan nilai varian sebesar -
1%. Untuk material rom_wmt pada tahun 2016 sebesar 23,883,310 wmt dan pada
thun 2017 sebesar 25,190,652 menghasilkan selisih sebesar 1,307,342 wmt serta nilai
varian sbesar 5%. Untuk material ssp pada tahun 2016 jumlah materialnya sebesar
16,718,317 smt dan pada tahun 2017 sebesar 17,633,456 smt dengan selisih sebesar
915,139 dan nilai varian sebesar 5%. Untuk material dkp pada tahun 2016 jumlah
materialnya sebesar 8,120,325 dmt dan pada tahun 2017 sebesar 8,564,822 dmt
dengan nilai selisih sebesar 444,496 dmt dan varian sebesar 5%. Adapun material
total antara Ob ditambah dengan Rom pada tahun 2016 jumlah materialnya sebesar
120,387,934 wmt dan di tahun 2017 sebesar 120,442,446 wmt dengan selisih 54,513
dan varian sebesar 0.05%.

4.3 Biaya (Cost) Material

Biaya pada material sendiri harus diperhitungkan kembali dengan


menggunakan selisih antara jumah material tahun 2016 dan tahun 2017 untuk

21
melihat berapa harga untuk selih material tersebut. Adapun harga yang akan di
hitung yaitu harga OB, Rom dan material Screening.

Tabel 4.4 Biaya Material Pada Area Petea

Jenis material Jumlah selisih material Cost/Ton Hasil

Stripping 7,760,224 1.07 8,303,439


Mining 1,855,554 1.33 2,467,887
Screening -87,450 1.60 -139,920
Total 10,631,407

Untuk material Stripping atau OB yang digunakan merupakan hasil selisih


antara jumlah material OB pada tahun 2016 dan 2017 dan dikalikan dengan faktor
cost yang telah ditetap kan. Pada material Stripping selisih di dapatkan sebesar
4,756,377 wmt dan dikalikan dengan faktor cost/ton untuk Stripping sebesar 1.62
maka didapatkan hasil sebesar 7,705,331. Pada material Mining merupakan jumlah
selisih material Rom antara tahun 2016 dan 2017 dengan dikalikan faktor costnya
sebesar 1.69. material mining bernilai -651,022 dengan dikalikan faktor costnya
sebesar 1.69 maka di dapatkan hasil -1,195,610. Dan ada material Screening dimana
menggunakan selisih SSP antara tahun 2016 dan 2017. Material screening bernilai -
500,255 dikalikan dengan faktor costnya sebesar 2.39 menghasilkan nilai -1,195,610.
Sehingga jika di totalkan untuk area Petea bernilai 5,409,494 cost/ton.

Tabel 4.5 Biaya Material Pada Area West Sorowako

Jenis Jumlah selisih material Cost/Ton Hasil


material
Stripping 4,756,377 1.62 7,705,331
Mining -651,022 1.69 -1,100,227
Screening -500,255 2.39 -1,195,610
Total 5,409,494

Pada area West Sorowako sendiri material Stripping dihitung dengan jumlah
selisih Ob antara tahun 2016 dan tahun 2017 bernilai 7,760,224 dengan dikalikan

22
faktor costnya sebesar 1.07 didapatkan hasil sebesar 8,303,439. Untuk material
Mining dihitung dengan jumlah selisih Rom antara tahun 2016 dan tahun 2017
dengan jumlah 1,855,554 dikalikan dengan faktor costnya sebesar 1.33 menghasilkan
2,467,887. Dan untuk material Screning di hitung dengan menggunakan jumlah
selisih SSP antara tahun 2016 dan 2017 dengan nilai -87,450 dikalikan dengan faktor
costnya sebesar 1.60 didapatkan hasil sebesar -139,920. Maka jika di totalkan ke tiga
jenis material tersebut didapatkan 10,631,407 cost/ton untuk area West Sorowako,

Tabel 4.6 Biaya Material Pada Area East Sorowako

Jumlah selisih
Jenis material Cost/Ton Hasil
material
Stripping -1,252,829 1.07 -1,340,528
Mining 1,307,342 1.33 1,738,765
Screening 915,139 1.60 1,464,223
Total 1,862,460

Pada area East Sorowako sendiri material Stripping dihitung dengan jumlah
selisih Ob antara tahun 2016 dan tahun 2017 bernilai -1,252,829 dengan dikalikan
faktor costnya sebesar 1.07 didapatkan hasil sebesar -1,340,528. Untuk material
Mining dihitung dengan jumlah selisih Rom antara tahun 2016 dan tahun 2017
dengan jumlah 1,307,342 dikalikan dengan faktor costnya sebesar 1.33 menghasilkan
1,738,765. Dan untuk material Screning di hitung dengan menggunakan jumlah
selisih SSP antara tahun 2016 dan 2017 dengan nilai 915,139 dikalikan dengan
faktor costnya sebesar 1.60 didapatkan hasil sebesar1,464,223. Maka jika di totalkan
ke tiga jenis material tersebut didapatkan 1,862,460 cost/ton untuk area West
Sorowako.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Analisis yang dilakukan yaitu perbandingan pada material Obw_wmt,


Rom_Wmt SSP (Screening Station Product), DKP (Dryer Killen Product)
dan total OB ditambahkan Rom antara tahun 2016 dan tahun 2017. Adapun
hasil analisa pada area Petea mendapatkan kenaikan rata-rata 0.4%, untuk
area West Sorowako sebesar 4% dan East Sorowako sebesar 3%.
2. Biaya material yang dihitung yaitu Biaya material Stripping atau OB, Mining
atau Rom dan Screening atau SSP (Screning Station Product). Dengan
menggunakan hasil selisih material tersebut pada tahun 2016 dan 2017
dengan dikalikan faktor costnya yang dimana di sesuaikan berdasar area blok
barat dan blok timur. Blok barat sendiri yaitu area Petea dan blok timur Area
West Sorowako dan East Sorowako. Total Cost ketiga material tersebut untuk
area Petea sebesar 5,409,494, untuk area West Sorowako Sebesar 10,631,407
dan untuk area East Sorowako sebesar1,862,460 Cost/Ton.

5.2 Saran

Sebaiknya diperhitungkan kembali untuk nilai COG (Cut Off Grade) yang akan
digunakan. Terutama untuk area-area yang bersifat khusuus.

24
DAFTAR PUSTAKA

Boldt, 1967, Nikel Laterit And Formation, PT. Internasional Nikel Indonesia.

Diamonds.2018.” Mine Plan Design Nikel”.Scribd.Inc

Melnikov dan Chesnokov, “Safety in Open Cast Mining”, Foreign Languages


Publishing House, Moskow, 1960.

Pfleider, Engene P., “Surface Mining”, The American Institute of Mining,


Metallurgical and Petroleum Engineers Inc., New York, 1972.

PT Vale Indonesia Tbk. 2016. Laporan Tahunan “Building Tomorrow


Sustainability”. Jakarta.
PT Vale Indonesia Tbk. 2016. Laporan Keberlanjutan “Emerge Stronger,
Sustainability”. Jakarta.

Smith, 1992, Regolith-Landform Relationship In The Bootle Creek Orientation


Study. Western Australia.

Syafrizal. 2016. Perkuliahan TA-3101 Genesa Bahan Galian: Materi-12 Endapan


Sekunder. Bandung.

Tbk, P. V. I., 2013. Pengelolaan Lingkungan PT. Vale Indonesia Tbk, Malili: PT. Vale
LAMPIRAN

1. Data Perbandingan Material Area Petea


2. Data Perbandingan Material Area West Sorowako
3. Data Perbandingan Material Area East Sorowako
4. Biaya (Cost) Material area Petea

5. Biaya (Cost) Material area West Sorowako


6. Biaya (Cost) Material area East Sorowako

Anda mungkin juga menyukai