DI SUSUN OLEH :
1.MUHAMMAD IHSAN
2.ZULFAHMI UDIN
3.WULIFATUL MUSYAROFAH
4.YULIANITA
5.INDAH CAHYANI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan
taufiqnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “proses pengolahan pada pabrik
nikel”. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umat manusia dari jalan yang gelap gulita ke jalan yang terang benderang.
Penulisan makalah ini dimaksudkan sebagai tugas yang merupakan salah satu aspek penilaian
dalam mata pelajaran teknik lingkungan industri dan juga dapat memberikan pengajaran kepada
pembaca. Selaku penyusun, kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa yang tiada sempurna,
sehingga makalah ini masih terdapat kekurangan. Karena itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi
kami jika terdapat kritik dan saran dari pembaca yang konstruktif sehingga mengarah ke
kesempurnaan. Untuk itu kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas
segala jasa dan budi baik dari semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen
yang membedakan meteorit dari mineral lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy
besi dan nikel berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan nikel.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang disebut norit. Nikel ditemukan dalam
mineral pentlandit, dalam bentuk lempeng-lempeng halus dan butiran kecil bersama pyrhotin dan
kalkopirit. Nikel biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa. Nikel yang dijumpai
berhubungan erat dengan batuan peridotit. Logam yang tidak ditemukan dalam peridotit itu sendiri,
melainkan sebagai hasil lapukan dari batuan tersebut. Mineral nikelnya adalah garnerit.
Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam berwarna putih
keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam logam peralihan, sifat tidak berubah
bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah
suhu yang ekstrim (Cotton dan Wilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial
dan industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik,
aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat
magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk
pertanian, dan berbagai fungsi lain.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.JENIS INDUSTRI
a.bahan baku
1.minyak residu
2.gas CO dan H2
3.batu bara
4.sulphur cair
5.silika
b.bahan penolong
1.udara
2.air
II.ALUR PRODUKSI
Sumber daya (resouces) dan cadangan (reserve) nikel umumnya keterdapatannya di alam
terletak tidak terlalu dalam dari permukaan. Oleh karena itu, sistem penambangan yang yang biasa
digunakan pada penambangan nikel di indonesia adalah dengan sistem tambang terbuka seperti sistem
open cast dan atau sistem open pit. Pada kedua sistem tersebut terdiri beberapa tahapan, antara lain.
1.Land Clearing
Proses land clearing merupakan proses awal sebelum penggalian mareial bijih nikel dilakukan.
Pada proses ini, vegetasi yang terdapat diatas cadangan nikel dibersihkan terlebih dahulu untuk
memudahkan pembongkaran dan penggalian material tanah penutup dan bijih nikel yang akan
dilakukan kemudian.
2.Top soiling
2
Top soiling merupakan tahapan selanjutnya yang akan dilakukan setelah tahap land clearing
telah selesai dilakukan. Pada tahap ini, lapisan tanah pucuk (top soil) yang mengandung humus dan
unsur hara yang penting untuk kesuburan tanah dikupas, diangkut lalu ditimbun pada suatu lokasi
khusus (dipisahkan dari mateial tanah penutup/overburden) yang telah dipersiapkan untuk menimbun
tanah pucuk ini (top soil bank). Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanak pucuk
tersebut tidak berubah dan dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan
setelah operrasi penambangan selesai dilakuakan.
Tahapan ini dilakukan bila tahapan land clearing dan top soiling telah selesai dilakukan.
Endapan cadangan timah (saprolit dan limonit) biasanya terletak dibawah lapisan tanah yang tidak
mengandung atau memiliki kadar nikel yang rendah. Sehingga untuk menambangnya diperlukan
pengupasan dan pengangkutan lapisan tanah penutup (overburden) terlebih dahulu. Proses ini akan
menggunkan kombinasi peralatan tambang berupa back hoe dan dump truk. Tanah penutup yang telah
dikupas tersebut kemudian akan ditimbun pada lokasi penimbunan (disposal area).
Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan, maka penambangan nijih nikel
(saprolit dan limonit) dapat dilakuakn. Tahapan penambangan ini dikakukan dengan dengan
mengunakan kombinasi peralatan back hoe dan dump truk. Bijih nikel yang telah ditambnag
kemudian akan diangkut ke stock pile untuk di timbun sementara pada lokasi tambang, atau langsung
menuju lokasi pabrik pengolahan maupun dikirim ke pelabuhan untuk dikrim ke lokasi yang telah
ditentukan.
5.Penimbunan
Kegiatan penambangan akan menghasilkan perubahan bentuk muka bumi jika yang berupa
cekungan-cekungan pada bekas lokasi penambangan. Oleh karena itu, perusahaan tambnagn memiliki
kewajiban untuk melakukan kegiatan penimbunan pada lokasi bekas tambang sehingga berubahan
bentang alam yang terjadi dapat diminimalisasi. Kegiatan penimbunan menggunakan kombinasi
peralatan back hoe dan bulldozer.
6.Pengangkutan
Setelah ditambang, mateial bijih nikel selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pengolahan
untuk diolah untuk menghasilkan bahan olahan nikel maupun pelabuhan untuk dikirm meuju pihak
pembeli. Proses pengangkutan bijih nikel maupun bahan olahan nikel menggunakan kombinasi
peralatan dump truck dan kapal tongkang (tug boat).
3
Proses pengolahan bijih nikel meliputi beberapa tahap berikut yaitu, perngeringan, peleburan
atau smelting, converting dan granulation, seperti diperlihatkan dalam gambar di bawah. Contoh
pengolahan di bawah merupakan pengolahan bijih nikel melalui jalur pyrometalurgi, proses pada
temperatur tinggi. Skematika Tahapan proses pengolahan bijih nikel laterite cara pirometalurgi dapat
dilihat pada gambar di bawah
1.Proses Pengeringan/Drying
Proses pengeringan merupakan tahap awal pengolahan bijih nikel dsn dilakukan dengan
menggunakan rotary dryer. Sebagai sumber panas digunakan bahan bakar yang umumnya minyak
residu. Bahan bakar disemprotkan dari arah ujung dan samping dapur pengering. Pada tahap ini, bijih
nikel yang awalnya memiliki kadar air sekitar 35 persen, setelah dikeringkan kadar airnya menjadi
sekitar 20 persen. Setelah pengeringan, bijih nikel dikirim dan simpan di dalam gudang.
2.Proses Reduksi/Reduction
Setelah mengalami pengeringan dengan kadar air 20 persen, kemudian bijih nikel diumpan ke
dalam rotary kiln untuk direduksi. Pada tahap awal, kadar air bijih nikel akan berkurang menjadi nol
persen. Kemudian bijih nikel akan mengalami proses reduksi. Proses reduksi akan mengkonversi bijih
nikel oksida menjadi logam nikel dan logam besi. Bahan reduktor atau pereduksi adalah gas CO dan
H2 (gas hidrogen). Gas reduktor ini dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna minyak residu. Pada
tahap ini ditambahkan juga batubara dan diakhir proses ditambahkan sulphur cair. produk tahap ini
biasa disebut dengan calcine/kalsin. Kalsin yang dihasilkan kemudian dibawa ke proses berikutnya
yaitu proses peleburan dilakukan dalam electric furnace, EF atau tungku listrik.
3.Proses Peleburan/Smelting
Pada tahap ini, calcine akan dilebur di dalam tungku lebur yaitu electric furnace. Kalsin dilebur
menjadi matte yang memiliki kualitas tertentu. Selain nikel matte, pada tahap ini juga dihasilkan
4
slag/pengotor. Tahap ini menghasilkan Nikel matte yang mengandung nikel sekitar 27 persen. Matte
cair ditampung dalam ladle untuk selanjutnya ditransfer menuju converter.
4.Proses Converting/Pemurnian
Proses converting adalah proses peningkatan kadar nikel dalam matte cair yang dihasilkan dari
dapur listrik Electric Furnace. Kadar nikel naik setelah proses converting, sedangkan kadar besi dalam
matte cair turun. Jadi, proses converting merupakan proses pemurnian nikel matte cair. Converting
dilakukan dalam Top Blown Kaldo Type Rotary Converter (TBRC) atau dalam Pierce Smith
Converter. Pada tahap ini, kadar nikel dalam matte cair ditingkatkan sehingga mencapai kadar nikel
sekitar 78 persen. Sedangkan kadar besi menjdai 0,7 persen. Proses pemurnian dilakukan dengan
menambahkan udara dan silika sebagai fluks, bahan imbuh.
5.Proses Granulasi/Granulating
Proses granulasi merupakan tahapan akhir dari pengolahan bijih nikel menjadi matte. Matte cair
dari proses converting ditransfer menggunakan ladle ke lokasi proses granulasi. Pada proses ganulasi,
matte cair disemprot dengan air bertekanan tertentu. Matte cair membeku dalam bentuk granul-granul
atau partikel-partikel kecil.
III.SISA PRODUKSI
Pt.Antam mengolah limbah slag nikel menjadi bahan konstruksi beton yang di beri nama
poton atau pomala beton. Hasil pengolahan slag nikel tersebut dimanfaatkan untuk tiga
kegunaan.pertama adalah untuk subsitusi bahan baku pembuatan paving block,batako,dan beton.
Kegunaan kedua adalah sebagai konstruksi roadbase di sekitar lokasi pertambangan unit bisnis
pertamabangan (UBP) nikel di sulawesi tenggara. Kegunaa terakhir adalah sebagai substitusi bahan
baku agregat kasar untuk konstruksi yardbase di lokasi PLTU dan pelabuhan antam.
5
IV.PEMANFAATAN
Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial dan industri, seperti : pelindung baja
(stainless steel), pelindung tembaga, industri baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang,
industri tekstil, turbin pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian, dan berbagai fungsi
lain.
Untuk mengelola emisi udara PT VI memasang unit-unit penangkap debu pada seluruh
cerobong tanur pemurnian bijih:
1. Tanur pereduksi (kiln) , penangkap debu Electrostatic Precipitator (ESP) berjumlah 3 unit, total
biaya USD 71.8 juta, tujuan:
2. Tanur peleburan (furnace) , penangkap debu Bag House berjumlah 4 unit, total biaya USD 61 juta,
tujuan:
• Menurunkan emisi CO
6
B.pengelolaan limbah B3
• Berupaya untuk mengurangi, memilah dan memanfatkan kembali limbah B3 di lingkungan operasi
PT Vale Indonesia Tbk.
• Menerapkan standar internal sekaligus pelaksanaan audit serta inspeksi tentang hydrocarbon dan
waste management
• Bekerjasama dengan pihak ketiga yang telah mendapatkan ijin dari KLH untuk melakukan
pengelolaan akhir limbah B3
Pengendalian sedimen direncanakan dan dilakukan secara terpadu mulai dari tahapan eksplorasi,
perencanaan tambang, operasi tambang sampai penanganan lahan pasca tambang
7
Pembangunan sedimen dam (Check dam)
Pengerukan sarana pengendalian sedimen
Penghijauan areal pasca tambang
Pemantauan & monitoring secara regular
8
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam meteorit dan menjadi ciri komponen
yang membedakan meteorit dari mineral lainnya.untuk mendapatkan produk akhir dari pengolahan
nikel perlu dilakukan penambangan nikel sebelum proses pengolahan biji nikel. Nikel banyak di
manfaatkan sebagai aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin pembangkit listrik
bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik,
katalisator lemak, pupuk pertanian. Di Pt Antam limbah(sisa) slag nikel menjadi bahan konstruksi
beton yang di beri nama poton atau pomala beton. Hasil pengolahan slag nikel tersebut dimanfaatkan
untuk tiga kegunaan.pertama adalah untuk subsitusi bahan baku pembuatan paving block,batako,dan
beton.
B.SARAN
Sebaiknya makalah ini di perbanyak referensi agar materi dapat tersampaikan dengan baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
10