(Pengukuran Konsentrasi Polimer untuk Uji Adsorpsi Statik dan Dinamik pada
Lapangan “X”)
Laporan Praktik Kerja Industri sebagai Syarat Mengikuti Ujian Lisan Semester
Genap Tahun Pelajaran 2018/2019
oleh
Sina Kinanti Aulia 15.61.08229
Bogor
2019
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Disetujui oleh,
Disahkan oleh,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik
Kerja Industri (Prakerin) yang berjudul “Penentuan Konsentrasi Polimer untuk Uji
Adsorbsi Statik dan Dinamik pada Lapangan X”. Laporan ini disusun atas dasar
kegiatan prakerin yang telah dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” (PPTMGB Lemigas), yang
dilaksanakan dari tanggal 2 Januari 2019 sampai tanggal 30 April 2019. Laporan
ini merupakan salah satu syarat kelulusan bagi peserta didik Sekolah Menengah
Kejuruan–SMAK Bogor. Adapun peserta didik yang dimaksud adalah kelas XIII
Sekolah Menengah Kejuruan–SMAK Bogor yang telah melaksanakan kegiatan
Prakerin. Selain itu, laporan ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Lisan Tahun Pelajaran 2018/2019.
Pada penulisan laporan ini penulis tidak sedikit menemui hambatan,
namun berkat bimbingan, arahan, dan dukungan dari semua pihak sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Yang
Terhormat:
1. Ibu Dwika Riandari, M.Si., selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan-
SMAK Bogor.
2. Ibu Ir. Setyorini Tri Hutami, selaku Kepala Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “Lemigas”.
3. Para Wakil Kepala Sekolah Menengah Kejuruan-SMAK Bogor.
4. Semua unsur pendidik dan tenaga kependidikan Sekolah Menengah
Kejuruan-SMAK Bogor.
5. Bapak R. Rudi Hendrakusumah, S.Pd., selaku pembimbing dari sekolah
yang dukungannya tiada henti untuk penulis selama prakerin hingga
penyusunan laporan ini.
6. Ibu Amilia Sari Ghani, S.S. selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang
Hubungan Kerjasama Industri yang telah membantu kelancaran dalam
pelaksanaan Prakerin.
7. Ibu Yani Faozani Alli M.Sc., selaku Kepala Laboratorium Chemical
Flooding Divisi Enhanced Oil Recovery PPTMGB Lemigas dan
pembimbing institusi, atas izin untuk pelaksanaan prakerin.
i
ii
2.10 Kemampuan.............................................................................................. 9
iii
iv
4.1.1 pH................................................................................................. 26
5.1 Informasi Core, Air Formasi dan Air Injeksi Lapangan “X” ....................... 43
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 48
LAMPIRAN ....................................................................................................... 50
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
1
2
Praktik Kerja Industri ini dimulai pada tanggal 2 Januari 2019 hingga 30
April 2019, bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak
dan Gas Bumi “Lemigas” yang beralamatkan di Jalan Ciledug Raya Kav. 109,
Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230.
3
4
Di tahun 1964, dibentuk proyek persiapan Lembaga Minyak dan Gas Bumi
dengan mendirikan LEMIGAS secepatnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Dasar dan Pertambangan No.478/Perdatam/64 pada 20 Agustus
1964. Pada tahun 1965, LEMIGAS didirikan pada 11 Juni 1965. Ini berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 17/M/Migas/65 yang
didalamnya menyebutkan keberadaan Lembaga Minyak dan Gas Bumi sebagai
organisasi eksekutif di lingkungan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi
bersama dengan Direktorat Pembinaan Minyak dan Gas Bumi.
5
Gambar 3. Direktur Lembaga Minyak dan Gas Bumi Pertama, Ir. Sjarif
Ir. Syarif A. Loebis sebagai Kepala LEMIGAS yang pertama pada 11 Juni
1965. Penunjukan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Minyak dan
Gas Bumi No. 63/M/65. Susunan Organisasi dan tugas LEMIGAS dirumuskan
secara resmi untuk pertama kali pada 16 Desember 1965 berdasarkan surat
Keputusan Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 208a/M/Migas/65.
1. Visi
Terwujudnya PPPTMGB “LEMIGAS” sebagai lembaga litbang yang
profesional dan bertaraf internasional dalam bidang minyak dan gas bumi.
2. Misi
a. Meningkatkan peran LEMIGAS dalam memberikan masukan bagi
penyusunan kebijakan pemerintah guna meningkatkan iklim yang
kondusif bagi pengembangan industri minyak dan gas bumi.
b. Meningkatkan kualitas jasa penelitian dan pengembangan untuk
memberikan nilai tambah bagi klien LEMIGAS.
c. Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan.
2.7 Publikasi
2.10 Kemampuan
11
12
1) Injeksi Kimia
Injeksi kimia adalah salah satu metode EOR yang berhasil me-
recovery minyak dari depleted reservoir pada tekanan rendah
(Moghny, 2006). Injeksi kimia memiliki prinsip kerja dengan
membebaskan minyak yang terperangkap di dalam reservoir
menggunakan polimer, surfaktan dan alkali.
a) Kelebihan:
(1) Dapat dikombinasikan dengan proses EOR.
(2) Dapat diaplikasikan untuk jenis batuan reservoir pasir dan
karbonat.
(3) Mempunyai sifat amphifatis.
(4) Jika menemukan komposisi yang pas dapat meningkatkan
recovery minyak.
b) Kekurangan:
(1) Bahannya relatif mahal.
(2) Jumlah bahannya terbatas.
(3) Mudah teradsorpsi pada batuan reservoir jenis lempung
(4) Dilutin mudah bereaksi dengan air. Tidak dapat diaplikasikan
pada reservoir dengan suhu dan salinitas yang tinggi.
14
2) Injeksi Gas
Cairan injeksi (pelarut) biasanya gas alam, gas diperkaya alam,
gas buang, nitrogen atau CO2. Cairan ini tidak bercampur kontak
pertama dengan minyak, tetapi dengan cukup tinggi tekanan
reservoir mereka mencapai miscibility dinamis dengan minyak
reservoir yang banyak. Pada umumnya proses ini lebih sering
menggunakan gas CO2 karena CO2 mudah larut dalam minyak bumi
namun sulit larut pada air. Karena itu beberapa hal yang penting dan
berguna dalam proses EOR ketika minyak bumi terjenuhi oleh CO 2
adalah:
a) Menurunkan viskositas minyak dan menaikkan viskositas air.
b) Menaikkan volume minyak (swelling) dan menurunkan densitas
minyak
c) Memberikan efek pengasaman pada reservoir karbonat.
d) Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi,
penguapan, dan pemindahan kromatografi, sehingga dapat
bertindak sebagai solution gas.
b) Kekurangan:
(1) Bahannya relatif mahal.
(2) Jumlah bahannya terbatas.
(3) Mudah teradsorpsi pada batuan reservoir jenis lempung
(4) Dilutin mudah bereaksi dengan air. Tidak dapat diaplikasikan
pada reservoir dengan suhu dan salinitas yang tinggi.
3) Thermal Recovery
a) Kelebihan:
(1) Dapat diaplikasikan untuk jenis minyak yang viskositasnya
sangat tinggi.
(2) Proses pemisahan minyaknya lebih mudah daripada proses
yang lain.
(3) Dengan menggunakan nuklir bahan bakar yang dignakan
lebih sedikit.
16
b) Kekurangan:
(1) Kualitas steam menurun seiring kedalaman reservoir.
(2) Butuh pipa khusus untuk injeksi.
(3) Mudah terjadinya channeling.
(4) Mobilitasnya tinggi.
b) Kekurangan:
(1) Oksigen di MEOR dapat bersifat korosif.
(2) Hidrogen sulfida menyebabkan korosi pipa dan mesin.
(3) Konsumsi hidrokarbon oleh bakteri mengurangi produksi
bahan kimia yang diinginkan.
(4) Anaerobic MEOR membutuhkan glukosa dalam jumlah yang
besar.
(5) Pertumbuhan mikroba dapat optimal apabila:
(a) Permeabilitas lapisan lebih besar dari 50 md
(b) Suhu reservoir lebih rendah daripada 800C
(c) Salinitas dibawah 150 g/L
(d) Kedalaman reservoir kurang dari 2.400 m
3.2.3 Alkali
3.3 Polimer
Polimer adalah salah satu zat kimia dengan rantai panjang dan
mempunyai berat molekul yang besar. Kemampuan polimer untuk meningkatkan
perolehan minyak sangat dipengaruhi oleh karakteristik aliran larutan polimer
didalam media berpori. Karakteristik alirannya dipengaruhi oleh sifat polimer
sebagai fluida non-newtonian dan sifat polimer itu sendiri yang terdiri dari berat
molekul, jarak antar molekul, kandungan ion, konsentrasi dalam larutan serta
faktor lingkungan seperti karakteristik batuan reservoir, salinitas dan suhu.
Kata polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu poly dan meros. Poly
yang bermakna banyak dan meros yang bermakna unit atau bagian,
sehingga polimer atau yang sering disebut makromolekul adalah
rangkaian molekul berukuran sangat panjang yang terbentuk dari
perulangan unit-unit kimia kecil dan sedehana. Molekul-molekul yang
bergabung membentuk polimer disebut monomer. Pengulangan dari
monomer-monomer ini bisa berbentuk linier yang membentuk rantai
panjang atau bisa juga rantai bercabang atau interkoneksi yang akan
membentuk jaringan tiga dimensi.
1) Fluida newtonian
Pada fluida newtonian, perbandingan antara shear rate dan shear
stress konstan ata disebut juga viskositas absolut. Harga
21
2) Jenis Pelarut
Air tawar ataupun air formasi yang mempunyai kadar gram
rendah merupakan zat pelarut untuk melarutkan polimer
polyacrylamida. Dalam pelarut yang baik, molekul-molekul polimer
berusaha untuk memperluas bidang kontak dengan pelarut.
Akibatnya molekul-molekul polimer mengembang dan menyebabkan
naiknya viskositas.
3) Kelarutan Polimer
Jika polimer dilarutkan kedalam pelarut maka akan mengalami
dua tahapan. Pada tahap pertama, molekul polimer akan menyerap
pelarut hingga molekul memmbengkak atau terjadi swelling.
Kemudian tahap kedua, molekul polimer yang membengkak akan
mengalami disintegrasi (penguraian) untuk membentuk larutan
sesungguhnya. Proses ini dapat dipercepat dengan pengadukan.
4) Konsentrasi Polimer
Semakin tinggi harga konsentrasi polimer, maka semakin besar
nilai viskositasnya. Karena semakin besar konsentrasi polimer
menyebabkan banyak ion polyacrylamide yang salin berikatan. Oleh
karenanya, larutan polimer bersifat lengket atau jelly.
3.3.4 Degradasi Polimer
1. Polysacharide
Jenis polysacharide yang digunakan dalam proses injeksi adalah
Xanthan Gum. Xanthan Gum terbentuk dari proses fermentasi dari
bakteri (biopolymer), polimer ini memiliki kinerja yang baik pada
salinitas tinggi, sehingga lebih muda menanganinya dalam
hubungannya peralatan di lapangan.
2. Polyacrylamide
Polyacrylamide adalah molekul yang sangat fleksibel, dimana
rantai yang panjang dari unit molekul acrylamide dan diameter
molekul yang relatif kecil membuat polimer ini sensitif terhadap
kerusakan mekanis dan degradasi. Polyacrylamide mudah terkena
kerusakan mekanik karena rantainya yang sangat panjang sehingga
mudah putus dan pecah. Polyacrylamide lebih sensitif terhadap
salinitas karena bereaksi dengan ion dalam larutan tetapi lebih tahan
terhadap serangan bakteri. Polimer yang dipakai pada uji adsorpsi
ini merupakan salah satu contoh dari co-polymerization yang terbuat
dari acrylamide dan acrylic acid.
3.4 Adsorpsi
4.1.1 pH
Prinsip:
pH adalah harga log dari ion Hidrogen yang diekspresikan dalam
mol per liter. Penggambaran yang mudah dari pH adalah suatu angka
dari 0 sampai dengan 14 yang mengindikasikan derajat keasaman
(activity) atau kebasaan (alkalinity). Beberapa kandungan yang dapat
mempengaruhi pH dari air formasi adalah padatan yang terlarut,
pengendapan besi, karbon dioksida, bikarbonat, dan hidrogen sulfat.
Langkah Kerja:
(1) pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7 dan 4.
(2) Dipipet sampel sebanyak 50 mL dengan pipet volum, kemudian
dimasukkan ke dalam piala gelas berisi sampel.
(3) Dicelupkan elektroda pH meter ke dalam piala gelas.
(4) Diukur pH sampel, dan dicatat nilai pH.
4.1.2 Alkalinitas
Prinsip:
Alkalinitas biasa diartikan oleh adanya ion-ion bikarbonat, karbonat,
dan hidroksida. Suatu pengujian biasanya dilakukan untuk menetapkan
alkalinitas air dengan cara penitaran contoh dengan suatu asam
standar dibantu dengan indikator phenolptialin dan merah metil. Titik
26
27
akhir dari titrasi tersebut ditunjukkan atau setara dengan nilai 8,0 dan
4,0 untuk masing-masing indikator.
Elektrotitrator atau pH meter dapat digunakan untuk menetapkan
jumlah asam yang diperlukan untuk mencapai harga 8,0 dan 4,0. Harga
pH yang didapat menunjukan titik dimana ion-ion karrbonat, hidroksida
dan bikarbonat dinetralkan.
Langkah Kerja:
(1) pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7 dan 4.
(2) Dipipet sampel sebanyak 50 mL dengan pipet volum, kemudian
dimasukkan ke dalam piala gelas.
(3) Dicelupkan elektroda pH meter ke dalam piala gelas berisi sampel.
(4) Diukur pH sampel, dan dicatat nilai pH.
(5) Sampel dititrrasi dengan HCl 0,1 N sambil terus diaduk (dengan
menggunakan stirrer, keadaan elektroda pH meter masih tercelup)
sampai pH 8, catat volume ini sebagai p. Jika sampel tersebut
mempunyai pH dibawah 8, maka catat p=0.
(6) Lanjutkan titrasi sampai pH 4 dan dicatat jumlah volume asam
klorida yang digunakan sebagai T.
Prinsip:
Kalsium dan Magnesium diperhitungkan bersama karena keduanya
hampir sama dalam prosedur penetapannya. Garam-garam dari
Kalsium dan Magnesium diperhitungkan untuk presentase yang besar
dan kesadahan (hardness) biasanya ditemui dalam light water.
28
Langkah Kerja:
Langkah Kerja Kalsium
(1) Dipipet sampel sebanyak 20 mL sampel ke dalam erlenmeyer.
(2) Ditambahkan aquabidest 20 mL ke dalam erlenmeyer.
(3) Ditambahkan 4 tetes Triethanol Amine 30%.
(4) Ditambahkan KOH 20% sebanyak 4 mL.
(5) Dibubuhkan indikator murexide ke dalam erlenmeyer.
(6) Dititrasi dengan larutan EDTA 0,05 M sampai berwarna violet.
(7) Dicatat volume yang digunakan selama titrasi sebagai “A”.
Langkah Kerja Magnesium
(1) Dipipet sampel sebanyak 20 mL sampel ke dalam erlenmeyer.
29
4.1.4 Klorida
Prinsip:
Klorida umumnya selalu terdapat disemua air formasi. Konsentrasi
range nya dari yang sangat encer sampai pekat dan kemungkinan
dapat menyebabkan masalah yang serius.
Konsentrasi klorida digunakan untuk memperkirakan harga resistivity
air formasi dan perbedaan antara formasi subsurface. Metode yang
digunakan adalah metode Mohr yaitu berdasarkan reaksi dari indikator
Potassium Chromate (K2CrO4) dengan kelebihan pertama kali larutan
AgNO3 standar (0,1 N) membentuk suatu endapan merah Ag Kromat
yang tidak larut pada titik akhirnya. Sebab kelarutan dari AgCl lebih
rendah maka semua klorida bereaksi dengan AgNO3 sebelum Ag
Kromat terbentuk.
Langkah Kerja:
(1) Dipipet sampel sebanyak 1 mL sampel ke dalam erlenmeyer.
(2) Ditambahkan aquabidest 30 mL ke dalam erlenmeyer.
30
4.1.5 Sulfat
Prinsip:
Sulfat adalah salah satu dari ion-ion yang paling penting yang
ditetapkan dalam analisa air. Kebanyakan air formasi (subsurface
water) mengandung Ba, Sr, dan Ca yang semuanya dapat membentuk
scale dengan sulfat yang tak larut dan keras. Memperkirakan
kemungkinan adanya scale dan menghindarinya ini lebih ekonomis
daripada chemical treatment. Hal yang menarik dari adanya ion sulfat
adalah tidak pernah ditemukan adanya barium dan sulfat bersamaan
dalam air formasi yang sama dalam konsentrasi 35 mg/L atau lebih.
Kelarutan BaSO4 naik seandainya Specific Gravity naik dan ini
berhubungan dengan adanya padatan terlarut.
Sulfat diendapkan dengan Barium Klorida (BaCl2) dalam larutan
asam, kemudian disaring, dibakar, dan ditimbang sebagai BaSO4.
Dalam prakteknya, hanya sedikit unsur pengganggu yang berpengaruh
terhadap sulfat dalam analisa air formasi.
(13) Timbangan
(14) HCl pekat
(15) BaCl2.2H2O 10%
Langkah Kerja:
(1) Jika contoh air keruh, disaring terlebih dahulu, kemudian dipipet
sebanyak 50 mL, dan diencerkan sampel sampai volume 200 mL.
(2) Ditambahkan 1 mL HCl pekat
(3) Dipanaskan sampai mendidih, kemudian secara perlahan-lahan
ditambahkan larutan BaCl2 10% sampai berlebih (biasanya 10 mL)
sambil diaduk-aduk.
(4) Ditutup dengan gelas arloji dan dipanaskan T= 80-90°C selama 1-4
jam (pada contoh yang mengandung konsentrasi sulfat yang
rendah, ketelitian yang lebih besar akan diperoleh pada penahanan
waktu yang lebih lama).
(5) Endapan yang terbentuk disaring, kemudian dicuci dengan air
suling panas sampai air pencuci benar-benar bebas klorida.
(6) Kertas saring dan isinya dilipat dan dimasukan ke dalam cawan
porselem yang sudah ditimbang bobot kosongnya.
(7) Dibakar di tanur, secara perlahan-lahan jangan sampai kertas
saringnya menyala selama 1 jam pada T= 800°C atau sampai
terlihat seluruh karbon telah terbakar habis.
(8) Dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang hingga bobot tetap.
4.1.6 Besi
Prinsip:
Besi yang telah teroksidasi seluruhnya, dititrasi dengan larutan
EDTA dengan indikator asam salisilat dari warna ungu sampai tak
berwarna. Asam salisilat membentuk warna ungu tua yang kompleks
pada kondisi pH asam. Pada pH sekitar 2,4 senyawa kompleks besi-
EDTA lebih kuat daripada kompleks besi-asam salisilat. Oleh karena
itu, menghilangnya asam salisilat kompleks yang berwarna ungu
secara bertahap menandakan titik akhir telah tercapai.
Alat dan Bahan:
(1) Piala gelas
(2) Pipet volum 50 mL
32
(3) Buret
(4) EDTA 0,05 M
(5) Magnetic stirrer
(6) Pipet tetes
(7) Air formasi
(8) Air injeksi
(9) Hot plate
(10) HCl pekat
(11) Sodium asetat
(12) Asam Salisilat 20%
(13) H2O2 3%
(14) Aquabidest
Langkah Kerja:
(1) Dipipet sampel sebanyak 100 mL sampel ke dalam piala gelas.
(2) Ditambahkan aquabidest 25 mL ke dalam piala gelas.
(3) Ditambahkan 4-5 tetes HCl pekat. Lalu dipanaskan sampai
mendidih agar gas H2S menguap.
(4) Larutan diangkat, ditambahkan 1 mL H2O2 3% (lihat perubahan
warna agak kekuningan).
(5) Lalu ditambahkan larutan asam salisilat 20% sebanyak 1 mL.
(6) Lalu diukur pH larutan antara 3 sampai 2 dengan menambahkan
larutan sodium asetat. Lalu perhatikan perubahan warna ungu.
(7) Jika terlihat warna ungu maka dilanjutkan dengan menitrasi
dengan.
(8) Dititrasi dengan larutan EDTA 0,05 M sampai tak berwarna.
(9) Dicatat volume yang digunakan selama titrasi.
Prinsip:
Sampel diinjeksikan ke dalam alat densitimeter, dengan
penyesuaian suhu yang diinginkan. Sampel yang akan diukur SG nya
harus disaring terlebih dahulu karena adanya minyak dalam contoh
akan mempengaruhi pengukuran.
33
Langkah Kerja:
(1) Alat dihidupkan melalui tombol yang ada di bagian belakang alat,
warming up sekitar 15 menit.
(2) Dipilih metode untuk pengujian densitas misalnya: lubricant, fuel,
oil, brix atau yang lain.
(3) Selang pompa disambungkan ke adaptor dan pompa diaktifkan.
(4) Setelah pompa dimatikan, diatur pengaturan suhu yang akan
dipakai saat pengukuran. Alat siap untuk digunakan.
(5) Sampel diambil sebanyak + 2 ml menggunakan semprit (syringe)
khusus sesuai dengan alat yang digunakan.
(6) Sampel diinjeksikan ke dalam alat lalu klik start untuk memulai
pengukuran.
(7) Setelah pembacaan contoh valid, nilai specific gravity sampel
diperoleh.
(8) Setelah selesai, alat dibersihkan dengan air suling
(9) Pembilasan dilakukan minimal 3 kali dengan semprit (syringe).
Prinsip:
Penetapan TDS adalah digunakan sebagai pengecekan specific
gravity dan resistivity. Ada 4 metode dalam menentukan TDS dalam air
formasi, yaitu:
1. Perkiraan dari penentuan specific gravity.
2. Perkiraan dari penentuan resistivity.
3. Menguapkan contoh air sampai berat konstan dan menimbang
residunya.
4. Perhitungan dari jumlah konsentrasi ion-ion.
34
Langkah Kerja:
(1) Cawan porselen dipanaskan dalam tanur pada suhu konstan
110°C selama 1 jam.
(2) Cawan porselen didinginkan pada desikator selama 30 menit.
(3) Ditmbang cawan porselen sebagai bobot kosong.
(4) Dipipet sampel sebanyak 10 mL sampel ke dalam cawan porselen
(5) Cawan porselen dipanaskan ke dalam oven pada suhu konstan
110°C selama 1 jam.
(6) Cawan porselen didinginkan pada desikator selama 30 menit.
(7) Ditimbang cawan porselen sampai bobot tetap.
Prinsip:
Viskositas suatu cairan merupakan sifat fluida yang dipengaruhi oleh
ukuran molekul dan gaya antarmolekul. Mengukur viskositas sampel
dengan viskometer Brookfield, bahan harus diam didalam wadah
35
sementara poros bergerak sambil direndam dalam cairan. Pada metode ini
sebuah spindle (kumparan) dicelupkan ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle (kumparan) dengan
cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan. Bila cairan itu mengalir
cepat maka berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air) dan bila
cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan cairan itu viskositas tinggi.
Langkah kerja:
(1) Penangas air dihidupkan dengan menekan tombol ON/OFF,
kemudian dipilih suhu yang akan digunakan (60°C)
(2) Rheometer dihidupkan dengan menekan tombol ON/OFF yang
terletak dibagian belakang alat, kemudian pada layar dipilih No.1 yaitu
“External Control” dengan menekan tombol 1 pada keyboard
Rheometer.
(3) Komputer dihidupkan dengan menekan tombol ON/OFF, kemudian
pada layar desktop dipilih ikon “Rheocalc 32” untuk memulai program.
(4) Pada halaman antarmuka bagian “Custom”, dipilih tombol “Zero
Rheometer” sebelum memulai pengukuran.
(5) Pada bagian “Test”, dipilih “Load Program” kemudian “Uji
Harian.RCP” untuk memanggil kembali program rutin harian atau
“Test Wizard” untuk memulai kembali program yang akan dijalankan
sesuai dengan kebutuhan.
(6) Sampel dimasukkan ke dalam Small Sampler Adapter kemudian
dipasangkan pada pemanas. Setelah itu spindle SC18 dimasukkan
dan dipasangkan pada alat “Rheometer” berikut dengan kabel
pengukur suhunya. Ditunggu hingga suhu sampel mencapai suhu
pengukuran.
(7) Setelah sampel mencapai suhu pengukuran, program yang
sebelumnya sudah diatur dijalankan dengan menekan tombol
36
Prinsip:
Core yang telah dihaluskan, direndam dengan polimer yang telah
diketahui konsentrasinya. Didiamkan beberapa hari dengan suhu yang
telah ditetapkan, lalu konsentrasi polimer setelah perendaman diukur
dengan metode spektrofotometri. Sehingga didapatkan konsentrasi
polimer yang teradsorp oleh batuan.
Langkah kerja:
Preparasi Sampel
(1) Core ditumbuk dan disaring dengan mesh 300 dan 150 micromesh.
(2) Core direndam dengan polimer yang sudah ditentukan
konsentrasinya dengan perbandingan 1:4.
(3) Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60°C selama 2 hari.
(4) Hasil disaring dengan kertas whattman No.1 (larutan hasil saringan
diambil untuk uji adsorpsi.
Pembuatan Larutan Reagen
(1) Ditimbang 74 gram air suling.
(2) Ditambahkan 6 gram Asam Asetat glasial.
(3) Ditambahkan 20 gram Sodium Hipoklorit .
PERINGATAN: Tambahkan komponen ke air. Semua operasi
harus dilakukan pada ruangan tertutup (fume hood) untuk
menghindari akumulasi uap berbahaya.
Prinsip:
Polimer yang telah diketahui konsentrasinya diinjesikan ke dalam
core flooding unit yang telah diinjeksikan air sebelumnya. Polimer yang
dinjeksikan akan melewati core yang terdapat di dalam alat, sisa
polimer yang keluar akan ditampung dan diukur konsentrasinya dengan
metode spektrofotometri. Sehingga didapatkan konsentrasi polimer
yang teradsorp oleh batuan.
(11) Aquades
(12) Stirrer
(13) Gelas ukur
Langkah kerja:
Pembuatan Larutan Reagen
(1) Ditimbang 74 gram air suling.
(2) Ditambahkan 6 gram Asam Asetat glasial.
(3) Ditambahkan 20 gram Sodium Hipoklorit .
PERINGATAN: Tambahkan komponen ke air. Semua operasi
harus dilakukan pada ruangan tertutup (fume hood) untuk
menghindari akumulasi uap berbahaya.
Mempersiapkan peralatan
(1) Memastikan core holder sesuai ukuran. Contoh ukuran core 3 inch
menggunakan holder 3 inch.
40
(2) Dibersihkan core holder, cell tempat fluida injeksi (air injeksi,
minyak, dan bahan injeksi kimia), tubing inlet, outlet core holder,
dan valve dengan toluene, methanol, dan nitrogen.
(3) Pressure transducer, differencial pressure transducer (DPT)
dikalibrasi.
(4) Diukur dead volume tabung inlet dan outlet diantara pemukaan
core dan valve.
Mempersiapkan core
(1) Disiapkan core plug dengan diameter 1,5 inch dan memastikan
core dalam keadaan bersih dan kering
(2) Core dicuci dengan toluene untuk menghilangkan minyak.
(3) Core dicuci dengan methanol untuk menghilangkan garam-garam
yang ada dalam batuan
(4) Core dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C hingga kering (12
jam).
(5) Diukur berat, panjang, dan diameter core yang akan digunakan.
(6) Diukur porositas batuan dengan helium potensiometer dan
permeabilitas batuan dengan permeameter.
(7) Pore volume batuan dihitung dengan mengalikan bulk volume
dengan porositas.
(8) Untuk core 1 feet dilanjutkan dengan penyambungan 4 core
dengan selubung plastik dan selanjutnya dipanaskan sampai
merekat
Saturasi core
(1) Ditimbang berat core kering.
(2) Core dimasukkan ke dalam cell lalu dihibungkan dengan pompa
vakum selama 5 jam.
41
Core flooding
(1) Core yang sudah disaturasikan dimasukkan ke dalam core holder
dan memberikan overbuden pressure 650 psig (tergantung
instruksi).
(2) Oven dipanaskan pada suhu reservoir (60°C) selama 12 jam.
(3) Core diinjeksikan dengan air formasi dengan 2 variasi laju air
(cc/menit) dan catat perbedaan tekanan / psig untuk menghitung
Kw.
(4) Minyak diinjeksikan ke dalam core hingga tidak ada air yang
terproduksikan dari core untuk menghitung Soil.
(5) Minyak diinjeksikan dengan 2 variasi laju alir (cc/menit) dan catat
δp (psig) untuk menghitung K0 pada residual water saturation (Swc).
(6) Mencatat air yang terproduksi pada tahap uji 4 dan 5.
(7) Core didiamkan dalam minyak selama 1 minggu untuk proses
aging (sesuai instruksi).
(8) Air diinjeksikan dengan laju air 0,1 cc/menit dan dicatat beda
tekanan dan minyak yang keluar dari core tekanan setiap 5 menit
sampai tidak ada lagi minyak yang terproduksikan (Sor).
(9) Menginjeksi larutan polimer dengan laju alir 0,2 cc/menit (sebanyak
1 PV).
(10) Air diinjeksikan dengan lajur alir 4,5 cc/menit (sesuai dengan yang
ditentukan) sampai water cut 99%.
5.1 Informasi Core, Air Formasi dan Air Injeksi Lapangan “X”
43
44
Hasil uji adsorpsi polimer FP 3330 s dan FP 3630 s tertera pada tabel. Uji
adsorpsi polimer FP 3330 s secara statik dan dinamik masing masing 167.21
μg/g dan 179.47 μg/g. Untuk uji adsorpsi statik dan dinamik polimer FP 3630 s
berturut-turut 122.14 μg/g dan 269.92 μg/g. Uji adsorpsi merupakan langkah
penting karena dari hasil uji tersebut diketahui chemical loss akibat interaksi
polimer dengan batuan. Chemical loss yang terlalu besar akan menyebabkan
upaya peningkatan perolehan minyak menjadi kurang efektif, karena dengan
menurunnya konsentrasi dari fluida makan akan turun juga fungsi dari fluida
tersebut sehingga membutuhkan polimer yang lebih banyak untuk diinjeksikan
yang berarti menurunkan tingkat keekonomiannya dan menghambat tingkat
perolehan minyak.
Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa chemical yang terserap oleh
batuan seminimal mungkin. Seluruh harga yang diuji tidak lebih dari 400 μg/g
batuan. Hal ini menunjukkan bahwa chemical loss kedua polimer relatif kecil,
sehingga diharapkan akan efektif sebagai fluida injeksi.
Uji adsorpsi secara dinamik dilakukan dengan kondisi semirip mungkin
dengan di lapangan, karena sudah ada faktor lain yang mempengaruhi selain
suhu seperti tekanan dan melalui rangkaian injeksi fluida lain (air injeksi). Oleh
karena itu, pengujian adsorpsi secara dinamik lebih representatif daripada
pengujian adsorpsi secara statik.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan uji adsorpsi yang telah dilakukan terhadap dua jenis polimer
dan core yang berbeda, dapat disimpulkan bahwa kedua jenis polimer yaitu
Flopaam 3330s dan Flopaam 3630s menunjukkan chemical loss yang relatif kecil
yaitu, <400 μg/g dengan hasil uji adsorpsi polimer FP 3330 s secara statik dan
dinamik masing masing 167.21 μg/g dan 179.47 μg/g, dan uji adsorpsi statik dan
dinamik polimer FP 3630 s berturut-turut 122.14 μg/g dan 269.92 μg/g. Sehingga
kedua polimer tersebut diharapkan akan efektif digunakan sebagai fluida injeksi.
6.2 Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
Don W. Green, G. Paul Willhite, “Enhanced Oil Recovery” SPE Textbook Series
Vol.6,1998
Migas 1995
Texas,1998
http://www.lemigas.esdm.go.id
http://www.spe.org/jpt/print/archive/2006/02/JPT2006_02_DA_Series.pdf.
Indra, Dedi. “Studi Laboratorium Rancangan Injeksi Surfaktan dan Polimer Untuk
48
49
Lake, Larry W., Thomas and Mark P.Walsh.2008.Enhanced Oil Recovery {EOR}
Rubiandini, Rudi, Ir., Dr.. “Metoda-Metoda EOR”. PT. Loka Datamas Indah. 2000
Fakultas Teknik dan Desain, Institut Teknologi dan Sains Bandung. 2016
2009
Taber J. J., Martin F. D., Seright, R. S., “EOR Screening Criteria Revisited Part 1
Taber J.J., Martin F.D., dan Seright, R.S.1997. EOR Screening Criteria Revisited
p.199-205.
1. Alkalinitas
a. Air Injeksi
𝑚𝐿 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑥 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑥 61.018 𝑥 1000
Bikarbonat (mg/L HCO3) = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
16,00 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 61.018 𝑥 1000
= 50
= 1925,54 mg/L
b. Air formasi
𝑚𝐿 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑥 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑥 61.018 𝑥 1000
Bikarbonat (mg/L HCO3) = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
15,90 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 61.018 𝑥 1000
= 50
= 1940,33 mg/L
= 42.53 mg/L
b. Air formasi
𝐴 𝑥 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑎 𝑥 1000 0,38 𝑥 0,05 𝑥 40,078 𝑥 1000
mg/L Ca = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
= 20
= 37.57mg/L
(𝐵−𝐴) 𝑥 𝑁 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑥 𝐵𝑀 𝑀𝑔 𝑥 1000 (1,25−0,38) 𝑥 0,05 𝑥 24,31 𝑥 1000
mg/L Mg = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
= 20
= 52.86 mg/L
50
3. Besi
a. Air Injeksi
(𝑚 𝑋 𝑀𝑙) 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 55,850 (0,05 𝑋 0) 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 55,850
mg/L Fe = = = 0 mg/L
𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 100
b. Air formasi
(𝑚 𝑋 𝑀𝑙) 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 55,850 (0,05 𝑋 0) 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 55,850
mg/L Fe = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
= 100
= 0mg/L
4. Sulfat
a. Air Injeksi
𝐵𝑀 𝑆𝑂4 96
𝑚𝑔 𝐵𝑎𝑆𝑂4 𝑥 𝑥 1000 𝑚𝐿 13,2 𝑥 𝑥 1000 𝑚𝐿
𝐵𝑀 𝐵𝑎𝑆𝑂4 233.33
mg/L SO4 = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
= 50
= 108,62 mg/L
b. Air formasi
𝐵𝑀 𝑆𝑂4 96
𝑚𝑔 𝐵𝑎𝑆𝑂4 𝑥 𝑥 1000 𝑚𝐿 4,3 𝑥 𝑥 1000 𝑚𝐿
𝐵𝑀 𝐵𝑎𝑆𝑂4 233.33
mg/L SO4 = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
= 50
= 35,38 mg/L
5. Klorida
a. Air Injeksi
𝑚𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑙 𝑥 1000 𝑚𝐿
mg/L Cl = 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
2,55 𝑥 0,1 𝑥 35,5 𝑥 1000 𝑚𝐿
= = 9217,78 mg/L
1
b. Air formasi
𝑚𝑙 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑙 𝑥 1000 𝑚𝐿
mg/L Cl =
𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
2,60 𝑥 0,1 𝑥 35,5 𝑥 1000 𝑚𝐿
= 1
= 9040,52 mg/L
51
Lampiran 2. Grafik Viskositas FP 3330 s
Viskositas FP 3330 S
4500
4000
Konsentrasi (ppm)
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Viskositas (cP)
Viskositas FP 3630 S
2500
Konsentrasi (ppm)
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30
Viskositas (cP)
52
Lampiran 5 Grafik Kurva Kalibrasi FP 3330 s adsorpsi statik
100 0.168
200 0.32
300 0.481
500 0.692
53
Lampiran 9. Data Adsorpsi Statik FP 3630 s
Rata-rata 159.36
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
0 0
100 0.095
200 0.282
300 0.456
500 0.840
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi (ppm)
54
Lampiran 12. Grafik Kurva Kalibrasi FP 3330 s adsorpsi dinamik
Pengukuran adsorbsi polimer FP 3330 s Tanggal: 28 Februari 2019
Konsentrasi Δ Effluent Pore Volume Pol. Effluent Pol. Injection
Tube Pengenceran Absorbansi Effluent (mL)
(ppm) (mL) Effluent (mL) (mg) (mg)
1 1 0.000 25.9 5.40 5.40 0.3740 0.1401 13.50
3 1 0.000 25.9 5.10 10.50 0.7271 0.1323 12.75
5 1 0.415 270.1 5.40 15.90 1.1011 1.4583 13.50
9 2 0.892 1101.3 5.30 21.20 1.4681 5.8369 13.25
10 2 0.904 1115.4 3.10 24.30 1.6828 3.4578 7.75
11 2 0.929 1144.8 3.10 27.40 1.8975 3.5490 7.75
12 2 0.871 1076.6 2.90 30.30 2.0983 3.1221 7.25
13 4 0.767 1908.5 2.50 32.80 2.2715 4.7712 6.25
14 4 0.736 1835.5 3.20 36.00 2.4931 5.8737 8.00
15 6 0.637 2403.9 2.80 38.80 2.6870 6.7309 7.00
16 6 0.580 2202.7 2.00 40.80 2.8255 4.4054 5.00
17 6 0.510 1955.6 2.70 43.50 3.0125 5.2802 6.75
18 6 0.519 1987.4 2.90 46.40 3.2133 5.7635 7.25
19 6 0.613 2319.2 2.80 49.20 3.4072 6.4937 7.00
20 6 0.532 2033.3 2.90 52.10 3.6080 5.8966 7.25
21 6 0.517 1980.4 2.70 54.80 3.7950 5.3470 6.75
22 6 0.478 1842.7 3.00 57.80 4.0028 5.5281 7.50
23 6 0.535 2043.9 2.80 60.60 4.1967 5.7229 7.00
24 6 0.596 2259.2 2.20 62.80 4.3490 4.9702 151.5
25 6 0.640 2414.5 2.90 65.70 4.5499 7.0020
26 6 0.587 2227.4 2.90 68.60 4.7507 6.4595
27 4 0.723 1804.9 3.10 71.70 4.9654 5.5953
28 4 0.598 1510.8 2.20 73.90 5.1177 3.3238
29 4 0.485 1244.9 3.60 77.50 5.3670 4.4818
30 2 0.534 680.1 3.50 81.00 5.6094 2.3804
31 2 0.532 677.8 2.90 83.90 5.8102 1.9655
32 2 0.530 675.4 2.10 86.00 5.9557 1.4184
33 2 0.219 309.5 3.00 89.00 6.1634 0.9286
34 2 0.202 289.5 2.80 91.80 6.3573 0.8107
35 2 0.212 301.3 2.80 94.60 6.5512 0.8436
36 1 0.438 283.6 5.80 100.40 6.9529 1.6448
38 1 0.423 274.8 6.00 106.40 7.3684 1.6486
40 1 0.236 164.8 6.30 112.70 7.8047 1.0380
42 1 0.118 95.4 6.50 119.20 8.2548 0.6198
44 1 0.110 90.6 6.70 125.90 8.7188 0.6073
46 1 0.070 67.1 5.90 131.80 9.1274 0.3960
48 1 0.067 65.4 6.50 138.30 9.5776 0.4248
50 1 0.050 55.4 5.70 144.00 9.9723 0.3155
52 1 0.054 57.7 6.50 150.50 10.4224 0.3751
54 1 0.042 50.6 7.00 157.50 10.9072 0.3545
56 1 0.033 45.4 6.00 163.50 11.3227 0.2721
58 1 0.020 37.7 6.20 169.70 11.7521 0.2338
60 1 0.007 30.1 6.20 175.90 12.1814 0.1864
62 1 0.005 28.9 6.00 181.90 12.5970 0.1733
63 1 0.004 28.3 6.20 188.10 13.0263 0.1754
128.1547
55
Lampiran13 . Grafik Adsorpsi Dinamik FP 3330 s
2500.0
Conc. polimer (ppm)
2000.0
1500.0
1000.0
500.0
0.0
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000 14.0000
Pore Volume Effluent (mL)
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
0 0.119
100 0.226
200 0.319
300 0.397
500 0.652
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600
Konsentrasi (ppm)
56
Lampiran16. Data Adsorpsi Dinamik FP 3630 s
57
Lampiran 17. Grafik Adsorpsi Dinamik FP 3630 s
2500.0
Conc. polimer (ppm)
2000.0
1500.0
1000.0
500.0
0.0
0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 12.0000 14.0000
Pore Volume Effluent (mL)
58