Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Kerja Lapangan (PKL) ini sebagai hasil dan bentuk tanggung jawab dari kegiatan
PKL yang dilaksanakan mulai tanggal 01 s.d. 31 Agustus 2019 yang bertempat di
laporan ini penulis memiliki banyak pengalaman berharga serta ilmu yang
banyak terima kasih kepada semua pihak atas bimbingan dan saran yang telah
2. Bapak Muhammad Saleh, S.T., M.T. sebagai Kepala Program Studi D3 Teknik
Kimia.
5. Ibu Amalia Patabang, S.Si. selaku Head Quality Assurance and Control (QAC)
iii
PT. Makassar Tene yang telah memberikan arahan selama pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan.
7. Bapak Harry Sammuel Tampubolon, S.H., selaku kepala HRD & GA PT.
Makassar Tene.
8. Kepada seluruh staf dan karyawan PT. Makassar Tene, khususnya departemen
Quality Assurance and Control (QAC) atas bimbingan dan kerja samanya yang
9. Kedua Orang tua tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung penulis
Semoga laporan ini dapat memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi
para pembacanya,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................2
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan...................................................3
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan....................................................3
BAB V PENUTUP.......................................................................................55
5.1. Kesimpulan................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................56
LAMPIRAN.................................................................................................57
BAB I PENDAHULUAN
wajib diikuti oleh setiap mahasiswa/i Politeknik Negeri Ujung Pandang dan
sampel dan lain-lain. Bekal pengetahuan dan kemampuan tersebut telah diperoleh
melalui berbagai mata pelajaran yang disajikan melalui mata kuliah di Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang. Namun, apa yang telah diperoleh
belum tentu bisa menjamin keberhasilan dalam dunia kerja. Untuk mendukung hal
yang sangat baik karena dapat menerjunkan langsung dalam dunia kerja,
mengamati dan ikut serta dalam menghadapi masalah-masalah yang ada terutama
Dalam hal ini PT. Makassar Tene sebagai salah satu perusahaan yang
semua ilmu yang telah diperoleh selama dibangku perkuliahan yang tidak terbatas
1
pada praktik kerja di laboratorium saja, tapi juga praktik pengenalan lingkungan
membangun kerja sama antara individu. Selain itu juga untuk menambah
terarah dan terpantau. Untuk mewujudkan semua ini diperlukan adanya kerja sama
1. Tujuan Umum
a. Mengenali proses kerja pada industri sebelum turun ke dunia kerja yang
sesungguhnya.
2. Tujuan Khusus
Tene.
1. Bagi Perusahaan
Dapat menjalin kerja sama antara PNUP dengan PT.Makassar Tene dan
3. Bagi Mahasiswa
Tempat pelaksanaan PKL di PT. Makassar Tene yang berlokasi di Jl. Ir.
Sutami no. 38, Kawasan Industri dan Pergudangan Parangloe Indah, kelurahan
waktu pelaksanaan PKL yang sudah ditentukan oleh perguruan tinggi dan
perusahaan, yaitu selama satu bulan dari tanggal 01 s.d 31 Agustus 2019.
BAB II PROFIL INSTALASI/PERUSAHAAN
PT. Makassar Tene merupakan salah satu pabrik gula rafinasi pertama, dan
berkantor pusat di Jl. Ir. Sutami No. 38, Kawasan Industri dan Pergudangan
Sulawesi Selatan.
tanggal 6 April 2004 yang bergerak dibidang usaha pemurnian gula, perusahaan
ini merupakan perusahaan modal dalam negeri (PMDN) sejak tahun 2004. Saat ini
perusahaan memiliki unit usaha pabrik gula rafinasi yang berlokasi di Jl. Ir.
Sutami No. 38, Kawasan Industri dan Pergudangan Parangloe Indah, kelurahan
seluas 14 Ha.
PT. Makassar Tene didirikan pada tahun 2003 memiliki kapasitas terpasang
1500 ton per hari, mampu memproduksi sampai 1800 ton gula rafinasi per hari
tenaga kerja ±800 orang. Kebijakan perusahaan dalam hal perekrutan tenaga kerja
memprioritaskan tenaga local yang ada di sekitar lokasi pabrik. Walaupun tidak
menutup kemungkinan untuk tenaga skill di ambil dari luar daerah Makassar.
bahan baku batu bara yang sepenuhnya dikendalikan dari control panel.
Kegiatan utama PT. Makassar Tene adalah sebagai produsen gula rafinasi
pertama yang berada diluar pulau Jawa dan merupakan pabrik gula rafinasi VII di
bahan baku utama yaitu Raw Sugar. Bahan baku utama yang digunakan berasal
dari produsen raw sugar Thailand, Afrika, dan Australia. Bahan baku tersebut
plastik kapasitas 50 kg, dengan merek dagang Bola Manis untuk R1 dan Bola
Hijau untuk R2 dengan kualitas R1 dan R2 yang dipasarkan hanya untuk makanan
dan telah memperoleh ISO 22000 untuk standar kualitas produk dalam
memproduksi gula rafinasi. Untuk keperluan itu direktur menunjuk seorang wakil
dengan mutu dan bertanggung jawab atas pelaksanaan penerapan sistem mutu.
membuat laporan tentang pelaksanaan system mutu pada unit masing- masing
kepada wakil manajemen setiap periode tertentu, untuk di evaluasi dan dijadikan
1. Visi
Menjadi pabrik gula rafinasi di Asia Tenggara dan memberikan nilai yang optimal
2. Misi
1. Direktur Utama
2. General Manager
3. Factory Manager
6. Process
7. Warehouse
a. Warehouse material
b. Warehouse produk
8. Engineering
9. Power Plant
Gula rafinasi adalah gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau raw
rafinasi dibatasi untuk konsumsi tidak langsung atau melalui perantara industri
makanan, miniman dan farmasi karena untuk konsumsi langsung di sector rumah
tangga masih dilarang untuk kepentingan perlindungan industri gula dalam negeri.
Kristal Rafinasi adalah gula sukrosa yang diproduksi melalui tahapan proses
Kata rafinasi di ambil dari kata refinery artinya menyulin, menyaring dan
membersihkan. Jadi bisa dikatakan gula rafinasi adalah gula yang mempunyai
Gula kristal mentah merupakan gula setengah jadi yang dibuat dari tebu atau
bit melalui proses defikasi, sehingga gula kristal mentah tidak layak untuk
dikonsumsi langsung oleh manusia sebelum diproses lebih lanjut. Jenis gula
Menurut Baikow (1978), raw sugar merupakan bahan baku pembuatan gula
rafinasi. Raw sugar
merupakan gula kristal mentah yang juga dihasilkan dari tebu, yang masih
mengandung lapisan molasses yang menyeliputi kristal gula. Raw sugar yang
digunakan dalam proses pembuatan gula rafinasi harus berkualitas tinggi, yaitu
memiliki kadar polarisasi minimal 98,00. Selain itu, kristal harus kuat (tidak
keropos) dengan ukuran kristal 0,9-1,0 mm. Keseragaman kualitas raw sugar
dihasilkan. Jika raw sugar yang digunakan memiliki kualitas yang tidak baik,
maka dapat dipastikan produk gula yang dihasilkan pun akan berkualitas kurang
baik.
makanan dan minuman (Anonim, 2009). Gula rafinasi merupakan gula yang
diproduksi dari bahan baku raw sugar melalui proses rafinasi untuk memebuhi
membersihkan. Jadi bisa dikatakan bahwa gula rafinasi adalah gula yang
Gula kristal putih adalah gula yang dapat dikonsumsi langsung oleh
ekstraksi
– pemurnian – evaporasi – kristalisasi - penyaringan dengan sentrifugasi –
pengeringan – pengemasan (Anonim, 2009).
Gula rafinasi terbagi atas dua yaitu R1 dan R2. Perbedaan keduanya yaitu
gula R1 memiliki ICUMSA <45 IU dan R2 dengan ICUMSA 45-80 IU. Gula
rafinasi memiliki kualitas yang paling bagus karena melalui proses pemurnian
bertahap. Warna gula putih cerah. Untuk Indonesia gula rafinasi diperuntukkan
bagi industry makanan dan minuman karena membutuhkan gula dengan kadar
Gula ekstra spesial memiliki ICUMSA 100-150 IU. Gula ini termasuk food
grade digunakan untuk membuat bahan makanan seperti kue, minuman atau
konsumsi langsung.
Gula kristal putih memiliki ICUMSA 200-300 IU. Gula kristal putih
makanan dan minuman. Berdasarkan standard SNI gula yang boleh dikonsumsi
langsung adalah gula dengan warna ICUMSA 300 IU. Pada umunya pabrik gula
Brown sugar memiliki ICUMSA 600-800 IU. Diluar negeri gula ini dapat
dikonsumsi langsung biasanya sebagai tambahan untuk bubur, akan tetapi juga
perlu diperhatikan mengenai kehigenisannya yaitu kadungan bakteri dan
kontaminan.
Raw sugar memiliki ICUMSA 1600-2000 IU. Raw sugar digunakan sebagai
bahan baku gula rafinasi dan juga beberapa proses lain seperti MSG biasanya
Gula mentah memiliki maksimal ICUMSA 4600 IU. Gula mentah khusus
digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi dan tidak boleh dikonsumsi secara
(raw sugar) adalah gula kristal sukrosa yang dibuat dari tebu (Saccharum sp.)
melalui defekasi. Gula tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh manusia sebelum
Raw sugar merupakan bahan baku pembuatan gula rafinasi. Raw sugar
merupakan gula kristal mentah yang juga dihasilkan dari tebu, yang masih
mengandung lapisan molasses yang meliputi kristal gula. Raw sugar yang
digunakan dalam proses pembuatan gula rafinasi harus berkualitas tinggi, yaitu
memiliki kadar polarisasi minimal 98,00. Selain itu kristal harus kuat (tidak
keropos) dengan ukuran kristal 0,9-1,0 mm. Keseragaman kualitas raw sugar
dihasilkan. Jika raw sugar yang digunakan memiliki kualitas tidak baik, maka
dapat
dipastikan gula yang dihasilkan pun akan berkualitas kurang baik.
Salah satu bahan pembantu yang digunakan dalam produksi gula rafinasi
ialah kapur. Kapur digunakan dalam proses karbonatasi dalam pembuatan gula
rafinasi. Selain dapat membantu dalam pemurnian, kapur juga dapat menaikkan
pH. Kapur yang diperlukan di PT. Makassar Tene ialah dalam bentuk susu kapur.
Adapun bahan pembantu lainnya seperti, CO2 yang berfungsi sebagai gas
yang bercampur dengan larutan kapur untuk mengendapkan serta menurunkan pH.
Isopropyl alkohol berfungsi untuk membuat bibit foundant. Filter Aid berfungsi
sebagai bahan pembuatan saringan di filter press. Serta air PDAM sebagai siraman
dan packing.
persiapan bahan baku raw sugar. Persiapan tersebut dimulai dengan pemindahan
raw sugar dari dalam gudang bahan baku ke dalam penampung yaitu raw sugar
bin. Pemindahan raw sugar dilakukan menggunakan belt conveyer dan bucket
elevator dari gudang bahan baku menuju raw sugar bin. Pada persiapan bahan
dilakukan
untuk mengetahui jumlah berat bahan yang akan diproses dan untuk menghindari
kelebihan kapasitas mesin. Raw sugar yang telah ditimbang kemudian masuk ke
2. Afinasi
GKM (Gula kristal merah/raw sugar). Penurunan warna yang dicapai pada stasiun
Secara garis besar proses afinasi yang dilakukan terbagi menjadi tiga
untuk manampung raw sugar. Affinated magma adalah campuran antara raw
melunakkan lapisan tetes (molasses) yang menempel pada permukaan raw sugar.
dapat dipisahkan antara lapisan molasses dengan kristal gula. Pada mesin tersebut,
pengisian magma ke dalam mesin berlangsung terus menerus. Mesin tersebut juga
dilengkapi dengan saringan yang posisinya miring, sehingga gaya sentrifugal yang
keluar
menembus saringan. Affinated sugar merupakan hasil sentrifugasi, kemudian
3. Karbonatasi
terjadinya hidrilisa baik oleh jasad renik maupun pengaruh asam. CaO atau kapur
membuat larutan alkalis (Ames, 1992). Pada prinsipnya, penambahan kapur dalam
nira akan menyebabkan kenaikan pH nira akibat ion OH-. Apabila keasaman nira
glukosa dan fruktosa berkurang. Proses inversi sukrosa yang terjadi pada suasana
asam dimana semakin tinggi suhu maka semakin banyak persentasi gula invert
memisahkan kotoran berupa klorida yang terdapat pada leburan gula. Proses
berlebihan dan dinetralkan dengan gas CO2. Proses tersebut juga dapat menyerap
atau menghilangkan warna yang mempunyai berat molekul yang tinggi yang
berasal dari raw sugar. Dengan pencampuran susu kapur dengan gas
yang
mengikat sebagian bukan gula. Suhu turut berperan penting dalam proses
karbonatasi. Hal ini dikarenakan suhu dapat menyebabkan membunuh bakteri yag
a. Reaction Tank
Pada reaction tank terjadi pencampuran susu kapur (lime milk) dengan raw
liquor. Pencampuran di dalam reaction tank dibantu oleh pengaduk (agitator) yang
berputar selama proses berlangsung. Kondisi akhir larutan pada reaction tank yang
diinginkan memiliki pH 10-11,5. Hasil proses pencampuran antara raw liquor dan
adalah larutan pada pH 7-7.5 yang kemudian disebut sebagai carbonated liquor.
4. Filtrasi
Carbonated liquor hasil proses karbonatasi kemudian difiltrasi agar dapat
dipisahkan antara filtrate dengan filter cake. Prose filtrasi yang dilakukan dibagi
menjadi dua yaitu proses filtrasi I menggunakan filter press dan filtrate II
penapis bertekanan untuk menjernihkan sirup dari endapan atau partikel lainnya.
(kalsium karbonat) yang harus dipisahkan dari liquor, sehingga bisa menghasilkan
liquor yang jernih. Alat yang digunakan yaitu filter press sebagai filtrasi tahapan
pertama yang menghasilkan filter liquor, hasil penyaringan padat disebut filter
cake (blotong) yang biasa disebut sebagai limbah akhir. Hasil liquor filtrasi masih
disaring dengan candle filter (cake filter/filtrasi tahapan kedua) sebagai liquor
yang keluar dari tahapan filtrasi tersebut menjadi fine liquor dimana sudah siap
untuk diuapkan.
padat tidak terlarut melalui media penapis (filter) yang meloloskan cairan namun
5. Kristalisasi
mendapatkan bahan murni yang berupa gula kristal yang berwarna putih,
berbentuk padat, sehingga gula dapat terpisah dari larutan induknya dalam bentuk
kristal. Sebagai hasil dari proses kristalisasi dihasilkan suatu magma yang terdiri
dari larutan induk dan kristal gula. Campuran dari larutan induk dan kristal gula
tersebut biasanya
disebut “masakan” dengan bahasa prancis “massecuite” yang berarti massa dan
cuite berarti diproses atau dimasak. Proses kristalisasi terjadi didalam suatu pan
masak yang proses kerjanya dilakukan pada suasana atau kondisi vakum.
kehilangan minimum dan proses sesingkat mungkin. Makin murni larutan gula
sukrosa adalah kelewat jenuhan larutan, suhu, kecepatan nisbi kristal dan larutan,
sifat permukaan kristal. Kristalisasi dilakukan dibejana vakum (65 cmHg) dengan
tertentu. Pada kondisi tersebut dimasukkan bibit kristal secara hati-hati sehingga
inti kristal akan tumbuh mencapai ukuran yang dikehendaki tanpa menumbuhkan
b. Viskositas larutan
6. Sentrifugasi
kerja sentrifugal ini menggunakan gaya sentrifugasi, dimana kristal gula yang
terdapat dalam baket putaran akan terlempar dan akan tertahan disaringan,
dikarenakan gula yang keluar suhunya masih relatif tinggi. Apabila langsung
Menurut Winarno (1993), penurunan kadar air pada gula sampai dengan
batas tertentu dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi disetiap
tempat daru bahan tersebut dan uap air yang diambil berasal dari semua
berlangsung lebih cepat. Karena partikel-partikel yang kecil atau lapisan yang
perpindahan air.
b. Suhu pengeringan
Perbedaan suhu yang tinggi antara medium pemanas dan bahan akan
c. Kelembapan
Relatif humidity juga menentukan besarnya penurunan kadar air dari produk
d. Waktu pengeringan
Alat pengering yang digunakan dipilih dari tipe drum besar dan panjang
yang berputar pelan (rotary drum dryer and cooler). Dibagian dalam drum
keatas dan menuangkannya kembali kebawah dalam bentuk kristal tirai gula.
Letak drum sedikit miring, letak sisi pemasukan gula dibuat sedikit lebih tinggi
dari sisi ujung pengeluaran gula. Dari ujung pemasukan gula dialirkan udara panas
dengan suhu 65-70°C yang menerobos tirai gula. Gula yang akan dikeringkan
tidak boleh dikeringkan pada suhu yang terlalu tinggi karena hal tersebut dapat
merusak gula. Oleh karena itu pengeringan diikuti dengan pendinginan baik dalam
melewati lapisan gula untuk menurunkan suhu gula sampai suhu mendekati udara
luar.
8. Packing
penampungan gula produk, masuk kedalam timbangan gula otomatis dengan berat
kedalam karung plastik dengan menggunakan conveyer, karung yang telah berisi
gula diturunkan dan dibawa ketimbangan pengontrol (check scale) untuk dikontrol
beratnya, selanjutnya karung yang berisi gula dibawa kealat jahit karung.
dengan
bantuan alat instrumen. Karung gula yang sudah dijahit dikirim ke gudang gula
produk dengan menggunakan ban pejalan untuk ditimbun atau langsung melayani
konsumen.
penyimpanan. Dalam gudang penyimpanan ini ada beberapa parameter yang harus
dikontrol yaitu suhu dan kelembapan. Suhu gudang penyimpanan adalah 32°C
1) Neraca analitik
2) Petridisk
3) Oven
4) Desikator
2. Prosedur Kerja:
diketahui beratnya.
c. Petridisk yang berisi raw sugar dimasukkan kedalam oven pada suhu
3. Perhitungan :
1) Raw sugar
2) Aquades
2. Prosedur Kerja:
3. Perhitungan :
𝑅𝐷𝑆 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝜌
𝑐= 𝑔/𝑚𝑙
105
1000 𝑥
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
𝐴𝑏𝑠 b x c
108 𝑥 𝐴𝑏𝑠 b
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
x RDS x ρ
Keterangan :
1) Timbangan analitik
2) Konduktometer
3) Stirrer
1) Raw sugar
2) Aquadest
2. Prosedur Kerja :
gram.
3. Perhitungan :
C = C 1 – C2
Keterangan :
C1 = Konduktivitas sampel
C2 = Konduktivitas aquadest
4) Corong
1) Raw sugar
2) Aquadest
2. Prosedur Kerja
corong.
menghomogenkan.
1) Raw Sugar
2) Aqudest
3) Luff schorll
7) Larutan KI 20%
2. Prosedur Kerja :
larut
yang lain
H2SO4 1:5
3. Perhitungan
𝑎 1000
% 𝑅𝑆 = 𝑥
1000 50
Keterangan
:
3) Stirrer
1) Susu kapur
3) Aquadest
4) Indikator PP
5) HCl 0,5 N
2. Prosedur Kerja :
5) Menitrasi larutan dengan HCl 0,5 N sampai titik akhir titrasi tercapai
3. Perhitungan :
Keterangan :
1) Timbangan analitik
2) Sieve set
1) Gula produk
2. Prosedur Kerja :
3. Perhitungan :
∑(𝑓. 𝑑)
𝑀𝐴 (𝑚𝑚) =
∑(𝑓)
(𝑆𝐷 𝑥 100%)
𝐶𝑉 (%) =
𝑀𝐴
Keterangan
:
SD = Standar Deviasi
1) Timbangan analitik
2) Petridisk
3) Oven
4) Eksikator
1) Gula Produk
2. Prosedur Kerja :
analitik
3. Perhitungan
Keterangan :
3) Spatula 9) Stirrer
6) Spektrofotometer UV-VIS
1) Gula produk
2) Larutan buffer pH 7
420 nm.
3. Perhitungan
𝑅𝐷𝑆 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝜌
𝑐= 𝑔/𝑚𝑙
105
1000 𝑥
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
𝐴𝑏𝑠 b x c
108 𝑥 𝐴𝑏𝑠 b
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
x RDS x ρ
Keterangan :
1) Timbangan analitik
2) Konduktometer
3) Stirrer
1) Gula Produk
2) Aquadest
2. Prosedur Kerja :
konduktometer.
3. Perhitungan :
C28 = C1 – 0.35 x C2
𝐶𝑇
Kadar abu pada suhu 20 ᵒC ( 𝐶20 ) =
1+0.026 (𝑇−20)
Keterangan :
C1 = konduktivitas sampel
C2 = konduktivitas aquades
4) Corong 8) Stirrer
1) Gula Produk
2) Aquadest
2. Prosedur Kerja :
sukromat.
6) Pipet skala 10 ml
1) Kertas minyak
2) Gula produk
3) Aquadest
4) Cu Alkaline
5) EDTA 0,0025 M
6) Indikator Murexid
2. Prosedur Kerja :
reaksi.
wadah yang berisi air dan kertas hingga mendidih, setelah tepat
ml.
1) Gula produk
2) Aquadest
3) Kertas saring
2. Prosedur Kerja :
a. Persiapan saringan membrane
menggunakan pinset.
sampel gula dimasukkan ke dalam air mendidih 1500 ml, lalu diaduk
tetes.
selama 1 jam.
4) Mendinginkan pada eksikator selama 40 menit.
3. Perhitungan
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛 (𝑝𝑝𝑚) = 𝑥 106
1000
Keterangan :
Gula rafinasi merupakan gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau
raw sugar yang kemudian dikristalkan kembali melalui proses rafinasi guna
menghasilkan mutu gula rafinasi yang berkualitas diperlukan bahan baku (raw
sugar), bahan pembantu dan gula produk yang sesuai dengan standar yang telah
berikut :
Proses produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu proses A dan proses B. Pada
proses A meliputi :
1. Raw Sugar Handling
Raw sugar yang berasal dari container di tampung di raw sugar handling
(gudang raw sugar) kemudian dibawa menggunakan belt conveyor ke raw sugar
bin. Raw sugar yang digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi yang d produksi
di PT. Makassar Tene biasanya berasal dari negara Thailand, Brazil dan
Singapura.
Raw sugar bin berjumlah 3 buah. Pada proses pengoperasian bin, salah satu
dalam posisi close untuk pengisian sedangkan yang lain dalam posisi open untuk
Raw sugar yang telah ditimbang dibawa ke Magma Mingler yang berjumlah 2
buah. Magma mingler berfungsi untuk pencampuran antara raw sugar dan
molasseas. Hasil dari magma mingler disebut affinasi magma. Pada proses ini,
terdapat standar yang harus dicapai yaitu nilai brix antar 90-92%. Affinasi magma
affinasi magma mendapat penyiraman dari hot water dan sweet water yang
merupakan filtrat kedua dari blotong. Pada proses ini akan terjadi pemisahan
antara gula dan molasses yang biasa disebut afsfinasi sugar dan affinasi molasses.
Affinasi molasses kemudian dialirkan kembali ke bagian affinasi magma untuk
dicampur
kembali bersama raw sugar dan sebagian ke proses B. Sedangkan affinasi sugar
diteruskan ke melter. Pada proses ini, terdapat standar yang harus dicapai yaitu
nilai colour affinasi sugar harus lebih kecil dari 1000 (≤ 1000). Sedangkan untuk
affinasi molassesnya nilai colour harus lebih kecil dari 35000 (≤ 35000).
2. Melter
water. Hasil dari melter disebut raw liquor yang akan di pompa ke reaction tank.
Raw liquor yang hailkan harus memiliki standar brix antara 60-65% dengan nilai
3. Raction tank
Di reaction tank, raw liquor dicampur dengan susu kapur. Susu kapur
digunakan sebagai pengikat kotoran yang terdapat dalam gula. Hasil dari reaction
4. Karbonator
Pada proses ini harus diperhatikan suhu dan pH. Pada karbonator pertama suhu
yang di gunakan >70˚C dengan pH yang harus dicapai yaitu sekitar 9.5- 10.5.
Untuk karbonator dua suhu yang digunakan >75˚C dengan pH yang harus dicapai
7.6 -
8.5. Sedangkan karbonator tiga suhu yang digunakan yaitu >80˚C dengan pH yang
harus dicapai yaitu 7.0 - 7.5. Hasil dari setiap karbonator akan di tampung dan
5. Filter Press
menghasilakan filter 1 dan blotong (sisa kapur). Blotong merupakan hasil filtrasi
yang mengandung kapur, kotoran gula atau bahan-bahan yang bukan gula.
hasilnya disebut sweet water yang kepompa kembali ke proses affinasi sugar.
Sedangkan filter 1 akan diteruskan ke candle filter. Pada filter press terdapat zat
tambahan yang digunakan untuk penyaringan yaitu filter aid yang berfungsi untuk
6. Candle Filter
untuk meminimalkan sedimen yang terikat di filter 1. Jumlah candle filter yaitu 4
buah. Pemakaiannya didasarkan pada preassure dan flow. Hasil dari candle filter
disebut fine liquor (filtrat 2) yang selanjutkan akan ditampung sebelum diteruskan
pada proses B.
1. Vacum pan
Fine liquor dari proses A akan dimasak bersama molasses. Perbandingan fine
liquor dan molasses didasarkan pada warna fine liqour. Apabila warna fine liquor
tinggi maka penambahan molasses dikurangi. Terdapat 9 buah vacum pan. Untuk
gula R1 halus menggunkan vacum pan 1 dan 2. Sedangkan untuk gula R1 kasar
2. Receiver
halus, receiver 3 dan 4 digunakan untuk gula R1 kasar, receiver 5 digunakan untuk
gula R3. Receiver 6 dan 7 digunakan untuk gula A, receiver 8 digunakan untuk
3. Centrifugal
centrifugal, hal ini bertujuan untuk membilas. Pada prose ini berselang beberapa
digunakan untuk setiap gula berbeda-beda. Untuk gula R1 halus dan R1 kasar
menggunakan 4 buah sentrifugal. Dari proses ini akan menghasilkan gula produk
dan molasses. Molasses R1 akan digunakan di produksi gula R3. Gula R3 akan
sedangkan molasses gula A akan diteruskan keproses gula B. Pada proses gula B
bahan untuk membuat tallo floc sedangkan molasses gula B apabila kandungan
gulanya masih
di atas standar yang ditentukan maka akan kembali di masak sebagai gula C.
sebagai bahan tambahan untuk pembuatan tallo floc sama seperti gula A dan B.
Sedangkan molassesnya menjadi final molasses yang tidak bisa diolah kembali
talang goyang. Setelah itu ke bucket elevator menuju ke belt conveyor lagi
kemudian masuk ke bin yang berjumlah 4 buah. Dari bin ini diteruskan ke
packing. Setelah proses produksi masih terdapat proses sampingan, yaitu proses
Tallo floc. Dimana hasil dari proses gula A dinamakan sirup gula A. Kemudian
ditampung dan ditambahkan dengan Asam fosfat dan kapur sebelum masuk ke
reaction tank. Dari tangki reaksi 1 diteruskan ke tangki reaksi 2 dimana sebelum
spiral. Hasil dari tangki reaksi 2 masuk ke classifer. Pada classifer akan terbentuk
endapan yang berada di atas permukaan classifer sedangkan yang berada di bawah
adalah air gula. Air gula akan keluar melalui pipa yang terdapat dalam classifer.
Air gula yang dihasilkan akan masuk kedalam penampungan raw liquor
menghasilkan sweet
water.
4.2 Analisa Raw sugar, Produk Gula Rafinasi dan Bahan Pembantu (Kapur)
1. Analisa Raw Sugar
Pada raw sugar terdapat beberapa parameter yang dianalisa yaitu kadar air
(moisture), warna (colour), polarisasi, kadar abu (Ash), dan gula reduksi
(reducing sugar). Standar mutu raw sugar berdasarkan SNI 3140.1:2008 dapat
Data hasil analisa yang dilakukan oleh Ismi Hikmawati Azizah (kadar abu,
polarisasi dan reducing sugar) dan Nur Fadillah (Kadar air, colour, dan reducing
Analisa kadar air (Moisture) bertujuan untuk menentukan kadar air yang
terkandung dalam bahan baku raw sugar dikarenakan kadar air sangat
berpengaruh pada saat penyimpanan bahan tersebut. Moisture yang tinggi akan
Prinsip analisa kadar air yang digunakan adalah sampel gula yang sudah
diketahui beratnya, dikeringkan dalam oven pada suhu 105˚C selama 3 jam. Nilai
kadar air dihitung berdasarkan selisih antara berat sebelum dipanaskan dan
sesudah dipanaskan.
b. Warna (Colour)
Analisa warna atau colour bertujuan untuk menentukan derajat warna dari
gula. Raw sugar berwarna coklat atau kemerah-merahan diakibatkan oleh adanya
zat pengotor yang terikut di dalam gula. Mengenai warna gula, ICUMSA
membuat grade kualitas warna gula. Semakin kecil angka colour yaitu ICUMSA
UNIT (IU) menunjukkan bahwa larutan gula semakin jernih, sebaliknya semakin
besar angka colour yaitu ICUMSA UNIT (IU) menunjukkan larutan gula semakin
Prinsip analisa colour yaitu raw sugar dilarutkan kedalam air, kemudian
disaring menggunakan kertas saring cellulose nitrate filter 0,45 μm, lalu
mengukur absorbansi pada panjang gelombang 420 nm dan brix sampel. Nilai IU
yang didapatkan dipengaruhi oleh absorbansi larutan gula yang diukur pada
panjang gelombang 420 nm dan brix larutan. Brix adalah jumlah zat padat semua
c. Polarisasi
pemutaran bidang sinar atau cahaya oleh larutan gula dimana besarnya sudut putar
bidang polarisasi bergantung pada jenis dan konsentrasi gula. Angka polarisasi
menunjukkan kemurniaan larutan gula. Besarnya polarisasi dinyatakan dalam ˚Z
gram sukrosa yang ditimbang dalam keadaan vakum dan dilarutkan dalam air
murni pada temperatur 20˚C sampai dengan volume 100 ml. Konversi
dilarutkan dalam air murni pada temperatur 20˚C sampai dengan volume 100 ml.
Pada proses ini dilakukan penambahan larutan lead asetat sebelum larutan gula
Analisa kadar abu (Ash) bertujuan untuk menentukan kadar abu (garam
mineral) yang terkandung di dalam larutan gula. Kadar abu merupakan campuran
komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada bahan. Pembakaran zat
organik C, H, O akan menghasilkan CO 2 dan H2O, dan zat yang tidak terbakar
berupa zat anorganik akan menjadi zat pengotor dan memberikan adanya sisa
larutan dapat digunakan sebagai indeks dari konsetrasi ion atau mineral atau
berlebih.
Prinsip analisa ini adalah hidrolisis pati oleh asam menjadi gula
pereduksi. Larutan gula terlebih dahulu direaksikan dengan larutan luff schrol.
dalam luff schrol menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
mengikat ion tembaga (Cu) yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida
kompleks iod- amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, indikator
starch atau indicator kanji dibutuhkan untuk menentukan titik ekivalen. Titrasi
akan dihentikan bila terjadi perubahan warna larutan menjadi putih susu dan
ketika ditambahkan indikator starch tidak lagi terbentuk warna biru tua.
2. Gula Produk
Gula produk yang dianalisa adalah gula halus R1 dimana parameter yang
diamati adalah kadar air (moisture), warna (colour), polarisasi, kadar abu (Ash),
reducing sugar (RS), MA/CV dan kadar sedimen. Syarat mutu untuk gula rafinasi
yang diproduksi PT. Makassar Tene didasarkan pada standar SNI 3140.2:20011
Data hasil analisa gula halus RI yang dilakukan oleh Ismi Hikmawati Azizah
dan Nur Fadillah adalah sebagai berikut :
Analisa kadar air, colour, kadar abu, dan polarisasi pada gula halus R1
memiliki prinsip yang sama dengan analisa raw sugar yang membedakan adalah
perlakuan yang dilakukan pada setiap analisa (dapat dilihat pada metoda kerja).
Seperti pada analisa colour gula halus R1 pelarut yang digunakan bukan aquades
biasa tetapi buffer solution karena dengan menggunakan buffer solution gula akan
lebih mudah larut. Kemudian, pada analisa polarisasi terdapat perbedaan dimana
pada analisa gula produk tidak ditambahkan dengan lead asetat dikarenkan larutan
yang dihasilakan tidak memiliki warna sehingga dapat langsung diukur pada
sukromat.
kadar gula yang mengalami reduksi sebagai akibat dari pemanasan. Pada analisa
ini, kristal gula yang dilarutkan direaksikan denga larutan Cu alkali serta
reduksi
oksidasi. Ion Cu2+ mengalami reduksi menunjukkan besarnya gula yang
mengalami reduksi. Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar gula tereduksi
terhadap sampel gula halus R1. Setelah diketahui volume EDTA yang terpakai
dalam titrasi, dapat diketahui besarnya kadar gula tereduksi pada sampel gula
dengan melihat tabel hubungan ml EDTA dengan kadar gula tereduksi (table 6,
pada lampiran). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa proses reduksi dari
raw sugar menjadi gula produk mengalami penurunan kadar gula reduksi,
sehingga semakin kecil kadar gula yang tereduksi semakin kecil kemungkinan
rata-rata ukuran (size) dan koefisien varian butiran gula. Prinsip dari analisa
MA/CV ini adalah sampel gula dipisahkan dengan menggunakan ayakan (sieve
set) yang ukuran mess sudah ditetapkan dan beratnya sudah diketahui. Berat dari
besar ukuran butiran dan koefisien keseragaman butiran. Ukuran besar gula serta
varian butiran gula merupakan tolak ukur dalam menentukan kualitas produksi.
koefisien varian butiran gula atau ukuran keteraturan ukuran Kristal. Semakin
endapan yang tidak larut dalam larutan gula. Dalam menentukan besarnya
sedimen didasarkan pada sedimen yang didasarkan pada sedimen yang tertahan
pada kertas saring. Besarnya sedimen (endapan) yang ditimbulkan pada saat gula
percobaan ini dilakukan analisa kadar sedimen sampel gula halus komposit.
Setelah diketahui berat cawan petri dan kertas saring kosong sebelum dan setelah
dipanaskan pada suhu 105 C selama 3 jam, dapat dihitung besarnya kadar sedimen
Tujuan dari analisa ini adalah untuk menentukan kadar Cao efektif dalam
susu kapur [Ca(OH)2] yang akan digunakan pada proses karbonatasi. Proses
karbonatasi adalah salah satu metode pemurnian yang dapat memisahkan kotoran
(C11H22O11) dan susu kapur [Ca(OH)2] membentuk larutan gula yang mengandung
kapur (kalsium sakarat) yang selanjutnya direaksikan dengan HCl 0.5 N untuk
Berikut data hasil analisa oleh Ismi Hikmawati Azizah dan Nur Fadillah:
diuji, yaitu suhu, pH, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS),
Chemical Oxygen Demand (COD). Proses pengolahan air limbah PT. Makassar
1. Oil Trap
Makassar Tene. Limbah yang ditampung pada oil trap berasal dari tiga sumber
yaitu limbah proses produksi , spray pond, dimen/power plant, dan domestik.
berfungsi untuk menyaring partikel berukuran besar (daun, kayu, dan lain-lain)
oil trap. Colling pond berfungsi untuk mendinginkan limbah cair sebelum diolah
keproses selanjutnya. Pada proses ini dilakukan penambahan urea dan soda
dibawah 6,8 serta sebagi sumber nutrisi bagi mikroorganisme pada proses
selanjutnya.
3. Equalization Pond
4. Anaerobic Pond
Pada anaerobik pond dibagi menjadi dua bagian yaitu anaerobik pond I
penampung air limbah. Anaerobic pond merupakan inti dari proses pengolahan
mikroorganisme berasal dari kotoran sapi atau lumpur aktif. Pada anaerobic pond
memiliki 5 kolam dengan masing-masing memiliki dua penutup. Pada proses ini,
kandungan COD serta BOD pada limbah akan diturunkan dengan bantuan bakteri
anaerobic.
5. Aerobic Pond
aerobic pond ecara overflow. Pada proses ini, mikroba yang berperan adalah
mikroba aerobic yang juga juga berasal dari lumpur aktif. Pada kolam aerobic
masuk ke dalam.
penambahan koagulan dan flokulan. Pada Chemical Mixing Pond memiliki empat
8. Settling Pond
terbentuk. Pada proses ini, terjadi pengendapan flokulan sehingga air terpisah dari
lumpur aktif dimana air akan diteruskan ke clean water pond sedangkan sludge
9. Sludge Pond
Limbah cair yang berasal dari settling pond merupakan limbah cair yang
telah memenuhi baku mutu. Pada proses ini dilkukan uji analisa kebersihan air
limbah dan pada clean water pond diisi berbagai jenis ikan sebagai bioindikator.
Polishing filter merupakan tempat yang berisi pasir silica dan ijuk yang
berfungsi mengurangi kekeruhan air dan menjaga efektifitas proses pada polishing
filter.
Final pond berfungsi sebagai tempat penampungan air yang telah diolah.
Kolam ikan ini memiliki fungsi yang sama dengan final pond dimana pada
kolam ikan pertama memiliki aerator sedangkan kolam kedua dan ketiga tidak
memiliki aerator.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil praktik kerja lapangan (PKL) yang telah kami laksanakan selama
satu bulan dari tanggal 01 sampai 30 Agustus 2019 di PT. Makassar Tene,
dapat disimpulkan bahwa hasil dari analisa bahan baku raw sugar, bahan
pembantu kapur dan gula halus R1 (gula produk) telah memenuhi syarat
Proses A: Raw sugar handling, Raw sugar bin, Affinasi magma, Affinasi
Aerobic pond, Level equalizing pond, Chemical mixing pond, Setting pond,
Sludge pond, clean water pond, polishing filter, final pond, kolam ikan 1, 2,
dan 3.
DAFTAR PUSTAKA
Aylviana. 2018. SNI 3140 2-2011 Gula Kristal rafinasi.pdf. (Diakses pada tanggal
17 Agustus 2019. https://kupdf.net/download/sni-3140-2-2011-gula-
kristal-rafinasi-pdf_59102ae2dc0d60a11b959ec0_pdf)
Paijah, Ijah. SNI 3140.1 – 2008 RAW SUGAR.pdf. (Diakses pada tanggal 17
Agustus 2019. https://www.scribd.com/document/392191415/SNI-3140-1-
2008-RAW-SUGAR-pdf)
Putra, Agusriadi Dwi. dkk. 2019. Laporan Praktik Kerja Lapangan PT. Makassar
Tene “Analisa Bahan Baku, Bahan Pembantu dan Produk Gula Rafinasi
PT. Makassar Tene”. Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Makassar
Vivian, Inggrid. dkk. 2018. Laporan Praktik Kerja Lapangan PT. Makassar
Tene Analisa Bahan Baku, Bahan Tambahan, dan Gula Rafinasi PT.
Makassar Tene. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung
Pandang. Makassar
1 Keadaan
1.1 Bau - Normal normal
1.2 Rasa - Manis manis
2 Polarisasi (°Z, 20 °C) °Z* min. 99,80 min. 99,70
3 Gula reduksi % maks. 0,04 maks. 0,04
4 Susut pengeringan (b/b) % maks. 0,05 maks. 0,05
5 Warna larutan IU** maks. 45 maks. 80
6 Abu konduktifitas (b/b) % maks. 0,03 maks. 0,05
7 Sedimen mg/kg maks. 7,0 maks. 10,0
8 Ukuran partikel***
8.1 Kasar (coarse grain) Mm 1,21-2,20 1,21-2,20
8.2 Sedang (medium/fine grain) Mm 0,51-1,20 0,51-1,20
8.3 Halus (castor/extra fine grain) Mm 0,25-0,50 0,25-0,50
9 Belerang dioksida (SO2) mg/kg maks. 2,0 maks. 5,0
10 Cemaran logam
10.1 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2 maks. 0,2
10.2 Timbal (Pb) mg/kg maks. 0,25 maks. 0,25
10.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0 maks. 40,0
10.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03 maks. 0,03
11 Cemaran arsen (As) mg/kg maks. 1,0 maks. 1,0
12 Cemaran mikroba
Angka lempeng total
12.1 (35°C, 48 jam) koloni/10g maks. 2 x 102 maks. 2,5 x 102
Brix Koreksi Brix Baca Koreksi Brix Baca Koreksi Brix Baca Koreksi
Baca
9.0 1033.99 9.8 9.8 10.6 1040.60 11.4 1043.93
Tabel 4. Koreksi Brix Baca untuk Gula Produk (gram sukrosa/100 cm3)
59
Tabel 5. Konversi mg gula reduksi untuk Raw Sugar
Cm3 0.1 M 2.0 g (10 5.0 g (10 Cm3 0.1 M 2.0 g (10 5.0 g (10
Thiosulphate cm3 cm3 thiosulphate cm3 cm3
aliquot aliquot) aliquot aliquot)
) sucrose ) sucrose
sucrose sucrose
0.10 4.00 11.66 11.00
1. Raw Sugar
a. Moisture
Diketahui data :
Berat Berat petri Berat petri dan gula Berat petri dan gula
sampel (g) kosong, m1 sebelum setelah pemanasan,
(g) pemanasan, m2 (g) m3 (g)
Raw Sugar I 20.0001 44.2965 64.2966 64.2690
Raw Sugar II 20.0001 42.6814 62.6815 62.6716
Raw Sugar III 20.0001 44.3273 64.3274 64.3109
b. Colour
Diketahui data :
Colour (IU)
Raw Sugar I 3959.75
Raw Sugar II 3990.90
Raw Sugar III 4135.51
c. Polarisasi
Hasil kadar polarisasi dapat dilihat langsung pada pembacaan alat sukromat
Polarisasi (˚Z)
Raw Sugar I 98.71
Raw Sugar II 99.07
Raw Sugar III 98.54
Diketahui data :
C = C 1 – C2
= 141.3 – 4.52
= 136.78
= 0.2281
C20 = 0.2281
= 0.1946
1+0.023(26.3−20)
Ash (%)
Raw Sugar I 0.1946
Raw Sugar II 0.1643
Raw Sugar III 0.1787
Diketahui data :
RS raw sugar I :
a = 16.8 ml – 10.8 ml
= 6 ml
Hasil pengurangan di atas dicocokkan ke tabel konversi (tabel 2) pada buku
Maka,
𝑎 1000
% 𝑅𝑆 = 𝑥
1000 50
17.00 1000
= 𝑥
1000 50
= 0.34 %
RS (%)
Raw Sugar I 0.34
Raw Sugar II 0.262
Raw Sugar III 0.34
2. Gula Produk
Diketahui data :
Gula produk Berat Berat petri Berat petri dan gula Berat petri dan gula
(R1) sampel kosong, m1 sebelum setelah pemanasan,
(g) (g) pemanasan, m2 (g) m3 (g)
Gula produk I 20.0004 41.7670 61.7674 61.7638
Gula produk II 20.0001 46.7642 66.7643 66.7589
Gula produk III 20.0002 56.9623 66.9625 76.9592
c. Warna (colour)
Diketahui data :
C28 = C1 – 0.35 x C2
= 12.79
= 6.10-4 x 12.79 %
= 0.0077 %
𝐶20 𝐶𝑇
= 1+0.026 (𝑇−20)
0.0077
𝐶20 =
1 + 0.026 (27.2 − 20)
= 0.0065
Diketahui data :
reduksi untuk gula produk (tabel 6. pada lampiran). Sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut :
g. MA/CV
Ukuran Berat
Berat pan berat % Ma - Fx
Pori Factor (d) pan + Fxd (Ma- d)2
kosong sampel Sampel d (Ma - d)2
(mm) sampel
0.85 0.925 303.4 421.89 118.49 23.70 21.92 -0.25 0.06 1.53
0.71 0.78 320.42 435.01 114.59 22.91 17.87 -0.11 0.01 0.27
0.6 0.655 312.8 415.35 102.55 20.51 13.43 0.016 0.00024 0.0051
0.5 0.55 276.77 354.95 78.18 15.64 8.59 0.12 0.012 0.23
0.425 0.4625 299.91 338.78 38.87 7.77 3.60 0.21 0.04 0.34
base pan 0.175 357.22 404.57 47.35 9.47 1.66 0.50 0.25 2.33
500.03 100 67.08 4.70
Ma 0.670792
SD 0.21686 21.68595046
CV 32.32886
Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :
h. Kadar sedimen
Diketahui data :
58.4293 − 58.4264 6
= 1000 𝑥 10
= 2.9 𝑝𝑝𝑚
Diketahui data :
= 12.57%