Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PROSES PRODUKSI GULA RAFINASI DAN


QUALITY ASSURANCE AND CONTROL (QAC)
PT. MAKASSAR TENE

ISMI HIKMAWATI AZIZAH 33117003


NUR FADILLAH 33117011

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2019
i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik

Kerja Lapangan (PKL) ini sebagai hasil dan bentuk tanggung jawab dari kegiatan

PKL yang dilaksanakan mulai tanggal 01 s.d. 31 Agustus 2019 yang bertempat di

PT. Makassar Tene.

Selama penulisan laporan PKL ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa

penulis memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Dengan terselesaikannya

laporan ini penulis memiliki banyak pengalaman berharga serta ilmu yang

bermanfaat yang diperoleh. Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak atas bimbingan dan saran yang telah

diberikan kepada penulis, antara lain:

1. Bapak Drs.Herman Bangngalino, M.T. sebagai Ketua jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Ujung Pandang.

2. Bapak Muhammad Saleh, S.T., M.T. sebagai Kepala Program Studi D3 Teknik

Kimia.

3. Bapak Lasire, S.T.,M.Si. selaku dosen Pembimbing Kegiatan Praktik Kerja

Lapangan yang telah banyak memberikan masukan dan dukungan sehingga

kegiatan dan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Abuan Halim, selaku direktur utama PT. Makassar Tene.

5. Ibu Amalia Patabang, S.Si. selaku Head Quality Assurance and Control (QAC)

iii
PT. Makassar Tene yang telah memberikan arahan selama pelaksanaan Praktik

Kerja Lapangan.

6. Ibu A. Waifa Rahim, S.T., selaku pembimbing di Laboratorium Quality

Assurance and Control (QAC) PT. Makassar Tene.

7. Bapak Harry Sammuel Tampubolon, S.H., selaku kepala HRD & GA PT.

Makassar Tene.

8. Kepada seluruh staf dan karyawan PT. Makassar Tene, khususnya departemen

Quality Assurance and Control (QAC) atas bimbingan dan kerja samanya yang

baik selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

9. Kedua Orang tua tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung penulis

dengan penuh kasih sayang.

Semoga laporan ini dapat memberikan informasi dan ilmu yang bermanfaat bagi

para pembacanya,

Makassar, 22 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN...............................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................iii

DAFTAR ISI..................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................2
1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan...................................................3
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan....................................................3

BAB II PROFIL INSTALASI/PERUSAHAAN............................................4


2.1. Sejarah PT. Makassar Tene.........................................................4
2.2. Struktur Organisasi PT. Makassar Tene......................................6
2.3 Proses Produksi Gula Rafinasi.....................................................7

BAB III METODE ANALISA....................................................................20


3.1 Analisa Gula Mentah (Raw Sugar)..............................................20
3.2 Analisa Bahan Pembantu (Kapur)...............................................26
3.3 Analisa Gula Produk....................................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................38


4.1 Proses Produksi............................................................................38
4.3 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)....................................51

BAB V PENUTUP.......................................................................................55
5.1. Kesimpulan................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................56

LAMPIRAN.................................................................................................57
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan yang

wajib diikuti oleh setiap mahasiswa/i Politeknik Negeri Ujung Pandang dan

dirancang untuk melatih mahasiswa/i agar mempunyai kemampuan mengenai

dunia kerja sesuai bidang-bidangnya.

Mahasiswa/i yang dianggap telah mendapat bekal yang memadai dalam

berbagai bidang yang berkaitan dengan tugasnya, misalnya mengambil sampel,

menyiapkan sampel, menentukan metode analisa yang tepat, menganalisa sampel-

sampel dan lain-lain. Bekal pengetahuan dan kemampuan tersebut telah diperoleh

melalui berbagai mata pelajaran yang disajikan melalui mata kuliah di Jurusan

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang. Namun, apa yang telah diperoleh

belum tentu bisa menjamin keberhasilan dalam dunia kerja. Untuk mendukung hal

tersebut dibutuhkan suatu pengalaman secara langsung mengenai lingkup

lingkungan kerja, sehingga setelah menyelesaikan pendidikan, mereka siap secara

mandiri mengembangkan tugas profesional dibidangnya.

Untuk mendapat pengalaman tersebut, maka PKL merupakan alternatif

yang sangat baik karena dapat menerjunkan langsung dalam dunia kerja,

mengamati dan ikut serta dalam menghadapi masalah-masalah yang ada terutama

disekeliling lingkungan yang berhubungan dengan proses kimiawi kehidupan.

Dalam hal ini PT. Makassar Tene sebagai salah satu perusahaan yang

digunakan untuk melaksanakan kegiatan praktik kerja industri dalam menerapkan

semua ilmu yang telah diperoleh selama dibangku perkuliahan yang tidak terbatas

1
pada praktik kerja di laboratorium saja, tapi juga praktik pengenalan lingkungan

kerja yang sesungguhnya, termasuk pengaplikasian disiplin kerja dalam

membangun kerja sama antara individu. Selain itu juga untuk menambah

keterampilan, menambah wawasan secara berdedikasi dibawah bimbingan yang

terarah dan terpantau. Untuk mewujudkan semua ini diperlukan adanya kerja sama

antar pihak, khususnya pihak intansi/perusahaan dengan pihak sekolah dalam

menempatkan para siswanya.

1.2 Tujuan Diadakan Praktik Kerja Lapangan

1. Tujuan Umum

a. Mengenali proses kerja pada industri sebelum turun ke dunia kerja yang

sesungguhnya.

b. Mengaplikasikan teori yang didapat pada perkuliahan dengan praktik

lapangan yang dilakukan.

c. Membekali diri dengan pengetahuan tentang kondisi dunia kerja.

d. Menjadikan kegiatan ini untuk lebih disiplin dan bertanggung jawab

atas tugas atau kewajiban yang diberikan.

2. Tujuan Khusus

a. Sebagai prasyarat akademis bagi mahasiswa untuk memenuhi beban

Satuan Kredit Semester (SKS) di Jurusan Teknik Kimia Politeknik

Negeri Ujung Pandang.

b. Mengetahui proses produksi pembuatan gula rafinasi di PT. Makassar

Tene.

c. Mengetahui kualitas produk dalam proses pembuatan gula rafinasi di PT.


Makassar Tene.

d. Mengetahui proses pengolahan limbah di PT. Makassar Tene

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Metode Pengumpulan Data

1. Bagi Perusahaan

Dapat memberikan informasi dan bahan evaluasi untuk peningkatan mutu

produksi gula PT.Makassar Tene.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Dapat menjalin kerja sama antara PNUP dengan PT.Makassar Tene dan

menambah referensi kepustakaan mengenai proses produksi gula.

3. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat mengaplikasikan

teori secara langsung di lapangan.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Tempat pelaksanaan PKL di PT. Makassar Tene yang berlokasi di Jl. Ir.

Sutami no. 38, Kawasan Industri dan Pergudangan Parangloe Indah, kelurahan

Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun

waktu pelaksanaan PKL yang sudah ditentukan oleh perguruan tinggi dan

perusahaan, yaitu selama satu bulan dari tanggal 01 s.d 31 Agustus 2019.
BAB II PROFIL INSTALASI/PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PT. Makassar Tene

PT. Makassar Tene merupakan salah satu pabrik gula rafinasi pertama, dan

satu-satunya yang beroperasi di kawasan Indonesia Timur, berkedudukan dan

berkantor pusat di Jl. Ir. Sutami No. 38, Kawasan Industri dan Pergudangan

Parangloe Indah, kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan.

PT. Makassar Tene didirikan dengan akte notaris nomor 8 tanggal 17

Desember 2003 dan mempunyai izin dari SP BKPM No.02/73/1/PMDN/2004

tanggal 6 April 2004 yang bergerak dibidang usaha pemurnian gula, perusahaan

ini merupakan perusahaan modal dalam negeri (PMDN) sejak tahun 2004. Saat ini

perusahaan memiliki unit usaha pabrik gula rafinasi yang berlokasi di Jl. Ir.

Sutami No. 38, Kawasan Industri dan Pergudangan Parangloe Indah, kelurahan

Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan diatas tanah

seluas 14 Ha.

PT. Makassar Tene didirikan pada tahun 2003 memiliki kapasitas terpasang

1500 ton per hari, mampu memproduksi sampai 1800 ton gula rafinasi per hari

untuk memenuhi kebutuhan gula di Kawasan Indonesia Timur yang menyerap

tenaga kerja ±800 orang. Kebijakan perusahaan dalam hal perekrutan tenaga kerja

memprioritaskan tenaga local yang ada di sekitar lokasi pabrik. Walaupun tidak

menutup kemungkinan untuk tenaga skill di ambil dari luar daerah Makassar.

Peralatan produksi yang digunakan PT. Makassar Tene merupakan alat-alat

mutakhir sehingga dapat bekerja dengan efisien. Alat-alat tersebut misalnya


decolorasi dengan resin yang bekerja full automatic, proses filter dan boiler yang

bahan baku batu bara yang sepenuhnya dikendalikan dari control panel.

Kegiatan utama PT. Makassar Tene adalah sebagai produsen gula rafinasi

pertama yang berada diluar pulau Jawa dan merupakan pabrik gula rafinasi VII di

Indonesia. Untuk menghasilkan gula rafinasi tentu saja perusahaan membutuhkan

bahan baku utama yaitu Raw Sugar. Bahan baku utama yang digunakan berasal

dari produsen raw sugar Thailand, Afrika, dan Australia. Bahan baku tersebut

diolah melalui beberapa tahapan proses yaitu: affinasi, melting, pemurnian,

karbonatasi, filtering, decolorasi, penguapan, kristalisasi, pemutaran, pengeringan,

tahap pengepakan (packing), dan terakhir tahap penyimpanan (warehousing)

sebelum di distribusikan ke konsumen.

Gula rafinasi yang di produksi dikemas dalam bentuk kemasan karung

plastik kapasitas 50 kg, dengan merek dagang Bola Manis untuk R1 dan Bola

Hijau untuk R2 dengan kualitas R1 dan R2 yang dipasarkan hanya untuk makanan

industri makanan dan minuman di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam rangkaian jaminan kepastian mutu dan untuk senantiasa menjamin

kepuasan pelanggan. PT. Makassar Tene menerapkan system manajemen mutu

dan telah memperoleh ISO 22000 untuk standar kualitas produk dalam

memproduksi gula rafinasi. Untuk keperluan itu direktur menunjuk seorang wakil

manajemen yang diberi tugas mengkoordinir seluruh kegiatan yang berhubungan

dengan mutu dan bertanggung jawab atas pelaksanaan penerapan sistem mutu.

Direktur perusahaan mewajibkan kepada seluruh bagian dan seksi untuk

membuat laporan tentang pelaksanaan system mutu pada unit masing- masing
kepada wakil manajemen setiap periode tertentu, untuk di evaluasi dan dijadikan

landasan dalam perbaikan yang terus menerus serta kesinambungan.

Visi dan Misi Perusahaan :

1. Visi

Menjadi pabrik gula rafinasi di Asia Tenggara dan memberikan nilai yang optimal

kepada seluruh “stakeholder” dan masyarakat.

2. Misi

Menyediakan produk gula rafinasi yang berkualitas dan konsisten yang

berorientasi pada kepuasan pelanggan.

2.2. Struktur Organisasi PT. Makassar Tene

1. Direktur Utama

2. General Manager

3. Factory Manager

4. HRD ( Human Resaurce Departement )

5. QAC ( Quality Assurance dan Control )

6. Process

7. Warehouse

a. Warehouse material

b. Warehouse produk

c. Warehouse bahan baku

8. Engineering

9. Power Plant

10. Safety Health & Environment (SHE)


11. Marketing

2.3 Proses Produksi Gula Rafinasi

2.3.1. Gula Rafinasi

Gula rafinasi adalah gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau raw

sugar yang kemudian dikristalkan kembali. Di Indonesia, penggunaan gula

rafinasi dibatasi untuk konsumsi tidak langsung atau melalui perantara industri

makanan, miniman dan farmasi karena untuk konsumsi langsung di sector rumah

tangga masih dilarang untuk kepentingan perlindungan industri gula dalam negeri.

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006), Gula Rafinasi atau Gula

Kristal Rafinasi adalah gula sukrosa yang diproduksi melalui tahapan proses

pengolahan gula kristal mentah (GKM) yang meliputi : afinasi, remelting,

klarifikasi, decolorisasi, kristalisasi, fugalisasi, pengeringan dan pengemasan.

Kata rafinasi di ambil dari kata refinery artinya menyulin, menyaring dan

membersihkan. Jadi bisa dikatakan gula rafinasi adalah gula yang mempunyai

kualitas kemurnian yang sangat tinggi (Erawati dkk, 2015).

Berdasarkan proses pembuatannya ada 3 jenis gula yaitu :

1. Raw sugar (Gula Kristal Mentah/GKM)

Gula kristal mentah merupakan gula setengah jadi yang dibuat dari tebu atau

bit melalui proses defikasi, sehingga gula kristal mentah tidak layak untuk

dikonsumsi langsung oleh manusia sebelum diproses lebih lanjut. Jenis gula

kristal mentah merupakan bahan baku gula rafinasi. Tahapan proses

pembuatannya meliputi : ekstraksi – penguapan – raw sugar (Anonima, 2009).

Menurut Baikow (1978), raw sugar merupakan bahan baku pembuatan gula
rafinasi. Raw sugar
merupakan gula kristal mentah yang juga dihasilkan dari tebu, yang masih

mengandung lapisan molasses yang menyeliputi kristal gula. Raw sugar yang

digunakan dalam proses pembuatan gula rafinasi harus berkualitas tinggi, yaitu

memiliki kadar polarisasi minimal 98,00. Selain itu, kristal harus kuat (tidak

keropos) dengan ukuran kristal 0,9-1,0 mm. Keseragaman kualitas raw sugar

sangat penting dikarenakan berpengaruh terhadap produk gula rafinasi yang

dihasilkan. Jika raw sugar yang digunakan memiliki kualitas yang tidak baik,

maka dapat dipastikan produk gula yang dihasilkan pun akan berkualitas kurang

baik.

2. Raifined Sugar (Gula Kristal Rafinasi/GKR)

Gula kristal rafinasi merupakan gula sukrosa yang diproduksi melalui

tahapan pengolahan gula kristal mentah meliputi : afinasi – pelarutan kembali

(remelting) – klarifikasi – dekolorisasi – kristalisasi – fugalisasi – pengeringan –

pengemasan. Gula kristal rafinasi digunakan sebagai bahan baku industry

makanan dan minuman (Anonim, 2009). Gula rafinasi merupakan gula yang

diproduksi dari bahan baku raw sugar melalui proses rafinasi untuk memebuhi

kebutuhan industry makanan dan minuman serta kebutuhan dibidang farmasi.

Kata rafinasi diambil dari kata rifinery artinya penyuling, menyaring,

membersihkan. Jadi bisa dikatakan bahwa gula rafinasi adalah gula yang

mempunyai kualitas kemurnian yang tinggi (Anonim, 2009).

3. Plantation White Sugar (Gula Kristal Putih/GKP)

Gula kristal putih adalah gula yang dapat dikonsumsi langsung oleh

masyarakat yang dihasilkan dari pengolahan tebu yang meliputi tahapan :

ekstraksi
– pemurnian – evaporasi – kristalisasi - penyaringan dengan sentrifugasi –
pengeringan – pengemasan (Anonim, 2009).

Berdasarkan International Commission For Uniform Methods of Sugar

Analysis (ICUMSA), gula dibedakan menjadi :

1. Gula Rafinasi (Rafinated Sugar)

Gula rafinasi terbagi atas dua yaitu R1 dan R2. Perbedaan keduanya yaitu

gula R1 memiliki ICUMSA <45 IU dan R2 dengan ICUMSA 45-80 IU. Gula

rafinasi memiliki kualitas yang paling bagus karena melalui proses pemurnian

bertahap. Warna gula putih cerah. Untuk Indonesia gula rafinasi diperuntukkan

bagi industry makanan dan minuman karena membutuhkan gula dengan kadar

kotoran yang sedikit dan warna putih.

2. Gula Ekstra Spesial (Extra Special Crystall Sugar)

Gula ekstra spesial memiliki ICUMSA 100-150 IU. Gula ini termasuk food

grade digunakan untuk membuat bahan makanan seperti kue, minuman atau

konsumsi langsung.

3. Gula Kristal Putih

Gula kristal putih memiliki ICUMSA 200-300 IU. Gula kristal putih

merupakan gula yang dapat dikonsumsi langsung sebagai tambahan bahan

makanan dan minuman. Berdasarkan standard SNI gula yang boleh dikonsumsi

langsung adalah gula dengan warna ICUMSA 300 IU. Pada umunya pabrik gula

sulfitasi dapat memproduksi gula dengan warna ICUMSA <300 IU.

4. Gula Kristal Mentah untuk Konsumsi (Brown Sugar)

Brown sugar memiliki ICUMSA 600-800 IU. Diluar negeri gula ini dapat

dikonsumsi langsung biasanya sebagai tambahan untuk bubur, akan tetapi juga
perlu diperhatikan mengenai kehigenisannya yaitu kadungan bakteri dan

kontaminan.

5. Gula Kristal Merah (Raw Sugar)

Raw sugar memiliki ICUMSA 1600-2000 IU. Raw sugar digunakan sebagai

bahan baku gula rafinasi dan juga beberapa proses lain seperti MSG biasanya

menggunakan raw sugar.

6. Gula mentah (Very Raw Sugar)

Gula mentah memiliki maksimal ICUMSA 4600 IU. Gula mentah khusus

digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi dan tidak boleh dikonsumsi secara

lansung (Anonim, 2009).

2.3.2 Raw Sugar (Gula Kristal Mentah/GKM)

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3140.1-2001), gula kasar

(raw sugar) adalah gula kristal sukrosa yang dibuat dari tebu (Saccharum sp.)

melalui defekasi. Gula tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh manusia sebelum

diproses lebih lanjut karena masih mengandung bahan pengotor.

Raw sugar merupakan bahan baku pembuatan gula rafinasi. Raw sugar

merupakan gula kristal mentah yang juga dihasilkan dari tebu, yang masih

mengandung lapisan molasses yang meliputi kristal gula. Raw sugar yang

digunakan dalam proses pembuatan gula rafinasi harus berkualitas tinggi, yaitu

memiliki kadar polarisasi minimal 98,00. Selain itu kristal harus kuat (tidak

keropos) dengan ukuran kristal 0,9-1,0 mm. Keseragaman kualitas raw sugar

sangat penting dikarenakan berpengaruh terhadap produk gula rafinasi yang

dihasilkan. Jika raw sugar yang digunakan memiliki kualitas tidak baik, maka
dapat
dipastikan gula yang dihasilkan pun akan berkualitas kurang baik.

2.3.3 Bahan Pembantu

Salah satu bahan pembantu yang digunakan dalam produksi gula rafinasi

ialah kapur. Kapur digunakan dalam proses karbonatasi dalam pembuatan gula

rafinasi. Selain dapat membantu dalam pemurnian, kapur juga dapat menaikkan

pH. Kapur yang diperlukan di PT. Makassar Tene ialah dalam bentuk susu kapur.

Adapun bahan pembantu lainnya seperti, CO2 yang berfungsi sebagai gas

yang bercampur dengan larutan kapur untuk mengendapkan serta menurunkan pH.

Isopropyl alkohol berfungsi untuk membuat bibit foundant. Filter Aid berfungsi

sebagai bahan pembuatan saringan di filter press. Serta air PDAM sebagai siraman

sentrifugal, cucian tank, dan melting.

2.3.4 Proses Produksi Gula Rafinasi

Proses produksi gula rafinasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

penanganan raw sugar, affinasi, klarifikasi, filtrasi, kristalisasi, centrifugal, drying

dan packing.

1. Penanganan Raw Sugar

Sebelum proses produksi dilakukan, PT. Makassar Tene melakukan

persiapan bahan baku raw sugar. Persiapan tersebut dimulai dengan pemindahan

raw sugar dari dalam gudang bahan baku ke dalam penampung yaitu raw sugar

bin. Pemindahan raw sugar dilakukan menggunakan belt conveyer dan bucket

elevator dari gudang bahan baku menuju raw sugar bin. Pada persiapan bahan

baku di PT. Makassar Tene juga dilakukan penimbangan. Penimbangan ini

dilakukan
untuk mengetahui jumlah berat bahan yang akan diproses dan untuk menghindari

kelebihan kapasitas mesin. Raw sugar yang telah ditimbang kemudian masuk ke

dalam mingler untuk proses selanjutnya.

2. Afinasi

Afinasi merupakan tahap paling awal proses produksi gula rafinasi.

Afinasi merupakan proses penghilangan lapisan molasses yang melapisi kristal

GKM (Gula kristal merah/raw sugar). Penurunan warna yang dicapai pada stasiun

ini berkisar 30-50%.

Secara garis besar proses afinasi yang dilakukan terbagi menjadi tiga

tahapan utama, yaitu :

a. Pembentukan Affinated Magma

Pembentukan affinated magma terjadi di dalam mingler yang berfungsi

untuk manampung raw sugar. Affinated magma adalah campuran antara raw

sugar dengan molasses. Mingler yang digunakan dilengkapi dengan pengaduk

(agigator) horizontal berbentuk seperti screw. Pengadukan berfungsi untuk

melunakkan lapisan tetes (molasses) yang menempel pada permukaan raw sugar.

b. Pemisahan Lapisan Tetes (molasses) dari kristal raw sugar

Affinated magma yang telah terbentuk kemudian disentrifugasi untuk

dapat dipisahkan antara lapisan molasses dengan kristal gula. Pada mesin tersebut,

pengisian magma ke dalam mesin berlangsung terus menerus. Mesin tersebut juga

dilengkapi dengan saringan yang posisinya miring, sehingga gaya sentrifugal yang

bekerja pada dinding menyebabkan kristal terdorong dan tertinggal di saringan.

Sedangkan gaya tegak lurus pada saringan menyebabkan molasses terdorong

keluar
menembus saringan. Affinated sugar merupakan hasil sentrifugasi, kemudian

masuk ke dalam melter.

c. Peleburan Raw Sugar

Proses peleburan raw sugar bertujuan mengubah bentuk raw sugar

menjadi cairan. Peleburan terjadi di dalam alat yang disebut melter.

3. Karbonatasi

Affinated sugar dalam raction tank ditambahkan kapur. Penambahan kapur

berfungsi untuk mempertahankan pH nira tetap tinggi sehingga dapat menghambat

terjadinya hidrilisa baik oleh jasad renik maupun pengaruh asam. CaO atau kapur

di dalam air membentuk Ca(OH)2. Selanjutnya menghasilkan in OH- bebas yang

membuat larutan alkalis (Ames, 1992). Pada prinsipnya, penambahan kapur dalam

nira akan menyebabkan kenaikan pH nira akibat ion OH-. Apabila keasaman nira

dapat dikendalikan dengan penambahan kapur, laju inversi sukrosa menjadi

glukosa dan fruktosa berkurang. Proses inversi sukrosa yang terjadi pada suasana

asam dimana semakin tinggi suhu maka semakin banyak persentasi gula invert

dan gula produksi yang terbentuk (Desroiser, 2003).

Proses karbonatasi adalah salah satu metode pemurnian yang dapat

memisahkan kotoran berupa klorida yang terdapat pada leburan gula. Proses

karbonatasi juga merupakan pemurnian dengan menambahkan susu kapur

berlebihan dan dinetralkan dengan gas CO2. Proses tersebut juga dapat menyerap

atau menghilangkan warna yang mempunyai berat molekul yang tinggi yang

berasal dari raw sugar. Dengan pencampuran susu kapur dengan gas

karbondioksida yang ditambahkan di law liquor sehingga terbentuk gumpalan

yang
mengikat sebagian bukan gula. Suhu turut berperan penting dalam proses

karbonatasi. Hal ini dikarenakan suhu dapat menyebabkan membunuh bakteri yag

terdapat dalam gula.

Pada proses karbonatasi endapan yang terbentuk adalah endapan CaCO3.

Adapun reaksi yang terjadi pada karbonator adalah

C12H22O11 +Ca(OH)2 C12H22O11.CaO+H2O

C12H22O11.CaO + CO2 CaCO3 + C12H22O11

Proses karbonatasi yang dilakukan PT. Makassar Tene berlangsung pada

reaction tank dan tangki carbonator.

a. Reaction Tank

Pada reaction tank terjadi pencampuran susu kapur (lime milk) dengan raw

liquor. Pencampuran di dalam reaction tank dibantu oleh pengaduk (agitator) yang

berputar selama proses berlangsung. Kondisi akhir larutan pada reaction tank yang

diinginkan memiliki pH 10-11,5. Hasil proses pencampuran antara raw liquor dan

susu kapur dialirkan ke dalam carbonator.

b. Carbonator I, II dan III

Output yang dihasilkan dari proses pencampuran dalam reaction tank

kemudian dipompa ke dalam carbonator I, II dan III. Dalam carbonator terjadi

penembahan gas CO2. Penambahan gas CO2 bertujuan untuk mengendapkan

kotoran, dimana pH pada carbonator I dikondisikan pada kisaran 9.5-10.5,

carbonator II dikondisikan pH berkisar 7.6-8.5 dan kondisi akhir yang diharapkan

adalah larutan pada pH 7-7.5 yang kemudian disebut sebagai carbonated liquor.

4. Filtrasi
Carbonated liquor hasil proses karbonatasi kemudian difiltrasi agar dapat

dipisahkan antara filtrate dengan filter cake. Prose filtrasi yang dilakukan dibagi

menjadi dua yaitu proses filtrasi I menggunakan filter press dan filtrate II

menggunakan candle filter.

Proses penapisan carbonated liquor hasil karbonatasi menggunakan

penapis bertekanan untuk menjernihkan sirup dari endapan atau partikel lainnya.

Proses filtrasi menjelaskan tahapan penyaringan liquor dari reaksi di karbonatasi

(kalsium karbonat) yang harus dipisahkan dari liquor, sehingga bisa menghasilkan

liquor yang jernih. Alat yang digunakan yaitu filter press sebagai filtrasi tahapan

pertama yang menghasilkan filter liquor, hasil penyaringan padat disebut filter

cake (blotong) yang biasa disebut sebagai limbah akhir. Hasil liquor filtrasi masih

disaring dengan candle filter (cake filter/filtrasi tahapan kedua) sebagai liquor

yang keluar dari tahapan filtrasi tersebut menjadi fine liquor dimana sudah siap

untuk diuapkan.

Filtrasi merupakan proses pemisahan campuran antara cairan dengan zat

padat tidak terlarut melalui media penapis (filter) yang meloloskan cairan namun

menahan zat padatnya pada permukaan penapis (filter).

5. Kristalisasi

Proses kristalisasi merupakan salah satu pekerjaan proses agar

mendapatkan bahan murni yang berupa gula kristal yang berwarna putih,

berbentuk padat, sehingga gula dapat terpisah dari larutan induknya dalam bentuk

kristal. Sebagai hasil dari proses kristalisasi dihasilkan suatu magma yang terdiri

dari larutan induk dan kristal gula. Campuran dari larutan induk dan kristal gula

tersebut biasanya
disebut “masakan” dengan bahasa prancis “massecuite” yang berarti massa dan

cuite berarti diproses atau dimasak. Proses kristalisasi terjadi didalam suatu pan

masak yang proses kerjanya dilakukan pada suasana atau kondisi vakum.

Menurut de Man (1997), proses kristalisasi gula bertujuan untuk merubah

molekul-molekul sukrosa dalam fine liquor menjadi kristal gula dengan

kehilangan minimum dan proses sesingkat mungkin. Makin murni larutan gula

makin mudah gula mengkristal. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kristal

sukrosa adalah kelewat jenuhan larutan, suhu, kecepatan nisbi kristal dan larutan,

sifat permukaan kristal. Kristalisasi dilakukan dibejana vakum (65 cmHg) dengan

penguapan liquor pada suhu sekitar 70-80°C sampai mencapai supersaturasi

tertentu. Pada kondisi tersebut dimasukkan bibit kristal secara hati-hati sehingga

inti kristal akan tumbuh mencapai ukuran yang dikehendaki tanpa menumbuhkan

kristal baru. Campuran kristal sukrosa dengan liquor disebut masakan.

Faktor yang berpengaruh pada kecepatan kristalisasi :

a. Kandungan kotoran dalam larutan

b. Viskositas larutan

c. Pancampuran atau sirkulasi

6. Sentrifugasi

Kristal gula dengan molasses dipisahkan menggunakan setrifugal. Prinsip

kerja sentrifugal ini menggunakan gaya sentrifugasi, dimana kristal gula yang

terdapat dalam baket putaran akan terlempar dan akan tertahan disaringan,

sedangkan larutannya akan lolos melalui saringan.

7. Drying dan Cooling


Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air yang tersisa pada gula

sampai dengan kadar 0.05% . Setelah proses pengeringan, diperlukan pendinginan

dikarenakan gula yang keluar suhunya masih relatif tinggi. Apabila langsung

dikemas mengakibatkan gula menjadi rusak.

Menurut Winarno (1993), penurunan kadar air pada gula sampai dengan

batas tertentu dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi disetiap

tempat daru bahan tersebut dan uap air yang diambil berasal dari semua

permukaan bahan keluar.

Faktor – faktor yang mempengaruhi laju pengeringan antara lain :

a. Luas permukaan bahan

Apabila bahan yang dikeringkan kecil atau tipis maka pengeringan

berlangsung lebih cepat. Karena partikel-partikel yang kecil atau lapisan yang

kecil mempercepat perpindahan panas menuju pusat bahan dan mempermudah

perpindahan air.

b. Suhu pengeringan

Perbedaan suhu yang tinggi antara medium pemanas dan bahan akan

mempercepat perpindahan panas ke dalam bahan sehinggga terjadi driving force

perpindahan uap air.

c. Kelembapan

Relatif humidity juga menentukan besarnya penurunan kadar air dari produk

pangan yang dikeringkan.

d. Waktu pengeringan

Semua metode pengeringan menggunakan panas sedangkan unsure-unsur


dalam bahan pangan sensitif terhadap panas maka perlu menentukan batas

maksimum pengeringan untuk mempertahankan kualitas bahan.

Alat pengering yang digunakan dipilih dari tipe drum besar dan panjang

yang berputar pelan (rotary drum dryer and cooler). Dibagian dalam drum

dipasang bilah-bilah yang memanjang dan berfungsi untuk mengangkat gula

keatas dan menuangkannya kembali kebawah dalam bentuk kristal tirai gula.

Letak drum sedikit miring, letak sisi pemasukan gula dibuat sedikit lebih tinggi

dari sisi ujung pengeluaran gula. Dari ujung pemasukan gula dialirkan udara panas

dengan suhu 65-70°C yang menerobos tirai gula. Gula yang akan dikeringkan

tidak boleh dikeringkan pada suhu yang terlalu tinggi karena hal tersebut dapat

merusak gula. Oleh karena itu pengeringan diikuti dengan pendinginan baik dalam

drum yang sama ataupun terpisah.

Pada proses pendinginan udara dingin atau udara luar dihembuskan

melewati lapisan gula untuk menurunkan suhu gula sampai suhu mendekati udara

luar.

8. Packing

Pengepakan dimulai dengan menurunkan gula produk dari tangki

penampungan gula produk, masuk kedalam timbangan gula otomatis dengan berat

gula 50 kg setiap kali penimbangan. Gula yang sudah tertimbang dimasukkan

kedalam karung plastik dengan menggunakan conveyer, karung yang telah berisi

gula diturunkan dan dibawa ketimbangan pengontrol (check scale) untuk dikontrol

beratnya, selanjutnya karung yang berisi gula dibawa kealat jahit karung.

Pekerjaan menimbang gula hingga control timbangan dilakukan secara otomatis

dengan
bantuan alat instrumen. Karung gula yang sudah dijahit dikirim ke gudang gula

produk dengan menggunakan ban pejalan untuk ditimbun atau langsung melayani

konsumen.

9. Station penyimpanan gula produk

Setelah produk dikemas untuk selanjutnya produk disimpan dalam gudang

penyimpanan. Dalam gudang penyimpanan ini ada beberapa parameter yang harus

dikontrol yaitu suhu dan kelembapan. Suhu gudang penyimpanan adalah 32°C

dengan kelembaban 70.


BAB III METODE ANALISA

3.1 Analisa Gula Mentah (Raw Sugar)

3.1.1 Analisa Kadar Air (Moisture)

1. Alat dan bahan

a. Alat yang digunakan

1) Neraca analitik

2) Petridisk

3) Oven

4) Desikator

b. Bahan yang digunakan ialah raw sugar

2. Prosedur Kerja:

a. Menimbang kosong petridisk yang akan digunakan.

b. Menimbang raw sugar sebanyak 20 gram pada petridisk yang telah

diketahui beratnya.

c. Petridisk yang berisi raw sugar dimasukkan kedalam oven pada suhu

105˚C selama 3 jam.

d. Didinginkan dalam desikator selama 30 menit.

e. Menimbang petridisk berisi raw sugar yang telah dipanaskan.

f. Menghitung kadar air pada raw sugar.

3. Perhitungan :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔


Kadar air / 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 (%) = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑚2 − 𝑚3
= 𝑥 100%
𝑚2 − 𝑚1
Keterangan :

m1 = Berat petri kosong (g)

m2 = Berat petri dan gula sebelum pemanasan (g)

m3 = Berat petri dan gula setelah pemanasan (g)

3.1.2 Analisa Warna (Colour)

1. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan :

1) Neraca analitik 8) Spektrofotometer

2) Refraktometer digital 9) Cuvet

3) Spektrofotometer 10) Beaker gelas 100 ml

4) Cuvet 11) Spatula

5) Beaker gelas 100 ml 12) Stirrer

6) Neraca analitik 13) Pompa vakum

7) Refraktometer digital 14) Erlenmeyer vakum

b. Bahan yang digunakan

1) Raw sugar

2) Aquades

3) Kertas saring cellulose nitrat filter 0.45 µm

2. Prosedur Kerja:

a. Menimbang raw sugar sebanyak 10 gram lalu menambahkan aquadest

hingga 100 gram.

b. Mengaduk sampel menggunakan stirrer hingga larut.

c. Sampel disaring menggunakan cellulose nitrat filter 0.45 µm dan pompa


vakum.

d. Mengukur brix sampel menggunakan refraktometer dan mengukur

absorbansi sampel menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang 420 nm.

e. Menghitung colour sampel raw sugar.

3. Perhitungan :

𝑅𝐷𝑆 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝜌
𝑐= 𝑔/𝑚𝑙
105

1000 𝑥
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
𝐴𝑏𝑠 b x c

108 𝑥 𝐴𝑏𝑠 b
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
x RDS x ρ

Keterangan :

RDS Koreksi = nilai RDS (brix)

Abs = Absorbansi Larutan sampel

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi zat padat (g/ml)

ρ = tabel koreksi brix baca (tabel 1)

3.1.3 Analisa Kadar Abu (Ash)

1. Alat dan Bahan :

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik

2) Konduktometer
3) Stirrer

4) Beaker gelas 100 ml

b. Bahan yang digunakan :

1) Raw sugar

2) Aquadest

2. Prosedur Kerja :

a. Menimbang 5 gram sampel, lalu menambahkan aquadest hingga 100

gram.

b. Mengaduk larutan sampel menggunakan stirrer hingga larut.

c. Mengukur konduktivitas aquadest yang digunakan dan larutan

sampel menggunakan konduktometer.

d. Menghitung kadar abu sampel.

3. Perhitungan :

C = C 1 – C2

Kadar Abu (Cr) = (16.2 + 0.36 D ) x 10 -4 x C x f


𝐶𝑟
Kadar abu pada suhu 20 ᵒC (𝐶20) =
1+0.023(𝑇−20)

Keterangan :

D = Konsentarsi zat kering dalam analit 0.25

S = Berat contoh dalam 100 ml

f = Faktor pengenceran larutan uji 5 gr ( 5/5 = 1 )

C1 = Konduktivitas sampel

C2 = Konduktivitas aquadest

3.1.4 Analisa Polarisasi


1. Alat dan Bahan :

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik 5) Beaker gelas 100 ml

2) Sukromat VIS/NIR 6) Kertas saring biasa

3) Labu ukur 100 ml 7) Beaker gelas 250 ml

4) Corong

b. Bahan yang digunakan :

1) Raw sugar

2) Aquadest

3) Larutan lead asetat

2. Prosedur Kerja

a. Menimbang 26 gram sampel di dalam beaker gelas 100 ml dengan

menambahkan aquadest 50 ml kemudian dilarutkan

b. Memasukkan larutan ke dalam labu ukur 100 ml dengan bantuan

corong.

c. Menambahkan lead asetat sebanyak 5 ml

d. Menghimpitkan dengan aquadest hingga tanda batas, lalu

menghomogenkan.

e. Mendiamkan larutan sampel 10-15 menit

f. Menyaring larutan sampel menggunakan kertas saring biasa

g. Mengukur derajat polarisasi sampel dengan cara memasukkan larutan

sampel ke dalam sukromat hingga derajat polarisasi dapat terbaca.

3.1.5 Analisa Reducing Sugar


1. Alat dan Bahan :

a. Alat yang digunakan

1) Timbangan analitik 6) Buret 50 ml

2) Labu ukur 100 ml 7) Erlenmeyer 250 ml

3) Beaker gelas 100 ml 8) Bulb

4) Pipet Volume 25 ml 9) Klep

5) Gelas ukur 100 ml 10) Hot plate

b. Bahan yang digunakan :

1) Raw Sugar

2) Aqudest

3) Luff schorll

4) Indikator Starch (indicator kanji)

5) Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1M

6) Asam Sulfat 1:5

7) Larutan KI 20%

2. Prosedur Kerja :

a. Menimbang 20 gram raw sugar pada beaker gelas menggunakan neraca

analitik, kemudian menambahkan 50 ml aquadest, lalu diaduk hingga

larut

b. Memasukkan larutan sampel kedalam labu ukur 100 ml, kemudian

menghimpitkan hingga tanda batas lalu menghomogenkan.

c. Mendiamkan larutan selama 10-15 menit.

d. Memipet 25 ml sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml


e. Memipet 25 ml aquadest sebagai blanko kedalam erlenmeyer 250 ml

yang lain

f. Menambahkan 25 ml larutan luff schroll ke dalam setiap erlenmeyer,

kemudian masukkan batu didih

g. Memasang pendingin tegak pada setiap erlenmeyer, kemudian panaskan

hingga mendidih (menyalakan stopwatch selama tiga menit setelah

mendidih), lalu mendinginkan

h. Setelah dingin, menambahkan 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan

H2SO4 1:5

i. Menitrasi larutan sampel dan blanko dengan menggunakan Na2S2O3

hingga warna larutan berubah menjadi putih susu.

j. Menguji menggunakan indikator starch

k. Mencatat hasil titrasi

3. Perhitungan

𝑎 1000
% 𝑅𝑆 = 𝑥
1000 50

Keterangan
:

a = volume titrasi blanko – volume titrasi sampel. Hasil pengurangan

dicocokkan ke tabel konversi (tabel 2) pada buku “Laboratory Manual

For South African Sugar Factories”.

3.2 Analisa Bahan Pembantu (Kapur)

3.2.1 Analisa Susu Kapur

1. Alat dan bahan :


a. Alat yang digunakan :

1) Beaker gelas 250 ml 4) Buret 50 ml

2) Timbangan Analitik 5) Gelas ukur 100 ml

3) Stirrer

b. Bahan yang digunakan :

1) Susu kapur

2) Larutan gula 40%

3) Aquadest

4) Indikator PP

5) HCl 0,5 N

2. Prosedur Kerja :

1) Menimbang 0,2 gram contoh susu kapur menggunakan timbangan

analitik ke dalam beaker gelas

2) Menambahkan 50 ml larutan gula 40% dan 50 ml aquadest

3) Melarutkan menggunakan stirrer selama 10 menit

4) Menambahkan 2-3 tetes indikator PP

5) Menitrasi larutan dengan HCl 0,5 N sampai titik akhir titrasi tercapai

(warna indikator/warna pink hilang)

3. Perhitungan :

𝑁 (𝐻𝐶𝑙 )𝑥 𝑉𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 0.028


%Eff CaO 𝑋 100%
= 𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan :

N HCl = konsentrasi larutan penitar


Vol Titrasi = volume larutan penitar

W sampel = berat sampel

3.3 Analisa Gula Produk

3.3.1 Analisa MA/CV

1. Alat dan bahan:

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik

2) Sieve set

b. Bahan yang digunakan :

1) Gula produk

2. Prosedur Kerja :

a. Menimbang masing-masing sieve yang akan digunakan untuk

melakukan penyaringan dan disusun mulai dari atsa ukura apperture

yang paling besar.

b. Menimbang 500 gr sampel gula produk

c. Memasukkan sampel kedalam sieve pan yang telah ditimbang kosong

dan dishaker selama 10 menit dengan amplitudo 40

d. Menimbang masing-masing sampel yang tertahan pada sieve pan

3. Perhitungan :

a. Ukuran Butiran (Mean Appeture ) gula :

∑(𝑓. 𝑑)
𝑀𝐴 (𝑚𝑚) =
∑(𝑓)

b. Koefisien Keseragaman (Coefisien Variance) :


∑[ 𝐹 𝑥 (𝑀𝐴 − 𝐷′′)2
𝑆𝐷 = √
∑(𝐹)

(𝑆𝐷 𝑥 100%)
𝐶𝑉 (%) =
𝑀𝐴

Keterangan
:

F = Berat didapat pada sieve

D” = Rata-rata ukuran lubang sieve dan sieve atasnya

SD = Standar Deviasi

3.3.2 Analisa Kadar Air (Moisture)

1. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik

2) Petridisk

3) Oven

4) Eksikator

b. Bahan yang digunakan :

1) Gula Produk

2. Prosedur Kerja :

a. Mengeringkan petridisk lalu ditimbang menggunakan timbangan

analitik

b. Menimbang sebanyak 20 gram sampel gula produk pada petridisk

yang telah diketahui bobot kosongnya.

c. Memasukkan petridisk berisi sampel kedalam oven suhu 105°C

selama 3 jam dan didinginkan didalam eksikator selama 30 menit.


d. Menimbang petridisk+sampel yang telah didinginkan.

e. Menghitung kadar air sampel tersebut.

3. Perhitungan

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔


Kadar air / 𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 (%) = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑚2 − 𝑚3
= 𝑥 100%
𝑚2 − 𝑚1

Keterangan :

m1 = Berat petri kosong (g)

m2 = Berat petri dan gula sebelum pemanasan (g)

m3 = Berat petri dan gula setelah pemanasan (g)

3.3.3 Analisa Warna (Colour)

1. Alat dan bahan :

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik 7) Kuvet

2) Beaker gelas 100ml 8) Labu semprot

3) Spatula 9) Stirrer

4) Pipet tetes 10) Pompa vakum

5) Refraktometer digital 11) Erlenmeyer vakum

6) Spektrofotometer UV-VIS

b. Bahan yang digunakan :

1) Gula produk

2) Larutan buffer pH 7

3) Kertas saring cellulose nitrate filter 0,45 µm


2. Prosedur Kerja :

a. Menimbang sebanyak 50 gram sampel gula produk dan 50 gram

larutan buffer kedalam beaker gelas 100 ml.

b. Mengaduk sampel menggunakan stirrer hingga larut.

c. Menyaring sampel menggunakan cellulose nitrate filter 0,45 µm

dengan pompa vakum, lalu mengambil filtratnya.

d. Mengukur brix sampel menggunakan refraktometer dan mengukur

absorban menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang

420 nm.

e. Menghitung Colour sampel.

3. Perhitungan

𝑅𝐷𝑆 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝜌
𝑐= 𝑔/𝑚𝑙
105
1000 𝑥
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
𝐴𝑏𝑠 b x c

108 𝑥 𝐴𝑏𝑠 b
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
x RDS x ρ

Keterangan :

RDS Koreksi = (nilai RDS (brix) x 0.989(faktor koreksi))

Abs = Absorbansi Larutan sampel

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi zat padat (g/ml)

ρ = tabel koreksi brix baca (tabel 1)


3.3.4 Analisa Kadar Abu (Ash)

1. Alat dan Bahan :

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik

2) Konduktometer

3) Stirrer

4) Beaker gelas 100 ml

b. Bahan yang digunakan :

1) Gula Produk

2) Aquadest

2. Prosedur Kerja :

a. Menimbang 28 gram sampel gula produk, lalu menambahkan aquades

hingga 100 gram.

b. Mengaduk larutan sampel menggunakan stirrer hingga larut.

c. Mengukur konduktivitas larutan sampel dan aquadest menggunakan

konduktometer.

d. Menghitung kadar abu sampel.

3. Perhitungan :

C28 = C1 – 0.35 x C2

Kadar abu konduktivitas (CT) = 6.10-4 x C28%

𝐶𝑇
Kadar abu pada suhu 20 ᵒC ( 𝐶20 ) =
1+0.026 (𝑇−20)

Keterangan :

C1 = konduktivitas sampel
C2 = konduktivitas aquades

3.3.5 Analisa polarisasi

1. Alat dan bahan :

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik 5) Beaker gelas 100 ml

2) Sukromat VIS/NIR 6) Kertas saring biasa

3) Labu Ukur 100 ml 7) Beaker gelas 250 ml

4) Corong 8) Stirrer

b. Bahan yang digunakan :

1) Gula Produk

2) Aquadest

2. Prosedur Kerja :

a. Menimbang 26 gram sampel gula pada beaker gelas.

b. Melarutkan sampel kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml.

c. Menghimpitkan dan menghomogenkan.

d. Menyaring larutan sampel dengan kertas saring biasa.

e. Membilas wadah penampung dengan 10 ml filtrat pertama.

f. Mengukur polarisasi dari larutan sampel tersebut menggunakan alat

sukromat.

3.3.6 Analisa Reducing Sugar

1. Alat dan Bahan :

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik 7) Bulb


2) Tabung reaksi 8) Waterbath

3) Gelas ukur 9) Wadah/Toples

4) Buret 50 ml 10) Erlenmeyer 250 ml

5) Klep statif 11) Spatula

6) Pipet skala 10 ml

b. Bahan yang digunakan :

1) Kertas minyak

2) Gula produk

3) Aquadest

4) Cu Alkaline

5) EDTA 0,0025 M

6) Indikator Murexid

2. Prosedur Kerja :

a. Menimbang gula produk sebanyak 5 gram dengan menggunakan

kertas minyak sebagai wadah, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi

b. Memasukkan aquadest sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi

c. Mengocok tabung reaksi yang berisi larutan gula hingga larut,

kemudian menambahkan Cu Alkaline sebanyak 2 ml ke dalam tabung

reaksi.

d. Memanaskan di atas waterbath dengan bantuan beaker gelas sebagai

wadah yang berisi air dan kertas hingga mendidih, setelah tepat

mendidih dihitung selama 3 menit.

e. Mendinginkan di toples yang berisi air.


f. Setelah dingin, memasukkan larutan tersebut ke dalam erlenmeyer 250

ml.

g. Menambahkan indikator murexid sebanyak 0,1 gram.

h. Menitrasi sampel menggunakan lrutan EDTA 0,0025 M hingga titik

akhir tercapai (warna larutan menjadi ungu).

i. Mencatat hasil titrasi.

j. Mencocokkan pada tabel KNIGHT AND ALLEN METHOD

(STANDARD GRAPH), tabel 6 pada lampiran.

3.3.7 Analisa Sedimen

1. Alat dan bahan :

a. Alat yang digunakan :

1) Timbangan analitik 7) Oven

2) Beaker gelas 3000 ml 8) Eksikator

3) Hot plate 9) Pinset

4) Stirrer 10) Petridisk

5) Pompa vakum 11) Pipet tetes

6) Erlenmeyer pompa vakum 3000 ml

b. Bahan yang digunakan :

1) Gula produk

2) Aquadest

3) Kertas saring

4) Kertas saring cellulose nitrat filter 8µm

2. Prosedur Kerja :
a. Persiapan saringan membrane

1) Mencuci saringan membran dengan cara dicelupkan kedalam air

suling mendidih selama 6 menit, dan ditiriskan.

2) Memindahkan ke dalam cawan petridisk yang bersih dan kering

menggunakan pinset.

3) Mengeringkan membran dengan tutup petridisk terbuka ke dalam

oven pada suhu 60°C selama 1 jam, kemudian didinginkan.

4) Menimbang dan mencatat berat membran kering + wadah petridisk

kering sampai konstan.

b. Persiapan Larutan Gula

1) Menyiapkan aquadest sebanyak 1500 ml dalam beaker gelas 3000

ml, kemudian dipanaskan.

2) Menimbang sampel gula produk sebanyak 1000 gram, kemudian

sampel gula dimasukkan ke dalam air mendidih 1500 ml, lalu diaduk

menggunakan stirrer sampai larut sempurna.

c. Penyaringan larutan gula

1) Larutan gula disaring dengan menggunakan kertas saring whatman

No.41 yang telah diketahui bobotnya pada pompa vakum, kemudian

membilas dengan menggunakan air suling panas 1000 ml.

2) Pinggiran kertas saring dibilas dengan aquadest menggunakan pipet

tetes.

3) Mengeringkan kertas saring + petridisk di oven dengan suhu 65°C

selama 1 jam.
4) Mendinginkan pada eksikator selama 40 menit.

5) Menimbang kertas saring + petridisk (tanpa tutup), kemudian diuji

menggunakan alfanafthol, membran harus bebas warna ungu.

3. Perhitungan
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛 (𝑝𝑝𝑚) = 𝑥 106
1000

Keterangan :

A = Berat cawan petridish dan membran filter setelah dipanaskan

B = Berat cawan petridish dan membran filter sebelum dipanaskan


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gula rafinasi merupakan gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau

raw sugar yang kemudian dikristalkan kembali melalui proses rafinasi guna

memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman. Sehingga, untuk

menghasilkan mutu gula rafinasi yang berkualitas diperlukan bahan baku (raw

sugar), bahan pembantu dan gula produk yang sesuai dengan standar yang telah

ditentukan. Oleh karena itu, dilakukan analisis pada bahan-bahan tersebut

Pada Praktik Kerja Lapangan (PKL) kami mendapatkan hasil sebagai

berikut :

4.1 Proses Produksi

Gambar 1. Skema proses produksi gula rafinasi di PT. Makassar Tene

Proses produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu proses A dan proses B. Pada

proses A meliputi :
1. Raw Sugar Handling

Raw sugar yang berasal dari container di tampung di raw sugar handling

(gudang raw sugar) kemudian dibawa menggunakan belt conveyor ke raw sugar

bin. Raw sugar yang digunakan sebagai bahan baku gula rafinasi yang d produksi

di PT. Makassar Tene biasanya berasal dari negara Thailand, Brazil dan

Singapura.

a. Raw Sugar Bin

Raw sugar bin berjumlah 3 buah. Pada proses pengoperasian bin, salah satu

dalam posisi close untuk pengisian sedangkan yang lain dalam posisi open untuk

menyalurkan raw sugar untuk penimbangan 500 kg pada bucket konveyor.

Penimbangan bertujuan untuk menghindari kelebihan kapasitas mesin dan juga

untuk mengetahui jumlah raw sugar yang akan di proses.

b. Proses Affinasi Magma

Raw sugar yang telah ditimbang dibawa ke Magma Mingler yang berjumlah 2

buah. Magma mingler berfungsi untuk pencampuran antara raw sugar dan

molasseas. Hasil dari magma mingler disebut affinasi magma. Pada proses ini,

terdapat standar yang harus dicapai yaitu nilai brix antar 90-92%. Affinasi magma

kemudian dibawa kesentrifugal pada proses affinasi sugar.

c. Proses Affinasi Sugar

Pada proses ini, affinasi magma masuk ke centrifugal. Pada centrifugal

affinasi magma mendapat penyiraman dari hot water dan sweet water yang

merupakan filtrat kedua dari blotong. Pada proses ini akan terjadi pemisahan

antara gula dan molasses yang biasa disebut afsfinasi sugar dan affinasi molasses.
Affinasi molasses kemudian dialirkan kembali ke bagian affinasi magma untuk

dicampur
kembali bersama raw sugar dan sebagian ke proses B. Sedangkan affinasi sugar

diteruskan ke melter. Pada proses ini, terdapat standar yang harus dicapai yaitu

nilai colour affinasi sugar harus lebih kecil dari 1000 (≤ 1000). Sedangkan untuk

affinasi molassesnya nilai colour harus lebih kecil dari 35000 (≤ 35000).

2. Melter

Di melter gula dilarutkan secara sempurna dengan menyiramkan kembali hot

water. Hasil dari melter disebut raw liquor yang akan di pompa ke reaction tank.

Raw liquor yang hailkan harus memiliki standar brix antara 60-65% dengan nilai

colour lebih kecil dari 1600 (≤ 1600).

3. Raction tank

Di reaction tank, raw liquor dicampur dengan susu kapur. Susu kapur

digunakan sebagai pengikat kotoran yang terdapat dalam gula. Hasil dari reaction

tank disebut Lime Liquor.

4. Karbonator

Lime liquor diteruskan ke karbonator. Terdapat 3 buah karbonator serta pada

setiap karbonator ditambahkan CO2 dimana konsentrasinya dipertahankan antara

8– 12 %. Adapun reaksi yang terjadi di karbonator yaitu :

Gas yang masuk terlebih dahulu bereaksi dengan air.

CO2 + H2O H2CO3

Kemudian terjadi reaksi pada karbonator :

C12H22O11.CaO + CO2 CaCO3 + C12H22O11

Pada proses ini harus diperhatikan suhu dan pH. Pada karbonator pertama suhu
yang di gunakan >70˚C dengan pH yang harus dicapai yaitu sekitar 9.5- 10.5.

Untuk karbonator dua suhu yang digunakan >75˚C dengan pH yang harus dicapai

7.6 -

8.5. Sedangkan karbonator tiga suhu yang digunakan yaitu >80˚C dengan pH yang

harus dicapai yaitu 7.0 - 7.5. Hasil dari setiap karbonator akan di tampung dan

disebut sebagai carbonated liquor.

5. Filter Press

Carbonated liquor kemudian diteruskan ke filter press Dari filter press

menghasilakan filter 1 dan blotong (sisa kapur). Blotong merupakan hasil filtrasi

yang mengandung kapur, kotoran gula atau bahan-bahan yang bukan gula.

Blotong dihasilkan kemudian disiram kembali menggunakan air panas dan

hasilnya disebut sweet water yang kepompa kembali ke proses affinasi sugar.

Sedangkan filter 1 akan diteruskan ke candle filter. Pada filter press terdapat zat

tambahan yang digunakan untuk penyaringan yaitu filter aid yang berfungsi untuk

memperkecil pori pada filter.

6. Candle Filter

Candle filter digunakan untuk membantu penyaringan lanjutan utamanya

untuk meminimalkan sedimen yang terikat di filter 1. Jumlah candle filter yaitu 4

buah. Pemakaiannya didasarkan pada preassure dan flow. Hasil dari candle filter

disebut fine liquor (filtrat 2) yang selanjutkan akan ditampung sebelum diteruskan

pada proses B.

Kemudian, pada proses B meliputi :

1. Vacum pan
Fine liquor dari proses A akan dimasak bersama molasses. Perbandingan fine
liquor dan molasses didasarkan pada warna fine liqour. Apabila warna fine liquor

tinggi maka penambahan molasses dikurangi. Terdapat 9 buah vacum pan. Untuk

gula R1 halus menggunkan vacum pan 1 dan 2. Sedangkan untuk gula R1 kasar

menggunakan vacum pan 3 dan 4. Gula R3 menggunakan vacum pan 6 dan 7,

sedangkan vacum pan 9 dan gula C menggunakan vacum pan 8.

2. Receiver

Untuk receiver terdapat 10 buah. Receiver 1 dan 2 digunakan untuk gula R1

halus, receiver 3 dan 4 digunakan untuk gula R1 kasar, receiver 5 digunakan untuk

gula R3. Receiver 6 dan 7 digunakan untuk gula A, receiver 8 digunakan untuk

gula C dan receiver 9 dan 10 digunakan untuk gula B.

3. Centrifugal

Sebelum masakan masuk ke centrifugal dilakukan penyiraman pada

centrifugal, hal ini bertujuan untuk membilas. Pada prose ini berselang beberapa

waktu dilakukan penyiraman lagi saat putaran berlangsung. Sentrifugal yang

digunakan untuk setiap gula berbeda-beda. Untuk gula R1 halus dan R1 kasar

menggunakan 4 buah sentrifugal. Dari proses ini akan menghasilkan gula produk

dan molasses. Molasses R1 akan digunakan di produksi gula R3. Gula R3 akan

menghasilkan gula R3 dan molasses R3. Gula R3 digunakan kembali di R1 kasar

sedangkan untuk molassesnya digunakan untuk produksi gula A. Pembuatan gula

A akan menghasilkan gula A dan molasses A. Gula A dibawa ke proses A.

sedangkan molasses gula A akan diteruskan keproses gula B. Pada proses gula B

menghasilkan gula B dan molasses B. Gula B dibawa kembali ke proses A sebagai

bahan untuk membuat tallo floc sedangkan molasses gula B apabila kandungan
gulanya masih
di atas standar yang ditentukan maka akan kembali di masak sebagai gula C.

Pembuatan gula C akan menghasilkan gula C yang akan dibawa ke proses A

sebagai bahan tambahan untuk pembuatan tallo floc sama seperti gula A dan B.

Sedangkan molassesnya menjadi final molasses yang tidak bisa diolah kembali

untuk diambil gulanya

4. Cooling and Packing

Untuk gula R1 halus dari centrifugal diteruskan ke rotary kemdian ke screen.

Sedangkan jika memproduksi gula R1 kasar dari sentrifugal akan diteruskan ke

talang goyang. Setelah itu ke bucket elevator menuju ke belt conveyor lagi

kemudian masuk ke bin yang berjumlah 4 buah. Dari bin ini diteruskan ke

packing. Setelah proses produksi masih terdapat proses sampingan, yaitu proses

Tallo floc. Dimana hasil dari proses gula A dinamakan sirup gula A. Kemudian

ditampung dan ditambahkan dengan Asam fosfat dan kapur sebelum masuk ke

reaction tank. Dari tangki reaksi 1 diteruskan ke tangki reaksi 2 dimana sebelum

masuk ke tangki reaksi 2 ditambahkan flokulan. Pada tangki reaksi 1 selalu

mengalami overflow (selalu penuh) sedangkan tangki reaksi 2 alirannya berbentuk

spiral. Hasil dari tangki reaksi 2 masuk ke classifer. Pada classifer akan terbentuk

endapan yang berada di atas permukaan classifer sedangkan yang berada di bawah

adalah air gula. Air gula akan keluar melalui pipa yang terdapat dalam classifer.

Air gula yang dihasilkan akan masuk kedalam penampungan raw liquor

(proses A) sedangkan endapan akan masuk ke filter press nomor 6 untuk

menghasilkan sweet

water.
4.2 Analisa Raw sugar, Produk Gula Rafinasi dan Bahan Pembantu (Kapur)
1. Analisa Raw Sugar

Pada raw sugar terdapat beberapa parameter yang dianalisa yaitu kadar air

(moisture), warna (colour), polarisasi, kadar abu (Ash), dan gula reduksi

(reducing sugar). Standar mutu raw sugar berdasarkan SNI 3140.1:2008 dapat

dilihat pada lampiran.

Data hasil analisa yang dilakukan oleh Ismi Hikmawati Azizah (kadar abu,

polarisasi dan reducing sugar) dan Nur Fadillah (Kadar air, colour, dan reducing

sugar) adalah sebagai berikut :

Raw sugar / Kadar Air


Colour Polarisasi Kadar Reducin
Tanggal (%)
(IU) (˚Z) Abu (%) g sugar
(%)
I (05 Agustus 0.1380 3959.75 98.71 0.1946 0.34
2019)
II (10 Agustus 0.0495 3990.90 99.07 0.1643 0.262
2019)
III (13 Agustus 0.0825 4135.51 98.54 0.1787 0.34
2019)

a. Kadar Air (Moisture)

Analisa kadar air (Moisture) bertujuan untuk menentukan kadar air yang

terkandung dalam bahan baku raw sugar dikarenakan kadar air sangat

berpengaruh pada saat penyimpanan bahan tersebut. Moisture yang tinggi akan

menyebabkan gula menjadi basah dan menggumpal sehingga dapat

mengakibatkan kerusakan mutu serta dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme.

Prinsip analisa kadar air yang digunakan adalah sampel gula yang sudah
diketahui beratnya, dikeringkan dalam oven pada suhu 105˚C selama 3 jam. Nilai

kadar air dihitung berdasarkan selisih antara berat sebelum dipanaskan dan

sesudah dipanaskan.

b. Warna (Colour)

Analisa warna atau colour bertujuan untuk menentukan derajat warna dari

gula. Raw sugar berwarna coklat atau kemerah-merahan diakibatkan oleh adanya

zat pengotor yang terikut di dalam gula. Mengenai warna gula, ICUMSA

(International Commision For Uniform Methods of Sugar Analysis) telah

membuat grade kualitas warna gula. Semakin kecil angka colour yaitu ICUMSA

UNIT (IU) menunjukkan bahwa larutan gula semakin jernih, sebaliknya semakin

besar angka colour yaitu ICUMSA UNIT (IU) menunjukkan larutan gula semakin

kuning bahkan kecoklatan

Prinsip analisa colour yaitu raw sugar dilarutkan kedalam air, kemudian

disaring menggunakan kertas saring cellulose nitrate filter 0,45 μm, lalu

mengukur absorbansi pada panjang gelombang 420 nm dan brix sampel. Nilai IU

yang didapatkan dipengaruhi oleh absorbansi larutan gula yang diukur pada

panjang gelombang 420 nm dan brix larutan. Brix adalah jumlah zat padat semua

yang larut (dalam gram) setiap 100 gram larutan.

c. Polarisasi

Analisa polarisasi bertujuan untuk menentukan derajat polarisasi dari raw

sugar yang menunjukkan kemurnian larutan gula tersebut. Polarisasi adalah

pemutaran bidang sinar atau cahaya oleh larutan gula dimana besarnya sudut putar

bidang polarisasi bergantung pada jenis dan konsentrasi gula. Angka polarisasi
menunjukkan kemurniaan larutan gula. Besarnya polarisasi dinyatakan dalam ˚Z

(Derajat Sucrose Internasional).

Besarnya polarisasi larutan gula normal didefinisikan sebagai 26.0160

gram sukrosa yang ditimbang dalam keadaan vakum dan dilarutkan dalam air

murni pada temperatur 20˚C sampai dengan volume 100 ml. Konversi

penimbangan kedalam keadaan normal (udara) menjadi 26.0000 gr sukrosa

dilarutkan dalam air murni pada temperatur 20˚C sampai dengan volume 100 ml.

Pada proses ini dilakukan penambahan larutan lead asetat sebelum larutan gula

dihimpitkan, hal ini bertujuan untuk menjernihkan larutan dikarenakan sukromat

tidak dapat membaca nilai polarisasi jika larutan tidak jernih.

d. Kadar abu (Ash)

Analisa kadar abu (Ash) bertujuan untuk menentukan kadar abu (garam

mineral) yang terkandung di dalam larutan gula. Kadar abu merupakan campuran

komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada bahan. Pembakaran zat

organik C, H, O akan menghasilkan CO 2 dan H2O, dan zat yang tidak terbakar

berupa zat anorganik akan menjadi zat pengotor dan memberikan adanya sisa

pembakaran atau kadar abu.

Pada analisa ini, kadar abu ditentukan secara elektronik dengan

menggunakan meteran konduktivitas. Konduktometri berdasarkan atas prinsip

bahwa larutan gula atau bahan mineral mengalami dissosiasi. Konduktivitas

larutan dapat digunakan sebagai indeks dari konsetrasi ion atau mineral atau

kandungan abu dalam bahan.

e. Gula reduksi (reducing sugar)

Analisa reducing sugar bertujuan untuk mengetahui banyaknya kadar raw


sugar yang mengalami reduksi akibat proses pemanasan dan pengasaman yang

berlebih.

Prinsip analisa ini adalah hidrolisis pati oleh asam menjadi gula

pereduksi. Larutan gula terlebih dahulu direaksikan dengan larutan luff schrol.

Larutan ini berfungsi sebagai pereduksi. Monosakarida akan mereduksikan CuO

dalam luff schrol menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI

berlebih, sehingga dilepaskan I2. Sedangkan fungsi H2SO4 adalah untuk

mengikat ion tembaga (Cu) yang terbentuk dari hasil reduksi monosakarida

dengan pereaksi luff schrol dan membentuk CuSO4. Kemuadian I2 yang

dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3, sehingga akan membentuk

kompleks iod- amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, indikator

starch atau indicator kanji dibutuhkan untuk menentukan titik ekivalen. Titrasi

akan dihentikan bila terjadi perubahan warna larutan menjadi putih susu dan

ketika ditambahkan indikator starch tidak lagi terbentuk warna biru tua.

Berdasarkan hasil yang didapatkan, raw sugar yang digunakan PT.

Makasssar tene telah memenuhi standar SNI 3140.1:2008.

2. Gula Produk

Gula produk yang dianalisa adalah gula halus R1 dimana parameter yang

diamati adalah kadar air (moisture), warna (colour), polarisasi, kadar abu (Ash),

reducing sugar (RS), MA/CV dan kadar sedimen. Syarat mutu untuk gula rafinasi

yang diproduksi PT. Makassar Tene didasarkan pada standar SNI 3140.2:20011

dapat dilihat pada table 2 (terlampir).

Data hasil analisa gula halus RI yang dilakukan oleh Ismi Hikmawati Azizah
dan Nur Fadillah adalah sebagai berikut :

Gula Halus (R1) Kadar Colour Polarisa


(Komposit) Air (%) (IU) si (˚Z)
I(06 Agustus 2019) 0.0180 34.10 99.89
II(08 Agustus 2019) 0.0270 33.97 99.87
III(14 Agustus 2019 0.0165 35.17 99.19

Ash (%) MA CV Sedimen


RS (%)
(ppm)
0.0065 0.034 0.67 32.33 2.9
0.0044 0.032 0.69 25.35 4.0
0.0078 0.034 0.61 34.18 4.8

Analisa kadar air, colour, kadar abu, dan polarisasi pada gula halus R1

memiliki prinsip yang sama dengan analisa raw sugar yang membedakan adalah

perlakuan yang dilakukan pada setiap analisa (dapat dilihat pada metoda kerja).

Seperti pada analisa colour gula halus R1 pelarut yang digunakan bukan aquades

biasa tetapi buffer solution karena dengan menggunakan buffer solution gula akan

lebih mudah larut. Kemudian, pada analisa polarisasi terdapat perbedaan dimana

pada analisa gula produk tidak ditambahkan dengan lead asetat dikarenkan larutan

yang dihasilakan tidak memiliki warna sehingga dapat langsung diukur pada

sukromat.

Sedangkan analisa reducing sugar gula halus bertujuan untuk menentukan

kadar gula yang mengalami reduksi sebagai akibat dari pemanasan. Pada analisa

ini, kristal gula yang dilarutkan direaksikan denga larutan Cu alkali serta

penambahan indikator murexide dan larutan EDTA akan mengalami proses

reduksi
oksidasi. Ion Cu2+ mengalami reduksi menunjukkan besarnya gula yang

mengalami reduksi. Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar gula tereduksi

terhadap sampel gula halus R1. Setelah diketahui volume EDTA yang terpakai

dalam titrasi, dapat diketahui besarnya kadar gula tereduksi pada sampel gula

dengan melihat tabel hubungan ml EDTA dengan kadar gula tereduksi (table 6,

pada lampiran). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa proses reduksi dari

raw sugar menjadi gula produk mengalami penurunan kadar gula reduksi,

sehingga semakin kecil kadar gula yang tereduksi semakin kecil kemungkinan

kadar gulanya terbuang.

Kemudian, analisa MA/CV gula produk ini bertujuan untuk menentukan

rata-rata ukuran (size) dan koefisien varian butiran gula. Prinsip dari analisa

MA/CV ini adalah sampel gula dipisahkan dengan menggunakan ayakan (sieve

set) yang ukuran mess sudah ditetapkan dan beratnya sudah diketahui. Berat dari

butiran gula yang tertahan di masing-masing sieve ditimbang untuk perhitungan

besar ukuran butiran dan koefisien keseragaman butiran. Ukuran besar gula serta

varian butiran gula merupakan tolak ukur dalam menentukan kualitas produksi.

Nilai MA menunjukkan rata-rata besar butiran gula, sedangkan CV menunjukkan

koefisien varian butiran gula atau ukuran keteraturan ukuran Kristal. Semakin

tinggi nilai CV, semakin tidak beraturan Kristal tersebut.

Analisa kadar sedimen bertujuan untuk menentukan besarnya kadar

endapan yang tidak larut dalam larutan gula. Dalam menentukan besarnya

sedimen didasarkan pada sedimen yang didasarkan pada sedimen yang tertahan

pada kertas saring. Besarnya sedimen (endapan) yang ditimbulkan pada saat gula

dilarutkan berpengaruh besar pada kualitas gula yang diproduksi, khususnya


untuk proses
penmggunaan gula selanjutnya. Sedimen yang terkandung dalam gula sangat tidak

diharapkan dalam proses pembuatan produk makanan dan minuman. Pada

percobaan ini dilakukan analisa kadar sedimen sampel gula halus komposit.

Setelah diketahui berat cawan petri dan kertas saring kosong sebelum dan setelah

dipanaskan pada suhu 105 C selama 3 jam, dapat dihitung besarnya kadar sedimen

pada sampel gula.

Berdasarkan hasil analisa yang didapatkan, gula rafinasi yang diproduksi

PT. Makassar Tene telah memenuhi standar SNI 3140.2:20011.

3. Bahan Pembantu (susu kapur)

Tujuan dari analisa ini adalah untuk menentukan kadar Cao efektif dalam

susu kapur [Ca(OH)2] yang akan digunakan pada proses karbonatasi. Proses

karbonatasi adalah salah satu metode pemurnian yang dapat memisahkan kotoran

berupa klorida yang terdapat pada leburan gula.

Adapun prinsip analisanya yaitu dengan mereaksikan larutan gula

(C11H22O11) dan susu kapur [Ca(OH)2] membentuk larutan gula yang mengandung

kapur (kalsium sakarat) yang selanjutnya direaksikan dengan HCl 0.5 N untuk

melepaskan CaO sehingga kadar CaO yang efektif dapat diketahui.

Berikut data hasil analisa oleh Ismi Hikmawati Azizah dan Nur Fadillah:

Susu kapur Eff CaO (%)


I (03 Agustus 2019) 10.48
II(05 Agustus 2019) 12.57
4.3 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Gambar 2. Skema pengolahan air limbah PT. Makassar Tene

Pada proses pengolahan limbah terdapat beberapa parameter yang harus

diuji, yaitu suhu, pH, Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS),

Chemical Oxygen Demand (COD). Proses pengolahan air limbah PT. Makassar

Tene meliputi beberapa tahap yaitu sebagai berikut :

1. Oil Trap

Oil trap merupakan tempat penampungan seluruh air buangan di PT.

Makassar Tene. Limbah yang ditampung pada oil trap berasal dari tiga sumber

yaitu limbah proses produksi , spray pond, dimen/power plant, dan domestik.

Sebelum memasuki oil trap seluruh limbah melewati screen yang

berfungsi untuk menyaring partikel berukuran besar (daun, kayu, dan lain-lain)

sehingga yang diolah hanya limbah cair.

2. Colling Pond/Input Pond

Colling pond merupakan tempat penampungan limbah yang berasal dari

oil trap. Colling pond berfungsi untuk mendinginkan limbah cair sebelum diolah
keproses selanjutnya. Pada proses ini dilakukan penambahan urea dan soda

kaustik yang berfungsi untuk menyeimbangkan pH jika limbah cair memiliki pH

dibawah 6,8 serta sebagi sumber nutrisi bagi mikroorganisme pada proses

selanjutnya.

3. Equalization Pond

Equalization Pond merupakan tempat yang berfungsi untuk

menyeimbangkan volume air limbah yang akan masuk ke proses anaerobik.

4. Anaerobic Pond

Pada anaerobik pond dibagi menjadi dua bagian yaitu anaerobik pond I

memiliki buffle (sekat) sedangkan pada anaerobik pond II berfungsi sebagai

penampung air limbah. Anaerobic pond merupakan inti dari proses pengolahan

limbah, pada pengolahannya menggunakan sistem anaerobic buffled reactor. Pada

proses ini menggunakan mikroorganisme anaerob, dimana sumber

mikroorganisme berasal dari kotoran sapi atau lumpur aktif. Pada anaerobic pond

memiliki 5 kolam dengan masing-masing memiliki dua penutup. Pada proses ini,

kandungan COD serta BOD pada limbah akan diturunkan dengan bantuan bakteri

anaerobic.

5. Aerobic Pond

Limbah cair yang telah diolah di dalam anaerobic pond mengalir ke

aerobic pond ecara overflow. Pada proses ini, mikroba yang berperan adalah

mikroba aerobic yang juga juga berasal dari lumpur aktif. Pada kolam aerobic

pond terdapat aerator yang berfungsi sebagai sumber oksigen.

6. Level Equalization Pond

Lever equalization pond merupakan kolam yang menampung limbah air


dari aerobic pond sebelum masuk ke dalam chemical mixing pond. Lalu level
equalization pond berfungsi untuk mengatr debit volume limbah cair yang akan

masuk ke dalam.

7. Chemical Mixing Pond

Chemical Mixing Pond merupakan kolam yang digunakan sebagai tempat

penambahan koagulan dan flokulan. Pada Chemical Mixing Pond memiliki empat

kolam, dimana kolam I dan III merupakan kolam pencampuran koagulan

sedangkan kolam II dan IV merupakan tempat pencampuran flokulan. Koagulan

yang digunakan adalah Poly Aluinium Chloride (PAC).

8. Settling Pond

Settling Pond merupakan tempat untuk mengendapkan flok yang

terbentuk. Pada proses ini, terjadi pengendapan flokulan sehingga air terpisah dari

lumpur aktif dimana air akan diteruskan ke clean water pond sedangkan sludge

akan diteruska ke sludge pond.

9. Sludge Pond

Sludge pond merupakan kolam yang berfungsi sebagai penampung sludge.

Sludge sebagian besar akan dikembalikan ke anaerobic pond.

10. Clean Water Pond

Limbah cair yang berasal dari settling pond merupakan limbah cair yang

telah memenuhi baku mutu. Pada proses ini dilkukan uji analisa kebersihan air

limbah dan pada clean water pond diisi berbagai jenis ikan sebagai bioindikator.

11. Polishing Filter

Polishing filter merupakan tempat yang berisi pasir silica dan ijuk yang

berfungsi mengurangi kekeruhan air dan menjaga efektifitas proses pada polishing
filter.

12. Final Pond

Final pond berfungsi sebagai tempat penampungan air yang telah diolah.

Pada kola mini terdapat ikan yang berfungsi sebagai bioindikator.

13. Kolam ikan 1, 2, dan 3

Kolam ikan ini memiliki fungsi yang sama dengan final pond dimana pada

kolam ikan pertama memiliki aerator sedangkan kolam kedua dan ketiga tidak

memiliki aerator.
BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil praktik kerja lapangan (PKL) yang telah kami laksanakan selama

satu bulan dari tanggal 01 sampai 30 Agustus 2019 di PT. Makassar Tene,

dapat disimpulkan bahwa hasil dari analisa bahan baku raw sugar, bahan

pembantu kapur dan gula halus R1 (gula produk) telah memenuhi syarat

SNI yang dapat dilihat pada lampiran.

2. Proses produksi gula rafinasi di PT. Makassar Tene meliputi :

Proses A: Raw sugar handling, Raw sugar bin, Affinasi magma, Affinasi

Sugar, Magma mingler, Distibutor, Centrifugal, Distributor, Melter,

Reaction tank, Karbontasi, Filtrasi

Proses B: Vacum pan, Receiver, Distributor, Sentrifugal, Cooling and

Packing, proses Tallo floc.

3. Proses pengolahan air limbah di PT. Makassar Tene

Oil trap, Cooling pond/Input pond, Equalization pond, Anaerobic pond,

Aerobic pond, Level equalizing pond, Chemical mixing pond, Setting pond,

Sludge pond, clean water pond, polishing filter, final pond, kolam ikan 1, 2,

dan 3.
DAFTAR PUSTAKA

Aylviana. 2018. SNI 3140 2-2011 Gula Kristal rafinasi.pdf. (Diakses pada tanggal
17 Agustus 2019. https://kupdf.net/download/sni-3140-2-2011-gula-
kristal-rafinasi-pdf_59102ae2dc0d60a11b959ec0_pdf)

Dwiastuti, Rini. 2010. Laporan Magang di PT. Dharmapala Usaha


Sukses (Quality Control Gula Rainasi) (Diakses pada 15 Agustus 2019
https://docplayer.info/35333572-Laporan-magang-di-pt-dharmapala-
usaha-sukses-quality-control-gula-rafinasi.html). Universitas Sebelas
Maret. Surakarta

Fitriantho, Adee. 2010. Laporan Magang di PT. Dharmapala Usaha


Sukses Cilacap Jawa Tengah ( Proses Produksi Gula Rafinasi ) (Diakses
pada 15 Agustus 2019
https://eprints.uns.ac.id/322/1/157572408201010291.pdf). Surakarta

Paijah, Ijah. SNI 3140.1 – 2008 RAW SUGAR.pdf. (Diakses pada tanggal 17
Agustus 2019. https://www.scribd.com/document/392191415/SNI-3140-1-
2008-RAW-SUGAR-pdf)

Putra, Agusriadi Dwi. dkk. 2019. Laporan Praktik Kerja Lapangan PT. Makassar
Tene “Analisa Bahan Baku, Bahan Pembantu dan Produk Gula Rafinasi
PT. Makassar Tene”. Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Makassar

Vivian, Inggrid. dkk. 2018. Laporan Praktik Kerja Lapangan PT. Makassar
Tene Analisa Bahan Baku, Bahan Tambahan, dan Gula Rafinasi PT.
Makassar Tene. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung
Pandang. Makassar

Widianto. 2018. Gula Rafinasi : Gulanya Industri Pangan. ( Diakses pada 15


Agustus 2019 https://lordbroken.wordpress.com/2018/03/29/gula-rafinasi-
gulanya-industri-pangan/)
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Tabel

Tabel 1. Syarat mutu raw sugar berdasarkan SNI 3140.1:2008

No. Kriteria Satuan Persyaratan


uji

1. Warna larutan (ICUMSA) IU Min. 1200


2. Susut pengeringan (basis basah) % fraksi massa Maks. 0,50
3. Polarisasi (°Z, 20 °C) “Z” Min. 97,50
4. Abu konduktiviti % fraksi massa Maks. 0,40
5. Kandungan gula tereduksi % fraksi massa Maks. 0,40
Tabel 2. Syarat mutu gula Kristal rafinasi berdasarkan SNI 3140.2:20011

Kriteria uji Satuan I Persyaratan II

1 Keadaan
1.1 Bau - Normal normal
1.2 Rasa - Manis manis
2 Polarisasi (°Z, 20 °C) °Z* min. 99,80 min. 99,70
3 Gula reduksi % maks. 0,04 maks. 0,04
4 Susut pengeringan (b/b) % maks. 0,05 maks. 0,05
5 Warna larutan IU** maks. 45 maks. 80
6 Abu konduktifitas (b/b) % maks. 0,03 maks. 0,05
7 Sedimen mg/kg maks. 7,0 maks. 10,0
8 Ukuran partikel***
8.1 Kasar (coarse grain) Mm 1,21-2,20 1,21-2,20
8.2 Sedang (medium/fine grain) Mm 0,51-1,20 0,51-1,20
8.3 Halus (castor/extra fine grain) Mm 0,25-0,50 0,25-0,50
9 Belerang dioksida (SO2) mg/kg maks. 2,0 maks. 5,0
10 Cemaran logam
10.1 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2 maks. 0,2
10.2 Timbal (Pb) mg/kg maks. 0,25 maks. 0,25
10.3 Timah (Sn) mg/kg maks. 40,0 maks. 40,0
10.4 Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03 maks. 0,03
11 Cemaran arsen (As) mg/kg maks. 1,0 maks. 1,0
12 Cemaran mikroba
Angka lempeng total
12.1 (35°C, 48 jam) koloni/10g maks. 2 x 102 maks. 2,5 x 102

12.2 Bakteri Coliform APM/g <3 <3


12.3 Kapang koloni/10g maks. 10 maks. 10
12.4 Khamir koloni/10g maks. 10 maks. 10
CATATAN
* °Z = °Zuiker = Sukrosa;
** IU = ICUMSA UNIT
*** Nilai CV (Coefficient of Variation) untuk ukuran partikel dicantumkan dalam CoA (Certificate of
Analysis) maksimum 45%.
Tabel 3. Koreksi Brix Baca untuk Raw Sugar (gram sukrosa/100 cm3).

Brix Koreksi Brix Baca Koreksi Brix Baca Koreksi Brix Baca Koreksi
Baca
9.0 1033.99 9.8 9.8 10.6 1040.60 11.4 1043.93

9.1 1034.41 9.9 9.9 10.7 1041.01 11.5 1044.35

9.2 1034.82 10.0 1038.11 11.6 1044.77


10.8 1041.43

9.3 1035.23 10.1 1038.53 10.9 1041.85 11.7 1045.19

9.4 1035.64 10.2 1038.94 11.0 1042.26 11.8 1045.61

9.5 1036.05 10.3 1039.36 11.1 1042.68 11.9 1046.02

9.6 1036.46 10.4 1039.77 11.2 1043.10 12.0 1046.44

9.7 1036.88 10.5 1040.19 11.3 1043.51

Tabel 4. Koreksi Brix Baca untuk Gula Produk (gram sukrosa/100 cm3)

Brix Koreksi Brix Koreksi Brix Koreksi Brix Baca Koreksi


Baca Baca Baca
47.0 1213.320 49.0 1224.172
48.0 1218.727 50.1 1230.206
47.1 1213.859 49.1 1224.719
48.1 1219.270 50.2 1230.757
47.2 1214.398 49.2 1225.266
48.2 1219.813 50.3 1231.308
47.3 1214.938 49.3 1225.813
48.3 1220.357
50.4 1231.860
47.4 1215.478 49.4 1226.361
48.4 1220.901 50.5 1232.412
47.5 1216.019 49.5 1226.909
48.5 1221.445 50.6 1232.964
47.6 1216.360 49.6 1227.458
48.6 1221.990 50.7 1233.517
47.7 1217.101 49.7 1228.106
48.7 1222.5435 50.8 1234.070
47.8 1217.643 49.8 1228.556
48.8 1223.080
50.9 1234.623
47.9 1218.185 49.9 1229.106
48.9 1223.626

59
Tabel 5. Konversi mg gula reduksi untuk Raw Sugar

Cm3 0.1 M 2.0 g (10 5.0 g (10 Cm3 0.1 M 2.0 g (10 5.0 g (10
Thiosulphate cm3 cm3 thiosulphate cm3 cm3
aliquot aliquot) aliquot aliquot)
) sucrose ) sucrose
sucrose sucrose
0.10 4.00 11.66 11.00

0.20 4.10 11.96 11.30

0.30 0.35 4.20 12.26 11.60

0.40 0.76 0.15 4.30 12.56 11.90

0.50 1.06 0.45 4.40 12.86 12.20

0.60 1.41 0.75 4.50 13.16 12.50

0.70 1.74 1.05 4.60 13.46 12.80

0.80 2.06 1.35 4.70 13.76 13.10

0.90 2.36 1.65 4.80 14.06 13.40

1.00 2.66 2.00 4.90 14.36 13.70

1.10 2.96 2.30 5.00 14.68 14.00

1.20 3.26 2.60 5.10 14.98 14.30

1.30 3.56 2.90 5.20 15.28 14.60

1.40 3.86 3.20 5.30 15.58 14.90

1.50 4.16 3.50 5.40 15.88 15.20

1.60 4.46 3.80 5.50 16.18 15.50

1.70 4.76 4.10 5.60 16.48 15.80

1.80 5.06 4.40 5.70 16.78 16.10


5.80 17.08 16.40
1.90 5.36 4.70
5.90 17.38 16.70
2.00 5.66 5.00
6.00 17.70 17.00
2.10 5.96 5.30
6.10 18.00 17.30
2.20 6.26 5.60
6.20 18.30 17.60
2.30 6.56 5.90
6.30 18.60 17.90
2.40 6.86 6.20
6.40 18.90 18.20
2.50 7.16 6.50
6.50 19.20 18.50
2.60 7.46 6.80
6.60 19.50 18.80
2.70 7.76 7.10
6.70 19.80 19.10
2.80 8.06 7.40
6.80 20.10 19.40
2.90 8.36 7.70
6.90 20.40 19.70
3.00 8.66 8.00
7.00 20.75 20.00
3.10 8.96 8.30
7.10 21.05 20.30
3.20 9.26 8.60
7.20 21.35 20.60
3.30 9.56 8.90
7.30 21.65 20.90
3.40 9.86 9.20
7.40 21.95 21.20
3.50 10.16 9.50
7.50 22.25 21.50
3.60 10.46 9.80
7.60 22.55 21.80
3.70 10.76 10.10
7.70 22.85 22.10
3.80 11.06 10.40
7.80 23.15 22.40
3.90 11.36 10.70
7.90 23.45 22.70
8.00 23.75 23.00 11.00 32.13 32.15

8.10 24.05 23.30 11.10 33.43 32.45

8.20 24.35 23.60 11.20 33.77 32.75

8.30 24.65 23.90 11.30 34.08 33.05

8.40 24.95 24.20 11.40 34.38 33.40


8.50 25.30 24.50 11.50 34.75 33.70

8.60 25.60 24.80 11.60 35.03 34.00

8.70 25.90 25.10 11.70 35.33 34.35

8.80 26.20 25.40 11.80 35.66 34.65

8.90 26.50 25.70 11.90 35.96 34.95


9.00 26.85 26.00 12.00 36.31 35.30

9.10 27.15 26.30 12.10 36.61 35.60

9.20 27.45 26.60 12.20 36.91 35.90

9.30 27.75 26.90 12.30 37.23 36.25

9.40 28.05 27.20 12.40 37.56 36.55

9.50 28.40 27.50 12.50 37.86 36.90

9.60 28.70 27.80 12.60 38.21 37.20

9.70 29.00 28.10 12.70 38.51 37.50

9.80 29.30 28.40 12.80 38.83 37.85

9.90 29.60 28.80 12.90 39.13 38.15


10.00 29.95 29.05 13.00 39.48 38.50

10.10 30.25 29.35 13.10 39.78 38.80

10.20 20.55 29.65 13.20 40.10 39.15

10.30 20.90 29.95 13.30 40.43 39.45

10.40 31.20 30.25 13.40 40.73 39.80

10.50 31.52 30.60 13.50 41.08 40.10

10.60 31.83 30.90 13.60 41.38 40.40

10.70 32.18 31.20 13.70 41.70 40.75

10.80 32.48 31.50 13.80 42.03 41.10

10.90 32.78 31.80 13.90 42.33 41.40


Tabel 6. Konversi mg gula reduksi untuk Gula Produk.

Volume ml % Reducing Volume ml % Reducing


EDTA Sugar EDTA Sugar

3.9 – 4.8 0.050 11.5 – 12.0 0.024

3.9 – 4.4 0.048 12.1 – 12.7 0.022

4.5 – 5.0 0.046 12.8 – 13.3 0.020

5.1 – 5.7 0.044 13.4 – 14.0 0.018

5.8 – 6.3 0.042 14.1 – 14.6 0.016

6.4 – 7.0 0.040 14.7 – 15.2 0.014

7.1 – 7.6 0.038 15.3 – 15.9 0.012

7.7 – 8.2 0.036 16.0 – 16.5 0.010

8.3 – 8.9 0.034 16.6 – 17.1 0.008

9.0 – 9.5 0.032 17.2 – 17.8 0.006

9.6 – 10.1 0.030 17.9 – 18.4 0.004

10.2 – 10.8 0.028 18.5 – 19.1 0.002

10.9 – 11.4 0.026


Lampiran 2. Perhitungan

1. Raw Sugar

a. Moisture

Diketahui data :

Berat Berat petri Berat petri dan gula Berat petri dan gula
sampel (g) kosong, m1 sebelum setelah pemanasan,
(g) pemanasan, m2 (g) m3 (g)
Raw Sugar I 20.0001 44.2965 64.2966 64.2690
Raw Sugar II 20.0001 42.6814 62.6815 62.6716
Raw Sugar III 20.0001 44.3273 64.3274 64.3109

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔


𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 𝑟𝑎𝑤 𝑠𝑢𝑔𝑎𝑟 I = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑚2 − 𝑚3
= 𝑥 100%
𝑚2 − 𝑚1
64.2966 −
64.2690 𝑥 100%
=
64.2966 −
44.2965
0.0276
= 𝑥 100%
20.0001
= 0.1380 %
Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :
Kadar Air (%)
Raw Sugar I 0.1380
Raw Sugar II 0.0495
Raw Sugar III 0.0825

b. Colour

Diketahui data :

Brix (%) Absorbansi (Å)


Raw Sugar I
10.12 0.416
Raw Sugar II
10.23 0.424
Raw Sugar III
10.02 0.430

Colour raw sugar I :


108 𝑥 𝐴𝑏𝑠
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈 ) =
b x RDS x 𝐼𝑈
ρ
108 𝑥 0.416
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
1 x 10.12 𝑥 1038.114
= 3959.75𝐼𝑈
Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Colour (IU)
Raw Sugar I 3959.75
Raw Sugar II 3990.90
Raw Sugar III 4135.51

c. Polarisasi

Hasil kadar polarisasi dapat dilihat langsung pada pembacaan alat sukromat

dan didapatkan hasil sebagai berikut :

Polarisasi (˚Z)
Raw Sugar I 98.71
Raw Sugar II 99.07
Raw Sugar III 98.54

d. Kadar Abu (Ash)

Diketahui data :

Kondutivitas larutan, Konduktivitas aquades,


C2 C1
Raw Sugar I
141.3 4.52
Raw Sugar II
120.5 4.97
Raw Sugar III
130.1 4.53
Kadar abu raw sugar I :

C = C 1 – C2

= 141.3 – 4.52

= 136.78

Kadar Abu (Cr) = (16.2 + 0.36 D ) x 10 -4 x C x f

= (16.2 + 0.36 x 0.25) x 10 -4 x 136.78 x 1

= 0.2281

Maka, Kadar Abu pada suhu 20 ᵒC (C20)

C20 = 0.2281
= 0.1946
1+0.023(26.3−20)

Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Ash (%)
Raw Sugar I 0.1946
Raw Sugar II 0.1643
Raw Sugar III 0.1787

e. Reducing sugar (RS)

Diketahui data :

Vol. peniter blanko Vol. peniter sampel (ml)


(ml)
Raw Sugar I
16.8 10.8
Raw Sugar II
17.3 12.6
Raw Sugar III
16.8 10.8

RS raw sugar I :

a = 16.8 ml – 10.8 ml

= 6 ml
Hasil pengurangan di atas dicocokkan ke tabel konversi (tabel 2) pada buku

“Laboratory Manual For South African Sugar Factories” sehingga didapatkan

nilai sebesar 17.00

Maka,

𝑎 1000
% 𝑅𝑆 = 𝑥
1000 50
17.00 1000
= 𝑥
1000 50

= 0.34 %

Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

RS (%)
Raw Sugar I 0.34
Raw Sugar II 0.262
Raw Sugar III 0.34

2. Gula Produk

a. Kadar air (moisture)

Diketahui data :

Gula produk Berat Berat petri Berat petri dan gula Berat petri dan gula
(R1) sampel kosong, m1 sebelum setelah pemanasan,
(g) (g) pemanasan, m2 (g) m3 (g)
Gula produk I 20.0004 41.7670 61.7674 61.7638
Gula produk II 20.0001 46.7642 66.7643 66.7589
Gula produk III 20.0002 56.9623 66.9625 76.9592

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔


𝑀𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒 gula produk I = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑚2 − 𝑚3
= 𝑥 100%
𝑚2 − 𝑚1
61.7674 −
61.7638
= 𝑥 100%
61.7674 −
41.7670
0.0036
= 𝑥 100%
20.0004
= 0.0180 %
Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Gula produk (R1) Kadar Air (%)


Gula produk I 0.0180
Gula produk II 0.0270
Gula produk III 0.0165

c. Warna (colour)

Diketahui data :

Gula produk (R1)


Brix (%) Absorbansi (Å)
Gula produk I
50.62 0.021
Gula produk II
50.78 0.021
Gula produk III
51.28 0.022

Colour gula produk I :


108 𝑥 𝐴𝑏𝑠
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈 ) =
b x RDS x 𝐼𝑈
ρ
108 𝑥 0.021
𝐶𝑜𝑙𝑜𝑢𝑟 (𝐼𝑈) = 𝐼𝑈
1 x 50.62𝑥 0.989 𝑥1230.206
= 34.10 𝐼𝑈
Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Gula produk (R1) Colour (IU)


Gula produk I 34.10
Gula produk II 33.97
Gula produk III 35.17
d. Polarisasi

Hasil kadar polarisasi dapat dilihat langsung pada pembacaan alat

sukromat dan didapatkan hasil sebagai berikut :

Gula produk (R1) Polarisasi (˚Z)


Gula produk I 99.89
Gula produk II 99.87
Gula produk III 99.19

e. Kadar abu (Ash)


Diketahui data :
Gula produk (R1)
Kondutivitas larutan, Konduktivitas aquades,
C1 C2
Gula produk I
14.63 5.27
Gula produk II
10.39 4.99
Gula produk III
16.9 4.04

Kadar abu gula produk I :

C28 = C1 – 0.35 x C2

= 14.63 – 0.35 x 5.27

= 12.79

Kadar abu konduktivitas = 6.10-4 x C28%

= 6.10-4 x 12.79 %

= 0.0077 %

Maka, kadar abu pada suhu 20 ᵒC adalah

𝐶20 𝐶𝑇
= 1+0.026 (𝑇−20)

0.0077
𝐶20 =
1 + 0.026 (27.2 − 20)
= 0.0065

Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Gula produk (R1) Ash (%)


Gula produk I 0.0065
Gula produk II 0.0044
Gula produk III 0.0078

f. Reducing sugar (RS)

Diketahui data :

Gula produk (R1) Volume peniter (ml)


Gula produk I 8.5
Gula produk II 9.3
Gula produk III 8.8
Hasil volume penitaran di cocokkan pada tabel koreksi mg gula

reduksi untuk gula produk (tabel 6. pada lampiran). Sehingga didapatkan hasil

sebagai berikut :

Gula produk (R1) RS (%)


Gula produk I 0.034
Gula produk II 0.032
Gula produk III 0.034

g. MA/CV
Ukuran Berat
Berat pan berat % Ma - Fx
Pori Factor (d) pan + Fxd (Ma- d)2
kosong sampel Sampel d (Ma - d)2
(mm) sampel
0.85 0.925 303.4 421.89 118.49 23.70 21.92 -0.25 0.06 1.53
0.71 0.78 320.42 435.01 114.59 22.91 17.87 -0.11 0.01 0.27
0.6 0.655 312.8 415.35 102.55 20.51 13.43 0.016 0.00024 0.0051
0.5 0.55 276.77 354.95 78.18 15.64 8.59 0.12 0.012 0.23
0.425 0.4625 299.91 338.78 38.87 7.77 3.60 0.21 0.04 0.34
base pan 0.175 357.22 404.57 47.35 9.47 1.66 0.50 0.25 2.33
500.03 100 67.08 4.70

Ma 0.670792
SD 0.21686 21.68595046
CV 32.32886
Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Gula produk (R1) MA CV


Gula produk I 0.67 32.33
Gula produk II 0.69 25.35
Gula produk III 0.61 34.18

h. Kadar sedimen

Diketahui data :

Gula produk (R1)


Berat cawan dan Berat cawan dan
membran filter sebelum membran filter setelah
dipanaskan, B (g) dipanaskan, A (g)
Gula produk I
58.4264 58.4293
Gula produk II
42.5478 42.5518
Gula produk III
44.0337 44.0385
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛 (𝑝𝑝𝑚) = 𝑥 106
1000

58.4293 − 58.4264 6
= 1000 𝑥 10

= 2.9 𝑝𝑝𝑚

Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Gula produk (R1) Sedimen (ppm)


Gula produk I 2.9
Gula produk II 4.0
Gula produk III 4.8
3. Bahan pembantu (susu kapur)

3.1 Kadar efektif susu kapur (Eff CaO)

Diketahui data :

Susu kapur Berat sampel, Konsentrasi HCl Vol. peniter HCl


Wsampel (g) (N) (ml)
Susu kapur I
0.2004 0.5 1.5
Susu kapur II
0.2005 1.8
Kadar efektif susu kapur I :

𝑁 (𝐻𝐶𝑙 )𝑥 𝑉𝑜𝑙. 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 0.028


%Eff CaO 𝑋 100%
= 𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0.5 𝑁 𝑥 1.8 𝑚𝑙 𝑥 0.028


= 𝑋 100%
0.2005

= 12.57%

Berdasarkan prinsip perhitungan di atas didapatkan hasil sebagai berikut :

Susu kapur Eff CaO (%)


Susu kapur I 10.48
Susu kapur II 12.57

Anda mungkin juga menyukai