KELOMPOK 8 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan “Transformasi Industri 4.0”
dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Transformasi Industri 4.0. Selain itu, laporan ini dibuat dengan tujuan untuk menambah
wawasan tentang bagaimana “Transformasi Industri 4.0” bagi penulis dan pembaca.
Dalam penyusunan laporan ini penulis tentunya menghadapi berbagai hambatan dan
rintangan. Namun dengan bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan tugas ini
dalam waktu yang telah ditentukan.
Penulis berharap laporan ini dapat dijadikan acuan bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.5.5. Perakitan Prototype ............................................................................................................12
3.5.6. Perakitan Arduino ..............................................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................ 13
4.1. Analisis INDI 4.0… ................................................................................................................... 16
4.2. Analisis Toolbox 4.0.................................................................................................................. 16
4.3. Simulasi/Prototype Project........................................................................................................ 16
BAB V PENUTUP .................................................................................................................................. 18
5.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 18
5.2. Saran ......................................................................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Industri Kecil Menengah ( IKM ) yang cukup mewabah yaitu tempe, tempe
merupakan salah satu komoditas yang potensial, karena selain harganya yang relative
terjangkau apabila dibandingkan dengan produk lain seperti daging, Tempe juga memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi, selaras dengan bahan bakunya, yaitu kedelai yang juga
memiliki kandungan protein yang tinggi (Sarwono & Saragih, 2003:34).
Tempe adalah makanan fermentasi yang terbuat dari kacang kedelai dan jamur. Rasanya enak
dengan harga terjangkau dan mudah didapat. Tempe adalah makanan Indonesia yang populer. Tempe
diklasifikasikan sebagai makanan untuk segala usia, dan bahan baku utama tempe adalah kedelai.
(Nurlela. 2012:2).
Pada dasarnya tempe digunakan sebagai lauk pauk dan lauk pauk tambahan makanan atau
snack. Potensi tempe untuk meningkatkan kesehatan dan harganya yang relatif murah memberikan
alternatif pilihan pengadaan makanan bergizi tersedia untuk semua lapisan masyarakat. (Nurlela.
2012:2).
Salah satunya yaitu, Industri Kecil Menengah ( IKM ) Rumah Tempe Semar, yang terletak di
Kp. Babakan, RT/RW 04/02, Ciluar, Kota Bogor, Jawa Barat. Yang merupakan tempat untuk proses
pengelolaan tempe dari bahan mentah sampai menjadi produk jadi tempe.
Apabila ditinjau dalam aspek industri 4.0 dalam proses pembuatan tempe, kami berinovasi
untuk membuat ruang fermentasi dengan ruang produksi terpisah serta diberi alat Fermentasi
Microcontroller Arduino Uno Temperatur pada ruang fermentasi agar proses fermentasi waktunya
lebih singkat dibandingkan sebelumnya, selain itu kami berinovasi untuk mengganti alat perekat
kemasan dengan “ press plastik “ untuk menghindari kecelakaan karyawan pada proses produksi,
serta menambahkan informasi contact person pada kemasan produk, sehingga customer dapat
memesan dengan mudah.
1. Berapa nilai assesmen dan tingkat kesiapan IKM untuk bertransformasi menjasi industry
4.0 ?
2. Apa inovasi atau solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas produksi IKM
Rumah Tempe Semar berdasarkan Industri 4.0 ?
3. Adakah kendala pada IKM untuk bertransformasi menjadi industri 4.0 ?
1
1.3 Tujuan
1. Mengukur nilai assesmen dan tingkat kesiapan IKM untuk bertransformasi menjadi industri 4.0.
3. Menemukan solusi terbaik dari kesenjangan yang telah dibuat dari assesmen INDO 4.0 dan
toolbox 4.0
1.4 Manfaat
1. Mampu mengembangkan ide-ide atau gagasan tentang penerapan industri 4.0 pada IKM yang
belum menerapkan industri 4.0.
2. Melancarkan proses produksi pada pabrik tempe serta mengefisiensikan waktu produksi agar laba
meningkat.
3. Memberikan inovasi atau solusi agar IKM pabrik tempe bertransformasi menuju industry 4.0.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-
kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Tempe
umumnya dibuat secara tradisional dan merupakan sumber protein nabati. Di Indonesia
pembuatan tempe sudah menjadi industri rakyat (Francis F. J., 2000 dalam Suharyono dan
Susilowati, 2006). Tempe mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti
protein, lemak, karbohidrat, dan mineral. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe
lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh. Hal ini dikarenakan kapang yang tumbuh
pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang
mudah dicerna oleh manusia (Kasmidjo, 1990).
Sejarah Perkembangan Tempe di Indonesia Asal-Usul Tempe Tidak seperti makanan
kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia.
Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak
berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di
Yogyakarta dan Surakarta. Dalam manuskrip Serat Centhini ditemukan bahwa masyarakat Jawa
pada abad ke-16 telah mengenal “tempe”. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya
menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari
masyarakat pedesaan tradisional Jawa, mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah,
dan berkembang sebelum abad ke16 (Rizki, 2021). Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa
Kuno.
Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa
Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam
Paksa di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti
singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan (Steinkraus, 1993). Selain itu, ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orangorang Tionghoa
yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan
kapang Aspergillus (Huang, 2000). Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh
Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru
Tanah Air (Shurtleff, dan Aoyagi. 1986).
3
2.2 Industri 4.0
Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi
pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan,
dan komputasi kognitif. Industri 4.0 menghasilkan "pabrik cerdas". Di dalam pabrik cerdas
berstruktur moduler, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik
secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat Internet untuk segala (IoT),
sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain dan manusia secara
bersamaan. Lewat komputasi awan, layanan internal dan lintas organisasi disediakan dan
dimanfaatkan oleh berbagai pihak di dalam rantai nilai.
Istilah "Industrie 4.0" berasal dari sebuah proyek dalam strategi teknologi canggih
pemerintah Jerman yang mengutamakan komputerisasi pabrik. Istilah "Industrie 4.0"diangkat
kembali di Hannover Fair tahun 2011.[10] Pada Oktober 2012, Working Group on Industry 4.0
memaparkan rekomendasi pelaksanaan Industri 4.0 kepada pemerintah federal Jerman.
Anggota kelompok kerja Industri 4.0 diakui sebagai bapak pendiri dan perintisIndustri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 dikenal juga degan istilah “cyber physical system”. Revolusi ini dibagi
menjadi 4 era :
4
2.3 INDI 4.0
Indonesian Industry 4.0 Readiness Index atau INDI 4.0 merupakan indeks acuan bagi
industri dan pemerintah dalam mengukur tingkat kesiapan industri untuk bertransformasi
menuju industri 4.0 di Indonesia. INDI 4.0 terdiri atas lima pilar dan 17 bidang meliputi pilar
manajemen dan organisasi, pilar orang dan budaya, pilar produk dan layanan, pilar teknologi,
serta pilar operasi pabrik
diberi nama Indonesia Industry 4.0 Readiness Index atau yang disingkat dengan INDI
4.0. INDI ini menilai kesiapan dengan 5 pilar :
1. Teknologi
Teknologi industri 4.0 apa saja yang mulai diaplikasikan di perusahaan.
2. Operasi Pabrik
Bagaimana kesiapan operasi perusahaan untuk mengimplementasikan sistem industry
4.0.
3. Manajemen dan Organisasi
Seberapa besar dukungan pihak manajemen dan organisasi untuk bertransformasi.
4. Orang dan Budaya
Apakah budaya dan karyawan perusahaan Anda siap untuk bertransformasi ke
industri 4.0.
5. Produk dan Layanan
Seberapa siap layanan dan produk perusahaan untuk fit dengan 4.0.
Elemen kunci dari pedoman ini adalah Toolbox Industri 4.0. Toolbox ini
menggabungkan berbagai tingkat aplikasi Industri 4.0 mengacu pada inovasi produk dan
aplikasi teknis terkait produksi tingkat aplikasi masing-masing dipecah menjadi lima tahap
pengembangan teknologi dan berurutan Toolbox Industri 4.0 menjadi awal untuk
mengklasifikasikan bidang ahli ditawarkan oleh perusahaa dan dengan demikian berfungsi
sebagai dasar untuk ide-ide selama implementasi Industri 4.0.
Prosedur dalam panduan ini dibagi menjadi lima langkah proses. Langkah-langkah
proses ini harus didampingi oleh tim proyek yang juga bertanggung jawab atas pekerjaan
persiapan dan pengorganisasian lokakarya. Prosedur yang diilustrasikan pada gambar 2dimulai
dengan periode persiapan. Pada fase persiapan ini, dibuat dasar awal yang cocok bagiperusahaan
5
untuk mengembangkan ide mereka sendiri di lingkungan Industri 4.0. Berdasarkan hal tersebut,
dalam fase analisis berikutnya, bidang keahlian perusahaan diidentifikasi dan disajikan dengan
cara yang dapat dipahami. Berdasarkan analisis ini dan potensipengembangan yang diperoleh
darinya, pada tahap kreativitas berikut dihasilkan ide-ide yang berkaitan dengan produk dan
produksi di bengkel in-house. Lokakarya harus dianggap sebagai elemen kunci dari model
prosedur panduan ini. Ini membantu untuk menguraikan dan menilai ide-ide untuk
memperkenalkan Industri 4.0. Untuk tujuan ini, para peserta diinformasikan tentang hasil tahap
analisis dan dibawa ke tingkat pengetahuan yang sama selama lokakarya. Setelah itu mereka
dengan sengaja mengembangkan konsep untuk model bisnis. Pada tahap evaluasi berikutnya,
para peserta mengevaluasi konsep-konsep ini dalam kaitannya dengan potensi pasar mereka dan
sumber daya yang diperlukan untuk penerapannya.
Analisis SWOT sangat diperlukan dalam perancangan sebuah misi, dikarenakan kita dapat
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang dari sebuah misi yang kita buat,
dan kita bisa langsung membuat tindakan korektif dan preventif dari masalah yang akan timbul dari
misi yang kita buat. Berikut merupakan tabel analisis SWOT dari inovasi yang kami berikan untuk
Pabrik Rumah Tempe Semar.
Ruang Fermentasi dengan Produksi Dipisah dan Diberi Alat Pengatur Temperatur pada Ruang
Fermentasi
- Strength
Proses fermentasi berjalan secara maksimal dengan suhu yang ditetapkan oleh alat pengatur
temperatur
- Weakness
Memerlukan area yang luas dan biaya yang tinggi untuk pelaksanaan produksi
- Oppurtinity
Dapat mempercepat fermentasi sehingga dapat memproduksi lebih banyak dalam wakt singkat
- Threat
Memperlukan biaya yang lebih besar untuk menyiapkan ruangan tertutup dan membeli alat untuk
pengatur suhu
6
- Weakness
Ruang penghangat tempe memiliki kapasitas yang kecil
- Oppurtinity
Lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan pasar
- Threat
Memerlukan tegangan listrik yang sangat besar
- Strength
Keamanan pekerja lebih terjamin
- Weakness
Proses pengemasan berjalan lebih lambat
- Oppurtinity
Dapat mengurangi terjadinya kebakaran dan terjadinya luka akibat terkena strikaan
- Threat
Memerlukan biaya untuk membeli alat
- Strength
Meningkatkan penjualan produk
- Weakness
Dapat menjadi modus penipuan
- Oppurtinity
Semakin banyak feedback dari customer/perusahaan yang tertarik dengan produk
- Threat
Harus mengeluarkan biaya untuk membuat label dan memerlukan seseorang sebagai contac persone
pembe
7
BAB III
Metode Pelaksanaan
Lokasi pelaksanaan proyek solusi tranformasi industri 4.0 berada di Rumah Industri
Tempe Semar yang terletak di Kp. Babakan, RT/RW 04/02, Ciluar, Kota Bogor, Jawa Barat.
3.2. Timeline
8
3.3. Penjelasan Tahap Pelaksanaan
Tahapan ini merupakan aspek yang penting, karena kami dapat melihat secara
langsung kesiapan industri untuk bertransformasi menjadi industri 4.0 melalui
pertanyaan yang telah disampaikan. Kemudian. kami dapat mengamati proses
produksi dari bahan baku-produk jadi tempe, melihat proses penggunaaan alat
pada IKM, sertamenganalisa pain-point yang ada pada IKM sehingga dapat
membuat inovasi yang solutif.
Presentasi dilakukan dengan memaparkan painpoit yang ada pada IKM serta
ide-ide solusi yang inovatif untuk dapat mengembangkan potensi IKM. Pada akhir
presentasi, ditambahkan juga beberapa saran dan masukan untuk mengembangkan
proyek solusi transformasi Industri 4.0
9
3.3.5. Pembuatan makalah
Uji kelayakan prototype dilakukan dengan cara merangkai alat arduino uno
pada lemari dan memsatikan alat telah berfungsi secara baik
3.3.8. Pameran
Sumber daya meliputi 6M yang berfungsi sebagai tools untuk mencapai hasil yang
diharapkan dalam usaha. Sumber daya dalam usaha meliputi:
10
3.4.1. Man (Manusia)
Faktor tersebut merupakan faktor yang paling utama karena manusia yang
dapat merencanakan, melaksanakan proses awal produksi-penyaluran produk jadi.
Pada rumah industri tempe semar, faktor man meliputi karyawan produksi,
karyawan pemasaran dan karyawan penyaluran serta customer.
11
3.5. Tim dan Pembagian Tugas Project
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis INDI 4.0
INDI 4.0 merupakan indeks yang menyatakan kesiapan suatu industri untuk bertransformasi
menjadi industri 4.0.Pada saat survey kami sudah melakukan wawancara untuk mendapatkan data tentang
kesiapan IKM Rumah Tempe Semar untuk bertransformasi menjadi industri 4.0 dengan menggunakan
kuesioner INDI 4.0 yang berfokuskan pada 3 pilar yaitu Produk dan Layanan,Operasi pabrik,dan
Teknologi.Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.Pada hasil wawancara yang kami lakukan, kami
menemukan beberapa data yang kami mendapatkan data sebagai berikut :
Operasi pabrik 3 1 1 3 - 2
Teknologi 0 0 0 2 1 0,6
Manajemen dan 1
Operasi Pabrik
Organisasi 0.5
0
Pada tabel 4.1 dan gambar 4.1, dapat kita lihat dari segi pengukuran berbasis INDI 4.0 bahwa IKM Rumah
Tempe Semar masih berada di level 1 untuk kesiapan menuju industri 4.0.
Toolbox 4.0 merupakan sebuah tools yang fungsinya mirip dengan INDI 4.0 yaitu untuk melihat
13
seberapa jauh suatu industri tersebut bertransformasi menjadi industri 4.0. Pada survey kali ini kami
melakukan pemantauan langsung terhadap IKM Rumah Tempe Semar dengan memantau proses produksi,
pengemasan, pendataan penjualan yang diberikan oleh IKM Rumah Tempe Semar, Dari data data yang
didapatkan, kami melakukan pencocokan dengan Toolbox 4.0 dan mendapatkan hasil sebagai berikut.
Integrasi sensor/aktuator
3
2.5
2
Model bisnis produk 1.5 Komunikasi/konektivitas
1
0.5
0
Pemantauan
14
Tabel 4.3 Toolbox Produksi
Proses data dalam Sudah dilakukan pemrosesan Hanya sebatas berapa banyak 1
produksi data bahan baku dan produk yang
berhasil dibuat
Komunikasi antar mesin Tidak terdapat komunikasi Mesin tidak terkoneksi dengan 0
interface/aplikasi
Jaringan diseluruh Tidak ada jaringan dengan Tidak ada jaringan antar produksi 0
perushaan dengan perusahaan/produk lain dan perusahan lain.
produksi
Interface manusia dengan Dalam produksi tempe hanya Produksi bisa dibilang semi manual 1
mesin menggunakan mesin pemisah karena dikarenakan hampir 80%
kacang kedelai yang sudah pengerjaan dilakukan manual oleh
direndam/direbus dengan api pekerja
sedang, sedangkan yang
lainnya adalah alat bantu untuk
proses fermentasi kedelai
menjadi tempe
Efisiensi dengan batch Produk tempe tergolong cukup Proses produksi mahsih berjalan 3
Kecil fleksible dimana dapat tetapi bahan baku utama seperti
diproduksi dalam batch kecil kedelai dan ragi akan dikurangi
maupun besar dalam jumlah tertentu
15
Radar Chart Toolbox
Proses data dalam
produksi
3
2.5
Infrastruktur TIK dalam 2
1.5 Komunikasi antar mesin
satu produksi 1
0.5
0
Jaringan diseluruh
Efisiensi dengan batch
perushaan dengan
Kecil
produksi
Interface manusia
dengan mesin
Dari tabel 4.2 dan 4.3 dapat dilihat bahwa IKM Rumah Tempe Semar memiliki kesiapan yang
kecil untuk bertransformasi menjadi industri 4.0. Hal tersebut dikarenakan IKM merasa berada dizona
nyaman sehingga merasa tidak perlu melakukan inovasi dan pengembangan usaha untuk bertransformasi
menuju industri 4.0 dan juga ada beberapa masalah lainnya seperti dana dan lain sebagainya. dan juga dari
data tersebut, kami selaku mahasiswa memiliki beberapa solusi agar IKM Rumah Tempe Semar bisa
meningkatkan kesiapan untuk bertransformasi menjadi industri 4.0.
Prinsip dari alat ini adalah Ketika suhu dalam lemari fermentasi diatas 250C,relay akan
menyalakan rangkaian lampu pijar untuk meningkatkan suhu lemari fermentasi.Lalu Ketika suhu melebihi
470C relay akan mematikan rangkaian lampu pijar.Untuk mendeteksi suhu dan kelembapan digunakan
sensor DHT11 lalu untuk mengetahui output dari alat digunakan LCD I2C 16 x 2.
Sensor suhu dan kelembaban DHT11 merupakan sensor untuk mensensing objek suhu dan
kelembaban pada 1 module yang dimana memiliki output sinyal digital yang sudah
terkalibrasi.Keunggulan dari sensor DHT11 dibanding dengan yang lainnya antara lain memiliki kualitas
pembacaan data sensing yang sangat baik, responsif (cepat dalam pembacaan kondisi ruangan), serta tidak
mudah terinterverensi.Pada setiap sensor DHT11 ini memiliki fitur untuk kalibrasi dari kelembaban ruang
kalibrasi, dan itu kalibrasinya cukup akurat.Sensor ini dapat mengukur suhu 00C - 500C dan kelembapan
20-90% dengan tingkat galat ± 20C dan ± 5 %.
17
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil survey dan wawancara secara langsung kepada pihak IKM Rumah Produksi Tempe
Semar, dapat disimpulkan bahwa IKM Rumah Produksi Tempe Semar belum untuk bertransformasi
menuju industri 4.0. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis penerapan industri 4.0 pada IKM Rumah
Produksi Tempe Semar berada pada level 1 dan toolbox yang belum memenuhi ekspektasi. Oleh karena
itu kami memberikan inovasi industri 4.0 yaitu dengan membuat packaging produk tempe lebih menarik
serta memasang promosi baik Email maupun nomor telepon Rumah Produksi Tempe Semar untuk
meningkatkan produksi harian maupun produksi pesanan.
2.2 Saran
1. Membuat packaging untuk produk kripik tempe agar tampilan atau visual saat dipasarkan
menarik minat para pembeli
2. Menambahkan atau menyuarakan kontak Rumah Produksi Tempe Semar disetiap packaging
18
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
4.3 Data yang perusahaan Anda peroleh, 5.3 Bagaimana Anda menilai konektivitas
digunakan untuk apa? (Bolehmemilih antar sistem di perusahaan maupun antar
lebih dari satu)
perusahaan?
A. Kami belum mengumpulkandata
A. Tidak ada
B. Untuk keperluan merancangmodel
B. Ada tetapi tidak terpakai
bisnis baru
C. Ada tetapi hanya sebagianyang dipakai
C. Untuk meningkatkanpelayanan ke
D. Ada dan dipakai tetapi belumdiupgrade
pelanggan
E. Ada dan secara terus menerusdipakai.
D. Untuk evaluasi kinerjaproduksi dan
internal perusahaan
5.4 Teknologi berikut yang sudah dipakai
E. Untuk meningkatkan kualitasproduk.
oleh perusahaan Anda adalah(boleh
memilih lebih dari satu)
4.4 Apakah perusahaan Anda membuat
● Computer network
produk yang sudah terintegrasi teknologi
● Databases
berikut? (Bolehmemilih lebih dari satu)
● Kecerdasan buatan
A. RFID
● Machine learning
B. Interface koneksi ke internet
● Industrial Internet of Things
C. Condition monitoring
● Internet
D. GPS
● RFID
E. Barcode
● Cloud storage
F. Belum Terintegrasi
● Robot industri
● Computer Aided
Bagian 5: Teknologi
5.1 Manufacturing (CAM)
Apakah perusahaan Anda sudahmenerapkan keamanan cyber?
● ERP
A. Belum menerapkan
● MES
B. Belum merasa perlu
● SCADA
C. Sudah ada tetapi hanya untuksistem IT ● PLC
D. Sudah ada rencana untukmemberlakukan nya tahun depan
● CNC
E. Sudah ada tetapi hanya untukoperasi di bagian/departemen
● OPC UA
tertentu
● Kolaborasi robot
F. Sudah ada di semua lini operasiperusahaan
G. Kami sudah mendapat ISO27001. ● AGV
● Augmented reality
● Virtual reality
5.2 Bagaimana Anda menilai konektivitas M2M (komunikasi antar
● Online OEE
mesin ) via internet/intranet
● Online control system
di infrastruktur perusahaan Anda? ● M2M
A. Tidak ada
21
● 3D printer diimplementasikan di rantai pasok dan
● Tidak ada logistikperusahaan Anda adalah (boleh
memilih lebih dari satu)?
● RFID diproduk dan komponen
● B Barcode diproduk dan komponen
● GPS monitoring system
● Real time inventory control
5.5 Menurut Anda seberapa ● Integrasi logistik antara perusahaan
dengan vendor/supplier
tingkatdigitalisasi di perusahaan
● Real time condition monitoring produk
Anda?
dan komponen
A. Semua bidang perusahaansudah
● ERP
didigitalisasi (100%)
● AGV system
B. Lebih dari 75% sudahdidigitalisasi
● inventory control manual
C. Sebagian sudah didigitalisasi(50%)
D. Baru beberapa bidang yangsudah
6.3 Menurut Anda seberapa persen
didigitalisasi proses otomasi di perusahaan Anda?
E. Belum menerapkan digitalisasi A. 0%
B. 25%
Bagian 6: Operasi Pabrik C. 50%
6.1 Di perusahaan Anda, dimana data D. 75%
perusahaan disimpan?
E. 100%
A. Belum ada penyimpanan data
B. Di komputer/hard disk masing-masing 6.4 Sistem apa yang sudah
karyawan
diimplementasikan oleh perusahaan
C. Di server masing-masing
dalam hal sistemperawatan mesin?
departemen/bagian
A. Real time machine condition
D. Di pusat server internal perusahaan/
monitoring & OEE monitoring system
departemen IT perusahaan
B. Perawatan prediktif
E. Di cloud
C. Perawatan preventif
6.2 Sistem berikut yang sudah D. Perawatan corrective
E. Belum ada
22
LAMPIRAN 2
23
24