Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT ITEC SOLUTION INDONESIA

BNR -BOGOR

oleh

Arif Yustian

NIS 13.59.07227

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri

Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK

Bogor

2017

1
0

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI PT ITEC SOLUTION INDONESIA

BNR-BOGOR

Sebagai Tugas Akhir dari Seluruh Rangkaian Kegiatan Praktik Kerja Industri

Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK Bogor

Tahun Ajaran 2016/2017

Oleh :

Arif Yustian

NIS 13.59.07227

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri

Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK

Bogor

2017
1

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Disetujui oleh,

Eti Endih Saekudin.

Technical Manager Laboratory Laboratory Supervisor

Pembimbing I Pembimbing II

Siti Rokhayati.

NIP .

Pembimbing III

Disahkan oleh,

Dra. Hj. Hadiati Agustine


NIP 19570817 198103 2 002
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan - SMAK

Bogor
KATA PENGANTAR

Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) berjudul Analisis Kadar Fosfat


dalam Air Limbah Industri Secara Kolorimetri dengan Menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS. Laporan ini dibuat sebagai tugas akhir dari seluruh
rangkaian kegiatan Praktik Kerja Industri SMK-SMAK Bogor tahun ajaran
2016/2017. Laporan ini disusun sebagai pertanggungjawaban penulis selama
Prakerin. Kegiatan Prakerin tersebut dilaksanakan di laboratorium lingkungan PT
ITEC Solution Indonesia Kegiatan Prakerin tersebut berlangsung selama empat
bulan sejak 8 November 2016 28 Februari 2017.

Secara garis besar laporan ini berisi pendahuluan, informasi mengenai


institusi tempat melaksanakan Prakerin, tinjauan pustaka, metode analisis, hasil
dan pembahasan analisis, simpulan dan saran serta daftar pustaka dan lampiran.
Pada bab pendahuluan menjelaskan mengenai maksud dan tujuan praktik kerja
industri serta tujuan pembuatan laporan praktik kerja industri. Kemudian pada
bab institusi tempat Prakerin membahas mengenai sejarah perkembangan PT
ITEC Solution Indonesia, struktur organisasi, tugas dan fungsi, fasilitas dan
sarana, kegiatan di laboratorium, administrasi laboratorium serta disiplin kerja.
Setelah itu pada bab kegiatan di laboratorium membahas mengenai latar
belakang, tinjauan pustaka dan metode analisis. Selanjutnya, pada bab hasil dan
pembahasan menjelaskan hasil analisis yang dilakukan. Terakhir, pada bab
simpulan dan saran berisi simpulan dan saran dari penulis.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja
Industri dan laporan ini dengan baik. Penyusunan laporan Prakerin ini berhasil
karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, membimbing dan memberikan arahan serta informasi yang berguna.
Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Dra. Hj. Hadiati Agustine, selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Bogor.

i
ii

2. Oges Susetio, S.T., selaku Direktur PT SysLab Integrated Laboratory


Services.
3. Wike Fatimah, S.Si., selaku Technical Manager Laboratorium sekaligus
pembimbing institusi yang telah banyak membantu dan memberikan saran
dalam pelaksanaan Prakerin.
4. Panji Dermawan, S.T., selaku supervisor laboratorium dan pembimbing
praktik yang selalu mengajari memberikan pengarahan di laboratorium.
5. Abdul Somad, selaku analis senior di PT SysLab yang telah memberi banyak
masukan dan saran dalam pelaksanaan Prakerin.
6. Amilia Sari Ghani, S.S., selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan
Kerjasama Industri yang telah membantu kelancaran dalam pelaksanaan
Prakerin.
7. Dra. E. Yanny Priantieni, M.Pd., selaku pembimbing sekolah yang selalu
memberikan saran dan masukan yang membangun dalam pelaksanaan
Prakerin serta dalam penyusunanan laporan ini.
8. Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan, doa restu, serta
semangat kepada penulis.
9. Segenap guru dan karyawan Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 59 Dysprosina Alvyron atas kenangan
indah dan kekompakannya selama ini.
11. Teman seperjuangan selama Prakerin Dimas Adam dan Muhammad Ryandi.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Laporan ini disusun tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.


Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca agar dalam waktu yang akan datang dapat lebih baik lagi.
iii

Penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca


pada umumnya dan khususnya pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Bogor serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan karya tulis
selanjutnya.

Bogor, Februari 2017 Penulis,


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan yang ditujukan pada satu bidang pekerjaan yang


diperoleh melalui pendidikan kejuruan, secara khusus memerlukan media
yang bersifat melatih penerapannya dan memperjelas fungsi yang
sebenarnya. Hal ini berkaitan dengan tuntutan agar secara langsung dapat
menerapkan teori-teori dan praktik yang telah dikuasai sebagai pengetahuan
yang bermanfaat bagi orang banyak. Pengetahuan dan keterampilan analisis
kimia yang merupakan salah satu bidang ilmu yang pembelajarannya
memerlukan pendekatan pada fungsi yang sesungguhnya di tengah
masyarakat. Media yang diprogramkan untuk hal tersebut adalah Praktik
Kerja Industri. Praktik Kerja Industri merupakan kegiatan intrakulikuler yang
wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas XIII sesuai dengan program kurikulum
yang berlaku di SMK-SMAK Bogor.
Praktik Kerja Industri dilaksanakan pada lembaga-lembaga penelitian
maupun perusahaan industri yang mempunyai laboratorium kimia analisis
maupun laboratorium mikrobiologi. Pelaksanaan Praktik Kerja Industri tidak
terbatas pada praktik di laboratorium saja tetapi juga praktik pengenalan
lingkungan kerja yang sesungguhnya, termasuk penerapan disiplin kerja
dalam membangun kerjasama antar individu. Selain itu, juga menambah
pengalaman kerja, menambah wawasan secara berdikari dibawah
bimbingan yang terarah dan terpantau. Pertumbuhan dan perkembangan
sektor-sektor industri, khususnya industri kimia mempunya peran sangat
penting dalam perkembangan nasional. Sejalan dengan meningkatnya
pembangunan di sektor industri maka tidak dapat dielakan lagi sekolah-
sekolah kejuruan, khususnya SMK-SMAK Bogor harus mampu manghadapi
tuntutan dan tantangan yang senantiasa muncul dalam kondisi seperti
sekarang ini.
Tuntutan dan tantangan dalam masyarakat industri ditahun mendatang
akan semakin maningkat dan bersifat padat pengetahuan dan keterampilan.
Hal tersebut mendorong adanya pengembangan pendidikan menengah
kejuruan khususnya rumpun kimia analisis harus difokuskan kepada kualitas

1
2

lulusannya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengembangan yang


digunakan dalam pengembangan sistem pendidikan menjadi sangat penting.
Seperti halnya sekolah menengah kejuruan lainnya, Sekolah Menengah
Kejuruan SMAK Bogor mempunyai visi dan mengemban misi. Visi dan misi
yang dimiliki oleh Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor adalah sebagai
berikut:

1. Visi
Menjadi sekolah menengah analis kimia nasional bertaraf
internasional yang menghasilkan lulusan profesional dan bermartabat.

2. Misi
a. Melaksanakan pendidikan analisis kimia kejuruan yang berkualitas
dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dunia usaha serta
dunia industri baik tingkat nasional maupun internasional.
b. Meningkatkan kemitraan nasional dan membina kemitraan
internasional.
c. Membina dan menyelenggarakan fungsi sosial dan
kemasyarakatan.

Penerapan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi jauh lebih maju


dibandingkan dengan pelajaran di sekolah. Hal tersebut menyebabkan
adanya kesenggangan antara kompetensi yang dibutuhkan oleh konsumen
dan lulusan yang dihasilkan semakin lama semakin besar. Untuk mengatasi
hal tersebut, perlu adanya kemitraan antara dunia sekolah dengan dunia
industri yaitu dunia industri turut membantu kekurangan pendidikan di
sekolah melalui Praktik Kerja Industri. Pada saat Praktik Kerja Industri siswa-
siswi dapat melihat, mempelajari dan mempraktikan cara kerja ataupun
Prosedur Kerja Baku (Standar Operasional Prosedur) peralatan yang lebih
teliti yang tidak tersedia di sekolah. Pada saat Praktik Kerja Industri siswa-
siswi pun dapat belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang
sebenarnya sehingga bila lulus nanti akan menjadi analis kimia yang
terampil, kreatif, dan bermoral.
B. Tujuan

Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan kegiatan intrakurikuler


yang wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas XIII. Hal ini sesuai dengan salah
satu program kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor untuk
menciptakan tenaga analis kimia siap pakai. Pelaksanaan Prakerin dibantu
sepenuhnya oleh perusahaan-perusahaan industri yang berhubungan
dengan bidang kimia serta dilaksanakan pada lembaga-lembaga penelitian
maupun perusahaan industri yang memiliki laboratorium kimia analisis
maupun mikrobiologi. Dalam kesempatan ini, penulis mendapatkan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan Prakerin di laboratorium PT
SysLab Integrated Laboratory Services yang terletak di Sentul City-Bogor.
Adapun tujuan umum terselenggaranya pendidikan di Sekolah Menengah
Kejuruan SMAK Bogor adalah menyiapkan tamatan untuk menjadi tenaga
kerja tingkat menengah dalam teknisi pengelola laboratorium, pengatur dan
pelaksana analisis kimia, serta melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Industri, yaitu:
1. Meningkatkan kemampuan dan mamantapkan keterampilan siswa
sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studi kimia analisis.
2. Menumbuhkan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam rangka
memasuki lapangan kerja.
3. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam
dunia kerja, antara lain: struktur organisasi, disiplin, lingkungan dan
sistem kerja.
4. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam penggunaan instrumen kimia
analisis yang lebih modern dibandingkan dengan fasilistas yang tersedia
di sekolah.
5. Memeroleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan SMAK
Bogor.
6. Memperkenalkan fungsi dan tugas seorang analis kimia (sebutan bagi
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor) kepada lembaga-
lembaga penelitian dan perusahaan industri tempat pelaksanaan Praktik
Kerja Industri (sebagai konsumen tenaga analis kimia).

3
C. Materi Praktik Kerja Industri

Salah satu misi Sekolah Menengah Kejuruan SMK-SMAK Bogor


adalah menghasilkan sumber daya manusia dalam bidang kimia analisis
tingkat menengah yang terampil dan produktif. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka diwajibkan bagi siswa-siswi kelas XIII untuk melaksanakan
kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Praktik Kerja Industri dapat
memberikan tambahan ilmu serta pengalaman kerja kepada siswa-siswi.
Praktik Kerja Industri memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk
mengenal dunia kerja yang sesungguhnya. Oleh karena itu materi yang
diberikan meliputi:
1. Struktur organisasi, fungsi organisasi, disiplin kerja, dan administrasi
(terutama administrasi kerja laboratorium) institusi tempat siswa
melaksanakan Prakerin.
2. Pengetahuan tentang komoditi yang dianalisis, baik secara teoritis
maupun secara praktis.
3. Pengetahuan tentang metode analisis kimia yang dilaksanakan secara
teoritis maupun praktis.
4. Pengetahuan tentang instrumen analisis kimia yang digunakan secara
teoritis maupun praktis.

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Prakerin

Pelaksanaan Prakerin dikhususkan bagi siswa-siswi semester VIII


tahun ajaran 2016-2017. Pelaksanaan Prakerin dimulai tanggal 8 November
2016 dan berakhir pada 28 Februari 2017. Kegiatan Prakerin ini
dilaksanakan di PT.ITEC Solution Indonesia. Adapun kegiatan yang
dilakukan selama Prakerin di PT ITEC Solution Indonesia meliputi:
1. Orientasi ruang lingkup laboratorium kimia lingkungan terpadu PT ITEC
Solution Indonesia
2. Pelaksanaan materi Prakerin.
3. Penyusunan laporan.
4. Tujuan Penulisan laporan

4
5

Siswa wajib membuat satu laporan akhir yang lengkap selama


Prakerin sebagai tugas akhir dari seluruh rangkaian kegiatan Prakerin.
Selama melakukan Prakerin siswa harus mencatat seluruh kegiatan yang
dilakukan selama praktik. Laporan kegiatan selama praktik ini, kemudian
dikumpulkan dalam bentuk laporan Prakerin yang disetujui oleh pembimbing
dan disahkan oleh kepala sekolah sebagai syarat untuk mengikuti ujian
lisan. Laporan ini akan dipresentasikan pada saat ujian lisan sebagai bahan
pertanggungjawaban siswa atas semua kegiatan yang dilaksanakan selama
Prakerin. Tujuan penulisan laporan Prakerin antara lain:
a. Siswa mampu memahami, memantapkan, dan mengembangkan
pelajaran yang diperoleh di sekolah dan menerapkannya di dunia kerja.
b. Siswa mampu mencari alternatif pemecahan masalah kejuruan sesuai
dengan program studi yang dipilihnya secara lebih luas dan mendalam,
yang terungkap dari laporan yang disusun.
c. Menambah koleksi pustaka di perpustakaan sekolah guna menunjang
peningkatan pengetahuan siswa.
d. Siswa dapat membuat laporan kerja dan mempertanggungjawabkannya
selama mengikuti Prakerin pada instansi yang bersangkuatan.
BAB II INSTITUSI TEMPAT PRAKERIN

BAB III KEGIATAN DI LABORATORIUM

Latar Belakang
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar
manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi
kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program
pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh
program unggulan. Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan
oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur
dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur
oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam
dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan
komponen yang tidak reaktif.

Dewasa ini banyak kawasan industri atau lingkungan tempat manusia


melakukan kegiatan sehari-hari tercemar udaranya baik karena hasil
pembakaran dari suatu pabrik atau dari kendaraan. Oleh karena itu
diperlukan pengukuran dan pengujian kualitas udara ambient di depan
kampus tersebut untuk mengetahui tingkat pencemaran yang telah terjadi
yang dilihat dari jumlah total pertikulat dan kadar berbagai bahan yang
dapat mempengaruhi kualitas udara tersebut.

Tujuan
Mengetahui cara sampling udara ambient (SO2, NO2,dan NH3)
Mengetahui cara menentukan kualitas udara ambient dengan menentukan
kandungan NO2, SO2, dan NH3, dalam udara dengan metode khusus.

2.1 Pencemaran udara


Pencemaran udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya,
polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang
dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).
Pencemaran udara merupakan kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat
ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau
polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan
lokal, regional, maupun global. Pencemaran dapat terjadi dimana-mana.
Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah
ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran
dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di
lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai
pencemaran di luar ruang (outdoor pollution). Umumnya, polutan yang
mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari
hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang
dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan
bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari
berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO
(karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida).

2.2. SO2 Di Udara


Modernisasi dan kemajuan teknologi telah mengakibatkan jumlah polusi
udara terus meningkat yang disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
energi bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara). Salah satu polutan
yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil adalah sulfur dioksida
(SO2). Seiring dengan meningkatnya pemakaian bahan bakar fosil,
konsentrasi sulfur dioksida juga terus meningkat.
Selain gas rumah kaca, pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan
gas SO2 yang merupakan polutan terbesar di atmosfer. SO2 paling
banyak dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil. Di atmosfer,
SO2 dapat membentuk partikel-partikel sulfat yang amat halus melalui
proses konversi gas ke partikel. Partikel-partikel sulfat yang terbentuk
dan mengapung di udara tersebut disebut dengan aerosol sulfat. Aerosol
sulfat yang dilepas ke atmosfer diakibatkan oleh emisi alami dan
antropogenik. Emisi alami berasal dari letusan gunung berapi disebut
dengan emisi vulkanik. Letusan gunung Pinatubo di Philipina pada tahun
1991, melepaskan sekitar 14-26 juta ton SO2 ke atmosfer (CSIRO, 2002).
Emisi yang berasal dari aktivitas manusia, akibat penggunaan bahan
bakar fosil pada sektor industri, kebakaran hutan disebut dengan emisi
antropogenik. Di Indonesia, total emisi SO2 pada tahun 1995 sebesar 797
ribu metrik ton (Earth Trends Country Profiles, 2003). Untuk wilayah
Asia, total emisi SOe2 adalah sebesar 55.129 juta metrik ton. Total
seluruh emisi SO2 di dunia sebesar 141.875 juta metrik ton (Earth Trends
Country Profiles, 2003).
Jumlah emisi SO2 yang terus bertambah akan menyebabkan
meningkatnya konsentrasi SO2 di atmosfer. Pada konsentrasi tertentu,
SO2 dapat menyebabkan penurunan kualitas air hujan yang diindikasikan
melalui pH air hujan. Disamping itu, peningkatan aerosol di atmosfer
akan mengakibatkan peningkatan inti kondensasi yang terdapat di
atmosfer sehingga proses kondensasi pada tetes air (droplet) di udara
meningkat, dan awan yang terbentuk menjadi lebih tebal dan gelap.
Akibatnya, radiasi matahari yang datang ke bumi akan tertahan oleh
awan dan dipantulkan kembali ke angkasa, menyebabkan berkurangnya
intensitas radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi.
Pengurangan radiasi sinar matahari yang terjadi tersebut disebut dengan
global dimming, yang mengakibatkan penurunan temperatur global di
permukaan bumi.

2.3. Nitrogen Oksida Di Udara


Nitrogen oksida merupakan suatu gas yang tidak berwarna dan tidak
berbaudan nitrogen dioksida ( NO2) yang berwaran merah cokelat
keduanya sangat penting sebagai bahan pencemar udara. Campuran dari
NO dan NO2 dikenal dengan NOx. Hampir seluruh Nox yang berasal
dari aktivitas manusia dihasilkan dari perubahan bahan bakar fosil baik
dari sumber yang tetap maupun sumber yang bergerak. Secara global
tidak kurang dari 100 juta metric ion NOx per-tahun dikeluarkan dari
aktivitas tesebut.
Secara alami NOx masuk ke atmosfer melalui halilintar, proses proses
biologisdan sumber-sumber biologis dan sumber-sumber zat pencemar.
NOx dengan konsentrasi tinggi sangat merusak kualitas udara
(Achmad,2004). Sebagian besar NOx masuk ke atmosfer sebagai NO.
Pada suhu yang sangat tinggi terjadi reaksi: N2 + O2 2NO
Reaksi ini semakin cepat dengan kenaikan suhu. Campuran yang
mengandung 3% O2 dan 75% N2 yang sering terjadi di bagian
pembakaran mesin mobil menghasilkan 500 ppm NO dalam waktu 30
menit pada suhu 1315oC dan hanya 0,117 detik pada suhu 1980oC.

2.4. NH3 Di Udara


NH3 atau amoniak terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak
tercemar. Berbagai sumber antara lain: mikroorganisme, perombakan
limbah binatang, pengolahan limbah, industri amoniak dan dari sistem
pendingin berbahan amoniak. Konsentrasi yang tinggi dari amoniak
dalam atmosfer secara umum menunjukkan adanya pelepasan secara
eksidental dari gas tersebut. Amoniak dihilangkan dari atmosfer dengan
affinitasnya terhadap air dan reaksinya sebagai basa. ini merupakan
sebuah kunci dalam pembentukan dan netralisasi dari nitrat dan aerosol
sulfat dalam atmosfer yang tercemar.
Gas NH3 merupakan senyawa pengotor beracun yang cukup berperan
dalam menghambat proses fotosintesis, penyebab berkurangnya
karbohidrat dan dapat menghambat pertumbuhan Endapannya di
atmosfer terus meningkat dan dapat menyebabkan proses nitrifikasi, yaitu
konversi katalitik dari NH3 menjadi NOx Pendeteksian dan pengukuran
Gas ammo-nia (NH3) dapat dilakukan pada ruangan tertutup maupun
terbuka. Pada penelitian ini telah dilakukan rancang bangun alat yang
merupakan prototipe alat pengukur konsentrasi gas ammonia (NH3) yang
dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi gas ammonia (NH3).
Sistem instrumentasi yang dirancang dan dibuat dapat digunakan untuk
mengukur konsentrasi gas ammonia (NH3) dengan memasang sensor di
udara. Sensor yang digunakan untuk mengukur konsentrasi gas ammonia
(NH3)

6. Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia


analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel
baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi
antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Spektrofotometer adalah
alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan
gabungan dari alat optik dan elektronika serta sifat-sifat kimia
fisiknya. Detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang
dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi.
Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk. Sinar
atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang
lebih berperan adalah elektron valensi. Spektrofotometer UV-VIS
merupakan gabungan antara prinsip spektrofotometri UV dan VIS.
Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Larutan yang
dianalisis diukur serapan sinar ultraviolet atau sinar tampaknya.
Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan jumlah
sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
Spektrofotometri UV-VIS mengacu pada hukum Lambert-Beer.
Apabila cahaya monokromatis melalui suatu media (larutan) maka
sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan
sebagian lagi akan dipancarkan. Sinar dari sumber cahaya akan dibagi
menjadi dua berkas oleh cermin yang berputar pada bagian dalam
spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati kuvet berisi blangko,
sementara berkas kedua akan melewati kuvet berisi sampel. Blangko
dan sampel akan diperiksa secara bersamaan. Adanya blangko berguna
untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber
cahaya.

Gambar 1. Spektrofotometer UV-VIS


Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik
dengan transmitan. Secara sederhana, persamaan hukum Lambert-Beer
ini dapat dituliskan sebagai:
35

A= a . b . c atau A = . b . c

Dimana:
A = absorbansi.
b = tebal larutan (tebal kuvet umumnya 1 cm).
c = konsentrasi larutan yang diukur.
= tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur
dalam molar).
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
ppm).

Gambar 2. Hukum Lambert-Beer

Berdasarkan hukum Lambert-Beer di dapatkan suatu kesimpulan


menurut Khopkar bahwa :
a. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada
medium pengabsorpsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang
sangat kecil, akan menurunkan intensitas berkas.
b. Jika suatu monokromatis mengenai suatu medium yang transparan,
laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding
dengan intensitas cahaya.
c. Intensitas cahaya monokromatis berkurang secara eksponensial bila
konsentrasi zat pengabsorpsi berubah.

Secara eksperimen hukum Lambert-Beer akan terpenuhi apabila


peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:
36

a. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa
sinar dengan dengan panjang gelombang tunggal
(monokromatis).
b. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan
tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama
dalam satu larutan.
c. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas
penampang (tebal kuvet) yang sama.
d. Larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi
hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi
yang ada di dalam larutan.
e. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi
akan menggangu kelinearan grafik absorbansi versus
konsentrasi.

Prinsip kerja spektrofotometer yakni cahaya yang berasal dari


lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan
melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter
cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah
cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada
sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh
karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang
dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh
detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan
mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel dan dikonversikan
menjadi sinyal listrik yang diperkuat serta terbaca pada pembacaan
pengamatan. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat
yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat
dalam sampel secara kuantitatif. Spektrofotometer terdiri dari enam
komponen, yaitu sumber cahaya, monokromator, kuvet, detektor,
penguat, dan pencatat.
37

Gambar 3. Prinsip Kerja Spektrofotometer UV-VIS

K
o

Komponen spektrofotometer:

a. Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki


pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber
cahaya pada spektrofotometer UV-VIS ada dua macam :

1) Lampu Tungsten (Wolfram), lampu ini digunakan untuk


mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip
dengan bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang
antara 350-2200 nm. Spektrum radiasia berupa garis lengkung.
Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.

2) Lampu Deuterium, lampu ini dipakai pada panjang gelombang


190-380 nm. Spektrum energi radiasinya lurus, dan digunakan
untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah UV.
Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

b. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk mengisolasi suatu


berkas sempit dari panjang gelombang-panjang gelombang dari
spektrum luas yang disiarkan oleh sumber. Unsur terpenting sebuah
38

monokromator adalah sistem celah dan unsur dispersif. Radiasi dari


sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian dikumpulkan oleh
sebuah lensa atau cermin sehingga sinar pararel jatuh pada unsur
dispersi, yang merupakan suatu prisma atau suatu kisi difraksi.
Dengan pemutaran secara mekanik prisma atau kisi, bermacam-
macam bagian spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersif
difokuskan ke celah keluar, yang dari sini melalui suatu jalan optik
selanjutnya, menjumpai contohnya. Bekerjanya suatu prisma untuk
mendispersikan cahaya putih menjadi spekrum terdapat dalam
pelajaran fisika dasar. Apabila seberkas cahaya melewati antar
muka dua medium yang berbeda, seperti udara dan gelas,
pembelokan berlangsung yang disebut refraksi. Besarnya
pembelokan tergantung pada indeks bias gelas, indeks bias ini
berubah-ubah dengan panjang gelombang cahaya, yang biru lebih
dibelokkan dari pada yang merah seperti terlihat dalam gambar.
Prisma dapat mendispersikan atau menyebarkan suatu berkas
cahaya putih menjadi spektrum sebagai akibat berubah-ubahnya
indeks bias dengan panjang gelombang yang di dalamnya
bermacam-macam warna yang menyusun cahaya putih itu dapat
dikenal secara terpisah. Radiasi sinar inframerah dan ultraungu
terdispersikan dengan cara yang sama, tetapi disini kata-kata
cahaya dan warna tidak dipergunakan dan bahan prismanya bukan
gelas. Kemurnian spektral dari radiasi yang keluar dari
manokromator tergantung pada daya dispersif prisma dan lebar slit
keluar. Suatu lebar celah tertentu tidak menghasilkan derajat
monokromatisitas yang sama pada seluruh spektrum dengan
monokromator prisma. Suatu masalah dalam monokromator adalah
yang disebut cahaya bocor, yang berarti radiasi dengan panjang
gelombang tak tentu, yang dipantulkan kesana kemari di dalam
manokromator dan yang dapat menemukan jalan ke celah ke luar.
Dengan alat biasa, pengamatan absorban yang palsu karena
cahaya bocor dapat diperoleh dalam daerah-daerah spektral, energi
yang sangat kecil dari panjang gelombang yang diinginkan tersedia.
Bagian-bagian monokromator, yaitu :
39

1) Prisma dan Kisi

Prisma dan kisi merupakan bagian monokromator yang


terpenting. Prisma dan kisi akan mendispersikan radiasi
elektromagnetik sebesar mungkin supaya didapatkan resolusi
yang baik dari radiasi polikromatis. Kisi difraksi memberi
keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan
disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil
dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan
dalam seluruh jangkauan spektrum.

2) Celah Optis

Celah (slit) monokromator adalah bagian yang pertama


dan terakhir disuatu sistem optik monokromator pada
spektrofotometer UV-VIS. Celah dibuat dari logam yang kedua
ujungnya diasah dengan cermat sehingga memiliki bagian yang
sama. Lebar celah masuk dan celah keluar harus sama yang
dapat diatur dengan memutar tombol mekanik atau diatur
dengan sistem elektronik. Celah ini digunakan untuk
mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari
sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat
maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga
diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

3) Filter

Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga


cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang
sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih. Filter optik
yang sederhana dan banyak dipakai terdiri dari kaca yang
berwarna. Dengan adanya filter optik sehingga bagian dari
monokromator akan dihasilkan pita cahaya sangat sempit
sehingga kepekaan analisis lebih tinggi. Selain itu dapat
dihasilkan cahaya yang monokromatis sehingga akan mengikuti
hukum Beer pada analisis kuantitatif.
40

c. Wadah Sampel

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan


karenanya kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh
cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah
meneruskan energi cahaya dalam daerah spektral yang diminati,
jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silika
tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung
reaksi silindris kadang-kadang digunakan sebagai wadah sampel.
Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara
reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi
tabung dan tanda itu selalu tetap arahnya tiap kali ditaruh dalam
instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel
harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus
larutan, dengan meniskus terletak seluruhnya diatas berkas.
Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik
dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan
bahwa posisi tabung dalam ruang sel instrumen itu reprodusibel.

d. Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan.


Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan
dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada
reader (komputer). Detektor dapat memberikan respons terhadap
radiasi pada berbagai panjang gelombang. Ada beberapa cara
untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode
umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan
serapan ultraviolet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap
sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan
sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah
detektor pada sisi yang berlawanan, akan didapatkan pembacaan
langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang
diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang
melewati melalui berkas pada waktu itu.
41

e. Amplifier

Amplifier atau penguat berfungsi untuk memperkuat sinyal


yang berasal dari detektor menjadi suatu potensial yang cukup
besar untuk menggerakan alat pencatat. Suatu alat penguat
menangkap sinyal masuk (input) dari rangkaian detektor dan melalui
proses elektronik tertentu menghasilkan suatu sinyal keluar (output)
dan secara langsung dicatat sebagai unit absorbansi atau unit
transmitan.

f. Penampilan data

Penampilan data berfungsi mengeluarkan atau merekam hasil


pengukuran. Hasil analisis yang dikeluarkan dapat melalui printer,
digital recorder, atau komputer yang dilengkapi layar monitor. Data
yang dimunculkan merupakan hasil pembacaan konsentrasi sampel
yang dianalisis.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam


menggunakan spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu
analit:
1) Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen
yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2) Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
42

Keuntungan dari spektrofotometer adalah:

1) Penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa anorganik,


organik dan biokimia yang diabsorpsi di daerah ultraviolet atau
daerah tampak.
2) Selektivitasnya sedang sampai tinggi, jika panjang gelombang
terdapat pada daerah panjang gelombang dimana analit dapat
mengabsorpsi sendiri, persiapan pemisahan menjadi tidak perlu.
3) Ketelitiannya baik, kesalahan relatif pada konsentrasi yang ditemui
dengan tipe spektrofotometer UV-Vis ada pada jarak dari 1 %
sampai 5 %. Kesalahan tersebut dapat diperkecil hingga beberapa
puluh persen dengan perlakuan yang khusus.
4) Mudah, spektrofotometer mengukur dengan mudah dan kinerjanya
cepat dengan instrumen modern, daerah pembacaannya otomatis.

C. Metode Analisis

I. Penetapan Kadar Sulfur Dioksida (SO2) dengan metoda


Pararosanilin.

1. Prinsip

Gas sulfur dioksida (SO2) diserap dalam laruran penjerap tetra


kloromerkurat membentuk senyawa kompleks diklorosulfonaomerkurat.
Dengan menambahkan larutan pararosanilin dan formaldehida, kedalam
senyawa diklorosulfonatomerkurat maka terbentuk senyawa pararosanili
metal sulfonat yang berwarna ungu. Konsentrasi larutan di ukur pada
panang gelombang 550 nm.

2. Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penetapan ini meliputi alat gelas,


non gelas dan alat intrumen. Alat-alat tersebut diantaranya:

a. Seperangkat spektrofotometer UV-VIS.


b. Pipet serologi 10 ml 1 buah.
43

c. Pipet volume 10 ml 1 buah.


d. Labu ukur 50 ml 10 buah.
e. Baki plastik 1 buah.
f. Kuvet 1 buah.
g. Pipet tetes 1 buah.
h. Corong 1 buah.
i. Kertas saring kualitatif Whatman no.42.
j. Bulb 1 buah.
k. Labu semprot plastik 1 buah.

3. Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penetapan kadar sulfur


dioksida ini adalah sebagai berikut:
a. Larutan penjerap tetrakloromerkurat (0,04 M).
1. Larutkan 1,086 g HgCl2 dengan 80 mL air suling kedalam [iala
gelas 100 mL.
2. Tambahkan berturut-turut 0,596 g kalium klorida (KCl) dan
0,0066 g EDTA [(HOCOCH2)2N(CH)2N(CH2COONa)2.2H2O], lalu
aduk sampai homogen.
3. Pindahkan ke dalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan air
suling hingga tanda tera lalu homogenkan.
b. Larutan induk natrium metabisulfit (Na2S2O5)
4. Larutkan 0,3 g Na2S2O5 dengan air suling ke dalam piala gelas
100 mL lalu pindahkan ke dalam labu ukur 500 mL, encerkan
dengan air suling hingga tanda tera lalu homogenkan. Pipet 2
mL larutan induk sulfit ke dalam labu ukur 100 mL. encerkan
dengan larutan penjerap lalu homogenkan.

44

Gambar 4. Pereaksi Vanadat-Molibdat & Larutan Stok Fosfat 50 mg/l


4. Reaksi

PO43- + (NH4)6Mo7O24 + NH4VO3 + 6H+ (PO4VO3.7MoO3)4- + 7NH4+ + 3H2O

5. Cara Kerja

a. Persiapan Contoh Uji dan Batas Waktu Analisis

Contoh uji yang diambil disimpan dalam kontainer plastik atau


gelas berdasarkan spesifikasi ASTM. Pengawetan contoh uji dalam
pendingin pada temperatur 4 C. ASTM merekomendasikan batas
waktu analisis contoh uji adalah 28 hari setelah tanggal
pengambilan contoh uji. Sebelum dianalisis contoh uji disaring
menggunakan kertas saring Whatman No. 42. Hasil saringan
dikumpulkan dalam botol polietilen.
45

b. Pembuatan Deret Standar

1) Digunakan larutan standar fosfat 50 ppm untuk membuat deret


standar dengan konsentrasi 0; 2; 4; 5; 6; 8; 10 ppm, dengan
bantuan buret mikro sebanyak masing-masing sebanyak 0; 2;
4; 5; 6; 8; 10 ml dalam labu ukur 50 ml.
2) Ditambahkan 10 ml pereaksi vanadat-molibdat.
3) Ditera dengan akuades.
4) Dibiarkan selam 10 menit.
5) Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada lamda 470
nm.

Gambar 5. Deret Standar Fosfat

c. Pengujian

1) Diambil 35 ml contoh uji yang akan dianalisis lalu dimasukkan


ke dalam labu takar 50 ml.
2) Ditambahkan 10 ml pereaksi vanadat-molibdat.
3) Ditera dengan akuades.
4) Dibiarkan selam 10 menit.
5) Absorbansi diukur pada panjang gelombang 470 nm.
6) Blangko dan standar diperlakukan sama seperti contoh uji.
46

d. Perhitungan

ppm =
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Setelah dilakukan pengujian kadar fosfat dalam air limbah pada delapan
sampel yang berbeda dengan identitas sampel A-H secara kolorimetri
menggunakan spektrofotometer UV-VIS dengan menggunakan deret standar
fosfat yang dibuat dengan konsentrasi 0-10 mg/l, maka didapatkan hasil
analisis (mg/l) yang merupakan nilai kuantitatif keberadaan cemaran fosfat
pada sampel air limbah dan dibandingkan terhadap nilai baku mutu. Hasil
keseluruhan analisis fosfat dalam air limbah menggunakan Spektrofotometer
UV-VIS dijelaskan sebagai berikut :

1. Data Linieritas dan Kurva Kalibrasi Standar

Kurva kalibrasi standar diperoleh dengan melakukan pengukuran


terhadap deret standar. Kurva kalibrasi dibuat dengan persamaan
regresi linear y = Ax + B (dengan x adalah konsentrasi fosfat dan y
adalah absorbansi). Dengan diperolehnya kurva kalibrasi, maka dapat
diperoleh pula intercept dan slope yang akan digunakan dalam
perhitungan konsentrasi sampel. Berikut adalah hasil pembacaan
standar fosfat dan kurva kalibrasi yang diperoleh :

Tabel 2. Data Hasil Linieritas Standar Fosfat

Konsentrasi
ID Sampel Abs
(mg/l)
Blank. A01 0.0000 0.0000
Std 1. A02 2.0000 0,0615
Std 2. A03 4.0000 0,1218
Std 3. A04 5.0000 0,1519
Std 4. A05 6.0000 0,1818
Std 5. A06 8.0000 0,2403
Std 6. A07 10.0000 0,3018

47
48

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Deret Standar


Fosfat Dengan Absorbansi

Kurva
Kalibrasi
0.35 y = 0,030x +
0,000
0.3 R = 0,999
0.25
0.2
Abs

0.15
0.1
0.05
0
0 2 4 6 8 10 12
Kadar

Regresi : 0,999973

Slope : 9,142857144 x 10-4

Intercept : 0,030077142

2. Pengendalian Mutu Internal Laboratorium

Pengendalian mutu laboratorium dirancang untuk mendeteksi,


mengurangi, memperbaiki, meningkatkan mutu serta memperkuat data
hasil analisis. Terdapat beberapa jenis pengendalian mutu internal
laboratorium yang dilakukan pada saat analisis kadar fosfat dalam air
limbah secara kolorimetri dengan menggunakan spektrofometer UV-VIS
ini. Berikut adalah data pengendalian mutu internal laboratorium yang
dilakukan:
49

Tabel 3. Data Pengendalian mutu internal Laboratorium

Batas Keberterimaan Hasil Kesimpulan


[C]blanko lab. [C]b < MDL (0,01) -0,030 mg/l Terpenuhi
Koef. Regresi r 0,995 0,999973 Terpenuhi
% RLCS 100 % 5 % 96,60 % Terpenuhi
% RPDLCS < 5% 3,46 % Terpenuhi
% Rsampel 100 % 15 % 95,66 % Terpenuhi
% RPDsampel < 10 % 2,39 % Terpenuhi

3. Hasil Pembacaan Kadar Fosfat dalam Sampel

Berikut adalah hasil analisis kadar fosfat dalam air limbah secara
kolorimetri yang mengacu pada standar American Public Health
Association (APHA) 4500-PC adalah sebagai berikut :

Tabel 4.Hasil Analisis Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.


82 Tahun 2001

ID Konsentrasi Limit Regulasi (mg/l) MDL


No Abs
Sampel (mg/l) I II III IV (mg/l)
1. Blanko 0,0000 -0,036 0,2 0,2 1 5 0,01
2. LCS 0,1462 4,8300 0,2 0,2 1 5 0,01
3. A 0,0176 0,5548 0,2 0,2 1 5 0,01
4. B 0,0017 0,0261 0,2 0,2 1 5 0,01
5. C 0,0157 0,4916 0,2 0,2 1 5 0,01
6. D 0,0132 0,4085 0,2 0,2 1 5 0,01
7. E 0,0365 1,1831 0,2 0,2 1 5 0,01
8. F 0,0516 1,6852 0,2 0,2 1 5 0,01
9. G 0,0211 0,6711 0,2 0,2 1 5 0,01
10. H 0,0526 1,7184 0,2 0,2 1 5 0,01
11. REC A 0,0690 2,2637 0,2 0,2 1 5 0,01
12. D* 0,0135 0,4184 0,2 0,2 1 5 0,01
B. Pembahasan

Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan suatu industri akan


disalurkan ke badan penerima seperti sungai, danau dan laut. Air yang
berada di sungai, danau, atau laut yang pada umumnya digunakan oleh
manusia baik untuk memenuhi kebutuhan air maupun digunakan dalam
kegiatan sehari-hari seperti air yang digunakan untuk dikonsumsi,
pembudidayaan ikan, mengairi tanaman, serta peternakan. Kandungan
fosfat yang berlebihan dalam air akan mengganggu lingkungan seperti
terjadinya eutrofikasi, maka kandungan fosfat dalam air limbah tersebut
harus sesuai dengan baku mutu yang ada agar tidak menimbulkan efek
yang negatif bagi lingkungan maupun bagi makhluk hidup. Dalam analisis
kadar fosfat dalam air limbah industri ini dilakukan secara kolorimetri dengan
menggunakan metode standar American Public Health Association (APHA)
4500-PC pada spektrofotometer yang diukur pada lamda 470 nm.
Spektrofotometer bekerja berdasarkan pada warna yang terbentuk serta
kekeruhan larutan. Semakin pekat warna yang terbentuk, maka semakin
tinggi konsentrasi yang dihasilkan.
Kurva kalibrasi standar diperoleh dengan melakukan pengukuran deret
standar sehingga dapat diketahui slope dan intercept yang akan digunakan
untuk menghitung konsentrasi fosfat dalam sampel. Digunakan larutan
standar induk fosfat 50 mg/l untuk membuat deret standar fosfat dengan
konsentrasi 0 mg/l, 2 mg/l, 4 mg/, 5 mg/l, 6 mg/l, 8 mg/l dan 10 mg/l. Nilai
regresi yang diperoleh sebesar 0,999973. Nilai regresi tersebut memenuhi
standar kalibrasi kurva dengan nilai regresi minimal 0,995. Pada analisis
kadar fosfat ini dilakukan duplikasi contoh uji. Duplikasi contoh uji ini
dilakukan dengan frekuensi 10 % dari populasi contoh uji.
Hasil analisis kadar fosfat dalam sampel air sungai telah memenuhi
batas keberterimaan pengendalian mutu internal laboratorium dengan
beberapa jenis pengujian, diantaranya konsentrasi blangko sebesar -0,030
mg/l, hasil tersebut memenuhi batas keberterimaan dimana konsentrasi
blangko < MDL yang memiliki nilai 0,01 mg/l. Pengujian selanjutnya adalah
pengujian standar kendali laboratorium atau Laboratory Control Standard
(LCS) sebagai larutan kontrol laboratorium yang digunakan untuk

50
51

mengetahui tingkat kedapatulangan suatu rangkaian hasil pengujian


terhadap larutan standar yang dikalibrasi dinyatakan sebagai % RPDLCS
dengan hasil 3.46 %, hasil tersebut memenuhi batas keberterimaan %
RPDLCS yaitu sebesar < 5 % sedangkan untuk % R LCS diperoleh hasil
sebesar 96,60 % dan hasil tersebut memenuhi batas keberterimaan yaitu
sebesar 100 % 5 %.
Pengujian selanjutnya adalah presisi merupakan tingkat
kedapatulangan suatu rangkaian hasil pengujian diantara hasil-hasil itu
sendiri, dengan tujuan mengetahui kesalahan akibat operator yang
dinyatakan sebagai % RPDsampel dengan nilai 2,39 %, tersebut memenuhi
batas keterimaan % RPDsampel yaitu sebesar < 10 %. Pengujian selanjutnya
adalah akurasi yaitu kedekatan suatu hasil pengujian ke nilai sebenarnya. Uji
akurasi dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan matriks didalam
contoh uji terhadap preaksi yang digunakan. Akurasi yang dinyatakan
sebagai % Rsampel dengan nilai 95,66 %, hasil tersebut memenuhi batas
keterimaan % Rsampel yaitu sebesar 100 % 15 %.
Kekeruhan dari larutan dapat mempengaruhi konsentrasi yang
dihasilkan. Dalam analisis fosfat ini diharapkan larutan tidak berwarna
karena akan mempengaruhi konsentrasi yang dihasilkan. Setiap contoh yang
dianalisis khususnya untuk analisis fosfat, contoh diwajibkan untuk disaring
terlebih dahulu dan harus dipastikan contoh yang diuji tidak berwarna atau
tidak keruh karena dapat mempengaruhi pembacaan serapan pada
spektrofotometer. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh sampel
(delapan sampel) yang merupakan limbah cair hasil kegiatan industri
mengandung fosfat. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat
bahwa setiap contoh terdeteksi adanya cemaran fosfat dengan kadar yang
berbeda-beda. Nilai kandungan cemaran fosfat yang paling tinggi terdapat
pada sampel H, yakni sebesar 1,7184 mg/l sedangkan nilai kandungan
cemaran fosfat yang paling rendah terdapat pada sampel B, yakni sebesar
0,0261 mg/l.
Sampel-sampel limbah cair industri yang dianalisis memiliki kadar yang
berbeda-beda karena kedelapan sampel limbah cair tersebut berasal dari
jenis industri yang berbeda sehingga penggunaan bahan-bahan yang
menggandung fosfat dalam kegiatan industri tersebut berbeda dan limbah
cair yang dihasilkan memiliki kandungan yang berbeda pula. Menurut
52

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pasal 8 ayat 1,
menetapkan kualitas air menjadi empat dengan regulasi limit yang berbeda-
beda. Kelas pertama dengan regulasi limit sebesar 0,2 mg/l yaitu air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut. Kelas kedua dengan limit regulasi 0,2 mg/l yaitu air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk sarana rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut. Kelas ketiga dengan limit regulasi sebesar 1 mg/l yaitu
air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kelas keempat dengan limit regulasi sebesar 5 mg/l yaitu air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Berdasarkan besarnya fosfat yang terkadung di dalam sampel maka
sepuluh sampel yang telah dianalisis dapat digolongkan dalam beberapa
kelas. Untuk sampel yang berkode A, B, C, D dan G memenuhi standar air
kelas tiga, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, perternakan, air untuk mengairi tanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut. Untuk sampel yang berkode E,F dan H memenuhi
standar air kelas empat, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Seluruh sampel yang telah
dianalisis memenuhi ambang batas baku mutu nasional menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dilihat dari kandungan fosfat
dalam air yaitu lima sampel memenuhi standar air kelas tiga dan ketiga
sampel yang lain memenuhi standar air kelas empat.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penetapan kadar fosfat pada contoh uji air
limbah industri dapat disimpulkan bahwa seluruh sampel dengan kode
sampel A hingga H yang telah dianalisis mengandung fosfat. Kadar fosfat
dalam kedelapan sampel tersebut memenuhi standar baku mutu menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sehingga air
limbah tersebut layak disalurkan ke badan penerima air seperti sungai dan
danau berdasarkan kadar fosfat yang ada.

B. Saran

1. Tetap menjaga dan menjalin hubangan yang baik antara pihak sekolah
dengan pihak institusi.
2. Tetap menjaga dan meningkatkan hubungan kerjasama tim sehingga
tercipta lingkungan kerja yang menyenangkan.

53
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun


2001. http://www.hpli.org/reg/PP/PP%208%202001%20KualitasAir.pdf.
19 Januari 2014. 11.10.

Anonimus. Tanpa Tahun. Kajian Tentang Air.


http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-330-401738002-
bab%20ii.pdf. 12 Januari 2014. 12.10

Anonimus. Tanpa Tahun. Sifat Kimia dan Fisika Air.


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196802161994
022-
SOJA_SITI_FATIMAH/Kuliah_Kimia_terapan_pada_jurusan_agro_indus
tri/kIMIA_AIR1/SIFAT_FISIKA,_KIMIA_AIR,_SIKLUS_HIDROLOGI,_DA
N_SUMBER_AIR_DI.pdf. 12 Januari 2014. 15.10.

Budi, Sudi Setyo. 2006. Penurunan Fosfat dengan Penambahan Kapur (LIME),
Tawas dan Filtrasi Zeolit Pada Limbah Cair.
http://eprints.undip.ac.id/18012/1/Sudi_Setyo_Budi.pdf. 12 Januari 2014.
14.10.

Harjadi, W. 1986 .Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

KHOPKAR, SM. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh


A.Saptorahardjo. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Max Rompas, Rizald. 1998. Kimia Lingkungan. Bandung: Tarsito.

Svehla, G. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif. Diterjemahkan oleh L. Setiono dan


A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Kalman Media Pusaka.

54
55

Clesceri, L.S., A.E. Greenber G dan R.R. Trusel. 1989. Standard Methods for
The Examination of Water and Wastewater. Edisi ke-17. Washington:
American Public Health Association.

Keith, H., Lawrence. 1996. Second Edition Compilation of EPAs Sampling and
Analysis Methods. Washington, DC USA: Lewis Publisher.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT SysLab Integrated Laboratory Services

56
57

Lampiran 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

.
58

Recovery terukur

Lampiran 3. Perhitungan Batas Keberterimaan

1. Perhitungan % RSampel

Diketahui :
Sampel yang digunakan berkode B : 0,5548 mg/L
C Target : (4 x 0,5548 mg/L) = 2,2192 mg/L
V Sampel : 39 mL
V Spike : 1 mL
C : 2,2637 mg/L

Ditanya: % Recovery?
Jawaban :

CTarget =

2,2192 =

CSpike = 89,3228 mg/L


C spike yang dibuat x V spike = C yang di labu x V labu

= C spike di labu

= 1,7865 mg/l

% R sampel = x 100 %

= x 100 %s

= 95,66 %
59

2. Perhitungan % RLCS

C LCS yang didapat = 4,8300 mg/l


C LCS yang seharusnya = 5,0000 mg/l

% RLCS = %

= 96,6 %

3. Perhitungan % RPDLCS

C LCS yang didapat = 4,8300 mg/l


C LCS yang seharusnya = 5,0000 mg/l

% RPDLCS = | | x 100 %
( )

=| | X 100 %
( )

= 3,46 %
60

4. Perhitungan % RPDsampel

C sampel uji awal = 0,4085 mg/l


C sampel uji duplikat = 0,4184 mg/l


% RPDSampel =

= x 100 %

= 2,39 %

Anda mungkin juga menyukai