Anda di halaman 1dari 84

LEMBAR PENERIMAAAN

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Industri ini telah


Diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Praktek

( Rizki Adriana)

Disahkan Oleh :
Head Manager R&D
PT.Sari Enesis Indah

Cikarang, Desember 2019

(Heri Sutanto)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada saya sehingga
terwujudnya Laporan Hasil Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang mana
telah diselesaikan selama kurang lebih 6 (enam) bulan terhitung semenjak
bulan Juli 2019 hingga bulan Desember 2019.
Laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang telah selesai ini
berjudul “Analisa Mutu Minuman Serbuk Effervescent” yang dilaksanakan
di PT.Sari Enesis Indah, Laboratorium Reserch & Development (R&D).
Prakerin dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat guna
penyelesaian semester akhir pada Sekolah Menengah Analis Kimia
Padang.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan dorongan, baik secara moril
maupun materil dalam pelaksanan Praktek Kerja Industri dan terwujudnya
Laporan hasil Praktek Kerja Industri ini. Penulis juga mengharapkan
terjalinya kerjasama yang lebih baik lagi kedepannya antara Sekolah
Menengah Kejuruan SMAK Padang dengan perusahaan sehingga dapat
menerima lagi kedepannya siswa siswi SMK SMAK Padang agar menjadi
siswa magang di perusahaan tersebut.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan semua kritik dan saran kepada
pembaca yang akan membangun untuk kesempurnaan laporan prakerin
ini.Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Cikarang, November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENERIMAAAN......................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A.Latar Belakang..................................................................................................................................1
B.Tujuan.................................................................................................................................................2
C.Manfaat..............................................................................................................................................3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN............................................................................................................4
A.Sejarah Perusahaan.........................................................................................................................4
B.Struktur Organisasi.........................................................................................................................12
C.Gambaran Proses Industri dan Komoditi.....................................................................................20
D.Ruang Lingkup Laboratorium........................................................................................................24
BAB III PELAKSANAAN PRAKERIN.................................................................................................27
A.Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................................................27
B.Pengujian yang dilakukan..............................................................................................................27
C.Tinjauan Pustaka Parameter Pengujian......................................................................................28
D.Metodologi Pengujian.....................................................................................................................50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................59
A.Hasil Pengujian................................................................................................................................59
B.Pembahasan....................................................................................................................................66
BAB V PENUTUP..................................................................................................................................68
A.Kesimpulan......................................................................................................................................68
B.Saran................................................................................................................................................69
DAFTAR KEPUSTAKAAN...................................................................................................................70
LAMPIRAN..............................................................................................................................................71

iv
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Padang (SMK SMAK Padang)


adalah sekolah vokasi di bawah Pusdiklat Industri Kementrian
Perindustrian Republik Indonesia dengan lama pendidikan 4 tahun dan
menghasilkan SDM Industri. Untuk menghasilkan SDM Industri yang
kompeten sesuai kebutuhan Industri, maka diperlukan program Praktek
Kerja Industri (Prakerin). Prakerin merupakan salah satu kompetensi
kejuruan dengan beban 40 jam pelajaran selama seminggu.
Prakerin dilaksanakan untuk mengaplikasikan kompetensi yang
telah diperoleh siswa pada pembelajaran di sekolah meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan oleh sebuah industri. Dengan adanya Prakerin
diharapkan siswa juga memperoleh tambahan pengetahuan tentang
industri dan pengalaman kerja di industri serta kompetensi lain yang
belum diperoleh selama pembelajaran di sekolah.
Salah satu tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Padang
yaitu mendidik siswa agar mempunyai kemampuan dan keterampilan
sebagai tenaga siap kerja setingkat menengah dalam bidang analis kimia.
Sejalan dengan itu, SMAK Padang mempunyai visi dan misi, dimana
visinya menjadi institusi yang menghasilkan analis kimia yang kompeten.
Sedangkan misinya yaitu, menyiapkan siswa dan siswi menjadi tenaga
analis kimia yang terampil dan mandiri.
Salah satu upaya mencapai visi dan misi SMK- SMAK Padang
secara khusus dan dalam tujuan tertentu menyelenggarakan suatu
program didik yang bersifat membangun, membina, dan mengembangkan
kemitraan antara sekolah SMK- SMAK Padang dengan dunia industri dan
industri lain yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai seorang analis
kimia.
Adapun Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini merupakan suatu
bagian integral dari keseluruhan program pendidikan calon analis kimia
yang wajib untuk dilaksanakan oleh siswa kelas XIII pada semester akhir
di SMK- SMAK Padang dilaksanakan selama 6 bulan pada suatu lembaga
penelitian atau perusahaan industri.
Salah satu kemitraan yang perlu dibina antara sekolah dengan
industri terkait yaitu melalui Praktek Kerja Industri (Prakerin). Melalui
Prakerin selain siswa dapat meningkatkan pengetahuan, kemapuan dan
keterampilan dalam hal metode analisa dan penggunaan instrument
modern untuk analis kimia, juga dapat menumbuhkan dan meningkatkan
wawasan siswa dalam hal – hal yang termasuk ruang lingkup dunia kerja,
antara lain organisasi, disiplin kerja, hingga dengan Prakerin seorang
siswa menjadi lebih siap untuk memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

1
Dasar pemikiran pelaksanaan Prakerin :
1) Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional
2) Undang – Undang No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
(pasal 16) bahwa pembangunan industri dilakukan untuk
menghasilkan SDM kompeten yang meliputi wirausaha industi,
tenaga kerja industri, Pembina industri dan konsultan industri
3) Peraturan Pemerintahan No.41 Tahun 2015 tentang
pembangunan Industri (pasal 4) dilakukan melalui pendidkan
vokasi industri berbasis kompetensi dana tau spesialisasi,
pemagangan Industri, sertifikasi kompetensi oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP)
4) Kurikulum KTSP SMK SMAK Padang

B. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini :

1. Dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan


kemampuan profesi siswa SMK SMAK PADANG melalui
penerapan ilmu, latihan kerja, dan pengamatan teknik-teknik
yang diterapkan di lapangan kerja dalam bidang keahliannya
2. Dapat menghasilkan analis yang terampil, professional, dan
kompeten dengan pembangunan dan mampu menghayati
serta memecahkan permasalahan yang kompleks dalam
dunia kerja secara sistematis dan interdispliner
3. Dapat mempererat jalinan kerjasama antara Sekolah
Menengah Analis Kimia Padang dengan masyarakat dan
industri sehingga mampu menghasilkan analis-analis yang
kompeten dan memiliki daya saing yang tinggi di lapangan
kerja
4. Memperoleh masukan dari umpan balik guna memperbaiki
dan mengembangkan kesesuaian pendidikan kejuruan.

2
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh selama pelaksanaan praktek kerja
lapangan(Prakerin), yaitu :
1. Meningkatkan kualitas SDM yang kompeten dan memiliki
daya saing di dunia kerja
2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan perserta didik
yang kompeten dan berpengalaman di lingkungan kerja
3. Meningkatkan kepercayaan industri terhadap kompetensi
calon lulusan sehingga mempercepat proses rekruitmen
4. Menjadikan sarana pengembangan dan transfer teknologi
secara mutakhir beserta penerapan standar kompetensi
khusus dari industri.

3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan
PT.Sari Enesis Indah merupakan salah satu perusahaan yang berada
di bawah naungan Grup Enesis. Grup ini pertama kali dibentuk di
Jakarta,Indonesia Pada tahun 1998 yaitu suatu perusahaan yang
berpusat di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.
VISI & MISI PT.Sari Enesis Indah
VISI :
Menjadi perusahaan yang berkembang pesat untuk mencapai
posisi leader dalam produk consumer good melalui inovasi,
perkembangan yang berkelanjutan dan memiliki pandangan yang jauh ke
masa depan.
MISI :
Berkomitmen dalam mengembangkan, memproduksi dan
memasarkan produk consumer goods yang unik dan berkembang dengan
pesat serta menjadi merk dengan status pemimpin (leader) dalam wilayah
regional.

Enesis Group terdiri dari tiga perusahaan yaitu :


1. PT. Herlina Indah yang merupakan perusahaan pertama dari Enesis
Group bergerak pada produk perawatan pribadi yang berlokasi di
kawasan industri Pulogadung, Jakarta Timur.Produk yang dihasilkan
adalah Soffel, Kispray, Force Magic dan Antis.
2. PT. Sari Enesis Indah bergerak dalam bidang farmasi dengan produk
minuman suplemen kesehatan berlokasi di Jl. Kruing 1, Blok L5 No. 5
Kawasan Industri Delta Silikon Lipo Cikarang Bekasi dengan luas area
produksi ± 30.000 m2 dan merupakan pabrik dengan produk berbentuk
serbuk yang terbesar di Indonesia seperti : Adem Sari, Tesona,
Scrubber, Vegeta Herbal, Esquis Fizz, Sensa Colls dan beberapa
produk dalam sediaan Liquid. PT. Sari Enesis Indah merupakan suatu
perusahaan dengan izin farmasi yang telah disertifikasi CPOB (Cara
Pembuatan Obat yang Baik) oleh BPOM ( Badan Pengawasan Obat
dan Makanan) Indonesia.

4
Semua proses pembuatan produk dilengkapi dengan mesin-mesin
canggih dan sistem otomatis komputer dan selalu menjaga standar
untuk masing-masing produk yang dihasilkan. Keuntungan industri
farmasi yang telah melaksanakan CPOB antara lain menjamin obat
yang dihasilkan bermutu tinggi, menjamin masyarakat terhadap mutu
dan keamanan obat yang beredar, dan terus berusaha meningkatkan
dan memperbaiki teknologi produksi.

3. PT. Marketama Indah yang merupakan perusahaan ketiga dari Group


Enesis yang berperan dalam memasarkan produk-produk yang
dihasilkan oleh PT. Sari Enesis Indah dan PT. Herlina Indah. PT.
Marketama Indah berlokasi di kawasan industri Pulogadung , Jakarta
Timur.

Enesis Group telah berkecimpung dalam bisnis rumah tangga,


perawatan diri dan makanan fungsional. Perusahaan yang didirikan
dengan modal dan sumber daya yang berbatas, sekarang sudah menjadi
organisasi yang sukses, agresif, dan berpotensi untuk terus berkembang.
Dengan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan struktur
keuangan yang mantap semakin membuat group ini yakin ada
kemajuannya diantara kesempatan-kesempatan yang ada. Enesis Group
melihat kesempatan-kesempatan dan masa depan tidak hanya dalam
batasan nasional tetapi melebar ke Asia-Pasifik, Asia Barat, New Zealand
dan USA.
Perusahaan ini bergerak di industri farmasi dengan memproduksi
produk perawatan rumah tangga, perawatan pribadi, dan makanan
fungsional atau suplemen makanan. Dalam pengembangan bisnisnya
sehingga dapat mencapai kesuksesan, perusahaan mengutamakan
perhatian pada pengertian akan kekuatan internal perusahaan dan
kemampuan mengidentifikasikan kesempatan-kesempatan eksternal yang
berasal dari pasar.

5
Enesis Group Ini memulai usahanya dengan mendirikan
perusahaan yang memproduksi lotion anti nyamuk yaitu Sari Puspa atau
Soffel. Produk ini telah terbukti menjadi produk yang sukses dan berhasil
memenangkan persaingan dalam pasar lotion anti nyamuk dengan
perusahaan multi nasional lainnya seperti Bayer, Johson & Son, Unilever
dan perusahaan lokal raksasa lainnya.
Menguasai 95% dari saham pasar, Soffel berhasil
mengembangkan produksi yang kritis dan menjadi produsen anti nyamuk
terbesar di luar Amerika Serikat.
Berkat kesuksesan inilah, pada tahun 1996, perusahaan ini
mengembangkan bisnisnya dengan menambah sektor minuman
kesehatan dengan menciptakan produk baru yaitu Adem Sari. Adem Sari
merupakan minuman herbal yang berbentuk serbuk yang berkhasiat
membantu meredakan gejala panas dalam seperti tenggorokan kering,
sariawan, dan bibir pecah-pecah.
Selain Adem Sari, perusahaan ini juga mempunyai produk lain
yang berhasil di pasaran yaitu vegeta. Produk ini dikeluarkan pada tahun
2000 yang diproduksi untuk memenuhi permintaan masyarakat yang
sudah menyadari pentingnya serat untuk tubuh. Vegeta merupakan
produk inovatif sebagai minuman berserat dalam bentuk serbuk yang
berfungsi sebagai suplemen serat untuk kebutuhan sehari-hari dan
merupakan produk kedua dari PT. Sari Enesis Indah. Peluncuran vegeta
mendapat sambutan yang baik dari konsumen sebagai minuman diet
untuk menambah kebutuhan serat dalam tubuh manusia damn menjadi
market liader brand hingga sekarang.
Keberhasilan Enesis Group yang terus menerus ini tidak membuat
perusahaan puas dan berhenti di produk ini saja, tetapi tetap melakukan
Riset and Development untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang
terus bertambah dan beragam. Usaha keras perusahaan ini juga
menghasilkan produk-produk yang berhasil di pasaran yaitu Esquis Fizz
dan Sensa Cools (untuk ekspor) serta produk dalam sediaan liquid seperti
Coolant dan Adem Sari Ching Ku.

6
Saat ini, Enesis Group telah mengembangkan jaringan produknya
kedalam berbagai kategori dan telah menjadi salah satu group FMCG
(Fast Moving Consumer Goods) yang menonjol di kawasan asia yang
berpusat di Singapore.
Enesis Group berpegang teguh pada komitmen untuk
menghasilkan produk-produk inovatif. Serangkaian produk dari enesis
seperti soffel, Adem Sari, Sensa Cools, Vegeta, Kispray, Antis dan Force
Magic merupakan market leader di masing-masing kategori dan telah
menjadi merk rumah tangga yang unggul.
Produk-produk enesis telah dikenal sebagai merk yang terpercaya
dengan tekad untuk memberikan yang terbaik demi kepuasan pelanggan.
Selama bertahun-tahun, produk Enesis telah memenangkan berbagai
penghargaan seperti Top Brand dan ICSA (Indonesia Customer
Satisfaction Award).
Untuk memenuhi kualitas standar internasional, Enesis Group
memiliki 2 pabrik dengan standar GMP (Good Manufacturing Practice)
dan ISO 9001:2015, dengan dukungan lebih dari 3000 pegawai yang
ditempatkan di kawasan industri terdepan di indonesia, yaitu kawasan
Industri Cikarang. Dengan luas pabrik 30.000m2, pabrik di Cikarang ini
merupakan pabrik manufaktur terbesar untuk produksi berbentuk bubuk di
Indonesia. Pabrik ini memulai operasinya pada tahun 2002 dan
dikhususkan bagi produk minuman.

PT. Sari Enesis Indah memproduksi minuman kesehatan yaitu :


a. Adem Sari
Adem sari merupakan minuman herbal berbentuk bubuk yang
menyegarkan dan tersedia dalam kemasan sachet, pertama kali
dibuat pada tahun 1996. Produk ini mengandung vitamin C dan
juga tumbuhan obat-obat tradisional yang diketahui mempunyai
khasiat untuk membantu meredakan gejala panas dalam seperti
tenggorokan kering, sariawan, bibir pecah-pecah dan
memperlancar buang air besar.

7
b. Vegeta
Vegeta adalah minuman berserat yang tersedia dalam kemasan
sachet. Minuman ini mensuplai kebutuhan akan serat yang
dibutuhkan tubuh setiap harinya. Serat dibutuhkan agar kebutuhan
akan serat berjalan dengan lancar, tetapi saat ini makanan yang
banyak mengandung serat bukan merupakan makanan natural
yang mengandung serat bukan merupakan makanan natural yang
mengandung serat lagi, melainkan makanan olahan yang mana
olahan tersebut menyebabakan hilangnya kandungan serat yang
dimilikinya, maka dari itu makanan yang dikonsumsi tidak dapat
memenuhi serat yang dibutuhkan per hari yaitu 30 gram setiap hari.

Vegeta juga mempunyai manfaat seperti melancarkan buang air


besar, menjaga kesehatan pencernaan, mengurangi produksi
kolesterol dan dapat membantu diet dan mengurangi masalah
wasir dan gangguan pencernaan.

c. Esquis Fizz
Esquis Fizz merupakan sari larutan penyejuk yang mulai diproduksi
tahun 2010. Produk ini hampir sama dengan Adem Sari.Khasiat
dan kegunaan dari Esquis Fizz adalah sari larutan penyejuk untuk
meredakan panas dalam dan gejala-gejala : sariawan,
tenggorokan, bibir pecah-pecah dan susah buang air besar.

d. Sensa Cools
Sensa Cools adalah produk sari penyejuk yang berbentuk serbuk
yang tersedia dalam kemasan sachet. Produk ini banyak
mengandung vitamin C. Sensa Cools dibuat dalam dua versi yaitu
Sensa Cools Fizz Vietnam dan Sensa Cools Hongkong.

8
 Sensa Cools Vietnam
Produk ini mirip dengan Adem Sari tetapi dikhususkan untuk di
eksport ke vietnam. Produk yang mengandung soda ini bisa
digunakan untuk mengobati gejala panas dalam dan
meringankan gejala sakit tenggorokan.
 Sensa Cools Hongkong
Sensa Cools jenis ini dikhususkan untuk eksport ke hongkong.
Produk ini tidak mengandung soda.

e. Coolant
Coolant merupakan minuman RTD yang dibuat dengan ekstrak
Chrysanthemum dan bengkoang dipadukan dengan air
pegunungan yang memberikan rasa segar, adem dan cepet
menghilangkan haus. Pertama kali dibuat tahun 2010.

Perusahaan telah memahami bahwa pemasaran merupakan


komunikasi dua arah, oleh karena itu perusahaan memiliki departemen
penelitian pasar yang secara berkala mengadakan penelitian independen
untuk menyakinkan terjadinya komunikasi antara perusahaan dengan
konsumen.
Penelitian umum ini meliputi segmentasi pasar, desain produk,
penempatan produk, merk, kemasan, tema iklan dan pelaksanaannya,
distribusi, harga, hingga promosi penjualan. Perusahaan ini memiliki
departemen Marketing In-House, sering menggunakan jasa konsultan
lepas untuk membandingkan data dalam upaya untuk terus mengikuti
permintaan konsumen dan pasar. Strategi marketing diputuskan
berdasarkan riset secara kuantitatif dan kualitatif.
Ada 4 pedoman kritikal yang diperhatikan secara seksama sebelum
suatu konsep produk baru ditransformasikan menjadi produk yang siap di
pasaran yaitu Product, Price, Place, dan Promotion. Indikator pasar
seperti bagian (Share) dan pertumbuhan (Growth) dimonitor secara

9
periodik, bukan hanya untuk mengukur performance dan potensi produk,
tetapi juga mengidentifikasi opportunity atau kesempatan baru dan pasar
potensial
Melihat keluasan pasar dan keterbatasan yang ditimbulkan karena
masalah dengan para penyalurnya maka dengan cara membina kemitraan
jangka panjang. Tujuan distribusi strategi adalah secara kontinyu menguji
dan berkembang bersama bertambahnya permintaan bagi setiap pasar
melalui perluasan perwakilan yang sudah ada atau membuat perwakilan
baru. Hubungan baik dibangun berdasarkan kepercayaan, dukungan dan
mekanisme kontrol inventory efektif yang merupakan faktor kesuksesan
dalam penyampain produk dari gudang regional ke rak-rak grosiran,
hipermarket, pasar swalayan, toko pangan dan pedagang jalanan.
Stategi yang digunakan oleh perusahaan ini adalah dengan
menawarkan produk yang tepat. Perusahaan ini juga mengembangkan
budaya bisnis untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal. Dua faktor
yang menjadi kunci kesuksesan mereka adalah kekuatan internal dari
perusahaan dan kemampuan yang jeli untuk mengidentifikasi opportunity
eksternal dari pasar.
Enesis Group memasang iklan secara kontinyu di stasiun televisi
nasional pada program-program yang populer di negeri ini. Media lain
yang digunakan yaitu radio dan media cetak, hal ini dilakukan untuk
menjangkau lapisan pasar tertentu. Untuk menambah daya jual terhadap
produk yang dihasilkan. Enesis Group juga menggunakan figur publik
yang sudah terkenal. Selain periklanan, hal ini yang digunakan untuk
menarik perhatian konsumen yaitu dengan membuat kemasan produk
yang dirancang dengan baik dapat memberi kesan yang baik juga
terhadap produk tersebut.

Awal tahun 2019 ini, Enesis Group meluncurkan tiga produk baru
inovasi yang menjawab kebutuhan para konsumen. Dari kategori
minuman serbuk teh, Enesis Group mengenalkan Tesona, teh premium
dengan ekstrak teh asli dari pengunungan tinggi Gunung Wuyi di
China. Sedangkan untuk minuman serbuk jeruk, terdapat Scrubber.,
Scrubber merupakan sari jeruk yang bisa membantu proses pencernaan,

10
ini sangat membantu untuk mereka yang tidak bisa makan sayur, dan
buah tetapi tetap ingin hidup sehat. Tak hanya itu, Enesis Group juga
menghadirkan minyak angin aromaterapy dengan memiliki konsep 4 in 1
yakni, pijat, kerok, roll on dan inhaler. Plossa Press and Sooth Aromatic
yang sekilas mirip pulpen sangat aman, praktis dibawa kemana dan
sangat modern dari segi bentuk. 

B. Struktur Organisasi

a. Komisaris
Pemimpin tertinggi di perusahaan PT.Sari Enesis Indah.
Komisaris menjadi pemegang keputusan tertinggi yang akan
menentukan arah jalannya perusahaan.

b. Direktur
Pemimpin kegiatan operasional perusahaan yang tertinggi dan
pengendali strategi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Direktur juga dapat dikatakan merupakan posisi penghubung antara
perusahaan dengan Komisaris di mana jalannya perusahaan akan
dilaporkan kepada Komisaris dan keputusan Komisaris terhadap
perusahaan akan diberikan kepada Diektur untuk dijalankan.

c. General Manager
Tingkatan terpenting dibawah Direktur. General Manager
membawahi 10 Manager yang mengepalai 10 Departemen di dalam
perusahaan. General Manager mengawasi kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh kesepuluh departemen tersebut, menjaga
kesinambungan kerja departemen-departemen ini dan memutuskan
kegiatan strategic bagi 10 departemen tersebut.

11
General Manager membawahi 10 Departemen, antara lain :
1. Departemen Export

Dikepalai oleh seorang Manager. Manager Export dibantu oleh


para staff, bertugas dalam hal-hal yang menyangkut kegiatan
ekspor produk-produk perusahaan, mulai dari transaksi dan
negosiasi eksport, persiapan , dan pelaksanaan eksport.

2. Departemen Finance dan Accounting (FAM)


FAM membawahi 3 (tiga) bagian fungsional yang memiliki tugas
dan fungsi masing-masingnya :
I. Bagian Accounting adalah bagian yang bertanggung jawab
dalam mendokumentasikan transaksi-transaksi yang dilakukan
perusahaan, membukukan dan membuat laporan akutansi
perusahaan.
II. Bagian Cashier adalah bagian yang mengurus hal-hal
mengenai pemasukkan dan pengeluaran kas perusahaan,
seperti pembayaran hutang dan piutang perusahaan.
III. Bagian Finance adalah bagian yang bertanggung jawab dalam
mengawasi dan mengatur keuangan perusahaan termasuk di
dalamnya asset perusahaan.

3. Departemen Human Resource Administration (HRA)


Departemen ini dikepalai oleh seorang Manager yang dibantu oleh
Asisten Manager dan Supervisor dibawah Asisten Manager
tersebut. Supervisor memiliki beberapa staff HRA untuk
menjalankan tugas-tugas departemen ini. Departemen ini bertugas
mengatur hal-hal yang menyangkut sumber daya manusia
perusahaan, seperti proses perekrutan karyawan baru, program
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan sumber daya
manusia perusahaan, system penggajian, pengupahan, dan
tunjangan, system administrasi perusahaan termasuk para
karyawan perusahaan serta masalah-masalah lain yang
menyangkut para karyawan dan serikat buruh.

12
4. Departemen Logistik
Manager Logistik mengepalai departemen ini dengan Supervisor yang
bertanggung Jawab terhadap manager serta beberapa orang staff
dibawah supervisor. Departemen ini mempunyai tugas yang
berhubungan dengan pengaturan system logistic perusahaan, yaitu
pengaturan terhadap bahan-bahan yang diperlukan untuk produksi.

5. Departemen Marketing Research


Departemen ini dikepalai oleh seorang manager. Tingkatan dibawah
manager tersebut diposisikan untuk Asisten Manager dan Supervisor
dibawahnya serta beberapa orang staff untuk departemen ini.
Departemen ini bertugas dalam melakukan riset terhadap pasar,
khususnya mengenai permintaan kebutuhan masyarakat dan respon
pasar terhadap suatu produk.

6. Departemen Purchasing
Departemen purchasing ini dikepalai oleh seorang manager dan
dibantu oleh Asisten Manager serta para staff Purchesing dibawahnya.
Departemen ini bertanggung jawab dalam hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan pembelian bahan baku yang diperlukan dalam
produksi, mulai dari pemilihan supplier atau pemasok sampai proses
pembelian bahan baku dijalankan.

7. Deptartemen Marketing
Departemen Marketing dikepalai oleh seorang Manager Senior yang
membawahi 5 sub-departemen. Masing-masing departemen dipimpin
oleh seorang manager dan memiliki sejumlah orang staff dibawahnya.
I. Sub-departemen Cabang yang dikepalai oleh seorang manager
dan beberapa Kepala Cabang Bertanggung jawab terhadap
masing-masing cabang yang dipeganya.

13
II. Sub-departemen Coustumer Service bertugas dalam hal-hal yang
menyangkut pelanggan, memberikan pelayanan kepada
pelanggan, mengatur system saran dan kritik yang disampaikan
pelanggan terhadap produk-produk perusahaan. Kegiatan
pelayanan terhadap konsumen ini merupakan alat yang penting
bagi perusahaan demi tujuan peningkatan kualitas produk dan
tercapainya kepuasan pelanggan.
III. Sub-departemen HCO adalah sub-departemen yang mengatur
kegiatan pemasaran produk-produk perusahaan dalam skala
besar kepada pasar-pasar yang bersifat grosir, seperti Goro,
Hero, Carrefour serta menjaga hubungan antara kedua belah
pihak.
IV. Sub-departemen Produksi bertanggung Jawab untuk menjamin
kesuksesan peluncuran setiap produk baru, yaitu dengan
berbagai program promosi untuk memperkenalkan produk baru
kepada masyarakat luas.
V. Sub-departemen Sales adalah sub-departemen yang mengatur
penjualan produk-produk yang dilakukan oleh para sales kepada
pasar atau toko-toko pengecer.

8. Departemen R&D/QC
Departemen ini dikepalai oleh seorang Manager dan membawahi
beberapa bagian fungsional yang berbeda-beda.
I. Penanggung Jawab CPOB (Cara Pembuatan Obat yang
Baik) dengan para staff di bawahnya bertanggung Jawab
terhadap inspeksi secara berkala mengenai ketepatan
pelaksanaan aturan-aturan dalam CPOB yang

14
dikeluarkan Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan)
di dalam perusahaan.
II. Head Mikrobiologi dengan dibantu oleh beberapa staff
dibawahnnya bertugas mengatur pelaksanaan pengujian
mikrobiologi terhadap produk perusahaan.
III. Bagian Quality Control yang dikepalai oleh seorang
supervisor QC membawahi 4 orang coordinator QC
dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda,
yaitu :

 Koordinator QC Analis, bertanggung Jawab terhadap 3 bagain QC


Analis,yaitu QC Analis Raw material, Finished Goods dan
Packaging. QC Analis Ingredient melakukan Analisa terhadap
bahan baku yang diterima dari para pemasok untuk kegiatan
produksi. QC Analis Finished Goods melakukan analisa terhadap
hasil produk setelah melakukan proses produksi terakhir.
Sedangkan QC Analis Packaging melakukan analisa terhadap
bahan Packaging atau pengemasan untu produk akhir. Analisa-
analisa tersebut dilakukan didalam sebuah Laboratorium.

 Koordinator QC Packing, mempuntai tanggung jawab dalam


pengawasan terhadap kegiatan packing dan produk setelah
kegiatan packing selesai dilaksanakan 3 bagian kegiatan QC
Packing adalah QC Packing Sortasi, QC Packing Finished Goods
dan QC Packing Return FinishedGoods.QC Packing Sortasi
melakukan pemeriksaan dan pelaporan terhadap produk jadi yang
tidak sesuai dengan ketentuan, seperti kempes, bocor. QC Packing
Finished Goods melakukan pemeriksaan terhadap hasi kegiatan

15
packing, misalnya mengenai ketepatan jumlah dalam satu karton,
pelabelan tanggal kadaluarsa. Sedangkan QC Packing Return
Finished Goods akan melakukan pemeriksaan terhadap produk-
produk yang dikembalikan setelah dilempar ke pasar.
 Koordinator QC Proses, Bertanggung Jawab terhadap kegiatan
inspeksi dalam proses produksi yang berlangsung. Kegiatan QC
Proses dibagi menjadi 2 bagian, yaitu QC Proses dan QC Filling.
QC Proses tersebar pada bagian-bagian proses yang memerlukan
inspeksi terhadap proses, produk yang dihasilkan dari proses
tersebut agar sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan. QC Filling
bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan filling
mencakup proses filling dan sealing dari proses yang dihasilkan.
 Coordinator QC Sampling, bertugas dalam pelaksanaan sampling
yang dilakukan terhadap bahan baku dan bahan packaging segera
setelah bahan yang dimaksud diterima dan sebelum pengujian oleh
QC Analis. 2 bagian QC Sampling adalah QC Sampling Ingredients
yang melakukan inspeksi terhadap bahan baku dan QC Sampling
Packaging yang melakukan Inspeksi terhadap bahan pengemasan
dan packaging.

9. Departemen Plant
Departemen Plant dikepalai oleh seorang Manager senior dan
membawahi beberapa manager dalam 4 sub-departemen yang berada
dibawah naungannya. Posisi di bawah manager berbeda-beda pada
setiab sub-departemennya.
I. Sub-departemen Building & Tehnique
Sub-departemen ini dikepalai oleh seorang Mnager yang dibantu
oleh seorang Asisten Manager. Supervisor dibawah asisten
Manager mempunyai beberapa coordinator yang membantunya.
Coordinator pun mempunya sejumlah Leader yang bertugas

16
memimpin para staff masing-masing. Sub-departeen ini
bertanggung Jawab terhadap pelaksanaan system pengaturan
bangunan dan fasilitas-fasilitas perusahaan.
II. Sub-departemen Packing
Manager sub-departemen ini dibantu oleh Supervisor yang juga
mengepalai beberapa coordinator terdapat Leader yang memimpin
para pekerja packing. Tugas sub-departemen ini adalah
melaksanakan kegiatan packing sesuai dengan target yang telah
ditentukan, sehingga produk-produk telah siap dalam kemasan
baik pada saat pengiriman produk dilakukan.
III. Sub-departemen PPIC
Manager PPIC langsung mengepalai posisi structural dan di
bawahnya dengan tingkatan yang sama seperti pada sub-
departemen Building &Technique. Di bawah manager terdapat
asisten manager dengan supervisor di bawahnya. Supervisor
mengepalai sejumlah coordinator di bawahnya. Coordinator
mempunyai Leader yang memimpin para staff PPIC. Sub-
departemen ini bertugas dalam melakukan penjadwalan dan
rencana pembelian bahan baku dan bahan packaging yang
diperlukan dan juga trhadap jadwal pelaksanaan produksi untuk
dapat memenuhi permintaan produk tepat pada waktu dan jumlah
tertentu.
IV. Sub-departemen Produksi
Sub-departemen ini bertanggung jawab terhadap klancaran proses
pada setiap urutan proses dan lini produksi yang berlangsung.

10. Departemen Tax


Departemen ini dikepalai oleh seorang Manager dan secara langsung
dibantu oleh para staff Departemen Tax. Tugas yang diberikan kepada
departemen ini menyangkut peraturan terhadap pajak perusahaan,

17
mulai dari perhitungan pajak perusahaan sampai pada pembayaran
pajak.

C. Gambaran Proses Industri dan Komoditi


Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat produk Adem sari akan
diterima dan disimpan digudang bahan baku. Demikian pula halnya
dengan bahan packing yang digunakan untuk mengemas produk adem
sari, misalnya karton, hanger dan plastic akan diterima dan disimpan
dalam gudang bahan pengemas atau packaging.
Bahan baku yang diterima akan langsung diperiksa oleh bagian QC
sampling mengenai pengemas bahan baku tersebut, seperti jahitan
karung, lembab tidaknya bahan packaging tersebut, berat bahan, jumlah
bahan yang dikirim. Inspeksi terhadap spesifikasi dari pengemasan bahan
– bahan ini dilakukan secara keseluruhan bagi bahan yang dikirim oleh
pemasok. Inspeksi dan pelaksanaan sampling dilaksanakan dengan
menggunakan standar mil ABC. Jika persentase bahan – bahan yang
tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati lebih besar, maka
bahan yang yang dikirim tersebut langsung ditolak. Sedangkan jika
persentase bahan – bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi tersebut
relative kecil, hanya bahan – bahan yang tidak sesuai saja yang akan
dikembalikan kepada para supplier atau pemasok. Pengecualian terhadap
spesifikasi warna bahan yang diberikan adalah jika persentasi warna
bahan yang tidak sesuai kecil, maka bahan tersebut tetap diterima.

18
Setelah proses inspeksi pertama dilakukan, bahan – bahan yang
dinyatakan sesuai dengan spesifikasi akan diberi label kuning yang
menandakan bahwa bahan tersebut sedang berada dalam masa
karantina. Dalam masa karantina ini, bahan – bahan tersebut diinspeksi
untuk kedua kalinya oleh QC analis. Masa karantina bagi bahan baku
adalah 2 hari, sedangkan masa karantina bagi bahan packaging hanya 1
hari.

Jika bahan – bahan tersebut memenuhi standar spesifikasi yang


dibutuhkan, label bahan akan diganti menjadi label hijau. Dan bahan –
bahan tersebut siap untuk masuk ke dalam proses produksi, sesuai
permintaan bagian produksi. Pengaturan terhadap bahan yang harus
masuk kedalam proses produksi menggunakan metode FIFO (First in
First Out) untuk memperpanjang umur bahan dan pada akhirnya juga
memperpanjang umur produk jadi yang dihasilkan.
Bahan yang diperlukan untuk memproduksi Adem sari ada dua
macam, yaitu bahan alkalis yang merupakan campuran dari 4 macam
bahan dan acid yang merupakan campuran dari 5 macam bahan. Masing
– masing bahan diberi perlakuan yang berbeda sebelum pada akhirnya
dicampur ke dalam satu kemasan sachet.
Pertama tama bahan alkalis akan dicampur atau dikenal dengan
proses mixing. Proses pencampuran bahan ini dilakukan selama 10 – 15
menit.. Proses selanjutnya bagi bahan alkalis yang telah dicampur adalah
proses granulasi dimana bahan setengah jadi hasil proses mixing ini di
semprot dengan air. Proses granulasi dilakukan selama 1 jam. Bahan
setengah jadi hasil granulasi ini pun akan diuji ukuran partikel (Partikel
size) dari bahan tersebut oleh badan QC analis sebelum bahan melalui
proses berikutnya, yaitu proses penyaringan. Proses penyaringan ini

19
dilakukan selama 15 menit. Proses ini kemudian segera dilanjutkan
dengan proses pengeringan (drying) selama 1 jam. Pengujiaan pada
proses pengeringan dilakukan setelah proses berlangsung, yaitu pada
menit ke- 60 setelah bahan mulai dikeringkan. Bahan yang telah
dikeringkan ini pun telah siap untuk dimasukkan ke dalam mesin filling.

Bahan Acid hanya melalui satu proses, yaitu pencampuran (mixing)


yang dilaksanakan selama 12 menit. Sebelum bahan acid siap untuk
masuk ke dalam mesin filling, bahan tersebut harus melalui pengujian
homogenitas, kimia, fisika dan pengujian rasa.
Dalam melaksanakan proses produksi kedua bahan ini, pengaturan
terhadap kelembaban dan suhu ruangan produksi dilakukan. Kelembaban
(Relative Humidity / RH) dijaga untuk tidak melebihi angka maksimal yang
diperoleh, yaitu 35% sedangkan angka yang diperoleh untuk suhu adalah
25o C.
Selama proses – proses tersebut dilakukan kepada kedua bahan
alkalis dan acid, maka kedua bahan tersebut siap untu dicampur langsung
ke dalam setiap kemasan berbentuk sachet. Dalam proses filling ini,
pengujian juga dilaksanakan untuk melakukan tes berat dan tes
kebocoran dari produk akhir. Pengujian dilakukan secara periodic setiap
10 menit sekali.
Produk akhir dalam kemasan sachet ini kemudian akan dikirim ke
bagian packing. Pada bagian ini, produk dikemas ke dalam 3 jenis
kemasan, yaitu family pack, hanger, dan dus. Kegiatan operasional untuk
setiap harinya tergantung pada permintaan dan kebutuhan. Permintaan
terhadap produk dengan kemasan hanger lebih sering diterima dan
berjumlah banyak dibandingkan dengan dua bentuk kemasan lainnya.

20
Para pekerja bagian packing ini juga melakukan tes terhadap produk
akhir selama melaksanakan kegiatan packing. Tes yang dilakukan adalah
tes yang dapat dengan cepat terindikasi, yaitu produk kempes, produk
bocor, cacat pada packaging. Secara periodic, pengujian juga dilakukan
untuk mengecek hal – hal seperti isi hanger yang harus berisi 24 sachet
untuk masing – masing hanger, berat satu karton adem sari yang berisi 24
hanger dan tanggal kadaluarsa. Pengecekan akan dilakukan oleh checker
secara periodic untuk memastikan bahwa setiap karton yang telah terisi
dengan jumlah produk yang sesuai, yaitu 8 batch atau 24 hanger. Karton
– karton yang telah terisi kemudian dibawa kemeja periksa dimana semua
karton akan ditimbang dan diberi tanggal kadaluarsa.
Setelah karton – karton terisi dan selesai dikemas, maka semua karton
tersebut dikirim ke gudang bahan jadi. Pengiriman dan penyusunan
produk jadi ini dilakukan secara FIFO. Pengaturan terhadap bahan
ataupun produk secara FIFO ini termasuk ke dalam tanggung jawab
bagian QC.

21
D. Ruang Lingkup Laboratorium
Ruang lingkup Laboratorium Research and Development (R&D), PT.Sari
Enesis Indah Meliputi :
1. Product Design
1.1. Product Feature
Memberikan gambaran keseluruhan dari produk yang
dikembangkan meliputi health claim, target pasar, kemasan, dan
kelebihan produk tersebut. Product Feature merupakan design input
dalam pengembangan produk baru. Bilamana product feature diubah
oleh karena satu dan lain hal, misalnya kecendrungan dipasar berubah
atau target konsumennya berbeda, dengan demikian product feature
tersebut sudah tidak sesuai lagi, maka perlu dibuatkan product feature
yang baru atau product feature yang direvisi. Tahap-tahap kegiatan
yang dilaksanakan berdasarkan product feature yang baru atau yang
direvisi perlu ditentukan dan digambarkan dalam bentuk timeline.
1.2. Bech Mark
Membandingkan produk yang dibuat dengan produk competitor.
1.3. Literature Study
Merupakan pengumpulan data-data dan informasi penting yang
diperlukan dalam proses research.

2. Prototype
Merupakan contoh produk yang dibuat dalam skala laboratorium
prototype merupakan output product design untuk skala laboratorium.

3. Reformulation
Melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan meliputi formula,
metoda pembuatan, dan lain-lain.

22
4. Internal panel test
Internal panel test dapat dilakukan diruang lingkup R&D saja atau
melibatkan karyawan PT.Sari Enesis Indah. Internal panel test
dilakukan untuk meninjau setiap tahap perkembangan produk dan
dapat digunakan sebagai acuan dasar untuk melanjutkan ke tahap
production trial. Laporan dari internal panel test yang melibatkan
karyawan dari berbagai department, diperiksa oleh R&D Manager.

5. Scale-up Pilot Plant


Melakukan trial skala pilot plant dengan tujuan menentukan
parameter-parameter yang optimal yang nantinya akan digunakan
pada pembuatan skala produksi. Output dari scale-up pilot plant akan
direview melalui internal panel test. Pemeriksaan-pemeriksaan tertentu
dilakukan berdasarkan bentuk sedian dari produk yang sedang
dikembangkan.

6. Consumer Test
Bekerja sama dengan Marketing Riset, panel test yang dilakukan
melibatkan para konsumen. Consumer test umumnya dilakukan
bilamana terdapat produk competitor dipasar atau berdasarkan saran
dari pemilik.

7. Production trial
Melakukan trial skala produksi dengan tujuan untuk menyesuaikan
parameter-parameter yang digunakan dari scale-up pilot plant ke skala
produksi. Agar dapat menjamin produk yang dihasilkan memenuhi
spesifikasi yang telah ditentukan, lakukan verifikasi, dimana selama
production trial, verifikasi dilakukan mulai dari proses awal hingga ke
proses lifting dengan melakukan pengambilan sampel pada titik yang
berbeda dan selanjutnya dianalisa.

23
8. Shelf life Test
Menentukan shelf life produk dengan berdasarkan pada perubahan-
perubahan yang terjadi meliputi kadar bahan aktif, penampilan produk,
dan lain-lain. Studi stabilitas dilakukan dengan menggunakan metode
stabilitas dipercepat dan metode stabilitas jangka lama.

9. Master formula
Formula yang dikembangkan melalui tahapan di atas dan telah
mendapat persetujuan direktur sesuai dengan SOP Marketing , dibuat
formula skala produksinya untuk dibagikan ke Departemen QC dan
PPIC.

10. Registration dan Sertifikasi Halal


Melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan dan menyerahkan
kepada Regulatory Affairs agar dapat diproses untuk mendapatkan
nomor pendaftaran produk dari BPOM.Untuk pengembangan produk
baru dengan merk yang sama dengan produk yang telah disertifikasi,
harus dipastikan bahwa produk tersebut telah memperoleh sertifikat
halal sebelum diedarkan.

24
BAB III PELAKSANAAN PRAKERIN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dilaksanakan mulai tanggal
8 Juli 2019 s/d 8 Desember 2019 di Laboratorium Research and
Development (R&D), PT.Sari Enesis Indah Jln.Kruing 1 Blok L5 no.5 Delta
Silicon,Cikarang Selatan, Bekasi,Jawa Barat, Indonesia.
B. Pengujian yang dilakukan
1. Tahapan Proses Pembuatan Acid
 Pemeriksaan Organoleptik
 Pemeriksaan pH
 Pemeriksaan Moisture Content
 Pemeriksaan Tap Density
2. Tahapan Proses Pembuatan Larutan Pengikat
 Pemeriksaan Organoleptik Larutan Pengikat
 Pemeriksaan pH Larutan Pengikat
3. Tahapan Proses Pembuatan Granula/Alkalis
 Pemeriksaan Moisture Content setelah proses drying
 Pemeriksaan Organoleptic setelah proses lifting
 Pemeriksaan Tap density setelah proses lifting
 Pemeriksaan distribusi ukuran partikel setelah proses lifting
4. Tahapan Proses Pencampuran Akhir
 Pemeriksaan Organoleptik
 Pemeriksaan Kelarutan dalam air
 Pemeriksaan pH dan brix
5. Tahapan Produk Jadi
 Pemeriksaan Organoleptik
 Pemeriksaan pH dan brix
 Pemeriksaan Moisture Content
 Pemeriksaan berat bruto dan berat netto
 Pemeriksaan Kadar Vitamin C
 Pemeriksaan Keseragaman Kandungan Vitamin C

25
C. Tinjauan Pustaka Parameter Pengujian

1. Minuman Herbal Serbuk


Adem Sari merupakan produk herbal tradisional berbentuk bubuk yang
dapat dilarutkan dalam air. Adem Sari pertama kali diproduksi pada tahun
1996 oleh PT.Sari Enesis Indah. Pengenalan produk ini didasarkan kepada
keinginan konsumen menghadirkan produk minuman tradisional yang dapat
menghilangkan panas dalam, sakit tenggorokan, bibir pecah-pecah,
sariawan, dan sejenisnya yang ditimbulkan akibat panas dalam.
Panas dalam (Bahasa Inggris :Heatiness ) adalah suatu keadaan
dimana tubuh manusia mengalami panas yang berlebihan terutama pada
sistem pencernaan. Panas dalam biasanya disebabkan oleh tidak
seimbangnya makanan yang bersifat panas dan dingin. Sebenarnya dalam
dunia medis tidak dikenal istilah panas dalam, sehingga panas dalam itu
dinyatakan tidak ada. Hanya saja,banyak orang terlanjur menganggap gejala
yang timbul sebagai tanda “Panas Dalam”. Istilah ini muncul karena ketika
suhu tubuh penderita diukur, suhu tubuhnya normal tetapi merasakan
sensasi panas pada tubuhnya. Hanya saja karena kebiasaan masyarakat
menyebutkan panas dalam maka lahirlah istilah tersebut.
Panas dalam dapat disebabkan karena kekurangan vitamin C,
kekurangan serat, kekurangan cairan tubuh (Dehidrasi), memakan makanan
yang bersifat panas dan berlemak seperti gorengan, atau bahkan karena
cuaca yang panas. Gejala panas dalam dapat juga disebabkan faktor
lingkungan dan faktor emosional seperti stress. Stress menyebabkan jam
makan jadi kacau, hormon tidak stabil & dan daya tahan tubuh menurun.
Menurut pengertian tradisional, panas dalam dapat disebabkan pula oleh
tidak seimbangnya makanan yang bersifat “panas” dan “dingin”. Contoh
makanan yang bersifat panas antara lain gorengan, lemak, daging, cabai,
jahe, dll; Sedangkan sayur-mayur dan buah-buahan bersifat dingin.

26
Tanda dan gejala panas dalam pada setiap orang dapat berbeda-
beda, tetapi sebagian besar gejala-gejala yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut :
 Gangguan pada mulut seperti sariawan, bibir pecah-pecah, bau
mulut.
 Gangguan pencernaan seperti ambeien dan sembelit.
 Gangguan tenggorokan seperti batuk, sakit tenggorokan, dan
tenggorokan kering.
 Tubuh terasa tidak fit seperti bersin-bersin dan badan meriang.

Pengobatan sederhana untuk menghilangkan panas dalam yang dapat


dilakukan antara lain :
 Minum air putih secukupnya
 Berkumur dengan air garam
 Mengonsumsi sayuran yang kaya serat
 Mengonsumsi suplemen vitamin C
 Menghindari makanan yang bersifat panas dan berlemak
secara berlebihan.
 Beristirahat yang cukup dan menghindari paparan asap

Adem sari merupakan produk obat tradisional yang berbentuk bubuk


yang memiliki sifat higroskopis atau mudah menyerap air. Komponen utama
penyusun adem sari adalah bahan acid atau asam dan bahan alkalis tersebut
dilakukan melalui tahap proses pencampuran, granulasi, pengeringan
penyaringan, dan pencampuran produk akhir. Tahap-tahap tersebut diselangi
dengan kegiatan pengawasan mutu yang dilakukan dalam rangka menjamin
mutu produk yang akan dihasilkan.

2. Serbuk Minuman Tradisional


Minuman serbuk instan merupakan hasil pengembangan produk
minuman ringan yang tersedia dalam bentuk serbuk. Bahan baku yang
digunakan diolah melalui proses kristalisasi dengan menggunakan prinsip
dehidrasi sehingga diperoleh produk akhir berupa butiran-butiran halus.
Minuman serbuk instan yang ideal memiliki bentuk serbuk yang halus, tidak
menggumpal, kering, dan mudah larut dalam air. Kelebihan yang dimiliki oleh
produk minuman serbuk instan adalah penyajiannya yang praktis dan daya
simpannya yang lama.

27
Pengertian serbuk minuman tradisional menurut SNI 01-4320-1996
adalah pokok bahan minuman berbentuk serbuk atau granula yang dibuat
dengan campuran gula dan rempah-rempah dengan atau tanpa penambahan
bahan makanan lain atau bahan tambahan makanan yang diijinkan.
Rancangan SNI minuman serbuk tradisional dilakukan untuk melindungi
konsumen dari segi kesehatan dan keselamatan dan juga melindungi
prosedur, mendukung perkembagan industri hasil pertanian, serta
mendukung ekspor non migas.
Minuman serbuk yang telah diolah dalam penyajian bentuk bubuk
(instan) merupakan suatu alternatif yang baik untuk menyediakan minuman
menyehatkan dan praktis. Permasalahan yang umum terjadi pada
pembuatan bubuk instan adalah kerusakan akibat proses pengeringan yang
umumnya memerlukan suhu pemanasan tinggi (lebih 60 OC) seperti hilang
atau rusaknya komponen flavor serta terjadinya pengendapan pada saat
bubuk dilarutkan dalam air, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut perlu
menggunakan metode pengeringan yang baik dan penggunaan bahan
penstabil yang berfungsi melapisi komponen flavor serta mencegah
kerusakan komponen-komponen bahan akibat proses pengeringan (Intan,
2007).
Penyajian minuman instan tak lagi memerlukan penyeduhan dengan
air mendidih, namun cukup dengan air suam-suam kuku atau bahkan dengan
air dingin. Bahan serbuk yang telah diberi perlakuan instan akan menjadi
mudah larut dan terdispersi. Serbuk instan memiliki ciri tidak higroskopis
(menyerap air) sehingga tidak menggumpal dan apabila dibasahi maka
serbuk instan akan terdispersi, melarut, serta stabil (tetap instan). Pembuatan
produk pangan secara instan mempermudah dalam penyajian, transportasi
maupun masalah penyimpanan. Pada minuman instan dalam kemasan
jumlah air dikurangi sehingga mutu produk lebih terjaga dan tidak mudah
kotor serta terjangkit bibit penyakit (Widiatmoko dan Hartomo, 1993).
Keuntungan dari suatu bahan ketika dijadikan minuman serbuk adalah
mutu produk dapat terjaga dan tanpa pengawet. Semua hal tersebut
dimungkinkan karena minuman serbuk instan merupakan produk dengan
kadar air yang cukup rendah . Melalui proses pengolahan tertentu, minuman
serbuk instan tidak akan mempengaruhi kandungan atau khasiat dalam
bahan (Rengga dan Handayani, 2004). Standar mutu serbuk minuman
penyegar dapat dilihat pada Tabel 1

28
Tabel 1 SNI Minuman Serbuk
NO Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Warna Normal
2 Bau Khas
3 Rasa Khas
4 Kadar Air (b/b) % Max 3,0
5 Kadar Abu (b/b) % Max 1,5
6 Jumlah Gula (dihitung sebagai % Max 85,0
sakarosa),b/b
7 Bahan tambahan makanan
7.1 Pemanis buatan -
-sakarin Tidak boleh ada
-siklamat Tidak boleh ada
7.2 Pewarna tambahan - Sesuai SNI 01-0222-1995
8 Cemaran logam :
8.1 Timbal (Pb) mg/kg Max 0,2
8.2 Tembaga(Cu) mg/kg Max 2,0
8.3 Seng (Zn) mg/kg Max 50
8.4 Timah (Sn) mg/kg Max 40,0
9 Cemaran arsen (As) mg/kg Max 0,1
10 Cemaran mikroba
10.1 ALT koloni/gr 3x103
10.2 coliform APM/gr <3
Tabel SNI 01-4320-1996 Standar Mutu Minuman Serbuk

Pengertian obat tradisional menurut Badan POM adalah bahan atau


ramuan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral, sediaan
sarian atau generic ataupun campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan. Pendaftaran produk obat
tradisional oleh Badan POM dilakukan dengan pemberian kode huruf TR dan
9 angka dibelakangnya. Pemberian nomor pendaftaran dari dari badan POM
terhadap obat tradisional dilakukan dalam rangka menjaga keselamatan dan
kesehatan konsumen yang terkait dengan keefektifitasan dari obat tradisional
dalam pengobatan atau penyembuhan penyakit.

29
3. Bahan Baku Penyusun Adem Sari
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Adem Sari dibedakan
atas dua yaitu bahan baku produksi dan bahan baku pengemasan. Bahan
baku yang digunakan dalam pembuatan Adem sari meliputi Ekstrak Citrus
aurontifolia 5%, Ekstrak Alyxia stellate Ret. Cortex 15%, Ekstrak
Cinamommum burmanni BI cortex 0,15%, Vitamin C, sukrosa dan bahan lain
hingga mencapai komposisi 100%. Bahan baku pengemasan yang
digunakan dalam pembuatan Adem Sari dibedakan atas hanger, inner, dan
show box.
Jeruk nipis  mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat,
misalnya: asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral,
limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat,
aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,
fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Selain itu, jeruk nipis juga
mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-
rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin
bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis
prostaglandin. Hesperidin juga menghambat azoxymethane (AOM) yang
menginduksi karsinogenesis pada colon kelinci, dan juga menghambat N-
butil-N-(4-hidroksi-butil) nitrosamin yang menginduksi karsinogenesis pada
kandung kemih tikus (Chang, 2001).
Jeruk nipis juga mengandung 7% minyak essensial yang mengandung
citral, limonen, fenchon, terpineol, bisabolene, dan terpenoid lainnya. Guo, et
al. (2006) telah meneliti bahwa D-Limonene dapat menghambat proliferasi
dan menginduksi apoptosis pada sel HL-60 dan sel K562.Buah jeruk nipis
berkhasiat sebagai obat batuk, obat penurun panas, dan obat pegal linu.
Selain itu, buah jeruk nipis juga bermanfaat sebagai obat disentri, sembelit,
ambeien, haid tidak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing/vertigo, suara serak
batuk, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe,
flu/demam, menghentikan kebiasaan merokok, amandel, penyakit anyang-
anyangan, mimisan, radang hidung (getahnya), dan lain sebagainya.Dahulu
asam sitrat ini diisolasi dari buah-buahan yang mempunyai rasa asam seperti
buah jeruk. Asam sitrat dihasilkan dalam bentuk Kristal monohidrat
(C6H8O7H2O) yang tidak berwarna, tidak berbau, mempunyai rasa yang
sangat asam, dan mudah larut dalam air dingin (Suriawira,1985).

30
Stuktur Kimia dari Asam Askorbat / Vitamin C ( C 6H8O6 )

Alyxia stellate atau palasan atau pulosari mengandung zat-zat


kumarin, alkaloid, dan tannin. Kumarin merupakan salah satu antimikroba
yang terdapat pada tanaman. Kumarin memiliki aktifitas antitrombotik dan
telah digunakan untuk pencegahan infeksi. Alkaloid merupakan senyawa
nitrogen heterosiklik. Alkaloid juga tergolong dalam senyawa antimikroba
pada tanaman dan memiliki efek anti diare. Tannin merupakan pigmen
tanaman yang mampu membentuk kompleks dengan protein dan berperan
dalam menginaktivikasikan adhesion mikroba. Menguraikan fungsi dari Alyxia
stellate lebih lanjut yaitu sebagai tanaman herbal yang mengobati sariawan,
obat batuk, pencegah demam, pencegah radang lambung, dan obat anti
diare.
Tumbuhan kayu manis merupakan spesies dari genus Cinnamomum
dengan famili Lauraceae, berupa tumbuhan berkayu yang umumnya dikenal
sebagai rempah-rempah (Syarif, 2006 dalam Yulianis dkk, 2011). Tumbuhan
ini tersebar di Asia Tenggara, Cina dan Australia. Terdapat sekitar 250
spesies yang termasuk genus Cinnamomum. Empat spesies yang utama
adalah Cinnamomum zeylanicum (C. verum: ‘True cinnamon’, Sri Lanka atau
Ceylon cinnamon), C. loureirii (Saigon atau Vietnamese cinnamon), C.
burmanni (Korintje atau Indonesian cinnamon) dan Cinnamomum
aromaticum (Cassia or Chinese cinnamon) (Bandara, 2011). Cinnamomum
burmanii merupakan jenis kayu manis yang berasal dari Indonesia (Inna dkk,
2010). Dalam perdagangan Cinnamomum burmanii diberi nama Padang
Kaneel atau cassiavera eks. Padang (Andianto, 2011).

31
Kulit kayu manis memiliki bau yang khas, banyak digunakan untuk
berbagai keperluan, seperti penyedap rasa makanan atau kue (Abdurachman
dan Hadjib, 2011). Kayumanis berbau wangi dan berasa manis sehingga
dapat dijadikan bahan pembuat sirup dan rasa pedas sebagai penghangat
tubuh. Kayu dari batang kayumanis dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti bahan bangunan, meubelair, dan kayu bakar (Ferry, 2013).
Al-Dhubiab (2012) menyebutkan komponen kimia terbesar pada kayumanis
adalah alkohol sinamat, kumarin, asam sinamat, sinamaldehid, antosinin dan
minyak atsiri dengan kandungan gula, protein, lemak sederhana, pektin dan
lainnya. Ervina dkk (2016) menyatakan bahwa hasil ekstraksi kulit batang
Cinnamomum burmanii mengandung senyawa antioksidan utama berupa
polifenol (tanin, flavonoid) dan minyak atsiri golongan fenol.
Kandungan utama minyak atsiri kayu manis adalah senyawa
sinamaldehida dan eugenol. Wang et al (2009) dalam Hasan (2011)
menyebutkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung pada
daun Cinnamomum burmanii adalah transsinamaldehid (60,17%), eugenol
(17,62%) dan kumarin (13,39%). Identifikasi minyak atsiri batang C.
burmannii dengan GC-MS dan LC-MS menemukan adanya senyawa utama
sinamaldehid dan beberapa polifenol terutama proanthocyanidin dan epi-
catechin (Shan B, 2007). Chen et al (2014) menemukan diantara 4 spesies
cinnamon yaitu C. burmannii, C. verum, C. aromaticum, dan C. Loureiroi
semua ekstraknya memiliki manfaat kesehatan yang sama. Yang
membedakannya C. burmannii memiliki rasa yang tidak terlalu pahit seperti
C. cassia and C. loureiroi. Tingkat kandungan senyawa aktif pada tumbuhan
bisa berubah tergantung metode yang digunakan dalam proses ekstraksinya
(Duguoa et al, 2007). Bandara et.al (2011) menyebutkan bahwa cinnamon
memiliki kemampuan antimikroba, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor,
penurun tekanan darah, kolesterol dan memiliki senyawa rendah lemak.
Senyawa eugenol dan sinamaldehid memiliki potensi sebagai antibakteri dan
antibiofilm (Niu C dan Gilbert ES, 2004)
Cinnamommum burmanni atau kayu manis mengandung zat-zat
cinnamic aldehid, cinnamic asetat, cinnzeylanine, phenilpropil asetat, tannin,
dan safrol. Fungsi dari kayu manis tersebut sebagai pencegah demam, diare,
batuk, flu, dan gangguan pencernaan. Fungsi dari kayu manis tersebut terkait
dengan zat-zat yang terdapat dalam kayu manis tersebut, terutama cinnamic
aldehid, cinnamic asetat, dan cinnamil alcohol yang memiliki aktivitas anti
clotting darah atau penggumpal darah.

32
Sukrosa merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia,
hewan, dan tumbuhan. Senyawa ini dalam jaringan tumbuhan tertentu seperti
tebu dan bit disimpan sebagai cadangan makanan. Pada tanaman aren
sukrosa ditransfer dari daun ke empulur batang dalam bentuk sukrosa.
Sakarosa merupakan gula pereduksi. Sifat pereduksi dari sakarosa
ditentukan oleh adanya gugus hidroksil (OH) bebas. Molekul gula yang
tergolong dalam sakarosa adalah glukosa, fruktosa, laktosa, dan sebagainya.
Reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amina dan protein disebut
dengan reaksi Mailard. Hasil dari reaksi ini adalah terbentuknya pencoklatan
atau browning.Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari
monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan
rumus molekul C12H22O11.Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta
dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan
Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber
karbon.Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet.Unit
glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi
alpha.Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa
dan lima cincin fruktosa.Proses fermentasi sukrosa melibatkan
mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan
melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa senyawaan alkohol.
Stuktur kimia Sukrosa (C12H22O11)

4. Prinsip Pengerjaan Analisa

33
A. Pengujian Vitamin C metode Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran energy cahaya oleh suatu
system kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar UV mempunyai
panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak mempunyai
panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektofotometri menggunakan
alat spektrofotometer yang melibatkan energy elektronik yang cukup besar
pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisa kuantitatif dibanding kualitatif.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer
merupakan gabungan dari alat optic dan elektrik serta sifat-sifat kimia
fisiknya. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel
pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan
blanko ataupun pembanding. Spektrofotometer Uv-Vis merupakan
spektrofotometer yang digunakan untuk pengukuran didaerah ultra violet dan
didaerah tampak. Semua metode spektrofotometri berdasarkan pada
serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah
sinar yang semonokromatis mungkin.
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari
sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu
senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya
dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya
dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode
analisa. Spektrofotometri UV/Vis melibatkan energi elektronik yang cukup
besar saat analisis, sehingga spetrofotometer UV/Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif. Spektrofotometri UV-vis adalah
pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200 –350 nm) dan sinar
tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya
tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron
dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tinggi.Dimana detector dapat mengukur intensitas
cahaya yang dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang diabsorbsi.
Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu

34
tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.Spektrofotometri UV-
Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini
menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya
UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan sinar
ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam
larutan tersebut.Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan
dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa
pembatasan,yaitu :
 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang yang sama
 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut
 Tidakterjadifluorensensiataufosforisensi
 Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :

A = e.b.c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

35
Kegunaan Spektrofotometri UV-VIS

UV-VIS spektroskopi secara rutin digunakan dalam kuantitatif


penentuan larutan dari logam transisi ion dan sangat dikonjugasikan senyawa
organic.

a. Menentukan jenis kromarof, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan


ausokrom dari suatu senyawa organic.
b. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang
maksimum suatu senyawa.
c. Mampu menganalisa senyawa organic secara kuantitatif dengan
menggunakan hokum Lambert-Beer.

Instrumen pada Spektrofotometer UV-Vis

1. Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi


yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber  cahaya pada spektrofotometer
UV-Vis ada dua macam :
a) Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur
sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola
lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm.
Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki
waktu 1000jam pemakaian.
b) Lampu Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-
380 nm. Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk
mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500
jam pemakaian.

36
2. Wadah Sampel

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan


kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam
berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy cahaya
dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani daerah tampak,
sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam
instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah
sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara
reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabunga dan
tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih
baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa
sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak
seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan
desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang
memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu
reprodusibel.

Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :


a.       Permukaannya harus sejajar secara optis
b.      Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c.       Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d.      Tidak rapuh
e.       Bentuknya sederhana
Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer.
Umumnya pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari
bahan kuarsa atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv,
sehingga tidak digunakan pada saat pengukuran di daerah UV.  Oleh karena

37
itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah panjang gelombang yang
digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang gelombang
yang digunakan.

• UV : fused silika, kuarsa


• Visible : gelas biasa, silika atau plastik
• IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion

Bahan Panjang Gelombang

Silika 150-3000

Gelas 375-2000

Plastik 380-800

3. Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis


menjadi  cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang
gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :

a) Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

b) Grating (kisi difraksi)


Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi
sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi
akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh
jangkauan spektrum.

c) Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,

38
maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.

d) Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.

4. Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar


kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan
ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detector
dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang
gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah
melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu
penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik
menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda
menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah
detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan
langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan
bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas
pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-
senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda
dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang
dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda
menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya
menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk
mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.
Beberapa macam detector yang telah dipakai dalam spektrofotometer
UV-VIS adalah :

- Detector fotosel
- Detector tabung foton hampa
- Detector tabung penggandaan foton ( photomultiplier tube)

5. Visual display/recorder

39
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

PRINSIP KERJA
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian
akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis
(tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan
dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi
tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada
pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh
detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan
mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap
sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga
akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna


Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak
berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi
larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur dengan menggunakan
lampu UV.
2. Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang
mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn
gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada
panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang
gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar
sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan
pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.
3. Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang
dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada
spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi
panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar
pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

40
B. Moisture Analyzer
Moisture Analizer merupakan satu dari sekian banyak alat-alat
laboratorium yang perlu diketahui fungsi utamanya. Alat ini digunakan untuk
mengukur kadar kelembaban pada suatu sample, sample yang bisa diukur
kelembabannya bisa berupa serbuk cair, maupun granular.Hal ini kadang
masih menjadi perbincangan di antara para praktisi dan laboran. Karena
sebagian orang menganggap kelembaban selalu berorientasi pada air,
sebagian yang lainnya berorientasi pada zat cair, bisa air, alkohol, minyak
atau pelarut jenis lainnya.

Prinsip kerja dari alat moisture analyzer berfokus pada pengukuran


massa sample sebelum dan sesudah di panaskan. Teknis pemanasan pada
sample dilakukan dengan beberapa cara, salah satu yang biasa dilakukan
adalah dengan memanaskannya dengan lampu Halogen.Proses pemanasan
sample dengan lampu halogen pada moisture analyzer akan menyebabkan
massa dari sample berkurang, proses ini akan berakhir ketika massa sample
tidak dapat lagi berkurang.Dalam hubungannya dengan pengukuran tingkat
kelembaban suatu zat, akan berhubungan dengan istilah LOD((Loss Of
Drying) atau metode Karl Fisher.

Fungsi dari alat moisture analyzer berfokus pada pengukuran LOD


(Lost Of Drying). Pada case ini, LOD akan menghitung air dan segala jenis
pelarut lainnya yang hilang pada proses pemanasan. LOD juga dikatakan
sebagai pengukuran yang tidak spesifik, karena mengukur segala jenis zat
yang menguap.

C. Tap density/Bulk density (kerapatan partkel)

41
Bobot jenis serbuk dinyatakan dengan bulk density, sedangkan bobot
jenis murni dan bobot jenis granul dapat dinyatakan sebagai bobot jenis
partikel. Digunakan alat tap volumeter yang terdiri dari gelas ukur, penahan
gelas ukur silinder, penahan, landasan, dan poros (sumbu) penggerak, alat
dapat digerakkan secara mekanis sedemikian rupa dengan hentakan yang
dapat dihitung, alat ini dilengkapi dengan system penghitung hentakan, yaitu
250 hentakan dalam satu menit.

Bulk density dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:


1. Bulk density untapped (bobot jenis tanpa goncangan)
Dari sejumlah material yang diketahui beratnya biasanya ditimbang
100 gram, dimasukkan hati-hati kedalam gelas ukur 200 ml, permukaan
serbuk diratakan dengan pinsel (brush), sehingga volume dapat langsung
dibaca. Dari berat dan volum dapat dicari bulk density untapped.Sebelum
pengukuran, pulva dikeringkan sampai berat konstan. Disini partikel-
partikel pulva berada dalam posisi yang teratur yang dapat tercapai pada
partikel-partikel isometric. Schuditche (bobot jenis murni) ini dapat
memberikan gambaran sampai berapa jauh partikel-partikel yang isometri,
sehingga dapat memberikan gambaran sampai berapa jauh partikel-
partikel pulva masih dapat mengalir dan berorientasi sesamanya.

2. Bulk density tapped (bobot jenis setelah goncangan).


Melalui mekanisme penggoyangan atau penghentakan dari material
dalam gelas ukur pada keadaan Schuttvolum adalah mungkin untuk
memberikan energi pada masing-masing partikel, dimana energi ini
digunakan untuk mengatasi gaya gesekan antar partikel sehingga dengan
demikian terjadilah keadaan orientasi partikel yang cukup tinggi. Alat yang
dapat digunakan adalah tap volumeter (Stampvolumeter).
Perbandingan antara bobot jenis mampat (D t) dan bobot jenis murni
(Do) dinamakan faktor Hausner :

42
D. Ukuran partkel (partikel size) metode pengayakan
Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan
dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian, dapat
dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal
diayakan (butir kasar). Ukuran butiran tertentu yang masih bisa melintasi
ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt, 1994). Teknik pemisahan
dengan menggunakan pengayakan, merupakan teknik yang tertua, teknik ini
dapat dilakukan untuk campuran heterogen khususnya campuran dalam fasa
padat. Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam
campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang
tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh (Zulfikar, 2010).
Pada pengayakan manual, bahan dipaksa melewati lubang ayakan,
umumnya dengan bantuan bilah kayu atau bilah bahan sintetis atau dengan
sikat. Beberapa farmakope memuat spesifikasi ayakan dengan lebar lubang
tertentu. Sekelompok partikel dinyatakan memiliki tingkat kehalusan tertentu
jika seluruh partikel dapat melintasi lebar lubang yang sesuai (artinya tanpa
sisa diayakan). Dengan demikian ada batasan maksimal dari ukuran partikel
(Voigt, 1994).
Sedangkan, pada pengayakan secara mekanik (pengayak getaran,
guncangan atau kocokan) dilakukan dengan bantuan mesin, yang umumnya
mempunyai satu set ayakan dengan ukuran lebar lubang standar yang
berlainan. Bahan yang dipak, bergerak-gerak diatas ayakan, berdesakan
melalui lubang kemudian terbagi menjadi fraksi-fraksi yang berbeda.
Beberapa mesin pengayak bekerja dengan gerakan melingkar atau ellipsoid
terhadap permukaan ayakan. Pada jenis ayakan yang statis, bahan yang
diayak dipaksa melalui lubang dengan menggunakan bantuan udara kencang
atau juga air deras (Voigt, 1994).

Metode pengayakan digunakan untuk pengukuran partikel diameter


50 nm-500 nm. Metode ini menggunakan satu seri ayakan standar yang telah
dikalibrasi oleh National Bureau of Standards. Menurut metode USP untuk
menguji kehalusan serbuk, suatu massa sampel diletakkan pada ayakan
yang sesuai dalam suatu alat penggojog mekanis (shaker). Serbuk digojog
selama beberapa waktu tertentu dan bahan yang lolos dari satu ayakan,
berikutnya dapat diayak pada ayakan yang lebih halus, kemudian
dikumpulkan, dan ditimbang (Sudjaswadi, 2002). Jika diinginkan analisis
yang lebih rinci, ayakan bisa disusun lima berturut-turut mulai dari yang kasar
di atas, sampai dengan yang terhalus di bawah. Satu sampel serbuk yang
ditimbang teliti ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan

43
tersebut digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, serbuk yang
tertinggal di atas tiap saringan ditimbang. Kesalahan pengayakan akan timbul
dari sejumlah variabel termasuk beban ayakan dan lama serta intensitas
penggoyangan.

Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan


untuk mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat
disebabkan tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan
dari ayakan ke timbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung.
Pengayakan dilakukan sampai selisih dengan bobot sebelumnya tidak lebih
dari 5% untuk meminimalisir kesalahan karena jika lebih dari 5% berarti tidak
homogen. Secara statistik dihitung % bobot kumulatif bobot atas dan bobot
bawah. Atas ukuran maksudnya untuk mengetahui bobot sampel yang ada
pada pengayakan paling atas atau menghitung seluruh jumlah % partikel
yang berada di atas ayakan, sedangkan bobot kumulatif bawah dihitung
berdasarkan perhitungan 100 nomor mesh (Anonim, 2010).Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pengayakan antara lain :

1. Waktu atau lama pengayakan. Waktu atau lama pengayakan (waktu


optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya
serbuk sehingga serbuk yang seharusnya tidak terayak akan menjadi
terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak terayak sempurna.
2. Massa sampel. Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak.
Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
3. Intensitas getaran. Semakin tinggi intensitas getaran maka akan
semakin banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan

44
terkikisnya partikel. Dengan demikian partikel tidak terayak dengan ukuran
tertentu.
4. Pengambilan sampel yang mewakili populasi. Sampel yang baik
mewakili semua unsur yang ada dalam populasi, populasi yang dimaksud
adalah keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat halus sampai ke
yang paling kasar.

E. pH dan Brix

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan


tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren


Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti
makna singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p
berasal dari singkatan untuk power p (pangkat), yang lainnya merujuk kata
bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang
merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya
ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan
yang berarti "logaritma negatif".

Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan


sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam,
dan larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau
alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran,
pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja
bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam
frekuensi yang lebih rendah.

Berdasarkan pengertian asam-basa menurut Arrhenius beserta sifat-


sifatnya, suatu senyawa bersifat asam dalam air karena adanya ion H+.
Adapun suatu senyawa yang bersifat basa dalam air jika ada ion OH-. pH
adalah kepanjangan dari pangkat hidrogen atau power of hydrogen. pH
larutan menyatakan konsentrasi ion H+ dalam larutan.Suatu zat asam yang di
masukkan ke dalam air akan mengakibatkan bertambahnya ion hidrogen
(H+) dalam air dan berkurangnya ion hidroksida (OH-). Sedangkan pada
basa, akan terjadi sebaliknya. Zat basa yang dimasukkan ke dalam air akan
mengakibatkan bertambahnya ion hidroksida (OH-) dan berkurangnya ion
hydrogen (H+). Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air dapat di gunakan untuk

45
menentukan derajat keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin asam
suatu zat, semakin banyak ion H+ dan semakin sedikit jumlah ion OH- di
dalam air. Sebaliknya semakin basa suatu zat, semakin sedikit jumlah ion H+
dan semakin banyak ion OH- di dalam air.Keasaman dalam suatu larutan
dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai
pH yang artinya –log [H+].

Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam. pH


suatu larutan dapat diketahui dengan beberapa cara antara lain dengan jalan
menitrasi larutan asam dengan indikator atau yang lebih teliti lagi dengan pH
meter. Pengukur PH tingkat asam dan basa air ini bekerja secara digital, PH
air disebut asam bila kurang dari 7, PH air disebut basa (alkaline) bila lebih
dari 7 dan PH air disebut netral bila ph sama dengan 7.

Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang
akan diukur (kira-kira kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja
mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih
berubah-ubah, tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital
stabil

Jika pemakaian sudah mencapai beberapa lama misalnya 3 tahun,


maka pengukuran PH terkadang bisa menjadi tidak akurat lagi, untuk itu
diperlukan proses kalibrasi. PH meter dapat dikalibrasi menggunakan larutan
standar misalnya Solusi PH7, PH10 atau PH14. Pada saat pertama kali
menggunakan, biasanya kondisi PH meter adalah telah siap digunakan untuk

46
pengukuran. Hal ini dikarenakan telah dikalibrasi oleh pihak pabrik dengan
hasil kalibrasi dilampirkan dalam kotak dus. Untuk mengetahui apakah suatu
larutan mengandung ion H+ atau ion OH-, Anda dapat mengujinya dengan
cara yang paling sederhana yang biasa dilakukan di laboratorium, yaitu
dengan menggunakan PH meter dan kertas lakmus.

Ciri-Ciri umum larutan asam yaitu : Terasa masam, Bersifat korosif,


Dapat memerahkan kertas lakmus biru, Larutan dalam air dapat
mengantarkan arus listrik, Menyebabkan perkaratan logam (korosif). Contoh
larutan Asam : Air jeruk, Hidrogen Klorida/Asam Klorida (HCL), Tembaga(II)
Sulfat (CuSO4), Alumunium Sulfat (AlSO4) dll .Ciri-ciri umum larutan basa
yaitu : Rasanya pahit, Bersifat licin, Dapat membirukan kertas lakmus merah,
Larutan dalam air dapat mengantarkan listrik, Jika mengenai kulit, maka kulit
akan melepuh (kaustik). Cantoh larutan basa : Air Sabun, Amoniak (NH3),
Soda Api/Natrium Hidroksida(NaOH),Natrium Karbonat (Na2CO3),Contoh
larutan netral: Alkohol/Ethanol, garam (Natrium Klorida=NaCl), Amonium
Klorida, Air abu (air alkali = iye).

Derajat Brix (simbol ° Bx) adalah kandungan gula dari larutan berair.
Satu derajat Brix adalah 1 gram sukrosa dalam 100 gram larutan dan
mewakili kekuatan larutan sebagai persentase berdasarkan massa. Jika
larutan mengandung padatan terlarut selain sukrosa murni, maka ° Bx hanya
mendekati kandungan padatan terlarut. ° Bx secara tradisional digunakan
dalam industri anggur, gula, minuman berkarbonasi, jus buah, sirup maple
dan industri madu.Skala yang sebanding untuk menunjukkan kandungan
sukrosa adalah derajat Plato (° P), yang banyak digunakan oleh industri
pembuatan bir, dan derajat Balling, yang merupakan tertua dari tiga sistem
dan oleh karena itu sebagian besar ditemukan dalam buku teks yang lebih
tua, tetapi juga masih digunakan di beberapa bagian dunia.Solusi sukrosa
dengan gravitasi spesifik yang jelas (20 ° / 20 ° C) dari 1,040 akan menjadi
9,99325 ° Bx atau 9,99359 ° P sementara badan gula yang representatif,
Komisi Internasional untuk Metode Seragam Analisis Gula (ICUMSA), yang
mendukung penggunaan fraksi massa, akan melaporkan kekuatan solusi
sebagai 9,99249%. Karena perbedaan antara sistem adalah sedikit
signifikansi praktis (perbedaannya kurang dari presisi instrumen yang paling
umum) dan penggunaan historis yang luas dari unit Brix, instrumen modern
menghitung fraksi massa menggunakan rumus resmi ICUMSA tetapi
melaporkan hasilnya sebagai ° Bx.

47
D. Metodologi Pengujian

1. Alat yang diperlukan :


a. Alat Gelas
 Gelas piala 250 ml,1000 ml
 Gelas ukur 100 ml,250ml
 Labu Ukur 50 ml,100ml
 Pipet volumetric 1 ml,2 ml,3 ml,10ml
 Kuvet Spektrofotometer
 Desicator Vakum

b. Alat Non Gelas


 Timbangan Analitik
 Timbangan Konvensional
 Spatula
 Moisture Analyzer
 Tap Density Tester
 Ph Meter
 Brix Meter
 Refraktometer Digital
 Analitical sieve shaker
 Test sieve dengan mesh no.30,45,60,80,100,120,dan Pan
 Sprektofotometer UV-VIS
 Magnetic Stir
 Kertas Putih
 Tisue

2. Bahan yang diperlukan :


a. Bahan Kimia
 Baku pembanding sekunder vitamin C
 Asam Oksalat

48
 Larutan Buffer Ph 4,7,dan 10
b. Bahan Non Kimia
 Aquades

3. Cara Kerja

3.1. Tahapan Proses Pembuatan Acid


3.1.1. Pemeriksaan Organoleptik
 Letakkan sampel pada kertas berwarna putih yang bersih
 Amati sampel acid tersebut dan untuk pemeriksaan
aroma, gunakan larutan yang sama dengan yang
digunakan untuk pemeriksaan ph 3%

3.1.2. Pemeriksaan ph
 Timbang sebanyak 3 gram sampel dengan neraca
konvensional
 Masukkan ke gelas piala 250 ml, larutkan dengan dengan
100 ml Aquades
 Aduk hingga rata,ukur segera dengan menggunakan ph
meter yang telah dikalibrasi
 Sesuai dengan instruksi kerja alat ph meter, catat nilai ph
yang diperoleh.

3.1.3. Pemeriksaan Moisture Content


 Siapkan sampel acid yang akan dianalisa
 Dengan menggunakan moisture analyzer yang telah
dikalibrasi, Timbang sebanyak 3 gram sampel dan
pastikan metode yang digunakan adalah dengan
parameter berikut :
- Suhu : 90oC

49
- Waktu Analisa : Switch of criterion 3
- Jenis Analisa : Standar

 Jalankan Analisa sesuai dengan instruksi kerja


pengoperasian alat moisture analyzer
 Cetak atau catat hasil yang diperoleh

3.1.4. Pemeriksaan Tap Density


 Timbang gelas ukur 100 ml di neraca konvensional lalu
nol kan
 Masukkan sampel acid kedalam gelas ukur tersebut
hingga batas 100 ml pada gelas ukur
 Catat nilai yang tertimbang
 Hidupkan alat Tap density tester lalu gunakan metode
USP 2 (250 Ketukan)
 Letakkan gelas ukur di atas alat tap density tester, lalu
pasang karet penyangganya
 Tekan tombol start pada alat dan tunggu alat hingga
berhenti
 Setelah selesai, baca volume sampel (ml) dalam gelas
ukur tersebut.
 Nilai tap density didapat dari :

Bobot sampel(gram)
Tap Density (gr/ml) =
vol sampel setelah ketukan selesai (ml)

3.2. Tahapan proses Pembuatan Larutan Pengikat


3.2.1. Pemeriksaan organoleptic
 Letakkan sampel pada kertas putih
 Amati bentuk sampel tersebut

3.2.2. Pemeriksaan Ph larutan pengikat


 Simpan larutan pengikat pada suhu kamar
 Cek segera dengan alat ph meter sesuai prosedur kerja
pengoperasian alat
 Catat hasil pemeriksaan nilai ph

3.3. Tahapan Proses Pembuatan Granula/Alkalis


3.3.1. Pemeriksaan moisture content setelah proses drying
 Siapkan sampel granul yang akan dianalisa
 Dengan menggunakan moisture analyzer yang telah
dikalibrasi, Timbang sebanyak 3 gram sampel dan

50
pastikan metode yang digunakan adalah dengan
parameter berikut :

- Suhu : 90o C
- Waktu Analisa : Switch of criterion 3
- Jenis Analisa : Standar

 Jalankan Analisa sesuai dengan instruksi kerja


pengoperasian alat moisture analyzer
 Cetak atau catat hasil yang diperoleh

3.3.2. Pemeriksaan organoleptic setelah proses lifting


 Letakkan sampel di atas kertas berwarna putih
 Amati bentuk sampel tersebut

3.3.3. Pemeriksaan Tap density setelah proses lifting


 Timbang gelas ukur 100 ml di neraca konvensional lalu
nol kan
 Masukkan sampel acid kedalam gelas ukur tersebut
hingga batas 100 ml pada gelas ukur
 Catat nilai yang tertimbang
 Hidupkan alat Tap density tester lalu gunakan metode
USP 2 (250 Ketukan)
 Letakkan gelas ukur di atas alat tap density tester, lalu
pasang karet penyangganya
 Tekan tombol start pada alat dan tunggu alat hingga
berhenti
 Setelah selesai, baca volume sampel (ml) dalam gelas
ukur tersebut.
 Nilai tap density didapat dari :

Bobot sampel(gram)
Tap Density (gr/ml) =
vol sampel setelah ketukan selesai (ml)

3.3.4. Pemeriksaan distribusi ukuran partikel setelah proses Lifting


 Siapkan pan dan semua test sieve dari ukuran yang
paling besar (mesh 30) hingga mesh dengan ukuran
paling kecil (mesh 325) dengan urutan penyusunan : 30-
45-60-80-100-120-140-200-325-pan
 Timbang mesh tersebut satu per satu

51
 Tumpuk mesh dari yang terbesar hingga yang paling
kecil, timbang 100 gram sampel pada mesh yang paling
atas
 Pasang penutup dengan rapat dan tekan kedua handle
secara bersamaan agar terkunci
 Pastikan pada layar alat amplitude dan waktu yang tertera
adalah 1,50 mm/g dan 10 menit
 Operasikan alat sesuai dengan instruksi kerja
pengoperasian alat analytical sieve shaker
 Setelah selesai, buka penutupnya dan timbang kembali
satu per satu mesh
 Hitung persentasi partikel yang tertinggal disetiap test sive
dengan rumus :

mest setelah pengayakan−mesh sebelum pengayakan


% partikel = X 100 %
gram sampel

 Hitung jumlah partikel yang tertahan pada mesh 100


dengan menjumlahkan persentasi partikel dari mesh 30
hingga mesh 100
 Hitung partikel yang lolos dari mesh 100 dengan
menjumlahkan persentasi partikel dari mesh 120 hingga
yang ada pada pan.

3.4. Tahapan proses pencampuran akhir


3.4.1. Pemeriksaan organoleptic
 Letakkan sampel diatas kertas putih dan bersih, amati
sampel tersebut dan catat hasil pengamatan yang
diperoleh
 Untuk uji aroma dan rasa dilakukan dengan melarutkan
sampel sesuai dengan berat netto adem sari per kemasan
dalam 200 ml air minum.

3.4.2. Pemeriksaan kelarutan dalam air


 Timbang 1 gram sampel
 Larutkan sampel dalam 10,100,dan1000 ml aquades
 Perhatikan sampel larut pada tahap berapa sampel larut
 Cocokkan dengan standar kelarutan dalam air

3.4.3. Pemeriksaan Ph dan Brix


 Timbang sampel sesuai berat netto
 Larutkan dalam 200 ml aquades, aduk hingga rata dan
tidak ada gelembung udara

52
 Segera periksa dengan alat ph dan Brix sesuai dengan
instruksi kerja pengoperasian alat
 Catat hasil yang didapat

3.5. Tahapan Produk Jadi


3.5.1. Pemeriksaan Organoleptik
 Buka satu sachet adem sari dan tuangkan ke atas kertas
putih bersih
 Amati sampel dan catat hasil pengamatan yang diperoleh
 Untuk uji aroma dan rasa lakukan dengan melarutkan
satu sachet ke dalam 200 ml air minum

3.5.2. Pemeriksaan ph dan Brix


 Larutkan satu sachet adem sari dengan 200 ml aquades
 Aduk hingga soda hilang
 Segera ukur ph larutan setelah soda hilang dengan
menggunakan ph meter yang telah dikalibrasi,sesuai
instruksi kerja pengoperasian alat phmeter
 Ukur juga segera derajat kemanisan ( 0brix) dengan
meneteskan larutan pada prisma secara hati-hati sesuai
dengan instruksi kerja pengoperasian alat
 Catat hasil analisa yang diperoleh

3.5.3. Pemeriksaan moisture content


 Siapkan 1 sachet adem sari yang akan dianalisa
 Dengan menggunakan moisture analyzer yang telah
dikalibrasi, Timbang sebanyak 3 gram sampel dan
pastikan metode yang digunakan adalah dengan
parameter berikut :
- Suhu : 120oC
- Waktu Analisa : 1 menit 30 detik
- Jenis Analisa : Standar

 Jalankan Analisa sesuai dengan instruksi kerja


pengoperasian alat moisture analyzer
 Cetak atau catat hasil yang diperoleh

3.5.4. Pemeriksaan berat bruto dan berat netto


 Timbang bobot sachet yang berisi sampel dan catat
bobotnya
 Keluarkan isi dari kemasan hingga benar-benar bersih
dan timbang sachet kosong
 Catat bobot sachet kosong tersebut. Hitung berat netto

53
Berat netto = Berat bruto – Berat sachet kosong

3.5.5. Pemeriksaan Kadar Vitamin C


3.5.5.1. Siapkan alat Spektrofotometer UV-Vis sesuai dengan
instruksi kerja pengoperasian alat
3.5.5.2. Siapkan pelarut asam oksalat 0,2% terlebih dahulu
sesuai dengan langkah berikut ini :
1) Timbang dengan seksama 2 gram asam oksalat
dan masukkan ke dalam gelas piala 1000 ml
2) Larutkan dengan 1000 ml aquades aduk dengan
bantuan pengaduk magnet hingga homogen
3.5.5.3. Siapkan larutan induk vitamin c dengan konsentrasi
0,1 mg/ml,sesuai dengan langkah berikut :
1) Timbang dengan seksama 50 mg baku
pembanding vitamin C dan masukkan ke dalam
labu ukur 50 ml
2) Larutkan dan encerkan dengan pelarut hingga
tanda batas, homogenkan dengan pengaduk
magnet
3) Pipet 10 ml larutan diatas san masukkan ke
dalam labu ukur 100 ml. encerkan dengan
pelarut hingga tanda batas, kocok hingga
homogeny

3.5.5.4. Buat deret standar sesuai dengan berikut ini :


1) Buat deret larutan standar sesuai table berikut ini

Kode Kons. Vit C Vol Larutan Induk Vol Akhir


standar (mg/ml) (ml) (ml)

A 0,005 5,0 100

B 0,010 10,0 100

C 0,015 15,0 100

54
2) Encerkan dengan pelarut hingga diperoleh vol
akhir seperti dalam table diatas, homogenkan.

3.5.5.5. Preparasikan sampel sesuai dengan langkah berikut


ini
1) Siapkan 10 sachet sampel dan timbang bobot
dari 10 sachet sampel tersebut.catat bobot yang
diperoleh
2) Keluarkan isi sachet, kumpulkan menjadi satu
dalam wadah
3) Timbang 10 sachet kosong tersebut dan catat
bobotnya. Hitung berat netto rata-rata dari 10
sampel tersebut
4) Timbang sampel sesuai dengan berat netto rata-
ratanya. Lakukan sebanyak 3 kali (Triplo)
5) Larutkan dengan 200 ml aquades,aduk hingga
rata,segera saring dengan kertas saring biasa
6) Pipet 1 ml filtrat dan masukkan ke labu ukur 50
ml, encerkan dengan pelarut hingga tanda batas,
homogenkan.

3.5.5.6. Setelah spektrofotometer siap untuk digunakan sesuai


dengan instruksi kerja pengoperasian alat,ukuran
serapan dari larutan standar B sebanyak 6 kali pada
kondisi pengukuran sebagai berikut :
- Panjang gelombang : 245 nm
- Sel : Kuarsa
- Panjang sel : 1 cm
- Blanko : pelarut (asam oksalat 0,2%)

3.5.5.7. Jalankan analisa sesuai instruksi kerja alat


Spektrofotometer UV-Vis
3.5.5.8. Hitung kadar Vitamin C sampel

3.5.6. Keseragaman kandungan Vitamin C


3.5.6.1. Lakukan Tahapan 3.5.5.1. hingga 3.5.5.4.
3.5.6.2. Preparasikan sampel sesuai dengan langkah berikut
ini :
1) Ambil 10 sachet , timbang dan catat berat netto
dari setiap sachet.
2) Larutkan masing-masing sampel dalam gelas
piala,larutkan 200 ml aquades aduk hingga
rata,segera saring dengan kertas saring biasa

55
3) Pipet 1 ml filtrat dan masukkan ke labu ukur 50
ml, encerkan dengan pelarut hingga tanda batas,
homogenkan.
3.5.6.3. Lakukan tahap 3.5.5.6. hingga 3.5.5.5.8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengujian
1. Tahapan proses pembuatan acid
1.1. Hasil analisa organoleptik

Hasil Analisa
Parameter Analisa Spesifikasi
MS/TMS*
Bentuk Granula Halus MS
Warna Putih Kekuningan berbintik Kuning MS
Aroma(Larutan 3%) Asam dan 'peely' MS
*MS = Masuk Syarat ; TMS = Tidak Masuk Syarat
1.2. Hasil Analisa ph,Moisture Content, dan Tap Density

Titik pH (3%) Moisture Content Tap Density


Sampling 2,00 - 2,40 Max 1% 0,770 - 0,990 gram/ml
1 2,06 0,58 0,8661
2 2,06 0,55 0,8483
3 2,07 0,60 0,8495
Rata - rata 2,063 0,576 0,8547
RSD (%) 0,27 0,36 0,94
2. Tahapan Proses Pembuatan Larutan Pengikat
2.1. Hasil Analisa Pemeriksaan Organoleptik Larutan Pengikat
Hasil analisa
Parameter Analisa Spesifikasi
MS/TMS*

56
Bentuk Larutan MS
Warna Tidak Berwarna (Bening) MS
Aroma Tidak Berbau MS
Parameter Analisa Spesifikasi Hasil analisa
pH Larutan Pengikat 3,30 - 4,10 3,80
*MS= Masuk Syarat ; TMS= Tidak Masuk Syarat
3. Tahapan Proses Pembuatan Granula/Alkalis Adem Sari
3.1. Hasil Analisa Pemeriksaan Moisture Content setelah proses
drying

Parameter Hasil Analisa


Spesifikasi
Analisa 1 2 3
Moisture Content Maks 0,5% 0,2 0,4 0,2

3.2. Hasil Analisa Pemeriksaan Organoleptik dan tap density


proses filling
Parameter Hasil Analisa
Spesifikasi
Analisa MS/TMS*
Bentuk Granula Halus hingga agak kasar MS
Warna Putih MS
Aroma Tidak Berbau MS
Parameter Hasil Analisa
Spesifikasi
Analisa 1 2 3
Tap Density 0,620 – 0,870 gram/ml 0,6409 0,6681 0,6558
*MS = Masuk Syarat ; TMS = Tidak Masuk Syarat

3.3. Hasil Analisa Pemeriksaan Distribusi Ukuran Partikel Proses


Lifting

57
Ukuran
A C B
Test Hasil (%)
(gram) (gram) (gram)
Sieve
 312,6
30  308,19  4,45  4,45
4
 327,8
45  295,89  31,96  31,95
5
 304,9
60  279,19  25,79  25,78
8
 286,4
80  271,36  15,10  15,10
6
 276,6
100  269,39  7,29  7,29
8
 277,7
120  272,83  4,90  4,90
3
140  275,15 278,25   3,10  3,10
 276,0
200  272,60  3,43  3,43
3
 261,3
325  258,60  2,71  2,71
1
Pan 357,35 358,65 1,30 1,30
Total 100,03   100,00
Tertahan pada mesh 100 84,56%
Lolos dari mesh 100 15,44%
Catatan :

A= Berat test sieve kosong

C= Berat test sieve kosong + sampel

B= C –A

Hasil (%) =
(B/Berat total)*100%

58
4. Tahapan Proses Pencampuran Akhir
4.1. Hasil Analisa Pemeriksaan Organoleptik
Hasil
Parameter Analisa Spesifikasi Analisa
MS/TMS*
Bentuk Granula halus hingga agak kasar MS
Warna Putih Berbintik kuning MS
Aroma Asam dan 'peely' MS
Rasa Manis Asam MS
Gas Ada MS
Kelarutan dalam air Larut MS
*MS=Masuk Syarat ; TMS=Tidak Masuk Syarat

4.2. Hasil Analisa Ph dan brix

Titik pH Brix
Sampling Syarat : 5,40 - 5,80 Syarat : 2,5 - 3,7
1 5,80 3,1
2 5,74 3,1
3 5,65 3,1
4 5,74 3,1
5 5,62 3,1
6 5,66 3,1
7 5,65 3,1
8 5,60 3,1
9 5,62 3,1
10 5,76 3,1
Rata-rata 5,68 3,1
Nilai Min 5,60 3,1
Nilai Maks 5,80 3,1

59
5. Tahapan Produk Jadi
5.1. Hasil Analisa Organoleptik
Hasil
Parameter Analisa Spesifikasi Analisa
MS/TMS*
Bentuk Granula Halus hingga agak kasar MS
Warna Putih berbintik kuning MS
Aroma Asm dan 'peely' MS
Rasa Manis Asam MS
Gas Ada MS
Kelarutan dalam air Larut MS
*MS=Masuk Syarat ; TMS= Tidak Masuk Syarat

5.2. Hasil Analisa MC,Ph,brix,dan berat netto


Berat netto ph brix MC
Sampling
6,90 - 7,40 gr/Sachet 5,40 - 5,80 2,5 - 3,7 Max 1%
1 7,04 5,70 3,1 0,63
2 7,13 5,62 3,1 0,60
3 7,10 5,62 3,1 0,50
4 7,11 5,61 3,1 0,53
5 7,15 5,64 3.1 0,53
6 7,13 5,58 3.1 0,50
7 7,15 5,62 3.1 0,53
8 7,16 5,61 3.1 0,53
9 7,21 5,50 3.1 0,57
10 7,07 5,64 3.1 0,60
11 7,25 5,64 3.1 0,57
12 7,06 5,56 3.1 0,57
13 7,10 5,58 3.1 0,63
14 7,16 5,59 3.1 0,56
15 7,09 5,58 3.1 0,66
16 7,11 5,55 3.1 0,63
17 7,15 5,62 3.1 0,53
18 7,12 5,62 3.1 0,53
19 7,06 5,63 3.1 0,60
Rata - rata 7,12 5,60 3,1 0,56
Nilai Min 7,04 5,50 3,1 0,50
Nilai Maks 7,25 5,70 3,1 0,66

60
5.3. Hasil Analisa Kadar Vit C dan Keseragaman Kandungan
Penetapan Kadar Vit C
Larutan Induk (LI) : Vitamin C 0,25 mg/ml
Pembuatan LI : 25 mg dilarutkan dalam 100 ml
pelarut
Kurva Standar Vitamin C

Kurva Standar Vitamin C


1

0.8 f(x) = 55.4 x − 0


R² = 1
0.6
Absorbansi

Abs
0.4 Linear
(Abs)
0.2

0
0 0.01 0.01 0.02 0.02
Konsentrasi (mg/ml)

Linearitas :Y=Bx + A
Kode Konsentrasi
B (Slope) 55,4
Standar (mg/ml) Absorbansi
A (Intersep) -0,0037
A 0,005 0,272
r (Korelasi) 0,99997
B 0,010 0,553
R (Koefisien Korelasi) 0,99993
C 0,015 0,826

Presisi Vitamin C
Pengulan Absorb
gan ansi
1 0,553
2 0,553
3 0,554
4 0,553
5 0,554
6 0,554
Rata - 0,5535

61
rata
SD 0,0005
RSD (%) 0,10%
Hasil Pengujian Penetapan Kadar Vit C dan Keseragaman Kandungan

a) Kadar Vit C
No Berat Absorbans C2 C3
Sampe (gram i C1 (mg/200ml (mg/Sachet Vit.C Label Klaim Kadar
l ) (mg/ml) ) ) (mg/Sachet) (%)
1 7,0985 0,494 0,00898 89,83 89,83 99,81
2 7,0985 0,501 0,00911 91,10 91,10 90 101,22
3 7,0985 0,499 0,00907 90,73 90,73 100,82
Rata - rata 0,50 0,01 90,55 90,55 Rata - rata 100,62
SD 0,00 0,00 0,65 0,65 SD 0,72
RSD (%) 0,72% 0,72 0,72% 0,72% RSD (%) 0,72%

b) Keseragaman Kandungan
Berat
Berat Vit.C Label
Berat Sache C1 C2 C3
No Isi Simpanga Absorban Klaim Kada
Total t (gram/m (mg/200m (mg/Sache
Sampel (gram n (%) si (mg/Sache r (%)
(gram) (gram l) l) t)
) t)
)
0,901 7,027
1 7,9289 0,39 0,446 0,00812 81,17 81,17 90,19
9 0
0,918 7,176
2 8,0950 2,53 0,466 0,00848 84,78 84,78 94,20
1 9
0,923 7,141 102,4
3 8,0650 2,02 0,507 0,00922 92,18 92,18
9 1 2
0,920 7,185 103,0
4 8,1057 2,65 0,510 0,00927 92,72 92,72
4 3 2
0,912 7,171 102,4
5 8,0842 2,45 0,507 0,00922 92,18 92,18
7 5 2
90
0,948 7,107 100,6
6 8,0564 1,54 0,498 0,00906 90,55 90,55
8 6 2
0,929 7,121
7 8,0516 1,74 0,493 0,00897 89,65 89,65 99,61
7 9
0,921 7,149 101,0
8 8,0710 2,14 0,500 0,00909 90,91 90,91
3 7 2
0,937 7,139 101,2
9 8,0766 1,99 0,501 0,00911 91,10 91,10
6 0 2
0,924 7,033 102,2
10 7,9581 0,48 0,506 0,00920 92,00 92,00
4 7 2
Rata - 0,923 7,125
8,0492 0,0179 0,4934 0,00897 89,72 89,72 Rata - rata 99,69
rata 8 3
0,012 0,055
SD 0,0585 0,0079 0,0201 0,00038 3,7692 3,7692 SD 4,19
9 6
RSD 0,78 4,20
0,73% 1,40% 44,34% 4,23% 4,20% 4,20% 4,20% RSD (%)
(%) % %
K 2,4

62
T 100
AV 10,05

Catatan :

1) C1= Kadar Vitamin C yang terukur dalam satuan mg/ml = (absorban terbaca – intersep) /
slpoe
2) C2 = Kadar Vitamin sesungguhnya dalam satuan mg/200ml = C1 x FP x 200ml (Diket :
FP=50)
3) C3 = Kadar Vitamin C sesungguhnya dalam satuan mg/Sachet = C2
4) Kadar dalam satuan % adalah kadar vitamin C yang dihitung terhadap nilai label klaim
Vitamin C
5) Pembuatan Larutan sampel produk jadi : 1 Sachet Produk jadi dalam 200ml air

6) Jika n = 10, maka k = 2,4


7) Untuk T = Nilai teoritis / nilai label klaim(dalam hal ini nilai teoritis juga) x 100%
8) Untuk T ≥ 101,5%, maka perhitungan nilai AV sebagai berikut :
a) Jika nilai rata – rata diantara nilai 98,5% dan T, maka : AV = k x SD
b) Jika nilai rata – rata lebih kecil dari 98,5%, maka AV = (98,5 – X) + (k x SD)
c) Jika nilai rata – rata besar dari T, maka AV = (X – T) + (k x SD)

Kriteria Penerimaan :
1) Kadar vitamin C dalam produk jadi harus 90,0 – 150,0% terhadap label
klaim atau 81,0 – 135,0 mg/Sachet
2) Keseragaman kandungan Vitamin C produk jadi harus 75,0 – 125,0%
terhadap label klaim atau 67,5 – 112,5 mg/Sachet
3) AV (Acceptance Value) kurang dari 15%

63
B. Pembahasan
Effervescent  didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang
menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam
larutan. Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida
(CO2).Serbuk effervescent  merupakan salah satu bentuk bahan
pangan kering. Suatu bahan pangan kering yang dapat diterima harus
mempunyai rasa, bau, dan kenampakan yang sebanding dengan
produk segar, dapat direkonstruksi dengan mudah dan mempunyai
stabilitas penyimpanan baik.Dasar formula tablet effervescent  adalah
reaksi antara senyawa asam dengan karbonat atau bikarbonat
menghasilkan karbondioksida. Bila serbuk dimasukkan ke dalam air,
maka akan terjadi reaksi kimia secara spontan antara asam dan
natrium membentuk garam natrium, CO 2, serta air. Reaksi ini
memberikan efek sparkle atau rasa seperti pada rasa minuman soda
dan berjalan cukup cepat, umumnya selesai dalam waktu kurang dari
satu menit dan menghasilkan larutan yang jernih. Produk jenis ini
banyak digemari karena penggnaannya memerlukan segelas air dingin
dan tidak perlu mengaduknya agar cepat larut, serta menghasilkan
larutan yang jernih. Formula minuman serbuk biasanya disesuaikan
dengan rasa dalam bentuk cairnya. Minuman dalam bentuk serbuk ini
memiliki keunggulan yaitu kestabilan produk dan massanya lebih kecil
serta bisa memenuhi permintaan dalam skala besar.
Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang
menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas
yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida
sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda)
(Lieberman dkk., 1992). Komponen utama minuman effervescent ialah
asam dan senyawa karbonat. Asam yang sering digunakan dapat
diperoleh dari tiga macam sumber yaitu asam makanan, asam
anhidrat, dan garam asam. Asam makanan merupakan jenis asam

64
yang paling sering digunakan karena secara alami terdapat dalam
bahan pangan. Asam-asam yang sering digunakan antara lain asam
sitrat dan asam tartrat (Lieberman dkk., 1992).Basa (natrium
bikarbonat) mempunyai peranan penting dalam memformulasi suatu
sediaan effervescent karena natrium bikarbonat merupakan sumber
karbondioksida utama (sebesar 52% CO2) yang menentukan sistem
effervescent yang dihasilkan (Purwandari, 2007).Dalam serbuk
effervescent biasanya sering ditambahkan bahan pemanis dan
pewarna untuk memperbaiki penampilan dan rasa serbuk. Tetapi yang
paling penting untuk diperhitungkan adalah bahan tersebut harus
mudah larut dalam airagar tidak meninggalkan residu.
Pada analisa Vitamin C dan Keseragaman kandungan
menggunakan pelarut Asam Oksalat 0,2% penggunaan pelarut ini
bertujuan agar sampel yang dianalisa titak terjadinya penurunan atau
terjadinya peningkatan ph, karena selain menjadi pelarut, Asam
oksalat 0,2% digunakan sebagai buffer pada larutan sampelnya..
Presisi atau precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil
individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada
sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Presisi
diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
variasi). Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability
(keterulangan) atau reproducibility (ketertiruan) (Riyanto, 2014).
Repeatability adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali
oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu
yang pendek. Repeatability dinilai melalui pelaksanaan penetapan
terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari
batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi
yang normal. Sedangkan reproducibility adalah keseksamaan metode
jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Biasanya analisis dilakukan
dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda menggunakan
peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analisis
dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik
dari batch yang sama. Reproducibility dapat juga dilakukan dalam
laboratorium yang sama dengan menggunakan peralatan, pereaksi,
dan analis yang berbeda (Riyanto, 2014).

Analisa Moisture content sering disalah artikan oleh beberapa


orang, moisture content sebenarnya berfungsi untuk mengukur tingkat
kelembaban pada sebuah sampel yang dianalisa, tingkat kelembaban
ini lah yang akan terbaca pada detectornya..Hal ini kadang masih
menjadi perbincangan di antara para praktisi dan laboran. Karena
sebagian orang menganggap kelembaban selalu berorientasi pada air,

65
sebagian yang lainnya berorientasi pada zat cair, bisa air, alkohol,
minyak atau pelarut jenis lainnya. Prinsip kerja dari alat moisture
analyzer berfokus pada pengukuran massa sample sebelum dan
sesudah di panaskan. Teknis pemanasan pada sample dilakukan
dengan beberapa cara, salah satu yang biasa dilakukan adalah
dengan memanaskannya dengan lampu Halogen.Proses pemanasan
sample dengan lampu halogen pada moisture analyzer akan
menyebabkan massa dari sample berkurang, proses ini akan berakhir
ketika massa sample tidak dapat lagi berkurang.Dalam hubungannya
dengan pengukuran tingkat kelembaban suatu zat, akan berhubungan
dengan istilah LOD((Loss Of Drying) atau metode Karl Fisher

BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kegiatan Prakerin selama 6 bulan di PT.Sari Enesis Indah ini
penulis sudah menjalankan program uji mutu untuk minuman serbuk
effervicent dari awal proses pembuatan acid hingga produk jadi yang telah di
kemas dengan sebaik – baiknya.
Dari hasil analisa yang dilakukan dari proses awal pemeriksaan mutu
minuman serbuk effervicent hingga akhir yang terdiri dari beberapa proses.
Berikut hasil dari pengujian anlisa mutu meliputi :
1) Tahapan proses pembuatan acid
Dari data dan hasil yang didapatkan bahwa sampel acid yang
dianalisa sudah memenuhi standar pabrik yang sudah ditetapkan
seperti uji organoleptic, Ph, Moisture content, serta tap density
semua proses pengujian tersebut sudah terbukti masuk syarat dan
bisa dilanjutkan untuk proses selanjutnya.
Uji Organoleptik : Sesuai dengan spesifikasi (Masuk Syarat)
Uji ph : 2,063 (Masuk Syarat)
Uji moisture content : 0,576% (Masuk Syarat)
Uji tap density : 0,8547 gram/ml (Masuk syarat)

2) Tahapan Proses pembuatan larutan pengikat


Sampel larutan yang diterima untuk dianalisa sudah memenuhi
syarat untuk dilanjutkan untuk tahap selanjutnya
Uji Organoleptik : sesuai dengan spesifikasi (Masuk Syarat)
Uji ph : 3,80 (Masuk Syarat)

3) Tahapan Proses pembuatan granula / alkalis

66
Sampel granula dianalisa dengan uji Moisture content,
organoleptic, tap density, dan partikel size
Uji moisture content : 0,26% (Masuk Syarat)
Uji organoleptic : Sesuai dngan Spesifikasi (Masuk Syarat)
Uji tap density : 0,6549 gram/ml (Masuk Syarat)
Uji partikel size : Sesuai dengan spesifikasi

4) Tahapan Proses pencampuran akhir


Pada proses ini sampel ruahan diperiksa sebelum nantinya akan
dipackage kedalam kemasan alumunium foil. Dari pengujian yang
dilakukan seperti organoleptic, kelarutan dalam air, dan Ph Brix
untuk mengetahui kandungannya tersebut sebelum nantinya
dikemas
Uji organoleptic : Sesuai dengan spesifikasi (Masuk Syarat)
Uji kelarutan : Sesuai dengan spesifikas (Masuk Syarat)
Uji ph dan brix : 5,68 dan 3,1 (Masuk Syarat)

5) Tahapan produk jadi


Sampel yang sudah di packaging dianalisa supaya tidak terjadi
perubahan kandungan pada produk selama packaging
Uji organoleptic :Sesuai spesifikasi (Masuk Syarat)
Uji ph dan brix : 5,60 dan 3,1 (Masuk Syarat)
Uji moisture content : 0,56% (Masuk Syarat)
Uji berat bruto dan netto : 7,12 gram (Masuk Syarat)
Uji kadar vitamin C : 100,62% (Masuk Syarat)
Uji keseragaman kandungan : 99,69% (Masuk Syarat)

B. Saran

Dalam proses produksi suplemen makanan, penjagaan mutu


dan konsistensi sangat perlu dilakukan, agar tujuan untuk
mendapatkan kualitas produk yang baik dan bermutu tinggi dapat
dicapai.
Analis dituntut untuk dapat melaksanakan pratikum dengan baik
dan benar agar hasil analisa yang didapat bagus dan dapat di
pertanggungjawabkan.

67
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Winarno, F.G. 1992.


Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Arny, N., Putri, A. N.,


Andina, L. (n.d.). Analisis
Kuantitatif Vitamin C Dalam
Injeksi Whitening
Menggunakan Metode
Spektrofotometri Uv-
Vis.

68
Arny, N., Putri, A. N.,
Andina, L. (n.d.). Analisis
Kuantitatif Vitamin C Dalam
Injeksi Whitening
Menggunakan Metode
Spektrofotometri Uv-
Vis.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Syarat Mutu Serbuk Minuman
Tradisional Menurut Standar Nasional Indonesia 01-4320-1996

Muchtadi, Sugiono, Fitriyono, 2010, Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.


Alfabeta, Bandung

https://wocono.wordpress.com/2013/03/04/spektrofotometri-uv-vis/
akses tanggal 23/09/2019 waktu 09:30 WIB

Winarno, F.G dan Surono. 2002. “GMP Cara Pengolahan Pangan yang Baik”.
M-Brio Pres. Bogor.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung. ITB

Instruksi Kerja Spektofotometer, 2012,IK-RD-A-0006-12, PT.Sari Enesis


Indah

Metoda Analisa Adem Sari, 2014, RD-MA-PJD-0001-12, PT. Sari Enesis


Indah

Fardiaz. S, 1989, Uji Sanitasi dalam Industri Pangan, Bogor, Institut


Pertanian Bogor

69
LAMPIRAN

A. Foto Perusahaan

Sumber (Anonimi,2019)

70
B. Stuktur Organisasi

71
72
C. Foto Laboratorium

73
D. Diagram Alir Proses industri
1. Proses Input – Output Produksi Adem Sari

74
2. Peta Proses Operasi Adem Sari

75
E. Foto Peralatan

Alat Moisture Content Analyzer HR - 83

Alat Ph Meter

76
Alat Brix Meter Atago PR-201α

Alat Tap Density Erweka

77
Alat Partikel Size Retsch

Alat Shimadzu Spektofotometer UV - 1800

78

Anda mungkin juga menyukai