(PRAKERIN)
Disusun Oleh :
Dinyatakan
DITERIMA/DITOLAK
Sebagai salah satu syarat guna mengikuti Ujian Kompetensi Keahlian (UKK) Praktik
Tahun Pelajaran 2016/2017
Menyetujui/Mengesahkan :
Mengetahui/Menyetujui,
Kepala SMK Bani Saleh
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN DI TEMPAT PRAKERIN
DINILAI OLEH TIM PENILAI
PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk
Menyetujui/Mengesahkan :
Pemimpin/Direktur DU/DI
Naiktua Sinabutar
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur bagi Allah taala yang
senantiasa memberikan begitu banyak kenikmatan sehingga laporan Praktek
Kerja Industri (PRAKERIN) ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan PRAKERIN ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat tugas akhir
setelah melakukan kegiatan PRAKERIN yang dilaksanakan di PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk, sejak tanggal 20 Oktober sampai dengan 30 November
2016. Dalam laporan PRAKERIN ini, penulis mengangkat topik khusus dengan
judul Pengaruh Kadar Air Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Goreng
Produksi Line 16 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
iii
10. Annisa Pramesti dan Kinanthi Rellavana sebagai teman seperjuangan di
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk,
11. Seluruh teman-teman angkatan pertama Analisis Kimia SMK Bani Saleh
Bekasi.
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
v
D. Langkah Kerja ...........................................................................................32
1. Kadar Asam Lemak Bebas .................................................................32
a. Persiapan ......................................................................................32
b. Cara Kerja .....................................................................................33
2. Kadar Air ..............................................................................................33
a. Persiapan ......................................................................................33
b. Cara Kerja .....................................................................................34
3. Perhitungan .........................................................................................34
A. Hasil ...........................................................................................................35
B. Pembahasan .............................................................................................36
BAB VI KESIMPULAN
A. Kesimpulan ................................................................................................39
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Daftar Varian Rasa Produksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ..7
Tabel III.1 Syarat Mutu Mie Instan ........................................................................14
Tabel III.2 Tabel Standar Mutu Minyak Goreng SNI 3741:2013 ..........................16
Tabel III.3 Alat yang digunakan dalam pengujian ................................................28
Tabel V.1 Hasil Pengujian Kadar Air dan Kadar FFA Minyak Goreng ................35
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
C. Pembatasan Masalah
4
5
C. Fasilitas
D. Bidang Usaha
Jenis Mie
No. Brand Varian Rasa
Instan
1. Indomie Normal Ayam Spesial
Noodle Mie Goreng Rasa Cabe Ijo
Ayam Spesial New
Goreng Spesial Plus
Ayam Bawang
Goreng Pedas
Kaldu Ayam
Mie Goreng Sate
Soto Mie
Goreng Rendang
Soto Spesial
Goreng Rasa Iga Penyet
Kari Ayam Extra Bawang Goreng
Soto Lamongan
Baso Sapi
Mie Goreng Rasa Rendang Balado
Seri Goreng Ayam Bawang + Kerupuk
Kerupuk Goreng Soto Dengan Kerupuk
Udang
Aneka Kriuk Mie Goreng Kriuk Pedas
Regional Soto Banjar Limo Kulit
Flavour Soto Betawi
Empal Gentong
Sop Buntut
Mie Goreng Cakalang
Mie Kocok Bandung
Vegan Sop Sayuran Vegan
Jumbo Mie Goreng Vegan
Noodle Goreng Spesial
Goreng Rasa Ayam Panggang
Special Mie Keriting Ayam Panggang
Quality Mie Keriting Goreng Spesial
Noodle Ayam Cabe Rawit
SQN Teste Mie Goreng Rasa Bulgogi ala
Of Asia Korea
Mie Kuah Rasa Laksa ala
Singapura
Mie Kuah Rasa Tom Yam ala
Thailand
Real Meat Goreng Ayam Rasa Jamur
Goreng Rendang
Kuah Kari Sapi
My Noodle Mie Goreng Seaweed
8
Pada zaman yang serba modern ini, pola hidup masyarakat semakin
berubah. Salah satu perubahan tersebut terjadi pada pola memenuhi
kebutuhan pangan yang semakin mengharapkan kemudahan dan
kepraktisan, sehingga masyarakat cenderung beralih pada produk makanan
yang menawarkan aspek yang dibutuhkan berupa kepraktisan tersebut,
seperti makanan cepat saji. Pada masa ini, salah satu makanan cepat saji
yang banyak dikonsumsi masyarakat modern adalah mie instan.
Mie instan dipilih sebagai salah satu makanan cepat saji yang banyak
dikonsumsi karena harganya yang terjangkau, mudah untuk disajikan serta
adanya kandungan gizi yang dapat berguna bagi tubuh, meskipun tidak baik
untuk dikonsumsi dengan jumlah yang berlebihan. Mie instan hanya perlu
dimasak dalam air mendidih, atau bahkan hanya diseduh dalam air panas
selam 3-4 menit. Keunggulan-keunggulan itulah yang menjadi alasan banyak
masyarakat yang memilih mie instan menjadi makanan yang praktis.
Proses pembuatan mie instan dimulai dengan proses pencampuran
terigu sebagai bahan baku utama yang ditambahkan dengan larutan alkali
dan air untuk menghasilkan adonan dengan tekstur yang diinginkan.
Kemudian pada proses selanjutnya, adonan diratakan menjadi lembaran mie
yang kemudian dibelah menjadi pilinan mie, dikukus pada suhu dan tekanan
uap yang telah ditentukan. Mie yang telah dikukus kemudian dipotong
menjadi blok-blok mie untuk selanjutnya masuk pada proses penggorengan,
didinginkan, dan yang terakhir dikemas untuk dipasarkan pada masyarakat.
Proses penggorengan mie instan dilakukan didalam minyak panas
suhu berkala mulai dari 1200C, 1500C, hingga 1600C. Proses penggorengan
mie instan dilakukan dengan merendam mie ke dalam minyak panas dengan
waktu singkat (90 detik). Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng
mie harus memiliki mutu standar yang baik sehingga produk dapat diterima
dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi.
10
11
Salah satu ciri minyak goreng yang baik adalah minyak goreng yang
memiliki kandungan air dan asam lemak bebas yang sesuai dengan standar
mutu minyak goreng yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional
Indonesia sehingga penggunaannya tidak membahayakan bagi masyarakat.
Untuk itu, perlu dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui nilai-nilai
tersebut.
B. Tinjauan Pustaka
1. Mie Instan
a. Pencampuran (Mixing)
b. Steaming (pengukusan)
c. Cutting (pemotongan)
d. Frying (penggorengan)
e. Pendinginan (Cooling)
f. Pengemasan (Packing)
Keadaan 2)
- Tekstur - Normal/dapat diterima
1. - Aroma - Normal/dapat diterima
- Rasa - Normal/dapat diterima
- Warna - Normal/dapat diterima
2. Benda Asing 2) - Tidak boleh ada
3. Keutuhan 1) % b/b Min 90
1)
Kadar Air
- Proses
% b/b Maks 10,0
4. Penggorengan
- Proses
% b/b Maks 14,5
Pengeringan
Kadar Protein 2)
- Mie dari terigu
5. % b/b Min 8,0
- Mie dari bukan
% b/b Min 4,0
terigu
mgKOH/g
6. Bilangan Asam 1) Maks 2,0
minyak
Cemaran Logam 2)
7. - Timbal (Pb) Mg/Kg Maks 2,0
- Raksa (Hg) Mg/Kg Maks 0,05
2)
8. Arsen (As) Mg/Kg Maks 0,5
15
Cemaran Mikroba 2)
- Angka Lempeng Koloni/g Maks 1,0 105
Total
9.
- E.coli APM/g <3
- Salmonella - Negatif per 25g
- Kapang Koloni/g Maks 1,0 103
1)
Berlaku untuk keping mie
2)
Berlaku untuk keping mie dan bumbu
2. Minyak Goreng
No
Kriteria Uji Satuan Persyaratan
.
1. Keadaan
- Bau - Normal
- Warna - Normal
2. Kadar air dan bahan menguap % (b/b) Maks 0,15
3. Bilangan asam Mg KOH/g Maks 0,6
4. Bilangan peroksida Mek O2/kg Maks 10
5. Minyak pelikan - Negatif
6. Asam linolenat (C18:3) dalam
% maks 2
komposisi asam lemak minyak
7. Cemaran logam
- Kadmium (Cd) Mg/kg Maks 0,2
- Timbal (Pb) Mg/kg Maks 0,1
- Timah (Sn) Mg/kg Maks
40,0/250,0*
- Merkuri (Hg) Mg/kg Maks 0,05
8. Cemaran arsen (As) Mg/kg Maks 0,1
CATATAN - Pengambilan contoh dalam bentuk kemasan di pabrik
- *dalam kemasan kaleng
yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar,
sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah, bersifat cair. Lemak yang
padat pada suhu kamar disebut lemak atau gaji, sedangkan yang cair
pada suhu kamar disebut minyak (Sediaoetama, 1987).
a) Sifat Fisika
1. Warna
Terdiri dari 2 golongan, golongan pertama yaitu
zat warna alamiah, yaitu secara alamiah terdapat
dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut
terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat
warna tersebut antara lain dan karoten (berwarna
kuning), xantofil, (berwarna kuning kecoklatan), klorofil
(berwarna kehijauan) dan antosyanin (berwarna
kemerahan). Golongan kedua yaitu zat warna dari
hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap
disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol
19
b) Sifat Kimia
1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan
diubah menjadi asam asam lemak bebas dan gliserol.
Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan
minyak atau lemak yang terjadi karena terdapatnya
sejumlah air dalam minyak tersebut.
2. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi
kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau
lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan
mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak.
Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan
peroksida dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya
ialah terurainya asam-asam lemak disertai dengan
konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton
serta asam-asam lemak bebas.
3. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk
menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam
lemak pada minyak atau lemak.
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah
asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester.
Dengan menggunakan prinsip reaksi ini hidrokarbon
rantai pendek dalam asam lemak yang menyebabkan
bau tidak enak, dapat ditukar dengan rantai panjang
yang bersifat tidak menguap.
c. Kadar Logam
Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut
dalam minyak goreng antara lain besi, tembaga, dan
kuningan. Mutu dan kualitas minyak goreng yang
mengandung logam-logam tersebut akan turun. Sebab
dalam kondisi tertentu, logam-logam itu dapat menjadi
katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak
goreng. Reaksi ini dapat dimonitor dengan melihat
perubahan warna minyak goreng yang semakin gelap dan
akhirnya menyebabkan ketengikan.
d. Angka Oksidasi
Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika
berlangsung dengan intensif akan mengakibatkan
ketengikan dan perubahan warna (menjadi semakin
gelap). Keadaan ini jelas sangat merugikan sebab mutu
minyak goreng menjadi menurun. Dari angka ini dapat
diperkirakan sampai sejauh mana proses oksidasi
berlangsung sehingga dapat pula dinilai kemampuan
minyak goreng untuk 11 menghasilkan barang jadi yang
memiliki daya tahan dan daya simpan yang lama. Angka
oksidasi dihitung berdasarkan angka peroksida.
e. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah banyaknya miliekuivalen
peroksida dalam 100 gram lemak. Menurut Ketaren, 1986
bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk
menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak.
Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada
ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida.
24
4. Bilangan Asam
asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1
gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam
penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam
lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadinya reaksi hidrolisis
pada minyak.
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N
yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat
dalam satu gram minyak atau lemak (Ketaren, 2008). Angka bilangan
asam besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal
dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang
baik. Makin tinggi angka bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya.
5. Metode Pengujian
C. Uraian Alat
1. Burret 25mL
5. Botol
Alat yang digunakan
timbang
sebagai wadah
menimbang sampel
minyak untuk kadar air
metode gravimetri.
6. Desikator
Alat yang digunakan
untuk mendinginkan
botol timbang berisi
sampel sebelum
ditimbang bobot setelah
pengovenan.
D. Uraian Bahan
2. KOH 0,05N
Bentuk = Kristal
Bau = Tidak berbau
Warna = Putih
Rasa =-
31
Titik Didih = -
Titik Leleh = 295 3000C
Toksisitasa = -
4. 2-Propanol
Bentuk = Cair
Bau = Khas Aromatik (seperti alkohol)
Warna = Tidak berwarna
Rasa =-
Titik Didih = Nilai paling rendah yang diketahui adalah 82.50C
(180,50C) (isopropil alkohol). Rata-rata tertinggi: 87,750C (189,90F)
Titik Leleh = Kemungkinan mulai meleleh pada -88,50C (-127,30F)
berdasarkan data isopropil alkohol.
Toksisitas = Dapat menyebabkan iritasi kulit ringan dan sensitisasi.
Dapat menyebabkan iritasi mata. Bernafas dalam jumlah besar dapat
membahayakan dan dapat memengaruhi sistem pernafasan dan
selaput lendir (iritasi).
5. Phenolpthalein
Bentuk = Cair
Bau =-
Warna = Tidak berwarna
Rasa =-
Titik Didiih = Nilai terendah yang diketahui adalah 78,50C (173,30F)
(etil alkohol). Rata-rata tertinggi: 79,580C (175,20F).
Titik Leleh = Kemungkinan mulai membeku pada -114,10C (-173,40F)
(etil alkohol).
Toksisitas = Menyebabkan kulit iritasi. Menyebabkan iritasi mata.
Cukup beracun dan menjadi narkotika dalam konsentrasi tinggi. Dapat
memengaruhi metabolisme, saluran pencernaan, darah, dan hati.
Dpaat memengaruhi saluran pernapasan, jantung dan sistem kemih.
BAB IV
PENGARUH KADAR AIR TERHADAP KADAR ASAM
LEMAK BEBAS MINYAK GORENG PRODUKSI LINE 16 PT
INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk,
A. Prinsip Kerja
2. Kadar Air
Pemanasan contoh di dalam oven suhu 105 20C, kemudian
hilangnya berat dalam contoh dihitung sebagai kadar air dengan
metode gravimetri.
B. Alat
2. Kadar Air
Alat yang digunakan selama proses pengujian kadar air metode
gravimetri pada minyak goreng adalah sebagai berikut :
a. Cawan/botol timbang
31
32
b. Desikator
c. Neraca analitik
d. Oven
e. Penjepit
C. Bahan
a. 2-propanol
b. Indikator phenolpthalein 1% dalam etanol 95%
c. Larutan KOH 0,05 N
d. Sampel minyak goreng yang akan diuji
2. Kadar Air
Bahan yang digunakan selama proses pengujian kadar air
metode gravimetri pada minyak goreng adalah sebagai berikut :
D. Langkah Kerja
b. Cara Kerja
1) Standarisasi KOH 0,05 N
a) Standar primer KHC8H4O4 yang telah dikeringkan (1050 C)
ditimbang teliti 1,0211 g.
b) Dilarutkan dengan 75 ml aquadest.
c) Ditambahkan 2 tetes phenolpthalein.
d) Titrasi dengan KOH 0,05 N hingga terjadi perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda seulas.
2. Kadar Air
a. Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan
pengujian kadar air pada minyak goreng, antara lain sebagai berikut :
1) Sampel minyak goreng yang akan diuji dapat langsung ditimbang,
atau jika sampel minyak goreng padat, cairkan lebih dahulu pada
suhu 60-700C.
2) Cawan/botol timbang beserta tutupnya yang akan digunakan
dikeringkan dalam oven selama 15 menit, dikeringkan lalu
ditimbang.
34
b. Cara Kerja
1) Sampel minyak goreng ditimbang 2 5 gram.
2) Sampel yang sudah ditimbang dikeringkan dalam oven pada suhu
105 20C selama 3 jam.
3) Sampel yang telah di keringkan, didinginkan dalam desikator
selama 15 menit.
4) Sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang.
5) Penetapan kadar air pada minyak goreng dilakukan dengan
menyertakan blanko.
E. Perhitungan
1. Kadar Asam Lemak Bebas
a. Standarisasi KOH 0,05 N
Ket :
Bst. Kalium Hidrogen Phtalat = 204,23
BM minyak sawit = 25,6
2. Kadar Air
Ket :
W0 = Bobot wadah kosong (g)
W1 = Bobot wadah + sampel (g)
W2 = Bobot wadah + sampel setelah dipanskan (g)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
35
36
B. Pembahasan
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kadar Air dan FFA pada minyak yang ditunjukkan masih berada
dibawah nilai mutu standar SNI 3741:2013 dan mutu standar perusahaan,
yaitu maksimal 0,15% dan 0,08% untuk kadar air, dan maksimal 2% dan
0,24% untuk kadar FFA minyak goreng. Dengan demikian, kesimpulan
sementara dari hasil pengujian diatas menunjukkan bahwa minyak goreng
pada produksi line 16 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dalam status
baik dan aman digunakan bagi makanan.
B. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Alfiani, Selamat, et al., Februari 2014. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas Dalam
Minyak Hasil Penggorengan Berulang Dengan Metode Titrasi Asam Basa
dan Spektrofotometer Fourier Transformation Infra Red (FTIR). Jurnal
Pharmascience. Volume 1, No.1.
https://www.google.co.id/webhp?sourceid=chrome-
instant&ion=1&espv=2&ie=UTF-8#, 24/11/2016
Basset. J, MSc., C. Chem., F.R.I.C. et al., 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Edisi ke 4. diterjemahkan oleh: Dr. A. Hadyana
Pudjaatmaka dan Ir. L. Setiono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
BSN. 2000. Mie Instan. SNI 01-3561-2000. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta
Castillon, P.G., Artalejo, F. R., Forns, N. S., Banegas, J. R., Etxezarreta, P. A.,
Ardanaz, E., Barricarte, A., Chirlaque, M. D., Iraeta, M. D., Larranaga, N.,
Losada, A., Mendez, M., Martnez, C., Quiros, J. R., Navarro, C.,
Jakszyn, P., Sanchez M. J., Tormo, M. J., Gonzalez, A. 2011. Intake of
fried foods is associated with obesity in the cohort of Spanish adults from
the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition.
American Journal Clinic Nutrition, 86: 198205.
Haliwell B, and Gutteridge JMC. 1989. Free Radical in Biology and Medicine.
Oxford University Press. Ed 3. hlm 105 220.
40
41