Anda di halaman 1dari 222

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

DI LABORATORIUM PENGUJIAN BALAI KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA BANDUNG
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Menyelesaikan
Studi di SMK Negeri 13 Bandung Kompetensi Analisis Kimia

Disusun Oleh :
GITA PUTRI MADHANI NIS. 101515708
NIRA PATRAKOMALA NIS. 101515745

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 13 BANDUNG
KOMPETENSI KEAHLIAN
1. ANALISIS KIMIA; 2. TEKNIK KOMPUTER JARINGAN;
3. REKAYASA PERANGKAT LUNAK

Jl. Soekarno-Hatta KM.10 Bandung- 40286; Telp/Fax (022) 7318960


E-Mail : smk13bdg@gmail.com
Home page : www.smkn-13bdg.sch.id
2018-2019
LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

LEMBAR PENGESAHAN
DARI
BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BANDUNG

Pembimbing I

Diana Rahayu
NIP. 19671110 198712 200 1

Kepala/ lainnya
Ttd & cap

Kepala Seksi Pelayanan Teknis

Waluyo, PG Dip Sc(OHS) M.Si


NIP. 19710409 199303 100 1

Kepala Balai Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Bandung

Ir. Iyus Hidayat, M.Kes


NIP. 19620220 199203 100 6

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung i


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

LEMBAR PENGESAHAN
DARI
SMK NEGERI 13 BANDUNG

Menyetujui,

Waka Hubin-Humas dan BKK, Pembimbing,

Oman Somana, S.Pd. Dra. Rahmi Dalilah Fitrianni


NIP. 19660815 199103 1 009 NIP. 19680105 200801 2 006

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 13 Bandung,

Ino Soprano, S.P., M.M.Pd


NIP. 19671110 198712 200

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung ii


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung iii


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

IDENTITAS SISWA

Nama Siswa : Gita Putri Madhani

Nomor Induk : 101515708

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 14 Desember 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan darah :O

No. Telp / Hp Siswa : 081572834153

Nama Sekolah : SMK Negeri 13 Bandung

Alamat Sekolah : Jl. Soekarno-Hatta KM.10 Bandung

40286

No. Telp Sekolah : (022) 7318960

Nama Orang Tua : Asep S Muharam

Alamat Orang Tua : Jl. Cikaso No. 303/411 RT 01 RW 06


Kec.Cibeunying Kidul, Kota Bandung

No. Telp Orang Tua : 081572021220

Bandung, 28 Februari 2019

Gita Putri Madhani


NIS. 101515708

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung iv


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

IDENTITAS SISWA

Nama Siswa : Nira Patrakomala

Nomor Induk : 101515745

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 11 Februari 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Golongan darah :B

No. Telp / Hp Siswa : 089655990213

Nama Sekolah : SMK Negeri 13 Bandung

Alamat Sekolah : Jl. Soekarno-Hatta KM.10 Bandung

40286

No. Telp Sekolah : (022) 7318960

Nama Orang Tua : Turyanto

Alamat Orang Tua : Komp. Pondok Karya Ganesha ITB No.


590 RT 04/Rw 06 Desa Melatiwangi
Kecamatan Cilengkrang Kabupaten
Bandung

No. Telp Orang Tua :

Bandung, 28 Februari 2019

Nira Patrakomala
NIS. 101515745

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung v


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

IDENTITAS INDUSTRI / INSTANSI

Perusahaan/ Institusi
Nama Instansi : Balai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bandung
Kementerian Ketenagakerjaan Replublik
Indonesia

Alamat : Jl. Golf No. 34 Ujung Berung


Bandung, 40294
Bidang Produk/ Jasa :
Status : Instansi Pemerintah
No. Telp/ Fax : (022) 7800995
E-mail : hiperkes@bdg.centrin.net.id
Website : http://dinas-nakertrans.jakarta.go.id

Pimpinan
Jabatan : Kepala Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bandung
Nama : Ir. Iyus Hidayat. M. Kes

HRD/ Ka. TU
Nama : Dra. Niken Diana Habsari, Msi
No. Telp/ Fax : (022) 7800995

Pembimbing
Nama : Diana Rahayu
No. Telp –Ext : 081320454264
E-mail :

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung vi


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah


SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Industri di Laboratorium Pengujian Balai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung.

Laporan ini disusun untuk mempertanggung jawabkan


praktik kerja industri yang telah kami laksanakan berdasarkan
pengalaman kerja kami di Laboratorium Pengujian Balai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung. Laporan ini berisi
tentang segala informasi yang berkaitan dengan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) yang kami lakukan untuk memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan studi di SMK Negeri 13
Bandung tahun pelajaran 2018-2019. Sesuai dengan nama
instansi tempat praktik kerja industri yang kami jalani, maka
dalam laporan ini kami mengambil judul “Laporan Praktik Kerja
Industri di Laboratorium Pengujian Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bandung”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima


kasih serta penghargaan atas segala bantuan, arahan maupun
petunjuk yang telah diberikan selama ini, yaitu kepada :

1. Ibunda dan Ayahanda yang telah memberikan dukungan


moril, spirit, dan do’a restu setiap saat kepada penulis.

2. Bapak Ino Soprano, S.Pd., M.M.Pd, selaku kepala


Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 13 Bandung.

3. Bapak Ir. Iyus Hidayat M.Kes, selaku Kepala Balai


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung vii


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4. Bapak Waluyo, PG Dip Sc(OHS) M.Si ,selaku Kepala


Seksi Pelayanan Teknis Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bandung.

5. Ibu Diana Rahayu, selaku Pembimbing Utama yang telah


memberikan arahan, bimbingan, kritik, serta saran yang
sangat berarti selama kami melaksanakan prakerin ini.

6. Bapak Oman Somana, S.Pd selaku Waka Hubin/Humas


yang telah memberikan pembekalan yang bermanfaat,
sehingga dapat memudahkan kami selama prakerin.

7. Ibu Dra. Rahmi Dalilah Fitrianni selaku pembimbing


prakerin dari sekolah yang telah dengan sabar
membimbing kami selama pelaksanaan prakerin.

8. Ibu Ir.Ana Yuliana, M.Si., Ibu Srie Kretaningsih, Ibu Linda,


Ibu Erni, Ibu Uli dan Ibu Octa yang selalu mendampingi
dan membantu kami dalam melaksanakan pekerjaan di
laboratorium.

9. Kang Suherlan, Kang Fajri Puji Handoyo selaku akang-


akang yang selalu membantu kami sehingga dapat
mempermudah kami selama prakerin.

10. Seluruh pegawai Balai Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Bandung yang telah menemani kami selama
melaksanakan Prakerin.

11. Seluruh Guru beserta Staf Tata Usaha dan Pegawai SMK
Negeri 13 Bandung yang telah memberikan dukungan
penuh selama kami menempuh pendidikan selama 8
semester ini.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung viii


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

12. Seluruh rekan Angkatan Dasa Bhakti Kartaga Paramartha


yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang selalu
memberikan kesan dan pesan yang membuat kami selalu
semangat dalam menjalani prakerin.

13. Serta umumnya kepada seluruh pihak yang tidak dapat


kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam
proses penyelesaian laporan prakerin ini.

Jazakallahu Khairan Katsiiran. Semoga Allah Azza Wa


Jalla mencatat ini sebagai suatu kebaikan bagi kita semua. Amiin
Ya Rabbal Alamin.

Bandung, 28 Februari 2019

Penulis

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung ix


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Daftar Isi

LEMBAR PENGESAHAN INSTANSI ............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH ........................................................................... ii
IDENTITAS SISWA..........................................................................................................iv
IDENTITAS INDUSTRI / INSTANSI ..............................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................................vii
Daftar Isi ............................................................................................................................ x
Daftar Gambar ................................................................................................................ xiv
Daftar Tabel...................................................................................................................... xv
Daftar Bagan .................................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ............................................................................................................... xv
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Prakerin .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Pelaksanaan Prakerin ........................................................................ 4
1.3. Tujuan Penulisan laporan ............................................................................... 5
1.4. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 6
1.5. Tinjauan Umum Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................ 7
1.5.1. Latar Belakang Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ............... 7
1.5.2. Sejarah Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Indonesia ..... 9
1.5.3. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung .......................... 10
1.5.4. Perkembangan Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............... 14
1.5.5. Visi, Misi dan Motto ................................................................................ 15
1.5.6. Fungsi dan Tugas Balai K3 ................................................................... 16
1.5.7. Struktur Organisasi Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bandung................................................................................................................... 17
BAB II ............................................................................................................................... 20
KEGIATAN DI INDUSTRI ............................................................................................. 20
2.1. Pengukuran Gas Organik ............................................................................. 20
2.1.1 Penentuan Kandungan NO2 di Udara ................................................. 20

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung x


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.2 Penentuan Kandungan SO2 di Udara .................................................. 26


2.1.3 Penentuan Kandungan NH3 di Udara ................................................. 40
2.1.4 Penentuan Kandungan H2S di Udara.................................................. 47
2.1.5 Penentuan Kandungan Oksidan (O3) di Udara.................................. 53
2.1.6 Penentuan Kandungan HCl di Udara .................................................. 61
2.1.7 Penentuan Kandungan Cl2 di Udara .................................................... 66
2.1.8 Penentuan Kandungan CO di Udara................................................... 70
2.1.9 Penentuan Kandungan HF di Udara ................................................... 71
2.1.10 Penentuan Kandungan CO2 di dalam Udara .................................... 77
2.2 Penentuan Uji Debu (Metode: Gravimetri) ...................................................... 78
2.2.1 Pengukuran Uji Debu Total di Udara .................................................. 78
2.3 Penentuan Kandungan Pb di Udara............................................................ 81
2.4 Analisis Multi Logam Filter dengan ICP ........................................................... 83
2.5 Pemantauan Biomedik (Monitoring Biologis) ............................................. 84
2.5.1 Penentuan Phenol dalam urine ............................................................ 84
2.5.2 Penentuan Asam Hipurat dalam urine ................................................ 87
2.5.3 Penentuan Pb dalam Darah ................................................................. 90
2.5.4 Analisa multi logam urine (Destruksi Basah) ..................................... 93
BAB III .............................................................................................................................. 95
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 95
3.1 PROGRAM MONITORING ........................................................................... 95
3.2 Definisi Udara dan Pencemaran Udara ...................................................... 96
3.2.1 Definisi udara ................................................................................................ 96
3.2.2 Definisi Pencemaran Udara ........................................................................ 97
3.3 Jenis-Jenis Pencemaran Udara ................................................................... 98
Jenis-jenis bahan pencemar udara (polutan) ........................................................ 99
3.3.1 Pencemaran Udara Berdasarkan Sumbernya ......................................... 99
3.3.2 Pencemaran Udara Berdasarkan Tingkatannya ................................... 100
3.3.3 Pencemaran Udara Berdasarkan Sifatnya ............................................. 101
3.4 Macam Macam Pencemar Udara .............................................................. 102
3.4.1 Karbon Monoksida ..................................................................................... 102
3.4.2 Nitrogen Dioksida (NO2) ........................................................................... 103

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung xi


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.4.3 Sulfur Oksida (SOx) ................................................................................... 103


3.4.4 Ozon (O3) .................................................................................................... 104
3.4.5 Hidrokarbon (HC) ....................................................................................... 104
3.4.6 Khlorin (Cl2) ................................................................................................. 104
3.4.7 Partikulat Debu (TSP) ................................................................................ 105
3.4.8 Timah ........................................................................................................... 105
3.5 Dampak Pencemaran Udara ...................................................................... 105
3.5.1 Dampak pencemaran udara Dampak kesehatan .................................. 105
3.5.2 Dampak terhadap tanaman ...................................................................... 106
3.5.3 Efek rumah kaca......................................................................................... 106
3.5.4 Kerusakan lapisan ozon ............................................................................ 107
3.6 SPEKTROFOTOMETRI .............................................................................. 107
3.6.1 Definisi ......................................................................................................... 107
3.6.2 Prinsip kerja spektrofotometri ................................................................... 108
3.6.3 Komponen utama spektrofotometer ........................................................ 109
3.6.4 Prinsip Kerja Spektrofotometer ................................................................ 110
3.6.5 Jenis spektrofotometer .............................................................................. 110
3.6.6 Perbedaan spektrofotometer berkas tunggal dan ganda:................... 111
3.6.7 Berdasarkan Sumber cahaya yang digunakan ...................................... 111
3.6.8 Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri .................................. 117
3.6.9 Spektrum UV, VIS, UV-VIS dan IR .......................................................... 120
3.6.10 Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi ......... 129
3.7 Atomic Absorbtion Spectroscopi (AAS) .................................................... 132
3.7.1 Prinsip Kerja AAS ....................................................................................... 134
3.7.2 Bagian-bagian AAS .................................................................................... 135
3.7.3 Cara Menggunakan AAS .......................................................................... 141
3.7.3 Kelebihan dan Kelemahan Atomic Absorption Spectrophotometry ... 144
3.7.4 Beberapa gangguan kimia ........................................................................ 146
3.7.5 Sumber Cahaya .......................................................................................... 147
3.7.6 Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp) ............................... 147
3.7.7 Nyala ............................................................................................................ 148
3.7.8 Instrumen dan Alat ..................................................................................... 151

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung xii


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.7.9 Metode Analisis .......................................................................................... 151


3.7.10 Cara Kerja AAS ........................................................................................ 153
3.8 Pemantauan Biomedik ................................................................................ 155
3.8.1 Phenol dalam Urine ................................................................................... 155
3.8.2 Dampak Pajanan Benzena ....................................................................... 157
3.8.3 Asam Hipurat dalam Urine ........................................................................ 159
3.8.3 Pb Dalam Darah ......................................................................................... 162
BAB IV............................................................................................................................ 164
DATA DAN PERHITUNGAN ...................................................................................... 164
4.1 Contoh Perhitungan Analisis Udara................................................................ 164
4.1.1 Contoh Perhitungan Penentuan NO2 ...................................................... 164
4.1.2 Contoh Perhitungan Penentuan SO2 di Udara ...................................... 166
4.1.3 Contoh Perhitungan Penentuan NH3 di Udara ...................................... 168
4.1.4 Contoh Perhitungan Penentuan H2S di Udara ...................................... 170
4.1.5 Contoh Perhitungan Penentuan O3 di Udara ......................................... 172
4.2 Contoh Perhitungan Kadar Debu .................................................................... 174
4.2.1 Contoh Perhitungan Penentuan Debu Total .......................................... 174
4.3 Contoh Perhitungan Analisis Urin ................................................................... 176
4.3.1 Contoh Perhitungan Creatinin dalam urin .............................................. 176
4.3.2 Contoh Perhitungan Phenol dalam urin .................................................. 177
4.3.3 Contoh Perhitungan Asam Hipurat dalam urine .................................... 177
4.4 Contoh Perhitungan Analisis Logam Dalam Darah...................................... 178
BAB V ............................................................................................................................. 179
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 179
5.1 Penentuan kandungan SO2 di Udara ............................................................. 179
5.2 Penentuan kandungan NO2 di Udara ............................................................. 180
5.3 Penentuan kandungan NH3 di Udara ............................................................. 181
5.4 Penentuan kandungan H2S di Udara ............................................................. 182
5.5 Penentuan O3 .................................................................................................... 183
5.6 Penentuan Debu Total di Udara ...................................................................... 184
5.7 Penentuan Kandungan Pb di udara................................................................ 184
5.8 Pemantauan Biomedik ...................................................................................... 185

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung xiii


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

BAB VI............................................................................................................................ 188


KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 188
6.1 Kesimpulan Prakerin ......................................................................................... 188
6.2 Saran ................................................................................................................... 188
6.2.1 Kepada Pihak Sekolah .............................................................................. 188
6.2.2 Kepada Pihak Instansi ............................................................................... 189
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 190
LAMPIRAN .................................................................................................................... 193

Daftar Gambar

Gambar 1. Botol Penyerap Fritted Bulb ................................................... 22


Gambar 2. Rangkaian Peralatan Pengambil Contoh Uji NO2 .................. 22
Gambar 3. Botol Penyerap (midget impinger) 𝑺𝑶𝟐 .................................. 30
Gambar 4. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji 𝑺𝑶𝟐 selama 1 jam
................................................................................................................. 31
Gambar 5. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji SO2 selama 24 jam
................................................................................................................. 32
Gambar 6. Botol penjerap (midget impinger) amoniak............................. 43
Gambar 7. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji amoniak .............. 43
Gambar 8. Botol penjerap (midget impinger) oksidan .............................. 55
Gambar 9. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji oksidan, O 3 ......... 56
Gambar 10.Rangkaian peralatan pengambil contoh uji f- ......................... 74
Gambar 11. hubungan antara panjang gelombang, frekuensi dan energi
tiap foton ................................................................................................ 114
Gambar 12. “komponen-komponen spektrofotometer” .......................... 115
Gambar 13. Proses dispersi cahaya ...................................................... 116
Gambar 14. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel. .... 118
Gambar 15. Contoh hasil pembacaan Spektrofotometri IR (Infra Red) .. 123
Gambar 16. Spektrum UV, spektrofotometer UV dan UV-Vis ................ 125
Gambar 17. spektrum IR ........................................................................ 125
Gambar 18. Kurva hubungan absorbansi vs konsentrasi ...................... 127
Gambar 19. Contoh grafik hubungan absorbans vs konsentrasi ........... 131
Gambar 20. Contoh penarikan garis, untuk menentukan konsentrasi
sampel ................................................................................................... 132
Gambar 21. Nebuliser pada spektrometer serapan atom (SSA) ............ 149

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung xiv


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Gambar 22. Reaksi senyawa Asam Hipurat .......................................... 160

Daftar Tabel

Tabel 1. Perbedaan spektrofotometer berkas tunggal & ganda ............. 111


Tabel 2. Keterangan spektrum cahaya yang diserap pada panjang
gelombang tertentu ................................................................................ 126
Tabel 3. Contoh pengukuran absorbansi standar .................................. 131
Tabel 4. Keterangan mengenai Asam Hipurat ....................................... 160

Daftar Bagan

Bagan 1. Struktur Organisasi ................................................................... 17

Daftar Lampiran
Lampiran 1 : .................................................................................................................. 193
Lampiran 2 : .................................................................................................................. 195
Lampiran 3 : .................................................................................................................. 198
Lampiran 4 : .................................................................................................................. 200
Lampiran 5 : .................................................................................................................. 201
Lampiran 6 : .................................................................................................................. 202
Lampiran 7 : .................................................................................................................. 203
Lampiran 8 : .................................................................................................................. 203
Lampiran 9 : .................................................................................................................. 204
Lampiran 10 : ................................................................................................................ 204
Lampiran 11 : ................................................................................................................ 205
Lampiran 12 .................................................................................................................. 206

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung xv


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Prakerin

Dalam era globalisasi yang sedang berlangsung dewasa


ini semakin terlihat adanya berbagai perubahan yang bersifat
multi dimensional. Perubahan cepat dan mendasar pula yang
akan terjadi dalam memasuki abad 21 yang disebut dengan era
”super industrial revolution” yang merupakan transisi ke arah
”post industrial society”.

Proses Pembangunan Nasional yang berlangsung di


Indonesia pun senantiasa berkembang selaras dengan dinamika
pemanfaatan teknologi yang semakin maju dalam setiap
aktivitas. Selain itu Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang di dunia, di mana pembangunan di berbagai sektor
sedang digalakan termasuk sektor industri, harus memiliki SDM
(Sumber Daya Manusia) yang mampu bersaing dalam
menghadapi era globalisasi.

Undang-Undang dasar 1945 mengamanatkan upaya


untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur
dalam Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,


pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan pada
jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan peserta didik untuk dapat bekerja dalam satu
bidang tertentu, kemampuan untuk beradaptasi di lingkungan
kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di
kemudian hari.

Untuk menjawab tantangan di atas, Praktik Kerja Industri


(Prakerin) bagi siswa SMK diwajibkan hukumnya. Prakerin
sendiri merupakan sebuah bentuk penyelenggaraan pendidikan
keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan
sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 1


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

langsung di industri/institusi pasangan, sehingga siswa akan


lebih siap dalam menghadapi dunia industri.

Dalam dunia bermasyarakat saat ini diperlukan pula sumber


daya-sumber daya manusia yang memiliki keahlian professional
dikarenakan saat ini persaingan global di Indonesia maupun dunia
sangatlah ketat. Maka dari itu sumber daya manusia di Indonesia
diperlukan keunggulan yang lebih agar bisa memajukan dan membuat
nama Indonesia semakin berkiprah dalam kemajuan dunia.

Untuk dapat membuat Indonesia semakin maju dalam


persaingan global ini, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
unggul, memiliki keahlian Profesional dalam
Ketenagakerjaan,memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
dan dapat membuat karya karya yang bisa membuat Indonesia dapat
bersaing dalam persaingan global baik di masa ini maupun di masa
depan nanti.

Pendidikan yang merupakan salah satu factor utama


pembangunan dalam diri manusia haruslah secara jelas menjadi
sumber pembentuk peserta didik yang merupakan asset bangsa di
kemudian hari, peserta didik inilah yang juga merupakan Sumber
Daya Manusia (SDM) di persaingan global nanti maka dari itu peserta
didik haruslah memiliki keahlian professional yang dapat menjadikan
dirinya menjadi produktif,memiliki daya saing global,berpenghasilan
serta mampu menciptakan produk-produk unggul di lingkungan
industry Indonesia yang harus siap dalam menghadapi persaingan
global di dunia terutama ASEAN.

Dalam menjadikan SDM memiliki suatu keahlian professional,


maka pada dasarnya ada unsur-unsur yang harus dikuasai dalam
mendapatkan keahlian professional tersebut, yaitu unsur ilmu
pengetahuan,teknik dan kiat. Dalam unsur ilmu pengetahuan dan
teknik dapat kita dapatkan di dalam edukasi belajar mengajar di
sekolah, namun unsur kiat sebenarnya bukan unsur yang diajarkan
langsung dalam pembelajaran formal, tetapi dapat dikuasai melalui
proses pembiasaan penentuan kadar keprofesionalan seseorang,
hanya didapat dikuasai melalui cara mengerjakan pekerjaan pada
bidang profesi itu sendiri, karena itulah tumbuh suatu ukuran keahlian
professional berdasarkan jumlah pengalaman kerja.

Maka dari itu Praktek kerja industri (Prakerin) adalah suatu


bentuk penyelenggaraan pendidikan, keahlian dan kejurusan yang
memadukan secara singkat program-program pendidikan yang ada di
sekolah dan program pendidikan penguasaan keahlian yang dapat

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 2


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

kita peroleh melalui bekerja secara langsung di dunia kerja yang


terarah untuk mencapai tujuan tingkat keahlian professional tertentu.

Dalam hal tersebut maka haruslah ada 2 pihak yang terlibat,


yaitu lembaga pendidikan pelatihan dan juga lembaga lapangan kerja
atau industri yang secara bersama-sama menyelenggarakan suatu
program pendidikan dan pelatihan kejuruan yang memiliki tujuan yang
sama yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Maka kedua
belah pihak harus secara sungguh-sungguh terlibat dan bertanggung
jawab mulai dari tahap perencanaan program, tahap
penyelenggaraan, tahap penilaian dan hingga tahap penentuan
kelulusan peserta didik agar diketahui peserta didik tersebut siap atau
tidak saat berjuang dalam dunia kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 3


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1.2. Tujuan Pelaksanaan Prakerin


Secara umum adanya Praktek kerja industri (Prakerin) ini adalah
untuk memberikan wawasan serta edukasi secara langsung untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya dunia industri tersebut serta
diharapkan peserta didik dapat menyiapkan diri untuk menghadapi
dunia industri yang ada di depan mata.

Namun adapun tujuan pokok dari praktek kerja industri adalah :

1. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan program


pembelajaran di SMKN 13 bandung

2. Memberikan wawasan serta gambaran kepada siswa


mengenai situasi kerja ataupun kondisi kerja di dunia industri.

3. Meningkatkan kualitas diri siswa dalam aspek-aspek yang ada


di dunia industri. Seperti disiplin,bertanggung jawab,kreatif, dan
inovatif.

4. Melatih siswa/i agar dapat bersosisalisasi di lingkungan kerja.

5. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap professional yang


ada pada diri siswa dalam rangka memasuki dunia kerja.

6. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan


siswa sebagai bekal kerja yang sesuai dengan program studi
kimia analisis.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 4


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1.3. Tujuan Penulisan laporan


Laporan ini disusun sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan
prakerin di Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung selama 4
bulan, yang dimulai dari 02 November 2017 - 28 Februari 2018. Penulisan
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 13 Bandung Program keahlian Analisis Kimia.

Adapun beberapa tujuan pembuatan laporan setelah melaksanakan


Praktik Kerja Industri, yaitu :

1. Melaporkan segala kegiatan yang dilakukan selama


melaksanakan Praktik Kerja Industri kepada pihak sekolah dan
pihak Industri.

2. Memberikan data kepada pihak sekolah untuk memperluas


dan menambah pengetahuan sekolah mengenai dunia kerja di
suatu industri.

3. Menjadi wadah untuk siswa agar dapat menuangkan


pikirannya ke dalam tulisan yang dapat di uji keilmiahannya serta
dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat karya
tulis.

4. Menambah pembendaharaan bagi perpustakaan baik di


sekolah maupun di industri , serta memberikan peningkatan
pengetahuan bagi siswa generasi berikutnya di pihak sekolah.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 5


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1.4. Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah dalam membaca tulisan ini, maka
pembahasan dibagi dalam enam bab, sebagai berikut:

 Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi tentang latar


belakang dan tujuan prakerin, tinjauan umum tentang Dunia
usaha/Dunia Industri tempat Praktik Kerja yaitu pengenalan
umum tentang latar belakang, sejarah perusahaan,
perkembangan perusahaan, visi, misi, motto dan struktur
organisasi.

 Bab kedua adalah kegiatan di lini industri yang berisi tentang


proses preparasi sampel, teknik analisis sampai melakukan
analisisnya.

 Bab ketiga adalah tinjauan pustaka yang berisi tentang


uraian/teori penunjang dalam melakukan teknik analisis.

 Bab keempat adalah hasil dan perhitungan yang berisi tentang


data serta hasil pengolahannya serta perhitungan selama
analisis.

 Bab kelima adalah pembahasan dan tentang bahasan hasil


analisis atau masalah yang ditemukan serta penyelesaiannya.

 Bab keenam adalah kesimpulan dan saran yang berisi


kesimpulan tentang praktik kerja industri yang telah
dilaksanakan serta saran-saran.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 6


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1.5. Tinjauan Umum Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.5.1. Latar Belakang Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja


Suatu sebab berkembang dan adanya Higene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja ialah adanya pekerjaan dalam hubungan pengupahan
atau penggajian.Kapan tepatnya mulai ada pekerjaan atas dasar
pengupahan atau penggajian tidaklah kita ketahui. Namun dapatlah
dianggap, ketentaraan di zaman silam adalah permulaan adanya
pekerjaan atas dasar pengupahan itu, dan peperangan itu dianggap
pekerjaan yang dapat menimbulkan korban-korban atau
kecelakaankecelakaan akibat perang.

Maka dari itu Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja antara lain
berlembaga pada ketentaraan zaman purba. Selain itu pekerjaan atas
dasar paksaan atau hukuman juga menjadi sebab berkembangnya
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Pekerja-pekerja tambang
zaman dulu adalah tawanan perang dan pesakitan yang akhirnya mati
oleh karena pekerjaannya itu.

Bapak ilmu kedokteran, Hippocrates rupanya belum pernah


menaruh perhatian, hal ini dapat dibuktikan dari buku-bukunya, ia
mendasarkan teori pada keseimbangan makanan dan latihan (exercise),
tapi latihan yang dimaksud sama sekali tidak ditujukan pada pekerja.
Sebagai contoh dikutip sebagai berikut:

“Latihan-latihan harus banyak dan segala ragam; lari diatas jalan dua
yang bertambah-sedikit demi sedikit kecepatannya; gulat sesudah
tubuhnya diminyaki, mulai dari latihan enteng lambat laun menjadi berat,
jalan tiba-tiba sesudah latihan; jalan-jalan sebentar diatas sinar surya
sesudah makan siang; banyak jalan-jalan dini pada pagi hari,pelan-
pelan pada permulaan, lalu bertambah cepat dan berakhir dengan
kecepatan sedang.”

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 7


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Rupanya Hippocrates lupa, ia tidak memperhatikan penyakit kaum


pekerja.
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja tetap gelap di abadabad
sebelum abad ke 16, baru pada abad itu dan sesudahnya terdapat
keterangan-keterangan pasti, bahkan gambaran-gambaran tentang
penyakit-penyakit pekerja tambang dan pekerjaan-pekerjaan lainnya oleh
Agricola dan Paracelcus, Agricola menulis buku “De Re Metalica”, yang
diterbitkan pada tahun 1556, sedangkan Paracelcus menulis “Von der
Bergsucht und anderen bergkrankheiten”, pada tahun 1569. Keduanya
menggambarkan pekerjaan-pekerjaan dalam tambang, cara mengolah
biji, dan tentang penyakit-penyakit yang diderita oleh pekerja. Bukan
hanya itu saja, tetapi keduanya telah memulai dengan gagasan
pencegahan. Agricola menganjurkan ventilasi dan pemakaian tutup
kepala yang longgar. Contoh pencegahan di bidang lain, Agricola
menutup muka dengan daun-daun bagi pekerja yang sedang mencat.
Di samping itu Paracelcus menguraikan panjang lebar tentang
bahan-bahan kimia, sehingga ia dianggap telah memulai toksikologi
modern.

Namun yang betul-betul Bapak dari Higene Perusahaan dan Kesehatan


Kerja adalah Bernardine Ramazzini (1633-1714). Dialah yang menulis
buku “De Morbis Artificum Diatriba”. Di dalam buku itu diuraikan tentang
berbagai penyakit dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja.
Dialah yang membuat terang persoalan, bahwa pekerjaan dapat
menimbulkan penyakit, yaitu penyakit akibat kerja. Dialah yang telah
menambahkan kepada cara diagnosa Hippocrates dengan satu hal, yaitu
minta sisakit menceritakan pekerjaannya.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 8


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Inilah Nasihat Rammazzini:

“Jika seorang dokter mengunjungi rumah seorang pekerja, ia harus puas


di bangku kaki tiga, bila tidak ada kursi yang baik, dan ia harus
menyediakan cukup waktu untuk pemeriksaannya, dan kepada
pertanyaan yang dianjurkan Hippocrates, ia harus menambah satu lagi :
Apakah Pekerjaan anda?”.

1.5.2. Sejarah Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Indonesia


Sejarah Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di Indonesia
tidaklah diketahui dengan pasti. Cara-cara kedokteran kuno dan
pengobatan di Indonesia asli yang dipergunakan untuk menolong
korbankorban peperangan dan penyakit-penyakit atau kecelakaan yang
disebabkan pekerjaan dalam bidang perindustrian rakyat pada waktu itu,
mendorong dibentuknya “Dinas Kesehatan Militer” yang di dirikan oleh
Belanda yang kemudian beralih menjadi Dinas Sipil. Mengikuti riwayat di
atas, dapat disimpulkan bahwa Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja
bersemi pada zaman ketentaraan, sebagaimana terjadi pada
perkembangan Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dimana-mana.

Sejak masa kolonial belanda, rakyat Indonesia dijadikan sebagai


tenaga buruh bagi kepentingan mereka. Sudah tentu usaha-usaha
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja kolonial ditunjukan untuk
memberikan kesehatan sekedarnya kepada pekerja-pekerja kita,
diperlukan Belanda. Baru pada abad ke-20 dibuat undang-undang dan
peraturan-peraturan mengenai kebersihan, keselamatan dan Kesehatan,
yang juga sangat sederhana isinya, sesuai dengan keperluan pada waktu
itu.

Dapat dipahami, bahwa Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja


pada waktu itu tidak berkembang sebagaimana mestinya, tidak seperti di
negara-negara lain, oleh karena Indonesia di zaman kolonial itu bukan
mengalami Revolusi Industri, bahkan industri-industri yang adapun

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 9


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

sengaja dimatikan, supaya Indonesia hanya menjadi penghasil bahan


baku untuk ekspor dan menjadi konsumen barang-barang jadi yang
diimpor dari luar negeri, di samping itu tidak boleh lupa, bahwa
pekerjapekerja kita pada waktu itu adalah kuli yang hanya hidup dari
beberapa belas sen sehari, yang tidak mempunyai sesuatu lagi untuk
dikeluarkan.

1.5.3. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung

Hiperkes yang telah merupakan ilmu tersendiri dalam menangani


masyarakat pekerja bertujuan menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Selain penyakit umum, penyakit akibat kerja, keadaan gizi,
keserasian mesin dan manusia, juga faktor-faktor yang terdapat di
lingkungan kerja yang tidak serasi, dapat mengakibatkan beban
tambahan pada jasmani dan rohani dari tenaga kerja dalam menciptakan
kesehatandan produktivitas yang setingi-tingginya, faktor-faktor tersebut
antara lain : faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, fisiologis dan mental
psikologis. Seperti diketahui, dampak yang terjadi akibat perkembangan
teknologi sering juga mengakibatkan terjadinya pengaruh negatif.
Berbagai sumber bahaya di tempat kerja baik karena faktor fisik, kimia,
biologi, psikososial dan fisiologi kerja serta akibat perilaku manusia
merupakan risiko yang harus ditangani secara dini.

Berkaitan dengan hal tersebut, sumber daya manusia sebagai


faktor utama dalam memasuki era mendatang menjadi semakin menonjol
peranannya. Kualitas, kinerja serta produktivitas unsur manusia
merupakan suatu tuntutan yang paling mendasar guna mampu
meningkatkan manejemen sumber daya manusia sendiri, lingkungan dan
pengelolaan faktor bahaya di tempat kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 10


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Meskipun penerapan Hiperkes & Keselamatan Kerja, melalui


berbagai upaya seperti perlindungan tenaga kerja, penilaian risiko kerja,
standar kualitas lingkungan, peningkatan produktivitas dan aktivitas
lainnya telah banyak dilakukan, namun masih harus dilanjutkan secara
berkesinambungan. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa maksud
dan tujuan dari Hiperkes adalah melindungi tenaga kerja yang terpapar
langsung khususnya, dan masyarakat di sekitar perusahaan umumnya
dari bahaya-bahaya yang mungkin timbul, dengan jalan melakukan
pengukuran baik faktor fisik, kimia maupun biologi.

Dengan adanya pengukuran faktor-faktor tersebut maka dapat


diketahui bahaya-bahaya yang ada atau mungkin timbul, sehingga
tindakan perbaikan serta pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin.
Analisis di laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
baik, tujuan yang dapat dicapai dengan dilakukannya analisis di
laboratorium, adalah:

1. Penentuan jenis dan jumlah zat pencemar yang ada di lingkungan


kerja akibat dari proses produksi.
2. Penentuan tingkat kualitas dan kuantitas udara disekitar
perusahaan.
3. Sebagai bahan dasar dalam mengambil jalan keluar apabila
kualitas udara tidak memenuhi persyaratan seperti dalam standar
yang telah ditetapkan.

1.5.3.1. Laboratorium Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Laboratorium Balai Pengujian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bandung yang telah terakreditasi SNI 17025, memiliki peralatan
pendeteksi potensi bahaya yang timbul dari suatu proses produksi di
lingkungan kerja dan melakukan pengambilan contoh uji serta melakukan
analisis :

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 11


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1. Faktor Kimia : Penetapan kualitas udara ambient dan emisi gas dengan
teknik analisis Spektrofotometri UV-Vis, Partikel logam dengan AAS &
ICP-EAS, Volatile ( uap organic) dengan GC FID & GC MS dan partikel
padat (Debu Total) dengan Gravimetri. Sesuai prosedur yang mengacu
kepada Standar Method of Air Sampling and Analisis 1989, NIOSH
Analysis Method dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Faktor Fisik : Pengukuran intensitas getaran, pengukuran indeks
tekanan panas, pengukur intensitas kebisingan, penerangan,
pengukuran radiasi sinar UV dll.
Dengan demikian labolatorium ini siap memberikan pelayanan
pengukuran dan konsultasi dalam berbagai bidang antara lain:

1. Pemeriksaan kadar gas dan uap organik, seperti Benzena,


Toluena, Xylene (BTX) yang ada di udara lingkungan kerja dari
dalam zat pelarut cat, perekat (lem), spidol, zat warna, pencuci
dalam percetakan,dll.
2. Pemeriksaan gas anorganik seperti CO, SO2,NO2,O3, H2S, NH3,
HCl, Cl2, CO2, dll.
3. Pemeriksaan kadar debu total, debu kapas, kayu, beras, mineral,
silica, asbes, dan sebagainya.
4. Pemeriksaan mist dan asap.
5. Kandungan logam berat berbahaya di udara, antara lain: Pb, Zn,
Cr, Cd, Al, dll.
6. Pengujian ITP (Indeks Tekanan Panas) di lingkungan industri
dengan panas tinggi, serta Pengujian Suhu Basah Alami untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Pengujian intensitas kebisingan.
8. Pengujian intensitas getaran di tempat kerja.
9. Pengujian intensitas penerangan.
10. Pengujian radiasi yang mengion dan tidak mengion.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 12


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1.5.3.2. Laboratorium Kesehatan Kerja


Laboratorium ini memiliki peralatan-peralatan pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja, baik pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
berkala maupun khusus yang dilengkapi dengan mobile X-Ray Unit, alat
laboratorium klinis-medis, audiometer, Tread mil, electrocardiograph,
spirometer dan sebagainya.

Dengan demikian laboratorium ini siap memberikan pelayanan dan jasa


konsultasi antara lain :

a. Pemeriksaan kesehatan fisik lengkap.


b. Pemeriksaan Rontgen paru-paru.
c. Pemeriksaan darah lengkap.
d. Pemeriksaan urine rutin.
e. Pemeriksaan EKG.
f. Pemeriksaan kapasitas vital paru-paru dengan spirometer.
g. Pemeriksaan daya ambang dengar dengan audiometer.

1.5.3.3. Laboratorium Toksikologi Industri dan Agrokimia


Laboratorium ini memiliki peralatan-peralatan untuk pengujian
tingkat intoksikasi tenaga kerja terhadap pemaparan bahan-bahan
berbahaya dan beracun (B3) dalam industri, pertanian, perkebunan, dan
perkayuan seperti keracunan-keracunan logam-logam berat, bahan
pelarut organik, pestisida, debu, mineral, gas, dan sebagainya.
Peralatanperalatan tersebut meliputi Gas Chromatograph MS, Atomic
Absorption Spectrofotometer, ICP dan lainnya. Dengan demikian
laboratorium ini siap memberikan pelayanan dan jasa konsultasi antara
lain :

a. Pemeriksaan kandungan logam seperti Pb, Hg, Cd, Mn, Cr, Ni, Fe
dan dalam spesimen tubuh (darah,urine) dan hasil metabolismenya.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 13


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

b. Pemeriksaan kandungan bahan kimia organik melalui hasil


metabolitnya dalam spesimen tubuh seperti fenol, urin tenaga kerja
yang terpapar benzena, methyl hypuric acid (asam hipurat) dari
tenaga kerja terpapar xylene, hipuric acid (asam hipurat) dari tenaga
kerja terpapar toluen, VTCCA urine/darah tenaga kerja yang
terpapar trichloracetic acid, dan sebagainya.
c. Pemeriksaan kadar enzim chlonesterase dalam darah bagi tenaga
kerja yang terindikasi keracunan pestisida.

1.5.3.4. Pendidikan dan Pelatihan.


Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung
menyelenggarakan pelatihan yang pengelolaannya berada pada
keseksian Penyelenggaraan dan Pemberdayaan yaitu :

Pelatihan dokter perusahaan yang merupakan persyaratan bagi dokter


Hiperkes sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.PER01/MEN/1979.

a. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter.


b. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Paramedis.
c. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Manajer.
d. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Teknisi.
e. Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja SPSI Basis.
f. Pelatihan-pelatihan khusus sesuai dengan problematik di lapangan.
g. Pelatihan penggunaan alat-alat laboratorium yang tersedia.
h. Pelatihan gizi kerja bagi pengusaha jasa boga (catering) di
perusahaan.

1.5.4. Perkembangan Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja terbentuk pada tahun
1969, awalnya bernama Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 14


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Kerja. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, seiring berkembangnya


perindustrian di indonesia. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mengalami beberapa kali perubahan nama, diantaranya :

Tahun Perubahan Nama

1969 Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

1969 Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja


Propinsi Jawa Barat

1978 Balai Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja Propinsi


Jawa Barat

1988 Balai Pelayanan Ergonomi, Higiene Perusahaan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Propinsi Jawa Barat

1993 Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Propinsi Jawa


Barat

2002 Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bandung

2007 Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung

Tabel 1. Nama Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung

1.5.5. Visi, Misi dan Motto


Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia mempunyai VISI dan MISI yaitu
mewujudkan Indonesia Berbudaya K3 , sehingga sehingga diharapkan
kualitas lingkungan kerja, perlindungan dan pemberdayaan tenaga kerja
yang aman, nyaman, higienis, sehat, selamat dan produktif di Indonesia

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 15


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

umumnya dan di wilayah kerja Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja


dapat terwujud.

Motto
Jujur, teliti, cepat, tepat, akurat, dan efesien

1.5.6. Fungsi dan Tugas Balai K3


Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai
tugas dan fungsi sebagai berikut:

1.5.6.1. Tugas Balai K3


Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tugas
melaksanakan pengujian dan pemeriksaan keselamatan dan kesehatan
kerja, peningkatan kapasitas tenaga keselamatan dan kesehatan kerja,
serta pemberdayaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

1.5.6.2. Fungsi Balai K3


Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan anggaran.


b. Pelaksanaan pengujian dan pemeriksaan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja.
c. Pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga keselamatan
dan kesehatan kerja di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja.
d. Pelayanan konsultasi, promosi, dan pemasaran, serta
kerjasama kelembagaan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja.
e. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja.
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 16


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1.5.7. Struktur Organisasi Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Bandung

SEKSI
PENYELANGGAR
AAN DAN
PEMBERDAYAAN

Bagan 1. Struktur Organisasi

Balai Hiperkes dan K3 terdiri dari :

A. Kepala Balai

• Memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balai Keselamatan


dan Kesehatan Kerja.

• Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Subbagian,


Seksi dan Sub Kelompok Jabatan Fungsional.

B. Sub bagian Tata Usaha.


• Menghimpun, meneliti, mengolah dan menyusun program kegiatan.
• Melaksanakan kegiatan pengelolaan surat menyurat dan kearsipan.
• Melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian.
• Melaksanakan pengelolaan keuangan.
• Mengurus kebutuhan perlengkapan kantor.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 17


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

• Menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan serta


melaksanakan urusan kerumahtanggaan.
• Mengkoordinasikan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan
operasional.

C. Seksi Penyelanggaraan dan Pemberdayaan


• Menyusun rencana, jadwal dan pengaturan pelaksanaan pelatihan,
orientasi hiperkes dan keselamatan kerja.
• Melaksanakan pelatihan termasuk menyiapkan bahan, sarana,
kurikulum, instruktur, peserta pelatihan, dokumen dan sertifkasi
pelatihan.
• Melakukan usaha-usaha pengembangan tenaga hiperkes dan
keselamatan kerja melalui seminar, penyuluhan, kerjasama dengan
instansi/badan/lambaga, dan program akademik.
• Melaksanaan Uji Kompetensi (TUK) di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja

D. Seksi Pelayanan Teknis


• Menyusun rencana dan program analisis Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
• Melakukan penyelidikan serta pengkajian dibidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
• Melakukan pegelolaan fasilitas tempat dan peralatan pelatihan dan
pengujian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
• Melakukan evaluasi dan pelaporan atas pelaksanaan analisis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
• Memberikan layanan konsultasi dan bantuan teknis di bidang
higiene perusahaan, ergonomik, kesehatan dan keselamatan kerja
kepada perusahaan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 18


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

• Mendayagunakan dan mengembangkan fasilitas laboratorium

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 19


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

BAB II

KEGIATAN DI INDUSTRI

Sumber : Lewis Publisher, Inc. “Methods of Air Sampling and Analysis”


Edisi Ke-3, No. 406 Tahun 1989 dan Standar Nasional Indonesian (SNI).

2.1. Pengukuran Gas Organik

2.1.1 Penentuan Kandungan NO2 di Udara


Metode : Griest Saltzman - Spektrofotometri

2.1.1.1 Prinsip, Bahan dan Peralatan


PRINSIP

Gas Nitrogen dioksida dijerap dalam larutan Griest Saltzman


sehingga membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda
yang stabil setelah 15 menit. Konsentrasi larutan ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm.

BAHAN

1. Hablur asam sulfanilat ( NH2C6H4SO3H );


2. Larutan asam asetat glasial ( CH3COOH pekat );
3. Air suling bebas nitrit;
4. Larutan induk N–1–naftil– etilendiamin–dihidroklorida / NEDA (
C12H16Cl2N2);
 Larutkan 0,1 gram NEDA dengan air suling kedalam labu ukur
100 mL, kemudian encerkan dengan air suling sampai tanda tera
lalu homogenkan;
 Larutan tersebut dipindahkan kedalam botol coklat lalu simpan
pada lemari pendingin;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 20


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

CATATAN : Larutan ini stabil selama 1 bulan yang disimpan dalam


lemari pendingin.
5. Aseton ( C3H6O );
6. Larutan penyerap Griess Saltzman;
 Larutkan 5 gram asam sulfanilat ( NH2C6H4SO3H ) kedalam gelas
piala 1000 mL dengan 140 mL asam asetat glasial, aduk secara
hati – hati dengan stirrer sambil ditambahkan dengan air suling
hingga kurang lebih 800 mL;
 Pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur 1000 mL;
 Tambahkan 20 mL larutan induk NEDA, dan 10 mL aseton,
tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan.
CATATAN UNTUK LARUTAN PENYERAP : Pembuatan larutan
penyerap ini tidak boleh terlalu lama kontak dengan udara.
Masukkan larutan penyerap tersebut kedalam botol pyrex
berwarna gelap dan simpan dalam lemari pendingin. Larutan ini
stabil selama 2 bulan.
7. Larutan induk nitrit ( NO2 ) 1640 µg/mL;
 Keringkan natrium nitrit ( NaNO2) dalam oven selama 2,jam pada
suhu 105oC , dan dinginkan dalam desikator;
 Timbang 0,246 gram natrium nitrit yang tersebut diatas, larutkan
kedalam labu ukur 100 mL menggunakan air suling;
 Tambahkan air suling kedalam larutan diatas hingga tanda tera,
lalu homogenkan;
 Pindahkan larutan tersebut kedalam botol coklat dan simpan di
lemari pendingin.
CATATAN : larutan ini stabil selama 3 bulan.
8. Larutan standar nitrit ( NO2 );
Masukkan 10 mL larutan induk natrium nitrit kedalam labu ukur 1000
mL, tambahkan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan.

PERALATAN

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 21


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Keterangan gambar :

A. Adalah ujung silinder gelas yang berada


didasar labu dengan maksimum diameter
porositas 60 µ (mikron ).
B. Adalah botol penyerap dengan volum 1000
mL.

Gambar 1. Botol Penyerap Fritted Bulb

Gambar 2 . Rangkaian Peralatan Pengambil Contoh Uji NO2

Keterangan gambar :

A. Adalah botol penyerap ( Fritted Bubbler );


B. Adalah perangkap uap ( Mist Trap );
C. Adalah arang aktif atau soda lime;
D. Adalah flowmeter yang mampu mengukur laju alir 0,4 L / menit;
E. Adalah kran pengatur;
F. Adalah pompa.

2.1.1.2 Cara Uji


PENGAMBILAN CONTOH UJI

1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 2.


2. Masukkan larutan penyerap Griess Saltzman sebanyak 10 mL
kedalam botol penyerap.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 22


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung;
4. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L /
menit, setelah stabil catat laju alir awal ( F1 );
5. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam, catat temperatur dan
tekanan udara;
6. Setelah 1 jam catat laju alir akhir ( F2) dan kemudian matikan pompa
penghisap;
7. Analisis dilakukan di lapangan segera setelah pengambilan contoh
uji.

CATATAN : Bila pengoksidasi atau pereduksi hadir, pengukuran harus


sudah dilakukan maksimum 1 jam setelah pengambilan contoh uji.

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI

1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;


2. Masukkan masing–masing 0,0 mL; 0,1 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL;
0,8 mL dan 1,0 mL larutan standar nitrit menggunakan pipet
volumetrik atau buret mikro kedalam tabung uji 25 mL;
3. Tambahkan larutan penyerap sampai tanda tera. Kocok dengan baik
dan biarkan selama 15 menit agar pembentukkan warna sempurna;
4. Ukur serapan masing–masing larutan standar dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm;
5. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NO2 (µg).

PENGUJIAN CONTOH UJI

1. Masukkan larutan contoh uji kedalam kuvet pada alat


spektrofotometer, lalu ukur intensitas warna merah muda yang
terbentuk pada panjang gelombang 550 nm;
2. Baca serapan contoh uji, kemudian hitung konsentrasi dengan
menggunakan kurva kalibrasi;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 23


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Lakukan langkah – langkah a dan b pada pengujian contoh uji untuk


larutan penyerap yang diukur sebagai larutan blanko.

PERHITUNGAN

Konsentrasi NO2 ( µg ) tiap 1 mL larutan standar yang digunakan dapat


dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝑎 46 1 10
𝑁𝑂2 = 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥106
100 69 𝑓 100

Dengan pengertian :

NO2 = Jumlah 𝑁𝑂2 dalam larutan standar 𝑁𝑎𝑁𝑂2 ( µg/mL );

a = Berat 𝑁𝑎𝑁𝑂2 yang ditimbang;

46 = Berat molekul 𝑁𝑂2

69 = Berat molekul 𝑁𝑎𝑁𝑂2

f = Faktor yang menunjukkan jumlah mol 𝑁𝑎𝑁𝑂2 ; danmenghasilkan


warna yang setara dengan 1 mol 𝑁𝑂2 ( nilai f = 0,82 );

10
= Faktor pengenceran dari larutan induk 𝑁𝑎𝑁𝑂2 ;
100

106 = Konversi dari gram ke µg.

CATATAN : Apabila jumlah NaNO2 yang ditimbang tepat 0,246 gram dan
diperlakukan sesuai langkah diatas, maka 1 mL larutan standar NaNO2
sebanding dengan 20 µg NO2

Volume contoh uji udara yang diambil

Volume contoh udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (250 C,
760 mmHg) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 298
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 24


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Dengan pengertian :

V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25℃,


760 mmHg;

F1 = Laju alir awal ( L/menit );

F2 = Laju alir akhir ( L/menit );

t = Durasi pengambilan contoh uji ( menit );

Ta = Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (°𝐾);

298 = Konversi temperatur pada kondisi normal 25℃ menjadi Kelvin;

760 = Tekanan udara standar ( mmHg );

Konsentrasi NO2 di udara ambien

Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

𝑏 10
𝐶= 𝑥 𝑥 1000
𝑣 25

Dengan pengertian

C = Konsentrasi NO2 di udara ( µg/𝑁𝑚3 );

B = Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi
(µg);

V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal


25℃, 760 mmHg;

10
= Faktor pengenceran;
25

1000 = Konversi dari liter ke 𝑚3

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 25


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.2 Penentuan Kandungan SO2 di Udara


Metode : Pararosanilin – Spektrofotometer.

2.1.2.1 Prinsip, Bahan dan Peralatan


PRINSIP
Gas sulfur dioksida (𝑆𝑂2) diserap dalam larutan penyerap
tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks
diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan pararosanilin dan
formaldehida, kedalam senyawa diklorosulfonatomerkurat maka terbentuk
senyawa pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu. Konsentrasi
larutan diukur pada panjang gelombang 550 nm.
BAHAN
1. Larutan penyerap tetrakloromerkurat ( TCM ) 0,04 M;
 Larutkan 10,86 gram merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800 mL
air suling kedalam gelas kimia 1000 mL;
 Tambahkan secara berturut – turut 5,96 gram Kalium klorida
(KCl) dan 0,066 gram EDTA, larutan diaduk hingga homogen;
 Larutan dipindahkan kedalam labu ukur 1000 mL dan diencerkan
dengan air suling hingga tanda tera, lalu homogenkan.

CATATAN : Pembuatan larutan ini stabil hingga 6 bulan jika tidak


terbentuk endapan.

2. Larutan induk natrium metabisulfit (𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5) 0,1 N;


 Larutkan 0,3 gram 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 dengan air suling kedalam gelas piala
100 mL;
 Pindahkan kedalam labu ukur 500 mL, encerkan dengan air
suling hingga tanda tera lalu homogenkan.

CATATAN 1 :

 0,3 gram 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 dapat diganti dengan 0,4 gram Na2SO3


 Air suling yang digunakan telah dididihkan.
3. Larutan standar natrium metabisulfit ( 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 ) 0,01 N;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 26


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Masukkan 2 mL larutan induk sulfit kedalam labu ukur 100 mL,


encerkan sampai tanda tera dengan larutan penyerap lalu
homogenkan.
CATATAN : Larutan ini stabil selama 1 bulan jika disimpan dalam
suhu kamar.
4. Larutan induk iod ( 𝐼2 ) 0,1 N;
 Masukkan kegelas piala berturut – turut 12,7 gram iod dan 40
gram kalium iodida (KI);
 Larutkan campuran tersebut dengan 25 mL air suling;
 Pindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur 1000 mL,
encerkan dengan air suling lalu homogenkan
5. Larutan induk iod (𝐼2 ) 0,01 N;
 Pipet 50 mL larutan induk iod 0,1 N kedalam labu ukur 500 mL;
 Larutan diencerkan dengan air suling hingga tanda tera, lalu
homogenkan.
6. Larutan indikator kanji;
 Masukkan kedalam gelas piala 250 mL berturut – turut 0,4 gram
kanji dan 0,002 gram Merkuri (II) iodida ( 𝐻𝑔𝐼2 );
 Larutkan secara hati–hati dengan air mendidih hingga volume
mencapai 200 mL.
 Panaskan larutan tersebut sampai larutan jernih, lalu dinginkan
dan pindahkan kedalam botol pereaksi.
7. Larutan asam klorida ( HCl ) (1 + 10);
 Encerkan 10 mL HCl pekat dengan 100 mL air suling di dalam
gelas piala 250 mL.
8. Larutan induk natrium tio sulfat ( 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ) 0,1 N;
 Larutkan 24,82 gr 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 . 5𝐻2 𝑂 dengan 200 mL airsuling dingin
yang telah dididihkan kedalam gelas piala 250 mL lalu tambahkan
0,1 gr natrium karbonat ( 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 );
 Pindahkan kedalam labu ukur 1000 mL, kemudian encerkan
dengan air suling sampai tanda tera dan homogenkan;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 27


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

 Diamkan larutan ini selama 1 hari sebelum dilakukan


standarisasi.
9. Larutan natrium tio sulfat ( 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ) 0,01 N;
 Pipet 50 mL larutan induk 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 masukkan kedalam labu ukur
500 mL;
 Encerkan dengan air suling sampai tanda tera, lalu
dihomogenkan.
10. Larutan asam klorida ( HCl ) 1 M;
 Masukkan 83 mL HCl 37% (ρ = 1,19 g/mL) kedalam labu ukur
1000 mL yang berisi kurang lebih 300 mL air suling.
 Larutan diencerkan dengan air suling sampai tanda tera, lalu
homogenkan.
11. Larutan asam sulfamat ( 𝑁𝐻2 𝑆𝑂3 𝐻 ) 0,6% b/v;
Larutkan 0,6 gram asam sulfamat kedalam labu ukur 100 mL,
encerkan dengan air suling sampai tanda tera, lalu homogenkan.
CATATAN : Larutan ini dibuat segar.
12. Larutan asam fosfat ( 𝐻3 𝑃𝑂4 ) 3M;
Larutkan 205 mL 𝐻3 𝑃𝑂4 85% ( ρ = 1,69 g/mL ) kedalam labu ukur
1000 mL yang berisi kurang lebih 300 mL air suling, encerkan sampai
tanda tera, lalu homogenkan.
CATATAN : Larutan ini stabil selama 1 tahun.
13. Larutan induk pararosanilin hidroklorida ( 𝐶19 𝐻17 𝑁3 . 𝐻𝐶𝑙 ) 0,2 %;
 Masukkan 100 mL n-butanol dan 100 mL HCl 1 M dalam corong
pemisah 250 mL kocok dan pisahkan lapisan yang ada (lapisan
n-butanol dan lapisan asam);
 Timbang 0,1 g pararosanilin masukkan ke dalam gelas piala
tambahkan 50 mL HCl yang sudah dipisahkan dan tunggu
beberapa menit;
 Masukkan dalam corong pemisah 125 mL dan tambahkan 50 mL
n-butanol, kocok dan pisahkan lapisan yang ada;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 28


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

 Lapisan asam yang sudah dipisahkan tadi diekstrasi dengan


nbutanol dilakukan sebanyak 5x masing – masing 20 mL,20 mL,
10 mL, 10 mL dan 10 mL;
 Lapisan asam hasil ekstrasi disaring melalui glass wooll;
 Masukkan ke dalam labu takar 50 mL dan tanda bataskan
dengan HCl 1M.
14. Larutan kerja pararosanilin
 Masukkan 20 mL larutan induk pararosanilin 0,2% yang sudah
dimurnikan kedalam labu ukur 200 mL;
 Tambahkan 25 mL larutan asam fosfat 3 M;
 Encerkan dan tandabataskan dengan aquadest, homogenkan
dan simpan dalam botol.

CATATAN : Larutan ini stabil selama 9 bulan.

15. Larutan formaldehida ( HCHO ) 0,2 % v/v;


Pipet 5 mL larutan formaldehida ( HCHO ) 36% - 38% v/v lalu
masukkan kedalam labu ukur 1000 mL, encerkan dengan air suling
hingga tanda tera, lalu homogenkan.
CATATAN : Larutan ini disiapkan pada saat akan digunakan
16. Larutan penyangga asetat 1 M ( pH = 4,74 );
 Larutkan 13,61 gram natrium asetat trihidrat kedalam labu ukur
100 mL dengan 50 mL air suling;
 Tambahkan 5,7 mL asam asetat glasial ( 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 ) dan
encerkan dengan air suling sampai tanda tera, lalu homogenkan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 29


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

PERALATAN

1. Peralatan pengambilan contoh uji 𝑆𝑂2 sesuai gambar 4 dan 5


(setiap unit peralatan disambung dengan selang silikon dan tidak
mengalami kebocoran);
- Gambar 4 untuk pengambilan contoh uji 1 jam;
- Gambar 5 untuk pengambilan contoh uji 24 jam;
2. Labu ukur 50 mL ; 100 mL ; 250 mL ; 500 mL dan 1000 mL;
3. Pipet volumetrik 1 mL ; 2 mL ; 5 mL dan 50 mL;
4. Gelas ukur 100 mL;
5. Gelas piala 100 mL ; 250 mL ; 500 mL dan 1000 mL; f) Tabung uji 25
mL;
6. Spektrofotometer UV – Vis dilengkapi kuvet;
7. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
8. Buret 50 mL;
9. Labu erlenmeyer 250 mL;
10. Oven;
11. Kaca arloji;
12. Termometer

Gambar 3. Botol Penyerap (midget impinger) 𝑺𝑶𝟐

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 30


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Keterangan gambar :

 Adalah ujung silinder gelas yang berada didasar labu dengan


maksimum diameter dalam 1 mm;
 Adalah botol penyerap midget impinger dengan kapasitas volum 50
mL;
 Adalah ujung silinder gelas yang berada didasar labu dengan
maksimum diameter dalam 1 mm
 Adalah botol penyerap midget impinger dengan kapasitas volum 30
mL.

Gambar 4. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji 𝑺𝑶𝟐 selama 1 jam

Keterangan gambar :

A = Prefilter holder;

B = Botol penyerap volume 30 mL;

C = Perangkap uap;

D = Flowmeter ( mampu mengukur laju alir 0,2 L / menit );

E = Kran pengatur;

G = Serat kaca ( glass wooll )

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 31


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Gambar 5. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji SO2 selama 24 jam


Keterangan gambar :

A = Tabung penyerap F = Laju alir 0,2 L/menit

B = Larutan penyerap G = Kran pengatur

C = Perangkap uap H = Rubber septum

D = Glass wooll I = Jarum hipodermik

E = Filter membrane J = Pompa Udara

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 32


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.2.2 Cara Uji


PENGAMBILAN CONTOH UJI SELAMA 1 JAM

Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 4;

1. Masukkan larutan penyerap 𝑆𝑂2 sebanyak 10 mL kedalam masing -


masing botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan
dan sinar matahari langsung;
2. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,5
L/menit sampai 1 L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 ( L/menit
);
3. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur
dan tekanan udara;
4. Setelah 1 jam catat laju alir akhir 𝐹2 ( L/menit ), kemudian matikan
pompa penghisap;
5. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk
menghilangkan pengganggu.

CATATAN : Contoh uji dapat stabil selama 24 jam, jika disimpan pada
suhu 5oC dan terhindar dari sinar matahari

PENGAMBILAN CONTOH UJI SELAMA 24 JAM

1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 5;


2. Masukkan larutan penyerap 𝑆𝑂2 sebanyak 50 mL kedalam masing –
masing botol penyerap. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan
dan sinar;matahari langsung;
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,2
L/menit, setelah stabil catat laju alir awal 𝐹1 ( L/menit );
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam dan catat temperatur
dan tekanan udara;
5. Setelah 24 jam catat laju alir akhir 𝐹2 ( L/menit ), kemudian matikan
pompa penghisap;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 33


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

6. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk


menghilangkan pengganggu.

STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT ( 𝑵𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟑 ) 0,01 N

1. Panaskan kalium iodidat (𝐾𝐼𝑂3 ) pada suhu 180oC selama 2 jam dan
dinginkan dalam desikator;
2. Larutkan 0,09 gram kalium iodidat (𝐾𝐼𝑂3) kedalam labu ukur 250 mL
dan tambahkan air suling sampai tanda tera, lalu homogenkan;
3. Pipet 25 mL larutan kalium iodidat kedalam labu erlenmeyer 250 mL;
4. Tambahkan 1 gram KI dan 10 mL HCl (1+10) kedalam labu
erlenmeyer tersebut;
5. Tutup labu erlenmeyer dan tunggu 5 menit, titrasi larutan dalam
erlenmeyer dengan larutan natirum tiosulfat 0,01 N sampai warna
larutan kuning muda;
6. Tambahkan 5 mL indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai titik
akhir (warna biru tepat menghilang), catat volum larutan 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 yang
diperlukan;
7. Hitung normalitas larutan natrium tio sulfat tersebut dengan rumus
sebagai berikut :
𝑏 𝑥 1000 𝑥 𝑉1
𝑁=
35,67 𝑥 250 𝑥 𝑉2

Dengan pengertian :

N = Adalah konsentrasi larutan natrium tio sulfat dalam grek/L


(N);

b = Adalah bobot 𝐾𝐼𝑂3 dalam 250 mL air suling ( g );

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 34


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

V1 = Adalah volum 𝐾𝐼𝑂3 yang digunakan dalam titrasi (mL);

V2 = Adalah volum 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 yang digunakan dalam titrasi (mL);

35,67 = Adalah bobot ekivalen 𝐾𝐼𝑂3 (BM 𝐾𝐼𝑂3/6);

250 = Adalah volum larutan 𝐾𝐼𝑂3yang dibuat dalam labu ukur;

1000 = Adalah konversi Liter ke mL.

PENENTUAN KONSENTRASI 𝑺𝑶𝟐 DALAM LARUTAN INDUK 𝑵𝒂𝟐 𝑺𝟐 𝑶𝟓

1. Pipet 25 mL larutan induk 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂50,1 N ke dalam labu Erlenmeyer


asah dan pipet 50 mL larutan iod 0,01 N ke dalam labu dan simpan
dalam ruang tertutup selama 5 menit.
2. Titrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan tio sulfat 0,01N
sampai warna larutan kuning muda.
3. Tambahkan 5 mL indikator kanji, dan lanjutkan titrasi sampai titik
akhir ( warna biru tepat hilang ), catat volum larutan penitar yang
diperlukan (Vc).
4. Pipet 25 mL air suling sebagai blanko ke dalam Erlenmeyer asah
dan lakukan langkah – langkah di atas (Vb)
5. Hitung konsentrasi 𝑆𝑂2 dalam larutan induk tersebut dengan rumus
sebagai berikut :
𝑉𝑏 − 𝑉𝑐 𝑥 𝑁 𝑥 32,03 𝑥 1000
𝐶=
𝑉𝑎
Dengan pengertian :
C = Konsentrasi 𝑆𝑂2 dalam larutan induk
𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 (µg/mL);
Vc = Volume natrium tio sulfat hasil titrasi blanko (mL);

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 35


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Vb = Volume natrium tio sulfat hasil titrasi larutan induk


𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 (mL);
N = Normalitas larutan natrium tio sulfat 0,01 N (N);
Va = Volume larutan induk 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 yang dipipet (mL);
1000 = Konfersi gram ke µg;
32,03 = Berat ekivalen 𝑆𝑂2 (BM 𝑆𝑂2/2).

CATATAN : Melalui rumus diatas dapat diketahui jumlah jumlah (µg) 𝑆𝑂2
tiap mL larutan induk 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5, sedangkan jumlah (µg) 𝑆𝑂2 untuk tiap mL
larutan standar dihitung dengan memperhatikan factor pengenceran.

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI

1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan


alat.
2. Masukkan masing – masing 0,0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0
mL larutan standar 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5 ke dalam tabung uji 25 mL dengan
menggunakan pipet volum atau buret mikro.
3. Tambahkan larutan penjerap sampai volume 10 mL.
4. Tambahkan 1 mL larutan asam sulfamat 0,6% dan tunggu sampai
10 menit.
5. Tambahkan 2,0 mL larutan formaldehida 0,2%.
6. Tambahkan 5,0 mL larutan pararosanilin.
7. Tepatkan dengan air suling sampai volum 25 mL, lalu homogenkan
dan tunggu sampai 30 – 60 menit.
8. Ukur serapan masing – masing larutan standar dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.
9. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah 𝑆𝑂2 (µg).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 36


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

PENGUJIAN UNTUK PENGAMBILAN CONTOH UJI SELAMA 1 JAM

1. Pindahkan larutan contoh uji kedalam tabung uji 25 mL dan


tambahkan 5 mL air suling untuk membilas. Lakukan langkah – langkah
seperti pada pembuatan kurva kalibrasi butir d) sampai h).
2. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan
menggunakan kurva kalibrasi. Lakukan langkah – langkah diatas untuk
pengujian blanko dengan menggunakan 10 mL larutan penyerap.

PENGUJIAN UNTUK PENGAMBILAN CONTOH UJI SELAMA 24 JAM

1. Pindahkan larutan contoh uji kedalam labu ukur 50 mL, bilas dan
tepatkan dengan larutan penyerap lalu homogenkan.
2. Pipet 5 mL larutan diatas masukkan kedalam tabung uji 25 mL dan
tambahkan 5 mL larutan penyerap.
3. Lakukan langkah – langkah seperti pada pembuatan kurva kalibrasi
butir d) sampai h).
4. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan
menggunakan kurva kalibrasi.
5. Lakukan langkah – langkah diatas untuk pengujian blanko dengan
menggunakan 10 mL larutan penyerap.

PERHITUNGAN

Volum contoh uji udara yang diambil

Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal
(250 𝐶), 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 298
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760

Dengan pengertian :

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 37


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

V = Volum udara yang dihisap (L);

F1 = Laju alir awal (L/menit);

F2 = Laju alir akhir (L/menit);

t = Durasi pengambilan contoh uji (menit);

Pa = Tekanan barometer rata – rata selama pengambilan contoh uji


(mmHg);

Ta = Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (˚K);

298 = Temperature pada kondisi normal 25 ˚C (˚K);

760 = Tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg).

Konsentrasi sulfur dioksida (𝑺𝑶𝟐 ) di udara ambien

Konsentrasi 𝑆𝑂2 dalam contoh uji untuk pengambilan contoh uji selama 1
jam

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝑎
𝐶= 𝑥 1000
𝑣

Dengan pengertian :

C = Konsentrasi 𝑆𝑂2 di udara (µg/𝑁𝑚3 );

a = Jumlah 𝑆𝑂2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi


(µg);

V = Volum udara pada kondisi normal (L);

1000 = Konversi liter (L) ke 𝑚3

Konsentrasi 𝑆𝑂2dalam contoh uji untuk pengambilan contoh uji selama 24


jam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 38


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

𝑎 50
𝐶= 𝑥 1000 𝑥
𝑣 5

Dengan pengertian :

C = Konsentrasi 𝑆𝑂2 di udara (µg/𝑁𝑚3 );

a = Jumlah 𝑆𝑂2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg);

V = Volum udara pada kondisi normal (L);

1000 = Konversi liter (L) ke 𝑚3

50 = Jumlah total penyerap yang dipakai untuk pengambilan contoh


uji 24 jam;

5 = Volum yang dipipet untuk dianalisis dengan spektrofotometer;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 39


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.3 Penentuan Kandungan NH3 di Udara


Metode : Indofenol – spektrofotometer

2.1.3.1 Prinsip, Bahan dan Peralatan


PRINSIP

Amoniak dari udara ambient yang telah dijerap oleh larutan


penjerap asam sulfat, akan membentuk ammonium sulfat. Kemudian
direaksikan dengan fenol dan natrium hipoklorit dalam suasana basa,
akan membentuk senyawa kompleks indofenol yang berwarna biru.
Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.

BAHAN

1. Larutan Penyerap
 Masukkan 3 mL H2SO4 97% ke dalam labu ukur 1000 mL yang
telah berisi kurang lebih 200 mL air suling dingin yang diletakkan
pada penangas air es;
 Larutan diencerkan hingga 1000 mL lalu homogenkan (hati– hati
reaksi eksotermis).
2. Larutan natrium nitroprusida (Na2Fe(CN)5NO.2H2O) 2%
Larutkan 2 g natrium nitroprusida ke dalam labu ukur 100 mL dengan
air suling, encerkan hingga tanda tera laluhomogenkan.

CATATAN : Larutan ini stabil selama 2 bulan, jika disimpan di lemari


pendingin pada suhu 4oC – 8oC.

3. Larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 3,7%

Buat larutan NaOCl 3,7% dari larutan natrium hipoklorit yang tersedia
dipasaran (5%-6%).

CATATAN : Larutan ini stabil jika disimpan di lemari pendingin selama


2 bulan pada suhu 4oC – 8o C

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 40


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4. Larutan kerja hipoklorit


 Masukkan 30 mL NaOH 6,75 M dan 30 mL larutan NaOCl 3,7% ke
dalam labu ukur 100 mL;
 Encerkan larutan tersebut dengan air suling dan tepatkan sampai
tanda tera kemudian homogenkan.
CATATAN : Larutan ini stabil selama 1 hari.
5. Larutan fenol (C6H5OH) 45% v/v
50 g fenol dilebur diatas penangas air pada temperature 60 oC dalam
gelas piala 100 mL kemudian pindahkan ke labu ukur 100 mL.

CATATAN :

 Kerjakan dengan hati – hati. Encerkan larutan dalam labu ukur


dengan metanol hingga tanda tera kemudian dihomogenkan.
 Larutan ini stabil jika disimpan dalam lemari pendingin selama 2
bulan pada suhu 4oC- 8oC
6. Larutan kerja fenol
Masukkan 20 mL larutan induk fenol 45% dan 1 mL larutan natrium
nitroprusid 2% ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan larutan tersebut
dengan air suling sampai tanda tera, kemudian homogenkan.

CATATAN : Larutan ini stabil selama 4 jam.

7. Larutan penyangga
Masukkan 50 g Na3PO4.12H2O dan 74 mL larutan NaOH 6,75 M
kedalam gelas piala 2000 mL kemudian encerkan dengan air suling
hingga 1000 mL kemudian homogenkan.
8. Larutan induk amoniak 1000 µg
Larutkan 3,18 g NH4Cl (yang telah dikeringkan pada suhu 105oC
selama 1 jam) dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL kemudian
diencerkan sampai tanda tera, lalu homogenkan; Tambahkan 1 tetes
CHCl3 sebagai pengawet.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 41


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

CATATAN 1:

 3,18 g NH4Cl dapat diganti dengan 3,88 g (NH4)2SO4 yang telah


dikeringkan pada suhu 130oC selama 1 jam.
 Larutan ini stabil selama 2 bulan.
9. Larutan standar amoniak 10 µg
Pipet 1 mL larutan induk amoniak ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan
dengan larutan penjerap sampai tanda tera, kemudian homogenkan.
CATATAN : Tiap 1 mL larutan sebanding dengan 10 µg NH3

10. Larutan HCl 1,2 M ( untuk pencucian alat – alat gelas )


Larutkan 10 mL HCl pekat (12 M), masukkan kedalam gelas piala 100
mL dan tambahkan air suling sampai dengan 100 mL.

PERALATAN

1. Peralatan pengambilan contoh uji amoniak seperti gambar 7,(setiap


unit
2. disambung dengan selang silicon dan tidak mengalami kebocoran);
3. Prefilter;
4. Labu ukur 100 mL; dan 1000 mL;
5. Pipet volumetrik 0,5 mL; 1 mL;5 mL dan 20 mL;
6. Pipet mikro 1 mL;
7. Gelas ukur 100 mL;
8. Gelas piala 100 mL; 500 mL; 1000 mL dan 2000 mL;
9. Tabung uji 25 mL;
10. Spektrofotometer;
11. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
12. Buret 50 mL;
13. Labu Erlenmeyer 250 mL;
14. Kaca arloji;
15. Desikator;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 42


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

16. Oven;
17. Thermometer;
18. Barometer dan
19. Penangas air.

Keterangan gambar:

A. Adalah ujung silinder gelas yang berada di


dasar labu dengan
maksimum diameter 1 mm; Botol penjerap
midget impinger dengan kapasitas volume 30
mL.

Gambar 6. Botol penjerap (midget impinger) amoniak

Gambar 7. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji amoniak


Keterangan gambar :

A. Adalah prefilter holder;


B. Adalah botol penjerap volume 30 mL;
C. Adalah perangkap uap;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 43


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

D. Adalah flow meter yang mampu mengukur laju alir 1 L/menit;


E. Adalah kran pengatur;
F. Adalah pompa;
G. Adalah serat kaca (glass wooll).

2.1.3.2 Cara Uji


PENGAMBILAN CONTOH UJI

1. Untuk pelaksanaan pengambilan contoh uji diperlukan peralatan


seperti pada gambar 6 dengan tahapan pengerjaan:
2. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 7;
3. Masukkan larutan penjerap seabanyak 10 mL ke dalam botol penjerap.
Tempatkan botolpenjerap sedemikian ruap sehingga terlindungi dari
hujan dan sinar matahari secara langsung;
4. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 1 L/menit sampai 2
L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 (L/menit);
5. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur
dan tekanan udara;
6. Setelah 1 jam catat laju alir akhir F2 ( L/menit ) dan kemudian matikan
pompa penghisap.
CATATAN : Prefilter sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu dengan air
suling dan dikeringkan.

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI

1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;


2. Siapkan 6 buah tabung uji 25 mL lalu masukkan kedalamnya larutan
standar amonia masing – masing 0,0 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 1,0
mL dan 1,5 mL, yang mengandung 0 µg NH3; 2 µg NH3; 4 µg NH3; 6 µg
NH3; 10 µg NH3 dan 15 µg NH3 Selanjutnya tambahkan larutan
penjerap sampai volum 10 mL.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 44


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Tambahkan berturut – turut ke dalam masing – masing tabung uji 2 mL


larutan penyangga, 5 mL pereaksi fenol dan 2,5 mL pereaksi natrium
hipoklorit lalu dihomogenkan;
4. Tambahkan air suling ke dalam tabung uji sampai tanda tera, lalu
homogenkan dan didiamkan selama 30 menit;
5. Ukur serapan masing – masing larutan pada panjang gelombang 630
nm.
6. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah NH3 (µg).

PENGUJIAN CONTOH UJI

1. Pindahkan larutan contoh uji kedalam tabung uji 25 mL;


2. Lakukan langkah pada pembuatan kurva kalibrasi butir c) sampai d);
3. Masukkan larutan contoh uji kedalam kuvet pada alat spektrofotometer,
lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 630 nm;
4. Baca serapan contoh uji kemudian hitung jumlah NH3 yang diperoleh
dari kurva kalibrasi;
5. Lakukan langkah – langkah seperti pada pengujian contoh uji butir a)
sampai d) untuk pengujian blanko dengan menggunakan 10 mL larutan
penjerap.

PERHITUNGAN

Volum contoh uji udara yang diambil

Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal
(25oC,760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 293
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760

Dengan pengertian :

V Adalah volum udara yang dihisap (L);

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 45


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

F1 Adalah laju alir awal (L/menit)


F2 Adalah laju alir akhir (L/menit)
t Adalah durasi pengambilan contoh uji (menit);
Pa Adalah tekanan barometer rata – rata selama pengambilan contoh uji
(mmHg);

Ta Adalah temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (oK);

298 Adalah temperature pada kondisi normal 25 oC (oK);


760 Adalah tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg).

Konsentrasi NH3 di udara ambien


Konsentrasi NH3 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
𝑎
𝐶= 𝑥 1000
𝑉

Dengan pengertian :

C Adalah konsentrasi NH3 di udara (µg/Nm3);

a Adalah jumlah NH3 dari contoh uji dengan berdasarkan kurva


kalibrasi (µg);

V Adalah volume udara pada kondisi normal (L);

1000 Adalah konversi liter (L) ke m3

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 46


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.4 Penentuan Kandungan H2S di Udara


Metode : Methylen blue - spektrofotometer

2.1.4.1 Bahan dan Peralatan

BAHAN
a) Larutan penjerap asam sulfide (H2S)
a. Larutkan seng asetat Zn(C2H3O2)2 2H2O sebanyak 23,9 g dalam 1
liter aquadest;
b. Tambahkan beberapa tetes asam asetat glasial.

b) Larutan standar iod (I2) 0,1 N


a. Timbang 12,69 g I2 masukkan ke dalam labu ukur 1000 mL;
b. Tambahkan larutan KI (40 g KI dalam 40 mL aquades);
c. Campurkan larutan di atas lalu kocok hingga larut;
d. Encerkan hingga tanda batas;
e. Masukkan larutan ke dalam botol coklat, simpan dalam tempat yang
sejuk.

c) Larutan induk H2SO4-amin


a. Pipet 50 mL asam sulfat pekat dan tambahkan pada 30 mL aquades
lalu dinginkan;
b. Tambahkan 12 g N-N dimethyl-p-phenelynediamine
dihydrochloride;
c. Simpan dalam botol dan beri label.

d) Larutan induk sulfide (larutan standar)


a. Buat larutan Na2S 0,01 N
1. Timbang 1,2 g Na2S.9H2O dan bilas permukaan Kristal dengan
aquades, buang air cuciannya;
2. Larutkan Kristal dalam aquades yang telah dididihkan
sebelumnya dan encerkan sampai 1 liter, tutup dan kocok;
3. Ambil 1 mL larutan induk sulfide, masukkan ke dalam labu ukur
100 mL, encerkan dengan aquades sampai tanda batas.

b. Standarisasi larutan Na2S2O3 0,01 N


1. Dilakukan setiap kali akan melakukan pengujian;
2. Ambil 25 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N masukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL
3. Tambahkan 2 g KI dan 12 mL HCl 4 N;
4. Lakukan titrasi dengan Na2S2O3 sampai terjadi warna kuning
jerami;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 47


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

5. Tambahan 5 mL indikator amylum, larutan akan berubah menjadi


warna biru tua ;
6. Lanjutkan titrasi hingga larutan berwarna hijau muda ;
7. Catat pemakaian larutan Na2S2O3 ;
8. Hitung konsentrasi Na2S2O3

Rumus Perhitungan :

V1 x N1= V2 x N2

Dimana:

V1 = Volum K2Cr2O7

N1 = Normalitas K2Cr2O7

V2 = Volum Na2S2O3

N2 = Normalitas Na2S2O3

CATATAN : standarisasi larutan Na2S, dilakukan setiap


kali akan melakukan pengujian.

9. Pipet 25 mL larutan Na2S 0,01 N masukkan ke dalam labu


Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 5 mL larutan iodine 0,1 N;
10. Masukkan 5 mL indikator amylum dan titrasi dengan Na2S2O3
sampai larutan berwarna putih. Catat pemakaian larutan
Na2S2O3 (mL);
11. Pipet 25 mL aquades masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL, tambahkan 5 mL larutan iodine 0,1N;

12. Masukkan 5 mL indikator amylum dan titrasi dengan Na2S2O3.


Catat volum larutan Na2S2O3 (mL) yang digunakan (sebagai
blanko);
13. Konsentrasi Na2S(S2-) dapat dihitung:

𝑢𝑔 (𝐴 − 𝐵) × 𝑁 × 16 × 1000
𝑆 ̄( )=
𝑚𝐿 𝑉

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 48


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Dimana :

A = Volume Na2S2O3 tercapai pada blanko;


B = Volume Na2S2O3 tercapai pada S- ;
N = Normalitas Na2S2O3
V = Volum larutan S-
1000 = Konversi milai mg ke µg
16 = Berat eqivalen S-

e) Larutan H2SO4 50%


a. Tambahkan secara perlahan – lahan 500 mL H2SO4 pekat ke dalam
400 mL aquades, diamkan sampai dingin;
b. Masukkan kedalam labu ukur 1 liter encerkan dengan aquades
sampaai tanda batas.

f) Larutan uji amin


Encerkan 25 mL larutan induk H2SO4-amin (larutan c)
dengan larutan H2SO4 50% (larutan e) di dalam labu ukur 1
Liter sampai tanda batas.

g) Larutan FeCl3 3,7 M


Larutkan 100 g FeCl3.6H2O dalam 30 mL aquades dan
tambahkan 9 mL HCl pekat.

h) Larutan ammonium fosfat 40% w/v


Larutkan 400 g diammonium fosfat denan aquades dalam labu
ukur 1 liter dan encerkan dengan aquades sampai tanda batas.

i) Larutan K2Cr2O7 0,01 N


Timbang 0,49 g K2Cr2O7 larutkan dengan aquades sampai 1 liter.

j) Larutan HCl 4N
Ambil 33 mL HCl pekat encerkan dengan aquades sampai 100 mL.

k) Larutan amylum 0,2%

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 49


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Timbang 0,2 g amylum dan tambahkan 0,001 g HgI2,


tambahkan ke dalamnya sedikit aquades, lalu suspensi ini
dimasukkan perlahan – lahan ke dalam 100 mL aquades
yang sudah mendidih. Panaskan terus sampai larutan ini
jernih.

PERALATAN
a. Untuk pengujian kadar H2S di udara, peralatan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
b. Tabung penyerap (impinger) yang terbuat dari bahan gelas ukuran
normal;
c. Pompa udara dengan kecepatan alir sampai 50 Liter/menit,
ketelitian 0,01 L/menit;
d. Termometer dengan ukuran suhu dari 5oC – 50oC;
e. Pengukur kecepatan alir udara (flowmeter), kemampuan 0,5 – 5
Liter / menit, ketelitian 0,1 Liter/menit;

f. Anemometer;
g. Kompas;
h. Labu takar dengan berbagai macam ukuran25 mL – 1000 mL;
i. Pipet ukur dengan skala 1 – 5 mL dan 5 – 10 mL;
j. UV – Visible spektrofotometer.

2.1.4.2 Cara uji


PERSIAPAN
1. Peralatan sampling harus dipersiapkan sebagai berikut :
2. Pastikan bahwa peralatan sampling telah terkalibrasi;
3. Siapkan botol penyerap, bersihkan dengan botol aquades dan
keringkan; Masukkan 10 mL larutan penyerap ke dalam botol
penyerap yang telah dikeringkan;
4. Susun peralatan.

PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel di lakukan dengan urutan sebagai berikut :

1. Pastikan penyerap sudah ada didalam botol penyerap dan


susunan peralatan sudah benar;
2. Pastikan sumber listrik telah terpasang sesuai dengan voltase
peralatan;
3. Pasang peralatan di tempat yang akan diambil sampel
udaranya;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 50


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4. Hidupkan pompa selama 1 jam dengan laju aliran udara 1 atau


2 liter per menit;
5. Catat waktu mulai sampling, suhu, kecepatan dan arah angin;
6. Masukkan sampel ke dalam botol penampung sampel, beri
tanda, tutup yang rapat dan simpan dalam wadah berisi es;
7. Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih sebelum
dipakai untuk pengambilan sampel di tempat yang lain.

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI


1. Kalibrasi pengujian dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
2. Ambil 1 mL larutan baku natrium sulfide yang telah diketahui
konsentrasinya (µg/mL) masukkan dalam labu ukur 100 mL
tepatkan dengan aquades;
3. Siapkan 5 buah labu ukur 25 mL dan masukkan masing – masing 0
mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 3,0 mL; 4,0 mL larutan sediaan, tambahkan 10
mL larutan penyerap pada masing – masing labu ukur tersebut;
4. Tambahkan 1,5 mL larutan uji amin, pada masing – masing labu
ukur kemudian kocok;
5. Tambahkan 1 tetes larutan FeCl3, jika berwarna kuning, teteskan
larutan ammonium fosfat tetes demi tetes hingga warna kuning
hilang, encerkan dengan aquades sampai tanda batas, diamkan
selama 30 menit;
6. Baca serapan (A) pada panjang gelombang 670 nm;
7. Kurva kalibrasi dapat dilihat pada monitor.

PENGUJIAN SAMPEL
a) Untuk pengujian sampel digunakan urutan sebagai berikut :
b) Siapkan sampel yang akan diuji, pipet 10 mL ke dalam labu ukur 25
mL;
c) Tambahkan 1,5 mL larutan uji amin;
d) Tambahkan 1 tetes larutan FeCl3 3,7 M, jika berwarna kuning,
tambahkan tetes demi tetes larutan ammonium fosfat hingga warna
kuning hilang;
e) Encerkan dengan aquades sampai tanda batas, diamkan selama
30 menit;

f) Siapkan UV – Visible spektrofotometer, ikuti petunjuk cara


pemakaiannya atur panjang gelombang pada 670 nm;
g) Gunakan pereaksi penyerap kosong sebagai koreksi;
h) Masukkan sampel pada kuvet secukupnya;
i) Masukkan kuvet yang berisi sampel kedalam spektrofotometer;
j) Baca serapan (A) atau kadar H2S dalam mikrogram (µg) dari alat;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 51


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

k) Ulangi pembacaan sampai 3 kali;


l) Matikan lagi UV – Visible spektrofotometer sesuai dengan petunjuk
pemakaian;
m) Pastikan peralatan dalam keadaan bersih sebelum keluar ruangan.

PERHITUNGAN

Kadar H2S (µg/mL) = Kadar (kurva) .


Volum udara m3 (25oC,1 atm)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 52


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.5 Penentuan Kandungan Oksidan (O3) di Udara


Metode : Neutral buffer kalium iodida (NBKI) Spetrofotometer

2.1.5.1 Prinsip, Bahan dan Peralatan


PRINSIP

Oksidan dari udara ambient yang telah dijerap oleh larutan NBKI
dan bereaksi dengan ion iodide membebaskan iod (I2) yang berwarna
kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri
pada panjang gelombang 352 nm.

BAHAN

1. Larutan penjerap oksidan


 Larutkan 10 g kalium iodide (KI) dalam 200 mL air suling;
 Pada tempat lain larutkan 35,82 g dinatrium hydrogen fosfat
dodekahidrat (Na2HPO4.12H2O) dan 13,6 g kalium dihidrogen
fosfat (KH2PO4) dengan 500 mL air suling dalam gelas piala;
 Tambahkan larutan kalium iodide sebagai larutan penyangga
sambil diaduk sampai homogen;
 Encerkan larutan ini sampai volum 1000 mL dalam labu ukur dan
diamkan selama paling sedikit satu hari;
 Kemudian atur pH pada 6,8 ± 0,2 menggunakan larutan natrium
hidroksida (NaOH) 1% (b/v) atau asam fosfat (H3PO4) 1% (b/v).
CATATAN : 35,82g Na2HPO4.12H2O dapat diganti dengan 14,2g
dinatrium hydrogen fosfat (Na2HPO4).
2. Larutan induk iod (I2) 0,05 N
 Masukkan berturut–turut 16 g KI dan 3,173 g kristal I2 ke dalam
labu ukur 500 mL;
 Larutkan dengan air suling, dan tepatkan isi labu hingga tanda tera
lalu homogenkan;
 Simpan pada suhu ruang paling sedikit selama 1 hari;
 Pindahkan ke dalam botol gelap dan disimpan di lemari pendingin.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 53


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Pembuatan larutan standar iod (I2)


 Pipet 5 mL larutan induk iod 0,05 N ke dalam labu ukur 100 mL,
encerkan dengan air suling sampai tanda tera lalu homogenkan;
 Pipet 4 mL larutan hasil pembuatan larutan standar iod butir a) ke
dalam labu ukur 100 mL, dan tepatkan dengan larutan penjerap.
Larutan ini digunakan untuk membuat kurva kalibrasi.
CATATAN : Larutan ini stabil selama 1 sampai 2 hari.
4. Larutan asam klorida (HCl) (1+10)
Encerkan 10 mL HCl pekat dengan 100 mL air suling di dalam gelas
piala.
5. Larutan Natrium tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N
 Larutkan 24,82 g natrium tio sulfat pentahidrat (Na 2S2O3.5H2O)
dengan 200 mL
 Air suling dingin yang sebelumnya telah dididihkan dalam gelas
piala dan tambahkan 0,1 g natrium karbonat;
 Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL kemudian tepatkan
dengan air suling dan homogenkan;
 Diamkan larutan ini selama 1 hari sebelum dilakukan standarisasi.
6. Hablur kalium iodat (KIO3)
7. Asam klorida (HCl pekat) 37%
8. Hablur kalium iodide (KI)
9. Larutan indicator kanji
 Masukkan dalam gelas piala berturut – turut 0,4 g kanji dan 0,002
g merkuri (II) iodide, larutkan secara hati – hati dengan air mendidih
sampai volum 200 mL;
 Panaskan larutan tersebut sampai larutan jernih, lalu dinginkan dan
pindahkan ke dalam botol pereaksi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 54


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

PERALATAN

1. Peralatan pengambil contoh uji oksidan seperti pada gambar 9; (setiap


unit peralatan disambung dengan selang silikon dan tidak mengalami
kebocoran)
2. Labu ukur 100 mL,500 mL dan 1000 mL;
3. Pipet volumetrik 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 25 mL dan 50 mL;
4. Gelas ukur 100 mL;
5. Gelas piala 100 mL dan 1000 mL;
6. Tabung uji 10 mL;
7. Spektrofotometer UV –Vis dilengkapi kuvet;
8. Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
9. Buret 50 mL;
10. Desikator;
11. Labu Erlenmeyer 250 mL;
12. Termometer dan
13. Barometer

Keterangan gambar:

A. Adalah ujung silinder gelas yang


berada di dasar labu dengan
maksimum diameter adalah 1 mm;
Botol penjerap midget impinger
dengan kapasitas volume 30 mL.
A

Gambar 8. Botol penjerap (midget impinger) oksidan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 55


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Gambar 9. Rangkaian peralatan pengambil contoh uji oksidan, O3


Keterangan gambar :

A Adalah prefilter holder;


B Adalah botol penjerap volume 30 mL;
C Adalah perangkap uap;
D Adalah flow meter yang mampu mengukur laju alir 1 L/menit;
E Adalah kran pengatur;
F Adalah pompa;
G Adalah serat kaca (glass wooll).

2.1.5.2 Cara Uji

PENGAMBILAN CONTOH UJI

Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 8;

1. Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke dalam botol penjerap.


Atur atau tempatkan botol penjerap sedemikian rupa sehingga
terhalang dari hujan dan terik matahari langsung;
2. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,5 L/menit sampai
3 L/menit, setelah stabil catat sebagai laju alir awal F1 (L/menit);
3. Lakukan pengambilan contoh uji selama 30 menit dan catat temperatur
dan tekanan udara;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 56


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4. Setelah 30menit catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian matikan
pompa penghisap.
CATATAN : Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal,maka
pengambilan contoh uji harus dilakukan pada saat siang hari dengan
rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00.

STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIO SULFAT 0,1 N

1. Larutkan 0,35 g kalium iodat yang telah dipanaskan pada suhu 180oC
selama 2 jam ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan air suling
sampai tanda tera;
2. Pipet 25 mL larutan KIO3 di atas ke dalam labu Erlenmeyer;
3. Tambahkan 1 g KI dan 10 mL HCl (1:10);
4. Titrasi dengan natrium tio sulfat sampai warna larutan kuning muda;
5. Tambahkan 5 mL indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir
(warna biru tepat hilang). Catat volum larutan penitar yang diperlukan;
6. Hitung normalitas natrium tio sulfat dengan rumus sebagai berikut :
𝑏 𝑥 1000 𝑥 𝑉𝑏
𝑁=
35,67 𝑥 100 𝑥 𝑉1

Dengan pengertian :

N: Adalah konsentrasi larutan natrium tio sulfat dalam grek/L (N);


B: Adalah bobot KIO3 dalam 100 mL air suling ( g );

Vb : Adalah volum KIO3 yang digunakan dalam titrasi ( mL );

V1 : Adalah volum Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi ( mL ); 35,67


Adalah bobot ekivalen KIO3 ( BM KIO3/6);

100 : Adalah volum larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur; 1000
konversi Liter ke mL.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 57


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

STANDARISASI LARUTAN IOD 0,05 N

1. Pipet 25 mL larutan induk iod ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL;


2. Tambahkan 1 mL asam klorida pekat, diamkan di tempat gelap
selama 10 menit;
3. Titrasi dengan larutan natrium tio sulfat 0,1 N sampai warna larutan
kuning muda, kemudian tambahkan 3 tetes indikator kanji, lanjutkan
titrasi sampai warna larutan biru muda. Catat volum larutan penitar
yang diperlukan.
4. Hitung normalitas iod (I2) tersebut dengan rumus sebagai berikut :
𝑁1 𝑥 𝑉1
𝑁2 =
𝑉2
Dengan pengertian :

N1 : Adalah konsentrasi larutan natrium tio sulfat (N);

N2 : Adalah konsentrasi larutan iod (N);

V1 : Adalah volum larutan natrium tio sulfat hasil titrasi (mL);

V2 : Adalah volum larutan iod yang dititrasi (mL).

PEMBUATAN KURVA KALIBRASI

1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;


2. Siapkan tabung uji 10 mL, lalu pipet 0,0 mL; 0,5 mL; 1,0 mL ; 1,5
3. mL; 2,0 mL dan 3,0 mL larutan standar iod pada langkah 0,0001 ke
dalam masing – masing tabung uji;

4. Tambahkan larutan penjerap sampai volum larutan 10 mL dan


homogenkan;
5. Ukur setiap larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 352 nm;
6. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah oksidan (µg).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 58


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

PENGUJIAN CONTOH UJI

1. Dalam jangka waktu 30 menit – 60 menit setelah pengambilan


contoh uji, masukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat
spektrofotometer, lalu ukur intensitas warna kuning yang terbentuk
pada panjang gelombang 352 nm;
2. Baca serapan contoh uji kemudian hitung jumlah oksidan (µg)
dengan menggunakan kurva kalibrasi.

PERHITUNGAN

Jumlah oksidan dalam larutan standar iod

Jumlah (µg) oksidan (dihitung sebagai ozon) dalam 1 mL larutan


standar iod yang digunakan dalam pembuatan kurva kalibrasi dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

O3 = 16 x N2

Dengan pengertian :

O3 = Jumlah oksidan (µg);

N2 = Normalitas iod 0,05 N hasil standarisasi;

16 = Jumlah ekivalen O3 (0,8 µg/mL) dibagi dengan normalitas iod


0,05N.
Volume contoh uji udara yang diambil

Volume contoh udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (25 o C,
760 mmHg) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 298
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 59


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Dengan pengertian :

V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 oC, 760
mmHg;

F = Laju alir awal ( L/menit );

F2 = Laju alir akhir ( L/menit );

T = Durasi pengambilan contoh uji ( menit );

Pa = Tekanan barometer rata – rata selama pengambilan contoh uji

( mmHg );

Ta = Temperatur rata – rata selama pengambilan contoh uji (oK);

298 = Konversi temperatur pada kondisi normal 25oC menjadiKelvin;


760 = Tekanan udara standar ( mmHg );
Konsentrasi oksidan di udara ambien
Konsentrasi oksidan dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

𝑎
𝐶= 𝑥 1000
𝑉

Dengan pengertian :

C = Konsentrasi O3 di udara (µg/Nm3);

a = Jumlah O3 dari contoh uji dengan berdasarkan kurva


kalibrasi (µg);

V V V = Volum udara pada kondisi normal (L);

1000 = Konversi liter (L) ke m3

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 60


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.6 Penentuan Kandungan HCl di Udara

2.1.6.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan :
1. Pipa pengambil contoh.
2. Bahan isolasi panas.
3. Pemanas (Heating).
4. Botol penyerap.
5. Filter.
6. Bahan pengering (silika gel/CaCl2).
7. Kran cabang tiga.
8. Kran.
9. Botol pencuci (berisi 50 mL NaOH 20%).
10. Pompa vakum.
11. Gas meter tipe basah (1-5 L/putaran).
12. Termometer.
13. Alat tekanan gauge.
14. Spherical ground joint.
15. Timbangan analitis.
16. Gelas erlenmeyer 100 mL.
17. Labu ukur 100, 250 mL.
18. Botol warna coklat.

Bahan
1. Larutan penyerap NaOH 0,1 M
Timbang 4 gram Natrium Hidroksida (NaOH), larutkan dalam labu
ukur 1000 mL yang telah berisi 200 mL aquadest diatas penangas
es. Tanda bataskan dan homogenkan.
2. Larutan Merkuri Tiosianat-Metanol
Larutkan 0,4 gram Merkuri Tiosianat-Metanol dalam 100 mL
metanol, simpan dalam larutan berwarna coklat.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 61


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Larutan Amonium Besi (III) Sulfat


Larutkan 6 gram Amonium Besi (III) Sulfat 12 hidrat dalam 100 mL
Asam Perklorat.
4. Larutan Asam Perklorat
Masukkan 100 mL Asam Perklorat ke dalam labu ukur 500 mL,
tambahkan 200 mL aquadest kemudian homogenkan.
5. Larutan Baku Klorida
 Larutkan 1,648 g Natrium Klorida (NaCl) yang telah dipanaskan
sebelumnya selama 40-50 menit pada suhu 500-600ºC, ke dalam
gelas erlenmeyer 100 mL dengan aquadest, tanda bataskan
sampai 1000 mL.
 Ambil 20 mL larutan dengan pipet ukur dan masukkan ke dalam
labu ukur 1000 mL dengan aquadest, tanda bataskan

2.1.6.2 Cara Uji


PERSIAPAN
1. Persiapan bahan penyerap,
2. Persiapan peralatan sampling:
 Peralatan sampling harus dipersiapkan sebagai berikut:
1. Pastikan peralatan sampling sudah terkalibrasi.
2. Siapkan botol penyerap, bersihkan dengan aquades dan
keringkan.
3. Masukkan 10 mL larutan penyerap ke dalam botol penyerap
yang telah dikeringkan.
4. Susun peralatan.

PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Pastikan bahan penyerap sudah ada di dalam botol penyerap dan
susunan peralatan sudah benar.
2. Pastikan sumber listrik telah terpasang sesuai dengan voltase
peralatan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 62


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Pasang peralatan ditempat yang akan diambil sampel udaranya;


4. Hidupkan pompa selama 1 jam dengan laju aliran udara 1 atau 2 Liter
per menit.
5. Catat waktu mulai sampling, suhu, kecepatan dan arah angin minimal
2 kali saat mulai sampling dan akhir sampling.
6. Setelah satu jam sampling matikan pompa, catat lagi waktu akhir
sampling, suhu, kecepatan dan arah angin.
7. Masukkan sampel ke dalam botol penampung sampel, beri tanda, tutup
dengan rapat dan simpan pada wadah berisi es.
8. Pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih sebelum dipakai
untuk pengambilan sampel di tempat yang lain.

KALIBRASI
Kalibrasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut;
1. Optimalkan spektrofotometer sesuai IKM UV-Vis GBC 918
2. Masukkan 0-5 mL larutan baku klorida (0,02 mg/mL) pada labu ukur 25
mL tertutup dan tambahkan 2 mL larutan Amonium Besi (III) Sulfat, 1
mL larutan Merkuri Tiosianat Metanol dan 10 mL Metanol, tanda
bataskan sampai 25 mL pada dengan penyerap.
3. Tutup labu ukur dan homogenkan, diamkan selama 5-30 menit
pindahkan larutan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer dalam
waktu pada suhu kira-kira 20ºC.
4. Baca pada panjang gelombang 460 nm.
5. Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih besar dari 2%,
periksa keadaan alat dan ulangi tahapan 2) sampai 4), apabila
perbedaannya lebih kecil atau sama dengan 2%, rata-ratakan hasilnya.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 63


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

PENGUJIAN SAMPEL
Pengujian sampel dilakukan tahapan sebagai berikut:
1. Optimalkan spektrofotometer sesuai IKM UV-Vis GBC 918.
2. Masukkan 10 mL sampel pada labu ukur 25 mL tertutup dan tambahkan
2 mL larutan Amonium Besi (III) Sulfat, 1 mL larutan Merkuri Tiosianat
Metanol dan 10 mL Metanol, tanda bataskan sampai 25 mL pada
dengan penyerap.
3. Tutup labu ukur dan homogenkan, diamkan selama 5-30menit
pindahkan
4. larutan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer dalam waktu pada
suhu kira-kira 20ºC.
5. Baca pada panjang gelombang 460 nm.
CATATAN : Pengujian sampel dilakukan pada saat bersamaan dengan
pengerjaan kalibrasi Standar pengujian.

PERHITUNGAN
1. Perhitungan volume contoh uji gas yang terambil:
Volume contoh gas uji yang terambil dihitung pada kondisi normal
(25ºC, 760 mmHg), menggunakan rumus sebagai berikut:

298 ( Pa  Pm  Pv)
Vs  V  
273  t 760
Keterangan:
Vs = volume contoh uji gas yang terambil (L)
V = perbedaan nilai pembacaan pada gas meter (L)
Ps = tekanan atmosfer udara (mmHg)
Pm = tekanan gauge pada gasmeter (mmHg)
Pv = tekanan uap jenuh pada suhu tºC (mmHg)
T = suhu gas dibaca pada gasmeter (ºC)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 64


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2. Perhitungan kadar Hidrogen Klorida


Kadar Hidrogen Klorida dalam contoh gas uji dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:

36,5
A  250  1000
35,5
C
Vs

Keterangan:
C = konsentrasi Hidrogen Klorida (mg/Nm3);
A = konsentrasi ion klorida diperoleh melalui bantuan kurva
kalibrasi (mg ion Cl-/mL)
Vs = volume contoh gas uji dalam keadaan kering diukur pada
(25ºC,760 mmHg), (L)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 65


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.7 Penentuan Kandungan Cl2 di Udara

2.1.7.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan :
1. Impinger gas sampler
2. Neraca teknis.
3. Neraca analitik.
4. Spektrofotometer.
5. Alat-alat gelas: labu volumetri 100, 1000 mL; pipet volumetri 1, 2, 3,
4, 5, 10, 20 mL; erlenmeyer 250 mL; gelas kimia 250 mL; titrator.
Bahan :
1. Larutan pengabsorbsi
a. 0,05% larutan standar metil orange
Timbang 0,5 g metil orange, larutkan dalam aquadest yang telah
didihkan menjadi 1 L.
b. 0,005% larutan standar metil orange
Ukur 100 mL larutan standar metil orange masukkan ke dalam 1L
labu volumetri. Tanda bataskan.
c. Larutan pengabsorbsi
Pipet dengan pipet volumetri 6 mL larutan standar metil orange
0,005%, masukkan dalam 100 mL labu volumetri, encerkan dan
homogenkan. Tambah 3 tetes HCl 5 N.
d. Larutan standar 0,1 N Na2S2O3.
100 mL larutan standar 0,1N Na2S2O3 diencerkan pada labu
volumetri 1L. Tambahkan 5 mL Kloroform sebagai pengawet.
Tanda bataskan sampai 1L.
e. Larutan standar Klorin
Timbang 30,154 g Sodium Hipoklorid (NaOCl) yang mengandung
1,3% Klorin.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 66


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Standarisasi Cl2 dengan cara:


1. Masukkan 1 gram Potasium Iodida (KI) dan 5 mL Asam Asetat
Glasial (CH3COOH);
2. Tambahkan segera 400 mL larutan standar Klorin, homogenkan.
3. Titrasi dengan larutan standar 0,01 N Na2S2O3 sampai warna
kuning muda.
4. Tambahkan 1 mL larutan kanji.
5. Lanjutkan titrasi sampai warna menjadi hijau muda.

2.1.7.2 Cara Uji


Persiapan
1. Cek perlengkapan impinger gas sampler, seperti kabel, flowmeter,
on/off, kaki penyangga, daya (battery atau listrik).
2. Kalibrasi impinger gas sampler, sesui dengan petunjuk yang tertera
pada buku instruksi kerja.
3. Lakukanlah percobaan sampling:

 Isi fritted bubbler impinger dengan aquadest 100 mL. Pasang


impinger tersebut pada tempatnya, kemudian hubungkan dengan
pompa hisap udara.
 Hubungkan kabel gas sampler dengan daya. Apabila daya
didapatkan dari battery, cek fungsi baterainya.
 Hidupkan gas sampler dengan menekan tombol on. Udara akan
terisap oleh gas sampler tersebut melalui impinger.
 Atur flowmeter, sehingga bola flowmeter atau penunjuk lainnya
menunjukkan angka yang dikehendaki (1-2 L/menit)
 Biarkan beberapa saat sampai bola flowmeter stabil.
 Matikan gas sampler.
 Lepaskan hubungan kabel dengan daya.
 Lepaskan impinger dari tempatnya, buang isinya dan keringkan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 67


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

 Simpan kembali gas sampler beserta perlengkapannya, tanpa


mengubah keadaan flowmeter.
Pengambilan sampel
1. Operasional
 Bawa impinger gas sampler beserta perlengkapannya ke lokasi
yang akan diukur kadar klorinnya.
 Sebelum sampai di titik pengukuran, isi fritted bubbler impinger
dengan 100 mL larutan pengabsorpsi metil orange.
 Pasang fritted Bubbler Impenger pada tempatnya.
 Susun impinger tersebut di atas dengan flowmeter, dan pompa
isap udara.
 Bawa dan letakkan Impinger gas sampler yang telah dirakit
tersebut di titik pengukuran.
 Hubungkan kabel dengan daya.
 Hidupkan gas sampler.
 Cek flowmeternya, apakah masih menunjukkan sama dengan
ketika dilakukan percobaan sampling.
 Catat angka yang ditunjukkan angka bola flowmeter.
 Catat waktu mulai menghidupkan gas sampler.
 Operasionalkan gas sampler selama kurun waktu yang diperlukan.
 Lepaskan impinger dari rakitannya dan segera tutup kedua
ujungnya dan lindungi impinger dengan kertas hitam agar tidak
teroksidasi oleh matahari.
 Bawa larutan sampel dalam impinger ke laboratorium

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 68


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Menentukan titik pengukuran.


Titik pengukuran di lingkungan tempat kerja ditentukan dengan
cara sebagai berikut:
 Bagilah lantai satu unit kerja dengan garis vertikal dan horizontal
berukuran 3×3 meter. Jika unit kerja sangat luas, setiap bagian
bisa berukuran sampai 6×6 meter. Dengan memakai tabel
sampling atau dengan cara sampling acak (random sampling),
ditentukan titik-titik pengukuran, yaitu pertemuan antara garis
vertikal dan horizontal di lantai unit kerja.
4. Cara membawa larutan sampel ke laboratorium
 Larutan sampel di bawa ke laboratorium bisa dengan cara masih
tersimpan di dalam fritted bubbler impinger yang diberi label
identitas dan kedua lubangnya ditutup. Tetapi bisa pula dengan
cara memindahkan larutan sampel ke botol penampung yang
berwarna gelap, bertutup rapat dan diberi label identitas.

Analisa sampel
1. Larutan standar untuk kalibrasi
 Siapkan minimal 4 buah labu volumetri kapasitas 100 mL, beri
identitas: 0, standar 1, standar 2, standar 3, dst.
 Isi labu pertama dan seterusnya dengan, 0; 1; 3; 5; 7; 9 mL
standar Klorin.
 Isi labu volumetri tersebut diatas masing-masing dengan: 6 mL
0,005% Metil orange dan tiga tetes HCl 5N tanda bataskan.
 Ukur larutan kalibrasi tersebut ke dalam spektrofotometer
dengan panjang gelombang 505 nm.
 Masukkan larutan sampel ke dalam spektrofotometer pada
panjang gelombang yang sama.
 Catat hasil pembacaan dari spektrofotometer.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 69


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Perhitungan :
mlKlorin  20gCl 2
KadarCl 2( g / L) 
f t

f = kecepatan laju alir udara (L/menit)


t = waktu pengambilan sampel (menit)

2.1.8 Penentuan Kandungan CO di Udara


Metode: Iodine Pentaoksida

2.1.8.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan:
1. Tabung penyerap (impinger) yang terbuat dari bahan gelas dengan
ukuran normal dan dibungkus alumunium foil atau bahan berwarna
gelap.
2. Pompa udara dengan kecepatan alir sampai 50 Liter / menit,
ketelitian 0,01 Liter per menit.
3. Termometer dengan ukuran suhu dari 5–50ºC, pengukur kecepatan
alir udara (flowmeter), kemampuan 0,5 – 5 Liter / menit, ketelitian 0,1
Liter / menit.
4. Anemometer dan altimeter.
5. Kompas.
6. Labu takar dengan berbagai macam ukuran 25 mL, dan 1000 mL.
7. Pipet ukur dengan skala 1-5 mL dan 5-10 mL, timbangan analitik.
8. UV-Visible spectrophotometer.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 70


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Bahan :
1. Penyerap CO yaitu KI 2%
20 gram KI dilarutkan dalam 1000 mL Aquadest.
2. Iodine
1 mL 0,05N Iodine diencerkan menjadi 250 mL dengan larutan KI 2%.
Larutan ini identik dengan 0,5 µgL CO/mL (0,1 µgL I2/mL).

Pengambilan sampel
1. Alirkan uap iodine yang terbentuk kedalam impinger yang telah berisi
20 mL KI 2%.
2. Kecepatan aliran udara 0,1-0,4 L/menit

2.1.8.2 Cara Uji


1. Untuk kalibrasi, siapkan 4 buah labu ukur 25 mL masing-masing
dengan 0; 1; 2; 4 mL larutan standar Iodine yang identik dengan 0,5
µgL CO/mL (0,1 µgL I2/mL).
2. Tanda bataskan dan homogenkan.
3. Baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 352 nm.
Perhitungan:
gLCO  24,5
ppm _ CO(25C _ 76 Hg ) 
Volume _ udara ( L)

2.1.9 Penentuan Kandungan HF di Udara


Metode : kompleks Lanthanum Alizarine – Spektrofotometer

2.1.9.1 Prinsip, Peralatan dan Bahan


Prinsip
Gas HF dari aliran emisi gas buang sumber tidak bergerak dialirkan
ke dalam larutan penjerap dengan menggunakan pompa hisap. pH larutan
diatur dengan penambahan larutan penyangga. Ion flourida yang
terbentukbereaksi dengan larutan La(NO3)3 dan kompleks alizarin
membentuk senyawa berwarna ungu dan diukur serapannya pada
panjang gelombang 620 nm menggunakan spektrofotometer.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 71


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Peralatan :
1. Pipa pengambil contoh.
2. Bahan isolasi panas.
3. Pemanas (Heating).
4. Botol penyerap.
5. Filter.
6. Bahan pengering (silika gel/CaCl2).
7. Kran cabang tiga.
8. Kran.
9. Botol pencuci (berisi 50 mL NaOH 20%).
10. Pompa vakum.
11. Gas meter tipe basah (1-5 L/putaran).
12. Termometer.
13. Alat tekanan gauge.
14. Spherical ground joint.
15. Timbangan analitis
16. Gelas piala 100; 200; 500; dan 1000 mL.
17. Labu ukur 50; 100;dan 200 mL.
18. Kaca arloji.
19. pH meter.
20. Penangas es.
21. Labu takar dengan berbagai macam ukuran 25 mL, dan 1000 mL.
22. Pipet ukur dengan skala 1-5 mL dan 5-10 mL, timbangan analitik
23. UV-Visible spectrophotometer

Bahan :
1. Larutan Penyerap Natrium Hidroksida ( NaOH ) 0,1 N
Timbang 4 gram Natrium Hidroksida (NaOH), larutkan dalam labu ukur
1000 mL yang telah berisi 200 mL aquadest diatas penangas es. Tanda
bataskan dan homogenkan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 72


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2. Larutan Pencuci NaOH 20% b/v


Timbang 20 gram Natrium Hidroksida (NaOH), larutkan dalam labu
ukur 1000 mL yang telah berisi 200 mL aquadest diatas penangas es.
Tandabataskan dan homogenkan.
3. Larutan Lanthanum Alizarin – Complex
 Timbang 8,2000 g Na-Acetat Trihidrat, kemudian tambahkan 6 mL
Acetic Acid Glacial dalam labu ukur 200 mL dan bilas dengan
aquadest
 Timbang 0,0479 g Alizarin, kemudian tambahkan 0,1 mL NH4OH
dan 5 mL aquadest. Lalu pindahkan ke dalam labu 200 mL sambil
disaring, lalu tambahkan 100 mL Aseton.
 Timbang 0,6120 g Lanthanum dan tambahkan 2,5 mL HCl 2 N
 Pindahkan seluruh bahan pada langkah (1,2,3) dan tanda bataskan
menjadi 200 mL dengan aquadest.
4. Larutan Asam Klorida (HCl) 2 N
Pipet kurang lebih 41,45 mL HCl pekat, masukkan ke dalam labu ukur
250 mL yang telah berisi 100 mL aquadest, encerkan hingga tanda tera
kemudian homogenkan.
5. Larutan standar flourida (F¯)/mL
Pipet 0,1 mL larutan induk flourida 1000 µg F¯/mL ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda tera lalu
homogenkan.
CATATAN : Setiap 1 mL larutan mengandung 1 µg F¯

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 73


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Gambar 10.Rangkaian peralatan pengambil contoh uji f-


Keterangan :

A adalah botol penyerap berwarna coklat volum 30 mL.


B adalah perangkap uap.
C adalah serat kaca (glass wool).
D adalah flowmeter yang mampu mengukur laju alir 0,5 L/menit.
E adalah kran pengatur.
F adalah pompa.

2.1.9.2 Pengambilan contoh uji


1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar
2. Masukkan larutan penyerap NaOH 20 % sebanyak 10 mL ke dalam
botol penyerap. Atur atau tempatkan botol penyerap sedemikian rupa
sehingga terhalang dari hujan dan terik matahari langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,5 L/menit sampai
3 L/menit, setelah stabil catat sebagai laju alir awal (F1).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 30 menit dan catat temperatur
dan tekanan udara;
5. Setelah 30 menit catat sebagai laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan
pompa penghisap.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 74


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

CATATAN : Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal, maka


pengambilan contoh uji harus dilakukan pada saat siang hari dengan
rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00.

2.1.9.3 Pengujian Contoh Uji


Pembuatan kurva kalibrasi
1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat;
2. Siapkan 5 buah tabung uji 50 mL lalu masukkan ke dalamnya larutan
standar Flourida masing-masing 0,0 mL; 15,0 mL; 20,0 mL; 30,0 mL;
dan 40,0 mL, yang mengandung 0 µg F¯ ; 15 µg F¯ ; 20 µg F¯ ; 30 µg
F¯ dan 40 µg F¯ . Selanjutnya tambahkan larutan penyerap sampai
volume 20 mL;
3. Tambahkan berturut-turut ke dalam masing-masing tabung uji 3 mL
larutan Lanthanum Alizarine - Complex, lalu dihomogenkan;
4. Tambahkan air suling ke dalam tabung uji sampai tanda tera, lalu
homogenkan;
5. Ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang 620 nm.
6. Buat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah F¯ (µg/mL).

Analisa Contoh Uji


1. Pindahkan bahan penyerap beserta pencuci yang telah diambil contoh
uji ke dalam labu ukur 50 mL.
2. Tambahkan 3 mL larutan Lanthanum Alizarin – Complex.
3. Tandabataskan dengan aquadest, Homogenkan.
4. Baca konsentrasi pada panjang gelombang 620 nm.
5. Baca konsentrasi pada panjang gelombang 620 nm.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 75


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.9.4 Perhitungan
Volum contoh uji udara yang diambil

Volum contoh uji gas yang diambil, dikoreksi pada kondisi normal (25°C,
760mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑉 × 298 (𝑃𝑎 + 𝑃𝑚 − 𝑃𝑣)


𝑉𝑠 = ×
273 + 𝑡 760

Keterangan :

Vs adalah volume contoh uji gas yang diambil pada kondisi normal (L).
Pa adalah tekanan udara atmosfer (mmHg).
Pm adalah tekanan dibaca pada gas meter (mmHg).
Pv adalah tekanan uap air jenuh pada temperatur t°C (mmHg), lihat
lampiran tabel.
t adalah temperatur gas dibaca pada pada gas meter (°C).
298 adalah konversi temperatur pada kondisi normal (25°C) ke dalam
Kelvin.
273 adalah temperatur pada kondisi normal (0°C) ke dalam Kelvin.
760 adalah tekanan udara standar (mmHg).
Konsentrasi HF dalam emisi gas buang sumber tidak bergerak
Konsentrasi HF dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
20 250
× (𝑎 − 𝑏) ×
𝐶 = 19 20
𝑉𝑠

Keterangan :
C adalah konsentrasi HF (mg/Nm³).
a adalah jumlah ion flourida yang didapat dari kurva kalibrasi.
b adalah jumlah ion flourida dalam larutan blanko (mg F¯).
Vs adalah volume contoh gas yang dikoreksi pada kondisi normal
25°C, 760 mmHg (L).
20 adalah berat molekul HF.
19 Berat atom F.
250 adalah volume contoh uji yang diencerkan dalam labu ukur 25 mL.
20 adalah volume contoh uji ditambah volume pencuci.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 76


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.1.10 Penentuan Kandungan CO2 di dalam Udara

2.1.10.1 Metode
Pembuatan Penyerap

 Ba(OH)2.8H2O 0.1 M (ditimbang sebanyak 1,97 gram


Ba(OH)2.8H2O dilarutkkan dalam labu 500 mL lalu di tera dengan
menggunakan aquadest), setelah itu ditakar ± 10 mL emudian
ditetesi 1 tetes indicator phenopthalein hingga warna menjadi
merah muda
 Bila akan dilakukan sampling warna penyerap memudar, maka
ditetesi kembali dengan indicator phenopthalein

Metode Analisa

 Dititrasi dengan menggunakan Asam Oksalat 0,1 M . Bila warna


sampel yang ada memudar/putih sebelum dilakukan titrasi, maka
ditetesi terlebih dahulu dengan indicator pheopthalein
 Titrasi sampel yang berwarna merah muda hingga tepat
menghilang

2.1.10.2 Perhitungan
Kadar Gas CO2

𝐶 = ({𝑉𝑎 × 𝑀𝑎} − {𝑉𝑏 × 𝑀𝑏}) × 𝐵𝑀 × 106

Dengan Pengertian :

C adalah konsentrasi CO2 di udara ambien (ug/Nm3)


Va adalah volume Ba(OH)2 (liter)
Ma adalah konsentrasi Ba(OH)2 (mol/Liter)
Vb adalah volume Asam Oksalat (mol/Lter)
BM adalah bobot molekul CO2
V adalah volume udara (m3) dalam kondisi normal (250C, 101.3
kPa)
106 adalah factor koreksi g menjadi ug

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 77


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.2 Penentuan Uji Debu (Metode: Gravimetri)

2.2.1 Pengukuran Uji Debu Total di Udara

2.2.1.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan :
Untuk pengujian kadar debu total di udara, peralatan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Seperangkat alat High Volume Sampler dan Low Volume Sampler
yang terdiri atas; inlet, filter holder, air mover, flow controller dan
timer.
2. Timbangan analitik.
3. Termometer dengan ukuran suhu dari 5 – 50ºC.
4. Anemometer dan altimeter.
5. Kompas.
6. Eksikator.
7. Oven.

Bahan :
Untuk pengujian kadar debu di udara digunakan fiber filter, dengan
ketentuan pori pori filter kurang dari 10 mikron

2.2.1.2 Cara Uji


Persiapan filter fiber
1. Siapkan filter sesuai dengan jumlah yang diperlukan,

2. Masukkan filter dalam oven pada suhu sekitar 50ºC untuk


menghilangkan uap air, selama 2 jam.

3. Masukkan filter tersebut ke dalam eksikator, biarkan selama 24 jam.

4. Timbang berat kedua filter dan catat sebagai berat filter awal sampel
(A) dan berat filter awal blanko (A’).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 78


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Persiapan peralatan sampling


Pengambilan sampel dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Pastikan filter fiber telah terpasang pada filter holder pada alat.
2. Hidupkan alat selama 1 jam, catat flow laju aliran udara, catat waktu
mulai sampling, suhu, kecepatan dan arah angin minimal 2 kali saat
mulai sampling dan akhir sampling.
3. Setelah satu jam sampling matikan alat, catat lagi waktu akhir sampling,
suhu, kecepatan dan arah angin.
4. Ambil filter, lipat dan masukkan ke wadah plastik dan beri label,
pastikan semua peralatan dalam keadaan bersih sebelum dipakai
untuk pengambilan sampel di tempat yang lain.

Cara pengujian
Untuk pengujian sampel digunakan urutan sebagai berikut:
1. Ambil sampel yang akan diuji beserta filter blanko.
2. Masukkan dalam oven dengan perlakuan yang sama seperti sebelum
dipakai sampling.
3. Masukkan filter sampel dan filter blanko ke dalam eksikator diamkan
selama 24 jam.
4. Nyalakan timbangan analitik dan timbang kedua filter tersebut, catat
filter sampel sebagai berat akhir (B) dan filter blanko juga sebagai berat
akhir (B’).
5. Matikan lagi timbangan analitik sesuai dengan petunjuk pemakaian.
6. Pastikan peralatan dalam keadaan bersih sebelum keluar ruangan.
Kalibrasi
Kalibrasi pengujian dilakukan dengan cara sebagai berikut ;
Bandingkan berat filter blanko sebelum dipakai dan setelah dipakai,
(B’ – A’).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 79


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Perhitungan
( B  A)  ( B' A' )
Kadar _ Debu (mg / m 3 ) 
Volume _ udara (m 3 )

Keterangan :
A = Bobot filter sampel sebelum digunakan
B = Bobot filter sampel setelah digunakan
A’ = Bobot filter blanko sebelum digunakan
B’ = Bobot filter blanko setelah digunakan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 80


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.3 Penentuan Kandungan Pb di Udara


Metode NIOSH, Flame AAS

2.3.1 Peralatan dan bahan


Peralatan:
1. Flame AAS.
2. Udara tekan.
3. Gas Asetilen.
4. Hot plate.
5. Gelas kimia 5-40 mL.
6. Kaca arloji.
7. Labu ukur 10 mL.
8. Botol semprot.

Bahan:
1. HNO3 65%.
2. HNO3 10% (v/v), 100 mL mL HNO3 (pekat) dalam aquades 500 mL,
encerkan hingga 1L .
3. Hidrogen Peroksida H2O2 30%.
4. Larutan kalibrasi stock 100 µg/mL Pb (E-Merck No.1.19776.0500).
5. Aquadest.

2.3.2 Cara Uji


Larutan kalibrasi standar
Buat larutan standar Pb dengan konsentrasi 0-3 µg dari larutan
stock.

Preparasi
1. Pindahkan filter blanko dan filter sampel dari holder cassete ke gelas
kimia bebas Pb.
2. Tambahkan 3 mL HNO3 65% dan 1 mL H2O2 30%* pada filter blanko
dan filter sampel, lalu tutup dengan kaca arloji.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 81


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Panaskan pada hotplate (140ºC) hingga volume larutan ±0,5 mL.


Ulangi 2× atau lebih dengan 2 mL HNO3 65% dan 1 mL H2O2 30%*.
4. Ketika filter blanko dan filter sampe telah kering, lepaskan kaca arloji,
bilas kaca arloji dan dinding gelas dengan 3-5 mL HNO3 10%.
Tunggu larutan menguap hingga kering.
5. Dinginkan, larutkan residu dengan 1 mL HNO3 65%.
6. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur 10 mL, tandabataskandengan
aquadest.
7. Ukur konsentrasi Pb pada blanko dan sampel pada alat AAS dengan
panjang gelombang 283,3 nm.
8. Catat hasil pembacaan µg/mL Pb blanko dan Pb sampel.
CATATAN: Bila PbO2 tidak ada pada sampel, H2O2 tidak perlu
ditambahkan

Perhitungan :

𝑃𝑏 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔⁄𝐿)−𝑃𝑏 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 (𝑚𝑔⁄𝐿)


Kadar Pb (mg/m3) =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 ×0.01

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 82


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.4 Analisis Multi Logam Filter dengan ICP

2.4.1 Peralatan dan bahan


Peralatan:
1. ICP
2. Udara tekan.
3. Gas Argon.
4. Hot plate.
5. Gelas kimia 5-40 mL.
6. Kaca arloji.
7. Labu ukur 10 mL.
8. Botol semprot.

Bahan:
1. Larutan Ashing Acid ( HNO3 (p) : HClO4 (p) = 4:1 )*
Dibuat dengan cara menambahkan 400 mL HNO3 (p) dan 100
mL HClO4 (p).
2. Larutan Dilution Acid
Dibuat dengan cara menambahkan larutan Ashing Acid 50 mL
ke labu ukur 1000 mL, di tandabataskan dengan menggunakan
aquabidest.
3. Larutan kalibrasi
4. Aquadest.

 Keterangan :
*Purity Pro Analisa

2.4.2 Cara Uji

Preparasi
1. Pindahkan filter blanko dan filter sampel dari holder cassete ke gelas
kimia.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 83


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2. Tambahkan 5 mL Ashing Acid dan tutup dengan kaca arloji. Diamkan


30 menit.
3. Panaskan pada hotplate (140ºC) hingga volume larutan ±0,5 mL.
4. Tambahkan 2 mL Ashing Acid dan panaskan 120 oC sampai 0,5 mL
(ulangi perlakuan sebanyak 2 kali).
5. Bilas kaca arloji & Beaker Glass dengan aquabidest.
6. Panaskan pada suhu 150oC sampai tersisa 0,5 mL
7. Larutkan residu dengan 2-3 mL Dilution Acid
8. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur 10 mL, tandabataskan dengan
Dilution Acid.
9. Ukur sampel pada alat ICP

2.5 Pemantauan Biomedik (Monitoring Biologis)

2.5.1 Penentuan Phenol dalam urine


Metode: 4 Aminoantipyrin-Spektrofotometri

2.5.1.1 Prinsip, Peralatan dan Bahan


Prinsip
Phenol dalam urin direaksikan dengan 4 Aminoantipyrin dan potassium
sianida, membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Selanjutnya
intensitas warna yang terjadi diukur dengan kolorimetri atau
spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.
Peralatan :
1. Botol sampel urine dari polyetylen.
2. Neraca analitik.
3. Erlenmeyer 300 mL.
4. Auto mikropipet 5-50 µL.
5. Auto makropipet 1- mL
6. Tabung reaksi.
7. Pipet ukur.
8. Gelas ukur.
9. Centrifuge.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 84


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

10. Spektrofotometer UV-Vis.


11. pH meter atau kertas indicator.

Bahan:
1. 0,5 g Thymol kristal sebagai pengawet sampel urine.
2. Larutan 4-Aminoantipyrin.
0,2 g 4-Aminoantipyrin dilarutkan dalam 10 mL aquadest. Siapkan
larutan ini dalam keadaan segar setiap akan digunakan, saring bila
perlu.
3. Larutan ammonium klorida (NH4Cl).
20/L atau 2 g/100 mL aquadest.
 Larutan Stok
1 g Phenol (C6H5OH) dilarutkan dalam aquadest yang telah
dididihkan dan didinginkan. Encerkan hingga 100 mL. larutan ini
mengandung 1mg phenol/mL.
 Larutan Medium
10 mL larutan standar 3a, diencerkan menjadi 1000 mL dengan
aquadest yang telah dididihkan dan didinginkan. Larutan ini
mengandung 0,01 mg phenol/mL. Larutan ini stabil dalam 30 hari.
 Larutan Sediaan
50 mL larutan 3b, diencerkan menjadi 500 mL aquadest yang telah
dididihkan dan didinginkan.Larutan ini mengandung 1 µg
phenol/mL.siapkan larutan ini paling lama 2 jam sebelum digunakan.
4. Larutan Kalium Heksasiano Ferrat
8 g K3Fe(CN)6 dilarutkan dalam aquades menjadi 100 mL

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 85


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.5.1.2 Cara Uji


Standar Kalibrasi
1. Siapkan 1 seri larutan standar dalam labu ukur yang mengandung 0
mL, 10 mL, 20 mL, 30 mL, dan 40 mL larutan standar dan jadikan
volumenya 100 mL dengan aquadest.
2. Siapkan pula larutan blanko, yaitu 50 – 100 mL urine yang tidak
terpajan benzen, phenol, p-creosol dalam gelas kimia. Tambahkan
aquadest hingga volumenya 100 mL.
Analisa Sampel
1. Sampel di centrifuge ± 1 – 2 menit.
2. Pipet sampel ± 5 mL lalu tambahkan aquadest ± 5 mL
3. Tambahkan ± 0,5 mL larutan NH4Cl.
4. Tambah 0,2 mL larutan 4-Amionoantipyrin, aduk hingga homogen.
5. Cek pH-nya agar mencapai 9,8-10,2 dengan penambahan NH4OH.
6. Tambah 0,2 mL larutan K3Fe(CN)6, aduk hingga homogen.
7. Diamkan ± 30 menit pada suhu ruangan.
8. Baca Absorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 510 nm.
9. Hitung kadar phenol dalam urine.

Perhitungan
1000 𝑥 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎
µg/L =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑢𝑟𝑖𝑛𝑒

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 86


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.5.2 Penentuan Asam Hipurat dalam urine

2.5.2.1 Peralatan dan Bahan


Peralatan
1. Wadah urine: Botol plastik 125 mL.
2. Spectrofotometer, garis cahaya 1 cm, baca pada panjang gelombang
410 nm, dengan diameter kuvet 1 cm.
3. Centrifuge klinik dengan penutup.
4. Tabung centrifuge 15 mL.
5. Pipet serologis: 0.5, 1.0, dan 5.0 mL.
6. Filler Pipet.
7. Mixer/Vibrator.
8. Labu ukur 10 dan 100 mL.
9. Botol cylinder: 10 mL
Bahan
1. Larutan induk standar kalibrasi: 0.5 g/L
2. Benzensulfonyl chlorid.
3. Pyridin.
4. Thymol, USP.
5. Etanol Absolut.

2.5.2.2 Cara Uji


Sampling
1. Kumpulkan sampel urine 50-100 mL dalam botol plastik kapasitas
125 mL yang telah diisikan thymol crystal sebagai bahan pengawet.
2. Catatan: sampel dari tenaga kerja yang terpapar toluene di ambil
pada akhir shift setelah 2 hari bekerja, juga dapatkan sampel yang
tidak terpapar dari tenaga kerja sebagai kontrol.
3. Packing dan tandai sampel, masukkan ke dalam refrigerator.
Preparasi Sampel
1. Sampel urine dicairkan dari frezer. Saring sampel urin menggunakan
kertas saring.
2. Tentukan kadar creatinin dari sampel urine;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 87


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Encerkan 1 volume urine dengan 4 volume aquadest


4. Calibrasi dan Quality Control
5. Siapkan standar kerja dengan range: 0.005-0.5 g/L dengan
mengencerkan larutan standar untuk kalibrasi. Larutan standar stabil
untuk 1 minggu pada suhu kamar.
6. Lakukan analisa larutan standar pada tahap 10-15.
7. Lakukan juga pengukuran terhadap pool urine sebagai kontrol.
8. Set panjang gelombang pada 410 nm untuk pengukuran kadar
hipuric acid (g/L) untuk mendapatkan grafik kalibrasi.
9. Pengukuran
10. Campurkan 0.5 mL urine yang telah diencerkan dan tambahkan 0.5
mL pyridine dalan tabung centrifuge.
11. Tambahkan 0.2 mL benzenesulfonyl chloride dan campur selama 5
detik di dalam vibration mixer.
12. Diamkan selama 30 menit pada 30°C.
13. Reaksi dihentikan dengan penambahan 5.0 mL etanol, campurkan
lagi dalam vibration mixer.
14. Centrifuge pada kecepatan 1500-2000 rpm (kekuatan full) min 5
menit untuk menghilangkan kekeruhan.
15. Ambil supernatan dengan pipet dan masukkan ke dalam kuvet 1 cm.
Baca absorbansi pada panjang gelombang 410 nm. Gunakan
ethanol untuk menzerokan peralatan.
Catatan: jika absorbansi diatas range kalibrasi, buang sampel dan mulai
sampel yang baru (mulai pada tahap 5) dengan tingkat pengenceran yang
lebih tinggi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 88


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Perhitungan
1. Penentuan kadar hipuric acid Cs (g/L) disesuaikan dengan absorbansi
sampel terhadap hasil pembacaan kalibrasi.
2. Perhitungan kadar hipuric acid/g creatinin di dalam sampel urine. C (g/g
creatinin), gunakan faktor pengenceran, D (dibaca pada tahap 5), dari
tahap 5 dan nilai creatinine (g creatinine/L urine, dari tahap 4).

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛


g/g Creatinine =
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛𝑒

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 89


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.5.3 Penentuan Pb dalam Darah


Metode : GRAPHITE FURNICCE AAS
Antikoagulan : EDTA
Tabung penampung : Tabung bebas Pb
Stabilitas sampel : 3 hari pada suhu ruangan, tidak terbatas jika
disimpan dan dibekukan dalam tabung-tabung
plastik dalam freezer
Peralatan dan pengukuran : AAS
Range : 5-150 µg/100 g darah
Perkiraan Lod : 0,05 µg Pb/ g darah
Range Kerja Tertinggi : 0,1 – 1,5 µg Pb/ g darah

2.5.3.1 Peralatan dan Bahan


Bahan:
1. Nitric Acid conc (𝐻𝑁𝑂3)
2. Perchloric Acid conc (𝐻𝐶𝑙𝑂4 )
3. Digestion Acid 3:1:1 (v/v/v) 𝐻𝑁𝑂3:𝐻𝐶𝑙𝑂4 :𝐻2 𝑆𝑂4
4. Element Standards, 1000 µg/mL
5. Argon Gas
6. Deionized Water (Aquabidest).
Peralatan :
1. Tabung penampung darah.
2. Syringe 5 – 10 mL.
3. Tourniquet dan alcohol swabs.
4. GF - AAS.
5. Gas argon.
6. Peralatan Gelas Labboratorium (Beaker Glass kaca arloji).
7. Hot Plate to 110 – 250 ºC.
8. Pipet dan bulb.
9. Pipet 5 – 10 mL.
10. Labu ukur;

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 90


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

11. Forceps tang.


12. Sarung tangan, kacamata pengaman dan baju kerja laboratorium.

Sampling :
1. Kumpulkan daerah vena sebanyak 10 ml pada tabung heparin.
2. Kocok segera dan jaga temperatur sebelum dianalisis.

2.5.3.2 Analisis sampel :


1. Suhu ruangankan sampel terlebih dahulu, jika sampel disimpan
dalam freezer.
2. Timbang secara teliti 1gram sampel darah.
3. Tambahkan 10 mL Digestion Acid (HNO3 : HClO4 : H2SO4) conc pada
sampel. Tutup dengan kaca arloji, didihkan selama 30 – 45 menit
untuk mengoksidasi senyawa organic pada temperature 80-120oC.
4. Tingkatkan temperatur hot plate dan lanjutkan pemanasan hingga
sampel ± 1mL
5. Dinginkan sampel dalam beaker, kemudian pindahkan sampel
kedalam labu ukur 10 mL dan tanda bataskan dengan aquabidest.
6. Lakukan analisa sampel dengan method GF - AAS.

Kalibrasi dan Quality Kontrol


1. Siapkan 6 tabung standar dengan air destilasi pada range 10-150
µg/100ml Pb dengan mencairkan larutan stock kalibrasi dengan
HNO3 2% (larutan stock harus selalu segar setiap kerja)
2. Contoh : 0,4 ml larutan stok kalibrasi diencerkan sampai 1 L = 40 µg
per 100 mL.
3. Langkah berikutnya sama dengan perlakuan analisa sampel.
4. Siapkan grafik kalibrasi.
5. Konsentrasi (µg/100ml Pb) vs absorban standar, koreksi terhadap
blanko.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 91


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

6. Pertahankan standarisasi dengan analisa standar setelah setiap 5


sampel.

Pengukuran
1. Set AAS dan lampu sesuai dengan yang disarankan dari pabrik
pembuat alat.

Perhitungan
 Tetapkan kadar Pb dalam darah
Pb dalam sampel (Ws) dan rata-rata blanko (B) dari grafik kalibrasi.

Interpretasi
Nilai Pb dalam darah biasanya untuk monitor biologis, nilai diatas 40
µg/ 100 g Pb menunjukkan terpapar yang berlebihan dan seseorang
dengan nilai diatas 600 µg/ 100 g Pb memerlukan pemindahan dari
paparan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 92


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2.5.5 Analisa multi logam urine (Destruksi Basah)


Metode : GRAPHITE FURNICCE AAS
Antikoagulan : EDTA
Peralatan dan pengukuran : AAS / ICP

2.5.5.1 Peralatan dan Bahan


Bahan:
1. Nitric Acid conc (𝐻𝑁𝑂3)
2. Perchloric Acid conc (𝐻𝐶𝑙𝑂4 )
3. Disolution Acid 4:1 (v/v) 𝐻𝑁𝑂3:𝐻𝐶𝑙𝑂4
4. Campur 4 volume conc. HNO3 dengan 1 volume conc. HClO4
5. Element Standards, 1000 µg/mL
6. Argon Gas
7. Deionized Water (Aquabidest).
Peralatan :
1. Botol poly ethylene 50-100 ml.
2. GF - AAS.
3. Gas argon.
4. Peralatan Gelas Labboratorium (Beaker Glass kaca arloji).
5. Hot Plate to 110 – 250 ºC.
6. Pipet dan bulb.
7. Pipet 5 – 10 mL.
8. Labu ukur;
9. Forceps tang.
10. Sarung tangan, kacamata pengaman dan baju kerja laboratorium.

2.5.5.2 Analisis sampel :


1. Suhu ruangankan sampel terlebih dahulu, jika sampel disimpan
dalam freezer.
(10 ml sampel + pengawet urine 1 ml HNO3)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 93


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2. Pindahkan sampel ke dalam beaker glass. Tutup dengan kaca arloji.


Didihkan sampel selama 30 menit sampai 45 menit hingga volume
sampel ± 2 mL.
3. Tambahkan secara perlahan 1 mL disultion acid pada sample.
Didihkan kembali sampel
4. Tingkatkan temperatur hot plate dan lanjutkan pemanasan hingga
sampel ± 1 mL. Ulangi sebanyak 2x hingga larutan menjadi jernih.
5. Dinginkan larutan sampel dalam beaker sampai dingin
6. Pindahkan sampel kedalam labu ukur 10 mL dan tanda bataskan
dengan aquabidest.
7. Lakukan analisa sampel dengan method GF - AAS.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 94


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 PROGRAM MONITORING


Monitoring didefenisikan sebagai aktivitas yang terkait dengan
kesehatan pekerja, yang dilakukan secara sistematis atau berulang -ulang
yang dirancang untuk kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikan atau
koreksi batasan yang dipakai, sesuai batasan-batasan ditentukan oleh
NIOSH atau sesuai batasan-batasan diten- tukan oleh OSHA atau sesuai
batasanbatasan ditentukan oleh CAOHC, atau sesuai batasan-batasan
ditentukan oleh NAB yang dtetapkan oleh Pemerintah RI (Menteri
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI) NIOSH = National
Instiatute of Occupational Safety and Health, adalah bi- ro/devisi/badan
yang bertanggung jawab melakukan penelitian, pelatihan untuk pekerja,
dan membuat rekomendasi untuk pencegahan kecelakaan dan penyakit
saat kerja (penelitian NIOSH melingkupi bidang ilmu epidemiologi,
pengobatan, higiene perusahaan, Keselamatan dan kesehatan kerja,
psikologi, engineering, kimia dan statistic), dibawah bagian dari pusat
pencegahan dan pengendalian pen- yakit didalam departemen pelayanan
kesehatan Amerika Serikat

OSHA = Occupational Safety and Health Administration, adalah bi-


ro/devisi/badan bagian dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat
yang ber- tujuan untuk mencegah kecelakaan, penyakit, dan kematian saat
kerja dengan membuat standard/peraturan yang berkekuatan hukum untuk
Keselamatan dan kesehatan Kerja .

CAOHC = The Council Accreditation For Occupational Hearing Conserva-


tion, adalah sebuah dewan yang terdiri dari wakil-wakil organisasi yang
berhub- ungan dengan atau bergerak langsung di bidang Hearing Loss
Prevention Pro- gram/HLPP

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 95


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Ada tiga macam program monitorig yang dapat dipakai untuk


mengevaluasi resiko keselamatan dan kesehatan kerja karena pemaparan
(exposed) di tempat kerja :

1. Ambient monitoring, yaitu pengukuran terhadap bahan yang ada diluar


atau disekitar kita, misalnya di udara/atmospheric monitoring.
2. Biological monitoring of exposure, yaitu pengukuran dan pengkajian
bahan kimia atau metabolitnya dalam jaringan tubuh, resikonya
terhadap kesehatan, apakah tingkat pemajanan yang sedang berjalan
masih dibawah dari nilai batas pemajanan yang diperkenankan oleh
perundang undangan.
3. Health surveillance, yaitu program pemeriksaan kesehatan secara
berkala pada tenaga kerja yang terpapar.
Program-program monitoring ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kelompok pekerja yang beresiko tinggi, yaitu pekerja yang berkontak
langsung dengan produk dalam suatu line produksi .

3.2 Definisi Udara dan Pencemaran Udara

3.2.1 Definisi udara


Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada
permukaan bumi. Udara tidak tampak mata, tidak berbau, dan tidak ada
rasanya. Kehadiran udara hanya dapat dilihat dari adanya angin yang
menggerakan benda. Udara termasuk salah satu jenis sumber daya
alam karena memiliki banyak fungsi bagi makhluk hidup.
Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan
berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian
juga massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat
dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati
batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.
Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang,
sementara kandungan karbondioksida bertambah. Ketika tumbuhan
menjalani sistem fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 96


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Udara terdiri dari 3 unsur utama, yaitu udara kering, uap air,
dan aerosol. Kandungan udara kering adalah 78% Nitrogen, 20% Oksigen,
0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida, 0,003% gas-gas lain (Neon, Helium,
Metana, Kripton, Hidrogen, Xenon, Ozon, Radon). Uap air yang ada pada
udara berasal dari evaporasi (penguapan) pada laut, sungai, danau, dan
tempat berair lainnya. Aerosol adalah benda berukuran kecil, seperti garam,
karbon, sulfat, nitrat, kalium, kalsium, serta partikel dari gunung berapi.

3.2.2 Definisi Pencemaran Udara


Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan
yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran
sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan,
letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya
atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor


1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran
Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
atau mempengaruhi kesehatan manusia. Selain itu, pencemaran udara
dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau zat asing di dalam udara
yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udara dari susunan
atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing tersebut di dalam
udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat menimbulkan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 97


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan


(Wardhana, 2004).

3.3 Jenis-Jenis Pencemaran Udara


Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami
maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.
Jenis-jenis pencemaran udara dibagi atas beberapa macam, diantaranya
adalah berdasarkan sumbernya, berdasarkan tingkatannya, dan
berdasarkan sifatnya.

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan


pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon
monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia
merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi
pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer
di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah
contoh dari pencemaran udara sekunder.

Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi


udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan
global yg memengaruhi;
 Aktivitas manusia :

 Transportasi
 Industri
 Pembangkit listrik
 Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai
jenis bahan bakar) termasuk pembakaran biomassa secara tradisional
 Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti CFC
 Sumber alami :

 Gunung berapi
 Rawa-rawa
 Kebakaran hutan
 Denitrifikasi

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 98


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

 Dalam kondisi tertentu, vegetasi dapat menghasilkan senyawa organik


volatil yang signifikan yang mampu bereaksi dengan polutan
antropogenik membentuk polutan sekunder[4]
 Sumber-sumber lain :

 Transportasi
 Kebocoran tangki gas
 Gas metana dari tempat pembuangan akhir sampah
 Uap pelarut organik

Jenis-jenis bahan pencemar udara (polutan)

 Karbon monoksida
 Oksida nitrogen
 Oksida sulfur
 CFC
 Hidrokarbon
 Senyawa organik volatil
 Partikulat
 Radikal bebas

3.3.1 Pencemaran Udara Berdasarkan Sumbernya


Berdasarkan sumbernya pencemaran udara dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu sumber alami dan sumber antropogenik, di mana penyebab dari
kedua sumber tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca
daerah bersangkutan.

A. Sumber Alami
Sumber pencemaran alami timbul bukan berasal dari aktivitas
manusia melainkan timbul dengan sendirinya. Contoh pencemaran udara
secara alami adalah meletusnya gunung berapi yang akan mengemisikan
partikulat dan gas-gas pencemar lainnya seperti SO2, H2S, CH4 dll. Emisi
dari erupsi tersebut dapat membahayakan lingkungan sekitar gunung
berapi sampai jarak tertentu. Partikulat dan gas-gas dari aktivitas gunung
berapi tersebut dapat bertahan di atmosfer untuk waktu yang cukup lama.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 99


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

B. Sumber Antropogenik
Sumber antropogenik adalah sumber pencemaran yang berasal dari
kegiatan manusia. Berdasarkan prosesnya sumber antropogenik dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu: sumber diam/statis (point source, area source) dan
sumber bergerak/dinamis (line source). Yang termasuk kedalam sumber
diam/statis adalah pencemaran udara yang bersumber dari cerobong asap
industri, pembakaran sampah di lokasi TPA dll. Sedangkan yang termasuk
kedalam sember bergerak/dinamis adalah pencemaran udara yang
bersumber dari knalpot kendaraan, baik mobil, sepeda motor, kereta api
maupun pesawat terbang.

3.3.2 Pencemaran Udara Berdasarkan Tingkatannya


Berdasarkan tingkatannya sumber pencemaran udara dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu pencemar primer dan pencemar sekunder.

A. Pencemar Primer

Pencemar udara primer adalah pencemaran udara yang komposisi


zatnya tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak zat diemisikan dari
sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemaran primer
umumnya berasal dari sumbersumber yang diakibatkan oleh aktivitas
manusia seperti industri, di mana dalam industri tersebut terdapat proses
pembakaran bahan bakar (batu bara, solar dll), maupun proses
peleburan/pemurnian logam. Polutan yang termasuk pada pencemar
primer adalah gas Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2 ), Oksida
Nitrogen (NO, NO2 dan NOx), Hidrokarbon (HC) dll.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 100


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

B. Pencemar Sekunder
Pencemaran sekunder adalah semua pencemaran di udara yang
sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antara dua atau lebih
kontaminan/polutan. Umumnya pencemaran sekunder merupakan hasil
reaksi antara pencemar primer dengan polutan lain yang ada di udara.
Polutan yang termasuk pada pencemar sekunder antara lain adalah Smog.

3.3.3 Pencemaran Udara Berdasarkan Sifatnya


Berdasarkan sifatnya pencemaran udara dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu sifat fisika dan sifat kimiawi.

A. Sifat Fisik
Pencemaran udara berdasarkan sifat fisik adalah pencemaran yang
dapat dilihat secara fisik atau ada wujudnya meskipun ukurannya sangat
kecil dan hampir tidak memiliki kecepatan jatuh. Memungkinkan polutan ini
mempunyai stabilitas yang cukup sebagai suspensi di udara. Contoh
pencemaran udara secara fisik antara lain adalah Aerosol (Smoke/asap,
Mist/kabut, fog dll), Debu dan Fume.

a) Smoke / asap adalah partikel karbon padat yang terjadi dari


pembakaran tidak lengkap pada sumber-sumber pembakaran yang
menggunakan bahan bakar hidrokarbon dengan ukuran partikel kurang
dari 5 mikron.
b) Mist / kabut adalah partikel cair yang berada dalam suspensi udara yang
terjadi karena kondensasi uap atau otomatisasi cairan ke tingkat
disperse, otomatisasi ini terjadi pada penyemprotan, pembuihan dll.
Ukuran partikel ini relatif kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata biasa
melainkan hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat bantu (visual
aid).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 101


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

c) Fog adalah sejenis kabut juga seperti mist akan tetapi memiliki ukuran
partikel yang lebih besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa
bantuan peralatan khusus.
d) Debu adalah polutan udara yang tibul oleh suatu proses mekanik
(pemecahan dan reduksi) terhadap massa, di mana debu mempunyai
ukuran yang cukup besar sehingga masih dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.
e) Fume adalah partikel padat yang terjadi akibat dari kondensasi atau
penguapan logam-logam cair yang kemudian disertai secara langsung
oleh suatu oksidasi di udara. Fume ini biasanya terjadi pada industri
pengecoran dan peleburan logam.

B. Sifat Kimia
Pencemaran udara berdasarkan sifat kimia adalah pencemaran
udara yang dibentuk dari unsur-unsur kimia, cenderung berbentuk gas
meskipun ada juga yang berbentuk partikel dan mempunyai berbagai
sifat/pengaruh terhadap manusia maupun benda-benda seperti iritan,
asphyxia,naesthetica dll.

3.4 Macam Macam Pencemar Udara

3.4.1 Karbon Monoksida


Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida
di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran
udara di Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi
umum yang berbahan bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi
CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam
proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang
baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin
yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk
meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai
perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 102


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti
pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida
menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang
rendah polusi bagi kendaraan bermotor.

3.4.2 Nitrogen Dioksida (NO2)


NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih
tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan
dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan
paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan
mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam
waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan pemakaian NO2 dengan
kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan
dalam bernafas.

3.4.3 Sulfur Oksida (SOx)


Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua
komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida
(SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida
(SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi
sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi
tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan
pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2
dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap
orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 103


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.4.4 Ozon (O3)


Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat
setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam
terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna untuk
melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di udara
pada ketinggian 30km dimana radiasi UV matahari dengan panjang
gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2)
menjadi atom oksigen, tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom
oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar
matahari dengan kuat di daerah panjang gelombang 240-320 nm.

3.4.5 Hidrokarbon (HC)


Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan
akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon
(PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila
PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang
terbentuknya sel-sel kanker.

3.4.6 Khlorin (Cl2)


Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat
menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat
gas hidrogen khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas
beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain bau yang
menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran
pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan
bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang
bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan. Gas
khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan oksigen.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 104


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.4.7 Partikulat Debu (TSP)


Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan
mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat
yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi.

3.4.8 Timah
Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap
bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya. Logam berat ini
merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi
kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa, dan
menghilangkan konsentrasi.

3.5 Dampak Pencemaran Udara

3.5.1 Dampak pencemaran udara Dampak kesehatan


Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam
tubuh melalui sistem pernafasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke
dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran
besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-
paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah Dampak
kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA(infeksi saluran
pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan lainnya.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 105


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.5.2 Dampak terhadap tanaman


Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara
tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain
klorosis, nekrosis, bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan
tanaman dapat menghambat proses fotosintesis, Merusak estetika,
Mengganggu kenyamanan, Merusak gedung, kantor, dan perumahan.
Hujan asam PH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di
atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam
ini antara lain:

• Mempengaruhi kualitas air permukaan


• Merusak tanaman
• Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah

3.5.3 Efek rumah kaca


Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana,
ozon, dan N2O di lapisan udara kita, sebenarnya zat-zat ini ada di lapisan
udara menguntungkan, yaitu untuk menghalagi pemantulan panas dari
bumi ke luar angkasa, karena panas terhalangi maka udara di bumi
siangnya tidak terlalu panas dan malam nya tidak terlalu dingin.

Menguntungkan jika keberadaannya di udara dengan jumlah


sedikit, tapi fakta nya hari ini jumlah CO2,CFC,N2O di udara sangat banyak
dikarenakan gaya hidup manusia di dunia serba canggih daan serba
menggunakan bahan bakar minyak, karena jumlahnya yang begitu banyak
maka jumlah energi matahari yang masuk ke bumi hanya sedikit yang di
pantulkan kembali ke luar angkasa akibatnya suhu bumi naik, kalu kita
analogikan jumlah sinar matahari yang masuk 100 maka yang di pantulkan
cuma 30, 70 nya lagi tetap berada di bumi. Suhu bumi yang naik ini lah yang
di sebut dengan fenomen global warming.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 106


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.5.4 Kerusakan lapisan ozon


Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km)
merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultra
violet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon
(O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer
dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul
ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang
pada lapisan ozon.Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B
matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit
pada tanaman.

Pencemaran udara menimbulkan banyak dampak merugikan. Dampak


pencemaran udara tersebut misalnya :

 Menurunkan kualitas udara untuk penafasan semua organisme,


terutama manusia sehingga akan menurunkan derajat kesehatan
masyarakat.
 Asap kebakaran hutan menyebabkan gangguan iritasi dan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA).
 Menyebabkan terjadinya keracunan akibat pengikatan CO2 hasil
dari pencemaran udara.
 Menyebabkan kebocoran lapisan ozon sehingga
membuat keseimbangan ekosistem jadi terganggu akibat efek
rumah kaca.
 Meningkatkan potensi penyakit kanker kulit, mata, dan katarak.
 Menyebabkan hujan asam karena oksida belerang dan
oksida nitrogen hasil pembakaran batu bara yang ada ke udara
bereaksi dengan uap air membentuk awan asam (asam sulfat, asam
nitrat).

3.6 SPEKTROFOTOMETRI

3.6.1 Definisi
Spektrofotometri adalah suatu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif,
berdasarkan interaksi materi dengan cahaya. Cahaya yang diserap
oleh materi ini akan terukur sebagai Transmitans ataupun Absorbans.
Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 107


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380


nm), daerah Visible (380-700 nm), dan daerah Inframerah (700-3000
nm).

3.6.2 Prinsip kerja spektrofotometri


Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer,
bila cahaya monokromatik (I0) melalui suatu media (larutan), maka
sebagian cahaya tersebut akan diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir),
dan sebagian lagi diteruskan (It). Berdasarkan hukum Lambert-Beer,
rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang
dihamburkan:

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi jika:

1. Radiasi yang digunakan harus monokromatik

2. Energi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan


reaksi kimia

3. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul lain yang ada dalam larutan.

4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.


Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi
hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada
di dalam larutan.

5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan


menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsentrasi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 108


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk


menerapkan metode spektrofotometri. Pada prinsipnya ya jelas aja
sama, yaitu pengukuran konsentrasi sampel yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya.

3.6.3 Komponen utama spektrofotometer

1. Sumber cahaya polikromatis


Sumber cahaya polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar
polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.
Untuk spektrofotometer:

a) UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi


hidrogen
b) VIS menggunakan lampu halogen kuarsa / tungsten yang
sering disebut lampu wolfram. Tungsten mempunyai titik
didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya.
karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber
lampu.
c) UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi
monokromator.
d) Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.

2. Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang
yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini
banyak digunakan adalah gratting atau lensa prisma dan filter optik.

3. Sel (Kuvet)
Kuvet adalah tempat yang digunakan untuk meletakkan larutan yang
hendak diukur. Kuvet yang digunakan umumnya tidak menyerap sinar.
Pada pengukuran daerah sinar tampak (visible) kuvet kaca dapat
digunakan, tapi untuk daerah UV kita harus menggunakan kuvet kuarsa
karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Untuk daerah IR
dapat digunakan kuvet kristal garam.

4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah energi sinar yang diteruskan
oleh sampel menjadi besaran listrik yang terukur. Detektor yang ideal
harus memiliki kepekaan yang tinggi, perbandingan sinyal-noise yang

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 109


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

tinggi dan sifat tanggap yang stabil pada daerah panjang gelombang
pengamatan.

5. Penguat/Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor
agar dapat dibaca oleh indikator.

6. Read-Out (alat pembaca)


Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor. Hasil yang dikeluarkan dapat
melalui printer, digital recorder, atau komputer yang dilengkapi layar
monitor.

3.6.4 Prinsip Kerja Spektrofotometer


Cahaya polikromatis dari sumber cahaya masuk ke dalam
monokromator dan mengalami penguraian menjadi cahaya
monokromatis. Cahaya tersebut kemudian diteruskan memalui sel
yang berisi sampel. Cahaya sebagian diserap oleh sel dan sebagiannya
lagi diteruskan ke fotosel yang berfungsi untuk mengubah energi
cahaya menjadi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh fotosel
memberikan sinyal pada detektor yang kemudian diubah menjadi nilai
serapan atau transmitans dari zat yang dianalisis.

3.6.5 Jenis spektrofotometer


Berdasarkan teknik optika sinar yaitu:

1. Single-beam spectrophotometer (spektrofotometer berkas


tunggal)
Sesuai namanya, spektrofotometer jenis ini hanya memiliki satu
berkas sinar,sehingga dalam pengukuran sampel dan larutan blanko
harus dilakukan secara bergantian dengan sel yang sama. Jadi
pertama kita mengukur absorbansi larutan blanko, kemudian re-zero,
lalu ganti larutan blanko dengan sampel. Skemanya seperti ini:

2. Double-beam spectrophotometer (spektrofotometer berkas


ganda)
Cahaya terbagi ke dalam dua arah/berkas. Berkas cahaya pertama
melewati sel pembanding, dan cahaya yang lainnya melewati sel
sampel. Berkas cahaya kemudian bergabung kembali, masuk ke
detektor. Detektor merespon cahaya netto dari kedua arah. Nilai blanko

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 110


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan


dalam satu kali proses yang sama. Skemanya seperti ini:

3.6.6 Perbedaan spektrofotometer berkas tunggal dan ganda:

Single-beam Double-beam
Penentuan spektrum Hemat waktu
serapan secara manual,
sehingga boros waktu
Harga lebih murah Lebih mahal
Semua cahaya melewati Cahaya terbagi menjadi 2
seluruh sel sampel. berkas: berkas pertama
melewati sel pembanding,
dan berkas kedua melewati
sel sampel
tidak terdapat cermin V terdapat cermin V yang
dan tempat penyimpanan berfungsi memecah sinar
kuvet hanya satu buah menjadi dua bagian, dan
tempat kuvet ada dua buah
Tabel 1. Perbedaan spektrofotometer berkas tunggal & ganda

3.6.7 Berdasarkan Sumber cahaya yang digunakan

A. Spektrofotometri Vis (Visible)


Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber
sinar/energy adalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk
spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm.

Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang
memiliki warna. Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki
warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan
reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent
yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan
analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna
yang dihasilkan harus benar-benar stabil.

B. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)


Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki
panjang gelombang 190-380 nm. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi
oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 111


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan


transparan. Larutan yang dapat dianalisis dengan spektrofotometer
UV merupakansenyawa yang mempunyai gugus kromofor. Gugus
kromofor adalah gugus molekul yang mengandung sistem elektronik
yang dapat menyerap energi pada daerah UV.Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus jernih (tidak keruh) dan larut
sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.

Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding


spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample.
Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi
interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada
panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada
hasil analisa.

C. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri
UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda,
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat
yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Spektrofotometri UV-VIS dapat digunakan baik untuk
sample berwarna maupun sample tak berwarna.

D. Spektrofotometri IR (Infra Red)


Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang
gelombang Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah
dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah
adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang
gelombang 2.5-1000 mikrometer.

Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif,


namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR
digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa,
terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang
tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 112


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan


intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal
sampel akan dibandingkan dengan signal standard.

Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik,


diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi
hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.

Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama


yaitu di dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi
elektromagnetik. Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau
pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara
materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat).
Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.

Radiasi elektromagnetik memiliki sifat ganda yang disebut sebagai


sifat dualistik cahaya yaitu:

1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya
panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l)
didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 113


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Gambar 11. hubungan antara panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton

Hubungan dari ketiga parameter di atas dirumuskan oleh Planck


yang dikenal dengan persamaan Planck. Hubungan antara panjang
gelombang frekuensi dirumuskan sebagai

c = λ . v atau λ = c/v atau v = c/λ


Persamaan Planck: hubungan antara energi tiap foton dengan frekuensi

E=h.v

E = h . c/ λ
dimana

E = energi tiap foton

h = tetapan Planck (6,626 x 10-34 J.s),


v = frekuensi sinar
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m.s-1).
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa energi dan frekuensi suatu
foton akan berbanding terbalik dengan panjang gelombang tetapi energi
yang dimiliki suatu foton akan berbanding lurus dengan

frekuensinya.

Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi
yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang
gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang
gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).

Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi


penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga
spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 114


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki
prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya
terletak pada panjang gelombang yang digunakan.

Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut


spektrofotometer terdiri dari :

sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out


(pembaca).

Gambar 12. “komponen-komponen spektrofotometer”

Fungsi masing-masing bagian:

1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis


dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk
sepktrofotometer
• UV menggunakan lampu deuterium atau disebut juga heavi hidrogen
• VIS menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 115


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

• UV-VIS menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator.


• Infra merah, lampu pada panjang gelombang IR.
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini banyak
digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik..
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar
cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya
dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada
gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses
dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.

Gambar 13. Proses dispersi cahaya

3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel


• UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel.
Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari
kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini
disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV
sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak
(VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
• IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk pasta) biasanya
dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk sampel dalam

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 116


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan
dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika
sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
a. Kepekaan yang tinggi
b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
e. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

Macam-macam detektor :
• Detektor foto (Photo detector) Photocell, misalnya CdS.
• Phototube
• Hantaran foto
• Dioda foto
• Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor.

3.6.8 Proses Absorbsi Cahaya pada Spektrofotometri


Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang
(cahaya polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang
gelombang tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang
memegang peranan penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang
ada hingga terbentuk suatu materi. Elektron-elektron yang dimiliki oleh
suatu molekul dapat berpindah (eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar
(vibrasi) jika dikenai suatu energi.

Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 117


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah
cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron
ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan
gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi
misalnya pada gelombang radio.

Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi


suatu suatu yang ada dalam suatu sampel. Dimana zat yang ada dalam sel
sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.
Ketika cahaya mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan
dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan.
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau
cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat
tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah I t/I0 atau I0/It (perbandingan
cahaya datang dengan cahaya setelah melewati materi (sampel)). Proses
penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 14. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel.

Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan


cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer, berbunyi:

“jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan


sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan
merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal
larutan”.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 118


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk


menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:

dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:

intensitas cahaya setelah melewati sampel. 0

Dimana I merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah Rumus


yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a . b . c atau A = ε . b . c

Dimana :

A = absorbansi

b = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya

1 cm) c = konsentrasi larutan yang diukur

ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam


molar) a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
ppm).
Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila
peralatan yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 119


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu
larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.
Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi
hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada
di dalam larutan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan


penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang
akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

3.6.9 Spektrum UV, VIS, UV-VIS dan IR

1. Spektrofotometri Visible (Spektro Vis)

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber


sinar/energi adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk
spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia.
Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm.
Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih,
merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka
sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 120


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible


adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan
nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom
74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding
logam lainnya. karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber
lampu.

Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang
memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible.

Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang
memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible.

Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus
terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik
yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan
harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan
dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
harus benar-benar stabil.

Salah satu contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut


(soluble protein). Protein terlarut dalam larutan tidak memiliki warna.
Oleh karena itu, larutan ini harus dibuat berwarna agar dapat dianalisa.
Reagent yang biasa digunakan adalah reagent Folin.

Saat protein terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit


basa, ikatan peptide pada protein akan membentuk senyawa kompleks
yang berwarna biru yang dapat dideteksi pada panjang gelombang
sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas warna biru menandakan
banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti semakin
besar konsentrasi protein terlarut dalam sample.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 121


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV


berdasarkan interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu
deuterium.

Deuterium disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop


hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom
deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen
hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium
diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada
intinya yang memiliki dua pertikel.

Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa
yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna. Bening dan transparan.

Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna
dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung
dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh
tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada
partikel koloid apalagi suspensi.

Sebagai contoh pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika


menggunakan spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat
berwarna dengan reagent Folin, maka bila menggunakan spektrofotometri
UV, sample dapat langsung dianalisa.

Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada


panjang gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang
diserap sample (Absorbansi tinggi), maka konsentrasi protein terlarut
semakin besar.

Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding


spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun
harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari
senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang
UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 122


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri


UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber
cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih
canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV
dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.

Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan


paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan
baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna.

4. Spektrofotometri IR (Infra Red)

Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini


berdasar pada penyerapan panjang gelombang infra merah. Cahaya infra
merah terbagi menjadi infra merah dekat, pertengahan, dan jauh. Infra
merah pada spektrofotometri adalah infra merah jauh dan pertengahan
yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 μm.

Pada spektro IR meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif,


namun biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektro IR
digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu senyawa,
terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang
tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesifik.

Gambar 15 ,Contoh hasil pembacaan Spektrofotometri IR (Infra Red)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 123


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Hasil analisa biasanya berupa signal kromatogram hubungan intensitas


IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sample akan
dibandingkan dengan signal standard. Perlu juga diketahui bahwa sample
untuk metode ini harus dalam bentuk murni. Karena bila tidak, gangguan
dari gugus fungsi kontaminan akan mengganggu signal kurva yang
diperoleh.

Terdapat juga satu jenis spektrofotometri IR lainnya yang berdasar


pada penyerapan sinar IR pendek. Spektrofotometri ini di sebut Near
Infrared Spectropgotometry (NIR). Aplikasi NIR banyak digunakan pada
industri pakan dan pangan guna analisa bahan baku yang bersifat rutin dan
cepat.

Data-data yang dikeluarkan oleh UV atau VIS dapat berupa absorbansi


atau, transmitansi yang langsung dibaca pada spektrofotometer. Namun
untuk UV, VIS, UV-VIS dan IR data yang dikeluarkan dapat berupa
spektrum jika telah dihubungkan dengan komputer.

Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang
lebar sedangkan pada pita yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau
puncak tajam.

Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron
dalam molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi vibrasi elektron maka
spektrum yang dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR,
spektrum berupa garis dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena
hanya terjadi rotasi elektron.

Spektrum yang dihasilkan dari setiap spektroskopi berbeda antara satu


dengan yang lainnya. Para kimiawan spektrum UV, VIS maupun IR dapat
dibedakan dengan mudah. Spektrum yang dihasilkan oleh UV, VIS dan UV-
VIS tidak berbeda jauh namun sangat sangat berbeda bila dibanding
spektrum IR. Untuk membedakannya dapat dilihat pada gambar:

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 124


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Gambar 16. Spektrum UV, spektrofotometer UV dan UV-Vis

Gambar 17. spektrum IR

.
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak.
Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata
manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya
dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–
149 kJ/mol.

Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron


tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih
tinggi atau menuju keadaan tereksitasi.

Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang
ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang
dilihat dalam kehidupan disebut warna komplementer.spektrum sinar
tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 125


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

yang terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel berikut.

Panjang Warna warna Warna


gelombang komplementer
yang diserap
(nm) (warna yang
terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan

435 – 480 Biru Kuning

480 – 490 Biru kehijauan Jingga

490 – 500 Hijau kebiruan Merah

500 – 560 Hijau Ungu kemerahan

560 – 580 Hijau Ungu


kekuningan

Tabel 2. keterangan spektrum cahaya yang diserap pada panjang gelombang


tertentu

Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya


menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram
merupakan salah satu unsur kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram
termasuk golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau golongan 6
dengan simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu
pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih
yang sangat tinggi yakni 5930 °C.

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah


panjang gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling
tinggi yang disebut λmaks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan
pada panjang gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin
akurat atau kesalahan yang muncul makin kecil.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 126


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan


konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε
merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka
absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi
makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah. (Hukum Lamber-
Beer dan syarat peralatan yang digunakan agar terpenuhi hukum Lambert-
Beer Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C)
apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering
disebut sebagai daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi
yang diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi.
Kurva kalibarasi hubungan antara absorbansi versus konsentrasi dapat
dilihat pada Gambar.

Gambar 18. Kurva hubungan absorbansi vs konsentrasi

Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi tidak linear :

1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan


penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang
akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 127


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat


yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).

Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak


adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut harus tampak berwarna,
sehingga analisis yang didasarkan pada pembentukan larutan berwarna
disebut juga metode kolorimetri. Jika tidak berwarna maka larutan tersebut
harus dijadikan berwarna dengan cara memberi reagen tertentu yang
spesifik. Dikatakan spesifik karena hanya bereaksi dengan spesi yang akan
dianalisis. Reagen ini disebut reagen pembentuk warna (chromogenik
reagent). Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh reagen
pembentuk warna :

1. Kestabilan dalam larutan. Pereaksi-pereaksi yang berubah sifatnya


dalam waktu beberapa jam, dapat menyebabkan timbulnya semacam
cendawan bila disimpan. Oleh sebab itu harus dibuat baru dan kurva
kalibarasi yang baru harus dibuat saat setiap kali analisis.
2. Pembentukan warna yang dianalisis harus cepat.
3. Reaksi dengan komponen yang dianalisa harus berlangsung secara
stoikiometrik.
4. Pereaksi tidak boleh menyerap cahaya dalam spektrum dimana
dilakukan pengukuran.
5. Pereaksi harus selektif dan spesifik (khas) untuk komponen yang
dianalisa, sehingga warna yang terjadi benar-benar merupakan ukuran
bagi komponen tersebut saja.
6. Tidak boleh ada gangguan-gangguan dari komponen-komponen lain
dalam larutan yang dapat mengubah zat pereaksi atau komponen
komponen yang dianalisa menjadi suatu bentuk atau kompleks yang
tidak berwarna, sehingga pembentukan warna yang dikehandaki tidak
sempurna.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 128


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

7. Pereaksi yang dipakai harus dapat menimbulkan hasil reaksi berwarna


yang dikehendaki dengan komponen yang dianalisa, dalam pelarut
yang dipakai.

Setelah ditambahkan reagen atau zat pembentuk warna maka larutan


tersebut harus memiliki lima sifat di bawah ini :

1. Kestabilan warna yang cukup lama guna memungkinkan pengukuran


absorbansi dengan teliti. Ketidakstabilan, yang mengakibatkan
menyusutnya warna larutan (fading), disebabkan oleh oksidasi oleh
udara, penguraian secara fotokimia, pengaruh keasaman, suhu dan jenis
pelarut. Namun kadang-kadang dengan mengubah kondisi larutan dapat
diperoleh kestabilan yang lebih baik
2. Warna larutan yang akan diukur harus mempunyai intensitas yang cukup
tinggi (warna harus cukup tua) yang berarti bahwa absortivitas molarnya
(ε) besar. Hal ini dapat dikontrol dengan mengubah pelarutnya. Dalam
hal ini dengan memilih pereaksi yang memiliki kepekaan yang cukup
tinggi.
3. Warna larutan yang diukur sebaiknya bebas daripada pengaruh variasi-
variasi kecil kecil dalam nilai pH, suhu maupun kondisiskondisi yang lain.
4. Hasil reaksi yang berwarna ini harus larut dalam pelarut yang dipakai.
5. Sistem yang berwarna ini harus memenuhi Hukum LambertBeer.

3.6.10 Menentukan konsentrasi sampel dengan cara kurva kalibrasi


Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus
yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = . b .ε c).
Namun ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva
kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum
Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat


dengan kurva kalibarasi:

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 129


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya
makin kecil.

2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar


yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti. Konsentrasi
larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih besar dari
konsentrasi analit yang diperkirakan.

3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai


panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang
gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi
disebut panjang gelombang maksimum

Konsentrasi sampel dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan rumus


yang diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b . c atau A = ε . b . c).
Namun ada cara lain yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu spesi yang ada dalam suatu larutan yakni dengan cara kurva
kalibarasi. Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu pada hukum
Lambert-Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat


dengan kurva kalibarasi:

1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya
makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar
yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 130


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih
besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai
panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang
gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling
tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada
panjang gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian
alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu
kurva yang disebut kurva kalibarasi.

Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan standar yang telah


dibuat adalah :

Absorbansi (ABS) 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

Konsentrasi (ppm) 2 4 6 8 10 12 14 16

Tabel 3. contoh pengukuran absorbansi standar

Grafiknya adalah

Gambar 19. contoh grafik hubungan absorbans vs konsentrasi

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 131


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya.


Setelah diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada grafik
yang diperoleh pada langkah 5. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6.
Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama dengan
konsentrasi larutan standar 10 ppm. Maka grafiknya sebagai berikut :

Gambar 20. Contoh penarikan garis, untuk menentukan konsentrasi sampel

Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung


dengan persamaan regresi linear:

persamaan di atas dapat dihitung dengan bantuan kalkulator.


Setelah diperoleh persamaan di atas, absorbansi sampel yang diperoleh
dimasukan sebagai nila y sehingga diperoleh nila x. Nilai x yang diperoleh
merupakan konsentrasi sampel yang dianalisis.

3.7 Atomic Absorbtion Spectroscopi (AAS)

Spektrometri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang


pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang
diserap oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari
spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom (SSA) atau disebut juga
Atomic Absorbtion Spectrophotometry (AAS). Atomic Absorbtion
Spectrophotometry (AAS) merupakan metode analisis unsur secara
kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 132


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas.


Sekitar 61 logam telah dapat ditentukan dengan cara ini.
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada
tahun 1802 Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya
matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun
1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini
diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi
ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian
yang sistematis mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali tanah.
Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi dan
emisi suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya
dengan panjang gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia
hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv
= hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang ditulis
oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA
direkomendasikan sebagaimetode analisis yang dapat diaplikasikan secara
umum Weltz, 1976.
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru
dimulai sejak tahun 1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh
(1955) melaporkan hasil penelitiannya tentang penggunaan “hollow
cathode lamp” sebagai sumber radiasi yang dapat menghasilkan radiasi
panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuai dengan
Spektrofotometri Serapan Atom.
Pada tahun yang sama Alkemade dan Milatz (1955) melaporkan
bahwa beberapa jenis nyala dapat digunakan sebagai sarana untuk
atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena itu, para ilmuwan tersebut dapat
dianggap sebagai “Bapak Spektrofotometri Serapan Atom”.
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali
dikembangkan oleh Walsh Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan
untuk mengetahui unsur logam renik di dalam sampel yang dianalisis.
Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada penyerapan energi sinar

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 133


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

oleh atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor /
panas. Alat ini umumnya digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk
non logam jarang sekali, mengingat unsure non logam dapat terionisasi
dengan adanya kalor, sehingga setelah dipanaskan akan sukar didapat
unsur yang terionisasi.

3.7.1 Prinsip Kerja AAS


Atomic Absorption spectrophotometry adalah metode analisis
dengan prinsip dimana sampel yang berbentuk liquid diubah menjadi
bentuk aerosol atau nebulae lalu bersama campuran gas bahan bakar
masuk ke dalam nyala, disini unsur yang dianalisa tadi menjadi atom – atom
dalam keadaan dasar (ground state). Lalu sinar yang berasal dari lampu
katoda dengan panjang gelombang yang sesuai dengan unsur yang uji,
akan dilewatkan kepada atom dalam nyala api sehingga elektron pada kulit
terluar dari atom naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi.
Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom ground
state yang berada dalam nyala. Sinar yang tidak diserap oleh atom akan
diteruskan dan dipancarkan pada detektor, kemudian diubah menjadi sinyal
yang terukur.
Sinar yang diserap disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan
disebut emisi. Adapun hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
diturunkan dari hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis
kuantitatif secara AAS. Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan
sebagai berikut:
· Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium
transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan
bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.
· Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap
sinar tersebut.
Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 134


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

I = Io . a.b.c
Log = a.b.c
A = a.b.c
Dengan :
A = absorban
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan

Pada persamaan tersebut menyatakan bahwa besarnya absorbansi


berbanding lurus dengan kadar atom-atom pada tingkat energi dasar,
dengan demikian, dari pemplotan serapan dan konsentrasi unsur dalam
larutan standar diperoleh kurva kalibrasi. Dengan menempatkan
absorbansi dari suatu cuplikan pada kurva standar akan diperoleh
konsentrasi dalam larutan cuplikan.

3.7.2 Bagian-bagian AAS


Bagian – bagian dari AAS dan komponen lain yang dibutuhkan terdiri
dari sumber radiasi berupa lampu katoda berongga, atomizer, burner,
monokromator, detector, rekorder, pembuangan, ducting, kompresor, dan
gas.

a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Elektroda
lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga
dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur murni yang

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 135


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

dikehendaki. Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau
kuarsa, diisi dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi.
Gas pengisi yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.
Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung
unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan
untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Description: Description: Description: 3otiuwPemancaran radiasi
resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan, arus listrik yang
terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas yang bermuatan
positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada katoda yang
menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang
tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan
melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang
dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai
digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu
diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan,
lamanya waktu pemakaian dicatat.

b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber
dan burner (sistem pembakar).
• Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan
melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan
bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 136


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas bahan bakar,


masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui
saluran pembuangan.
• Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen
antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh
sebelum memasuki burner.
• Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal
dalam nyala.

c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15
menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda.
Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 137


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna
api yang paling baik, dan paling panas.

d. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui
populasi atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan
sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari
radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh
monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang
telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi
lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda
berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.

e. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh
sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi
listrik.

f. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang
dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.

g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ±
20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas
dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada
bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam
tabung.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 138


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas


tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan
diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara,
maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal
lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun
pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung
dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung
berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.

h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap
atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada
cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan
oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting
kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting
tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi
pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung
dengan ducting.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 139


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena
alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan
oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi
ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya
pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap,
agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.

j. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan
terpisah pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang
dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak
naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva
yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga
dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala,
menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses pengatomisasian
menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian nyala api.
Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 140


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan
dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.

3.7.3 Cara Menggunakan AAS


Terdapat tiga proses dalam menganalisis logam menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom, yaitu: Pra Analitik, Analitik, dan Pasca
Analitik.

a. Pra Analitik
Pada tahap ini, dilakukan preparasi sampel dan deret larutan.
Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan yang cukup
stabil. Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk
mencegah korosi. Berikut cara kerjanya:
· Pembuatan standar: unsur yang akan dianalisa dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Lalu dibuat dalam deret konsentrasi tertentu untuk pembuatan
kurva standar.
· Preparasi sampel: digunakan pelarut yang sesuai dengan unsur yang
akan dianalisa. Jika sampel berbentuk padatan maka harus dilarutkan
terlebih dahulu. Apabila sampel berbentuk cair bisa langsung diencerkan.
· Lalu standard dan sampel disaring dengan syringe filter dan dimasukan
kedalam tabung reaksi.
· Selanjutnya AAS dioperasikan dengan cara:
1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor,
lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program saa (spectrum analyse specialist), kemudian
muncul perintah “apakah ingin mengganti lampu katoda”, jika ingin
mengganti klik yes dan jika tidak no.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan
nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian
diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 141


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau
ditambahkan dengan mudah.
4. Dipilih no jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program sas 3.0, dipilih menu select element and working
mode.dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung
pada symbol unsur yang diinginkan. Jika telah selesai klik ok, kemudian
muncul tampilan condition settings.
6. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow:1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration
: ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan
lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.

b. Analitik
· Diukur blanko, standar, dan sampel dengan cara berikut:
1. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk,
kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
2. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan
yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm. Maka akan didapatkan
kurva standar.
3. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
4. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
5. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik
icon print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
6. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 142


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

program pada komputer dimatikan, lalu main unit aas, kemudian


kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

· Metode yang digunakan adalah metode Kurva kalibrasi.


Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS.
Sehingga didapatkan kurva kalibrasi dengan persamaan garis lurus :

Y = a + bx

Dimana :
a = intersep
b = slope
x = konsentrasi
Y = absorbansi

Penentuan kadar sampel dapat dilakukan dengan memplotkan data


absorbansi terhadap konsentrasi atau dengan cara mensubstitusikan
absorbansi ke dalam persamaan garis lurus.

c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, PMI, PME,
pencantuman nilai rujukan/ batas baku mutu, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 143


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

i. Kelebihan dan Kelemahan Atomic Absorption


Spectrophotometry

Kelebihan metoda AAS adalah:


• Spesifik
• Batas (limit) deteksi rendah
• Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
• Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh
(preparasi contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada
zat pengganggu)
• Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis
contoh.
• Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L
hingga persen)

Analisis menggunakan AAS ini terdapat kelemahan, karena terdapat


beberapa sumber kesalahan, diantaranya: Sumber kesalahan pengukuran
yang dapat terjadi pada pengukuran menggunakan SSA dapat
diprediksikan sebagai berikut:
1. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti:
- Proses destruksi yang kurang sempurna
- Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
2. Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks
sampel dan matriks standar
3. Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada
penyumbatan pada jalannya aliran sampel.
4. Gangguan kimia berupa:
- Disosiasi tidak sempurna
- Ionisasi
- Terbentuknya senyawa refraktori

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 144


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Prinsip dari spektrofotometri adalah terjadinya interaksi antara energi


dan materi. Pada spektroskopi serapan atom terjadi penyerapan energi
oleh atom sehingga atom mengalami transisi elektronik dari keadaan dasar
ke keadaan tereksitasi. Dalam metode ini, analisa didasarkan pada
pengukuran intesitas sinar yang diserap oleh atom sehingga terjadi eksitasi.

Untuk dapat terjadinya proses absorbsi atom diperlukan sumber radiasi


monokromatik dan alat untuk menguapkan sampel sehingga diperoleh
atom dalam keadaan dasar dari unsur yang diinginkan. Spektrofotometri
serapan atom merupakan metode analisis yang tepat untuk analisis analit
terutama logam-logam dengan konsentrasi rendah (Pecsok, 1976).

Dengan absorbsi energi, terdapat lebih banyak energi yang akan


dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi dengan tingkat eksitasi
yang bermacam-macam. Instrumen AAS meliputi Hollow Cathode Lamp
sebagai sumber energi, flame untuk menguapkan sampel menjadi atom.
Monokromator sebagai filter garis absorbansi, detektor dan amplifier
sebagai pencatat pengukuran. AAS bekerja berdasar pada penguapan
larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah
menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber
cahaya yang dipancarkan oleh lampu katoda.

Hollow Cathode Lamp sebagai sumber sinar pada AAS akan


menghilangkan kelemahan yang disebabkan oleh self absorbsi yaitu
kecenderungan atom-atom pada ground state untuk menyerap energi yang
dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan ground state.

Beberapa logam yang terkandung dalam sampel dapat ditentukan


secara langsung dengan menggunakan AAS, tetapi ada beberapa
gangguan kimia yang menyebabkan sampel harus diperlakukan khusus
terlebih dahulu. Gangguan kimia disebabkan oleh berkurangnya
penyerapan loncatan atom dalam kombinasi molekul dalam flame. Hal ini
terjadi karena flame tidak cukup panas untuk memecah molekul atau pada

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 145


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

saat pemecahan atom, dioksidasi segera menjadi senyawa yang tidak


terpecah segera pada temperatur flame. Beberapa gangguan dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan penambahan elemen atau senyawa
khusus pada larutan sampel.

3.7.4 Beberapa gangguan kimia

A. Pembentukan senyawa stabil


Pembentukan senyawa stabil menyebabkan disosiasi analit tidak
bercampur. Gangguan kimia ini dapat diatasi dengan menaikkan suhu
nyala, menggunakan zat pembebas (releasing agent) dan ekstrasi analit
atau unsur pengganggu.

B. Ionisasi
Ionisasi dapat dicegah dengan menambahkan ion yang lebih mudah
terionisasi untuk menahan ionisasi analit. Unsur-unsur yang dapat
ditentukan dengan AAS lebih dari 60 unsur logam atau metalloid dengan
konsentrasi antara 1 ppm sampai 10 ppm. Setiap unsur logam yang
dideteksi menggunakan AAS mempunyai kondisi optimum yang
berbeda-beda.

Secara umum, komponen-komponen spektrometer serapan atom


(SSA) adalah sama dengan spektrometer UV/Vis. Keduanya mempunyai
komponen yang terdiri dari sumber cahaya, tempat sample, monokromator,
dan detektor. Analisa sample di lakukan melalui pengukuran absorbansi
sebagai fungsi konsentrasi standard dan menggunakan hukum Beer untuk
menentukan konsentrasi sample yang tidak diketahui. Walaupun
komponenkomponenya sama, akan tetapi sumber cahaya dan tempat
sampel yang digunakan pada SSA memiliki karakteristik yang sangat
berbeda dari yang digunakan dalam spektrometri molekul (misal:

UV/Vis).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 146


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.7.5 Sumber Cahaya


Karena lebar pita pada absorpsi atom sekitar 0.001 nm, maka tidak
mungkin untuk menggunakan sumber cahaya kontinyu seperti pada
spektrometri molekuler dengan dua alasan utama sebagai berikut:

a. Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari
pita-pita yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya
kontinyu digunakan, maka pita radiasi yang di berikan oleh
monokromator jauh lebih lebar dari pada pita absorpsi, sehingga banyak
radiasi yang tidak mempunyai kesempatan untuk diabsorpsi yang
mengakibatkan sensitifitas atau kepekaan SSA menjadi jelek.
b. Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh
atom, maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk
menghasilkan energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang
yang sangat sempit.

Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita
emisi lebih sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang
gelombang yang dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap
oleh sampel tersebut.

3.7.6 Lampu Katode Berongga (Hollow Cathode Lamp)


Ciri utama lampu ini adalah mempunyai katode silindris berongga
yang dibuat dari logam tertentu. Katode and anode tungsten diletakkan
dalam pelindung gelas tertutup yang mengandung gas inert (Ne atau Ar)
dengan tekanan 1-5 torr. Lampu ini mempunyai potensial 500 V, sedangkan
arus berkisar antara 2 – 20 mA.

Adapun gas pengisi terionisasi pada anode, dan ion-ion yang


hasilkan dipercepat menuju katode dimana bombardemen ion-ion ini

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 147


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

menyebabkan atom-atom logam menjadi terlepas ke permukaan dan


terbentuk awan/populasi atom. Proses ini disebut dengan percikan atom
(sputtering). Lebih jauh lagi, tumbukan ini menyebabkan beberapa atom
tereksitasi.

Spektrum gas pengisi (dan komponen lain yang terdapat dalam


katode) juga dipancarkan. Jendela atau tempat dimana radiasi keluar dari
lampu biasanya dibuat dari silika sehingga dapat menggunakan panjang
gelombang di bawah 350 nm.

3.7.7 Nyala
Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat
mengabsorpsi radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung. Pada
umumnya, peralatan yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju
nyala adalah nebulizer pneumatic yang di hubungkan dengan pembakar
(burner). Diagram nebulizer dapat di lihat pada Gambar 11.5. Sebelum
menuju nyala, sample mengalir melalui pipa kapiler dan dinebulisasi oleh
aliran gas pengoksidasi sehingga menghasilkan aerosol. Kemudian,
aerosol yang terbentuk bercampur dengan bahan bakar menuju ke burner.
Sample yang menuju burner hanya berkisar 5-10% sedangkan sisanya (90-
95%) menuju tempat pembuangan (drain). Pipa pembuangan selalu
berbentuk ”U” untuk menghindari gas keluar yang dapat menyebabkan
ledakan serius. Sample yang berada pada nyala kemudian diatomisasi, dan
cahaya dari lampu katode tabung dilewatkan melalui nyala. Sample yang
berada pada nyala akan menyerap cahaya tersebut.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 148


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Gambar 21. Nebuliser pada spektrometer serapan atom (SSA)

Ada 3 jenis nyala dalam spektrometri serapan atom yaitu:

1. Udara – Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800oC) dibandingkan jenis nyala
lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen
yang akan diukur mudah terionisasi seperti Na, K, Cu.

2. Udara – Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala
ini menghasilkan temperatur sekitar 2300oC yang dapat mengatomisasi
hamper semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga
dapat analisa menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio jumlah
bahan bakar terhadap gas pengoksidasi.

3. Nitrous oksida – Asetilen


Jenis nyala ini paling panas (3000oC), dan sangat baik digunakan
untuk menganalisa sampel yang banyak mengandung logam-logam oksida
seperti Al, Si. Ti, W.

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom, atom-atom


menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium menyerap pada 589 nm, uranium
pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada gelombang

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 149


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

ini mempunyai cukup energiuntukmengubah tingkat energy elektronik suatu


atom.

Dengan absorpsi energy, berarti memperoleh lebih banyak energy,


suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat
eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam. Misalnya
unsur Na dengan noor atom 11 mempunyai konfigurasi electron 1s 1 2s2 2p6
3s1, tingkat dasar untuk electron valensi 3s, artinya tidak memiliki kelebihan
energy.

Elektron ini dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energy 2,2 eV


ataupun ketingkat 4p dengan energy 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan
panjang gelombang sebesar 589 nm dan 330 nm. Kita dapat memilih
diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan garis spectrum yang
tajam dan dengan intensitas maksimum, yangdikenal dengan garis
resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa pita-
pita lebar ataupun garis tidak berasal dari eksitasi tingkat dasar yang
disebabkan proses atomisasinya.

Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan


pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan
akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada
pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:

Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati


medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang
dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.

Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara


eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap
sinar tersebut.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 150


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.7.8 Instrumen dan Alat


Untuk menganalisis sampel, sampel tersebut harus diatomisasi.
Sampel kemudian harus diterangi oleh cahaya. Cahaya yang
ditransmisikan kemudian diukur oleh detector tertentu.

Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga
langkah:

a. Desolvation (pengeringan) – larutan pelarut menguap, dan sampel


kering tetap
b. Penguapan – sampel padat berubah menjadi gas
c. Atomisasi – senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.

Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spectrum sempit


dibandingkan dengan transisi atom.Lampu katoda Hollow adalah sumber
radiasi yang paling umum dalam spekstroskopi serapan atom. Lampu
katoda hollow berisi gas argon atau neon, silinder katoda logam
mengandung logam untuk mengeksitasi sampel.

Ketika tegangan yang diberikan pada lampu meningkat, maka ion


gas mendapatkan energy yang cukup untuk mengeluarkan atom logam dari
katoda. Atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasar dan
mengemisikan cahaya sesuai dengan frekuensi karakteristik logam.

3.7.9 Metode Analisis


Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara
spektrometri. Ketiga teknik tersebut adalah:

1. Metode Standar Tunggal


Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi
larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan
spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh: Sehingga,

Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 151


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar,


konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.

2. Metode kurva kalibrasi


Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS.
Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan
absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan
slobe = .b atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah
absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi
atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan
menggunakan program regresi linewar pada kurvakalibrasi.

3. Metode adisi standar


Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan
kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks)
sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume
tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan
diencerkan sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum
diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan
standar tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.

Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh :

Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur


Ax dan AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat
standar dapat pula dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang
diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:

Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)

Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 152


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Salah satu penggunaan dari alat spektrofotometri serapan atom adalah


untuk metode pengambilan sampel dan analisis kandungan logam Pb di
udara. Secara umum pertikulat yang terdapat diudara adalah sebuah
sistem fase multi kompleks padatan dan partikelpartikel cair dengan
tekanan uap rendah dengan ukuran partikel antara 0,01 – 100 μm.

3.7.10 Cara Kerja AAS

1. pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu


ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti
klik Yes dan jika tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan
nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian
diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi
paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau
ditambahkan dengan mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working
mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung
pada symbol unsur yang diinginkan
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration
: ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu
menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 153


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian


dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan
yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,
dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan
lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,
program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 154


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.8 Pemantauan Biomedik


Pemantauan biomedik biasanya dilakukan kepada para pekerja
untuk mengetahui seberapa besar pajanan bahan kimia yang diterima
tubuh seorang tenaga kerja. Pemantauan biomedik yang dilakukan
diantaranya adalah kadar phenol dan asam hipurat dalam urin.

3.8.1 Phenol dalam Urine


Benzena adalah senyawa yang salah satunya terdapat dalam lem
yang digunakan untuk proses pengeleman dalam kegiatan industri
pembuatan sandal/sepatu. Benzena dapat masuk ke dalam tubuh melalui
kulit dari lem yang melekat. Praktek membersihkan sisa lem menggunakan
bensin atau minyak tanah justru dapat meningkatkan jumlah paparan pada
tubuh. Pengukuran paparan benzena dilakukan dengan mengukur
metabolit hasil biotransformasinya yaitu fenol dalam urin. Permasalahan
penelitian adalah bagaimana hubungan faktor individu (tingkat pendidikan
dan higiene perorangan) terhadap kadar fenol urin. Tujuan penelitian ini
untuk menganalisis hubungan faktor individu (tingkat pendidikan dan
higiene perorangan) terhadap kadar fenol urin pekerja bagian pengeleman
pada home industri sandal Kota Tasikmalaya. Metode penelitian
menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 57
orang yang terpilih secara random dari populasi 68 orang di bagian
pengeleman. Hasil penelitian menunjukkan pengukuran kadar fenol urin
minimal 19,62 mg/l dan maksimal 137,24 mg/l. Ada hubungan signifikan
antara higiene perorangan dengan kadar fenol urin (p=0,044). Tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kadar fenol urin. Simpulan
penelitian adalah ada hubungan antara higiene perorangan dengan kadar
fenol urin.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 155


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Penentuan kadar phenol dalam urin dilakukan untuk mengetahui


kadar benzena yang ada di dalam tubuh. Benzena yang telah mengalami
metabolisme akan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk fenol.

Menurut departemen Kesehatan Republik Indonesia, benzene


termasuk bahan berbahaya kelas II (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 453/Men.Kes/PER/XI/1983 tentang Bahan-bahan
Berbahaya), sedangkan Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia
menyatakan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh benzene atau
homolog-homolog yang beracun termasuk salah satu dari 30 penyakit
akibat kerja yang harus dilaporkan (Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor
01 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja).

Benzena yang telah mengalami metabolisme akan dikeluarkan


melalui urin dalam bentuk fenol, asam mukonat, dan asam S-fenil
merkapturat. Hanya sebagian kecil benzena yang ikut dalam metabolisme
dieksresikan lewat feses.

Meskipun penggunaaan benzene sebagai pelarut industri umum


akhir-akhir ini telah dibatasi, benzena masih banyak dipakai di perusahaan
sebagai bahan bakar dan pelarut. Selain itu benzene juga banyak
digunakan sebagai bahan baku untuk membuat sikloheksana, fenol, plastik,
detergen, peledak, obat-obatan, tinta, pestisida dan nitrobenzene.
Pemerintah Indonesia menetapkan NAB (Nilai Ambang Batas) benzena
sebesar 10 ppm sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor
SE 01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas Bahan Kimia.

Benzena masuk ke tubuh manusia terutama melalui saluran


pernapasan. Untuk itu dilakukan pengukuran kadar benzena dalam udara
ruangan tempat kerja. Pemantauan biologik pada pekerja yang terpajan
benzena mencakup kadar hemoglobin, hitung jenis sel darah, dan sediaan
apus darah tepi. Kadar fenol urin pada akhir shift kerja (8 jam) berguna

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 156


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

untuk memastikan adanya pajanan benzena apabila konsentrasi benzena


di lingkungan kerja di atas 5 ppm.

Fenol merupakan komponen normal dalam air seni manusia dengan


kadar 9,5 ±3,6 mg/L. Dalam keadaan terpajan benzena, kadar fenol dalam
urin meningkat. Untuk menilai keterpajanan benzena dilakukan
pemeriksaan fenol dalam urin yang diukur pada akhir shift kerja (8 jam).

3.8.2 Dampak Pajanan Benzena

1. Dampak pajanan benzena terhadap kesehatan pekerja

Badan pelayanan kesehatan dan manusia Amerika Serikat


mengelompokan benzena sebagai zat karsinogen bagi manusia. Pajanan
benzena di udara dalam jangka lama dapat menimbulkan leukemia yang
dapat berupa leukemia mielositik akut dan leukemia non limfositik akut.

2. Gejala dan tanda

Efek pemajanan benzena dengan konsentrasi yang besar dalam waktu


singkat ( akut), dapat dikenali pertama-tama oleh baunya, kemudian dapat
terasa sesak napas, cepat marah, eforia, pusing, gejala-gejala iritasi pada
mata, hidung dan saluran napas, dapat juga terasa sakit kepala, pusing
berputar, mual, atau tanda-tanda intoksikasi. Pemajanan yang sangat besar
dapat menimbulkan kejang-kejang dan kehilangan kesadaran. Makan atau
minum makanan yang mengandung kadar benzena yang tinggi, dapat
menimbulkan muntah, iritasi lambung, rasa mengantuk, pusing, berdebar-
debar hingga kematian Pemajanan benzena kronis yang berulang dan lama
meskipun dalam konsentrasi yang rendah, dapat menimbulkan bermacam
kelainan darah yang bervariasi dari anemia hingga leukemia, penyakit yang
ireversibel dan fatal.

Benzena bersifat mengiritasi kulit. Kontak langsung dengan kulit dapat


menimbulkan eritema. Kontak berulang dan menahun dapat menimbulkan
dermatitis yang kering dan berskuama atau terjadinya infeksi kulit sekunder.

3. Tanda-tanda patognomonik :

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 157


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Tanda dan gejala toksisitas benzena dapat tidak spesifik. Hanya riwayat
yang jelas dan prosedur investigasi yang memadai bagi seorang dokter
agar mampu menyingkirkan atau mengkonfirmasi adanya kaitan antara
tanda klinis dengan pajanan benzena di tempat kerja. Sebagai alat bantu
seorang dokter mengacu pada uji laboratorium yang diperlukan serta
rujukan kepada dokter spesialis

Dalam kaitan penggunaan benzena sebagai pelarut, sebagian besar


pelarut dapat menjalani biotransformasi dan dapat meningkatkan aktivitas
isozim sitokrom P-450. karena pelarut sering berada dalam campuran (
penggunaan beberapa pelarut dalam satu campuran ), interaksi antara zat-
zat kimia tersebut mungkin dapat terjadi. Sebagai contoh benzena dapat
meningkatkan efek toksik zat lain dengan meningkatkan bioaktivasinya. Di
lain pihak, toksisitas dapat juga berkurang pada campuran tertentu.
Contohnya, toluena dapat mengurangi toksisitas dengan cara bersaing
dengan benzena menghambat sistem enzim bioaktivasi.

4. Monitoring pajanan dan pemeriksaan

Hal ini diperlukan untuk mendeteksi perubahan yang signifikan terhadap


kesehatan pekerja dan tingkat pajanan di tempat kerja.

5. Evaluasi pajanan secara berkala

Hal ini tidak dibutuhkan jika setelah hasil monitoring pajanan sesuai
dengan evaluasi pajanan dimana di bawah tingkat aksi (AL) dan batas
pajanan singkat (STEL).

a. Pengambilan sampel dan analisis

Gunakan instrumen yang memadai dan strategi pengambilan sampel


yang tepat (lokasi, waktu, durasi, frekuensi dan jumlah sampel).

Menurut OSHA dapat dilakukan pengukuran pajanan benzena di


tempat kerja dengan pengumpulan menggunakan tabung sorbent arang
teraktivasi, dilakukan desorpsi dengan karbon disulfida (CS2), dianalisa
dengan gas kromatografi menggunakan detektor ionisasi sinar (FID).
Sedangkan menurut NIOSH, pengumpulan melalui kantung udara, analisa
dilakukan dengan gas kromatografi portabel menggunakan detektor
fotoionisasi Instrumentasi pengukuran langsung dengan menggunakan
detektor sinar ionisasi, Penganalisa fotoionisasi dan gas kromatografi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 158


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

b. Nilai Ambang Batas

Di udara, NAB benzena dalam bentuk uap yang diperbolehkan 1 ppm


untuk 8 jam kerja dan batas maksimum pajanan singkat (STEL) adalah 5
ppm untuk tiap periode 15 menit. Sedangkan dalam bentuk pajanan
terhadap kulit, NAB yang diperbolehkan yaitu 0,5 ppm (TWA) dan batas
maksimum pajanan singkat yaitu 2,5 ppm (STEL). Namun prinsipnya
kontrol pajanan serendah mungkin dibawa nilai NAB

3.8.3 Asam Hipurat dalam Urine

3.8.3.1 Definisi

Asam hipurat

Nama IUPAC[sembunyikan]

Asam benzoilaminoasetat

Nama lain[sembunyikan]

Asam hipurat, N-benzoilglisina, benzoil glikokol, asam benzoil

amidoasetat

Identifikasi

Nomor CAS 495-69-2

PubChem 464

SMILES O=C(O)CNC(C1=CC=CC=C1)=O

Sifat

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 159


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Rumus molekul C9H9NO3

Massa molar 179,17 g/mol

Titik lebur 187 - 188 °C

Titik didih 240 °C (dekomposisi)

Bahaya

MSDS MSDS from Oxford University

Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku

pada temperatur dan tekanan standar (25 °C, 100 kPa)

Tabel 4. Keterangan mengenai Asam Hipurat

Asam hipurat (berasal dari kata hippos, kuda, dan ouron, urine)
adalah sejenis asam karboksilat yang ditemukan dalam urinkuda dan
herbivora lainnya. Asam hipurat yang mengkristal memiliki struktur
prisma rombik yang larut dalam air panas, meleleh pada 187 °C, den
berdekomposisi pada 240 °C. Konsentrasi asam hipurat yang tinggi juga
mengindikasikan adanya keracunan toluena. Ketika senyawa-senyawa
aromatik seperti asam benzoat dan toluena diserap oleh tubuh, senyawa-
senyawa tersebut akan diubah menjadi asam hipurat melalui reaksi
dengan asam amino glisina.

Gambar 22,Reaksi senyawa Asam Hipurat

3.8.2.2 Reaksi
Asam hipurat akan terhidrolisis oleh senyawa alkali kaustik panas
menjadi asam benzoat dan glisina. Asam nitrit mengubah asam hipurat
menjadi asam benzoil glikolat, C6H5C(=O)OCH2CO2H. Etil esternya akan
bereaksi dengan hidrazina, menjadi hipuril hidrazina,

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 160


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

C6H5CONHCH2CONHNH2, yang digunakan oleh Theodor Curtius untuk


pembuatan azoimida.
3.8.2.3 Keterkaitan dengan kesehatan

Penentuan kadar asam hipurat dalam urin berkaitan dengan pajanan


senyawa toluen dalam tubuh, karena asam hipurat merupakan hasil dari
metabolisme toluene dalam tubuh.

Toluen merupakan cairan tidak berwarna dengan berat molekul


92,14. Toluen digunakan untuk pembuatan benzene, pelarut cat,bagian
dari bahan bakar minyak. Toluen yang berada dalam tubuh cepat diserap
melalui paru dan kulit dan diekskresi sebagai asam hipurat dalam urine.

Efek Kesehatan :

1. Akut : Narkotik, iritasi dan tukak pada konjungtiva, aritmia jantung (dapat
menyebabkan kematian pada penghirup).
2. Kronik : Kerusakan ginjal dan sumsum tulang (badingkan dengan
benzene), pamajanan toluene jarang sekali murni, pemajanan seringkali
disertai oleh benzene dan xylene
3. Monitoring biologik : Kadar asam hipurat urine, kadar 5 gram/liter urine
setara dengan TWA (Time-Weighted Average) 8 jam 200 ppm toluene
di udara.
Catatan : Asam hipurat bukan metabolit spesifik untuk toluen. Bahan itu
dapat dihasilkan oleh berbagai sumber makanan, seperti makanan yang
diawetkan dengan asam benzoat

1. Pengobatan : tidak spesifik


2. Pengukuran : Sampel diambil dengan melewatkan ke tabung udara
dengan aliran udara 1000 Ml/menit,kemudian di analisis dengan
menggunakan kromatografi gas. Tabung detector kolorikmetrik juga
tersedia.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 161


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.8.3 Pb Dalam Darah

3.8.3.1 Definisi
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Pb dan nomor atom 82. Lambangnya diambil dari bahasa Latin
Plumbum. Timbal (Pb) adalah logam berat yang terdapat secara alami di
dalam kerak bumi. Keberadaan timbal bisa juga berasal dari hasil aktivitas
manusia, yang mana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb
alami yang terdapat pada kerak bumi. Pb terkonsentrasi dalam deposit bijih
logam. Unsur Pb digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan
pembuatan pipa air yang tahan korosi, bahan pembuat cat, baterai, dan
campuran bahan bakar bensin tetraetil. Timbal (Pb) adalah logam yang
mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap
manusia. Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi
makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb (Anonim,
2012).

Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan dengan


rapatan yang tinggi (11,48 g ml-1 pada suhu kamar). Ia mudah melarut
dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M) dan terbentuk juga nitrogen
oksida :

3 Pb + 8 HNO3 3 Pb2+ + 6 NO-3 + 2 NO + 4H2O


Gas nitrogen (II) oksida yang tak berwarna itu, bila bercampur
dengan udara, akan teroksidasi menjadi nitrogen dioksida yang merah :

2 NO (tak berwarna) + O2 2 NO2 (merah)

Dengan asam nitrat pekat, terbentuk lapisan pelindung berupa


timbale nitrat pada permukaan logam, yang mencegah pelarutan lebih
lanjut. Asam klorida encer atau asam sulfat encer mempunyai pengaruh
yang hanya sedikit, karena terbentuknya timbal klorida atau timbel sulfat
yang tak larut pada permukaan logam itu (Svehla, 1985, hal: 207).

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 162


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

3.8.3.2 Keterkaitan dengan kesehatan


Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa menimbulkan berbagai
macam hal diantaranya:

1. Menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan


hemoglobin (Hb)
2. Meningkatnya kadar asam δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan
kadar protoporphin dalam sel darah merah
3. Memperpendek umur sel darah merah
Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta meningkatkan
kandungan logam Fe dalam plasma darah.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 163


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

BAB IV

DATA DAN PERHITUNGAN

4.1 Contoh Perhitungan Analisis Udara


4.1.1 Contoh Perhitungan Penentuan NO2
Metode : Griest Saltzman-Spektrofotometri

(SNI 19-7119.2.2005)

Perhitungan volume standar


Rumus :

𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)

Data Sampling

No. Lokasi Laju Laju t Pa Ta T P Vol.


Alir Alir (waktu) (tekanan (suhu Std Std Udara
Awal Akhir saat uji) saat
(F1) (F2) uji)
1 A1 1 1 24 87.5 25 298 760 38,5
2 A2 1 1 25.6 87.5 25 298 760 35,0
3 LK1 1 1 26 87.5 25 298 760 32,6
4 LK2 1 1 27.2 87.5 25 298 760 29,6

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 164


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Kadar NO2 di udara


Rumus Perhitungan :

𝑏 10
𝐶= × 25 × 1000
𝑣

Keterangan :
C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3);
A : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan kurva kalibrasi
(μg);

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal


250C,101.3 kPa;

10
: Faktor Pengenceran;
25

1000 : Konversi liter ke m3.

Data Hasil Perhitungan Kadar NO2 di Udara :


kode Sp Bl (ug/ml) ug Sp Vol. Kadar Kadar Kadar
No sp (ug/ml) (Sp- udara (ug/Nm3) (mg/m3) (ppm)
Bl)

1 A1 1,480 0,061 1,419 38,5 36,8686 - -


2 A2 1,156 0,061 1,095 35,0 31,2554 - -
3 LK1 1,454 0,061 1,393 32,6 - - 0,0218
4 LK2 3,628 0,061 3,567 29,6 - - 0,0615
5 E1 3,237 0,061 3,176 9,1 - 0,3490 -
6 E2 3,124 0,061 3,063 9,1 - 0,3366 -

Pembahasan :

 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 standar baku


mutu Udara Ambient parameter NO2 adalah 150 ug/Nm3 ,sehingga
dapat disimpulkan sampel kode A1 dan A2 masih dibawah nilai
ambang batas yang diperkenankan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 165


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


PER-13/MEN/X/2011 standar baku mutu Lingkungan Kerja NO2
adalah 3 ppm,sehingga dapat disimpulkan sampel kode LK1 dan
LK2 masih dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan.
 Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No.Kep-
13/MENLH/3/1995 standar baku mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
dari parameter NO2 adalah 0.5 mg/m3 ,sehingga dapat disimpulkan
sampel kode E1 dan E2 masih dibawah nilai ambang batas yang
diperkenankan.

4.1.2 Contoh Perhitungan Penentuan SO2 di Udara


Metode : Pararosaniline (SNI 19-7119.7-2005)

Perhitungan volume standar Rumus :

𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760

Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 166


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Data Sampling

No. Lokasi Laju Laju t Pa Ta T P Vol.


Alir Alir (waktu) (tekanan (suhu Std Std Udara
Awal Akhir saat uji) saat
(F1) (F2) uji)
1 A1 1 1 26 80 27 298 760 30,2066
2 A2 1 1 24,8 80 27 298 760 28,8125
3 LK1 1 1 27,2 80 27 298 760 31,6008
4 LK2 1 1 26,8 80 27 298 760 31,1361

Kadar SO2 di udara


Rumus Perhitungan :

Keterangan :
C : Konsentrasi SO2 di udara (μg/m3);

A : Jumlah SO2 dari contoh uji hasil perhitungan kurva kalibrasi (μg);

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal


250C,101.3 kPa;

1000 : Konversi liter ke m3.

Data Hasil Perhitungan Kadar SO2 di Udara :

kode Sp Bl ug Sp Vol. Kadar Kadar Kadar


sp (ug/ml) (ug/ml) (Sp-Bl) udara (ug/Nm3) (mg/m3) (ppm)
A1 0,069 0,052 0,017 30,2066 0,5628 - -
A2 0,066 0,052 0,014 28,8125 0,4859 - -
LK1 0,336 0,052 0,284 31,6008 8,9871 - -
LK2 0,176 0,052 0,124 31,1361 3,9825 - -
E1 0,137 0,052 0,085 9,1 - 0,0093 -
E2 0,095 0,052 0,043 9,1 - 0,0047 -

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 167


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Pembahasan :

 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 standar baku


mutu Udara Ambient dari parameter SO2 adalah 365 ug/Nm3
,sehingga dapat disimpulkan sampel kode A1 dan A2 masih
dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan.
 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER-13/MEN/X/2011 standar baku mutu Udara Lingkungan Kerja
dari parameter SO2 adalah 250 ug/Nm3, sehingga dapat disimpulkan
sampel kode LK1 dan LK2 masih dibawah nilai ambang batas
yang diperkenankan.
 Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No.Kep-
13/MENLH/3/1995 standar baku mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
dari parameter SO2 adalah 800mg/m3 ,sehingga dapat disimpulkan
sampel kode E1 dan E2 dibawah nilai ambang batas yang
diperkenankan.

4.1.3 Contoh Perhitungan Penentuan NH3 di Udara


Metode: Indophenol (SNI 19-7119.7-2005)

Perhitungan volume standar


Rumus :

𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 168


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Data Sampling

No. Lokasi Laju Laju t Pa Ta T P Vol.


Alir Alir (waktu) (tekanan (suhu Std Std Udara
Awal Akhir saat uji) saat uji)
(F1) (F2)
1 A1 1 1 28 90 28 298 760 35,2895
2 A2 1 1 28,8 90 28 298 760 36,2977
3 LK1 1 1 31,2 90 28 298 760 39,3226
4 LK2 1 1 30,8 90 28 298 760 38,8184

Kadar NH3 di udara


Rumus Perhitungan :

Keterangan :
C : Konsentrasi NH3 di udara (μg/m3);

A : Jumlah NH3 dari contoh uji hasil perhitungan kurva kalibrasi (μg);

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal


250C,101.3 kPa;

1000 : Konversi liter ke m3.

Data Hasil Perhitungan Kadar NH3 di Udara :

kode Sp Bl ug Sp Vol. Kadar Kadar Kadar


sp (ug/ml) (ug/ml) (Sp-Bl) udara (ug/Nm3) (mg/m3) (ppm)
A1 0,357 0,052 0,305 35,2895 - - 0,0044
A2 0,066 0,052 0,014 36,2977 - - 0,0002
LK1 0,336 0,052 0,284 39,3226 7,2223 - -
LK2 0,176 0,052 0,124 38,8184 3,1944 - -
E1 3,756 0,052 3,704 9,1 - 0,4070 -
E2 1,987 0,052 1,935 9,1 - 0,2126 -

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 169


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Pembahasan :

 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I


Jawa Barat No.660.31/SK/694-BKPMD/82 standar baku mutu
Udara Ambient dari parameter NH3 adalah 2 ppm,sehingga dapat
disimpulkan sampel kode A1 dan A2 masih dibawah nilai ambang
batas yang diperkenankan.
 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER-13/MEN/X/2011 standar baku mutu Udara Lingkungan kerja
dari parameter NH3 adalah 17000 ug/Nm3 ,sehingga dapat
disimpulkan sampel kode LK1 dan LK2 masih dibawah nilai
ambang batas yang diperkenankan.
 Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No.Kep-
13/MENLH/3/1995 standar baku mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
dari parameter NH3 adalah 0.5mg/m3 ,sehingga dapat disimpulkan
sampel kode E1 dan E2 masih dibawah nilai ambang batas yang
diperkenankan.

4.1.4 Contoh Perhitungan Penentuan H2S di Udara


Metode: Methylene Blue

Perhitungan volume standar


Rumus :

𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 170


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Data Sampling

No. Lokasi Laju Laju t Pa Ta T P Vol.


Alir Alir (waktu) (tekanan (suhu Std Std Udara
Awal Akhir saat uji) saat uji)
(F1) (F2)
1 A1 1 1 32 95 29 298 760 41,1034
2 A2 1 1 32,8 95 29 298 760 42,1310
3 LK1 1 1 35,2 95 29 298 760 45,2138
4 LK2 1 1 34,8 95 29 298 760 44,7000

Kadar H2S di udara


Rumus Perhitungan :

Keterangan :
C : Konsentrasi H2S di udara (μg/m3);

A : Jumlah H2S contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg);

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal

1000 :Konversi liter ke m3.

Data Hasil Perhitungan Kadar H2S di Udara :

kode Sp Bl ug Sp Vol. Kadar Kadar Kadar


sp (ug/ml) (ug/ml) (Sp-Bl) udara (ug/Nm3) (mg/m3) (ppm)
A1 2,153 1,0405 1,1125 41,1034 27,0659 - -
A2 2,974 1,0405 1,9335 42,1310 45,8925 - -
LK1 2,542 1,0405 1,5015 45,2138 - - 0,0170
LK2 4,234 1,0405 3,1935 44,7000 - - 0,0365
E1 5,242 1,0405 4,2015 9,1 - 0,4617 -
E2 5,524 1,0405 4,4835 9,1 - 0,4927 -

Pembahasan :
 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Barat No.660.31/SK/694-BKPMD/82 standar baku mutu
Udara Ambient dari parameter H2S adalah 24 ug/Nm3 , sehingga

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 171


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

dapat disimpulkan sampel kode A1 dan A2 diatas nilai ambang


batas yang diperkenankan.
 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER-13/MEN/X/2011 standar baku mutu Udara Lingkungan Kerja
dari parameter H2S adalah 1 ppm, sehingga dapat disimpulkan
sampel kode LK1 dan LK2 masih dibawah nilai ambang batas
yang diperkenankan.
 Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, No.Kep-
13/MENLH/3/1995 standar baku mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
dari parameter H2S adalah 35mg/m3 ,sehingga dapat disimpulkan
sampel kode E1 dan E2 masih dibawah nilai ambang batas yang
diperkenankan.

4.1.5 Contoh Perhitungan Penentuan O3 di Udara


Metode :Neutral Buffer Pottasium (Kalium) Iodat/NBKI

Spectrofotometer (SNI 19-7119.8-2005)


Perhitungan volume standar
Rumus :

𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760

Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 172


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Data Sampling
No. Lokasi Laju Laju t Pa Ta T P Vol.
Alir Alir (waktu) (tekanan (suhu Std Std Udara
Awal Akhir saat uji) saat
(F1) (F2) uji)
1 A1 1 1 31,2 84 26,7 298 760 38,4880
2 A2 1 1 28,4 84 26,7 298 760 35,0339
3 LK1 1 1 26,4 84 26,7 298 760 32,5668
4 LK2 1 1 24 84 26,7 298 760 29,6062

Kadar O3 di udara
Rumus Perhitungan :

Keterangan :
C : Konsentrasi O3 di udara (μg/m3);

A : Jumlah O3 dari contoh uji hasil perhitungan kurva kalibrasi (μg);

V : Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal


250C,101.3 kPa;

1000 : Konversi liter ke m3.

Data Hasil Perhitungan Kadar O3 di Udara :

kode Sp Bl ug Sp Vol. Kadar Kadar Kadar


sp (ug/ml) (ug/ml) (Sp-Bl) udara (ug/Nm3) (mg/m3) (ppm)
A1 0,233 0,1 0,133 41,1034 3,2357 - -
A2 1,221 0,1 1,121 42,1310 26,6075 - -
LK1 0,626 0,1 0,526 45,2138 - - 0,0059
LK2 1,732 0,1 1,632 44,7000 - - 0,0186

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 173


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Pembahasan :
 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 standar baku
mutu Udara Ambient dari parameter O3 adalah 235 ug/Nm3
,sehingga dapat disimpulkan sampel kode A1 dan A2 masih
dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan.

 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


PER-13/MEN/X/2011 standar baku mutu Udara Lingkungan Kerja
dari parameter O3 adalah 0,08 ppm,sehingga dapat disimpulkan
sampel kode LK1 dan LK2 masih dibawah nilai ambang batas
yang diperkenankan.

4.2 Contoh Perhitungan Kadar Debu


4.2.1 Contoh Perhitungan Penentuan Debu Total

Metode: Gravimetri
Data Sampling :

No. Lokasi Laju Alir Laju Alir t Pa Ta T P Vol.


Awal Akhir (waktu) (tekanan (suhu Std Std Udara
(F1) (F2) saat uji) saat
uji)
1 A1 0.00998 0.00998 60 100 303.4 298 101.3 0.5806
2 A2 0.00998 0.00998 60 100 303.4 298 101.3 0.5806
3 LK1 0.00998 0.00998 60 100 303.4 298 101.3 0.5806
4 LK2 0.00998 0.00998 60 100 303.4 298 101.3 0.5806

Rumus Perhitungan :

(𝐵−𝐴)−(𝐵′ −𝐴′ )
Kadar Debu (mg/m ) = 3
× 106
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎

Keterangan :
A = Bobot filter sampel sebelum digunakan
B = Bobot filter sampel setelah digunakan
A’ = Bobot filter blanko sebelum digunakan
B’ = Bobot filter blanko setelah digunakan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 174


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Data Hasil Perhitungan Filter Debu di Udara :

No. Lokasi Berat Berat Berat bl Berat bl Berat Volume Kadar


Filter sp akhir sp awal akhir awal (g) sp udara debu
(g) (g) (g) (B-A)- (m3) (ug/m3)
Blanko

5 A1 0.04230 0.04219 0.04202 0.04201 0.00010 0.5806 172.24


7 A2 0.04214 0.04202 0.04202 0.04201 0.00011 0.5806 189.46
9 LK1 0.04179 0.04147 0.04202 0.04201 0.00031 0.5806 533.94
11 LK2 0.04203 0.04174 0.04202 0.04201 0.00028 0.5806 482.26

Pembahasan:
 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 standar baku
mutu Udara Ambient dari parameter Debu total adalah 230 ug/m3
,sehingga dapat disimpulkan sampel kode A1 dan A2 masih
dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan.

 Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


PER-13/MEN/X/2011 standar baku mutu Udara Lingkungan Kerja
dari parameter Debu total adalah 10000 ug/m3 ,sehingga dapat
disimpulkan sampel kode LK1 dan LK2 masih dibawah nilai
ambang batas yang diperkenankan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 175


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4.3 Contoh Perhitungan Analisis Urin


4.3.1 Contoh Perhitungan Creatinin dalam urin

Data Sampling :

kode A2 A1 A Std A sp
1 2,591 2,428 0,015 5,019
2 2,782 2,495 0,015 5,277
3 3,763 3,523 0,015 7,286
4 3,239 3,042 0,015 6,281
5 2,579 2,526 0,015 5,105

Rumus Perhitungan :

kode A sampel A Standar Creatinine g/L


1 5,019 0,015 0,6692
2 5,277 0,015 0,7036
3 7,286 0,015 0,9715
4 6,281 0,015 0,8375
5 5,105 0,015 0,6807

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 176


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4.3.2 Contoh Perhitungan Phenol dalam urin

kode Creatinine Phenol mg/L Phenol mg/g Creatinine


g/L
1 0,67 2,847 4,25
2 0,70 0,84 1,19
3 0,97 1,158 1,19
4 0,84 1,732 2,07
5 0,68 0,832 1,22

Pembahasan :

Nilai Biological Exposure Indicas (BEIs) Phenol


Berdasarkan : ACGIH 2008 = 250 mg/g creatinine
Sehingga seluruh sampel masih dalam batas yang diperkenankan.

4.3.3 Contoh Perhitungan Asam Hipurat dalam urine

kode Creatinine Ashipur g/L Ashipur g/g Creatinine


g/L
1 0,67 0,055 0,0822
2 0,70 0,046 0,0654
3 0,97 0,077 0,0793
4 0,84 0,036 0,0430
5 0,68 0,017 0,0250

Pembahasan :

Nilai Biological Exposure Indicas (BEIs) Asam Hipurat


Berdasarkan ACGIH 2008 = 1.6 g/g creatinine
Sehingga seluruh sampel masih dalam batas yang diperkenankan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 177


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4.4 Contoh Perhitungan Analisis Logam Dalam Darah

kadar
No. ppm Sp ppm Bl faktor koreksi (ug/100ml)
1 8.43 0.05 0.10 0.838
2 5.24 0.05 0.10 0.519
3 2.35 0.05 0.10 0.230
4 0.57 0.05 0.10 0.052
5 15.3 0.05 0.10 1.525

Pembahasan :

Nilai biological Exposure Indicas (BEIs) Pb dalam darah


Berdasarkan ACGIH 2010 = 30 ug/100 ml
Sehingga seluruh sampel masih dalam batas yang diperkenankan.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 178


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

BAB V

PEMBAHASAN

Berikut ini akan dijelaskan beberapa pembahasan mengenai


parameter pengujian yang dilakukan di Balai K3 Bandung, yaitu :

5.1 Penentuan kandungan SO2 di Udara


1. Larutan penyerap memiiki fungsi untuk menjerap unsur yang akan di
analisis ke dalam suatu media sehingga memudahkan dalam proses
analisis unsur tersebut. Biasanya larutan penjerap yang digunakan
ini bersifat selektif.
2. Larutan penyerap SO2 (tetrakloromerkurat {TCM} 0,04 M) dapat
stabil selama 6 bulan, hal ini dapat terjadi apabila larutan tidak
terbentuk endapan (endapan tersebut merupakan senyawa
kompleks yang berasal dari SO2 yang terurai).
3. Saat pembuatan larutan induk SO2, zat Na2S2O5 sebanyak 0,3 gram
yang biasa digunakan dapat diganti dengan zat Na 2SO3 sebanyak
0,4 gram. Hal ini disebabkan karena konsentrasi kedua zat tersebut
ekivalen.
4. Proses pelarutan Na2S2O5 dan Na2SO3 harus menggunakan
aquadest yang telah dididihkan. Proses pendidihan ini bertujuan
untuk menghilangkan CO2 pada aquadest, bebasnya CO2
mengakibatkan SO3- tidak akan terurai menjadi gas SO2.
5. Larutan Na2S2O3 juga dapat terurai dan rusak karena adanya suatu
bakteri Thiobacillus thioparus, bakteri ini memiliki daya kerja pada pH
9-10. Sehingga untuk menghambat kerja dari bakteri ini perlu
ditambahkan Na2CO3 untuk menaikkan pH larutan.
6. Larutan Na2S2O3 pun sebelum digunakan harus selalu ditetapkan
terlebih dahulu menggunakan larutan KIO3 sebagai zat baku primer
dengan metode iodometri. Iodometri sendiri merupakan suatu
analisis titrasi yang memiliki dasar penentuan jumlah/kadar suatu ion
sebagai jumlah I2 yang terbentuk.
7. Saat proses titrasi dilakukan, proses ini melibatkan reaksi redoks I2,
secara teori proses ini tidak memerlukan indikator. Hal ini
dikarenakan warna I2 (bentuk teroksidasi) dan I- (bentuk tereduksi)
memiliki warna yang sangat berbeda. Namun pada keadaan encer
warna yang terbentuk sangatlah lemah.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 179


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Sehingga kita gunakan amylum sebagai indikator.

8. Pada saat proses titrasi, indikator amylum ditambahkan disaat


menjelang TA. Hal ini dikarenakan kompleks iod-amyl ini agak sukar
larut dalam air. Sehingga jika pada konsentrasi I2 yang tinggi
ditambahkan amylum, kesetaraan akan bergeser kearah kanan
(kompleks iod amyl menjadi banyak) sehingga akan menimbulkan
endapan dan saat I2 tereduksi maka kesetimbangan sulit bergeser
kearah kiri.
9. Pada penentuan konsentrasi SO2 digunakan pereaksi PRA
(pararosaniline) untuk menimbulkan kompleks warna pada larutan,
kadar kemurnian PRA ini sekurang-kurangnya harus 95%. Apabila
kadar dari PRA kurang dari seharusnya maka akan mengakibatkan
PRA yang bereaksi dengan sampel akan menjadi lebih sedikit,
sehingga nanti akan ada bagian dari sampel yang tidak akan terbaca
absorbansinya dan kadar yang akan kita dapatkan pun menjadi
keliru atau tidak sesuai.
10. Larutan formaldehid harus disiapkan pada saat akan digunakan. Hal
ini disebabkan oleh sifat zat tersebut yang memiliki titik didih yang
lebih rendah daripada aquadest, sehingga akan lebih mudah dan
cepat menguap.
11. Gas SO2 diserap dalam larutan penjerap tetrakloromerkurat
membentuk senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat, dengan
persamaan reaksi sebagai berikut:

12. Penambahan larutan pararosanilin dan formaldehida, kedalam


senyawa diklorosulfonatomerkurat akan membentuk senyawa
pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu

5.2 Penentuan kandungan NO2 di Udara


1. Larutan penyerap yang digunakan untuk menyerap NO2 adalah larutan
NEDA, Larutan NEDA ini dapat stabil selama 1 bulan jika disimpan dalam
lemari pendingin. Salah satu proses pengawetan zat adalah dengan
menyimpannya pada suhu rendah. Faktor ini pula yang mengakibatkan
NEDA dapat bertahan dalam waktu cukup lama.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 180


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

2. Pada saat pembuatan larutan NEDA ,proses pelarutannya sebisa mungkin


tidak boleh sambil dipanaskan dikarenakan aseton yang ditambahkan akan
menguap dan habis.
3. Saat membuat larutan penyerap NO2 pastikan alat yang digunakan bersih,
karena larutan penyerap ini sensitif terhadap pengotor, apabila larutan ini
telah tercemar oleh pengotor biasanya ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi berwarna merah muda.
4. Pembuatan larutan penyerap NO2 tidak boleh terlalu lama kontak dengan
udara, karena larutan penyerap tersebut mudah menyerap gas NO2 yang
ada di udara.
5. Pada analisis ini digunakan metode Griess saltzman yang didasarkan pada
reaksi diazotasi antara asam nitrit (dari nitrit dalam suasana asam) dengan
amin aromatis primer (asam sulfanilat). Garam diazonium yang dihasilkan
dari reaksi diazotasi ini selanjutnya direaksikan (dikopling) dengan
alfanaftilamin membentuk senyawa berwarna

6. NO2 + Larutan griess Saltzman senyawa azo dye

5.3 Penentuan kandungan NH3 di Udara


1. Metode indofenol merupakan metode untuk menentukan ammonia
secara tidak langsung. Dimana pada percobaan ini digunakan
larutan campuran alkali dan larutan hipoklorida sebagai oksidator
yang akan mengoksidasi ammonia menjadi suatu amina klorida.
2. Pada penentuan NH3 larutan penjerap yang digunakan merupakan
larutan H2SO4, larutan penjerap ini digunakan dikarenakan pada saat
reaksi antara H2SO4 dengan amoniak akan menghasilkan ion
ammonium.
NH3 + H+ NH4+

3. Salah satu pereaksi yang digunakan pada penentuan NH3


merupakan larutan Na-Nitroprusid dan Na-Hipoklorit, larutan ini
stabil selama 2 bulan jika disimpan dalam lemari es bersuhu 40C –
80C. sedangkan larutan kerja hipoklorit dan larutan kerja fenol hanya
dapat bertahan beberapa saat saja. Hal ini disebabkan karena kedua
zat tersebut merupakan zat organik

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 181


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

4. Penambahan larutan hipoklorit pada sampel yang mengandung


ammonia akan menghasilkan suatu mono-chloroamina. NH3 +OCl 
NH2Cl + OH-
5. penambahan natrium nitroprusida berfungsi sebagai katalisator yang
dapat mempercepat berlangsungnya reaksi.
6. Larutan fenol berfungsi sebagai pereaksi yang akan membentuk
kompleks dengan ammonia (sebagai pengompleks). Dimana fenol
akan bereaksi dengan mono-chloroamina membentuk senyawa
Kompleks berwarna biru.

7. Penambahan larutan buffer berfungsi agar warna yang dihasilkan


sesuai dengan seharusnya, pH larutan harus dipertahankan pada pH
10,8 – 11,4.
8. Pada saat melakukan analisis, pastikan untuk selalu menggunakan
alat pelindung diri seperti masker (respirator), jas lab dan sarung
tangan karet. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kecelakaan kerja dan mengurangi dampak dari paparan zat kimia
secara langsung.

5.4 Penentuan kandungan H2S di Udara


1. Proses pelarutan Na2S2O5 dan Na2S harus menggunakan aquadest
yang telah dididihkan. Proses pendidihan ini bertujuan untuk
menghilangkan CO2 pada aquadest, keberadaan CO2 dapat
menyebabkan larutan Na2S2O5 dan Na2S menjadi terurai.
2. Larutan Na2S2O3 juga dapat terurai oleh adanya suatu bakteri
Thiobacillus thioparus, bakteri ini memliki daya kerja pada pH 9-10.
Sehingga untuk menghambat kerja bakteri ini ditambahkan Na 2CO3
untuk menaikkan pH larutan.
3. Larutan Na2S2O3 ditetapkan terlebih dahulu menggunakan larutan
K2Cr2O7 sebagai zat baku primer dengan metode iodometri.
Iodometri sendiri merupakan suatu analisis titrasi yang memiliki
dasar penentuan jumlah/kadar suatu ion sebagai jumlah I 2 yang
terbentuk.
4. Pada saat penambahan KI, KI yang digunakan harus tidak boleh
mengandung ion iodat IO3- . Hal ini dikarenakan dalam suasana
asam, ion IO3- dapat mengoksidasi I- menjadi I2. Persamaan
reaksinya sebagai berikut:

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 182


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

5. Saat proses titrasi dilakukan, proses ini melibatkan reaksi redoks I2,
secara teori proses ini tidak memerlukan indikator. Hal ini
dikarenakan warna I2 (bentuk teroksidasi) dan I- (bentuk tereduksi)
memiliki warna yang sangat berbeda. Namun pada keadaan encer
warna yang terbentuk sangatlah lemah.
Sehingga kita gunakan amylum sebagai indikator.

6. Pada saat proses titrasi, indikator amylum ditambahkan disaat


menjelang TA. Hal ini dikarenakan kompleks iod-amyl ini agak sukar
larut dalam air. Sehingga jika pada konsentrasi I 2 yang tinggi
ditambahkan amylum, kesetaraan akan bergeser kearah kanan
(kompleks iod amyl menjadi banyak) sehingga akan menimbulkan
endapan dan saat I2 tereduksi maka kesetimbangan sulit bergeser
kearah kiri.
7. Jika pada saat melakukan analisis, larutan (terutama sampel)
berubah warna menjadi warna kuning setelah diberi pereaksi uji amin
dan FeCl3 tambahkan larutan asam phospat sampai warnanya
hilang. Jika tidak terjadi perubahan dapat dipastikan sampel tersebut
telah terkontaminasi.
8. Sampel H2S bereaksi dengan N,N dimethyl-p-phenylediamine sulfat
(uji amin) dan ferri klorida membentuk senyawa kompleks berwarna
biru methilen dengan persamaan sebagai berikut:

5.5 Penentuan O3
1. Pada saat pengambilan contoh uji O3, agar didapatkan konsentrasi
yang optimal pengambilan sampel harus dilaksanakan pada siang
hari (11.00 am – 03.00 pm). Hal ini disebabkan karena pada
renggang waktu demikian kondisi optimal konsentrasi O 3 dapat
didapat. Dan hal inipun dipengaruhi oleh suhu udara dan tekanan
udara.
2. Seharusnya pembacaan sampel pun dibaca langsung menggunakan
Spektrofotometer portable di lapangan pengambilan sampel, hal ini
dikarenakan agar sampel tidak terkontaminasi oleh pengaruh suhu,
tekanan dan lain lain selain dari lokasi pengambilan sampel.
3. Larutan penjerap yang telah di sampling bisa berubah warna dari
warna asalnya yang berwarna putih jernih menjadi warna putih pekat

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 183


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

dikarenakan kemungkinan sampel tersebut telah terkontaminasi oleh


larutan atau factor factor lainnya saat dilakukan sampling.

5.6 Penentuan Debu Total di Udara

1. Dalam penentuan debu total di udara, sampel yang telah di sampling


di masukkan ke dalam eksikator selama 24 jam yang berfungsi untuk
menstabilkan massa yang telah disampling dan agar menjaga massa
sampel agar tidak terpengaruhi oleh keadaan kelembapan diluar
tempat sampling.
2. Dalam penimbangan sampel, diharapkan ruangan penimbangan
selalu tertutup oleh udara dari luar. Dalam ruangan pun diharapkan
tidak menyalakan AC disaat proses penimbangan sampel,
dikarenakan udara yang berasal dari luar dan dari AC akan
mempengaruhi berat sampel disaat dilakukan penimbangan.
3. Proses menyerapnya debu hingga dapat terkumpul di permukaan
filter dikarenakan udara yang terdapat di lingkungan dihisap dengan
menggunakan alat pompa vakum dengan laju alir yang tinggi
sehingga debu pun dapat terkumpul di dalam permukaan filter.
4. Filter yang digunakan dalam proses sampling pun digunakan filter
dengan jenis Whattman EPM 2000 yang memiliki pori pori yang
kurang dari 10 mikrofon. Sehingga partikel debu yang terhisap oleh
pompa vakum tidak berkurang atau tidak menembus filter yang
digunakan meskipun dengan lajur yang tinggi.
5. Dalam proses sampling debu di udara dibutuhkan beberapa blanko
lapangan yang berfungsi untuk tolak ukur mengetahui kontaminasi
yang ada di lokasi selama proses pengambilan sampel.
6. Disaat dilakukan sampling harus selalu dicatat waktu akhir sampling,
suhu, dan kecepatan arah angin. Hal ini dikarenakan aspek-aspek
tersebut yang berada di lingkungan pengambilan sampel dapat
mempengaruhi massa filter yang sedang di sampling.

5.7 Penentuan Kandungan Pb di udara

1. Pada penentuan kandungan Pb di udara, metode pengambilan yang


digunakan dalam pengambilan sampel ini merupakan high volume
sampler. Hal ini dikarenakan udara yang ada di lokasi akan

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 184


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

dilewatkan melalui filter MCE yang membuat partikel debu terkumpul


pada filter.
2. Sebelum dilakukan proses ekstrak/destruksi, sampel filter yang telah
dilakukan sampling ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui
perubahan massa filter yang terjadi hal ini dikarenakan partikel udara
yang mengandung Pb telah terkumpul pada filter MCE.
3. Pada proses ekstrak/destruksi, penambahan dari larutan HNO 3 dan
HCLO4 berfungsi untuk mengurangi pengendapan logam dalam
larutan.
4. Setelah dilakukan proses estrak/destruksi, konsentrasi Pb ditentukan
dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom
(AAS)/Indoctively Coupled Plasma dengan cara memasukkan
larutan kedalam sample capilary dan di ubah menjadi dalam keadaan
gas lalu lalu di serap oleh atom atom netral.
5. Pelarut yang digunakan dalam pelarutan sampel pun harus
menggunakan Aquabidest yang tidak mengandung mineral atau
logam yang dapat mengganggu hasil analisa menjadi tidak akurat
karena adanya logam selain pada sampel.

5.8 Pemantauan Biomedik

1. Pengujian biomedik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan


secara keseluruhan tanpa melihat apakah bahan kimia dalam proses
produksi industri tersebut masuk ke dalam organ tubuh melalui ,
peroral, perinhalasi atau pori-pori.
2. Hasil dari pengujian ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
membuat hasilnya kemungkinan dapat berbeda beda. Faktor-faktor
tersebut adalah perbedaan lama pajanan, cara pengambilan sampel,
penanganan sampel serta hygiene individu.
3. Pengujian Biomedik dapat dilakukan sebelum seseorang
dipekerjakan, dan juga dilakukan secara berkala atau secara khusus
selama pekerja tersebut masih bekerja dan berhubungan dengan
bahan kimia berbahaya. Untuk pajanan terhadap benzene dan
toluene (BTX) pengambilan sampel dilakukan di akhir shift setelah 3-
4 hari pekerja bekerja pada lingkungan kerja tersebut.
4. Dilakukannya uji Pb dalam darah berfungsi untuk menilai efek yang
merugikan kesehatan pada pajanan terhadap timbal yang masuk
kedalam tubuh baik peroral maupun perinhalasi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 185


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

5. Dilakukannya uji penentuan phenol pada urin untuk mengetahui


tingkat pajanan senyawa benzene pada pekerja yang bekerja di
lingkungan kerja dengan penggunaan senyawa benzene.
6. Dilakukannya uji penentuan asam hipurat pada urin untuk
mengetahui tingkat pajanan senyawa toluena, khususnya pada
pekerja yang bekerja di lingkungan yang menggunakan bahan-
bahan senyawa tersebut.
7. Penambahan sejumlah 500 mg thymol Kristal sebagai pengawet
pada sampel urin yang mempunyai fungsi untuk mengikat hasil
metabolit Dari pajanan senyawa organik volatile (benzene,toluene,
dll)
8. Penanganan sampel urin segera dimasukkan kedalam container
cool box atau lemari pendingin sampai sampai tiba waktu preparasi.
Hal ini dilakukkan untuk menjaga stabilitas metabolit yang ada pada
sampel urin tersebut.
9. Sampel urin sebelum dilakukan preparasi dilakukan proses
sentrifuge yang bertujuan untuk memisahkan larutan jernih dengan
zat pengotor yang terdapat pada urin, agar disaat pengambilan
sampel urin untuk dilakukan preparasi dapat berjalan dengan baik
tanpa terganggu oleh zat pengotor.
10. Pada saat proses preparasi sampel, sampel ditambahkan larutan
NH4Cl & NH4OH yang memiliki fungsi untuk memberikan suasana
basa hingga pH 9 - 10,4 pada sampel urin. Penambahan pereaksi
inipun bertujuan untuk membedakan antara pajanan yang berasal
dari bahan kimia ataupun yang berasal dari konsumsi makanan di
keseharian (terkhususnya pada penentuan asam hipurat yang besar
kemungkinan bisa berasal dari makanan).
11. Fungsi penambahan pereaksi 4-Aminoantipyrin adalah untuk
mengikat hasil metabolit pajanan benzene yang terdapat pada
sampel urin yang di analisis dengan menggunakan metode 4- amino
antipyrin.
12. Fungsi penambahan pereaksi K3Fe(CN)6 adalah untuk membentuk
kompleks warna pada larutan urin yang telah ditambahkan pereaksi-
pereaksi dan dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 510
nm.
13. Pada penentuan logam dalam darah, stabilitas sampel adalah 5- 6
bulan jika sampel disimpan pada suhu 4ºC sehingga sampel tidak
akan mengalami penurunan nilai/hasil. Sedangkan jika disimpan
pada suhu ruangan 25 ºC stabilitas sampel adalah 3 hari.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 186


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

14. Penambahan larutan digestion acid atau (HNO3 : HClO4 : H2SO4)


conc berfungsi sebagai lautan yang akan mendestruksi / merombak
logam-logam yang terdapat pada sampel darah. Keberhasilan
proses destruksi ini ditandai dengan larutan yang menjadi jernih.
15. Proses pemanasan larutan sampel darah yang telah diberi digestion
acid berfungsi untuk mempercepat proses destruksi.
16. Pelarut yang digunakan dalam pelarutan sampel pun harus
menggunakan Aquabidest yang tidak mengandung mineral atau
logam yang dapat mengganggu hasil analisa menjadi tidak akurat
karena adanya logam selain pada sampel.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 187


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Prakerin

Untuk mengetahui kualitas udara yang ada di lingkungan kerja,


kualitas udara ambient dan kualitas udara Emisi, perlu dilakukan analisis
yang tepat dan memenuhi standar analisis. Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bandung merupakan salah satu unit Pelaksana Teknis
Pusat dibawah Direktorat Jendral Pembinaan dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Kementeriaan Ketenagakerjaan RI yang memiliki
kewenangan untuk melakukan pengujian tersebut.

Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung dalam melakukan


analisanya mengacu pada standar metode atau referensi metode “Methods
of Air Sampling and Analysis” Edisi Ke-3, No. 406 yang dikeluarkan oleh
Lewis Publisher, Inc 1989 dan Standar Nasional Indonesian (SNI).

6.2 Saran

6.2.1 Kepada Pihak Sekolah

Kami rasa, kegiatan praktek kerja lapangan merupakan suatu


kegiatan yang sangat bernilai bagi para siswa dan siswi SMKN 13
BANDUNG yang hendak melanjutkan ke dunia kerja setelah lulus dari
sekolah. Kami banyak mengetahui tentang dunia kerja dari program pkl ini
mulai dari proses pengambilan sampel, proses standarisasi larutan, sampai
menganalisis sampel yang sudah disampling sebelumnya. Kami harap
sekolah melanjutkan program ini bagi para siswa dan siswi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 188


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

6.2.2 Kepada Pihak Instansi

Sebelumnya kami ucapkan terima kasih banyak kepada Balai K3


Bandung yang telah menerima kami selaku siswa yang melaksanakan
kegiatan PKL ditempat bapak dan ibu. Kami menerima banyak pelajaran
selama 4 bulan melaksanakan kegiatan PKL.

Namun kami ingin memberikan saran kepada ibu dan bapak dengan
tujuan agar kegiatan pkl di Balai K3 Bandung lebih baik lagi. Kami merasa
ketika tidak ada sample, kami bingung melakukan kegiatan ditempat pkl
bahkan tak jarang harus menunggu dari pagi sampai sore di tempat pkl
tanpa melakukan kegiatan analisis sampel. Harapannya kedepannya Balai
K3 Bandung memberikan suatu kegiatan agar para siswa dapat
memanfaatkan waktunya dengan lebih baik lagi.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 189


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

DAFTAR PUSTAKA

Aprilla Saputra, Muhammad Rizky. 2011. Sampling. [Online]. Tersedia :

https://oonggaboong.wordpress.com. [Di akses 10 Februari 2018].

Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. 2004. Modul Pengujian


Biomedik (Sampel Urin dan Darah). Bandung

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2002. Presentasi Data


ISPU - Januari 2002 hingga Desember 2002.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2002. Sumber dan


Standar Kesehatan Emisi Gas Buang.

Gista, Firyal. Bagian inti. [Online]. Tersedia: www.akademia.edu.


[Diakses 18 Februari 2018].

Hidayat, Arif. 2008. Sumber Pencemaran Udara.

Novie. 2010. Analisa SO2 dengan metode pararosanilin. [Online].


Tersedia:https://environmentalchemistry.wordpress.com.[ Diakses
11 Februari 2018].

Tewguth Yueornro. 2015. Pengertian pencemaran udara. [Online].


Tersedia : http://www.ebiologi.net/2015/07/pencemaran-udara-
pengertian-penyebab.html [Diakses pada tanggal 24 Januari 2018]

Eka Wahyuni. 2013. Spektrofotometer. [Online]. Tersedia :


http://wahyuniieka.blogspot.co.id/2013/10/spektrofotometri_26.ht
ml [Diakses pada tanggal 15 Januari 2018]

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 190


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Siti Fariha. 2013. Mengapa perlu dilakukan pemantauan biologi.


[Online].Tersedia:https://www.scribd.com/doc/178887631/Mengap
a-Perlu-Dilakukan-Pemantauan-Biologi [Diakses pada tanggal 19
Februari 2018]

Ratna. 2017. Jenis-Jenis Gangguan pada AAS. [Online]. Tersedia


:https://www.scribd.com/presentation/361882943/Jenis-jenis-
Gangguan-Pada-Analisa-AAS [Diakses pada tanggal 15 Januari
2018]

Laboratorium Balai K3 Bandung. 2014. Intruksi Kerja Metode


Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung.

Laboratorium Balai K3 Bandung. 2014. Intruksi Kerja Alat


Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bandung.

P. lodge, James.1989. Method of Air Sampling and Analysis third


edition 1989. Jakarta.

Panca, Ali. 2012. Analisa dan Penentuan Partikulat NO2, SO2 dan
NH3 Udara Ambien. [Online]. Tersedia :
http://alipanca5.blogspot.com. [ Diakses 11 Februari 2018].

PT. Aneka Tambang Tbk. 2002. Pemantauan Kualitas Udara


Ambien, Emisi Cerobong dan Kondisi Lingkungan Kerja Di
Pertambangan Emas Pongkor. PT. Aneka Tambang Tbk. Bogor.

Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7119.1-2005). Amonia


Indofenol-Ambien.

Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7119.2-2005). NO2


Saltzman – Ambien.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 191


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7119.8-2005). Oksidan


NBKI – Ambien.

Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7119.7-2005). SO2


pararosanilin-Ambien.

Sudrajad, Agung. 2006. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan.


Jakarta.

Tim Hiperkes. 2002. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja.


Volume XXXV, No 2. April-Juni 2002.

Tim Hiperkes. 2003. Modul Cara Pengujian Kualitas Udara.


Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bandung.

Tim Hiperkes. 2004. Modul Pengujian Biomedik (Sampel Urin dan


Darah). Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Balai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bandung.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 192


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Prosedur Spektrofotometer UV-Vis GBC 918
I. REFERENSI CARA UJI

Instruksi kerja alat berdasarkan manual cara kerja alat


UV-Vis Spektrofotometer GBC 918.

II. PERSIAPAN UJI

1. Sebelum alat UV-Vis Spektrofotometer GBC 918


dinyalakan, pastikan kabel power tersambung.
2. Nyalakan Komputer untuk alat UV-Vis Spektrofotometer GBC 918.
3. Nyalakan alat UV-Vis Spektrofotometer GBC 918.
4. Nyalakan printer.

III. TATA CARA / LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN

1. Ketik UV pada komputer kemudian tekan enter.


2. Tunggu hingga alat siap digunakan.
3. Tekan F2 (APPLICATION), pilih “General” dan enter.
4. Pilih “Manual Scan” dan enter.

5. Tekan F7 (PARAMETERS), masukkan batas maksimum


dan minimum panjang gelombang larutan contoh yang akan
kita cari.
6. Tekan Esc, masukkan kedua kuvet yang telah diisi dengan
aquadest (sebagai blanko) pada alat UV-Vis tersebut.

7. Tekan F9 (BASELINE), tunggu hingga selesai baseline.

8. Ganti larutan pada kuvet bagian depan dengan larutan


contoh, kemudian tekan F10 untuk scan panjang
gelombang maksimum,tunggu hingga Scan selesai.

9. Jika Scan telah selesai tekan F8 (ANALYSIS) lalu tekan F7


(PEAK PICK), kemudian tekan enter.

10. Jika telah keluar angka pada titik puncak grafik, itu
menandakan pencarian panjang gelombang dari suatu
unsur telah selesai dilakukan.

11. Tekan F2 (APPLICATION) kemudian pilih “Quantify” dan enter.

12. Pilih “Method Parameter” dan enter, lalu masukkan


panjang gelombang yang telah didapat tadi pada
kolom Wavelength.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 193


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

13. Kemudian pilih “Measurement Parameters”, masukkan


banyaknya pembacaan dari suatu sampel pada Number of
Repeats.

14. Tekan Esc kemudian pilih “Calibration Parameters”, tekan


enter pilih “Standard Tabel” lalu enter, masukkan deret
standar dari larutan yang akan kita buat kurva
kalibrasinya pada tabel misal 1ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm
dan seterusnya tergantung pada jumlah standar yang
dibuat.

15. Untuk keluar (tekan Esc) kemudian pilih “Save Method”


kemudian tekan enter.

16. Tekan Esc pilih “Run Parameters”, masukkan angka pada


Number of Samples sesuai dengan banyaknya larutan
sampel yang akan dianalisa lalu tekan enter.

17. Tekan Esc pilih Data Collection, selanjutnya ikuti perintah


pada layar monitor apa yang harus dilakukan dan jangan
lupa untuk mengganti setiap larutan pada kuvet sebelah
luar sesuai perintah pada komputer.

IV. PERAWATAN

1. Setelah selesai digunakan pastikan alat dalam kondisi off.


2. Jaga alat jangan sampai terkena tumpahan zat kimia ataupun air.

3. Bersihkanlah alat dari semua kotoran, baik sebelum


digunakan maupun setelah digunakan.
4. Tutuplah alat dengan cover yang tersedia.

5. Pastikan alat dalam kondisi aman.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 194


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 2 :

Prosedur Spektrofotometer HACH DR 2800


I. REFERENSI CARA UJI

Instruksi kerja alat berdasarkan manual cara kerja alat


spektrofotometer HACH DR 2800.

II. PERSIAPAN UJI

1. Pastikan kabel power telah tersambung.

2. Nyalakan spektrofotometer HACH DR 2800 terlebih dahulu.

III. TATA CARA / LANKAH-LANGKAH


PENGUJIAN A. PEMBUATAN ID
OPERATOR

1. Nyalakan alat spektrofotometer HACH DR 2800 dengan


menekan tombol “ON/OFF’

2. Pilih pengaturan instrument dalam menu utama

3. Tekan tombol “OPERATOR ID”

4. Tekan tombol “NEW” untuk memasukkan ID Opertor baru.

5. Isilah sesiau dengan yang diinginkan dengan menekan


alphanumeric keypad.

6. Tekan OK.

7. Di layar akan menampilkan ID Operator yang telah ditulis.

8. Tekan OK. Instrument akan menunujukan kembali ID Operator


yang telah dipilih

9. ID operator telah aktif.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 195


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

B. PEMBUATAN STANDAR KALIBRASI

1. Pada tampilan awal pilih “User Programs“.


2. Pilih “Program Options“.
3. Pilih “New”.

4. Masukkan program number (otomatis), dapat diubah atau tidak,


tekan OK.

5. Ketik (pengguna program) atau nama pembuat pada kolom


“Program Name”.

6. Pilih “Single Wavelength” pada program “Type”, lalu pilih “Next”.

7. Pilih satuan atau konsentrasi yang akan digunakan, setelah itu tekan
“Next”.

8. Ketik panjang gelombang parameter, lalu “Next”.


9. Pilih concentration resolution 0,01 - 0,001 , lalu pilih “Next”.

10. Ketik nama parameter larutan yang akan (missal


NO2,SO2,O3 dll) dianalisis, lalu pilih “Next”.

11. Pilih “Read Standars” pada kolom kalibrasi lalu “Nex”t.

12. Masukkan standar dengan memilih tanda (+), ketik standar yang
akan dimasukkan, lakukan sesuai dengan banyaknya standar.

13. Zero standar.


14. Read standar.
15. Bila standar yang dibuat telah dibaca, pilih “Exit”, lalu tekan “Store”.

16. Standar tersebut sudah tersimpan pada alat spektrofotometer.


17. Untuk kembali ke menu semula, pilih “cancel”, lalu pilih “Main Menu”.

C. PROSEDUR PEMBACAAN SAMPEL

1. Pilih “User Program”.


2. Cari kalibrasi yang akan digunakan / (select by number).

3. Ketik nomor yang akan digunakan. Lalu OK.


4. Bila kalibrasi atau standar yang akan digunakan sudah sesuai, tekan
“Start” pada kolom dibawah.

5. Pada kolom “Options”, kita bisa memilih satuan apa yang


akan kita gunakan, misal: ppm (Abs %Trans), Abs (%Trans
Conc), %Trans (Conc Abs).
6. Lalu pilih “Zero”.

7. Setelah dizero, tekan “Read” untuk membaca sampel.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 196


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

8. Ketik atau tulis konsentrasi yang didapat, atau “Store On”.


9. Bila sudah selesai, pilih “Main Menu”.

D. PROSEDUR MEMATIKAN ALAT

1. Tekan tombol power yang ada di belakang alat beberapa detik.


2. Secara otomatis alat tidak akan beroperasi lagi.

IV. PERAWATAN

1. Setelah selesai digunakan, pastikan alat dalam kondisi off


2. Jaga alat jangan sampai terkena bahan kimia atau air
3. Bersihkanlah alat dari semua kotoran
4. Tutuplah alat dengan cover yang tersedia
5. Pastikan alat dalam kondisi aman

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 197


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 3 :
Prosedur Spektrofotometer UV-Vis Hitachi U-1900

I. REFERENSI CARA UJI

Instruksi kerja alat berdasarkan manual cara kerja alat


spektrofotometer Hitachi U-1900.

II. PERSIAPAN UJI

1. Pastikan kabel power telah tersambung.

2. Nyalakan spektrofotometer Hitachi U-1900 terlebih dahulu.

III. TATA CARA / LANGKAH-LANGKAH


PENGUJIAN A. MENCARI PANJANG
GELOMBANG

1. Pilih menu “WL Scan” kemudian tekan enter.

2. Pilih “Param Setup” kemudian tekan enter.

3. Pada “Data Mode” pilih “ABS”, kemudian masukkan batas


maksimum dan minimum panjang gelombang larutan contoh
yang akan kita cari. Kemudian tekan enter kemudian tekan “for
ward”.

4. Masukkan kuvet yang telah diisi dengan aquadest (sebagai


blanko) pada alat spektrofotometer tersebut.

5. Tekan tombol “START” tunggu hingga selesai baseline.

6. Ganti larutan pada kuvet dengan larutan contoh, kemudian tekan

“START” untuk mulai mencari panjang gelombang maksimum.

7. Setelah selesai pilih menu “Data Proc” tekan enter,

8. Kemudian pilih “Peak” tekan enter. Kemudian panjang


gelombang maksimum hasil pembacaan yang sudah dilakukan
tadi akan muncul.

9. Untuk kembali ke menu awal tekan “Main Menu”.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 198


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

B. PEMBUATAN KURVA KALIBRASI

1. Untuk membuat kurva kalibrasi pada menu awal pilih


“Photometry” kemudian tekan enter.
2. Pilih “Param Setup” kemudian tekan enter.

3. Masukkan panjang gelombang maksimum yang telah


didapat, kemudian tekan enter. Selanjutnya tekan
“return”.

4. Pilih “Curve Setup” tekan enter, isi menu “Curve Type” dengan
“1st order” tekan enter, kemudian pilih “STDs” kemudian
masukkan banyaknya standar yang dibuat, kemudian tekan
enter. Tekan return.

5. Pilih “Curve Data” tekan enter. Isi data konsentrasi standar yang
telah dibuat, kemudian tekan “Forward”.
6. Masukkan kuvet berisi larutan blanko, lalu tekan “auto zero”.

7. Kemudian ganti larutan blanko dengan larutan standar yang akan


diukur kemudian tekan “Start”, lanjutkan hingga semua standar
selesai terukur.

8. Setelah selesai mengukur pilih “Graph” tekan enter untuk melihat


kurva kalibrasi yang telah dibuat. Atau dapat memilih “Measure”
untuk melanjutkan mengukur sampel.

IV. PERAWATAN

1. Setelah selesai digunakan pastikan alat dalam kondisi off


2. Jaga alat jangan sampai terkena bahan kimia atau air.
3. Tutuplah alat dengan cover yang tersedia
4. Pastikan alat dalam kondisi aman.

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 199


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 4 :
GAMBAR SUSUNAN PERALATAN SAMPLING KUALITAS UDARA

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 200


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 5 :
GAMBAR SUSUNAN PERALATAN UJI DEBU TOTAL

Peralatan Uji Debu Total Ambient (High Volume Sampler)

Peralatan Uji Debu Total Lingkungan Kerja (Low Volume Sampler)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 201


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 6 :
Gambar Alat Spektrofotometer UV-Vis GBC 918

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 202


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 7 :
Gambar alat Spektrofotometer Hitachi U-1900

Lampiran 8 :
Gambar Alat Spektrofotometer HACH DR 2800

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 203


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 9 :
Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom ( AAS )

Lampiran 10 :
Gambar alat Inductively Coupled Plasma ( ICP)

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 204


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 11 :
Gambar neraca timbang di Laboratorium Pengujian BK3

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 205


LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI LABORATORIUM
PENGUJIAN BALAI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
SMKN 13 BANDUNG BANDUNG (BK3)

Lampiran 12

Sekolah Menengah Kejuruan 13 Bandung 206

Anda mungkin juga menyukai