Disusun Oleh :
GITA PUTRI MADHANI NIS. 101515708
NIRA PATRAKOMALA NIS. 101515745
LEMBAR PENGESAHAN
DARI
BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BANDUNG
Pembimbing I
Diana Rahayu
NIP. 19671110 198712 200 1
Kepala/ lainnya
Ttd & cap
LEMBAR PENGESAHAN
DARI
SMK NEGERI 13 BANDUNG
Menyetujui,
Mengetahui
Kepala SMK Negeri 13 Bandung,
IDENTITAS SISWA
Golongan darah :O
40286
IDENTITAS SISWA
Golongan darah :B
40286
Nira Patrakomala
NIS. 101515745
Perusahaan/ Institusi
Nama Instansi : Balai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Bandung
Kementerian Ketenagakerjaan Replublik
Indonesia
Pimpinan
Jabatan : Kepala Balai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Bandung
Nama : Ir. Iyus Hidayat. M. Kes
HRD/ Ka. TU
Nama : Dra. Niken Diana Habsari, Msi
No. Telp/ Fax : (022) 7800995
Pembimbing
Nama : Diana Rahayu
No. Telp –Ext : 081320454264
E-mail :
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
11. Seluruh Guru beserta Staf Tata Usaha dan Pegawai SMK
Negeri 13 Bandung yang telah memberikan dukungan
penuh selama kami menempuh pendidikan selama 8
semester ini.
Penulis
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Bagan
Daftar Lampiran
Lampiran 1 : .................................................................................................................. 193
Lampiran 2 : .................................................................................................................. 195
Lampiran 3 : .................................................................................................................. 198
Lampiran 4 : .................................................................................................................. 200
Lampiran 5 : .................................................................................................................. 201
Lampiran 6 : .................................................................................................................. 202
Lampiran 7 : .................................................................................................................. 203
Lampiran 8 : .................................................................................................................. 203
Lampiran 9 : .................................................................................................................. 204
Lampiran 10 : ................................................................................................................ 204
Lampiran 11 : ................................................................................................................ 205
Lampiran 12 .................................................................................................................. 206
BAB I
PENDAHULUAN
Maka dari itu Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja antara lain
berlembaga pada ketentaraan zaman purba. Selain itu pekerjaan atas
dasar paksaan atau hukuman juga menjadi sebab berkembangnya
Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Pekerja-pekerja tambang
zaman dulu adalah tawanan perang dan pesakitan yang akhirnya mati
oleh karena pekerjaannya itu.
“Latihan-latihan harus banyak dan segala ragam; lari diatas jalan dua
yang bertambah-sedikit demi sedikit kecepatannya; gulat sesudah
tubuhnya diminyaki, mulai dari latihan enteng lambat laun menjadi berat,
jalan tiba-tiba sesudah latihan; jalan-jalan sebentar diatas sinar surya
sesudah makan siang; banyak jalan-jalan dini pada pagi hari,pelan-
pelan pada permulaan, lalu bertambah cepat dan berakhir dengan
kecepatan sedang.”
1. Faktor Kimia : Penetapan kualitas udara ambient dan emisi gas dengan
teknik analisis Spektrofotometri UV-Vis, Partikel logam dengan AAS &
ICP-EAS, Volatile ( uap organic) dengan GC FID & GC MS dan partikel
padat (Debu Total) dengan Gravimetri. Sesuai prosedur yang mengacu
kepada Standar Method of Air Sampling and Analisis 1989, NIOSH
Analysis Method dan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Faktor Fisik : Pengukuran intensitas getaran, pengukuran indeks
tekanan panas, pengukur intensitas kebisingan, penerangan,
pengukuran radiasi sinar UV dll.
Dengan demikian labolatorium ini siap memberikan pelayanan
pengukuran dan konsultasi dalam berbagai bidang antara lain:
a. Pemeriksaan kandungan logam seperti Pb, Hg, Cd, Mn, Cr, Ni, Fe
dan dalam spesimen tubuh (darah,urine) dan hasil metabolismenya.
Motto
Jujur, teliti, cepat, tepat, akurat, dan efesien
SEKSI
PENYELANGGAR
AAN DAN
PEMBERDAYAAN
A. Kepala Balai
BAB II
KEGIATAN DI INDUSTRI
BAHAN
PERALATAN
Keterangan gambar :
Keterangan gambar :
3. Atur botol penyerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung;
4. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4 L /
menit, setelah stabil catat laju alir awal ( F1 );
5. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam, catat temperatur dan
tekanan udara;
6. Setelah 1 jam catat laju alir akhir ( F2) dan kemudian matikan pompa
penghisap;
7. Analisis dilakukan di lapangan segera setelah pengambilan contoh
uji.
PERHITUNGAN
𝑎 46 1 10
𝑁𝑂2 = 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥106
100 69 𝑓 100
Dengan pengertian :
10
= Faktor pengenceran dari larutan induk 𝑁𝑎𝑁𝑂2 ;
100
CATATAN : Apabila jumlah NaNO2 yang ditimbang tepat 0,246 gram dan
diperlakukan sesuai langkah diatas, maka 1 mL larutan standar NaNO2
sebanding dengan 20 µg NO2
Volume contoh udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (250 C,
760 mmHg) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 298
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760
Dengan pengertian :
Konsentrasi NO2 dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
𝑏 10
𝐶= 𝑥 𝑥 1000
𝑣 25
Dengan pengertian
B = Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi
(µg);
10
= Faktor pengenceran;
25
CATATAN 1 :
PERALATAN
Keterangan gambar :
Keterangan gambar :
A = Prefilter holder;
C = Perangkap uap;
E = Kran pengatur;
CATATAN : Contoh uji dapat stabil selama 24 jam, jika disimpan pada
suhu 5oC dan terhindar dari sinar matahari
1. Panaskan kalium iodidat (𝐾𝐼𝑂3 ) pada suhu 180oC selama 2 jam dan
dinginkan dalam desikator;
2. Larutkan 0,09 gram kalium iodidat (𝐾𝐼𝑂3) kedalam labu ukur 250 mL
dan tambahkan air suling sampai tanda tera, lalu homogenkan;
3. Pipet 25 mL larutan kalium iodidat kedalam labu erlenmeyer 250 mL;
4. Tambahkan 1 gram KI dan 10 mL HCl (1+10) kedalam labu
erlenmeyer tersebut;
5. Tutup labu erlenmeyer dan tunggu 5 menit, titrasi larutan dalam
erlenmeyer dengan larutan natirum tiosulfat 0,01 N sampai warna
larutan kuning muda;
6. Tambahkan 5 mL indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai titik
akhir (warna biru tepat menghilang), catat volum larutan 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 yang
diperlukan;
7. Hitung normalitas larutan natrium tio sulfat tersebut dengan rumus
sebagai berikut :
𝑏 𝑥 1000 𝑥 𝑉1
𝑁=
35,67 𝑥 250 𝑥 𝑉2
Dengan pengertian :
CATATAN : Melalui rumus diatas dapat diketahui jumlah jumlah (µg) 𝑆𝑂2
tiap mL larutan induk 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂5, sedangkan jumlah (µg) 𝑆𝑂2 untuk tiap mL
larutan standar dihitung dengan memperhatikan factor pengenceran.
1. Pindahkan larutan contoh uji kedalam labu ukur 50 mL, bilas dan
tepatkan dengan larutan penyerap lalu homogenkan.
2. Pipet 5 mL larutan diatas masukkan kedalam tabung uji 25 mL dan
tambahkan 5 mL larutan penyerap.
3. Lakukan langkah – langkah seperti pada pembuatan kurva kalibrasi
butir d) sampai h).
4. Baca serapan contoh uji kemudian hitung konsentrasi dengan
menggunakan kurva kalibrasi.
5. Lakukan langkah – langkah diatas untuk pengujian blanko dengan
menggunakan 10 mL larutan penyerap.
PERHITUNGAN
Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal
(250 𝐶), 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 298
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760
Dengan pengertian :
Konsentrasi 𝑆𝑂2 dalam contoh uji untuk pengambilan contoh uji selama 1
jam
𝑎
𝐶= 𝑥 1000
𝑣
Dengan pengertian :
𝑎 50
𝐶= 𝑥 1000 𝑥
𝑣 5
Dengan pengertian :
a = Jumlah 𝑆𝑂2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg);
BAHAN
1. Larutan Penyerap
Masukkan 3 mL H2SO4 97% ke dalam labu ukur 1000 mL yang
telah berisi kurang lebih 200 mL air suling dingin yang diletakkan
pada penangas air es;
Larutan diencerkan hingga 1000 mL lalu homogenkan (hati– hati
reaksi eksotermis).
2. Larutan natrium nitroprusida (Na2Fe(CN)5NO.2H2O) 2%
Larutkan 2 g natrium nitroprusida ke dalam labu ukur 100 mL dengan
air suling, encerkan hingga tanda tera laluhomogenkan.
Buat larutan NaOCl 3,7% dari larutan natrium hipoklorit yang tersedia
dipasaran (5%-6%).
CATATAN :
7. Larutan penyangga
Masukkan 50 g Na3PO4.12H2O dan 74 mL larutan NaOH 6,75 M
kedalam gelas piala 2000 mL kemudian encerkan dengan air suling
hingga 1000 mL kemudian homogenkan.
8. Larutan induk amoniak 1000 µg
Larutkan 3,18 g NH4Cl (yang telah dikeringkan pada suhu 105oC
selama 1 jam) dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL kemudian
diencerkan sampai tanda tera, lalu homogenkan; Tambahkan 1 tetes
CHCl3 sebagai pengawet.
CATATAN 1:
PERALATAN
16. Oven;
17. Thermometer;
18. Barometer dan
19. Penangas air.
Keterangan gambar:
PERHITUNGAN
Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal
(25oC,760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 293
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760
Dengan pengertian :
Dengan pengertian :
BAHAN
a) Larutan penjerap asam sulfide (H2S)
a. Larutkan seng asetat Zn(C2H3O2)2 2H2O sebanyak 23,9 g dalam 1
liter aquadest;
b. Tambahkan beberapa tetes asam asetat glasial.
Rumus Perhitungan :
V1 x N1= V2 x N2
Dimana:
V1 = Volum K2Cr2O7
N1 = Normalitas K2Cr2O7
V2 = Volum Na2S2O3
N2 = Normalitas Na2S2O3
𝑢𝑔 (𝐴 − 𝐵) × 𝑁 × 16 × 1000
𝑆 ̄( )=
𝑚𝐿 𝑉
Dimana :
j) Larutan HCl 4N
Ambil 33 mL HCl pekat encerkan dengan aquades sampai 100 mL.
PERALATAN
a. Untuk pengujian kadar H2S di udara, peralatan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
b. Tabung penyerap (impinger) yang terbuat dari bahan gelas ukuran
normal;
c. Pompa udara dengan kecepatan alir sampai 50 Liter/menit,
ketelitian 0,01 L/menit;
d. Termometer dengan ukuran suhu dari 5oC – 50oC;
e. Pengukur kecepatan alir udara (flowmeter), kemampuan 0,5 – 5
Liter / menit, ketelitian 0,1 Liter/menit;
f. Anemometer;
g. Kompas;
h. Labu takar dengan berbagai macam ukuran25 mL – 1000 mL;
i. Pipet ukur dengan skala 1 – 5 mL dan 5 – 10 mL;
j. UV – Visible spektrofotometer.
PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel di lakukan dengan urutan sebagai berikut :
PENGUJIAN SAMPEL
a) Untuk pengujian sampel digunakan urutan sebagai berikut :
b) Siapkan sampel yang akan diuji, pipet 10 mL ke dalam labu ukur 25
mL;
c) Tambahkan 1,5 mL larutan uji amin;
d) Tambahkan 1 tetes larutan FeCl3 3,7 M, jika berwarna kuning,
tambahkan tetes demi tetes larutan ammonium fosfat hingga warna
kuning hilang;
e) Encerkan dengan aquades sampai tanda batas, diamkan selama
30 menit;
PERHITUNGAN
Oksidan dari udara ambient yang telah dijerap oleh larutan NBKI
dan bereaksi dengan ion iodide membebaskan iod (I2) yang berwarna
kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri
pada panjang gelombang 352 nm.
BAHAN
PERALATAN
Keterangan gambar:
4. Setelah 30menit catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian matikan
pompa penghisap.
CATATAN : Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal,maka
pengambilan contoh uji harus dilakukan pada saat siang hari dengan
rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00.
1. Larutkan 0,35 g kalium iodat yang telah dipanaskan pada suhu 180oC
selama 2 jam ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan air suling
sampai tanda tera;
2. Pipet 25 mL larutan KIO3 di atas ke dalam labu Erlenmeyer;
3. Tambahkan 1 g KI dan 10 mL HCl (1:10);
4. Titrasi dengan natrium tio sulfat sampai warna larutan kuning muda;
5. Tambahkan 5 mL indikator kanji dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir
(warna biru tepat hilang). Catat volum larutan penitar yang diperlukan;
6. Hitung normalitas natrium tio sulfat dengan rumus sebagai berikut :
𝑏 𝑥 1000 𝑥 𝑉𝑏
𝑁=
35,67 𝑥 100 𝑥 𝑉1
Dengan pengertian :
100 : Adalah volum larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur; 1000
konversi Liter ke mL.
PERHITUNGAN
O3 = 16 x N2
Dengan pengertian :
Volume contoh udara yang diambil, dihitung pada kondisi normal (25 o C,
760 mmHg) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝑓1 + 𝑓2 𝑃𝑎 298
𝑉= 𝑥𝑡𝑥 𝑥
2 𝑇𝑎 760
Dengan pengertian :
V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25 oC, 760
mmHg;
( mmHg );
𝑎
𝐶= 𝑥 1000
𝑉
Dengan pengertian :
Bahan
1. Larutan penyerap NaOH 0,1 M
Timbang 4 gram Natrium Hidroksida (NaOH), larutkan dalam labu
ukur 1000 mL yang telah berisi 200 mL aquadest diatas penangas
es. Tanda bataskan dan homogenkan.
2. Larutan Merkuri Tiosianat-Metanol
Larutkan 0,4 gram Merkuri Tiosianat-Metanol dalam 100 mL
metanol, simpan dalam larutan berwarna coklat.
PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1. Pastikan bahan penyerap sudah ada di dalam botol penyerap dan
susunan peralatan sudah benar.
2. Pastikan sumber listrik telah terpasang sesuai dengan voltase
peralatan.
KALIBRASI
Kalibrasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut;
1. Optimalkan spektrofotometer sesuai IKM UV-Vis GBC 918
2. Masukkan 0-5 mL larutan baku klorida (0,02 mg/mL) pada labu ukur 25
mL tertutup dan tambahkan 2 mL larutan Amonium Besi (III) Sulfat, 1
mL larutan Merkuri Tiosianat Metanol dan 10 mL Metanol, tanda
bataskan sampai 25 mL pada dengan penyerap.
3. Tutup labu ukur dan homogenkan, diamkan selama 5-30 menit
pindahkan larutan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer dalam
waktu pada suhu kira-kira 20ºC.
4. Baca pada panjang gelombang 460 nm.
5. Apabila perbedaan hasil pengukuran secara duplo lebih besar dari 2%,
periksa keadaan alat dan ulangi tahapan 2) sampai 4), apabila
perbedaannya lebih kecil atau sama dengan 2%, rata-ratakan hasilnya.
PENGUJIAN SAMPEL
Pengujian sampel dilakukan tahapan sebagai berikut:
1. Optimalkan spektrofotometer sesuai IKM UV-Vis GBC 918.
2. Masukkan 10 mL sampel pada labu ukur 25 mL tertutup dan tambahkan
2 mL larutan Amonium Besi (III) Sulfat, 1 mL larutan Merkuri Tiosianat
Metanol dan 10 mL Metanol, tanda bataskan sampai 25 mL pada
dengan penyerap.
3. Tutup labu ukur dan homogenkan, diamkan selama 5-30menit
pindahkan
4. larutan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer dalam waktu pada
suhu kira-kira 20ºC.
5. Baca pada panjang gelombang 460 nm.
CATATAN : Pengujian sampel dilakukan pada saat bersamaan dengan
pengerjaan kalibrasi Standar pengujian.
PERHITUNGAN
1. Perhitungan volume contoh uji gas yang terambil:
Volume contoh gas uji yang terambil dihitung pada kondisi normal
(25ºC, 760 mmHg), menggunakan rumus sebagai berikut:
298 ( Pa Pm Pv)
Vs V
273 t 760
Keterangan:
Vs = volume contoh uji gas yang terambil (L)
V = perbedaan nilai pembacaan pada gas meter (L)
Ps = tekanan atmosfer udara (mmHg)
Pm = tekanan gauge pada gasmeter (mmHg)
Pv = tekanan uap jenuh pada suhu tºC (mmHg)
T = suhu gas dibaca pada gasmeter (ºC)
36,5
A 250 1000
35,5
C
Vs
Keterangan:
C = konsentrasi Hidrogen Klorida (mg/Nm3);
A = konsentrasi ion klorida diperoleh melalui bantuan kurva
kalibrasi (mg ion Cl-/mL)
Vs = volume contoh gas uji dalam keadaan kering diukur pada
(25ºC,760 mmHg), (L)
Analisa sampel
1. Larutan standar untuk kalibrasi
Siapkan minimal 4 buah labu volumetri kapasitas 100 mL, beri
identitas: 0, standar 1, standar 2, standar 3, dst.
Isi labu pertama dan seterusnya dengan, 0; 1; 3; 5; 7; 9 mL
standar Klorin.
Isi labu volumetri tersebut diatas masing-masing dengan: 6 mL
0,005% Metil orange dan tiga tetes HCl 5N tanda bataskan.
Ukur larutan kalibrasi tersebut ke dalam spektrofotometer
dengan panjang gelombang 505 nm.
Masukkan larutan sampel ke dalam spektrofotometer pada
panjang gelombang yang sama.
Catat hasil pembacaan dari spektrofotometer.
Perhitungan :
mlKlorin 20gCl 2
KadarCl 2( g / L)
f t
Bahan :
1. Penyerap CO yaitu KI 2%
20 gram KI dilarutkan dalam 1000 mL Aquadest.
2. Iodine
1 mL 0,05N Iodine diencerkan menjadi 250 mL dengan larutan KI 2%.
Larutan ini identik dengan 0,5 µgL CO/mL (0,1 µgL I2/mL).
Pengambilan sampel
1. Alirkan uap iodine yang terbentuk kedalam impinger yang telah berisi
20 mL KI 2%.
2. Kecepatan aliran udara 0,1-0,4 L/menit
Peralatan :
1. Pipa pengambil contoh.
2. Bahan isolasi panas.
3. Pemanas (Heating).
4. Botol penyerap.
5. Filter.
6. Bahan pengering (silika gel/CaCl2).
7. Kran cabang tiga.
8. Kran.
9. Botol pencuci (berisi 50 mL NaOH 20%).
10. Pompa vakum.
11. Gas meter tipe basah (1-5 L/putaran).
12. Termometer.
13. Alat tekanan gauge.
14. Spherical ground joint.
15. Timbangan analitis
16. Gelas piala 100; 200; 500; dan 1000 mL.
17. Labu ukur 50; 100;dan 200 mL.
18. Kaca arloji.
19. pH meter.
20. Penangas es.
21. Labu takar dengan berbagai macam ukuran 25 mL, dan 1000 mL.
22. Pipet ukur dengan skala 1-5 mL dan 5-10 mL, timbangan analitik
23. UV-Visible spectrophotometer
Bahan :
1. Larutan Penyerap Natrium Hidroksida ( NaOH ) 0,1 N
Timbang 4 gram Natrium Hidroksida (NaOH), larutkan dalam labu ukur
1000 mL yang telah berisi 200 mL aquadest diatas penangas es. Tanda
bataskan dan homogenkan.
2.1.9.4 Perhitungan
Volum contoh uji udara yang diambil
Volum contoh uji gas yang diambil, dikoreksi pada kondisi normal (25°C,
760mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Vs adalah volume contoh uji gas yang diambil pada kondisi normal (L).
Pa adalah tekanan udara atmosfer (mmHg).
Pm adalah tekanan dibaca pada gas meter (mmHg).
Pv adalah tekanan uap air jenuh pada temperatur t°C (mmHg), lihat
lampiran tabel.
t adalah temperatur gas dibaca pada pada gas meter (°C).
298 adalah konversi temperatur pada kondisi normal (25°C) ke dalam
Kelvin.
273 adalah temperatur pada kondisi normal (0°C) ke dalam Kelvin.
760 adalah tekanan udara standar (mmHg).
Konsentrasi HF dalam emisi gas buang sumber tidak bergerak
Konsentrasi HF dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
20 250
× (𝑎 − 𝑏) ×
𝐶 = 19 20
𝑉𝑠
Keterangan :
C adalah konsentrasi HF (mg/Nm³).
a adalah jumlah ion flourida yang didapat dari kurva kalibrasi.
b adalah jumlah ion flourida dalam larutan blanko (mg F¯).
Vs adalah volume contoh gas yang dikoreksi pada kondisi normal
25°C, 760 mmHg (L).
20 adalah berat molekul HF.
19 Berat atom F.
250 adalah volume contoh uji yang diencerkan dalam labu ukur 25 mL.
20 adalah volume contoh uji ditambah volume pencuci.
2.1.10.1 Metode
Pembuatan Penyerap
Metode Analisa
2.1.10.2 Perhitungan
Kadar Gas CO2
Dengan Pengertian :
Bahan :
Untuk pengujian kadar debu di udara digunakan fiber filter, dengan
ketentuan pori pori filter kurang dari 10 mikron
4. Timbang berat kedua filter dan catat sebagai berat filter awal sampel
(A) dan berat filter awal blanko (A’).
Cara pengujian
Untuk pengujian sampel digunakan urutan sebagai berikut:
1. Ambil sampel yang akan diuji beserta filter blanko.
2. Masukkan dalam oven dengan perlakuan yang sama seperti sebelum
dipakai sampling.
3. Masukkan filter sampel dan filter blanko ke dalam eksikator diamkan
selama 24 jam.
4. Nyalakan timbangan analitik dan timbang kedua filter tersebut, catat
filter sampel sebagai berat akhir (B) dan filter blanko juga sebagai berat
akhir (B’).
5. Matikan lagi timbangan analitik sesuai dengan petunjuk pemakaian.
6. Pastikan peralatan dalam keadaan bersih sebelum keluar ruangan.
Kalibrasi
Kalibrasi pengujian dilakukan dengan cara sebagai berikut ;
Bandingkan berat filter blanko sebelum dipakai dan setelah dipakai,
(B’ – A’).
Perhitungan
( B A) ( B' A' )
Kadar _ Debu (mg / m 3 )
Volume _ udara (m 3 )
Keterangan :
A = Bobot filter sampel sebelum digunakan
B = Bobot filter sampel setelah digunakan
A’ = Bobot filter blanko sebelum digunakan
B’ = Bobot filter blanko setelah digunakan
Bahan:
1. HNO3 65%.
2. HNO3 10% (v/v), 100 mL mL HNO3 (pekat) dalam aquades 500 mL,
encerkan hingga 1L .
3. Hidrogen Peroksida H2O2 30%.
4. Larutan kalibrasi stock 100 µg/mL Pb (E-Merck No.1.19776.0500).
5. Aquadest.
Preparasi
1. Pindahkan filter blanko dan filter sampel dari holder cassete ke gelas
kimia bebas Pb.
2. Tambahkan 3 mL HNO3 65% dan 1 mL H2O2 30%* pada filter blanko
dan filter sampel, lalu tutup dengan kaca arloji.
Perhitungan :
Bahan:
1. Larutan Ashing Acid ( HNO3 (p) : HClO4 (p) = 4:1 )*
Dibuat dengan cara menambahkan 400 mL HNO3 (p) dan 100
mL HClO4 (p).
2. Larutan Dilution Acid
Dibuat dengan cara menambahkan larutan Ashing Acid 50 mL
ke labu ukur 1000 mL, di tandabataskan dengan menggunakan
aquabidest.
3. Larutan kalibrasi
4. Aquadest.
Keterangan :
*Purity Pro Analisa
Preparasi
1. Pindahkan filter blanko dan filter sampel dari holder cassete ke gelas
kimia.
Bahan:
1. 0,5 g Thymol kristal sebagai pengawet sampel urine.
2. Larutan 4-Aminoantipyrin.
0,2 g 4-Aminoantipyrin dilarutkan dalam 10 mL aquadest. Siapkan
larutan ini dalam keadaan segar setiap akan digunakan, saring bila
perlu.
3. Larutan ammonium klorida (NH4Cl).
20/L atau 2 g/100 mL aquadest.
Larutan Stok
1 g Phenol (C6H5OH) dilarutkan dalam aquadest yang telah
dididihkan dan didinginkan. Encerkan hingga 100 mL. larutan ini
mengandung 1mg phenol/mL.
Larutan Medium
10 mL larutan standar 3a, diencerkan menjadi 1000 mL dengan
aquadest yang telah dididihkan dan didinginkan. Larutan ini
mengandung 0,01 mg phenol/mL. Larutan ini stabil dalam 30 hari.
Larutan Sediaan
50 mL larutan 3b, diencerkan menjadi 500 mL aquadest yang telah
dididihkan dan didinginkan.Larutan ini mengandung 1 µg
phenol/mL.siapkan larutan ini paling lama 2 jam sebelum digunakan.
4. Larutan Kalium Heksasiano Ferrat
8 g K3Fe(CN)6 dilarutkan dalam aquades menjadi 100 mL
Perhitungan
1000 𝑥 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎
µg/L =
𝑚𝐿 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑢𝑟𝑖𝑛𝑒
Perhitungan
1. Penentuan kadar hipuric acid Cs (g/L) disesuaikan dengan absorbansi
sampel terhadap hasil pembacaan kalibrasi.
2. Perhitungan kadar hipuric acid/g creatinin di dalam sampel urine. C (g/g
creatinin), gunakan faktor pengenceran, D (dibaca pada tahap 5), dari
tahap 5 dan nilai creatinine (g creatinine/L urine, dari tahap 4).
Sampling :
1. Kumpulkan daerah vena sebanyak 10 ml pada tabung heparin.
2. Kocok segera dan jaga temperatur sebelum dianalisis.
Pengukuran
1. Set AAS dan lampu sesuai dengan yang disarankan dari pabrik
pembuat alat.
Perhitungan
Tetapkan kadar Pb dalam darah
Pb dalam sampel (Ws) dan rata-rata blanko (B) dari grafik kalibrasi.
Interpretasi
Nilai Pb dalam darah biasanya untuk monitor biologis, nilai diatas 40
µg/ 100 g Pb menunjukkan terpapar yang berlebihan dan seseorang
dengan nilai diatas 600 µg/ 100 g Pb memerlukan pemindahan dari
paparan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Udara terdiri dari 3 unsur utama, yaitu udara kering, uap air,
dan aerosol. Kandungan udara kering adalah 78% Nitrogen, 20% Oksigen,
0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida, 0,003% gas-gas lain (Neon, Helium,
Metana, Kripton, Hidrogen, Xenon, Ozon, Radon). Uap air yang ada pada
udara berasal dari evaporasi (penguapan) pada laut, sungai, danau, dan
tempat berair lainnya. Aerosol adalah benda berukuran kecil, seperti garam,
karbon, sulfat, nitrat, kalium, kalsium, serta partikel dari gunung berapi.
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai
jenis bahan bakar) termasuk pembakaran biomassa secara tradisional
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti CFC
Sumber alami :
Gunung berapi
Rawa-rawa
Kebakaran hutan
Denitrifikasi
Transportasi
Kebocoran tangki gas
Gas metana dari tempat pembuangan akhir sampah
Uap pelarut organik
Karbon monoksida
Oksida nitrogen
Oksida sulfur
CFC
Hidrokarbon
Senyawa organik volatil
Partikulat
Radikal bebas
A. Sumber Alami
Sumber pencemaran alami timbul bukan berasal dari aktivitas
manusia melainkan timbul dengan sendirinya. Contoh pencemaran udara
secara alami adalah meletusnya gunung berapi yang akan mengemisikan
partikulat dan gas-gas pencemar lainnya seperti SO2, H2S, CH4 dll. Emisi
dari erupsi tersebut dapat membahayakan lingkungan sekitar gunung
berapi sampai jarak tertentu. Partikulat dan gas-gas dari aktivitas gunung
berapi tersebut dapat bertahan di atmosfer untuk waktu yang cukup lama.
B. Sumber Antropogenik
Sumber antropogenik adalah sumber pencemaran yang berasal dari
kegiatan manusia. Berdasarkan prosesnya sumber antropogenik dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu: sumber diam/statis (point source, area source) dan
sumber bergerak/dinamis (line source). Yang termasuk kedalam sumber
diam/statis adalah pencemaran udara yang bersumber dari cerobong asap
industri, pembakaran sampah di lokasi TPA dll. Sedangkan yang termasuk
kedalam sember bergerak/dinamis adalah pencemaran udara yang
bersumber dari knalpot kendaraan, baik mobil, sepeda motor, kereta api
maupun pesawat terbang.
A. Pencemar Primer
B. Pencemar Sekunder
Pencemaran sekunder adalah semua pencemaran di udara yang
sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antara dua atau lebih
kontaminan/polutan. Umumnya pencemaran sekunder merupakan hasil
reaksi antara pencemar primer dengan polutan lain yang ada di udara.
Polutan yang termasuk pada pencemar sekunder antara lain adalah Smog.
A. Sifat Fisik
Pencemaran udara berdasarkan sifat fisik adalah pencemaran yang
dapat dilihat secara fisik atau ada wujudnya meskipun ukurannya sangat
kecil dan hampir tidak memiliki kecepatan jatuh. Memungkinkan polutan ini
mempunyai stabilitas yang cukup sebagai suspensi di udara. Contoh
pencemaran udara secara fisik antara lain adalah Aerosol (Smoke/asap,
Mist/kabut, fog dll), Debu dan Fume.
c) Fog adalah sejenis kabut juga seperti mist akan tetapi memiliki ukuran
partikel yang lebih besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa
bantuan peralatan khusus.
d) Debu adalah polutan udara yang tibul oleh suatu proses mekanik
(pemecahan dan reduksi) terhadap massa, di mana debu mempunyai
ukuran yang cukup besar sehingga masih dipengaruhi oleh gaya
gravitasi.
e) Fume adalah partikel padat yang terjadi akibat dari kondensasi atau
penguapan logam-logam cair yang kemudian disertai secara langsung
oleh suatu oksidasi di udara. Fume ini biasanya terjadi pada industri
pengecoran dan peleburan logam.
B. Sifat Kimia
Pencemaran udara berdasarkan sifat kimia adalah pencemaran
udara yang dibentuk dari unsur-unsur kimia, cenderung berbentuk gas
meskipun ada juga yang berbentuk partikel dan mempunyai berbagai
sifat/pengaruh terhadap manusia maupun benda-benda seperti iritan,
asphyxia,naesthetica dll.
jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan
kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti
pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida
menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang
rendah polusi bagi kendaraan bermotor.
3.4.8 Timah
Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap
bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya. Logam berat ini
merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi
kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa, dan
menghilangkan konsentrasi.
3.6 SPEKTROFOTOMETRI
3.6.1 Definisi
Spektrofotometri adalah suatu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif,
berdasarkan interaksi materi dengan cahaya. Cahaya yang diserap
oleh materi ini akan terukur sebagai Transmitans ataupun Absorbans.
Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang
3. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul lain yang ada dalam larutan.
2. Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang
yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini
banyak digunakan adalah gratting atau lensa prisma dan filter optik.
3. Sel (Kuvet)
Kuvet adalah tempat yang digunakan untuk meletakkan larutan yang
hendak diukur. Kuvet yang digunakan umumnya tidak menyerap sinar.
Pada pengukuran daerah sinar tampak (visible) kuvet kaca dapat
digunakan, tapi untuk daerah UV kita harus menggunakan kuvet kuarsa
karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Untuk daerah IR
dapat digunakan kuvet kristal garam.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah energi sinar yang diteruskan
oleh sampel menjadi besaran listrik yang terukur. Detektor yang ideal
harus memiliki kepekaan yang tinggi, perbandingan sinyal-noise yang
tinggi dan sifat tanggap yang stabil pada daerah panjang gelombang
pengamatan.
5. Penguat/Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor
agar dapat dibaca oleh indikator.
Single-beam Double-beam
Penentuan spektrum Hemat waktu
serapan secara manual,
sehingga boros waktu
Harga lebih murah Lebih mahal
Semua cahaya melewati Cahaya terbagi menjadi 2
seluruh sel sampel. berkas: berkas pertama
melewati sel pembanding,
dan berkas kedua melewati
sel sampel
tidak terdapat cermin V terdapat cermin V yang
dan tempat penyimpanan berfungsi memecah sinar
kuvet hanya satu buah menjadi dua bagian, dan
tempat kuvet ada dua buah
Tabel 1. Perbedaan spektrofotometer berkas tunggal & ganda
Sampel yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang
memiliki warna. Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki
warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan
reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent
yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan
analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna
yang dihasilkan harus benar-benar stabil.
C. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri
UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda,
sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat
yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan
monokromator. Spektrofotometri UV-VIS dapat digunakan baik untuk
sample berwarna maupun sample tak berwarna.
1) Sebagai gelombang
2) Sebagai partikel-partikel energi yang disebut foton.
Karena sifat tersebut maka beberapa parameter perlu diketahui misalnya
panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton. Panjang gelombang (l)
didefinisikan sebagai jarak antara dua puncak.
Gambar 11. hubungan antara panjang gelombang, frekuensi dan energi tiap foton
E=h.v
E = h . c/ λ
dimana
frekuensinya.
Misalnya: energi yang dihasilkan cahaya UV lebih besar dari pada energi
yang dihasilkan sinar tampak. Hal ini disebabkan UV memiliki panjang
gelombang (λ) yang lebih pendek (100–400 nm) dibanding panjang
gelombang yang dimiliki sinar tampak (400–800 nm).
Dari 4 jenis spektrofotometri ini (UV, Vis, UV-Vis dan Ir) memiliki
prinsip kerja yang sama yaitu “adanya interaksi antara materi dengan
cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu”. Perbedaannya
terletak pada panjang gelombang yang digunakan.
bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida. Sel ini akan
dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang dianalisis, jika
sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
a. Kepekaan yang tinggi
b. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
c. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
d. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
e. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor :
• Detektor foto (Photo detector) Photocell, misalnya CdS.
• Phototube
• Hantaran foto
• Dioda foto
• Detektor panas
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan
elektron ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah
cahaya inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron
ikatan pada suatu molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan
gerakan berputar elektron terjadi pada energi yang lebih rendah lagi
misalnya pada gelombang radio.
Gambar 14. Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel.
A= a . b . c atau A = ε . b . c
Dimana :
A = absorbansi
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu
larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor.
Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi
hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada
di dalam larutan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam menggunakan
spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang
memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible.
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang
memilii warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus
terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagent spesifik
yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan
harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan
dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan
harus benar-benar stabil.
2. Spektrofotometri UV (ultraviolet)
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa
yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna. Bening dan transparan.
Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna
dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung
dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh
tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada
spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada
partikel koloid apalagi suspensi.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrum yang dikeluarkan oleh UV, VIS dan UV-VIS berupa pita yang
lebar sedangkan pada pita yang dikeluarkan oleh IR berupa garis atau
puncak tajam.
Pita melebar dari UV-VIS disebabkan karena energi yang dimiliki selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula rotasi dan vibrasi elektron
dalam molekul. Sedangkan pada IR hanya terjadi vibrasi elektron maka
spektrum yang dihasilkan berupa garis atau puncak tajam. Selain pada IR,
spektrum berupa garis dapat terjadi pula pada spektroskopi NMR karena
hanya terjadi rotasi elektron.
.
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak.
Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata
manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya
dengan panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–
149 kJ/mol.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang
ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang
dilihat dalam kehidupan disebut warna komplementer.spektrum sinar
tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna
yang terdapat pada spektrum sinar tampak. Untuk lebih jelasnya perhatikan
tabel berikut.
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya
makin kecil.
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki absorbansi atau
transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu untuk sampel. Dalam
melakukan analisis Maching kuvet harus dilakukan agar kesalahannya
makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan standar
yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti.
Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil sampai lebih
besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur pada berbagai
panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pada panjang
gelombang berapa, absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling besar atau paling
tinggi disebut panjang gelombang maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat pada
panjang gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar, kemudian
alurkan pada grafik absorbansi vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu
kurva yang disebut kurva kalibarasi.
Absorbansi (ABS) 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Konsentrasi (ppm) 2 4 6 8 10 12 14 16
Grafiknya adalah
oleh atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan kalor /
panas. Alat ini umumnya digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk
non logam jarang sekali, mengingat unsure non logam dapat terionisasi
dengan adanya kalor, sehingga setelah dipanaskan akan sukar didapat
unsur yang terionisasi.
I = Io . a.b.c
Log = a.b.c
A = a.b.c
Dengan :
A = absorban
a = koefisien serapan, L2/M
b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L
c = konsentrasi, M/L
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Elektroda
lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan katoda berongga
dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur murni yang
dikehendaki. Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau
kuarsa, diisi dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi.
Gas pengisi yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.
Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung
unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan
untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Description: Description: Description: 3otiuwPemancaran radiasi
resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi tegangan, arus listrik yang
terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi. Ion-ion gas yang bermuatan
positif ini menembaki atom-atom yang terdapat pada katoda yang
menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-atom yang
tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan
melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang
dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai
digunakan, maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu
diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan,
lamanya waktu pemakaian dicatat.
b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber
dan burner (sistem pembakar).
• Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm) dengan cara menarik larutan
melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas bahan
bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel kabut
c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit,
karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama ±15
menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda.
Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan
bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna
api yang paling baik, dan paling panas.
d. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui
populasi atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan
sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari
radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh
monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang
telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi
lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda
berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
e. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh
sampel dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi
listrik.
f. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang
dapat menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ±
20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas
dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30.000K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada
bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam
tabung.
h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap
atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada
cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan
oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting
kearah miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting
tertutup. Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi
pada AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung
dengan ducting.
i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena
alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan
oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi
ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya
pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap,
agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan
dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.
a. Pra Analitik
Pada tahap ini, dilakukan preparasi sampel dan deret larutan.
Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan yang cukup
stabil. Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk
mencegah korosi. Berikut cara kerjanya:
· Pembuatan standar: unsur yang akan dianalisa dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Lalu dibuat dalam deret konsentrasi tertentu untuk pembuatan
kurva standar.
· Preparasi sampel: digunakan pelarut yang sesuai dengan unsur yang
akan dianalisa. Jika sampel berbentuk padatan maka harus dilarutkan
terlebih dahulu. Apabila sampel berbentuk cair bisa langsung diencerkan.
· Lalu standard dan sampel disaring dengan syringe filter dan dimasukan
kedalam tabung reaksi.
· Selanjutnya AAS dioperasikan dengan cara:
1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor,
lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program saa (spectrum analyse specialist), kemudian
muncul perintah “apakah ingin mengganti lampu katoda”, jika ingin
mengganti klik yes dan jika tidak no.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan
nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian
diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi
paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau
ditambahkan dengan mudah.
4. Dipilih no jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program sas 3.0, dipilih menu select element and working
mode.dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung
pada symbol unsur yang diinginkan. Jika telah selesai klik ok, kemudian
muncul tampilan condition settings.
6. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow:1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration
: ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan
lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
b. Analitik
· Diukur blanko, standar, dan sampel dengan cara berikut:
1. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk,
kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
2. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan
yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm. Maka akan didapatkan
kurva standar.
3. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
4. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
5. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik
icon print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
6. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,
Y = a + bx
Dimana :
a = intersep
b = slope
x = konsentrasi
Y = absorbansi
c. Pasca Analitik
Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan, PMI, PME,
pencantuman nilai rujukan/ batas baku mutu, verifikasi dan validasi hasil
pemeriksaan.
B. Ionisasi
Ionisasi dapat dicegah dengan menambahkan ion yang lebih mudah
terionisasi untuk menahan ionisasi analit. Unsur-unsur yang dapat
ditentukan dengan AAS lebih dari 60 unsur logam atau metalloid dengan
konsentrasi antara 1 ppm sampai 10 ppm. Setiap unsur logam yang
dideteksi menggunakan AAS mempunyai kondisi optimum yang
berbeda-beda.
UV/Vis).
a. Pita-pita absorpsi yang dihasilkan oleh atom-atom jauh lebih sempit dari
pita-pita yang dihasilkan oleh spektrometri molekul. Jika sumber cahaya
kontinyu digunakan, maka pita radiasi yang di berikan oleh
monokromator jauh lebih lebar dari pada pita absorpsi, sehingga banyak
radiasi yang tidak mempunyai kesempatan untuk diabsorpsi yang
mengakibatkan sensitifitas atau kepekaan SSA menjadi jelek.
b. Karena banyak radiasi dari sumber cahaya yang tidak terabsorpi oleh
atom, maka sumber cahaya kontinyu yang sangat kuat diperlukan untuk
menghasilkan energi yang besar di dalam daerah panjang gelombang
yang sangat sempit.
Secara umum, hukum Beer tidak akan dipenuhi kecuali jika pita
emisi lebih sempit dari pita absorpsi. Hal ini berarti bahwa semua panjang
gelombang yang dipakai untuk mendeteksi sampel harus mampu diserap
oleh sampel tersebut.
3.7.7 Nyala
Fungsi nyala adalah untuk memproduksi atom-atom yang dapat
mengabsorpsi radiasi yang di pancarkan oleh lampu katode tabung. Pada
umumnya, peralatan yang di gunakan untuk mengalirkan sample menuju
nyala adalah nebulizer pneumatic yang di hubungkan dengan pembakar
(burner). Diagram nebulizer dapat di lihat pada Gambar 11.5. Sebelum
menuju nyala, sample mengalir melalui pipa kapiler dan dinebulisasi oleh
aliran gas pengoksidasi sehingga menghasilkan aerosol. Kemudian,
aerosol yang terbentuk bercampur dengan bahan bakar menuju ke burner.
Sample yang menuju burner hanya berkisar 5-10% sedangkan sisanya (90-
95%) menuju tempat pembuangan (drain). Pipa pembuangan selalu
berbentuk ”U” untuk menghindari gas keluar yang dapat menyebabkan
ledakan serius. Sample yang berada pada nyala kemudian diatomisasi, dan
cahaya dari lampu katode tabung dilewatkan melalui nyala. Sample yang
berada pada nyala akan menyerap cahaya tersebut.
1. Udara – Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800oC) dibandingkan jenis nyala
lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen
yang akan diukur mudah terionisasi seperti Na, K, Cu.
2. Udara – Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala
ini menghasilkan temperatur sekitar 2300oC yang dapat mengatomisasi
hamper semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga
dapat analisa menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio jumlah
bahan bakar terhadap gas pengoksidasi.
Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga
langkah:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
3. Tanda-tanda patognomonik :
Tanda dan gejala toksisitas benzena dapat tidak spesifik. Hanya riwayat
yang jelas dan prosedur investigasi yang memadai bagi seorang dokter
agar mampu menyingkirkan atau mengkonfirmasi adanya kaitan antara
tanda klinis dengan pajanan benzena di tempat kerja. Sebagai alat bantu
seorang dokter mengacu pada uji laboratorium yang diperlukan serta
rujukan kepada dokter spesialis
Hal ini tidak dibutuhkan jika setelah hasil monitoring pajanan sesuai
dengan evaluasi pajanan dimana di bawah tingkat aksi (AL) dan batas
pajanan singkat (STEL).
3.8.3.1 Definisi
Asam hipurat
Nama IUPAC[sembunyikan]
Asam benzoilaminoasetat
Nama lain[sembunyikan]
amidoasetat
Identifikasi
PubChem 464
SMILES O=C(O)CNC(C1=CC=CC=C1)=O
Sifat
Bahaya
Asam hipurat (berasal dari kata hippos, kuda, dan ouron, urine)
adalah sejenis asam karboksilat yang ditemukan dalam urinkuda dan
herbivora lainnya. Asam hipurat yang mengkristal memiliki struktur
prisma rombik yang larut dalam air panas, meleleh pada 187 °C, den
berdekomposisi pada 240 °C. Konsentrasi asam hipurat yang tinggi juga
mengindikasikan adanya keracunan toluena. Ketika senyawa-senyawa
aromatik seperti asam benzoat dan toluena diserap oleh tubuh, senyawa-
senyawa tersebut akan diubah menjadi asam hipurat melalui reaksi
dengan asam amino glisina.
3.8.2.2 Reaksi
Asam hipurat akan terhidrolisis oleh senyawa alkali kaustik panas
menjadi asam benzoat dan glisina. Asam nitrit mengubah asam hipurat
menjadi asam benzoil glikolat, C6H5C(=O)OCH2CO2H. Etil esternya akan
bereaksi dengan hidrazina, menjadi hipuril hidrazina,
Efek Kesehatan :
1. Akut : Narkotik, iritasi dan tukak pada konjungtiva, aritmia jantung (dapat
menyebabkan kematian pada penghirup).
2. Kronik : Kerusakan ginjal dan sumsum tulang (badingkan dengan
benzene), pamajanan toluene jarang sekali murni, pemajanan seringkali
disertai oleh benzene dan xylene
3. Monitoring biologik : Kadar asam hipurat urine, kadar 5 gram/liter urine
setara dengan TWA (Time-Weighted Average) 8 jam 200 ppm toluene
di udara.
Catatan : Asam hipurat bukan metabolit spesifik untuk toluen. Bahan itu
dapat dihasilkan oleh berbagai sumber makanan, seperti makanan yang
diawetkan dengan asam benzoat
3.8.3.1 Definisi
Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Pb dan nomor atom 82. Lambangnya diambil dari bahasa Latin
Plumbum. Timbal (Pb) adalah logam berat yang terdapat secara alami di
dalam kerak bumi. Keberadaan timbal bisa juga berasal dari hasil aktivitas
manusia, yang mana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb
alami yang terdapat pada kerak bumi. Pb terkonsentrasi dalam deposit bijih
logam. Unsur Pb digunakan dalam bidang industri modern sebagai bahan
pembuatan pipa air yang tahan korosi, bahan pembuat cat, baterai, dan
campuran bahan bakar bensin tetraetil. Timbal (Pb) adalah logam yang
mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap
manusia. Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi
makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb (Anonim,
2012).
BAB IV
(SNI 19-7119.2.2005)
𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)
Data Sampling
𝑏 10
𝐶= × 25 × 1000
𝑣
Keterangan :
C : Konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3);
A : Jumlah NO2 dari contoh uji hasil perhitungan kurva kalibrasi
(μg);
10
: Faktor Pengenceran;
25
Pembahasan :
𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)
Data Sampling
Keterangan :
C : Konsentrasi SO2 di udara (μg/m3);
A : Jumlah SO2 dari contoh uji hasil perhitungan kurva kalibrasi (μg);
Pembahasan :
𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)
Data Sampling
Keterangan :
C : Konsentrasi NH3 di udara (μg/m3);
A : Jumlah NH3 dari contoh uji hasil perhitungan kurva kalibrasi (μg);
Pembahasan :
𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)
Data Sampling
Keterangan :
C : Konsentrasi H2S di udara (μg/m3);
A : Jumlah H2S contoh uji hasil perhitungan dari kurva kalibrasi (μg);
Pembahasan :
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Barat No.660.31/SK/694-BKPMD/82 standar baku mutu
Udara Ambient dari parameter H2S adalah 24 ug/Nm3 , sehingga
𝑓1+𝑓2 𝑃𝑎 298
V= 2
x t x 𝑇𝑎 x 760
Keterangan :
f1 = Laju alir awal (L/menit)
f2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = Durasi pengambilan contoh uji (menit)
Ta = Temperatur rata-rata pengambilan contoh uji (oK)
Pa = Tekanan barometer rata-rata pengambilan contoh uji (mmHg)
298 = Konversi temperature pada kondisi normal 25 oC menjadi kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)
Data Sampling
No. Lokasi Laju Laju t Pa Ta T P Vol.
Alir Alir (waktu) (tekanan (suhu Std Std Udara
Awal Akhir saat uji) saat
(F1) (F2) uji)
1 A1 1 1 31,2 84 26,7 298 760 38,4880
2 A2 1 1 28,4 84 26,7 298 760 35,0339
3 LK1 1 1 26,4 84 26,7 298 760 32,5668
4 LK2 1 1 24 84 26,7 298 760 29,6062
Kadar O3 di udara
Rumus Perhitungan :
Keterangan :
C : Konsentrasi O3 di udara (μg/m3);
Pembahasan :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 standar baku
mutu Udara Ambient dari parameter O3 adalah 235 ug/Nm3
,sehingga dapat disimpulkan sampel kode A1 dan A2 masih
dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan.
Metode: Gravimetri
Data Sampling :
Rumus Perhitungan :
(𝐵−𝐴)−(𝐵′ −𝐴′ )
Kadar Debu (mg/m ) = 3
× 106
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
Keterangan :
A = Bobot filter sampel sebelum digunakan
B = Bobot filter sampel setelah digunakan
A’ = Bobot filter blanko sebelum digunakan
B’ = Bobot filter blanko setelah digunakan
Pembahasan:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999 standar baku
mutu Udara Ambient dari parameter Debu total adalah 230 ug/m3
,sehingga dapat disimpulkan sampel kode A1 dan A2 masih
dibawah nilai ambang batas yang diperkenankan.
Data Sampling :
kode A2 A1 A Std A sp
1 2,591 2,428 0,015 5,019
2 2,782 2,495 0,015 5,277
3 3,763 3,523 0,015 7,286
4 3,239 3,042 0,015 6,281
5 2,579 2,526 0,015 5,105
Rumus Perhitungan :
Pembahasan :
Pembahasan :
kadar
No. ppm Sp ppm Bl faktor koreksi (ug/100ml)
1 8.43 0.05 0.10 0.838
2 5.24 0.05 0.10 0.519
3 2.35 0.05 0.10 0.230
4 0.57 0.05 0.10 0.052
5 15.3 0.05 0.10 1.525
Pembahasan :
BAB V
PEMBAHASAN
5. Saat proses titrasi dilakukan, proses ini melibatkan reaksi redoks I2,
secara teori proses ini tidak memerlukan indikator. Hal ini
dikarenakan warna I2 (bentuk teroksidasi) dan I- (bentuk tereduksi)
memiliki warna yang sangat berbeda. Namun pada keadaan encer
warna yang terbentuk sangatlah lemah.
Sehingga kita gunakan amylum sebagai indikator.
5.5 Penentuan O3
1. Pada saat pengambilan contoh uji O3, agar didapatkan konsentrasi
yang optimal pengambilan sampel harus dilaksanakan pada siang
hari (11.00 am – 03.00 pm). Hal ini disebabkan karena pada
renggang waktu demikian kondisi optimal konsentrasi O 3 dapat
didapat. Dan hal inipun dipengaruhi oleh suhu udara dan tekanan
udara.
2. Seharusnya pembacaan sampel pun dibaca langsung menggunakan
Spektrofotometer portable di lapangan pengambilan sampel, hal ini
dikarenakan agar sampel tidak terkontaminasi oleh pengaruh suhu,
tekanan dan lain lain selain dari lokasi pengambilan sampel.
3. Larutan penjerap yang telah di sampling bisa berubah warna dari
warna asalnya yang berwarna putih jernih menjadi warna putih pekat
BAB VI
6.2 Saran
Namun kami ingin memberikan saran kepada ibu dan bapak dengan
tujuan agar kegiatan pkl di Balai K3 Bandung lebih baik lagi. Kami merasa
ketika tidak ada sample, kami bingung melakukan kegiatan ditempat pkl
bahkan tak jarang harus menunggu dari pagi sampai sore di tempat pkl
tanpa melakukan kegiatan analisis sampel. Harapannya kedepannya Balai
K3 Bandung memberikan suatu kegiatan agar para siswa dapat
memanfaatkan waktunya dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Panca, Ali. 2012. Analisa dan Penentuan Partikulat NO2, SO2 dan
NH3 Udara Ambien. [Online]. Tersedia :
http://alipanca5.blogspot.com. [ Diakses 11 Februari 2018].
LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Prosedur Spektrofotometer UV-Vis GBC 918
I. REFERENSI CARA UJI
10. Jika telah keluar angka pada titik puncak grafik, itu
menandakan pencarian panjang gelombang dari suatu
unsur telah selesai dilakukan.
IV. PERAWATAN
Lampiran 2 :
6. Tekan OK.
7. Pilih satuan atau konsentrasi yang akan digunakan, setelah itu tekan
“Next”.
12. Masukkan standar dengan memilih tanda (+), ketik standar yang
akan dimasukkan, lakukan sesuai dengan banyaknya standar.
IV. PERAWATAN
Lampiran 3 :
Prosedur Spektrofotometer UV-Vis Hitachi U-1900
4. Pilih “Curve Setup” tekan enter, isi menu “Curve Type” dengan
“1st order” tekan enter, kemudian pilih “STDs” kemudian
masukkan banyaknya standar yang dibuat, kemudian tekan
enter. Tekan return.
5. Pilih “Curve Data” tekan enter. Isi data konsentrasi standar yang
telah dibuat, kemudian tekan “Forward”.
6. Masukkan kuvet berisi larutan blanko, lalu tekan “auto zero”.
IV. PERAWATAN
Lampiran 4 :
GAMBAR SUSUNAN PERALATAN SAMPLING KUALITAS UDARA
Lampiran 5 :
GAMBAR SUSUNAN PERALATAN UJI DEBU TOTAL
Lampiran 6 :
Gambar Alat Spektrofotometer UV-Vis GBC 918
Lampiran 7 :
Gambar alat Spektrofotometer Hitachi U-1900
Lampiran 8 :
Gambar Alat Spektrofotometer HACH DR 2800
Lampiran 9 :
Gambar Alat Spektrofotometer Serapan Atom ( AAS )
Lampiran 10 :
Gambar alat Inductively Coupled Plasma ( ICP)
Lampiran 11 :
Gambar neraca timbang di Laboratorium Pengujian BK3
Lampiran 12