Disusun Oleh :
Nim : 41612010017
FAKULTAS TEKNIK
JAKARTA
2016
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Industri pada Fakultas
Teknologi Industri di Universitas Mercu Buana. Judul yang dipilih oleh penulis
dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah “Perencanaan Perbaikan Proses Pada
dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat berarti dan
berguna sehingga dapat berjalan dengan lancar. Pada kesempatan ini, penulis
moral dan semangat yang tiada terkira serta do’a kebaikan yang tak pernah
putus.
3. Evi Putri Yani sebagai kekasih yang selalu mendukung dan membantu
4. Bapak Ir. Mohammad Kholil, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik
Industri.
vi
6. Bapak Faisal, selaku HRD di PT. Pamindo Tiga T yang telah memberi
8. Catur, Bari, Ilham, Yopi, dan Masud yang selalu membantu untuk
serta wawasan bagi para pembacanya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang dimiliki oleh
penulis.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
TUGAS AKHIR ....................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
2.4.4 Improve...................................................................................... 21
viii
2.4.5 Control ...................................................................................... 25
4.1.1.1.2 Misi............................................................... 36
4.1.3 Data Jumlah Produksi dan Data Per Jenis Reject ...................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Produksi dan Jumlah Cacat Pada JK-6050 ................................. 2
Tabel 2.1Tabel Severity ......................................................................................... 23
Tabel 2.2Tabel Occurence .................................................................................... 24
Tabel 2.3Tabel Detection ...................................................................................... 24
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya .......................................................................... 26
Tabel 4.1 Luas Area PT. Pamindo Tiga T ............................................................ 35
Tabel 4.2 Komposisi Tenaga Keja PT. Pamindo Tiga T ...................................... 39
Tabel 4.3 Data Jumlah Produksi dan Data Jumlah Reject .................................... 42
Tabel 4.4 Data Produksi dan Data Jenis Reject JK-6050...................................... 43
Tabel 4.5 Data Produksi dan Data Jenis Reject JK-6050...................................... 45
Tabel 4.6 Perhitungan Diagram Pareto ................................................................. 46
Tabel 4.7 Rencana Penanggulangan Masalah ....................................................... 51
Tabel 4.8 Potensial dan Efek Kegagalan Part Miring JK-6050 ............................ 52
Tabel 4.9 Skala Severity ........................................................................................ 52
Tabel 4.10 Skala Severity Reject Part Miring ....................................................... 53
Tabel 4.11 Skala Occurence ................................................................................. 53
Tabel 4.12 Skala Occurence Reject Part Miring ................................................... 54
Tabel 4.13 Skala Detection ................................................................................... 54
Tabel 4.14 Nilai Detection Part Miring................................................................. 55
Tabel 4.15 Tabel FMEA ....................................................................................... 56
Tabel 5.1 Urutan Risk Priority Number ................................................................ 62
Tabel 5.2 Risk Priority Number ............................................................................ 63
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
BAB I
PENDAHULUAN
yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang pada
karena itu, perusahaan harus dapat menjalankan strategi bisnisnya yang tepat agar
Salah satu metodepeningkatan kualitas yang banyak digunakan pada industri kelas
dunia adalah metode DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve, Control). Metode ini
pengendalian kualitas yang tepat untuk peningkatan kualitas produk yang efisien dan
efektif dalam menangani kesalahan – kesalahan terhadap produk maupun oleh faktor
lain yaitu faktor yang mempengaruhi kualitas produk dimana pada saat prosesnya
terjadi..
1
2
Sehingga perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas produk yang konsisten
agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dan proses perbaikan sejauh ini menjadi
perhatian oleh PT. Pamindo Tiga T sebagai perusahaan swasta nasional yang bergerak
dibidang industri komponen kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat serta
komponen alat-alat berat dan mesin tekstil. Dalam menghasilkan produknya PT.
Pamindo Tiga T selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pelanggannya baik
PT. Pamindo Tiga T juga diharapkan pada tantangan yang cukup berat dimana
konsumen semakin meningkatkan tuntutan mereka akan mutu kualitas dari produk yang
tekanan persaingan dari perusahaan sejenis. oleh karena itu dalam kondisi seperti ini
mencapai zero defect(kecacatan nol), karena masih ditemui adanya cacat pada proses
produksi JK-6050.
Jumlah Jumlah
Bulan
Produksi Reject
Juni 220 23
Juli 100 12
Agustus 100 9
September 300 34
Oktober 400 37
November 500 51
Desember 600 56
Januari 480 43
Februari 320 31
Maret 900 87
April 750 67
Mei 500 53
Jumlah 5170 503
3
Pada hasil produksi JK-6050 dalam kurun waktu 12 bulan.ditemukan kecacatan produk
sebesar 503 part dari total produksi sebanyak 5170 dikarena tidak terdapat adanya suatu
proses pengecekan hasil setelah proses bending dan hal ini memungkinkan terjadinya
part miring yang tidak terdeteksi lolos sehingga proses produksi akhir.
700
600
500
400
300 Jumlah Produksi
200 Jumlah OK
100
Jumlah NG
0
Juli
Mei
Agustus
Desember
Maret
September
November
Januari
April
Juni
Oktober
Februari
Bulan
sebesar 503 pcs dengan rata-rata part yang NG atau reject setiap periodenya yaitu
sebesar 42 pcs.
4
Jumlah OK
Jumlah NG
90%
part NG JK-6050 yang bisa merugikan PT. Pamindo Tiga T dari segi pembiayaan atau
cost.
Oleh Karena itu penulis merekomendasi, PT. Pamindo Tiga T dalam memenuhi
keinginan konsumen melakukan control yang sesuai pada setiap tahapan dari proses
memperbaiki kualitas. dan dalam penelitian sebelumnya oleh Nur Fadilah Fatma 2012
Masalah yang terjadi adalah ketika dalam proses pembuatan terdapat beberapa produk
Keadaan ini dapat berakibat pada meningkatnya biaya produksi dan penurunan
kualitas, peneliti menggunakan metode six sigma yang terdiri dari lima tahapan.
Tahapan tersebut dikenal dengan DMAIC yang merupakan singkatan dari masing-
masing tahapan yaitu define, measure, analyze, improve, dan control. Tahap define akan
Pada tahap analyze peneliti menggunakan diagram pareto dan diagram fishbone
Terakhir tahap control akan dibuat scorecard dan checklist untuk dimonitor dan
dikoreksi bila terjadi penyimpangan dalam proses ataupun dalam pelaksanaan proyek
six sigma.
DMAIC?”
6
2. Salah satu jenis produk yang di produksi oleh PT. Pamindo Tiga T
3. Periode data yang dipakai sebagai bahan analisa adalah cacat periode selama
5. Sarana dan fasilitas yang ada di PT. Pamindo Tiga T dianggap cukup mampu
dibagi menjadi enam bab yang terkait antara satu dengan yang lainnya. Untuk lebih
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
penulisan.
Dalam bab isi ini, mencakup pengambilan sampel selama proses produksi yang
Pada Bab ini mengemukakan pengolahan data dan analisa dari hasil
pengumpulan data.
Merupakan bab terakhir dari karya ilmiah ini yang berisi kesimpulan dari hasil
ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai arti “yang terbaik” dalam dunia industri, melainkan kualitas berarti
pada proses produksi kualitas adalah kesesuaian spesifikasi dari desain produk
(Juran 1974)
Quality is fitness for use. Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau
8
9
keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai yang
dengan pasar.
(Feigenbaum 1991)
pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa
yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, secara garis besar kualitas adalah
keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa yang bertujuan untuk
Menurut (Grant E.L dan Leavenwonth R.S 1998), kualitas atau mutu dari suatu
bekerja
10
diinginkan.
dihasilkan akan mempunyai mutu yang relatif baik pula. Pihak perusahaan
akhir bisa memenuhi standar tersebut. Dan mutu pelayanan setelah produk
tersebut dimiliki oleh konsumen, telah menjadi suatu bagian penting dari
paket tersebut.
akan cepat berubah dan mempengaruhi dari kualitas produk itu sendiri,
sebab keinginan dan kebutuhan konsumen dari kurun waktu ke waktu terus
mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk peralatan dan proses baru,
Kemajuan yang pesat dalam desain teknik yang membutuhkan pengontrolan yang
pelanggan, serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat apa bila ditemukan
perbedaan hasil antara kinerja aktual dengan standar yang ada. Berdasarkan uraian
suatu metodologi pengumpulan dan analisis data kualitas serta meneruskan dan
12
dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas produk guna memenuhi
berdasarkan ISO 9001: 2000 lebih menekankan pada aspek peningkatan proses
statistik, bukan sekedar penggunaan alat-alat statistik yang selama ini telah salah
diinterpretasikan oleh banyak orang yang berkecimpung di luar bidang teknik dan
pengendalian proses.
3. pemenuhan dengan acuan standar atau kode perencanaan kualitas dan atau
yang sesuai.
6. Kriteria kecakapan kerja harus ditentukan dalam cara praktek yang jelas.
berkesinambungannya proses.
Control) merupakan sebuah komponen dasar dari metodologi Six Sigma, yang
adaaktivitas baru yang diluncurkan di mana tidak ada proses yang muncul.
perubahan jangka pendek, masih ada waktu untuk menerapkan Six Sigma.
Penerapan Six Sigma secara cepat dapat menghemat waktu untuk analisis
14
yang lebih akurat. Bila suatu usaha secara signifikan dijalankan untuk
Tahapan dari metode DMAIC dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
2.4.1 Define
Define yaitu langkah awal dalam peningkatan kualitas ketika masalah mulai
diidentifikasi. Hal-hal penting yang harus didefinisikan pada tahap ini adalah
penting terhadap kualitas, ruang lingkup, prioritas sebab akibat dan perencanaan
yang ada, dapat diukur, dan lepas dari asumsi tentang penyebab atau
15
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. CTQ merupakan elemen dari suatu produk,
CTQ dapat dikategorikan kedalam tiga kategori, seperti yang disarankan Nariaki
Kano:
atau jasa. Contohnya, pada sebuah mobil, radio, pemanas, dan fitur
fasilitas tersebut tidak ada maka akan membuat pelanggan kecewa atau
pelanggan puas.
3) Pembuat senang, fitur baru atau tidak diharapkan oleh pelanggan, adanya
fitur yang tidak diharapkan, seperti tombol prakiraan cuaca, akan membuat
16
lebih tinggi
2.4.2 Measure
mengevaluasi berdasarkan data yang telah ada. Dalam langkah ini informasi atau
data dikumpulkan. Tools yang digunakan dalam langkah ini antara lain dengan
meliputi:
Environment).
2. Sebab khusus. Sebab khusus tidak dapat diprediksi dan tidak selalu
1) Data Atribut.
2) Data Variabel.
paling banyak terjadi ditunjukan oleh grafik batang yang tertinggi serta
ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling
sedikit terjadi pertunjukan oleh grafik batang yang terendah serta ditempatkan
pada sisi paling kanan. Pada dasarnya diagram pareto dapat digunakan sebagai
berikut:
Percent
40
Count
60
30
40
20
10 20
0 0
Proses y y r
OF ra se ra ire he
HV Sp Fu Sp W Ot
c d ic y
Ar an ra
y am Sp
ra er e
Sp e
C am
Fl
am
Fl
Count 22 17 13 6 3 2
Percent 34.9 27.0 20.6 9.5 4.8 3.2
Cum % 34.9 61.9 82.5 92.1 96.8 100.0
kerusakan yang sering muncul sehingga berbagai penyebab dari jenis kerusakan
ini harus dimungkinkan untuk diidentifikasi dan diatasi pada prioritas pertama.
Pareto chart tidak secara otomatis mengidentifikasi jenis kerusakan yang paling
2.4.3 Analyze
penyebab masalah dengan berdasarkan pada analisis data. Hasil dari analisis
dan improvement terhadap proses yang diamati. Tools yang digunakan adalah
diagram sebab akibat dan 5W+1H. Aspek penting tahap ini adalah mulai
mencari akar penyebab masalah dan kemungkinan perbaikan yang akan diambil.
Menurut (Triasyulianti 2003) diagram sebab akibat adalah suatu alat untuk
Perbaikan kulitas dari produk hasil proses produksi dapat disebabkan oleh :
a. Bahan baku
b. Mesin
c. Metode
d. Manusia
e. Lingkungan
penyebab utama dalam perbaikan kualitas yang paling dominan. Ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi dalam sumbang saran yang harus dipenuhi, yaitu :
diambil pokok-pokok penting dari pendapat tersebut yang merupakan faktor yang
adalah untuk :
kualitas, digunakan alat analisis diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan.
danmencapai akibatnya (hasilnya). Maka bentuk dasar diagram sebab akibat dapat
2.4.3.2 5W+1H
yang terjadi secara detail. Berupa beberapa pertanyaan, yaitu: what, who, where,
when, why dan how (apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana) dan
biasanya disajikan dalam bentuk tabel, berikut penjelasan tentang 5W dan 1H:
What (apa), suatu pertanyaan yang bertujuan mencari tahu sesuatu yang
terjadi.
Who (siapa), suatu pertanyaan yang bertujuan mencari tahu orang atau
Where (di mana), suatu pertanyaan yang bertujuan mencari tahu tempat
2.4.4 Improve
Tahap ke-empat ini yaitu tahap dimana pengujian dan implementasi dari
solusi dilakukan untuk mengeliminasi penyebab masalah yang ada dan improve
FMEA adalah suatu cara di mana suatu bagian atau suatu proses yang
dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau
menemukan :
2. Efek-efek dar ikegagalan ini yang terjadi pada sistem dan bagaimana cara
kegagalan )
FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design
kegagalan telah dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah
A. Lange 2001)
Langkah Dasar Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Terdiri dari
4. Usulan perbaikan.
23
1. Severity (S)
Pada tahapan ini akan diketahui seberapa serius akibat (effect) yang
Skala
Tingkat keseriusan dampak yang ditimbulkan
Severity
1 Aman
2 Tidak serius
3 Cukup serius
4 Serius
5 Sangat serius
Sumber: Manggala 2005
2. Occurance (O)
kejadian yang akan terjadi dengan sebab dan mekanisme yang spesifik.
pelaksanaan proses. Jika terdapat data statistik dari suatu proses serupa,
Skala Occurence yang digunakan seperti pada tabel 4.11 dibawah ini.
2 Jarang terjadi
3 Sering terjadi
3. Detection (D)
2 Cukup mudah
3 Sedang
25
4 Cukup
suatu produk, maka akan diperoleh nilai RPN dengan cara mengkalikan
besar dan peranan yang penting dalam kegiatan produksi dan dilakukan
2.4.5 Control
dalam sebuah produksi. Langkah terakhir ini bertujuan untuk melakukan kontrol
dalam setiap kegiatan, sehingga memperoleh hasil yang baik dan dapat
Berikut penelitian sebelumnya yang menggunakan metode penyelesaian yang sama dengan metode yang di pakai dalam penelitian
ini, yaitu:
Metode
No Penulis Judul Penelitian Kesimpuan dan Hasil
Penelitian
Berdasarkan hasil analisis kecacatan produk air mineral
Analisis Kecacatan Produk Aqua
Diky di PT. Aqua Golden Mississipi dengan menggunakan
Dalam Upaya Perbaikan Kualitas Metode
1 Oktavianto metode DMAIC dapat disimpulkan bahwa kecacatan
Dengan Metode DMAIC (Studi Kasus DMAIC
(2013) atau jenis kemasan terkendali secara statistik dan dalam
PT. Aqua Golden Mississipi)
batas yang wajar karena tidak melebihi batas kecacatan.
Penerapan Metode Six Sigma DMAIC
Berdasarkan pengumpulan dan analisis data didapatkan
Santy Untuk Perbaikan Kualitas Fisik Batang
Metode Six hasil bahwa rating kepentingan didapatkan hasil untuk
2 Febriana Rokok Merk Samudera Emas 16 Pada
Sigma DMAIC CTQ kunci yaitu lem sigaret dikarenakan mempunyai
(2007) Cigarette Maker Machine. (Studi Kasus
jumlah kecacatan tertinggi.
PT. Asia Marko)
Hasil dari perhitungan DPMO sebesar 6722,963 yang
Dino berarti akan terdapat peluang cacat produk sebesar
Caesaron & Implementasi Pendekatan DMAIC 6722,963 dari kegagalan proses per satu juta peluang,
Stenly untuk Perbaikan Proses Produksi Pipa Metode dengan tingkat sigma proses produksi PVC sebesar
3
Yohanes P. PVC (Studi Kasus PT. Rusli Vinilon) DMAIC 3,97. Beberapa jenis cacat yang dominan pada produk
Simatupang PVC yaitu: hangus (35,99%), gagal socket (27,46%),
(2015)
dan standar ketebalan (18,83%).
26
Shanty
Dari hasil penelitian didapatkan penurunan DPM
Kusuma Minimasi Defect Produk Dengan Metode
4 sebesar 29,87% dan terjadi peningkatan nilai sigma
Dewi Konsep Six Sigma DMAIC
menjadi 3,8 setelah aplikasi konsep Six Sigma.
(2007)
Hasil analisis dan penelitian yang telah dilakukan
Analisis Pengurangan Kuantitas Produk
Achmad ternyata jumlah produk kecacatan pada PT. Aster
Cacat Pada Mesin Decorative Tiles
Faizal Metode Six Decorindo Abadi berada di tingkat nilai sigma 3,23
5 Dengan Metode Six Sigma (Studi
Muttaqien Sigma dengan DPMO sebesar 40.348. dari hal tersebut dapat
Kasus Pada PT. Aster Decorindo Abadi
(2014) diidentifikasikan bahwa ternyata kualitas produk masih
Tangerang)
berada jauh dari tingkat produk 6 sigma.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis,
untuk mencapai tujuan tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan
28
29
diparsialkan, konkret, dapat diamati, dapat diukur dan pada umumnya bersifat
umumnya, yakni diawali dengan adanya masalah yang kemudian akan diturunkan
karena itu penulis memilih penelitian kuantitatif yaitu dengan melihat data
variabel sangat bisa digeneralisasikan dan bisa dikembangkan lebih lanjut dan
sesuai dengan metode tema yang diambil oleh penulis yaitu tentang DMAIC ingin
mengetahui peningkatan pada suatu kualitas pada produk dan mengacu pada
penelitian-penelitian sebelumnya.
dari mana data dapat diperoleh.Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
yaitu pada lini Quality Control dengan data jumlah cacat dan jumlah produksi
yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari
dokumen pada perusahaan. yang terdiri dari : Sejarah Perusahaan, Visi dan
untuk mengatasinya.
upaya penurunan produk cacat pada JK- 6050 dengan menggunakan metode
Pamindo Tiga T.
31
Pada bagian yang telah digambarkan seperti pada gambar 3.1 bahwa didalamnya
dihadapi kendala pada proses produksiyang tidak sesuai dengan standar yang
produk dan banyaknya jumlah cacat setiap bulannya. Kendala ini dapat
profit menurun, dan loyalitas pelanggan pun ikut menurun apabila kualitas produk
Analyze, Improve, Contro) penelitian ini didukung dengan tools lain seperti
akan dilakukan.
diharapkan yang dihasilkan (Output) adalah berkurangnya produk cacat pada JK-
6050 sesuai dengan batas toleransi kecacatan produk. Sehingga akan berdampak
baik bagi perusahaan seperti cost menurun, profit meningkat, loyalitas konsumen
industri PT. Pamindo Tiga T. Berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh dari
oleh karena itu keadaan perusahaan yang digambarkan disini hanya sebagian,
maka data ini selanjutnya akan diproses sesuai dengan tinjauan teori yang telah
industri komponen kendaraan bermotor roda dua dan roda empat, komponen alat-
alat berat, dan komponen mesin tekstil.Didirikan pada tanggal 9 juni 1975,
34
35
oleh beberapa perusahaan yaitu :PT. Teknik Umum, Teijin Seiki Co, Ltd (Jepang)
Pamindo Tiga T memiliki 3 cabang yaitu di Tangerang selatan, Pulo gadung dan
Karawang.
4.1.1.1.1 Visi
PT. Pamindo Tiga T bertekad untuk menjadi perusahaan terbaik didunia.
Serta selalu berusaha untuk memenuhi kepuasaan pelanggan dengan
memproduksi peralatan mesin industri, komponen otomotif dannon
otomotif yang berkualitas tinggi dan didukung oleh karyawan cakap,
jujur dan termotivasi serta peduli terhadap lingkungan dan kesehatan dan
keselamatan kerja.
36
4.1.1.1.2 Misi
Meningkatkan reputasi perusahaan, mempertahankan kedudukan dalam
persaingan baik didalam maupun diluar negeri dan meraih keuntungan
bagi perusahaan demi kesejahteraan karyawan, kepuasan pemegang
saham dan pelanggan. Serta terus berusaha untuk memenuhi persyaratan
pelanggan dan peraturan undang-undang yang berlaku.
Pimpinan dan semua karyawan PT. Pamindo Tiga T akan menerapkan kebijakan
ini dan bertanggung jawab untuk semua aspek tersebut dibawah ini:
Struktur organisasi PT. Pamindo Tiga T dapat dilihat pada gambar berikut
o Kantor Pusat
o Pabrik Pulogadung
o Pabrik Karawang
Tenaga kerja yang terlibat di PT. Pamindo Tiga T seluruhnya tenaga kerja
local dari penduduk sekitar yang tinggal didaerah Tangerang. Komposisi tenaga
Head Office 1 23 24
Tangerang 3 720 723
Pulogadung 2 798 800
Karawang 1 209 210
Total 7 1750 1757
40
Machinery Engineering
(Die, Jig, Machine parts, Maintenance)
PT.Tiffico
41
harus dilalui bahan baku hingga akhirnya produk jadi dan siap dikemas untuk
dikirim
Produk yang dihasilkan oleh PT. Pamindo Tiga T Tangerang adalah Frame
dalam pembuatan JK-6050 tidak terdapat adanya suatu proses pengecekan hasil
setelah proses bending. Hal ini memungkinkan terjadinya part miring yang tidak
terdeteksi lolos hingga proses produksi akhir. dan dapat diperoleh data produksi
Jumlah Jumlah
Bulan
Produksi Reject
Juni 220 23
Juli 100 12
Agustus 100 9
September 300 34
Oktober 400 37
November 500 51
Desember 600 56
Januari 480 43
Februari 320 31
Maret 900 87
April 750 67
Mei 500 53
Jumlah 5170 503
Sumber : PT. Pamindo Tiga T
43
Jenis-Jenis
Jumlah Reject Jumlah
Observasi
Produksi Part Spring Reject
Miring Back
Juni 220 20 3 23
Juli 100 10 2 12
Agustus 100 9 0 9
September 300 33 1 34
Oktober 400 35 2 37
November 500 50 1 51
Desember 600 50 6 56
Januari 480 43 0 43
Februari 320 29 2 31
Maret 900 82 5 87
April 750 67 0 67
Mei 500 50 3 53
Jumlah 5170 478 25 503
Sumber : PT. Pamindo Tiga T
Tahap define atau pendefinisian, pada tahap ini yang dilakukan adalah
menentukan Critical to Quality (CTQ) untuk mengetahui apa saja yang menjadi
karakteristik kualitas produk JK-6050 secara fisik dan beberapa faktor yang
44
menjadi penyebab kecacatan. Kondisi kecacatan fisik produk JK-6050 yang tejadi
selama ini meliputi Kemiringan dan Spring Backpada produk JK-6050 dan faktor-
faktor yang menjadi penyebab kecacatan yaitu Manusia, Mesin, Metode, Material
JK-6050. Dari penyebab kemiringan, spring back dan beberapa faktor yang
terhadap kualitas hasil produk JK- 6050. untuk penentuan karakteristik kualitas
(CTQ) kunci adalah dengan data kecacatan fisik dan faktor faktor penyebab
kecacatan yang terjadi pada produk JK-6050 dandiketahui ada lima faktor yang
terjadi yang mempengaruhi karakteristik yang ada diperoleh pada saat penelitian
45
pada Juni 2014 sampai Mei 2015, pengambilan data sampling dilakukan secara
berupa jenis kecacatan dibagian produksi. Data tersebut dari data rejectpada
Jenis-Jenis
Jumlah Reject Jumlah
Observasi
Produksi Part Spring Reject
Miring Back
Juni 220 20 3 23
Juli 100 10 2 12
Agustus 100 9 0 9
September 300 33 1 34
Oktober 400 35 2 37
November 500 50 1 51
Desember 600 50 6 56
Januari 480 43 0 43
Februari 320 29 2 31
Maret 900 82 5 87
April 750 67 0 67
Mei 500 50 3 53
Jumlah 5170 478 25 503
Sumber: PT. Pamindo Tiga T
Pada Tabel 4.5 menjelaskan bahwa laporan produksi di PT. Pamindo Tiga T
diagram pareto untuk mengetahui frekuensi kecacatan yang paling tinggi dari
beberapa faktor yang terjadi dalam proses produksi JK-6050 yang nantinya bisa
46
perusahaan.
600 101%
100%
500
99%
Jumlah Produksi
400 98%
97%
300
96%
200 95%
94%
100
93%
0 92%
Part Miring Spring Back
Jumlah NG 478 25
Kumulatif 95% 100%
penyebab terjadinya kecacatan. yaitu kemiringan pada part dan spring back. dan
dari 2 jenis penyebab kecacatan yang lebih dominan yaitu part miring dengan
yang kurang teliti dan material yang kurang elastis untuk tahapan ini.
Pada produk JK-6050 faktor dominan yang menyebabkan reject tertinggi terjadi
pada jenis Part Miring dan oleh karena itu harus mengalami perbaikan untuk
Dari diagram pareto di atas dapat diketahui sebab yang utama dalam
terjadinya produk reject adalah faktor Part Miring pada produk JK-6050 dengan
persentase yang cukup besar yakni mencapai 95% maka sebagai langkah awal
yang harus dilakukan adalah cacat yang dominan dengan demikian perlu
mendapatkan perhatian khusus. Dan untuk mengatasi masalah tersebut, kita harus
Faktor penyebab masalah yang terjadi pada gambar di atas dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Faktor Manusia
Faktor manusia sangat berperan aktif dalam produksi yang dihasilkan, karena
oleh operator, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab yaitu :
reject.
49
2. Faktor Mesin
3. Faktor Metode
pada proses produksi, yang membuat moral kerja para karyawan kurang baik
sistem kerja yang sudah tercantum dalam SOP tidak diaplikasikan secara
penuh. Semua itu akan mempengaruhi hasil produk yang diproduksi. dan tidak
adanya jig inpeksi pada proses produksi JK-6050 dan terdapat reject pada
4. Faktor Material
Bahan baku yang digunakan dalam produksi, dalam hal ini adalah besi yang
akan mengakibatkan produk tidak sesuai. dan pada bahan baku juga adalah
awal sebuah proses berjalan biasanya terjadi kesalahan dan kurang telitinya
5. Faktor Lingkungan
sebagai berikut:
sesuai.
4.2.3.1 Rencana Penanggulangan Masalah
Selain menggunakan diagram sebab akibat (fishbone), untuk merencanakan penanggulangan cacat dimana jenis cacat yang
terjadi pada produk adalah proses fine boring dapat dilakukan juga dengan metode 5W+1H (What, Why, When, Where, Who, How).
Berikut adalah tabel rencana penanggulangan masalah untuk terjadinya produk cacat yang didapatkan dari hasil pengolahan data pada
51
52
atau akar masalah dari 5 faktor yang menyebabkan kegagalan potensial yang
terjadi. Dengan pembuatan tabel FMEA, dapat pula ditentukan tindakan perbaikan
yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki akar masalah. Pada tahap ini
dilakukan perbaikan akar masalah yang telah ditemukan dan dijelaskanpada tahap
sebagai berikut :
Pada tahapan ini akan diketahui seberapa serius akibat (effect) yang ditimbulkan
6050. Skala severity yang sudah distandarkan oleh PT. Pamindo Tiga T untuk
2
Tidak serius
3 Cukup serius
4 Serius
5 Sangat serius
Sumber: PT. Pamindo Tiga T
kecacatan oleh part miring ditentukan oleh seberapa serius pengaruh yang
Occurence failure mode menunjukkan seberapa sering suatu failure mode muncul
Occurence yang sudah distandarkan oleh PT. Pamindo Tiga T seperti pada tabel
4.11dibawah ini.
2 Jarang terjadi
54
3 Sering terjadi
penentukan skala occurrence. Hasil skala occurrence seperti pada tabel 4.12
dibawah ini.
Pada langkah ini akan dianalisis tingkat kesulitan pengendalian untuk dilakukan.
Adapun skala detection yang sudah distandarkan PT. Pamindo Tiga T untuk
mempermudah menghitung adalah skala 1-5 dengan rincian dalam tabel 4.13
dibawah ini.
2 Cukup mudah
3 Sedang
4 Cukup sulit
dari failure mode. Pada metode FMEA, tingkat kepentingan dihitung dengan
Occurance
Detection
Severity
Potential Current
Potential Potential Recommended
Process Effect of Process RPN
Failure Mode Causes Action
Failure Control
Dikarenakan
Membuatkan
belum adanya
Tidak Pengecekan jig infection
Bending, jig infeksi
Part miring lolos infeksi terdeteksi 5 4 secara 5 100 dan mengecek
Cutting untuk
kemiringan berkala hasil produksi
mendeteksi
secara berkala
kemiringan
Terjadi
Pemeliharaan
dikarenakan Penggantian
mesin secara
Mengurangi kinerja mesin mesin yang
Bending, rutin untuk
Umur mesin sudah tua Perfoma 4 yang kurang 4 3 48 sudah tua
Cutting menjaga
mesin optimal dan dengan mesin
kinerja
kurang yang baru.
mesin.
perawatan
Terjadi karena
Pemberian
tidak adanya
Menganggu masker dan alat
Bending, Kondisi lapangan bising peredam suara
konsentrasi 3 3 Tidak ada 3 27 pelindung
Cutting dan panas dan
pegawai telinga (Ear
banyaknya
Plug)
asap produksi
56
Diberikan
Terjadi Harus pengetahuan
Tidak dikarenakan diperhatikan atau pelatihan
Cutting Material hasil cutting sesuai 3 peletakan 3 pada saat 2 18 untuk
miring standar material peletakan mengurangi
miring material part miring
kembali
Terjadi karena
Mengecek ke
operator Diberikan
Hasil setiap lini
kurang pengetahuan
Bending, Settingan mesin kurang output yang produksi
2 konsentrasi 2 4 16 atau workshop
Cutting teliti dihasilkan untuk melihat
dan tentang SOP
tidak baik kinerja
pemahaman yang baik
pegawai
yang minim
57
58
Dari table diatas dapat dilihat mode-mode kegagalan yang menyebabkan cacat
1. Failure Mode Part miring yang lolos infeksi terjadi akibat Alur proses yang
kurang optimal dan belum adanya jig infeksi untuk mendeteksi kemiringan.
konsumen. Berdasarkan hal tersebut Failure part miring lolos infeksi dibobot
nilai :
serius. yang disebabkan oleh alur proses yang kurang optimal dan
dimana terjadi keseringan Failure part miring disebabkan dari alur proses
kegagalan yaitu adanya part miring yang lolos dari infeksi. Hal ini
2. Failure mode Umur mesin yang sudah tua dikarenakan kinerja mesin yang
kurang optimal dan tidak bisa memenuhi target yang ingin di capai. Efek dari
hal tersebut Failure umur mesin yang sudah tua dibobot nilai :
yang sudah tua itu serius terhadap kualitas JK-6050. Yang disebabkan
58
59
mesin yang sudah tua kinerja mesin yang kurang optimal dalam
kinerja mesin.
3. Failure Mode Kondisi lapangan bising dan panas terjadi karena tidak adanya
peredam suara dan banyaknya asap oleh mesin produksi. Efek dari penyebab
tersebut Failure kondisi lapangan yang bising dan panas dibobot nilai :
mesin produksi dan banyaknya asap oleh mesin menjadi situasi lapangan
bising dan panas menjadi konsentrasi para pegawai tidak fokus dalam
melakukan pekerjaan.
asap tersebut dengan memberikan masker dan alat pelindung suara (Ear
Plug).
karena faktor pegawai yang kurang teliti dan peletakan material pada mesin
59
60
60
61
5. Failure Mode Settingan mesin kurang teliti terjadi akibat pegawai kurang
konsentrasi dan pemahaman tentang mesin yang minim. Efek dari penyebab
Severity adalah 2 karena efek dari Settingan mesin kurang teliti tidak
terlalu serius pada kualitas JK-6050. Yang disebabkan oleh pegawai yang
mesin.
untuk melihat kinerja kerjanya para pegawai apakah sudah sesuai SOP
atau belum.
Setelah ada perbaikan yang diberikan pada tahap improve, maka langkah
61
62
kerja ini, ditunjukan untuk melakukan analisis yang lebih mendalam secara
teknis mengenai proses terjadinya cacat dalam proses produksi dan tim ini
bukan hanya bekerja sampai masalah selesai tetapi lebih bersifat selamanya
Perancangan standar kerja yang baru bisa memperbaiki alur proses yang
mendeteksi kemiringan pada part yang miring agar tidak lolos pada tahap
infeksi. dikarenakan tahap infeksi hanya pada tahap finishing yang dilakukan
penambahan tahap proses infeksi yaitu tahap infeksi setelah tahap proses
bending dan tahap hasil akhir yaitu finishing. agar meminimalisir part-part
reject.
62
BAB V
ANALISA HASIL
5.1 Analisa
perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada
62
63
Berdasarkan FMEA yang telah diberika pembobotan nilai, didapatkan nilai RPN
terbesar yaitu Part miring lolos infeksi dengan nilai RPN 100 yang mempunyai
tingkat kegagalan tertinggi. Dampak yang ditimbulkan dari part miring lolos
Faktor dominan mode kegagalan tertinggi terjadi pada part miring lolos infeksi
dan usulan perbaikan yaitu dengan membuatkan jig infection untuk mendeteksi
kemiringan.
100 oleh karena itu tingkat kepentingan dari RPN part miring lolos infeksi
merencakan perbaikan.
kurang optimal dan adanya reject yang lolos setelah bending dan
konsumen.
2. Kegagalan oleh faktor umur mesin yang sudah tua : persentase kegagalan
6050.
65
dengan mesin yang baru agar performa mesin lebih meningkat dan
itu sendiri.
miring.
untuk hasil yang lebih optimal dan mengurangi reject kemiringan part.
agar bisa melihat kinerja pegawai apakah sudah menjalakan SOP yang
tentang mesin dan SOP yang baik bagi pegawai yang baru maupun
yang lama agar kinerja produksi terus tetap stabil dan meningkat.
Pada produk JK-6050 faktor dominan kegagalan yaitu part miring yang lolos
infeksi dengan presentasi 33% dan RPN 100. oleh karena itu penulis mengusulkan
67
perlu adanya perbaikan pada sektor metode ntuk lebih efisien dan meminimalkan
kegagalan pada sektor metode ini. dengan membuatkan jig infection pada alur
6.1 Kesimpulan
dengan total kecacatan 478 dengan persentase 95% dan yang paling
sampai mei 2015, dan Mode kegagalan yang tertinggi yaitu Part
miring lolos infeksi dengan nilai RPN sebesar 100 dan nilai RPN
yang lolos infeksi dengan memperbaiki alur proses dan membuat jig
infection menjadikan alur yang akan lebih optimal dan efisien dalam
6.2 Saran
perhitungan data-data yang ada, maka penulis akan mencoba memberikan saran-
saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan, khusunya PT. Pamindo
variasi. Hal ini didasarkan pada banyaknya kesalahan yang diakibatkan faktor
manusia.
kesalahan yang disebabkan oleh mesin. Oleh karena itu perawatan mesin
yang rutin dapat menjaga kestabilan mesin saat berproduksi, agar reject part
miring bisa di reduce sekecil mungkin. dan mengganti mesin produksi yang
sudah tua dengan mesin yang baru agar menambah performa mesin lebih
sesuai dengan SOP dan intruksi kerja terhadap kualitas produk sebagai hasil
pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Vanany, I. dan Emilasari, D. 2007.Aplikasi Six Sigma Pada Produk Clear File di
Perusahaan Stationery.Jurnal Teknik Industri Vol. 9 No.5.
Pedoman Wawancara
2 Jarang terjadi
3 Sering terjadi
Cukup mudah
2
3 Sedang
4 Cukup sulit
Lembar Wawancara
Detection
Severity
Potential Potential Effect Current Process Recommended
Process Potential Causes RPN
Failure Mode of Failure Control Action
Membuatkan jig
Dikarenakan belum
infection dan
Bending, Tidak terdeteksi adanya jig infeksi Pengecekan
Part miring lolos infeksi 5 4 5 100 mengecek hasil
Cutting kemiringan untuk mendeteksi secara berkala
produksi secara
kemiringan
berkala
Terjadi
Pemeliharaan Penggantian mesin
dikarenakan kinerja
Bending, Mengurangi mesin secara rutin yang sudah tua
Umur mesin sudah tua 4 mesin yang kurang 4 3 48
Cutting Perfoma mesin untuk menjaga dengan mesin yang
optimal dan kurang
kinerja mesin. baru.
perawatan
Terjadi karena
Menganggu tidak adanya Pemberian masker
Bending,
Kondisi lapangan bising dan panas konsentrasi 3 peredam suara dan 3 Tidak ada 3 27 dan alat pelindung
Cutting
pegawai banyaknya asap telinga (Ear Plug)
produksi
Diberikan
Terjadi Harus
pengetahuan atau
Tidak sesuai dikarenakan diperhatikan pada
Cutting 3 3 2 18 pelatihan untuk
Material hasil cutting miring standar peletakan material saat peletakan
mengurangi part
miring material
miring kembali
Terjadi karena Mengecek ke
Diberikan
Hasil output operator kurang setiap lini
Bending, pengetahuan atau
Settingan mesin kurang teliti yang dihasilkan 2 konsentrasi dan 2 produksi untuk 4 16
Cutting workshop tentang
tidak baik pemahaman yang melihat kinerja
SOP yang baik
minim pegawai
Lampiran V
PT. Pamindo Tiga T
Manufacturing & Engineering
Diagram Pareto
600
Jumlah Reject
500
400
300
200
100
0
Part Miring Spring Back
Jumlah Reject 478 25
Kumulatif 95% 5%