Anda di halaman 1dari 53

ANALISA KADAR FOSFAT (PO43-) PADA AIR BADAN AIR

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DI


LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

PRANSISKA DIANA
162401053

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


ANALISA KADAR FOSFAT (PO43-) PADA AIR BADAN AIR
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli
Madya

PRANSISKA DIANA
162401053

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

ANALISA KADAR FOSFAT (PO43-) PADA AIR BADAN AIR


DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 21 Juni 2019

PRANSISKA DIANA
162401053

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
ANALISA KADAR FOSFAT (PO43-) PADA AIR BADAN AIR DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI DI LABORATORIUM KESEHATAN
DAERAH PROVINSI SMATERA UTARA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar fosfat (PO43-) pada air badan air di
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Penetuan kadar fosfat
secara asam askobat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer uv-visible
dengan panjang gelombang 880 nm. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kadar
fosfat yang terkandung dalam air badan air yang diuji di Laboratorium Kesehatan
Daerah Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan baku mutu air kelas II menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Dari hasil analisa diperoleh kadar
fosfat sebesar 0.6 mg/L untuk air badan air dengan kode 3144, 0.4 mg/L untuk air
badan air dengan kode 3145, 0,5 mg/L untuk air badan air dengan kode 3146, 0,4
mg/L untuk air badan air dengan kode 3147, dan 0,3 mg/L untuk air badan air
dengan kode 3148. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar fosfat pada
semua air badan air tersebut tidak memenuhi nilai standar baku mutu air kelas II,
karena berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tanggal 14 Desember 2001
nilai maksimum fosfat dalam air badan air untuk kelas II adalah 0,2 mg/L.

Kata kunci : Air badan air, Asam askorbat, Fosfat, Uv-visible.

ii

Universitas Sumatera Utara


ANALYSIS OF PHOSPHATE (PO43-) LEVELS IN WATER BODY WATER
USING SPECTROPHOTOMETRY METHOD IN LABORATORIUM
KESEHATAN DAERAH PROVINSI SMATERA UTARA

ABSTRACT

Phosphate level (PO43-) analysis has been carried out on water body water in
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera utara. Determination of
ascorbic acid phosphate levels was carried out using a UV-visible
spectrophotometer with a wavelength of 880 nm. This analysis is carried out to
determine the phosphate levels contained in water bodies of water tested at
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera utara in accordance to class II
water quality standards according to Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
From the results of the analysis obtained phosphate levels of 0.6 mg / L for water
body water with code 3144, 0.4 mg / L for water body water with code 3145, 0.5 mg /
L for water body water with code 3146, 0 , 4 mg / L for water body water with code
3147, and 0.3 mg / L for water body water with code 3148. From these results it can
be concluded that the phosphate level in all water bodies of the water does not meet
the class water quality standard II, because based on the Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 the maximum value of phosphate in water for body water for
class II is 0.2 mg / L.

Keywords: Body water, Ascorbic Acid, Phosphate, Uv-Visible

iii

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dengan baik. Penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi dan
melengkapi syarat dalam mengikuti ujian akhir Diploma 3 Kimia di Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Karya Ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan
Praktek Lapangan Kerja (PKL) dengan judul “ANALISA KADAR FOSFAT (PO43-)
PADA AIR BADAN AIR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DI
LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA”
Dalam penyusunan Karya Ilmiah ini penulis banyak menemukan kendala.
Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada
kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Minto Supeno, Ms selaku ketua program studi D3 Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara sekaligus
sebagai Dosen Pembimbing yang banyak memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.
4. Bapak/Ibu Dosen serta pegawai Program Studi Diploma III Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah
mendidik penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini.
5. Seluruh Pihak UPT LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA yang telah banyak membantu dan membimbing penulis
dalam pengerjaan Karya Ilmiah ini.

iv

Universitas Sumatera Utara


6. Teristimewa kepada orang tua penulis tercinta, Ayahanda dan Ibunda dan seluruh
keluarga yang memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.
7. Teman-teman Mahasiswa Diploma 3 Kimia stambuk 2016 Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
dukungan dan kebersamaan selama menyelesaikan studi di D3 kimia.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil
dalam membantu penulis sehingga selesainya Karya Ilmiah ini.
Walaupun penulis berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari
bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang ada
pada penulis. Akhir kata penulis berharap Karya Ilmiah ini berguna bagi semua pihak
yang memerlukannya khususnya bagi penulis.

Medan, 21 Juni 2019

PRANSISKA DIANA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN TUGAS AKHIR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTARTABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1 Air 4
2.1.1 Sifat-sifat yang unik dari air 5
2.1.2 Sifat-sifat unik badan air 6
2.1.3 Sumber air 7
2.1.4 Sifat umum air 12
2.1.5 Analisis air 13
2.1.6 Macam-macam analisis air 13
2.1.7 Pembagian air berdasarkan analisis 14
2.1.8 Pencemaran air 15
2.2 Spektrofotometer 18
2.2.1 Cara kerja spektrofotometer 19
2.2.2 Komponen-komponen pokok spektrofotometer 20
2.2.3 Parameter untuk verifikasi spektrofotometer 21
2.3 Fosfat 24

BAB 3 METODE PENELITIAN 28


3.1 Alat dan Bahan 28
3.1.1 Alat 28
3.1.2 Bahan 28
3.2 Prosedur Penelitian 28
3.2.1 Pembuatan Pereaksi 28
3.2.2 Pembuatan larutan induk fosfat 500 mg/L 29
3.2.3 Pembuatan larutan baku fosfat 10 mg/L 30
3.2.4 Pembuatan larutan kerja fosfat 30
3.2.5 Pembuatan kurva kalibrasi 30
3.2.6 Prosedur penelitian 31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 32
4.1 Hasil Penelitian 32
4.2 Perhitungan 32

vi

Universitas Sumatera Utara


4.3 Pembahasan 35

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 37


5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 39

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul
Halaman
Tabel
Tabel 2.1 Komposisi air laut 8
Tabel 2.3 Senyawa fosfor anorganik yang biasa terdapat diperairan 24
Tabel 4.1 Data Absorbansi Larutan Seri Standar 33
Tabel 4.2 Data Konsentrasi Sampel 33
Tabel 4.3 Data penentuan persamaan garis regresi dengan metode 35
Least Square
Tabel 4.4 Harga Y baru untuk larutan standar fosfat 36

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
Halaman
Lampiran
1 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 39
Tanggal 14 Desember 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

ix

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus
ditanamkan pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh
sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang
semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif
terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi
ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup
yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan
perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).
Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada
sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemar akan
mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal
tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air
dan biodegradasi akan cepat diperbarui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami
pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemar yang sangat besar.
Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air
mengalir perlahan karena kekeringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi. Hal
ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam air
menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobik
menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara. Pengelolaan sumber daya
air sangat penting, agar dapat dimanfaat kan secara berkelanjutan dengan tingkat

Universitas Sumatera Utara


2

mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah
pemantauan kualitas air.
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang
tersuspensi dan makhluk hidup, khususnya jasad renik di dalam air. Air murni yang
tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita. Sebaliknya zat
yang terlarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi
dan makhluk hidup di dalam air membuat kualitas air menjadi tidak sesuai dengan
kehidupan kita, air ini disebut tercemar. Pencemaran dapat berasal dari beberapa
sumber. Sumber yang paling utama di negara kita ialah limbah rumah tangga, yakni
penggunaan detergen dan sabun yang mengandung fosfor (Soemarwoto, 1984).
Dalam air, fosfor merupakan suatu komponen yang sangat penting dan sering
menimbulkan permasalahan lingkungan. Fosfor termasuk salah satu dari beberapa
unsur yang essensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan
ganggang yang berlebihan disamping hasil hancuran biomas dapat menyebabkan
pencemaran kualitas air. Sumber fosfor adalah limbah industri, hanyutan dari pupuk,
limbah domestik, hancuran bahan organik, dan mineral fosfat. Fosfor dalam air
terdapat baik sebagai bahan padat maupun bentuk terlarut. Fosfor dalam bentuk
padat dapat terjadi sebagai suspensi garam-garam yang tidak larut, dalam bahan
biologik, atau terabsorbsi dalam bahan padat. Fraksi yang paling baik dari senyawa
fosfat yang terlarut paling mungkin terdapat dalam bentuk senyawa organik,
sedangkan fosfor anorganik yang terlarut terjadi terutama sebagai bentuk ion
ortofosfat (PO43-). Protonasi sempurna dari ion ortofosfat menghasilkan H 3PO4 yang
mempunyai nilai pK1= 2,17 ; pK2=7,31 ; pK3= 12,36. Dari nilai konstanta disosiasi
asam ini dapat disimpulkan bahwa H3PO4 adalah asam yang sangat kuat dan PO43-
sangat basa bila terdapat dalam perairan alami. Oleh karena itu ion fosfat terbentuk
sebagai H2PO4- atau HPO42-. Fosfat juga dapat berada sebagai ligan dalam sebuah
kompleks logam. Karena fosfat bereaksi dengan sejumlah zat membentuk senyawa
yang tidak larut, dan mudah diadsorpsi oleh tumbuh-tumbuhan., konsentrasi dari
fosfat anorganik terlarut dalam kebanyakan perairan konstan. Kenaikan konsentrasi
fosfat merupakan adanya zat pencemar dalam perairan (Achmad, 2007)
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfa-organis. Ortofosfat adalah senyawa monomer seperti H 2PO4-,

Universitas Sumatera Utara


3

HPO42-, dan PO43-, sedangkan polifosfat merupakan senyawa polimer seperti (PO 3)63-
(heksametafosfat), P3O105- (tripolifosfat) dan P2O74- (pirofosfat). Fosfat organis
adalah fosfor yang terikat dengan senyawa-senyawa organis sehingga tidak berada
dalam larutan secara terlepas. Dalam air alam atau buangan, fosfor yang terlepas dan
senyawa fosfor selain yang disebutkan diatas hampir tidak ditemui (Alaerts dan
Santika, 1987).
Fosfat sangat berguna untuk pertumbuhan organismedan merupakan faktor
yang menentukan produktivitas badan air. Air limbah rumah tangga, industri, dan
pertanian menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang berlebihan. Selain itu fosfat
berada pada sedimen dan lumpur air bersama kehidupan biologis yang berada di atas
air. Fosfat merupakan parameter untuk mendeteksi pencemaran air. (Sutrisno dan
Suciastuti, 2002)

1.2 Permasalahan
1. Berapakah kadar fosfat yang terdapat di air badan air yang dianalis
2. Apakah kadar fosfat dalam air badan air tersebut masih memenuhi standar baku
mutu air kelas II ( 0,2 mg/L) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menentukan kadar fosfat yang terdapat di air badan air yang dianalisa
2. Untuk mengetahui apakah kadar fosfat dalam air badan air tersebut masih
memenuhi standar baku mutu air kelas II ( 0,2 mg/L) menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi tentang kadar fosfat yang terdapat di air badan air yang
dianalisa
2. Memberikan informasi apakah kadar fosfat dalam air badan air tersebut masih
memenuhi standar baku mutu air kelas II ( 0,2 mg/L) menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan mahluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan
dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan
manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri, membersihkan ruangan
tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-
aktivitas lainnya. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai
reaksi dalam proses ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman
maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70% air.
Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan
pelarut air. Juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk
larutannya. Oleh karena itu kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan tanpa
air. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai,
oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus diperhatikan
(Achmad, 2007).
Sepanjang sejarah, kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan
manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan. Kualitas air
berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia
baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme
yang memegang peranan penting dalam menentukan komposisi kimia air. Air dalam
bentuk padat juga ditemukan di bumi yaitu yang membentuk salju di daerah kutub
utara dan kutub selatan. Air permukaan terdapat dalam danau,sungai dan sumber-
sumber air lainnya, sedangkan air tanah terdapat di dalam tanah. Air tanah dapat
melarutkan mineral-mineral bahan induk dari tanah yang dilewatinya. Sebagian besar
mikroorganisme yang semula ada dalam air tanah berangsur-angsur disaring sewaktu
air meresap dalam tanah. Terdapat perbedaan yang cukup besar antara air tanah
dengan air permukaan. Hal ini disebabkan oleh kandungan berbagai zat, baik yang
terlarut maupun yang tersuspensi dalam perjalanan menuju ke laut. Air permukaan

Universitas Sumatera Utara


5

yang terkumpul dalam danau atau waduk mengandung nutrisi penting untuk
pertumbuhan ganggang. Air permukaan yang mengandung bahan organik mudah
terurai dalam konsentrasi tinggi secara normal akan mengandung bakteri dalam
jumlah tinggi pula yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kualitas air
permukaan. Ada keterikatan yang sangat kuat antara lapisan air (hydrosphere)
dimana air berada dengan lapisan tanah/lahan (geosphere) dimana keduanya
dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Misalnya, gangguan terhadap hutan menjadi
lahan pertanian dapat menyebabkan reduksi negative yang ada diatasnya dan
mengurangi proses transpirasi yaitu penguapan air oleh tanaman. Hal itu dapat
mempengaruhi iklim mikro (mikro climate) di wilayah tersebut. Akibat dari hal
tersebut adalah meningkatnya limpasan air, erosi, dan akumulasi dari lumpur dalam
badan air (sungai) serta dapat meningkatkan unsur-unsur hara dipermukaan air,
sehingga siklus nutrient akan dipercepat. Terjadinya percepatan siklus tersebut akan
sangat memberikan pengaruh terhadap karakteristik kimia dan biologi dari badan air.
Air yang digunakan oleh manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni.
Pada daerah kering sebagian kebutuhan airnya berasal dari lautan, suatu sumber yang
akan menjadi penting setelah persediaan air tawar dunia relative berkurang
dibandingkan kebutuhan. Meningkatnya kebutuhan air ini bukan hanya disebabkan
oleh jumlah penduduk dunia yang makin bertambah juga sebagai akibat dari
peningkatan taraf hidupnya yang diikuti oleh peningkatan kebutuhan air untuk
keperluan rumah tangga, industri, rekreasi disamping pertanian (Achmad, 2007)

2.1.1 Sifat-sifat yang unik dari air


Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah
molekul air terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H.
Molekul air yang satu dengan molekul-molekul air lainnya bergabung dengan satu
ikatan hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain. Adanya
ikatan inilah yang menyebabkan air mempunyai sifat-sifat yang khas seperti: 1.
Pelarut yang sangat baik 2. Konstanta dielektrik paling tinggi diantara cairan lainnya
3. Transparan terhadap cahaya tampak dengan sinar yang mempunyai panjang
gelombang lebih besar dari ultraviolet 4. Bobot jenis tertinggi dalam bentuk cairan
(fasa cair) pada 4oC 5. Panas penguapan lebih tinggi dari material lainnya 6.

Universitas Sumatera Utara


6

Kapasitas kalor lebih tinggi dibandingkan dengana cairan lain kecuali ammonia 7.
Panas laten dan peleburan lebih tinggi daripada cairan lain kecuali ammonia
(Achmad, 2007)

2.1.2 Sifat-sifat unik badan air


Air permukaan terutama terdapat dalam bentuk aliran sungai, danau, dan
waduk/kolam. Danau dapat diklasifikasikan sebagai Oligotropik, Eutropik, dan
Dystropik. Danau Oligotropik adalah danau yang relatif muda, danau ini dalam dan
berair jernih, kurang mengandung zat hara akibatnya kurang produktif untuk
aktivitas biologis. Danau Eutropik lebih banyak mengandung zat hara sehingga
airnya agak keruh dan lebih dapat menunjang kehidupan aquatik. Danau ini umurnya
relatif lebih tua dibanding Oligotropik. Danau yang umurnya lebih tua
diklasifikasikan sebagai Dystropik, danau ini dangkal, dipenuhi dengan tumbuhan air
dan biasanya airnya berwarna serta mempunyai pH yang rendah.
Aliran sungai diklasifikasikan dalam empat tahapan, yaitu stadium lahir,
muda, dewasa dan umur tua. Pada stadium lahir sungai belum tererosi, air tanah
berperan penting pada stadium ini sehingga kalau musim kemarau sungai muda
masih didukung oleh aliran air tanah tetapi aliran sungai berjalan secara kontinu.
Sungai stadium dewasa, air sungai umumnya bersih dan lebih dalam dibanding
sungai muda sedangkan sungai tua lebih dalam lagi telah hampir mencapai tingkat
dasar geologinya. Ada hubungan antara suhu dengan bobot jenis air. Hubungan khas
ini menyebabkan pembentukan lapisan-lapisan yang berbeda dalam badan air,
terutama air danau.
Selama musim panas lapisan permukaan danau atau epilimnion dipanaskan
oleh radiasi matahari, sehingga bobotnya lebih kecil. Lapisan ini mengapung diatas
lapisan dasar atau hypolimnion. Lapisan diantaranya disebut thermoclyne. Fenomena
ini disebut strasifikasi thermal. Ketika terjadi perbedaan suhu antara dua lapisan, air
tidak tercampur dan memiliki sifat-sifat kimia dan biologi yang berbeda. Lapisan
epilimnion yang mendapat sinar matahari langsung menyebabkan ganggang tumbuh
amat subur. Dari hasil fotosintesis, epilimnion mengandung oksigen terlarut (DO)
yang relative lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan lainnya, pada umumnya
bersifat aerobik. Di hypolimnion bahan-bahan organik mudah diuraikan oleh bakteri-

Universitas Sumatera Utara


7

bakteri pengurai yang menyebabkan air dilapisan ini kekurangan oksigen sehingga
bersifat anaerobik. Dengan demikian, jenis-jenis zat kimia di lapisan ini secara
dominan terdapat dalam bentuk reduksi.
Selama musim gugur, suhu epilimnion dingin. Pada saat suhu epilimnion dan
hypolimnion sama, seluruh badan air mempunyai suhu yang tidak berbeda.
Hilangnya stasifikasi termal ini menyebabkan badan air mempunyai satu satuan
hidrologi dan proses pencampuran yang terjadi dikenal sebagai peristiwa pembalikan
(turn-over). Selama peristiwa pembalikan, sifat-sifat fisika dan kimia badan air
menjadi lebih seragam. Aktivitas biologi dapat meningkat yang diakibatkan oleh
pencampuran zat-zat hara yang lebih sempurna. Tipe lain dari badan air adalah
estuaria. Estuaria dibentuk oleh pertemuan aliran air tawar ke dalam air asin (air laut)
sehingga badan air ini mempunyai sifat-sifat kimia dan biologi yang unik. Estuaria
merupakan daerah tempat berkembang biaknya kebanyakan dari kehidupan laut yang
membuat kelestarian menjadi sangat penting bagi mahluk-mahluk tersebut (Achmad,
2007)

2.1.3 Sumber air


Menurut (Gabriel, 1999) Air merupakan salah satu dari tiga komponen yang
membentuk bumi (zat padat, air, dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70 %
sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara
mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer. Secara garis
besar dapat dikatakan air bersumber dari:
1. Air laut
Air yang dijumpai di dalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan
sisanya berupa air tanah/daratan, es, salju dan hujan. Air laut turut menentukan iklim
dan kehidupan di bumi.
a. Komposisi air laut
Kadar dan komponen unsur di dalam air laut ditentukan sejumlah reaksi
kimia fisik dan biokimia yang terjadi di samudera.

Universitas Sumatera Utara


8

Tabel 2.1 komposisi air laut


Unsur Kadar (mg/l) Unsur Kadar (mg/l)
H 108.000 Ag 0,0003
He 0,000007 Cd 0,00011
Li 0,17 In 0,000004
Be 0,0000006 Sn 0,0008
B 4,6 Sb 0,0003
C 28 Te -
N 15 I 0,06
O 857.000 Xe 0,0005
F 1,2Cs 0,0003 -
Ne 0,0001 Ba 0,03
Na 10500 La 1,2x10-5
Mg 1350 Ce5,2x10-6 -
Al 0,01 Pr 2,6x10-6
Si 3,0Nd 9,2 x10-6 -
P 0,7 Pm -
S 885 Sm -
Cl 19.000 Eu -
A 0,45 Gd2,4 x10-6 -
K 380 Tb -
Ca 400 Dy 2,9 x10-6
Sc <0,00004 Ho 8,8 x10-7
Ti 0,001 Er 2,4 x10-6
V 0,002 Tm 5,2 x10-7
Cr 0,00005 Yb 2,0 x10-6
Mn 0,002 Lu 4,8 x10-7
Fe 0,01 Hf <0,000008
Co 0,0004 Ta <0,000003
Ni 0,007 W 0,0001
Cu 0.003 Lw 0,0000084

Universitas Sumatera Utara


9

Zn 0,01 Os -
Ga 0,00003 Ir -
Ge 0,0006 Pt -
As 0.003 Au 0,00001
Se 0.0009 Hg 0,0002
Br 65 Ti <0,0001
Kr 0.0002 Pb 0,00003
Rb 0,12 Bi 0,00002
Sr 8,0 Po -
Y 0,00001 At -
Zr 0,00002 Rn 0,6 x10-5
Nb 0,00001 Fr -
Mo 0,01 Ra 1,0 x10-10
Tc - Ac -
Ru 0,0000007 Th 0,000001
Rh - Pa 2,0 x10-9
Pd - U 0,003
Dikutip dari Sybul P. Parker ”Grolier Concise Encyclopedia of Science and
Technologi”, Vol.Q-S hal. 1541.
b. Karakteristik air laut
Kadar garam pada air laut sangat bervariasi dari setiap tempat. Misalnya Laut
Hitam mempunyai kadar garam sangat tinggi dibandingkan dengan kadar garam
pada Samudera Pasifik. Larutan garam ini merupakan larutan elektrolit.
Perbandingan molekul air dengan molekul garam sekitar 100 berbanding 1.
Sedangkan perbandingan molekul-molekul air dengan ion sekitar 150 berbanding 1.
Di sekitar ion mempunyai medan listrik yang tinggi dan air di sekitar ion ikut pula
mempunyai medan listrik yang tinggi. Akibat garam terdapat di dalam air laut maka
secara fidik air laut dibedakan dengan air tanah.
c. Pencemaran air laut
Air laut mendapat pencemaran dari 3 tempat, yaitu dari darat, udara, dan laut.
Dari darat, hampir 90% bahan pencemar berasal dari darat, melalui sungai, air
rembesan yang belum tersaring dengan baik. Dari udara, bahan pencemar dibuang

Universitas Sumatera Utara


10

dari pesawat terbang. Dari laut, bahan pencemar dibuang dari kapal laut dan perahu
nelayan.
d. Bahan cemaran/pencemar
Bahan cemaran berupa sampah keluarga, bahan kimia dari industri (organik
maupun anorganik), yang paling celaka adalah bahan sisa radioaktif. Oleh karena
suatu kecelakaan, misalnya tenggelamnya kapal tenker pembawa minyak bumi
sehingga laut dicemari bahan tambang berupa minyak bumi. Hal ini sangat tidak
diharapkan karena sulit mengatasi cemaran tersebut.

2. Air hujan
Pada musim panas, matahri memanasi permukaan bumi seperti sungai, danau,
air laut sehingga terjadi evaporasi (penguapan), tumbuh-tumbuhan, hewan maupun
manusia terjadi proses transpirasi/penguapan pula. Uap air ini akan membumbung
naik ke atas sampai suatu titik dimana suhu udara sekitarnya sama dengan suhu uap
air yang menguap, selanjutnya terjadi titik kondensasi dan terbentuk awan. Pada saat
ini akan terjadi proses presipitasi melalui 2 teori:
Teori Bergeron. Awan yang terletak diatas dari uap air, mengandung kristal
es, sedangkan uap air dalam fase dibawah titik beku disebut dalam keadaan super
coated, sehingga air cenderung sublimasi langsung di atas kristal es. Kristal es
tumbuh menjadi besar dan oleh karena gaya gravitasi es akan jatuh ke bumi. Namun
karena suhu udara di bawah awan berada di atas titik beku es, maka kristal es akan
mencair dan jatuh sebagai hujan.
Teori Collision (teori tumbukan dan penyatuan). Teori ini menjelaskan bahwa
uap air itu saling bertumbukan dan kemudian terjadi penyatuan sehingga terbentuk
uap air/bintik-bintik yang lebih besar dan karena pengaruh gaya gravitasi, butir-butir
air itu akan jatuh sebagai hujan.

3. Air tanah
Air tanah disebut juga air tawar oleh karena tidak terasa asin. Berdasarkan
lokasi air maka air tanah dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu:

Universitas Sumatera Utara


11

a. Air permukaan tanah


Termasuk air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, waduk
(buatan). Kesemuanya itu sangat tergantung curah hujan. Air permukaan tanah ini
sering dicemari oleh sampah keluarga, kotoran hewan, limbah industri sehingga
dalam mengkonsumsi air ini perlu ekstra hati-hati.
b. Air jauh dari permukaan tanah/air tertekan
Disebut pula air tertekan yaitu air yang tersimpan didalam lapisan tanah;
termasuk air tanah adalah sumur gali dan sumur bor.
1. Sumur gali
Diameter sumur gali antara 0,8 - 1 meter, lazimnya 0,8 meter, kedalaman
sumur gali tergantung lapisan tanah, ketinggian dari permukaan air laut, ada tidaknya
air bebas dibawah lapisan tanah. Umumnya:
a. Tanah sawah: sumur gali cukup 3-5 meter telah memperoleh air bebas.
b. Tanah berpasir: sumur gali cukup 6-8 meter telah memperoleh air bebas.
c. Tanah liat/berpadas:kedalaman sumur >12 meter baru memperoleh air bebas.
d. Tanah kapur/berbukit: umumnya sumur gali harus >40 meter baru diperoleh air
bebas
Keadaan/sifat air sumur gali yaitu ketinggian air bebas umumnya sekitar 1-3
meter dari dasar sumur, ketinggian air bebas bervariasi, tergantung jumlah air yang
diambil, tergantung musim, rasa dan warna air tergantung jenis tanah yang ada: tanah
sawah airnya kekuning-kuningan, tanah berpasir airnya jernih dan rasanya sejuk,
tanah liat/padas airnya terasa sedikit sepat, tanah kapur airnya terasa sedikit sepat dan
warnanya kehijau-hijauan, mudah tercemar oleh karena kelalaian dalam menutup
mulut sumur, mengandung algae dalam jumlah sedikit, dan mengandung bakteri
cukup banyak.
2. Sumur bor
Sumur yang terbentuk melalui pengeboran disebut sumur bor. Lubang sumur
bor biasanya 4 dim atau 5 dim dan kedalaman sumur bor tergantung struktur dan
lapisan tanah.
a. Tanah berpasir: biasanya kedalaman 30-40 meter sudah memperoleh air. Biasanya
airnya naik sampai 5-7 meter dari permukaan tanah.

Universitas Sumatera Utara


12

b. Tanah liat/padas: biasanya kedalaman 40-60 meter akan diperoleh air yang baik
dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah
c. Tanah berkapur: biasanya sumur dibuatdengan kedalaman di atas 60 meter
kemungkinan baru mendapat air dan apabila ada air, airnya sukar/tidak bisa naik
ke atas dengan sendirinya.
d. Tanah berbukit: biasanya sumur dibuat di atas 100 meter atau 200 meter,
kemungkinan tipis sekali untuk memperoleh air. Air yang diperoleh sukar/ tidak
bisa naik ke atas dengan sendirinya.
Setelah membuat sumur bor, lubang sumur bor harus dipasang casing atau
PVC (paralon), terutama pada tanah berpasir pengeboran baru beberapa meter harus
segera memasang casing agar pasir tidak rontok menutupi hasil pengeboran tersebut.
Keadaan/ sifat air sumur bor adalah air jernih dan rasanya sejuk, pencemaran sukar
terjadi, jumlah bakteri jauh lebih kecil dari sumur gali, jumlah algae didalam air
sumur bor jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sumur gali.

2.1.4 Sifat umum air


1. Sifat fisik
a. Titik beku 0oC
b. Masa jenis es (0oC) 0,92 g/cm3
c. Masa jenis air (0oC) 1,00 g/cm3
d. Panas lebur 80 kal/g
e. Titik didih 100 oC
f. Panas penguapan 540 kal/g
g. Temperatur kritis 347 oC
h. Tekanan kritis 217 Atm
i. Konduktivitas listrik spesifik (25oC) 1x10-17/Ohm-cm
j. Konstanta dielektrikum (25oC) 78
Sedangkan air laut memiliki titik beku (-1,9oC). Massa jenis air tawar terbesar
pada 4oC, sedangkan air laut (kadar garam 35%) mempunyai massa jenis terbesar
pada (-3.5oC) (Darmono, 2001)

Universitas Sumatera Utara


13

2. Sifat kimia
Menurut (Darmono, 2001) baik air laut, air hujan maupun air tanah/air tawar
mengandung mineral. Macam-macam mineral yang terkandung dalam air tawar
bervariasi tergantung struktur tanah dimana air itu diambil. Sebagai contoh mineral
yang terkandung dalam air itu bukan melalui suatu reaksi kimia melainkan terlarut
dari suatu substansi misalnya sari batu andesit (dari batu vulkanis). Sifat kimia yang
lain yaitu konduktivitas listrik pada air paling sedikit 1000 kali lebih besar daripada
cairan non metalik pada suhu ruangan.
a. Air dapa terurai oleh pengaruh arus listrik
b. Air merupakan pelarut yang baik
c. Air dapat bereaksi dengan asam kuat dan basa kuat
d. Air bereaksi dengan berbagai substansi membentuk senyawa padat dimana air
terikat dengannya, misalnya seperti hidrate.

2.1.5 Analisis air


Suatu bidang yang sangat luas yang berkaitan dengan penggunaan metode
kimia, fisika dan biologi dalam menganalisis contoh air dari air yang telah
tercemar/terpolusi, hal utama yang diperhatikan dalam usaha menganalisi meliputi:
a. Air siap minum yang menimbulkan penyakit kepada manusia.
b. Zat-zat kimia yang terkandung dalam air yang membahayakan kehidupan
manusia.
c. Rasa asin, bau dan penampilan.
d. Bahan polutan apa saja yang ada di air
e. Menentukan cara-cara analisis
f. Kesehatan masyarakat dan pencegahan lingkungan

2.1.6 Macam-macam analisis air


Menurut (Darmono, 2001) analisis air meliputi berbagai bidang dan metode
yang dipakai meliputi kimia, fsik dan biologi.
a. Metode analisis kimia
Analisis kimia tentang air meliputi kadar mineral, kation dan anion, organik
dan substansi anorganik, radionuklei dengan memakai colorimeter, metode titrasi dan

Universitas Sumatera Utara


14

instrumen analisis ( Atomic Absorption Spectrophotometer untuk metal gas dan Gas
Liquid Chromatography untuk zat organik), non instrumen untuk mengatur zat
organik non metal, teknik separasi kimia dan instrumen untuk mengukur
radioaktivitas dan untuk mengukur radionuklei.
b. Metode analisis fisik
Memakai tes organoleptik untuk mengetahui rasa air, bau yang sangat
bermakna bagi konsumen dalam hal menilai kualitas air yang siap diminum. Warna
air ditentukan dengan metode spektrophotometer dan dengan mengamati secara
langsung. Konduktiitas listrik diukur dengan elektrometer dan secara tidak langsung
sebagai indikasi sisa larutan (resisu). Residu larutan air dapat pula diukur dengan
gravimeter. Sisa suspensi memakai suspensi solid test. Untuk air siap minum perlu
sekali mrnganalisis tentang kekeruhan air dan kejernihan. Dan memakai
nephelometri yaitu pemakaian lilin yang menyala untuk menentukan kedalaman
sumber air.
c. Analisis biologi
Analisis biologi bertujuan untuk menentukan ada tidaknya organisme di
dalam
air dan efek substansi di dalam air. Dalam melakukan pekerjaan analisis biologi
metode klasik yang dipakai meliputi laboratorium percobaan, penggunaan mikroskop
untuk mengidentifikasi dan menghitung organisme di dalam air.

2.1.7 Pembagian Air Berdasarkan Analisis


Berdasarkan analisis air maka air digolongkan dalam 3 (tiga) golongan yaitu
air kotor/air tercemar, air bersih dan air siap minum .
a. Air kotor/air tercemar
Air yang tercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan
disebut air tercemar/air kotor. Menurut lokasi pemcemaran maka air tercemar ini
digolongkan dalam 2 lokasi yaitu: 1. Air tercemar di pedesaan. Sumber pencemar
adalah hasil sampah rumah tangga, hasil kotoran hewan, hasil industri kecil. 2. Air
tercemar perkotaan bersumber dari hasil sampah rumah tangga, pusat perbelanjaan,
industri kecil, industri besar, hotel, restaurant, tempat keramaian.

Universitas Sumatera Utara


15

b. Air bersih
Air bersih adalah air yan sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi
belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, dan
air dari sumber mata air.
c. Air siap minum/air minum
Air siap minum/air minum adalah air yang sudah terpenuhi secara fisik,
kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi
maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhandan bakteri coliform yang
diperkenankan dalam batas-batas aman.

2.1.8 Pencemaran Air


Menurut (Mulia, 2005) Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
terjadi juga peningkatan aktivitas manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia
sendiri juga dapat menyebabkan penurunan kualitas (mutu) air ini tidak
diminimalkan maka akan terjadi pencemaran air. Peraturan pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 menyebutkan “pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannyaa
mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya
tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya”.
Menurut Peraturan Pemerintah R.I. No. 82 tahun 2001 kualitas air dibagi
menjadi beberapa kelas menurut peruntukannya. Adapun kelas-kelas air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


16

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Menurut definisi di atas, bila suatu sumber air yang dapat digunakan sebagai
air baku air minum mengalami pencemaran yang berasal dari air limbah suatu
industri sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk air baku air minum, maka
kualitas sumber air tersebut telah tercemar. Secara umum pencemar air dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Infections Agents
Bahan pencemar yang paling sering menyebabkan gangguan kesehatan
manusia adalah mikroorganisme patogen. Penyakit-penyakit bawaan air umumnya
disebabkan pencemar air yang berasal dari kategori ini. Sumber utama
mikroorganisme patogen berasal dari excreta manusia dan hewan yang tidak dikelola
dengan baik.
b. Zat-zat pengikat oksigen
Jumlah Oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen) dalam air merupakan indikator
yang baik untuk membentuk kualitas air dan kehidupan dalam air.Air dengan
kandungan Oksigen di atas 6 ppm dapat mendukung kehidupan ikan dan kehidupan
air lainnya. Air dengan kandungan oksigen lebih kecil dari 2 ppm hanya
mengandung kehidupan cacing, bakteri, jamur dan mikroorganisme pengurai.
Oksigen terlarut ke air berasal dari proses difusi oksigen yang terdapat di atmosfer,
khususnya ketika terjadi pergolakan air. Oksigen terlarut ke air dapat juga berasal
dari proses fotosintesis tumbuhan hijau, alga dan cyano bakteri yang terdapat dalam
air. Masuknya bahan organik seperti sisa makanan menyebabkan peningkatan
mikroorganisme pengurai dalam air. Mikroorganisme pengurai ini mengkonsumsi
oksigen yang terlarut dalam air untuk proses respirasinya. Sebagai akibatnya terjadi
penurunan kadar oksigen dalam air sehingga terjadi kepunahan sebagian besar
mahluk hidup di dalam air. Bila ini terus terjadi hingga kadar oksigen terlarut

Universitas Sumatera Utara


17

menurun sampai 2 ppm, di dalam air tersebut hanya hidup cacing, bakteri, jamur dan
mikroorganisme pengurai.
c. Sedimen
Sedimen meliputi tanah dan pasir yang pada umumnya masuk ke badan air
akibat erosi atau banjir. Sedimen dapat mengakibatkan pendangkalan badan air
(misalnya sungai). Disamping itu, keberadaan sedimen di dalam air mengakibatkan
terjadinya peningkatan kekeruhan air. Hal ini menghambat penetrasi sinar matahari
sehingga proses fotosintesis dalam air akan terganggu. Hal ini memperlambat laju
penambahan oksigen terlarut di dalam air. Kekekruhan air juga dapat menghambat
transfer oksigen dari atmosfir ke dalam air.
d. Nutrisi/unsur hara
Nutrisi/unsur hara, khususnya nitrat dan posfat dapat mengakibatkan
peningkatan produktivitas primer perairan. Peningkatan produktivitas primer
perairan sebagai pengayaan air dengan nutrien/unsur hara yang dibutuhkan oleh
tumbuhan disebut Eutrofikasi. Eutrofikasi tersebut menyebabkan pertumbuhan
tumbuhan air, khususnya alga dan bakteri melimpah. Hal ini menyebabkan badan air
menjadi keruh dan bau. Selain itu juga, bakteri dan alga yang tumbuh di permukaan
air dapat menghambat proses aerasi. Aerasi adalah proses transfer oksigen ke
perairan melalui proses difusi. Akibatnya terjadi penurunan kadar oksigen terlarut di
dalam air.
e. Pencemar anorganik
Banyak pencemar anorganik, seperti logam, garam, asam dan basa dapat
masuk ke badan air melalui proses alam ataupun sebagai akibat aktivitas manusia.
Beberapa jenis logam seperti Mercury, Timbal, Cadmium dan Nikel, dengan
konsentrasi yang relatif kecil sudah dapat membahayakan mahluk hidup. Logam
merupakan yang sangat persisten sehingga adapat berakumulasi pada rantai makanan
dan menyebabkan dampak kumali pada manusia. Keberadaan asam di dalam air
umunya berasal dari produk samping (by-product) proses industri seperti peleburan
dan pelapisan logam. Asam dan Basa menyebabkan perubahan pH air, sehingga
dapat mengganggu kehidupan mahluk air.

Universitas Sumatera Utara


18

f. Zat kimia organik


Ribuan zat kimia organik digunakan di dalam industri kimi untuk membuat
pestisida, plastik, produk farmasi, pigmen dan produk lain yang kita gunakan setiap
hari. Banyak dari zat kimia organik ini memiliki toksisitas yang tinggi. Kontaminasi
air permukaan dan air tanah dengan zat kimia organik dapat mengancam kesehatan
manusia. Sumber utama zat kimia organik berbahaya adalah limbah industri dan
rumah tangga yang tidak dikelola dengan semestinya.
g. Energi panas
Kenaikan atau penurunan temperatur air dari kondisi normal dapat
memperburuk kualitas air dan kehidupan di dalamnya. Temperatur air biasanya lebih
stabil dari temperatur udara, sehingga mahluk hidup cenderung tidak mudah
beradaptasi dengan perubahan temperatur yang tiba-tiba. Kenaikan temperatur
sebagai akibat pembuangan air limbah yang mengandung panas juga menyebabkan
penurunan kadar oksigen terlarut di dalam air. Penurunan oksigen disebabkan oleh
keberadaan air panas pada lapisan air yang lebih atas. Air panas di lapisan atas
dengan kadar oksigen yang lebih rendah ini menghambat transfer oksigen ke lapisan
dibawahnya.
Manusia dapat menyebabkan perubahan temperatur pada badan air dengan jalan
membuang air limbah yang mengandung panas ke badan air penerima seperti sungai
dan danau.
h. Zat radioaktif
Pembuangan sisa zat radioaktif ke lingkungan air secara langsung tidak
diperbolehkan. Namun, mengingat aplikasi teknologi nuklir yang menggunakan zat
radioaktif pada berbagai bidang sudah begitu banyak maka tidak tertutup
kemungkinan bahwa zat radioaktif ikut terbawa ke lingkungan air. Pengaruh zat
radioaktif dapat bersifat akut atau kronis. Pada kadar yang tinggi, pengaruh radioaktif
terhadap mahluk hidup bersifat akut. Hal ini menyebabkan gangguan proses
pembelahan sel dan mengakibatkan rusaknya kromosom. Pengaruh kronis yang
muncul dalam jangka waktu lama dapat terjadi pada genetik (sistem produksi) dan
somatik (sel tubuh).

Universitas Sumatera Utara


19

2.2 Spektrofotometer
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan
spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih
dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating
ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang
diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai
spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter,
tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,
melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh
dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun
dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel dan blangko ataupun pembanding.(Khopkhar, 2002)

2.2.1 Cara kerja spektrofometer


Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut.
Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan
larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200
nm – 650 nm (650 nm – 1100 nm) agar daerah panjang gelombang yang diperlukan
dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer
dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan
lewatkan berkas cahaya pada blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan
memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian
atur besarnay pada 100 %. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan
dianalisis. Skala absorbansi menunjukan absorbansi larutan sampel (Khopkhar,
2002)

Universitas Sumatera Utara


20

2.2.2 Komponen-komponen pokok Spektrofotmeter


Menurut (Sastrohamidjojo, 2013) Komponen-komponen pokok dari
spektrofotometer meliputi: 1. Sumber tenaga radiasi yang stabil 2. Sistem yang
terdiri atas lensa-lensa, cermin, celah-celah dan lain-lain 3. Monokromator untuk
mengubah radiasi menjadi komponen-komponen panjang gelombang tunggal
(monokromatik) 4. Sel/kuvet tempat cuplikan yang transparan 5. Detektor radiasi
yang dihubungkan dengan sistem meter dan pencatat.
1. Sumber tenaga radiasi
Sumber radiasi yang ideal untuk pengukuran serapan harus menghasilkan
spektrum kontinu dengan intensitas yang seragam pada keseluruhan kisaran panjang
gelombang yang sedang dipelajari. Sumber radiasi sinar ultraviolet yang kebanyakan
digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Kedua lampu tersebut
terdiri dari sepasang elektroda yang terselubung dalam tabung gelas dan diisi gas
hidrogen atau deuterium pada tekanan yang rendah. Bila tegangan yang tinggi
dikenakan pada elektroda-elektroda, maka akan dihasilkan elektron-elektron yang
mengeksitasikan elektron-elektron lain dalam molekul gas ke tingkatan tenaga yang
lebih tinggi. Bila elektron-elektron kembali ke tingkat dasar mereka melepaskan
radiasi yang kontinu dalam daerah sekitar 180 nm dan 350 nm. Sumber radiasi
ultraviolet yang lain adalah lampu xenon, namun lampu ini tidak sestabil lampu
hidrogen.Sumber radiasi sinar terlihat dan radiasi sinar inframerah dekat yang biasa
digunakan adalah lampu filamen tungsten. Filamen dipanaskan oleh sumber arus
searah atau oleh baterai. Filamen tungsten menghasilkan radiasi kontinu dalam
daerah antara 350 dan 2500 nm.
2. Monokromator
Sumber radiasi yang umum digunakan menghasilkan radiasi kontinu dalam
kisaran panjang gelombang yang lebar. Dalam spektrofotometer, radiasi yang
polikromatik ini harus diubah menjadi radiasi monokromatik. Ada dua jenis alat
yang digunakan untuk mengurai radiasi monokromatik menjadi monokromatik yaitu
penyaring/filter dan monokromator. Penyaring terbuat dari benda khusus yang hanya
meneruskan radiasi pada daerah panjang gelombang tertentu dan menyerap radiasi
pada panjang gelombang yang lain. Monokromator merupakan serangkaian alat optik

Universitas Sumatera Utara


21

yang menguraikan radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur dengan panjang


gelombang tunggal.
3. Tempat cuplikan
Cuplikan yang akan dianalisis pada daerah sinar ultraviolet atau sinar
terlihat/tampak yang berwujud gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau kuvet.
Untuk analisis pada daerah ultraviolet lazim digunakan quart atau sel dari silika yang
dilebur, sedangkan untuk analisis pada daerah terlihat/tampak digunakan gelas biasa
atau quartz. Sel yang digunakan untuk cuplikan yang berwujud gas mempunyai
panjang lintasan dari 0,1 sampai 100 nm, sedangkan sel untuk larutan mempunyai
panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10 cm. Sebelum sel dipakai harus dibersihkan
dengan air atau jika dikehendaki dapat dicuci dengan larutan detergen atau asam
nitrat panas.
4. Detektor
Detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah tenaga
tersebut untuk dapat diukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik atau sebagai
perubahan panas. Kebanyakan detektor menghasilkan sinyal listrik yang dapat
mengaktifkan meter atau pencatat. Pencatat menghasilkan sinyal yang secara
kuantitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang mengenainya. Persyaratan penting
untuk detektor meliputi: 1. Sensitivitas tinggi hingga dapat mendeteksi tenaga cahaya
yang memiliki tingkatan rendah sekalipun. 2. Waktu respons yang pendek 3.
Stabilitas yang lama untuk menjamin respons secara kuantitatif 4. Sinyal elektronik
yang mudah diperjelas. Detektor yang digunakan dalam sinar ultraviolet dan terlihat
disebut detektor fotolistrik.

2.2.3 Parameter untuk verifikasi spektrofotometer


Menurut (Rohman,2014) Teknik spektrofotometri ultraviolet tampak
digunakan secara umum di laboratorium analisis kimia, baik untuk tujuan analisis
kualitatif maupun untuk analisis kuantitatif. Popularitas teknik spektrofotometri
ultraviolet-tampak (UV-Vis) disebabkan oleh cara penggunaannya yang mudah dan
cara analisisnya yang cepat. Hampir semua laboratorium yang terlibat dengan
pengujian kimia mempunyai alat atau instrumen ini. Konsentrasi sampel dapat
dihitung dari data absorbansi spektra UV-Vis menggunakan hukum Lambert-Beer.

Universitas Sumatera Utara


22

Percobaan-percobaan secara spektrofotometri UV-Vis sangat mudah untuk


dilakukan. Meskipun demikian, seorang analisis harus paham pentingnya kinerja
spektrofotometer UV-Vis sehingga dihasilkan data yang dapat dipercaya.
Persyaratan-persyaratan kinerja spektrofotometer bervariasi tergantung pada sifat uji
dan desain instrumen. Karakteristik suatu kinerja tertentu akan mempengaruhi
kinerja instrumen secara keseluruhan. Suatu instrumen dengan desain berkas sianr
ganda pada umumnya akan memberikan resolusi dan stabilitas yang lebih baik
dibanding instrumen dengan desain berkas sinar tunggal.
Berikut adalah beberapa parameter yang ditentukan untuk verifikasi
spektrofotometer UV-Vis:
a. Akurasi panjang gelombang
Akurasi panjang gelombang didefinisikan sebagai penyimpangan pembacaan
panjang gelombang pada suatu pita absorpsi atau pita emisi dari suatu pita panjang
gelombang yang telah diketahui. Penyimpangan panjang gelombang dapat
menyebabkan kesalahan yang bermakna dalam suatu anlisis kualitatif maupun
analisis kuantitatif. Tampak jelas bahwa jika spektrofotometer tidak mampu menjaga
skala panjang gelombang secara akurat, maka profil absorbansi sampel yang diukur
dengan instrumen ini akan menjadi tidak akurat. Selain itu, nilai panjang gelombang
maksimal dan panjang gelombang minimal yang sebenarnya juga tidak apat
dikarakterisasi secara akurat.
b. Sesatan sinar
Sesatan sinar didefinisikan sebagai sinar yang terdeteksi dari suatu panjang
gelombang apa pun yang berada di luar celah pita (bandwidth) panjang gelombang
terpilih. Penyebab sesatan sinar adalah adanya penghamburan (scattering), difraksi
momokromator pada tingkatan yang lebih tinggi, atau desain alat yang jelek. Adanya
sesatan sinar dapat menyebabkan penurunan absorbansi dan akan mengurangi
kisaran linier suatu instrumen. Adanya pengukuran absorbansi yang lebih tinggi juga
dapat dipengaruhi oleh adanya sesatan sinar jika sesatan sinar terjadi secara parah.
c. Resolusi
Resolusi (daya pisah) yang tidak mencukupi akan mengakibatkan penurunan
koefisien ekstingsi pada panjang gelombang yang digunakan. Oleh karena itu,
analisis kuantitatif menjadi tidak akurat. Sensitivitas pengukuran juga akan

Universitas Sumatera Utara


23

terpengaruh. Berkaitan dengan tujuan analisis kualitatif, ketajaman spektral juga


terpengaruh. Resolusi spektrofotometer UV-Vis terkait dengan lebar celah spektral.
Semakin kecil lebar celah spektral (spectral bandwidth), resolusinya semakin halus.
Lebar pita spektral tergantung pada lebar celah dan kekuatan dispersif
monokromator. Pada umumnya, hanya spektrofotometer yang dirancang untuk
bekerja dengan resolusi yang tinggi yang mempunyai lebar celah bervariasi.
Spektrofotometer yang digunakan untuk analisis rutin biasanya mempunyai lebar
celah tertentu (fixed).
d. Derau (Noise)
Derau dalam pengukuran spektrofotometer UV-Vis terutama berasal dari
sumber sinar dan komponen-komponen elektronik. Derau dalam pengukuran akan
berpengaruh pada akurasi kedua ujung skala absorbansi. Derau foton dari sumber
sinar akan berpengaruh pada akurasi pengukuran–pengukuran pada absorbansi
rendah. Derau elektronik dari komponen-komponen elektrik akan berpengaruh pada
akurasi pengukuran-pengukuran pada absorbansi yang tinggi. Level derau yang
tinggi akan berpengaruh pada presisi pengukuran. Oleh karena itu, akan mengurangi
batas deteksi sehingga menyebabkan alat menjadi kurang sensitif.
e. Kedataran Baseline
Intensitas radiasi yang datang dari sumber sinar bervariasi di seluruh kisaran
spektrofotometer UV-Vis. Kebanyakan spektrofotometer mempunyai sumber sinar
ganda. Lampu deuterium digunakan untuk pengukuran pada daerah UV, sedangkan
lampu tungsten digunakan pada pengukuran di daerah visibel. Respons detektor juga
bervariasi di sekitar kisaran spektral. Uji kedataran baseline menunjukan
kemampuan instrumen untuk melakukan normalisasi pengukuran intensitas sinar dan
hasil spektral pada panjang gelombang yang berbeda di seluruh kisaran spektral.
f. Stabilitas
Variasi intensitas lampu dan hasil elektronik antara pengukuran-pengukuran
referen dan sampel akan menghasilkan penyimpangan (drift) instrumen. Intensitas
lampu merupakan fungsi dari usia lampu, fluktuasi suhu, dan panjang gelombang
pengukuran. Adanya perubahan-perubahan ini akan menimbulkan kesalahan nilai
pengukuran, terutama pada periode waktu pemakaian yang lama. Kesalahan yang
dihasilkan dapat bersifat positif atau negatif. Uji stabilitas akan mengecek

Universitas Sumatera Utara


24

kemampuan instrumen untuk tetap memelihara keadaan tunak (steady state) selama
waktu penggunaan sehingga pengaruh drift pada akurasi pengkuran bersifat tidak
signifikan.
g. Akurasi Fotometrik
Kebanyakan penggunaan UV-Vis untuk tujuan analisis kuantitatif melibatkan
pengukuran standar dan sampel dari suatu konsentrasi yang diperbandingkan dengan
urutan yang cepat menggunakan instrumen yang sama. Sepanjang pengukuran-
pengukuran fotometrik bersifat reprodusibel dan respons yang dihasilkan linier pada
kisaran tertentu, akurasi fotometrik absolut bukanlah sesuatu yang kritis. Meskipun
demikian, akurasi fotometrik merupakan sesuatu yang penting dalam pengukuran
yang akurat dari suatu koefisien ekstingsi yang digunakan untuk mengarakterisasi
analit dan untuk menjamin bahwa data transmitan dan absorbansi dapat
dibandingkan antar spektrofotometer dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda.
h. Linieritas
Kisaran dinamik linieritas pengukuran dibatasi oleh adanya sesatan sinar pada
absorbansi yang tinggi dan oleh derau pada absorbansi yang rendah. Untuk
pengukuran rutin yang melibatkan sampel-sampel dan standar-standar kimia referen
yang terkait, akurasi kuantifikasi sampel tergantung pada presisi dan linieritas
pengukuran.

2.3 Fosfat
Menurut (Effendi, 2003) Di perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam
bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa organik yang
terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan senyaea organik yang berupa partikulat. Fosfor
membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak
larut, dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae
akuatik.

Universitas Sumatera Utara


25

Tabel 2.3 senyawa fosfor anorganik yang biasa terdapat diperairan


Nama senyawa Fosfor Rumus kimia

Ortofosfat :
Trinatrium fosfat Na3PO4
Dinatrium fosfat Na2HPO4
Mononatrium fosfat NaH2PO4
Diamonium fosfat (NH3)2HPO4
Polifosfat :
Natrium heksametafosfat Na3(PO3)6
Natrium tripolifosfat Na5P3O10
Tetranatrium pirofosfat Na4P2O7
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan
penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada kerak bumi,
keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap. Fosfor juga merupakan
unsur yang esential bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae, sehingga unsur ini
menjadi faktor pembatas bagi tumbuhan dan algae akuatik serta sangat
mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Jones dan Bachmann (1976) dan Davis
dan Cornwell (1991) mengemukakan korelasi positif antara kadar fosfor total dengan
klorofil a. Hubungan antara kadar fosfor total dan klorofil a tersebut ditunjukan
dalam persamaan berikut:
Log (klorofil a) = 1,09 + 1,46 Log Pt
Keterangan: klorofil a = Konsentrasi klorofil a ( mg/m3)
Pt = Fosfor total ( mg/m3)
Fosfor berperan dalam transfer energi didalam sel, misalnya yang terdapat
pada ATP (Adenosine Triphosphate) dan ADP (Adenosine Diphosphate). Ortofosfat
yang merupakan produk ionisasi dari adam ortofosfat adalah bentuk bentuk fosfor
yang paling sederhana di perairan. Reaksi ionisasi asam ortofosfat adalah sebagai
berikut:
H3PO4 H+ + H2PO4-
H2PO4- H+ + HPO42-
HPO42- H+ + PO43-

Universitas Sumatera Utara


26

Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara


langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan polifosfat harus mengalami hidrolisis
membentuk ortofosfat terlebih dahulu, sebelum dapat dimanfaatkan sebagai sumber
fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan, misalnya fitoplankton, fosfat anorganik
mengalami perubahan menjadi organofosfat. Fosfat yang berikatan dengan ferri
(Fe2(PO4)3) bersifat tidak larut dan mengendap di dasar perairan. Pada saat terjadi
kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) ini mengalami reduksi menjadi ion besi
valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat ke perairan. Sehingga
meningkatkan keberadan fosfat di perairan.
Fosfor total menggambarkan jumlah total fosfor, baik berupa partikulat
maupun terlarut, anorganik maupun organik. Fosfor anorganik biasa disebut soluble
reactive phosphorus, misalnya ortofosfat. Fosfor organik banyak terdapat pada
perairan yang banyak mengandung bahan organik. Oleh karena itu, pada perairan
yang memiliki kadar bahan organik tinggi sebaiknya ditentukan juga kadar fosfor
total, di samping ortofosfat.
Di perairan, bentuk unsur fosfor berubah secara terus-menerus, akibat proses
dekomposisi dan sintesis antara bentuk organik dan bentuk anorganik yang dilakukan
oleh mikroba. Semua polifosfat mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat.
Perubahan ini bergantung pada suhu. Pada suhu yang mendekati titik didih,
perubahan polifosfat menjadi ortofosfat berlangsung cepat. Kecepatan ini meningkat
dengan menurunnya nilai pH. Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat pada air
limbah yang mengandung bakteri berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan
perubahan yang terjadi pada air bersih.
Keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil, dengan kadar yang
lebih sedikit daripada kadar nitrogen, karena sumber fosfor lebih sedikit
dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan. Sumber alami fosfor di perairan
adalah pelapukan batuan mineral, misalnya flourapatite [Ca5-(PO4)3F],
hydroxylapatite [Ca5-(PO4)3OH], strengite [Fe(PO4)2H2O], whitlockite [Ca(PO4)2]
dan berlinite (AlPO4). Selain itu, fosfor juga berasal dari dekomposisi bahan organik.
Sumber antropogenik fosfor adalah limbah industri dan domestik, yakni fosfor yang
berasal dari detergen. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor.

Universitas Sumatera Utara


27

Fosfor banyak digunakan sebagai pupuk, sabun atau detergen, bahan industri
keramik, minyak pelumas, produk minuman dan makanan, katalis, dan sebagainya.
Dalam industri, polifosfat ditambahkan secara langsung untuk mencegah terjadinya
pembentukan karat dan korosi pada peralatan logam. Fosfor tidak bersifat toksik bagi
manusia, hewan, dan ikan. Kadar fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air
minum adalah 0,2 mg/liter dalam bentuk fosfat (PO 4). Kadar fosfor pada perairan
alami berkisar antara 0,005-0,02 mg/liter P-PO4, sedangkan pada air tanah biasanya
sekitar 0,2 mg/liter P- PO4. Kadar fosfor dalan ortofosfat (P- PO4) jarang melebihi
0,1 mg/liter, meskipun pada perairan eutrof. Kadar fosfor total pada perairan alami
jarang melebihi 0,1 mg/liter.
Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan
nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan. Algae yang
berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air, yang selanjutkan dapat
menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang
menguntungkan bagi ekosistem perairan. Pada saat perairan cukup mengandung
fosfor, algae mengakumulasi fosfor di dalam sel melebihi kebutuhannya. Fenomena
yang demikian dikenal dengan istilah konsumsi lebih. Kelebihan fosfor yang diserap
akan dimanfaatkan pada saat perairan mengalami defisiensi fosfor, sehingga algae
masih dapat tumbuh selama beberapa waktu selama periode kekurangan pasokan
fosfor. Selama defisiensi fosfor algae juga dapat memanfaatkan fosfor organik
dengan bantuan enzim alkalin fosfat yang berfungsi memecah senyawa organofosfor.
Keberadaan enzim alkalin fosfat akan meningkat jika terjadi defisiensi fosfor di
perairan.
Berdasarkan kadar ortofosfat, perairan diklasifiaksikan menjadi tiga, yaitu:
perairan oligotrofik yang memiliki kadar ortofosfat 0,003 - 0,01 mg/liter; perairan
mesotropik yang memiliki kadar ortofosfat 0,011 - 0,03 mg/liter; perairan eutropik
yang memiliki kadar 0,031 - 0,1 mg/liter. Berdasarkan kadar fosfor total, perairan
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: perairan dengan tingkat kesuburan rendah, yang
memiliki kadar fosfat total berkisar antara 0 - 0,02 mg/liter; perairan dengan tingkat
kesuburan sedang, yang memiliki kadar fosfat total 0,021 - 0,05 mg/liter; dan
perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki kadar fosfat total 0,051 –
0,1 mg/liter.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Spektrofotometer Spectroquant Pharo 300
b. Neraca analitik
c. Erlenmeyer 125 mL
d. Labu ukur 100 mL, 250 mL dan 1000 mL
e. Gelas ukur 25 mL dan 50 mL
f. Pipet ukur 10 mL
g. Pipet volumetrik 2 mL, 5 mL, 10 mL, 20 mL dan 25 mL
h. Gelas beaker 1000 mL
i. Pipet tetes

3.1.2 Bahan
a. H2SO4 5N
b. K(SbO)C4H4O6.½ H2O
c. (NH4)6 Mo7O24.4H2
d. C6H8O6 0,1 M
e. KH2PO4
f. Air Suling
g. Indikator Phenolphthalein
h. Air badan air

3.2 Prosedur Penelitian


3.2.1 Pembuatan Pereaksi
a. Larutan asam sulfat (H2SO4) 5N

Universitas Sumatera Utara


29

Dimasukkan dengan hati-hati 70 mL asam sulfat pekat ke dalam gelas piala


yang berisi 300 mL air suling dan diletakkan pada penangas es. Encerkan larutan
dengan air suling sampai 500 mL dan dihomogenkan.
b. Larutan kalium antimonil tartrat (K(SbO)C4H4O6.½ H2O)
Dilarutkan 1,3715 g kalium antimonil tartrat dengan 400 mL air suling dalam
labu ukur 500 mL. Kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera dan
dihomogenkan.
c. Larutan ammonium molibdat ((NH4)6 Mo7O24.4H2O)
Dilarutkan 20 g ammonium molibdat dalam 500 ml air suling dan
dihomogenkan.
d. Larutan asam askorbat (C6H8O6) 0,1 M
Dilarutkan 1,76 g asam askorbat dalam 100 mL air suling dan dihomogenkan.
Larutan ini stabil selama 1 minggu pada suhu 4 oC
e. Larutan Campuran
Dicampurkan secara berturut-turut 50 mL H2SO4 5N, 5 mL larutan kalium
antimonil tartrat, 15 mL larutan ammonium molibdat dan 30 mL larutan asam
askorbat.
Catatan :
1. Bila terbentuk warna biru, larutan campuran tidak dapat digunakan.
2. Apabila terjadi kekeruhan pada larutan campuran, kocok dan biarkan beberapa
menit hingga hilang kekeruhannya sebelum digunakan.
3. Larutan campuran ini stabil selama 4 jam.
f. Kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4)
Dilarutkan 1,08 g kalium dihidrogen fosfat anhidrat dalam 500 mL air suling
kemudian dihomogenkan.

3.2.2 Pembuatan larutan induk fosfat 500 mg/L


Dilarutkan 2,195 g kalium dihidrogen fosfat anhidrat, KH2PO4 dengan 100
mL air suling dalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan air suling sampai tepat pada
tanda tera dan dihomogenkan.
Catatan : Larutan induk fosfat yang digunakan dapat diperoleh dari larutan induk
fosfat siap pakai yang diperdagangkan.

Universitas Sumatera Utara


30

3.2.3 Pembuatan larutan baku fosfat 10 mg/L


Dipipet 2 mL larutan induk fosfat 500 mg/L dan masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL. Tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan

3.2.4 Pembuatan larutan kerja fosfat


a. 0,0 mg/L
Dipipet 0 mL larutan baku fosfat 10 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 250
mL. Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
b. 0,2 mg/L
Dipipet 5 mL larutan baku fosfat 10 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 250
mL. Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
c. 0,4 mg/L
Dipipet 10 mL larutan baku fosfat 10 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 250
mL. Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.
d. 0,8 mg/L
Dipipet 20 mL larutan baku fosfat 10 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 250
mL
e. 1,0 mg/L
Dipipet 25 mL larutan baku fosfat 10 mg/L dan masukkan ke dalam labu ukur 250
mL. Ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan.

3.2.5 Pembuatan kurva kalibrasi


a. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk alat untuk pengujian
kadar fosfat
b. Pipet 50 mL larutan kerja dan masukkan masing-masing ke dalam erlenmeyer
c. Tambahkan 1 tetes indicator phenolphthalein. Jika terbentuk warna merah muda,
tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang
d. Tambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan

Universitas Sumatera Utara


31

e. Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya
pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30
menit
f. Buat kurva kalibrasi dari data di atas atau tentukan persamaan garis lurusnya.

3.2.6 Prosedur Penelitian


a. Pipet 50 mL contoh uji dan masukkan masing-masing ke dalam Erlenmeyer
b. Tambahkan 1 tetes indikator phenolphthalein. Jika terbentuk warna merah muda,
tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang
c. Tambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan
d. Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca dan catat serapannya
pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30
menit.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Tabel 4.1 Data Absorbansi Larutan Seri Standar
No. Konsentrasi (mg/L) Absorbansi
1 0,0 0,003
2 0,2 0,233
3 0,4 0,452
4 0,8 0,863
5 1,0 1,160

Tabel 4.2 Data Konsentrasi Sampel


No. Kode Sampel Absorbansi Konsentrasi
(mg/L)
1 3144 0,678 0,6
2 3145 0,452 0,4
3 3146 0,565 0,5
4 3147 0,452 0,4
5 3148 0,339 0,3

4.2 Perhitungan
a. Pembuatan larutan standar fosfat 10 mg/L
V1.N1 = V2.N2
V1.500 mg/L = 100 mL.10 mg/L
V1= 2 mL
b. Pembuatan larutan seri standar fosfat
a. 0,0 mg/L
V1.N1 = V2.N2
V1.10 mg/L = 250 mL.0,0 mg/L

Universitas Sumatera Utara


33

V1= 0 mL
b. 0,2 mg/L
V1.N1 = V2.N2
V1.10 mg/L = 250 mL.0,2 mg/L
V1 = 5 mL
c. 0,4 mg/L
V1.N1 = V2.N2
V1.10 mg/L = 250 mL.0,4 mg/L
V1 = 10 mL
d. 0,8 mg/L
V1.N1 = V2.N2
V1.10 mg/L = 250 ml.0,8 mg/L
V1 = 20 mL
e. 1,0 mg/L
V1.N1 = V2.N2
V1.10 mg/L = 250mL.1,0 mg/L
V1 = 25 mL

Tabel 4.3 Data penentuan persamaan garis regresi dengan metode Least Square
No. X Y X2 Y2 XY
1 0,0 0,003 0 0,000009 0
2 0,2 0,233 0,04 0,054289 0,0466
3 0,4 0,452 0,16 0,204304 0,1808
4 0,8 0,863 0,64 0,744769 0,6904
5 1,0 1,160 1 1,3456 1.160
n=5 ∑X=2,4 ∑Y=2,711 ∑X2=1,84 ∑Y2=2,348971 ∑XY=2,0778

( ) ( )( )
a=
( ) ( )
( ) ( )( )
a=
( ) ( )
( ) ( )
a=
( ) ( )

Universitas Sumatera Utara


34

a=

a = 1,1286

( )( ) ( )( )
b=
( ) ( )
( )( ) ( )( )
b=
( ) ( )
( ) ( )
b=
( ) ( )

b=

b = 0,0004
c. Penentuan nilai Y baru
Y = ax + b
Y1 = 1,1286 (0,0) + 0.0004 = 0,0004
Y2 = 1,1286 (0,2) + 0,0004 = 0,2261
Y3 = 1,1286 (0,4) + 0,0004 = 0,4518
Y4 = 1,1286 (0,8) + 0,0004 = 0,9032
Y5 = 1,1286 (1,0) + 0,0004 = 1,1290
Tabel 4.4 Harga Y baru untuk larutan standar fosfat
No. Konsentrasi (x) Absorbansi (Y)
mg/L
1 0,0 0,0004
2 0,2 0,2261
3 0,4 0,4518
4 0,8 0,9032
5 1,0 1.1290

d. Mencari Nilai Regresi


( ) ( )( )
r=
√ ( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( )( )
r=
√ ( ) ( ) ( ) ( )

Universitas Sumatera Utara


35

r=
√ )

r=

r=

r = 0,9985
e. Perhitungan untuk konsentrasi sampel

X=

X3144 =

= 0,6 mg/L

X3145 =

= 0,4 mg/L

X3146 =

= 0,5 mg/L

X3147 =

= 0,4 mg/L

X3148 =

= 0,3 mg/L
4.3 Pembahasan
Dari hasil analisa diperoleh kadar fosfat dari masing-masing air badan air
adalah, 0.6 mg/L untuk air badan air dengan kode 3144, 0.4 mg/L untuk air badan air

Universitas Sumatera Utara


36

dengan kode 3145, 0,5 mg/L untuk air badan air dengan kode 3146, 0,4 mg/L untuk
air badan air dengan kode 3147, dan 0,3 mg/L untuk air badan air dengan kode 3148.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar fosfat pada semua air badan air
tersebut tidak memenuhi nilai standar baku mutu air kelas II, karena berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tanggal 14 Desember 2001 nilai maksimum fosfat
dalam air badan air untuk kelas II adalah 0,2 mg/L. Sehingga air badan air tersebut
tidak dapat digunakan sebagai air minum.
Kenaikan kadar fosfat disebabkan oleh ortofosfat yang berasal dari bahan
pupuk, yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat
dapat memasuki sungai melalui air buangaan penduduk dan industri yang
menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat seperti industri pencucian,
industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk
(tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang
terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat
bagi pertumbuhannya. Bermacam-macam jenis fosfat juga dipakai untuk pengolahan
anti karat dan anti kerak pada pemanas air (boiler).
Keberadaan fosfat yang berlebihan menstimulir terjadinya eutrofikasi
perairan. Eutrofikasi didefinisikan sebagai pengayaan air dengan nutrien/unsur hara
berupa bahan anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan produktivitas perairan. Nutrien yang dimaksud adalah fosfor
dan nitrogen. Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan
nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan algae di perairan. Algae yang
berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air, yang selanjunya dapat
menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang
menguntungkan bagi ekosistem perairan. Bila kadar fosfat pada air alam sangat
rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan tanaman dan ganggang akan terhalang,
keadaan ini dinamakan oligotrop. Bila kadar fosfat serta nutrien lainnya tinggi,
pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi keadaan ini dinamakan
eutrop.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam penulisan tugas akhir ini telah diuraikan bagaimana analisa kadar
fosfat dilakukan, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1 Dari hasil analisa diperoleh kadar fosfat dari masing-masing air badan air adalah,
0.6 mg/L untuk air badan air dengan kode 3144, 0.4 mg/L untuk air badan air
dengan kode 3145, 0,5 mg/L untuk air badan air dengan kode 3146, 0,4 mg/L
untuk air badan air dengan kode 3147, dan 0,3 mg/L untuk air badan air dengan
kode 3148
2 Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar fosfat pada semua air badan air
tersebut telah melebihi nilai standar baku mutu air kelas II, karena berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 nilai maksimum fosfat dalam air
badan air untuk kelas II adalah 0,2 mg/L. Sehingga air badan air tersebut tidak
dapat digunakan sebagai air minum.

5.2 Saran
Adapun saran untuk membuat analisa kadar fosfat lebih baik lagi adalah
sebagai berikut:
1. Sampel yang diterima dari konsumen sebaiknya langsung dianalisa, karena
penyimpanan sampel dapat mempengaruhi hasil analisa.
2. Sebaiknya kita sebagai masyarakat lebih memperhatikan pembuangan limbah
rumah tangga karena dapat menyebabkan kenaikan kadar fosfat diperairan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Achmad R, 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI.


Alaerts G, Santika S. S, 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Day R.A, Underwood A.L, 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Day R.A, Underwood A.L, 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Effendi H, 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Gabriel J. F, 1999. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.
Mulia R. M, 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.
Rohman A, 2014. Validasi Dan Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sastrohamidjojo H, 2013. Dasar-Dasar Spektroskopi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soemarwoto O, 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
CV. Rajawali.
Sutrisno T, Suciastuti E, 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001


TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PARAMETE SATUA KELAS KETERANGAN


R N I II III IV
FISIKA
0
Temperature C Devias Devias Devias Devias Deviasi
i3 i3 i3 i3 temperature dari
keadaan alamiah
Residu mg/L 1000 1000 1000 2000
terlarut
Residu mg/L 50 50 400 400 Bagi pengelolaan
tersuspensi air minum secara
konvensional,
residu
tersuspensi ≤
5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas
minimim
Total fosfat mg/L 0,2 0,2 1 5
sebagai P
NO3 sebagai mg/L 10 10 20 20
N
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan,
kandungan
amonia bebas
untuk ikan yang
peka ≤ 0,02
mg/L sebagai
NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)

Universitas Sumatera Utara


40

Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengelolaan
air minum secara
konvensional, Cu
≤ 1 mg/L

Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengelolaan


air minum secara
konvensional, Fe
≤ 5 mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengelolaan
air minum secara
konvensional, Pb
≤ 0,1 mg/L
Mangan mg/L 1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengelolaan
air minum secara
konvensional, Zn
≤ 5 mg/L
Khlorida mg/L 1 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Flourida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit sebagai mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengelolaan
N air minum secara
konvensional,
NO2_N ≤ 1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM
tidak
dipersyaratkan
Belerang mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)
sebagai H2S
MIKROBIOLOGI
Fecal Jml/100 100 1000 2000 2000 Bagi pengelolaan
Coliform mL air minum secara
Total Jml/100 1000 5000 10000 10000 konvensional,
Coliform mL fecal coliform ≤
2000 jml/100 mL
dan total
coliform ≤ 10000
jml/ 100 mL
RADIOAKTIVITAS
Gross-A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Universitas Sumatera Utara


41

Gross-B bg/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan ug/L 1000 1000 1000 (-)
Lemak
Detergen ug/L 200 200 200 (-)
sebagai
MBAS
Senyawa ug/L 1 1 1 (-)
fenol sebagai
fenol
BHC ug/L 210 210 210 (-)
Aldrin/Dieldri ug/L 17 (-) (-) (-)
n
Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor ug/L 18 (-) (-) (-)
dan
Heprachlor
epoxide
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)

Keterangan:
mg = miligram
ug = mikrogram
mL = mililiter
L = liter
Bq = Bequerel
MBAS = Methylene blue Active Substance
ABAM = Air Baku Untuk Air Minum
Logam berat merupakan logam terlarut
Nilai diatas merupakan batas maksimum,kecuali untuk pH dan DO.
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai
yang tercantum.
Nilai DO merupakan batas maksimum.
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut
tidak dipersyaratkan.
Tanda adalah ≤ lebih kecil atau sama dengan
Tanda < adalah lebih kecil

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai