OLEH :
VERONIKA D.A HUTABARAT
162401024
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli
Madya
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kesadahan Ca2+ dan Mg2+ pada air minum kemasan sebelum
dan sesudah treatment di PT. Tirta Investama Langkat. Kesadahan total ditentukan
melalui titrasi kompleksometri dengan menggunakan EDTA sebagai titran dan
Eriochrome Black T (EBT) sebagai indikator, untuk kesadahan kalsium
menggunakan indikator murexid. Sedangkan nilai kesadahan magnesium ditentukan
dengan pengurangan kadar kesadahan total dengan kadar kesadahan kalsium.
Penelitian ini dilakukan selama tiga hari, dimana perharinya dilakukan pengecekan
sebanyak tiga kali dengan rentan waktu 4 jam sekali. Dari hasil titrasi diperoleh
kadar kesadahan total pada air baku storage tank (sebelum water treatment) dari hari
ke-I sampai hari ke-III : 43,64 mg/l - 49,04 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan
total pada produk AMDK (sesudah water treatment) dari hari ke-I sampai hari ke-III
: 41,94 mg/l - 46,84 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan kalsium pada air baku
storage tank (sebelum water treatment) dari hari ke-I sampai hari ke-III : 14,3 mg/l -
17,75 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan kalsium pada produk AMDK (sesudah
water treatment) hari ke-I sampai hari ke-III : 14,34 mg/l - 16,79 mg/l. Hasil analisis
kadar kesadahan magnesium pada air baku storage tank (sebelum water treatment)
hari ke-I sampai hari ke-III : 6,64 mg/l - 7,95 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan
magnesium pada produk AMDK (sesudah water treatment) hari ke-I sampai hari ke-
III : 6,11 mg/l - 7,23 mg/l. Nilai kesadahan pada proses pengolahan air minum dalam
kemasan (AMDK) sebelum dan sesudah water treatment di PT. Tirta Investama
Langkat telah memenuhi standar SNI 01-3553-2006 dan Permenkes Nomor :
492/MENKES/PER/IV/2010.
Kata kunci : Kesadahan, Titrasi kompleksometri, EDTA, EBT, Kalsium dan
Magnesium
iii
ABSTRACT
Analysis of hardness of Ca2+ and Mg 2+ has been carried out on bottled water before
and after treatment at PT. Tirta Investama Langkat. Total hardness was determined
through complexometry titration using EDTA as a titrant and Eriochrome Black T
(EBT) as an indicator, for calcium hardness using the murexid indicator. While
magnesium hardness value is determined by reducing the total hardness level with
calcium hardness levels. This research was conducted for three days, where every
day three checks were carried out with vulnerability for 4 hours. From the titration
results obtained the total hardness level in storage tank raw water (before water
treatment) from day I to day III: 43.64 mg / l - 49.04 mg / l. The results of the
analysis of the total hardness levels on bottled water products (after water treatment)
from day I to day III: 41.94 mg / l - 46.84 mg / l. The results of the analysis of
calcium hardness levels in raw storage tank water (before water treatment) from day
I to day III: 14.3 mg / l - 17.75 mg / l. The results of the analysis of calcium hardness
levels on bottled water products (after water treatment) day I to day III: 14.34 mg / l
- 16.79 mg / l. The results of analysis of magnesium hardness levels in storage tank
raw water (before water treatment) day I to day III: 6.64 mg / l - 7.95 mg / l. The
results of analysis of magnesium hardness levels in bottled water products (after
water treatment) day I to day III: 6.11 mg / l - 7.23 mg / l. Hardness value in the
processing of bottled drinking water (AMDK) before and after water treatment at
PT. Tirta Investama Langkat has met the standards of SNI 01-3553-2006 and
Permenkes Number: 492 / MENKES / PER / IV / 2010.
Key words : Hardness, complexometric titration, EDTA, EBT, Calcium and
Magnesium.
iv
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat-Nya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagaimana mestinya.
Karya ilmiah ini merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh Mahasiswa
Program Studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya.Adapun Karya ilmiah ini disusun berdasarkan Informasi, Pengetahuan serta
data-data yang penulis peroleh selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT.
Tirta Investama Plant Langkat.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan segala kekurangan.Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan dari karya ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi rekan-
rekan mahasiswa/mahasiswi dan pembaca sekaligus untuk menambah pengetahuan.
vi
Halaman
PERNYATAAN i
PENGESAHAN TUGAS AKHIR ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Hipotesis 4
1.4 Tujuan 4
1.5 Manfaat 4
vii
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 45
viii
4.1 Volume titrasi pada sampel air storage tank (sebelum treatment) 30
ix
xi
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat
padat air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%)
berupa daratan (dilihat darii permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air)
sebanyak 15% dari tekanan atmosfer. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel,
kandungan air bagi setiap jaringan tubuh sangat bervariasi misalnya jaringan otot
sekitar 7.5%; jaringan lemak sekitar 2%; darah sekitar 90%. Kebutuhan air untuk
diminum setiap hari skitar 2 liter (bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan
air sekitar 60 liter/hari (untuk minum, cuci dan sebagainya) (Gabriel.,2001).
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut,
antara lain bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit, bebas dari substansi
kimia yang berbahaya dan beracun, tidak berasa dan tidak berbau, dapat
dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga, memenuhi
standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI
(Chandra.,2006).
Saat ini, kemajuan teknologi yang semakin canggih dan murah dalam
menghasilkan air layak minum menumbuhkan bisnis air minum kemasan¸ sumber air
yang baik untuk dijadikan air minum kemasan adalah air yang berasal dari air tanah
karena memiliki berbagai jenis kandungan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Oleh
karena itu, muncullah perusahaan air minum kemasan (AMDK) untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Standar
baku air minum tersebut disesuaikan dengan Standar Internasional yang dikeluarkan
oleh WHO. Analisa kualitas air dapat dilakukan dilaboratorium atau secara
sederhana. Salah satu analisa kualitas air yaitu pemeriksaan kesadahan air tersebut.
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air
terutama garam Ca dan Mg. Seringkali kita kurang memperhatikan kualitas mutu
dari air minum dalam kemasan (AMDK) yang kita konsumsi, salah satunya adalah
kadar kesadahan air tersebut yang berasal dari sumber mata airnya.
Menurut Chandra (2006), sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang
menjadi sumber baku air bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang
tanahanya mengandung deposit garam mineral dan kapur. Dalam International
Standard of Drinking Water tahun 1971 dari WHO kesadahan air dinyatakan dalam
satuan milli-equivalent per liter (mEq/l).Selain itu, 1 mEq/l dari ion penghasil
kesadahan dalam air sebandung dengan 50 mg CaCO3 (50 ppm) di dalam 1 liter air.
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana kadar kesadahan Ca2+ dan Mg2+ pada pengolahan Air Minum
DalamKemasan (AMDK) Sebelum dan Setelah Water Treatment di PT.Tirta
Investama-Langkat
2. Apakah kadar kesadahan total pada pengolahan Air Minum Dalam Kemasan
(AMDK) sebelum dan sesudah water treatment di PT.Tirta Investama-
Langkat sudah memenuhi SNI 01-3553-2006 dan Permenkes Nomor:
492/MENKES/PER/IV/2010
1.3 Hipotesis
Air baku dan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) untuk produk Aqua PT.Tirta
Investama-Langkat memenuhi standard persyaratan kualitas air minum yang telah
ditetapkan oleh Permenkes Nomor: 492/MENKES/PER/IV/2010
1.4 Tujuan
1. Untuk menentukan kadar kesadahan Ca2+ dan Mg2+ pada pengolahan Air
Minum.Dalam Kemasan (AMDK) Sebelum dan Setelah Water Treatment di
PT.Tirta Investama-Langkat
2. Untuk menentukan kadar kesadahan total pada pengolahan Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) sebelum dan sesudah water treatment di PT.Tirta
Investama-Langkat sudah sesuai dengan Permenkes Nomor:
492/MENKES/PER/IV/2010
1.5 Manfaat
Memberikan informasi tentang kadar kesadahan Ca 2+ dan Mg2+ serta kadar
kesadahan total pada pengolahan air minum dalam kemasan di PT.Tirta Investama-
Langkat, sehingga dapat ditentukan apakah memenuhi Standart Nasional Indonesia
untuk selanjutnya dapat dikonsumsi.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaanair yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum (Mulia.,2005).Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna
dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena
air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat
yang paling alamiah dan buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut didalamnya.
Dengan demikian, air di alam mengandung zat-zat terlarut. Disamping itu, akibat
daur hidrologi, air juga mengandung berbagai zat lainnya termasuk gas. Zat-zat ini
sering disebut pencemar yang terdapat di dalam air.
Air murni yang ada didalam alam ini sebenarnya berasal dari kondensasi uap
air atmosfer yang dikenal sebagai air hujan. Air hujan ini kemudian tidak terlepas
jugga akan membawadebu-debu, gas CO2 dan O2 dari atmosfer serta bakteri-bakteri
dari udara. Ketika sampai dipermukaan daratan justru lebih dicemarkan lagidengan
bahan-bahan organik. Sebagian air akan terabsorbir kedalam tanah dan sebagian
tergenang atau dialirkan pada permukaan bumi melalui aliran-aliran air, antara lain
sungai-sungai dan sebagainya. Selama dalam tanah air ini lebih dikotorkan dengan
berbagai pencemar yaitu gas-gas yang larut dalam air seperti gas CO2, H2S, Metan,
O2 dan Nitrogen serta “Dissolved Mineral” seperti Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Karbonat-
karbonatnya, sulfat, fluoride, Nitrat, Silikat maupun lain-lain mineral (Ryadi,1986)
Pada dasarnya air murni tidak enak untuk diminum karena beberapa bahan
yang terlarut dapat memberikan rasa yang spesifik terhadap air minum. Oleh karena
iu, air minum yang lazim diperdagangkan bukan merupakan air murni. Jadi air yang
tidak tercemar, merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu
dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan
secara normal untuk berbagai keperluan (Sunu.,2001). Peningkatan kualitas air
minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan
sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal
dari air permukaan.Menurut Kusnaedi (2002), tujuan pengolahan air minum
merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan
standard mutu air. Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat
fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air
minum.
Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan air,
pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang
Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
permukaan dan air tanah.
Dengan demikian, air hujan yang sampai dipermukaan bumi sudah tidak murni dan
reaksi diatas dapat mengakibatkan keasaman pada air hujan sehingga akan terbentuk
hujan asam (acid rain).
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga
waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. Air permukaan merupakan
salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan, antara lain mutu atau kualitas baku, jumlah atau kuantitasnya dan
kontinuitasnya (Chandra.,2006).
Menurut Sutrisno, dkk (2004) air tanah terbagi atas air tanah dangkal, air
tanah dalam dan mata air.
dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah, karena
mengandung Ca (HCO3)2 dan Mg (HCO3)2. Jika melalui batuan granit, maka air itu
lunak dan agresif karena mengandung gas CO2 dan Mn (HCO3)2.
c. Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam. Berdasarkan keluarnya
(munculnya permukaan tanah) terbagi atas rembesan, dimana air keluar dari lereng-
lereng dan umbul, dimana air keluar kepermukaan pada suatu dataran.
a. Bau
Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung dalam air seperti
ga H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol dan lain-lain. Bau yang disebabkan
oleh senyawa organik ini selain mengganggu dari segi estetika, juga beberapa
senyawanya dapat bersifat karsinogenik.Pengukuran secara kuantitatif bau
sulit diukur karena hasilnya terlalu subjektif.
b. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total Suspended Solid baik yang
bersifat organik maupun anorganik. Kekeruhan dalam air minum/ air bersih
tidak boleh lebih dari 5 NTU. Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan
karena selain ditinjau dari segi estetika yang kurang baik juga proses
desinfeksi untuk air keruh sangat sukar, hal ini disebabkan karena penyerapan
beberapa koloid dapat melindungi organisme dari desinfektan.
c. Rasa
Syarat air bersih/minum adalah air tersebut tidak boleh berasa. Air yang
berasa dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan
kesehatan. Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut. Sebagai
contoh rasa asam dapat disebabkan oleh asam organik maupun anorganik,
sedangkan rasa asin dapat disebabkan oleh garam terlarut dalam air.
d. Suhu
Suhu air sebaiknya sama dengan suhu udara (25 0C), dengan batas toleransi
yang diperbolehkan yaitu 250C 30C. Suhu yang normal mencegah
terjadinya pelarutan zat kimia pada pipa, menghambat reaksi biokimia pada
dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Jika suhu air tinggi maka jumlah
oksigen terlarut dalam air akan berkurang juga akan meningkatkan reaksi
dalam air.
e. Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna, bening dan jernih untuk alasan estetika
dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme
yang berwarna. Air yang telah mengandung senyawa organik seperti daun,
potongan kayu, rumput akan memperlihatkan warna kuning kecoklatan,
oksida besi akan menyebabkan air berwarna kemerah-merahan, dan oksida
mangan akan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.
a. pH
pH merupakan faktor penting bagi air minum, pada pH < 6,5 dan > 8,5 akan
mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air bersih/minum.
h. Tembaga (Cu)
Pada kadar yang lebih besar dari 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak
pada lidah dan dapat menyebabkan gejala ginjal, muntaber, pusing, lemah
dan dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Dalam dosis rendah
menimbulkan rasa kesat, warna dan korosi pada pipa.
i. Seng (Zn)
Tubuh memerlukan seng untuk proses metabolisme, tetapi pada dosis tinggi
dapat bersifat racun. Pada air minum kelebihan kadar Zn > 3 mg/l dalam air
minum menyebabkan rasa kesat/pahit dan bila dimasak timbul endapan
seperti pasir dan menyebabkan muntaber.
j. Klorida
Klorida mempunyai tingkat toksisitas yang tergantung pada gugus
senyawanya.Klor biasanya digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan
air minum. Kadar klor yang melebihi 250 mg/l akan menyebabkab rasa asin
dan korosif pada logam.
k. Nitrit
Kelemahan nitrit dapat menyebabkan methamoglobinemia terutama pada bayi
yang mendapat konsumsi air minum yang mengandung nitrit.
l. Fluorida (F)
Kadar F < 2 mg/l menyebabkan kerusakan pada gigi, sebaliknya bila terlalu
banyak juga akan menyebabkan gigi berwarna kecoklatan.
m. Logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Hg, CN)
Adanya logam-logam berat dalam air akan menyebabkan gangguang pada
jaringan syaraf, pencernaan, metabolisme oksigen dan kanker.
manusia berupa penyakit perut (diare) karena mengandung bakteri patogen. Proses
penghilangannya dilakukan dengan desinfeksi.
Selain ketiga parameter tersebut ada syarat lagi untuk parameter air
bersih/minum yaitu syarat radiologis. Air bersih/minum tidak boleh mengandung zat
yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta
dan gamma.
Air sadah adalah air yang mengandung beberapa jenis mineral yaitu Ca, Mg,
Sr, Fe dan Mn yang konsentrasinya tinggi sehingga mengakibatkan air menjadi keruh
dan megurangi daya kerja sabun serta menimubulkan kerak pada dasar periuk atau
ketel. Kesadahan air dikenal dengan nama kekerasan air (hard water)
(Gabriel.,2001). Sifat kesadahan seringkali ditemukan pada air yang menjadi sumber
baku air bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya
mengandungdeposit garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan
penanganan khusus sehingga biaya purifikasi tentunya menjadi tinggi. Kesadahan
pada air dapat terjadi karena air mengandung persenyawaan dari kalsium dan
magnesium dengan bikarbonat, persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan
sulfat, nitrat, dan klorida serta garam-garam besi, zink, dan silika. Kesadahan pada
Kesadahan dalam air disebabkan oleh kalsium terlarut dan sebagian kecil
oleh magnesium. Kesadahan biasanya dinyatakan sebagai kuantitas yang sebanding
dengan kalsium karbonat.Bergantung pada pH dan alkalinitas, kesadahan diatas 200
mg/liter dapat menyebabkan pembentukan endapan putih, terutama jika dipanaskan.
Air lunak (soft water) dengan kesadahan kurang dari 100 mg/liter memiliki kapasitas
pendaparan yang renadah dan mungkin lebih korosif bagi pipa air.International
Standards tahun 1971 menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan yang
diperbolehkan dalam air minum adalah 10 mEq/liter (500 mg kalsium karbonat/liter),
yang didasarkan pada kelayakan air untuk penggunaan rumah tangga. Ambang rasa
untuk ion kalsium adalah dalam kisaran 100-300 mg/liter,bergantung pada anion
terkaitnya, dan ambang rasa untuk magnesium kemungkinan lebih rendah dari nilai
ambang rasa kalsium. Dalam beberapa kasus, konsumen dapat menenggang derajat
kesadahan air yang melebihi 500 mg/liter. Bergantung, pada interaksi factor lain,
misalnya pH dan kebasaan (alkalinitas), air dengan derajat kesadahan 200 mg/liter
dapat menyebabkan pembentukanlapisan tipis putih dalam instalasi pengolahan,
system distribusi dan saluran pipa serta tangki dalam bangunan. (Widyastuti, dkk.
2005).
a. Kalsium (Ca)
Menurut Slamet (2009) pada dasarnya kalsium dibutuhkan oleh tubuh, jadi
tidak merupakan benda asing. Kalsium sendiri dapat merupakan iritan bagi kulit.
Derajat toxositas tergantung komponen senyawanya, karena Ca sendiri tidak toxis
bagi tubuh, akan tetapi dalam jumlah yang terlalu sedikit ataupun terlalu besar dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Dengan demikian, adanya Ca di dalam daftar
standar menunjukkan bahwa penyediaan air minum tidak hanya ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan. Hal ini disebabkan, karena manusia yang kekurangan Ca
akan pula menderita hypocalcaemi.
b. Magnesium
Seperti halnya Kalsium, Magnesium juga merupakan bagian dari komponen
penyebab kesadahan pada air. Dengan sendirinya efek umum yang dapat ditimbulkan
oleh adanya unsur ini dalam air adalah serupa dengan efek umum yang dapat
ditimbulkan oleh pengaruh kesadahan. Dalam jumlah kecil Mg dibutuhkan oleh
tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150
mg/l dapat menyebabkan rasa mual (Sutrisno,dkk. 2004). Magnesium adalah salah
satu unsur yang menimbulkan kesadahan dan menyebabkan adanya rasa pada
air.Kelebihan unsur ini dapat menimbulkan depresi susunan syaraf dan otot-otot.
Toxositas banyak tergantung pada anion yang terikat pada Mg (Slamet.,2009).
1. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water)
2. Kadar CaCO3terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard
water
3. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water
4. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water
Berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan air dibagi dalam 2 (dua) golongan
yaitu :
CO32- berasal dari karbondioksida CO2 dan bikarbonat HCO3- yang sudah terlarut
dalam air sesuai dengan reaksi berikut :
1. Pemasakan
Pemasakan air menyebabkan terlepas atau dikeluarkannya CO 2 dari dalam air
dan terbentuknya endapan CaCO3 yang tidak terlarut.
Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2
2. Penambahan Kapur (Metode Clark)
Penambahan kapur pada air yang bersifat kesadahannya sementara dapat
mengabsorbsi CO2 dan mengendapkan CaCO3 yang tidak terlarut. Caranya,
kapur (quick lime) seberat 1 ons dimasukkan kedalam setiap 700 galon air
untuk setiap derajat kesadahan (14,25 ppm)
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2 2CaCO3 + 2H2O
3. Penambahan Natrium Karbonat dapat menghilangkan kesadahan sementara
atau menetap
Reaksi berikut berlanngsung didalam penambahan natrium karbonat:
Na2CO3 + Ca(HCO3)2 2NaHCO3 + CaCO3
CaSO4 + Na2CO3 CaCO3 + Na2SO4
4. Proses Pertukaran Basa (base exchange process)
Dalam melakukan pelunakan terhadap persediaan air ukuran besar, digunakan
proses permutit. Natrium permutit merupakan persenyaaan kompleks dari
natrium, aluminium, daan silika (Na 2Al, SiOx, xH2O). Pada proses permutit
akan terjadi pertukaran kation Na denngan ion Cad an Mg dalam air. Semua
ion Cad an Mg akan dilepas melalui reaksi pertukaran basa (base exchange)
dan natrium permutit akhirnya akan menjadi kalsium dan magnesium
permutit. Dengan demikian, air dapat dilunakkan sampai zero
dengan KCN, sehingga Mg dalam larutan dapat ditentukan. Setelah titik akhir titrasi
tercapai, formaldehid ditambahkan untuk mendisosiasi kompleks Zn(CN) 4, sehingga
Zn dapat dibebaskan dan titrasi dilanjutkan untuk menentukan Zn dalam larutan, dan
jumlah Cu dapat dihitung dari perbedaan titrasi dengan logam total (Khopkar, 1990).
1. Titrasi Langsung
Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhanadan sering dipakai.
Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer
pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung
dengan larutan baku dinatrium edetat. Untuk mencegah pengendapan logam
hidroksida atau garam basa dengan buffer, dilakukan dengan penambahan
pembentuk kompleks pembantu misalnya tartrat, sitrat, atau trietanol amin.
2. Titrasi Kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH
yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya
sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang
sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan
natrium edetat daripada dengan indikator. Pada keadaan demikian, dapat
ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebihan kemudian larutan
ditambah buffer pada pH yang diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat
dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam. Titik akhir ditunjukkan
dengan pertolongan indikator logam.
3. Titrasi Substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir yang
jelas apabila ditirasi secara langsung atau dengan titrasi kembali. Atau juga
jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih
stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium. Kalsium, timbal
dan raksa dapat ditetapkan dengan cara ini dengan indikator hitam eriokrom
dengan hasil yang memuaskan.
2.6.2 Analisa kesadahan Total (Ca2+ dan ion Mg2+) melalui titrasi EDTA
Berikut analisa kesadahan total (Ca 2+ dan ion Mg2+) melalui titrasi EDTA
beserta prinsip dan gangguannya menurut Alaerts, dkk (1987) :
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dengan menggunakan indikator yang peka
terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total tersebut dapat juga ditentukan
dengan menjumlah ion Ca2+ dan ion Mg2+.
Prinsip Analisa
Ca 2+
+ Ind EBT Ca Ind + 2H+
OH
OH
- N = N
O3S 2+
+ Ca
NO2
O - Mg - O
-
O3S N= N
+ 2 H+
Merah Jambu
NO2
Gangguan
O - Ca - O CH2COOH
HOOCCH2
-
O3S N=N
+ N - CH2 - CH2 - N
HOOCCH2 CH2COOH
NO2
OH
CH2COO- OH
-
OOCCH2
-
O3S N=N
N - CH2 - CH2 - N + + 2 H+
HOOCCH2 CH2COOH
Ca Biru
NO2
O - Mg - O CH2COOH
HOOCCH2
-O
3S N=N
+ N - CH2 - CH2 - N
HOOCCH2 CH2COOH
NO2
CH2COO- OH
- OH
OOCCH2
HOOCCH2 CH2COOH
Mg
NO2
Biru
Gangguan
Pada analisa Ca2+ ini, konsentrasi ion pengganggu yang masih diperbolehkan
adalah sebagai berikut : Cu2+, 2 mg/L ; Fe2+ (fero) 20 mg/L ; Fe3+ (feri) 20 mg/L ;
Mn2+ (mangan) 10 mg/L. Biasanya metode titrasi EDTA ini dapat dikerjakan tanpa
kesulitan untuk sampel air sungai, danau dan air leding. Namun untuk sampel air
buangan industri perlu diketahui kadar ortofosfat, karena ortofosfat tersebut akan
mengendapkan kalsium menjadi kalsium fosfat, pada pH analisa ini.
3.2.1 Alat
Buret automatis 25 ml
Gelas Ukur 100 ml
Erlenmeyer 250 ml
Beaker glass 500 ml
Labu ukur 1000 ml
Pipet volume 10 ml
Bola karet
Neraca analitik
Titrette
3.2.2 Bahan
Air Storage Tank AMDK (sebelum treatment)
Air Mineral Dalam Kemasan (setelah treatment)
Larutan Standar EDTA 0,01 N
Indikator EBT (Eriocrome Black T)
Buffer Hardness
NaOH 1N
Indikator murexid
EDTA
NaCl
Aquadest
NH4OH pekat
MgSO4.7H2O
CaCO3
NH4Cl
Tabel 4.1Volume titrasi pada sampel air storage tank (sebelum treatment)
No. Storage Tank Jam Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
(ml) (ml) (ml)
1 Kesadahan Total 07.00 4,72 4,45 4,51
11.00 4,80 4,36 4,44
15.00 4,90 4,56 4,38
2 Kesadahan Ca2+ 07.00 3,57 3,58 3,91
11.00 4,43 3,59 3,54
15.00 4,07 3,61 4,12
No. Produk AMDK Jam Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
(ml) (ml) (ml)
1 Kesadahan Total 07.00 4,68 4,38 4,53
11.00 4,33 4,43 4,47l
15.00 4,46 4,40 4,19l
2 Kesadahan Ca2+ 07.00 4,02 3,60 4,1
11.00 4,1 3,63 3,98
15.00 4,05 3,58 4,19
4.2 Perhitungan
Dimana :
Mr CaCO3 = 100,0869
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
Catatan : Perhitungan kesadahan total pada air storage tank (sebelum treatment) dari
hari ke-I sampai hari ke-3 pada jam 11.00 wib dan 15.00 wib dapat dilihat pada
lampiran 3.
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
Catatan : kesadahan total pada air produk AMDK (sesudah treatment) dari hari ke-I
sampai hari ke-3 pada jam 11.00 wib dan 15.00 wib dapat dilihat pada lampiran 3.
Dimana :
BM Ca = 40,078
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
Catatan : Perhitungan kesadahan Ca2+ pada air storage tank (sebelum treatment) dari
hari ke-I sampai hari ke-3 pada jam 11.00 wib dan 15.00 wib dapat dilihat pada
lampiran 3.
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
Catatan : Perhitungan kesadahan total pada produk AMDK (sesudah treatment) dari
hari ke-I sampai hari ke-3 pada jam 11.00 wib dan 15.00 wib dapat dilihat pada
lampiran 3.
Dimana :
4.2.3.1 Perhitungan Kesadahan Mg2+ pada air storage tank (sebelum r treatment)
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Catatan : Perhitungan kesadahan Mg2+ pada air storage tank (sebelum treatment)
dari hari ke-I sampai hari ke-3 pada jam 11.00 wib dan 15.00 wib dapat dilihat pada
lampiran 3.
Ditanya : Total Mg
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Catatan : Perhitungan kesadahan Mg2+ pada produk AMDK (sesudah treatment) dari
hari ke-I sampai hari ke-3 pada jam 11.00 wib dan 15.00 wib dapat dilihat pada
lampiran 3.
Hasil perhitungan kesadahan Ca2+, kesadahan Mg2+ dan kesadahan total pada
masing-masing sampel dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4
Tabel 4.3 Kadar kesadahan, kesadahan Ca2+ dan kesadahan Mg2+ pada sampel air
storage tank (sebelum treatment)
No. Storage Tank Jam Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
(mg/l) (mg/l) (mg/l)
1 Kesadahan Total 07.00 47,24 44,54 54,14
11.00 48,04 43,64 44,44
15.00 49,04 45,64 43,84
2 Kesadahan Ca2+ 07.00 14,3 14,34 15,67
11.00 17,75 14,39 14,18
15.00 16,3 14,47 16,51
3 Kesadahan Mg2+ 07.00 8 7,33 7,16
11.00 7,36 7,10 7,35
15.00 7,95 7,57 6,64
Tabel 4.4Kadar kesadahan, kesadahan Ca2+ dan kesadahan Mg2+ pada sampel
produk AMDK (sesudah treatment)
No. Storage Tank Jam Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3
(mg/l) (mg/l) (mg/l)
4.2 Pembahasan
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan.
Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai pada
pengolahan yang mahir/lengkap. Pencegahan kontaminasi zat kimia dan mikroba
terhadap air sumber adalah hambatan pertama pada proses pengolahannya, oleh
karena itu harus dianalisa secara fisika, kimia dan mikrobiologi sesuai dengan
standar mutu kualitas air minum. Salah satu kualitas air minum yang perlu
diperhatikan adalah tingkat kesadahannya, baik dari air baku ataupun kesadahan
produk air minum tersebut.
Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan
melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dengan menggunakan indikator yang
peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total tersebut dapat juga ditentukan
dengan menjumlah ion Ca2+ dan ion Mg2+ (Alaerts,dkk.,1987). Kesadahan dalam
tingkat tertentu akan bermanfaat bagi kesehatan, namun ketika kesadahan menjadi
tinggi dan dikonsumsi manusia dalam jangka waktu yang lama akan dapat
mengganggu kesehatan. Secara khusus, kelebihan unsur kalsium akanmengakibatkan
Penentuan kadar kesadahan total menurut SNI maksimal berkisar 500 mg/l
CaCO3. Kadar kesadahan (hardness) dilakukan dengan metode titrasi
kompleksometri.Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan.Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat
kelarutan tinggi.Contoh dari kompleks tersebut adalah kompleks logam dengan
EDTA. EDTA (ethylene diamine tetraacetic) merupakan suatu kompleks kelat
yang larut ketika ditambahkan kedalam suatu larutan yang mengandung kation
logam tertentu seperti Ca2+ dan Mg2+, dimana akan membentuk kompleks dengan
logam-logam tersebut. Ketika ditambahkan suatu indikator EBT ke dalam larutan
yang mengandung kompleks tersebut maka akan menghasilkan perubahan warna
pada pH 10. EDTA pertama kali akan membentuk kompleks dengan Ca 2+ dimana
indikator EBT akan berada dalam bentuk Hind2- dan menghasilkan kompleks
berwarna biru kemudian selanjutnya EBT bereaksi dengan Mg2+ akan
memberikan suatu kompleks merah.
dan Mg akan terikat sebagai kompleks. Titik akhir titrasi yaitu bila ion Ca dan Mg
sudah terikat oleh EDTA larutan yang berwarna merah anggur berubah menjadi
warna biru sebagai titik akhir titrasi.
Dari hasil yang didapatkan, tingkat kesadahan dari setiap sampel berbeda-
beda. Kesadahan pada air baku storage tank (sebelum treatment) dan pada produk air
minum dalam kemasan (sesudah treatment) tergolong tingkat kesadahan yang lunak
(0-75 mg/l). Perbedaan tingkat kesadahan ini dikarenakan kandungan ion Ca 2+ dan
Mg2+. Menurut Chandra (2006), semakin keras tingkat kesadahannya semakin
banyak kandungan CaCO3 didalam 1 liter air. Hal ini ditandai dengan perubahan
warna saat titrasi, perubahan warna dari ungu menjadi biru, menandakan air tidak
tidak mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ dalam jumlah yang cukup banyak sedangkan
pada sampel yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru sebelum
dititrasi dengan EDTA menandakan air tersebut mengandunng ion Ca 2+ dan Mg2+
dalam jumlah yang cukup banyak. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kesadahan
air, antara lain Total Dissolved Solid (TDS). Total Dissolved Solid (TDS) yaitu
semakin tinggi jumlah padatan yang terlarut maka tingkat kesadahannya juga
semakin tinggi.Selain itu, tingginya jumlah ion Ca 2+ pada air juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesadahan air. Semakin tinggi jumlah ion
Ca2+, maka akan mengakibatkan tingginya tingkat kesadahan pada air tersebut.
5.1 Kesimpulan
1. Kadar kesadahan total, kesadahan Ca2+ dan kesadahan Mg2+ pada storage
tank (sebelum water treatment) dan produk AMDK (sesudah water
treatment) dilakukan dengan menggunakan titrasi kompleksometri. Hasil
analisiskadar kesadahan totalpada storage tank (sebelum treatment) ke-I
sampai hari ke-III : 43,64 mg/l - 49,04 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan
total pada air minum kemasan (sesudah treatment) dari hari ke-I sampai hari
ke-III : 41,94 mg/l - 46,84 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan kalsium pada
air baku storage tank (sebelum treatment) dari hari ke-I sampai hari ke-III :
14,3 mg/l - 17,75 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan kalsium pada air
minum kemasan (sesudah treatment) hari ke-I sampai hari ke-III : 14,34 mg/l
- 16,79 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan magnesium pada air baku
storage tank (sebelum water treatment) hari ke-I sampai hari ke-III : 6,64
mg/l - 7,95 mg/l. Hasil analisis kadar kesadahan magnesium pada air minum
kemasan (sesudah treatment) hari ke-I sampai hari ke-III : 6,11 mg/l - 7,23
mg/l.
2. Kadar kesadahan (hardness) pada storage tank (sebelum treatment) dan pada
air minum kemasan (sesudah treatment) di PT. Tirta Investama-Langkat
masih sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan menurut SNI 01-
3553-2006 dan Permenkes Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010
5.2 Saran
Sebaiknya penelitian pada air minum dalam kemasan selanjutnya
menganalisa logam-logam berat yang terdapat dalam sampel dan dalam air
minum kemasan siap minum, seperti logam Fe, Mn dan sebagainya untuk
menentukan kualitas air minum kemasan.
B. Kimia Organik
1. Air raksa ppm 0,001
2. Aluminium ppm 0,2
3. Arsen ppm 0,05
4. Barium ppm 1,0
5. Besi ppm 0,3
6. Fluorine ppm 0,5
7. Cadmium ppm 0,005
8. Kesadahan ppm 500
9. Klorida ppm 250
10. Kromium valensi 6 ppm 0,05
11. Mangan ppm 0,1
12. Natrium ppm 200
13. Perak ppm 0,05
14. Ph ppm 6,5 -8,5
15. Selenium ppm 0,01 Batas max dan min
16. Seng ppm 5
17. Sianida ppm 0,1
18. Sulfat ppm 400
19. Sulfide sebagai H2S ppm 0,005
20. Tembaga ppm 1,0
21. Timbal ppm 0,05
C. Kimia organic
1. Aldrin dan diedldrin ppm 0,0007
2. Benzene ppm 0,01
3. Benzo (a) pyrene ppm 0,00001
4. Chlordane (total isomer) ppm 0,0003
5. Chlordane ppm 0,03
6. 2,4 D ppm 0,10
7. DDT ppm 0,03
8. Detergen 1,2 ppm 0,5
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
Mr CaCO3 = 100,00869
V Sampel = 100 ml
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
N EDTA = 0,01 N
BM Ca = 40,078
V Sampel = 100 ml
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
1. Hari ke-I
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
2. Hari ke-II
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
3. Hari ke-III
jam 07.00 wib
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg
Ditanya : Total Mg